SKRIPSI KEBIJAKAN PENGEMBANGAN KAWASAN INDUSTRI (Bantaeng Industrial Park ) DI KABUPATEN BANTAENG Oleh: Syamsul Alam Nomor Induk Mahasiswa : 10561 0916 14 PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI NEGARA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR 2020
83
Embed
KEBIJAKAN PENGEMBANGAN KAWASAN INDUSTRI Bantaeng ...
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
SKRIPSI
KEBIJAKAN PENGEMBANGAN KAWASAN INDUSTRI (Bantaeng Industrial Park) DI KABUPATEN BANTAENG
Oleh:
Syamsul Alam
Nomor Induk Mahasiswa : 10561 0916 14
PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI NEGARA
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
2020
SKRIPSI
KEBIJAKAN PENGEMBANGAN KAWASAN INDUSTRI (Bantaeng Industrial Park) DI KABUPATEN BANTAENG
Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh
Gelar Sarjana Ilmu Administrasi Negara
Disusun dan Diajukan Oleh:
SYAMSUL ALAM
Nomor Stambuk: 10561 04916 14
Kepada
PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI NEGARA
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
2020
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH
Saya yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama Mahasiswa : syamsul Alam
Nomor Stambuk : 105610491614
Program Studi : Ilmu Administrasi Negara
Menyatakan bahwa benar karya ilmiah ini adalah penelitian saya sendiri tanpa
bantuan dari pihak lain atau telah ditulis/ dipublikasikan orang lain atau
melakukan plagiat. Pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan apabila
di kemudian hari pernyataan ini tidak benar, maka saya bersedia menerima
sanksi akademik sesuai aturan yang berlaku, sekalipun itu pencabutan gelar
akademik.
Makassar, 17 Juli 2020
Yang Menyatakan,
Syamsul Alam
ABSTRAK
SYAMSUL ALAM, 2020. Kebijakan Pengembangan Kawasan Industri
(Bantaeng Industrial Park) di Kabupaten Bantaeng. (Dibimbing Oleh Muhlis
Madani dan Abdi).
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui mengetahui implementasi
Kebijakan Pengembangan Kawasan Industri (Bantaeng Industrial Park) di Kabupaten Bantaeng. Jenis penelitian ini adalah fenomenologi dengan tipe
penelitian kualitatif yang bersifat menjelaskan Kebijakan Pengembangan Kawasan Industri (Bantaeng Industrial Park) di Kabupaten Bantaeng.
Informan penelitian seluruhnya sejumlah 11 orang, masing-masing berasal dari Dinas Perindustrian, PT. Huadi dan masyarakat disekitar kawasan industri.
Informasi penelitian dikumpulkan melalui observasi, wawancara dan dokumentasi.
Hasil penelitian menunjukkan ada beberapa indikator pengelolaan industri dalam Kebijakan Pengembangan Kawasan Industri (Bantaeng Industrial Park) di Kabupaten Bantaeng yaitu : Persyaratan Administratif, Persyaratan Teknis,
Persyaratan Lingkungan, Persyaratan Finansial sehingga tercapai Efektifitas Kebijakan Pengembangan Kawasan Industri (Bantaeng Industrial Park) di
Kabupaten Bantaeng.
Keyword : Kebijakan Kawasan Industri (Bantaeng Industrial Park)
KATA PENGANTAR
Puji syukur Alhamdulillah penulis panjatkan panjatkan ke hadirat Allah SWT
atas berkat, rahmat, taufik dan hidayah-Nya penyusunan skripsi yang berjudul
Kebijakan Kawasan Industri (Bantaeng Industrial park) di Kabupaten Bantaeng.
dapat diselesaikan dengan baik.
Penulis menyadari bahwa dalam proses penulisan skripsi ini banyak
mengalami berbagai kendala berkat bantuan, bimbingan, kerja sama dari berbagai
pihak dan berkah dari Allah SWT sehingga kendala-kendala yang dihadapi
tersebut dapat diatasi. Untuk itu penulis menyampaikan ucapan terima kasih dan
penghargaan kepada Bapak Dr. H. Muhlis Madani, M.Si selaku pembimbing I dan
Bapak Dr. Abdi, M.Pd selaku pembimbing II yang telah dengan sabar, tekun,
tulus dan ikhlas meluangkan waktu, tenaga dan pikiran memberikan bimbingan,
motivasi arahan dan saran-saran yang sangat berharga kepada penulis selama
menyusun skripsi.
Selanjutnya ucapan terima kasih penulis sampaikan pula kepada:
1. Bapak Prof. Dr. H. Ambo Asse,M.ag Rektor Universitas Muhammadiyah
Makassar.
2. Ibu Dr. Hj. Ihyani Malik, S.Sos., M.Si., Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik Universitas Muhammadiyah Makassar.
3. Bapak Nasrul Haq, S.Sos., M.PA , Ketua Jurusan Ilmu Administrasi Negara
Fakultas Ilmu Sosial dan IlmuPolitik Universitas Muhammadiyah Makassar.
v
4. Ibu Dr. A. Rosdianti Razak, M.Si , Bapak Dr. Abdi, M.Pd , Bapak Dr. Jaelan
Usman, M.Si , dan Bapak Nasrul Haq, S.Sos, M.PA , selaku penguji yang
telah meluangkan waktunya selama proses ujian.
5. Bapak/ibu dosen Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas
Muhammadiyah Makassar yang telah memberikan bekal dan ilmu
pengetahuan selama mengikuti pendidikan.
6. Kedua orang tua tercinta Bapak Moddin dan Ibu Marni yang telah
memberikan sumbangan moral dan materil.
7. Bapak Kepala Dinas Ketenaga Kerjaan dan Perindustrian Kabupaten
Bantaeng, Pengelolah PT. HUADI dan Masyarakat sekitar PT. HUADI ,
Terimakasih atas bantuan, dukungan serta kesediaan memberikan informasi
sehingga penulis dapat melakukan penelitian dan dapat menyelesaikan tepat
waktu.
8. Keluarga besar yang tidak bisa saya sebutkan satu per satu yang tak pernah
bosan memberikan saya motivasi atas bantuan dan dukungan yang diberikan
dalam penulisan skripsi ini.
9. Adinda Arnis M. Nasir, S.Sos yang telah banyak membantu saya selama
penelitian dan membantu dalam menyusun dan menyelesaikan skripsi ini.
10. Kakanda senior yang telah meluangkan waktu untuk memberikan arahan serta
motivasi saya dalam menyusun skripsi ini.
11. Teman-teman mahasiswa jurusan Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu
Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Makassar khususnya
vi
kelas C angkatan 2014 atas segala bantuan dan kebersamaanya selama
menjalani perkuliahan hingga penyelesaian skripsi ini.
12. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebut satu persatu yang telah
membantuh dalam penyelesaian penulisan skripsi ini.
Akhirnya, dengan segala kerendahan hati penulis menyadari masih banyak
terdapat kekurangan-kekurangan, sehingga penulis mengharapkan adanya saran
dan kritik yang bersifat membangun demi skripsi ini.
............................................................................................................................. iv
KATA PENGANTAR .........................................................................................
.............................................................................................................................. v
DAFTAR ISI ........................................................................................................
............................................................................................................................ viii
DAFTAR TABEL................................................................................................
.............................................................................................................................. x
DAFTAR GAMBAR ...........................................................................................
............................................................................................................................. xi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .........................................................................................
.................................................................................................................. 1 B. Rumusan Masalah ....................................................................................
.................................................................................................................. 6 C. Tujuan Penelitian ......................................................................................
D. Kegunaan Penelitian ................................................................................. .................................................................................................................. 7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Kebijakan Publik.......................................................................... .................................................................................................................. 8
B. Konsep Implementasi Kebijakan .............................................................. ................................................................................................................. 13
C. Konsep Kawasan Industri .........................................................................
................................................................................................................. 29 D. Kerangka Pikir ..........................................................................................
E. Fokus Penelitian ........................................................................................ ................................................................................................................. 37
F. Deskripsi Fokus Penelitian ....................................................................... ................................................................................................................. 38
BAB III METODE PENELITIAN
A. Waktu dan Lokasi Penelitian .................................................................... ................................................................................................................. 40
B. Jenis dan Tipe Penelitian ..........................................................................
................................................................................................................. 40 C. Sumber Data .............................................................................................
................................................................................................................. 41 D. Informan Penelitian ..................................................................................
E. Teknik Pengumpulan Data ........................................................................ ................................................................................................................. 42
F. Teknik Analisis Data ................................................................................ ................................................................................................................. 43
G. Keabsahan Data ........................................................................................
A. Deskripsi Objek Penelitian ........................................................................
................................................................................................................. 46 B. Implementasi Kebijakan Pengembangan Kawasan Industri (Bantaeng
Industrial Park) di Kecamatan Pa’jukukkang Kabupaten Bantaeng ........ ................................................................................................................. 52
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan................................................................................................ ................................................................................................................. 63
B. Saran ..........................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... ............................................................................................................................. 66
LAMPIRAN
RIWAYAT HIDUP
DAFTAR TABEL
Nomor Teks Halaman
4.1 Nama Sungai, Panjang Sungai dan Kecamatan yang dilintasi 47
4.2 Perkembangan Penduduk 48
4.3 Tabel tingkat pendidikan 50
x
DAFTAR GAMBAR
Nomor Teks Halaman
1.1 Siklus Kebijakan Publik 14
1.2 Model Merile Grindle 17
1.3 Mazmanian Dan Sabatier 19
1.4 Model Gogging 21
1.5 Mdel Sren C. Winter 23
1.6 Mdel Edwar 28
2.1 Kerangka Pikir 37
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pembangunan industri ialah bagian pada usaha jangka panjang agar
meningkatkan struktur ekonomi yang saat ini tidak seimbang, dikarenakan terlalu
bercorak pertanian menuju arah struktur ekonomi yang lebih kokoh dan juga
seimbang antara pertanian dan industri. Pembangunan pada industri ini ditujukan
agar memperluas lapangan kerja, meningkatkan ekspor, menghemat devisa,
meratakan kesempatan berusaha, memanfaatkan sumber daya alam serta energi
dan menunjang pembangunan daerah, serta sumberdaya manusia. Indonesia yang
memiliki keragaman sector usaha industri, dengan persebaran mulai dari Sabang
hingga Merauke, sehingga industri patut dikembangkan untuk pertumbuhan
ekonomi nasional.
Seiring perkembangan jaman, semakin banyak industri berkembang pesat.
Industrialisasi dalam Indonesia berkembang dengan hasil yang sangat signifikan
sehingga secara struktural kontribusi sektor industri kepada pertumbuhan ekonomi
sudah melampai sektor pertanian (sektor primer) yakni sebelumnya menjadi
sektor dominan, menyebabkan ada beberapa dampak negatif seperti, pertumbuhan
permukiman disekitar kawasan industri, rusaknya kawasan lindung, kemacetan
lalu lintas, dan lain-lain. Semakin banyak masalah yang akan terjadi maka
diperlukan evaluasi kesesuaian pada lahan kawasan tempat dimana berdirinya
indusri. Pemilihan lokasi yang baik bagi pembangunan kawasan industri, akan
sangat berdampak terhadap perkembangan kawasan industri pada masa
mendatang. Pengembang kawasan industri sebelum membangun kawasan
industrinya perlunya memilih lokasi yang bisa mengakomodasi kebutuhan
investor umumnya, di samping itu harus memastikan bahwasanya lokasi kawasan
industri berada pada wilayah rencana tata ruang wilayah dimana kawasan industri
yang akan dibangun, dan pemilihan lokasi yang betul akan dapat menghemat
biaya pada pembangunan kawasan industri.
Meningkatnya persaingan dan kebutuhan penggunaan lahan baik untuk
kebutuhan industri, permukiman, maupun kebutuhan akan lainnya berdampak
konflik karena adanya suatu benturan kepentingan. Selain itu penggunaan lahan
yang tidak didasari dengan kesesuain lahan akan mengakibatkan terjadinya
bencana alam baik banjir maupun longsor, rusaknya resistensi fisik tanah,
ketidakselarasan ekologi dan lainnya, yang pada akhirnya akan merusak atau
memperburuk produktivitas tanah, oksigen yang tercemar karena polusi udara,
dan kurangnya kawasan lindung serta daerah resapan air. Hal itu disebabkan
karena kurangnya perencanaan secara matang, Disisi lain pembangunan dan
perkembangan industri di daerah perkotaan menimbulkan permasalahan baru bagi
daerah perkotaan untuk penggunaan lahan karena dengan adanya pembangunan,
pembangunan industri diperkotaan akan mendorong meningkatnya kebutuhan
akan lahan, yang menyebabkan meningkatnya kebutuhan akan lahan. Hal ini
memaksa terjadinya perubahan penggunaan lahan yang kemudian menjadi beban
tambahan bagi daerah perkotaan.
Berdasarkan penetapan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia, Nomor
24 Tahun 2009 Tentang Kawasan Industri.
Permasalahan penggunaan ruang dan sumberdaya alam maupun sumber
daya manusia yang memadai akan terjadi dimasa mendatang terasa semakin
meningkat. Beberapa kasus seperti perubahan penggunaan lahan dari hutan ke
permukiman, dari pertanian ke industri, sarana dan prasarana semakin sulit
dikendalikan pada kondisi yang ideal (Suratman, 2005 dalam Khadiyanto, 2005).
Pembangunan pusat pertumbuhan baru seperti kawasan industri ataupun dengan
melakukan penyebaran pembangunan industri dipinggiran kota tetap harus
memperhatikan kondisi potensi, dan faktor-faktor geografis untuk mendukung
pertumbuhan industri yang ada dan memperhatikan dampak yang dapat
ditimbulkan sehingga dapat diminimalisir agar tidak menjadi permasalahan di
masa mendatang.
Menurut Tarigan (2005: 55-56), kebijakan yang sifatnya menetapkan atau
mengatur, artinya pemerintah menetapkan penggunaan lahan pada suatu sub
wilayah (zona) atau lokasi yang hanya boleh untuk kegiatan penggunaan tertentu
yang sepesifik. Kawasan industri ialah sarana untuk mengembangkan industri
yang berwawasan lingkungan dan juga memberikan kemudahan serta daya tarik
bagi investasi. Pada umumnya kawasan industri dibentuk agar membuat
lingkungan kondusif untuk akitivitas investasi, impor, ekspor dan perdagangan
sehingga mendorong laju pertumbuhan ekonomi dan juga sebagai katalis
reformasi ekonomi.
Pengelolaan lahan dan penggunaan lahan industri yang ada di Kabupaten
Bantaeng harus mengevaluasi sumber daya lahan sesuai dengan sifat fisik yang
dimiliki suatu lahan dari ketidaksesuaian pada penggunaan lahan yang tidak
memperdulikan potensi lahan, maka agar kedepannya membutuhkan upaya
konservasi yang tepat sehingga perencanaan dalam pemanfaatan lahan tanpa
merusak ataupun merubah resistensi tanah. Evaluasi lahan merupakan proses
pendugaan potensi pada sumber daya lahan untuk berbagai penggunaan. Lahan
sangat bervariasi pada berbagai faktor seperti topografi, iklim, geomorfologi,
geologi, vegetasi tanah, air atau penggunaan lahan.
Pada umumnya lahan yang merupakan objek penelitian, keadaannya
kompleks dan juga tidak merupakan suatu unsur fisik maupunpun sosial ekonomi
yang berdiri sendiri-sendiri, akan tetapi merupakan hasil interaksi pada
lingkungan biofisisnya (Mangunsukardjo, 1985 dalam Khadiyanto, 2005). Oleh
karena itu tindakan klasifikasi kesesuaian lahan penting artinya untuk perencanaan
penggunaan lahan yang optimal. Kebijakan publik ialah kewenangan pemerintah
menjalankan tugas serta fungsinya dalam hubungannya pada masyarakat serta
dunia usaha. Pada umumnya kebijakan pemerintah dalam mengembangkan
kawasan industri merupakan kebijakan negara yang berorientasi dalam
kepentingan publik (masyarakat). Adapun kebijakan ini ditetapkan untuk
mencapai sasaran dalam rencana pembangunan Kawasan industri Bantaeng
(KIBA).
Rencana ini sudah membuka pintu lebar lebar kepada investor untuk
menanamkan modalnya, penandatanganan dari berbagai pihak pelancaran
kelancaran peruwujudannya terus di laksanakan dengan jalan acuan pengadaan
kawasan industri Bantaeng (KIBA) ini adalah Perda No. 02 tahun 2012 tentang
rencana tataruang wilayah (RT/RW) Kabupaten Bantaeng. Pada pasal 39 ayat 2
dalam Perda tersebut menyebutkan “kawasan indutri besar ditetapkan di kawasan
industri Bantaeng di Kecamatan Pa’jukukkang”. Inilah acuan pemerintah
memberikan peluang kepada investor untuk menanamkan modal mereka untuk
membangun industri di Kabupaten Bantaeng.
Pembangunan Kabupaten Bantaeng memang mengalami peningkatan yang
cukup pesat, citranya sebagai kabupaten yang maju di Sulawesi Selatan tak bisa di
bantah media-media terus memberitakan sisi kemajuan kabupaten yang sohor
dengan julukan ‘Butta Toa’, atau tanah tua ini sehingga bupati bantaeng yang dua
kali menjabat pada periodenya pada tahun 2008-2013 dan di periode kedua pada
tahun 2013-2018 mendapat pujian. Meskipun begitu, Untuk menghimpun
informasi tentang rencana pembangunan kawasan industri di Kabupaten Bantaeng
yang berbasis Bantaeng Industry Park (BIP) masih terdapat persoalan diantaranya
adalah. persoalan dampak lingkungan seperti dilihat dari segi bidang industry
pengelolaan biji nikel (smelter) dan pengelolaan biji besi (mangan) di kecamatan
Pa’jukukang Kabupaten Bantaeng permasalahan yang ada masih lemahnya sarana
prasarana yang mendukung dalam pengangkutan impor biji nikel dan biji besi di
Kabupaten Bantaeng itu sendiri serta masih minimnya masyarakat lokal yang di
pekerjakan sebagai tenaga ahli dalam kerja sama pengelolahan biji nikel dan biji
besi yang ada meskipun banyak perusahaan suasta asing yang bekerja sama
dengan pemerintah setempat dalam pengelolahan industri ini. Adapun beberapa
kalangan dari pihak elit kekuasaan di Pemerintahan di Kabupaten Bantaeng
beranggapan bahwa dengan keberadaan program Bantaeng industri Park (BIP) ini
memiliki manfaat sebagai sumber pendapatan Daerah dan pembuka lapangan
kerja. Berdasarkan uraian diatas, peneliti tertarik untuk meneliti tentang kondisi
fisik dalam pengembangan industri besar dari sudut pandang geografi. Sehingga
peneliti mengambil judul “Kebijakan Pengembangan Kawasan Industri
(Bantaeng Industrial park) di Kabupaten Bantaeng.”
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan diatas, masalah yang menjadi
fokus penilitian ini adalah bagaimana Implementasi kebijakan pengembangan
Kawasan industri (Bantaeng Industrial Park) Di Kecamatan Pa’jukukkang
Kabupaten Bantaeng dengan indikator: persyaratan administrasi, persyaratan
teknis, persyaratan lingkungan dan persyaratan finansial
C. Tujuan Penelitian
Sejalan dengan rumusan masalah yang ada di atas maka tujuan dan
manfaat dari proposal ini adalah :
1. Tujuan Penelitian
Adapun yang menjadi tujuan penelitian ini antara lain:
a. Untuk mengetahui implementasi kebijakan pengembangan kawasan
industry (Bantaeng Industrial Park) Di Kecamatan Pa’jukukkang
Kabupaten Bantaeng.
b. Untuk mengetahui factor apa yang mempengaruhi implementasi kebijakan
pengembangan kawasan industry (Bantaeng Industrial Park) Di
Kecamatan Pa’jukukkang Kabupaten Bantaeng.
D. Kegunaan Penelitian.
Apabila tujuan penelitian tersebut dapat tercapai, maka penelitian ini
diharapkan berguna sebagai:
a. Bahan informasi dan kajian bagi pemerintah untuk menjadi bahan acuan
dan sekaligus evaluasi peningkatan sumber daya manusia ahli (SDM) serta
untuk pengembangan program Bantaeng Industrial Park (BIP) jangka
panjang di Kabupaten Bantaeng.
b. Bagi peneliti lain yang hendak mengadakan penelitian atau masukan bagi
pemerintah setempat yang bekerjasama dengan pihak swasta (asing)
khususnya dalam memajukan program Bantaeng Industrial Park (BIP) di
Kabupaten Bantaeng sebagai sumber pendapatan Daerah.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Kebijakan Publik
1. Kebijakan Publik
Carl J federick dikutip Leo agustino (2008:7) mendifinisikan kebijakan
ialah serangkaian tindakan atau kegiatan yang di usulkan seorang atau kelompok
maupun pemerintah dalam suatu lingkungan tertentu dimana terdapat kesulitan
serta kesempatan-kesempatan terhadap pelaksanaan usulan kebijaksaan tersebut
dalam rangka mencapai tujuan tertentu.
Pengertian kebijakan menurut pendapat Said zainal abidin dalam dedy
mulyadi (2015:38-39), dapat di bedakan dalam tiga tingkat:
1. Kebijakan umum, ialah kebijakan yang menjadi pedoman ataupun
petunjuk pelaksanaan baik bersifat positif ataupun yang bersifat negative
yang meliputi kesuluruhan wilayah atau instansi yang bersangkutan.
2. Kebijakan pelaksanaan, adalah kebijakan yang cara yang dilakukan
dalam pelaksanaan kebijakan umum baik tingkat pusat dan daerah
3. Kebijakan teknis adalah kebijakan operasional yang beradah di bawah
kebijakan pelaksanaan.
Anderson dalam Tahir (2014:12), kebijakan adalah suatu tindakan yang
mempunyai tujuan yang di lakukan seorang pelaku atau sejumlah pelaku untuk
memecahkan suatu masalah, Selanjutnya Anderson dalam Tahir (201421)
mengklasifikasikan kebijakan, policy menjadi dua: subtansi dan procedural.
Kebujakan subtansi yaitu apa yang perlu di kerjakan oleh pemerintahan
sedangkan kebijakan prosedural adalah siapa dan bagaimana kebijakan itu
diselenggarakan. Ini berarti kebijakan publik adalah kebijakan-kebijakan yang di
kembangkan oleh badan-badan serta pejabat-pejabat Pemerintah.
Pada kamus besar Bahasa Indonesia pada edisi tahun 2014 dijelaskan bahwa
kabijakan berasal dari kata bijak yang dimana artinya:
1. Selalu menggunakan akal budinya, mahir, pandai.
2. Pandai bercakap; petah lidah.
Yang selanjutnya dijelaskan bahwa kebijakan diartikan sebagai berikut:
1. Kepandaian, kemahiran, kebijaksanaan.
2. Rangkaian konsep serta asas yang menjadi sumber dan dasar rencana
pada pelaksanaan pekerjaan, cara bertindak dan kepemimpinan (tentang
pemerintahan, organisasi dan lainnya); suatu cita-cita, prinsip, tujuan
atau maksud sebagai pedoman agar manajemen pada usaha mencapai
tujuan.
Mustopadidjaja dalam Tahir (2014:21) mengungkapkan, bahwasanya istilah
kebijakan sangat lazim digunakan pada kegiatan pemerintah, serta perilaku negara
yang pada umumnya dan kebijakan tersebut dijelaskan dalam berbagai bentuk
peraturan yang mengikat.
Di dalam kamus politik menurut Marbun (2007) mengatakan bahwa
kebijakan ialah rangkaian konsep serta asas yang dijadikan garis besar dalam
dasar rencana pelaksanaan pada suatu pekerjaan, kepemimpinan didalam
pemerintah atau organisasi pernyataan cita-cita, tujuan prinsip atau maksud
sebagai garis pedoman untuk mencapai sasaran.
Rahayu (2010) mengintisarikan bahwa kabijakan terdiri dari unsur-unsur
esensial, yaitu:
1. Tujuan (goal)
2. Proposal (plans)
3. Program
4. Keputusan
5. Efek
Irfan islamy yang dikutip suandi (2010 : 12) kebijakan harus dibedakan
dengan kebijaksanaan. Policy diterjemahkan dengan pola berbeda artinya dengan
wisdom yang mengartikan kebijaksanaan. Pengertian kebijaksanaan memerlukan
pertimbangan-pertimbangan. Lebih jauh lagi kebijakan mencakup aturan-aturan
yang ada didalamnya.
Richard rose (winamo, 2012 : 20) menyerankan bahwa kabijakan hendaknya
dipahami sebagai serangkaian kegiatan yang sedikit banyak berhubungan beserta
konsekuensi-konsekuensinya bagi mereka yang bersangkutan dari pada sebagai
suatu keputusan sendiri. Berdasarkan definisi rose menegaskan bahwa kebijakan
dipahami sebagai arah atau pola pelaksanaan dan bukan sekedar suatu keputusan
yang untlak untuk melakukan suatu.
2. Siklus Kebijakan Publik
Munculnya permasalahan publik adalah merupakan titik awal dari
perlunya keputusan yang dilakukan pemerintah untuk membuat kebijakan.
Masalah timbul karena adanya faktor ketidakseimbangan antara kebutuhan dan
tersedianya sarana pelaksanaan. Lester dan Stewart (2002:5) menyusun tahapan
dalam enam langkah yaitu sebagai berikut:
Stage VI Stage I
Policy Change Agenda settting
Stage II Stage V
Policy Formulation Policy Change
Stage IV policy Evaluation
Stage III
Policy
Implementation
Gambar 1.1 Siklus Kebijakan Publik
1. Agenda Setting, yakni pembuat kebijakan akan mengumpulkan masalah-
masalah publik. Dari masalah yang telah dikumpulkan, kemudian dianalisa dan
selanjutnya penyusunan kebijakan.
2. policy formulation, merupakan proses perumusan pilihan-pilihan kebijakan
oleh Pemerintah.
3. policy implementation, yaitu proses untuk melaksanakan kebijakan agar
mencapai hasil.
4. policy evaluation, proses untuk memonitor dan menilai hasil atau kinerja
kebijakan.
5. Policy Change, yaitu proses menyusun penyempurnaan kebijakan.
6. Policy Termination, yaitu proses mengakhiri suatu kebijakan.
Berdasarkan penjelasan dari Lester dan Stewar tentang siklus kebijakan di
atas, dapat peneliti simpulkan bahwa dalam pembuatan kebijakan harus sesuai dan
secara berurutan, sehingga kebijakan yang disususun dapat terlaksana dengan baik
serta tercapainya tujuan yang diharapkan.
3). Ciri-ciri Kebijakan Publik
Kebijakan publik itu pada hakikatnya merupakan sebuah aktivitas yang
khas (aunique activity), dalam artian dia mempunyai ciri-ciri tertentu yang tidak
dimiliki oleh kebijakan jenis lain. Ciri khusus yang melekat dalam kebijakan
publik bersumber pada kenyataan bahwa kebijakan itu lazimnya digunakan oleh
mereka yang berkepentingan. David Easton (1953:1965:18) menyatakan sebagai
orang-orang yang memiliki otoritas (public authorities) dalam sistem politik.
Dalam sistem politik/masyarakat tradisional yang sederhana, mereka itu
contohnya para ketua adat atau ketua suku. Sedangkan di sistem politik atau
masyarakat moderen yang kompleks, mereka itu adalah para eksekutif, legislator,
hakim, administrator, monarki, dan sejenisnya. Mereka inilah masih menurut
pendapat Easton, merupakan orang-orang yang kesehariannya terlibat langsung
dalam urusan-urusan politik, sistem politik, dan dianggap oleh sebagian besar
warga sistem politik itu sebagai pihak yang mempunyai kapasitas dan
bertanggung jawab atas urusan-urusan politik tadi.
Mengingat posisi strategisnya yang demikian itu, mereka dengan
sendirinya dianggap berhak untuk mengambil tindakan-tindakan tertentu atas
nama warga sistem politik, sepanjang tindakan-tindakan tersebut masih berada
dalam batas-batas koridor peran dan kewenangan mereka. Di negara-negara yang
menganut paham demokrasi konstitusional, kata Gerston (2002:3), kebijakan
publik itu di buat dan dijalankan oleh “people who have been authorized to act by
populer consent and in accordance with established norms and procedures” (
orang yang telah di beri wewenang untuk bertindak dengan persetujuan populer
dan sesuai dengan norma-norma dan prosedur).
B. Konsep Implementasi Kebijakan
1. Pengertian Implementasi Kebijakan
Menurut Salusu (2002), menyatakan bahwasanya implementasi ialah
seperangkat kegiatan yang dilakukan untuk menghasilkan suatu keputusan. Suatu
keputusan dimaksudkan agar mencapai sasaran. Sehingga terealisasikan
pencapaian sasaran tersebut, sangat diperlukan serangkaian aktivitas yang dapat
dikatakan bahwa implementasi ialah operasionalisasi pada berbagai aktivitas-
aktivitas guna mencapai sasaran tertentu.
Budi Winarno (2015: 102) merumuskan bahwa implementasi kebijakan
public merupakan : “Tindakan-tindakan yang dilakukan oleh badan public yang
diarahkan guna mencapai tujuan-tujuan yang telah ditetapkan dalam serangkaan
keputusan sebelumnya. Tindakan-tindakan ini mencakup usaha-usaha untuk
mengubah kepututsan-keputusan menjadi tindakanoperasional dalam kurung
waktu yang tertentu maupun dalam rangka melanjutkan usaha-usaha untuk
mencapai perubahan-perubahan besar dan kecil yang di tetapkan oleh keputusan-
keputusan kebijakan.
Kamus Webster (Wahab, 2008: 64) merumuskan secara singkat bahwa to
impelement (mengimplementasikan) berarti to provide the meansfor carrying out
(menyediakan sarana guna melaksanakan sesuatu), to give paractical effect to
(menimbulkan dampak/akibat terhadap sesuatu).Implementasi kebijakan dapat
dipandang sebagai sesuatu prose melaksankan keputusan kebijakan (biasa dalam
bentuk undang-undang, pweraturan pemerintah, keputusan peradilan, perintah
eksekutif, atau dekrit presiden).
Ripley dan Franklin (Winarno, 2012: 148) menyatakan bahwasanya
implementasi ialah apa yang terjadi sesui dengan peraturan yang berlaku menurut
undang-undang. (tangible output). Istilah implementasi merunjuk pada sejumlah
kegiatan yang mengikuti pada pernyataan maksud tentang tujuan-tujuan program
serta hasil-hasil yang diinginkan para pejabat pemerintah.Implementasi mencakup
tindakan-tindakan tanpa tindakan oleh actor pelaksana, khususnya para birokrat,
yang menjalankan program berjalan.
Menurut Salusu (Mustari, 2013:129), implementasi ialah seperangkat
kegiatan yang dilakukan dengan secara menyeluruh untuk semua proses yang akan
menghasilkan keputusan. keputusan selalu dimaksudkan agar mencapai sasaran,
guna merealisasikan pencapaian sasaran tersebut, diperlukan serangkaian
aktivitas.Jadi dapat dikatakan implementasi adalah operasional dari berbagai
aktivitas guna mencapai sasaran yang telah ditentukan sebelumnya.
Implementasi kebijakan merupakan aspek penting dari keseluruhan proses
kebijakan. Udoji (Mustari, 2013: 136) dengan tegas mengatakan bahwa the
execution of policies is as important if not more important than policy-making.
(Pelaksanaan kebijakan adalah sesuatu yang penting, bahkan jauh lebih penting
daripada pembuatan kebijakan. Kebijakan akan sekedar berupa rencana bagus
tersimpan rapi dalam arsip kalau tidak diimplementasikan). Dengan kata lain
pembuatan kebijakan tidak akan berakhir setelah kebijakan ditentukan atau
disetujui.
Implementasi kebijakan menurut William N. Dunn (2003: 132)
“Implementasi adalah pelaksanaan pengendalian kebijakan di dalam kurun waktu
tetentu untuk mewujudkan suatu kebijakan yang masih bersifat abstrak kedalam
kenyataan ”.Jadi implementasi kebijakan merupakan suatu wujud nyata dari
kebijakan yang telah dilaksanakan dalam kurun waktu yang telah ditentukan.
2. Model Implementasi Kebijakan
Beberapa ahli yang mengembangkan model implementasi kebijakan adalah
sebagai berikut :
a. Merilee S. Grindle
Keberhasilan implementasi menurut Merilee S. Grindle dalam Nugroho
(2006: 634) dipengaruhi oleh isi kebijakan (content of policy) dan lingkungan
kebijakan (content of implementation).Ide adalah bahwa setelah kebijakan
Sumber : Dinas kependudukan dan catatan Sipil, 2013
2. Deskripsi Dinas Tenaga Kerja dan Perindustrian
Dinas Perindustrian dan Tenaga kerja dipimpin oleh kepala dinas
mempunyai tugas pokok menyelenggarakan urusan di bidang perindustrian dan
tenaga kerja berdasarkan asas desentralisasi, dekonsentrasi dan tugas pembatuan,
Untuk melaksanakan tugas pokok tersebut Kepala Dinas mempunyai fungsi :
a. Perumusan kebijakan teknis di bidang perindustrian meliputi pendalaman
dan penguatan struktur industri, pninbgkatan daya asing, pengembangan
iklim usaha industri, standardisasi industri, tekhnologi industri,
pengembangan industri strategis dan industri hijau sesuai dengan potensi
daerah;
b. Perumusan kebijakan teknis di bidang tenaga kerja sesuai dengan bidang
tugasnya;
c. Penyelenggaraan urusan pelayanan umum di bidang perindustrian dan
tenaga kerja, meliputi industri agro, industri non agro, tenaga kerja,
pendalaman dan penguatan struktur industri, peningkatan daya asing,
pengembangan iklim usaha industri, standardisasi industri, tekhnologi
industri, pengembangan industri strategis dan industri hijau sesuai dengan
potensi daerah;
d. Pembinaan dan penyelenggaraan tugas di bidang perindustrian dan tenaga
kerja meliputi penguatan struktur industri, peningkatan daya asing,
pengembangan iklim usaha industri, standardisasi industri, tekhnologi
industri, pengembangan industri strategis dna industri hijau sesuai dengan
potensi daerah.
3. Deskripsi PT. Huadi Nickel di Kabupaten Bantaeng
PT. Huadi Nickel indonesia adalah perusaan pengelolahan dan permurnian
nikel yang berada di Kabupaten Bantaeng, Sulawesi Selatan dan di dirikan sejak
tahun 2014 sebagai kerjasama investasi antara PT. DUTA Nikel Sulawesi dari
indonesia dan Shanghai Huadi, Co.Ltd dari china. Adapun tujuan produksi nikel
kenegara tujuan yakni, cina, india, korea selatan, dan jepang. Pengembangan
industri diharapkan menjadi sumber pendapatan yang baru bagi masyarakat.
Untuk membangun pabrik dengan kapasitas tersebut, PT. Huadi Nikel
indonesia bekerja sama dengan PT. PIN Persero dalam penyediaan daya,
PT.Huadi Nikel Indonesia, Kabupaten Bantaeng yang merupakan bagian dalam
kawasan industri Bantaeng serta dukungan dari pemerintah daerah Kabupaten
menjadi salah satu faktor yang paling berperan dalam keberhasilan investasi
dalam memperoleh fasilitas kawasan berkat yang diberikan oleh kementrian
keuangan melalui kanwil bea cukai sulawesi selatan yang menjadi salah satu
dukungan dari pemerintah dalam rangka peningkatan nilai ekspor.
B. Implementasi kebijakan pengembangan Kawasan industri (Bantaeng
Industrial Park) Di Kecamatan Pa’jukukkang Kabupaten Bantaeng
Implementasi kebijakan adalah penerapan rangkaian sebuah konsep dan asas
yang menjadi pedoman ataupun dasar rencana dalam hal pelaksanaan suatu
kebijakan, kepemimpinan, dan cara bertindak. Implementasi kebijakan sebagai
proses pelaksanaan dari apa yang menjadi aturan pemerintah dan diterapkan oleh
seorang administrator atau pelaksana aturan yaitu masyarakat atau yang
menyangkut dangan aturan tersebut. Terkait dengan aturan pengembangan
kawasan perindustrian yang telah diatur oleh pemerintah kabupaten bantaeng
dalam Perda Nomor 2 Tahun 2012 dan penulis menjadikan sebagai indikator
dalam penelitian yaitu sebagai berikut :
a. Persyaratan Adminsitrasi
b. Persyaratan Tehnisi
c. Persyaratan Lingkungan
d. Persyaratan Finansial
1. Persyaratan Administrasi
Persyaratan administratif adalah perizinan yang diperlukan sebagai syarat
administratif yang harus dipenuhi oleh setiap pelaku yang masuk mendirikan
industri di kabupaten bantaeng. Persyaratan adminsitrasi ini sangatlah penting
dalam pembahasan ini mengingat perusahaan smelter PT. Huadi Nickel ini
memiliki Pro Kontra pada pembangunanya.
Adapun yang dilakukan oleh Bapak LMG selaku Kepala Dinas
Ketenagakerjaan dan Perindustrian terkait persyaratan administrasi, yaitu sebagai
berikut :
“saya rasa untuk prosedurnya itu sudah sesuai telah kami berikan, surat izin
pembangunan juga sudah mereka kantongi, artinya apa yang menjadi
kebutuhan untuk pembangunan perusahaan smelter sudah sesuai atauran
yang berlaku, kita juga disini punya aturan jelas dan ketat, jadi tidak ada
unsur main-main dalam hal perizinan, dari setelah mereka mendapatkan
legitimasi perindustrian dan beberapa persyaratan adminsitrasinya barulah
meraka membangun, begitu adanya” (wawancara dengan Bapak LMG pada
tanggal )
Dari urain penjelasan informan diatas dapat dipahami bahwa persyaratan
adminsitrasi dalam pembangunan atau pengembangan perindustrian oleh PT.
Huadi Nickel itu telah mengantongi surat Izin pembangunan industry dari
pemerintah dan hal tersebut telah sesuai dengan aturan atau prosedur dalam
penerbitan surat Izin pembangunan atau pengembangan industry dikawasan
tersebut.
Hal tersebut sesuai dari hasil observasi yang dilakukan oleh penulis bahwa,
sebelumnya Direktur PT. Huadi Nickel telah beberapa kali menemui bapak Bupati
dalam hal ini mantan Bupati Nurdin Abdullah untuk meminta rekomendasi izin
pembangunan kawasan perindustrian dan hal tersebut juga telah mengantongi izin
industry.
Lanjut wawancara dengan bapak SHT selaku penanggung jawab PT. Huadi
Nickel terkait persyaratan administrasi, yaitu sebagai berikut:
“saya rasa kalau persyaratan administrasinya itu disini untuk melamar
lowongan pekerjaan, kayaknya tidak berat jie, cuman memang kalau kita liat kondisi pendidikan dan skill yang dimiliki oleh masyarakat lokal itu banyak yang tidak mumpuni, jadi anggapannya bahwa persyaratan administrasi itu
ketat atau berat jadinya banyak yang tidak diterima, karna itu tadi banyak masyarakat sekitar itu tidak capai pendidikannya, padahal syarat
administrasinya itu minimal ijazah SMA, dan kebanyakan itu hanya tamatan SMP dan SD, tapi kita tetap berusaha agar target 2000 pekerja lokal itu bisa terwujud” (wawancara dengan bapak SHT pada tanggal )
Beradasarkan uraian penjelasan diatas dapat dipahami bahwa, banyaknya
masyarakat lokal yang tidak diterima bekerja itu bukan karena batasan atau aturan
ketat dalam proses penerimaan pegawainya dalam bentuk administrasi, tetapi
dikarenakan tingkat pendidikan masyarakat setempat itu kebanyakan hanya
tamatan SMP dan SD selebinya untuk tamatan SMA, artinya persyaratan
administrasi dalam penerimaan tenaga kerja lokal itu telah sesuai dengan SOP
mereka, untuk menjadi tenaga ahli diperusahaan tersebut itu butuh skill atau
wawasan yang mumpuni dalam bidangnya, hal tersebut berbanding terbalik
dengan tingkat pendidikan dan skill atau kemampuan warga lokal sebagai
persiapan tenaga kerja yang dibutuhkan oleh perusahaan PT. Huadi Nickel alloy,
Hal ini tidak sesuai dari hasil observasi sebelumnya oleh penulis, bahwa
bukan karena tingkat pendidikannya hanya SMA kebanyakan tetapi selama ini
persyaratan administrasi dalam penerimaan tenaga kerja atau tenaga ahli itu hanya
untuk keluarga-keluarga pejabat atau orang-orang terdekat dari pemerintah atau
petinggi dari PT. Huadi Nickel, banyak lulusan sarjana di kabupaten Bantaeng itu
punya skill atau keahlian sesuai bidang di perusahaan tersebut, akan tetapi yang
lebih diutamakan ialah keluarga dari para pejabat setempat untuk bisa sebagai
tenaga ahli , selebihnya tenaga kerja lokal itu sebagai tenaga lapangan bagian
produksi.
Berdasarkan dari penjelesan kedua informan diatas maka penulis dapat
menyimpulkan bahwa persyaratan adminsitrasi adalah hal urgent dalam sebuah
perencanaan besar, dengan proses adminsitrasi yang berjalan cacat atau tidak
sesuai prosedur yang ada, maka hal-hal yang akan kita lakukan bisa berakibat
tidak efektifnya proses yang akan kita kerjakan dari apa yang telah direncanakan
sebelumnya karena persyaratan administrasi adalah kunci legalitas dari sebuah
proses perencanan yang akan kita kerjakan kedepannya, dalam hal ini PT. Huadi
Nickel telah melaksanakan proses administrasi yang seharusnya mereka lakukan,
akan tetapi dalam perjalanannya beberapa oknum telah melanggar ketentuan
persyaratan administrasi tersebut.
2. Persyaratan Tehnis
Persyaratan teknis ialah struktur sosial formal stabil yang memiliki sumber-
sumber yang berasal dari lingkungan atau sebuah aturan, norma, perysaratan yang
umum dalam bentuk sebuah dokumen formal yang dapat menciptakan kriteria,
metode dan proses.
Adapun wawancara yang dilakukan oleh bapak DSN selaku Kabid.
Hubungan Industri dan Syarat Kerja terkait Persyaratan Tehnis, sebagai berikut :
“secara tehnis kami selalu mengedapankan K3 Umum sehingga secara tehnis sudah melalui tahapa syarat tehnisi, adapun kendala di lapangan saat
bekerja hanya kekhilafan dari para pekerja lapangan, dan kita tetap menjaga keamanan dalam bekerja” (wawancara dengan bapak DSN pada tanggal)
Beradasarkan uraian penjelasan diatas dapat dipahami bahwa, dilapangan
selalu menerapkan yang namanya k3 umum yang telah melalui pelatihan-
pelatihan tehnisi, adapun kendala dilapangan seperti yang dibahasakan
narasumber bahwa kendala yang terjadi di lapangan adalah kekhilafan dan juga
pihak penanggung jawab tetap berusaha menajga keamanan dan keselamatan para
pekerja tehnisi.
Hal tersebut sesuai hasil observasi yang telah dilakukan penulis
sebelumnya, bahwa setiap pekerja tehnisi telah dibekali pelatihan-pelatihan K3
umum untuk menunjang persyaratan para tehnisi sehingga mampu meminimalisir
tingkat keselamtan kerja dilapangan.
Lanjut wawancara dengan bapak SHT selaku penanggung jawab pekerja
dilapangan terkait persyaratan tehnisi, yaitu sebagai berikut :
“selama ini setiap pekerja lapangan atau pekerja tehnisi pasti sudah semua dibekali dengan pelatihan-pelatihan sebelum bekerja, kita semua tahu bahwa keselamtan pekerja itu penting sekali, karna kita mengutamakan keselamtan
dan keamana pekerja, jadi tidak perlu khawatir dengan pekerja tehnisi di perusahaan ini, kalaupun ada terjadi kecelakaan dilapangan, pasti saya cepat
tindaki dan tidak membiarkan para pekerja terluka saat bekerja” (wawancara dengan bapak SHT, pada tanggal )
Lanjut wawancara dengan Bapak JMD selaku pekerja tehnisi lapangan
terkait dengan persyaratan tehnisi yaitu sebagai berikut :
“kalau persyaratan tehnisi untuk kami itu para pekerja, cukup bermanfaat
karena bisa tau apa-apa yang kita kerjakan di lapangan, meskipun tidak sesuai dengan basic jurusan SMK atau title kami, yang jelas kami sudah
paham dengan pekrjaan kami masing-masing, kalau ada pekerja yang tidak paham, pasti diajarkan cara kerjanya” (wawancara dengan bapak JMD, pada tanggal )
Berdasarkan uraian penjelasan narasumber diatas, maka penulis dapat
menyimpulkan terkait Persyaratan Tehnisi bahwa persyaratan tehnisi bagi pekerja
lapangan sangat penting bagi keselamatan pekerja tehnisi, karena bisa jadi tanpa
persyaratan tehnisi maka para pekerja akan kewalahan saat melakukan tugasya,
dan apa yang telah dilakukan oleh pihak perusahaan dengan mengadakan
pelatihan K3 umum itu menjadi salah satu penilaian utama dari keselamtan
pekerja.
3. Persyaratan Lingkungan
Persyaratan lingkungan sangat penting dimiliki oleh setiap orang yang ingin
melakukan perindustrian agar mengetahui dampak positif dan dampak negatif
terhadap lingkungan yang di akibatkan oleh berbagai aktivitas perindustrian
tersebut. Ketika persyaratan lingkungan perusahaan indsutri terjaga maka tidak
aka nada warga yang menuntut perusahaan tersebut.
Adapun wawancara yang dilakukan dengan bapak SMR selaku sekretaris
dinas terkait persyaratan lingkungan, sebagai berikut :
“Mengenai prosedur pengurusan AMDAL dengan pemerintah yang ada di kabupaten bantaeng dek, penyusunan AMDAL saya rasa sudah terjalin
sejak tahun 2008 sampai sekarang dan kami melakukan revisi kembali
dalam perencanaan penyusunan AMDAL yang dimana kami, lebih
memperhatikan pelaporan setiap 6 bulan pada dinas lingkungan hidup dan dinas pengindustrian agar lebih berkesinambungan dalam menjaga lingkungan sekitar industri dan kami juga dipantau terus” (wawancara
dengan bapak SMR, pada tanggal )
Beradasarkan uraian penjelasan diatas dapat dipahami bahwa, persyaratan
lingnkungan ini telah ada yaitu pengurusan AMDAL, dan prosedur yang mereka
jalani itu sudah sesuai dengan SOP yang ada dari pemerintah ke pihak PT. Huadi,
sehingga PT. Huadi punya kekuatan hukum mengenai AMDAL dalam
persyaratan lingkungan di kecamtan Pajjukukang.
Lanjut wawancara dengan Ibu LDW selaku Manajer PT. Huadi Nickel
terkait persyaratan lingkungan sebagai berikut :
“Dalam hal lingkungan, penanganan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan ini dek, sudah adami pedomannya mengenai ukuran dampak
besar dan penting sesuai dengan Keputusan Badan Pengendalian Dampak Lingkungan sudah terhimpun pada peraturan Nomor 56 Tahun 1994 jadi kami
pemerintah daerah terkhususnya di kabupaten Bantaeng sudah adami pelaporanya masing-masing baik dari masyarakat dan PT. Huadi juga bahkan
kami juga lebih memerhatikan intensitas dampaknya dari PT. Huadi industri
nikel apalagi Kajian kelayakan lingkungan yang kami lakukan selama ini salah satu syarat untuk mendapatkan perijinan yang diperlukan bagi suatu
kegiatan/usaha, dilaksanakan secara bersama-sama dengan kelayakan teknis
dan ekonomi.” (wawancara dengan ibu LDW, pada tanggal 2020)
Berdasarkan hasil pengamatan selama dilapangan terkai persyaratan
lingkungan di Kabupaten Bantaeng terkhususnya di PT. Huadi sudah diatur oleh
pemerintah setempat serta koordinasi kesatuan tindakan penanganan Analisis
Mengenai Dampak Lingkungan sudah terhimpun pada peraturan Nomor 56 Tahun
1994, pengawasannya dan pengevaluasiannya baik penerapan peraturan
perundangan dibidang Analisis Mengenai Dampak Lingkungan serta pengujian
kelayakan lingkungan yang pemerintah setempat lakukan selama ini salah satu syarat
untuk mendapatkan perijinan yang diperlukan bagi suatu kegiatan/usaha,
dilaksanakan secara bersama-sama dengan kelayakan teknis dan ekonomi
Lanjut wawancara dengan Ibu JRT selaku masyarakat terkait persyaratan
lingkungan, sebagai berikut :
“Kalau melihat masalah lingkungan yang terjadi dilikungan saya terkhususnya di daerah pajjukukang ini sebenarnya sudah sesuai oleh pemerintah setempat seperti menjaga dan meningkatkan kualitas lingkungan serta menekan pencemaran sehingga dampak negatifnya menjadi serendah mungkin cuman yang menjadi keluhan ini masalah lahan untuk dipakai kebutuhan pertanian yang semakin kurang dek dan juga pencemaran air laut yang merugikan para petani rumput laut.” (wawancara dengan Ibu JRT, pada tanggal )
Beradasarkan uraian penjelasan diatas, dapat dipahami bahwa persyaratan
lingkungan di kecamatan pajjukukang, semua sudah dijalani dengan SOP yang
ada, dan yang menjadi kendala selama ini adalah penanganan AMDAL yang
masih kurang diperhatikan oleh pemerintah dan hal tersebut membuat warga
sedikit geram dengan kasus seperti ini.
Berdasarkan uraian penjelasan narasumber diatas, maka penulils
menyimpulkan terkati persyaratan lingkungan bahwa persyaratan lingkungan yang
telah dikeluarkan oleh pemerintah untuk AMDAL PT. Huadi Nickel telah sesuai
SOP sehingga menjadi pegangan kuat dalam menjalankan perusahaan, tetapi apa
yang menjadi pegangan tersebut hanya dijadikan formalitas belaka karena
mencemari laut yang dijadikan mata pencaharian nelayan dan para petani rumput
laut.
4. Persyaratan Finansial
Persyaratan finansial adalah setiap pelaku yang ingin melakukan
perindustrian mampu mengelola keuanganya atau bagaimana menghitung dan
mengatur risiko dalam melakukan perindustrian di lokasi tersebut.
Adapun wawancara dengan bapak LMG selaku kepala dinas ketenagkerjaan
dan perindustrian terkait persyaratan finansial, sebagai berikut :
“terkait pembayaran ganti rugi oleh PT. Huadi kepada para warga masyarakat, sebenarnya sudahmi terjadi, tetapi ada lagi yang menuntut ganti rugi untuk lahan pertanian rumput lait, tapi bupati sudah panggil pihak PT.
Huadi untuk dibicarakan, jadi insyaAllah aman” (wawancara dengan bapak LMG, pada tanggal )
Berdasarkan penjelasan diatas daapt dipahami bahwa, ganti rugi yang telah
dilakukan oleh pihak PT. Huadi tidak menimbulkan solusi tepat bagi warga yang
merasa dirugikan, karena selain AMDAL sekitar desa atau kecamatan
pajjukukang itu telah mengurangi lahan pertanian dan mengganggu ekosistem
petani rumpul laut, sehingga para petani rumput laut merasa dirugikan.
Hal tersebut sesuai dari hasil peneilita yang dilakukan penulis sebelumnya,
bahwa dalam proses ganti yang telah dilakukan oleh PT. Huadi itu tidak sesuai
yang diahrapkan warga sekitar pabrik semleter tersebut, karena proses ganti rugi
yang terjadi pada tahap awal seharusnya diperuntukkan bagi para petani rumput
laut, bukan untuk perbaikan dermaga, hal ini menimbulkan keresahan bagi para
pemuda sehingga melakukan aksi didepan kantor bupati mendesak PT. Huadi
melakukan ganti rugi yang sesuai dan yang diharapkan masyarakat setempat.
Lanjut wawancara dengan ibu SNJ selaku warga setempat, terkait
persyaratan finansial, sebagai berikut :
“kami sebenarnya merasa dirugikan dengan adanya perusahaan semelter ini,
karena mengkotori lingungan dan selokan-selokan yang bau pas datang ini smelter, belum lagi ganti rugi yang tidak beres sama pekerja lokal kasian ada yang digai dibawah UMK padahal sudah jelasmi aturannya kalau gaji
perusahaan itu pasti harus sesuai UMK” (wawancara dengan ibu SNJ, pada tanggal )
Berdasarkan uraian penjelasan diatas dapat dipahami bahwa, ganti rugi yang
dialami oleh masyarakat setempat itu tidak sesuai yang diharapkan, dan juga
pekerja lokal yang kadang dapat gaji sesuai UMK dan juga ada dibawah UMK,
hal tersebut diakui sendiri oleh salah seorang anak informan.
Lanjut wawancara dengan bapak NLM selaku pekerja tehnisi di PT. Huadi,
terkait persyartan finansial, sebagai berikut :
“selama ini apa yang kami harapkan dari para pekerja tehnisi lapangan
ternyata kadang janji saja, sudah banyak pekerja lokal yang keluar dari ini perusahaan, karna dia piker tidak sesuai gaji dengan pekerjaan dan memang
dibawah standar gaji pokok, dan kami ini juga sebenarnya mau keluar, tapi kami piker dimana lagi mau kerja kalau bukan disini, jadi dinikmati saja pekerjaan” (wawancara dengan bapak NLM, pada tanggal )
Hal tersebut sesuai dari hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh
penulis bahwa gaji yang didapatkan oleh para pekerja lokal PT. Haudi Nickel itu
ternyata dibawah standar UMK ada yang bergaji Rp. 2.500.000 dan gaji Rp.
2.800.000 padahal menurut UU tentang kenaikan gaji sesuai UMK atau UMP
bahwa gaji dinaikkain hingga 3.1 juta, dan hal tersebut belum dilakukan oleh
pihak PT. Huadi Nickel.
Berdasarkan uraian penjelasan informan diatas, dapat disimpulkan terkait
persyaratan finansial bahwa selama ini yang menjadi problem persyaratan
administrai di PT. Huadi sangatlah berdampak besar bagi kelangsungan
kehidupan warga dan para petani khususnya petani rumput laut, karena salama
ganti rugi yang dijanjikan itu tidak sesuai dan terjadi kesalahan, sehingga wajar
persyaratan administrasi yang dilakukan oleh PT Huadi Nickel tidak sesuai dari
hasil penelitian dan harus diperbaiki kembali masalah yang ada mengenai
persyaratan finansial.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan tentang Rumusan masalah
yang telah diuraikan pada bab sebelumnya, berikut kesimpulan tentang Kebijakan
Kawasan Industri (Bantaeng Industrial park) di Kabupaten Bantaeng. yaitu
sebagai berikut :
1. Persyaratan Administrasi
Bahwa Persyaratan Adminsitrasi adalah hal urgent dalam sebuah perencanaan
besar, dengan proses adminsitrasi yang berjalan cacat atau tidak sesuai prosedur
yang ada, maka hal-hal yang akan kita lakukan bisa berakibat tidak efektifnya
proses yang akan kita kerjakan dari apa yang telah direncanakan sebelumnya
karena persyaratan administrasi adalah kunci legalitas dari sebuah proses
perencanan yang akan kita kerjakan kedepannya, dalam hal ini PT. Huadi Nickel
telah melaksanakan proses administrasi yang seharusnya mereka lakukan, akan
tetapi dalam perjalanannya beberapa oknum telah melanggar ketentuan
persyaratan administrasi tersebut.
2. Persyaratan Teknisi
Terkait Persyaratan Teknisi bahwa persyaratan tehnisi bagi pekerja lapangan
sangat penting bagi keselamatan pekerja tehnisi, karena bisa jadi tanpa
persyaratan tehnisi maka para pekerja akan kewalahan saat melakukan tugasya,
dan apa yang telah dilakukan oleh pihak perusahaan dengan mengadakan
pelatihan K3 umum itu menjadi salah satu penilaian utama dari keselamtan
pekerja.
3. Persyaratan Lingkungan
Terkati Persyaratan Lingkungan bahwa persyaratan lingkungan yang telah
dikeluarkan oleh pemerintah untuk AMDAL PT. Huadi Nickel telah sesuai SOP
sehingga menjadi pegangan kuat dalam menjalankan perusahaan, tetapi apa yang
menjadi pegangan tersebut hanya dijadikan formalitas belaka karena mencemari
laut yang dijadikan mata pencaharian nelayan dan para petani rumput laut.
4. Persyaratan Finansial
Terkait Persyaratan Finansial bahwa selama ini yang menjadi problem persyaratan
administrai di PT. Huadi sangatlah berdampak besar bagi kelangsungan
kehidupan warga dan para petani khususnya petani rumput laut, karena salama
ganti rugi yang dijanjikan itu tidak sesuai dan terjadi kesalahan, sehingga wajar
persyaratan administrasi yang dilakukan oleh PT Huadi Nickel tidak sesuai dari
hasil penelitian dan harus diperbaiki kembali masalah yang ada mengenai
persyaratan finansial.
B. Saran
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan, adapun saran yang dapat
disampaikan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
Disampaikan kepada Dinas Ketenagakerjaan dan Perindustrian agar
memperhatikan kegiatan PT. Huady Nickel Alloy karna selama beroprasi
beberapa warga mengeluh persoalan dampak yang ditimbulkan dari PT.
Huady Nickel Alloy seperti dampak Polusi , Pencemaran air, suara bising dan
ada beberapa rumah warga yang retak, dan juga Disampaikan kepada PT.
Huady Nickel Alloy Indonesia agar memperhatikan atau mengelolah limbah
dengan baik sehingga tidak berdampak kepemukiman warga yang sangat
menganggu disekitar pemukiman dan sehingga mengakibatkan gangguan
kesehatan masyarakat sekitar, begitupula ganti rugi yang di janjikan agar
segerah diberikan kepada masyarakat.
DAFTAR PUSTAKA
Adrian Sutedi, 2011.Hukum Pertambangan, Jakarta, Sinar Grafika.
Baggus, 2007. Mekanisme Perizinan Usaha, Yogyakarta, Media Pressindo.
Dunn, William N 2003. Pengantar Analisis Kebijakan Publik. Yogyakarta, Gadja
Mada Press.
Dye, Thomas R. 1978. Understsnding Public Policy. New Jersey: Prentice Hall,
Nandang Sudrajat. 2010, Teori dan Praktek Pertambangan Indonesia, Pustaka
Yustisia.
Nugroho Riant, 2003, Kebijakan Publik; Formulasi, Implementasi, Evaluasi, Jakarta: PT. Elex Media Kompotindo.
Parawangi, Anwar, 2011: Implementasi Proram Nasional Pemberdayaan
Masyarakat (Studi Kasus Pengembangan Infrastruktur Sosial Ekonomi Wilayah Kabupaten Bone). Disertasi untuk Memperoleh Gelar Doktor dalam Ilmu Administrasi, Proram Pascasarjana UNHAS.
Pedoman Penulisan Penelitian dan Skripsi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Makassar 2014.
Pudyatmoko, 2009. Perizinan Problem dan Upaya Pembenahan, Jakarta, Mitra
Wacana Media.
Resvani, 2017. Tambang untukNegeri; Sebuah Inovasi Konsep, Jakarta, Bhuana Ilmu Populer.
Salim, 2014. Hukum Pertambangan; Mineral dan Batubara, Jakarta, Sinar
Grafika.
Salim, 2010.Hukum Pertambangan di Indonesia, Jakarta, Raja Grafindo.
Salusu, 2002.Pengambilan Keputusan Strategik. Jakarta: Grasindo.
Sugiyono, 2014. Metode Penelitian; Kuantitatif, Kualitatif, dan R&B. Bandung
Alfabeta.
Suratman, 2017.Generasi Implementasi dan Evaluasi; Kebijakan Publik,
Surabaya: Capiya Publishing.
Udoji, Chief. 2003. The African Public Servant As A Public Policy Maker,Public Police In Africa,Africa Assosiation For Public Administrastion And Management. Addis Abeba.
Wahab, Solichin Abdul. 2012. Analisis Kebijakan dari Formulasi ke Penyusunan
Model-model Implementasi Kebijakan Publik . Jakarta: Bumi Aksara.
Syafruddin Ateng, 2010. Perizinan untuk Berbagai Kegiatan. Jakarta, Sinar
Grafika.
Samudra Wibawa, 2007. Hukum Pertambangan Indonesia, Jakarta, Rajawali Pers.
Winarno Budi, 2005. Teoridan Proses Kebijakan Publik, Yogyakarta, Media Presindo.
Winarno, 2012.Teori dan Proses kebijakan publik. Yogyakarta: Media Pressindo.
PERUNDANG-UNDANGAN :
Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2009 tentang Pelaksanaan Kegiatan
Usaha Pertambangan Mineral dan Batubara.
Peraturan Daerah Kabupaten Kolaka Nomor 11 tahun 2010 tentang Pengelolaan
Usaha Pertambangan Mineral dan Batubara di Kabupaten Kolaka.
Peraturan Gubernur Sulawesi Tenggara Nomor 590 Tahun 2016 tentang
Pendelegasian Kewenangan Gubernur Sulawesi Tenggara Kepada Kepala Dinas
Energi Sumber Daya Mineral dan Batubara.
Undang-Undang No 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara.
RIWAYAT HIDUP
Syamsul Alam, Lahir pada tanggal 10 Mei 1995 , Anak bungsu
dari pasangan suami istri Bapak Moddin dan Ibu Marni,
Penulis menempuh pendidikan di SD Impres Ganting dan
selesai pada tahun 2008, penulis melanjutkan pendidikan di
MTS AS’ADIYYAH PATTIRO dan selesai pada tahun 2011, pada tahun yang
sama penulis melanjutkan pendidikan ke Sekolah Madrasa Aliyah di MA
AS’ADIYYAH PATTIRO dan selesai pada tahun 2014. Kemudian penulis
melanjutkan pendidikan pada perguruan tinggi di Universitas Muhammadiyah
Makassar (Unismuh Makassar) pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik dengan
Program Studi Ilmu Administrasi Negara, dan penulis aktif di Himpunan
Mahasiswa Jurusan Ilmu Administrasi Negara (HUMANIERA) dan pernah
menjabat sebagai Ketua Umum Humaniera periode 2017-2018 dan pernah
menjabat sebagai Ketua Dewan Penasehat Humaniera (DPH). Peneliti sangat
bersyukur, karna telah diberikan kesempatan untuk menambah ilmu pengetahuan
yang nantinya dapat diamalkan dan memberikan manfaat.