KEEFEKTIFAN PENGGUNAAN STRATEGI PEMODELAN DALAM PEMBELAJARAN BERMAIN PERAN PADA SISWA KELAS XI SMA NEGERI 9 YOGYAKARTA SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Oleh Yosse Daniel R 07201244102 PRODRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA JURUSAN PENDIDIKAN DAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS BAHASA DAN SENI UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA 2014
171
Embed
KEEFEKTIFAN PENGGUNAAN STRATEGI PEMODELAN … · 2017-02-28 · KEEFEKTIFAN PENGGUNAAN STRATEGI PEMODELAN DALAM PEMBELAJARAN BERMAIN PERAN PADA SISWA KELAS XI SMA NEGERI 9 YOGYAKARTA
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
KEEFEKTIFAN PENGGUNAAN
STRATEGI PEMODELAN DALAM PEMBELAJARAN BERMAIN PERAN
PADA SISWA KELAS XI SMA NEGERI 9 YOGYAKARTA
SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Bahasa dan Seni
Universitas Negeri Yogyakarta
untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan
guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Oleh
Yosse Daniel R
07201244102
PRODRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
JURUSAN PENDIDIKAN DAN SASTRA INDONESIA
FAKULTAS BAHASA DAN SENI
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
2014
v
MOTTO
Mengapakah engkau melihat selumbar di dalam mata saudaramu, sedangkan balok di
dalam matamu sendiri tidak engkau ketahui? (Lukas, 6:41)
Jangan hanya meminta apapun kepada Allah, namun berikanlah apapun yang Ia
butuhkan (penulis)
Tuhan, Allahmu, akan melimpahi engkau dengan kebaikan dalam segala pekerjaanmu,..
(Ulangan, 30:9)
vi
PERSEMBAHAN
Karya ini saya persembahkan untuk Bapa, Putera, dan Roh Kudus yang
saya saksikan selalu hadir dalam setiap waktu, Bapak dan Ibu serta keluarga
besar, Isnani Hidayati yang selalu mendampingi hidup saya, Bapak & Ibu Dosen
serta teman-teman tanpa terkecuali. Tanpa dukungan itu, karya ini sulit bahkan
mungkin mustahil terwujud.
vii
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan Kehadirat Bapa, Putera, dan Roh Kudus yang
telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan
skripsi yang berjudul “Keefektifan Penggunaan Strategi Pemodelan pada Siswa
Kelas XI SMA Negeri 9 Yogyakarta” ini sebagai syarat memperoleh gelar Sarjana
Pendidikan. Puji dan salam semoga senantiasa terlimpah kepada Sayyidina Isa
Almasih, Santa Maryam dan Bapa Yusuf, para Rasul, serta seluruh orang kudus
yang telah membawa kami ke jalan cinta kasih dengan ilmu yang barokah. Amin.
Saya menyadari bahwa dalam menyelesaikan tugas akhir skripsi ini
mendapatkan banyak bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, saya ucapkan
terima kasih yang sangat tulus kepada Dekan Fakultas Bahasa dan Seni
Universitas Negeri Yogyakarta, Ketua Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra
Indonesia Universitas Negeri Yogyakarta serta para Dosen yang telah
memberikan fasilitas dan kemudahan hingga study ini dapat selesai, Dewan
Penguji skripsi ini, Dr. Suroso M, P.d yang telah membimbing saya dengan penuh
kesabaran dalam menyelesaikan skripsi ini, dan Ibu Dr. Sri Pujiastuti serta
Ibu Esti Swastika Sari, M. Hum selaku pembimbing akademik yang telah banyak
membantu serta memberikan kemudahan kepada saya selama menempuh study.
Saya mengucapkan terima kasih juga kepada teman-teman kuliah PBSI 07
kelas IJK yang telah banyak memberikan kenangan indah dalam persahabatan,
teman-teman PBSI 07 kelas K atas kasih sayang, semangat, bantuan dan kerja
sama, persaingan hingga persahabatan yang telah terjalin selama masa kuliah,
tidak lupa juga kepada seluruh keluarga besar UKM SICMA UNY atas pemberian
semangat dan kasih sayangnya serta adik-adik angkatan PBSI UNY yang sudah
menunjukan bahwa kalian adalah adik yang baik, tentunya dengan memberikan
kasih sayang sekaligus suport hingga terselesaikanya study penulis.
Ucapan terima kasih juga dari penulis kepada lembaga-lembaga di luar
kampus yang telah mengijinkan dan membantu dalam hal penelitian, yakni
Bapak Drs. Maman Surakhman, M, P.d selaku kepala SMA Negeri 9 Yogyakarta
serta dewan Guru, Karyawan, dan Siswa-Siswi khususnya kelas XI IPA 5 dan XI
ix
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL .................................................................................. i
HALAMAN PERSETUJUAN ................................................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN .................................................................... iii
SURAT PERNYATAAN ........................................................................... iv
MOTTO ....................................................................................................... v
PERSEMBAHAN ...................................................................................... vi
KATA PENGANTAR ............................................................................... vii
DAFTAR ISI .............................................................................................. ix
DAFTAR GAMBAR ................................................................................. xiii
DAFTAR TABEL ....................................................................................... xiv
DAFTAR GRAFIK ..................................................................................... xvi
DAFTAR DIAGRAM ................................................................................. xvii
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................... xviii
ABSTRAK .................................................................................................. xix
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah....................................................................... 1
B. Identifikasi Masalah ............................................................................. 4
C. Batasan Masalah................................................................................... 5
D. Rumusan Masalah ................................................................................ 5
E. Tujuan Penelitian ................................................................................. 6
F. Manfaat Penelitian ............................................................................... 7
Kriteria Penilaian Keterampilan Bermain Peran....................
Lembar Soal...............…………………………………….....
Salah Satu Naskah Drama Kelompok Kontrol.......................
Silabus Bermain Peran...........................................................
RPP Pre-test Kelompok Kontrol dan Eksperimen …............
RPP Perlakuan Kelompok Eksperimen ………….................
RPP Kelompok Kontrol ……………………………….........
RPP Post-test Kelompok Kontrol...........................................
RPP Post-test Kelompok Eksperimen ……….......................
Dokumentasi Penelitian ………………………………….....
Surat Tembusan untuk Dinas Perijininan Yogyakarta...........
Surat Tembusan dari Dinas Perijinan Yogyakarta.................
Surat Telah Melakukan Penelitian..........................................
Halaman
78
79
80
81
92
83
86
88
90
92
94
97
98
101
103
107
108
123
131
143
138
146
150
151
152
xix
KEEFEKTIFAN PENGGUNAAN STRATEGI PEMODELANDALAM PEMBELAJARAN BERMAIN PERAN
PADA SISWA KELAS XI SMA NEGERI 9 YOGYAKARTA
olehYOSSE DANIEL RNIM 07201244102
ABSTRAK
Penelitian dengan judul ”Keefektifan Penggunaan Strategi PemodelanDalam Pembelajaran Bermain Peran Pada Siswa Kelas XI SMA Negeri 9Yogyakarta” bertujuan untuk mengetahui keefektifan strategi pemodelan dalampembelajaran bermain peran pada siswa kelas XI SMA Negeri 9 Yogyakarta.Penelitian ini juga bertujuan untuk mengetahui perbedaan antara pembelajaranbermain peran siswa dengan menggunakan strategi pemodelan dan pembelajaranbermain peran siswa tanpa menggunakan strategi pemodelan.
Penelitian ini menggunakan desain kuasi eksperimen (eksperimen semu).Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI SMA Negeri 9 Yogyakartasebanyak 194 siswa. Penentuan sampel dalam penelitian ini menggunakan tekniksimple random sampling atau pengambilan sampel secara acak sederhana.Berdasarkan pengambilan sampel dengan teknik tersebut diperoleh dua kelas yaitukelas XI IPA 5 sebagai kelas eksperimen dan kelas XI IPA 2 sebagai kelaskontrol. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan teknik tes yaitu pre-test danpost-test bermain peran. Instrumen penelitian dalam penelitian ini adalah soal tesesai bermain peran. Uji validitas instrumen dilakukan dengan berkonsultasidengan ahlinya (Expert Judgment), sedangkan uji reliabilitas instrumenmenggunakan rumus Alpha Cronbach. Teknik analisis data yang digunakanadalah teknik Uji-t dengan memperhatikan syarat normalitas dan homogenitas.
Hasil penelitian menunjukkan adanya perbedaan skor post-test kemampuanbermain peran siswa kelompok kontrol dengan kelompok eksperimen. Hal initerbukti dari hasil uji-t skor post-test kelompok kontrol dan kelompok eksperimendiketahui nilai thitung sebesar 21.986 dengan df 58 pada signifikasnsi 5% diperolehnilai ttabel 2,000. Hasil tersebut menunjukkan nilai th: 21.986 > ttb: 2,000 padasignifikansi 5% yang berarti ada perbedaan kemampuan bermain peran antarasiswa kelompok eksperimen dengan siswa kelompok kontrol. Selanjutnya untukhasil uji-t skor pre-test dan post-test eksperimen diketahui nilai thitung sebesar32.247 dengan df 58 pada signifikansi 5% diperoleh nilai ttabel 2,000. Hasiltersebut menunjukkan nilai th: 32.247 > ttb: 2,000 pada signifikansi 5% yangberarti pembelajaran bermain peran dengan menggunakan strategi pemodelanlebih efektif dibandingkan pembelajaran bermain peran tanpa menggunakanstrategi pemodelan.
Kata kunci: Keefektifan, Strategi Pemodelan, Kemampuan Bermain Peran
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pada dasarnya usia remaja masih gemar bermain, baik dilakukan secara
individual maupun berkelompok. Bermain adalah kegiatan untuk bersenang-
senang yang terjadi secara alamiah. Perkembangan sikap, kecerdasan,
keterampilan, dan kreatifitas didapat dengan bermain. Oleh sebab itu,
pembelajaran di sekolah memanfaatkan model bermain tertentu. Salah satu
aktifitas bermain yang terdapat dalam pembelajaran di sekolah yaitu bermain
peran.
Pembelajaran bermain peran di sekolah merupakan usaha mendidik siswa
agar terampil memainkan karakter tokoh. Adapun bermain peran merupakan
bagian dalam drama sehingga tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Drama
sebagai replika kehidupan yang dipentaskan dan bermain peran sebagai
keterampilan memainkan karakter tokoh pada hakekatnya mengangkat gambaran
permasalahan sosial. Oleh sebab itu, pengajaran drama di sekolah merupakan
pelajaran moral serta pembelajaran mengekspresikan karakter tokoh.
Menurut Waluyo (2001:158), pengajaran sastra (drama) dapat membantu
siswa dalam pemahaman dan penggunaan bahasa yang sedang dipelajarinya,
sebagai penunjang pemahaman bahasa berarti untuk melatih keterampilan
membaca (teks drama) dan menyimak atau mendengarkan (dialog pertunjukan
drama, mendengarkan drama radio, televisi dan sebagainya). Sementara itu,
sebagai penunjang latihan penggunaan bahasa artinya melatih keterampilan
2
menulis (teks drama sederhana, resensi drama, resensi pementasan) dan wicara
(melakukan pentas drama).
Pentingnya pengajaran drama di sekolah seperti pada penjabaran di atas
menuntut guru untuk mengoptimalkan aspek-aspek yang harus didapat siswa,
akan tetapi selama ini guru bahasa Indonesia masih terpaku pada penilaian dan
tujuan mengajar dalam aspek kognitif semata. Padahal drama sebagai karya seni,
mestinya mencapai aspek apresiasi. Hal ini perlu ditegaskan karena ada
kecenderungan dalam pengajaran sastra di sekolah, kita sering memilih bahan
yang mudah saja, maksud mudah mengerjakannya, dengan mengabaikan peranan
besar kecilnya bahan itu untuk mencapai tujuan membimbing dan meningkatkan
kemampuan mengapresiasi sastra siswa (Nurgiyantoro, 2009:321).
Hal senada juga dikemukakan oleh Endraswara (2005:187) yang
menyatakan bahwa pembelajaran drama pada umumnya masih sering diarahkan
pada hal-hal teknis belaka, dalam artian masih berkutat pada masalah pemahaman
teks drama. Padahal teknik demikian sesungguhnya hanya akan semakin
menjauhkan siswa dari cipta drama. Ditambahkan pula oleh Endraswara bahwa
pembelajaran drama tidak semata-mata bertujuan untuk mendidik atau mencetak
siswa menjadi dramawan atau aktor drama, melainkan lebih ke arah pengalaman
berapresiasi drama.
Dalam pementasan drama, kebanyakan siswa juga masih kurang percaya
diri dalam menghayati tokoh lakon. Padahal tanpa kefasihan seorang aktor dalam
bermain peran, maka pertunjukan drama dapat dikatakan kurang atau bahkan tidak
optimal. Oleh sebab itu, mengingat pentingnya bermain karakter tokoh dalam
3
drama serta pentingnya guru dalam memperhatikan pengajaran drama, maka salah
satu alternatif untuk mengatasi hal tersebut yaitu guru bahasa Indonesia harus
benar-benar memperhatikan strategi pembelajaran bermain peran di sekolah.
Salah satu strategi yang terbukti efektif dalam pembelajaran bermain peran
yaitu strategi pemodelah (modeling the way). Strategi pemodelan merupakan
strategi yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk berlatih melalui
demonstrasi-demonstrasi. Demonstrasi yang dimaksudkan adalah memperagakan
keterampilan khusus yang sudah disiapkan oleh guru. Guru menyipakan topik
yang menggambarkan situasi tertentu, kemudian siswa bersama kelompok kecil
mengembangkan menjadi skenario pendek, berlatih, dan mementaskanya.
Strategi pemodelan dalam pembelajaran bermain peran berarti
mengondisikan siswa mementaskan skenario pendek yang dilakukan secara
berulang dengan topik yang berbeda. Hal tersebut bertujuan mengembangkan
mental siswa dalam pertunjukan dan tidak kaget ketika harus memainkan naskah
drama yang panjang. Strategi pemodelan juga memberi kesempatan siswa untuk
menciptakan tokoh dan dialog sesuai dengan imajinasi mereka secara konstruktif
serta mempertanggungjawabkanya di dalam pementasan.
Peran guru dalam pembelajaran bermain peran menggunakan strategi
pemodelan ialah sebagai fasilitator, informator, dan reflektor. Adapun melalui
streategi pemodelan, akan memudahkan guru dalam menyelesaikan tuntutanya
untuk mengantarkan pemahaman siswa sampai kepada aspek apresiasi drama. Di
samping itu, transformasional yang dilakukan siswa ketika mengubah topik
4
menjadi sebuah skenario pendek dan pementasan juga dapat memudahkan guru
dalam membangun kretifitas mereka secara konstruktif.
Bermain peran menjadi salah satu standar kompetensi yang ada dalam
silabus Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) Sekolah Menengah Atas
(SMA). Tujuan standar kompetensi dalam kurikulum siswa kelas XI SMA adalah
agar siswa mampu dalam mengapresiasi sastra khususnya drama yang telah
diprogramkan dalam silabus pembelajaran bahasa Indonesia. SMA Negeri 9
Yogyakarta menggunakan KTSP dalam proses kegiatan belajar mengajar,
sehingga SMA Negeri 9 Yogyakarta dipilih sebagai tempat penelitian. Sementara
itu, kelas XI dipilih sebagai subjek penelitian karena berdasarkan standar isi
dalam KTSP, pembelajaran bermain peran terdapat di kelas XI semester II.
Menyadari pentingnya apresiasi drama khususnya dalam bermain karakter
tokoh di sekolah seperti yang sudah dijabarkan di atas, maka hal pokok yang akan
dijabarkan dari skripsi ini yaitu tentang keefektifan dari strategi pemodelan dalam
pembelajaran bermain peran di SMA Negeri 9 Yogyakarta. Oleh karena itu,
penelitian ini diberi judul “Keefektifan penggunaan strategi pemodelan dalam
pembelajaran bermain peran pada siswa kelas XI SMA Negeri 9 Yogyakarta”.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan ilustrasi latar belakang masalah di atas, dapat diidentifikasi
permasalahan sebagai berikut.
1. Strategi dalam pembelajaran bermain peran harus diperhatikan oleh guru.
2. Siswa masih kurang percaya diri dalam menghayati tokoh lakon.
5
3. Siswa belum mengetahui strategi pemodelan dalam pembelajaran
bermain peran.
4. Pembelajaran bermain peran masih berkutat pada masalah pemahaman
teks drama.
C. Batasan Masalah
Dari identifikasi masalah yang telah dirumuskan di atas, tidak mungkin
dapat dibahas semua dalam penelitian ini. Dalam hal ini perlu dilakukan
pembatasan masalah agar penelitian eksperimen ini lebih terfokus dan terarah.
Oleh karena itu, penelitian ini hanya difokuskan pada dua hal, yaitu sebagai
berikut.
1. Ada perbedaan kemampuan bermain peran yang signifikan antara siswa
yang mengikuti pembelajaran dengan strategi pemodelan dengan siswa
yang mengikuti pembelajaran tanpa strategi pemodelan di kelas XI SMA
Negeri 9 Yogyakarta.
2. Keefektifan penggunaan strategi pemodelan dalam pembelajaran bermain
peran pada siswa kelas XI SMA Negeri 9 Yogyakarta.
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan pembatasan masalah di atas, rumusan masalah yang akan
diteliti pada penelitian ini adalah sebagai berikut.
1. Apakah ada perbedaan kemampuan bermain peran yang signifikan antara
siswa yang mengikuti pembelajaran dengan strategi pemodelan dengan
6
siswa yang mengikuti pembelajaran tanpa strategi pemodelan pada siswa
kelas XI SMA Negeri 9 Yogyakarta?
2. Apakah penggunaan strategi pemodelan efektif dalam pembelajaran
bermain peran siswa kelas XI SMA Negeri 9 Yogyakarta?
E. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan permasalahan yang telah diidentifikasi tersebut, maka
tujuan penelitian ini dirumuskan sebagai berikut.
1. Mendeskripsikan ada tidaknya perbedaan kemampuan bermain peran yang
signifikan antara siswa yang mengikuti pembelajaran dengan strategi
pemodelan dengan siswa yang mengikuti pembelajaran tanpa strategi
pemodelan pada siswa kelas XI di SMA Negeri 9 Yogyakarta.
2. Mendeskripsikan apakah strategi pemodelan pada pembelajaran bermain
peran lebih efektif dibandingkan pembelajaran bermain peran tanpa
menggunakan strategi pemodelan pada siswa kelas XI di SMA Negeri 9
Yogyakarta.
F. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Secara teoretis, melalui hasil penelitian ini semakin mengukuhkan teori-
teori yang sudah ada mengenai pembelajaran bermain peran dan penggunaan
strategi- strategi tertentu dalam bermain peran, khususnya strategi pemodelan.
7
2. Manfaat Praktis
Secara praktis, hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menambah
pengetahuan siswa dan guru tentang teknik pembelajaran dalam bermain peran
dengan menggunakan strategi pemodelan. Penelitian ini juga dapat memberi
masukan bagi guru agar dapat memotivasi siswa untuk lebih giat berlatih sehingga
dapat meningkatkan keterampilan bermain peran.
G. Batasan Istilah
1. Efektifitas
Keefektifan diartikan sebagai keadaan yang menunjukkan adanya
pengaruh atau peningkatan dalam kemampuan bermain peran pada siswa kelas XI
SMA Negeri 9 Yogyakarta.
2. Strategi Pemodelan
Strategi dalam dunia pendidikan dapat diartikan sebagai rencana berisi
langkah-langkah yang didesain secara sistematis untuk mencapai tujuan
pendidikan tertentu. Adapun pemodelan dalam konteks ini ialah model-model dari
permasalahan sosial. Permasalahan sosial tersebut nantinya akan disajikan oleh
guru dalam rupa topik-topik tertentu untuk dikembangkan siswa menjadi
skenario-skenario pendek. Secara sederhana, strategi pemodelan adalah langkah-
langkah pembelajaran yang menuntun siswa untuk mengembangkan topik yang
diberikan oleh guru menjadi skenario pendek dan memantaskanya.
8
3. Kemampuan Bermain Peran
Kemampuan bermain peran dalam dunia pendidikan adalah keterampilan
siswa memerankan karakter tokoh berdasarkan naskah drama atau imajinasi
mereka melalui demonstrasi-demonstrasi tertentu.
9
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Deskripsi Teori
1. Drama
a. Pengertian Drama
Drama berasal dari kata Yunani draomai, yang berarti perbuatan
(Moeljono, 1988:3). Drama adalah salah satu jenis lakon serius dan berisi kisah
kehidupan manusia yang memiliki konflik yang rumit dan penuh daya emosi
tetapi tidak mengagungkan sifat tragedi (Santosa, 2008:84). Harymawan (1993:1)
mendefinisikan drama sebagai cerita konflik manusia dalam bentuk dialog, yang
diproyeksikan pada pentas dengan menggunakan percakapan dan action di
hadapan penonton (audience), sedangkan menurut Waluyo (2001:1) drama
adalah protet kehidupan manusia, potret suka duka, pahit manis, hitam putih
kehidupan manusia.
Pada penjabaran di atas, baik menurut Harymawan, Waluyo serta Santosa
sama-sama mengkategorikan cerita konflik kehidupan manusia sebagai bagian
dari definsi drama. Hal tersebut tidak jauh berbeda dengan Balthazar Verhagen
(dalam Moeljono, 1988:25) yang mendefinisikan drama sebagai kesenian melukis
sifat dan sikap manusia dengan bergerak.
Mengacu pada definisi-definisi tersebut maka dapat disimpulkan bahwa
drama adalah suatu karya sastra yang diproyeksikan di atas pentas dan terbentuk
atas dialog-dialog. Karena diproyeksikan untuk pementasan, drama sering pula
disebut sebagai seni pertunjukkan atau teater. Drama tersebut menggambarkan
kehidupan dengan menyampaikan pertikaian dan emosi melalui lakuan dan
10
dialog. Lakuan dan dialog dalam drama tidak jauh beda dengan lakuan serta
dialog yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari.
b. Unsur-unsur Drama
Drama sebagai tontonan merupakan perpaduan sejumlah cabang seni,
yaitu seni sastra (naskah cerita), seni lukis (tata rias dan tata panggung), seni
musik (musik pengiring), seni tari (gerak-gerik pemain), dan seni peran (pemeran
tokoh) (Wiyanto, 2002:4). Sebagai genre sastra, drama dibangun dan dibentuk
oleh unsur-unsur seperti terlihat dalam genre sastra lainya, terutama fiksi.
Unsur-unsur pada drama di atas saling menjalin membentuk kesatuan dan
saling terikat satu dengan yang lain. Sulaeman (1982:5) menegaskan bahwa
semua unsur pada drama secara keseluruhan merupakan ”bangunan” sandiwara.
Waluyo (2001:9-29) membagi unsur drama menjadi plot, penokohan dan
perwatakan, dialog, setting, tema, amanat, dan petunjuk teknis. Penjelasan unsur-
unsur drama tersebut diuraikan sebagai berikut.
1) Plot
Plot sering juga disebut sebagai alur. Plot adalah rangkaian peristiwa dan
konflik yang menggerakkan jalan cerita melalui rumitan ke arah klimaks dan
penyelesaian. Pada dasarnya, alur dalam drama sama dengan alur dalam bentuk
cerita lainnya. Ada cerita yang berjalan dari satu kejadian ke kejadian lainnya
secara berurutan, ada cerita yang hanya mengisahkan satu kejadian saja secara
terus-menerus, dan ada pula cerita dalam drama yang setiap babak menampilkan
kejadian lain yang mungkin tidak berkaitan.
11
2) Penokohan dan Perwatakan
Penokohan erat hubungannya dengan perwatakan. Susunan tokoh (drama
personae) adalah daftar tokoh-tokoh yang berperan dalam drama itu. Susunan
tokoh tersebut yang terlebih dulu dijelaskan adalah nama, umur, jenis kelamin,
tipe fisik, jabatan, dan keadaan kejiwaannya itu. Penulis drama sudah
menggambarkan perwatakan tokoh-tokohnya. Watak tokoh akan menjadi nyata
terbaca dalam dialog dan catatan samping. Jenis dan warna dialog akan
menggambarkan watak tokoh itu.
3) Dialog
Ciri khas suatu drama adalah naskah itu berbentuk cakapan atau dialog.
Dalam menyusun dialog ini pengarang harus benar-benar memperhatikan
pembicaraan tokoh-tokoh dalam kehidupan sehari-hari. Pembicaraan yang ditulis
oleh pengarang naskah drama adalah pembicaraan yang akan diucapkan dan harus
pantas untuk diucapkan di atas panggung. Bayangan pentas di atas panggung
merupakan mimesis (tiruan) dari kehidupan sehari-hari, sehingga dialog yang
ditulis juga mencerminkan pembicaraan sehari-hari.
4) Setting
Setting atau tempat kejadian cerita sering juga disebut latar cerita. Seting
biasanya meliputi tiga dimensi, yaitu: budaya, tempat, dan waktu. Latar dalam
drama diwujudkan dalam penataan pentas. Penataan pentas terkait juga dengan
bentuk pentas. Macam-macam bentuk pentas antara lain prosenium frontal, arena,
terbuka, dalam lingkaran, terapit penonton, dan pentas terbuka (di lapangan).
12
Pementasan drama di sekolah dapat menggunakan bentuk prosenium frontal. Di
sekolah biasanya terdapat aula yang merupakan gabungan dua ruang kelas. Ruang
semacam itu cocok dijadikan pentas yang berbentuk prosenium frontal.
5) Tema
Tema merupakan gagasan pokok yang terkandung dalam drama. Tema
berhubungan dengan premis dari drama tersebut yang berhubungan pula dengan
nada dasar dari sebuah drama dan sudut pandang yang ditunjukkan dalam
penampilan drama. Sudut pandang ini sering dihubungkan dengan idealisme yang
dianut oleh pengarang tersebut.
6) Amanat
Amanat yang hendak disampaikan pengarang melalui dramanya harus
dicari oleh pembaca atau penonton. Seorang pengarang drama –sadar atau tidak
sadar- pasti menyampaikan amanat dalam karyanya itu. Amanat dalam sebuah
drama akan lebih mudah dihayati pembaca, jika drama itu dipentaskan. Amanat
itu biasanya memberikan manfaat dalam kehidupan secara praktis.
7) Petunjuk Teknis
Petunjuk teknis atau disebut teks sampingan sering diperlukan juga dalam
naskah drama. Teks sampingan ini memberikan petunjuk teknis tentang tokoh,
waktu suasana pentas, musik, keluar masuknya aktor atau aktris, keras lemahnya
dialog, dan sebagainya. Teks sampingan ini biasanya ditulis dengan tulisan
berbeda dari dialog (misalnya dengan huruf miring).
13
2. Kemampuan Bermain Peran
Pengajaran drama di sekolah dapat dimulai dengan bermain peran atau
role playing (Waluyo, 2001:34). Metode ini termasuk pementasan drama yang
sangat sederhana. Berperan adalah menjadi orang lain sesuai dengan tuntutan
lakon drama (Waluyo, 2001:109). Berperan (acting) juga dapat diberi pengertian
sebagai seni menciptakan ilusi dari kealamian dan realita yang mempertahankan
tipe, gaya, suasana dan penyajian, dengan waktu dan karakter yang mewakili
(Wright melalui Waluyo, 2001:109).
Dari beberapa hal-hal yang dikemukakan Waluyo di atas, dapat dipahami
bahwa kemampuan bermain peran dapat diartikan sebagai kemampuan siswa
dalam memerankan naskah lakon berdasarkan peran atau karakter yang dimainkan
oleh siswa tersebut. Dalam bermain peran, siswa dituntut untuk berlatih dengan
serius dan menguasai dengan baik karakter atau peran yang akan dimainkan.
Sejauh mana kemampuan siswa berperan ditentukan oleh kemampuannya
meninggalkan egonya sendiri dan memasuki serta mengekspresikan tokoh lain
yang dibawakan.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam berperan adalah sebagai berikut
(Waluyo, 2001:109).
a. Kreasi yang dilakukan oleh aktor atau aktris
b. Peran yang dibawakan harus bersifat alamiah dan wajar
c. Peran yang dibawakan harus disesuaikan dengan tipe, gaya, jiwa, dan tujuan
dari pementasan
14
d. Peran yang dibawakan harus disesuaikan dengan periode tertentu dan watak
yang harus dipresentasikan.
3. Strategi Pemodelan
Terdapat beberapa strategi yang disebutkan Malvin L. Silberman
(2009:211) untuk model pengembangan kecakapan (Skill Development)
diantaranya strategi modeling the way, sementara Hisyam (2008:76) menyatakan
bahwa model Active Learning dengan strategi modeling the way merupakan
strategi yang menekankansiswa untuk mempraktikkan keterampilan spesifik
dikelas melalui demonstrasi.
Strategi pemodelan merupakan metamorfosa dari metode sosiodrama,
yakni sebuah metode dengan cara mendramsisasikan suatupermasalahan-
permasalahan yang terjadi di dalam masyarakat. Sehingga peran guru dalam
strategi ini ialah memberi kesempatan kepada siswa untuk melatih kecakapan
memainkan peran, melalui demonstrasi, pemodelan – pemodelan tertentu dalam
pembelajaran bermain peran.
Dari hal-hal terkaittentang strategi pemodelan di atas, garis besarnya
dalam pembelajaran bermain peranyaitu siswa diberi waktu yang singkat untuk
membuat skenarionya sendiri dan menentukan bagaimana mereka ingin
menggambarkan keterampilan memerankan tokoh
Adapunprosedur modeling the waymenurut Silbermen (2009:223) adalah
sebagai berikut.
15
a. Setelah berlangsungnya kegiatan belajar tentang topik tertentu,
kenalilah beberapa situasi umum di mana siswa mungkin diharuskan
menggunakan keterampilan yang baru saja dibahas.
b. Kondisikan siswa menjadi kelompok – kelompok, yaitu sesuai dengan
jumlah keperluan peserta untuk mendemonstrasikan skenario yang
diberikan. Koordinasikan setiap kelompok seperti berikut
1) Berilah setiap kelompok 10-15 menit untuk membuat skenario khusus
yang menggambarkan situasi umum.
2) Setiap kelompok juga akan menentukan bagaimana mereka akan
mendemonstrasikan skenario. Berilah mereka 5-7 menit untuk berlatih.
3) Setiap kelompok akan mendapat giliran menyampaikan demonstrasi
untuk kelompok lain. Berilah kesempatan feedback setelah setiap
demonstrasi.
4. Kelebihan dan Kelemahan Strategi Pemodelan
Menurut Sriyono dkk (1992: 118), strategi ini mempunyai kelebihan dan
kelemahan sebagai berikut.
a. Strategi ini mempunyai kelebihan sebagai berikut:
1) Mendidik siswa mampu menyelesaikan sendiri problema sosial yang
ia jumpai.
2) Memperkaya pengetahuan dan pengalaman siswa.
16
3) Mendidik siswa berbahasa yang baik dan dapat menyalurkan pikiran
serta perasaannya dengan jelas dan tepat.
4) Mau menerima dan menghargai pendapat oranglain.
5) Memupuk perkembangan kreatifitas anak.
b. Sedangkan kelemahannya adalah sebagai berikut:
1) Pemecahan problem yang disampaikan oleh siswa belum tentu cocok
dengan keadaan yang ada di masyarakat.
2) Karena waktu yang terbatas, maka kesempatan berperan secara wajar
kurang terpenuhi.
3) Rasa malu dan takut akan mengakibatkan ketidak wajaran dalam
memainkan peran, sehingga hasilnyapun kurang memenuhi harapan
(Sriyono dkk, 1992: 118).
5. Penggunaan Strategi Pemodelan dalam Pembelajaran Bermain Peran
Pembelajaran drama di sekolah dapat ditafsirkan dua macam, yaitu
pengajaran teori drama, atau pengajaran apresiasi drama. Masing-masing juga
terdiri atas dua jenis, yaitu: pengajaran teori tentang teks (naskah) drama, dan
pengajaran tentang teori pementasan drama (Waluyo, 2001:153-154).
Drama harus dinilai sebagai faktor penting yang memanusiakan
kehidupan, memamerkan imajinasi, wawasan, refleksi dan, semoga, pengenalan
diri (Gani, 1988:267). Terkait dengan nilai dalam pembelajaran drama,Moeljono
(1988:31) menegaskan bahwa pembelajaran drama di sekolah tidak terlepas dari
17
nilai pendidikan. Dengan demikian, yang dimaksud dengan nilai penidikan dan
pengajaran dalam drama di dalam uraian ini adalah harga atau manfaat pelajaran
drama di sekolah terhadap usaha mendidik dan memberikan pelajaran kepada para
siswa (Moeljono (1988:31).
Menurut Waluyo (2001:158), pengajaran drama dapat membantu murid
dalam pemahaman dan penggunaan bahasa yang sedang dipelajarinya, sebagai
penunjang pemahaman bahasa berarti untuk melatih keterampilan membaca (teks
drama) dan menyimak atau mendengarkan (dialog pertunjukan drama,
mendengarkan drama radio, televisi dan sebagainya). Sementara sebagai
penunjang latihan penggunaan bahasa artinya melatih keterampilan menulis (teks
drama sederhana, resensi drama, resensi pementasan) dan wicara (melakukan
pentas drama).
a. Langkah-langkah Penggunaan Strategi Pemodelan dalam Pembelajaran
Bermain Peran
Beberapa hal yang dapat diperhatikan pendidik dalam menerapkan
startegi pemodelan dalam pembelajaran bermain peran adalah sebagai berikut.
1. Guru menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa tentang pelajaran yang
akan diberikan.
2. Guru membagi kelas ke dalam kelompok belajar sesuai kebutuhan untuk
memperagakan sekenario.
3. Guru memberikan topik yang berbeda kepada setiap kelompok siswa
18
4. Guru memberikan waktu 10-15 menit agar setiap kelompok
mengembangkan topik menjadi skenario - skenario singkat dan berlatih
memperagakanya.
5. Guru memberikan waktu 5-10 menit kepada setiap kelompok siswa untuk
menampilkan hasil kerjanya di depan kelas.
6. Setelah semua kelompok siswa melakukan pentas, guru mengkondisikan
siswa untuk saling menanggapi antar kelompok dari setiap pementasan.
7. Pengadaan refleksi terhadap pembelajaran yang baru saja dibahas.
Pada tahap berlatih, guru bertindak sebagai pembimbing, motivator dan
fasilitator agar siswa terarah dalam memahami pementasan drama serta
bersemangat dalam proses kegiatan belajar dan mengajar.
b. Tujuan Pembelajaran Bermain Peran dengan Strategi Pemodelan
Dalam usaha mendidik, pelajaran drama akan menumbuhkan rasa kerja
sama, keberanian bertindak, mengenal kehidupan, dan menumbuhkan tanggung
jawab. Adapun dalam sebuah pengajaran, drama akan bermanfaat untuk
menumbuhkan apresiasi dan pembinaan keterampilan berbahasa (Moeljono
1988:31). Menurut Benjamin S. Bloom tujuan dari pengajaran drama (via
Waluyo, 2001: 161-168) adalah sebagai berikut.
1) Kawasan Kognitif
Kawasan Kognitif meliputi pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis,
sintesis, dan evaluasi.
19
2) Kawasan afektif
Kawasan afektif meliputi minat siswa terhadap sesuatu (receiving), apresiasi,
sikap, nilai, dan penyesuaian diri.
3) Kawasan Psikomotorik
Kawasan psikomotorik meliputi persepsi (stimulasi), kesiapan (mental, fisik,
emosional), respons terpimpin (mengikuti), mekanisme, dan respons yang
kompleks (adaptasi).
Pada pengajaran drama, pementasan drama memasuki kawasan
psikomotorik, akan tetapi juga dijiwai oleh aspek kognitif dan afektif.
Keseimbangan antara kognitif, afektif dan psikomotorik melahirkan suatu acting
yang cukup baik. Dari hal tersebut, maka strategi apapun haruslah sesuai dengan
ranah-ranah seperti yang dikemukakan Benjamin S. Bloom di atas.
c. Materi Pembelajaran Bermain Peran dengan Strategi Pemodelan
Dalam konteks pendidikan, Nelands dalam Cahyaningrum Dewojati
(2010:9) mengemukakan bahwa drama tidak seperti yang dimaksud sebagai
transfer kecakapan manusia dalam teater tetapi lebih berhubungan dengan
pengalaman khayalan atau imajiner manusia. Pengalaman imajinasi (yang di
kontrol dengan ragam permainan dan teater) dipandang sebagai konteks efisien
bagi anak-anak untuk mencoba menerapkan ide-ide baru, konsep-konsep, nilai-
nilai, peran-peran, dan bahasa dalam kegiatan tindakan (yaitu konteks situasional
yang terjadi secara alami). Dari hal tersebut, maka dalam penyajian materi
20
bermain peran setidaknya harus menuntun siswa untuk melatih imajinasi mereka
terhadap suatu karakter tokoh tertentu.
Penyajian materi tersebut secara prosedural tentu disesuaikan dengan
jenjang pendidikan sekolah dan kurikulum yang berlaku. Adapun teori drama
yang akan diajarkan berupa buku pegangan teoritis dan jika diperlukan dapat
berupa naskah drama. Naskah drama sebaiknya disajikandengan selengkap-
lengkapnya, bukan saja berisi percakapan melainkan juga disertai keterangan dan
petunjuk. Petunjuk itu misalnya gerakan-gerakan yang dilakukan pemain, benda-
benda peralatan yang diperlukan setiap babak, dan keadaan panggung setiap
babak. Tentang bagaimana dialog diucapkan, apakah dengan suara lantang, lemah,
atau dengan berbisik Wiyanto (2002:32). Waluyo (2001:199) menyatakan,
pemilihan bahan naskah drama untuk diajarkan harus memenuhi kriteria sebagai
berikut.
a. Sesuai dan menarik bagi tingkat kematangan jiwa murid.
b. Tingkat kesulitan bahasa sesuai untuk tingkat kemampuan bahasa murid yang
akan menggunakannya. Penggunaan bahasa yang terlalu sulit membuat
apresiasi terhadap drama sulit dapat dibina.
c. Bahasanya sedapat mungkin digunakan bahasa yang standar; kecuali kalau
cerita memang memasalahkan penggunaan dialek. Penggunaan dialek sedikit
mungkin tidaklah begitu jelek, tetapi jika dapat dihindarkan sebaiknya
dihindarkan saja.
d. Isinya tidak bertentangan dengan haluan negara.
21
e. Naskah tersebut hendaknya mempunyai ciri-ciri yaitu adanya masalah yang
jelas, tema/tujuan yang jelas, perwatakan peranan, penggunaan kejutan yang
tepat, bertolak dari gagasan murni penulis, dan menggunakan bahasa yang
baik.
Pengembangan bahan dapat diambil dari sumber yang sudah ada atau
dibuat bersama-sama dengan murid. Jika mengambilnya dari sumber yang sudah
ada, kita dapat mempergunakan bahan-bahan berikut (Waluyo, 2001:199).
a. Naskah yang telah tersedia (jika memenuhi syarat).
b. Naskah yang kurang cocok dapat disederhanakan atau dipersingkat.
c. Naskah (skenario) dapat dibuat dari cerpen, novel, cergam, dan lain-lain.
d. Cerita sandiwara radio, drama di TV, dan film pun dapat dipergunakan.
e. Sinopsis cerita dapat dijadikan skenario drama.
Lewat pementasan drama siswa akan banyak terlibat dalam aspek
kognitif, afektif, dan psikomotoriknya. Dalam pementasan, dimungkinkan suatu
pengetahuan, dapat menjadi sikap dan kemudian menjadi tingkah laku
penghayatan dan pengalaman. Oleh karena itu, prinsip-prinsip dramatisasi (dalam
arti drama pentas) banyak digunakan untuk diaplikasikan dalam metode mengajar
yang sifatnya baru dan inovatif.
d. Strategi Pembelajaran Bermain Peran dengan Strategi Pemodelan
Memberikan kesempatan pada siswa untuk memperoleh pengalaman
sastra merupakan tujuan utama pengajaran sastra, dengan sasaran akhir: mampu
mengapresiasikan cipta karsa (Gani, 1988:51). Terkait dengan pembelajaran
22
drama, menurut Waluyo (2001:192-193) pembelajaran drama di sekolah dapat
dilakukan dengan cara-cara sebagai berikut.
a. Penjelasan oleh guru tentang tujuan pengajaran yang berkaitan dengan pentas
drama.
b. Pemilihan atau penulisan teks drama. kalau teks sudah tersedia, tinggal
dipilih. Jika belum ada teks yang cocok, guru memberi tugas kepada murid
untuk menulis teks drama dengan tema atau judul yang ditentukan oleh guru.
c. Diskusi tentang teks yang akan dipentaskan, tentang tema, nada dasar, dan
watak tokoh-tokohnya.
d. Casting atau penentuan pemeran. Teknik yang digunakan hendaknya casting
to type dan casting by ability.
e. Latihan ber-acting, mulai dengan reading, reading dengan penjiwaan,
blocking, crossing, dan penguasaan pentas (gesture, movement, dan mimik).
f. Pemaduan dengan unsur-unsur teknis dan artistik dalam latihan, seperti
microphone, musik, lampu, dekorasi, dan sebagainya.
g. General rehearsal (latihan menyeluruh) selama dua atau tiga kali.
h. Persiapan pentas.
i. Pementasan.
j. Evaluasi.
Strategi pembelajaran drama menggunakan strategi pemodelan kurang
lebih sama dengan hal-hal yang dikemukakan oleh Waluyo di atas, hanya saja
strategi pemodelan tidak membutuhkan teks drama sebagai latihan. Strategi
23
pemodelan lebih menekankan kreatifitas siswa dalam mengembangkan skenario
secara diskusi kelompok. Adapun skenario-skenario yang dikembangkan siswa
berasal dari topik-topik yang diberikan guru. Pada waktu pementasan, murid yang
tidak mendapat giliran berpentas ditugasi untuk menjadi pengamat, sedangkan
peran guru hanya sebagai motivator dan stimulator.
Strategi pemodelan ini diulang secara berkala pada pembelajaran
bermain peran, dengan durasi pementasan antara lima hingga sepuluh menit.
Artinya siswa tidak hanya satu kali melakukan pementasan, siswa melakukan
pentasan kelas antara tiga hingga lima kali dengan topik yang berbeda-beda. Hal
tersebut tentunya disesuikan dengan perencanaan pembelajaran, tanpa
mengganggu materi pembelajaran bahasa Indonesia berikutnya.
e. Penilaian Pembelajaran Bermain Peran dengan Strategi Pemodelan
Penilaian penelitian yang digunakan dalam praktik bermain peran
menggunakan kriteria yang dikemukakan oleh Harymawan (1993:45-62) yang
berupa mimik, plastik, dan diksi. Kemudian kriteria penilaian tersebut
dimodifikasi oleh peneliti sehingga akan terbentuk kriteria penilaian yang dirasa
tepat dan sesuai dengan kategori penilaian yang dibutuhkan. Kriteria penilaian
dalam bermain peran yang telah dimodifikasi dapat dilihat pada lampiran 13.
24
B. Kerangka Pikir
Pembelajaran apresiasi drama perlu diperhatikan karena selama ini guru
bahasa Indonesia (sastra) masih terpaku pada penilaian dan tujuan mengajar
dalam aspek kognitif. Padahal drama sebagai karya seni, mestinya juga mencapai
aspek apresiasi. Tujuan pengajaran ini kiranya harus segera diatasi. Apalagi jika
terdapat tuntutan bahwa aspek apresiasi harus lebih dititikberatkan dalam
pengajaran sastra (termasuk drama) daripada aspek pengetahuan (teori), strategi
harus diperbaiki.
Pembelajaran drama harus lebih difokuskan kepada apresiasi drama
terutama dalam hal pementasan drama. Pandangan yang menyatakan bahwa
pementasan dan naskah drama tidak penting untuk dibaca (dipelajari) harus
ditepikan. Dengan melakukan pementasan drama, siswa akan mendapatkan
pengalaman hidup yang tertuang dalam naskah yang dimainkan. Pengajaran sastra
(drama) juga dapat membantu siswa dalam pemahaman dan penggunaan bahasa
yang sedang dipelajarinya, sebagai penunjang pemahaman bahasa berarti untuk
melatih keterampilan membaca (teks drama) dan menyimak atau mendengarkan
(dialog pertunjukan drama, mendengarkan drama radio, televisi dan sebagainya).
Sementara sebagai penunjang latihan penggunaan bahasa artinya melatih
keterampilan menulis (teks drama sederhana, resensi drama, resensi pementasan)
dan wicara (melakukan pentas drama).
Bermain peran menjadi salah satu standar kompetensi yang ada dalam
silabus Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) Sekolah Menengah
25
Pertama. Pada Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 9 Yogyakarta
menggunakan KTSP dalam proses kegiatan belajar mengajar, sehingga SMA
Negeri 9 Yogyakartadipilih sebagai tempat penelitian.
Penggunaan strategi pemodelan dalam pembelajaran drama di SMA
Negeri 9 Yogyakarta adalah untuk mengetahui apakah strategi ini efektif untuk
pembelajaran bermain peran. Keefektifan strategi pemodelan tersebut diukur
dengan mengadakan pementasan drama. Siswa akan menjadi terpacu untuk
bermain peran dengan baik dan memaksimalkan pembelajaran apresiasi drama
yang masih kurang.
C. Penelitian yang Relevan
Penelitian yang berhubungan dengan penelitian ini yaitu penelitian Imam
Baihaqi (2010), yang berbentuk skripsi dengan judul “Peningkatan Keterampilan
Bermain Drama dengan Metode Role Playing Pada Kelompok Teater Kenes SMP
Negeri 4 Yogyakarta (Penelitian Tindakan Kelas)”. Penelitian tersebut
menunjukkan bahwa metode role playing dapat meningkatkan keterampilan
bermain drama pada kelompok “Teater Kenes” sebesar 9,6 (48%). Hal ini dapat
dilihat dari hasil pengamatan proses selama pembelajaran dari pratindakan dengan
nilai hitung sebesar 7,6 (38%), siklus I sebesar 9,6 (48%), dan pada siklus II nilai
rata-rata hitung menjadi 17,2 (86%). Kemampuan rata-rata siswa dalam bermain
drama sebelum adanya implementasi tindakan berkategori kurang. Namun, setelah
26
implementasi tindakan selama dua siklus, kemampuan rata-rata siswa menjadi
berkategori baik.
Penelitian di atas relevan dengan penelitian ini karena kesamaan topik
penelitian yaitu kemampuan bermain peran (drama). Penelitian yang dilakukan
Imam Baihaqi menggunakan metode role playing untuk mengukur kemampuan
bermain drama siswa, sedangkan penelitian ini menggunakan strategipemodelan
(modelling the way) untuk mengukur kemampuan bermain peran siswa.
D. Hipotesis
Berdasarkan teori-teori yang telah disusun, dalam penelitian ini diajukan
hipotesis sebagai berikut.
a. Ada perbedaan kemampuan bermain peran antara siswa kelas XI SMA
Negeri 9Yogyakarta yang diberi pembelajaran dengan menggunakan strategi
pemodelan dengan siswa yang diberi pembelajaran tanpa menggunakan
strategi pemodelan.
b. Penggunaan strategi cara pemodelan efektif dalam pembelajaran bermain
peran siswa kelas XI SMA Negeri 9 Yogyakarta.
27
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah desain
kuasi eksperimen dengan pendekatan kuantitatif. Penggunaan desain kuasi
eksperimen dalam penelitian ini dengan alasan bahwa penelitian ini merupakan
penelitian pendidikan yang menggunakan manusia sebagai subjek penelitiannya.
Penelitian ini merupakan jenis penelitian kuantitatif, maksudnya
penelitian ini diarahkan untuk mencari data-data kuantitatif melalui hasil uji coba
eksperimen. Penggunaan pendekatan kuantitatif dengan alasan semua gejala yang
diamati dapat diukur dan diubah dalam bentuk angka serta dapat dianalisis dengan
analisis statistik. Penelitian ini menggunakan desain eksperimen dengan Control
Group Posttest Design, seperti tampak dalam tabel berikut.
Tabel 1: Desain Penelitian Pretest-Posttest dengan Kelompok Kontrol
Kelompok Pretest Variabel bebas Posttest
EK
O1O3
X-
O2O4
(Arikunto, 2006: 86)
Keterangan :
E : kelas eksperimen
K : kelas kontrol
OI,O3 : pre-test
O2,O4 : post-test
X : variabel bebas
(penggunaan strategi
pemodelan dalam
bermain peran)
28
B. Variabel Penelitian
Variabel adalah fenomena yang bervariasi atau fenomena yang berubah-
ubah dalam bentuk, kualitas, kuantitas, mutu standar dan sebagainya. Istilah
variabel dapat juga diartikan sebagai objek penelitian yang bervariasi. Menurut
Arikunto (2006: 118), variabel adalah objek penelitian atau apa yang menjadi titik
perhatian suatu penelitian. Dalam penelitian ini terdapat dua variabel, yaitu
variabel bebas dan variabel terikat.
1. Variabel pertama adalah variabel bebas, yaitu variabel yang menentukan
variabel lain. Variabel bebas dalam penelitian ini berupa penggunaan strategi
pemodelan untuk bermain peran. Strategi ini akan digunakan dalam perlakuan
kelas eksperimen, sedangkan untuk kelas kontrol pembelajarannya dilakukan
tanpa menggunakan strategi pemodelan.
2. Variabel terikat dalam penelitian ini berupa kemampuan bermain peran pada
siswa kelas XI SMA Negeri 9 Yogyakarta setelah diberi perlakuan berupa
penggunaan strategi pemodelan.
C. Definisi Operasional Variabel Penelitian
Strategi pemodelan merupakan sebuah strategi pembelajaran bermain
peran yang memberi kesempatan kepada siswa berupa kesempatan untuk berlatih,
melalui demonstrasi, keterampilan khusus yang diajarkan di kelas. Siswa diberi
waktu yang singkat untuk membuat skenarionya sendiri dan menentukan
bagaimana mereka ingin menggambarkan kecakapan dan teknik yang baru saja
dilakukan di kelas.
29
Kemampuan bermain peran pada siswa kelas XI SMA Negeri 9
Yogyakarta di sini diartikan suatu kecakapan siswa dalam memerankan naskah
lakon berdasarkan peran atau karakter yang dimainkan oleh siswa tersebut setelah
diberi perlakuan berupa penggunaan strategi pemodelan.
D. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri 9 Yogyakarta yang beralamat
di Jalan Sagan No.1, Terban, Gondokusuman, Yogyakarta.
2. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April sampai Mei sesuai dengan
jadwal mata pelajaran bahasa Indonesia. Penelitian ini dilakukan dalam beberapa
tahap, yaitu: (1) uji coba instrumen di luar sampel, (2) tahap pengukuran awal
bermain peran (pre-test) kedua kelompok, (3) tahap perlakuan kelompok
eksperimen dan pembelajaran kelompok kontrol, dan (4) tahap pelaksanaan tes
akhir (post-test) bermain peran.
Tabel 2 : Waktu PenelitianNo Kelompok Kelas Waktu Keterangan123456789
Sangat Baik : bunyi konsonan dan vokal setiap katadalam melafalkan dialog terdengar jelas, polapengucapannya dapat terlihat dengan jelas, sehinggadapat dimengerti oleh penonton.
Baik : bunyi konsonan dan vokal setiap kata dalammelafalkan dialog dapat terdengar dengan jelas, polapengucapannya terlihat tidak jelas, namun masih dapatdimengerti oleh penonton.
Cukup Baik : bunyi konsonan dan vokal dalammelafalkan dialog tidak seluruhnya terdengar denganjelas, pola pengucapannya pun tidak terlihat jelas,namun masih dapat dimengerti oleh penonton.
Kurang Baik : bunyi konsonan dan vokal dalammelafalkan dialog terdengar tidak jelas, polapengucapannya juga terlihat tidak jelas, sehingga kurangdimengerti oleh penonton.
9-10
7-8
4-6
1-32. Intonasi
Kriteria:Tinggi danrendahnyasuara yangdikeluarkan
Sangat Baik : tinggi rendahnya suara dalam melafalkandialog mengikuti suasana dalam naskah, volume suaradapat terdengar jelas oleh penonton, dapatmemunculkan variasi dalam memainkan tinggirendahnya suara yang dikeluarkan.
Baik: tinggi rendahnya suara dalam melafalkan dialogmengikuti suasana dalam naskah, volume suara dapatterdengar jelas oleh penonton, namun tidak dapatmemunculkan variasi dalam memainkan tinggirendahnya suara yang dikeluarkan.
Cukup Baik: tinggi rendahnya suara dalam melafalkandialog tidak mengikuti suasana dalam naskah, volumesuara dapat terdengar dengan jelas, dan tidakmemunculkan variasi dalam memainkan tinggirendahnya suara yang dikeluarkan.
Kurang Baik: tinggi rendahnya suara dalam melafalkandialog tidak mengikuti suasana dalam naskah, volumesuara kurang terdengar dengan jelas, dan tidakmemunculkan variasi dalam memainkan tinggirendahnya suara yang dikeluarkan.
Sangat Baik : penjedaan kata mengikuti maksud yangakan disampaikan sehingga tidak menimbulkan maknaambigu, mampu memberi penekanan pada dialogdengan sangat baik.
Baik: penjedaan kata mengikuti maksud yang akandisampaikan sehingga tidak menimbulkan maknaambigu, mampu memberi penekanan pada dialogdengan baik.
Cukup Baik: penjedaan kata mengikuti maksud yangakan disampaikan sehingga tidak menimbulkan maknaambigu, mampu memberi penekanan pada dialogdengan cukup baik.
Kurang Baik: penjedaan kata tidak mengikuti maksudyang akan disampaikan sehingga menimbulkan maknaambigu, kurang mampu memberi penekanan padadialog.
Sangat Baik: raut wajah dapat menyesuaikan dengansuasana naskah sehingga dapat menyampaikan keadaanemosi yang sedang dialaminya kepada penonton, dapatmemunculkan penekanan dalam setiap kata pentingdalam naskah sehingga dapat menguatkan maksudtertentu.
Baik: raut wajah dapat menyesuaikan dengan keadaannaskah, dapat memunculkan penekanan dalam setiapkata penting dalam naskah sehingga dapat menguatkanmaksud tertentu
Cukup Baik: raut wajah dapat menyesuaikan dengankeadaan naskah, namun tidak dapat memunculkanpenekanan kata penting dalam naskah sehinggapenonton kurang mengerti maksud yang disampaikan.
Kurang Baik: raut wajah tidak dapat meyakinkanpenonton dan tidak memunculkan penekanan katapenting sehingga penonton tidak mengerti maksud yangdisampaikan.
9-10
7-8
4-6
1-3
5. Gaya dangestur
Kriteria:Tepat dantidaknya gayaserta gestursaat tampil
Sangat Baik: melakukan gerakan tangan dan anggotatubuh yang lain mengikuti dialog yang disampaikansehingga dapat menarik perhatian penonton, gaya dalammembawakan dialog dapat mengikuti suasana dalamnaskah sehingga dapat mengenai pokok pembicaraandalam dialog.
Baik: melakukan gerakan tangan saja mengikuti dialogyang disampaikan sehingga dapat menarik perhatianpenonton, gaya dalam membawakan dialog mengikutisuasana dalam naskah sehingga dapat mengenai pokokpembicaraan dalam dialog.
9-10
7-8
100
Cukup Baik: melakukan gerakan tangan saja mengikutikalimat yang disampaikan sehingga dapat menarikperhatian penonton, gaya dalam membawakan dialogtidak dapat dimengerti oleh penonton.
Kurang Baik: tidak melakukan gerakan anggota tubuhapapun dalam membawakan dialognya.
4-6
1-3
6. Penghayatan
Kriteria: tepatatau tidaknyapenghayatanyangdilakukansaat tampil
Sangat baik: sangat menghayati karakter tokoh yangdimainkan, pengahayatan yang dilakukan sesuai dengandialog dan sangat sesuai dengan alur cerita.
Baik: baik dalam menghayati karakter tokoh yangdimainkan, pengahayatan yang dilakukan sesuai dengandialog, dan sesuai dengan alur cerita.
Cukup Baik : cukup dapat menghayati karakter tokohyang dimainkan, pengahayatan yang dilakukan cukupsesuai dengan dialog, dan cukup sesuai dengan alurcerita.
Kurang Baik: kurang menghayati karakter tokoh yangdimainkan, penghayatan yang dilakukan kurang sesuaidengan dialog, dan kurang sesuai dengan alur cerita
9-10
7-8
4-6
1-3
7.Blocking danmoving
Kriteria: tepattidaknyagerakan yangdilakukansaat tampil
Sangat baik: pertukaran tempat kedudukan pada pentassangat sesuai dengan naskah, pergerakannya terorganisirdengan sangat baik, dan sangat memahami posisiblocking.
Baik: pertukaran tempat kedudukan pada pentas sesuaidengan naskah, pergerakan pemain terorganisir denganbaik, dan dpat memahami posisi blocking.
Cukup baik: pertukaran tempat kedudukan pada pentascukup sesuai dengan naskah, pergerakan terorganisirdengan cukup baik, dan cukup dapat memahami posisiblocking.
Kurang baik: pertukaran tempat kedudukan padapentas kurang sesuai dengan naskah, pergerakan kurangterorganisir, dan kurang memahami posisi blocking.
9-10
7-8
5-6
1-3
Skor Maksimal 70
101
Tes Pembelajaran Bermain Peran
(Pre-test Kelompok Kontrol & Eksperimen)
Petunjuk Soal
1. Bentuklah kelompok yang beranggotakan 5 orang!
2. Cermati naskah drama yang dibagikan guru!
3. Silahkan latihan bersama kelompokmu untuk kemudian dipentaskan.
*Perhatikan aspek-aspek pementasan yang akan dinilai seperti
pelafalan, intonasi, penjedaan, mimik, gestur, penghayatan, dan blocking.
Tes Pembelajaran Bermain Peran
(Post-test Kelompok Kontrol)
Petunjuk Soal
1. Bentuklah kelompok yang beranggotakan 5 orang!
2. Cermati naskah drama yang dibagikan guru!
3. Silahkan latihan bersama kelompokmu untuk kemudian dipentaskan.
*Perhatikan aspek-aspek pementasan yang akan dinilai seperti
pelafalan, intonasi, penjedaan, mimik, gestur, penghayatan, dan blocking.
Tes Pembelajaran Bermain Peran
(Post-test Kelompok eksperimen)
Petunjuk Soal
1. Bentuklah kelompok yang beranggotakan 5 orang, kemudian cermati topik
dibawah ini!
Kelompok 1: Nasehat orang tua atas ketiga anaknya yang ketahuan
membolos sekolah.
Kelompok 2: Demonstran dan petugas keamanan di gedung DPR saat
melambungnya bahan pokok pangan.
Lampiran 14
102
Kelompok 3: Histeris sebuah keluarga dalam tragedi perampokan
Kelompok 4: Sekelompok pemuda yang tersesat ketika mencari rumah
seseorang
Kelompok 5: Proses penangkapan sekelompok pemuda yang sedang
bermain judi serta mengonsumsi minuman keras oleh polisi
Kelompok 6: Perkelahian siswa di sekolah karena mencuri dan nasehat
guru BK.
2. Kembangkanlah topik di atas menjadi skenario pendek!
3. Silahkan latihan memeragakan skenario yang kalian buat.
4. Pentaskan di depan kelas!
*Perhatikan aspek-aspek pementasan yang akan dinilai seperti pelafalan,
intonasi, penjedaan, mimik, gestur, penghayatan, dan blocking.
103
Salah Satu Naskah Drama Kelompok Kontrol
Lampiran 15
104
105
106
107
SILABUS
Nama Sekolah : SMAN 9 YOGYAKARTAMata Pelajaran : Bahasa IndonesiaKelas : XISemester : 2Standar Kompetensi : Berbicara
6. Memerankan tokoh dalam pementasan drama
KompetensiDasar
MateriPembelajaran
Nilai BudayaDan Karakter
Bangsa
KegiatanPembelajaran
IndikatorPencapaianKompetensi
PenilaianAlokasiWaktu
6.1Menyampaikan dialogdisertaigerak-gerikdan mimik,sesuaidenganwatak tokoh
Guru Mata Pelajaran Yogyakarta, 14 April 2014Peneliti
Dra. Atun Budi Hartati Yosse Daniel R196550106 200701 1016 07201244102
Lampiran 16
108
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
(PRE-TEST KELOMPOK EKSPERIMEN DAN KONTROL)
Satuan Pendidikan : SMAN 9 YOGYAKARTA
Mata Pelajaran : Bahasa dan Sastra Indonesia
Kelas/ Semester : XI/Genap
Alokasi Waktu : 4 X 45 menit
Standar Kompetensi : Berbicara
6. Memerankan tokoh dalam pementasan drama
Kompetensi Dasar : 6.1 Menyampaikan dialog disertai gerak-gerik dan mimik, sesuai dengan watak tokoh drama
Indikator :
Membaca dan memahami teks drama yang akan diperankan
Menghayati watak tokoh yang akan diperankan
Menyampaikan dialog disertai gerak-gerik dan mimik, sesuai dengan watak tokoh
A. Tujuan Pembelajaran
Siswa mampu membaca dan memahami teks drama yang akan diperankan
Siswa mampu menghayati watak tokoh yang akan diperankan
Siswa mampu menyampaikan dialog disertai gerak-gerik dan mimik, sesuai dengan watak
tokoh
Lampiran 17
109
B. Karakter siswa yang diharapkan :
a. Dapat dipercaya (Trustworthines)
b. Rasa hormat dan perhatian (respect)
c. Tekun (diligence)
d. Tanggung jawab ( responsibility )
e. Berani ( courage )
C. Materi Pembelajaran
a. Pelatihan pemahaman karakter
b. Pelatihan penghayatan dan konsentrasi
c. Pelatihan olah vokal
d. Pelatihan olah tubuh
e. Pelatihan penguasaan ruang
f. Materi (terlampir)
D. Metode Pembelajaran
a. Demonstrasi
b. Inkuiri
c. Diskusi
d. Pemberian tugas
E. Langkah – langkah Kegiatan Pembelajaran
Pertemuan Pertama
Kegiatan Awal Alokasi waktu
Salam pembuka, berdoa, presensi dan perkenalan Menginformasikan KD, indikator, dan tujuan pembelajaran Sebagai apersepsi, guru membimbing siswa memperkuat pengetahuan siswa mengenai drama
dengan melakukan tanya jawab
10 menit
110
Kegiatan Inti Alokasi waktu
a. Eksplorasi Siswa membentuk kelompok 6-7 anggota Guru memberikan naskah drama dengan alur yang singkat pada setiap kelompok siswa
b. Elaborasi Setiap siswa memilih tokoh yang berbeda dengan teman sekelompoknya Siswa menghayati naskah drama dan karakter tokoh yang dipilihnya Siswa berlatih tentang lafal, tekanan, intonasi, jeda, gaya dan ekspresi sesuai tokoh yang akan
diperankan masing-masing Setiap kelompok melakukan pementasan kecil di depan kelas
c. Konfirmasi Kelompok lain menanggapi kelompok yang telah melakukan dialog Guru memberikan umpan balik
70 Menit
Kegiatan Akhir Alokasi waktu
Sebagai refleksi: Guru membimbing siswa melakukan simpulan berdasarkan kegiatan tersebut Untuk kelompok kontrol: Guru memberikan tugas kepada setiap kelompok siswa untuk mencari
naskah drama beberapa babak, jumlah tokoh disesuaikan dengan jumlak anggota tiap kelompoksiswa tersebut.
Ucapan salam sebagai penutup pelajaran
10 Menit
F. Sumber Belajar
Waluyo, Herman J. 2001. Drama “Teori Pembelajarannya”. Yogyakarta:
PT. Hanindita Graha Widya Yogyakarta.
Santosa, Eka. 2008. Seni Teater untuk Sekolah Menengah Kejuruan Jilid 1 dan 2. Jakarta:
Depertemen Pendidikan Nasional.
Rahmani, A. 1988. Kumpulan Drama Remaja. Jakarta: PT. Gramedia Jakarta.
111
G. Penilaian
a. Tekhnik : Tes praktik
b. Bentuk instrumen : Tugas praktik kelompok dan lembar penilaian
1) Bentuk soal :
Kondisikan kelas menjadi 5 kelompok!
Pahami naskah drama berikut ini!
Berlatihlah bersama kelompokmu dan pentaskan di depan kelas!
Sangat Baik : bunyi konsonan dan vokal setiap kata dalammelafalkan dialog terdengar jelas, pola pengucapannya dapatterlihat dengan jelas, sehingga dapat dimengerti olehpenonton.Baik : bunyi konsonan dan vokal setiap kata dalammelafalkan dialog dapat terdengar dengan jelas, polapengucapannya terlihat tidak jelas, namun masih dapatdimengerti oleh penonton.Cukup Baik : bunyi konsonan dan vokal dalam melafalkandialog tidak seluruhnya terdengar dengan jelas, polapengucapannya pun tidak terlihat jelas, namun masih dapatdimengerti oleh penonton.Kurang Baik : bunyi konsonan dan vokal dalam melafalkandialog terdengar tidak jelas, pola pengucapannya juga terlihattidak jelas, sehingga kurang dimengerti oleh penonton.
9-10
7-8
4-6
1-3
2. Intonasi Sangat Baik : tinggi rendahnya suara dalam melafalkandialog mengikuti suasana dalam naskah, volume suara dapatterdengar jelas oleh penonton, dapat memunculkan variasi 9-10
dalam memainkan tinggi rendahnya suara yang dikeluarkan.Baik: tinggi rendahnya suara dalam melafalkan dialogmengikuti suasana dalam naskah, volume suara dapatterdengar jelas oleh penonton, namun tidak dapatmemunculkan variasi dalam memainkan tinggi rendahnyasuara yang dikeluarkan.Cukup Baik: tinggi rendahnya suara dalam melafalkan dialogtidak mengikuti suasana dalam naskah, volume suara dapatterdengar dengan jelas, dan tidak memunculkan variasi dalammemainkan tinggi rendahnya suara yang dikeluarkan.Kurang Baik: tinggi rendahnya suara dalam melafalkandialog tidak mengikuti suasana dalam naskah, volume suarakurang terdengar dengan jelas, dan tidak memunculkanvariasi dalam memainkan tinggi rendahnya suara yangdikeluarkan.
Sangat Baik : penjedaan kata mengikuti maksud yang akandisampaikan sehingga tidak menimbulkan makna ambigu,mampu memberi penekanan pada dialog dengan sangat baik.Baik: penjedaan kata mengikuti maksud yang akandisampaikan sehingga tidak menimbulkan makna ambigu,mampu memberi penekanan pada dialog dengan baik.Cukup Baik: penjedaan kata mengikuti maksud yang akandisampaikan sehingga tidak menimbulkan makna ambigu,mampu memberi penekanan pada dialog dengan cukup baik.Kurang Baik: penjedaan kata tidak mengikuti maksud yangakan disampaikan sehingga menimbulkan makna ambigu,kurang mampu memberi penekanan pada dialog.
9-10
7-8
4-6
1-3
4. Mimik danekspresi
Kriteria: Tepat dantidaknya mimik
Sangat Baik: raut wajah dapat menyesuaikan dengan suasananaskah sehingga dapat menyampaikan keadaan emosi yangsedang dialaminya kepada penonton, dapat memunculkanpenekanan dalam setiap kata penting dalam naskah sehinggadapat menguatkan maksud tertentu.
9-10
113
serta ekspresi saattampil
Baik: raut wajah dapat menyesuaikan dengan keadaan naskah,dapat memunculkan penekanan dalam setiap kata pentingdalam naskah sehingga dapat menguatkan maksud tertentuCukup Baik: raut wajah dapat menyesuaikan dengan keadaannaskah, namun tidak dapat memunculkan penekanan katapenting dalam naskah sehingga penonton kurang mengertimaksud yang disampaikan.Kurang Baik: raut wajah tidak dapat meyakinkan penontondan tidak memunculkan penekanan kata penting sehinggapenonton tidak mengerti maksud yang disampaikan.
7-8
4-6
1-3
5. Gaya dan gestur
Kriteria: Tepat dantidaknya gaya sertagestur saat tampil
Sangat Baik: melakukan gerakan tangan dan anggota tubuhyang lain mengikuti dialog yang disampaikan sehingga dapatmenarik perhatian penonton, gaya dalam membawakan dialogdapat mengikuti suasana dalam naskah sehingga dapatmengenai pokok pembicaraan dalam dialog.Baik: melakukan gerakan tangan saja mengikuti dialog yangdisampaikan sehingga dapat menarik perhatian penonton, gayadalam membawakan dialog mengikuti suasana dalam naskahsehingga dapat mengenai pokok pembicaraan dalam dialog.Cukup Baik: melakukan gerakan tangan saja mengikutikalimat yang disampaikan sehingga dapat menarik perhatianpenonton, gaya dalam membawakan dialog tidak dapatdimengerti oleh penonton.Kurang Baik: tidak melakukan gerakan anggota tubuhapapun dalam membawakan dialognya.
Sangat baik: sangat menghayati karakter tokoh yangdimainkan, pengahayatan yang dilakukan sesuai dengandialog dan sangat sesuai dengan alur cerita.Baik: baik dalam menghayati karakter tokoh yang dimainkan,pengahayatan yang dilakukan sesuai dengan dialog, dan sesuaidengan alur cerita.Cukup Baik : cukup dapat menghayati karakter tokoh yang
9-10
7-8
114
dimainkan, pengahayatan yang dilakukan cukup sesuai dengandialog, dan cukup sesuai dengan alur cerita.Kurang Baik: kurang menghayati karakter tokoh yangdimainkan, penghayatan yang dilakukan kurang sesuai dengandialog, dan kurang sesuai dengan alur cerita
4-6
1-3
7. Blocking danmoving
Kriteria: tepattidaknya gerakanyang dilakukansaat tampil
Sangat baik: pertukaran tempat kedudukan pada pentassangat sesuai dengan naskah, pergerakannya terorganisirdengan sangat baik, dan sangat memahami posisi blocking.Baik: pertukaran tempat kedudukan pada pentas sesuaidengan naskah, pergerakan pemain terorganisir dengan baik,dan dpat memahami posisi blocking.Cukup baik: pertukaran tempat kedudukan pada pentas cukupsesuai dengan naskah, pergerakan terorganisir dengan cukupbaik, dan cukup dapat memahami posisi blocking.Kurang baik: pertukaran tempat kedudukan pada pentaskurang sesuai dengan naskah, pergerakan kurang terorganisir,dan kurang memahami posisi blocking.
9-10
7-8
4-6
1-3
Skor Maksimal 70
Guru Mata Pelajaran Yogyakarta, 14 April 2014
Peneliti,
Dra. Atun Budi Hartati Yosse Daniel R
196550106 200701 1016 07201244102
115
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
(PERLAKUAN KELOMPOK EKSPERIMEN)
Satuan Pendidikan : SMAN 9 YOGYAKARTA
Mata Pelajaran : Bahasa dan Sastra Indonesia
Kelas/ Semester : XI/Genap
Alokasi Waktu : 4 X 45 menit
Standar Kompetensi : Berbicara
6. Memerankan tokoh dalam pementasan drama
Kompetensi Dasar : 6.1 Menyampaikan dialog disertai gerak-gerik dan mimik, sesuai dengan watak tokoh drama
Indikator :
Membaca dan memahami teks drama yang akan diperankan
Menghayati watak tokoh yang akan diperankan
Menyampaikan dialog disertai gerak-gerik dan mimik, sesuai dengan watak tokoh
A. Tujuan Pembelajaran
Siswa mampu membaca dan memahami teks drama yang akan diperankan
Siswa mampu menghayati watak tokoh yang akan diperankan
Siswa mampu menyampaikan dialog disertai gerak-gerik dan mimik, sesuai dengan watak
tokoh
116
B. Karakter siswa yang diharapkan :
a. Dapat dipercaya (Trustworthines)
b. Rasa hormat dan perhatian (respect)
c. Tekun (diligence)
d. Tanggung jawab ( responsibility )
e. Berani ( courage )
C. Materi Pembelajaran
a. Pelatihan pemahaman karakter
b. Pelatihan penghayatan dan konsentrasi
c. Pelatihan olah vokal
d. Pelatihan olah tubuh
e. Pelatihan penguasaan ruang
f. Materi (terlampir)
D. Metode Pembelajaran
a. Demonstrasi
b. Inkuiri
c. Diskusi
d. Pemberian tugas
E. Langkah – langkah Kegiatan Pembelajaran
Pertemuan Pertama
Kegiatan Awal Alokasi waktu
Salam pembuka, berdoa dan presensi Menginformasikan KD, indikator, dan tujuan pembelajaran 5 menit
117
Kegiatan Inti Alokasi waktu
a. Eksplorasi Guru dan siswa bertanya jawab mengenai penokohan, unsur drama, dan krtiteria pementasan drama
yang baikb. Elaborasi Siswa membentuk kelompok 6-7 anggota Guru memberikan cerita singkat kepada tiap-tiap kelompok Siswa menciptakan skenario yang akan diperagakan berdasarkan topik yang ada dalam cerita Siswa berlatih tentang lafal, tekanan, intonasi, jeda, gaya dan ekspresi Setiap kelompok melakukan pementasan
c. Konfirmasi Kelompok lain menanggapi kelompok yang telah melakukan pementasan
80 Menit
Kegiatan Akhir Alokasi waktu
Sebagai refleksi: Guru membimbing siswa melakukan simpulan berdasarkan kegiatan tersebut Ucapan salam sebagai penutup pelajaran 10 Menit
Pertemuan Kedua
Kegiatan Awal Alokasi waktu
Salam pembuka, berdoa, presensi dan perkenalan 5 menit
Kegiatan Inti Alokasi waktu
a. Eksplorasi Siswa menyampaikan bagaimana menerapkan lafal, tekanan, intonasi, jeda, gaya dan ekspresi
yang baik berdasarkan pengalaman pentas sebelumnya.b. Elaborasi Siswa melanjutkan melakukan pementasan 80 menit
118
c. Konfirmasi Setiap kelompok menanggapi kelompok lain yang telah melakukan demonstrasi Guru memberikan umpan balik
Kegiatan Akhir Alokasi waktu
Sebagai refleksi: Guru membimbing siswa melakukan simpulan berdasarkan kegiatan tersebut Ucapan salam sebagai penutup pelajaran 10 menit
F. Sumber Belajar
Waluyo, Herman J. 2001. Drama “Teori Pembelajarannya”. Yogyakarta:
PT. Hanindita Graha Widya Yogyakarta.
Santosa, Eka. 2008. Seni Teater untuk Sekolah Menengah Kejuruan Jilid 1 dan 2. Jakarta:
Depertemen Pendidikan Nasional.
Rahmani, A. 1988. Kumpulan Drama Remaja. Jakarta: PT. Gramedia Jakarta.
G. Penilaian
a. Tekhnik : Tes praktik
b. Bentuk instrumen : Tugas praktik kelompok dan lembar penilaian
Bentuk soal :
1. Bentuklah kelompok yang beranggotakan 5 orang, kemudian cermati topik dibawah ini!
Kelompok 1: Nasehat orang tua atas ketiga anaknya yang ketahuan membolos sekolah
Kelompok 2: Demonstran dan petugas keamanan di gedung DPR saat melambungnya bahan pokok pangan.
Kelompok 3: Histeris sebuah keluarga dalam tragedi perampokan
119
Kelompok 4: Sekelompok pemuda yang tersesat ketika mencari ruma seseorang
Kelompok 5: Proses penangkapan sekelompok pemuda yang sedang bermain judi serta
mengonsumsi minuman keras oleh polisi
Kelompok 6: Perkelahian siswa di sekolah karena mencuri dan nasehat guru BK.
2. Kembangkanlah topik di atas menjadi skenario pendek!
3. Silahkan latihan memeragakan skenario yang kalian buat.
4. Pentaskan di depan kelas!
*Perhatikan aspek-aspek pementasan yang akan dinilai seperti pelafalan, intonasi, penjedaan, mimik, gestur,
Sangat Baik : bunyi konsonan dan vokal setiap kata dalammelafalkan dialog terdengar jelas, pola pengucapannya dapatterlihat dengan jelas, sehingga dapat dimengerti oleh penonton.Baik : bunyi konsonan dan vokal setiap kata dalam melafalkandialog dapat terdengar dengan jelas, pola pengucapannya terlihattidak jelas, namun masih dapat dimengerti oleh penonton.Cukup Baik : bunyi konsonan dan vokal dalam melafalkan dialogtidak seluruhnya terdengar dengan jelas, pola pengucapannya puntidak terlihat jelas, namun masih dapat dimengerti oleh penonton.Kurang Baik : bunyi konsonan dan vokal dalam melafalkan dialogterdengar tidak jelas, pola pengucapannya juga terlihat tidak jelas,sehingga kurang dimengerti oleh penonton.
Sangat Baik : tinggi rendahnya suara dalam melafalkan dialogmengikuti suasana dalam naskah, volume suara dapat terdengarjelas oleh penonton, dapat memunculkan variasi dalam memainkantinggi rendahnya suara yang dikeluarkan.Baik: tinggi rendahnya suara dalam melafalkan dialog mengikutisuasana dalam naskah, volume suara dapat terdengar jelas olehpenonton, namun tidak dapat memunculkan variasi dalammemainkan tinggi rendahnya suara yang dikeluarkan.Cukup Baik: tinggi rendahnya suara dalam melafalkan dialog tidakmengikuti suasana dalam naskah, volume suara dapat terdengardengan jelas, dan tidak memunculkan variasi dalam memainkantinggi rendahnya suara yang dikeluarkan.Kurang Baik: tinggi rendahnya suara dalam melafalkan dialogtidak mengikuti suasana dalam naskah, volume suara kurangterdengar dengan jelas, dan tidak memunculkan variasi dalammemainkan tinggi rendahnya suara yang dikeluarkan.
Sangat Baik : penjedaan kata mengikuti maksud yang akandisampaikan sehingga tidak menimbulkan makna ambigu, mampumemberi penekanan pada dialog dengan sangat baik.Baik: penjedaan kata mengikuti maksud yang akan disampaikansehingga tidak menimbulkan makna ambigu, mampu memberipenekanan pada dialog dengan baik.Cukup Baik: penjedaan kata mengikuti maksud yang akandisampaikan sehingga tidak menimbulkan makna ambigu, mampumemberi penekanan pada dialog dengan cukup baik.Kurang Baik: penjedaan kata tidak mengikuti maksud yang akandisampaikan sehingga menimbulkan makna ambigu, kurang mampumemberi penekanan pada dialog.
9-10
7-8
4-6
1-34. Mimik dan
ekspresi
Kriteria: Tepat
Sangat Baik: raut wajah dapat menyesuaikan dengan suasananaskah sehingga dapat menyampaikan keadaan emosi yang sedangdialaminya kepada penonton, dapat memunculkan penekanan dalamsetiap kata penting dalam naskah sehingga dapat menguatkan
9-10
121
dan tidaknyamimik sertaekspresi saattampil
maksud tertentu.Baik: raut wajah dapat menyesuaikan dengan keadaan naskah, dapatmemunculkan penekanan dalam setiap kata penting dalam naskahsehingga dapat menguatkan maksud tertentuCukup Baik: raut wajah dapat menyesuaikan dengan keadaannaskah, namun tidak dapat memunculkan penekanan kata pentingdalam naskah sehingga penonton kurang mengerti maksud yangdisampaikan.Kurang Baik: raut wajah tidak dapat meyakinkan penonton dantidak memunculkan penekanan kata penting sehingga penontontidak mengerti maksud yang disampaikan.
Sangat Baik: melakukan gerakan tangan dan anggota tubuh yanglain mengikuti dialog yang disampaikan sehingga dapat menarikperhatian penonton, gaya dalam membawakan dialog dapatmengikuti suasana dalam naskah sehingga dapat mengenai pokokpembicaraan dalam dialog.Baik: melakukan gerakan tangan saja mengikuti dialog yangdisampaikan sehingga dapat menarik perhatian penonton, gayadalam membawakan dialog mengikuti suasana dalam naskahsehingga dapat mengenai pokok pembicaraan dalam dialog.Cukup Baik: melakukan gerakan tangan saja mengikuti kalimatyang disampaikan sehingga dapat menarik perhatian penonton, gayadalam membawakan dialog tidak dapat dimengerti oleh penonton.Kurang Baik: tidak melakukan gerakan anggota tubuh apapundalam membawakan dialognya.
Sangat baik: sangat menghayati karakter tokoh yang dimainkan,pengahayatan yang dilakukan sesuai dengan dialog dan sangatsesuai dengan alur cerita.Baik: baik dalam menghayati karakter tokoh yang dimainkan,pengahayatan yang dilakukan sesuai dengan dialog, dan sesuaidengan alur cerita.Cukup Baik : cukup dapat menghayati karakter tokoh yang
9-10
7-8
122
dimainkan, pengahayatan yang dilakukan cukup sesuai dengandialog, dan cukup sesuai dengan alur cerita.Kurang Baik: kurang menghayati karakter tokoh yang dimainkan,penghayatan yang dilakukan kurang sesuai dengan dialog, dankurang sesuai dengan alur cerita
4-6
1-37. Blocking dan
moving
Kriteria: tepattidaknya gerakanyang dilakukansaat tampil
Sangat baik: pertukaran tempat kedudukan pada pentas sangatsesuai dengan naskah, pergerakannya terorganisir dengan sangatbaik, dan sangat memahami posisi blocking.Baik: pertukaran tempat kedudukan pada pentas sesuai dengannaskah, pergerakan pemain terorganisir dengan baik, dan dpatmemahami posisi blocking.Cukup baik: pertukaran tempat kedudukan pada pentas cukupsesuai dengan naskah, pergerakan terorganisir dengan cukup baik,dan cukup dapat memahami posisi blocking.Kurang baik: pertukaran tempat kedudukan pada pentas kurangsesuai dengan naskah, pergerakan kurang terorganisir, dan kurangmemahami posisi blocking.
9-10
7-8
4-6
1-3Skor Maksimal 70
Guru Mata Pelajaran Yogyakarta, 14 April 2014
Peneliti
Dra. Atun Budi Hartati Yosse Daniel R
196550106 200701 1016 07201244102
123
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
(PERLAKUAN KELOMPOK KONTROL)
Satuan Pendidikan : SMAN 9 YOGYAKARTA
Mata Pelajaran : Bahasa dan Sastra Indonesia
Kelas/ Semester : XI/Genap
Alokasi Waktu : 4 X 45 menit
Standar Kompetensi : Berbicara
6. Memerankan tokoh dalam pementasan drama
Kompetensi Dasar : 6.1 Menyampaikan dialog disertai gerak-gerik dan mimik, sesuai dengan watak tokoh drama
Indikator :
Membaca dan memahami teks drama yang akan diperankan
Menghayati watak tokoh yang akan diperankan
Menyampaikan dialog disertai gerak-gerik dan mimik, sesuai dengan watak tokoh
A. Tujuan Pembelajaran
Siswa mampu membaca dan memahami teks drama yang akan diperankan
Siswa mampu menghayati watak tokoh yang akan diperankan
Siswa mampu menyampaikan dialog disertai gerak-gerik dan mimik, sesuai dengan watak
tokoh
124
B. Karakter siswa yang diharapkan :
a. Dapat dipercaya (Trustworthines)
b. Rasa hormat dan perhatian (respect)
c. Tekun (diligence)
d. Tanggung jawab ( responsibility )
e. Berani ( courage )
C. Materi Pembelajaran
a. Pelatihan pemahaman karakter
b. Pelatihan penghayatan dan konsentrasi
c. Pelatihan olah vokal
d. Pelatihan olah tubuh
e. Pelatihan penguasaan ruang
f. Materi (terlampir)
D. Metode Pembelajaran
a. Demonstrasi
b. Inkuiri
c. Diskusi
d. Pemberian tugas
E. Langkah – langkah Kegiatan Pembelajaran
Pertemuan Pertama
Kegiatan Awal Alokasi waktu
Salam pembuka, berdoa, dan presensi Menginformasikan KD, indikator, dan tujuan pembelajaran Sebagai apersepsi, guru membimbing siswa memperkuat pengetahuan siswa dengan mereview
pementasan kecil pada pertemuan sebelumnya dengan metode tanya jawab
5 menit
Kegiatan Inti Alokasi waktu
a. Eksplorasi Siswa membentuk kelompok 6-7 anggota Setiap kelompok mengidentifikasi penokohan, alur, latar dan amanat yang terdapat pada naskah 80 Menit
125
drama yang dibawa siswa. Siswa menyampaikan hasil kerjanya
b. Elaborasi Siswa berlatih mendemonstrasikan tokoh yang telah dipilihnya Siswa melakukan pementasan
c. Konfirmasi Guru memberikan umpan balik
Kegiatan Akhir Alokasi waktu
Sebagai refleksi: Guru membimbing siswa melakukan simpulan berdasarkan kegiatan tersebut Ucapan salam sebagai penutup pelajaran 10 Menit
Pertemuan Kedua
Kegiatan Awal Alokasi waktu
Salam pembuka, berdoa, presensi dan perkenalan Melakukan flashback materi pada pertemuan sebelumnya 5 menit
Kegiatan Inti Alokasi waktu
a. Eksplorasi Siswa membentuk kelompok 6-7 orang Setiap kelompok bekerja sama menyebutkan tokoh dan karakter tokoh dalam naskah drama terkait
tugas pada pertemuan sebelumnyab. Elaborasi Siswa memilih salah satu tokoh dalam naskah drama yang telah dibagikan terkait tugas pada
pertemuan sebelumnya Selama 10-15 menit setiap kelompik berlatih memerankan tokoh sesuai kerakteristik penokohan
dalam naskah drama tersebut
80 menit
126
F. Sumber Belajar
Waluyo, Herman J. 2001. Drama “Teori Pembelajarannya”. Yogyakarta:
PT. Hanindita Graha Widya Yogyakarta.
Santosa, Eka. 2008. Seni Teater untuk Sekolah Menengah Kejuruan Jilid 1 dan 2. Jakarta:
Depertemen Pendidikan Nasional.
G. Penilaian
a. Tekhnik : Tes praktik
b. Bentuk instrumen : Tugas praktik kelompok dan lembar penilaian
Bentuk soal
1. Kondisikan kelas menjadi 5 kelompok!
2. Pahami naskah drama berikut ini!
3. Silahkan berlatih bersama kelompokmu untuk kemudian penntaskan di depan kelas!
Setiap kelompok melakukan demonstrasi secara bergiliran di depan kelasc. Konfirmasi Setiap kelompok menanggapi kelompok lain yang telah melakukan demonstrasi Guru memberikan umpan balik
Kegiatan Akhir Alokasi waktu
Sebagai refleksi: Guru membimbing siswa melakukan simpulan berdasarkan kegiatan tersebut Ucapan salam sebagai penutup pelajaran 10 menit
Sangat Baik : bunyi konsonan dan vokal setiap kata dalammelafalkan dialog terdengar jelas, pola pengucapannya dapatterlihat dengan jelas, sehingga dapat dimengerti olehpenonton.Baik : bunyi konsonan dan vokal setiap kata dalammelafalkan dialog dapat terdengar dengan jelas, polapengucapannya terlihat tidak jelas, namun masih dapatimengerti oleh penonton.Cukup Baik : bunyi konsonan dan vokal dalam melafalkandialog tidak seluruhnya terdengar dengan jelas, polapengucapannya pun tidak terlihat jelas, namun masih dapatdimengerti oleh penonton.Kurang Baik : bunyi konsonan dan vokal dalam melafalkandialog terdengar tidak jelas, pola pengucapannya juga terlihattidak jelas, sehingga kurang dimengerti oleh penonton.
9-10
7-8
4-6
1-3
2. Intonasi
Kriteria:Tinggi danrendahnyasuara yangdikeluarkan
Sangat Baik : tinggi rendahnya suara dalam melafalkandialog mengikuti suasana dalam naskah, volume suara dapatterdengar jelas oleh penonton, dapat memunculkan variasidalam memainkan tinggi rendahnya suara yang dikeluarkan.Baik: tinggi rendahnya suara dalam melafalkan dialogmengikuti suasana dalam naskah, volume suara dapatterdengar jelas oleh penonton, namun tidak dapatmemunculkan variasi dalam memainkan tinggi rendahnyasuara yang dikeluarkan.Cukup Baik: tinggi rendahnya suara dalam melafalkan dialogtidak mengikuti suasana dalam naskah, volume suara dapatterdengar dengan jelas, dan tidak memunculkan variasi dalammemainkan tinggi rendahnya suara yang dikeluarkan.
9-10
7-8
4-6
128
Kurang Baik: tinggi rendahnya suara dalam melafalkandialog tidak mengikuti suasana dalam naskah, volume suarakurang terdengar dengan jelas, dan tidak memunculkanvariasi dalam memainkan tinggi rendahnya suara yangdikeluarkan.
Sangat Baik : penjedaan kata mengikuti maksud yang akandisampaikan sehingga tidak menimbulkan makna ambigu,mampu memberi penekanan pada dialog dengan sangat baik.Baik: penjedaan kata mengikuti maksud yang akandisampaikan sehingga tidak menimbulkan makna ambigu,mampu memberi penekanan pada dialog dengan baik.Cukup Baik: penjedaan kata mengikuti maksud yang akandisampaikan sehingga tidak menimbulkan makna ambigu,mampu memberi penekanan pada dialog dengan cukup baik.Kurang Baik: penjedaan kata tidak mengikuti maksud yangakan disampaikan sehingga menimbulkan makna ambigu,kurang mampu memberi penekanan pada dialog.
Sangat Baik: raut wajah dapat menyesuaikan dengan suasananaskah sehingga dapat menyampaikan keadaan emosi yangsedang dialaminya kepada penonton, dapat memunculkanpenekanan dalam setiap kata penting dalam naskah sehinggadapat menguatkan maksud tertentu.Baik: raut wajah dapat menyesuaikan dengan keadaan naskah,dapat memunculkan penekanan dalam setiap kata pentingdalam naskah sehingga dapat menguatkan maksud tertentuCukup Baik: raut wajah dapat menyesuaikan dengan keadaannaskah, namun tidak dapat memunculkan penekanan katapenting dalam naskah sehingga penonton kurang mengertimaksud yang disampaikan.Kurang Baik: raut wajah tidak dapat meyakinkan penontondan tidak memunculkan penekanan kata penting sehinggapenonton tidak mengerti maksud yang disampaikan.
Sangat Baik: melakukan gerakan tangan dan anggota tubuhyang lain mengikuti dialog yang disampaikan sehingga dapatmenarik perhatian penonton, gaya dalam membawakan dialogdapat mengikuti suasana dalam naskah sehingga dapatmengenai pokok pembicaraan dalam dialog.Baik: melakukan gerakan tangan saja mengikuti dialog yangdisampaikan sehingga dapat menarik perhatian penonton,gaya dalam membawakan dialog mengikuti suasana dalamnaskah sehingga dapat mengenai pokok pembicaraan dalamdialog.Cukup Baik: melakukan gerakan tangan saja mengikutikalimat yang disampaikan sehingga dapat menarik perhatianpenonton, gaya dalam membawakan dialog tidak dapatdimengerti oleh penonton.Kurang Baik: tidak melakukan gerakan anggota tubuhapapun dalam membawakan dialognya.
9-10
7-8
4-6
1-36. Penghayatan
Kriteria: tepatatau tidaknyapenghayatanyang dilakukansaat tampil
Sangat baik: sangat menghayati karakter tokoh yangdimainkan, pengahayatan yang dilakukan sesuai dengandialog dan sangat sesuai dengan alur cerita.Baik: baik dalam menghayati karakter tokoh yang dimainkan,pengahayatan yang dilakukan sesuai dengan dialog, dansesuai dengan alur cerita.Cukup Baik : cukup dapat menghayati karakter tokoh yangdimainkan, pengahayatan yang dilakukan cukup sesuaidengan dialog, dan cukup sesuai dengan alur cerita.Kurang Baik: kurang menghayati karakter tokoh yangdimainkan, penghayatan yang dilakukan kurang sesuai dengandialog, dan kurang sesuai dengan alur cerita
Sangat baik: pertukaran tempat kedudukan pada pentassangat sesuai dengan naskah, pergerakannya terorganisirdengan sangat baik, dan sangat memahami posisi blocking.Baik: pertukaran tempat kedudukan pada pentas sesuaidengan naskah, pergerakan pemain terorganisir dengan baik,dan dpat memahami posisi blocking.Cukup baik: pertukaran tempat kedudukan pada pentascukup sesuai dengan naskah, pergerakan terorganisir dengancukup baik, dan cukup dapat memahami posisi blocking.Kurang baik: pertukaran tempat kedudukan pada pentaskurang sesuai dengan naskah, pergerakan kurang terorganisir,dan kurang memahami posisi blocking.
9-10
7-8
4-6
1-3
Skor Maksimal 70
Guru Mata Pelajaran Yogyakarta, 14 April 2014
Peneliti
Dra. Atun Budi Hartati Yosse Daniel R
196550106 200701 1016 07201244102
131
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
(POST-TEST KELOMPOK KONTROL)
Satuan Pendidikan : SMAN 9 YOGYAKARTA
Mata Pelajaran : Bahasa dan Sastra Indonesia
Kelas/ Semester : XI/Genap
Alokasi Waktu : 4 X 45 menit
Standar Kompetensi : Berbicara
6. Memerankan tokoh dalam pementasan drama
Kompetensi Dasar : 6.1 Menyampaikan dialog disertai gerak-gerik dan mimik, sesuai dengan watak tokoh drama
Indikator :
Membaca dan memahami teks drama yang akan diperankan
Menghayati watak tokoh yang akan diperankan
Menyampaikan dialog disertai gerak-gerik dan mimik, sesuai dengan watak tokoh
A. Tujuan Pembelajaran
Siswa mampu membaca dan memahami teks drama yang akan diperankan
Siswa mampu menghayati watak tokoh yang akan diperankan
Siswa mampu menyampaikan dialog disertai gerak-gerik dan mimik, sesuai dengan watak
tokoh
132
B. Karakter siswa yang diharapkan :
a. Dapat dipercaya (Trustworthines)
b. Rasa hormat dan perhatian (respect)
c. Tekun (diligence)
d. Tanggung jawab ( responsibility )
e. Berani ( courage )
C. Materi Pembelajaran
a. Pelatihan pemahaman karakter
b. Pelatihan penghayatan dan konsentrasi
c. Pelatihan olah vokal
d. Pelatihan olah tubuh
e. Pelatihan penguasaan ruang
f. Materi (terlampir)
D. Metode Pembelajaran
a. Demonstrasi
b. Inkuiri
c. Diskusi
d. Pemberian tugas
E. Langkah – langkah Kegiatan Pembelajaran
Kegiatan Awal Alokasi waktu
Salam pembuka, berdoa, dan presensi Menginformasikan KD, indikator, dan tujuan pembelajaran Guru dan siswa melakukan review pada pementasan sebelumnya untuk memperkuat
wawasan siswa akan drama dengan metode tanya jawab
10 menit
Kegiatan Inti Alokasi waktu
a. Eksplorasi Siswa membentuk kelompok 6-7 anggota Guru memberikan naskah drama dengan alur yang singkat pada setiap kelompok siswa
133
b. Elaborasi Setiap siswa memilih tokoh yang berbeda dengan teman sekelompoknya Siswa sedikit berlatih tentang lafal, tekanan, intonasi, jeda, gaya dan ekspresi sesuai
tokoh yang akan diperankan masing-masing Setiap kelompok melakukan pementasan kecil di depan kelas
c. Konfirmasi Kelompok lain menanggapi kelompok yang telah melakukan dialog Guru memberikan umpan balik
70 Menit
Kegiatan Akhir Alokasi waktu
Sebagai refleksi: Guru membimbing siswa melakukan simpulan berdasarkan kegiatantersebut
Sebagai tugas rumah: Guru memberikan satu naskah drama dengan alur yang tidakbegitu panjang sebagai sarana siswa untuk memahami karakter dalam naskah dramatersebut
Ucapan salam sebagai penutup pelajaran
10 Menit
A. Sumber Belajar
Waluyo, Herman J. 2001. Drama “Teori Pembelajarannya”. Yogyakarta:
PT. Hanindita Graha Widya Yogyakarta.
Santosa, Eka. 2008. Seni Teater untuk Sekolah Menengah Kejuruan Jilid 1 dan 2. Jakarta:
Depertemen Pendidikan Nasional.
Rahmani, A. 1988. Kumpulan Drama Remaja. Jakarta: PT. Gramedia Jakarta.
B. Penilaian
a. Tekhnik : Tes praktik
b. Bentuk instrumen : Tugas praktik kelompok dan lembar penilaian
134
Bentuk soal :
1. Kondisikan kelas menjadi 5 kelompok!
2. Pahami naskah drama berikut ini!
3. Silahkan berlatih bersam kelompokmu untuk kemudian pentaskan di depan kelas!
Sangat Baik : bunyi konsonan dan vokal setiap kata dalammelafalkan dialog terdengar jelas, pola pengucapannya dapatterlihat dengan jelas, sehingga dapat dimengerti olehpenonton.Baik : bunyi konsonan dan vokal setiap kata dalammelafalkan dialog dapat terdengar dengan jelas, polapengucapannya terlihat tidak jelas, namun masih dapatdimengerti oleh penonton.Cukup Baik : bunyi konsonan dan vokal dalam melafalkandialog tidak seluruhnya terdengar dengan jelas, polapengucapannya pun tidak terlihat jelas, namun masih dapatdimengerti oleh penonton.Kurang Baik : bunyi konsonan dan vokal dalam melafalkandialog terdengar tidak jelas, pola pengucapannya juga terlihattidak jelas, sehingga kurang dimengerti oleh penonton.
Sangat Baik : tinggi rendahnya suara dalam melafalkandialog mengikuti suasana dalam naskah, volume suara dapatterdengar jelas oleh penonton, dapat memunculkan variasidalam memainkan tinggi rendahnya suara yang dikeluarkan.Baik: tinggi rendahnya suara dalam melafalkan dialogmengikuti suasana dalam naskah, volume suara dapatterdengar jelas oleh penonton, namun tidak dapat
9-10
7-8
135
memunculkan variasi dalam memainkan tinggi rendahnyasuara yang dikeluarkan.Cukup Baik: tinggi rendahnya suara dalam melafalkandialog tidak mengikuti suasana dalam naskah, volume suaradapat terdengar dengan jelas, dan tidak memunculkan variasidalam memainkan tinggi rendahnya suara yang dikeluarkan.Kurang Baik: tinggi rendahnya suara dalam melafalkandialog tidak mengikuti suasana dalam naskah, volume suarakurang terdengar dengan jelas, dan tidak memunculkanvariasi dalam memainkan tinggi rendahnya suara yangdikeluarkan.
Sangat Baik : penjedaan kata mengikuti maksud yang akandisampaikan sehingga tidak menimbulkan makna ambigu,mampu memberi penekanan pada dialog dengan sangat baik.Baik: penjedaan kata mengikuti maksud yang akandisampaikan sehingga tidak menimbulkan makna ambigu,mampu memberi penekanan pada dialog dengan baik.Cukup Baik: penjedaan kata mengikuti maksud yang akandisampaikan sehingga tidak menimbulkan makna ambigu,mampu memberi penekanan pada dialog dengan cukup baik.Kurang Baik: penjedaan kata tidak mengikuti maksud yangakan disampaikan sehingga menimbulkan makna ambigu,kurang mampu memberi penekanan pada dialog.
Sangat Baik: raut wajah dapat menyesuaikan dengan suasananaskah sehingga dapat menyampaikan keadaan emosi yangsedang dialaminya kepada penonton, dapat memunculkanpenekanan dalam setiap kata penting dalam naskah sehinggadapat menguatkan maksud tertentu.Baik: raut wajah dapat menyesuaikan dengan keadaannaskah, dapat memunculkan penekanan dalam setiap katapenting dalam naskah sehingga dapat menguatkan maksudtertentu
9-10
7-8
136
Cukup Baik: raut wajah dapat menyesuaikan dengankeadaan naskah, namun tidak dapat memunculkan penekanankata penting dalam naskah sehingga penonton kurangmengerti maksud yang disampaikan.Kurang Baik: raut wajah tidak dapat meyakinkan penontondan tidak memunculkan penekanan kata penting sehinggapenonton tidak mengerti maksud yang disampaikan.
Sangat Baik: melakukan gerakan tangan dan anggota tubuhyang lain mengikuti dialog yang disampaikan sehingga dapatmenarik perhatian penonton, gaya dalam membawakandialog dapat mengikuti suasana dalam naskah sehingga dapatmengenai pokok pembicaraan dalam dialog.Baik: melakukan gerakan tangan saja mengikuti dialog yangdisampaikan sehingga dapat menarik perhatian penonton,gaya dalam membawakan dialog mengikuti suasana dalamnaskah sehingga dapat mengenai pokok pembicaraan dalamdialog.Cukup Baik: melakukan gerakan tangan saja mengikutikalimat yang disampaikan sehingga dapat menarik perhatianpenonton, gaya dalam membawakan dialog tidak dapatdimengerti oleh penonton.Kurang Baik: tidak melakukan gerakan anggota tubuhapapun dalam membawakan dialognya.
9-10
7-8
4-6
1-36. Penghayatan
Kriteria: tepatatau tidaknyapenghayatanyang dilakukansaat tampil
Sangat baik: sangat menghayati karakter tokoh yangdimainkan, pengahayatan yang dilakukan sesuai dengandialog dan sangat sesuai dengan alur cerita.Baik: baik dalam menghayati karakter tokoh yangdimainkan, pengahayatan yang dilakukan sesuai dengandialog, dan sesuai dengan alur cerita.Cukup Baik : cukup dapat menghayati karakter tokoh yangdimainkan, pengahayatan yang dilakukan cukup sesuaidengan dialog, dan cukup sesuai dengan alur cerita.
9-10
7-8
4-6
137
Kurang Baik: kurang menghayati karakter tokoh yangdimainkan, penghayatan yang dilakukan kurang sesuaidengan dialog, dan kurang sesuai dengan alur cerita 1-3
Sangat baik: pertukaran tempat kedudukan pada pentassangat sesuai dengan naskah, pergerakannya terorganisirdengan sangat baik, dan sangat memahami posisi blocking.Baik: pertukaran tempat kedudukan pada pentas sesuaidengan naskah, pergerakan pemain terorganisir dengan baik,dan dpat memahami posisi blocking.Cukup baik: pertukaran tempat kedudukan pada pentascukup sesuai dengan naskah, pergerakan terorganisir dengancukup baik, dan cukup dapat memahami posisi blocking.Kurang baik: pertukaran tempat kedudukan pada pentaskurang sesuai dengan naskah, pergerakan kurang terorganisir,dan kurang memahami posisi blocking.
9-10
7-8
4-6
1-3Skor Maksimal 70
Guru Mata Pelajaran Yogyakarta, 14 April 2014
Peneliti
Dra. Atun Budi Hartati Yosse Daniel R
196550106 200701 1016 07201244102
138
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
(POST-TEST KELOMPOK EKSPERIMEN)
Satuan Pendidikan : SMAN 9 YOGYAKARTA
Mata Pelajaran : Bahasa dan Sastra Indonesia
Kelas/ Semester : XI/Genap
Alokasi Waktu : 4 X 45 menit
Standar Kompetensi : Berbicara
7. Memerankan tokoh dalam pementasan drama
Kompetensi Dasar : 6.1 Menyampaikan dialog disertai gerak-gerik dan mimik, sesuai dengan watak tokoh drama
Indikator :
Membaca dan memahami teks drama yang akan diperankan
Menghayati watak tokoh yang akan diperankan
Menyampaikan dialog disertai gerak-gerik dan mimik, sesuai dengan watak tokoh
A. Tujuan Pembelajaran
Siswa mampu membaca dan memahami teks drama yang akan diperankan
Siswa mampu menghayati watak tokoh yang akan diperankan
Siswa mampu menyampaikan dialog disertai gerak-gerik dan mimik, sesuai dengan watak
tokoh
139
B. Karakter siswa yang diharapkan :
a. Dapat dipercaya (Trustworthines)
b. Rasa hormat dan perhatian (respect)
c. Tekun (diligence)
d. Tanggung jawab ( responsibility )
e. Berani ( courage )
C. Materi Pembelajaran
a. Pelatihan pemahaman karakter
b. Pelatihan penghayatan dan konsentrasi
c. Pelatihan olah vokal
d. Pelatihan olah tubuh
e. Pelatihan penguasaan ruang
f. Materi (terlampir)
D. Metode Pembelajaran
a. Demonstrasi
b. Inkuiri
c. Diskusi
d. Pemberian tugas
E. Langkah – langkah Kegiatan Pembelajaran
Pertemuan Pertama
Kegiatan Awal Alokasi waktu
Salam pembuka, berdoa dan presensi Menginformasikan KD, indikator, dan tujuan pembelajaran 5 menit
Kegiatan Inti Alokasi waktu
a. Eksplorasi Guru dan siswa bertanya jawab mengenai penokohan, unsur drama, dan krtiteria pementasan drama
yang baik
140
b. Elaborai Siswa membentuk kelompok 6-7 anggota Guru memberikan cerita singkat kepada tiap-tiap kelompok Siswa menciptakan skenario yang akan diperagakan berdasarkan topik yang ada dalam cerita Siswa berlatih tentang lafal, tekanan, intonasi, jeda, gaya dan ekspresi Setiap kelompok melakukan pementasan
c. Konfirmasi Kelompok lain menanggapi kelompok yang telah melakukan pementasan
80 Menit
Kegiatan Akhir Alokasi waktu
Sebagai refleksi: Guru membimbing siswa melakukan simpulan berdasarkan kegiatan tersebut Ucapan salam sebagai penutup pelajaran 10 Menit
Pertemuan Kedua
Kegiatan Awal Alokasi waktu
Salam pembuka, berdoa, presensi dan perkenalan 5 menit
Kegiatan Inti Alokasi waktu
a. Eksplorasi Siswa menyampaikan bagaimana menerapkan lafal, tekanan, intonasi, jeda, gaya dan ekspresi yang
baik berdasarkan pengalaman pentas sebelumnya.b. Elaborasi Siswa melanjutkan melakukan pementasan
c. Konfirmasi Setiap kelompok menanggapi kelompok lain yang telah melakukan demonstrasi Guru memberikan umpan balik
80 menit
141
Kegiatan Akhir Alokasi waktu
Sebagai refleksi: Guru membimbing siswa melakukan simpulan berdasarkan kegiatan tersebut Ucapan salam sebagai penutup pelajaran 10 menit
F. Sumber Belajar
Waluyo, Herman J. 2001. Drama “Teori Pembelajarannya”. Yogyakarta:
PT. Hanindita Graha Widya Yogyakarta.
Santosa, Eka. 2008. Seni Teater untuk Sekolah Menengah Kejuruan Jilid 1 dan 2. Jakarta:
Depertemen Pendidikan Nasional.
Rahmani, A. 1988. Kumpulan Drama Remaja. Jakarta: PT. Gramedia Jakarta.
G. Penilaian
a. Tekhnik : Tes praktik
b. Bentuk instrumen : Tugas praktik kelompok dan lembar penilaian
Bentuk soal :
1. Bentuklah kelompok yang beranggotakan 5 orang, kemudian cermati topik dibawah ini!
Kelompok 1: Nasehat orang tua atas ketiga anaknya yang ketahuan membolos sekolah
Kelompok 2: Demonstran dan petugas keamanan di gedung DPR saat melambungnya bahan pokok pangan.
Kelompok 3: Histeris sebuah keluarga dalam tragedi perampokan
Kelompok 4: Sekelompok pemuda yang tersesat ketika mencari rumah seseorang
Kelompok 5: Proses penangkapan sekelompok pemuda yang sedang bermain judi serta
142
mengonsumsi minuman keras oleh polisi
Kelompok 6: Perkelahian siswa di sekolah karena nencuri dan nasehat guru BK.
2. Kembangkanlah topik di atas menjadi skenario pendek!
3. Silahkan latihan memeragakan skenario yang kalian buat.
4. Pentaskan di depan kelas!
*Perhatikan aspek-aspek pementasan yang akan dinilai seperti pelafalan, intonasi, penjedaan, mimik, gestur,
Sangat Baik : bunyi konsonan dan vokal setiap kata dalammelafalkan dialog terdengar jelas, pola pengucapannya dapatterlihat dengan jelas, sehingga dapat dimengerti olehpenonton.Baik : bunyi konsonan dan vokal setiap kata dalammelafalkan dialog dapat terdengar dengan jelas, polapengucapannya terlihat tidak jelas, namun masih dapatdimengerti oleh penonton.Cukup Baik : bunyi konsonan dan vokal dalam melafalkandialog tidak seluruhnya terdengar dengan jelas, polapengucapannya pun tidak terlihat jelas, namun masih dapatdimengerti oleh penonton.Kurang Baik : bunyi konsonan dan vokal dalam melafalkandialog terdengar tidak jelas, pola pengucapannya juga terlihattidak jelas, sehingga kurang dimengerti oleh penonton.
Sangat Baik : tinggi rendahnya suara dalam melafalkandialog mengikuti suasana dalam naskah, volume suara dapatterdengar jelas oleh penonton, dapat memunculkan variasidalam memainkan tinggi rendahnya suara yang dikeluarkan.Baik: tinggi rendahnya suara dalam melafalkan dialogmengikuti suasana dalam naskah, volume suara dapatterdengar jelas oleh penonton, namun tidak dapatmemunculkan variasi dalam memainkan tinggi rendahnyasuara yang dikeluarkan.Cukup Baik: tinggi rendahnya suara dalam melafalkandialog tidak mengikuti suasana dalam naskah, volume suaradapat terdengar dengan jelas, dan tidak memunculkan variasidalam memainkan tinggi rendahnya suara yang dikeluarkan.Kurang Baik: tinggi rendahnya suara dalam melafalkandialog tidak mengikuti suasana dalam naskah, volume suarakurang terdengar dengan jelas, dan tidak memunculkanvariasi dalam memainkan tinggi rendahnya suara yangdikeluarkan.
Sangat Baik : penjedaan kata mengikuti maksud yang akandisampaikan sehingga tidak menimbulkan makna ambigu,mampu memberi penekanan pada dialog dengan sangat baik.Baik: penjedaan kata mengikuti maksud yang akandisampaikan sehingga tidak menimbulkan makna ambigu,mampu memberi penekanan pada dialog dengan baik.Cukup Baik: penjedaan kata mengikuti maksud yang akandisampaikan sehingga tidak menimbulkan makna ambigu,mampu memberi penekanan pada dialog dengan cukup baik.Kurang Baik: penjedaan kata tidak mengikuti maksud yangakan disampaikan sehingga menimbulkan makna ambigu,kurang mampu memberi penekanan pada dialog.
9-10
7-8
4-6
1-3
4. Mimik danekspresi
Sangat Baik: raut wajah dapat menyesuaikan dengansuasana naskah sehingga dapat menyampaikan keadaan 9-10
emosi yang sedang dialaminya kepada penonton, dapatmemunculkan penekanan dalam setiap kata penting dalamnaskah sehingga dapat menguatkan maksud tertentu.Baik: raut wajah dapat menyesuaikan dengan keadaannaskah, dapat memunculkan penekanan dalam setiap katapenting dalam naskah sehingga dapat menguatkan maksudtertentuCukup Baik: raut wajah dapat menyesuaikan dengankeadaan naskah, namun tidak dapat memunculkan penekanankata penting dalam naskah sehingga penonton kurangmengerti maksud yang disampaikan.Kurang Baik: raut wajah tidak dapat meyakinkan penontondan tidak memunculkan penekanan kata penting sehinggapenonton tidak mengerti maksud yang disampaikan.
Sangat Baik: melakukan gerakan tangan dan anggota tubuhyang lain mengikuti dialog yang disampaikan sehingga dapatmenarik perhatian penonton, gaya dalam membawakandialog dapat mengikuti suasana dalam naskah sehingga dapatmengenai pokok pembicaraan dalam dialog.Baik: melakukan gerakan tangan saja mengikuti dialog yangdisampaikan sehingga dapat menarik perhatian penonton,gaya dalam membawakan dialog mengikuti suasana dalamnaskah sehingga dapat mengenai pokok pembicaraan dalamdialog.Cukup Baik: melakukan gerakan tangan saja mengikutikalimat yang disampaikan sehingga dapat menarik perhatianpenonton, gaya dalam membawakan dialog tidak dapatdimengerti oleh penonton.Kurang Baik: tidak melakukan gerakan anggota tubuhapapun dalam membawakan dialognya.
9-10
7-8
4-6
1-36. Penghayatan Sangat baik: sangat menghayati karakter tokoh yang
dimainkan, pengahayatan yang dilakukan sesuai dengan 9-10
dialog dan sangat sesuai dengan alur cerita.Baik: baik dalam menghayati karakter tokoh yangdimainkan, pengahayatan yang dilakukan sesuai dengandialog, dan sesuai dengan alur cerita.Cukup Baik : cukup dapat menghayati karakter tokoh yangdimainkan, pengahayatan yang dilakukan cukup sesuaidengan dialog, dan cukup sesuai dengan alur cerita.Kurang Baik: kurang menghayati karakter tokoh yangdimainkan, penghayatan yang dilakukan kurang sesuaidengan dialog, dan kurang sesuai dengan alur cerita
7-8
4-6
1-37. Blocking dan
moving
Kriteria: tepattidaknya gerakanyang dilakukansaat tampil
Sangat baik: pertukaran tempat kedudukan pada pentassangat sesuai dengan naskah, pergerakannya terorganisirdengan sangat baik, dan sangat memahami posisi blocking.Baik: pertukaran tempat kedudukan pada pentas sesuaidengan naskah, pergerakan pemain terorganisir dengan baik,dan dpat memahami posisi blocking.Cukup baik: pertukaran tempat kedudukan pada pentascukup sesuai dengan naskah, pergerakan terorganisir dengancukup baik, dan cukup dapat memahami posisi blocking.Kurang baik: pertukaran tempat kedudukan pada pentaskurang sesuai dengan naskah, pergerakan kurangterorganisir, dan kurang memahami posisi blocking.
9-10
7-8
4-6
1-3Skor Maksimal 70
Guru Mata Pelajaran Yogyakarta, 14 April 2014
Peneliti
Dra. Atun Budi Hartati Yosse Daniel R
196550106 200701 1016 07201244102
146
Gambar SMAN 9 Yogyakarta Tampak Depan
Lampiran 18
147
Suasana Kelas saat Salah Satu Kelompok Siswa pada KelasEksperimen Sedang Melakukan Pementasan guna Pengambilan NilaiPre-test
Suasana Kelas saat Salah Satu Kelompok Siswa Pada Kelas KontrolSedang Melakukan Pementasan guna Pengambilan Nilai Pre-test
148
Suasana Kelas saat Salah Satu Kelompok Siswa pada KelasEksperimen Mengadakan Pementasan Tahap Perlakuan
Suasana Kelas saat Salah Satu Kelompok Siswa pada Kelas KontrolMelakukan Latihan Bermain Peran Tahap Perlakuan
149
Suasana Kelas saat Salah Satu Kelompok Siswa pada Kelas
Eksperimen Sedang Melakukan Pementasan guna Pengambilan Nilai
Post-test
Suasana Kelas saat Salah Satu Kelompok Siswa pada Kelas Kontrol Sedang
Melakukan Pementasan guna Pengambilan Nilai Post-test