-
KEGIATAN PENGUKURAN COAL INVENTORY DI
PT. MAHAKAM SUMBER JAYA LOKASI BLOK E
LAPORAN KERJA PRAKTEK
Dibuat Sebagai Syarat Kelulusan Mata Kuliah Wajib
GD-4091 Kerja Praktek
OLEH :
BAYU ANDIKA RAMADHANA 15110046
CHRIST ALBERT 15110020
TEKNIK GEODESI DAN GEOMATIKA
FAKULTAS ILMU DAN TEKNOLOGI KEBUMIAN
INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG
2013
-
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Praktek pengalaman didunia kerja dapat menjadi penyempurnaan
ilmu yang
selama ini diperoleh dibangku kuliah. Oleh karena itu, dalam
rangka memenuhi
kebutuhan mahasiswa akan pengalaman tersebut maka Program Studi
Teknik Geodesi
dan Geomatika Institut Teknologi Bandung mewajibkan kepada
mahasiswa-nya untuk
melaksanakan kegiatan kerja praktek pada suatu instansi yang
berkaitan dengan
keilmuan teknik geodesi dan geomatika. Kewajiban tersebut
dituangkan dalam mata
kuliah Kerja Praktek GD-4091.
Dalam rangka pemenuhan kewajiban mata kuliah tersebut, PT
Mahakam
Sumber Jaya sebagai salah satu perusahaan yang bergerak di
bidang tambang batu
bara, telah sepakat untuk bekerja sama memberikan kesempatan
bagi kami selaku
mahasiswa Teknik Geodesi dan Geomatik Institut Teknologi Bandung
untuk menimba
pengalaman di perusahaannya. PT Mahakam Sumber Jaya sebagai
salah satu
perusahaan yang bergerak dalam pertambangan tentu membutuhkan
dasar-dasar
keilmuan geodesi dan geomatika dalam operasionalnya.
Salah satu kegiatan pertambangan di PT Mahakam Sumber Jaya yang
berkaitan
erat dengan keilmuan geodesi adalah kegiatan pengukuran Coal
Inventory.
Penghitungan Coal Inventoy adalah salah satu bagian kegiatan
surveying pada dunia
pertambangan batu bara yang menggunakan prinsip ilmu pengukuran
tanah. Tujuan
utama dari kegiatan penghitungan coal inventoy adalah untuk
mengestimasi secara
detail simpanan batubara, baik yang sudah dikeruk ataupun yang
siap untuk dikeruk,
dan kemudian melaporkan hasil perhitungan yang didapat kepada
pihak yang
berkepentingan. Selain perusahaan, pihak-pihak yang
berkepentingan disini dapat
termasuk juga pihak pemerintah (sebagai bentuk laporan
pertanggung jawaban)
ataupun kepada pihak kontraktor.
Data yang didapat dari pengukuran di lapangan berpengaruh untuk
menentukan
strategi, rencana (main plan) dan langkah-langkah yang tepat
dalam eksploitasi batu
bara yang ada. Data ini juga berguna untuk memantau sejauh mana
proses tambang
-
2
batu bara telah dilakukan dan kemudian dapat mengestimasi
produktifitas yang bisa
didapat dari simpanan batu bara yang telah dimiliki.
Dalam pengukuran coal inventoy, stok batubara yang dimiliki
memiliki kualitas
yang berbeda-beda sesuai dengan lapisan-lapisan dan
karakteristiknya di alam. Oleh
karena itu penyimpanan stok pun haruslah dipisahkan sesuai
dengan kualitasnya
masing-masing. Pengklasifikasian kualitas batubara ini
didapatkan dari hasil uji
kualitas sample yang dilakukan di lab.
1.2 Kedudukan Peserta
Pada kegiatan kerja praktek ini, mahasiswa mempunyai status
sebagai pelajar
PKL (Praktek Kerja Lapangan) didalam PT Mahakam Sumber Jaya dan
dimasukan
kedalam bagian survey section. Didalam bagian ini, peserta PKL
mempunyai tugas
untuk melakukan kegiatan pengukuran coal inventory di area
tambang PT Mahakam
Sumber Jaya.
1.3 Ruang Lingkup Kerja Praktek
PT. Mahakam Sumber Jaya dalam pelaksanaan pertambangan batubara
tidak
dilakukan sendirian, akan tetapi dibantu oleh PT. Cipta
Kridatama dan PT Leighton
Contractor Indonesia. Kedua perusahaan kontraktor tersebut
bertugas untuk
mengerjakan semua kegiatan eksploitasi batu bara di lahan yang
dimiliki oleh PT
Mahakam Sumber Jaya. PT.Mahakam Sumber Jaya sebagai pemilik
lahan bertugas
mengawasi proses dan hasil kerja kedua kontraktor tersebut. Data
hasil pengukuran
PT. Mahakam Sumber Jaya dijadikan acuan utama agar kontraktor
tidak melakukan
kecurangan.
Pada kegiatan ini peserta kerja praktek bertugas pada divisi
surveying PT
Mahakam Sumber Jaya yang akan melakukan pengukuran data coal
inventory untuk
dijadikan acuan dan pengecekan terhadap kinerja kedua
kontraktor. Data yang
dihasilkan juga berguna sebagai acuan estimasi produksi
perusahaan PT Mahakam
Sumber Jaya dari waktu ke waktu serta estimasi ketersediaan stok
batu bara yang
tersisa.
-
3
1.4 Tujuan Kegiatan
Adapun tujuan utama dari kegiatan kerja praktek ini terbagi
menjadi tujuan
khusus dan juga tujuan umum.
Tujuan umum pelaksanaan kerja praktek:
a) Sebagai pemenuhan mata kuliah wajib GD-4091 Kerja
Praktek.
b) Mendapatkan pengalaman kerja nyata di dunia kerja secara
langsung sekaligus
memperluas wawasan mahasiswa tentang dunia kerja yang
sesungguhnya.
Tujuan khusus pelaksanaan kerja praktek:
a) Mengetahui gambaran besar langkah-langkah kegiatan pengukuran
dan
pengolahan data coal inventory.
b) Pengukuran luas area batubara di pit aktif dan rom Blok
E.
c) Pengolahan data hasil pengukuran.
d) Perhitungan jumlah coal inventoy.
e) Mendapatkan data-data penunjang yang diperlukan untuk
megetahui luasan
area batubara yang tersedia dan kemudian mengestimasi cadangan
dan
produkfititas yang dapat dihasilkan sebagai bahan pertimbangan
dalam
mengambil keputusan kedepannya.
1.5 Waktu dan Tempat Pelaksanaan Kegiatan
a) Pengenalan Prinsip Dasar Surveying Dalam Pengukuran Coal
Inventoy Senin, 8 Juli 2013 s/d Rabu, 10 Juli 2013 pukul 08.00
12.00 WIT
Tempat kegiatan berada di Office blok D & site pertambangan
blok E, PT MSJ
b) Pengukuran Coal Inventoy Kamis, 11 Juli 2013 2013 pukul
08.00-12.00 WIT
Tempat kegiatan berada di site pertambangan blok E, PT MSJ
c) Pengolahan Data Hasil Pengukuran Coal Inventoy Jumat, 12 Juli
2013 s/d Senin, 15 Juli 2013 WIT
Tempat kegiatan berada di Office blok D, PT MSJ
-
4
1.6 Alat-Alat Yang Dibutuhkan Dalam Pelaksanaan Kerja
Praktek
a) ETS Trimble S-6 (1 unit)
ETS ini memiliki spesifikasi:
Akurasi Pengukuran Sudut 2
Akurasi Pengukuran Jarak 3mm + 2 ppm
Jarak Jangkauan Maksimal 2500m
Divergensi Sinar EDM (Horizontal) 4cm/100m
Divergensi Sinar EDM (Vertikal) 8cm/100m Tabel 1.1 Spesifikasi
ETS S-6
b) Prisma (3unit)
Digunakan prisma yang memiliki ketinggian 2m.
c) Statif
d) Pita penanda
Pita ini digunakan untuk menandakan area yang sudah disurvey
pada jangka
waktu tertentu.
e) Software
Digunakan 2 jenis software dalam pengolahan data, yaitu:
Surpac 6.1.2
Software ini digunakan dalam pengolahan data-data pengukuran
posisi yang
didapat oleh ETS.
MicrosoftExcel 2010
Software ini digunakan untuk membantu perhitungan-perhitungan
matematika
dasar yang terdapat selama proses pengolahan.
-
5
BAB II
TINJAUAN PERUSAHAAN TEMPAT PELAKSANAAN KERJA PRAKTEK
2.1 Profil PT Mahakam Sumber Jaya PT Mahakam Sumber Jaya adalah
sebuah perusahaan tambang yang bergerak
dalam bidang eksploitasi batu bara serta berada dibawah naungan
Tanito Coal dan
Harum Energy. PT Mahakam Sumber Jaya atau yang lebih dikenal
dengan MSJ ini
dibentuk tahun 1994 dan mendapatkan kontrak kerja tambang
batubara yang ketiga
pada tahun 2000. Lokasi pekerjaan PT MSJ berada sekitar radius
40 km dari fasilitas
pengolahan batubara Separi dan dapat diakses dengan jalan
pengangkutan khusus yang
dikelola oleh PT MSJ. PT Mahakam Sumber Jaya memiliki daerah
operasi dengan luas
sekitar 20.830 hektar dan berada disekitar wilayah Tenggarong
Seberang, sekitar 25
km di utara Kota Samarinda. Saat ini, PT Mahakam Sumber Jaya
mempunyai rata-rata
produksi antara 2 hingga 3 juta ton per tahun.
Gambar 2.1 Peta Lokasi Operasional PT Mahakam Sumber Jaya Di
Daerah Tenggarong Seberang, Kaltim
-
6
2.2 Struktur Organisasi PT. Mahakam Sumber Jaya
Gambar 2.2 Struktur Organisasi PT. Mahakam Sumber Jaya
Pres
iden
t Di
rect
or
Eddy
Sum
arso
no
Operation Manager Didied Sulistyono
Mining Mgr. Act. Danu Padmoto
CHRM Spt. Act. Fahrizal P
OB Spt. Act. Wahyu P
Coal getting Spt. Act. R. Agustinus
HSE Manager B. Satryana
Safety Spt. Vacant
MR & Enviro Spt. Simson RP
ERT
Act Port Engineering Mgr. Act. Facrul
Heavy Equipment & Fixed Plant Spt.
Act. Djarot
Port Operartion Mgr. Tunggul DJ
CPP Spt. / Port Capt Frendy
Prod Supply & Control Spt. Eliana
Technical & Landcomp Mgr. A. Aziz
Survey Spt. Act. Iwan
Geology Spt. Act. Agus
Mine Plan Spt. Elbar JP
Land Comp Spt. Iwat HM
Tech. Service Mgr. Widyo S.
Project Construction Mgr. Sapta K.
Project & Construction Spt. Fajar
Gov REL & CD Act. Eko C.
Gov Rel & External Spt. Indrajid WB
Community Development Spt.
RM. Faizal
HRDS Agus Winarto
HRDS Spt. Vacant
Logistic & Warehouse Sutaji
Finance Hendra Tjoa
Procurement Deddy
-
7
2.3 Ruang Lingkup Penambangan Batu Bara Oleh PT MSJ
PT Mahakam Sumber Jaya menggunakan metode penambangan terbuka
(open
pit) dalam melakukan eksploitasi batu bara di dalam perut bumi.
Kegiatan
penambangan dimulai dengan kegiatan pengupasan lapisan tanah
penutup (striping
over burden), kemudian dilanjutkan dengan pemuatan (loading) dan
pengangkutan
(hauling) material hasil peledakan dari penambangan ke lokasi
pembuangan
(dumping). Pengupasan lapisan tanah penutup dilakukan hingga
lapisan batu bara
berada pada permukaan.
Gambar 1.3 Konsep Penambangan Open Pit (Sumber:
http://www.visualdictionaryonline.com)
Dalam kegiatan eksploitasi batu bara di lahan miliknya, PT
Mahakam Sumber
Jaya menugaskan kegiatan tersebut pada 2 perusahaan kontraktor,
yakni PT. Cipta
Kridatama dan PT Leighton Contractor Indonesia. PT Mahakam
Sumber Jaya sendiri
sebagai owner hanya bertugas memantau kedua kontraktor
tersebut.
-
8
2.4 Profil Kontraktor Yang Bekerja Sama dengan PT. MSJ
2.4.1 Profil PT. Leighton Contractor Indonesia
PT Leighton Contractor Indonesia merupakan anak perusahaan /
cabang dari
perusahaaan PT Leighton Asia yang mulai bergerak sejak tahun
1975. PT Leighton
Contractor Indonesia yang bergerak dalam bidang layanan
konstruksi dan pertambangan
dan mempunyai kantor pusat pada Gedung Ratu Prabu 9th floor Jl.
Letjend TB
Simatupang, Jakarta Selatan 12560.
Perusahaan ini menyediakan segala jasa yang membutuhkan
peralatan-peralatan
berat dalam kegiatan operasionalnya. Telah banyak
perusahaan-perushaaan yang
menggunakan jasa PT Leighton Contractor Indonesia ini seperti PT
Mahakam Sumber
Jaya. Tugas Utama yang dilakukan oleh PT Leighton Contractor
Indonesia dalam dunia
pertambangan adalah untuk menyediakan semua kebutuhan alat-alat
berat seperti
kendaraan pengeruk, bulldozer, hauler dan peralatan lainnya yang
dibutuhkan dalam
eksploitasi pertambangan. Disamping itu, PT Leighton Contractor
Indonesia juga
bertugas mengurus segala macam perbaikan (maintenance) serta SDM
(Sumber Daya
Manusia) yang mempunyai kompetensi untuk merawat dan
mengoperasikan alat-alat
tersebut.
2.4.2 Profil PT. Cipta Kridatama
PT. Cipta Kridatama yang didirikan pada tahun 1997 adalah
pembesaran sayap
perusahaan dari Divisi Peralatan & Bisnis Penyewaan PT.
Trakindo Utama yang
berfokus pada pihak & Jasa Penambangan. Didukung oleh lebih
dari 2700 karyawan, PT.
Cipta Kridatama memiliki lebih dari 14 lokasi operasional di
seluruh Indonesia dan
mempunyai pusat di Jl Cilandak KKO Kawasan Komersial Cilandak
The Garden Centre
7th , Ragunan, Jakarta 12550.
Tidak seperti PT Leighton Contractor Indonesia, PT Cipta
Kridatama ini hanya
mengkhususkan diri di bidang eksploitasi pertambangan. Dalam
kerjasamanya dengan
PT Mahakam Sumber Jaya, PT Cipta Kridatama memiliki tugas
menyediakan dan
mengoperasikan alat-alat berat yang digunakan untuk
meng-eksploitasi batu bara di lahan
milik PT Mahakam Sumber Jaya.
-
9
BAB III
LANDASAN TEORI
3.1 Penghitungan Jarak Dengan Prinsip EDM
Total station merupakan teknologi alat yang menggabungkan secara
elektronik
antara teknologi theodolite dengan teknologi EDM (Electronic
Distance
Measurement). EDM merupakan alat ukur jarak elektronik yang
menggunakan
gelombang elektromagnetic sinar infra merah sebagai gelombang
pembawa sinyal
pengukuran dan dibantu dengan sebuah reflektor berupa prisma
sebagai target (alat
pemantul sinar infra merah agar kembali ke EDM). Jarak dapat
dihitung otomatis oleh
total station jika membidik reflektor/prisma. Laser yang
dipancarkan Total station
mengenai prisma lalu dipantulkan kembali ke arah reflektor,
jarak antara Total station
dan prisma didapat dengan menggunakan rumus:
= 2 dimana:
s = jarak antara ETS dan reflektor
c = konstanta cahaya (299.792.458 m/s)
t = waktu yang dibutuhkan antara saat laser mulai dipancarkan
oleh ETS
hingga ditangkap kembali oleh ETS
-
10
3.2 Penentuan Posisi Horizontal Dengan Metoda Polar
Untuk menentukan posisi horizontal suatu titik ukuran di area
pertambangan
digunakan prinsip dasar perhitungan metoda polar. Metoda ini
hanya menggunakan
sebuah titik acuan (titik ikat) untuk menentukan titik lain yang
tidak diketahui
koordinat horizontal-nya. Pada gambar dibawah diilustrasikan
terdapat sebuah titik
acuan (B) yang digunakan untuk mencari koordinat horizontal
titik O.
Gambar 3.1 Ilustrasi Penentuan Posisi Horizontal Dengan Metoda
Polar
Untuk dapat menghitung koordinat XO dan YO, diperlukan sudut
jurusan BO
dan jarak titik B ke titik O (dBO). Nilai BO adalah nilai sudut
yang dibentuk oleh 2
buah garis, yaitu garis titik B ke arah utara sebenarnya dan
garis titik B menuju O
seperti terlihat pada gambar diatas. Jika telah diketahui BO,
dBO, dan koordinat X,Y
titik acuan maka koordinat XO dan YO dapat dicari dengan
persamaan dibawah.
= + sin = + cos
Jika nilai XB,YB diketahui dan nilai dari dBO didapatkan dari
pengukuran,
namun nilai BO sulit diukur secara langsung di lapangan sehingga
untuk mengetahui
nilai BO ini diperlukan sebuah titik backsight, yaitu sebuah
titik acuan lain yang telah
diketahui koordinatnya.
-
11
Gambar 3.2 Ilustrasi Penggunaan Titik Backsight Untuk
Mendapatkan BO
Sehingga dalam penentuan posisi XO dan YO, secara keseluruhan
diperlukan 2
titik acuan yang diketahui koordinatnya. Pada ilustrasi gambar
diatas titik tersebut
adalah titik A dan B. Nilai adalah nilai sudut yang terbentuk
antara AB dan BO, nilai
ini dapat diketahui dari pengukuran dilapangan secara langsung.
AB adalah sudut
jurusan titik A menuju titik B, nilai dari AB ini dapat dihitung
dengan persamaan:
= tan (XB XA)( )
Setelah kita memiliki nilai AB dan , maka nilai dari BO dapat
dihitung
dengan persamaan:
= + 1800
Selanjutnya, penghitungan XO dan YO pada persamaan awal dapat
dilakukan
karena telah diketahui nilai dari BO dan dBO.
-
12
3.3 Penentuan Posisi Vertikal Dengan Trigonometri
Gambar 3.3 Ilustrasi Penentuan Tinggi Dengan Konsep
Trigonometri
Untuk mencari nilai tinggi suatu titik yang tidak diketahui
nilai tingginya di
area tambang (Pada gambar dimisalkan titik O) diperlukan sebuah
titik acuan yang
telah diketahui tingginya (Pada gambar dimisalkan titik B).
Titik tinggi O (ZO) dapat
diketahui melalui persamaan:
= +
ZO = Tinggi titik O
ZB = TInggi titik B
tBO = Beda tinggi titik B dan titik O
Sedangkan untuk nilai tBO dapat diperoleh dengan konsep
trigonometri biasa
melalui persamaan:
= ( sin) +
dBO = Jarak Miring titik B dan titik O
m = Sudut miring yang terbentuk antara titik B
dan O
I = Tinggi alat bidik
t = Tinggi prisma
-
13
3.4 Penentuan Luas Dengan Metoda Koordinat
Gambar 3.4 Ilustrasi Perhitungan Luas Segitiga Yang Diurai
Menjadi Beberapa Trapesium
Secara prinsip dasar, metoda penentuan luas ini membagi-bagi
suatu area
luasan daerah yang dikelilingi oleh koordinat-koordinat terluar
menjadi beberapa
trapesium dengan jumlah trapesium yang dipengaruhi oleh jumlah
koordinat-koordinat
pembentuknya. Pada gambar diatas terdapat suatu area yang
terbentuk oleh 3 titik
koordinat A,B dan C. Dengan metoda penentuan luas ini, area
tersebut dibagi menjadi
3 buah trapesium yaitu trapesium ABBA, trapesium BCCB dan
trapesium ACCA.
Luas dari area ABC dapat dicari dengan penjumlahan
persamaan:
2 = ( + )( )(1) 2 = ( + )( ) ...(2) 2 = ( + )( )..(3)
Penjumlahan persamaan (1), (2), dan (3) akan menghasilkan
persamaan: 2 = ( + + ) ( + + )
Sehingga secara umum, dapat disimpulkan persamaan yang digunakan
untuk
penentuan luas area menjadi:
= (1 + +1)2
-
14
3.5 DTM
Pada prinsipnya, untuk dapat membuat model DTM secara otomatis
pada
software Surpac, setiap titik-titik hasil pengukuran yang
mempunyai data ketinggian
digunakan sebagai acuan untuk meng-interpolasi daerah yang tidak
mempunyai data
ketinggian. Permukaan tanah dimodelkan dengan memecah area
menjadi bidang-
bidang yang terhubung satu sama lain dimana bidang-bidang
tersebut terbentuk oleh
titik-titik pembentuk DTM. Titik-titik tersebut dapat berupa
titik sampel permukaan
tanah atau titik hasil interpolasi atau ekstrapolasi titik-titik
sampel. Titik-titik sample
merupakan titik-titik yang didapat dari hasil sampling permukaan
bumi, yaitu
pekerjaan pengukuran atau pengambilan data ketinggian
titik-titik yang dianggap dapat
mewakili relief permukaan tanah. Dengan bantuan software Surpac,
maka semua
proses interpolasi dan ekstrapolasi ketinggian titik-titik
sampel dilakukan secara
otomatis dan akhirnya didapatkan bidang DTM secara cepat.
Digital Terrain Model (DTM) dalam surpac terbentuk dari gabungan
beberapa
string (terdiri dari titik ketinggian dan garis yang
menghubungkan titik tersebut) yang
berdekatan.
Gambar 3.5 Sebuah Set Garis-Garis String Pembentuk DTM
-
15
Titik-titik yang berada dalam string tersebut bergabung satu
sama lain dengan
garis sehingga akan membentuk DTM.
Proses penggabungan berlangsung secara kontinu sampai permukaan
hanya
terdiri dari segitiga-segitiga yang tidak saling tumpang
tindih.
Software dapat memilih segitiga terbaik (terdekat dengan
segitiga sama sisi).
Bidang DTM yang dibuat ini mencerminkan keadaan ketinggian
permukaan ROM
yang masih kosong dan belum terisi batu bara. Bidang permukaan
DTM ini akan
berfungsi untuk menghitung volume batubara yang berada di
ROM.
Gambar 3.6 Proses Pembentukan Permukaan DTM dari String-String
Pembentuknya
Gambar 3.7 Hasil Permukaan DTM dari String-String
Pembentuknya
-
16
3.6 Perhitungan Volume
Perhitungan Volume dari bidang DTM bisa dihitung dengan
memecahkan
permukaan DTM yang terbentuk dalam representasi TIN
(Triangulated Irregular
Network) menjadi prisma-prisma segitiga. Perhitungan volume
sebuah prisma segitiga
dapat dihitung dengan persamaan:
= + + 3
Karena volume bidang DTM terdiri dari banyak kumpulan
prisma-prisma,
maka volume suatu DTM terhadap permukaan acuan dapat dicari
dengan
menjumlahkan semua volume prisma-prisma pembentuknya.
=
Dalam perhitungan Volume Coal Inventory, digunakan 2 bidang DTM
sebagai
acuan perhitungannya. Bidang DTM pertama adalah bidang DTM
yang
menggambarkan keadaan permukaan ROM sebelum ditempati batu bara
dan bidang
DTM yang kedua adalah bidang DTM yang menggambarkan permukaan
area setelah
batu bara dimasukkan ke dalamnya.
Gambar 3.8 Permukaan DTM yang dapat diurai menjadi
prisma-prisma
-
17
Pada gambar 3.8 dapat dilihat bahwa volume coal inventory
(permukaan
prisma warna biru) bisa didapatkan dengan perhitungan volume
yang dibentuk oleh
DTM-2 terhadap bidang acuan Z0 (prisma 1234-ABCD) yang dikurangi
dengan
volume yang dibentuk oleh DTM-1 terhadap Z0 (prisma
1234-ABCD).
= 1234 1234
3.7 Istilah Dalam Survey Pertambangan
Dalam dunia survey tambang, terdapat beberapa istilah yang
sering digunakan
untuk menyebutkan suatu obyek didalam area tambang. Dibawah ini
terdapat istilah-
istilah penting dalam pertambangan yang berhubungan dengan
aktivitas Survey
Loading Point/Pengambilan data di lapangan:
Blok Blok adalah daerah tambang aktif secara keseluruhan. Blok
tambang dapat
terdiri dari pit-pit aktif berserta segala bangunan dan gedung
penunjang disekitarnya.
Pit Pit adalah lokasi eksploitasi aktif pertambangan.
Seam Seam adalah lapisan batubara yang berada diantara dua
lapisan/batuan lainnya.
Contohnya lapisan tanah.
Gambar 3.9 Ilustrasi Volume Coal Inventory yang dapat dihitung
dari selisih 2 DTM
-
18
Toe Toe adalah lokasi titik di bawah jika ada perubahan
ketinggian yang signifikan
(bagian bawah bukit).
Crest Crest adalah lokasi titik di atas jika ada perubahan
ketinggian yang signifikan
(bagian atas bukit).
Roof Roof adalah lapisan permukaan batubara.
ROM ROM adalah suatu area disekitar pit yang digunakan sebagai
tempat penyimpanan
batu bara sementara yang telah dikeruk sebelum diangkut menuju
pelabuhan (port).
Coal Expose Coal Expose merupakan areal lapisan batubara yang
telah dikeruk namun belum
sepenuhnya habis. Umumnya lapisan ini berupa dataran yang
relatif rata.
Floor Floor adalah semua lapisan dasar batubara.
Overburden Overburden adalah lapisan tanah penutup (lapisan yang
menutupi bahan
galian)yang biasanya terdiri dari: Top Soil, Sub Soil, dan
Lapisan tanah inti (Sand
Stone, Clay, dan lain-lain).
Inventory / Coal Inventory Inventory/Coal Inventory adalah stok
simpanan batu bara yang berada dalam
kompleks pertambangan, baik itu batu bara yang belum atau sudah
dkeruk.
-
19
BAB IV
PELAKSANAAN KEGIATAN KERJA PRAKTEK
Kegiatan pertambangan untuk mengukur kegiatan coal inventoy
dipertambangan
terbagi menjadi beberapa tahap besar, yaitu:
1. Persiapan
2. Pengambilan data di lapangan
3. Pengolahan data
4. Penyajian hasil data
5. Analisis
4.1 Persiapan Kegiatan persiapan ini terbagi menjadi beberapa
tahapan yang harus dilakukan
sebelum kegiatan pengukuran dapat dilakukan. Kegiatan tersebut
adalah:
1. Induksi
Induksi ini dilakukan hanya satu kali, yaitu diawal kami
melakukan kerja
praktek di PT Mahakam Sumber Jaya. Induksi adalah kegiatan
pengenalan area dan
peraturan-peraturan yang harus ditaati oleh seluruh individu
yang berada di kawasan
tambang PT Mahakam Sumber Jaya. Tujuan utama dari kegiatan
induksi ini adalah
untuk meningkatkan kesadaran keselamatan kerja pada setiap
individu sehingga resiko
kecelakaan tambang dapat di minimalisir sekecil mungkin.
2. Perencanaan
Dalam proses perencanaan ini terbagi menjadi beberapa proses,
yaitu :
a. Briefing
Briefing awal dilakukan di kantor base tambang dan berguna
untuk
menentukan tim beserta anggota-anggotanya yang akan berangkat
melakukan
survey ke pit.
-
20
b. Pengecekan data sebelumnya
Sebelum berangkat ke lapangan, data sebelumnya harus di cek
lebih dahulu.
Hal ini dilakukan untuk melihat data-data yang kurang, data-data
batubara yang
sudah dibawa ke pelabuhan untuk dijual, dan juga akan terlihat
daerah mana yang
perlu diukur.
c. Penentuan lokasi pengukuran
Penentuan lokasi pengukuran bergantuk pada pengecekan data
sebelumnya
dan permintaan dari kontraktor. Pada tahap ini ditentukan tim
mana yang akan
berangkat ke lokasi-lokasi yang ditentukan.
3. Pengecekan alat dan APD (Alat Perlindungan Diri)
Pengecekan alat dilakukan untuk mengetahui apakah alat yang
digunakan (ETS
dan Prisma) berada dalam kondisi baik, sedangkan pengecekan APD
berfungsi untuk
memastikan bahwa perlengkapan keselamatan standar yang digunakan
nyaman untuk
digunakan (tidak kebesaran dan kekecilan serta dalam keadaan
bersih). APD terdiri
dari helm, rompi scotlight, dan safety shoes. Adapun seperti apa
penampakan bendanya
dapat dilihat di gambar 4.1 di bawah ini.
Gambar 4.1 Contoh Peralatan APD (Kiri-Kanan : Helm, Rompi
Scotlight, Safety Shoes)
Alat-alat yang akan dipakai harus dikalibrasi terlebih dahulu
dan pastikan
bahwa alat memang layak dipakai. Untuk pengecekan alat dilakukan
oleh surveyor dari
perusahaan.
-
21
4.2 Pengambilan Data di Lapangan
Gambar 4.2 Diagram alir proses pengambilan data
Setelah persiapan sudah selesai dan dirasa sudah siap, maka
pengambilan data
pun dapat dilakukan. Proses pengambilan data terbagi menjadi
beberapa proses seperti
dapat dilihat di gambar 4.2.
1. Orientasi Lokasi di titik yang telah direncanakan
Sebelum dilakukan pengukuran, tim-tim yang berangkat di lokasi
harus
melakukan orientasi pada daerah yang akan diukur. Hal ini
bertujuan untuk melihat
prioritas daerah yang perlu untuk didahulukan. Daerah yang
diprioritaskan adalah
daerah yang sedang tidak dikeruk, daerah yang pengukuran lalunya
paling lama, dan
daerah yang diminta oleh kontraktor.
Orientasi Lokasi
Pendirian Alat
Pengukuran Titik
-
22
Gambar 4.3 Contoh lokasi yang dijadikan rom di site PT Mahakam
Sumber Jaya
Lokasi pengukuran terbagi menjadi dua macam, yaitu rom dan pit.
Rom adalah
lokasi dimana batubara disimpan untuk siap angkut ke pelabuhan
untuk dijual,
sedangkan pit adalah daerah yang sedang dikeruk. Gambar 4.3
merupakan contoh
lokasi rom batubara. Terlihat bahwa gundukan besar tersebut
merupakan gundukan
batubara. rom dan pit terbagi lagi menjadi beberapa seam. Seam
dibedakan dari
ketebalan dan kualitas batubara. Data ketebalan dan kualitas ini
dapat diperoleh dari
survey tim geologi yang melakukan pengeboran.
2. Pendirian alat pada titik ikat
Setelah diketahui daerah mana yang ingin diukur terlebih dahulu
maka
pengukuran dapat dilakukan. Pendirian alat dilakukan di patok
yang sudah ditentukan.
Setelah itu surveyor memasukkan koordinat titik patok tersebut
ke Total station untuk
titik acuan.
Gambar 4.4 Surveyor mendirikan alat di pit batubara PT MSJ
-
23
3. Pengukuran titik
Pengukuran titik pun dilakukan setelah alat didirikan dan para
pemegang
prisma sudah siap. Pemegang alat mengambil alih komando dan
memimpin kegiatan
pengukuran. Pemegang prisma berjalan sesuai komando dari
pemegang alat. Pemegang
prisma memberi informasi jenis lapisan yang diukur (roof atau
floor).
Gambar 4.5 Surveyor dan asistennya sedang membidik titik survey
di pit batubara PT MSJ
Pemegang alat dilakukan oleh 2 orang seperti pada gambar 4.5 dan
pemegang
prisma dilakukan oleh 3 orang seperti pada gambar 4.6.
Identifikasi batas-batas coal
expose dengan overburden sehingga data yang diambil benar-benar
hanya data coal
inventoy. Jika mencapai daerah toe atau crest, pemegang prisma
akan memberi tahu
pemegang alat. Toe adalah lokasi titik di bawah jika ada
perubahan ketinggian yang
signifikan (bagian bawah bukit). Crest adalah lokasi titik di
atas jika ada perubahan
ketinggian yang signifikan (bagian atas bukit). Setelah
pengukuran pada lokasi itu
selesai, maka tim berpindah ke lokasi berikutnya.
Gambar 4.6 Para surveyor sedang memegang prisma bidikan untuk
pengukuran pit batubara
-
24
4.3 Pengolahan Data
Gambar 4.7 Diagram Alir Proses Pengolahan Data Coal
Inventory
Pengolahan data coal inventory mempunyai beberapa proses seperti
pada
gambar 4.7 di atas. Pengolahan data ini utamanya menggunakan
software surpac.
Berikut merupakan tahapan pengolahan data :
4.3.1 Import titik data yang didapat pada pengukuran
Hal pertama yang dilakukan dalam pengolahan data adalah import
data yang
didapat dari hasil pengukuran. Data yang ingin diimport didapat
dari alat Total station
yang dipakai dalam pengukuran. Memory dalam Total station
dihubungkan dengan
komputer dan memakai software bawaan Total station itu sendiri
untuk import data-
data yang diperoleh dari pengukuran. Lalu data titik tersebut
dimasukkan ke software
Surpac agar dapat diolah.
Import data
Interpretasi titik
Pemberian garis boundary
Perhitungan Luas
Perhitungan Volume
-
25
Gambar 4.8 Contoh hasil input data titik-titik pengukuran
Gambar diatas merupakan salah satu contoh hasil input data-data
koordinat
hasil pengukuran kedalam software. Titik yang berupa lingkaran
besar merupakan data
sebelumnya dan titik hijau kecil merupakan data pengukuran
terbaru. Setiap titik pada
gambar tersebut mencerminkan satu buah hasil ukuran/bidikan yang
dilakukan pada
saat pengukuran. Warna dan jenis titik yang berbeda-beda
mencerminkan adanya
perbedaan jenis batuan pada permukaan area pengukuran.
4.3.2 Interpretasi titik
Setelah data-data pengukuran hari itu didapat, diperlukan
interpretasi titik-titik
yang didapat agar diketahui kecocokan antara data yang diperoleh
dengan objek di
lapangan. Hal ini dapat dilihat dengan memasukkan data tersebut
ke dalam software
Surpac dan dilihat bentuk yang dibentuk dari titik-titik
tersebut. Kemudian setelah itu
dilihat apakah terjadi spike dari data yang didapat, jika ada
maka data tersebut harus di-
edit agar benar. Spike biasanya terjadi karena adanya suatu
blunder data akibat
berbagai faktor yang mungkin terjadi dilapangan.
Pada tahap ini juga, identifikasi toe dan crest dilakukan. Hal
ini dilakukan agar
batas-batas ketinggian yang signifikan terlihat. Identifikasi
dilakukan dengan
pemberian garis-garis pada kumpulan titik toe maupun crest
dengan perbedaan warna.
-
26
Pemberian garis juga berguna untuk pemberian breakline.
Identifikasi garis-garis
tersebut menjadi breakline string agar pada saat pembuatan DTM,
interpolasi yang
dilakukan oleh software tidak akan memotong garis-garis
tersebut.
Gambar 4.9 Perbedaan toe dan crest
Gambar di atas merupakan contoh DTM yang memperlihatkan
perbedaan toe
dan crest yang menjadi breakline, garis merah adalah garis yang
menghubungkan
kumpulan titik crest dan garis putus-putus berwarna hijau adalah
garis yang
menghubungkan kumpulan titik toe. Titik-titik kecil berwarna
hijau adalah titik-titik
ketinggian. Semua pola patahan, cekungan, dan galian harus
ditarik breaklines. Di
daerah datar tidak diperlukan pembuatan breaklines
4.3.3 Pemberian garis boundary
Setelah data-data yang menghasilkan spike dihilangkan, langkah
selanjutnya
adalah memberikan garis boundary di batas-batas seam. Garis
boundary adalah garis
pembatas seam. Pemberian garis tersebut dapat dilakukan dengan
menghubungkan
titik-titik terluar yang berada pada 1 seam. Setelah dilakukan,
garis boundary harus
diatur agar menjadi breakline. Pemberian garis boundary tersebut
dilakukan agar
dalam perhitungan luas dan volume dapat terlihat dengan jelas
batasnya dan
-
27
penghitungan secara otomatis oleh software dapat lebih akurat
dan agar semua titik-
titik ketinggian dalam satu seam masuk dalam penghitungan luas
dan volume. Garis
boundary juga berlaku sebagai breakline string dalam pembuatan
DTM.
Gambar 4.10 Garis boundary sebagai pembeda seam dan juga sebagai
breakline
Gambar di atas merupakan contoh DTM untuk memperlihatkan garis
boundary
sebagai pembeda 2 seam dan juga breakline. Terkadang garis
boundary akan menimpa
toe ataupun crest karena lokasinya berhimpitan. Garis merah
adalah garis penghubung
crest, garis putuh hijau adalah garis penghubung toe, garis
putih adalah boundary line
dan titik-titik hijau kecil adalah titik-titik ketinggian yang
telah diukur.
4.3.4 Perhitungan luas
Penghitungan luas dilakukan untuk melihat seberapa luas pit yang
sudah
dikeruk. Hal ini dapat dilakukan dengan software surpac. Dalam
surpac terdapat 3 jenis
luas yang akan didapat yaitu, horizontal area, vertical area,
dan best fit area. Dalam
pertambangan, yang dipakai adalah best fit area. Pada prinsipnya
software ini dapat
menghitung luas area dengan cara perhitungan 2 luas trapesium
seperti tercantum pada
teori dasar.
-
28
4.3.5 Perhitungan volume
Perhitungan volume dilakukan menggunakan software surpac.
Konsep
perhitungan volume yang dipakai untuk rom adalah berbasis cut
and fill di antara dua
atau lebih DTM. Pada prinsipnya, volume coal inventory bisa
didapatkan dari selisih
antara 2 bidang DTM. DTM pertama yang digunakan adalah DTM
yang
mencerminkan bentuk permukaan dan ketinggian rom saat sebelum
rom terisi oleh
batubara. DTM kedua adalah DTM yang dibentuk oleh gundukan coal
inventory
didalam rom. Sehingga hasil selisih kedua DTM tersebut akan
menghasilkan suatu
volume yang mencerminkan volume coal inventory didalam rom.
Untuk mengetahui
perhitungan volume lebih jelas dapat dilihat pada landasan teori
3.6.
Untuk perhitungan volume pit tetap dilakukan oleh software
surpac. Konsep
perhitungan volumenya adalah luas area dikalikan dengan tinggi.
Tinggi disini
memakai data thickness yang didapat dari tim geologi.
4.4 Penyajian data
Penyajian data dapat dilakukan menggunakan software Surpac untuk
gambar
plottingnya. Penyajian data dalam gambar menunjukkan lokasi seam
berada. Penyajian
hasil rincian hitungan berupa tabel (lihat Lampiran III) yang
dikerjakan dengan
menggunakan software Microsoft Excel.
Data-data yang disajikan dalam tabel berupa :
1. Seam, yaitu nama-nama seam yang ada di pit C0, pembagian seam
berdasarkan
data ketebalan yang didapat.
2. Area, yaitu luas area masing-masing seam.
3. Thickness, yaitu data ketebalan yang didapat dari tim
geologi.
4. Volume, yaitu volume berdasarkan seam masing-masing.
5. RD (Relative Density), yaitu ukuran pembanding kualitas
batubara.
6. Tonnage, yaitu ukuran kapasitas yang dapat diangkut oleh
suatu kapal.
7. Total pit, yaitu jumlah volume dan tonnage yang ada di dalam
pit.
8. Total rom, yaitu jumlah volume dan tonnage yang ada di dalam
rom.
9. Total, yaitu jumlah volume dan tonnage semua seam baik dari
pit maupun rom.
-
29
4.5 Analisis
Dalam pelaksanaan kerja praktek ini, ada beberapa hal yang
berbeda antara konsep
dengan praktek di lapangan, yaitu:
Dalam persiapan, kurangnya informasi mengenai keadaan
dilapangan
dikarenakan tidak semua surveyor mengikuti briefing (hanya ketua
tim
survey yang diikutkan dalam briefing). Upaya yang dapat
dilakukan
untuk mengatasi masalah ini adalah dengan mewajibkan seluruh
surveyor untuk mengikuti briefing.
Dalam pengukuran terdapat beberapa hal yang tidak sesuai
dengan
standar pengukuran, yaitu posisi prisma tidak tepat berada di
objek yang
akan diukur karena terhalang oleh gundukan batu bara dan asap
yang
ditimbulkan oleh batu bara pada saat hujan.Upaya yang dilakukan
untuk
mengatasi hal ini adalah dengan menggunakan ETS
reflectorless
sehingga bidikan dapat diarahkan langsung pada objek yang
akan
diukur. Upaya lain yang dapat dilakukan adalah dengan
menyiapkan
perlengkapan keselamatan yang lebih baik (tahan api).
Berdasarkan spesifikasi pengukuran, jarak antar titik diatur
sebesar 3
meter. Hal ini dilakukan untuk menjaga kualitas hasil
perhitungan
volume batu bara agar sesuai dengan standar toleransi hilangnya
batu
bara selama proses eksploitasi, yaitu sebesar 0.5 1% dari total
volume
batu bara.
-
30
Gambar 4.11 Contoh kesalahan pembuatan garis boundary
dikarenakan terdapat titik yang tidak diikut sertakan dalam
pembentukan garis
Kesalahan terjadi pada waktu pembuatan garis boundary, yaitu
terdapat
titik yang tidak diikut sertakan pada proses pembuatan
boundary
tersebut. Hal ini mengakibatkan volume yang diperoleh tidak
sesuai
dengan kondisi sebenarnya. Upaya yang dapat dilakukan dapat
berupa
penggambaran kembali (editing) terhadap titik yang belum
diikut
sertakan pada proses pembuatan boundary tersebut.
-
31
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengukuran coal inventory yang dilakukan,
total volume
yang didapat berdasarkan kontraktor yang menangani adalah
sebagai berikut :
Kontraktor Volume (m3)
PT. Cipta Kridatama 438.866,26
PT. Leighton Contractor Indonesia 415.343,36 Tabel 5.1 Hasil
perhitungan volume coal inventory berdasarkan kontraktor yang
menangani
Dalam pelaksanaan kerja praktek ini kami mendapat beberapa
pelajaran mengenai
pelaksanaan kegiatan pengukuran coal inventory dalam dunia
pertambangan. Hal-hal baru
yang kami dapat adalah antara lain :
Kegiatan pengukuran coal inventory terdiri dari 5 proses utama
yaitu persiapan,
pengambilan data, pengolahan data, penyajian data, dan
analisis.
Dalam pertambangan, keselamatan merupakan prioritas utama. Hal
tersebut
diperlihatkan dengan lengkapnya peralatan APD.
Dalam pertambangan, adanya kontraktor yang mengerjakan
pengerukan dapat
membantu kelangsungan proyek.
Dalam pertambangan, khususnya survey, banyak istilah yang kami
dapat seperti yang
telah dijelaskan dalam daftar istilah.
Perhitungan posisi dapat dilakukan dengan metode polar untuk
posisi horizontalnya
dan perhitungan trigonometri untuk posisi vertikalnya.
Penentuan luas dalam pertambangan prinsipnya adalah membagi area
luasan daerah
yang diukur menjadi beberapa trapesium. Perhitungan luas dapat
dihitung secara
otomatis dengan software surpac.
Penentuan volume dapat dilakukan dengan metode cut and fill
antara DTM secara
otomatis menggunakan software surpac.
-
32
5.2 Saran
Menurut pemikiran kami ada beberapa hal yang dapat dilakukan
dalam
kegiatan pengukuran coal inventoy agar kualitas data menjadi
lebih baik. Seperti pada
halnya saat prisma diangkat dengan mengira-ngira dikarenakan
bidikan terhalang
gundukan batubara. Hal tersebut tentu saja mempengaruhi
pengkuran seperti yang
telah diutarakan dalam analisis. Saran dari kami adalah
mengganti reflektor yang
panjangnya 2 meter menjadi 5 meter agar tidak terjadi hal ini
lagi.
Kasus kedua adalah pada saat batubara terbakar karena mengenai
hujan
sehingga prisma dimiringkan. Hal ini dapat mempengaruhi
pengukuran. Saran dari
kami adalah mengganti alat dengan ETS reflectorless. Saran
lainnya adalah
menyiapkan perlengkapan keselamatan yang tahan api jika ada
kasus seperti itu.
Semoga dengan saran saran kami ini dapat menjadikan pembelajaran
yang berharga
bagi kami dan perusahaan agar mengembangkan kualitas menjadi
lebih baik.
-
33
DAFTAR PUSTAKA
Yamin, Muhammad. 2011. Slide Kuliah Ilmu Ukur Tanah I GD-2101.
Bandung
Soedemo, Agus S. 2000. Dasar-dasar survey. Bandung: LAPI ITB
Muda, Iskandar. 2008. Teknik Survei dan Pemetaan. Jakarta:
DEPDIKNAS
http://listiyonobudi.blogspot.com/2011/09/pengukuran-polar.html
http://arryprasetya.blogspot.com/2010/05/definisi-dem-digital-elevation-model.html
http://mazprie82geodesi.blogspot.com/2010/11/metode-pengukuran-detail.html