Top Banner
Akademi Keperawatan Al Ikhlas Cisarua Yayasan Raudhatul Muta’alimin 2016 PANDUAN PRAKTIKUM Akademi Keperawatan Al Ikhlas Cisarua Bogor Jl. Hankam desa Jogjogan kecamatan Cisarua kabupaten Bogor Penyusun : TIM Kep. Gawat Darurat Akademi Keperawatan Al Ikhlas
39

Kegiatan Belajar Praktikum / Laboratoriumakper-alikhlas.com/wp-content/uploads/2016/01/modul-gadar.pdf · Penanganan kegawatdaruratan pada pasien berbagai tingkat usia 4. Pengkajian

Jan 30, 2018

Download

Documents

leduong
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: Kegiatan Belajar Praktikum / Laboratoriumakper-alikhlas.com/wp-content/uploads/2016/01/modul-gadar.pdf · Penanganan kegawatdaruratan pada pasien berbagai tingkat usia 4. Pengkajian

Akademi Keperawatan Al Ikhlas Cisarua

Yayasan Raudhatul Muta’alimin

2016

PANDUAN PRAKTIKUM

Akademi Keperawatan Al Ikhlas Cisarua Bogor

Jl. Hankam desa Jogjogan kecamatan Cisarua

kabupaten Bogor

Telp/fax 0251. 8252780

Penyusun :

TIM Kep. Gawat Darurat Akademi Keperawatan Al Ikhlas

Page 2: Kegiatan Belajar Praktikum / Laboratoriumakper-alikhlas.com/wp-content/uploads/2016/01/modul-gadar.pdf · Penanganan kegawatdaruratan pada pasien berbagai tingkat usia 4. Pengkajian
Page 3: Kegiatan Belajar Praktikum / Laboratoriumakper-alikhlas.com/wp-content/uploads/2016/01/modul-gadar.pdf · Penanganan kegawatdaruratan pada pasien berbagai tingkat usia 4. Pengkajian

BUKU PANDUAN PRAKTIKUM

KEPERAWATAN GAWAT DARURAT

Penyusun :

Tim Kep. Gawat Darurat Akademi Keperawatan Al Ikhlas

Akademi Keperawatan Al Ikhlas Cisarua

Yayasan Raudhatul Muta’alimin

2015/2016

Page 4: Kegiatan Belajar Praktikum / Laboratoriumakper-alikhlas.com/wp-content/uploads/2016/01/modul-gadar.pdf · Penanganan kegawatdaruratan pada pasien berbagai tingkat usia 4. Pengkajian

i

BIODATA MAHASISWA

NAMA : …………………………………….

NIM : …………………………………….

ALAMAT : …………………………………….

NO TELP : …………………………………….

Akademi Keperawatan Al Ikhlas Cisarua

Yayasan Raudhatul Muta’alimin

2015/2016

PAS FOTO

Page 5: Kegiatan Belajar Praktikum / Laboratoriumakper-alikhlas.com/wp-content/uploads/2016/01/modul-gadar.pdf · Penanganan kegawatdaruratan pada pasien berbagai tingkat usia 4. Pengkajian

ii

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirobbil’alamin, segala puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah

melimpahkan karunia-Nya kepada kami sehingga buku panduan praktikum Keperawatan Gawat

Darurat ini dapat diterbitkan sebagai alat untuk membantu mahasiswa Akademi Keperawatan Al

Ikhlas Cisarua dalam meningkatkan ketrampilan praktek Keperawatan Gawat Darurat.

Kami menyadari bahwa Ilmu keperawatan berkembang sangat pesat dan buku panduan

praktikum ini masih banyak kekurangan. Oleh karena itu,dengan kerendahan hati kami

mengharapkan pembaca/pengguna buku ini selalu menyesuaikan dengan perkembangan ilmu yang

ada dengan selalu membaca berbagai buku lainya dan tidak selalu terpaku pada buku petunjuk

praktikum ini..

Tak ada gading yang retak, saran dan masukan yang ditunjukan untuk penyempurnaan buku

panduan praktikum ini sangat kami harapkan, Semoga buku panduan praktikum ini dapat bermanfaat

dan membantu mahasiswa dalam proses pembelajaran.

Cisarua, Januari 2016

Page 6: Kegiatan Belajar Praktikum / Laboratoriumakper-alikhlas.com/wp-content/uploads/2016/01/modul-gadar.pdf · Penanganan kegawatdaruratan pada pasien berbagai tingkat usia 4. Pengkajian

iii

DAFTAR ISI

BIODATA.................................................................................................................................. i

KATA PENGANTAR................................................................................. .............................. ii

DAFTAR ISI.. ............................................................................................................................ iii

KEGIATAN BELAJAR PRAKTIKUM.................................................................................... 1

TRIASE...................................................................................................................................... 3

PENGKAJIAN AIRWAY, BREATHING, CIRCULATION................................................... 4

RESUSITASI JANTUNG PARU.............................................................................................. 6

PENANGANAN ASFIKSIA..................................................................................................... 10

PENANGANAN KEJANG DEMAM....................................................................................... 12

PENANGANAN TERSEDAK.................................................................................................. 14

RESUSITASI CAIRAN............................................................................................................. 18

PENANGANAN PERDARAHAN............................................................................................ 20

BALUT DAN BIDAI................................................................................................................. 22

PENATALAKSANAAN KERACUNAN................................................................................. 27

PENATALAKSANAAN KEGAWATAN OBSTETRI............................................................ 29

PENATALAKSANAAN TENTAMEN SUICIDE ................................. ................................ 32

Page 7: Kegiatan Belajar Praktikum / Laboratoriumakper-alikhlas.com/wp-content/uploads/2016/01/modul-gadar.pdf · Penanganan kegawatdaruratan pada pasien berbagai tingkat usia 4. Pengkajian

1

Kegiatan Belajar Praktikum / Laboratorium

Keperawatan Gawat Darurat

A. Deskripsi Mata Ajar

Mata kuliah ini menguraikan tentang konsep kegawat daruratan, penatalaksanaan pasien gawat

darurat mencakup bantuan hidup dasar (Basic Life Support) dan bantuan hidup lanjut (Advance

Life Support). Juga akan dibahas tentang asuhan keperawatan pada pasien dengan berbagai

kegawatan yang lazim mencakup semua sistem tubuh dan kegawatan di komunitas yaitu Disaster

Nursing. Pembelajaran di kelas dan praktikum di laboratorium untuk tindakan BCLS dan

dilanjutkan di klinik untuk penerapan secara langsung keterampilan yang sudah dilatih di

laboratorium.

B. Tujuan Umum

Memberikan kesempatan pada mahasiswa untuk mendemonstrasikan pelaksanaan tindakan

asuhan keperawatan pada klien gawat darurat.

C. Tujuan Khusus

Mahasiswa diharapkan dapat mempraktekan ketrampilan :

1. Penanganan kegawatdaruratan

2. Bantuan hidup dasar dan lanjutan

3. Penanganan kegawatdaruratan pada pasien berbagai tingkat usia

4. Pengkajian Airway, Breathing, dan Circulation pada pasien gawat darurat

5. Pembebasan jalan napas

6. Pernapasan buatan pada pasien dengan henti napas

7. Resusitasi jantung paru pada pasien henti napas dan henti jantung

8. Penanganan kegawatdaruratan bidang medikal bedah, bidang anak, bidang obstetri, bidang

psikiatri dan bidang komunitas (disaster nursing).

9. Penanganan korban bencana masal

D. Ketrampilan yang dipelajari

1. Triase

2. Pengkajian airway, breathing, circulation

3. Resusitasi jantung paru

4. Penanganan asfiksia

5. Penanganan kejang demam

6. Penanganan tersedak

7. Resusitasi cairan

8. Balut dan bidai

9. Penatalaksanaan keracunan

10. Penatalaksanaan perdarahan

11. Penatalaksanaan kegawatan obstetri

12. Penatalaksanaan tentamen suicide

E. Pelaksanaan Praktikum

Sesuai jadwal

F. Metode Evaluasi

Ujian praktikum

NILAI BATAS LULUS PRAKTIKUM ADALAH : 75

Page 8: Kegiatan Belajar Praktikum / Laboratoriumakper-alikhlas.com/wp-content/uploads/2016/01/modul-gadar.pdf · Penanganan kegawatdaruratan pada pasien berbagai tingkat usia 4. Pengkajian

2

G. Pembimbing Praktikum

Terlampir sesuai jadwal

H. Tata Tertib

1. Kehadiran praktikum 100%

2. Berpakaian rapi dan sopan (tidak memakai sandal, kaos oblong, baju ketat, anting-anting dan

rambut gondrong

3. Mengenakan jas laboratorium

4. Mengganti apabila menghilangkan, merusak alat laboratorium

5. Mahasiswa menyiapkan alat sehari sebelum pelaksanaan perasat

Page 9: Kegiatan Belajar Praktikum / Laboratoriumakper-alikhlas.com/wp-content/uploads/2016/01/modul-gadar.pdf · Penanganan kegawatdaruratan pada pasien berbagai tingkat usia 4. Pengkajian

3

TRIASE

Triage adalah suatu sistem untuk menyeleksi problem pasien yang datang ke Unit Gawat Darurat

(UGD) sesuai dengan skala prioritas kegawat daruratannya.

1. Prioritas I (label merah): Emergency.

Pasien gawat darurat; mengancam nyawa/ fungsi vital; penanganan dan pemindahan bersifat

segera, antara lain: syok oleh berbagai penyebab; gangguan pernapasan; perdarahan eksternal

massif; gangguan jantung yang mengancam; problem kejiwaan yang serius;

2. Prioritas II (label kuning): Urgent

Pasien dalam kondisi darurat yang perlu evaluasi secara menyeluruh dan ditangani oleh dokter

untuk stabilisasi, diagnosa dan terapi definitif, potensial mengancam jiwa/fungsi vital bila tidak

segera ditangani dalam waktu singkat penanganan dan pemindahan bersifat jangan terlambat,

antara lain: pasien dengan resiko syok; fraktur multiple; fraktur femur/ pelvis; luka bakar luas;

gangguan kesadaran/trauma kepala; pasien dengan status yang tidak jelas;

3. Priotas III (label hijau): Non Emergency

Pasien gawat darurat semu (False emergency) yang tidak memerlukan pemeriksaan dan

perawatan segera.

4. Prioritas IV (label hitam): Death, Pasien datang dalam keadaan sudah meninggal

Page 10: Kegiatan Belajar Praktikum / Laboratoriumakper-alikhlas.com/wp-content/uploads/2016/01/modul-gadar.pdf · Penanganan kegawatdaruratan pada pasien berbagai tingkat usia 4. Pengkajian

4

PENGKAJIAN AIRWAY, BREATHING, CIRCULATION

A. Pengertian

Pengkajian pada kasus gawat darurat dibedakan menjadi dua, yaitu : pengkajian primer dan

pengkajian sekunder. Pertolongan kepada pasien gawat darurat dilakukan dengan terlebih dahulu

melakukan survei primer untuk mengidentifikasi masalah-masalah yang mengancam hidup

pasien, barulah selanjutnya dilakukan survei sekunder.

1. Primary survey

a. Airway

Membuka jalan napas menggunakan teknik manual: head tilt, chin lift, dan jaw thrust.

Untuk airway sementara menggunakan oropharingeal airway

b. Breathing

Memeriksa pernapasan, bantu pernapasan dengan mouth to mouth atau ambu bag

c. Circulation

Mengenali adanya tanda-tanda syok, pemeriksaan akral, nadi, tekanan darah, dan adanya

perdarahan

d. Disability

Memeriksa GCS dan tanda-tanda lateralisasi (pupil)

e. Exposure

Membuka seluruh pakaian klien untuk mengetahui adanya trauma

2. Secondary survey

a. Head to toe assessment

Pemeriksaan fisik dari kepala sampai kaki

b. Diagnostic examination

Pemeriksaan diagnostik seperti cek analisa gas darah (AGD)

B. Alat untuk pemeriksaan

1. Stetoskop

2. Spigmomanometer

3. Termometer

4. Oropharingeal airway

5. Ambu bag

6. Penlight

7. Sarung tangan

8. Kassa

9. Bengkok

10. Refleks

Page 11: Kegiatan Belajar Praktikum / Laboratoriumakper-alikhlas.com/wp-content/uploads/2016/01/modul-gadar.pdf · Penanganan kegawatdaruratan pada pasien berbagai tingkat usia 4. Pengkajian

5

PENGKAJIAN AIRWAY, BREATHING, CIRCULATION

NO

ASPEK YANG DINILAI Ya

Tidak

Persiapan

1 Menyiapkan alat

2 Cuci tangan dan pakai sarung tangan

Orientasi

3 Memberi salam

4 Menjelaskan prosedur kepada klien

Kerja (Primary Survey)

5 Mengkaji airway (lihat adanya sumbatan jalan napas)

6 Mengkaji breathing (pernapasan)

7 Mengkaji circulation (nadi, tanda-tanda syok, akral, tekanan darah,

perdarahan)

8 Mengkaji disability (GCS, pupil)

9 Mengkaji exposure (melihat seluruh tubuh untuk mengetahui

adanya trauma)

Kerja (Secondary Survey)

10 Melakukan pemeriksaan head to toe

11 Melakukan kolaborasi pemeriksaan diagnostik

12 Membereskan alat

13 Melepas sarung tangan

14 Mencuci tangan

Evaluasi

15 Evaluasi respon klien

16 Mengakhiri kegiatan

17 Mendokumentasikan hasil pengkajian

Jumlah skor

Page 12: Kegiatan Belajar Praktikum / Laboratoriumakper-alikhlas.com/wp-content/uploads/2016/01/modul-gadar.pdf · Penanganan kegawatdaruratan pada pasien berbagai tingkat usia 4. Pengkajian

6

RESUSITASI JANTUNG PARU

Resusitasi jantung paru-paru atau CPR adalah tindakan pertolongan pertama pada orang yang

mengalami henti nafas karena sebab-sebab tertentu. CPR bertujuan untuk membuka kembali

jalannafas yang menyepit atau tertutup sama sekali. CPR sangat dibutuhkan bagi orang yang

tenggelam,terkena serangan jantung,sesak nafas,karena syok akibat kecelakaan,terjatuh dan

sebagainya.

Rantai kehidupan (chain survival) terdiri dari beberapa tahap berikut ini (AHA, 2010) :

1. Mengenali sedini mungkin tanda-tanda cardiac arrest dan segera mengaktifkan

2. Panggilan gawat darurat (Emergency Medical Servies)

3. Segera melakukan RPJ dengan tindakan utama kompresi dada

4. Segera melakukan defibrilasi jika ada indikasi

5. Segera melakukan bantuan hidup lanjutan (advanced life support)

6. Melakukan perawatan post cardiac arrest

Alur Basic Life Support

1. Tahapan persiapan

Sebelum melakukan resusitasi maka harus dilakukan beberapa prosedur berikut pada pasien

:

a. Memastikan kondisi lingkungan sekitar aman bagi penolong

b. Memastikan kondisi kesadaran pasien

Penolong harus segera mengkaji dan menentukan apakah korban sadar/tidak. Penolong

harus menepuk atau menggoyang bahu korban sambil bertanya dengan jelas :

‘Hallo,Pak/Bu! Apakah Anda baik-baik saja/’. Jangan menggoyang dengan kasar karena

dapat mengakibatkan cedera. Juga hindari gerakan leher yang tidak perlu pada kejadiam

cedera kepala dan leher.

c. Mengaktifkan panggilan gawat darurat

Jika korban tidak respon,segera panggil bantuan. Jika ada orang lain disekitar

korban,minta orang tersebut untuk menelpon ambulansMemastikan posisi pasien tepat

Agar resusitasi yang diberikan efektif maka korban harus berbaring pada permukaan yang

datar,keras dan stabil. Jika korban dalam posisi tengkurap atau menyamping,maka balikkan

tubuhnya agar terlentang. Pastikan leher dan kepala tersangga dengan baik dan bergerak

bersamaan selam membalik pasien.

Fase-fase RJP (Resusitasi Jantung Paru).

Pada tahun 2010,American Heart Assiciation (AHA) mengeluarkan panduan terbaru

penatalaksaan CPR. Berbeda dengan panduan sebelumnya,pada panduan terbarunya ini AHA

mengubah algoritma CPR dari ABC menjadi CAB.

a. Circulation (C)

Mengkaji nadi/tanda sirkulasi ada tidaknya denyut jantung korban/pasien dapat ditentukan

dengan meraba arteri karotis di daerah leher korban/pasien,dengan dua atau tiga jari tangan

(jari telunjuk dan tengah) penolong dapat meraba pertengahan leher sehingga teraba

trachea,kemudian dua jari digeser ke bagian kanan atau kiri kira-kira 1-2 cm raba dengan

lembut selama 5-10 detik. Jika teraba denyut nadi,penolong harus segera memeriksa

pernafasan korban dengan melakukan manuver tergadah kepala topang dagu untuk

menilai pernapasan korban/pasien. Jika tidak bernafas lakukan bantuan pernapasan,dan

jika bernapas pertahankan jalan napas.

Melakukan kompresi dada jika telah dipastikan tidak ada denyut jantung luar,dilakukan

dengan teknik sebagai berikut:

Page 13: Kegiatan Belajar Praktikum / Laboratoriumakper-alikhlas.com/wp-content/uploads/2016/01/modul-gadar.pdf · Penanganan kegawatdaruratan pada pasien berbagai tingkat usia 4. Pengkajian

7

1) Menentukan titik kompresi (center of chest) : Cari possesus xypoideus pada sternum

dengan tangan kanan,letakkan telapak tangan kiri tepat 2 jari diatas possesus

xypoideus.

2) Melakukan kompresi dada

Kaitkan kedua jari tangan pada lokasi kompresi dada,luruskan kedua siku dan pastikan

mereka terkunci pada posisinya,posisikan bahu tegak lurus diatas dada korban dan

gunakan berat badan anda untuk menekan dada korban sedalam minimal 2 inchi (5

cm),lakukan kompresi 30x dengan kecepatan minimal 100x/menit atau sekitar 18 detik.

(1 siklus terdiri dari 30 kompresi: 2 ventilasi). Lanjutkan sampai 5 siklus CPR,kemudian

periksa nadi carotis,bila nadi belum ada lanjutrkan CPR 5 siklus lagi. Bila nadi teraba,lihat

pernapasan(bila belum ada upaya nafas) lakukan rescue breathing dan check nadi tiap 2

menit.

b. Airway (A)

Tindakan ini bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya sumbatan jalan napas oleh benda

asing. Buka jalan napas dengan head tilt-chin lift/jaw thurst. Jika terjadi sumbatan harus

dibersihkan terlebih dahulu ,kalo sumbatan berupa cairan dapat dibersihkan dengan jari

telunjuk atau jari tengah yang dilapisi dengan sepotong kain(fingers weep),sedangkan

sumbatan oleh benda keras dapat dokorek dengan menggunakan jari telunjuk yang

dibengkokkan. Mulut dapat dibuka dengan tektnik Cross Finger,dimana ibu jari diletakkan

berlawan dengan jari telunjuk pada mulut korban.

c. Breathing (B) Bantuan napas dapat dilakukan melalui mulut ke mulut,mulut ke hidung atau mulut ke

stoma (lubang yang dibuat pada tenggorokan) dengan cara memberikan hembusan napas

sebanyak 2 kali hembusan,waktu yang dibutuhkan untuk tiap kali hembusan adalah 1,5-2

detik dan volume udara yang dihembuskan adalah 7000-1000ml(10ml/kg) atau sampai

dada korban/pasien terkihat mengembang. Penolong harus menarik napas dalam pada saat

akan menghembuskan napas agar tercapai volume udara yang cukup. Konsentrasi oksigen

yang dapat diberikan hanya 16-17%. Penolong juga harus memperhatikan respon dari

korban/pasien setelah di berikan bantuan napas.

Page 14: Kegiatan Belajar Praktikum / Laboratoriumakper-alikhlas.com/wp-content/uploads/2016/01/modul-gadar.pdf · Penanganan kegawatdaruratan pada pasien berbagai tingkat usia 4. Pengkajian

8

Page 15: Kegiatan Belajar Praktikum / Laboratoriumakper-alikhlas.com/wp-content/uploads/2016/01/modul-gadar.pdf · Penanganan kegawatdaruratan pada pasien berbagai tingkat usia 4. Pengkajian

9

FORMAT RESUSITASI JANTUNG PARU

NO

ASPEK YANG DINILAI Ya

Tidak

1 Memastikan kondisi lingkungan sekitar aman bagi penolong, pasien

dan lingkungan

2 Menilai respon pasien

3 Mengaktifkan EMS (Emergency Medical Services) atau meminta

bantuan

4

Circulation (memeriksa nadi)

- Jika tidak ada nadi segera melakukan kompresi 30x dengan

kecepatan minimal 100x/menit

- Jika ada nadi langsung cek airway

5

Airway (memeriksa jalan napas), buka jalan napas dengan teknik

head tilt, chin lift, dan jaw thrust, jika ada cedera servikal gunakan

jaw thrust

6

Breathing (memeriksa pernapasan), memberikan bantuan napas

melalui mulut ke mulut, mulut ke hidung atau mulut ke stoma

(lubang yang dibuat pada tenggorokan) dengan cara memberikan

hembusan napas sebanyak 2 kali hembusan atau dengan memakai

bagvalve mask (ambu bag)

7 Melakukan RJP selama 5 siklus kompresi dan ventilasi kemudian

pasien dievaluasi kembali

8 Jika tidak ada nadi karotis dilakukan kembali kompresi dan ventilasi

dengan rasio 30:2

9 Jika ada napas dan denyut nadi letakkan pasien pada posisi mantap

(recoveru position)

10 Jika tidak ada napas tetapi nadi teraba, berikan bantuan napas

sebanyak 10-12x/menit dan monitor nadi setiap 2 menit

11 Jika sudah terdapat pernapasan spontan dan adekuat serta nadi

teraba, jaga agar jalan napas tetap terbuka

12

Hentikan RJP jika:

- Kembalinya sirkulasi dan ventilasi spontan

- Ada yang lebih bertanggung jawab

- Penolong lelah atau sudah 30 menit tidak ada respon

- Adanya DNR (Do Not Resuscitate)

- Ada tanda kematian

Jumlah skor

Page 16: Kegiatan Belajar Praktikum / Laboratoriumakper-alikhlas.com/wp-content/uploads/2016/01/modul-gadar.pdf · Penanganan kegawatdaruratan pada pasien berbagai tingkat usia 4. Pengkajian

10

PENANGANAN ASFIKSIA

Asfiksia neonatorum ialah keadaan dimana bayi tidak dapat segera bernafas scr spontan dan

teratur setelah lahir. Hal ini disebabkan oleh hipoksia janin dalam uterus dan hipoksia ini

berhubungan dengan faktor-faktor yang timbul dalam kehamilan, persalinan, atau segera setelah bayi

lahir. Akibat-akibat asfiksia akan bertambah buruk apabila penanganan bayi tidak dilakukan secara

sempurna. Tindakan yang akan dikerjakan pada bayi bertujuan mempertahankan kelangsungan

hidupnya dan membatasi gejala-gejala lanjut yang mungkin timbul.

Beberapa kondisi tertentu pada ibu hamil dapat menyebabkan gangguan sirkulasi darah

uteroplasenter sehingga pasokan oksigen ke bayi menjadi berkurang. Hipoksia bayi di dalam rahim

ditunjukkan dengan gawat janin yang dapat berlanjut menjadi asfiksia bayi baru lahir.

Beberapa faktor tertentu diketahui dapat menjadi penyebab terjadinya asfiksia pada bayi baru lahir,

diantaranya adalah faktor ibu, tali pusat clan bayi berikut ini:

Faktor ibu

- Preeklampsia dan eklampsia

- Pendarahan abnormal (plasenta previa atau solusio plasenta)

- Partus lama atau partus macet

- Demam selama persalinan Infeksi berat (malaria, sifilis, TBC, HIV)

- Kehamilan Lewat Waktu (sesudah 42 minggu kehamilan)

Faktor Bayi

- Lilitan tali pusat

- Bayi prematur (sebelum 37 minggu kehamilan)

- Persalinan dengan tindakan (sungsang, bayi kembar, distosia bahu, ekstraksi vakum, ekstraksi

forsep)

- Kelainan bawaan (kongenital)

- Air ketuban bercampur mekonium (warna kehijauan)

Tujuan penanganan asfiksia: Mengoptimalkan fungsi pernafasan dan oksigenasi paru

Persiapan alat :

1. Alat pelindung diri (masker, hanscoen)

2. Penghisap lendir DeeLee

3. Masker oksigen bayi

4. Bag resuscitator bayi

5. Oksigen

6. Thermometer

Page 17: Kegiatan Belajar Praktikum / Laboratoriumakper-alikhlas.com/wp-content/uploads/2016/01/modul-gadar.pdf · Penanganan kegawatdaruratan pada pasien berbagai tingkat usia 4. Pengkajian

11

FORMAT PENANGANAN ASFIKSIA NEONATORUM

NO

ASPEK YANG DINILAI Ya

Tidak

1 Menyiapkan alat

2 Mencuci tangan

3 Memakai sarung tangan

4

Membaringkan bayi dengan benar pada permukaan yang datar, kepala

sedikit setengah ekstensi agar jalan nafas terbuka, bayi harus tetap

diselimuti untuk mencegah hypotermi pada bayi baru lahir.

5

Hisap mulut sedalam 5 cm dan kemudian hidung bayi sedalam 3 cm

secara lembut dengan menggunakan deelee (jangan memasukkan alat

penghisap terlalu dalam pada kerongkongan bayi) karena dapat

menyebabkan terjadinya bradikardi, denyut jantung yang tidak teratur,

spasme pada larink/tenggorokan bayi.

6 Berikan stimulasi taktil dengan lembut pada bayi (atau menyentil kaki

bayi, keduanya aman dan efektif untuk menstimulasi bayi)

7

Nilai ulang keadaan bayi, jika mulai menangis atau bernafas dengan

normal, tidak diperlukan tindakan lanjutan, lanjutkan perawatan pada

bayi baru lahir normal.

8 Jika bayi tidak bernafas dengan normal atau menangis teruskan dengan

ventilasi (40-60) kali/permenit

9 Pasang sungkup oksigen atau gunakan bag valve mask yang ukurannya

sesuai

10 berikan ventilasi dengan kecepatan 40 s/d 60 kali / permenit

11 Ventilasi bayi selama 1 menit, lalu nilai dengan cepat apakah bayi

bernafas dengan spontan sehingga tidak diperlukan resusitasi lebih lanjut

12

Setelah bayi bernafas normal periksa suhu, jika di bawah 36,50 C

lakukan penghangatan yang memadai. Perhatikan warna kulit,

pernafasan dan nadi bayi selama 2 jam. Ukur suhu bayi setiap jam

sehingga normal (36,50C – 370C)

13 Membereskan alat-alat

14 Melepas sarung tangan

15 Mencuci tangan

16 Mendokumentasikan tindakan

Jumlah skor

PENATALAKSANAAN KEJANG DEMAM

Page 18: Kegiatan Belajar Praktikum / Laboratoriumakper-alikhlas.com/wp-content/uploads/2016/01/modul-gadar.pdf · Penanganan kegawatdaruratan pada pasien berbagai tingkat usia 4. Pengkajian

12

Kejang demam adalah bangkitan kejang yang terjadi karena kenaikan suhu tubuh (suhu rektal diatas

38C) yang disebabkan oleh suatu proses ekstrakranium.

Penatalaksanaan Kejang Demam

1) Menghentikan Kejang

Diazepam dosis awal 0,3-0,5 mg/KgBB/dosis IV (perlahan-lahan) atau 0,4-

0,6mg/KgBB/dosis REKTAL SUPPOSITORIA. Bila kejang masih belum teratasi dapat

diulang dengan dosis yang sama 20 menit kemudian

2) Turunkan demam:

Antipiretika: Paracetamol 10 mg/KgBB/dosis PO atau Ibuprofen 5-10 mg/KgBB/dosis PO,

keduanya diberikan 3-4 kali perhari Kompres: suhu > 39C: air hangat; suhu >38C: air biasa

3) Pengobatan penyebab: Antibiotika diberikan sesuai indikasi dengan penyakit dasarnya

4) Penanganan suportif lainnya meliputi: - Bebaskan jalan nafas

- Pemberian oksigen

- Menjaga keseimbangan air dan elektrolit

- Pertahankan keseimbangan tekanan darah

FORMAT PENATALAKSANAAN KEJANG DEMAM

Page 19: Kegiatan Belajar Praktikum / Laboratoriumakper-alikhlas.com/wp-content/uploads/2016/01/modul-gadar.pdf · Penanganan kegawatdaruratan pada pasien berbagai tingkat usia 4. Pengkajian

13

NO

ASPEK YANG DINILAI Ya

Tidak

1 Menyiapkan alat

2 Mencuci tangan

3 Memakai sarung tangan

4 Memperbaiki sirkulasi udara ruangan dengan mempersilakan

selain petugas untuk keluar ruangan

5

Membaringkan anak di tempat yang datar dengan posisi miring, kaki

bagian atas ditekuk untuk mencegah bahaya tersedak ludah atau

muntahan

6

Letakkan bantal atau lipatan selimut di bawah kepala anak.

Jangan :

- Menahan gerakan anak atau menggunakan paksaan

- Memasukkan apapun ke dalam mulut anak

- Memberikan makanan atau minuman

7 Longgarkan pakaian yang ketat

8 Singkirkan benda-benda keras atau berbahaya

9

Memberikan diazepam dosis awal 0,3-0,5 mg/KgBB/dosis IV

(perlahan-lahan) atau 0,4-0,6mg/KgBB/dosis rektal suppositoria.

Bila kejang masih belum teratasi dapat diulang dengan dosis yang

sama 20 menit kemudian

10 Memastikan jalan napas tidak tersumbat

11 Memberikan oksigen melalui face mask 2 ml/menit

12 Memberikan kompres atau obat penurun demam

13 Monitoring tanda-tanda vital

14 Jangan memberi makanan atau minuman sampai anak benar-benar

sadar dan refleks menelan pulih

15 Membereskan alat-alat

16 Melepas sarung tangan

17 Mencuci tangan

18 Mendokumentasikan tindakan

Jumlah skor

PENANGANAN TERSEDAK

Page 20: Kegiatan Belajar Praktikum / Laboratoriumakper-alikhlas.com/wp-content/uploads/2016/01/modul-gadar.pdf · Penanganan kegawatdaruratan pada pasien berbagai tingkat usia 4. Pengkajian

14

Tersedak (choking) merupakan suatu keadaan masuknya benda asing (makanan, mainan, dll)

ke dalam jalan napas atas sehingga menimbulkan gawat napas. Jika hal ini tidak ditangani segera

maka korban akan meninggal. Pada dasarnya kita mengenal 2 jenis tersedak. Tersedak sebagian

(partial/mild) artinya benda asing yang masuk hanya menyumbat sebagian dari jalan napas, masih

ada sedikit celah untuk masuknya udara. Yang paling berat adalah Tersedak Total (total

blockage/severe) dimana benda asing yang masuk sudah menutup semua bagian jalan napas korban,

sehingga korban menjadi jatuh tidak sadarkan diri.

Tanda tersedak parsial:

1. Masih ada pertukaran udara

2. Korban masih sadar dan dapat batuk sekeras-kerasnya

Tanda tersedak total:

1. Buruknya pertukaran udara terhadap si korban

2. Masih bisa batuk, tapi lemah atau tidak dapat batuk sama sekali

3. Napas bertambah cepat

4. Tidak dapat berbicara

5. Memegang leher (tanda universal dari tersedak)

6. Tidak dapat memasukkan udara/ menarik napas dengan baik

Yang tidak boleh dilakukan saat menolong korban tersedak:

1. Memberi minum pada korban (jalan napas hanya boleh dilalui oleh udara)

2. Memasukkan jari ke dalam mulut sebagai usaha untuk mengeluarkan benda asing

Penanganan tersedak:

1. Melakukan abdominal thrust (Heimlich manuever) selama beberapa kali sampai benda asing

keluar atau sampai korban menjadi tidak sadar. Untuk pengananan korban tersedak yang tidak

sadar membutuhkan teknik yang berbeda. Akan

dibahas di halaman selanjutnya.

Langkah-langkah melakukan Heimlich manuever:

a. Berdiri atau berlutut di belakang korban

(posisikan tubuh Anda sesuai dengan tinggi

tubuh korban, pada pasien anak kemungkinan

Anda harus berlutut)

b. Kepalkan salah satu telapak tangan Anda

c. Letakkan kepalan tangan Anda dengan arah ibu

jari menempel ke dinding perut korban,

posisikan kepalan tangan Anda 2 jari di atas

pusat (pusat selalu sejajar dengan tulang pinggul

atas), Anda tidak memposisikan kepalan

tangan Anda di ulu hati.

d. Kencangkan kepalan tangan Anda dengan tangan satunya sehingga kedua lengan Anda

melingkar di perut korban.

e. Lakukan penekanan ke arah belakang dan atas sampai benda asing keluar atau sampai

korban menjadi jatuh tidak sadar.

Page 21: Kegiatan Belajar Praktikum / Laboratoriumakper-alikhlas.com/wp-content/uploads/2016/01/modul-gadar.pdf · Penanganan kegawatdaruratan pada pasien berbagai tingkat usia 4. Pengkajian

15

2. Jika korban tersedak adalah wanita hamil atau orang dewasa yang terlalu gemuk (obesitas)

kita bisa melakukan pilihan lain dengan melakukan “chest thrust” yaitu dengan meletakkan

kepalan tangan Anda di tengah-tengah tulang dada

3. Langkah-langkah pertolongan tersedak terhadap bayi yang masih sadar:

a. Gendonglah bayi dengan posisi Anda duduk

atau berlutut.

b. Buka pakaian bayi.

c. Gendong bayi dengan posisi wajah ke bawah

telungkup di atas pangkuan tangan Anda. Buat

kepala bayi lebih rendah dari kakinya. Sangga

kepala dan rahang bawah bayi menggunakan

tangan Anda (hati-hati untuk tidak menekan

leher bayi, karena ini akan menyebabkan

tersumbatnya saluran napas.

d. Berikan 5 kali tepukan di punggung (tepuklah

dipunggung, antara 2 tulang belikat bayi,

jangan menepuk di tengkuk!). Gunakan

pangkal telapak tangan Anda ketika

memberikan tepukan.

e. Setelah memberikan 5 kali tepukan punggung,

sanggalah leher belakang bayi Anda dengan

tangan dan balikkan tubuh bayi sehingga

dalam posisi terlentang. Buat posisi kepala

bayi lebih rendah dari kakinya.

f. Lakukan 5 kali penekanan dada (lokasi

penekanan sama dengan posisi penekanan

dada pada proses CPR yaitu di tengan-tengan

tulang dada/ di bawah garis imajiner antara 2

putting susu bayi). Hanya gunakan2 jari saja

(jari telunjuk dan jari tengah untuk melakukan

chest thrust.

Page 22: Kegiatan Belajar Praktikum / Laboratoriumakper-alikhlas.com/wp-content/uploads/2016/01/modul-gadar.pdf · Penanganan kegawatdaruratan pada pasien berbagai tingkat usia 4. Pengkajian

16

FORMAT PENANGANAN TERSEDAK UNTUK BAYI

NO

ASPEK YANG DINILAI Ya

Tidak

1 Menyiapkan alat

2 Mencuci tangan

3 Memakai sarung tangan

4 Buka pakaian bayi

5 Gendong bayi dengan posisi wajah ke bawah telungkup di atas

pangkuan tangan anda

6 Berikan 5 kali tepukan di punggung (tepuklah dipunggung, antara 2

tulang belikat bayi, jangan menepuk di tengkuk).

7

Setelah memberikan 5 kali tepukan punggung, sanggalah leher

belakang bayi Anda dengan tangan dan balikkan tubuh bayi

sehingga dalam posisi terlentang. Buat posisi kepala bayi lebih

rendah dari kakinya.

8

Lakukan 5 kali penekanan dada (lokasi penekanan sama dengan

posisi penekanan dada pada proses CPR yaitu di tengan-tengan

tulang dada/ di bawah garis imajiner antara 2 putting susu bayi).

Hanya gunakan2 jari saja (jari telunjuk dan jari tengah untuk

melakukan chest thrust.

9

Evaluasi tindakan apakah sumbatan sudah dapat dikeluarkan dari

jalan napas, jika belum berhasil lakukan kembali langkah no 7 dan

8

10 Jika tidak ditemukan sumbatan, lakukan langkah RJP

11 Jika telah berhasil mengeluarkan sumbatan, posisikan bayi seperti

semula dan berikan oksigen 2 lt/menit

12 Membereskan alat-alat

13 Melepas sarung tangan

14 Mencuci tangan

15 Mendokumentasikan tindakan

Jumlah skor

Page 23: Kegiatan Belajar Praktikum / Laboratoriumakper-alikhlas.com/wp-content/uploads/2016/01/modul-gadar.pdf · Penanganan kegawatdaruratan pada pasien berbagai tingkat usia 4. Pengkajian

17

FORMAT PENANGANAN TERSEDAK UNTUK DEWASA

NO

ASPEK YANG DINILAI Ya

Tidak

1 Menyiapkan alat

2 Mencuci tangan

3 Memakai sarung tangan

4

Jika pasien masih sadar berdirikan pasien dan memposiskan tubuh

penolong dibelakang pasien (sesuaikan tinggi penolong dengan

tinggi pasien)

5

Lakukan haemlich maneuver dengan cara mengepalkan salah satu

tangan dan tempatkan di perut 2 jari diatas pusat pasien dan

kencangkan kepalan tangan dengan tangan yang satunya sehingga

tangan penolong melingkar di perut pasien

6 Melakukan penekanan di perut pasien sampai benda asing keluar

dari jalan napas

7 Jika pasien adalah wanita hamil maka lakukan dengan teknik chest

thrust

11 Jika telah berhasil mengeluarkan sumbatan, posisikan bayi seperti

semula dan bila perlu berikan oksigen

12 Membereskan alat-alat

13 Melepas sarung tangan

14 Mencuci tangan

15 Mendokumentasikan tindakan

Jumlah skor

Page 24: Kegiatan Belajar Praktikum / Laboratoriumakper-alikhlas.com/wp-content/uploads/2016/01/modul-gadar.pdf · Penanganan kegawatdaruratan pada pasien berbagai tingkat usia 4. Pengkajian

18

RESUSITASI CAIRAN

Terapi cairan resusitasi ditujukan untuk menggantikan kehilangan akut cairan tubuh atau

ekspansi cepat dari cairan intravaskuler untuk memperbaiki perfusi jaringan, misalnya pada keadaan

syok hipovolemik.

Penyebab syok hipovolemik:

1. Muntah

2. Diare yang sering

3. Dehidrasi

4. Luka bakar grade II-III yang luas

5. Trauma dengan perdarahan

6. Perdarahan masif

Klasifikasi syok hipovolemik

Klasifikasi Syok Penemuan Klinis Pengelolaan

Kelas I

Kehilangan volume darah

<15%

Hanya takikardia minimal

(<100x/menit)

Tidak perlu penggantian

volume

Kelas II

Kehilangan volume darah 15-

30%

Takikardia (100-120x/menit)

Takipneu (20-30x/menit)

Penurunan tekanan nadi

Penurunan produksi urine (20-

30cc/jam)

Penggantian volume dengan

cairan kristaloid (3x

kehilangan)

Kelas III

Kehilangan volume darah 30-

40%

Takikardia (>120x/menit)

Takipneu (30-40x/menit)

Bingung

Penurunan produksi urine (5-

15cc/jam)

Penggantian volume dengan

cairan kristaloid dan darah

Kelas IV

Kehilangan volume darah

>40%

Takikardia (>140x/menit)

Takipneu (>35x/menit)

Pucat, dingin

Perubahan mental

Bila kehilangan volume >50%

pasien tidak sadar, tekanan

sistolik = diastolik, produksi

urine minimal atau tidak

keluar

Sama dengan syok kelas III

Page 25: Kegiatan Belajar Praktikum / Laboratoriumakper-alikhlas.com/wp-content/uploads/2016/01/modul-gadar.pdf · Penanganan kegawatdaruratan pada pasien berbagai tingkat usia 4. Pengkajian

19

FORMAT RESUSITASI CAIRAN

NO

ASPEK YANG DINILAI Ya

Tidak

1 Menyiapkan alat

2 Mencuci tangan

3 Memakai sarung tangan

4 Tentukan besar kehilangan volume cairan

Tentukan jenis cairan yang akan diberikan

5 Pasang IV line 2 jalur

6 Berikan jumlah cairan sesuai perhitungan, cairan dalam 6 jam

harus terpenuhi

7 Pantau tanda-tanda vital, tingkat kesadaran, urine output

8 Pantau adanya efek samping akibat kelebihan cairan (edema paru,

edema perifer)

9 Membereskan alat-alat

11 Melepas sarung tangan

12 Mencuci tangan

13 Evaluasi hasil tindakan

14 Mendokumentasikan tindakan

Jumlah skor

Page 26: Kegiatan Belajar Praktikum / Laboratoriumakper-alikhlas.com/wp-content/uploads/2016/01/modul-gadar.pdf · Penanganan kegawatdaruratan pada pasien berbagai tingkat usia 4. Pengkajian

20

PENANGANAN PERDARAHAN

Tindakan yang dilakukan untuk menghentikan perdarahan

Tujuan:

1. Agar darah berhenti keluar

2. Agar tidak terjadi syok

Indikasi:

1. Pada kasus kecelakaan dengan multiple trauma

2. Kasus lain yang menyebabkan perdarahan masif

Alat yang dibutuhkan:

1. Sarung tangan

2. Perban/kain untuk menekan luka

Hal yang jangan dilakukan ketika menangani perdarahan:

1. Jangan menggunakan torniket. Hal ini bisa menimbulkan kematian jaringan. Penggunaan torniket

adalah jalan keluar terakhir untuk menghentikan pendarahan.

2. Jangan coba-coba melepaskan atau menggerakkan benda asing yang terbenam di dalam luka.

3. Jangan menggerakkan bagian tubuh yang terdapat fraktur.

Page 27: Kegiatan Belajar Praktikum / Laboratoriumakper-alikhlas.com/wp-content/uploads/2016/01/modul-gadar.pdf · Penanganan kegawatdaruratan pada pasien berbagai tingkat usia 4. Pengkajian

21

FORMAT PENANGANAN PERDARAHAN

NO

ASPEK YANG DINILAI Ya

Tidak

1 Menyiapkan alat

2 Mencuci tangan

3 Memakai sarung tangan

4 Meletakkan kassa, perban, atau kain bersih diatas luka dan tekan

selama 10 menit

Jika selama 10 menit perdarahan belum berhenti, terus tekan area

luka sampai perdarahan berhenti

5

Bila perdarahan belum berhenti, angkat bagian tubuh yang cedera

lebih tinggi dari jantung sambil terus menekan area perdarahan

(jangan tinggikan area cedera apabila terdapat fraktur)

6 Biarkan kassa, perban, atau kain menutupi bagian luka lalu balut

namun jangan terlalu ketat karena akan mengganggu aliran darah

7 Monitoring tanda-tanda vital dan keadaan perdarahan

8 Jika perdarahan sudah berhenti, lakukan perawatan luka agar luka

menjadi bersih

9 Membereskan alat-alat

11 Melepas sarung tangan

12 Mencuci tangan

13 Evaluasi hasil tindakan

14 Mendokumentasikan tindakan

Jumlah skor

Page 28: Kegiatan Belajar Praktikum / Laboratoriumakper-alikhlas.com/wp-content/uploads/2016/01/modul-gadar.pdf · Penanganan kegawatdaruratan pada pasien berbagai tingkat usia 4. Pengkajian

22

BALUT DAN BIDAI

Balut bidai adalah tindakan memfiksasi /mengimobilisasi bagian tubuh yang mengalami cidera

dengan menggunakan benda yang bersifat kaku maupun fleksibel sebagai fiksator /imobilisator.

A. Pembalutan

Macam-macam pembalutan

1. Pembalut penutup

- Untuk menutup sebagian badan agar terhindar dari kotoran luar maupun tidak

tersinggung dari anggota badan yang lain

- Untuk menghindarkan diri dari cahaya matahari atau udara

- Sebelum luka dibngkus terlebih dahulu Luka dibersihakn atau dilakukan perawatan

luka

- Untuk menahan perdarahan

- Melekatkan obat (Zalf, serbuk, kompres)

2. Pembalut penahan

- Mengistirahatkan anggota badan yang luka atau sakit

- Mengurangi gerakan yang dapat menambah beratnya sakit

- Mengurangi rasa sakit

3. Pembalut penekan

Menekan luka

Tujuan

- Untuk mengurangi atau menghentikan perdarahan

- Untuk meminimalkan kontaminasi

- Untuk stabilisasi benda yang menancap

Indikasi

- Pada luka terbuka yang memungkinkan terkontaminasi dengan lingkungan luar

- Ada perdarahan eksternal, sehingga darah mengalir melalui luka yang ada

- Ada luka tusuk dengan benda yang masih menancap, dengan kemungkinan benda

tersebut menembus arteri atau pembuluh darah besar

Persiapan Alat:

- Balut tekan (balut elastik)

- Mitella

- Set perawatan luka

B. Pembidaian

Jenis pembidaian

1. Tindakan pertolongan sementara

- Dilakukan ditempat cidera sebelum ke rumah sakit

- Bahan untuk bidai bersifat sederhana dan apa adanya

- Bertujuan untuk mengurangi rasa nyeri dan meghindarkan kerusakan yang lebih berat.

- Bisa dilakukan oleh siapapun yang sudah mengetahui prinsip dan tehnik dasar

pembidaian

2. Tindakan pertolongan definitif

- Dilakukan di fasilitas layanan kesehatan, klinik / RS

- Pembidaian dilakukan untuk proses penyembuhan fraktur /dislokasi menggunakan alat

dan bahan khusus sesuai standar pelayanan harus dilakukan oleh tenaga kesehatan yang

sudah terlatih.

Page 29: Kegiatan Belajar Praktikum / Laboratoriumakper-alikhlas.com/wp-content/uploads/2016/01/modul-gadar.pdf · Penanganan kegawatdaruratan pada pasien berbagai tingkat usia 4. Pengkajian

23

Jenis-Jenis Bidai

1. Bidai keras: Merupakan bidai yang paling baik dan sempurna, contoh: bidai kayu

2. Bidai Traksi: Bidai bentuk jadi dan bervariasi tergantung dari pembuatannya hanya

dipergunakan oleh tenaga yang terlatih khusus umumnya dipakai pada patah tulang paha.

Contoh : bidai traksi tulang paha.

3. Bidai improvisasi: Bidai yang cukup dibut dengan bahan cukup kuat dan ringan untuk

menopang ,pembuatannya sangat tergantung dari bahan yang tersedia dan kemampuan

improvisasi si penolong. Contoh : majalah, koran, karton.

Tujuan:

1. Mencegah gerakan bagian yang stabil sehingga mengurangi nyeri dan mencegah kerusakan

lebih lanjut.

2. Mempertahankan posisi yang nyaman.

3. Mempermudah transportasi organ.

4. Mengistirahatkan bagian tubuh yang cidera.

5. Mempercepat penyembuhan.

Indikasi

1. Adanya fraktur ,baik terbuka /tertutup.

2. Adanya kecurigaan adanya fraktur.

3. Dislokasi persendian

4. Multiple trauma

Persiapan Alat

1. Spalk sesuai ukuran

2. Kasa balutan panjang, elastis verban

3. Gunting

Page 30: Kegiatan Belajar Praktikum / Laboratoriumakper-alikhlas.com/wp-content/uploads/2016/01/modul-gadar.pdf · Penanganan kegawatdaruratan pada pasien berbagai tingkat usia 4. Pengkajian

24

Page 31: Kegiatan Belajar Praktikum / Laboratoriumakper-alikhlas.com/wp-content/uploads/2016/01/modul-gadar.pdf · Penanganan kegawatdaruratan pada pasien berbagai tingkat usia 4. Pengkajian

25

FORMAT PEMBALUTAN

NO

ASPEK YANG DINILAI Ya

Tidak

1 Menyiapkan alat

2 Mencuci tangan

3 Memakai sarung tangan

4 Mengucapkan salam dan menyapa klien

5 Menjelaskan prosedur tindakan

6 Menjaga privacy

7 Memeriksa bagian tubuh yang akan dibalut

8 Melakukan tindakan prapembalutan: membersihkan luka, mencukur

rambut area pembalutan, tutup dengan kasa steril

9 Memilih jenis pembalutan yang tepat dan melakukan pembalutan dengan

benar

10 Evaluasi hasil pembalutan: mudah lepas/longgar, terlalu ketat

(mengganggu peredaran darah/gerakan)

11 Mengatur kembali posisi klien

12 Evaluasi tindakan

13 Membereskan alat

14 Melepas sarung tangan

15 Mencuci tangan

16 Mendokumentasikan tindakan

Jumlah skor

Page 32: Kegiatan Belajar Praktikum / Laboratoriumakper-alikhlas.com/wp-content/uploads/2016/01/modul-gadar.pdf · Penanganan kegawatdaruratan pada pasien berbagai tingkat usia 4. Pengkajian

26

FORMAT PEMBIDAIAN

NO

ASPEK YANG DINILAI Ya

Tidak

1 Menyiapkan alat

2 Mencuci tangan

3 Memakai sarung tangan

4 Mengucapkan salam dan menyapa klien

5 Menjelaskan prosedur tindakan

6 Menjaga privacy

7 Tutup bagian yang luka jika ada perdarahan

8 Anjurkan pasien untuk tidak menggerakkan bagian yang fraktur

9

Melakukan pembidaian:

- Pembidaian harus meliputi dua sendi, sebelum dipasangukur bidai

terlebih dahulu pada bagian tubuh yang tidak sakit

- Bidai dibalut/dilapisi sebelum digunakan

- Melakukan pembidaian dengan cara yang tepat

- Ikat bagian yang dipasang bidai dimulai dari distal ke proksimal

bagian yang fraktur

- Ikatan jangan terlalu ketat dan jangan terlalu kendor

10 Evaluasi hasil pembidaian: denyut nadi distal, fungsi saraf sebelum dan

sesudah dibidai, kepatenan fiksasi bidai

11 Mengatur kembali posisi klien

12 Evaluasi tindakan

13 Membereskan alat

14 Melepas sarung tangan

15 Mencuci tangan

16 Mendokumentasikan tindakan

Jumlah skor

Page 33: Kegiatan Belajar Praktikum / Laboratoriumakper-alikhlas.com/wp-content/uploads/2016/01/modul-gadar.pdf · Penanganan kegawatdaruratan pada pasien berbagai tingkat usia 4. Pengkajian

27

PENANGANAN KERACUNAN

Keracunan adalah masuknya suatu zat racun kedalam tubuh yang mempunyai efek

membahayakan/mengganggu fungsi organ dan tidak ditentukan oleh jumlah, jenis, frekuensi dan

durasi yang disengaja maupun disengaja bahkan dapat menimbulkan kematian.

Jenis-jenis keracunan:

1. Keracunan makanan: jengkol, makanan kaleng, makanan kadaluarsa

2. Keracunan korosif: bahan kimia industri, bahan kimia pertanian, bahan kimia rumah tangga

3. Keracunan inhalasi: karbon dioksida, karbon monoksida

4. Keracunan organofosfat: baygon

5. Keracunan hidrokarbon: bensin, minyak tanah

6. Gigitan ular

7. Gigitan serangga

8. Keracunan narkotika

Penanganan keracunan:

Dengan cara dekontaminasi yaitu tindakan yang dilakukan untuk mengurangi efek dari bahan

berbahaya baik efek lokal maupun sistemik yang dipengaruhi oleh bahan beracun.

1. Dekontaminasi mata

2. Dekontaminasi kulit

3. Dekontaminasi saluran cerna

4. Dekontaminasi saluran napas

Teknik dekontaminasi:

1. Dekontaminasi mata

Melakukan irigasi mata dengan larutan NaCl 0,9% atau air hangat selama 15 menit

2. Dekontaminasi kulit

a. Membasahi kulit dengan air mengalir sampai zat racun hilang dari kulit

b. Jika terdapat luka berikan perawatan luka

c. Jika terdapat gatal-gatal berikan agen antihistamin

3. Dekontaminasi saluran cerna

a. Berikan minum air putih/susu segera (anak=100cc, dewasa=250cc)

b. Lakukan bilas lambung jika pasien menelan racun dalam jumlah banyak atau pasien tidak

sadar

4. Dekontaminasi saluran napas

a. Tempatkan pasien di ruang terbuka

b. Buka kancing baju pasien

c. Berikan oksigen 4-6 liter

d. Bila pasien tidak bernapas berikan bantuan ventilasi

Page 34: Kegiatan Belajar Praktikum / Laboratoriumakper-alikhlas.com/wp-content/uploads/2016/01/modul-gadar.pdf · Penanganan kegawatdaruratan pada pasien berbagai tingkat usia 4. Pengkajian

28

FORMAT PENANGANAN KERACUNAN

NO

ASPEK YANG DINILAI Ya

Tidak

1 Menyiapkan alat

2 Mencuci tangan

3 Memakai sarung tangan

4 Mengucapkan salam

5 Menjelaskan prosedur tindakan

6 Menjaga privacy

7 Melakukan teknik dekontaminasi sesuai jenis keracunan yang

dialami pasien

8 Monitoring tanda-tanda vital

9 Evaluasi hasil tindakan: efek zat racun berkurang, tanda-tanda vital

dalam batas normal

10 Membereskan alat

11 Melepas sarung tangan

12 Mencuci tangan

13 Mendokumentasikan tindakan

Jumlah skor

Page 35: Kegiatan Belajar Praktikum / Laboratoriumakper-alikhlas.com/wp-content/uploads/2016/01/modul-gadar.pdf · Penanganan kegawatdaruratan pada pasien berbagai tingkat usia 4. Pengkajian

29

PENANGANAN KEGAWATAN OBSTETRI

Kegawatan obstetri adalah kegawatan yang ditemukan pada fasel antenatal, intranatal, dan post

partum, berikut ini merupakan kegawatan obstetri yang sering ditemukan pada kasus gawat darurat:

1. Perdarahan Antenatal

Perdarahan antepartum adalah perdarahan pada jalan lahir setelah kehamilan 28 minggu, biasanya

terjadi akibat plasenta previa dan solusio plasenta

2. Eklampsia

Eklampsia merupakan serangan konvulsi yang mendadak atau suatu kondisi yang dirumuskan

penyakit hipertensi yang terjadi oleh kehamilan, menyebabkan kejang dan koma

Fase kejang pada eklampsia:

a. Awal : Berlangsung 10-20 detik, bola mata berputar-putar membelalak, muka dan otot

tangan kejang – kejang, penurunan kesadaran.

b. Tonik : Berlangsung 10-20 detik, otot-otot berkontraksi dengan kuat, spasme diafragma,

pernafasan berhenti, mukosa, anggota badan dan bibir menjadi biru, punggung melenting, gigi

terkurap dan mata menonjol.

c. Klonik : Berlangsung 1-2 menit, otot-otot berkontraksi dengan kuat, air liur berbusa,

bernafasan sulit, terjadi aspirasi air liur, muka tampak sembab, lidah bisa tergigit.

d. Koma : Berlangsung beberapa menit sampai berjam-jam, tergantung individu, nafas ngorok

dan cepat, muka bengkak, tidak sianotik.

3. Perdarahan post partum

Perdarahan postpartum adalah perdarahan lebih dari 500-600 ml selama 24 jam setelah anak lahir.

Termasuk perdarahan karena retensio plasenta. Perdarahan post partum adalah perdarahan dalam

kala IV lebih dari 500-600 cc dalam 24 jam setelah anak dan plasenta lahir.

Perdarahan Post partum diklasifikasikan menjadi 2, yaitu:

a. Early Postpartum : Terjadi 24 jam pertama setelah bayi lahir

b. Late Postpartum : Terjadi lebih dari 24 jam pertama setelah bayi lahir

Tiga hal yang harus diperhatikan dalam menolong persalinan dengan komplikasi perdarahan post

partum:

a. Menghentikan perdarahan.

b. Mencegah timbulnya syok.

c. Mengganti darah yang hilang.

Page 36: Kegiatan Belajar Praktikum / Laboratoriumakper-alikhlas.com/wp-content/uploads/2016/01/modul-gadar.pdf · Penanganan kegawatdaruratan pada pasien berbagai tingkat usia 4. Pengkajian

30

FORMAT PENANGANAN PERDARAHAN ANTENATAL

NO

ASPEK YANG DINILAI Ya

Tidak

1

Menyiapkan alat

Alat:

- Stetoskop

- Spigmomanometer

- Termometer

- Perlak

- Set infus

- Larutan NaCl 0,9%

- Pembalut

2 Mencuci tangan

3 Memakai sarung tangan

4 Mengucapkan salam dan menyapa klien

5 Menjelaskan prosedur tindakan

6 Menjaga privacy

7 Menilai keadaan umum ibu (nilai adanya tanda-tanda syok)

8 Melakukan pemeriksaan tanda-tandaa vital

9 Memposisikan kaki lebih tinggi daripada kepala

10

Jika ibu dalam keadaan syok, berikan cairan infus NaCl 0,9% 1000cc

pada 15 menit pertama, dilanjutkan dengan 500cc pada 20 menit,

selanjutnya tetesan infus disesuaikan dengan keadaan klinis

11

Jika ibu tidak syok, berikan NaCl 0,9% 1000cc pada 15-20 menit

pertama, dilanjutkan dengan 1000cc dalam 4 jam, selanjutnya

disesuaikan dengan keadaan klinis

12 Ganti pembalut ibu jika darah di pembalut sudah penuh

13 Evaluasi tindakan

14 Membereskan alat

15 Melepas sarung tangan

16 Mencuci tangan

17 Mendokumentasikan tindakan

Jumlah skor

Page 37: Kegiatan Belajar Praktikum / Laboratoriumakper-alikhlas.com/wp-content/uploads/2016/01/modul-gadar.pdf · Penanganan kegawatdaruratan pada pasien berbagai tingkat usia 4. Pengkajian

31

FORMAT PENANGANAN EKLAMPSIA

NO

ASPEK YANG DINILAI Ya

Tidak

1

Menyiapkan alat

Alat:

- Stetoskop

- Spigmomanometer

- Termometer

- Sarung tangan

- Perlak

- Set infus

- Larutan NaCl 0,9%

- Pembalut

2 Mencuci tangan

3 Memakai sarung tangan

4 Mengucapkan salam dan menyapa klien

5 Menjelaskan prosedur tindakan

6 Menjaga privacy

7 Menilai keadaan umum ibu (nilai adanya tanda-tanda syok)

8 Melakukan pemeriksaan tanda-tandaa vital

9 Memposisikan kaki lebih tinggi daripada kepala

10

Jika ibu dalam keadaan syok, berikan cairan infus NaCl 0,9% 1000cc

pada 15 menit pertama, dilanjutkan dengan 500cc pada 20 menit,

selanjutnya tetesan infus disesuaikan dengan keadaan klinis

11

Jika ibu tidak syok, berikan NaCl 0,9% 1000cc pada 15-20 menit

pertama, dilanjutkan dengan 1000cc dalam 4 jam, selanjutnya

disesuaikan dengan keadaan klinis

12 Ganti pembalut ibu jika darah di pembalut sudah penuh

13 Evaluasi tindakan

14 Membereskan alat

15 Melepas sarung tangan

16 Mencuci tangan

17 Mendokumentasikan tindakan

Jumlah skor

Page 38: Kegiatan Belajar Praktikum / Laboratoriumakper-alikhlas.com/wp-content/uploads/2016/01/modul-gadar.pdf · Penanganan kegawatdaruratan pada pasien berbagai tingkat usia 4. Pengkajian

32

PENANGANAN TENTAMEN SUICIDE

Bunuh diri adalah segala perbuatan seseorang yang dapat mengakhiri hidupnya sendiri dalam waktu

singkat.

Tanda-tanda pasien yang berpotensi untuk bunuh diri:

1. Mempunyai ide untuk bunuh diri

2. Mengungkapkan keinginan untuk mati

3. Mengungkapkan rasa bersalah dan keputusasaan

4. Impulsif

5. Menunjukkan perilaku yang mencurigakan (biasanya menjadi sangat patuh)

6. Memiliki riwayat percobaan bunuh diri

7. Verbal terselubung (berbicara tentang kematian, menanyakan tentang obat dosis mematikan)

8. Status emosional (harapan, penolakan, cemas meningkat, panic, marah dan mengasingkan

diri)

9. Kesehatan mental (secara klinis, klien terlihat sebagai orang yang depresi, psikosis dan

menyalahgunakan alcohol)

10. Kesehatan fisik (biasanya pada klien dengan penyakit kronis atau terminal)

11. Pengangguaran (tidak bekerja, kehilangan pekerjaan, atau mengalami kegagalan dalam karier)

12. Umur 15-19 tahun atau di atas 45 tahun

13. Status perkawinan (mengalami kegagalan dalam perkawinan)

14. Pekerjaan

15. Konflik interpersonal

16. Latar belakang keluarga

17. Orientasi seksual

18. Sumber-sumber personal

19. Sumber-sumber social

20. Menjadi korban perilaku kekerasan saat kecil

Jenis-jenis percobaan bunuh diri:

1. Gantung diri

2. Minum racun

3. Memotong urat nadi

4. Menjatuhkan diri dari tempat tinggi

Page 39: Kegiatan Belajar Praktikum / Laboratoriumakper-alikhlas.com/wp-content/uploads/2016/01/modul-gadar.pdf · Penanganan kegawatdaruratan pada pasien berbagai tingkat usia 4. Pengkajian

33

FORMAT PENGANAN TENTAMEN SUICIDE

NO ASPEK YANG DINILAI Ya Tidak

1 Menyiapkan alat

2 Mencuci tangan

3 Memakai sarung tangan

6 Menjaga privacy

7

Melakukan penanganan fisik sesuai dengan jenis bunuh diri yang

dilakukan:

- Apabila pasien minum racun lakukan bilas lambung

- Apabila pasien gantung diri: lakukan prosedur RJP

- Apabila pasien memotong urat nadi: hentikan perdarahan dan

lakukan resusitasi cairan

- Apabila pasien melompat dari tempat tinggi: cek kesadaran klien,

lakukan perawatan luka, identifikasi adanya fraktur

8

Jika penanganan fisik sudah dilakukan, beritahu keluarga untuk selalu

mendampingi pasien, jika tidak ada keluarga usahakan jangan

tinggalkan pasien sendiri di ruangan

9 Amankan semua barang yang dapat melukai pasien

10 Melakukan rujukan ke bagian psikiatri

11 Evaluasi tindakan

12 Membereskan alat

13 Melepas sarung tangan

14 Mencuci tangan

15 Mendokumentasikan tindakan

Jumlah skor