BAB IPENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia adalah negara kepulauanterbesar di dunia yang terdiri
dari 13.466 pulau yang membentang dari Sabang sampai Merauke.
Dengan populasi lebih dari 237 juta jiwa pada tahun 2010, Indonesia
adalah negara berpenduduk terbesar keempat di dunia. Indonesia
merupaka negara yang sangat kaya akan keanekaragaman suku dan
budaya. Menurut sensus BPS tahun 2010, terdapat 1.340 suku bangsa
yang memiliki perbedaan satu sama lain.Setiap suku memiliki ciri
khas masing-masing yang membuat satu sama lainnya berbeda.
Perbedaan suku di Indonesia berupa perbedaan bahasa, adat,
kebiasaan, kesenian, kepercayaan, dan lain sebagainya Beberapa
contoh suku di Indonesia ialah suku batak, suku jawa, suku sunda,
suku baduy, suku melayu, suku dayak, suku bugis, suku asmat, dan
suku toraja.Dari sekian banyak suku bangsa yang ada di Indonesia,
ada suku bangsa yang memiliki pola kehidupan yang unik. Yaitu pola
kehidupan yang terdapat pada masyarakat tanah Papua. Provinsi Papua
terletak di paling ujung Indonesia yang memiliki luas wilayah
paling luas dibandingkan dengan provinsi lain di Indonesia. Secara
keseluruhan luas Provinsi Papua adalah 309.934,4 km2 (setelah
pembentukan Papua Barat). Provinsi Papua berbatasan dengan Provinsi
Papua di sebelah barat, Samudera Pasifik di sebelah utara, dan
dengan Laut Arafuru di sebelah selatan, dan di timur dengan dengan
Papua Nugini.Jumlah penduduk provinsi Papua yaitu 2.833.381 dan
kepadatannya 9,1/km2 (2010) yang terdiri atas kelompok suku Papua
dan pendatang. Suku Papua adalah suku-suku yang tinggal di Pulau
Papua, mereka satu rumpun dengan penduduk asli Benua Australia
(Aborigin). Suku-suku di Papua termasuk ras Melanesia, yang
memiliki ciri fisik rambut keriting, kulit hitam, dan hidung
mancung. Kata Papua sendiri berasal dari bahasa melayu yang berarti
rambut keriting, sebuah gambaran yang mengacu pada penampilan fisik
suku-suku asli.
Suku Papua memiliki keunikan sendiri. Baik secara kebudayaan,
sistem kekerabatan, perekonomian, pengetahuan, dan lain sebagainya.
Dengan mempelajari banyak kebudayaan yang ada di Indonesia maka
wawasan dan pengetahuan kita akan kebudayaan Indonesia semakin
banyak dan memunculkan rasa cinta terhadap tanah air. Oleh karena
itu kami memilih judul Kebudayaan Suku Papua.B. Tujuan1. Untuk
mengetahui wujud kebudayaan masyarakat Papua.2. Untuk mengetahui
sistem kekerabatan masyarakat Papua.3. Untuk mengetahui unsur-unsur
kebudayaan masyarakat Papua.
BAB IIKAJIAN TEORI
A. Letak Geografis Papua merupakan Provinsi paling timur di
Indonesia dengan luas wilayah provinsi Papua adalah 317. 062 km2.
Jika dibandingkan dengan wilayah Republik Indonesia, maka luas
wilayah Provinsi Papua merupakan 19,33 persen dari luas Negara
Indonesia yang mencapai 1.890.754 km2. Ini merupakan provinsi
terluas di Indonesia.Kabupaten Merauke merupakan daerah yang
terluas yaitu 4397 Ha atau 13,87% dari total luas Provinsi Papua.
Sedangkan Kota Jayapura merupakan daerah terkecil tetapi apabila
dibandingkan dengan kota se-Indonesia, maka Kota Jayapura merupakan
kota yang terluas. Kota Wamena (Jayawijaya) dengan ketinggian 2000
- 3000 meter diatas permukaan laut merupakan kota tertinggi dan
terdingin di Papua. Sedangkan yang terendah adalah kota Merauke
dengan ketinggian 3.5 meter diatas permukaan laut.Provinsi Papua
dengan luas 317.062 km2, terletak diantara 130 - 14Bujur Timur dan
225' Lintang Utara - 9 Lintang Selatan. Provinsi Papua berbatasan
dengan :Sebelah Utara: Samudera Pasifik/Pacific OceanSebelah
Selatan: Laut Arafura/Arafura SeaSebelah Barat: Provinsi Papua
BaratSebelah Timur: Papua New Guinea
B. Rumah AdatRumah adat Papua bernama Honai. Oleh suku Dani dan
beberapa suku yang mendiami wilayah pegunungan tengah Papua, Honai
dikenal sudah sejak lama di Kabupaten Jayawijaya. Artinya, honai
memang didesain khusus sebagai rumah yang melindungi dari hawa
dingin. Sampai saat ini, honai secara turun-temurun masih dibangun
sesuai dengan tradisi dan kondisi setempat. Secara morfologis,
honai dibenuk dari dua kata. Pertama yaitu Hun yang berarti pria
dewasa dan Ai yang berarti rumah. Secara harfiah, honai berarti
rumah laki-laki dewasa. Bukan saja miliki laki-laki dewasa, kaum
perempuan juga mempunyai honai hanya saja dalam pengistilahannya
berbeda. Untuk kaum wanita, hanoi disebut Ebeai. Seperti halnya
honai, Ebeai terdiri dari dua kata, yakni Ebe atau tubuh dalam
pengertian kehadiran tubuh dan Ai yang berarti rumah.Orang Lani
mempunyai tiga honai. yakni honai bagi kaum laki-laki, honai
perempuan dan honai yang dikhususkan untuk memberi makan atau
memelihara ternak seperti babi. Banyak spekulasi bahwa masyarakat
asli di pegunungan tengah Papua biasa tidur dengan ternak-ternak
mereka. Tentu saja anggapan itu tidak benar sebab ada honai yang
dibangun khusus untuk memelihara babi.Dalam merumuskan perang dan
pesta adat, masyarakat papua biasa melakukannya di honai laki-laki
dewasa, tepatnya di ruang bawah. Diskusi, berdemokrasi,berdialog
dan berdebat mengenai kehidupan ekonomi, keamanan daerah, membagi
pengalaman dan memikirkan tentang kesinambungan hidup biasanya juga
didialogkan. Honai bagian bawah digunakan pula untuk tempat
penyimpan harta. Bagisuku Dani, bagian bawah honai kerap digunakan
untuk menyimpan mumi. Adapun kamar tidur terdapat di bagian atas
honai dan ebeai.Honai dan ebeaijuga merupakan tempat pendidikan
khusus. Honai laki-laki dewasa khusus untuk laki-laki dewasa dan
yang beranjak dewasa. Di sana mereka (laki-laki yang beranjak
dewasa diajarkan mengenai banyak hal untuk mempersiapkan hidupnya
ketika menginjak usia dewasa. Honai laki-laki dewasa tidak boleh
ditinggali oleh perempuan.Bagi ebeai atau honai bagi kaum
perempuan, honai berfungsi untuk melakukan proses pendidikan bagi
kaum perempuan yang beranjak dewasa. Di sana tinggal anak-anak
perempuan dan anak-anak laki-laki, serta para kaum ibu. Di dalam
honai atau ebeai tersebut para ibu mengajarkan hal-hal yang akan
dihadapi anak-anak perempuan setelah tiba saatnya untuk menikah
atau kawin. Bagi anak laki-laki, tinggalnya mereka di honai wanita
hanya bersifat sementara. Ketika mereka beranjak dewasa mereka akan
pindah ke honai laki-laki dewasa.Honai berbentuk bulat. Atap hoani
berbentuk kerucut atau kubah (dome). Material yang digunakan untuk
membangun atap, yaitu menggunakan alang-alang atau jerami. Ukuran
honai biasanya 5 meter sampai 7 meter. Honai yang dihuni oleh kaum
wanita biasanya lebih pendek. Rotan, tali hutan (akar),
alang-alang, belahan kayu atau papan, dan kayu untuk tiang.Honai
tidak dibangun dengan sembarangan, baik sembarang tempat maupun
sembarang waktu. Biasanya faktor alam menjadi pertimbangan penting
untuk membangun honai. Aspek keamanan, resiko bencana, dan hal-hal
yang akan dihadapi menjadi pertimbangan dalam pembangunan honai.
Posisi pintu sengaja dibuat diposisi arah terbitnya matahari dan
terbenamnya matahari.C. Upacara AdatTerdapat beberapa upacara adat
yang dilakukan di Papua, diantaranya yaitu Pesta Bakar Batu,
Upacara Pemotongan Jari Tangan, dan Upacara Pernikahan.1. Upacara
Bakar Batu/Pesta Bakar BatuPesta Bakar Batu mempunyai makna tradisi
bersyukur yang unik dan khas.dan merupakan sebuah ritual
tradisional Papua yang dilakukan sebagai bentuk ucapan syukur atas
berkat yang melimpah, pernikahan, penyambutan tamu agung, dan juga
sebagai upacara kematian. Selain itu, upacara ini juga dilakukan
sebagai bukti perdamaian setelah terjadi perang antar-suku.Dalam
memasak dan mengolah makanan untuk pesta tersebut, suku-suku di
Papua menggunakan metode bakar batu.Tiap daerah dan suku di kawasan
Lembah Baliem memiliki istilah sendiri untuk merujuk kata bakar
batu. Masyarakat Paniai menyebutnya dengan gapii atau mogo gapii,
masyarakat Wamena menyebutnya kit oba isago, sedangkan masyarakat
Biak menyebutnya dengan barapen. Namun tampaknyabarapenmenjadi
istilah yang paling umum digunakan.Pesta Bakar Batu juga merupakan
ajang untuk berkumpul bagi warga. Dalam pesta ini akan terlihat
betapa tingginya solidaritas dan kebersamaan masyarakat Papua.
Makna lain dari pesta ini adalah sebagai ungkapan saling memaafkan
antar-warga.Prosesi Pesta Bakar Batu biasanya terdiri dari tiga
tahap, yaitu tahap persiapan, bakar babi, dan makan bersama. Tahap
persiapan diawali dengan pencarian kayu bakar dan batu yang akan
dipergunakan untuk memasak. Batu dan kayu bakar disusun dengan
urutan sebagai berikut, pada bagian paling bawah ditata batu-batu
berukuran besar, di atasnya ditutupi dengan kayu bakar, kemudian
ditata lagi batuan yang ukurannya lebih kecil, dan seterusnya
hingga bagian teratas ditutupi dengan kayu. Kemudian tumpukan
tersebut dibakar hingga kayu habis terbakar dan batuan menjadi
panas. Semua ini umumnya dikerjakan oleh kaum pria.Pada saat itu,
masing-masing suku menyerahkan babi. Lalu secara bergiliran kepala
suku memanah babi. Bila dalam sekali panah babi langsung mati, itu
merupakan pertanda bahwa acara akan sukses. Namun bila babi tidak
langsung mati, diyakini ada yang tidak beres dengan acara tersebut.
Apabila itu adalah upacara kematian, biasanya beberapa kerabat
keluarga yang berduka membawa babi sebagai lambang belasungkawa.
Jika tidak mereka akan membawa bungkusan berisi tembakau, rokok
kretek, minyak goreng, garam, gula, kopi, dan ikan asin. Tak lupa,
ketika mengucapkan belasungkawa masing-masing harus berpelukan erat
dan berciuman pipi.
Memanah BabiDi lain tempat, kaum wanita menyiapkan bahan makanan
yang akan dimasak. Babi biasanya dibelah mulai dari bagian bawah
leher hingga selangkang kaki belakang. Isi perut dan bagian lain
yang tidak dikonsumsi akan dikeluarkan, sementara bagian yang akan
dimasak dibersihkan. Demikian pula dengan sayur mayur dan
umbi-umbian.Kaum pria yang lainnya mempersiapkan sebuah lubang yang
besarnya berdasarkan pada banyaknya jumlah makanan yang akan
dimasak. Dasar lubang itu kemudian dilapisi dengan alang-alang dan
daun pisang. Dengan menggunakan jepit kayu khusus yang
disebutapando, batu-batu panas itu disusun di atas daun-daunan.
Setelah itu kemudian dilapisi lagi dengan alang-alang. Di atas
alang-alang kemudian dimasukan daging babi. Kemudian ditutup lagi
dengan dedaunan. Di atas dedaunan ini kemudian ditutup lagi dengan
batu membara, dan dilapisi lagi dengan rerumputan yang tebal.
Menata Batu MenggunakanApandoSetelah itu,hipere(ubi jalar)
disusun di atasnya. Lapisan berikutnya adalah alang-alang yang
ditimbun lagi dengan batu membara. Kemudian sayuran
berupaiprikaatau daunhipere,tirubug(daun singkong), kopae(daun
pepaya),nahampun(labu parang), dantowabugatauhopak(jagung)
diletakkan di atasnya. Tidak cukup hanya umbi-umbian, kadang
masakan itu akan ditambah dengan potonganbarugum(buah). Selanjutnya
lubang itu ditimbun lagi dengan rumput dan batu membara. Teratas
diletakkan daun pisang yang ditaburi tanah sebagai penahan agar
panas dari batu tidak menguap.Sekitar 60 hingga 90 menit masakan
itu sudah matang. Setelah matang, rumput akan dibuka dan makanan
yang ada di dalamnya mulai dikeluarkan satu persatu, kemudian
dihamparkan di atas rerumputan. Sesudah makanan terhampar di atas,
ada orang yang akan mengambil buah merah matang. Buah itu
diremas-remas hingga keluar pastanya. Pasta dari buah merah
dituangkan di atas daging babi dan sayuran. Garam dan penyedap rasa
juga ditaburkan di atas hidangan.Kini tibalah saatnya bagi warga
untuk menyantap hidangan yang telah matang dan dibumbui. Semua
penduduk akan berkerumun mengelilingi makanan tersebut. Kepala Suku
akan menjadi orang pertama yang menerima jatah berupa ubi dan
sebongkah daging babi. Selanjutnya semua akan mendapat jatah yang
sama, baik laki-laki, perempuan, orang tua, maupun anak-anak.
Setelah itu, penduduk pun mulai menyantap makanan tersebut.Pesta
Bakar Batu merupakan acara yang paling dinantikan oleh warga
suku-suku pedalaman Papua. Demi mengikuti pesta ini mereka rela
menelantarkan ladang dangan tidak bekerja selama berhari-hari.
Selain itu, mereka juga bersedia mengeluarkan uang dalam jumlah
yang besar untuk membiayai pesta ini.Pesta ini sering dilaksanakan
di kawasan Lembah Baliem, Distrik Wamena, Kabupaten Jayawijaya,
Papua, Indonesia. Namun, kepastian titik lokasi dilaksanakannya ini
tidak menentu. Jika sebagai upacara kematian maupun pernikahan,
pesta ini akan dilaksanakan di rumah warga yang memiliki hajatan.
Namun, bila upacara ini sebagai ucapan syukur atau simbol
perdamaian biasanya akan dilaksanakan di tengah lapangan besar.
Pesta Bakar Batu di Lapangan2. Upacara Potong JariMasyarakat
Papua melambangkan kesedihan karena kematian tidak hanya dengan
menangis. Melainkan ada tradisi yang diwajibkan saat ada anggota
keluarga atau kerabat dekat seperti; suami, istri, ayah, ibu, anak
dan adik yang meninggal dunia. Tradisi yang diwajibkan adalah
tradisi potong jari. Jika kita melihat tradisi potong jari dalam
kekinian pastilah tradisi ini tidak seharusnya dilakukan atau
mungkin tradisi ini tergolong tradisi ekstrim. Akan tetapi bagi
masyarakat pegunungan tengah Papua, tradisi ini adalah sebuah
kewajiban yang harus dilakukan. Mereka beranggapan bahwa memotong
jari adalah symbol dari sakit dan pedihnya seseorang yang
kehilangan sebagian anggota keluarganya.Bisa diartikan jari adalah
symbol kerukunan, kebersatuan dan kekuatan dalam diri manusia
maupun sebuah keluarga. Walaupun dalam penamaan jari yang ada
ditangan manusia hanya menyebutkan satu perwakilan keluarga yaitu
Ibu jari. Akan tetapi jika dicermati perbadaan setiap bentuk dan
panjang memiliki sebuah kesatuan dan kekuatan kebersamaan untuk
meringankan semua beban pekerjaan manusia. Satu sama lain saling
melengkapi sebagai suatu harmonisasi hidup dan kehidupan. Jika
salah satu hilang, maka hilanglah komponen kebersamaan dan
berkuranglah kekuatan.Alasan lainya adalah "Wene opakima dapulik
welaikarek mekehasik" atau pedoman dasar hidup bersama dalam satu
keluarga, satu fam/marga, satu honai (rumah), satu suku, satu
leluhur, satu bahasa, satu sejarah/asal-muasal, dan sebagainya.
Kebersamaan sangatlah penting bagi masyarakat pegunungan tengah
Papua. Hanya luka dan darah yang tersisa. Pedih-perih yang meliput
suasana. Luka hati orang yang ditinggal mati anggota keluarga baru
sembuh jika luka di jari sudah sembuh dan tidak terasa sakit lagi.
Mungkin karena itulah masyarakat pegunungan papua memotong jari
saat ada keluarga yang meninggal dunia.Pemotongan jari umumnya
dilakukan oleh kaum ibu. Akan tetapi tidak menutup kemungkinan
pemotongan dilakukan oleh anggota orang tua keluarga laki-laki atau
perempuan. Jika tersebut kasus yang meninggal adalah istri yang tak
memiliki orang tua, maka sang suami yang menanggungnya.Tradisi
potong jari di Papua dilakukan dengan berbagai cara ada yang
menggunakan benda tajam seperti pisau, kapak atau parang. Cara
lainya yaitu mengikat jari dengan seutas tali sampai beberapa lama
waktunya sehingga menyebabkan aliran darah terhenti dan pada saat
aliran darah berhenti baru dilakukan pemotongan jari.Selain tradisi
pemotongan jari, ada juga tradisi yang dilakukan dalam upacara
berkabung. Tradisi tersebut adalah tradisi mandi lumpur. Mandi
lumpur dilakukan oleh kelompok atau anggota dalam jangka waktu
tertentu. Mandi lumpur mempunyai konotasi berarti setiap orang yang
telah meninggal dunia telah kembali ke alam. Manusia berawal dari
tanah dan kembali ke tanah. 3. Upacara PernikahanSebelum acara
pernikahan ada tahap peminangan (fakfuken). Pada tahap ini anak
laki-laki calon suami melakukan pendekatan dengan keluarga pihak
perempuan calon istri untuk menyampaikan niat keluarga laki-laki
dan aturannya harus 3 (tiga) kali datang meminang karena pertemuan
pertama bersifat pemberitahuan niat dari keluarga laki-laki pada
pihak keluarga perempuan sehingga pihak keluarga perempuan harus
berunding terutama dengan pihak anggota keluarga perempuan yang
diberi hak istimewa / hak khusus (Binaw). Orang tua kandung
perempuan tidak punya hak untuk memutuskan sendiri kemauannya,
karena soal maskawin bagi orang biak adalah hak keluarga (Hak
marga).Pada tahap ketiga peminangan yaitu pemberian maskawin
(ararem), nilai nominal serta sejumlah piring antik (Benbepon) dan
sejumlah piring besar dan piring makan disepakati jumlahnya,
besarnya maskawin pada masyarakat sesuai dengan beberapa kriteria
yang telah disepakati sebelumnya. Pada waktu upacara penyerahan
maskawin diantar kekeluarga perempuan, maskawin dibagi 2 (Dua)
bagian yaitu. Bagian maskawin untuk lepas gendong ( Abobes kapar)
khusus untuk orang tua ibu dan anak perempuan yang diminang dan
bagian maskawin untuk marga atau keret disebut maskawin intiPada
proses penyerahan Maskawin (Yakyaker Ararem), maskawin diantar
kekeluarga perempuan melalui suatu upacara arak-arakan yang
disertai tari dan lagu sehingga sangat meriah. Selanjutnya ialah
pernikahan (wafwofer). Pada tahap ini segala sesuatu yang
menyangkut kepentingan keluarga yang bersangkutan (sudah terpenuhi
sesuai ketentuan adat biak yang berlaku (Maskawin). Sebelum kedua
calon pasangan nikah adat diberlakukan maka, kedua anak tersebut
mengalami proses upacara inisiasi (Ramrem), untuk mendapatkan restu
keluarga masing-masing pihak. Upacara inisiasi tersebut dilakukan
kedua belah pihak secara terpisah.Setelah tahap ini, kedua mempelai
laki-laki dan perempuan dipersatukan dan upacara penikahan
(Waiwofer) diberlakukan oleh sesorang tua adat/keret atau oleh
seseorang mananwir (Kepala keret/marga/clen) dengan cara meniup
asap rokok keatas tangan calon suami-isteri yang sedang berjabat
tangan sambil mengucapkan kata-kata pengukuhan nikah adat di
hadapan kedua calon suami-isteri, dihadapan keluarga kedua pihak
dan disaksikan Tuhan Di Sorga Dan Bumi Yang Dipijak, nikah adat
(Wafwofer) ini dinyatakan sah dan tidak dibenarkan untuk dibubarkan
oleh siapapun dengan alasan apapun. Dengan selesainya upacara
pernikahan (wafwofer) ini, maka sebuah rumah tangga telah terbentuk
dan secara sah dapat melakukan kegiatan kemasyarakatan sebagaimana
lazimnya dilakukan keluarga lainnya.
Acara YakyakerUpacara penyerahan perempuan kepada laki-laki
(yakyaker). Pada tahap ini, setelah upacara nikah (wafwofer)
selesai dilaksanakan, pihak keluarga membawa pulang perempuan
kembali kerumah keluarga, kemudian dari pada itu setelah keluarga
pihak perempuan sudah menyiapkan harta benda keluarga/keret berupa
peralatan rumah tangga sebagai oleholeh perempuan, lalu upacara
penyerahan kembali perempuan oleh keluarga perempuan kepada
laki-laki dan diterima oleh pihak keluarga laki-laki, proses ini
disebut Yakyaker tahap pertama. Biasanya tahap ini berlangsung
cepat dan tidak perlu diadakan pesta khusus lagi dan dengan
demikian maka, perempuan tersebut secara resmi menjadi milik
laki-laki dan keluarganya untuk selama-lamanya dengan status isteri
sah. Upacara pesta adat (wor) adalah tahap akhir dari proses
perkawinan (Farbakbuk) adat biak yang berlangsung beberapa waktu
lamanya. Biasanya kedua pasang suami/isteri sudah mendapat
anak-anak maka kepada laki-laki (Suami) dan keluarganya wajib
memberi ongkos tertentu berupa makanan dan minuman khas biak
(keladi , bete, petatas, sayuran, ikan, daging babi, dan lain-lain
sejenis) serta pula benda berharga lain (Pinang, gelang, perahu dan
lain-lain sejenis) kepada pihak keluarga perempuan.Biasanya pesta
adat ini, dipersiapkan dalam waktu yang lama. Dengan demikian maka
walaupun pesta adat ini adalah tahap akhir dari proses perkawinan
(Farbakbuk) adat biak tetapi acara ini terlepas dan berdiri sendiri
artinya dapat diadakan tetapi juga bisa tidak didakan karena bagian
akhir dan proses perkawinan ini wajib tetapi bersifat khusus bagi
yang mampu melaksanakannya. Upacara pesta adat biak pada tahap
kahir ini yang disebut Yakyaker kedua dalam bentuk Wor.Jenis-jenis
perkawinan adat yang pada umumnya terjadi dikalangan masyarakat
biak itu antara lain :a. Perkawinan Murni (Farbakbuk Bekaku)Jenis
perkawinan ini dipandang sangat terhormat dikalangan masyarakat
biak karena memenuhi syarat-syarat utama norma adat byak. jenis
perkawinan ini gampangsulit terlaksana dikalangan orang byak karena
yang dipertaruhkan disini adalah derajat atau harga diri dan kedua
pihak keret marga yang bersangkutan langsung dalam proses
perkawinan adat tersebut, penonjolan harta kekayaan, kemampuan
memberi mas kawin, disiplin dalam soal tepat waktu melunasi
maskawin dalam pelaksanaan pesta perkawinan adat yang
bersangkutan.b. Perkawinan Kenalan (Farbakbukmanibow)Jenis
perkawinan ini adalah sebagal wujud dan tindak lanjut dari niat dua
orang yang berkenalan baik, artinya sebagal balas jasa dari kedua
kenalan yang saling menguntungkan misalnya ketika salah satu
kenalan (teman) yang lain dari himpitan kesulitannya. Dengan
demikian, maka kedua kenalan atau teman baik itu berikrar untuk
saling mengawinkan anaknya kelak sebagai tanda persahabatan itu
agar berlangsung terus. Biasanya proses perkawinannya tidak sama
persis seperti proses perkawinan murni (Farbakbuk bekaku) misalnya:
Nilai maskawin disesuaikan kemampuan pihak keluarga yang memberi,
sedangkan syaratsyarat proses perkawinan adat yang lain tetap harus
dipenuhi sebagaimana mestinya.
c. Kawin Lari ( Parbakbuk Bebur)Jenis perkawinan ini terlaksana
sebagai wujud dari niat seorang laki-laki atau perempuan tidak
direstui oleh pihak keluarga karena pihak keluarga mempunyai calon
lain diluar keinginan kedua orang tersebut. Bila terjadi seperti
itu, maka wanita yang bersangkutan mengambil keputusan lari kawin
dengan calon suami yang telah menjadi pilihannya dengan penuh
resiko. Perkawinan ini disebut Farbakbuk Bin Berbur (perempuan yang
kawin lari).Sebaliknya kalau wanita tidak berani kawin lari, maka
laki-laki yang mengambil inisiatif merampas wanita tersebut dari
keluarganya untuk dijadikan istri, sudah jelas penuh resiko.
Perkawinan ini disebut Farbakbuk Pasposer (perkawinan karena
perampasan). Perkawinan adat, jenis ini prosedurnya jauh berbeda
dengan proses perkawinan tersebut diatas karena sifatnya terpaksa
dan mengundang emosi keluarga pihak perempuan, maka biasanya
maskawin yang diminta oleh pihak perempuan pun mahal (dua kali
lipat) karena sanksi adat.d. Perkawinan Pergantian Tungku
(Farbakbuk Kinkafsr)Jenis perkawinan ini dapat di setujui kalangan
masyarakat adat byak untuk diberlakukan khusus bagi seseorang
laki-laki yang apabila istri pertamanya telah meninggal (Wafat),
maka adik kandung yang sudah genap usia kawin, dibenarkan kawin
dengan kakak iparnya agar hubungan kekeluargaan yang ada tetap
berlangsung terus. Proses perkawinannya, biasanya tidak diacarakan
tetapi langsung menjadi istri (Suami Isteri) artinya cukup dengan
mendapat restu dari kedua belah pihak keluarga yang bensangkutan
dan maskawinnya terserah dan kepada kemampuan pihak keluarga
laki-laki dan tidak dipaksakan.e. Perkawinan Pengganti Korban
Pembunuhan (Farbakbuk Babyak)Jenis perkawinan ini dikalangan
masyarakat byak termasuk perkawinan luar biasa, karena wanita
diberikan oleh keluarga pihak pelaku pembunuhan kepada pihak
keluarga yang menjadi korban sebagai pengganti dengan maksud agar
wanita tersebut kelak dalam perkawinannya melahirkan seorang anak
sebagai pengganti korban dan selain dari itu berfungsi sebagai alat
perdamaian dan sekaligus mengikat hubungan kekeluargaan diantara
kedua keluarga yang bersangkutan serta menghilangkan dendam.
f. Perkawinan Hadiah Perampasan Sebagai Budak (Tarbakbuk
Women)Jenis perkawinan ini ada pada masa dahulu dan kini sudah
tidak ada lagi. Kalaupun ada, jarang sekali dan terdapat pada
masyarakat didaerah terpencil dipedalaman Papua atau
didaerah-daerah terisolir pada lembah-lembah barisan pegunungan
tengah Papua. Jenis perkawinan ini terjadi bila marga-marga disuatu
kampung menyerang kampung lain karena suatu sebab khusus.D. Tarian
AdatPapua memiliki banyak tarian adat, diantaranya yaitu Tari
Selamat Datang, Tari Sajojo, Tari Yospan, Tari Musyoh.1. Tari
Selamat DatangTari Selamat Datang berasal dari Papua Timur. Tari
Selamat datang menunjukkan kegembiraan hati penduduk dalam
menyambut tamu yang dihormati. Tarian selamat datang sendiri
merupakan tarian yang menunjukkan kegembiraan hati penduduk untuk
menyambut tamu yang sangat dihormatinya. Tari ini menampilkan
sekumpulan penari pria dengan pakaian adat papua lengkap dengan
tameng dan tombak.Tarian ini mirip seperti tarian perang, dimana
gerakan yang energik tampak dalam memainkan tameng dan tombak,
terkadang diiringi suara teriakan yang khas. Itulah merupakan
gerakan khas dalam tarian tersebut. Regu musisi yang memainkan alat
musik untuk mengiringi penari, alat musik yang dimainkannya seperti
Gitar, Ukulele, Tifa, dan Bass Akustik. Ukulele, tifa dan Stem Bass
biasanya dibuat sendiri.
2. Tari SajojoTarian sajojo adalah tarian khas tradisional dari
daerah papua, biasadibawakan oleh seluruh masyarakat papua baik
masyarakat pegunungan maupun masyarakat pantai. Tarian ini sering
di mainkan dalam berbagai kesempatan seperti untuk penyambutan tamu
terhormat dan paling sering dimainkan adalah dalam upacara adat.
Sajojo adalah kisah perempuan cantik dari desa. Perempuan yang
dicintai ayah dan ibu berikut para laki-laki desa. Perempuan yang
didamba laki- laki untuk bisa berjalan-jalan bersamanya. Ada
beberapa hal menarik pada tarian ini. Tari ini mengutamakan gerakan
hentakan kaki dan tangan biasa juga di tarikan bersama dan tiap
penari dapat bergerak ke kiri atau kekanan, belakang atau tatap
muka atau maju serong kanan/ kiri dengan ketegasan gerak tari ini
dapat di tarikan oleh 30-50 orang atau lebih sekaligus tanpa
bersentuhan satu sama lain, setip penari utamakan kesamaan gerak
denga penari lainnya. Filosofi tarian sajojo adalah tarian yang di
lakukan pada saat perang.dalam tarian ini jumlah bulu berwarna
kuning yang disisipkan pada hiasan kepala seorang ondoafi ternyata
menandakan jumlah orang yang telah tewas dalam perang suku.3. Tari
YospanTarian Yospanadalah salah satu tarian yang berasal daridaerah
Papua. Yospan tergolong dalam jenis tari pergaulan atau atau tarian
persahabatan antara muda-mudi di masyarakat Papua. Yosim Pancar
atau biasa disingkat Yospan, merupakan penggabungan dari dua tarian
rakyat di Papua, yaitu Yosim dan Pancar.Sejarah kemunculan tarian
Yospan, bisa kita runut dari asal mula dua tarian sebelum mengalami
penggabungan menjadi Yospan. Yosim adalah tarian tua yang berasal
dari Sarmi, suatu kabupaten di pesisir utara Papua, dekat Sungai
Mamberamo. Tapi sumber lain mengatakan bahwa Yosim berasal dari
wilayah teluk Saireri (Serui, Waropen). Sementara Pancar adalah
tarian yang berkembang di Biak Numfor dan Manokwari awal 1960-an
semasa zaman kolonial Belanda di Papua. Awal sejarah kelahirannya
adalah dengan meniru gerakan-gerakanakrobatikdi udara, dengan
penamaan merujuk pada pancaran gas (jet). Maka tarian yang meniru
gerakan akrobatik udara ini mula-mula disebut Pancar Gas, dan
disingkat menjadi Pancar. Sejak kelahirannya awal 1960-an, Pancar
sudah memperkaya gerakannya dari sumber-sumber lain, termasuk dari
gerakan alam. Karena kepopulerannya, tarian Yospan sering
diperagakan dalam setiap event, kegiatan penyambutan, acara adat,
dan festival seni budaya. Karena tarian Yospan adalah tarian
pergaulan, tidak ada batasan jumlah penari dalam terian ini, siapa
saja boleh ikut masuk dalam lingkaran dan bisa langsung bergerak
mengikuti penari lain. Tidak peduli apakah mereka laki-laki atau
perempuan, tua atau muda, komen atau amber. Dengan posisi para
penari biasanya membentuk lingkaran dan berjalan berkeliling sambil
menari, diiringi oleh musisi.E. Lagu AdatPapua memiliki banyak lagu
daerah. Diantaranya yaitu lagu Apues, Yamko Rambe Yamko, Sajojo, E
Mambo Simbo, Akai Bipa Mare, Amungme Ih, Nuru Ai Pani, dan lain
sebagainya.1. Yamko Rambe YamkoLagu Yamko Rambe Yamko adalah lagu
yang bertemakan tentang peperangan. Walaupun tempo lagunya cepat
dan terkesan riang, sebenarnya makna dari lagu ini cukup
menyedihkan.Lagu ini menceritakan tentang sebuah pertikaian yang
terjadi di dalam negeri. Di dalam lagu lagu ini, pelantun lagu
ingin menjadi bunga bangsa. Bunga bangsa yang dimaksud adalah
pahlawan yang rela berkorban, bahkan sampai mati, untuk
mempertahankan negara Indonesia ini dari para penjajah.2. ApuseLagu
ini mengisahkan tentang kakek-nenek dan cucu-nya. Tergambar makna
bahwa sang cucu ingin merantau ke negri sebrang/pulau sebrang ke
Teluk Doreri. Teluk Doreri dikenal sebagai pintu masuk menuju
Manokwari melalui jalur laut. Dalam sejarahnya, teluk ini berperan
penting dalam penyebaran agama Kristen di tanah Papua. Untuk saat
ini Teluk Doreri menjadi pelabuhan baik untuk kapal Domestik
Nasional, maupun antar pulau di Papua. Dalam lagu ini tergambar
kesedihan si cucu yang pergi merantau demi mencari kehidupan yang
lebih baik. 3. SajojoSajojo adalah lagu yang berkisah tentang
perempuan cantik dari desa. Perempuan yang dicintai ayah dan ibu
berikut para laki-laki desa. Perempuan yang didamba laki- laki
untuk bisa berjalan-jalan bersamanya. Pencipta lagu ini apa mungkin
membuat kata kiasan sebagai arti dari Papua adalah mutiara hitam
dari timur, sebuah tanah yang kaya raya, dengan kekayaan alam yang
luar biasa banyaknya.Selain lagu-lagu diatas, lagu daerah papua
yang lain pun memiliki makna yang berbeda-beda, seperti lagu Nuru
Ai Pani yang berisi tentang kerinduan seorang yang lama
meninggalkan Papua pergi merantau akan orang tua dan tanah
kelahirannya, berikut ikan, sagu dan singkong yang dirindukannya.
Lagu Amungme Ih berisi akan kerinduan warga Papua untuk hidup dalam
perdamaian tanpa adanya kekerasan di sekitar mereka. Lagu ini
diawali dengan seruan sang kepala suku untuk berdamai dan hidup
selaras dengan suku lainnya. Lagu Akai Bipa Mare, sebuah harapan
untuk masa depan yang lebih baik bagi kampung halaman turut
dipesan. LaguE Mambo Simbo, kisah seorang ayah yang kehilangan
anaknya bernama Mambo. Sang ayah pergi keluar masuk kampung mencari
sang anak hingga menemukannya di tengah hutan.
F. Kerajinan Tangan1. Ukiran Suku AsmatBagi masyarakat Papua
khususnya suku Asmat, seni ukir kayu adalah bagian dari kehidupan
sehari-hari yang telah turun temurun menjadi suatu kebudayaan yang
bukan saja dikenal di Papua dan Indonesia, melainkan sudah ke
seluruh dunia. Mengukir adalah sebuah tradisi kehidupan dan ritual
yang terkait erat dengan spiritualitas hidup dan penghormatan
terhadap nenek moyang. Ketika Suku Asmat mengukir, mereka tidak
sekedar membuat pola dalam kayu tetapi mengalirkan sebuah
spiritualitas hidupCiri khas dari ukiran suku asmat adalah polanya
yang unik dan bersifat naturalis, dimana dari pola-pola tersebut
akan terlihat kerumitan cara membuatnya sehingga membuat karya ukir
suku Asmat bernilai tinggi dan sangat banyak diminati para turis
asing yang menggemari karya seni.Dari segi model, ukiran suku Asmat
memiliki pola dan ragam yang sangat banyak, mulai dari patung model
manusia, binatang, perahu, panel, perisai, tifa, telur kaswari
sampai ukiran tiang. Suku Asmat biasanya mengadopsi pengalaman dan
lingkungan hidup sehari-hari sebagai pola ukiran mereka, seperti
pohon, perahu, binatang dan orang berperahu, orang berburu dan
lain-lain.2. KhombowSalah satu seni ukir/kerajinan tangan dari
Papua yaitukerajinan kulit kayu, kerajinan ini khasnya dari Sentani
dan asalnya dariKampungAsei Besar Distrik Sentani Timur. Kerajinan
kulit kayu ini nama aslinya adalahKhombowyang artinyaukiran kulit
kayu, kerajinan tangan ini memuat berbagai macam motif/gambar
ukiran khas suku sentani dengan pengertiannya masing-masing.Bukan
sembarang ukiran yang diciptakan dari tangan para pengrajin.
Beberapa ukiran kulit kayu memiliki makna yang mendalam. Sebut saja
jenis ukiranLuwga (Keagungan/kebesaran seorang Ondofolo Asei),
danKheykha(lambang kecantikan wanita Sentani).
3. NokenNoken merupakan tas multifungsi yang dirajut dari serat
kayu dan dibawa dengan mengaitkan bagian atasnya di kepala.Noken
merupakan salah satu warisan budaya leluhur khas Papua dan
kegunaannya bukan hanya sebagai tas tradisional bagi masyarakat
Papua saja, tetapiNokenjuga sebagai sebuah sistem dan bagian dari
kearifan lokal. Unesco menetapkanNoken sebagai Warisan Budaya Tak
Benda.Setiap suku yang berada di Papua mengembangkan desain dan
rajut Noken dengan caranya masing-masing. Hingga saat ini dikenal
250 jenis Noken sesuai dengan jumlah suku yang berada di provinsi
itu. Pada Desember 2013, Pemerintah mendirikan Museum Noken di
Jayapura.G. Pakaian AdatPakaian adat Papua adalah salah satu
pakaian adat yang unik dan menarik, jika biasanya didaerah lain
pakaian adat berupa kain-kain lembut atau sejenisnya, namun pakian
adat papua sangat berbeda. Sesuai dengan daerah tempat tinggal
mereka yaitu daerah pegunungan sehingga pakian adat mereka adalah
pakian yang terbuat dari alam sekitar mereka. Pakaian adat papua
baik laki-laki maupun perempuan hampir sama, hanya
menggunakansebuah bawahan berupa rok yang terbuat dari alang-alang
yang dibuat rapi sehingga serupa dengan rok yang biasa yang di
pakai oleh perempuan. Tidak hanya itu keunikan pakaian adat Papua
ini, karena bawahan yang digunakan hanya berupa rok saja, sehingga
bagian badannya tidak tertutupi, jadi orang papua membuat suatu
kreatifitas dengan, melukis seluruh badan mereka sehingga tidak
relihat terlalu jelas, bahkan bagian muka pun tidak terlewatkan
dari bagian lukisan mereka. Namun, ada sebagian masyarakat
perempuan yang menutup bagian dada mereka dengan menggunakan
alang-alang yang telah di buat sedemikan rupa sehingga bisa menutup
bagian dada mereka.Pakaian adat pria dan wanita di Papua hampir
sama bentuknya. Mereka memakai baju dan penutup badan bagian bawah
dengan model yang sama.Aksesoris yang biasa digunakan pun sangat
lah unik seperti sebuah topi yang biasa di pakai hanya terbuat dari
serabut serabut pohon yang biasa dijadikan bahan membuat sapu, dan
ditambahkan dengan pernak pernik berupa cangkang binatang
laut.Mereka juga sama-sama memakai berbagai macam hiasan-hiasan
yang sama seperti hiasan-hiasan kepala burung cendrawasih, gelang,
kalung, dan ikat pinggang dari manik-manik serta rumbai-rumbai pada
pergelangan kaki. Bentuk pakaian yang terlukis disini merupakan
model atau ciptaan baru penduduk setempat. Biasanya juga mereka tak
lupa memegang tombak atau panah-panah dan perisai yang dipegang
laki-laki. Koteka terbuat dari kulit Labu Air yang ditanam didaerah
mereka. Kata Koteka secara harfiah yaitu bermakna pakaian yang
berasal dari salah satu bahasa suku di pedalamanKabupaten Paniai.
Sebagian suku di pegunungan Jayawijaya menyebutnya hilom atau
horim.Koteka adalah penutup kemaluan yang digunakan kaum lelaki.
Koteka terbuat dari buah seperti buah labu yang berbentuk panjang
mengerucut kedepan. Buah tersebut digunakan apabila telah
dikeringkan, cara pembuatannya cukup sederhana. Petik buah labu
tersebut yang telah tua sehingga lebih keras, kemuadian keluarkan
isi didalam buah tersebut yaitu daging dan biji buah tersebut dan
kemudian di jemur.Setelah di keringkan hingga benar benar kering,
biasanya sebelum dipakai koteka diukir terlebih dahulu, warga Papua
adalah salah satu warga yang sangat kreatif, ukuran koteka yang
dibuat biasanya disesuaikan dengan kegiatan yang akan dilakukan.
Koteka yang berukuran panjang digunakan pada saat menghadiri acara
adat sedangkan koteka yang berukuran pendek digunakan untuk
kegiatan sehari hari yaitu pada saat bekerja di ladang dan
sebagainya. Pakaian adat papua adalah salah satu pakaian adat yang
unik dan menrik untuk diketahui lebih jelas.Banyak Suku yang dapat
dikenali dengan cara mereka menggunakan koteka, untuk koteka yang
pendek digunakan saat bekerja dan yang panjang dengan atribut
hiasan, digunakan pada saat melaksanakan upacara adat, namun setiap
suku memiliki perbedaan bentuk Koteka, misalnya Suku Yali, memiliki
bentuk labu yang panjang, sedangkan masyarakat Tiom biasanya
memakai dua labu. H. Makanan Adat1. PapedaPapedamerupakan makanan
khas Papua Timur. Masyarakat Papua dan Maluku mengonsumsi Papeda
sebagai makanan Pokok. Papeda adalahmakananberupabubursagu yang
biasanya disajikan denganikantongkolatau mubara yang dibumbui
dengankunyit.Papeda berwarnaputihdan bertekstur lengket
menyerupailemdengan rasa yang tawar.Papeda merupakan makanan yang
kaya serat, rendahkolesteroldan cukup bernutrisi. Makanan ini
pertama kali ditemukan dan diolah oleh orang pedalaman Papua asli
dan pembuatan dan bahan-bahannya tetap dipertahankan hingga saat
ini. Papeda dibuat dari sagu yang diolah menjadi tepung. Tepung ii
dibuat dari saripati sagu yang diolah menajdi tepung sagu yang siap
dimasak menjadi Papeda. Untuk membuatnya relatif mudah, cukup
dengan menuangkan air panas ke dalam tepung sagu, aduk berulang
kali hingga kental dan memiliki penampilan seperti lem.2. Sate Ulat
SaguUlat Sagu hanya bisa ditemui di bagian timurIndonesia. Ulat
sagu sendiri diambil dari batang pohon sagu yang tumbang secara
alami dan membusuk. Batang membusuk inilah yang menjadi rumah ulat
ulat gemuk sagu. Bentuknya putih seperti belatung namun jauh lebih
besar dan terlihat berlemak.Ulat sagu adalah makanan khas rakyat
Papua dan sebagian Maluku. Ulat Sagu adalah sumber protein yang
tinggi. Dan bila anda merasakannya benar benar berbeda dari
bentuknya. Rasanya kenyal seperti makan jeroan ayam. Ulat sagu
biasanya dimakan mentah atau bisa juga digoreng dengan cara biasa.
Namun karena kreativitas, ulat sagu ini bisa dijadikansatejuga.
Rasanya yang sedikit berlemak dengan balutan bumbusateakan menambah
nikmat ulat sagu ini. 3. Aunu senebre Khas PapuaAunu senebre ini
dibuat dari bahan dasar ikan teri nasi yang dicampur dengan irisan
daun talas. Makanan ini memiliki tekstur yang tidak kering. Daun
talas yang diiris juga menambah rasa gurih dari aunu senebre. Di
Papua makanan khas ini biasanya disantap dengan sepiring papeda
atau umbu-umbian.
I. Alat Musik1. TifaTifa adalah alat musik yang berasal dari
maluku dan papua, Tifa mirip seperti gendang cara dimainkan adalah
dengan dipukul. Terbuat dari sebatang kayu yang dikosongi atau
dihilangi isinya dan pada salah satu sisi ujungnya ditutupi, dan
biasanya penutupnya digunakan kulit rusa yang telah dikeringkan
untuk menghasilkan suara yang bagus dan indah. bentuknya pun
biasanya dibuat dengan ukiran. tiap suku di maluku dan papua
memiliki tifa dengan ciri khas nya masing-masing.Tifa biasanya
dimainkan untuk mengiringi tarian tradisional, seperti Tarian
Perang, Tarian Tradisional Asmat, dan Tarian Gatsi. Alat musik
tradisional Tifa ini, banyak digunakan oleh penduduk Papua dan
Maluku. Ada beberapa macam jenis alat musik Tifa seperti Tifa
Jekir, Tifa Dasar, Tifa Potong, Tifa Jekir Potong dan Tifa Bas.2.
TritonTriton adalah alat musik tradisionalmasyarakat Papua. Triton
merupakan alat musik yang cara penggunaannya dengan cara ditiup.
Alat musik ini terdapat di seluruh pesisir pantaiyang ada di Papua,
terutama di daerah Biak, Yapen, Waropen, Nabire, Wondama, serta
kepulauan Raja Amat. Awalnya, alat ini hanya digunakan untuk sarana
komunikasiatau sebagai alat panggil atau pemberi tanda dan sebagai
alat panggil. orang lain. Selanjutnya, alat ini juga digunakan
sebagai sarana hiburan dan alat musik tradisional.3. Fu: Terbuat
dari kerang dan ditiup untuk mengeluarkan suara.
4. SekakasInstrumen yang ada di Papua digunakan untuk keperluan
praktis, misalnya Sekakas, yang digunakan untuk menarik ikan-ikan
hiu. Sekakas bisa mengeluarkan bunyi gemeretakan kalau dipegang
setengah didalam laut dan setengahnya lagi di udara.5. PikonPikon
berasal dari kata pikonane. Dalam bahasa Baliem, Pikonane berarti
alat musik bunyi. Alat ini terbuat dari sejenis bambu yang
beruas-ruas dan berongga bernama Hite. Pikon yang ditiup sambil
menarik talinya ini hanya akan mengeluarkan nada-nada dasar, berupa
do, mi dan sol. Walau kelihatan sederhana, namun ternyata tak semua
orang bisa menggunakan alat musik tradisional Papua ini.
J. Sistem KekerabatanPouwer (1966) berdasarkan studi
antropologinya, menunjukkan bahwa dalam pengelompokan orang Papua
paling sedikit dapat dibagi kedalam empat golongan berdasarkan
sistem kekerabatan:1. Kelompok kekerabatan menurut tipeIroquois.
Sistem ini mengklasifikasikan anggota kerabat saudara sepupu
paralel dengan istilah yang sama dengan saudara kandung. Juga untuk
menyebut istilah yang sama untuk ayah maupun sesama saudara laki
ayah dan saudara laki ibu.Adapun kelompok etnik papua yang
tergolong dalam tipe ini adalah: orang Biak, Iha, Waropen, Senggi,
Marind-anim, Teluk Humboldt, dan orang Mee.2. Kelompok kekerabatan
menurut tipeHawaian.Sistem pengelompokkan yang menggunakan
istilahyang sama untuk menyebut saudara-saudarasekandung dan semua
saudara-saudara sepupu silang dan paralel. Adapun kelompok etnik
yang tergolong tipe ini adalah: orang Hatam-Manikion, Mairsai,
Mimika, Asmat, dan Pantai Timur Sarmi.3. Kelompok kekerabatan
menurut tipeOmaha.Sistem inimengklasifikasikan saudara-saudara
sepupu silangmatrilateraldanpatrilateraldengan istilah yang berbeda
dan untuk saudara sepupu silang dipengaruhi oleh tingkat generasi
dan bersifat tidak simetris. Sebutan untuk anak laki-lakisaudara
laki ibu (MBS) adalah sama dengan saudara laki-laki ibu
(MB).Istilah untuk anak laki-laki saudara perempuan ayah (FZS)
adalah sama untuk anak laki-laki saudara perempuan (ZS). Adapun
etnik yang tergolong dalam kelompok ini adalah orang Awyu, Dani,
Meibrat, Mek dipegunungan Bintang, dan Muyu.4. Kelompok kekerabatan
menurut tipeIroquois-Hawaian. Tipe ini adalah tipe campuran.
Kelompok yang tergolong dalam tipe ini adalah orang Bintuni, Tor,
dan Pantai Barat Sarmi. Kecuali penggolongan berdasarkan istilah
kekerabatan, orang Papua juga dibedakan berdasarkan prisip
pewarisan. Ada dua prinsip pewarisan keturunan yaitua. Melalui
garisketurunan ayah ataupatrilineal, dan terdapat pada orang
Meibrat, Mee, Dani, Biak, Waropen, Wandamen, Sentani, Marind-anim
dan Nimboran).b. Melalui prinsipbilateralyaitu melalui garis
keturunan ayah dan ibu, terdapat pada orangdipedalaman Sarmi.c.
Masyarakat berdasarkan strukturambilateralatauambilineal, dimana
kadang-kadang diatur menurut garis keturunan pihak ibu atau ayah.
Terdapat pada orang Yagai, Manikion, Mimika (De Brijn, 1959:11 of
van der Leeden, 1954, Pouwer, 1966). Orang Papua juga mengenal
pembagian masyarakat kedalamphratryataumoietyyang terbagi atas dua
paroh masyarakat. Terdapat pada orang Asmat (aipmu-aipem), Dani
(Waita-Waya), Waropen (buriworai-buriferai) dalam (Mansoben, 1974,
1995; Held, 1947; Kamma, 1972; Schoorl, 1957; Heider,
1979-1980).Diagram Kekerabatan Tanda-Tanda yang digunakan untuk
diagram kekerabatan
K. Sistem Mata PencaharianSistem mata pencaharian masyarakat
Papua dibagi berdasarkan lokasi tempat tinggal seperti berikut,
yaitu:1. Penduduk Pesisir Pantai; Penduduk ini mata pencaharian
utama sebagai nelayan disamping berkebun dan meramu sagu yang
disesuaikan dengan lingkungan pemukiman itu. Komunikasi dengan kota
dan masyarakat luar sudah tidak asing bagi mereka.2. Penduduk
Pedalaman yang Mendiami Dataran Rendah; Mereka termasuk peramu
sagu, berkebun, menagkap ikan di sungai, berburu di hutan di
sekeliling lingkungannya.Mereka senang mengembara dalam kelompok
kecil.Mereka ada yang mendiami tanah kering dan ada yang mendiami
rawa dan payau serta sepanjang aliran sungai.Adat istiadat mereka
ketat dan selalu mencurigai pendatang baru.3. Penduduk Pegunungan
Yang Mendiami Lembah; Mereka bercocok tanam, dan memelihara babgi
sebagai ternak utama, kadangkala mereka berburu dan memetik hasil
dari hutan. Pola pemukimannya tetap secara berkelompok, dengan
penampilan yang ramah bila dibandingkan dengan penduduk tipe
kedua.Adat istiadat dijalankan secara ketat dengan Pesta Babi
sebagai simbolnya.Ketat dalam memegang dan menepati
janji.Pembalasan dendam merupakan suatu tindakan heroism dalam
mencari keseimbangan sosial melalui Perang Suku yang dapat
diibaratkan sebagai pertandingan atau kompetisi.Sifat curiga
terhadap orang asing ada tetapi tidak seketat penduduk tipe
kedua.4. Penduduk Pegunungan yang Mendiami Lereng-Lereng Gunung;
Melihat kepada tempat pemukimannya yang tetap di lereng-lereng
gunung, member eksan bahwa mereka ini menempati tempat yang
strategis terhadap jangkauan musuh dimana sedini mungkin selalu
mendeteksi setiap makhluk hidup yang mendekati pemukimannya. Adat
istiadat mereka sangat ketat, sebagian masih KANIBAL hingga kini,
dan bunuh diri merupakan tindakan terpuji bila melanggar adat
karena akan menghindarkan bencana dari seluruh kelompok
masyarakatnya. Perang suku merupakan aktivitas untuk pencari
keseimbangan sosial, dan curiga pada orang asing cukup tinggi
juga.
L. Sistem KemasyarakatanKelompok asli di Papua terdiri atas 193
suku dengan 193 bahasa yang berbeda satu dengan lainnya,
seperti,SukuAsmat, Suku Ka moro, Suku Dani dan Suku Sentani.Mengacu
pada perbedaan tofografi dan adat istiadat. PendudukPapua dapat
dibedakan menjadi tiga kelompok besar, masing-masing:1. Penduduk
daerah pantai dan kepulauandengan ciri-ciri umum rumah di atas
tiang (rumah panggung) dengan mata pencaharian menokok sagu dan
menangkap ikan;2. Penduduk daerah pedalamanyang hidup di daerah
sungai, rawa danau dan lembah serta kaki gunung. Umunya mata
pencaharian mereka yaitu menangkap ikan, berburu dan mengumpulkan
hasil hutan;3. Penduduk daerah dataran tinggidengan mata
pencaharian berkebun dan beternak secara sederhana.Tiap kelompok
suku mengenal sistem strata dalam masyarakat. Penduduk
diklasifikasikan berdasarkan faktor tertentu seperti keturunan dan
kekayaan.Banyaknya macam suku di Papua juga mengakibatkan munculnya
beberapa falsafah masyarakat yang unik dalam perilaku sosial mereka
masing-masing. Suku Komorodi Kabupaten Mimika, yang membuat
gendering dengan menggunakan darah. Suku Danidi Kabupaten
Jayawijaya yang gemar melakukan perang-perangan, yang dalam bahasa
Dani disebut Win. Budaya ini merupakan warisan turun-temurun dan
dijadikan festival budaya Lembah Baliem. Ada jugarumah tradisional
Honai, yang di dalamnya terdapat mummy yang diawetkan dengan ramuan
tradisional. Terdapat tiga mummy di Wamena; Mummy Aikima berusia
350 tahun, Mummy Jiwika 300 tahun, dan Mummy Pumo berusia 250
tahun. Suku Imekodi Kabupaten Sorong Selatan menampilkan tarian
adat Imeko dengan budaya suku Maybrat dengan tarian adat
memperingati hari tertentu seperti panen tebu, memasuki rumah baru
dan lainnya. Suku Marindi Kabupaten Merauke, terdapat upacara Tanam
Sasi, sejenis kayu yang dilaksanakan sebagai bagian dari rangkaian
upacara kematian. Sasi ditanam 40 hari setelah hari kematian
seseorang dan akan dicabut kembali setelah 1.000 hari.
M. Sistem KepercayaanSeperti kita ketahui, Indonesia terdiri
dari berbagai macam suku, budaya, bahasa, dan bahkanagama.Perbedaan
kepercayaan di beberapa daerah di Indonesia disebabkan oleh
beberapa faktor seperti, minimnya akses pendidikan di daerah
tersebut hingga kepercayaan tersebut merupakan warisan turun
temurun dari nenek moyang di suatu daerah tesebut.Secara tidak
langsung, kepercayaan setiap masyarakat tersebut dipengaruhi oleh
perbedaan budaya yang terdapat di daerah mereka.Keagamaan merupakan
salah satu aspek yang sangat penting bagi kehidupan masyarakat di
Papua dan dalam hal kerukunan antar umat beragama di sana dapat
dijadikan contoh bagi daerah lain.Dalam halkerohanian, sebagian
besar penduduk asli Papua telah mempunyai kepercayaan dan bertaqwa
kepada Tuhan Yang Maha Esa.Namun, beberapa kelompok masyarakat
Papua masih memiliki kepercayaan totemisme, yaitu kepercayaan yang
memandang asal-usul manusia berasal dari dewa-dewa nenek moyang.
Selain itu masih ada sebagian dari penduduk di daerah pedalaman dan
suku-suku yang mana masih sangat tertutup dan tidak mau berhubungan
dengan dunia luar.Untuk pertama kalinya pada tanggal 5 Februari
1855 agama Kristen masuk diPapua yang dibawa oleh 2 orang penginjil
yaitu Ottow dan Geizler dari Belanda dan Jerman.
Sejaksaatitulahagama Kristen mulai berkembang ke seluruhdaerah di
Papua.Dengan demikian mayoritas penduduk di Papua memeluk agama
Kristen.Penduduk di bagian utara, barat dan timur
kebanyakanberagama Kristen Protestan, sedangkan penduduk bagian
selatan memeluk agama Kristen Katolik.Selain agama Kristen,
sebagian penduduk asli terutama daerah Fak Fak dan kepulauanRaja
Ampat Sorong menganut agama Islam.Selain itu, banyak misionaris
yang melakukan misi keagamaan di pedalaman-pedalaman Papua. Mereka
memainkan peran penting dalam membantu masyarakat, baik melalui
sekolah misionaris, balai pengobatan, maupun bidang pendidikan di
bidang pertanian, bahasa, atau pengetahuan lainnya.Misionaris juga
merupakan pelopor dalam membuka jalur penerbangan ke daerah-daerah
pedalaman yang belum terjangkau oleh penerbangan reguler.Di Papua
terdapat keyakinan bahwa agamamempunyai peran ganda, yaitu untuk
individu dan untuk masyarakat. Terhadap individu, agama adalah
jalan penyucian diri, sarana penyucian jiwa yang akan memberi
berbagai pegangan dan pedoman untuk mencapai kesempurnaan hidup.
Terhadap masyarakat, agama menjadi suatu sarana penting dalam
tertib sosial dan norma-normanya yang sering amat efektif untuk
membentuk suatu sistem sosial.Karena semakin berkembangnya zaman
dan semakin maju dan canggihnya teknologi di dunia, sangat
memudahkan bagi para penduduk Papua untuk mempelajari agama-agama
resmi yang ada di Indonesia. Sekarang, di Papua terdapat agama
Kristen, agama Islam dan Hindu Bali serta Budha yang merupakan
penganut minoritas.Khusus untukAgama Islam dan Hindu,kebanyakan
hanya terdapat di kota sedangkan daerah-daerah pedalaman pada
umumnya beragama Kristen.
N. Sistem PengetahuanSeperti yang sudah dijelaskan di bagian
terdahulu bahwa Papua memiliki berbagai ragam suku, maka tak heran
jika setiap suku juga memiliki sistem pengetahuan yang berbeda.
Pada bagian ini, kami akan memberi contoh sistem pengetahuan dari
Suku Asmat dan Suku Dani.1. Pengetahuan Suku Asmata. Pengetahuan
mengenai alam sekitarOrang Asmat berdiam di lingkungan alam
terpencil dengan rawa-rawa berlumpur yang ditumbuhi pohon bakau,
nipah, sagu dan lainnya. Perbedaan pasang dan surut mencapai 4-5
meter. Pengetahuan itu dimanfaatkan oleh orang Asmat untuk berlayar
dari satu tempat ke tempat lain. Pada waktu pasang surut, orang
berperahu ke arah hilir atau pantai dan kembali ke hulu ketika
pasang sedangnaik.b. Pengetahuan mengenai alam flora dan fauna di
daerah tempat tinggal.Pohon sagu banyak tumbuh di daerah dimana
Suku Asmat tinggal. Oleh karenanya, makanan pokok Suku Asmat adalah
sagu dengan makanan tambahan seperti ubi-ubian dan berbagai jenis
daun-daunan. Mereka juga memakan berbagai jenis binatang seperti,
ulat sagu, babi hutan, burung, telur ayam hutan, dan ikan. Selain
itu, gigi-gigi anjing yangtelah mati biasa digunakan sebagai
perhiasan.c. Pengetahuan mengenai zat-zat, bahan mentah, dan
benda-benda dalam lingkungannya.Orang-orang Asmat hanya mengenal 3
warna dalam kehidupannya, yaitu warna merah, putih, dan hitam.
Warna merah didapatkan dari campuran tanah merah dengan air. Untuk
warna putih, orang Asmat membakar semacam kerang yang kemudian
ditumbuk dan dicampur dengan air. Sedangkan warna hitam diperoleh
dengan cara mencampurkan arang dengan air. Ketiga warna ini biasa
terlihat pada hasil ukiran dan juga cara berhias yang dilakukan
oleh orang-orang Asmat.d. Pengetahuan mengenai sifat dan tingkah
laku (kebutuhan) antar manusia.Tempat tinggal suku Asmat yang
berada di daerah dataran rendah membuat mereka perlu mengatasi
kesulitan di dalam kehidupannya. Seperti misalnya batu sangat
langka di daerah-daerah lumpur berawa-rawa. Mereka telah mengatahui
kekurangan dan kelebihan yang dimiliki oleh masyarakat mereka
sendiri maupun masyarakat di luar daerahnya. Untuk mengatasi
kesulitan tersebut, suku Asmat telah mengenal sistem barter. Mereka
telah biasa melakukan barter dengan masyarakat lain yang tinggal di
daerah dataran tinggi untuk mendapatkan alat-alat seperti kapak,
batu, dsb yang memudahkan mereka dalam kehidupannya.e. Pengetahuan
mengenai ruang dan waktu.Untuk memperoleh bahan makanan di hutan,
orang-orang Asmat pun berangkat pergi pada hari Senin dan kembali
ke kampung pada hari Sabtu. Selama di hutan, mereka tinggal di
rumah sementara yang bernama bivak. Apabila orang-orang Asmat ingin
mengambil air minum, maka air minum diambil pada saat air surut,
sewaktu air sungai tidak terlalu asin. Air tersebut disimpan dalam
tabung bambu yang diperoleh dari hasil penukaran dengan penduduk
desa di lereng-lereng gunung.2. Pengetahuan Suku Dani.Salah satu
pengetahuan terbesar Suku Dani adalah bagaimana mereka bisa tetap
bertahan hidup yaitu dengan sistem pengetahuan mereka untuk membuat
tempat tinggal yang disebut denganHonai.Honai berbentuk bundar,
berdindingkan kayu, beratap jerami, dan pintunya mungil sekali.
Ukurannya tergolong mungil. Rumah bundar itu begitu kecil hingga
kita tidak berdiri di dalamnya. Honai hanya mempunyai tinggi
sekitar 1 meter. Di dalamnya hanya ada 1 perapian yang terletak
persis di tengah. Tak ada perabotan seperti kasur, lemari, apalagi
cermin.Atap jerami dan dinding kayu berfungsi untuk mengatur suhu
di dalam rumah. Hawa sejuk mampu masuk melalui celah-celah kayu ke
dalam Honai. Ketika udara sangat dingin, mereka menyalakan api di
perapian. Bagi mereka, asap dari kayu sudah tak aneh lagi dihisap
dalam waktu lama. Oksigen akan selalu masuk melalui pintu rumah
yang tidak pernah tertutup. Mereka pun meringkuk dalam
kehangatan.Ada juga tempat tinggal yang disebut Ebei. Bentuknya
mirip dengan Honai, hanya perbedaannya terletak pada jenis kelamin
penghuninya. Honai dihuni oleh laki-laki, sedangkan Ebei dihuni
oleh perempuan.Selain berfungsi sebagai tempat tinggal, Honai juga
memiliki beberapa fungsi lainnya. Ada Honai khusus untuk menyimpan
umbi-umbian dan hasil ladang, ada pula yang khusus untuk pengasapan
mumi.
BAB IIIPENUTUP
A. KesimpulanPapua merupakan salah satu pulau di ujung timur
Indonesia. Masyarakat Papua masih sangat menjunjung tinggi adat
kebiasaan dari para leluhurnya. Masih banyak suku-suku asli papua
yang masih melestarikan kebudayaan tersebut. Misalnya dengan
menggunakan Rumah Honai, melakukan upacara Potong Jari dan Bakar
Batu, melakukan tarian Sajojo dan Selamat Datang. Selain itu
masyarakat Papua masih aktif dalam menghasilkan kerajinana tangan
seperti Noken dan Ukiran Kayu, serta masih banyak masyarakat yang
makan Papeda serta Sate Ulat Sagu dalam kesehariannya. Namun untuk
penggunaan baju adat Koteka, sudah dimodifikai sesuai dengan
tuntutan zaman, namun tak jarang suku di pedalaaman Papua masih
menggunakannya.Selain itu dalam sistem mata pencaharian, religi,
kekerabatan, pengetahuan, dan lain sebagainya, masyarakat Papua
memiliki perbedaan dengan daerah lain di IndonesiaB.
SaranMasyarakat Papua masih sangat kental dengan adat istiadat
serta kebudayaan yang diwariskan oleh nenek moyang. Sebagai
generasi penerus, kita harus dapat menjaga dan melestarikan
keunikan berbagai macam suku di Indonesia termasuk suku-suku di
Papua. Hal ini dimaksudkan agar adat istiadat serta kebudayaan yang
telah diwariskan nenek moyang tidak hilang termakan zaman.
DAFTAR PUSTAKA
http://aldrovanda.blogspot.com/2011/07/mengenal-masyarakat-papua-irian-jaya.html
diakses pada tanggal 20 Mei 2015 pukul 22.00
WIBhttp://artofpapua.blogspot.com/ diakses pada tanggal 21 Mei 2015
pukul 10.30 WIBhttp://budaya-indonesia.org/ diakses pada tanggal 20
Mei 2015 pukul 21.10
WIBhttp://fidiatimafika.blogspot.com/2014/12/masyarakat-dan-kebudayaan-papua.html
diakses pada tanggal 20 Mei 2015 pukul 23.00
WIBhttp://hiburan.kompasiana.com/musik/2012/09/17/iyakoko-patea-senandung-dari-tanah-papua-487441.html
diakses ppada tanggal 21 Mei 2015 pukul 08.10
WIBhttp://kebudayaanindonesia.net/ diakses pada tanggal 20 Mei 2015
pukul 22.30
WIBhttp://papuaintelekt.blogspot.com/2011/04/etnografi-papua.html
diakses pada tanggal 21 Mei 2015 pada pukul 11.00
WIBhttp://pemkam.papua.go.id/ diakses pada tanggal 19 Mei 2015
pukul 13.40 WIBhttps://papua.go.id/ diakses pada tanggal 19 Mei
2015 pukul 13.30 WIBhttps://wisatapapua.wordpress.com/ diakses pada
tanggal 20 Mei 2015 pukul 20.30 WIB
32