Page 1
Akademi Keperawatan Al Ikhlas Cisarua
Yayasan Raudhatul Muta’alimin
2016
PANDUAN PRAKTIKUM
Akademi Keperawatan Al Ikhlas Cisarua Bogor
Jl. Hankam desa Jogjogan kecamatan Cisarua
kabupaten Bogor
Telp/fax 0251. 8252780
Penyusun :
TIM Kep. Gawat Darurat Akademi Keperawatan Al Ikhlas
Page 3
BUKU PANDUAN PRAKTIKUM
KEPERAWATAN GAWAT DARURAT
Penyusun :
Tim Kep. Gawat Darurat Akademi Keperawatan Al Ikhlas
Akademi Keperawatan Al Ikhlas Cisarua
Yayasan Raudhatul Muta’alimin
2015/2016
Page 4
i
BIODATA MAHASISWA
NAMA : …………………………………….
NIM : …………………………………….
ALAMAT : …………………………………….
NO TELP : …………………………………….
Akademi Keperawatan Al Ikhlas Cisarua
Yayasan Raudhatul Muta’alimin
2015/2016
PAS FOTO
Page 5
ii
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahirobbil’alamin, segala puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan karunia-Nya kepada kami sehingga buku panduan praktikum Keperawatan Gawat
Darurat ini dapat diterbitkan sebagai alat untuk membantu mahasiswa Akademi Keperawatan Al
Ikhlas Cisarua dalam meningkatkan ketrampilan praktek Keperawatan Gawat Darurat.
Kami menyadari bahwa Ilmu keperawatan berkembang sangat pesat dan buku panduan
praktikum ini masih banyak kekurangan. Oleh karena itu,dengan kerendahan hati kami
mengharapkan pembaca/pengguna buku ini selalu menyesuaikan dengan perkembangan ilmu yang
ada dengan selalu membaca berbagai buku lainya dan tidak selalu terpaku pada buku petunjuk
praktikum ini..
Tak ada gading yang retak, saran dan masukan yang ditunjukan untuk penyempurnaan buku
panduan praktikum ini sangat kami harapkan, Semoga buku panduan praktikum ini dapat bermanfaat
dan membantu mahasiswa dalam proses pembelajaran.
Cisarua, Januari 2016
Page 6
iii
DAFTAR ISI
BIODATA.................................................................................................................................. i
KATA PENGANTAR................................................................................. .............................. ii
DAFTAR ISI.. ............................................................................................................................ iii
KEGIATAN BELAJAR PRAKTIKUM.................................................................................... 1
TRIASE...................................................................................................................................... 3
PENGKAJIAN AIRWAY, BREATHING, CIRCULATION................................................... 4
RESUSITASI JANTUNG PARU.............................................................................................. 6
PENANGANAN ASFIKSIA..................................................................................................... 10
PENANGANAN KEJANG DEMAM....................................................................................... 12
PENANGANAN TERSEDAK.................................................................................................. 14
RESUSITASI CAIRAN............................................................................................................. 18
PENANGANAN PERDARAHAN............................................................................................ 20
BALUT DAN BIDAI................................................................................................................. 22
PENATALAKSANAAN KERACUNAN................................................................................. 27
PENATALAKSANAAN KEGAWATAN OBSTETRI............................................................ 29
PENATALAKSANAAN TENTAMEN SUICIDE ................................. ................................ 32
Page 7
1
Kegiatan Belajar Praktikum / Laboratorium
Keperawatan Gawat Darurat
A. Deskripsi Mata Ajar
Mata kuliah ini menguraikan tentang konsep kegawat daruratan, penatalaksanaan pasien gawat
darurat mencakup bantuan hidup dasar (Basic Life Support) dan bantuan hidup lanjut (Advance
Life Support). Juga akan dibahas tentang asuhan keperawatan pada pasien dengan berbagai
kegawatan yang lazim mencakup semua sistem tubuh dan kegawatan di komunitas yaitu Disaster
Nursing. Pembelajaran di kelas dan praktikum di laboratorium untuk tindakan BCLS dan
dilanjutkan di klinik untuk penerapan secara langsung keterampilan yang sudah dilatih di
laboratorium.
B. Tujuan Umum
Memberikan kesempatan pada mahasiswa untuk mendemonstrasikan pelaksanaan tindakan
asuhan keperawatan pada klien gawat darurat.
C. Tujuan Khusus
Mahasiswa diharapkan dapat mempraktekan ketrampilan :
1. Penanganan kegawatdaruratan
2. Bantuan hidup dasar dan lanjutan
3. Penanganan kegawatdaruratan pada pasien berbagai tingkat usia
4. Pengkajian Airway, Breathing, dan Circulation pada pasien gawat darurat
5. Pembebasan jalan napas
6. Pernapasan buatan pada pasien dengan henti napas
7. Resusitasi jantung paru pada pasien henti napas dan henti jantung
8. Penanganan kegawatdaruratan bidang medikal bedah, bidang anak, bidang obstetri, bidang
psikiatri dan bidang komunitas (disaster nursing).
9. Penanganan korban bencana masal
D. Ketrampilan yang dipelajari
1. Triase
2. Pengkajian airway, breathing, circulation
3. Resusitasi jantung paru
4. Penanganan asfiksia
5. Penanganan kejang demam
6. Penanganan tersedak
7. Resusitasi cairan
8. Balut dan bidai
9. Penatalaksanaan keracunan
10. Penatalaksanaan perdarahan
11. Penatalaksanaan kegawatan obstetri
12. Penatalaksanaan tentamen suicide
E. Pelaksanaan Praktikum
Sesuai jadwal
F. Metode Evaluasi
Ujian praktikum
NILAI BATAS LULUS PRAKTIKUM ADALAH : 75
Page 8
2
G. Pembimbing Praktikum
Terlampir sesuai jadwal
H. Tata Tertib
1. Kehadiran praktikum 100%
2. Berpakaian rapi dan sopan (tidak memakai sandal, kaos oblong, baju ketat, anting-anting dan
rambut gondrong
3. Mengenakan jas laboratorium
4. Mengganti apabila menghilangkan, merusak alat laboratorium
5. Mahasiswa menyiapkan alat sehari sebelum pelaksanaan perasat
Page 9
3
TRIASE
Triage adalah suatu sistem untuk menyeleksi problem pasien yang datang ke Unit Gawat Darurat
(UGD) sesuai dengan skala prioritas kegawat daruratannya.
1. Prioritas I (label merah): Emergency.
Pasien gawat darurat; mengancam nyawa/ fungsi vital; penanganan dan pemindahan bersifat
segera, antara lain: syok oleh berbagai penyebab; gangguan pernapasan; perdarahan eksternal
massif; gangguan jantung yang mengancam; problem kejiwaan yang serius;
2. Prioritas II (label kuning): Urgent
Pasien dalam kondisi darurat yang perlu evaluasi secara menyeluruh dan ditangani oleh dokter
untuk stabilisasi, diagnosa dan terapi definitif, potensial mengancam jiwa/fungsi vital bila tidak
segera ditangani dalam waktu singkat penanganan dan pemindahan bersifat jangan terlambat,
antara lain: pasien dengan resiko syok; fraktur multiple; fraktur femur/ pelvis; luka bakar luas;
gangguan kesadaran/trauma kepala; pasien dengan status yang tidak jelas;
3. Priotas III (label hijau): Non Emergency
Pasien gawat darurat semu (False emergency) yang tidak memerlukan pemeriksaan dan
perawatan segera.
4. Prioritas IV (label hitam): Death, Pasien datang dalam keadaan sudah meninggal
Page 10
4
PENGKAJIAN AIRWAY, BREATHING, CIRCULATION
A. Pengertian
Pengkajian pada kasus gawat darurat dibedakan menjadi dua, yaitu : pengkajian primer dan
pengkajian sekunder. Pertolongan kepada pasien gawat darurat dilakukan dengan terlebih dahulu
melakukan survei primer untuk mengidentifikasi masalah-masalah yang mengancam hidup
pasien, barulah selanjutnya dilakukan survei sekunder.
1. Primary survey
a. Airway
Membuka jalan napas menggunakan teknik manual: head tilt, chin lift, dan jaw thrust.
Untuk airway sementara menggunakan oropharingeal airway
b. Breathing
Memeriksa pernapasan, bantu pernapasan dengan mouth to mouth atau ambu bag
c. Circulation
Mengenali adanya tanda-tanda syok, pemeriksaan akral, nadi, tekanan darah, dan adanya
perdarahan
d. Disability
Memeriksa GCS dan tanda-tanda lateralisasi (pupil)
e. Exposure
Membuka seluruh pakaian klien untuk mengetahui adanya trauma
2. Secondary survey
a. Head to toe assessment
Pemeriksaan fisik dari kepala sampai kaki
b. Diagnostic examination
Pemeriksaan diagnostik seperti cek analisa gas darah (AGD)
B. Alat untuk pemeriksaan
1. Stetoskop
2. Spigmomanometer
3. Termometer
4. Oropharingeal airway
5. Ambu bag
6. Penlight
7. Sarung tangan
8. Kassa
9. Bengkok
10. Refleks
Page 11
5
PENGKAJIAN AIRWAY, BREATHING, CIRCULATION
NO
ASPEK YANG DINILAI Ya
Tidak
Persiapan
1 Menyiapkan alat
2 Cuci tangan dan pakai sarung tangan
Orientasi
3 Memberi salam
4 Menjelaskan prosedur kepada klien
Kerja (Primary Survey)
5 Mengkaji airway (lihat adanya sumbatan jalan napas)
6 Mengkaji breathing (pernapasan)
7 Mengkaji circulation (nadi, tanda-tanda syok, akral, tekanan darah,
perdarahan)
8 Mengkaji disability (GCS, pupil)
9 Mengkaji exposure (melihat seluruh tubuh untuk mengetahui
adanya trauma)
Kerja (Secondary Survey)
10 Melakukan pemeriksaan head to toe
11 Melakukan kolaborasi pemeriksaan diagnostik
12 Membereskan alat
13 Melepas sarung tangan
14 Mencuci tangan
Evaluasi
15 Evaluasi respon klien
16 Mengakhiri kegiatan
17 Mendokumentasikan hasil pengkajian
Jumlah skor
Page 12
6
RESUSITASI JANTUNG PARU
Resusitasi jantung paru-paru atau CPR adalah tindakan pertolongan pertama pada orang yang
mengalami henti nafas karena sebab-sebab tertentu. CPR bertujuan untuk membuka kembali
jalannafas yang menyepit atau tertutup sama sekali. CPR sangat dibutuhkan bagi orang yang
tenggelam,terkena serangan jantung,sesak nafas,karena syok akibat kecelakaan,terjatuh dan
sebagainya.
Rantai kehidupan (chain survival) terdiri dari beberapa tahap berikut ini (AHA, 2010) :
1. Mengenali sedini mungkin tanda-tanda cardiac arrest dan segera mengaktifkan
2. Panggilan gawat darurat (Emergency Medical Servies)
3. Segera melakukan RPJ dengan tindakan utama kompresi dada
4. Segera melakukan defibrilasi jika ada indikasi
5. Segera melakukan bantuan hidup lanjutan (advanced life support)
6. Melakukan perawatan post cardiac arrest
Alur Basic Life Support
1. Tahapan persiapan
Sebelum melakukan resusitasi maka harus dilakukan beberapa prosedur berikut pada pasien
:
a. Memastikan kondisi lingkungan sekitar aman bagi penolong
b. Memastikan kondisi kesadaran pasien
Penolong harus segera mengkaji dan menentukan apakah korban sadar/tidak. Penolong
harus menepuk atau menggoyang bahu korban sambil bertanya dengan jelas :
‘Hallo,Pak/Bu! Apakah Anda baik-baik saja/’. Jangan menggoyang dengan kasar karena
dapat mengakibatkan cedera. Juga hindari gerakan leher yang tidak perlu pada kejadiam
cedera kepala dan leher.
c. Mengaktifkan panggilan gawat darurat
Jika korban tidak respon,segera panggil bantuan. Jika ada orang lain disekitar
korban,minta orang tersebut untuk menelpon ambulansMemastikan posisi pasien tepat
Agar resusitasi yang diberikan efektif maka korban harus berbaring pada permukaan yang
datar,keras dan stabil. Jika korban dalam posisi tengkurap atau menyamping,maka balikkan
tubuhnya agar terlentang. Pastikan leher dan kepala tersangga dengan baik dan bergerak
bersamaan selam membalik pasien.
Fase-fase RJP (Resusitasi Jantung Paru).
Pada tahun 2010,American Heart Assiciation (AHA) mengeluarkan panduan terbaru
penatalaksaan CPR. Berbeda dengan panduan sebelumnya,pada panduan terbarunya ini AHA
mengubah algoritma CPR dari ABC menjadi CAB.
a. Circulation (C)
Mengkaji nadi/tanda sirkulasi ada tidaknya denyut jantung korban/pasien dapat ditentukan
dengan meraba arteri karotis di daerah leher korban/pasien,dengan dua atau tiga jari tangan
(jari telunjuk dan tengah) penolong dapat meraba pertengahan leher sehingga teraba
trachea,kemudian dua jari digeser ke bagian kanan atau kiri kira-kira 1-2 cm raba dengan
lembut selama 5-10 detik. Jika teraba denyut nadi,penolong harus segera memeriksa
pernafasan korban dengan melakukan manuver tergadah kepala topang dagu untuk
menilai pernapasan korban/pasien. Jika tidak bernafas lakukan bantuan pernapasan,dan
jika bernapas pertahankan jalan napas.
Melakukan kompresi dada jika telah dipastikan tidak ada denyut jantung luar,dilakukan
dengan teknik sebagai berikut:
Page 13
7
1) Menentukan titik kompresi (center of chest) : Cari possesus xypoideus pada sternum
dengan tangan kanan,letakkan telapak tangan kiri tepat 2 jari diatas possesus
xypoideus.
2) Melakukan kompresi dada
Kaitkan kedua jari tangan pada lokasi kompresi dada,luruskan kedua siku dan pastikan
mereka terkunci pada posisinya,posisikan bahu tegak lurus diatas dada korban dan
gunakan berat badan anda untuk menekan dada korban sedalam minimal 2 inchi (5
cm),lakukan kompresi 30x dengan kecepatan minimal 100x/menit atau sekitar 18 detik.
(1 siklus terdiri dari 30 kompresi: 2 ventilasi). Lanjutkan sampai 5 siklus CPR,kemudian
periksa nadi carotis,bila nadi belum ada lanjutrkan CPR 5 siklus lagi. Bila nadi teraba,lihat
pernapasan(bila belum ada upaya nafas) lakukan rescue breathing dan check nadi tiap 2
menit.
b. Airway (A)
Tindakan ini bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya sumbatan jalan napas oleh benda
asing. Buka jalan napas dengan head tilt-chin lift/jaw thurst. Jika terjadi sumbatan harus
dibersihkan terlebih dahulu ,kalo sumbatan berupa cairan dapat dibersihkan dengan jari
telunjuk atau jari tengah yang dilapisi dengan sepotong kain(fingers weep),sedangkan
sumbatan oleh benda keras dapat dokorek dengan menggunakan jari telunjuk yang
dibengkokkan. Mulut dapat dibuka dengan tektnik Cross Finger,dimana ibu jari diletakkan
berlawan dengan jari telunjuk pada mulut korban.
c. Breathing (B) Bantuan napas dapat dilakukan melalui mulut ke mulut,mulut ke hidung atau mulut ke
stoma (lubang yang dibuat pada tenggorokan) dengan cara memberikan hembusan napas
sebanyak 2 kali hembusan,waktu yang dibutuhkan untuk tiap kali hembusan adalah 1,5-2
detik dan volume udara yang dihembuskan adalah 7000-1000ml(10ml/kg) atau sampai
dada korban/pasien terkihat mengembang. Penolong harus menarik napas dalam pada saat
akan menghembuskan napas agar tercapai volume udara yang cukup. Konsentrasi oksigen
yang dapat diberikan hanya 16-17%. Penolong juga harus memperhatikan respon dari
korban/pasien setelah di berikan bantuan napas.
Page 15
9
FORMAT RESUSITASI JANTUNG PARU
NO
ASPEK YANG DINILAI Ya
Tidak
1 Memastikan kondisi lingkungan sekitar aman bagi penolong, pasien
dan lingkungan
2 Menilai respon pasien
3 Mengaktifkan EMS (Emergency Medical Services) atau meminta
bantuan
4
Circulation (memeriksa nadi)
- Jika tidak ada nadi segera melakukan kompresi 30x dengan
kecepatan minimal 100x/menit
- Jika ada nadi langsung cek airway
5
Airway (memeriksa jalan napas), buka jalan napas dengan teknik
head tilt, chin lift, dan jaw thrust, jika ada cedera servikal gunakan
jaw thrust
6
Breathing (memeriksa pernapasan), memberikan bantuan napas
melalui mulut ke mulut, mulut ke hidung atau mulut ke stoma
(lubang yang dibuat pada tenggorokan) dengan cara memberikan
hembusan napas sebanyak 2 kali hembusan atau dengan memakai
bagvalve mask (ambu bag)
7 Melakukan RJP selama 5 siklus kompresi dan ventilasi kemudian
pasien dievaluasi kembali
8 Jika tidak ada nadi karotis dilakukan kembali kompresi dan ventilasi
dengan rasio 30:2
9 Jika ada napas dan denyut nadi letakkan pasien pada posisi mantap
(recoveru position)
10 Jika tidak ada napas tetapi nadi teraba, berikan bantuan napas
sebanyak 10-12x/menit dan monitor nadi setiap 2 menit
11 Jika sudah terdapat pernapasan spontan dan adekuat serta nadi
teraba, jaga agar jalan napas tetap terbuka
12
Hentikan RJP jika:
- Kembalinya sirkulasi dan ventilasi spontan
- Ada yang lebih bertanggung jawab
- Penolong lelah atau sudah 30 menit tidak ada respon
- Adanya DNR (Do Not Resuscitate)
- Ada tanda kematian
Jumlah skor
Page 16
10
PENANGANAN ASFIKSIA
Asfiksia neonatorum ialah keadaan dimana bayi tidak dapat segera bernafas scr spontan dan
teratur setelah lahir. Hal ini disebabkan oleh hipoksia janin dalam uterus dan hipoksia ini
berhubungan dengan faktor-faktor yang timbul dalam kehamilan, persalinan, atau segera setelah bayi
lahir. Akibat-akibat asfiksia akan bertambah buruk apabila penanganan bayi tidak dilakukan secara
sempurna. Tindakan yang akan dikerjakan pada bayi bertujuan mempertahankan kelangsungan
hidupnya dan membatasi gejala-gejala lanjut yang mungkin timbul.
Beberapa kondisi tertentu pada ibu hamil dapat menyebabkan gangguan sirkulasi darah
uteroplasenter sehingga pasokan oksigen ke bayi menjadi berkurang. Hipoksia bayi di dalam rahim
ditunjukkan dengan gawat janin yang dapat berlanjut menjadi asfiksia bayi baru lahir.
Beberapa faktor tertentu diketahui dapat menjadi penyebab terjadinya asfiksia pada bayi baru lahir,
diantaranya adalah faktor ibu, tali pusat clan bayi berikut ini:
Faktor ibu
- Preeklampsia dan eklampsia
- Pendarahan abnormal (plasenta previa atau solusio plasenta)
- Partus lama atau partus macet
- Demam selama persalinan Infeksi berat (malaria, sifilis, TBC, HIV)
- Kehamilan Lewat Waktu (sesudah 42 minggu kehamilan)
Faktor Bayi
- Lilitan tali pusat
- Bayi prematur (sebelum 37 minggu kehamilan)
- Persalinan dengan tindakan (sungsang, bayi kembar, distosia bahu, ekstraksi vakum, ekstraksi
forsep)
- Kelainan bawaan (kongenital)
- Air ketuban bercampur mekonium (warna kehijauan)
Tujuan penanganan asfiksia: Mengoptimalkan fungsi pernafasan dan oksigenasi paru
Persiapan alat :
1. Alat pelindung diri (masker, hanscoen)
2. Penghisap lendir DeeLee
3. Masker oksigen bayi
4. Bag resuscitator bayi
5. Oksigen
6. Thermometer
Page 17
11
FORMAT PENANGANAN ASFIKSIA NEONATORUM
NO
ASPEK YANG DINILAI Ya
Tidak
1 Menyiapkan alat
2 Mencuci tangan
3 Memakai sarung tangan
4
Membaringkan bayi dengan benar pada permukaan yang datar, kepala
sedikit setengah ekstensi agar jalan nafas terbuka, bayi harus tetap
diselimuti untuk mencegah hypotermi pada bayi baru lahir.
5
Hisap mulut sedalam 5 cm dan kemudian hidung bayi sedalam 3 cm
secara lembut dengan menggunakan deelee (jangan memasukkan alat
penghisap terlalu dalam pada kerongkongan bayi) karena dapat
menyebabkan terjadinya bradikardi, denyut jantung yang tidak teratur,
spasme pada larink/tenggorokan bayi.
6 Berikan stimulasi taktil dengan lembut pada bayi (atau menyentil kaki
bayi, keduanya aman dan efektif untuk menstimulasi bayi)
7
Nilai ulang keadaan bayi, jika mulai menangis atau bernafas dengan
normal, tidak diperlukan tindakan lanjutan, lanjutkan perawatan pada
bayi baru lahir normal.
8 Jika bayi tidak bernafas dengan normal atau menangis teruskan dengan
ventilasi (40-60) kali/permenit
9 Pasang sungkup oksigen atau gunakan bag valve mask yang ukurannya
sesuai
10 berikan ventilasi dengan kecepatan 40 s/d 60 kali / permenit
11 Ventilasi bayi selama 1 menit, lalu nilai dengan cepat apakah bayi
bernafas dengan spontan sehingga tidak diperlukan resusitasi lebih lanjut
12
Setelah bayi bernafas normal periksa suhu, jika di bawah 36,50 C
lakukan penghangatan yang memadai. Perhatikan warna kulit,
pernafasan dan nadi bayi selama 2 jam. Ukur suhu bayi setiap jam
sehingga normal (36,50C – 370C)
13 Membereskan alat-alat
14 Melepas sarung tangan
15 Mencuci tangan
16 Mendokumentasikan tindakan
Jumlah skor
PENATALAKSANAAN KEJANG DEMAM
Page 18
12
Kejang demam adalah bangkitan kejang yang terjadi karena kenaikan suhu tubuh (suhu rektal diatas
38C) yang disebabkan oleh suatu proses ekstrakranium.
Penatalaksanaan Kejang Demam
1) Menghentikan Kejang
Diazepam dosis awal 0,3-0,5 mg/KgBB/dosis IV (perlahan-lahan) atau 0,4-
0,6mg/KgBB/dosis REKTAL SUPPOSITORIA. Bila kejang masih belum teratasi dapat
diulang dengan dosis yang sama 20 menit kemudian
2) Turunkan demam:
Antipiretika: Paracetamol 10 mg/KgBB/dosis PO atau Ibuprofen 5-10 mg/KgBB/dosis PO,
keduanya diberikan 3-4 kali perhari Kompres: suhu > 39C: air hangat; suhu >38C: air biasa
3) Pengobatan penyebab: Antibiotika diberikan sesuai indikasi dengan penyakit dasarnya
4) Penanganan suportif lainnya meliputi: - Bebaskan jalan nafas
- Pemberian oksigen
- Menjaga keseimbangan air dan elektrolit
- Pertahankan keseimbangan tekanan darah
FORMAT PENATALAKSANAAN KEJANG DEMAM
Page 19
13
NO
ASPEK YANG DINILAI Ya
Tidak
1 Menyiapkan alat
2 Mencuci tangan
3 Memakai sarung tangan
4 Memperbaiki sirkulasi udara ruangan dengan mempersilakan
selain petugas untuk keluar ruangan
5
Membaringkan anak di tempat yang datar dengan posisi miring, kaki
bagian atas ditekuk untuk mencegah bahaya tersedak ludah atau
muntahan
6
Letakkan bantal atau lipatan selimut di bawah kepala anak.
Jangan :
- Menahan gerakan anak atau menggunakan paksaan
- Memasukkan apapun ke dalam mulut anak
- Memberikan makanan atau minuman
7 Longgarkan pakaian yang ketat
8 Singkirkan benda-benda keras atau berbahaya
9
Memberikan diazepam dosis awal 0,3-0,5 mg/KgBB/dosis IV
(perlahan-lahan) atau 0,4-0,6mg/KgBB/dosis rektal suppositoria.
Bila kejang masih belum teratasi dapat diulang dengan dosis yang
sama 20 menit kemudian
10 Memastikan jalan napas tidak tersumbat
11 Memberikan oksigen melalui face mask 2 ml/menit
12 Memberikan kompres atau obat penurun demam
13 Monitoring tanda-tanda vital
14 Jangan memberi makanan atau minuman sampai anak benar-benar
sadar dan refleks menelan pulih
15 Membereskan alat-alat
16 Melepas sarung tangan
17 Mencuci tangan
18 Mendokumentasikan tindakan
Jumlah skor
PENANGANAN TERSEDAK
Page 20
14
Tersedak (choking) merupakan suatu keadaan masuknya benda asing (makanan, mainan, dll)
ke dalam jalan napas atas sehingga menimbulkan gawat napas. Jika hal ini tidak ditangani segera
maka korban akan meninggal. Pada dasarnya kita mengenal 2 jenis tersedak. Tersedak sebagian
(partial/mild) artinya benda asing yang masuk hanya menyumbat sebagian dari jalan napas, masih
ada sedikit celah untuk masuknya udara. Yang paling berat adalah Tersedak Total (total
blockage/severe) dimana benda asing yang masuk sudah menutup semua bagian jalan napas korban,
sehingga korban menjadi jatuh tidak sadarkan diri.
Tanda tersedak parsial:
1. Masih ada pertukaran udara
2. Korban masih sadar dan dapat batuk sekeras-kerasnya
Tanda tersedak total:
1. Buruknya pertukaran udara terhadap si korban
2. Masih bisa batuk, tapi lemah atau tidak dapat batuk sama sekali
3. Napas bertambah cepat
4. Tidak dapat berbicara
5. Memegang leher (tanda universal dari tersedak)
6. Tidak dapat memasukkan udara/ menarik napas dengan baik
Yang tidak boleh dilakukan saat menolong korban tersedak:
1. Memberi minum pada korban (jalan napas hanya boleh dilalui oleh udara)
2. Memasukkan jari ke dalam mulut sebagai usaha untuk mengeluarkan benda asing
Penanganan tersedak:
1. Melakukan abdominal thrust (Heimlich manuever) selama beberapa kali sampai benda asing
keluar atau sampai korban menjadi tidak sadar. Untuk pengananan korban tersedak yang tidak
sadar membutuhkan teknik yang berbeda. Akan
dibahas di halaman selanjutnya.
Langkah-langkah melakukan Heimlich manuever:
a. Berdiri atau berlutut di belakang korban
(posisikan tubuh Anda sesuai dengan tinggi
tubuh korban, pada pasien anak kemungkinan
Anda harus berlutut)
b. Kepalkan salah satu telapak tangan Anda
c. Letakkan kepalan tangan Anda dengan arah ibu
jari menempel ke dinding perut korban,
posisikan kepalan tangan Anda 2 jari di atas
pusat (pusat selalu sejajar dengan tulang pinggul
atas), Anda tidak memposisikan kepalan
tangan Anda di ulu hati.
d. Kencangkan kepalan tangan Anda dengan tangan satunya sehingga kedua lengan Anda
melingkar di perut korban.
e. Lakukan penekanan ke arah belakang dan atas sampai benda asing keluar atau sampai
korban menjadi jatuh tidak sadar.
Page 21
15
2. Jika korban tersedak adalah wanita hamil atau orang dewasa yang terlalu gemuk (obesitas)
kita bisa melakukan pilihan lain dengan melakukan “chest thrust” yaitu dengan meletakkan
kepalan tangan Anda di tengah-tengah tulang dada
3. Langkah-langkah pertolongan tersedak terhadap bayi yang masih sadar:
a. Gendonglah bayi dengan posisi Anda duduk
atau berlutut.
b. Buka pakaian bayi.
c. Gendong bayi dengan posisi wajah ke bawah
telungkup di atas pangkuan tangan Anda. Buat
kepala bayi lebih rendah dari kakinya. Sangga
kepala dan rahang bawah bayi menggunakan
tangan Anda (hati-hati untuk tidak menekan
leher bayi, karena ini akan menyebabkan
tersumbatnya saluran napas.
d. Berikan 5 kali tepukan di punggung (tepuklah
dipunggung, antara 2 tulang belikat bayi,
jangan menepuk di tengkuk!). Gunakan
pangkal telapak tangan Anda ketika
memberikan tepukan.
e. Setelah memberikan 5 kali tepukan punggung,
sanggalah leher belakang bayi Anda dengan
tangan dan balikkan tubuh bayi sehingga
dalam posisi terlentang. Buat posisi kepala
bayi lebih rendah dari kakinya.
f. Lakukan 5 kali penekanan dada (lokasi
penekanan sama dengan posisi penekanan
dada pada proses CPR yaitu di tengan-tengan
tulang dada/ di bawah garis imajiner antara 2
putting susu bayi). Hanya gunakan2 jari saja
(jari telunjuk dan jari tengah untuk melakukan
chest thrust.
Page 22
16
FORMAT PENANGANAN TERSEDAK UNTUK BAYI
NO
ASPEK YANG DINILAI Ya
Tidak
1 Menyiapkan alat
2 Mencuci tangan
3 Memakai sarung tangan
4 Buka pakaian bayi
5 Gendong bayi dengan posisi wajah ke bawah telungkup di atas
pangkuan tangan anda
6 Berikan 5 kali tepukan di punggung (tepuklah dipunggung, antara 2
tulang belikat bayi, jangan menepuk di tengkuk).
7
Setelah memberikan 5 kali tepukan punggung, sanggalah leher
belakang bayi Anda dengan tangan dan balikkan tubuh bayi
sehingga dalam posisi terlentang. Buat posisi kepala bayi lebih
rendah dari kakinya.
8
Lakukan 5 kali penekanan dada (lokasi penekanan sama dengan
posisi penekanan dada pada proses CPR yaitu di tengan-tengan
tulang dada/ di bawah garis imajiner antara 2 putting susu bayi).
Hanya gunakan2 jari saja (jari telunjuk dan jari tengah untuk
melakukan chest thrust.
9
Evaluasi tindakan apakah sumbatan sudah dapat dikeluarkan dari
jalan napas, jika belum berhasil lakukan kembali langkah no 7 dan
8
10 Jika tidak ditemukan sumbatan, lakukan langkah RJP
11 Jika telah berhasil mengeluarkan sumbatan, posisikan bayi seperti
semula dan berikan oksigen 2 lt/menit
12 Membereskan alat-alat
13 Melepas sarung tangan
14 Mencuci tangan
15 Mendokumentasikan tindakan
Jumlah skor
Page 23
17
FORMAT PENANGANAN TERSEDAK UNTUK DEWASA
NO
ASPEK YANG DINILAI Ya
Tidak
1 Menyiapkan alat
2 Mencuci tangan
3 Memakai sarung tangan
4
Jika pasien masih sadar berdirikan pasien dan memposiskan tubuh
penolong dibelakang pasien (sesuaikan tinggi penolong dengan
tinggi pasien)
5
Lakukan haemlich maneuver dengan cara mengepalkan salah satu
tangan dan tempatkan di perut 2 jari diatas pusat pasien dan
kencangkan kepalan tangan dengan tangan yang satunya sehingga
tangan penolong melingkar di perut pasien
6 Melakukan penekanan di perut pasien sampai benda asing keluar
dari jalan napas
7 Jika pasien adalah wanita hamil maka lakukan dengan teknik chest
thrust
11 Jika telah berhasil mengeluarkan sumbatan, posisikan bayi seperti
semula dan bila perlu berikan oksigen
12 Membereskan alat-alat
13 Melepas sarung tangan
14 Mencuci tangan
15 Mendokumentasikan tindakan
Jumlah skor
Page 24
18
RESUSITASI CAIRAN
Terapi cairan resusitasi ditujukan untuk menggantikan kehilangan akut cairan tubuh atau
ekspansi cepat dari cairan intravaskuler untuk memperbaiki perfusi jaringan, misalnya pada keadaan
syok hipovolemik.
Penyebab syok hipovolemik:
1. Muntah
2. Diare yang sering
3. Dehidrasi
4. Luka bakar grade II-III yang luas
5. Trauma dengan perdarahan
6. Perdarahan masif
Klasifikasi syok hipovolemik
Klasifikasi Syok Penemuan Klinis Pengelolaan
Kelas I
Kehilangan volume darah
<15%
Hanya takikardia minimal
(<100x/menit)
Tidak perlu penggantian
volume
Kelas II
Kehilangan volume darah 15-
30%
Takikardia (100-120x/menit)
Takipneu (20-30x/menit)
Penurunan tekanan nadi
Penurunan produksi urine (20-
30cc/jam)
Penggantian volume dengan
cairan kristaloid (3x
kehilangan)
Kelas III
Kehilangan volume darah 30-
40%
Takikardia (>120x/menit)
Takipneu (30-40x/menit)
Bingung
Penurunan produksi urine (5-
15cc/jam)
Penggantian volume dengan
cairan kristaloid dan darah
Kelas IV
Kehilangan volume darah
>40%
Takikardia (>140x/menit)
Takipneu (>35x/menit)
Pucat, dingin
Perubahan mental
Bila kehilangan volume >50%
pasien tidak sadar, tekanan
sistolik = diastolik, produksi
urine minimal atau tidak
keluar
Sama dengan syok kelas III
Page 25
19
FORMAT RESUSITASI CAIRAN
NO
ASPEK YANG DINILAI Ya
Tidak
1 Menyiapkan alat
2 Mencuci tangan
3 Memakai sarung tangan
4 Tentukan besar kehilangan volume cairan
Tentukan jenis cairan yang akan diberikan
5 Pasang IV line 2 jalur
6 Berikan jumlah cairan sesuai perhitungan, cairan dalam 6 jam
harus terpenuhi
7 Pantau tanda-tanda vital, tingkat kesadaran, urine output
8 Pantau adanya efek samping akibat kelebihan cairan (edema paru,
edema perifer)
9 Membereskan alat-alat
11 Melepas sarung tangan
12 Mencuci tangan
13 Evaluasi hasil tindakan
14 Mendokumentasikan tindakan
Jumlah skor
Page 26
20
PENANGANAN PERDARAHAN
Tindakan yang dilakukan untuk menghentikan perdarahan
Tujuan:
1. Agar darah berhenti keluar
2. Agar tidak terjadi syok
Indikasi:
1. Pada kasus kecelakaan dengan multiple trauma
2. Kasus lain yang menyebabkan perdarahan masif
Alat yang dibutuhkan:
1. Sarung tangan
2. Perban/kain untuk menekan luka
Hal yang jangan dilakukan ketika menangani perdarahan:
1. Jangan menggunakan torniket. Hal ini bisa menimbulkan kematian jaringan. Penggunaan torniket
adalah jalan keluar terakhir untuk menghentikan pendarahan.
2. Jangan coba-coba melepaskan atau menggerakkan benda asing yang terbenam di dalam luka.
3. Jangan menggerakkan bagian tubuh yang terdapat fraktur.
Page 27
21
FORMAT PENANGANAN PERDARAHAN
NO
ASPEK YANG DINILAI Ya
Tidak
1 Menyiapkan alat
2 Mencuci tangan
3 Memakai sarung tangan
4 Meletakkan kassa, perban, atau kain bersih diatas luka dan tekan
selama 10 menit
Jika selama 10 menit perdarahan belum berhenti, terus tekan area
luka sampai perdarahan berhenti
5
Bila perdarahan belum berhenti, angkat bagian tubuh yang cedera
lebih tinggi dari jantung sambil terus menekan area perdarahan
(jangan tinggikan area cedera apabila terdapat fraktur)
6 Biarkan kassa, perban, atau kain menutupi bagian luka lalu balut
namun jangan terlalu ketat karena akan mengganggu aliran darah
7 Monitoring tanda-tanda vital dan keadaan perdarahan
8 Jika perdarahan sudah berhenti, lakukan perawatan luka agar luka
menjadi bersih
9 Membereskan alat-alat
11 Melepas sarung tangan
12 Mencuci tangan
13 Evaluasi hasil tindakan
14 Mendokumentasikan tindakan
Jumlah skor
Page 28
22
BALUT DAN BIDAI
Balut bidai adalah tindakan memfiksasi /mengimobilisasi bagian tubuh yang mengalami cidera
dengan menggunakan benda yang bersifat kaku maupun fleksibel sebagai fiksator /imobilisator.
A. Pembalutan
Macam-macam pembalutan
1. Pembalut penutup
- Untuk menutup sebagian badan agar terhindar dari kotoran luar maupun tidak
tersinggung dari anggota badan yang lain
- Untuk menghindarkan diri dari cahaya matahari atau udara
- Sebelum luka dibngkus terlebih dahulu Luka dibersihakn atau dilakukan perawatan
luka
- Untuk menahan perdarahan
- Melekatkan obat (Zalf, serbuk, kompres)
2. Pembalut penahan
- Mengistirahatkan anggota badan yang luka atau sakit
- Mengurangi gerakan yang dapat menambah beratnya sakit
- Mengurangi rasa sakit
3. Pembalut penekan
Menekan luka
Tujuan
- Untuk mengurangi atau menghentikan perdarahan
- Untuk meminimalkan kontaminasi
- Untuk stabilisasi benda yang menancap
Indikasi
- Pada luka terbuka yang memungkinkan terkontaminasi dengan lingkungan luar
- Ada perdarahan eksternal, sehingga darah mengalir melalui luka yang ada
- Ada luka tusuk dengan benda yang masih menancap, dengan kemungkinan benda
tersebut menembus arteri atau pembuluh darah besar
Persiapan Alat:
- Balut tekan (balut elastik)
- Mitella
- Set perawatan luka
B. Pembidaian
Jenis pembidaian
1. Tindakan pertolongan sementara
- Dilakukan ditempat cidera sebelum ke rumah sakit
- Bahan untuk bidai bersifat sederhana dan apa adanya
- Bertujuan untuk mengurangi rasa nyeri dan meghindarkan kerusakan yang lebih berat.
- Bisa dilakukan oleh siapapun yang sudah mengetahui prinsip dan tehnik dasar
pembidaian
2. Tindakan pertolongan definitif
- Dilakukan di fasilitas layanan kesehatan, klinik / RS
- Pembidaian dilakukan untuk proses penyembuhan fraktur /dislokasi menggunakan alat
dan bahan khusus sesuai standar pelayanan harus dilakukan oleh tenaga kesehatan yang
sudah terlatih.
Page 29
23
Jenis-Jenis Bidai
1. Bidai keras: Merupakan bidai yang paling baik dan sempurna, contoh: bidai kayu
2. Bidai Traksi: Bidai bentuk jadi dan bervariasi tergantung dari pembuatannya hanya
dipergunakan oleh tenaga yang terlatih khusus umumnya dipakai pada patah tulang paha.
Contoh : bidai traksi tulang paha.
3. Bidai improvisasi: Bidai yang cukup dibut dengan bahan cukup kuat dan ringan untuk
menopang ,pembuatannya sangat tergantung dari bahan yang tersedia dan kemampuan
improvisasi si penolong. Contoh : majalah, koran, karton.
Tujuan:
1. Mencegah gerakan bagian yang stabil sehingga mengurangi nyeri dan mencegah kerusakan
lebih lanjut.
2. Mempertahankan posisi yang nyaman.
3. Mempermudah transportasi organ.
4. Mengistirahatkan bagian tubuh yang cidera.
5. Mempercepat penyembuhan.
Indikasi
1. Adanya fraktur ,baik terbuka /tertutup.
2. Adanya kecurigaan adanya fraktur.
3. Dislokasi persendian
4. Multiple trauma
Persiapan Alat
1. Spalk sesuai ukuran
2. Kasa balutan panjang, elastis verban
3. Gunting
Page 31
25
FORMAT PEMBALUTAN
NO
ASPEK YANG DINILAI Ya
Tidak
1 Menyiapkan alat
2 Mencuci tangan
3 Memakai sarung tangan
4 Mengucapkan salam dan menyapa klien
5 Menjelaskan prosedur tindakan
6 Menjaga privacy
7 Memeriksa bagian tubuh yang akan dibalut
8 Melakukan tindakan prapembalutan: membersihkan luka, mencukur
rambut area pembalutan, tutup dengan kasa steril
9 Memilih jenis pembalutan yang tepat dan melakukan pembalutan dengan
benar
10 Evaluasi hasil pembalutan: mudah lepas/longgar, terlalu ketat
(mengganggu peredaran darah/gerakan)
11 Mengatur kembali posisi klien
12 Evaluasi tindakan
13 Membereskan alat
14 Melepas sarung tangan
15 Mencuci tangan
16 Mendokumentasikan tindakan
Jumlah skor
Page 32
26
FORMAT PEMBIDAIAN
NO
ASPEK YANG DINILAI Ya
Tidak
1 Menyiapkan alat
2 Mencuci tangan
3 Memakai sarung tangan
4 Mengucapkan salam dan menyapa klien
5 Menjelaskan prosedur tindakan
6 Menjaga privacy
7 Tutup bagian yang luka jika ada perdarahan
8 Anjurkan pasien untuk tidak menggerakkan bagian yang fraktur
9
Melakukan pembidaian:
- Pembidaian harus meliputi dua sendi, sebelum dipasangukur bidai
terlebih dahulu pada bagian tubuh yang tidak sakit
- Bidai dibalut/dilapisi sebelum digunakan
- Melakukan pembidaian dengan cara yang tepat
- Ikat bagian yang dipasang bidai dimulai dari distal ke proksimal
bagian yang fraktur
- Ikatan jangan terlalu ketat dan jangan terlalu kendor
10 Evaluasi hasil pembidaian: denyut nadi distal, fungsi saraf sebelum dan
sesudah dibidai, kepatenan fiksasi bidai
11 Mengatur kembali posisi klien
12 Evaluasi tindakan
13 Membereskan alat
14 Melepas sarung tangan
15 Mencuci tangan
16 Mendokumentasikan tindakan
Jumlah skor
Page 33
27
PENANGANAN KERACUNAN
Keracunan adalah masuknya suatu zat racun kedalam tubuh yang mempunyai efek
membahayakan/mengganggu fungsi organ dan tidak ditentukan oleh jumlah, jenis, frekuensi dan
durasi yang disengaja maupun disengaja bahkan dapat menimbulkan kematian.
Jenis-jenis keracunan:
1. Keracunan makanan: jengkol, makanan kaleng, makanan kadaluarsa
2. Keracunan korosif: bahan kimia industri, bahan kimia pertanian, bahan kimia rumah tangga
3. Keracunan inhalasi: karbon dioksida, karbon monoksida
4. Keracunan organofosfat: baygon
5. Keracunan hidrokarbon: bensin, minyak tanah
6. Gigitan ular
7. Gigitan serangga
8. Keracunan narkotika
Penanganan keracunan:
Dengan cara dekontaminasi yaitu tindakan yang dilakukan untuk mengurangi efek dari bahan
berbahaya baik efek lokal maupun sistemik yang dipengaruhi oleh bahan beracun.
1. Dekontaminasi mata
2. Dekontaminasi kulit
3. Dekontaminasi saluran cerna
4. Dekontaminasi saluran napas
Teknik dekontaminasi:
1. Dekontaminasi mata
Melakukan irigasi mata dengan larutan NaCl 0,9% atau air hangat selama 15 menit
2. Dekontaminasi kulit
a. Membasahi kulit dengan air mengalir sampai zat racun hilang dari kulit
b. Jika terdapat luka berikan perawatan luka
c. Jika terdapat gatal-gatal berikan agen antihistamin
3. Dekontaminasi saluran cerna
a. Berikan minum air putih/susu segera (anak=100cc, dewasa=250cc)
b. Lakukan bilas lambung jika pasien menelan racun dalam jumlah banyak atau pasien tidak
sadar
4. Dekontaminasi saluran napas
a. Tempatkan pasien di ruang terbuka
b. Buka kancing baju pasien
c. Berikan oksigen 4-6 liter
d. Bila pasien tidak bernapas berikan bantuan ventilasi
Page 34
28
FORMAT PENANGANAN KERACUNAN
NO
ASPEK YANG DINILAI Ya
Tidak
1 Menyiapkan alat
2 Mencuci tangan
3 Memakai sarung tangan
4 Mengucapkan salam
5 Menjelaskan prosedur tindakan
6 Menjaga privacy
7 Melakukan teknik dekontaminasi sesuai jenis keracunan yang
dialami pasien
8 Monitoring tanda-tanda vital
9 Evaluasi hasil tindakan: efek zat racun berkurang, tanda-tanda vital
dalam batas normal
10 Membereskan alat
11 Melepas sarung tangan
12 Mencuci tangan
13 Mendokumentasikan tindakan
Jumlah skor
Page 35
29
PENANGANAN KEGAWATAN OBSTETRI
Kegawatan obstetri adalah kegawatan yang ditemukan pada fasel antenatal, intranatal, dan post
partum, berikut ini merupakan kegawatan obstetri yang sering ditemukan pada kasus gawat darurat:
1. Perdarahan Antenatal
Perdarahan antepartum adalah perdarahan pada jalan lahir setelah kehamilan 28 minggu, biasanya
terjadi akibat plasenta previa dan solusio plasenta
2. Eklampsia
Eklampsia merupakan serangan konvulsi yang mendadak atau suatu kondisi yang dirumuskan
penyakit hipertensi yang terjadi oleh kehamilan, menyebabkan kejang dan koma
Fase kejang pada eklampsia:
a. Awal : Berlangsung 10-20 detik, bola mata berputar-putar membelalak, muka dan otot
tangan kejang – kejang, penurunan kesadaran.
b. Tonik : Berlangsung 10-20 detik, otot-otot berkontraksi dengan kuat, spasme diafragma,
pernafasan berhenti, mukosa, anggota badan dan bibir menjadi biru, punggung melenting, gigi
terkurap dan mata menonjol.
c. Klonik : Berlangsung 1-2 menit, otot-otot berkontraksi dengan kuat, air liur berbusa,
bernafasan sulit, terjadi aspirasi air liur, muka tampak sembab, lidah bisa tergigit.
d. Koma : Berlangsung beberapa menit sampai berjam-jam, tergantung individu, nafas ngorok
dan cepat, muka bengkak, tidak sianotik.
3. Perdarahan post partum
Perdarahan postpartum adalah perdarahan lebih dari 500-600 ml selama 24 jam setelah anak lahir.
Termasuk perdarahan karena retensio plasenta. Perdarahan post partum adalah perdarahan dalam
kala IV lebih dari 500-600 cc dalam 24 jam setelah anak dan plasenta lahir.
Perdarahan Post partum diklasifikasikan menjadi 2, yaitu:
a. Early Postpartum : Terjadi 24 jam pertama setelah bayi lahir
b. Late Postpartum : Terjadi lebih dari 24 jam pertama setelah bayi lahir
Tiga hal yang harus diperhatikan dalam menolong persalinan dengan komplikasi perdarahan post
partum:
a. Menghentikan perdarahan.
b. Mencegah timbulnya syok.
c. Mengganti darah yang hilang.
Page 36
30
FORMAT PENANGANAN PERDARAHAN ANTENATAL
NO
ASPEK YANG DINILAI Ya
Tidak
1
Menyiapkan alat
Alat:
- Stetoskop
- Spigmomanometer
- Termometer
- Perlak
- Set infus
- Larutan NaCl 0,9%
- Pembalut
2 Mencuci tangan
3 Memakai sarung tangan
4 Mengucapkan salam dan menyapa klien
5 Menjelaskan prosedur tindakan
6 Menjaga privacy
7 Menilai keadaan umum ibu (nilai adanya tanda-tanda syok)
8 Melakukan pemeriksaan tanda-tandaa vital
9 Memposisikan kaki lebih tinggi daripada kepala
10
Jika ibu dalam keadaan syok, berikan cairan infus NaCl 0,9% 1000cc
pada 15 menit pertama, dilanjutkan dengan 500cc pada 20 menit,
selanjutnya tetesan infus disesuaikan dengan keadaan klinis
11
Jika ibu tidak syok, berikan NaCl 0,9% 1000cc pada 15-20 menit
pertama, dilanjutkan dengan 1000cc dalam 4 jam, selanjutnya
disesuaikan dengan keadaan klinis
12 Ganti pembalut ibu jika darah di pembalut sudah penuh
13 Evaluasi tindakan
14 Membereskan alat
15 Melepas sarung tangan
16 Mencuci tangan
17 Mendokumentasikan tindakan
Jumlah skor
Page 37
31
FORMAT PENANGANAN EKLAMPSIA
NO
ASPEK YANG DINILAI Ya
Tidak
1
Menyiapkan alat
Alat:
- Stetoskop
- Spigmomanometer
- Termometer
- Sarung tangan
- Perlak
- Set infus
- Larutan NaCl 0,9%
- Pembalut
2 Mencuci tangan
3 Memakai sarung tangan
4 Mengucapkan salam dan menyapa klien
5 Menjelaskan prosedur tindakan
6 Menjaga privacy
7 Menilai keadaan umum ibu (nilai adanya tanda-tanda syok)
8 Melakukan pemeriksaan tanda-tandaa vital
9 Memposisikan kaki lebih tinggi daripada kepala
10
Jika ibu dalam keadaan syok, berikan cairan infus NaCl 0,9% 1000cc
pada 15 menit pertama, dilanjutkan dengan 500cc pada 20 menit,
selanjutnya tetesan infus disesuaikan dengan keadaan klinis
11
Jika ibu tidak syok, berikan NaCl 0,9% 1000cc pada 15-20 menit
pertama, dilanjutkan dengan 1000cc dalam 4 jam, selanjutnya
disesuaikan dengan keadaan klinis
12 Ganti pembalut ibu jika darah di pembalut sudah penuh
13 Evaluasi tindakan
14 Membereskan alat
15 Melepas sarung tangan
16 Mencuci tangan
17 Mendokumentasikan tindakan
Jumlah skor
Page 38
32
PENANGANAN TENTAMEN SUICIDE
Bunuh diri adalah segala perbuatan seseorang yang dapat mengakhiri hidupnya sendiri dalam waktu
singkat.
Tanda-tanda pasien yang berpotensi untuk bunuh diri:
1. Mempunyai ide untuk bunuh diri
2. Mengungkapkan keinginan untuk mati
3. Mengungkapkan rasa bersalah dan keputusasaan
4. Impulsif
5. Menunjukkan perilaku yang mencurigakan (biasanya menjadi sangat patuh)
6. Memiliki riwayat percobaan bunuh diri
7. Verbal terselubung (berbicara tentang kematian, menanyakan tentang obat dosis mematikan)
8. Status emosional (harapan, penolakan, cemas meningkat, panic, marah dan mengasingkan
diri)
9. Kesehatan mental (secara klinis, klien terlihat sebagai orang yang depresi, psikosis dan
menyalahgunakan alcohol)
10. Kesehatan fisik (biasanya pada klien dengan penyakit kronis atau terminal)
11. Pengangguaran (tidak bekerja, kehilangan pekerjaan, atau mengalami kegagalan dalam karier)
12. Umur 15-19 tahun atau di atas 45 tahun
13. Status perkawinan (mengalami kegagalan dalam perkawinan)
14. Pekerjaan
15. Konflik interpersonal
16. Latar belakang keluarga
17. Orientasi seksual
18. Sumber-sumber personal
19. Sumber-sumber social
20. Menjadi korban perilaku kekerasan saat kecil
Jenis-jenis percobaan bunuh diri:
1. Gantung diri
2. Minum racun
3. Memotong urat nadi
4. Menjatuhkan diri dari tempat tinggi
Page 39
33
FORMAT PENGANAN TENTAMEN SUICIDE
NO ASPEK YANG DINILAI Ya Tidak
1 Menyiapkan alat
2 Mencuci tangan
3 Memakai sarung tangan
6 Menjaga privacy
7
Melakukan penanganan fisik sesuai dengan jenis bunuh diri yang
dilakukan:
- Apabila pasien minum racun lakukan bilas lambung
- Apabila pasien gantung diri: lakukan prosedur RJP
- Apabila pasien memotong urat nadi: hentikan perdarahan dan
lakukan resusitasi cairan
- Apabila pasien melompat dari tempat tinggi: cek kesadaran klien,
lakukan perawatan luka, identifikasi adanya fraktur
8
Jika penanganan fisik sudah dilakukan, beritahu keluarga untuk selalu
mendampingi pasien, jika tidak ada keluarga usahakan jangan
tinggalkan pasien sendiri di ruangan
9 Amankan semua barang yang dapat melukai pasien
10 Melakukan rujukan ke bagian psikiatri
11 Evaluasi tindakan
12 Membereskan alat
13 Melepas sarung tangan
14 Mencuci tangan
15 Mendokumentasikan tindakan
Jumlah skor