Kebutuhan Bermain
Kebutuhan BermainAini Alifatin, SKpTujuan Instruksional Umum
:
Mahasiswa memahami pengetahuan tentang Kebutuhan bermain bagi
AnakTujuan Instruksional Khusus :
1. Mahasiswa memahami tentang pengertian, klasifikasi
berdasarkan isi dan karakteristik social bermain, dan fungsi
bermain.
2. Mahasiswa memahami tentang Kecenderungan usia anak dalam
karakteristik bermain3. Mahasiswa memahami tentang pemilihan alat
permainan edukatif4. Mahasiswa memahami tentang kebutuhan bermain
di Rumah Sakit dan manfaatnya5. Mahasiswa memahami tentang terapi
bermainPENDAHULUAN
Anak tidak memisahkan antara bermain dan bekerja. Bagi anak
bermain merupakan seluruh aktivitas anak termasuk bekerja,
kesenangannya dan merupakan metode bagaimana mereka mengenal dunia.
Bermain tidak sekedar mengisi waktu, tetapi merupakan kebutuhan
anak seperti halnya makanan, perawatan, cinta kasih dll. Anak
memerlukan berbagai variasi permainan untuk kesehatan fisik, mental
dan perkembangan emosinya. Melalui bermain , anak tidak hanya
menstimulasi perkembangan otot-ototnya, tetapi lebih dari itu. Anak
tidak sekedar melompat, melempar dan berlari, tetapi mereka bermain
dengan menggunakan seluruh emosinya, perasaannya dan pikirannya.
Kesenangan merupakan salah satu elemen pokok dalam bermain. Anak
akan bermain sepanjang aktifitas tersebut menghiburnya.
Menurut Miller, setiap anak memiliki insting untuk bermain,
yaitu kebutuhan untuk berkreatifitas dalam pola tertentu yang
sangat membantu proses pertumbuhan dan perkembangan, bermain juga
merupakan sarana belajar, sebab bagi mereka bermain dan belajar
merupakan suatu kesatuan dan suatu proses yang terus menerus
terjadi dalam kehidupannya, Spock, Rothenberg atau Bruner
mengatakan bahwa bermain merupakan sesuatu yang sangat serius
karena merupakan cara meniru perilaku orang dewasa dan berusaha
menguasai untuk mencapai kematangan, sementara Gross berpendapat
bahwa bermain merupakan kenyataan indah yang dijumpai pada
kehidupan hampir semua anak di dunia, Frank mengatakan bahwa
bermain adalah cara terbaik bagi anak untuk mempelajari sesuatu
yang baru, karena mereka hampir tidak menemukan cara lain untuk
melakukannya, Jean Piaget mengemukakan bahwa bermain sangat
membantu meningkatkan perkembangan kognitif
Menurut Garvey ada 5 karakteristik bermain : pertama bermain
merupakan sesuatu yang menyenangkan dan memiliki nilai positif bagi
anak, kedua : bermain didasari motivasi yang muncul dari dalam,
ketiga bermain sifatnya spontanitas dan sukarela, bukan kewajiban,
keempat : bermain senantiasa melibatkan peran aktif dari anak dan
kelima bermain memiliki hubungan sistematik yang khusus dengan
sesuatu yang bukan bermain (kemampuan kreatif, memecahkan masalah,
kemampuan bahasa, kemampuan memperoleh teman sebanyak mungkin
dsb)
PENGERTIAN
Pengertian bermain belum bisa didefinisikan dengan pasti menurut
beberapa ilmuwan, namun yang bisa di amati adalah beberapa
pengertian yang disampaikan oleh beberapa ilmuwan diantaranya Seto
Mulyadi yang mengatakan bahwa kegiatan apapun yang apabila
dilakukan menimbulkan suasana yang menyenangkan dan disukai oleh
anak, disebut bermain.PERANAN BERMAIN DALAM PERKEMBANGAN
Melalui bermain anak belajar tentang sesuatu yang tidak bisa
diajarkan oranng lain padanya. Anak belajar tentang dunianya dan
tentang dirinya yang berada dalam duania itu- apa yang bisa mereka
lakukan, cara mengaitkan sesuatu terhadap situasi dan cara
beradaptasi terhadap tuntutan masyarakat terhadap dirinya. Bermain
merupakan pekerjaan anak. Dengan bermain anak secara
berkesinambungan menjalani proses kehidupan yang rumit dan
stresful, berkomunikasi dan menjalin hubungan yang menyenangkan
dengan orang lain.
KLASIFIKASI BERMAINBila dikaitkan dengan perkembangan anak, pola
anak bermain bisa dikategorikan sesuai aspek isi dan aspek
sosialnya. Pada kedua pola bermain ini ada efek akumulatifnya yang
terbina berdasarkan pencapaian sebelumnya dan beberapa komponennya
akan menetap selama hidup. Setiap tahapan bermain merupakan
landasan permainan selanjutnya.
ISI BERMAINKandungan utama bermain adalah aspek fisik dan
hubungan sosial. Isi bermain mengikuti trend terarah yaitu dari
sederhana ke rumit.
Bermain dimulai dengan bermain afektif sosial (Social affective
play) dimana bayi merasa senang /bahagia berhubungan dengan orang
sekitarnya. Bermain dimulai ketika orang tua berbicara, memeluk,
bersenandung dan bayi/anak memberikan respon dengan tersenyum,
mendengkur, bermain dan beraktifitas. Tipe dan intensitas perilaku
hubungan orang tua dengan anak sangat beragam sesuai kultur.
Bermain untuk senang-senang / sense - pleasure play merupakan
pengalaman tanpa stimulasi sosial yang timbul begitu saja. Objek
dilingkungan (seperti cahaya , warna, rasa , bau, tekstur dan
konsistensi) menarik perhatian anak, menstimulasi inderanya dan
memberi kesenangan. Pengalaman yang menyenangkan bisa diperoleh
dari merasakan benda alam (air, pasir, makanan) gerakan tubuh
(mengayun, melempar, menggendong) dan dari penggunaan indera dan
kemampuan lain.
Ketika telah terbina ketrampilan meraih dan memanipulasi, anak
berulang kali melatih dan melakukan kemampuan yang baru saja
didapatnya dengan bermain ketrampilan /skill. Bermain-main untuk
senang-senang seringkali terlihat ketika anak
mempraktekkanketrampilan baru, tetapi seringkali keinginan untuk
mendapatkan ketrampilan ini menimbulkan nyeri dan frustasi
(misalnya belajar naik sepeda)
Pada perilaku bermalas-malasan/unoccupied behavior anak tidak
bermain tetapi memusatkan perhatian pada segala sesuatu yang
menarik perhatiannya. Anak melamun, sibuk dengan bajunya atau benda
lain, berjalan tanpa tujuan. Peran ini berbeda dibandingkan dengan
anlooker, dimana anak aktif memperhatikan aktifitas anak lain.
Salah satu elemen penting dalam proses identifikasi anak adalah
bermain dramatik, atau disebut juga permainan simbolik atau
pura-pura.Permainan ini dimulai pada akhir masa bayi (usia 11 - 13
bulan) ketika anak mulai berpura-pura melakukan kegiatan keluarga
seperti makan, tidur, minum dari mangkok. Pada anak toddler
kegiatan masih berupa hal yang dikenalnya. Pada usia pra sekolah,
permainan anak bukan lagi berupa kegiatan sehari-hari, tetapi
permainan yang lebih rumit. Permainan dramatik merupakan bentuk
permainan utama anak prasekolah.
Dengan memerankan kejadian sehari-hari, anak mempelajari dan
melakukan peran dan identitas yang dicontohkan oleh anggota
keluarga dan masyarakatnya. Bermain pura-pura merupakan acuan untuk
mengujikan dan mengasimilasikan perilaku dewasa (Connoly, Doyle dan
Reznick, 1998)
Permainan anak merupakan replika/peniruan dari alat di
masyarakat, merupakan media untuk mempelajari peran dan aktifitas
dewasa yang membingungkan anak. Berinteraksi dengan dunia merupakan
salah satu cara anak untuk mengenalnya. Permainan dramatik,
imitatif, sederhana yang dilakukan anak toddler seperti
penggunaan/memakai telepon, menyopir mobil, menimang boneka
berkembang menjadi permainan drama yang lebih rumit yang dilakukan
anak prasekolah yang akhirnya meluas diluar kebiasaandomestik ke
aspek yang lebih luas di dunia dan masyarakat seperti main polisi,
pedagang, guru, perawat. Anak yang lebih besar bermain dengan tema
yang lebih rinci dengan memerankan cerita dan permaian yang
diirencanakan sebelumnya.
Anak , apapun kulturnya, melakukan permainan/games sendiri atau
bersama teman. Beermain soliter termasuk game yang dimulai ketika
bayi kecil melakukan kegiatan, mengulangnya dan berlanjut ke games
yang lebih rumit. Games yang rumit, menantang ketramopilan
kemandirian anak, misalnya menyelesaikan teka-teki (Puzzle) soliter
dan berlanjut dengan komputer games dan video. Games dilakukan oleh
anak-anak yang sama tingkat perkembangannya. Anak kecil berperan
serta dalam permainan imitatif sederhana seperti cilukba (bayi)
Anak prasekolah belajar dan mulai menyukai permainan formal yang
dimulai dengan ritual, permainan yang dipelajari sendiri seperti
permainan bak benteng. Anak prasekolah tidak bermain games yang
sifatnya kompetitif. Mereka mencoba permainan kompetitif tetapi
sukar untuk tidak bersaing. Anak prasekolah tidak bisa
(sukar)menerima kekalahan, mencoba menipu dan mengubah aturan atau
menuntut pengecualian dan kesempatan untuk mengubah aturan main.
Permainan kompetitif merupakan permainan anak sekolah dan remaja
yang menyukai berbagai permainan termasuk permainan kartu, catur,
halma dan permainan fisik lain, misalnya kasti.
KARAKTER SOSIAL DARI BERMAINPada masa bayi, interaksi bermain
terjadi antara anak dengan orang dewasa. Selanjutnya anak tetap
menyukai keberadaan orang dewasa tetapi kemampuan untuk bermain
sendiri meningkat. Dengan peningkatan usia, interaksi sebaya
merupakan bagian penting prosessosialisasi. Dengan berinteraksi,
bayi yang sangat egosentris dan tidak mampu mentoleransi penundaan
atau gangguan lain, akhirnya peduli akanorang lain dan mampu
menunda/menolak pemuasan yang memerlukan pengorbanan orang lain.
Sepasang toddler bisa berkelahi hebat karenamasing-masing tidak
mampu bertoleransi terhadap penundaan kebutuhan personalnya. Ketika
anak mencapai usia 5 atau 6 tahun, anak bisa berkompromi atau
menerima batasan/aturan, biasanya tercapai setelah masing-masing
anak mencoba dan gagal untuk menerapkan caranya sendiri. Dengan
interaksi berkesinambungan dengan sebaya, dan dengan meningkatnya
kemampuan konseptual dan ketrampilan sosial, anak mampu
meningkatkan peran sertanya dengan yang lain.
Selama bermain Anlooker/lihat-lihat/mengamati anak meklihat yang
dilakukan anak lain tetapi tidak ada usaha untuk ikut bermain..
Contohnya menonton televisi.
Anak yang bermain soliter / mandiri / sendiri ,menyukai
kehadiran anak lain tapi tidak ada usaha untuk mendekat atau
berbicara. Perhatian anak terpusat pada permainannya / aktifitanya
sendiri.
Selama bermain paralel, anak bermain mandiri /sendiri, anak
bermain mandiri diten gah anak lain. Mereka bermain dengan
permainan yang serupa dengan mainan anak di sekitarnya, selama anak
cocok dengan lingkungannya, tidak ada yang terpengaruh atau
dipengaruhi anak lain. Anak bermain berdampingan tetapi tidak
bersama anak lain. Tidak ada asosiasi kelompok. Bermain paralel
merupakan ciri bermain anak toddler, walaupun kelompok usia lain
bisa juga bermain paralel. Misalnya yang terlibat dalam kegiatan
membuat kerajianan tangankreatif dimana masing-masing mengerjakan
proyeknya sendiri.
Bila anak bermain dan melakukan aktifitasnya serupa, tetapi
tidak ada aturan atau pembgian kerja, pemimopin atau tujuan bersama
maka permainban ini disebut bermain assosiatif. Anak saling
meminjamkan alat permainan, saling mengikuti dengan sepeda roda
tiga dan kadang -kadang menentukan siapa yang boleh ikut dalam
kelompok . Setiap anak melakukan apa saja yang dimauinya, tidak ada
tujuan kelompok. Misalnya 2 anak bermain boneka, saling meminjamkan
baju/peralatan boneka, berbicara dalam bahasa yang sama, tetapi
tidak ada yang membuat aturan permainan. Pada bermain assosiatip
ada penularan perilaku, bila satu anak memulai satu kegiatan,
seluruh anak akan mengikuti contoh tersebut.
Bermain kooperatif terorganisir, anak bermain dalam kelompok
dengan anak lain. Anak membahas dan merencanakan kegiatan dengan
tujuan mencapai sesuatu, membu- at sesuatu, bersaing,
mendramatisasi situasi kehidupan dewasa atau melakukan permainan
formasi. Kelompok tidak terlalu ketat , tetapi ada perasaan
kebersamaan atau ketidakbersamaan. Tujuan dan
pencapaiannyamemerlukan pengaturan aktifitas, pemba- gian tugas,
dan pelaksanaan peran. Dalam bermain kooperatif akan terbentuk
hubungan peminpin-pengikut, dan aktifitas dikontrol oleh 1 atau 2
anggota yang menentukan peran dan mengarahkan kegiatan anggota
lainnya. Aktifitas diatur sedemikian rupa dan memberi kesempatan
pada seorang anak untuk menggantikan fungsi anak lain agar tujuan
bisa tercapai.
KECENDERUNGAN UMUM SELAMA MASA KANANK-KANAK
uSIAkARAKTERISTIK SOSIALISITIPE PALING LAZIMKARAKT AKTIVITAS
SPONTANTUJUAN BERMAIN DRAMATIKPERKEMBANGAN RASA ETIK
BAYISOLITER
(SENDDIIRI)AFEKTIF-SOSIALSENSORIMOTORKESENANGANIDENTITAS DIRI-
TODLERpARALELIMITATIFGERAKAN TUBUHPENILAIAN INTUITIFMEMPELAAJARI
PERAN JENDERMEMULAI NILAI-NILAI MORAL
PRESCHOOLASOSIATIFIMAJINATIFFANTASI, PERMAINAN
INFORMALPEMBENTUKAN KONSEP, IDE KONSTAN YANG BERALASANMENIRU
KEHIDUOPAN SOSIAL DAN MEMPELAJARI PERAN SOSIALMENGEMBANGKAN
PERHATIAN PD TEMAN-TEMAN BERMAIN, BELAJAR UNTUK BERBAGI DAN BEKERJA
SAMA
SCHOOLKOOPERATIFKOMPETITIF DAN KONTES FANTASIAKTIFITAS FISIK,
AKTIFITASKELOMPOK, PERMAINAN FORMAL, BERMAIN PERANMENGUJI SITUASI
KONGKRET DAN PEMECAHAN MASALAH, MENAMBAHKAN INFORMASI
BARUPENGUASAAN PENGALAMAN ORANG LAINLOYALITAS SEBAYA, BERMAIN
DENGAN ATURAN , KEPAHLAWANAN
ADOLESCENTKERJA SAMAKOMPETITIF DAN KONTESINTERAKSI
SOSIALPEMEVCAHAN MASALAH ABSTRAKMENUNJUKKAN IDE-IDEPENYEBAB DAN
PROYEK
FUNGSI BERMAIN
bermanfaat untuk perkembangan sensorik - motorik, intelektual,
sosialisasi, kreatifitas, kesadaran diri dan nilai terapetik dan
bermain pada anak sangat moral.
PERKEMBANGAN SENSORIK MOTORIK
Aktifitas sensorik motorik merupakan komponen utama bermain pada
anak (semua tingkat usia) terutama bayi. Bermain aktif penting
untuk perkembangan otot dan merupakan cara terbaik untuk
mengeluarkan energi yang berlebihan. Melalui aktifitas sensorik
motorik ini, anbak mengeksplorasi alam sekitarnya. Bayi mendapatkan
kesan tentang dirinya dan dunianya melalui stimulasi taktil
(sentuhan), audio (pendengaran), visual(penglihatan)dan kinetik.
Anak toddler dan prasekolah senang dengan gerakan tubuh dan
eksplorasi lingkungan. Anak tetap bermain sensorik motorik,
walaupun dengan meningkatnya maturitas, permainan menjadi lebih
berdiferensiasi. Anak kecil mendapatkan kesenangan dengan gerakan
tubuh, anak yang lebih besar memodifikasi gerakan tubuh menjadi
aktifitas yang lebih terkoordinasi dan rumit seperti berlomba lari,
permainan, beroda luncur atau bersepeda.
PERKEMBANGAN INTELEKTUAL
Melalui eksplorasi dan manipulasi anak belajar warna, bentuk
ukuran dan manfaat benda. Anak belajar tentang manfaat angka dan
cara menggunakannya, mengaitkan kata dengan benda, membina konsep
abstrak, membina hubungan ruang seperti di atas, dibawah, kebawah
dan melewati. Aktifitas seperti puzzle ( teka-teki ) dan games
membantu anak membina ketrampilan menyelesaikan masalah. Buku
cerita , film dan koleksi akan meluaskan pengetahuan anak,
sekaligus menimbulkan kesenangan. Bermain juga merupakan cara untuk
mempraktekan dan meningkatkan ketrampilan berbahasa. Melalui
bermain, anak juga sevcara berkesinambungan mengulangi pengalaman
lalu dan menerapkannya ke dalam persepsi dan hubungan yang baru.
Bermain membantu anak memahami dunia tempat tinggalnya dan
membedakan khayalan dan kenyataan.
SOSIALISASI
Semenjak bayi anak menunjukkan perhatian dan rasa senangnya akan
kehadiran orang lain.Kontak sosial anak pertama anaka adalah dengan
figur ibu, tetapi dengan bermain bersama anak lain, anak belajar
membina hubungan sosial dan menyelesaikan masalah yang berkaitan
dengan hubungan sosial ini..
Pada 5 tahun pertama, anak melewati 4 tahapan berbeda sdalam
membina kemampuan sosial bermain. Sampai berusia 1 tahun, bayi
memeriksa bayi lain dengan cara yang sama dengan cara mereka
memeriksa obyek lain di lingkungan. Anak berusia 2 - 3 tahun
umumnya melakukan permainan pura-pura dengan peran saling
tergantung seperti ibu dan anak, dokter dan pasien, penjual dan
pembeli. Siklus sosial anak meluas, ada teman sementara dan teman
permanen. Ketika anak berusia pra sekolah, anak sangat menyadari
keberadaan kelompok teman sebaya dan bisa ,mengidentifikasi ciri
yang ada dari setiap teman bermainnya. Anak mempunyai 1 atau 2
teman bermain yang disukainya. Anak mampu saling melakukan
penilaian dan merasakan beda antara kawan-kawan baik dengan
satu-satunya teman yang setia.
Dengan bermain anak belajar memberi dan menerima. Hal ini lebih
banyak dipelajari anak melalui kritik temannya dibandingkan dengan
yang dipelajarinya dari orang dewasa yang lebih toleran. Anak
belajar peran gender, pola perilaku dan tindakan yang disetujui dan
diharapkan dari masyarakat darinya. Perkembangan nilai moral dan
etik sangat terkait dengan sosialisasi. Anak belajar membedakan
yang benar dari yang salah, niorma masyarakat dan memahami tanggung
jawab dari tindakannya.
KREATIFITAS
Elkind (1991) menyatakan bahwa hebatnya tekanan akademik yang
ditimpakan pada anak , meningkatnya perceraian orang tuia, orang
tua tunggal dan keluarga dengan kedua orang tua bekerja trelah
meningkatkan tangggung jawab yang dibebankan pada anak dan
mengurangi kesempatan anak untuk bermain spontan dan berkhayal.
Tidak ada satupun situasi diimana lebih banyak kesempatan untuk
kreatif dibandingkan ketika bermain. Anak bisa mencoba dan melatih
idenya dalam bermain melalui setiap medium pada disposal anak
termasuk material mentah, fantasi dan eksplorasi.Kreatifitas
terutama merupakan nproduk dari aktifitas soliter, walaupun
demikian berfikir kreatif seringkali dikuatkan pada tatanan
kelompok dimana mendengar pada ide orang lain menstimulasi
eksplorasi lebih jauh tentang idemnya sendiri. Begitu anak merasa
opuas karena menhasilkan sesuatu yang baru dan berbeda, mereka
menstransfer interest kreatif pada situasi di luar dunia
bermain.
KESADARAN DIRI
Dimulai dengan eksplorasi aktif tubuh dan kesadaran bahwa
dirinya terpisah dari pengasuh, proses identitas diri difasilitasi
melalui kegiatan bermain. Anak belajar siapa dirinya dan dimana
tempatnya di dunia ini.Kemampuan anak akan meningkat hebat untuk
mengatur perilakunya sendiri, belajar sejauh mana kemampuannya dan
untuk membandingkan kemampuannya memahami dan mencoba berbagai
peran dan belajar tetang efek perilakunya pada orang lain.
NILAI TERAPEUTIK
Bemain bersifat terapeutik pada usia berapapun. Bemain memberi
cara untuk melepaskan ketegangan dan stress yang ditemukan pada
lingkungan. Ketika bermain anak bisa mencurahkan emosinya dan
melepaskan impuls yang tidak bisa diterima dalam gaya yang bisa
diterima, secara sosial. Anak mampu mencoba dan menguji situasi
yang menakutkan dan bisa memahami dan berpura-pura menguasai peran
dan posisi yang mereka tidak mampu melakukannya dalam dunia nyata.
Anak mengungkapkan banak tentang dirnya ketika bermain . Anak mampu
mengkomunikaskan kebutuhan rasa takut, dan keinginannya pada
pengamat yang waspada melalui bermain yang tidak mampu
diungkapkannya dengan keterbatasan kerampilan bahasanya. Sepanjang
permai- nannya anak butuh kehadiran dan permainan orang dewasa
untuk membantunya mengontrol agresi dan menyalurkan tendensi
destruktifnya.
NILAI MORAL
Walaupun anak belajar di rumah dan disekolah perilaku yang
dianggap bsik / benar dan salah pada kultur, interaksi dengan
sebaya selama barmain sangat besar kontribusinya bagi pelatihan
moral anak. Tidak dimanapun tekanan standard moral sedemikian
kakunya seperti pada situasi barmain. Bila mereka ingin deterima
sebagai anggota kelompok, anak harus mematuhui kode perilaku yang
diterima secara kultur - adil, jujur, kendali diri dan
mempertimbangkan kepentingan orang lain, anak segera belajar bahwa
sebayanya kurang toleran pada violatian dibandingkan dewasa dan
bahwa untuk mepertahankan tempat pada kelompok barmain, anak harus
mematuhi standard kelompok.
KARAKTERISTIK BERMAIN
Ada beberapa aspek bermain yang menampakkan dan bahwa untuk
mempertahankan tempat pada kelompok barmain, anak harus mematuhi
standard kelompok.
TRADISI
Secara umum permainan anak kecil bervariasi sedikit dari
generasi ke generasi dalam kultur. Setiap generasi anak meniru
permainan generasi sebelumnya secara ini bentuk permainan yang
lebih memuaskan dilanjutkan. Banyak tipe permainan merupakan
ksrskteristik semua kultur (main bola, boneka atau tipe permainan
berjalan untuk membantu anak yang baru mulai berjalan
mempertahankan keseimbangan.
WAKTU DAN USIA
Jumlah waktu yang digunakan anak dalam bermain berkurang sesuai
usia. Anak yang lebih besar mempunyai lebih sedikit waktu yang
tersedia untuk bermain karena meningkatnya tugas sekolah dan
tanggung jawab lain. Dengan meningkatnya usia dan perkembangan,
jumlah dan ragamaktifitas bermain berkurang dan bermain mrnjadi
kurang aktif secara fisik, tetapi waktu yang digunakan aktifitas
spesifik meningkat sementara perhatian menyempit. Jumalh teman
bermain berkurang sesuai usia ketika anak maju dari bermain dengan
siapa saja yang tersedia untuk bermain dengan sedikit pilihan dan
usia bermain yang spesifik.
Permainan anak bisa dibagi atas 4 kategori berikut : 1. imitatif
/ peniruan, 2 . eksplorasi, 3. menguji dan 4. model bangunban. Pada
semua usia tipe ini nyata pada permainan anak, tetapi satu tipe
akan mendominasi atas yang lain pada usia spesifik. Misalnya,
bermain imitatif bisa terlihat pada bayi yang bermain ciluk ba,
tetapi mencapai puncaknya pada permainan dramatik pada prasekolah
yang bermain rumahan atau sekolah-sekolahan.
Ketika anak tumbuh besar, aktifitas bermain menjadi kurang
spontan, lebih formal dan terstruktur dan meningkat kepatutan
seksnya. Sementara bayi dan anak kecil dari kedua jenis kelamin
bermain dengan cara yang sama. Ketika mereka masuk sekolah,
kebanyakan anak ikut dalam kegiatan yang dianggap sesuai untuk
jenis kelaminnya. Dibalik usaha untuk memecah aturan stereotipe
peran seks yang kaku, banyak anak laki-laki kecil jelas menyadari
bahwa mereka tidak bermain dengan mainan tertentu dan menghindari
teman bermain wanita.
POLA PERKEMBANGAN
Selama kanak-kanak kegiatan bermain ytertentu populer pada usia
tertentu dan tidak pada usia lain. Aktifitas ini dsangat konsisten
dan bisa diramal bahwa anak kadang-kadang dibagi atas tahapan usia
sesuai tipe karakteristikbermain dari setiap fase perkembangan
khusus.
Ketika anak bertambah besar, anak juga menggunakan material
dalam cara yang lebih bermakna, misalnya bayi atau anak kecil
pertama kali menggunakan balok sebagai sesuatu untuk dipegang,
dilempar dan kemudian sebagai sesuatu yang mewakili benda lain
seperti kapal terbang atau mobil. Bagi anak lebih besar balok
merupakan meterial bangunan dengan mana mereka bisa membangun
struktur yang lebih komplek, selain sebagai objek representatif,
mereka memerlukan replika dari mobil dan kapal terbang yang
akhirnya material ini dibuang semua.
HAL-HAL YANG HARUS DIPERHATIKAN DALAM BERMAIN
Agar anak bisa bermain diperlukan hal-hal seperti ini :
1. Ekstra energi
Untuk bermain diperlukan ekstra energi. Anak yang sakit , kecil
keinginanya untuk bermain.
2. Waktu
Anak harus mempunyai cukup waktu untuk bermain
3. Alat permainan
Untuk bermain diperlukan alat permainan yang sesuai dengan usia
dan taraf perkembangan
4. Ruangan untuk bermain.
Ruangan tidak usah terlalu lebar dan tidak perlu ruangan khusus
untuk bermain. Anak bisa bermain di ruang tamu, halaman, bahkan di
ruang tidurnya
5. Pengetahuan cara bermain
Anak belajar bermain melalui mencoba-coba sendiri, meniru
tamannya atau diberitahu caranya oleh orang lain. Cara terakhir
adalah yang terbaik, karena anak tidak terbatas pengetahuannya
dalam menggunakan alatpermainannya dan anak-anak akan mendapatkan
keuntungan lain lebih banyak.
6. Teman bermain
Anak harus merasa yakin bahwa ia mempunyai teman bermain kalau
ia memerlukan, apakah itu saudaranya, orang tuanya atau temanya.
Karena kalau anak bermain sendiri maka ia akan kehilangan
kesempatan belajar adri teman-temannya. Sebaliknya kalau terlalu
banyak bermain dengan anak lain, maka dapat mengakibatkan anak
tidak mempunyai kesempatan yang cukup untuk menghibur diri sendiri
dan menemukan kebutuhan sendiri. Bila kegiatan bermain dilakukan
bersama orang tuanya, maka hubungan orang tua dengan anak menjadi
akrab, dan ibu/ayah akan segera mengetahui setiap kelainan yang
terjadi pada anak mereka secara dini.
VARIASI DAN KESEIMBANGAN DALAM AKTIFITAS BERMAINAnak memerlukan
alat permainan yang bervariasi, sehingga bila dia bosan dengan
permainan yang satu, dapat memillih permainan lainnya. Misalnya
anak-anak tidak hanya menghabiskan waktunya untuk bermain dengan
pasir, balok ataupun krayon saja, tetapi dia harus punya waktu
walaupun sedikit untuk pertumbuhan ototnya dengan berm,ain tali,
naik sepeda dll.
Bermain harus seimbang, artinya harus ada keseimbangan antara
bermain aktif dan bermain pasif yang biasanya disebut hiburan.
Dalam bermain aktif kesenangan diperoleh dari apa yang di perbuat
oleh mereka sendiri. sedangkan bermain pasif kesenangan diperoleh
dari orang lain
1. Bermain aktif
a. Bermain mengamati/menyelidiki (Exploratory play)Perhatian
pertama anak pada alat permainan adalah memeriksa alat permainan
tersebut. Anak memperhatikan alat permainan, mengocok-ngocok apakah
ada bunyi, mencium, meraba, menekan dan kadang berusaha
membiongkar.
b. Bermain konstruksi (Construction play)
Pada anak umur 3 tahun, misalnya dengan menyusun balok-balok
menjadi rumah-rumahan, dll.
c. Bermain drama (Dramatic play)Misalnya main sandiwara boneka,
main rumah-rumahan dengan saudara-saudaranya atau dengan
teman-temannya.
d. Bermain bola, tali dsb.
2. Bermain pasif
Dalam hal ini anak berperan pasif, antara lain dengan
melihat/mendengar. Bermain pasif ini adalah ideal, apabila anak
sudah lelah bermain aktif dan membutuhkan sesuatu untuk mengatasi
kebosanannya dan keletihan.
contohny : melihat gambar di buku/majalah, mendengarkan
cerita/musik, menonton televisi dll.
Keseimbangan bermain kadang-kadang tidak tercapai apabila
terdapat hal-hal seperti dibawah ini:
1. Kesehatan anak menurun, karena anak yang sakit tidak
mempunyai energi untuk aktif bermain
2. Tidak ada variasi dari alat permainan
3. Tidak ada kesempatan belajar dari alatpermainannya
Meskipun anak mempunyai banyak alat permainan, tetapi tidak
banyak manfaatnya, kalau mereka tidak tahu bagaimana cara
menggunakannya
4. Tidak mempunyai teman bermain
Kalau tidak mempunyai teman bermain, maka aktifitas bermain yang
dapat dikerjakan sendiri akan terbatas.
ALAT PERMAINAN EDUKATIF (APE)
Yang dimaksud dengan APE adalah alat permnaian yang dapat
mengoptimalkan perkembangan anak, disesuaikan dengan usianya dan
tingkat perkembangannya, serta berguna untyuk :
- Pengembangan aspek fisik, yaitu kegiatan-kegiatan yang dapat
menunjang atau merangsang pertumbuhan fisik anak.
- Pengembangan bahasa, dengan melatih berbicara, menggunakan
kalimat yang benar.
- Pengembangan aspek kognitif, yaitu dengan pengenalan suara,
ukuran bentuk, warna dll.
- Pengembangan aspek sosial, khususnya dalam hubungannya dengan
interaksi antara ibu dan anak, keluarga dan masyarakat.
APE tidak harus yang bagus dan dibeli di toko, tetapi buatan
sendiri/alat permainan tradisional pun dapat digolongkan APE
asalkan memenuhi syarat sebagai berikut :
1. Aman
Alat permainan anak di bawah usia 2 tahun, tidak boleh terlalu
kecil, catnya tidak boleh mengandung racun, tidak ada bagian yang
tajam, dan tidak adabagian yang mudah pecah. Karena pada umur
tersebut anak mengenal bendadi sekitarnya dengan memegang,
mencengkeram,memasukkan ke mulut.
2. Ukuran dan berat APE harus sesuai dengan usia anak
Bila ukurannya terlalu besar akan sukar dijangkau anak,
sebaliknya kalau terlalu kecil akan berbahaya karena dapat dengan
mudah tertelan oleh anak. Sedangkan kalau APE terlalu berat, maka
anak akan sulit memindahkan serta akan membahayakan bila APE
tersebut jatuh dan mengenai anak.
3. Desainnya harus jelas
APE harus mempunyai ukuran-ukuran, susunan dan warna tertentu,
serta jelas maksyud dan tujuannya.
4. APE harus mempunyai fungsi untuk mengembangkanberbagai aspek
perkembangan anak, seperti motorik, bahasa , kecerdasan dan
sosialisasi
5. Harus dapat dimainak dengan berbagai variasi, tetapi jangan
terlalu sulit sehingga membuat anak frustasi atau terlalu mudah
sehingga membuat anak cepat bosan.
6. Walaupun sederhana harus tetap menarik baik warna maupun
bentuknya. Bila bersuara, suaranya harus jelas.
7. APE harus mudah diterima oleh semua kebudayaan karena
bentuknya sangat umum
8. APE harus tidak mudah rusak. Kalau ada bagian-bagian yang
rusak harus mudah diganti. Pemekliharaannya mudah, terbuat dari
bahan yang mudajh didapat, harganya terjangkau oleh masyarakat
luas.
Contoh alat permainan balita dan perkembangan yang distimuli
:
1. Pertumbuhan fisik/motorik kasar: sepeda roda tiga/dua,bola
mainan yang ditarik dan didorong, tali dll.
2. Motorik halus: gunting, pensil, bola, balok, lilin dll
3. Kecerdasan / kognitif: buku gambar, buku cerita, puzle, lego,
boneka, pensil warna, radio dll.
4. Bahas: buku bergambar, buku cerita, majalah, radio, tape, TV,
dll.
5. Menolong diri sendiri: gelas/piring plastik, sendok, baju,
sepatu, kaos kaki dll.
6. Tingkah laku sosial: Alat permainan yang dapat dipakai
bersama, misalnya congklak, kotak pasir, bola, tali dll.
KESALAHAN - KESALAHAN DIDALAM MEMILIH ALAT PERMAINAN
7 (Tujuh) Kesalahan yang sering dilakukan dalam memilih alat
permainan:
1. Orang tua memberikan sekaligus banyak macam alat
permainan
Padahal pada umumnya anak-anak suka mengulang - ulang alat
permainan yang sama untuk beberapa waktu lamanya
2. Banyak orang tua membeli alat permainan yang mereka pikir
indah dan menarik.
Tetapi mereka tidak berfikir apa yang akan dikerjakan anak
terhadap alat permainan tersebut
3. Banyak orang tua membayar terlalu mahal untuk alat
permainan
Mereka lupa bahwa alat permainan yang dibuat sendiri atau dari
barang bekas sering menyenangkan pula
4. Alat permainan yang terlalu lengkap/sempurna , sehingga
sedikit peluang bagi anak untuk eksplorasi dan konstruksi. Sekali
anak melihatnya, hanya sedikit tersisa untuk memainkannya
5. Alat permainan tidak sesuai dengan umur anak, anak terlalu
tua atau terlalu muda terhadap alat permainannya. Sehingga maksud
dan tujuan dari alat permainan itu tidak tercapai
6. Memberikan terlalu banyak alat mainan dengan tipe yang
sama
7. Banyak orang tua yang tidak meneliti keamanan dari alat
permainan yang dibelinya.
CIRI ALAT PERMAINAN UNTUK ANAK DIBAWAH USIA 5 TAHUN
0-12 BULAN
Tujuan :
Melatih refleks-refleks (untuk anak berumur 1 bulan), misalnya
mengisap, menggenggam. Melatih kerja sama mata dan tangan Melatih
kerja sama mata dan telinga Melatih mencari obyek yang ada tetapi
tidak kelihatan Melatih mengenal sumber asal suara
Melatih kepekkaan perabaan Melatih ketrampilan dengan gerakan
yang berulang-ulangAlat permainan yang dianjurkan:
1. Benda-benda yang aman untuk dimasukkan mulut atau dipegang2.
Alat permainan berupa gambar atau bentuk muka3. Alat permainan
lunak berupa boneka orang atau binatang4. Alat permainan yang dapat
digoyangkan dan bersuara5. Alat permainan berupa selimut dan
boneka6. Giring-giring12-24 bulanTujuan:
Mencari sumber suara/mengikuti sumber suara Memperkenalkan
sumber suara Melatih anak melakukan gerakan mendorong dan menarik
Melatih imajinasinya Melatih anak melakukan kegiatan sehari-hari
semuanya dalam bentuk kegiatan yang menarikAlat permainan yang
dianjurkan:
1. Genderang, bola dengan giring-giring di dalamnya2. Alat
permainan yang dapat didorong dan ditarik3. Alat permainan yang
terdiri dari : alat rumah tangga (misalnya : cangkir yang tidak
mudah pecah, sendok , botol plastik, ember, waskom, air),
balok-balok besar, kardus-kardus besar, buku bergambar,
kertas-kertas untuk dicoret, krayon/pensil berwarna.
25 - 36 bulan
Tujuan :
Menyalurkan emosi/perasaan anak Mengembangkan ketrampilan
berbahasa Melatih motorik halus dan kasar Mengembangkan kecerdasan
(memasangkan, menghitung, mengenal dan membedakan warna) Melatih
kerja sama mata dan tangan Melatih daya imajinasi Kemampuan
membedakan permukaan dan warna bendaAlat permainan yang dianjurkan
:
1. Lilin yang dapat dibentuk2. Alat-alat untuk menggambar3.
Pasel sederhana4. Manik-manik ukuran besar5. Berbagai benda yang
mempunyai permukaan dan warna yang berbeda6. bola32 - 72
bulanTujuan :
Mengembangkan kemampuan menyamakan dan membedakan
Mengembangkan kemamopuan berbahasa
Mengembangkan pengertian tentang berhitung, menbambah,
mengurangi
Merangsang daya imajinasi dengan bernbagai cara bermain
pura-pura (sandiwara)
Membedakan benda dengan perabaan
Menumbuhkan sportifitas
Mengembangkan kepercayaan diri
Mengembangkan kreatifitas
Mengembangkan koordinasi motorik (melompat, memanjat, lari
dll)
Mengembangkan kemampuan mengontrol emosi, motorik halus dan
kasar
Mengembangkan sosialisasi atau bergaul dengan anak dan orang
diluar rumahnya
Memperkenalkan pengertian yang bersifat ilmu pengetahuan
misalnya pengertian mengenai terapung dan tenggelam
Memperkenalkan suasana kompetisi, gotong royong
Alat permainan yang dianjurkan :
1. Berbagai benda dari sekitar rumah, buku bergambar, majalah
anak-anak, alat gambar & tulis, kertas untuk belajar melipat,
gunting, air dll
2. Teman-teman bermain: anak sebaya, orang tua, orang lain
diluar rumah.
BERMAIN PADA ANAK YANG DIRAWAT
Tujuan :
Menjalankan tugas perkembangan
Membantu mengekspresikan rasa cemas ,takut,stress, frustasi dan
marah pada RS dan penyakit.
Anak sakit Bermain Tahu tentang : sakit, obat dan lingkungan
dirawat: Pengalaman belajar
Interaksi dengan tim kesehatan
KooperatifFUNGSI BERMAIN DI RUMAH SAKIT
Mengalihkan dan hiburan serta relaksasi Membuat anak merasa aman
di lingkungan asing Membantu menurunkan stress terhadap perpisahan
dan rindu rumah Memberikan arti untuk menurunkan ketegangan dan
mengekspresikan perasaan Untuk menyelesaikan tujuan terapi Membuat
anak berperan aktif dan memberikan kesempatan untuk membuat
keputusan memperbaiki konsep yang salah tentang penggunaan da
tujuan peralatan dan prosedur medis membantu anak mempelajari
bagian-bagian tubuh, fungsi dan kecacatannya/penyakitMAINAN Memilih
mainan
Keamanan mainan
Gibbon dan Boren menyatakan ada 3 tipe bermain untuk mengurangi
stress
1. Bermain rekreasi (untuk senang-senang)/rekreational play
Permainan bersifat spontan dan tidak terstruktur, isi dan bentuk
permainan dipengaruhi tingkat perkembangan.
2. Bermain terapetik/ Therapetic play
Orang dewasa menstruktur aktifitas untuk tujuan tertentu baik
sebelum maupun selama terapi
3. Terapi bermain / play therapi
Suatu kegiatan bermain yang menginterpretasikan permainan anak
dan merekomendasikan intervensi yang sesuai. Terapist menggunakan
terapi bermain untuk membantu anak memahami perilakunya sendiri dan
mengubah yang tidak pantas.
Contoh-conytoh bermain di RS terkait dengan beberapa
prosedur.
1. Bermain bahasa
Sebutkan kata kerja yang ditemukan di RS dan apa yang mereka
lakukan atau bagaimana mereka digunaklan, kenali gambar dan kata
peralatan rumah sakit dan atau cocokan kata kerja tersebut.
Susun kata kerja RS (kata2 pada kartu) ke dalam orang, tempat
dan barang
Sebutkan peralatan yang ditemukan di RS. Salah satu anak memberi
gambaran penggunaannya dan anak yang lain menebak alat mana yang
digambarkan
Minta anak menulis, mengilustrasikan cerita :bunyi di malam hari
, nasihat untuk dokter, RS di masa depan,sesuatu yang saya suka dan
tidak suka di RS
Simpan jurnal dengan gambar (hanya dengan keterangan atau cerita
) saya di RS, bagian tubuh saya yang sakit,dokter saya,perawat
saya,ruangan saya, saya di rumah dengan keluarga saya, teman
sekamar saya, sebelum saya sakit, setelah saya sakit.
2. Ilmiah
Pelajari tentang sistem tubuh, Sebutkan , urutkan berdasarkan
abjad, buat sebuah gambar, buat organ dari tanah lempung atau lilin
mainan, minta anak untuk mengidentifikasi bagian sistem tubuh mana
yang terlibat dalam masalah meids
Pelajari tentang nutrisi secara umum dan alasan untuk diet
khusus.
Diskusikan bagaimana cara kerja obat, traksi dan gips, bagaimana
kesembuhan itu memerlukan waktu.
3. Ilmu sosial
Berapa banyak jumlah pekerjaan yang ada di RS, anak yang lebih
tua dapat menjelaskan dengan sangat detail tentang keahlian dan
pendidikan yang diperlukan untuk pekerjaan-pekerjaan tersebut
4. Geografi
Buat peta tentang unit atau rumah sakit
Buat peta tentang apa yang dilihat dari jendela rumah sakit-
cari pada peta letak kota/ desa/propinsi
5. Interaksi denngan lingkungan RS
Lakukan kunjunan lapangan ke kafetaria, dapur, laboratorium,
ruang tindakan perawatan, kantor catatan medis dll
Minta karyawan RS untuk bercerita tentang oprofesi mereka
(insinyur listrik, keamanan, rumah tangga, perawat, dokter,
tehnisi, humas, pekerja sosial, ahli farmasi, ahli terapi okupasi
dan fisik)
Minta staf mengajarkan bagian dari pelajaran ( tehnisi
mengajarkan cara kerja sinar X, perawat atau dokter mengajarkan
cara kerja obat dan tindakan perawatan, ahli diet menjelaskan
tentang manfaat nutrisi)
5. Masukan cairan
Buat es lolipop dengan menggunakan jus kesukaan anak, potong
agar-agar menjadi bentuik yang lucu ( gunakan air untuk membuat
agar-agar setengah dari yang dianjurkan)
Buat pesta teh, lakukan di meja kecil
Minta anak mengisi spuit dan menyemprotkan ke mulut atau untuk
mengisi cangkir kecil yang didekorasi
Gunakan cangkir obat kecil, gambari cangkir tersebut, warnai air
dengan pewarna makanan atau campuran bubuk minuman
potong sedotan menjadi dua dan tempatkan pada wadah kecil ( agar
anak mudah menghisap cairan)
Hiasi sedotan, rancang dengan disambung atau dibuat beberapa
lubang sebagai variasi dan disambung dengan sedotan lain (sedotan
unik)
berikan pujian bila anak mau minum sesuai dengan jumlah yang
ditentukan.
6. Nafas dalam
Tiup gelembung dengan peniup gelembung
Tiup gelembung dengan sedotan (tanpa sabun)
Tiup bulu, peluit, harmonika, balon, terompet mainan, peniup
pesta
Lakukan kontes meniup dengan menggunakan balon. kapal, bola
kapas, bulu, kelereng, bola pingpong, selembar kertas, tiup suatu
obyek di permukaan meja, air, melalui lubang, ke udara, terhadap
penahan, atau ke atas dan ke bawah suatu benang
Hisap kertas atau kain dari suatu wadah ke wadah lain dengan
menggunakan sedotan
Gunakan botol tiupan dengan air berwarna untuk memindahkan air
dari satu sisi ke sisi lain
lakukan menggambar dengan tiuopan sedotan
Tarik nafas dalam dan tiup lilin agak jauh pada acara pesta
ulang tahun
Gunakan kuas kecil untuk mengecat kuku dengan air dan tiup kuku
sampai kering.
7. Rentang gerak dan penggunaan ekstremitas
Lemparkan kantong kacang pada target diam atau dapat bergerak,
gulung kertas ke dalam keranjang sampah
Sentuh atau tendang balon Mylar yang digantung atau dipegang
dalam posisi yang berbeda (bila anak memakai traksi, balon
digantung pada trapeze)
Mainkan permainan pura0pura memanjat dinding seperti
laba-laba
lakukan permainan menendang dan melempar bola dengan bola busa
yang lembut ditempat yang aman
lakukan lomba balap kursi roda
Berpura-pura mengajarkan dansa aerobik atau latihan . anjurkan
untuk berenang.
Posisikan tempat tidur sehingga anak harus memutar badannya jika
ingin melihat televisi atau pintu keluar
permainan petak umpet, sembunyikan mainan di mana saja di tempat
tidur dan minta anak untuk mencarinya dengan tangan atau kaki
bermain malam atau tanah liat dengan jari-tangan atau kaki.
PENUTUP
Bila melihat uraian di atas, maka sangat disayangkan bila
anak-anak kehilangan masa bermainnya, padahal dengan bermain bisa
diperoleh berbagai tujuan serta menunjang perkembangan seorang
anak. Tidak terkecuali di RS, segala bentuk terapi bisa dilakukan
dengan cara bermain, sehingga anak tidak kehilangan kegembiraannya
dan proses kesembuhan dapat segera tercapai..
DAFTAR BACAANDona L. Wong, 1995, Nursing Care of Infants and
Children, Fifth edition, Mosby, Toronto
Soetjiningsih, DSAK.1998, Tumbuh Kembang Anak, Bagian Kesehatan
Anak Fakultas Kedokteran Univ. Udayana, EGC, Jakarta..
Dona L. Wong, alih banasa Monica Ester, S.Kp, Pedoman Klinis
Keperawatan Pediatrik, 2004, EGC, jakarta
10