KEEFEKTIFAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAM ASSISTED INDIVIDUALIZATION (TAI) BERBANTUAN KARTU MASALAH TERHADAP KEMAMPUAN PENALARAN DAN KOMUNIKASI PESERTA DIDIK PADA MATERI POKOK DIMENSI TIGA KELAS X SMA NEGERI 1 COMAL skripsi disajikan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Matematika oleh Korina Puspitasari 4101407031 JURUSAN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG 2011
258
Embed
KEEFEKTIFAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE …lib.unnes.ac.id/7855/1/10586.pdf · 2011-11-13 · komunikasi matematika dengan model pembelajaran kooperatif tipe TAI berbantuan
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
KEEFEKTIFAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAM ASSISTED
INDIVIDUALIZATION (TAI) BERBANTUAN KARTU MASALAH TERHADAP KEMAMPUAN PENALARAN DAN KOMUNIKASI PESERTA DIDIK PADA MATERI
POKOK DIMENSI TIGA KELAS X SMA NEGERI 1 COMAL
skripsi
disajikan sebagai salah satu syarat
untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Matematika
oleh
Korina Puspitasari
4101407031
JURUSAN MATEMATIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2011
ii
iii
PENGESAHAN
Skripsi yang berjudul:
Keefektifan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Team Assisted
Individualiation (TAI) Berbantuan Kartu Masalah terhadap Kemampuan
Penalaran dan Komunikasi Peserta Didik pada Materi Pokok Dimensi Tiga
Kelas X SMA N 1 Comal
disusun oleh:
Korina Puspitasari
4101407031
telah dipertahankan di hadapan sidang Panitia Ujian Skripsi FMIPA UNNES pada
tanggal 9 Agustus 2011.
Panitia, Ketua Sekretaris Dr. Kasmadi Imam S., M.S. Drs. Edy Soedjoko, M.Pd. 195111151979031001 195604191987031001
Ketua Penguji Dr. Kartono, M. Si 195602221980031002
Anggota Penguji/ AnggotaPenguji/ Pembimbing Utama Pembimbing Pendamping Dra. Kusni, M.Si Dr. Mulyono, M.Si 194904081975012001 197009021997021001
iv
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN
Saya menyatakan bahwa yang tertulis di dalam skripsi ini benar-benar hasil karya
saya sendiri, bukan jiplakan dari karya tulis orang lain, baik sebagian atau
seluruhnya. Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat dalam skripsi ini
dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah.
Semarang, Agustus 2011 Korina Puspitasari 4101407031
v
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
MOTTO v Janganlah kamu berjalan di muka bumi ini dengan sombong karena
sesungguhnya kamu sekali-kali tidak dapat menembus bumi dan sekali-kali
kamu tidak akan sampai setinggi gunung (Q.S. Al Isra’ : 37).
v If you want something you’ve never had, you must be willing to do
something you’ve never done (Thomas Jefferson).
PERSEMBAHAN
Karyaku kupersembahkan untuk :
1. Kedua orangtuaku tercinta, Bapak
Suprapto dan Ibu Farida.
2. Adikku tersayang, Ira Hapsari.
vi
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan limpahan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis mampu
menghadapi segala rintangan dan cobaan untuk menyelesaikan skripsi yang
berjudul “Keefektifan Penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Team
Assisted Individualiation Berbantuan Kartu Masalah Terhadap Kemampuan
Penalaran dan Komunikasi Peserta Didik pada Materi Pokok Dimensi Tiga Kelas
X SMA N 1 Comal”. Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk
menyelesaikan Studi Strata 1 guna memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada
Jurusan Matematika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam,
Universitas Negeri Semarang.
Skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik berkat bantuan dari berbagai
pihak, untuk itu penulis menyampaikan terima kasih kepada:
1. Prof. Dr. Sudijono Sastroatmodjo, M.Si., Rektor Universitas Negeri
Semarang.
2. Dr. Kasmadi Imam S, M.S., Dekan Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam Universitas Negeri Semarang.
3. Drs. Edy Soedjoko, M.Pd., Ketua Jurusan Matematika Fakultas Matematika
dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Semarang.
4. Dra. Kusni, M.Si., Dosen Pembimbing I yang telah membimbing dan
memberikan pengarahan dalam penyusunan skripsi ini.
vii
5. Dr. Mulyono, M.Si., Dosen Pembimbing II yang telah membimbing dan
memberikan pengarahan dalam penyusunan skripsi ini.
6. Drs. Supa’at, M.Pd., Kepala SMA Negeri 1 Comal yang telah memberikan
ijin penelitian.
7. Endang Wijayanti, S.Pd., guru matematika SMA Negeri 1 Comal yang telah
memberikan bimbingan dan kerjasama selama penelitian.
8. Guru-guru dan peserta didik kelas X SMA Negeri 1 Comal atas kerjasama
yang diberikan selama penelitian.
9. Seluruh pihak yang telah memberikan inspirasi dan dukungan baik secara
langsung maupun tidak langsung, sehingga skripsi ini terselesaikan dengan
lancar.
Semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi pembaca dan pihak-
pihak yang terkait dengan penyusunan skripsi ini.
Semarang, Agustus 2011 Penulis
viii
ABSTRAK Puspitasari, Korina. 2011. Keefektifan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Team Assisted Individualiation Berbantuan Kartu Masalah terhadap Kemampuan Penalaran dan Komunikasi Peserta Didik pada Materi Pokok Dimensi Tiga Kelas X SMA N 1 Comal. Skripsi, Jurusan Matematika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Semarang. Pembimbing Utama Dra. Kusni, M.Si dan Pembimbing Pendamping Dr. Mulyono, M.Si. Kata Kunci: Keefektifan model pembelajaran, Team Assisted Individualization
(TAI), Kemampuan Penalaran dan Komunikasi Matematika.
Pembelajaran matematika yang berlangsung di sekolah saat ini masih banyak didominasi oleh guru dan kurang terkait dengan pengalaman peserta didik. Hal ini mengakibatkan terabainya salah satu aspek kecakapan yang harus dimiliki peserta didik yaitu penalaran dan komunikasi. Salah satu model pembelajaran yang dapat menumbuhkembangkan kemampuan penalaran dan komunikasi matematika peserta didik secara efektif yaitu model pembelajaran kooperarif tipe Team Assisted Individualization (TAI). Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui: (1) hasil belajar kemampuan penalaran dan komunikasi matematika dengan model pembelajaran kooperatif tipe TAI berbantuan kartu masalah pada pokok bahasan dimensi tiga memenuhi standar ketuntasan minimal yang telah ditetapkan oleh sekolah atau tidak yaitu 75% peserta didik dapat mencapai nilai minimal 70, (2) rata-rata hasil belajar kemampuan penalaran dan komunikasi matematika dengan model pembelajaran kooperatif tipe TAI berbantuan kartu masalah dibanding dengan rata-rata hasil belajar kemampuan penalaran dan komunikasi matematika peserta didik menggunakan model pembelajaran konvensional pada pokok bahasan dimensi tiga.
Populasi penelitian ini adalah seluruh peserta didik kelas X SMA Negeri 1 Comal tahun pelajaran 2010/2011. Sampel penelitian adalah peserta didik kelas X-8 sebagai kelas eksperimen menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TAI dan peserta didik kelas X-7 sebagai kelas kontrol menggunakan model pembelajaran konvensional. Pengumpulan data dilakukan dengan metode dokumentasi dan tes. Data tersebut kemudian dianalisis menggunakan uji perbedaan dua rata-rata dan uji proporsi.
Hasil penelitian menunjukkan rata-rata hasil belajar peserta didik kelas eksperimen sebesar 78,36 dan kelas kontrol sebesar 73,85. Dari hasil uji proporsi pihak kanan diketahui bahwa hasil belajar peserta didik kelas eksperimen yang memenuhi ketuntasan minimum telah melampaui 75% yang artinya hasil belajar kelas eksperimen mencapai ketuntasan pada aspek penalaran dan komunikasi matematika. Selanjutnya, dari hasil uji perbedaan dua rata-rata diketahui bahwa rata-rata hasil belajar peserta didik kelas eksperimen lebih dari rata-rata hasil belajar peserta didik kelas kontrol.
Simpulan yang diperoleh dari penelitian ini adalah model pembelajaran kooperatif tipe TAI berbantuan kartu masalah lebih efektif dibandingkan dengan penerapan model pembelajaran konvensional pada materi pokok dimensi tiga.
ix
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ...................................................................................... i
PENGESAHAN ............................................................................................. iii
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ..................................................... iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN ................................................................. v
KATA PENGANTAR ................................................................................... vi
ABSTRAK ..................................................................................................... viii
DAFTAR ISI ................................................................................................. ix
DAFTAR TABEL ......................................................................................... xii
DAFTAR GAMBAR ..................................................................................... xiii
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................. xiv
tidak hanya mendengar dan membuat catatan, guru bersama peserta didik berlatih
menyelesaikan soal latihan dan peserta didik bertanya kalau belum mengerti.
1.5.5 Kemampuan Penalaran dan Komunikasi
Kemampuan berasal dari kata mampu yang berarti (bisa, sanggup)
melakukan sesuatu, dengan imbuhan ke-an kata mampu menjadi kemampuan
yaitu kesanggupan atau kecakapan. Penalaran adalah suatu proses atau aktivitas
berpikir untuk menarik kesimpulan atau membuat pernyataan baru yang benar
berdasarkan pada pernyataan yang telah dibuktikan (diasumsikan) kebenarannya.
Peserta didik dikatakan mempunyai penalaran baik dalam matematika bila peserta
didik mampu memberikan alasan induktif dan deduktif sederhana. Kemampuan
penalaran adalah kemampuan yang menunjuk pada proses berpikir dalam rangka
mengambil keputusan atau kesimpulan menurut aturan tertentu. Kemampuan
komunikasi adalah kemampuan terkait dengan mengemukakan gagasan, pikiran
secara lisan maupun tertulis yang dalam hal ini diharapkan seoptimal mungkin
memanfaatkan notasi, lambang, model, tabel, diagram yang dipelajari dalam
matematika. Salah satu isi Peraturan Dirjen Dikdasmen No. 506/C/PP/2004 dalam
Tim PPPG Matematika Yogyakarta menyebutkan bahwa penalaran dan
13
komunikasi merupakan kompetensi yang ditunjukkan peserta didik dalam
melakukan penalaran dan mengkomunikasikan gagasan matematika.
1.5.6 Kartu Masalah
Kartu masalah merupakan media pembelajaran atau perlengkapan yang
termasuk dalam media grafis atau visual. Kartu masalah yang dimaksud dalam
penelitian ini adalah suatu kartu yang di dalamnya termuat masalah-masalah yang
berhubungan dengan materi matematika khususnya materi dimensi tiga. Kartu
masalah dalam penelitian ini difungsikan sebagai alat bantu dalam pembelajaran
menggunakan Team Assisted Individualization.
1.5.7 Pokok Bahasan Dimensi Tiga
Merupakan salah satu kompetensi dasar yang diberikan pada kelas X.
Dalam pelaksanaan penelitian ini dibatasi hanya pada sub materi menghitung
jarak antara dua titik, jarak antara titik dan garis, jarak antara titik dan bidang,
jarak garis ke garis, jarak garis ke bidang, dan jarak bidang ke bidang.
1.6 Sistematika Penulisan Skripsi
Secara garis besar sistematika skripsi ini terbagi menjadi tiga bagian, yaitu:
bagian awal, bagian isi, dan bagian akhir yang di uraikan sebagai berikut.
1.6.1. Bagian awal skripsi
Berisi judul, lembar pengesahan, pernyataan, motto dan persembahan,
abstrak, kata pengantar, daftar isi, daftar tabel, daftar gambar, dan daftar lampiran.
1.6.2. Bagian isi skripsi
Bagian isi skripsi terdiri dari 5 bab yang meliputi hal-hal sebagai berikut.
BAB 1: PENDAHULUAN
14
Pendahuluan terdiri dari latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan
penelitian, manfaat penelitian, penegasan istilah, dan sistematika penulisan
skripsi.
BAB 2: LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS
Berisi tentang teori-teori yang berhubungan dengan permasalahan yang
dibuat dalam kegiatan ini meliputi belajar, pembelajaran matematika, teori-teori
yang melandasi pembelajaran matematika, pembelajaran kooperatif, Team
Assisted Individualization, kartu masalah, model pembelajaran konvensional,
kemampuan penalaran dan komunikasi, materi jarak dalam ruang, kerangka
berpikir, dan hipotesis.
BAB 3 : METODE PENELITIAN
Metode Penelitian terdiri dari metode penentuan objek, variabel penelitian,
metode pengumpulan data, rancangan penelitian, instrumen penelitian, metode
analisis data, dan hasil ujicoba instrumen penelitian.
BAB 4: HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Hasil penelitian dan pembahasan berisi tentang hasil penelitian dan
pembahasan yang telah dilakukan.
BAB 5: PENUTUP
Penutup berisi tentang simpulan hasil penelitian yang telah dilakukan dan
saran-saran yang diberikan peneliti berdasarkan simpulan.
1.6.3. Bagian akhir skripsi
Bagian akhir skripsi ini berisi daftar pustaka dan lampiran-lampiran.
15
BAB 2
LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS
2.1 Landasan Teori
2.1.1 Belajar dan Pembelajaran Matematika
2.1.1.1. Pengertian Belajar
Dalam proses pengajaran, unsur proses belajar memegang peranan
penting. Belajar menurut Anni (2005:2) merupakan proses penting bagi perubahan
perilaku manusia dari segala sesuatu yang diperkirakan dan dikerjakan. Belajar
merupakan aktivitas seseorang yang dilakukan untuk mendapatkan perubahan
dalam dirinya melalui pelatihan-pelatihan atau pengalaman-pengalaman
(Baharuddin, 2007:12). Perubahan tersebut dapat berupa perubahan pengetahuan,
sikap, maupun keterampilan. Dengan perubahan-perubahan tersebut, tentunya
pembelajar akan terbantu dalam memecahkan masalah hidupnya dan bisa
menyesuaikan diri dengan lingkungannya.
Belajar memegang peranan penting di dalam perkembangan, kebiasaan,
sikap, keyakinan, tujuan, dan kepribadian manusia. Hampir semua ahli telah
mencoba merumuskan tafsiran tentang “belajar”. Seringkali perumusan tafsiran
itu berbeda-beda. Pengertian belajar yaitu: (Hamalik, 2001:27-28).
(1) Belajar adalah modifikasi atau memperteguh kelakuan melalui pengalaman
(learning is defined as the modification or straightening of behavior through
experiencing).
16
(2) Sejalan dengan perumusan di atas, ada pula tafsiran lain tentang belajar yang
menyatakan bahwa belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku
individu melalui interaksi dengan lingkungan.
Dibandingkan dengan pengertian pertama maka jelas tujuan belajar itu
prinsipnya sama, yakni perubahan tingkah laku, hanya berbeda cara atau usaha
pencapaiannya. Belajar bukan suatu tujuan tetapi merupakan suatu proses untuk
mencapai tujuan. Jadi, merupakan langkah-langkah atau prosedur yang ditempuh.
Berdasarkan pendapat-pendapat mengenai batasan-batasan belajar maka
dapat disimpulkan bahwa belajar pada dasarnya pengalaman yang sama dan
berulang-ulang dalam situasi tertentu serta berkaitan dengan perubahan tingkah
laku. Perubahan tingkah laku tersebut meliputi perubahan keterampilan, kebiasan,
sikap, pengetahuan, dan pemahaman. Sedang yang dimaksud pengalaman dalam
proses belajar tidak lain adalah interaksi antara individu dengan lingkungannya.
2.1.1.2. Pengertian Pembelajaran
Menurut Briggs (dalam Sugandi, 2004:9) menjelaskan bahwa
pembelajaran adalah seperangkat peristiwa yang mempengaruhi si belajar
sedemikian rupa sehingga si belajar itu memperoleh kemudahan dalam
berinteraksi berikutnya dengan lingkungan. Teori belajar mendeskripsikan
pembelajaran adalah sebagai berikut:
(1) Usaha guru membentuk tingkah laku yang dinginkan dengan menyediakan
lingkungan agar terjadi stimulus (lingkungan) dengan tingkah laku si belajar
(Behavioristik).
17
(2) Cara guru memberikan kesempatan kepada si belajar untuk berpikir agar
memahami apa yang dipelajari (Kognitif).
(3) Memberikan kepada si belajar untuk memilih bahan pelajaran dan cara
mempelajarinya sesuai dengan minat dan kemampuannya.
2.1.1.3. Prinsip-Prinsip Pembelajaran
2.1.1.3.1 Prinsip Pembelajaran bersumber pada teori behavioristik
Menurut Hartley dan Davies (dalam Sugandi, 2004:10) pembelajaran
dapat menimbulkan perasaan yang baik bila si belajar berpartisipasi secara aktif,
materi disusun dalam bentuk unit-unit kecil dan diorganisir secara sistematis dan
logis, tiap respon si belajar diberi balikan dan disertai penguatan.
2.1.1.3.2 Prinsip Pembelajaran Bersumber pada Teori Kognitif
Reiley dan Lewis (dalam Sugandi, 2004:10) menjelaskan 8 prinsip
pembelajaran yang digali dari teori Bruner dan Ausuble bahwa pembelajaran akan
bermakna bila:
(1) Menekankan akan makna dan pemahaman,
(2) Mempelajari materi tidak hanya proses pengulangan, tapi perlu disertai proses
transfer secara lebih luas,
(3) Menekankan adanya pola hubungan,
(4) Menekankan pembelajaran prinsip dan konsep,
(5) Menekankan struktur disiplin ilmu dan struktur kognitif,
(6) Obyek pembelajaran seperti apa adanya dan tidak disederhanakan dalam
bentuk eksperimen dalam situasi laboratoris,
(7) Menekankan pentingnya bahasa sebagai dasar pikiran dan komunikasi,
18
(8) Perlunya memanfaatkan pengajaran perbaikan yang berakna.
2.1.1.3.3 Prinsip Pembelajaran Bersumber pada Teori Humanistik
Menurut teori Humanistik, belajar bertujuan memanusiakan manusia.
Anak berhasil dalam belajar jika ia dapat mengaktualisasikan dirinya dengan
lingkungan maka pengalaman dan aktivias si belajar merupakan prinsip penting
dalam pembelajaran humanistik.
2.1.1.4. Pengertian Pembelajaran Matematika
Pembelajaran matematika adalah suatu proses atau kegiatan guru mata
pelajaran matematika dalam mengajarkan matematika kepada para peserta
didiknya, yang di dalamnya terkandung upaya guru untuk menciptakan iklim dan
pelayanan terhadap kemampuan, potensi, bakat, minat, dan kebutuhan peserta
didik terhadap matematika yang amat beragam agar terjadi interaksi optimal
antara guru dengan peserta didik dalam mempelajari matematika tersebut
(Suyitno, 2004:2)
Pembelajaran yang efektif menuntut beberapa kemampuan guru sebagai
berikut.
(1) Merancang bahan belajar (stimulus) yang mampu menarik dan memotivasi
peserta didik untuk belajar.
(2) Menggunakan berbagai strategi pembelajaran.
(3) Mengelola kelas agar tertib dan teratur.
(4) Menjadi narasumber, fasilitator, dan motivator yang handal.
(5) Terampil memberikan pertanyaan dan balikan.
(6) Mereview pelajaran bersama peserta didik.
19
2.1.2 Teori-Teori yang Melandasi Pembelajaran Matematika
Berikut ini akan diuraikan teori-teori belajar menurut beberapa ahli adalah
sebagai berikut.
2.1.2.1 Teori Belajar Piaget
Menurut pandangan Piaget (Trianto, 2007:14) perkembangan kognitif
merupakan suatu proses dimana anak secara aktif membangun sistem makna dan
pemahaman realitas melalui pengalaman-pengalaman dan interaksi-interaksi
mereka. Piaget yakin bahwa pengalaman-pengalaman fisik dan manipulasi
lingkungan penting bagi terjadinya perubahan perkembangan. Sementara itu
interaksi sosial dengan teman sebaya, khususnya berargumentasi dan berdiskusi
membantu memperjelas pemikiran yang pada akhirnya memuat pemikiran
menjadi lebih logis.
Piaget (dalam Sugandi, 2004:44) mengemukakan tiga prinsip utama
pembelajaran, yaitu belajar aktif, belajar lewat interaksi social, dan belajar lewat
pengalaman sendiri. Dengan belajar aktif pengetahuan akan terbentuk dari dalam
subjek belajar. Untuk membantu perkembangan kognitif peserta didik, perlu
diciptakan suatu kondisi belajar yang memungkinkan peserta didik belajar sendiri
misalnya dengan melakukan percobaan, mengajukan pertanyaan, dan mencari
jawaban sendiri atau dengan melakukan penemuan.
Jean Piaget (Suherman, 2004:36) menyebutkan bahwa struktur kognitif
sebagai schemata yaitu kumpulan skema-skema. Seorang individu dapat
mengikat, memahami, dan memberikan respon terhadap stimulus disebabkan
20
karena bekerjanya skema ini. Skema ini berkembang secara kronologis, sebagai
interaksi antara individu dengan lingkungannya.
Hubungan teori belajar Piaget dengan penelitian ini ditunjukkan melalui
sebuah pembelajaran yang mengandung muatan konstruktivisme. Peserta didik
diharapkan aktif dalam masyarakat atau belajar berkelompok, khususnya
berargumentasi dan berdiskusi untuk menyelesaikan masalah. Peserta didik dapat
belajar melalui pengalaman sendiri.
2.1.2.2 Teori Belajar Bruner
Teori Bruner disebut pembelajaran penemuan (inkuiri) adalah suatu model
pengajaran yang menekankan pentingnya pemahaman tentang struktur materi (ide
kunci) dari suatu ilmu yang dipelajari, perlunya belajar aktif sebagai dasar dari
pemahaman sebenarnya, dan nilai dari berfikir secara induktif dalam belajar
(pembelajaran yang sebenarnya terjadi melalui penemuan pribadi). Menurut
Bruner (dalam Trianto, 2007:26) belajar akan lebih bermakna bagi siswa jika
mereka memusatkan perhatiannya untuk memahami struktur materi yang
dipelajari. Untuk memperoleh struktur informasi, siswa harus aktif
mengidentifikasi sendiri prinsip-prinsip kunci daripada hanya sekedar menerima
penjelasan guru. Berusaha sendiri untuk mencari pemecahan masalah serta
pengetahuan yang menyertainya dan menghasilkan pengetahuan yang benar-benar
bermakna.
Menurut Bruner (Suherman, 2003:44) menyatakan bahwa dalam proses
belajarnya anak melewati tiga tahap, yaitu sebagai berukut. (a) Tahap enaktif; (b)
tahap ikonik; (c) tahap simbolik. Pada tahap enaktif peserta didik secara langsung
21
terlibat dalam memanipulasi objek. Pada tahap ikonik, kegiatan yang dilakukan
peserta didik berhubungan dengan mental yang merupakan gambaran dari objek-
objek yang dimanipulasi. Peserta didik tidak langsung memanipulasi objek seperti
yang dilakukan anak dalam tahap enaktif. Pada tahap simbolik peserta didik
memanipulasi simbol-simbol atau lambang-lambang objek tertentu. Peserta didik
tidak lagi terikat dengan objek-objek pada tahap sebelumnya tetapi tahap ini
sudah mampu menggunakan notasi tanpa ketergantungan terhadap objek real.
Hubungan teori belajar Bruner pada penelitian ini dengan pembelajaran
TAI ditunjukkan melalui sebuah pembelajaran yang mengandung muatan
menemukan dalam mencari penyelesaian masalah melalui penalaran serta
mengkomunikasikan hasilnya. Peserta didik mampu menalar dan
mengkomunikasikan cara-cara yang tepat dari suatu masalah.
2.1.2.3 Teori Belajar Vygotsky
Menurut Vygotsky (Trianto, 2007:27) bahwa pembelajaran terjadi apabila
anak bekerja atau belajar menangani tugas-tugas yang belum pernah dipelajari
namun tugas-tugas itu masih berada dalam jangkauan kemampuannya atau tugas-
tugas tersebut berada dalam zone of proximal development. Zone of proximal
development adalah perkembangan sedikit di atas perkembangan seseorang saat
ini. Vygotsky yakin bahwa fungsi mental yang lebih tinggi pada umumnya
muncul dalam percakapan atau kerjasama antar individu, sebelum fungsi mental
yang lebih tinggi itu terserap ke dalam individu tersebut. Tugas guru adalah
menyediakan atau mengatur tugas-tugas yang harus dikerjakan peserta didik
sedemikian hingga setiap peserta didik bisa berkembang secara maksimal.
22
Ide penting lain yang diturunkan dari teori Vygotsky adalah scaffolding.
Scaffolding berarti memberikan sejumlah besar bantuan kepada seorang anak
selama tahap-tahap awal pembelajaran kemudian anak tersebut mengambil alih
tanggung jawab yang semakin besar segera setelah ia dapat melakukannya.
Bantuan tersebut dapat berupa petunjuk, peringatan, dorongan, menguraikan
masalah ke dalam langkah-langkah pemecahan, memberikan contoh, ataupun
yang lain sehingga memungkinkan siswa tumbuh mandiri.
Ada dua implikasi utama teori Vygotsky dalam pembelajaran sains.
Pertama, dikehendakinya susunan kelas yang berbentuk pembelajaran kooperatif
antarsiswa, sehingga peserta didik dapat berinteraksi di sekitar tugas-tugas yang
sulit dan saling memunculkan strategi pemecahan masalah yang efektif di dalam
masing-masing zone of proximal development mereka. Kedua, pendekatan
Vygotsky dalam pengajaran menekankan scaffolding sehingga siswa semakin
lama semakin bertanggung jawab terhadap pembelajarannya sendiri (Trianto,
2010:77).
Hubungan teori belajar Vygotsky merupakan bagian kegiatan untuk
pembelajaran TAI melalui bekerja dalam kelompok kecil. Melalui kelompok ini
peserta didik saling berdiskusi bernalar dan berkomunikasi memecahkan masalah
yang diberikan dengan saling bertukar ide dan temuan sehingga dapat
digeneralisasi atau disimpulkan.
2.1.2.4 Teori Belajar Van Hiele
Semua teori belajar yang telah diuraikan adalah teori-teori yang dijadikan
landasan proses belajar mengajar matematika. Pada bagian ini akan disinggung
23
bagaimana teori belajar yang dikemukakan ahli pendidikan, khusus dalam bidang
geometri. Dalam pengajaran geometri terdapat teori belajar yang dikemukakan
oleh Van Hiele (1954), yang menguraikan tahap-tahap perkembangan mental anak
dalam geometri.
Menurut Van Hiele, tiga unsur utama dalam pengajaran geometri yaitu
waktu, materi pengajaran dan metode pengajaran yang diterapkan, jika ditata
secara terpadu akan dapat meningkatkan kemampuan berpikir anak kepada
tingkatan berpikir yang lebih tinggi.
Van Hiele menyatakan bahwa terdapat lima tahap belajar anak dalam
geometri. Tahap-tahap tersebut menjelaskan tentang bagaimana anak berpikir dan
jenis ide-ide geometri apa yang dipikirkan, bukan berapa banyak pengetahuan
yang dimiliki (Suherman, 2003: 51). Tahap-tahap anak belajar geometri yaitu
sebagai berikut.
(1) Tahap Visualisasi
Pada tahap ini anak mulai belajar mengenai suatu bentuk geometri secara
keseluruhan, namun belum mampu mengetahui adanya sifat-sifat dari bentuk
geometri yang dilihatnya itu.
(2) Tahap Analisis
Pada tahap ini anak sudah mulai mengenal sifat-sifat yang dimiliki benda
geometri yang diamatinya. Ia sudah mampu menyebutkan keteraturan yang
terdapat pada benda geometri itu. Dalam tahap ini anak belum mampu
mengetahui hubungan yang terkait antara suatu benda geometri dengan benda
geometri lainnya.
24
(3) Tahap Dedukasi Informal
Pada tahap ini anak sudah mulai mampu melaksanakan penarikan
kesimpulan, yang kita kenal dengan sebutan berpikir deduktif. Namun,
kemampuan ini belum berkembang secara penuh. Satu hal yang perlu
diketahui adalah anak pada tahap ini sudah mulai mampu mengurutkan.
Misalnya anak-anak sudah mampu memahami bahwa kubus adalah balok
juga, dengan keistimewaanya, yaitu bahwa semua sisinya berbentuk
bujursangkar.
(4) Tahap Deduksi
Pada tahap ini anak sudah mampu menarik kesimpulan secara deduktif, yakni
penarikan kesimpulan dari hal-hal yang bersifat umum menuju hal-hal yang
bersifat khusus. Demikian pula ia telah mengerti betapa pentingnya peranan
unsur-unsur yang tidak didefinisikan, disamping unsur-unsur yang
didefinisikan. Misalnya anak sudah mulai memahami dalil.
(5) Tahap Akurasi (Rigor)
Pada tahap ini anak sudah mulai menyadari betapa pentingnya ketepatan dari
prinsip-prinsip dasar yang melandasi suatu pembuktian. Tahap akurasi
merupakan tahap berfikir yang tinggi, rumit dan kompleks. Oleh karena itu
tidak mengherankan jika beberapa anak, meskipun sudah duduk di bangku
sekolah lanjutan atas, masih belum sampai pada tahap berfikir ini.
Dalam penelitian ini, teori Van Hiele berhubungan dengan materi pokok
dalam pembelajaran, yaitu materi dimensi tiga yang merupakan bagian dari ilmu
geometri.
25
2.1.3 Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran kooperatif merupakan salah satu implikasi dari teori
Vygotsky. Pembelajaran kooperatif mencakup suatu kelompok kecil peserta didik
yang bekerja sebagai sebuah tim untuk menyelesaikan sebuah masalah,
menyelesaikan suatu tugas, atau mengerjakan sesuatu untuk mencapai tujuan
bersama lainnya (Suherman, 2003:260). Setiap peserta didik berusaha
memberikan kontribusi pada upaya kelompoknya karena mereka memandang
imbalan yang diterima kelompoknya sama dengan penghargaan pada diri mereka.
Pembelajaran kooperatif dapat membantu peserta didik berinteraksi satu
sama lain, menghasilkan ide-ide, dan membuat kesimpulan melalui diskusi,
seperti yang dinyatakan oleh N. N. Pandey dan Kaushal Kishore (2003:53-54).
Cooperative learning can help students interact with each other, generate alternative ideas and make inferences through discussion. Thus, it provides the ingredients for higher thought processes to occur and sets them to work on realistic and adult-like tasks.
Model pembelajaran kooperatif adalah kegiatan pembelajaran dengan cara
berkelompok untuk bekerja sama saling membantu mengkonstruksi konsep,
menyelesaikan persoalan, atau inkuiri (Suyatno, 2009:51). Bukanlah pembelajaran
kooperatif jika para peserta didik duduk bersama dalam kelompok-kelompok kecil
dan mempersilakan salah seorang diantaranya untuk menyelesaikan seluruh
pekerjaan kelompok. Pembelajaran kooperatif menekankan pada kehadiran teman
sebaya yang berinteraksi dengan sesamanya sebagai sebuah tim dalam
menyelesaikan atau membahas masalah atau tugas. Ada beberapa hal yang perlu
26
dipenuhi dalam pembelajaran kooperatif agar lebih menjamin para peserta didik
bekerja secara kooperatif, hal-hal tersebut meliputi:
(1) Para peserta didik yang tergabung dalam suatu kelompok harus merasa bahwa
mereka adalah bagian dari suatu tim dan mempunyai tujuan bersama yang
harus dicapai.
(2) Para peserta didik yang tergabung dalam sebuah kelompok harus menyadari
bahwa masalah yang mereka hadapi adalah masalah kelompok dan bahwa
berhasil atau tidaknya kelompok itu akan menjadi tanggung jawab bersama
oleh seluruh anggota kelompok itu.
(3) Untuk mencapai hasil yang maksimum, para peserta didik yang tergabung
dalam kelompok itu harus berbicara satu sama lain dalam mendiskusikan
masalah yang dihadapinya. Akhirnya para peserta didik yang tergabung
dalam suatu kelompok harus menyadari bahwa setiap pekerjaan peserta didik
mempunyai akibat langsung pada keberhasilan kelompoknya.
Dari definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif
adalah kerja kelompok yang terorganisasi dan terkelola dimana peserta didik
bekerja secara kooperatif dalam kelompok kecil untuk mencapai tujuan-tujuan
(1) untuk memuntaskan materi belajarnya, siswa belajar dalam kelompok secara bekerja sama
(2) kelompok dibentuk dari siswa yang memiliki kemampuan tinggi, sedang dan rendah
27
(3) jika dalam kelas terdapat siswa-siswa yang heterogen ras, suku, budaya, dan jenis kelamin, maka diupayakan agar tiap kelompok terdapat keheterogenan tersebut.
(4) penghargaan lebih diutamakan pada kerja kelompok daripada perorangan.
2.1.4 TAI (Team Assisted Individualization)
Pembelajaran kooperatif tipe TAI ini dikembangkan oleh Slavin. Tipe ini
mengkombinasikan keunggulan pembelajaran kooperatif dan pembelajaran
individual.
TAI merupakan upaya untuk merancang suatu bentuk intruksi individual
yang dapat memecahkan masalah dengan cara peserta didik bekerja dalam tim
pembelajaran kooperatif dan bertanggung jawab atas manajemen dan pengecekan
rutin, untuk membantu menyelesaikan masalah satu sama lain, dan untuk
mendorong satu sama lain mencapai tujuan, seperti yang dinyatakan oleh Slavin
(2009:98).
TAI math began as an attempt to design a form of individualized instruction that would solve the problems that had made earlier individualized programs ineffective. By having students work in cooperative learning teams and take responsibility for routine management and checking, for helping one another with problems, and for encouraging one another to achieve, teachers can free themselves to provide direct instruction to small homogeneous groups of students drawn from the heterogenous teams. The instructional focus is on the concepts behind the algorithms students are learning in their individualized work. This arrangement provides for the direct instruction lacking in most individualized methods.
Tipe ini dirancang untuk mengatasi kesulitan belajar peserta didik secara
individual. Oleh karena itu kegiatan pembelajarannya lebih banyak digunakan
untuk penalaran dan komunikasi, ciri khas pada tipe TAI ini adalah setiap peserta
didik secara individual belajar materi pembelajaran yang sudah dipersiapkan oleh
28
guru. Hasil belajar individual dibawa ke kelompok-kelompok untuk didiskusikan
dan saling dibahas oleh anggota kelompok, dan semua anggota kelompok
bertanggung jawab atas keseluruhan jawaban sebagai tanggung jawab bersama.
Model pembelajaran tipe TAI ini memiliki 8 komponen, kedelapan
komponen tersebut adalah sebagai berikut.
(1) Teams yaitu pembentukan kelompok heterogen yang terdiri dari 4 sampai 5
peserta didik.
(2) Placement Test yaitu pemberian pre-test kepada peserta didik atau melihat
rata-rata nilai harian peserta didik agar guru mengetahui kelemahan peserta
didik pada bidang tertentu.
(3) Student Creative yaitu melaksanakan tugas dalam suatu kelompok dengan
menciptakan dimana keberhasilan individu ditentukan oleh keberhasilan
kelompoknya.
(4) Team Study yaitu tahapan tindakan belajar yang harus dilaksanakan oleh
kelompok dan guru memberikan bantuan secara individual kepada peserta
didik yang membutuhkan.
(5) Team Score and Team Recognition yaitu pemberian score terhadap hasil kerja
kelompok dan memberikan kriteria penghargaan terhadap kelompok yang
berhasil secara cemerlang dan kelompok yang dipandang kurang berhasil
dalam menyelesaikan tugas.
(6) Teaching Group yaitu pemberian materi secara singkat dari guru menjelang
pemberian tugas kelompok.
29
(7) Fact test yaitu pelaksanaan tes-tes kecil berdasarkan fakta yang diperoleh
peserta didik.
(8) Whole-Class Units yaitu pemberian materi oleh guru kembali diakhiri waktu
pembelajaran dengan strategi penalaran dan komunikasi (Suyitno, 2004: 8).
Adapun tahap-tahap dalam model pembelajaran TAI adalah sebagai
berikut.
(1) Guru menyiapkan materi bahan ajar yang akan diselesaikan oleh kelompok
peserta didik.
(2) Guru memberikan pre-test kepada peserta didik atau melihat rata-rata nilai
harian peserta didik agar guru mengetahui kelemahan peserta didik pada
bidang tertentu. (Mengadopsi komponen Placement Test).
(3) Guru memberikan materi secara singkat. (Mengadopsi komponen Teaching
Group).
(4) Guru membentuk kelompok kecil yang heterogen tetapi harmonis
berdasarkan nilai ulangan harian peserta didik, setiap kelompok 4-5 peserta
didik. (Mengadopsi komponen Teams).
(5) Setiap kelompok mengerjakan tugas dari guru berupa LKS (Lembar Kerja
Siswa) yang telah dirancang sendiri sebelumnya, dan guru memberikan
bantuan secara individual bagi yang memerlukannya. (Mengadopsi
komponen Team Study).
(6) Ketua kelompok melaporkan keberhasilan kelompoknya dengan
mempresentasikan hasil kerjanya dan siap untuk diberi ulangan oleh guru.
(Mengadopsi komponen Student Creative).
30
(7) Guru memberikan post-test untuk dikerjakan secara individu. (Mengadopsi
komponen Fact Test).
(8) Guru menetapkan kelompok terbaik sampai kelompok yang kurang berhasil
(jika ada) berdasarkan hasil koreksi. (Mengadopsi komponen Team Score and
Team Recognition).
(9) Guru memberikan tes formatif sesuai dengan kompetensi yang ditentukan.
2.1.5 Kartu Masalah
Kartu masalah merupakan media pembelajaran atau perlengkapan yang
termasuk dalam media grafis atau visual. Ide-ide matematika dapat dipelajari
peserta didik melalui instruksi-instruksi, pertanyaan-pertanyaan, dan latihan yang
ditulis pada kartu masalah. Melalui kartu masalah, peserta didik akan menyerap
konsep-konsep matematika dan menyelesaikan masalah-masalah (Djamarah,
2006:142). Dengan demikian peserta didik akan mampu mengembangkan
keterampilan berpikir untuk menyelesaikan masalah.
Menurut Hudojo (2005: 90-91) cara menyusun kartu masalah harus
memenuhi kriteria berikut.
(1) Konsep matematika/generalisasi merupakan tujuan.
(2) Materi harus diarahkan ke menemukan konsep/generalisasi.
(3) Materi harus menarik.
(4) Petunjuk yang ditulis di kartu harus jelas.
(5) Tampilan kartu harus menarik, mengutamakan bentuk, dan warna.
Menurut Hudojo (2005:92) keunggulan penggunaan kartu masalah adalah
sebagai berikut.
31
(1) Peserta didik akan gemar menyelesaikan masalah-masalah yang didasarkan
pada pengalamannya sendiri karena dituntut mengerjakan menurut
kemampuannya.
(2) Prinsip psikologi terpenuhi yaitu konsep generalisasi berjalan dari hal konkret
ke abstrak.
(3) Peserta didik dapat menemukan konsep sehingga memungkinkan untuk
mentransfer ke masalah lainnya yang relevan.
(4) Meningkatkan aktivitas peserta didik karena memungkinkan saling
bekerjasama dalam arti pertukaran ide.
2.1.6 Model pembelajaran konvensional
Pendidikan yang berorientasi pada guru adalah pendidikan yang
konvensional, yang hampir seluruh kegiatan pembelajaran dikendalikan oleh guru.
Keuntungan model pembelajaran konvensional adalah memudahkan untuk
mengefisienkan akomodasi dan sumber-sumber peralatan dan mempermudah
penggunaan jadwal yang efektif. Dalam penelitian ini digunakan model
pembelajaran konvensional.
Pembelajaran konvensional adalah cara penyampaian pelajaran dari
seorang guru kepada peserta didik di dalam kelas dengan cara berbicara diawal
tidak hanya mendengar dan membuat catatan guru bersama peserta didik berlatih
menyelesaikan soal latihan dan peserta didik bertanya kalau belum mengerti.
Guru dapat memeriksa pekerjaan peserta didik secara individual, menjelaskan lagi
kepada peserta didik secara individual atau klasikal. Peserta didik mengerjakan
32
latihan sendiri/ dapat bertanya temanya atau diminta guru untuk mengerjakan di
papan tulis. Meskipun dalam hal terpusatnya kegiatan pembelajaran masih kepada
guru, tetapi dominasi guru sudah banyak berkurang.
2.1.7 Kemampuan Penalaran dan komunikasi
Dalam Suharta (2003:148) menyebutkan bahwa penalaran dan komunikasi
merupakan dua hal yang sangat berkaitan. Peserta didik yang mempunyai
penalaran tinggi cenderung dapat mengkomunikasikan idenya dengan baik.
Penalaran dan komunikasi sangat esensial dalam matematika dan kehidupan
sehari-hari.
Penalaran (reasoning) adalah suatu proses atau aktivitas berpikir untuk
menarik kesimpulan atau membuat pernyataan baru yang benar berdasarkan pada
pernyataan yang telah dibuktikan (diasumsikan) kebenarannya. Materi
matematika dan penalaran matematika merupakan dua hal yang tidak dapat
dipisahkan, yaitu materi matematika dipahami melalui penalaran, dan penalaran
dipahami dan dilatihkan melalui belajar matematika.
Ada dua cara untuk menarik kesimpulan yaitu secara induktif dan
deduktif, sehingga dikenal dengan istilah penalaran induktif dan penalaran
deduktif. Penalaran induktif merupakan proses berpikir untuk menarik kesimpulan
tentang hal umum yang berpijak pada hal khusus. Penalaran deduktif merupakan
proses berpikir untuk menarik kesimpulan tentang hal khusus yang berpijak pada
hal umum atau hal yang sebelumnya telah dibuktikan (diasumsikan)
kebenarannya. Peserta didik dikatakan mempunyai penalaran baik dalam
matematika bila peserta didik mampu memberikan alasan induktif dan deduktif
33
sederhana. Kemampuan penalaran adalah kemampuan yang menunjuk pada
proses berpikir dalam rangka mengambil keputusan atau kesimpulan menurut
aturan tertentu.
Cockroft dalam Shadiq (2009: 6) menyatakan bahwa: “We believe that all
these perceptions of the usefulness of mathematics arise from the fact that
mathematics provides a means of communication which is powerful, concise, and
unambiguous.” Pernyataan ini menunjukkan tentang perlunya peserta didik
belajar matematika dengan alasan matematika merupakan alat komunikasi yang
sangat kuat, teliti, dan tidak membingungkan. Komunikasi matematika merupakan
suatu peristiwa pengalihan pesan matematika baik secara verbal maupun tertulis.
Ketika peserta didik memecahkan masalah dan melakukan penalaran terhadap
suatu ide, maka perlu mengkomunikasikan hasilnya kepada guru atau peserta
didik lainnya secara verbal maupun tertulis. Di kelas peserta didik perlu
berkomunikasi untuk belajar matematika dan belajar untuk berkomunikasi secara
matematik.
Salah satu isi Peraturan Dirjen Dikdasmen No. 506/C/PP/2004 dalam Tim
PPPG Matematika Yogyakarta menyebutkan bahwa penalaran dan komunikasi
merupakan kompetensi yang ditunjukkan peserta didik dalam melakukan
penalaran dan mengkomunikasikan gagasan matematika. Indikator pencapaian
penilaian penalaran dan komunikasi antara lain adalah (1) Menyajikan pernyataan
matematika secara lisan, tertulis, gambar dan diagram, (2) Mengajukan dugaan
(conjectures), (3) Melakukan manipulasi matematika, (4) Menarik kesimpulan,
menyusun bukti, memberikan alasan atau bukti terhadap beberapa solusi, (5)
34
Menarik kesimpulan dari pernyataan, (6) Memeriksa kesahihan suatu argumen,
(7) Menemukan pola atau sifat gejala sistematis untuk membuat generalisasi.
Penilaian kemampuan penalaran dan komunikasi peserta didik dapat dilakukan
saat peserta didik sedang belajar memahami konsep-konsep matematika atau saat
peserta didik memecahkan masalah.
2.1.8 Tinjauan Materi
Pokok Bahasan dalam penelitian ini adalah dimensi tiga. Dimensi tiga
dalam pembelajaran matematika adalah materi yang mempelajari keruangan atau
benda yang memiliki ruang atau yang biasa disebut dengan bangun ruang. Materi
dimensi tiga yang digunakan dalam penelitian ini adalah materi jarak pada ruang
dimensi tiga yang meliputi: jarak antara dua titik, jarak antara titik dan garis, jarak
antara titik dan bidang, jarak antara dua garis, jarak antara garis dan bidang, dan
jarak antara dua bidang.
Untuk dapat menentukan jarak perlu dikuasai berbagai hal sebagai
prasyarat. Selain algoritma dalam aritmetika dan aljabar dasar, kompetensi dalam
geometri dasar dan dasar-dasar geometri ruang yang diperlukan untuk menguasai
persoalan jarak adalah kompetensi dalam
(1) menggunakan sifat-sifat khusus yang berlaku dalam bangun-bangun datar
tertentu;
(2) menentukan hubungan kedudukan antara titik, garis, dan bidang;
(3) menentukan proyeksi sebuah titik pada sebuah garis;
(4) menentukan proyeksi sebuah titik pada sebuah bidang;
(5) menentukan proyeksi garis pada sebuah bidang;
35
(6) menggunakan syarat garis tegak lurus bidang dan implikasi dari garis tegak
lurus bidang; dan
(7) menggunakan teorema Phytagoras dan teorema-teorema jarak termasuk rumus
dalam trigonometri.
2.1.9.1 Garis Tegak Lurus pada Bidang
Gambar 2.1 Teorema Garis Tegak Lurus Bidang
Gambar 2.2 Syarat Garis Tegak Lurus Bidang
Syarat garis k � bidang α :
1. Ada dua buah garis yang
terletak pada bidang α (misal
garis m dan l)
2. Dua garis tersebut saling
berpotongan
3. Masing-masing garis tegak
lurus dengan garis k ( m� k dan
l � k )
Teorema: sebuah garis tegak
lurus pada sebuah bidang jika
garis itu tegak lurus pada dua
buah garis berpotongan dan
terletak pada bidang itu.
α
b c
α l
k
m
36
Kesimpulan-kesimpulan Hal Garis Tegak Lurus pada Bidang
Teorema: Jika garis h tegak lurus pada bidang α maka garis h tegak lurus dengan
semua garis yang terletak pada bidang α.
Akibat:
1. Untuk membuktikan garis tegak lurus garis diusahakan salah satu garis itu
tegak lurus pada bidang yang mengandung garis lain.
2. Untuk melukiskan garis tegak lurus garis kita pertama-tama melukis bidang
tegak lurus yang diketahui.
Teorema: Jika garis h tegak lurus pada bidang α maka semua bidang yang
melalui garis h tegak lurus pada bidang α.
Akibat:
1. Untuk membuktikan bidang tegak lurus bidang, dicari sebuah garis dalam
salah satu bidang itu yang tegak lurus pada bidang yang lain.
2. Untuk melukis bidang tegak lurus bidang, kita pertama-tama melukis garis
tegak lurus bidang yang diketahui.
2.1.9.2 Proyeksi pada Bangun Ruang
a. Proyeksi titik pada garis
Gambar 2.3 Proyeksi Titik pada Garis
Titik A diproyeksikan pada garis g yakni titik A’.
A
A’ g
37
Titik A’ adalah proyeksi titik A pada garis g.
b. Proyeksi garis pada garis
Gambar 2.4 Proyeksi Garis pada Garis
���������� adalah proyeksi ������ pada garis g.
c. Proyeksi titik pada bidang
Gambar 2.5 Proyeksi Titik pada Bidang
Proyeksi titik A pada bidang α adalah titik tembus garis yang tegak lurus dari A
pada bidang α (Titik A’ adalah hasil proyeksi titik A).
A’= proyeksi A pada bidang α
α = bidang proyeksi
d. Proyeksi garis pada bidang
• A’ α
A •
g A’ B’
A B
38
1. Jika garis sejajar bidang
Gambar 2.6 Proyeksi Garis pada Bidang Jika Garis Sejajar Bidang
���������� merupakan proyeksi ������ pada bidang α.
2. Jika garis tegak lurus bidang
Gambar 2.7 Proyeksi Garis pada Bidang Jika Garis tegak lurus Bidang
Sebuah garis tegak lurus pada sebuah bidang jika garis itu tegak lurus pada dua
buah garis yang berpotongan yang terletak pada bidang itu (Kusni, 2003:4).
3. Jika garis memotong bidang
Gambar 2.8 Proyeksi Garis pada Bidang Jika Garis memotong bidang
α
• A’ • B’
• A • B
V l m
k
T
B α
A
A’
39
������ memotong bidang α di B. Proyeksi ������ pada bidang α adalah ��������.
2.1.9.3 Jarak Pada Bangun Ruang
(1) Jarak Titik ke Titik
Menentukan jarak titik A ke titik B dalam suatu ruang dengan cara
menghubungkan titik A dan titik B dengan ruas garis AB. Panjang ruas garis AB
adalah jarak titik A ke titik B.
Gambar 2.9 Jarak Titik ke Titik
(2) Jarak Titik ke Garis
Jarak titik ke suatu garis ada jika titik tersebut terletak di luar garis. Jarak
antara titik A dan garis g adalah panjang ruas garis yang ditarik dari titik A yang
memotong garis g di titik P dan tegak lurus terhadap garis g. Jarak antara titik A
dengan garis g adalah ruas garis AP. Langkah-langkah menentukan jarak titik
� ke garis g (titik � berada diluar garis g) adalah sebagai berikut.
a) Buat bidang α yang melalui titik A dan garis g.
b) Pada bidang α, buatlah garis AP yang tegak lurus dengan garis g.
c) Ruas garis AP= jarak titik A ke garis g.
Gambar 2.10 Jarak Titik ke Garis
�
� � �
�
� g
�
α
40
(3) Jarak Titik ke Bidang
Jarak titik ke suatu bidang ada jika titik tersebut terletak di luar bidang.
Jarak antara titik A ke bidang α adalah panjang garis tegak lurus dari titik A ke
bidang α. Langkah-langkah menentukan jarak titik � ke bidang � (titik � berada
diluar bidang �) adalah sebagai berikut.
a) Buat garis g melalui titik � dan tegak lurus bidang �.
b) Garis g menembus bidang � di titik �.
c) Ruas garis �� � jarak titik � ke bidang �.
Gambar 2.11 Jarak Titik ke Bidang
(4) Jarak garis dan bidang yang sejajar
Jarak antara garis dan bidang yang saling sejajar adalah panjang ruas garis
yang masing-masing tegak lurus terhadap garis dan bidang tersebut. Jarak antara
garis g dan bidang � yang sejajar dapat digambarkan sebagai berikut.
(1) Mengambil sebarang titik O pada garis g.
(2) Membuat garis l yang melalui titik O dan tegak lurus bidang �.
(3) Garis l memotong atau menebus bidang � di titik P.
(4) Panjang ruas garis OP = jarak antara garis g dan bidang � yang sejajar.
�
�
�
�
g
41
Gambar 2.12 Jarak Garis dan Bidang yang Sejajar
(5) Jarak dua bidang sejajar
Jarak antara dua bidang yang sejajar adalah panjang ruas garis yang tegak
lurus terhadap dua bidang tersebut. Jarak antara bidang � dan bidang � yang
sejajar dapat digambarkan sebagai berikut.
(1) Mengambil sebarang titik P pada bidang �.
(2) Membuat garis k yang melalui titik P dan tegak lurus bidang �.
(3) Garis k menembus bidang � di titik Q.
(4) Panjang ruas garis PQ = Jarak antara bidang � dan bidang � yang sejajar.
Gambar 2.13 Jarak Dua Bidang Sejajar
Wirodikromo(2007:286-294)
�
O g
P
k
�
�
�
P
Q
k
P
Q
k
42
(6) Jarak dua garis sejajar
Jarak antara dua garis sejajar adalah panjang ruas garis yang tegak lurus
terhadap kedua garis tersebut. Jarak antara dua garis sejajar (misal garis g dan
garis h) dapat digambarkan sebagai berikut.
(1) Membuat bidang � yang melalui garis g dan garis h (Teorema 4).
(2) Membuat garis l yang memotong tegak lurus terhadap garis g dan garis h,
misal titik potongnya berturut-turut A dan B.
(3) Ruas garis AB = jarak antara garis g dan garis h yang sejajar.
Gambar 2.14 Jarak Dua Garis Sejajar
(7) Jarak Dua Garis Bersilangan
Jarak antara dua garis bersilangan adalah panjang ruas garis tegak lurus
persekutuan dari kedua garis bersilangan tersebut. Jarak antara garis g dan h yang
bersilangan sama dengan:
(1) Jarak antara garis g dan bidang � yang melalui garis h dan sejajar dengan
garis g.
(2) Jarak antara bidang-bidang � dan � yang sejajar sedangkan � melalui a dan �
melalui b.
Jarak antara dua garis yang bersilangan (misal garis g dan garis h) dapat
digambarkan dengan dua cara sebagai berikut.
� �
� l
g
h
α
43
Cara I
(1) Membuat sebarang garis g’ // g yang memotong garis h.
(2) Karena garis g’ berpotongan dengan garis h sehingga dapat dibuat sebuah
bidang misal bidang �.
(3) Mengambil sebarang titik pada garis g, misal titik P.
(4) Melalui titik P dibuat garis tegak lurus bidang � sehingga menembus bidang
� di titik P’.
(5) Melalui titik P’ dibuat garis sejajar garis g’ sehingga memotong garis h di
titik Q.
(6) Melalui titik Q dibuat garis sejajar PP’ sehingga memotong garis g di titik Q’.
(7) Panjang ruas garis QQ’ merupakan jarak antara garis g dan h yang
bersilangan.
Cara II
(1) Membuat garis g’ yang sejajar g dan memotong garis h.
(2) Membuat garis h’ yang sejajar h dan memotong garis g.
Gambar 2.15 Jarak Dua Garis Bersilangan Cara I
g Q’
�
h
g’
P
P’ Q
44
(3) Karena garis g’ dan garis h berpotongan sehingga dapat dibuat sebuah bidang,
misal bidang α.
(4) Karena garis h’ dan garis g berpotongan sehingga dapat dibuat sebuah bidang,
misal bidang β.
(5) Mengambil sebarang titik pada garis g, misal titik S.
(6) Melalui titik S dibuat garis tegak lurus bidang α sehingga menembus bidang α
di titik S’.
(7) Melalui titik S’ dibuat garis sejajar g’ sehingga memotong garis h di titik T.
(8) Melalui titik T dibuat garis sejajar SS’ sehingga memotong garis g di titik T’.
(9) Panjang ruas garis TT’ adalah jarak antara garis g dan h yang bersilangan.
2.2 KERANGKA BERPIKIR
Dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan diperlukan adanya proses
belajar mengajar yang optimal dimana peserta didik terlibat aktif sehingga
diperoleh hasil belajar yang optimal pula. Tahun 2006 adalah sebuah babak baru
Gambar 2.16 Jarak Dua Garis Bersilangan Cara II
g
h’
g’
h
S
T
T’
S’
�
�
45
dalam perjalanan panjang pendidikan di Indonesia. Dimana dunia pendidikan
mengalami reformasi besar-besaran dengan diberlakukannya KTSP (Kurikulum
Tingkat Satuan Pendidikan) yang memberikan otonomi dan kewenangan yang
begitu besar kepada sekolah sebagai lembaga penyelenggara pendidikan, ujung
tombak sistem pendidikan. Matematika adalah salah satu mata pelajaran yang
diajarkan di sekolah baik sekolah dasar maupun sekolah menengah yang dinilai
memegang peranan penting dalam membentuk peserta didik menjadi berkualitas.
Pembelajaran matematika yang berlangsung di sekolah saat ini masih
banyak didominasi oleh guru, dimana guru sebagai sumber utama pengetahuan,
cenderung text book dan kurang terkait dengan pengalaman peserta didik.
Akibatnya, peserta didik pasif dalam pembelajaran dan terkesan membosankan.
Kecakapan atau kemahiran dalam pembelajaran matematika mencakup aspek (a)
pemahaman konsep, (b) penalaran dan komunikasi, (c) pemecahan masalah.
Penalaran dan komunikasi harus dimiliki peserta didik guna memperoleh
hasil pembelajaran yang optimal, karena dengan adanya kekurangan tersebut
proses pembelajaran lebih lanjut akan terganggu. Hal ini dapat dilihat dari tahapan
berikut yaitu pemecahan masalah yang tentunya membutuhkan kemahiran dalam
penalaran dan komunikasi terlebih dahulu.
Untuk menciptakan suasana belajar yang aktif dapat dilakukan dengan
model pembelajaran kooperatif tipe Team Assisted Individualization. TAI
mengkombinasikan keunggulan pembelajaran kooperatif dan pembelajaran
individual. Tipe ini dirancang untuk mengatasi kesulitan belajar peserta didik
secara individual. Oleh karena itu kegiatan pembelajarannya lebih banyak
46
digunakan untuk mencoba meningkatkan penalaran dan komunikasi. Dalam
pembelajaran dengan menggunakan TAI ini, setiap peserta didik secara individual
belajar materi pembelajaran yang sudah dipersiapkan oleh guru. Hasil belajar
individual dibawa ke kelompok-kelompok untuk didiskusikan dan saling dibahas
oleh anggota kelompok, dan semua anggota kelompok bertanggung jawab atas
keseluruhan jawaban sebagai tanggung jawab bersama. Guru memberikan
bantuan secara individual bagi peserta didik yang memerlukannya.
TAI mencoba meningkatkan kemampuan penalaran dan komunikasi
peserta didik dengan mengoptimalkan sarana pendukung untuk menciptakan
loncatan dalam belajar. Dengan diterapkannya TAI berbantuan kartu masalah ini
diharapkan dapat membantu peserta didik mengatasi masalah matematika
sehingga kemampuan penalaran dan komunikasi matematika peserta didik
berkembang dan hasil belajar yang diperolah dapat meningkat serta mancapai
ketuntasan belajar yang ditetapkan sekolah. Selain itu peserta didik juga berlatih
untuk bekerjasama dengan peserta didik lain dalam menyelesaikan masalah atau
tugas-tugas yang menjadi tujuan bersama. Berdasarkan uraian di atas, dapat dibuat
skema kerangka berpikir sebagai berikut:
47
2.3 HIPOTESIS PENELITIAN
Berdasarkan kerangka berpikir di atas, dirumuskan hipotesis dalam
penelitian ini adalah
(1) Hasil belajar kemampuan penalaran dan komunikasi matematika dengan
model pembelajaran TAI berbantuan kartu masalah pada pokok bahasan
dimensi tiga dapat memenuhi standar ketuntasan minimal yang telah
Kartu Masalah
Masalah: 1. Pembelajaran matematika yang berlangsung
di sekolah saat ini masih banyak didominasi oleh guru.
2. Peserta didik pasif dalam pembelajaran dan terkesan membosankan.
3. Kemampuan penalaran dan komunikasi peserta didik pada materi pokok dimensi tiga kurang.
Pembelajaran dengan menggunakan Team Assisted Individualization. +
Hasil: 1. Pembelajaran lebih menarik sehingga
peserta didik antusias dalam mengikuti kegiatan belajar mangajar.
2. Kemampuan penalaran dan komunikasi peserta didik pada materi dimensi tiga dapat meningkat dan mencapai ketuntasan belajar yang ditetapkan oleh sekolah.
48
ditetapkan oleh sekolah yaitu 75% peserta didik dapat mencapai nilai minimal
70.
(2) Rata-rata kemampuan penalaran dan komunikasi matematika dengan model
pembelajaran TAI berbantuan kartu masalah lebih baik dibanding dengan
rata-rata kemampuan penalaran dan komunikasi matematika peserta didik
dengan menggunakan model pembelajaran konvensional pada pokok bahasan
dimensi tiga.
49
BAB 3
METODE PENELITIAN
3.1. Populasi dan Sampel
3.1.1 Populasi
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek yang
mempunyai karakteristik tertentu yang diterapkan peneliti untuk mempelajari dan
menarik kesimpulan (Sugiyono, 2007:61). Populasi penelitian ini adalah semua
peserta didik kelas X SMA Negeri 1 Comal tahun ajaran 2010/ 2011 sebanyak
366 peserta didik yang terdiri dari 9 yakni kelas X-1, kelas X-2, kelas X-3, kelas
X-4, kelas X-5, kelas X-6, kelas X-7, kelas X-8, dan kelas X-9.
Seluruh siswa kelas X SMA Negeri 1 Comal dipandang sebagai satu
kesatuan populasi dengan alasan:
(1) Kesembilan kelas yang menjadi populasi dalam penelitian ini mendapat
jumlah jam pelajaran yang sama, fasilitas yang sama sehingga dapat
dikatakan populasi tersebut mempunyai kondisi yang relatif sama.
(2) Materi yang diajarkan untuk masing-masing kelas dalam populasi tersebut
mempunyai alokasi waktu yang sama.
3.1.2 Sampel
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh
populasi (Sugiyono, 2007:62). Pengambilan sampel dari populasi yang ada dalam
50
penelitian ini menggunakan cluster random sampling. Cluster random sampling
dalam penelitian ini dilakukan dengan cara undian.
Pengambilan dilakukan dengan cara undian karena keadaan dari masing-
masing kelas relatif sama. Asumsi tersebut didasarkan pada alasan:
(1) Peserta didik mendapatkan materi pada kurikulum yang sama.
(2) Peserta didik yang menjadi objek penelitian duduk pada tingkat kelas yang
sama.
(3) Pembagian kelas tidak berdasarkan rangking.
Dengan menggunakan teknik Cluster random sampling diperoleh peserta
didik dari dua kelas sebagai kelas sampel, yaitu kelas X-7 sebanyak 40 siswa
sebagai kelas kontrol dan kelas X-8 sebanyak 42 siswa sebagai kelas eksperimen,
sedangkan untuk kelas uji coba diambil satu kelas yaitu kelas X-5 sebanyak 40
siswa.
3.2. Variabel Penelitian
Variabel penelitian adalah obyek penelitian atau apa yang menjadi titik
perhatian suatu penelitian (Arikunto, 2006:118). Sesuai dengan permasalahan
yang telah dirumuskan, maka variabel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
3.2.1 Variabel bebas
Variabel bebas (independent variable) adalah variabel yang mempengaruhi
terhadap gejala yang disebut dengan variabel X (Arikunto, 2006:121). Dalam
penelitian ini yang menjadi variabel bebas adalah penggunaan model
pembelajaran kooperatif tipe Team Assisted Individualization berbantuan kartu
masalah.
51
3.2.2 Variabel terikat
Variabel terikat (dependent variable) adalah variabel yang dipengaruhi oleh
variabel bebas yang disebut dengan variabel Y (Arikunto, 2006:121). Dalam
penelitian ini yang menjadi variabel terikat adalah kemampuan penalaran dan
komunikasi peserta didik pada materi pokok dimensi tiga.
3.3. Metode Pengumpulan Data
3.3.1 Metode Dokumentasi
Dokumentasi, dari asal katanya dokumen, yang artinya barang-barang
tertulis. Di dalam melaksanakan metode dokumentasi, peneliti menyelidiki
benda-benda tertulis seperti buku-buku, majalah, dokumen, peraturan-peraturan,
notulen rapat, catatan harian, dan sebagainya (Arikunto, 2006:158). Metode ini
dilakukan untuk memperoleh data nilai mid matematika semester genap peserta
didik kelas X. Nilai tersebut digunakan untuk mengetahui homogenitas populasi.
3.3.2 Metode Tes
Metode pengumpulan data yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah
metode tes. Tes adalah serentetan pertanyaan atau latihan serta alat lain yang
digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan intelegensi, kemampuan
atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok (Arikunto, 2006:150).
Metode tes ini digunakan untuk mengambil data nilai tes pada kelas sampel yang
sebelumnya telah diujicobakan pada peserta didik kelas uji coba. Data ini
digunakan untuk menjawab hipotesis penelitian.
52
3.4. Rancangan Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian eksperimen. Rancangan
penelitian yang digunakan pada penelitian ini disajikan sebagai berikut.
Tabel 3.1 Rancangan Penelitian
Kelompok Perlakuan Tes
Eksperimen Pembelajaran kooperatif tipe TAI berbantuan kartu masalah.
Tes
Kontrol Pembelajaran konvensional. Tes
Adapun rancangan yang ada dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.
(1) Menentukan populasi penelitian.
(2) Penentuan sampel penelitian dengan menggunakan teknik cluster random
sampling.
(3) Setelah ditentukan sampel penelitian, kemudian untuk mengetahui apakah
sampel penelitian berangkat dari titik tolak yang sama maka perlu diadakan
uji normalitas data awal, uji homogenitas data awal, dan uji kesamaan dua
rata-rata tahap awal. Data yang digunakan dalam analisis ini adalah data
nilai mid semester II peserta didik kelas eksperimen dan kelas kontrol.
(4) Menentukan langkah-langkah model pembelajaran kooperatif tipe TAI dan
model pembelajaran konvensional yang dituangkan dalam Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).
(5) Melaksanakan model pembelajaran kooperatif tipe TAI berbantuan kartu
masalah pada kelas eksperimen dan melaksanakan pembelajaran
konvensional pada kelas kontrol.
53
(6) Menyusun kisi-kisi tes dan menyusun instrumen uji coba berdasarkan kisi-
kisi yang ada.
(7) Instrumen uji coba diujikan pada kelas uji coba (kelas diluar kelas
eksperimen dan kelas kontrol) yang sebelumnya telah diajarkan materi
dimensi tiga, dimana instrumen tersebut akan diujikan sebagai tes
kemampuan penalaran dan komunikasi matematika pada kelas yang
diberikan perlakuan model pembelajaran kooperatif tipe TAI dan model
pembelajaran konvensional. Data hasil uji coba instrumen pada kelas uji
coba dianalisis untuk mengetahui validitas, reliabilitas, tingkat kesukaran,
dan daya pembeda.
(8) Soal-soal yang memenuhi syarat, kemudian dijadikan soal tes kemampuan
penalaran dan komunikasi matematika pada kelas yang diberikan perlakuan
pembelajaran TAI dan pembelajaran konvensional.
(9) Melaksanakan tes penalaran dan komunikasi pada kelas kontrol dan kelas
eksperimen.
(10) Menganalisis data tes kemampuan penalaran dan komunikasi yang diambil
pada kelas eksperimen dan kelas kontrol, untuk kemudian dibandingkan.
(11) Menyusun hasil penelitian.
3.5. Instrumen Penelitian
3.5.1 Materi dan Bentuk Tes
Materi yang digunakan untuk menyusun instrumen tes ini adalah materi
yang diujikan. Dalam penelitian ini materi yang akan diujikan adalah materi
dimensi tiga. Bentuk instrumen tes yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes
54
kemampuan penalaran dan komunikasi. Tes ini digunakan untuk mengukur
kemampuan peserta didik dalam penalaran dan komunikasi matematika. Tes ini
berupa tes tertulis yang berbentuk uraian.
3.5.2 Penyusunan Perangkat Tes
(1) Membatasi materi yang akan diujikan, yaitu pada materi pokok dimensi tiga
kelas X SMA semester 2 yang meliputi jarak dalam ruang dimensi tiga.
(2) Menentukan tujuan pengadaan tes.
(3) Menentukan alokasi waktu yang disediakan untuk tes, yaitu 90 menit (2 jam
pelajaran).
(4) Menentukan jumlah butir soal, yaitu 10 soal uraian.
(5) Menentukan tipe soal, yaitu soal uraian.
(6) Menentukan kisi-kisi soal.
(7) Menulis petunjuk pengerjaan soal, kunci jawaban, dan pedoman pemberian
skor.
(8) Menulis butir soal.
(9) Melaksanakan tes uji coba, dan menganalisis hasil tes uji coba dalam hal
validitas, reliabilitas, daya beda, dan tingkat kesukaran.
(10) Memilih item soal yang telah teruji berdasarkan analisis yang telah
dilakukan.
3.5.3 Analisis Instrumen Penelitian
Setelah tes disusun, kemudian diujicobakan untuk dianalisis tingkat
kevalidan, reliabilitas, tingkat kesukaran, dan daya beda soal.
55
3.5.3.1 Analisis Validitas
Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat kesahihan suatu
instrumen. Instrumen yang valid berarti instrumen yang digunakan mendapatkan
data (mengukur) itu valid. Valid berarti instrumen tersebut dapat digunakan untuk
mengukur apa yang seharusnya diukur. Dengan menggunakan instrumen yang
valid dalam pengumpulan data, maka diharapkan hasil penelitian akan menjadi
valid (Sugiyono, 2008:121) Rumus yang digunakan untuk mencari validitas soal
adalah rumus korelasi product moment yaitu:
��� �� ∑ �� � ∑ � ∑ �
��� ∑ �2 � �∑ ��2��� ∑ �2 � �∑ ��2�
Keterangan:
��� : koefisiensi korelasi antara X dan Y
N : banyaknya peserta tes
X : skor item soal
Y : skor total
Kriteria: jika ��� � ������ dengan �� 5% maka alat ukur dikatakan valid
(Arikunto, 2006:170). Butir soal yang digunakan dalam penelitian adalah butir
soal yang valid.
Setelah dilakukan perhitungan, diperoleh item soal yang valid adalah 1a, 1b,
1c, 4, 6a, 6b, 7, 8, 9, dan 10.
3.5.3.2 Analisis Reliabilitas
Sesuatu tes dikatakan reliabel bila tes tersebut mempunyai keajegan hasil
(Arikunto, 2006:178).
56
Analisis reliabilitas tes menggunakan Alpha:
��� � � ����
��1 � ∑ ���
��� �
dengan �12 �
∑ �2� �∑ ��2
�� dan �1
2 �∑ �2
2��∑�2�2
��
Keterangan:
�11 : reliabilitas tes secara keseluruhan
∑ �12 : jumlah varians skor tiap item
�12 : varians total
N : banyaknya butir soal
Jika ��� � ������ maka tes dikatakan reliabel (Arikunto, 2006:178).
Tes yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes yang reliabel. Dari hasil
Jakarta: PT Bumi Aksara. Baharuddin, H. 2007. Teori Belajar dan Pembelajaran. Yogyakarta: Ar-Ruzz
Media. Djamarah, Syaiful Bakrie. 2006. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka
Cipta. Hamalik, Oemar. 2001. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara. Hudojo, Herman. 2005. Pengembangan Kurikulum dan Pembelajaran
Matematika. Malang: Universitas Negeri Malang. Kartini, dkk. 2005. Matematika untuk Kelas X. Klaten: Intan Pariwara. Kusni. 2003. Geometri. Semarang: Universitas Negeri Semarang. Masidjo. 1995. Penilaian Pencapaian Hasil Belajar di Sekolah. Yogyakarta:
http://muhfida.com/tag/pembelajaran-kooperatif/ [diakses 14 Maret 2011]. Pandey, N. N. and Kishore, Kaushal. 2003. Effect of Cooperative Learning on
Cognitive Achievement in Science. In Journal of Science and Mathematics education in S. E. Asia, Vol. 26, Chapter 53-54. Available at http://www.recsam.edu.my/R%26D_Journals/YEAR2003/52-60.pdf [accessed 1/31/11].
Poerwodarminto. 1999. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka. Shadiq, Fajar. 2009. Kemahiran Matematika. Diklat Instruktur Pengembangan
Matematika SMA Jenjang Lanjut. Yogyakarta: Depdiknas Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan Matematika.
Slavin, Robert E. 2009. Cooperative Learning Theory, Research and Practice.
Bandung: Nusa Media. Sudjana. 2005. Metoda Statistika. Bandung: Tarsito. Sugiyono. 2007. Statistika untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta. Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung:
Alfabeta. Sugandi. 2004. Teori Pembelajaran. Semarang: UPT MKK UNNES. Suharta, I Gusti Putu. 2003. Pendidikan Matematika Realistik Indonesia
(Alternatif Pembelajaran Matematika yang Berorientasi Kurikulum Berbasis Kompetensi). Jurnal Pendidikan dan Pengajaran. IKIP Singaraja: Edisi Khusus Desember 2003.
Suherman, Erman, dkk. 2004. Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer.
Pustaka. Suyitno, Amin. 2004. Dasar-Dasar dan Proses Pembelajaran Matematika I.
Semarang: Universitas Negeri Semarang. Tim PPPG Matematika Yogyakarta. 2005. Materi Pembinaan Matematika SMP
Di Daerah Tahun 2005. Yogyakarta: Depdiknas. Trianto. 2007. Model Pembelajaran Terpadu. Surabaya: Bumi Aksara. Wardhani, Sri. 2005. Pembelajaran dan Penilaian Aspek Pemahaman Konsep,
Penalaran, Komunikasi, dan Penalaran dan Komunikasi Materi Pembinaan SMP. Yogyakarta: PPPG Matematika.
Wirodikromo, Sartono. 2007. Matematika untuk SMA Kelas X. Jakarta: Erlangga.
LAMPIRAN
Lampiran 1 88
DAFTAR PESERTA DIDIK KELAS EKSPERIMEN (KELAS X-8)
NO NAMA KODE 1 ADIT PUJI PEBRIYANTO E-01 2 ADITYA MATANGGANG E-02 3 AGISTA DWI ARTA E-03 4 ANDRI LESTARI E-04 5 AOFA ABDILLAH E-05 6 ARIF WIDODO E-06 7 BARUNA SESOTYADI E-07 8 DEWI IRAWATI E-08 9 DINI NOVITASARI E-09
10 ELLY ANISAH E-10 11 ERSA WIDIANTI E-11 12 EVA ISTIKA E-12 13 FAHMI HASAN E-13 14 HANNA PRIHATINA E-14 15 HESTI WULANDARI E-15 16 HUTOMO HIDAYAT IRIANTO E-16 17 IKKA YUVITA E-17 18 KARLINA E-18 19 KARTIKASARI E-19 20 M. EKA PUTRO NUGROHO E-20 21 MAHFIROH E-21 22 MOCHAMAD LUTHFI HAKIM E-22 23 MOHAMMAD SUKRI GHOZALI E-23 24 MUHAMMAD NAUFAL RAMIZ E-24 25 MUSTAKIM E-25 26 MUSTIKA ARIYANIE E-26 27 NOVA EMILIYAWATI E-27 28 NOVITASARI E-28 29 NURHASAN NASIRUDIN E-29 30 PUTRI NURUL HIDAH E-30 31 RIKA AINUR RIZKIYAH E-31 32 RIVALDI ABDILLAH H E-32 33 RIKIYAH SOFIYANI E-33 34 RIKY ANIS KAMILLAH E-34 35 SIGIT PAMUNGKAS E-35 36 TAHTA ALFIANA IZZY E-36 37 TATI PUJIASIH E-37 38 USWATUN KHASANAH E-38 39 VITA KHAERUNNISA E-39 40 WAHID HASIM ALI ROCHMAN E-40 41 WINDAH SETIANI E-41 42 WIWIK NURHIKMAH E-42
Lampiran 2 89
DAFTAR PESERTA DIDIK KELAS KONTROL (KELAS X-7)
NO NAMA KODE 1 AGNITIA RIZQINING PUTRI K-01 2 AGUS PRIYANTO K-02 3 AJI PAMUNGKAS K-03 4 ARIEF TEGUH BUDHIHARJO K-04 5 ARIF SUWANDA K-05 6 ARIS DWI LEKSANA K-06 7 AYU LARASATI K-07 8 AZMA LATIFIA K-08 9 CANDRA SUKMA HANTIYO K-09
Lengkapilah gambar di bawah ini, kemudian jawablah pertanyaan di bawah ini!
Perhatikan ∆ AEC dan ∆ CEG! 1. Pada ∆ AEC, AQ dan EO
merupakan garis berat. 2. Jadi, AR :RQ=2:1.
A
B C
G
A C
E
Q
O
R
P
S 2
1
2 1
Kompetensi Dasar : 6.2 Menentukan jarak dari titik ke garis dan dari titik ke bidang dalam ruang dimensi tiga.
Indikator : Menentukan jarak antara garis yang sejajar bidang dan jarak antara dua bidang yang sejajar.
Prasyarat
Perhatikan gambar kubus di samping! Manakah garis yang sejajar dengan bidang ABCD?EF, GH, EH, FG. Bidang manakah yang sejajar dengan bidang BCGF? AD, EH, AE, DH.
H G
C
O B
D
F
A
E
Kegiatan 1 Diketahui kubus ABCD.EFGH dengan panjang rusuk 4 cm. Hitunglah jarak ke BDHF!
1. Bagaimanakah hubungan antara dengan
bidang BDHF?sejajar
2. Ambil sembarang titik pada garis , misalkan A.
3. Ruas garis manakah yang melalui titik A dan
tegak lurus BDHF?AC
4. Mengapa?karena AC ┴BD dan AC┴FB.
5. Dimanakah ruas garis tersebut menembus bidang
BDHF?di titik O.
Mata Pelajaran : Matematika Kelas/Semester : X/2 Materi Pokok : Dimensi tiga
4. Ruas garis yang tegak lurus dan menghubungkan kedua garis yang sejajar disebut jarak antara dua garis yang sejajar tersebut.
5. Jarak AB dan GH adalah ...
Prasyarat 1. Perhatikan gambar di samping!
Garis manakah yang sejajar dengan garis BC?... Garis manakah yang tegak lurus garis AB?... AC pada ACH dan BG pada BGE. Bagaimana hubungan ACH dan BGE? ... Bagaimana hubungan dan ? ... Bidang apakah yang tegak lurus dengan dan ?... Maka dan tegak lurus dengan semua garis pada bidang tersebut.
G
A C
E
Q
O
R
P
S 2
1
2 1
Mata Pelajaran : Matematika Kelas/Semester : X/2 Materi Pokok : Dimensi tiga
A B
GH
CD
E F
H G
C
O B
D
F
A
E
2. Perhatikan ∆ AEC dan ∆ CEG! 1. Pada ∆ AEO, AQ dan EO
merupakan garis berat 2. Jadi, AR :RQ=... : ...
Kegiatan 1
Lampiran 30
183
Kegiatan 2 Diketahui kubus ABCD.EFGH dengan rusuk 4 cm.Berapakah jarak antara garis AC dan
BF?
1. Bagaimana hubungan AC dengan BF? Dua
garis yang bersilangan.
2. Mengapa? Karena AC pada ABCD dan BF
pada BCGF.
3. Perhatikan garis AC dan BF!
4. Garis apakah yang sejajar dengan BF dan
memotong AC?...
5. Bidang manakah yang dibentuk oleh ruas
garis tersebut dengan AC?...
6. Garis apakah yang sejajar dengan AC dan
memotong BG?...
7. Bidang manakah yang dibentuk oleh ruas garis tersebut dengan BG?...
8. Bagaimana hubungan antara kedua bidang yang dibentuk oleh AC dan BG?...
9. Bidang manakah yang tegak lurus terhadap kedua bidang tersebut?...
10. Garis manakah yang tegak lurus terhadap AC dan BG?...
11. Mengapa?...
12. Ruas garis tersebut disebut jarak antara AC dan BN.
Lengkapilah gambar di bawah ini, kemudian jawablah pertanyaan di bawah ini!
Kegiatan 2
Kompetensi Dasar : 6.2 Menentukan jarak dari titik ke garis dan dari titik ke bidang dalam ruang dimensi tiga.
Indikator : Menentukan jarak antara dua garis yang sejajar dan menentukan jarak dua garis yang bersilangan.
Diketahui kubus ABCD.EFGH dengan rusuk 4 cm. Berapakah jarak antara garis AB dan HG?
1. Bagaimanakah hubungan antara garis AB dan HG? sejajar
2. Ruas garis manakah yang menghubungkan kedua garis tersebut dan tegak lurus terhadap keduanya? AH dan BG
3. Mengapa? Karena AH┴AB dan GH, BG┴AB dan GH.
4. Ruas garis yang tegak lurus dan menghubungkan kedua garis yang sejajar disebut jarak antara dua garis yang sejajar tersebut.
5. Jarak AB dan GH adalah AH.
Prasyarat 1. Perhatikan gambar di samping! Garis manakah yang sejajar dengan garis BC?AD, GF, EH. Garis manakah yang tegak lurus garis AB?BD AC pada ACH dan BG pada BGE. Bagaimana hubungan ACH dan BGE? dua bidang yang sejajar Bagaimana hubungan dan ? sejajar Bidang apakah yang tegak lurus dengan dan ?ACGE Maka dan tegak lurus dengan semua garis pada bidang tersebut.
G
A C
E
Q
O
R
P
S 2
1
2 1
Mata Pelajaran : Matematika Kelas/Semester : X/2 Materi Pokok : Dimensi tiga
A B
GH
CD
E F
2. Perhatikan ∆ AEC dan ∆ CEG! 1. Pada ∆ AEO, AQ dan EO
merupakan garis berat 2. Jadi, AR :RQ=2 : 1
Kegiatan 1
H G
C
O B
D
F
A
E
Lampiran 31
185
Kegiatan 2 1. Bagaimana hubungan AC dengan BF? Dua
garis yang bersilangan.
2. Mengapa? Karena AC pada ABCD dan BF
pada BCGF.
3. Perhatikan garis AC dan BF!
4. Garis apakah yang sejajar dengan BF dan
memotong AC?AE
5. Bidang manakah yang dibentuk oleh ruas
garis tersebut dengan AC?ACGE
6. Ambil sebuah titik pada BF yaitu B
7. Garis yang ditarik melalui titik pada BF dan tegak lurus ACGE yaitu BD.
8. ACGE ditembus BD di O.
9. Jarak antara BF dan AC adalah BO
10. Berapakah jarak antara AC dan BF?
Jawab:
AC=BD (diagonal ruang)
BD=
Jadi, jarak AC dan BF adalah BO cm.
Jadi jarak AB dan GH adalah AH= cm.
H G
C
O B
D
F
A
E
A B
C
186
Kesimpulan: 1. Jarak antara dua garis sejajar adalah panjang ruas garis yang tegak
lurus terhadap kedua garis tersebut 2. Jarak antara dua garis bersilangan adalah panjang ruas garis tegak
lurus persekutuan dari kedua garis bersilangan tersebut.
Lampiran 32 187
KARTU 1 1. Sebuah almari kaca berbentuk kubus dengan
panjang rusuk 6 cm akan disekat menjadi 2 seperti ditunjukkan pada gambar di samping. Almari kaca tersebut disekat oleh bidang FHC. Hitunglah jarak titik G terhadap bidang FHC !
2. Diberikan balok ABCD.EFGH dengan panjang rusuk AB=20 cm, BC=30 cm, dan AE=40 cm. Titik N terletak pada diagonal FH dengan rasio FN:NH=2:1. Hitunglah jarak AN!
A B
GH
CD
E F
B
G H
C D
E F
A
N 2
1
Lampiran 33 188
KUNCI KARTU 1
1. Sebuah almari kaca berbentuk kubus mempunyai panjang rusuk 6 cm. Hitunglah jarak titik G terhadap bidang FHC ! Jawab:
Menarik garis yang melalui G dan tegak lurus bidang FHC yaitu GA. Perhatikan ∆ ACG merupakan segitiga siku-siku, maka
�� � ���� � ���
� �� � �6√2�
� 6�
� �� � √72 � 36 � √108 � 6√3 EC adalah diagonal ruang, maka EC=AG=6√2 Perhatikan garis AG terletak pada bidang ACGE. Perhatikan ∆ CGE merupakan segitiga siku-siku, �� � �
��� � �
��6√3�� 3√3
Perhatikan ∆ CGE, GR merupakan garis berat, maka
�� �23 �� � �� �
23 �3√3�� 2√3
E
A
G
C
B
H
D
F
P
Q
R
G
C
E
A
Q
P
R
189
Jadi, jarak titik G terhadap bidang FHC adalah 2√3 cm. 2. Diberikan balok ABCD.EFGH dengan panjang rusuk AB=20 cm, BC=30 cm,
dan AE=40 cm. Titik N terletak pada diagonal FH dengan rasio FN:NH=2:1.
Hitunglah jarak AN!
Perhatikan gambar ∆HEF! ∆EHF merupakan segitiga siku-siku, maka
�� � ���� � ���
� �� � �30� � 20�
� �� � √900 � 400
� �� � √1300 � 10√13 Maka �� � �
� �� � �
��10√13�� ��
� √13
�� �23 �� �
23 �10√13��
203 √13
B
G H
C D
E F
A
N 2
1
H
E F
2
1
f
h
x
190
Berdasarkan teorema stewart, maka
��� � ���� � ���� � �����
� ���10√13�� 30� �203 √13�� 20� �
103 √13�� �
203 √13��
103 √13��10√13�
� ���10√13�� 900 �203 √13�� 400 �
103 √13�� �
203 √13��
103 √13��10√13�
� ���10√13�� �18000
3 √13�� �4000
3 √13�� �203 √13��
103 √13��10√13�
� ���10√13�� �10√13��1800
3 �400
3 � �203 √13��
103 √13��
� �� � �1800
3 �400
3 � �203 √13��
103 √13��
� �� � �1800
3 �400
3 � �203 ��
103 �13�
� �� � �1800
3 �400
3 �2600
9 �
� �� � �5400
9 �1200
9 �2600
9 �
� �� � �5400
9 �1200
9 �2600
9 �
� �� �4000
9
� � �203 √10
Jadi, jarak AN adalah ��
� √10 cm
Lampiran 34 191
KARTU 2 1. Diketahui kubus ABCD.EFGH
dengan rusuk 12 cm. Hitunglah jarak antara bidang BDE dengan bidang CFH!
2. Diketahui kubus ABCD.EFGH dengan panjang rusuk 5 cm. P perpotongan diadonal EG dan FH. Gambar dan hitunglah jarak antara garis AP dengan BDG!
G
C
O B
H
D
F
A
E
P
A B
GH
CD
E F
Lampiran 35 192
KUNCI KARTU 2
1. Diketahui kubus ABCD.EFGH dengan rusuk 12 cm. Hitunglah jarak
antara bidang BDE dengan bidang CFH!
Jawab:
Membuat garis yang tegak lurus BDE dan CFH yaitu garis AG.
Membuat titik tembus garis AG terhadap bidang BDE dan CFH.
Garis AG menembus bidang CFH pada titik S.
Garis AG menembus bidang BDE pada titik R.
Jarak antara bidang CFH dengan bidang BDE adalah RS.
Perhatikan bidang ACGE!
Perhatikan gambar ∆ ACE, AQ dan EO merupakan garis berat, maka
��: �� � 2: 1
Perhatikan gambar ∆ PCG, PC dan GQ merupakan garis berat, maka
��: �� � 2: 1
G
A C
E
Q
O
R
P
S 2
1
2 1
B
G H
C D
E F
A O
V W R
U S T
Q
193
Akibatnya �� � ��
��.
Perhatikan gambar ∆ ABC!
∆ ABC merupakan segitiga siku-siku, maka
�� � ���� � ���
� �� � �12� � 12�
� �� � √144 � 144 � √288 � 12√2 ��
Perhatikan AG merupakan diagonal ruang ABCD.EFGH.
Perhatikan ∆ ACG!
∆ ACG merupakan segitiga siku-siku, maka
�� � ���� � ���
� �� � ��12√2��
� 12
� �� � √288 � 144
� �� � √432 � 12√3
Jarak antara bidang EBD dan bidang CFH adalah RS.
�� �13 �� �
13 �12√3��
123 √3
Jadi, jarak antara bidang BDE dengan bidang CFH adalah ��� √3 cm.
2. Diketahui kubus ABCD.EFGH dengan panjang rusuk 5 cm. P perpotongan
diagonal EG dan FH. Gambar dan hitunglah jarak antara garis AP dengan
BDG!
Jawab:
G
CO
B
H
D
F
A
E P
Q
S R
������ sejajar dengan BDG.
������ merupakan ruas garis yang
tegak lurus dengan ������ dan BDG.
������ menembus ������ di titik S dan
menembus BDG di titik Q.
Jadi, jarak ������ dengan BDG adalah
������.
194
Perhatikan ∆ABC merupakan segitiga siku-siku, maka
�� � ���� � ���
� �� � �5� � 5� � �� � √50 � 5√2
Perhatikan ACGE!
Perhatikan gambar ∆ AGE, AP dan ER merupakan garis berat,
mak ��: �� � 2: 1a, sehingga �� � ��
��.
�� � ��
��, maka �� � ��
���
���� ��
��.
Perhatikan gambar ∆ ACG, CRdan GO merupakan garis berat, maka
��: �� � 2: 1
Akibatnya �� � ��
�� � �� � ��
���
���� ��
��.
�� � �� � ��
� �� �16 �� �
16 ��
� �� � ��EC ...(1)
Lihat ∆ ACE siku-siku di A, maka
�� � ���� � ���
� �� � �5� � �5√2��
� �� � √25 � 50 � √75 � 5√3 ��
Dari (1) diperoleh
�� �13 �� � �� �
13 �5√3��
53 √3
Jadi jarak antara ������ dan ������ adalah ������ yaitu �� √3 cm.
G
A C
E
R
O
S
P
Q 2
1
2 1
Lampiran 36 195
KARTU 3 1. Ani mewarnai kubus mainannya seperti di
samping. Kubus tersebut panjang rusuknya 4 cm. P pertengahan BF. Q pertengahan CG. Hitung jarak antara garis EP dan BQ!
B
G H
C D
F
A
Q P
E
Lampiran 37 196
KUNCI KARTU 3
1. Kubus dengan rusuk 4 cm. P pertengahan BF. Q pertengahan CG. Hitung jarak antara garis EP dan BQ!
QB //EP. Tarik garis QP // AB. QP=AB ∆BPQ merupakan segitiga siku- siku, maka
QB � �PQ� � BP�
� QB � �4� � 2� � �� � √16 � 4 � √20 � 2√5
Perhatikan gambar ∆ BPQ! Berdasarkan prinsip luas segitiga diperoleh:
�� � �� � �� � �� 4 � 2 � 2√5 � ��
�� �8
2√5� 4√5
Jadi, jarak antara garis EP dan BQ adalah 4√5 cm.
B
P Q
R
B
G H
C D
F
A
Q P
E
R
Lampiran 38 197
KUIS 1
1. Diberikan balok ABCD.EFGH dengan panjang rusuk AB=20 cm, BC=30 cm,
dan AE=40 cm. Titik N terletak pada diagonal FH dengan rasio FN:NH=2:1.
Hitunglah jarak AN!
2. Diberikan kubus ABCD.EFGH dengan panjang rusuk 4 cm. Hitunglah jarak
dari titik C ke bidang BDG!
198
Kunci Jawaban Kuis 1 No. Jawaban Skor
1. Diketahui: balok ABCD.EFGH dengan panjang rusuk AB=20 cm,
BC=30 cm, dan AE=40 cm. Titik N terletak pada diagonal FH
dengan rasio FN:NH=2:1. Ditanya: jarak AN.
Jawab:
Perhatikan gambar ∆HEF!
∆EHF merupakan segitiga siku-siku, maka
�� � ���� � ���
� �� � �30� � 20�
� �� � √900 � 400
� �� � √1300 � 10√13
Maka �� � ��
�� � ��
�10√13�� ���
√13
�� �23 �� �
23 �10√13��
203 √13
Berdasarkan teorema stewart, maka
1
2
1
1
G
C
B
H
D
F
A
E
O
N
H
E F
2
1
f
h
x
Lampiran 39
199
�2�� �2�1 � �2�2 � �1�2�
� �2 �10�13�� 302 �203
�13� � 202 �103
�13�
� �203 √13��
103 √13��10√13�
� �2 �10�13�� 900 �203
�13� � 400 �103
�13�
� ����
√13�����
√13��10√13�
� �2 �10�13�� �18000
3�13� � �
40003
�13�
� �203 √13��
103 √13��10√13�
� �2 �10�13�� �10�13��1800
3 �400
3 � �203
�13��103
�13��
� �2 � �1800
3 �400
3 � �203
�13��103
�13��
� �2 � �1800
3 �400
3 � �203 ��
103 �13�
� �2 � �1800
3 �400
3 �2600
9 �
� �2 � �5400
9 �1200
9 �2600
9 �
� �2 � �5400
9 �1200
9 �2600
9 �
� �2 �4000
9 � � �203
�10
Jadi, jarak AN adalah 203 √10 cm.
4
1
Total 10
2. Diketahui: kubus ABCD.EFGH dengan panjang rusuk 4 cm.
Ditanya: jarak dari titik C ke bidang BDG.
Jawab:
1
200
Menarik garis yang melalui C dan tegak lurus BDG yaitu EC.
EC menembus bidang BDG di titik P.
Jarak antara titik C dengan bidang BDG adalah CP.
Perhatikan gambar ∆ABC merupakan segitiga siku-siku, maka
�� � ���� � ���
� �� � �4� � 4�
� �� � √16 � 16 � √32 � 4√2
�� �12 ��
� �� �12 �4√2�� 2√2
Perhatikan segitiga COG merupakan segitiga siku-siku, maka
�� � ���� � ���
� �� � ��2√2��
� 4�
� �� � √8 � 16 � √24 � 2√6
Perhatikan bidang ACGE!
3
1
1
1
1
1
B
G H
C D
E F
A
P
O
Q
A C
G\
E
O\
P Q
201
Perhatikan ∆ AEC merupakan segitiga siku-siku, maka
�� � ���� � ���
� �� � �4� � �4√2��
� �� � √16 � 32 � √48 � 4√3
CQ merupakan garis berat ∆ ACG, maka
�� �23 �� � �� �
23 �
12 ��� �
43 √3
Jadi, jarak antara titik C dengan bidang BDG adalah 43 √3 cm.
1
Total 10
Lampiran 40 202
KUIS 2
1. Diketahui kubus ABCD.EFGH dengan panjang rusuk 7 cm. Gambar dan
hitunglah jarak antara garis CG dengan BDHF!
2. Diketahui kubus ABCD.EFGH dengan panjang rusuk 8 cm. Q titik tengah
AE dan S titik tengah CG. R titik tengah DH dan P titik tengah BF. Hitung
jarak antara bidang BCRQ dan bidang EPSH!
203
Kunci Jawaban Kuis 2 No. Jawaban Skor 1. Diketahui: kubus ABCD.EFGH dengan panjang rusuk 7 cm.
Ditanya: Gambar dan jarak antara garis CG dengan BDHF!
Jawab:
Ambil sebuah titik pada garis CD yaitu titik C.
Membuat garis yang melalui titik C tegak lurus ABGH yaitu CF.
Ruas garis CF menembus ABGH di titik P.
Jadi, jarak garis CD dengan bidang ABGH adalah ruas garis CP.
Perhatikan gambar ∆BCF!
∆ BFC siku-siku di B, maka
�� � ���� � ���
� �� � �7 � 7�
� �� � √49 � 49 � √98 � 7√2
�� �12 ��
� �� �12 � 7√2 �
72 √2
Jadi, jarak titik C ke bidang ABGH adalah 72 √2 cm.
1 1 3
Jumlah 5
G
C
P
B
H
D
F
A
E
Lampiran 41
204
2. Diketahui: kubus ABCD.EFGH dengan panjang rusuk 8 cm. Q
titik tengah AE dan S titik tengah CG. R titik tengah
DH dan P titik tengah BF.
Ditanya: jarak antara bidang BCRQ dan bidang EPSH.
Jawab:
Perhatikan BCRQ dan EPSH!
Menarik garis yang tegak lurus dengan BCFR dan EPSH yaitu PT.
Q pertengahan AE, maka AQ = 4 cm.
Perhatikan ∆ BPQ maerupakan segitiga siku-siku, maka
�� � ���� � ���
�� � �4� � 8�
�� � √16 � 64
�� � √80 � 4√5
PT ┴ BQ, maka PT merupakan garis tinggi ∆ BPQ.
Maka berdasarkan teorema luas diperoleh:
�� � �� � �� � ��
4√5 � �� � 4 � 8
�� �4 � 84√5
�85 √5
Jadi, jarak antara bidang BCRQ dan bidang EPSH adalah PT
yaitu 85 √5 cm.
1 1 3
Jumlah 5
Q
E
A B
G H
C D
F
P
S R
T
Lampiran 42 205
KUIS 3
1. Diketahui kubus ABCD.EFGH dengan rusuk 4 cm. Bila titik R
pertengahan GH dan titik S di tengah AB . Gambarkan dan hitung jarak
antara garis AR dan SG!
2. Titik N terletak pada perpotongan diagonal EG dan FH pada kubus
ABCD.EFGH dengan panjang rusuk 8 cm. Hitunglah jarak antara dua
garis BD dan CN!
206
Kunci Jawaban Kuis 3
No. Jawaban Skor
1. Diketahui: kubus ABCD.EFGH dengan rusuk 4 cm. Bila titik R
pertengahan GH dan titik S di tengah AB .
Ditanyakan: Gambardan jarak antara garis AR dan SG.
Jawab:
Perhatikan gambar kubus ABCD.EFGHdi atas, terlihat bahwa
garis AR // SG. Tarik garis melalui R tegak lurus SH yaitu RR’.
Perhatikan ∆GBS, siku-siku di B.
RS// HA//BG dan terletak pada bidang ABGH jadi, RS=AH=BG.
Perhatikan gambar ∆ADH!
∆ ADH siku-siku di D, maka
�� � ���� � ���
� �� � �4� � 4�
� �� � √16 � 16 � √32 � 4√2
Perhatikan ∆ SBG!
Berdasarkan teorema pythagoras, diperoleh:
�� � ���� � ���
� �� � �2� � �4√2��
1
2
1
1
1
B
G H
C D
E F
A S
R
Lampiran 43
207
� �� � √4 � 32
� �� � √36 � 6
Perhatikan gambar GRS siku-siku di R
Berdasarkan prinsip luas segitiga diperoleh
�� � ��� � �� � ��
6 � ��� � 2 � 4√2
��� �8√2
6 �43 √2
Jadi jarak antara garis AR dan SG adalah 43 √2 cm.
2
1
1
jumlah 10
2. Diketahui: Titik N terletak pada perpotongan diagonal EG dan FH
pada kubus ABCD.EFGH dengan panjang rusuk 8 cm.
Ditanya: Gambar dan jarak antara dua garis BD dan CN!
Jawab:
Garis BD dan CN bersilangan karena tidak terletak pada satu
1
3
G R
S
R’
H G N
Q E F
R P
O D C
A B
208
bidang.
CN dan HF membentuk bidang CFH.
BD dan EO membentuk bidang BDE.
AG terletak pada bidang ACGE.
ACGE tegak lurus dengan BDE dan CHF.
Jadi, AG tegak lurus dengan BDE dan CHF.
Akibatnya AG tegak lurus ������� dan �������.
������ menembus BDE di titik P dan menembus CHF di titik Q.
������ merupakan jarak antara ������� dan �������.
Lihat ∆ ABC siku-siku di B, maka
�� � ���� � ���
� �� � �82 � 82
� �� � �64 � 64 � �128 � 8�2 ��
Lihat ∆ ACG siku-siku di C, maka
�� � ���� � ���
� �� � ��8�2�2
� 82
� �� � �128 � 64 � �192 � 8�3 ��
Perhatikan ACGE!
Perhatikan gambar ∆ ACE, AR dan EO merupakan garis berat,
maka ��: �� � 2: 1, sehingga �� � ��
��.
�� � ��
��, maka �� � ��
���
���� ��
��.
1
1
1
G
A C
E
R
O
P
N
Q 2
1
2 1
209
Perhatikan gambar ∆ ECG, NC dan GR merupakan garis berat,
maka ��: �� � 2: 1
Akibatnya �� � ��
�� � �� � ��
���
���� ��
��.
�� � �� � ��
� �� �16 �� �
16 ��
� �� � ��AG
�� �13 ��
� �� �13 �8√3��
83 √3
Jadi jarak antara ������� dan ������� adalah ������ yaitu 83 √3cm.
3
Jumlah 10
Lampiran 44 210
PR 1
1. Diketahui kubus ABCD.EFGH dengan panjang rusuk 5 cm. Titik P
pertengahan rusuk CG. Gambarkan dan hitunglah jarak titik A ke P!
211
Kunci Jawaban PR 1
No Jawaban Skor
1. Diketahui: kubus ABCD.EFGH dengan panjang rusuk 5 cm.
Titik P pertengahan rusuk CG.
Ditanya: Gambar dan jarak titik A ke P.
Jawab:
Menghubungkan titik A dengan titik P, ruas garis AP
merupakan jarak titik A ke titik P.
Perhatikan segitiga ABC merupakan segitiga siku-siku, maka
�� � ������ � �����
� �� � �52 � 52
� �� � �25 � 25
� �� � �50 � 5�2
Jarak titik A ke titik P= panjang ruas garis AP
segitiga APC siku-siku di C maka, menurut teoreme
phytagoras
�� � ������ � �����
� �� � ��5�2�2
� �52�
2
1
3
1
2
2
B
G H
CD
E F
A
P
Lampiran 45
212
� �� � �50 �254
� �� � �2254
� �� �152 � 7,5 ��
Jadi, jarak titik A ke P adalah 7,5 �� .
1
Jumlah 10
Lampiran 46 213
PR 2
1. Diketahui kubus ABCD.EFGH dengan panjang rusuk 7 cm. Gambar dan
hitunglah jarak antara garis EF dengan BDHF!
214
Kunci Jawaban PR 2
No. Jawaban Skor
1. Diketahui: kubus ABCD.EFGH dengan panjang rusuk 7 cm.
Ditanya: gambar dan jarak antara garis EF dengan ABGH.
Jawab:
Ambil sebuah titik pada garis EF yaitu titik F.
Membuat garis yang melalui titik F tegak lurus ABGH yaitu CF.
Ruas garis CF menembus ABGH di titik P.
Jadi, jarak garis EF dengan bidang ABGH adalah ruas garis FP.
Perhatikan gambar ∆BCF!
∆ BFC siku-siku di B, maka
�� � ���� � ���
� �� � �7� � 7�
� �� � √49 � 49 � √98 � 7√2
�� �12 ��
� �� �12 � 7√2 �
72 √2
Jadi, jarak garis FP ke bidang ABGH adalah 72 √2 cm.
1
3
1
2
2
1
Jumlah 10
G
C
P
B
H
D
F
A
E
C
P
B
H
D
F
A
Lampiran 47
Lampiran 48 215
PR 3
1. Diketahui kubus ABCD.EFGH dengan panjang rusuk 4 cm. N titik tengah EG. a. Tentukan jarak AC dan BN! b. Tentukan jarak dari M ke EG, dengan M pertengahan BC!
216
Kunci Jawaban PR 3
No. Jawaban Skor 1. Diketahui: kubus ABCD.EFGH dengan panjang rusuk 4 cm. N
titik tengah EG. Ditanya:
a. Jarak AC dan BN. b. Jarak dari M ke EG, dengan M pertengahan BC.
Jawab:
Jawab: a. Membuat bidang EBG.
Menentukan garis yang tegak lurus dengan BN yaitu DF. Membuat garis QR//DF. Jarak antara AC dan BN adalah QR. Perhatikan segitiga EFG merupakan segitiga siku-siku, maka �� � ���� � ��� � �� � �4� � 4� � �� � √16 � 16 � �� � √32 � 4√2 �� � �� � �� � 4√2 (diagonal sisi)
�� �12 ��
� �� �12 �4√2�� 2√2
Perhatikan segitiga BDF merupakan segitiga siku-siku, maka
Perhatikan ∆ BFH merupakan segitiga siku-siku, �� � �
��� � �
��4√3�� 2√3
Perhatikan ∆ BFH, BN dan FS merupakan garis berat, maka
�� �23 ��
� �� �23 �2√6��
43 √6
Perhatikan segitiga BDP!
�� � ��
��, maka �� � ��
�� � ��
�4√3�� 2√3 Jadi, jarak antara AC dan BN adalah 2√3 cm.
b. Membuat bidang yang melalui M dan // BDHF yang
1
1
1
1
N F
B
H
D
P S
B D
F
Q
R
218
memotong EG di titik U. Perhatikan gambar segitiga GFH!
�� � �
��� , maka �� � �
��� � �
��4√2�� 2√2
�� � ��
�� � ��
�2√2�� √2 Perhatikan segitiga MSU merupakan segitiga siku-siku,
maka � � � �� �� � ���
� � � � ��4�� � �√2��
� � � � √16 � 2 � � � � √18 � 3√2 Jadi, jarak M ke EG adalah 3√2 �� .
1
1
1
Jumlah 10
G F
H
S
T
U
Lampiran 50 219
SOAL TES
(KEMAMPUAN PENALARAN DAN KOMUNIKASI)
Satuan Pendidikan : SMA Mata Pelajaran : Matematika Materi Pokok : Dimensi Tiga Sub Materi Pokok : Menghitung Jarak dalam Ruang Kelas/Semester : X/2 Alokasi Waktu : 80 menit
A. PETUNJUK KHUSUS
1. Tulislah terlebih dahulu nama, kelas, dan nomor absen pada lembar jawaban yang tersedia.
2. Periksa dan bacalah soal serta petunjuk pengerjaan sebelum anda menjawab.
3. Tanyakan kepada Bapak/Ibu guru pengawas jika ada soal yang kurang jelas.
4. Dahulukan menjawab soal-soal yang anda anggap mudah. 5. Kerjakan pada lembar jawab yang telah disediakan.
B. KERJAKAN SOAL DI BAWAH INI DENGAN CERMAT DAN TELITI PADA LEMBAR JAWAB YANG DISEDIAKAN
1. Diberikan kubus ABCD.EFGH dengan panjang rusuk 4 cm.
a. Hitunglah jarak titik A ke titik H!
b. Hitunglah jarak titik C ke garis AH!
c. Hitunglah jarak titik D ke bidang ACH!
2. Diketahui kubus ABCD.EFGH dengan panjang rusuk 5 cm. P perpotongan
diagonal EG dan FH. Gambar dan hitunglah jarak antara garis AP dengan
BDG!
3. Diketahui kubus ABCD.EFGH dengan panjang rusuk 6 cm.
a. Hitung jarak titik H ke titik P yang merupakan tengah BC!
b. Hitung jarak titik P ke garis DG!
4. Diketahui kubus ABCD.EFGH dengan rusuk 4 cm. P pertengahan BF. Q
pertengahan AE. Hitung jarak antara garis EP dan BQ!
5. Diketahui kubus ABCD.EFGH dengan panjang rusuk 8 cm. Q titik tengah
AE dan S titik tengah CG. R titik tengah DH dan P titik tengah BF. Hitung
jarak antara bidang BCRQ dan bidang EPSH!
220
6. Diketahui kubus ABCD.EFGH dengan panjang rusuk 4 cm. Gambar dan
hitunglah jarak antara garis CG dengan ABGH!
7. Diketahui kubus ABCD.EFGH dengan panjang rusuk 4 cm. N titik tengah
EG. Gambarkan dan tentukan jarak AC dan BN!
221
PEDOMAN PENSKORAN SOAL TES
(KEMAMPUAN PENALARAN DAN KOMUNIKASI)
Mata pelajaran : Matematika
Kelas/semester : X /2
Materi Pokok : Dimensi tiga
Waktu : 80 menit
No. Kunci Jawaban Skor
1.
�� � ���� � ���
� �� � �42 � 42
� �� � �16 � 16 � �32 � 4�2 ��
Diberikan kubus ABCD.EFGH dengan panjang rusuk 4 cm.
g. Jarak titik A ke titik H!
Jarak antara titik A dan H adalah �������.
Lihat ∆ ADH siku-siku di D, maka
Jadi, jarak titik A ke titik H adalah �������= 4√2 �� .
h. Jarak titik C ke garis AH!
Jadi jarak titik C ke garis AH adalah PC.
3
4
1
3
A B
GH
CD
E F
AH= CH= AC (diagonal sisi).
Maka ∆ ACH merupakan
segitiga sama sisi, P
pertengahan AH maka PC ┴
AH.
E
A B
G H
C D
F
P
Lampiran 51
222
�� � �� � 4√2
�� �12 �� �
12 � 4√2 � 2√2
�� � ���� � ���
� �� � ��4�2�2
� �2�2�2
� �� � �32 � 8 � �24 � 2�6 ��
�� � �� � 4√2
�� � ���� � ���
� �� � ��4�2�2
� �4�2
� �� � �32 � 16 � �48 � 4�3 ��
∆ APC siku-siku di P, maka
Jadi, jarak antara titik C ke garis AH adalah ������� 2√6 �� .
i. Hitunglah jarak titik D ke bidang ACH!
Lihat ∆ DHF siku-siku di H, maka
Perhatikan BDHF
Q merupakan titik berat ∆ BDH, garis HO dan DR merupakan
garis berat, maka ��: �� � 2: 1
2
2
2
1
3
1
2
DF menembus bidang ACH
di titik Q.
Jadi, jarak antara titik D ke
bidang ACH adalah DQ.
E
A B
G H
C D
F
O
Q R
F
D B
H
R
O Q
223
� �� �23 �
12 ��
� �� �13 ��
� �� �13 � 4�3 �
43
�3 ��
Akibatnya �� � ��
��
Jadi, jarak titik D ke bidang ACF adalah �������� 43 √3 ��
3
1
Jumlah 28
2.
�� � ���� � ���
� �� � �5� � 5� � �� � √50 � 5√2
Diketahui kubus ABCD.EFGH dengan panjang rusuk 5 cm. P
perpotongan diadonal EG dan FH. Gambar dan hitunglah jarak
antara garis AP dengan BDG!
Jawab:
������ sejajar dengan BDG.
������ merupakan ruas garis yang tegak lurus dengan ������ dan BDG.
������ menembus ������ di titik S dan menembus BDG di titik Q.
Jadi, jarak ������ dengan BDG adalah ������.
Perhatikan ∆ABC merupakan segitiga siku-siku, maka
Perhatikan ACGE!
3
1
2
G
CO
B
H
D
F
A
E P
Q
S R
224
�� � �� � ��
� �� �16 �� �
16 ��
�� � ���� � ���
� �� � �52 � �5�2�2
� �� � �25 � 50 � �75 � 5�3 ��
Perhatikan gambar ∆ AGE, AP dan ER merupakan garis berat,
mak ��: �� � 2: 1a, sehingga �� � ��
��.
�� � ��
��, maka �� � ��
���
���� ��
��.
Perhatikan gambar ∆ ACG, CRdan GO merupakan garis berat,
maka ��: �� � 2: 1
Akibatnya �� � ��
�� � �� � ��
���
���� ��
��.
� �� � ��EC ...(1)
Lihat ∆ ACE siku-siku di A, maka
Dari (1) diperoleh
�� � ��
�� � �� � ��
�5√3�� ��
√3
Jadi jarak antara ������� dan ������� adalah ������ yaitu 53 √3 cm.
3
1
Jumlah 10
3. Diketahui kubus ABCD.EFGH dengan panjang rusuk 6 cm.
e. Jarak titik H ke titik P yang merupakan tengah BC
G
A C
E
R
O
S
P
Q 2
1
2 1
225
�� � ���� � ���
� �� � �62 � 32
�� � ���� � ���
� �� � �62 � �3�5�2
� �� � �36 � 45
� �� � �81 � �� � 9 ��
Perhatikan gambar kubus di atas!
Jarak titik H ke pertengahan BC adalah HP.
Lihat ∆DCP merupakan ∆ siku-siku di C.
� �� � √36 � 9 � √45 � 3√5 .
∆ HDP siku-siku pada D, maka
Jadi, jarak titik H ke pertengahan BC adalah ������� yaitu 9 cm.
f. Hitung jarak titik P ke garis DG!
Garis melalui P ke pertengahan DG yaitu PQ.
3
2
2
1
3
B
G H
C D
E F
A P
B
G H
C D
E F
A P
Q
226
�� � ���� � ���
� �� � �32 � 62
� �� � �9 � 36 � �45 � 3�5
�� � ���� � ���
� �� � �62 � 62
� �� � �36 � 36 � �72 � 6�2
� �� �12 � �� � 3�2
�� � ���� � ���
� �� � ��3�5�2
� �3�2�2
� �� � �45 � 18 � �27 � 3�3
Perhatikan ∆ DPC dan ∆CPG!
DP=PG. Akibatnya ∆DPG merupakan segitiga sama kaki.
Q pertengahan DG, maka PQ adalah garis tinggi ∆DPG.
PQ tegak lurus DG.
Jadi, jarak titik P ke DG adalah PQ.
Perhatikan gambar ∆ PCG, siku-siku di C, maka
Perhatikan ∆ DCG, siku-siku di C, maka
Perhatikan gambar ∆ PQG, siku-siku di Q, maka
Jadi, jarak titik P ke garis DG adalah �� � 3√3 cm.
2
2
2
1
Jumlah 18
4.
Diketahui kubus ABCD.EFGH dengan rusuk 4 cm. P pertengahan
BF. Q pertengahan AE. Hitung jarak antara garis EP dan BQ!
Jawab:
G H
F
Q P
E
227
QB � �PQ� � BP�
� QB � �4� � 2�
� �� � √16 � 4 � √20 � 2√5
�� � �� � �� � ��
4 � 2 � 2√5 � ��
�� �8
2√5� 4√5
Garis yang tegak lurus BQ dan EP adalah PR. Jadi, jarak BQ dan
EP adalah PR.
QB //EP.
Tarik garis QP // AB. QP=AB
∆BPQ merupakan segitiga siku- siku, maka
Perhatikan gambar ∆ BPQ!
Berdasarkan prinsip luas segitiga diperoleh:
Jadi, jarak antara garis QB dan EP adalah PR = 4√5 cm.
3
2
4
1
Jumlah 10
B
P Q
R
228
5.
�� � ���� � ���
�� � �4� � 8�
�� � √16 � 64
�� � √80 � 4√5
�� � �� � �� � ��
4√5 � �� � 4 � 8
�� �4 � 84√5
�85 √5
Diketahui kubus ABCD.EFGH dengan panjang rusuk 8 cm. Q titik
tengah AE dan S titik tengah CG. R titik tengah DH dan P titik
tengah BF. Hitung jarak antara bidang BCRQ dan bidang EPSH!
Jawab:
Perhatikan BCRQ dan EPSH!
Menarik garis yang tegak lurus dengan BCFR dan EPSH yaitu PT.
Q pertengahan AE, maka AQ = 4 cm.
Perhatikan ∆ BPQ maerupakan segitiga siku-siku, maka
PT ┴ BQ, maka PT merupakan garis tinggi ∆ BPQ.
Maka berdasarkan teorema luas diperoleh:
Jadi, jarak antara bidang BCRQ dan bidang EPSH adalah PT
yaitu 85 √5 cm.
3
1
2
3
1
Jumlah 10
6. Diketahui kubus ABCD.EFGH dengan panjang rusuk 4 cm.
Gambar dan hitunglah jarak antara garis CD dengan ABGH!
Q
E
A B
G H
C D
F
P
S R
T
229
�� � ���� � ���
� �� � �4� � 4�
� �� � √16 � 16 � √32 � 4√2
�� �12 �� � �� �
12 � 4√2 � 2√2
Jawab:
Ambil sebuah titik pada garis CD yaitu titik C.
Membuat garis yang melalui titik C tegak lurus ABGH yaitu CF.
Ruas garis CF menembus ABGH di titik P.
Jadi, jarak garis CD dengan bidang ABGH adalah ruas garis CP.
Perhatikan gambar ∆BCF!
∆ BFC siku-siku di B, maka
Jadi, jarak garis CD ke bidang ABGH adalah CP =2√2 cm.
3
1
2
3
1
Jumlah 10
No Jawaban Skor
7. Diketahui kubus ABCD.EFGH dengan panjang rusuk 4 cm. N titik
tengah EG. Gambarkan dan tentukan jarak AC dan BN!
Jawab:
3
E
B
G H
C D
FN
P
Q
R
S
A
G
C
P
B
H
D
F
A
E
230
�� � ���� � ���
� �� � �4� � 4�
� �� � √16 � 16
� �� � √32 � 4√2
�� � ���� � ���
� �� � ��4√2��
� 4�
� �� � √32 � 16
�� �12 ��
�� � ��� ��
Membuat bidang EBG.
Menentukan garis yang tegak lurus dengan AC dan BN yaitu DF.
Membuat garis QR//DF.
Jarak antara AC dan BN adalah QR.
Perhatikan segitiga EFG merupakan segitiga siku-siku, maka
�� � �� � �� � 4√2 (diagonal sisi)
Perhatikan segitiga BDF merupakan segitiga siku-siku, maka