Top Banner
KECERDASAN MAKRIFAT DAN REVOLUSI SPIRITUAL DALAM TRADISI SUFI (Bagian Pertama) Abdul Munir Mulkhan 1 Abstrak Praktek sufi bukanlah monopoli penganut tarekat, karena itu mudah ditemukan dalam keseharian hidup kaum Muslimin yang awam dan miskin hingga intelektual dan ulama serta yang kaya di desa atau pusat kota. Inti ajaran sufi ialah panduan perilaku berhubungan dengan dirinya sendiri, orang lain, alam dan Allah dengan satu tujuan terpenting pencapaian makrifat. Maqam inilah yang menurut sebagian pihak disebut tertinggi dalam tradisi sufi yang mencerminkan kecerdasaan puma yang bukan sekedar merupakan rasional positifis dan materialis melainkan sekaligus spiritual dan intuitif atau irfan yang belakangan populer di kalangan akademisi IAIN. Ajaran Islam yang tersusun dalam ilmu tauhid, akhlak dan syariat membuka kemungkian luas setiap Muslim melakukan praktik-praktik sufi walaupun tanpa tarekat tertentu. Dzikir khafi banyak dilakukan umat di dalam keseharian hidup mereka, tidak seperti dzikir dalam aturan-aturan tarekat. Kepribadian dan perilaku yang didasari kesadaran ruhaniah bisa diaktualkan atau dibangkitkan dan dibangun dalam tradisi Sufi. Banyak orang dan tokoh dalam berbagai kisah sejarah sufi mengalami ssuatu revolusi kesadaran yang membuat mereka lebih menyadari kehadiran Tuhan dalam hidup kesehariannya. 2 Perubahan kesadaran ketuhanan dan hidup sosial tersebut semakin diperlukan dalam situasi kehidupan dunia global ter- utama di tengah krisis negeri ini yang tak kunjung berakhir. Ketaatan formal atas syariah atau akhlak, tidaklah memiliki artijika tidak didasari ketaatan batiniah. Pengetahuan hukum fikih yang tidak didasari kesadaran ketuhanan sering mendorong penafsiran aturan fikih atau hukum publik sesuai selera sendiri. Hati nurani manusialah yang paling mengerti apa yang baik dan buruk serta siapa sang diri. Inilah kesadaran makrifat atau kearifan makrifat, inti daripencapaian ketuhanan dalam tradisi Sufi. Profesor, Doktor, dan Dosen Fakultas Tarbiyah Jurusan Kependidikan Islam, IAIN Sunan Katijaga Yogyakarta. Abdul Munir Mulkhan, 2003, Burung Surga dan Syekh Siti Jenar, Kreasi Wacana, Yogyakarta. Lihat juga Abdul Munir Mulkhan, 2003, Ajaran Dan Jalan Kematian Syekh Siti Jenar, Kreasi Wacana, Yogyakarta.
14

KECERDASAN MAKRIFAT DAN REVOLUSI SPIRITUAL DALAM ...

Dec 28, 2016

Download

Documents

lynguyet
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: KECERDASAN MAKRIFAT DAN REVOLUSI SPIRITUAL DALAM ...

KECERDASAN MAKRIFAT DAN REVOLUSI

SPIRITUAL DALAM TRADISI SUFI(Bagian Pertama)

Abdul Munir Mulkhan1

Abstrak

Praktek sufi bukanlah monopoli penganut tarekat, karenaitu mudah ditemukan dalam keseharian hidup kaum Musliminyang awam dan miskin hingga intelektual dan ulama serta yangkaya di desa atau pusat kota. Inti ajaran sufi ialah panduanperilaku berhubungan dengan dirinya sendiri, orang lain, alamdan Allah dengan satu tujuan terpenting pencapaian makrifat.Maqam inilah yang menurut sebagian pihak disebut tertinggidalam tradisi sufi yang mencerminkan kecerdasaan puma yangbukan sekedar merupakan rasional positifis dan materialismelainkan sekaligus spiritual dan intuitif atau irfan yangbelakangan populer di kalangan akademisi IAIN.

Ajaran Islam yang tersusun dalam ilmu tauhid, akhlakdan syariat membuka kemungkian luas setiap Muslimmelakukan praktik-praktik sufi walaupun tanpa tarekat tertentu.Dzikir khafi banyak dilakukan umat di dalam keseharian hidupmereka, tidak seperti dzikir dalam aturan-aturan tarekat.Kepribadian dan perilaku yang didasari kesadaran ruhaniah bisadiaktualkan atau dibangkitkan dan dibangun dalam tradisi Sufi.Banyak orang dan tokoh dalam berbagai kisah sejarah sufimengalami ssuatu revolusi kesadaran yang membuat merekalebih menyadari kehadiran Tuhan dalam hidup kesehariannya.2

Perubahan kesadaran ketuhanan dan hidup sosial tersebutsemakin diperlukan dalam situasi kehidupan dunia global ter-utama di tengah krisis negeri ini yang tak kunjung berakhir.Ketaatan formal atas syariah atau akhlak, tidaklah memilikiartijika tidak didasari ketaatan batiniah. Pengetahuan hukumfikih yang tidak didasari kesadaran ketuhanan sering mendorongpenafsiran aturan fikih atau hukum publik sesuai selera sendiri.Hati nurani manusialah yang paling mengerti apa yang baikdan buruk serta siapa sang diri. Inilah kesadaran makrifat ataukearifan makrifat, inti daripencapaian ketuhanan dalam tradisiSufi.

Profesor, Doktor, dan Dosen Fakultas Tarbiyah Jurusan KependidikanIslam, IAIN Sunan Katijaga Yogyakarta.Abdul Munir Mulkhan, 2003, Burung Surga dan Syekh Siti Jenar, KreasiWacana, Yogyakarta. Lihat juga Abdul Munir Mulkhan, 2003, Ajaran DanJalan Kematian Syekh Siti Jenar, Kreasi Wacana, Yogyakarta.

Page 2: KECERDASAN MAKRIFAT DAN REVOLUSI SPIRITUAL DALAM ...

Kata kunci : makrifat, spiritual, tradisi sufi

A. Pendahuluan

Terlepas setuju atau tidak, cara dan isi ajaran sufi dan tarekatterbukti mampu mengubah kepribadian dan kesadaran seseorangsecara radikal dan revolusioner. Di sini pentingnya dikaji mengenaikemungkinan pengembangan model pembelajaran sufis yang menem-patkan maqamat sebagai tahap-tahap perkembangan kepribadianatau kecerdasan. Soalnya ialah bagaimana mentransformasikan tra-disi sufi tersebut ke dalam praktik edukasi atau pembelajaran spiritualyang mempunyai hubungan fungsional terhadap kecerdasan intele-gensi atau pun spiritual bagi penyetesaian berbagai persoalankemanusiaan.

Melalui serangkaian dzikir yang dilantunkan dalam hati'denganjumlah tertentu atau seperti sambil lalu dalam gerak nafas dan seluruhtubuh, nama dan sifat Tuhan hendak diaktualkan di dalam diri setiappribadi ke mana sejarah diarahkan ke titik terjauh tempat Tuhanberada. Seringkali dzikir itu dilantunkan secara jahar dalam serang-kaian bunyi menciptakan sebuah musik ruhaniah yang ritmik dimanaruh manusia seperti mengenang kembali asal mula darimana iadatang. Dalam suasana itu penganut sufi seperti berada dalam keter-lepasan dan keterbebasan ruhaniah dimana badan wadagnya taklagi menjadi pembatas dan dunia fisik bukan sebuah keterikatanbenda-benda, kepemilikan dan kekuasaan.

Selanjutnya, jiwa sang sufi bagaikan menyentuh aras langitkemana sang ruh dan jiwa mengembara dalam lautan makna tanpabatas, kadang dirasa sebagai kebahagian hakikiah dan kepuasaanruhani tiada tara. Sang sufi merasakan sebuah kesadaran eksistensialbagaikan menyatukan kembali mata-rantai realitas yang hampirmustahil dicapai tanpa tarekat formal atau sebuah kerja ruh yangmenyatu di dalam setiap gerak hidup keseharian. Kisah-kisah konversikeagamaan radikal bisa disaksikan dalam kehidupan saat ini,melibatkan anak-anak muda kampus, selebriti, jebolan perguruantinggi atau orang-orang kaya yang boleh jadi sudah jemu oleh hidupkeseharian dengan kelimpharuahan bendawi.

Pertanyaannya ialah bagaimana perolehan kesadaran spiritualdari praktik sufi yang selama ini menolak kehidupan duniawi danacuh pada persoalan kongkrit itu ditransformasikan ke dalam sikapduniawi sebagai suatu kreasi this worldly seperti etika protestanWeberian. Ucapan-ucapan dzikir, doa dan kalimat toyibah di dalamjumlah tertentu disertai gerak-gerik fisik bagi sufi mempunyaiimplikasi spiritual di dalam suatu hubungan dengan tindakan sosial.Sekurangnya mereka memandang bahwa melalui cara-cara sepertiitu tujuan kebebasan dari belenggu mated dicapai dan kelepasandiperoleh. Dari aksi fisik tersebut seseorang mengalami dan bisa

\ 22 Kecerdasan Makrifat... (Abdul Munir Mulle;

Page 3: KECERDASAN MAKRIFAT DAN REVOLUSI SPIRITUAL DALAM ...

mencapai tahapan revolusioner kesadaran spiritual yang mencapaipuncak pada apa yang dikenal di dalam tradisi sufi sebagai makrifat.

Selain aksi-aksi pribadi, tahap revolusioner kesadaran spiritualdi atas kadang diperoleh melalui dialog atau tindakan bersama. Tujuanyang hendak dicapai ialah kebebasan spiritual dan perubahan revolusi-oner tentang hubungan si sufi dan dunia benda atau kehidupn duniawi.Tidak jarang aksi-aksi ini dilakukan melalui paparan kisah-kisah mistisdan atau dialog tentang pengalaman empirik dan spiritual tokohdengan implikasi kesadaran yang kurang lebih serupa.

Kebebasan dari belenggu materi, hukum fisikdan aturan syariahbukan berarti menolak kelezatan duniawi dan mengingkari syariah.Materi duniawi dinikmati sebatas perlu dan aturan syariah dilakukanuntuk tujuan spiritual kelepasan hingga mampu mengendalikan ma-teri duniawi dan hasrat nafsu senantiasa dalam keadaan sadar diri.Orientasi kesempurnaan hidup yang disebut insan kamil merupakanruh dan etosdasartindakan sufi, disadari atau begitusaja berlangsungtelah menjadi bagian dari kehidupan umat pada umumnya.

Sebagian mengalami revolusi spiritual melalui guru yang dalamtradisi sufi disebut mursyid, namun banyak yang mencapai melaluiusaha pribadi. Praktik sufi dengan guru mursx/c/atau usaha pribadidilakukan umat dalam hidupnyasehari-hari. Sebagian menyadari diri-nya sedang menempuh jalan spiritual itu dan banyak yang lain ber-langsung otomatis, namun seluruhnya adalah cara manusia memberimakna hidup sosial dan empriknya di dunia ini.

Mayoritas penduduk Indonesia seperti terbagi habis ke dalampola spiritualitas sufistik tersebut dalam hubungan patron-klien. Ber-bagai tradisi seperti yasinan,tahlilan, pengajian, hingga jamaah lang-gar atau musolla dan masjid atau yang lebih sistematis organisasisosial keagamaan dan partai politik, mencerminkan komunitas patron-klien. Umat awam di posisi murid atau klien, sedang ulama, kiai,guru ngaji, muballigh, ustad, pada posisi guru (patron). Organisasikeagamaan berbasis guru-murid dengan struktur dasar yang di-bangun secara sukarela memunculkan beragam kelompok pengajian,tahlilan, yasinan, rukun kematian, jamaah langgar dan masjid.

Walaupun tidak seluruh pemeluk Islam merupakan pengikuttarekat, namun relatif memiliki guru, seperti guru ngaji, ustad, mu-balligh atau kiai. Guru kelompok primer ini mempunyai guru di tingkatlebih tinggi dan seterusnya hingga tingkat nasional. Inilah strukturterdasardari organisasi keagamaan seperti Muhammadiyah dan NUyang meluas pada hubungan organisasi politik, khususnya yang ber-simbol Islam. Pandangan sang guru dan organisasi keagamaan tingkatnasional atau lokal, merupakan fatwa yang menjadi referensi umatdalam melakukan berbagai tindakan sosial, ekonomi, dan politik.

Struktur hubungan sufistik di atas relatif berada di luar sistemtata hubungan politik kenegaraan. Melalui interaksi sukarela berbasishubungan guru-murid dalam arti sesungguhnya atau imajiner inilah

KepenJidikan Islam, Vol.1. No.2, Januari-Maret 2004 \ 23

Page 4: KECERDASAN MAKRIFAT DAN REVOLUSI SPIRITUAL DALAM ...

komunitas muslim negeri ini menyelesaikan berbagai permasalahanyang dihadapi secara swadaya dari membangun tempat ibadat,pesantren, madrasah atau sekolah modern hingga perguruan tinggi.Realitas warga sipil komunitas muslim ini sering kurang memperolehperhatian pemerintah yang bekuasa, bahkan juga organisasi sosialIslam atau partai-partai berbasis Islam.

Struktur hubungan sufistik dalam dimensi spiritual di atas ber-hubungan dengan struktur hierarhi realitas alam sebagai ciptaanTuhan. Manusia bukan hanya bagian alam, tetapi sebagai puncakciptaan yang memiliki kemampuan memahami subyek pencipta yaituAllah sendiri. Aktualisasi struktur puncak itu tergantung usaha sangmanusia untuk memahami diri dan realitas alam sebagai penandaatau ayat-ayat Tuhan. Kaum sufi melakukan berbagai usaha gunamerealisasi kualitas itu secara bertahap yang puncaknya disebutmakrifat,

B. Hierarhi Realitas dan Rantai Ketunggalan

Walaupun tahap atau maqam akhir perjalanan spiritual sufiterus diperdebatkan tapi makrifat sebagai konsep dan tahap ataumaqam lebih dikenal luas di kalangan sufi atau pemeluk Islam yangawam atau ulama. Sebagai tahapan spiritual, makrifat mendasarikemampuan spiritual tahap berikut, namun sebagai tindakan la men-jadi jalan memperoleh pengetahuan guna memahami realitas diri,alam dan masyarakat. Di sini kemampuan makrifat dihubungkandengan hampir semua tahap rohani sufi hingga ittihad (kesatuanmanusia-Tuhan) dan insan /cam/7 (manusia sempurna).3

Sementara itu, makrifat seringkali diberi arti sebagai suatupengetahuan yang diperoleh lewat kerja akal yang bag! kaum sufimerupakan pemberian atau rahmat dari Allah berupa kemampuanmengetahui dan melihat Allah dari dekat tanpa perantara nama atausifat-sifat Tuhan sendiri. Inilah yang oleh sufi dinyatakan bahwapenyebutan nama-nama dan sifat-sifat Tuhan member! petunjukbelum sempurnanya ilmu yang bersangkutan, karena nama dan sifatTuhan bukanlah dzat-Nya sendiri. Bagi Imam Al Ghazali penyebutannama dan sifat Tuhan bisa berarti belum mencapai kedekatan pada-Nya karena orang yang dekat sesuatu tak perlu menyebut nama dansifat sesuatu, sehingga baginya ma/cri/atadalah merupakan maqamtertinggi yang bisa dicapai seorang sufi.

Salah satu fungsi makrifat ialah tiadanya jarak atau penghalangdi antara yang melihat dan yang dilihat, antara yang mengetahuidan yang diketahui atau subyek dan obyek pengetahuan. Maqam itujuga berarti pencairan segala batasfisikyang melampaui sekat-sekat

3- Harun Nasution, 1978, Filsafatdan Mistitisme Dalam Islam, Bulan Bintang,Jakarta.

124 Kecerdasan Malerifat... (Atdul Munir MulUaii)

Page 5: KECERDASAN MAKRIFAT DAN REVOLUSI SPIRITUAL DALAM ...

sehingga yang nampak kemudian adalah hakikat dari obyek itusendiri. Makrifat merupakan jalan dan keadaan dimana seseorangberada dalam kemampuan melihat, tanpa batas formalitas dan tanpasimbolitas. Pengertian ini terutama dipakai berkaitan dengan konsepmanusia sempurna atau insan kamil yang dalam fungsi sederhanaberarti kemampuan melihat inti segala obyek.

Konsep insan kamil pertama kali dikembangkan Ibnu Arabi yangberhubungan dengan sumber historis kehidupan Nabi MuhammadSaw dalam posisinya sebagai rasul dan nur atau cahaya Tuhan.Dengan meniru-miripkan atau menyatu-diri-kan atas sifat-sifat mutlakTuhan yang baik dan sempurna, seseorang bisa mencapai tingkatkesempurnaan. Dalam konsep ideal sufistik kemampuan manusiasempurna itu berkaitan dengan keluarbiasaan yang tidak dimilikiorang awam, namun arti ini bisa berkaitan dengan kehendak untukmemperoleh kemampuan yang tradisicnal.4

Melalui pendakian dan latihan rohani panjang, seseorang bisamencapai jati diri yang sempurna tersebut. Langkah itu ialah pere-nungan meditasi tentang nama dan sifatTuhan, kemudian memasukisuasana sifat-sifat Man! dengan mengambil bagian dalm sifat-sifatitu dan karenanya manusia bisa memperoleh kemampuan luar biasa,dan yang terakhir menerobos melampuai daerah nama dan sifat ilahiuntuk sampai ke dalam susana hakikat mutlak. Dari sini manusiamulai menyatu dengan Tuhan (ittihad atau hulul} sebagai insan kamildalam ungkapan terkenal dimana mata, tangan, kata-katanya adalahcerminan Tuhan dan hidupnya menjadi hidup Tuhan sebagai nurMuhammad. Untuk tujuan idel itulah pada umumnya praktik sufidilakukan.

Dalam sejarah sosial dan pemikiran Islam di dunia dan di Indo-nesia, muncul perdebatan tentang posisi syariah yang lebih menge-depankan aturan formal ajaran dan sufi yang lebih berorientasisubstanstif kesadaran makrifat. Persoalan demikian memang bukanpilihan, namun banyak kaitan dengan cara melihat perkembangankesadaran keagamaan bagi pemeluk agama dan lebih khusus bagipemeluk Islam di negeri yang mayoritas penduduknya memelukagama Islam tersebut. Jika pertama bersifat eksoterik mementingkancara laku pemeluk Islam memenuhi ajaran formal, yang kedua bersifatesoterik melihat keberagamaan dari segi batlniahnya. Namun dalamperkembangan masyarakat yang semakin terbuka dan plural,pengembangan kemakrifatan menjadi penting dalam pemberlakuanhukum syariat atau pun dalam pengembangan kehidupan sosial.

Tawaran tersebut lebih menarik dalam kaitan dengan tradisikeberagamaan bagi pemeluk Islam di negeri ini yang lebih cair dansecara negatif kadang disebut sinkretik. Lebih menarik lagi ketika

4 Dasuki (ed), 1994, Ensiklopedi Islam, Jld 2, Ichtiar Baru, Jakarta, him227-228.

Kepen<Jidikan Islam, Vol.1. No.2, Januari-Maret 2004 | 25

Page 6: KECERDASAN MAKRIFAT DAN REVOLUSI SPIRITUAL DALAM ...

secara akademik keberagamaan seseorang atau masyarakat akanberhubungan dengan tingkat pendidikan, sosial dan ekonomi dimanabagi kelas lebih bawah atau wong cilik, perhatian terhadap aturanformal cenderung lebih rendah dibanding kelas lebih tinggi. Mayoritaspemeluk Islam di negeri ini sering dikelompokkan ke dalam kategoriabangan yang banyak dituduh kurang taat syariah walaupun bukanberarti kesadaran keagamaan mereka rendah.

Pencapaian makrifat di atas berkaitan dengan ide penciptaanmanusia dan alam dari teori emanasi atau nadlariatulfaidh. Al Farabi5

(Abu Nasr Muhammad AI-Farabi; 870-950 M) berpendapat bahwapenciptaan alam maujud (juga manusia) ini berasal dari Tuhan melaluiproses emanasi dimana alam maujud itu muncul ketika Tuhan sebagaiakal memikirkan dirinya sendiri. Melalui proses itulah tersusun 10tahap pemunculan wujud.

Sementara Ibnu Sina6 menyatakan bahwa akal pertama ialahmalaikatteringgi dan akal ke-10 ialah Jibrll. la membagi jiwa menjadi:jiwa tumbuhan dengan daya makan, tumbuh dan berkembang, jiwabinatang dengan daya gerak, persepsi dari luar dan dalam, jiwamanusia dengan daya praktis dan teoretis yang berhubungan denganakal yang diantaranya mampu menerima limpahan ilmu dari Tuhan.

Kemanunggalan antara alam nyata (fisik) dan gaib (metafisik),manusia dan Tuhan di atas didasari suatu pandangan bahwa manusia-lah yang paling langsung berasal dari Tuhan. Dari sni, persoalansyariat, tarekat dan hakikat, bisa dipahami sebagai kesatuan sistema-tis dan fungsional seperti metafora kesatuan antara perahu, laut danpantai atau daratan yang hendak dicapai. Tanpa lautan atau air, pe-rahu tak bisa berlayar dan tanpa perahu, lautan tak bisa diseberangi,dan tanpa daratan atau pantai, maka perjalanan tak pernah sampai.7

Imam Al Ghazali memandang manusia dicipta dan dijadikanTuhan dari dua bahan, yaitu ruh yang berasal dari Allah dan sperrnadari manusia. Sementara itu, bahan kedua Adam dari tanah Mat yangdikenai hukum fisis seperti sperma yang berkembang menjadi darahdan daging belulang. Tidak demikian dengan ruh yang bebas hukumfisis dan bergerak berdasar mekanisme hukum metafisis atau gaib.Jasad atau fisis manusia berkembang berdasar hukum sejarah dikenaisakit-sehat, dan rusak. Sementara ruhaniahnya mengambil bagiandari keabadian Tuhan yang bebas dari segala hukum bendawi. Manusiasempurna bagi Imam Al Ghazali ialah manusia yang badan wadagnyadiabdikan penuh kepada mekanisme ruh yang berasal dari Tuhan.8

5 Harun Nasution, 1978, Falsafat Dan Mistisisme Dalam Islam, BulanBintang, Jakarta.

6' Harun Nasution, Ibid.7- Abdul Munir Mulkhan, 2003 (cet ketiga), Burung Surga dan Syech Siti

Jenar, Kreasi Wacana, Yogyakarta.8 Abdul Munir Mulkhan, 1992, Mencari Tuhan Dan Tujuh Jalan Kebebasan;

Sebuah Esei Pemikiran Imam Al Ghazali, Bumi Aksara, Jakarta.

1 26 Kecerdasan Makrifat... (Abdul Munir Mulkan)

Page 7: KECERDASAN MAKRIFAT DAN REVOLUSI SPIRITUAL DALAM ...

Sufisme seringkali dikaitkan dengan ajaran tentang bagaimanamencapai suatu tingkat kesempurnaan hidup yang disebut makrifatatau insan kamil yang bisa dicapai seseorang dengan usaha keras.Usaha ini dilakukan dengan praktik tentang penyucian diri denganibadah, menjauhkan diri dari kemewahan duniawi yang disebutzuhudguna mencapai kebahagiaan dan keseiamatan abadi guna mencapaimakrifat dan insan kamil tersebut.9

Disitu pula makna ajaran tentang hulul yaitu keadaan yangdicapai sufi ketika terjadi kesatuan aspek kemanusiaan (an nasut}dan ketuhanan (al lahut} yaitu saat dimana Tuhan memilih tubuh-tubuh manusia tertentu untuk mengambil tempat di dalamnya, setelahsifat-sifat kemanusiaan dalam tubuh dihilangkan. Keadaan inilah yangdisebut tahalluq yaitu ketika kemanusiaannya terleburseperti akhlakTuhan, atau berakhlak dengan akhlak Tuhan. Muncullah tajallipenampakkan diri Tuhan dalam bentuk alam terbatas dan usaha agarmenjadi manusia terpilih disebut fana yaitu menghilangkan sifat-sifat kemanusian (an nasut} hingga tersisa sifat-sifat ketuhanan danbersatulah ruh manusia dan Tuhan dalam tubuh manusia. Fana itudiikuti baqa yaitu keadaan tetap dan terus hidup sebagai pasanganfana tersebut.

Ittihad atau hulul ialah pencapaian sufi saat bersatu denganTuhan, dimana manusia yang mencintai dan Tuhan yang dicintaimenjadi satu wujud walaupun faktanya berpisah. Keadaan satu wujuditu memungkinkan terjadinya pertukaran peranan antara Tuhan dansang sufi. Dalam gerbang pencapaian ittihad itu seorang sufimelakukan syatahat yaitu ucapan saat berada di pintu-gerbang ittihadsebagai inti ajaran wihdatul wujud ialah saat seluruh yang ada yangnampak tak ada karena tergantung pada Tuhan. Karena itu yangnampak hanyalah bayangan wujud Tuhan Yang Satu. Inilah yangjuga disebut dengan makrifat (ma'rifat) yaitu mengetahui Tuhan daridekat sehingga hati sanubari bisa melihat-Nya.

Pencapaian keadaan ittihad atau hulul tersebut di atas dilakukandengan apa yang disebut tarekat yaitu metode perjalanan seorangsufi menuju Tuhan dengan cara menyucikan diri dengan bimbinganseorang syech atau mursyid. Mursyid ialah pemimbing rohani sufisearti syekh pendidikdan membimbing murid sufi dalam berkhalwatatau mengasingkan diri. Tarekat dilakukan tanpa meninggalkansyariat dengan bimbingan guru atau syeh atau mursyid sebagai pe-nanggung murid-murid. Di sini, seorang sufi melakukan suluk yaitusuatu jalan atau cara mendekatkan diri kepada Allah guna mem-peroleh makrifat sehingga mencapai kesempurnaan secara bertahap

9- Penjelasan beberapa istilah dan praktik sufi atau tarekat terutama diambildari Ensiklopedi Islam Jilid 1-5, Dasuki (ed), 1994, Ichtiar Baru VanHoeve, Jakarta, dan dari Harun Nasution, 1978, FalsafatDan MistisismeDalam Islam, Bulan Bintang, Jakarta.

Kependidiloan Islam, Vol.1. No.2, Januari-Maret 2004 127

Page 8: KECERDASAN MAKRIFAT DAN REVOLUSI SPIRITUAL DALAM ...

yang disebut maqam yaitu usaha tertentu untuk berada sedekatmungkin dengan Tuhan.

Guru atau mt/rsx/c/selalu mengawasi para muridnya dalam ke-hidupan lahiriah dan batiniah dalam pergaulan sehari-hari. Syeh inijuga berfungsi sebagai perantara atau wasilah hubungan murid-Tuhandalam kegiatan ibadah. Tak semua orang bisa menjadi syech denganijazah atau pengesahan dari guru yang kedudukannya lebih tinggi.Sering syech ini dikaitkan dengan hubungan geneologis atau garisketurunan dengan diri Nabi Muhammad Saw. Sementara mursyiddipercaya memiliki kualitas sebagai wali yaitu sebutan bagi seorangyang suci karena telah mencapai makrifat. Seorang wali dipercayamemiliki kemampuan memberi syafaatatau pertolongan seperti yangdiberikan Nabi Saw pada umatnya di hari kiamat untuk mendapatkankeringanan atau kebebasan hukuman dari Allah.

Sementara si murid harus selalu taat dan patuh kepada syehtanpa bertanya dan tidak mencari-cari keringanan dengan mem-perbanyak wirid, dzikir dan doa. Tempat khusus bagi murid tarekatuntuk melakukan khalwat itu sering disebut dengan ribatatau zawiyatdan khanqah. Sebagai murid sufi, seseorang harus dengan baikmengenal berbagai istilah yang populerdi kalangan pemeluk islamselain melakukan tindakan yang dimaksud oleh berbagai istilahtersebut. Seringkali seorang murid sufi baru sah menjadi murid jikaia telah melakukan baiat yaitu suatu ikrar atau janji setia terhadapseorang pemimpin politikatau agama yang dalam tradisi sufi ditujukankepada guru atau mursyid.

Manusia sempurna atau insan kamil memiliki sifat kesempur-naan seperti sifat Tuhan, seperti hakikat diri Nabi Saw sebagai nurHahi sebagai poros kehidupan jagad raya. Untuk itu seorang sufiharus mengikuti petunjuk guru berakhlak seperti akhlak rasul danselalu bertindak baik atau beramal menurut syariah. Di sini pulaseorang sufi harus bersikap qanaah sebagai bagian dari zuhud yaitumerasa cukup dengan apa yang telah dimiliki atau sering diartikanmeninggalkan dunia dan jauh dari kehidupan materi. Sikap-sikapseperti ini juga populer di kalangan umat yang dipelajari secara formaldalam ilmu akhlak yang juga disampaikan para muballigh dalamkhutbah-khutbah, pengajian dan dakwah.

Istilah lain pencapaian sufi melalui terekat disebut dengan kasyfsebagai suatu tingkatan tertinggi dalam tasauf yaitu suatu keadaanterbukanya tabir atau dinding rahasia nurani dan Tuhan karena dekatpada Tuhan. Keadaan ini juga sering disebut musyahadah yaitupengalaman mistik manusia yang langsung bisa menyaksikan secaraiangsung suatu hal. Untuk itu seorang sufi perlu melakukan kefakiranyaitu suatu keadaan kemiskinan dari kepuasan ruhaniah sehinggatidak mempunyai nafsu menguasai harta, tidak meminta dari apayang telah ada. Inilah yang sering disebut dengan darwis atau seorangdarwis sebagai bentuk ekstrim dari kefakiran ini. Tindakan seperti

1 2,8 Kecerdaaan Makrifat... (AtJul Munir MulUan)

Page 9: KECERDASAN MAKRIFAT DAN REVOLUSI SPIRITUAL DALAM ...

ini juga banyak dikaitkan dengan sikap tawakal yaitu penyerahandiri secara total hanya kepada Tuhan. Demikian pula dengan sikapikhlas yaitu melakukan perbuatan semata-mata mengharap ridla(perkenan) Allah.

Untuk itu seorang sufi harus ber-khalwatyaitu menyendiri padasuatutempatjauh dari keramaian danorang banyak selama beberapahari guna mendekatkan diri pada Allah dengan salat dan amal lainnya.Disinilah makna mahabbah yaitu patuh kepada Allah dan membencisikap melawan kepada-Nya; menyerahkan seluruh diri kepada YangDikasihi. Kata ini juga berarti pengosongan hati dari segala-galanyakecuali diri Yang Dikasihi. Karena itu seorang sufi harus melakukanmujahadah yaitu berjuang melawan hawa nafsu dan menundukkanhawa nafsu untuk maksud zuhud. Tindakan inilah nyang disebuttakhalli yaitu mengosongkan diri dari sikap ketergantungan hidupduniawi dalam kaitan muraqabah sebagai maqam yang berarti sikapmawas diri atau menghindarkan diri dari perbuatan dosa. Kaum sufimencapai posisi atau keadaan tersebut melalui riyadlah ialah latihankerohanian dengan menjalankan ibadah dan menundukkan nafsusyahwat.

Perkara menahan nafsu seperti di atas dilakukan kaum sufidengan sikap ridla atau re/a yaitu menerima segala ketentuan dariTuhan dengan segala kesenangan hati. Selanjutnya dengan sikapsabar yaitu konsisten dengan tetap melaksanakan semua perintahTuhan dan menjauhi larangan-Nya, tahan uji menghadapi cobaan.Banyak tindakan yang dilakukan berkaitan dengan sikap tersebutseperti tobat yaitu tidak lagi membuat dosa dan melupakan segalahal kecuali Tuhan, sikap warakyaitu meninggalkan segala makananatau tindakan yang diragukan kehalalannya. Pengalaman memperolehperubahan kesadaran secara radikal dan revolusioner di atas bisadikaji dari berbagai kisah seperti yang antara lain dituangkan dalamSerat Siti Jenar10 dan Kitab Bayan Budiman.11

C. Guru Mursyid dalam Pencerahan Batin

"Sekelompok orang duduk melingkari seorang mursyidtawajuhan mengucap dzikir nafi-isbat. Pada suatu hitungan, lafadzla diucapkan bersama tarikan nafas dari pusar hingga ubun-ubun,bunvi ilaha bersama gerakturun kepala miring ke kanan hingga bahu.Ucapan ilia disertai pemalingan kepala ke kiri hingga dada laludiguncang ke arah jantung bersama ucapan allah. Lafadz ini diyakini

10' Abdul Munir Mulkhan, 2001, cet ke-8, Syekh Siti Jenar; PergumutanIslam-Jawa, Bentang Budaya, Bentang Budaya, Yogyakarta.Lihat jugaAbdul Munir Mulkhan, 2002, cet ke-7, Ajaran Dan Jalan Kematian SyekhSiti Jenar, Kreasi Wacana, Yogyakarta.

"• Abdul Munir Mulkhan, 2003, cet ke-3, Burung Surga Dan Syekh SitiJenar, Kreasi Wacana, Yogyakarta.

KependiJitan Islam, Vol.1. No.2, Januari-Maret 2004 129

Page 10: KECERDASAN MAKRIFAT DAN REVOLUSI SPIRITUAL DALAM ...

menjalar ke seluruh tubuh melalui tujuh organ; qalb, ruh, sirr, khafiy,akhfa, nafs (akal budi), qalab (titik-titik halus meliputi seluruh tubuh).Tawajuhan diyakini bisa membuat murid mendapat nur ilahi, dijaminmasuk surga, berada di sisi Tuhan, dikasihi Allah dan rasul, selamatsaat berpergian, bebas wabah, saat mati dihormati nabi hingga liangkubur bertaman dengan buah dari surga, dicatat 70 malaikat, dosaorang-tua dan dirinya diampuni, di hari kiamat berkumpul nabi dankeluarga, bebas kejahatan jin dan manusia serta bala dunia-akhirat,usahanya yang baik selalu berhasil."12

Sejumlah lafadz dzikir yang diucapkan berulang-ulang dalamsuatu kelompok dengan gerak dan irama serta intonasi khas bisamembuat seseorang tak sadar diri dan trans atau dalam keadaanhal. Ritual dzikir di bawah bimbingan guru sufi sang mursyid ataudilakukan sendirian, ritual salat akhir malam di tempat khusus dengankonsentrasi penuh diyakini bisa membawa seseorang dalam duniabatin menerobos segala batasfisikyang disebutkasyaf. Namun, bataskearifan pencerahan batin dan ketersesatan ruhaniah yang disebutsosiolog sebagai alkoholisme amat tipis seperti tipisnya batas antaraguru yang jujur dan ikhlas dengan guru culas. Bukti yang bisa dilihatialah perilaku empirik yang terukur, walaupun sering tak begitupenting dan diakui oleh pelaku sufi.13

Kisah-kisah spiritual yang sering dikaitkan dengan kehidupankaum sufi selalu merupakan cerita yang muncul sepanjang sejarah.Nabi dan Rasul sendiri dipercaya memiliki kemampuan ajaib yangtak bisa dilakukan orang lain disebut mukjizatyaitu kemampuan yangdiperoleh bukan dari belajar tetapi suatu pemberian Tuhan bagimereka yang terpilih.Berbagai keadaan mental dan posisi spiritualatau hal dan kasyaf iebih merupakan pengalaman pribadi yangsupersubyektif. la bukan sesuatu yang buruk dan tidak benar, tapihampir mustahil dikomunikasikan dan dilakukan orang lain denganhasii yang sama walaupun melalui cara serupa.

Bagai sesosok mayat, nasib manusia awam atau kebanyakantergantung pada guru mursyid dengan ajaran yang tak disusun sefor-mat aturan dalam syariah. Hal ini membuat ajaran Sufi Iebih populisdan terbuka bagi semua orang, apakah dari awam atau ulama, ber-pendidikan tinggi dan kaya atau rakyat kecil yang tak pernah ber-sekolah. Namun ajaran sufi bisa Iebih formal dan Iebih beku dibanding

12' Dudung Abdurrahman, 1990, Kehidupan Penganut Tarekat Qadiriyah WaAn-Naqsyabandiyah Di Desa Temuroso Kecamatan Cuntur KabupatenDemak Jawa Tengah, Laporan Penelitian, Depag PLPA, Jakarta. Lihatjuga Dudung Abdurrahman, 1994, Perubahan StrukturDan Sosial-BudayaPenganut Tarekat Qadiriyah Wa Naqsyabandiyah di Desa Mlangi SlemanYogyakarta, Laporan Penelitian, FakAdablAIN Sunan Kalijaga Yogyakarta,Yogyakarta.

"• Lihat Kisah Ramly Araby dengan PT QSAR-nya, Majalah Tempo, 22September 2002.

I3O Kecerdasati Mabrifat... (Abdul Munir Mulkan)

Page 11: KECERDASAN MAKRIFAT DAN REVOLUSI SPIRITUAL DALAM ...

doktrin syariah jika mengalami teknologisasi dalam tradisi tarekatyang membuat seorang murid tanpa pilihan kecuali tunduk bagaikanmayat yang menyerahkan nasib pada sang guru mursyid melaluisumpah setia atau baiat. Sang murid hanya mempunyai pilihan me-menuhi seluruh perintah sang guru mursyid atau ia terancam pen-deritaan abadi di dunia ini atau pun di akhirat sesudah masa kematiannanti.

Setiap guru mursyid bisa membuat sendiri serangkaian langkahtarekat dengan bacaan dzikir yang perannya disahkan oleh rantaigeneologis pada garis hubungan biologis dengan diri Nabi MuhammadSaw, Karena rantai geneologis itu sang guru mursyid memilikisegudang perlakuan istimewa dan dipercayai memiliki sejumlah aurakharismatik yang membuat otoritasnya penuh rahasia yang tak bolehdiketahui sang murid. Tuhan sendiri dikonstruksi sebagai subyeksekaligus obyek di puncak struktur rahasia gaib dengan tampilanpara nabi dan rasul penuh mukjizat. Bersama orang-orang terpilihyang memperoleh hidayah karomah dengan kemampuan luar biasayang tak mungkin dilakukan orang biasa yang tetap hanya seorangmurid di dalam art! sesungguhnya, menempatkan mursyid atau walisebagai penghantar bagi semua orang untuk bisa memasuki danbercumbu dengan wilayah gaib dan maha sumbernya Tuhan Allahsendiri.

Siapa pun bisa menempatkan diri di dalam satu titik dari ling-karan mata-rantai kegaiban yang membuatnya seperti tersedot tanpasadar ke dalam arus gelombang ruhaniah amat dahsyat mengasikkandan memabukkan disertai janji-janji kegaiban. Hal ini membukapeluang setiap orang tanpa ilmu dengan atau tanpa guru mursyidmelakukan praktik sufi dengan atau tanpa tarekat. Sufi teoretis,tarekat atau praksis sufi merupakan gejala kehidupan Muslim santriatau abangan, kelas atas atau wong cilik. Karena itu praktik sufi dantarekat membuatnya begitu populistapi bisa juga elitis, terbuka bagisemua orang tapi bisa berubah amat tertutup.

Gejala sosial masyarakat sufi telah lama menarik perhatianahli ilmu sosial saat ajaran sufi begitu populer bagi orang kebanyakan.Kunci keberagamaan sufi atau pun syariah serta model lain sama-sama terpusat pada usaha memperoleh keridlaan Tuhan melaluitakdir-Nya dengan tata laku yang bisa beragam dan berbeda di sanasini. Keridlaan Tuhan adalah kunci sukses duniawi dan ukhrawi yangbisa menjadi pembuka peluang bagi orang-orang khusus menempatiposisi sebagai mediator bagi hubungan orang awam dan Tuhan yangdisebutguru mursyid.

Persoalannya terletak pada konsep tauhid sebagai akar dandasar kepercayaan dimana Tuhan dipercaya sebagai pelaku tung-galdan terlibat dalam semua peristiwa yang bisa menciptakan modelmistik melalui "orang suci." Popularitas sufi sebagai reaksi formalisasitauhid dan syariah verbal yang kurang menghargai pengalaman

Kependidikan Islam, Vol.1. No.2, Januari-Maret 2004

Page 12: KECERDASAN MAKRIFAT DAN REVOLUSI SPIRITUAL DALAM ...

religius. Sementara sufi member! ruang luas bag) pengembangankesalehan batin, di saat Tuhan tak pernah bisa dirumuskan secarajelas. Tuhan yang transenden dan abstrak itu telah membukapenafsiran lokal sesuai pengalaman personal yang bisa dimanipulasisiapa saja yang berjubah Tuhan. Muncullah peran perantara hubunganmanusia-Tuhan yang seringkali menjadi inti praktik-praktik sufi atautarekat.

Faktanya di lapangan, praktik syariah atau sufi memerlukanjasa orang-orang khusus yang disebut guru mursyid, orang alim atauorang pintar di dalam beragam posisi; imam, guru ngaji atau khatib.Pada tahap lanjut, fungsi sosial orang khusus ini terlembaga dalamorganisasi Islam atau tempat dan kegiatan ibadah sebagai pimpinan.Melalui "orang suci" itulah umat dan orang awam menghubungkandiri secara permanen dengan Tuhan dan berharap memperolehkebaikan di dunia dan sesudah kematian.

Karena itulah mengapa ulama memiliki kedudukan istimewasebagai pelanjut fungsi kenabian dan posisi sentral Muhammad yangmenyatukan ek-strimitas Tuhan yang sakral dan suci dengan manusiayang profan. Tuhan Satu itu sekaligus ada di semua tempat, keadaan,wak-tu dan meliputi segala hal. Lahirlah ide mujassimah (panteis)sebagai akar gagasan wihdatul wujud dalam tradisi sufi. OrganisasiIslam dari yang paling sederhana hingga partai bukan sekedarlembaga sekuler tapi suatu praktik mistik hubungan dengan Tuhansendiri. Melalui partisipasi ke dan di dalam organisasi itu umat ber-harap memperoleh keridlaan Tuhan yang dengan itu mereka meyakinibisa memperoleh nasib dan rejeki yang lebih baik, di dunia dansesudah hari kematian dalam kehidupan akhirat nanti.

Terdapat beragam peristiwa mistik dalam praktik sufi (tarekat)termasuk tehnik pembersihan jiwa. Hasil yang dicapai bisa merupakanperilaku yang oleh ahli ilmu sosial disebut alkoholis atau refleksi pen-cerahan batin. Alkoholis, semacam mabuk ruhaniah seperti "syetanberjubah guru sufi" atau kecerahan batin, keduanya bisa menimbulkansuatu kepuasan ruhaniah yang tiada tara. Praktik keagamaan sufistikatau syariahistik bisa berfungsi seperti yang disebut Karl Marx sebagaisuatu candu atau semangat kerja duniawi yang disebut Max Weberdengan etika Protestan.14

Kemahakuasaan Tuhan dan takdir-Nya sebagai rahasia abadiselalu membuka peluang bagi praktik mistik dan mediator yangmenjual jasa spiritual bagi maksud ekonomis atau politik, mungkinpula didasari tujuan-tujuan ideal keruhanian. Pada saat yang samakeserbarahasiaan Tuhan membuka peluang bagi siapa saja untukmemperoleh keridlaan Tuhan dengan caranya sendiri. Muncullahberagam tehnik penyucian jiwa yang dengan harapan memperoleh

"• Abdul Munir Mulkhan, 2000, Islam Murni Dalam Masyarakat Petani,Bentang Budaya, Yogyakarta.

•J 32 Kecerdasan MaWat... (Abdul Munir Mulkan)

Page 13: KECERDASAN MAKRIFAT DAN REVOLUSI SPIRITUAL DALAM ...

keridlaan Tuhan sehingga semua menjadi mudah bahkan serba bolehkarena Tuhan telah menyatu dalam dirinya.

Seperti sebuah ideologi dan teori ilmiah, Tuhan pun seringkalidipakai sebagai topeng bagi sebuah kerakusan kepentingankekuasaan hedonis yang kadang dengan meninabobokan rakyat,namun bisa juga bagi sebuah aksi kemanusiaan luar biasa di luarbatas-batas rasional materialitik. Orang pun bisa mengorbankankepentingan diri, keluarga dan golongannya di dalam suatu kefakiranatau kefanaan bagi sebuah kehidupan ideal yang membuat manusiadengan beragam bangsa dan kepemelukan agama atau tanpakeagamaan sekali pun menikmati kebahagiaan dan diperlakukanmanusiawi. Akhirnya terpulang kepada penganut setiap agamatentang apa yang sebenarnya yang dicari dan untuk apa setelahpencarian itu terpenuhi.

KependiJikan Islam, Vol.1. No.2, Januari-Maret 2004 133

Page 14: KECERDASAN MAKRIFAT DAN REVOLUSI SPIRITUAL DALAM ...

DAFTAR PUSTAKA

Abdurrahman, Dudung, 1990, Kehidupan PenganutTarekatQadiriyahWa An-Naqsyabandiyah Di Desa Temuroso Kecamatan GunturKabupaten Demak Jawa Tengah, Laporan Penelitian, DepagPLPA, Jakarta., 1994, Perubahan Struktur Dan Sosial-Budaya PenganutTarekat Qadiriyah Wa Naqsyabandiyah di Desa Mlangi SlemanYogyakarta, Laporan Penelitian, Fak Adab IAIN Sunan KalijagaYogyakarta, Yogyakarta

Burckhardt, Titus, 1984, Mengenal Ajaran Kaum Sufi, Pusataka Jaya,Jakarta

Dasuki (ed), 1994, EnsiklopediIslam, Jld 1-5, Ichtiar Baru Van Hoeve,Jakarta.

Fromm, Erich, 1995, Masyarakat Yang Sehat, Yayasan OborIndonesia, Jakarta., 1996, Revolusi Harapan, Pustaka Pelajar, Yogyakarta.

Fukuyama, Fukuyama, 1996, Trust: The Social Virtues and TheCreation of Prosperity, London, Pinguin Books.

Mulkhan, Abdul Munir, 2003, Revolusi Kesadaran Dalam Serat-SeratSufi, Serambi, Jakarta., 2003, (cet ke-3), Burung Surga dan Syekh Siti Jenar, KreasiWacana, Yogyakarta., 2003 (cet ke-10), Ajaran Dan Jalan Kematian Syekh Siti Jenar,Kreasi Wacana, Yogyakarta, 1992, Mencari Tuhan Dan Tujuh Jalan Kebebasan; SebuahEsei Pemikiran Imam Al Ghazali, Bumi Aksara, Jakarta., 2001, cet ke-8, Syekh Siti Jenar; Pergumulan Islam-Jawa,Bentang Budaya, Bentang Budaya, Yogyakarta, 2000, Islam Murni Dalam Masyarakat Petani, Bentang Budaya,Yogyakarta., 1996, Sufistisasi Religusitas, Harian Kompas 1 Nopember1996, Jakarta., 2001, Etika Kemanusiaan Pemberlakuan Syariat, HarianKompas, Sabtu 8 Desember 2001, Jakarta., 1994, TeologiDan Fiqh Dalam Tarjih Muhammadiyah, Sipress,Yogyakarta., 2000, Muhammadiyah dan Jalan Kebudayaan Mencapai Tuhan,Jurnal Bestari UM Malang Nomor 30 Th XIII, 2000, him 34-38.

Nasution, Harun, 1978, Filsafat dan Mistttisme Dalam Islam, BulanBintang, Jakarta

Trimingham, J. Spencer, 1999, Madzhab Sufi, Pustaja, Bandung.Majalah Tempo, 22 September 2002.

134 Kecerdasan Makrifat... (Atdul Munir Mulkan)