Top Banner
SKRIPSI KEBIJAKAN PENGEMBANGAN KAWASAN INDUSTRI (Bantaeng Industrial Park ) DI KABUPATEN BANTAENG Oleh: Syamsul Alam Nomor Induk Mahasiswa : 10561 0916 14 PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI NEGARA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR 2020
83

KEBIJAKAN PENGEMBANGAN KAWASAN INDUSTRI Bantaeng ...

Dec 08, 2021

Download

Documents

dariahiddleston
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: KEBIJAKAN PENGEMBANGAN KAWASAN INDUSTRI Bantaeng ...

SKRIPSI

KEBIJAKAN PENGEMBANGAN KAWASAN INDUSTRI (Bantaeng Industrial Park) DI KABUPATEN BANTAENG

Oleh:

Syamsul Alam

Nomor Induk Mahasiswa : 10561 0916 14

PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI NEGARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

2020

Page 2: KEBIJAKAN PENGEMBANGAN KAWASAN INDUSTRI Bantaeng ...

SKRIPSI

KEBIJAKAN PENGEMBANGAN KAWASAN INDUSTRI (Bantaeng Industrial Park) DI KABUPATEN BANTAENG

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh

Gelar Sarjana Ilmu Administrasi Negara

Disusun dan Diajukan Oleh:

SYAMSUL ALAM

Nomor Stambuk: 10561 04916 14

Kepada

PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI NEGARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

2020

Page 3: KEBIJAKAN PENGEMBANGAN KAWASAN INDUSTRI Bantaeng ...
Page 4: KEBIJAKAN PENGEMBANGAN KAWASAN INDUSTRI Bantaeng ...
Page 5: KEBIJAKAN PENGEMBANGAN KAWASAN INDUSTRI Bantaeng ...

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH

Saya yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama Mahasiswa : syamsul Alam

Nomor Stambuk : 105610491614

Program Studi : Ilmu Administrasi Negara

Menyatakan bahwa benar karya ilmiah ini adalah penelitian saya sendiri tanpa

bantuan dari pihak lain atau telah ditulis/ dipublikasikan orang lain atau

melakukan plagiat. Pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan apabila

di kemudian hari pernyataan ini tidak benar, maka saya bersedia menerima

sanksi akademik sesuai aturan yang berlaku, sekalipun itu pencabutan gelar

akademik.

Makassar, 17 Juli 2020

Yang Menyatakan,

Syamsul Alam

Page 6: KEBIJAKAN PENGEMBANGAN KAWASAN INDUSTRI Bantaeng ...

ABSTRAK

SYAMSUL ALAM, 2020. Kebijakan Pengembangan Kawasan Industri

(Bantaeng Industrial Park) di Kabupaten Bantaeng. (Dibimbing Oleh Muhlis

Madani dan Abdi).

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui mengetahui implementasi

Kebijakan Pengembangan Kawasan Industri (Bantaeng Industrial Park) di Kabupaten Bantaeng. Jenis penelitian ini adalah fenomenologi dengan tipe

penelitian kualitatif yang bersifat menjelaskan Kebijakan Pengembangan Kawasan Industri (Bantaeng Industrial Park) di Kabupaten Bantaeng.

Informan penelitian seluruhnya sejumlah 11 orang, masing-masing berasal dari Dinas Perindustrian, PT. Huadi dan masyarakat disekitar kawasan industri.

Informasi penelitian dikumpulkan melalui observasi, wawancara dan dokumentasi.

Hasil penelitian menunjukkan ada beberapa indikator pengelolaan industri dalam Kebijakan Pengembangan Kawasan Industri (Bantaeng Industrial Park) di Kabupaten Bantaeng yaitu : Persyaratan Administratif, Persyaratan Teknis,

Persyaratan Lingkungan, Persyaratan Finansial sehingga tercapai Efektifitas Kebijakan Pengembangan Kawasan Industri (Bantaeng Industrial Park) di

Kabupaten Bantaeng.

Keyword : Kebijakan Kawasan Industri (Bantaeng Industrial Park)

Page 7: KEBIJAKAN PENGEMBANGAN KAWASAN INDUSTRI Bantaeng ...

KATA PENGANTAR

Puji syukur Alhamdulillah penulis panjatkan panjatkan ke hadirat Allah SWT

atas berkat, rahmat, taufik dan hidayah-Nya penyusunan skripsi yang berjudul

Kebijakan Kawasan Industri (Bantaeng Industrial park) di Kabupaten Bantaeng.

dapat diselesaikan dengan baik.

Penulis menyadari bahwa dalam proses penulisan skripsi ini banyak

mengalami berbagai kendala berkat bantuan, bimbingan, kerja sama dari berbagai

pihak dan berkah dari Allah SWT sehingga kendala-kendala yang dihadapi

tersebut dapat diatasi. Untuk itu penulis menyampaikan ucapan terima kasih dan

penghargaan kepada Bapak Dr. H. Muhlis Madani, M.Si selaku pembimbing I dan

Bapak Dr. Abdi, M.Pd selaku pembimbing II yang telah dengan sabar, tekun,

tulus dan ikhlas meluangkan waktu, tenaga dan pikiran memberikan bimbingan,

motivasi arahan dan saran-saran yang sangat berharga kepada penulis selama

menyusun skripsi.

Selanjutnya ucapan terima kasih penulis sampaikan pula kepada:

1. Bapak Prof. Dr. H. Ambo Asse,M.ag Rektor Universitas Muhammadiyah

Makassar.

2. Ibu Dr. Hj. Ihyani Malik, S.Sos., M.Si., Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu

Politik Universitas Muhammadiyah Makassar.

3. Bapak Nasrul Haq, S.Sos., M.PA , Ketua Jurusan Ilmu Administrasi Negara

Fakultas Ilmu Sosial dan IlmuPolitik Universitas Muhammadiyah Makassar.

v

Page 8: KEBIJAKAN PENGEMBANGAN KAWASAN INDUSTRI Bantaeng ...

4. Ibu Dr. A. Rosdianti Razak, M.Si , Bapak Dr. Abdi, M.Pd , Bapak Dr. Jaelan

Usman, M.Si , dan Bapak Nasrul Haq, S.Sos, M.PA , selaku penguji yang

telah meluangkan waktunya selama proses ujian.

5. Bapak/ibu dosen Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas

Muhammadiyah Makassar yang telah memberikan bekal dan ilmu

pengetahuan selama mengikuti pendidikan.

6. Kedua orang tua tercinta Bapak Moddin dan Ibu Marni yang telah

memberikan sumbangan moral dan materil.

7. Bapak Kepala Dinas Ketenaga Kerjaan dan Perindustrian Kabupaten

Bantaeng, Pengelolah PT. HUADI dan Masyarakat sekitar PT. HUADI ,

Terimakasih atas bantuan, dukungan serta kesediaan memberikan informasi

sehingga penulis dapat melakukan penelitian dan dapat menyelesaikan tepat

waktu.

8. Keluarga besar yang tidak bisa saya sebutkan satu per satu yang tak pernah

bosan memberikan saya motivasi atas bantuan dan dukungan yang diberikan

dalam penulisan skripsi ini.

9. Adinda Arnis M. Nasir, S.Sos yang telah banyak membantu saya selama

penelitian dan membantu dalam menyusun dan menyelesaikan skripsi ini.

10. Kakanda senior yang telah meluangkan waktu untuk memberikan arahan serta

motivasi saya dalam menyusun skripsi ini.

11. Teman-teman mahasiswa jurusan Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu

Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Makassar khususnya

vi

Page 9: KEBIJAKAN PENGEMBANGAN KAWASAN INDUSTRI Bantaeng ...

kelas C angkatan 2014 atas segala bantuan dan kebersamaanya selama

menjalani perkuliahan hingga penyelesaian skripsi ini.

12. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebut satu persatu yang telah

membantuh dalam penyelesaian penulisan skripsi ini.

Akhirnya, dengan segala kerendahan hati penulis menyadari masih banyak

terdapat kekurangan-kekurangan, sehingga penulis mengharapkan adanya saran

dan kritik yang bersifat membangun demi skripsi ini.

Makassar, 17 Juli 2020

Syamsul Alam

vii

Page 10: KEBIJAKAN PENGEMBANGAN KAWASAN INDUSTRI Bantaeng ...

DAFTAR ISI

HALAMAN PENGAJUAN SKRIPSI ...............................................................

.............................................................................................................................. i

HALAMAN PERSETUJUAN............................................................................

.............................................................................................................................. ii

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH ............................................

............................................................................................................................. iii

ABSTRAK............................................................................................................

............................................................................................................................. iv

KATA PENGANTAR .........................................................................................

.............................................................................................................................. v

DAFTAR ISI ........................................................................................................

............................................................................................................................ viii

DAFTAR TABEL................................................................................................

.............................................................................................................................. x

DAFTAR GAMBAR ...........................................................................................

............................................................................................................................. xi

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang .........................................................................................

.................................................................................................................. 1 B. Rumusan Masalah ....................................................................................

.................................................................................................................. 6 C. Tujuan Penelitian ......................................................................................

.................................................................................................................. 6

D. Kegunaan Penelitian ................................................................................. .................................................................................................................. 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Kebijakan Publik.......................................................................... .................................................................................................................. 8

B. Konsep Implementasi Kebijakan .............................................................. ................................................................................................................. 13

Page 11: KEBIJAKAN PENGEMBANGAN KAWASAN INDUSTRI Bantaeng ...

C. Konsep Kawasan Industri .........................................................................

................................................................................................................. 29 D. Kerangka Pikir ..........................................................................................

................................................................................................................. 37

E. Fokus Penelitian ........................................................................................ ................................................................................................................. 37

F. Deskripsi Fokus Penelitian ....................................................................... ................................................................................................................. 38

BAB III METODE PENELITIAN

A. Waktu dan Lokasi Penelitian .................................................................... ................................................................................................................. 40

B. Jenis dan Tipe Penelitian ..........................................................................

................................................................................................................. 40 C. Sumber Data .............................................................................................

................................................................................................................. 41 D. Informan Penelitian ..................................................................................

................................................................................................................. 41

E. Teknik Pengumpulan Data ........................................................................ ................................................................................................................. 42

F. Teknik Analisis Data ................................................................................ ................................................................................................................. 43

G. Keabsahan Data ........................................................................................

................................................................................................................. 44

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Objek Penelitian ........................................................................

................................................................................................................. 46 B. Implementasi Kebijakan Pengembangan Kawasan Industri (Bantaeng

Industrial Park) di Kecamatan Pa’jukukkang Kabupaten Bantaeng ........ ................................................................................................................. 52

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan................................................................................................ ................................................................................................................. 63

B. Saran ..........................................................................................................

................................................................................................................. 65

DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... ............................................................................................................................. 66

LAMPIRAN

RIWAYAT HIDUP

Page 12: KEBIJAKAN PENGEMBANGAN KAWASAN INDUSTRI Bantaeng ...

DAFTAR TABEL

Nomor Teks Halaman

4.1 Nama Sungai, Panjang Sungai dan Kecamatan yang dilintasi 47

4.2 Perkembangan Penduduk 48

4.3 Tabel tingkat pendidikan 50

x

Page 13: KEBIJAKAN PENGEMBANGAN KAWASAN INDUSTRI Bantaeng ...

DAFTAR GAMBAR

Nomor Teks Halaman

1.1 Siklus Kebijakan Publik 14

1.2 Model Merile Grindle 17

1.3 Mazmanian Dan Sabatier 19

1.4 Model Gogging 21

1.5 Mdel Sren C. Winter 23

1.6 Mdel Edwar 28

2.1 Kerangka Pikir 37

Page 14: KEBIJAKAN PENGEMBANGAN KAWASAN INDUSTRI Bantaeng ...

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pembangunan industri ialah bagian pada usaha jangka panjang agar

meningkatkan struktur ekonomi yang saat ini tidak seimbang, dikarenakan terlalu

bercorak pertanian menuju arah struktur ekonomi yang lebih kokoh dan juga

seimbang antara pertanian dan industri. Pembangunan pada industri ini ditujukan

agar memperluas lapangan kerja, meningkatkan ekspor, menghemat devisa,

meratakan kesempatan berusaha, memanfaatkan sumber daya alam serta energi

dan menunjang pembangunan daerah, serta sumberdaya manusia. Indonesia yang

memiliki keragaman sector usaha industri, dengan persebaran mulai dari Sabang

hingga Merauke, sehingga industri patut dikembangkan untuk pertumbuhan

ekonomi nasional.

Seiring perkembangan jaman, semakin banyak industri berkembang pesat.

Industrialisasi dalam Indonesia berkembang dengan hasil yang sangat signifikan

sehingga secara struktural kontribusi sektor industri kepada pertumbuhan ekonomi

sudah melampai sektor pertanian (sektor primer) yakni sebelumnya menjadi

sektor dominan, menyebabkan ada beberapa dampak negatif seperti, pertumbuhan

permukiman disekitar kawasan industri, rusaknya kawasan lindung, kemacetan

lalu lintas, dan lain-lain. Semakin banyak masalah yang akan terjadi maka

diperlukan evaluasi kesesuaian pada lahan kawasan tempat dimana berdirinya

indusri. Pemilihan lokasi yang baik bagi pembangunan kawasan industri, akan

sangat berdampak terhadap perkembangan kawasan industri pada masa

Page 15: KEBIJAKAN PENGEMBANGAN KAWASAN INDUSTRI Bantaeng ...

mendatang. Pengembang kawasan industri sebelum membangun kawasan

industrinya perlunya memilih lokasi yang bisa mengakomodasi kebutuhan

investor umumnya, di samping itu harus memastikan bahwasanya lokasi kawasan

industri berada pada wilayah rencana tata ruang wilayah dimana kawasan industri

yang akan dibangun, dan pemilihan lokasi yang betul akan dapat menghemat

biaya pada pembangunan kawasan industri.

Meningkatnya persaingan dan kebutuhan penggunaan lahan baik untuk

kebutuhan industri, permukiman, maupun kebutuhan akan lainnya berdampak

konflik karena adanya suatu benturan kepentingan. Selain itu penggunaan lahan

yang tidak didasari dengan kesesuain lahan akan mengakibatkan terjadinya

bencana alam baik banjir maupun longsor, rusaknya resistensi fisik tanah,

ketidakselarasan ekologi dan lainnya, yang pada akhirnya akan merusak atau

memperburuk produktivitas tanah, oksigen yang tercemar karena polusi udara,

dan kurangnya kawasan lindung serta daerah resapan air. Hal itu disebabkan

karena kurangnya perencanaan secara matang, Disisi lain pembangunan dan

perkembangan industri di daerah perkotaan menimbulkan permasalahan baru bagi

daerah perkotaan untuk penggunaan lahan karena dengan adanya pembangunan,

pembangunan industri diperkotaan akan mendorong meningkatnya kebutuhan

akan lahan, yang menyebabkan meningkatnya kebutuhan akan lahan. Hal ini

memaksa terjadinya perubahan penggunaan lahan yang kemudian menjadi beban

tambahan bagi daerah perkotaan.

Berdasarkan penetapan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia, Nomor

24 Tahun 2009 Tentang Kawasan Industri.

Page 16: KEBIJAKAN PENGEMBANGAN KAWASAN INDUSTRI Bantaeng ...

Permasalahan penggunaan ruang dan sumberdaya alam maupun sumber

daya manusia yang memadai akan terjadi dimasa mendatang terasa semakin

meningkat. Beberapa kasus seperti perubahan penggunaan lahan dari hutan ke

permukiman, dari pertanian ke industri, sarana dan prasarana semakin sulit

dikendalikan pada kondisi yang ideal (Suratman, 2005 dalam Khadiyanto, 2005).

Pembangunan pusat pertumbuhan baru seperti kawasan industri ataupun dengan

melakukan penyebaran pembangunan industri dipinggiran kota tetap harus

memperhatikan kondisi potensi, dan faktor-faktor geografis untuk mendukung

pertumbuhan industri yang ada dan memperhatikan dampak yang dapat

ditimbulkan sehingga dapat diminimalisir agar tidak menjadi permasalahan di

masa mendatang.

Menurut Tarigan (2005: 55-56), kebijakan yang sifatnya menetapkan atau

mengatur, artinya pemerintah menetapkan penggunaan lahan pada suatu sub

wilayah (zona) atau lokasi yang hanya boleh untuk kegiatan penggunaan tertentu

yang sepesifik. Kawasan industri ialah sarana untuk mengembangkan industri

yang berwawasan lingkungan dan juga memberikan kemudahan serta daya tarik

bagi investasi. Pada umumnya kawasan industri dibentuk agar membuat

lingkungan kondusif untuk akitivitas investasi, impor, ekspor dan perdagangan

sehingga mendorong laju pertumbuhan ekonomi dan juga sebagai katalis

reformasi ekonomi.

Pengelolaan lahan dan penggunaan lahan industri yang ada di Kabupaten

Bantaeng harus mengevaluasi sumber daya lahan sesuai dengan sifat fisik yang

dimiliki suatu lahan dari ketidaksesuaian pada penggunaan lahan yang tidak

Page 17: KEBIJAKAN PENGEMBANGAN KAWASAN INDUSTRI Bantaeng ...

memperdulikan potensi lahan, maka agar kedepannya membutuhkan upaya

konservasi yang tepat sehingga perencanaan dalam pemanfaatan lahan tanpa

merusak ataupun merubah resistensi tanah. Evaluasi lahan merupakan proses

pendugaan potensi pada sumber daya lahan untuk berbagai penggunaan. Lahan

sangat bervariasi pada berbagai faktor seperti topografi, iklim, geomorfologi,

geologi, vegetasi tanah, air atau penggunaan lahan.

Pada umumnya lahan yang merupakan objek penelitian, keadaannya

kompleks dan juga tidak merupakan suatu unsur fisik maupunpun sosial ekonomi

yang berdiri sendiri-sendiri, akan tetapi merupakan hasil interaksi pada

lingkungan biofisisnya (Mangunsukardjo, 1985 dalam Khadiyanto, 2005). Oleh

karena itu tindakan klasifikasi kesesuaian lahan penting artinya untuk perencanaan

penggunaan lahan yang optimal. Kebijakan publik ialah kewenangan pemerintah

menjalankan tugas serta fungsinya dalam hubungannya pada masyarakat serta

dunia usaha. Pada umumnya kebijakan pemerintah dalam mengembangkan

kawasan industri merupakan kebijakan negara yang berorientasi dalam

kepentingan publik (masyarakat). Adapun kebijakan ini ditetapkan untuk

mencapai sasaran dalam rencana pembangunan Kawasan industri Bantaeng

(KIBA).

Rencana ini sudah membuka pintu lebar lebar kepada investor untuk

menanamkan modalnya, penandatanganan dari berbagai pihak pelancaran

kelancaran peruwujudannya terus di laksanakan dengan jalan acuan pengadaan

kawasan industri Bantaeng (KIBA) ini adalah Perda No. 02 tahun 2012 tentang

rencana tataruang wilayah (RT/RW) Kabupaten Bantaeng. Pada pasal 39 ayat 2

Page 18: KEBIJAKAN PENGEMBANGAN KAWASAN INDUSTRI Bantaeng ...

dalam Perda tersebut menyebutkan “kawasan indutri besar ditetapkan di kawasan

industri Bantaeng di Kecamatan Pa’jukukkang”. Inilah acuan pemerintah

memberikan peluang kepada investor untuk menanamkan modal mereka untuk

membangun industri di Kabupaten Bantaeng.

Pembangunan Kabupaten Bantaeng memang mengalami peningkatan yang

cukup pesat, citranya sebagai kabupaten yang maju di Sulawesi Selatan tak bisa di

bantah media-media terus memberitakan sisi kemajuan kabupaten yang sohor

dengan julukan ‘Butta Toa’, atau tanah tua ini sehingga bupati bantaeng yang dua

kali menjabat pada periodenya pada tahun 2008-2013 dan di periode kedua pada

tahun 2013-2018 mendapat pujian. Meskipun begitu, Untuk menghimpun

informasi tentang rencana pembangunan kawasan industri di Kabupaten Bantaeng

yang berbasis Bantaeng Industry Park (BIP) masih terdapat persoalan diantaranya

adalah. persoalan dampak lingkungan seperti dilihat dari segi bidang industry

pengelolaan biji nikel (smelter) dan pengelolaan biji besi (mangan) di kecamatan

Pa’jukukang Kabupaten Bantaeng permasalahan yang ada masih lemahnya sarana

prasarana yang mendukung dalam pengangkutan impor biji nikel dan biji besi di

Kabupaten Bantaeng itu sendiri serta masih minimnya masyarakat lokal yang di

pekerjakan sebagai tenaga ahli dalam kerja sama pengelolahan biji nikel dan biji

besi yang ada meskipun banyak perusahaan suasta asing yang bekerja sama

dengan pemerintah setempat dalam pengelolahan industri ini. Adapun beberapa

kalangan dari pihak elit kekuasaan di Pemerintahan di Kabupaten Bantaeng

beranggapan bahwa dengan keberadaan program Bantaeng industri Park (BIP) ini

memiliki manfaat sebagai sumber pendapatan Daerah dan pembuka lapangan

Page 19: KEBIJAKAN PENGEMBANGAN KAWASAN INDUSTRI Bantaeng ...

kerja. Berdasarkan uraian diatas, peneliti tertarik untuk meneliti tentang kondisi

fisik dalam pengembangan industri besar dari sudut pandang geografi. Sehingga

peneliti mengambil judul “Kebijakan Pengembangan Kawasan Industri

(Bantaeng Industrial park) di Kabupaten Bantaeng.”

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan diatas, masalah yang menjadi

fokus penilitian ini adalah bagaimana Implementasi kebijakan pengembangan

Kawasan industri (Bantaeng Industrial Park) Di Kecamatan Pa’jukukkang

Kabupaten Bantaeng dengan indikator: persyaratan administrasi, persyaratan

teknis, persyaratan lingkungan dan persyaratan finansial

C. Tujuan Penelitian

Sejalan dengan rumusan masalah yang ada di atas maka tujuan dan

manfaat dari proposal ini adalah :

1. Tujuan Penelitian

Adapun yang menjadi tujuan penelitian ini antara lain:

a. Untuk mengetahui implementasi kebijakan pengembangan kawasan

industry (Bantaeng Industrial Park) Di Kecamatan Pa’jukukkang

Kabupaten Bantaeng.

b. Untuk mengetahui factor apa yang mempengaruhi implementasi kebijakan

pengembangan kawasan industry (Bantaeng Industrial Park) Di

Kecamatan Pa’jukukkang Kabupaten Bantaeng.

Page 20: KEBIJAKAN PENGEMBANGAN KAWASAN INDUSTRI Bantaeng ...

D. Kegunaan Penelitian.

Apabila tujuan penelitian tersebut dapat tercapai, maka penelitian ini

diharapkan berguna sebagai:

a. Bahan informasi dan kajian bagi pemerintah untuk menjadi bahan acuan

dan sekaligus evaluasi peningkatan sumber daya manusia ahli (SDM) serta

untuk pengembangan program Bantaeng Industrial Park (BIP) jangka

panjang di Kabupaten Bantaeng.

b. Bagi peneliti lain yang hendak mengadakan penelitian atau masukan bagi

pemerintah setempat yang bekerjasama dengan pihak swasta (asing)

khususnya dalam memajukan program Bantaeng Industrial Park (BIP) di

Kabupaten Bantaeng sebagai sumber pendapatan Daerah.

Page 21: KEBIJAKAN PENGEMBANGAN KAWASAN INDUSTRI Bantaeng ...

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Kebijakan Publik

1. Kebijakan Publik

Carl J federick dikutip Leo agustino (2008:7) mendifinisikan kebijakan

ialah serangkaian tindakan atau kegiatan yang di usulkan seorang atau kelompok

maupun pemerintah dalam suatu lingkungan tertentu dimana terdapat kesulitan

serta kesempatan-kesempatan terhadap pelaksanaan usulan kebijaksaan tersebut

dalam rangka mencapai tujuan tertentu.

Pengertian kebijakan menurut pendapat Said zainal abidin dalam dedy

mulyadi (2015:38-39), dapat di bedakan dalam tiga tingkat:

1. Kebijakan umum, ialah kebijakan yang menjadi pedoman ataupun

petunjuk pelaksanaan baik bersifat positif ataupun yang bersifat negative

yang meliputi kesuluruhan wilayah atau instansi yang bersangkutan.

2. Kebijakan pelaksanaan, adalah kebijakan yang cara yang dilakukan

dalam pelaksanaan kebijakan umum baik tingkat pusat dan daerah

3. Kebijakan teknis adalah kebijakan operasional yang beradah di bawah

kebijakan pelaksanaan.

Anderson dalam Tahir (2014:12), kebijakan adalah suatu tindakan yang

mempunyai tujuan yang di lakukan seorang pelaku atau sejumlah pelaku untuk

memecahkan suatu masalah, Selanjutnya Anderson dalam Tahir (201421)

mengklasifikasikan kebijakan, policy menjadi dua: subtansi dan procedural.

Page 22: KEBIJAKAN PENGEMBANGAN KAWASAN INDUSTRI Bantaeng ...

Kebujakan subtansi yaitu apa yang perlu di kerjakan oleh pemerintahan

sedangkan kebijakan prosedural adalah siapa dan bagaimana kebijakan itu

diselenggarakan. Ini berarti kebijakan publik adalah kebijakan-kebijakan yang di

kembangkan oleh badan-badan serta pejabat-pejabat Pemerintah.

Pada kamus besar Bahasa Indonesia pada edisi tahun 2014 dijelaskan bahwa

kabijakan berasal dari kata bijak yang dimana artinya:

1. Selalu menggunakan akal budinya, mahir, pandai.

2. Pandai bercakap; petah lidah.

Yang selanjutnya dijelaskan bahwa kebijakan diartikan sebagai berikut:

1. Kepandaian, kemahiran, kebijaksanaan.

2. Rangkaian konsep serta asas yang menjadi sumber dan dasar rencana

pada pelaksanaan pekerjaan, cara bertindak dan kepemimpinan (tentang

pemerintahan, organisasi dan lainnya); suatu cita-cita, prinsip, tujuan

atau maksud sebagai pedoman agar manajemen pada usaha mencapai

tujuan.

Mustopadidjaja dalam Tahir (2014:21) mengungkapkan, bahwasanya istilah

kebijakan sangat lazim digunakan pada kegiatan pemerintah, serta perilaku negara

yang pada umumnya dan kebijakan tersebut dijelaskan dalam berbagai bentuk

peraturan yang mengikat.

Di dalam kamus politik menurut Marbun (2007) mengatakan bahwa

kebijakan ialah rangkaian konsep serta asas yang dijadikan garis besar dalam

dasar rencana pelaksanaan pada suatu pekerjaan, kepemimpinan didalam

Page 23: KEBIJAKAN PENGEMBANGAN KAWASAN INDUSTRI Bantaeng ...

pemerintah atau organisasi pernyataan cita-cita, tujuan prinsip atau maksud

sebagai garis pedoman untuk mencapai sasaran.

Rahayu (2010) mengintisarikan bahwa kabijakan terdiri dari unsur-unsur

esensial, yaitu:

1. Tujuan (goal)

2. Proposal (plans)

3. Program

4. Keputusan

5. Efek

Irfan islamy yang dikutip suandi (2010 : 12) kebijakan harus dibedakan

dengan kebijaksanaan. Policy diterjemahkan dengan pola berbeda artinya dengan

wisdom yang mengartikan kebijaksanaan. Pengertian kebijaksanaan memerlukan

pertimbangan-pertimbangan. Lebih jauh lagi kebijakan mencakup aturan-aturan

yang ada didalamnya.

Richard rose (winamo, 2012 : 20) menyerankan bahwa kabijakan hendaknya

dipahami sebagai serangkaian kegiatan yang sedikit banyak berhubungan beserta

konsekuensi-konsekuensinya bagi mereka yang bersangkutan dari pada sebagai

suatu keputusan sendiri. Berdasarkan definisi rose menegaskan bahwa kebijakan

dipahami sebagai arah atau pola pelaksanaan dan bukan sekedar suatu keputusan

yang untlak untuk melakukan suatu.

Page 24: KEBIJAKAN PENGEMBANGAN KAWASAN INDUSTRI Bantaeng ...

2. Siklus Kebijakan Publik

Munculnya permasalahan publik adalah merupakan titik awal dari

perlunya keputusan yang dilakukan pemerintah untuk membuat kebijakan.

Masalah timbul karena adanya faktor ketidakseimbangan antara kebutuhan dan

tersedianya sarana pelaksanaan. Lester dan Stewart (2002:5) menyusun tahapan

dalam enam langkah yaitu sebagai berikut:

Stage VI Stage I

Policy Change Agenda settting

Stage II Stage V

Policy Formulation Policy Change

Stage IV policy Evaluation

Stage III

Policy

Implementation

Gambar 1.1 Siklus Kebijakan Publik

1. Agenda Setting, yakni pembuat kebijakan akan mengumpulkan masalah-

masalah publik. Dari masalah yang telah dikumpulkan, kemudian dianalisa dan

selanjutnya penyusunan kebijakan.

Page 25: KEBIJAKAN PENGEMBANGAN KAWASAN INDUSTRI Bantaeng ...

2. policy formulation, merupakan proses perumusan pilihan-pilihan kebijakan

oleh Pemerintah.

3. policy implementation, yaitu proses untuk melaksanakan kebijakan agar

mencapai hasil.

4. policy evaluation, proses untuk memonitor dan menilai hasil atau kinerja

kebijakan.

5. Policy Change, yaitu proses menyusun penyempurnaan kebijakan.

6. Policy Termination, yaitu proses mengakhiri suatu kebijakan.

Berdasarkan penjelasan dari Lester dan Stewar tentang siklus kebijakan di

atas, dapat peneliti simpulkan bahwa dalam pembuatan kebijakan harus sesuai dan

secara berurutan, sehingga kebijakan yang disususun dapat terlaksana dengan baik

serta tercapainya tujuan yang diharapkan.

3). Ciri-ciri Kebijakan Publik

Kebijakan publik itu pada hakikatnya merupakan sebuah aktivitas yang

khas (aunique activity), dalam artian dia mempunyai ciri-ciri tertentu yang tidak

dimiliki oleh kebijakan jenis lain. Ciri khusus yang melekat dalam kebijakan

publik bersumber pada kenyataan bahwa kebijakan itu lazimnya digunakan oleh

mereka yang berkepentingan. David Easton (1953:1965:18) menyatakan sebagai

orang-orang yang memiliki otoritas (public authorities) dalam sistem politik.

Dalam sistem politik/masyarakat tradisional yang sederhana, mereka itu

contohnya para ketua adat atau ketua suku. Sedangkan di sistem politik atau

masyarakat moderen yang kompleks, mereka itu adalah para eksekutif, legislator,

Page 26: KEBIJAKAN PENGEMBANGAN KAWASAN INDUSTRI Bantaeng ...

hakim, administrator, monarki, dan sejenisnya. Mereka inilah masih menurut

pendapat Easton, merupakan orang-orang yang kesehariannya terlibat langsung

dalam urusan-urusan politik, sistem politik, dan dianggap oleh sebagian besar

warga sistem politik itu sebagai pihak yang mempunyai kapasitas dan

bertanggung jawab atas urusan-urusan politik tadi.

Mengingat posisi strategisnya yang demikian itu, mereka dengan

sendirinya dianggap berhak untuk mengambil tindakan-tindakan tertentu atas

nama warga sistem politik, sepanjang tindakan-tindakan tersebut masih berada

dalam batas-batas koridor peran dan kewenangan mereka. Di negara-negara yang

menganut paham demokrasi konstitusional, kata Gerston (2002:3), kebijakan

publik itu di buat dan dijalankan oleh “people who have been authorized to act by

populer consent and in accordance with established norms and procedures” (

orang yang telah di beri wewenang untuk bertindak dengan persetujuan populer

dan sesuai dengan norma-norma dan prosedur).

B. Konsep Implementasi Kebijakan

1. Pengertian Implementasi Kebijakan

Menurut Salusu (2002), menyatakan bahwasanya implementasi ialah

seperangkat kegiatan yang dilakukan untuk menghasilkan suatu keputusan. Suatu

keputusan dimaksudkan agar mencapai sasaran. Sehingga terealisasikan

pencapaian sasaran tersebut, sangat diperlukan serangkaian aktivitas yang dapat

dikatakan bahwa implementasi ialah operasionalisasi pada berbagai aktivitas-

aktivitas guna mencapai sasaran tertentu.

Page 27: KEBIJAKAN PENGEMBANGAN KAWASAN INDUSTRI Bantaeng ...

Budi Winarno (2015: 102) merumuskan bahwa implementasi kebijakan

public merupakan : “Tindakan-tindakan yang dilakukan oleh badan public yang

diarahkan guna mencapai tujuan-tujuan yang telah ditetapkan dalam serangkaan

keputusan sebelumnya. Tindakan-tindakan ini mencakup usaha-usaha untuk

mengubah kepututsan-keputusan menjadi tindakanoperasional dalam kurung

waktu yang tertentu maupun dalam rangka melanjutkan usaha-usaha untuk

mencapai perubahan-perubahan besar dan kecil yang di tetapkan oleh keputusan-

keputusan kebijakan.

Kamus Webster (Wahab, 2008: 64) merumuskan secara singkat bahwa to

impelement (mengimplementasikan) berarti to provide the meansfor carrying out

(menyediakan sarana guna melaksanakan sesuatu), to give paractical effect to

(menimbulkan dampak/akibat terhadap sesuatu).Implementasi kebijakan dapat

dipandang sebagai sesuatu prose melaksankan keputusan kebijakan (biasa dalam

bentuk undang-undang, pweraturan pemerintah, keputusan peradilan, perintah

eksekutif, atau dekrit presiden).

Ripley dan Franklin (Winarno, 2012: 148) menyatakan bahwasanya

implementasi ialah apa yang terjadi sesui dengan peraturan yang berlaku menurut

undang-undang. (tangible output). Istilah implementasi merunjuk pada sejumlah

kegiatan yang mengikuti pada pernyataan maksud tentang tujuan-tujuan program

serta hasil-hasil yang diinginkan para pejabat pemerintah.Implementasi mencakup

tindakan-tindakan tanpa tindakan oleh actor pelaksana, khususnya para birokrat,

yang menjalankan program berjalan.

Page 28: KEBIJAKAN PENGEMBANGAN KAWASAN INDUSTRI Bantaeng ...

Menurut Salusu (Mustari, 2013:129), implementasi ialah seperangkat

kegiatan yang dilakukan dengan secara menyeluruh untuk semua proses yang akan

menghasilkan keputusan. keputusan selalu dimaksudkan agar mencapai sasaran,

guna merealisasikan pencapaian sasaran tersebut, diperlukan serangkaian

aktivitas.Jadi dapat dikatakan implementasi adalah operasional dari berbagai

aktivitas guna mencapai sasaran yang telah ditentukan sebelumnya.

Implementasi kebijakan merupakan aspek penting dari keseluruhan proses

kebijakan. Udoji (Mustari, 2013: 136) dengan tegas mengatakan bahwa the

execution of policies is as important if not more important than policy-making.

(Pelaksanaan kebijakan adalah sesuatu yang penting, bahkan jauh lebih penting

daripada pembuatan kebijakan. Kebijakan akan sekedar berupa rencana bagus

tersimpan rapi dalam arsip kalau tidak diimplementasikan). Dengan kata lain

pembuatan kebijakan tidak akan berakhir setelah kebijakan ditentukan atau

disetujui.

Implementasi kebijakan menurut William N. Dunn (2003: 132)

“Implementasi adalah pelaksanaan pengendalian kebijakan di dalam kurun waktu

tetentu untuk mewujudkan suatu kebijakan yang masih bersifat abstrak kedalam

kenyataan ”.Jadi implementasi kebijakan merupakan suatu wujud nyata dari

kebijakan yang telah dilaksanakan dalam kurun waktu yang telah ditentukan.

Page 29: KEBIJAKAN PENGEMBANGAN KAWASAN INDUSTRI Bantaeng ...

2. Model Implementasi Kebijakan

Beberapa ahli yang mengembangkan model implementasi kebijakan adalah

sebagai berikut :

a. Merilee S. Grindle

Keberhasilan implementasi menurut Merilee S. Grindle dalam Nugroho

(2006: 634) dipengaruhi oleh isi kebijakan (content of policy) dan lingkungan

kebijakan (content of implementation).Ide adalah bahwa setelah kebijakan

realisasikan, barulah implementasi kebijakan dilakukan.Keberhasilannya

ditentukan oleh derajat implementasi dari kebijakan tersebut.

Isi Kebijakan tersebut mencakup hal-hal berikut:

a) Kepentingan yang terpengaruhi oleh kebijakan

b) Jenis manfaat yang dihasilkan

c) Derajat perubahan yang diinginkan

d) Kedudukan pembuat kebijakan

e) Siapa pelaksana program

f) Sumber daya yang dikerahkan.

Sedangankan Lingkungan Kebijakan (context of implementation) mencakup:

a) Kekuasaan, kepentingan dan strategi aktor yang terlibat

b) Karakteristik lembaga dan penguasa

c) Kepatuhan dan daya tanggap.

Namun demikian, jika dicermati model Grindle dapat dipahami bahwa

keunikan model ini terletak pada pemahamanya yang komprehensif terhadap

kebijakan, khususnya yang menyangkut implementor, penerima implementasi dan

Page 30: KEBIJAKAN PENGEMBANGAN KAWASAN INDUSTRI Bantaeng ...

arena konflik yang mungkin terjadi diantara para pelaksana implementasi, serta

kondisi-kondisi sumber daya implementasi yang diperlukan.

Gambar 1.2 Model Merile Grindle

b. Mazmanian dan Sabatier

Mazmaninan dan Sabatier dalam Subarsono (2005) menjelaskan bahwa

ada tiga kelompok variable yang mempengaruhi keberhasilan implementasi, yaitu:

a) Karakterisitik dari masalah (tranctability of the problems), indikatornya:

1. Tingkat kesulitan teknis dari masalah yang bersangkutan

2. Tingkat kemajemukan dari kelompok sasaran

3. Proporsi kelompok sasaran terhadap total populasi

4. Cakupan perubahan perilaku yang diharapkan.

Tujuan-tujuan kebijakan

Apakah

tujuan tercapai

Program aksi

dan proyek

khusus yang

direncanakan

dan dibiayai

Kegiatan-kegiatan implementasi dipengaruhi oleh:

1) Muatan kebijakan (policy content), meliputi:

a) Tipe manfaat

b) Derajat perubahan yang

dicita-citakan.

c) Lokasi pengambilan

keputusan

d) Pelaksana program

e) Sumber daya yang

disediakan.

2) Konteks implementasi,

meliputi:

a) Kekuatan, kepentingan dan

strategi dari aktor-aktor

yang terlibat.

b) Karakteristik kelembagaan

c) Konsistensi/kepatuhan dan

responsivitasi.

Pengukuran keberhasilan

Apakah

program dan

proyek

dilaksanakan sesuai rencana?

Hasil akhir:

a) Dampak terhadap masyarakat, perorangan dan

kelompok b) Tingkat perubahan

dan penerimaanya

Page 31: KEBIJAKAN PENGEMBANGAN KAWASAN INDUSTRI Bantaeng ...

b) Karakteristik kebijakan/ undang-undang (ability of statute to structure

implementation), indikatornya:

1. Kejelasan isi kebijakan

2. Seberapa jauh kebijakan tersebut memiliki dukungan teoritis

3. Besarnya alokasi sumber daya finansial terhadap kebijakan tersebut

4. Seberapa besar adanya keterpautan dan dukungan antar berbagai institusi

pelaksanaan.

5. Kejelasan dan konsistensi aturan yang ada pada badan pelaksana

6. Tingkat komitmen aparat terhadap tujuan kebijakan

7. Seberapa luas akses kelompok-kelompok luar untuk berpartisipasi dalam

implementasi kebijakan.

c) Variable lingkungan (nonstatutory variables affecting implementation),

indikatornya:

1. Kondisi sosial ekonomi masyarakat dan tingkat kemajuan teknologi

2. Dukungan public terhadap sebuah kebijakan

3. Sikap dari kelompok pemilih (consrtituency groups)

4. Tingkat komitmen dan keterampilan dari aparat dan implementor.

Page 32: KEBIJAKAN PENGEMBANGAN KAWASAN INDUSTRI Bantaeng ...

Proses implementasi

Gambar 1.3 Model Mazmanian dan Sabatier

c. Donald S. Van Meter dan Carl E. Van Horn

Van Meter dan Van Horn pada subarsono (2005) menjelaskan bahwasanya

ada 6 variabel yang dapat mempengaruhi kinerja implementasi, antara lain:

a) Standar serta sasaran kebijakan

Standar serta sasaran kebijakan harus jelas dan juga terukur, sehingga tidak

menimbulkan interpretasi yang dapat menyebabkan terjadinya konflik diantara

para agen implementasi.

b) Sumber daya

Kebijakan perlu didukung oleh sumber daya, baik itu sumber dayamanusia

maupun sumber daya non manusia.

c) Komunikasi antar organisasi serta penguatan aktivitas

Tractability of the problems 1. Technical difficulties 2. Diversity of target group behaviour

3. Target group as a percentage of the population 4. Extent of behavioral change required

Ability Of Statute To Structure Implementation 1. Clear and consistent objectives 2. Incorporations of adequate causal theory

3. Initial allocation of financial resources 4. Hierarchical integration within amang implementing

institutions 5. Decisions rules of implementing agencles

6. Recruitment of implementing officials 7. Formal acces by out siders

Nonstatury Variables Affecting Implemenrtation:

1. Socioeconomic conditions and technology

2. Public support 3. Attitudes and resources of constituency

groups 4. Support from sovereigns

5. Commitment and leadership skill of implementiatiff officials

Policy outputs of

implementing agencies

Major revision in statute

Perceived impacts

Actual impacts of policy outputs

Compliance with policy outputs by target groups

Stages (dependent variables) in the implementation proncess

Page 33: KEBIJAKAN PENGEMBANGAN KAWASAN INDUSTRI Bantaeng ...

Pada berbagai kasus, implementasi sebuah program terkadang perlu didukung

serta dikoordinasikan dengan instansi lain sehingga tercapai keberhasilan yang

diinginkan.

d) Karakteristik agen pelaksana

Sejauhmana kelompok-kelompok kepentingan akan memberikan dukungan

bagi implementasi kebijakan.Termasuk didalamnya karakteristik para partisipan

yakni mendukung atau menolak, kemudian juga bagaimana sifat opini publik

yang ada dilingkungan dan apakah elite politik mendukung implementasi

kebijakan.

e) Kondisi sosial, ekonomi dan politik

Kondisi sosial, ekonomi dan politikmencakup sumber daya ekonomi

lingkungan yang dapat mendukung keberhasilan implementasi kebijakan.

f) Disposisi implementor

Disposisi implementor mencakup tiga hal penting, yaitu:

a. Respons implementor terhadap kebijakan, yang akan mempengaruhi

kemaunya untuk melaksanakan kebijakan

b. Kognisi, yakni pemahamanya terhadap kebijakan

c. Intensitas disposisi implementor yakni prefensi nilai yang dimiliki ole

implementor.

d. Gogging

Malcolm Goggin, Ann Bowman dan Jamse Lester mengembangkan apa

yang disebutkan sebagai “communication model” untuk imolementasi kebijakan,

yang disebutkan sebagai “generasi ketiga model implementasi kebijakan”.

Page 34: KEBIJAKAN PENGEMBANGAN KAWASAN INDUSTRI Bantaeng ...

Goggin, dkk. Bertujuan untuk mengembangkan sebuah model implementsi

kebijakan yang lebih ilmiah dengan mengedepankan pendekatan metode penelitian

dengan adanya variabel independen, intervening dan dependen meletakkan faktor

komunikasi sebagai penggerak dalam implementasi kebijakan. Yaitu :

a) Variabel independen : yaitu mudah tidaknya masalah dikendalikan

berdasarkan dengan indikator masalah baik berupa teori dan teknis

pelaksanaan, keragaman objek dan perubahan seperti apa yang dikehendaki.

b) Variabel intervening : yaitu variable yang kemampuan kebijakan untuk

meringkas proses implementasi dengan indikator kejelasan dan konsistensi

tujuan yang ditentukan sebelumnya.

c) Variabel dependen : yaitu variabel yang mempengaruhi proses implementasi

yang berdasarkan dengan indikator kondisi sosial ekonomi dan teknologi

dukungan public, sikap dan risorsis konstituen, dukungan pejabat yang lebih

tinggi dan komitmen dan kualitas serta kemampuan cara memimpin dari

pejabat pelaksana.

Page 35: KEBIJAKAN PENGEMBANGAN KAWASAN INDUSTRI Bantaeng ...

Gambar 1.4 Model Gogging

e. Soren C. Winter

Model lain yang menarik yang juga termasuk dalam kategori generasi

ketiga ini dan mendapat perhatian dari banyak ahli adalah “integrated

implementation model” yang dikembangkan oleh Soren C. Winter (2013). Mereka

melihat implementasi sebagai suatu hal yang tidak berdiri sendiri, mereka

memperkenalkan pandanganya sebagai model integrated.Model

integratedmenunjukkan bahwa sukses implementasi ditentukan mulai dari

formulasi sampai evaluasi, yang dengan sendirimya berarti ada keterkaitan antara

proses politik dan administrasi. Variabel-variabel yang mempengaruhi proses

implementasi kebiajakan sebagai berikut:

a) Perilaku organisasi dan antarorganisasi (organizational and inter-

organizational behavior)

Interdependent

variables

Intervening

variables

Dependant

variables

Federal-level

feedback

inducements and

constraints

(Feedback)

State implementation

State

decisional

outcome

Statebs capacity

Sate and lokal level indocument and contraints

Page 36: KEBIJAKAN PENGEMBANGAN KAWASAN INDUSTRI Bantaeng ...

Dimensi-dimensinya adalah komitmen dan koordinasi antar organisasi.

Penerapan kebijakan public dalam mencapai hasil yang optimal, jarang

berlangsung dalam kelompok sendiri, tanpa menggunakan organisasi lain

sebagai pendukung atau piranti pelaksanaan. Implementasi kebijakan

memerlukan hubungan antar organisasi untuk membawa perubahan kebijakan

umum ke dalam aturan yang jelas, dan ini berlangsung secara berkelanjutan

dalam proses sosial yang dapat mengkonversi arah kebijakan melalui tindakan.

b) Perilaku birokrasi tingkat bawah (Street Level Bureaucratic Behavior)

Dimensinya adalah diskreasi.Variabel selanjutnya menjadi factor kunci dalam

implementasi kebijakan adalah perilaku birokrasi level bawah.Hal ini

dimaksudkan sebagai kemampuan untuk melaksanakan dan menjalankan

program-program sebagai keputusan penting dengan menggunakan pengaruh

yang lebih dominan diluar kewenangan formal (diskresi).

c) Perilaku kelompok sasaran (target grup behavior)

Perilaku kelompok sasaran (target grup behavior) yang tidak hanya member

pengaruh pada efek/dampak kebijakan, tetapi juga mempengaruhi kinerja

birokrat/aparat tingkat bawah.Dimensinya mencakup respon positif dan

negative masyarakat dalam mendukung atau tidak mendukung kebijakan. Hal

yang tak kalah pentingnya adalah faktor komunikasi ikut berpengaruh terhadap

penerimaan kebijakan oleh kelompok sasaran. Terjadinya „eror‟ atau „distorsi‟

atas proses komunikasi akan menjadi titik lemah dalam mencapai efektivitas

pelaksanaan kebijakan ( Parawangi,: 2011 : 74).

Page 37: KEBIJAKAN PENGEMBANGAN KAWASAN INDUSTRI Bantaeng ...

Gambar 1.5 Model Soren C.Winter

f. Ripley dan Franklin

Implementasi merupakan apa saja yang terjadi sesudah undang-undang

ditetapkan dan yang memberikan baik otoritas program, kebijakan, keuntungan

(benefit), atau suatu jenis keluaran yang nyata (tangible output) Ripley dan

Franklin (Winarno, 2014: 148). Istilah implementasi menuju pada sejumlah

kebijakan yang mengikuti pernyataan dimaksud tujuan-tujuan program dan hasil

yang diinginkan oleh birokrasi/pejabat pemerintah. Implementasi mencakup

tindakan-tindakan oleh berbagai actor yang yang dimaksud untuk membuat

program berjalan sebaik mungkin.

Kriteria pengukuran keberhasilan implementasi menurut Ripley dan

Franklin (Winarno 204: 149) dapat didasari pada tiga aspek, yaitu (1) tingkat

kepatuhan birokrasi terhadap birokrasi di atasnya atau tingkatan birokrasi

sebagaimana di atur dalam undang-undang, (2) adanya kelancaran rutinitas dan

Implementition Model

Implementation procces

Organizational and

integrational bihaviour

Target group behaviour

Streer level

bureaucratic

bihaviour

policy formulation

Conflict

Symbolicpolicy

Polic

y

desig

Implementation result

performance

outcome

feedback

feedback

Page 38: KEBIJAKAN PENGEMBANGAN KAWASAN INDUSTRI Bantaeng ...

tidak adanya masalah, serta (3) pelaksanaan dan dampak yang telah dikehendaki

dari semua program sudah yang ada dan terarah.

Ripley dan Franklin memperkenalkan pendekatan “kepatuhan” dan

pendekatan “kenyataan” dalam implementasi kebijakan (Ripley dan Franklin,

1986 : 11). Pendekatan kepatuhan muncul dalam literature administrasi public,

pendekatan ini menfokuskan pada tingkat kepatuhan agen atau individu. Perspektif

kepatuhan merupakan analisa karakter dan kualitas sikap atau perilaku sebuah

organisasi. Menurut Ripley dan Franklin paling tidak terdapat dua kekurangan

perspektif kepatuhan yaitu:

1. Banyak faktor non birokrasi yang berpengaruh tetapi justru kurang

diperhatikan.

2. Adanya program yang tidak didesain dengan baik.

Perspektif kedua ialah perspektif factual yang berasumsi bahwa

terdapat banyak factor yang mempengarhi proses implementasi kebijakan

yang mengharuskan implementor agar lebih leluasa mengadakan penyesuaian.

Keberhasilan kebijakan ataupun program juga dikaji berdasarkan

perspektif proses implementasi dan perspektif hasil. Pada perspektif proses

program pemerintah dinyatakan berhasil jika pelaksanaanya berdasarkan dengan

petunjuk dan ketentuan pelaksanaan yang dibuat oleh pembuat program yang

mencakup antara lain cara pelaksana, agen pelaksanaan, kelompok sasaran dan

manfaat program tersebut. Sedangkan perspektif hasil program dapat dinilai

dengan dengan berhasil jika program tersebut membawa dampak seperti yang apa

Page 39: KEBIJAKAN PENGEMBANGAN KAWASAN INDUSTRI Bantaeng ...

di inginkan, suatu program mungkin bias berhasil dilihat dari hasil prosesnya,

tetapi bisa jadi gagal ditinjau dari dampak yang dihasilkan, atau begitupun

sebaliknya.

g. George Edward III

Menurut Edward III (Mustari, 2013: 134), “In our approach to tlie study of

policy implementation, we begin in the abstract and ask: what are preconditions

for subcessfid policy implementation? What are tlie primary obstacles to

successful policy implementation? “salah satu pendekatan studi implementasi

adalah harus dimulai dengan pernyataan abstrak, seperti yang dikemukakan

sebagai berikut, yaitu:

a) Apakah yang menjadi persyaratan terbesar bagi implementasi kebijakan ?

b) Apakah yang menjadi penghambat utama dalam keberhasilan implementasi

kebijakan ?

Sehingga untuk menjawab pertanyaan tersebut di atas, Edward III

mengusulkan 4 (empat) variabel yang paling mempengaruhi keberhasilan

implementasi kebijakan, yaitu:

a) Komunikasi (Communication)

Komunikasi merupakan sarana untuk menyebarkan informasi, baik dari atas

ke bawah maupun dari bawah ke atas. Untuk menghindari terjadinya

kesalahan informasi yang disampaikan atasan ke bawahan, perlu adanya tiga

hal, yaitu: (1) penyaluran (transmisi) yang lebih akan menghasilkan

implementasi yang terbaik pula (2) adanya kejelasan informasi untuk

pelaksana kebijakan agar tidak membingungkan dalam pelaksanaan kebijakan,

Page 40: KEBIJAKAN PENGEMBANGAN KAWASAN INDUSTRI Bantaeng ...

dan (3) ada konsistensi yang diberikan dalam pelaksanaan kebijakan. Jika

yang dikomunikasikan berubah-ubah akan mengakibatkan terjadinya

kesalahan dalam pelaksanaan kebijakan yang bersangkutan.

b) Sumber-sumber (Resourcess)

Sumber-sumber dalam implementasi kebijakan mempunyai peranan penting,

sebab implementasi kebijakan tidak akan efektif apabila sumber-sumber

pendukungnya tidak tersedia. Sumber-sumber yang dimaksud adalah yaitu

sebagai berikut :

(1) sumber daya manusia seperti tingkat pendidikan dan kompetensi yang

dimiliki.

(2) sumber daya non manusia seperti ketersediaan dan ketepatan penggunaan

dana serta sarana dan prasarana.

c) Disposisi (Dispotition or Attitude)

Disposisi dalam implementasi dan karakteristik, perilaku yang dimiliki oleh

implementor kebijakan, seperti komitmen, kejujuran, komunikatif, cerdik dan

sifat demokratis. Pelaksana tugas sebaiknya memiliki disposisi yang baik, dia

dapat menjalankan kebijakan itu dengan baik sesuai dengan apa yang

diinginkan dan yang ditetapkan oleh pembuat kebijakan. Implementasi

kebijakan apabila memiliki perilaku yang berbeda dengan pembuat kebijakan,

maka dalam proses implementasinya menjadi tidak efektif dan efisien.

Wahab, menjelaskan bahwa disposisi atau catatan merupakan watak dan

karakteristik yang dimiliki oleh pelaksana tugas, seperti komitmen, kejujuran,

sifat demokratis. Apabila implementor mendapatkan disposisi yang baik,

Page 41: KEBIJAKAN PENGEMBANGAN KAWASAN INDUSTRI Bantaeng ...

maka dia akan menjalankan kebijakan dengan sangat baik sesuai dengan apa

yang diinginkan oleh pembuat kebijakan.

d) Struktur Birokrasi (Bureaucratic Structure)

Suatu kebijakan seringkali melibatkan lembaga ataupun organisasi dalam

proses pelaksanaan tugas, sehingga sangat diperlukan koordinasi yang efektif

antara lembaga-lembaga yang terkait dalam mendukung keberhasilan

implementasi. Dalam suatu implementasi kebijakan, struktur organisasi

mempunyai peranan penting Salah satu dari aspek struktur organisasi ialah

adanya prosedur operasi yang standar (Standard Operating Procedures/SOP).

Fungsi dari SOP menjadi pedoman bagi setiap implementor dalam

melaksanakan semua kegiatan oleh pelaksana tugas kebijakan. Struktur

organisasi yang panjang akan cenderung lemah dalam proses pengawasan dan

menimbulkan birokrasi yang rumit dan kompleks. Hal demikian pada

gilirannya dapat menyebabkan aktivitas organisasi tidak fleksibel.

Gambar 1.6 Model Edward III

Beureaucrartic structures

Communication

Resources

Disposition

Implemenatation

Page 42: KEBIJAKAN PENGEMBANGAN KAWASAN INDUSTRI Bantaeng ...

C. Konsep Kawasan Industri

1. Pengertian Kawasan Industri

Panca kurniasih (2011, dalam Agus, 2005) menyatakan bahwa industry

adalah usaha untuk memproduksi barang-barang jadi, dari bahan baku atau bahan

mentah melalui suatu proses penggarapan dalam jumlah besar, sehingga barang-

barang gitu bisa diperoleh dengan harga satuan serendah mungkin tetapi tetap

dengan mutu setinggi mungkin.

Menurut (moeliono 2008:534) industri kegiatan memproses atau

mengolah barang dengan menggunakan sarana dan peralatan, misal mesin,

kegiatan yang mengelola bahan mentah baku, barang setengah jadi, dan barang

jadi menjadi sebuah barang dengan nilai yang tinggi untuk penggunaannya.

Industri suatu bentuk kegiatan masyarakat sebagai bagian dari sistem

perokonomian atau system mata pencaharian yang merupakan suatu usaha dari

manusia untuk menggabungkan atau mengelola bahan-bahan dari sumber daya

lingkungan menjadi sebuah barang yang bermanfaat bagi manusia (hendro dalam

sutanta, 2010),

Menurut kementerian perindustrian Republik Indonesia tahun 2014, industri

ialah kegiatan ekonomi yang mengelola bahan baku dan memanfaatkan sumber

daya industri sehingga dapat menghasilkan barang yang mempunyai manfaat dan

nilai tambah.

Pengertian industri menurut Kartasaputra, 1987 dalam Nurkolis, 2014

industri adalah kegiatan ekonomi yang mengelola bahan mentah, bahan baku,

Page 43: KEBIJAKAN PENGEMBANGAN KAWASAN INDUSTRI Bantaeng ...

barang setengah jadi atau barang jadi menjadi barang yang bernilai tinggi. Istilah

industri memiliki dua arti :

1. Industri dapat berupah himpunan perusahaan-perusahaan sejeni. Dalam

konteks ini sebutan misalnya kosmetika berarti himpunan dari bebagai

macam industri kosmetik.

2. Industri dapat pula menunjuk kesuatu sektor ekonomi yang di

dalamnya terdpat kegiatan produktif yang mengelola bahan mentah

menajdi barang jadi atau barang setengah jadi. Kegiatan pengolohan

itu sendiri dapat bersifat mesin elektronikal atau bahkan manual

(Dumairy, 2000 dalam BAPPEDA kabupaten purbalingga, 2015).

Pengertian menurut undang-undang no 3 tahun 2014 adalah seluruh

bentuk kegiatan ekonomi yang mengelola bahan baku dan memanfaatkan sumber

daya industri sehingga menghasilkan barang yang mempunyai nilai tambah atau

manfaat lebih tinggi, termasuk jasa industri.

Menurut badan pusat statistik tahun 2010 industri mempunyai dua

pengertian yaitu :

1. Pengertian secara luas ,industri merupakan semua usaha dan

kegiatan dalam bidang ekonomi bersifat produktif.

2. Pengertian secara sempit, industri mencakup industri pengelolahan

yaitu suatu kegiatan ekonomi yang melakukan kegiatan mengubah

suatu barang dasar mekanis, kimia, atau dengan tangan sehingga

menjadi barang yang setengah jadi atau barang jadi, kemudian

Page 44: KEBIJAKAN PENGEMBANGAN KAWASAN INDUSTRI Bantaeng ...

barang yang kurang nilainya menjadi sebuah barang yang lebih

nilainya dan sifatnya lebih kepada pemakaian akhir.

Menurut Mulyadi dan Monstiska dalam Maramis (2013:9) permasalahan

yang sering tejadi pada kawasan industri adalah :

1. Permasalahan lingkungan hidup : mengenai izin pengelolaan limbah

yang semakin mengikuti perkembangan aturan-aturan yang diciptakan

oleh konvensi lingkungan hidup internasional. Permasalahan atas

lingkungan hidup tersebut, akan dapat berpengaruh terhadap izin usaha

industri, izin import bahan baku, serta izin ekspor.

2. Permasalahan tata ruang kawasan industri: memang sudah ada peraturan

tentang tata ruang, sesuai dengan PP no 24/2009 tentang kawasan

industri, namun tetap ada beberapa industri yang dibangun di luar

kawasan industri.

3. Permasalahan atas dukungan dan komitmen pemerintah daerah,

khususnya dalam hal perizinan dan mekanisme insentif yang menarik

bagi investor. Dalam banyak kasus, pemerintah daerah mengeluarkan

peraturan daerah (perda) yang bertentangan dengan peraturan kawasan

industri.

4. Permasalahan energi: yaitu berupa kekurangan pada energi listrik

maupun gas, yang dibutuhkan oleh perusahaan dalam kawasan industri.

a. Perencanaan Pembangunan Daerah Kawasan Industri

Aspek pemilihan lokasi yang sangat tepat bagi pembangunan

kawasan industri, akan berpengaruh terhadap perkembangan kawasan

Page 45: KEBIJAKAN PENGEMBANGAN KAWASAN INDUSTRI Bantaeng ...

industry dimasa yang akan datang. Pengembangan kawasan industri

sebelum pembangun kawasan industrinya harus memiliki lokasi yang

mampu mengakomodasi kebutuhan investor pada umumnya, disamping itu

juga dapat memastikan bahwa kawasan lokasi industri berada dalam

sebuah wilayah rencana tata ruang wilayah di mana kawasan industri akan

di bangun, dan pemilihan lokasi yang baik akan sangat menghemat biaya

pembangunan kawasan industri.

Menurut sriyadi langka-langka yang dilakukan badan usaha dalam

pemilihan lokasi usaha menggunakan tiga langkah sebagai berikut:

1. Memilih wilatyah (daerah) secara umum. Untuk ini ada lima faktor

dasar, yaitu:

a) Dekat dengan pasar

b) Dekat dengan bahan baku

c) Tersedia fasilitas pengangkutan

d) Terjaminnya pelayanan umum seperti penerangan listrik, air,

dan bahan bakar

e) Kondisi iklimdan lingkungan yang menyenangkan

2. Memili masyarakat tertentu di wilayah yang dipilih pada pemilihan

tingkat pertama. Pilihan didasrkan atas enam faktor, yaitu:

a) Tersedianya tenaga secara cukup dalam jumlah dan type skill

yang diperlukan.

b) Tingkat upa yang lebih murah,

Page 46: KEBIJAKAN PENGEMBANGAN KAWASAN INDUSTRI Bantaeng ...

c) Adanya perusahaan yang bersifat suplementer atau

komplementer dalam hal bahan baku, hasil produksi, buruh dan

tenaga terampil yang dibutuhkan.

d) Adanya kerja sama yang baik anatara sesama perusahaan yang

ada

e) Peraturan daerah yang menunjang

f) Kondisi kehidupan masyarakat yang menyenangkan.

3. Memilih lokasi tertentu.

a) Pertimbangan utama pada langkah ini ialah soal tanah. Adakah

tanah yang longgar untuk bangunan,halaman, tempat parkir dan

yang tidak boleh dilupakan adanya kemungkinan untuk

perluasan. Juga harus diperhatikan keadaan tofograpinya sesuai

dengan bangunan yang didirikan, keadaan lapisan tanahnya

berhubungan dengan masalah drainase dan pembuatan limbah.

b) Urutan berikutnya sesudah tanah adalah masalah transportasi.

Apakah di tempat yang sudah dipilih ada transportasi seperti

transportasi, angkutan motor atau sungai bahkan angkutan

udarah atau pelabuhan yang mungkin sangat diperlukanm untuk

perusahaan tertentu. Dapatkah pegawau atau pekrja mencapai

pabrik dengan mudah baik dengan mobil ataupun tanpa mobil.

c) Urutan berikutnya baru macam-macam faktor yang lain,

misalnya ada tidaknya pembatasan-pembatasan yang

bersangkutan dengan perwilayaan yang melarang didirikannya

Page 47: KEBIJAKAN PENGEMBANGAN KAWASAN INDUSTRI Bantaeng ...

tipe bangunan tertentu seperti yang direncanakan. Adakah

fasilitas pemadan kebakaran yang memadai. Adakah larangan

membuang limbah hingga memerlukan biaya tertentu untuk

membuangnya.

2. Syarat Berdirinya Industri

Syarat berdirinya industri adalah untuk dapat melaksanakan industrialisasi,

secara umum dicontohkan berupa syarat yang berlaku untuk setiap jenis industri,

yaitu:

1) Tersedianya bahan mentah dan sumber tenaga alam maupun

manusia

2) Tersedianya tenaga kerja yang terdidik dan tenaga ahli untuk dapat

mengolah sumber-sumber alam

3) Tersedianya modal dan transportasi yang baik

4) Memiliki daerah pemasaran yang baik.

5) Adanya manajemen yang baik untuk melancarkan dan mengatur

Segala pengolahan industri .

6) Kestabilan pemerintah (Rahardjo, 1984 dalam Inkantriani, 2008).

3. Klasifikasi Industri

a. Industri Dasar atau Hulu

Industri hulu memiliki sifat sebagai berikut: padat modal, skala besar,

menggunakan teknologi maju dan teruji. Lokasinya yang selalu dipilih

dekat dengan bahan baku yang mempunyai sumber energi sendiri dan

Page 48: KEBIJAKAN PENGEMBANGAN KAWASAN INDUSTRI Bantaeng ...

pada umumnya lokasi ini belum pernah tersentuh pembangunan. Oleh

karena industri hulu membutuhkan perencanaan yang sangat matang

beserta tahapan pembangunannya, mulai dari perencanaan sampai

operasional. Di sudut lain dibutuhkan pengaturan tataruang, rencana

pemukiman, pengembangan kehidupan perekonomian, pencegahan

kerusakan lingkungan dan lain-lain. Pembangunan industri ini dapat

mengeakibatkan perubahan lingkungan, baik dari aspek social,

ekonomi dan budaya maupun pencemaran. Terjadi perubahan tatanan

sosial, pola konsumsi, tingkah laku, sumber air, kemunduran kualitas

udara, penyusutan sumber daya alam dan sebagainya.

b. Industri Hilir

Industri ini merupakan perpanjangan dari proses industri hulu. Pada

umumnya industri ini mengolah bahan yang setengah jadi menjadi

barang jadi, lokasinya selalu diusahakan dekat pasar, menggunakan

teknologi madya dan teruji, padat karya.

c. Industri Kecil

Industri kecil sangat pesat berkembangnya di perdesaan dan

perkotaan, memiliki peralatan yang sederhana walaupun hakikat

produksinya sama dengan industri hilir, tetapi sistem pengolahannya

jauh lebih sederhana. Sistem tata letak pabrik maupun pengolahan

limbah belum mendapat perhatian. Sifat industri ini lebih

mengutamakan padat karya dari masyarakatnya.

Page 49: KEBIJAKAN PENGEMBANGAN KAWASAN INDUSTRI Bantaeng ...

Sesuai dengan program pemeritah, untuk lebih memudahkan

pembinaannya, maka industri dasar dibagi lagi menjadi industri kimia dasar dan

industri mesin dan logam dasar, sedangkan industri hilir biasa juga disebut dengan

aneka industri.Selain pengelompokan di atas, industri juga diklasifikasikan secara

konvensional sebagai:

1) Industri primer yaitu industri yang dapat mengubah bahan mentah menjadi

bahan setengah jadi.

2) Industri sekunder yaitu industri yang dapat mengubah barang setengah jadi

menjadi barang jadi.

3) Industri tersier yaitu industri yang sebagaian besar meliputi industri jasa

dan perdagangan atau industri yang mengolah bahan industri sekunder.

Klasifikasi industri berdasarkan SK Menteri Perindustrian

No.19/M/I/1986:

4) Industri kimia dasar : misalnya industri semen, obat-obatan, kertas, pupuk,

dsb.

5) Industri mesin dan logam dasar : misalnya industri pesawat terbang,

kendaraan bermotor, tekstil, dll.

6) Industri kecil : industri roti, kompor minyak, makanan ringan, es, minyak

goreng, dll.

7) Aneka industri : industri pakaian, industri makanan dan minuman, dan

lain-lain.

Page 50: KEBIJAKAN PENGEMBANGAN KAWASAN INDUSTRI Bantaeng ...

4. Jenis-Jenis / Macam Industri Berdasarkan Jumlah Tenaga Kerjanya

1) Industri rumah tangga adalah industri yang jumlah karyawannya ataupun

tenaga kerja berjumlah antara 1-4 orang.

2) Industri kecil adalah industri yang jumlah karyawan ataupun tenaga kerja

berjumlah antara 5-19 orang

3) Industri sedang atau industri menengah adalah industri yang jumlah

karyawannya atau tenaga kerjanya berjumlah antara 20-99 orang.

4) Industri besar adalah industri yang jumlah karyawannya atau tenaga

kerjanya berjumlah antara 100 orang atau lebih.

D. Kerangka Pikir

Implementasi kebijakan adalah tahap yang penting dalam kebijakan. Tahap

ini menentukan apakah kebijakan yang dibuat oleh pemerintah benar-benar

aplikabel di lapangan dan berhasil untuk menghasilkan output dan outcomes

seperti yang sudah direncanakan dalam hal ini Pengembangan kawasan industri

(Bantaeng Industrial Park) di Kabupaten Bantaeng.

Berdasarkan hal tersebut, kerangka pikir yang akan menjadi acuan dalam

penelitian ini adalah :

Page 51: KEBIJAKAN PENGEMBANGAN KAWASAN INDUSTRI Bantaeng ...

Gambar 2.1 Bagan Kerangka Pikir

E. Fokus Penelitian

Berdasarkan kerangka pikir diatas, maka fokus penelitian ini berangkat

dari latar belakang masalah kemudian dirumuskan dalam rumusan dan dikaji

berdasarkan teori dalam tinjauan pustaka, adapun focus penelitian yang berpijak

dari rumusan masalah. Focus penelitian ini terdiri dari beberapa hal pokok yang

perlu di uraika yaitu: mengetahui Implementasi kebijakan Izin Usaha

Perindustrian di Kabupaten Bantaeng, serta untuk mengetahui factor-faktor yang

mempengaruhi dalam Implementasi kebijakan Izin Usaha Perindustrian di

Kabupaten Bantaeng.

Kebijakan Pengembangan kawasan

Industri (Bantaeng Industrial Park) di Kabupaten Bantaeng

Perda No 2 Tahun 2012

Indikator pengelolaan Industri

Persyaratan Administratif

Persyaratan Teknis

Persyaratan Lingkungan

Persyaratan Finansial

Evektifitas Pengembangan Kawasan

Industri ( Banteng Industrial Park)

Page 52: KEBIJAKAN PENGEMBANGAN KAWASAN INDUSTRI Bantaeng ...

F. Deskripsi Fokus Penelitian

1. Implementasi adalah penerapan rangkaian sebuah konsep dan asas yang

menjadi pedoman ataupun dasar rencana dalam hal pelaksanaan suatu

kebijakan, kepemimpinan, dan cara bertindak.

2. Peraturan Daerah Kabupaten Bantaeng No 02 tahun 2012 tentang rencana

tata ruang wilayah Kabupaten Bantaeng

3. Persyaratan administratif adalah perizinan yang diperlukan sebagai syarat

administratif yang harus dipenuhi oleh setiap pelaku yang masuk

mendirikan industri di kabupaten bantaeng

4. Persyaratan teknis ialah struktur sosial formal stabil yang memiliki

sumber-sumber yang berasal dari lingkungan atau sebuah aturan, norma,

perysaratan yang umum dalam bentuk sebuah dokumen formal yang dapat

menciptakan kriteria, metode, proses.

5. Persyaratan lingkungan sangat penting dimiliki oleh setiap orang yang

ingin melakukan perindustrian agar mengetahui dampak positif dan

dampak negatif terhadap lingkungan yang di akibatkan oleh berbagai

aktivitas perindustrian tersebut.

6. Persyaratan finansial adalah setiap pelaku yang ingin melakukan

perindustrian mampu mengelola keuanganya atau bagaimana menghitung

dan mengatur risiko dalam melakukan perindustrian di lokasi tersebut

7. Faktor pendukung merupakan hal-hal yang dapat menunjang pelaksanaan

implementasi pengelolaan izin perindustrian sehingga tercapainya tujuan

Page 53: KEBIJAKAN PENGEMBANGAN KAWASAN INDUSTRI Bantaeng ...

dari terlaksananya pengelolaan izin perindistrian yang dilaksanakan oleh

Kantor Dinas perindustrian

8. Faktor penghambat merupakan hal-hal yang dapat menyebabkan

terhambatnya pelaksanaan implementasi pengelolaan perindustrian

sehingga menjadi terganggu dan tidak terlaksana secara maksimal.

Page 54: KEBIJAKAN PENGEMBANGAN KAWASAN INDUSTRI Bantaeng ...

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Waktu dan Lokasi Penelitian

Bedasarkan judul penelitian “Kebijakan Pengembangan Kawasan Industri

(Bantaeng Industrial Park)” Penelitian ini dilaksanakan dari 13 April sampai

dengan 15 Juni. Adapun menjadi penentuan lokasi penelitian adalah Kantor Dinas

Perindustrian Kabupaten Bantaeng.

B. Jenis dan Tipe Penelitian

Adapun jenis dan tipe penelitian ini menggunakan :

1) Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif yang bersifat deskriptif,

yaitu menjelaskan fenomena secara mendalam dengan pengumpulan data.

Menurut Bogdan dan Taylor (dalam Maleong, 2004) bahwa metode

penelitian kualitatif sebagai suatu prosedur penelitian yang dapat

menghasilkan data deskriptif berupa fakta tertulis ataupun lisan dari orang-

orang dengan perilaku yang dapat diamati.

2) Tipe Penelitian

Tipe penelitian yang penulis gunakan dalam penelitian adalah pendekatan

fenomenologi deskriptif yaitu menekankan pada subyektivitas

pengalaman hidup manusia.

Page 55: KEBIJAKAN PENGEMBANGAN KAWASAN INDUSTRI Bantaeng ...

C. Sumber Data

Sumber data merupakan segala hal yang mampu memberikan informasi

mengenai data. Berdasarkan sumbernya,data dibedakan menjadi dua, yaitu data

primer dan data sekunder.

1) Data Primer merupakan data yang dibuat oleh seorang peneliti dengan

maksud khusus menyelesaikan suatu permasalahan yang sedang

ditanganinya. Data dirangkum sendiri oleh peneliti lansung dari sumber

utama atau tempat dilakukannya penelitian.

2) Data Sekunder merupakan data yang diperoleh untuk mendukung data

primer yang sumbernya dari data-data yang sudah diperoleh sebelumnya

menjadi seperangkat informasi dalam bentuk dokumen, laporan-laporan,

dan informasi tertulis lainnya yang berkaitan dengan peneliti. Pada

penelitian ini data sekunder yang dimaksud adalah sebagai berikut:

a) Studi pustaka merupakan metode pengumpulan data-data yang didapat

melalui buku-buku ilmiah, tulisan (jurnal), karangan ilmiah yang

sangat berkaitan dengan penelitian.

b) Dokumentasi yaitu dengan menggunakan catatan-catatan yang ada

dilokasi serta sumber-sumber yang relevan dengan objek penelitian.

D. Informan Penelitian

Pemilihan informan sebagai suatu sumber data dalam penelitini merupakan

berdasar pada asas subyek dalam penguasaan permasalahan, memiliki data,

dan bersifat akurat. informan ditentukan melalui teknik snowball sampling,

yaitu proses ditentukannya informan berdasarkan informan yang sebelumnya

Page 56: KEBIJAKAN PENGEMBANGAN KAWASAN INDUSTRI Bantaeng ...

tanpa harus menentukan jumlahnya secara pasti dengan mencari informasi

secara akurat terkait topik penelitian yang dibutuh. Pencarian informan akan

selesai setelah informasi yang didapatkan dalam penelitian dianggap telah

memadai dan bersedia memberikan informasi lengkap dan akurat.

1. Dinas Perindustrian Kabupaten Bantaeng

2. Pengelola Kawasan Industri

3. Masyarakat

E. Teknik Pengumpulan Data

Menyusun instrumen adalah pekerjaan yang paling penting dalam suatu

penelitian. Tapi untuk mengumpulkan data jauh lebih penting untuk

memperoleh hasil yang sesuai dengan kegunaannya. Metode atau cara

pengumpulan data yang penyusun gunakan dalam penyusunan skripsi ini

adalah dengan cara dokumentasi, observasi, dan wawancara.

1. Observasi merupakan teknik dalam pengumpulan data yang mana peneliti

mengamati secara langsung terhadap gejala-gejala subyek yang diselidiki.

Fungsi observasi ini untuk menyaring dan melengkapi data yang mungkin

tidak diperoleh melalui interview atau wawancara. Dalam penelitian ini

observasi dilakukan ketika diperlukan pengecekan langsung terhadap

Kebijakan Pengembangan Kawasan Industri (Bantaeng Industrial Park).

2. Dokumentasi berasal dari kata dokumen yang berarti barang tertulis. Jadi

dokumentasi adalah suatu teknik dimana data diperoleh dari dokumen

yang ada pada suatu benda tertulis, buku-buku, yang berkaitan dengan

objek penelitian. Tujuan digunakan metode ini untuk memperoleh data

Page 57: KEBIJAKAN PENGEMBANGAN KAWASAN INDUSTRI Bantaeng ...

secara jelas dan konkret tentang Kebijakan Pengembangan Kawasan

Industri (Bantaeng Industrial Park).

3. Wawancara merupakan proses untuk memperoleh keterangan guna untuk

penelitian dengan sistem tanya jawab, sambil bertatapan muka secara

lansung antara peneliti dengan menggunakan interview guide (panduan

wawancara).

F. Teknik Analisis Data

Analisa data ialah langkah selanjutnya untuk mengolah data dari hasil

penelitian menjadi data, dimana data diperoleh, dikerjakan dan dimanfaatkan

sedemikian rupa untuk menyimpulkan persoalan yang diajukan dalam menyusun

hasil penelitian. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitianini

merupakan model analisa interaktif (interactive model of analysis). Dalam model

ini terdapat 3 komponen pokok. Menurut Miles dan Huberman dalam Sugiono

(2013) ketiga komponen tersebut yaitu :

1. Redaksi Data merupakan komponen pertama analisi data untuk

memperpendek, mempertegas, membuat fokus , membuang hal tidak

penting dan menyusun data sedemikian rupa sehingga dapat ditarik

kesimpulan dari peneliti dilakukan.

2. Sajian Data merupakan suatu informasi yang memungkinkan memberikan

kesimpulan. Secara singkat dapat berarti cerita sistematis dan logis supaya

makna peristiwanya menjadi lebih mudah dipahami.

3. Penarikan Kesimpulan dalam awal pengumpulan data peneliti sudah harus

mulai mengerti apa arti dari hal-hal yang ia temui dengan mencatat

Page 58: KEBIJAKAN PENGEMBANGAN KAWASAN INDUSTRI Bantaeng ...

peraturan-peraturan sebab akibat, dan berbagai proporsi sehingga

penarikan kesimpulan dapat di pertanggung jawabkan.

G. Keabsahan Data

Menurut Sugiono (2013) Triangulasi dalam pengujian kredibilitas dapat

diartikan sebagai pemeriksaan data dari berbagai sumber yang didapat dengan

berbagai cara dan waktu. Dengan demikian terdapat triangulasi, triangulasi teknik

pengumpulan data, sumber, dan waktu.

1. Triangulasi sumber dilakukan dengan memeriksa data yang diperoleh

dari beberapa sumber data. Dalam hal ini peneliti melakukan

pengumpulan dan pengujian data yang diperoleh melalui hasil

pengamatan, wawancara dan dokumen-dokumen yang ada. Kemudian

peneliti membandingkan hasil pengamatannya dengan wawancara dan

membandingkan hasil wawancara tersebut dengan dokumen yang ada.

2. Triangulasi teknik dilakukan dengan mememriksa data pada sumber

yang sama dan dengan teknik yang berbeda. Dalam hal ini data yang

telah diperoleh dengan wawancara, kemudian dicek dengan observasi

dan dokumen. Apabila dengan tiga teknik pengujian kredibilitas data

yang digunakan tersebut dapat menghasilkan data yang berbeda maka

dari itu peneliti melakukan diskusi yang lebih lanjut pada sumber data

yang bersangkutan ataupun yang lain guna memastikan data yang

dianggap benar arau mungkin semuanya benar karena sudut

pandangnya berbeda-beda.

Page 59: KEBIJAKAN PENGEMBANGAN KAWASAN INDUSTRI Bantaeng ...

3. Triangulasi waktu , sering mempengaruhi kredibilitas data. Data yang

telah dikumpulkan dengan teknik wawancara pada pagi hari saat

narasumber tersebut masih sangat segar, belum banyak masalah dapat

memberikan data yang valid sehingga kredibel. Untuk itu dalam

rangka pengujian kredibilitas data dilakukan dengan cara melakukan

sebuah pengecekan dengan wawancara, observasi ataupun teknik yang

lain dalam waktu ataupun situasi yang berbeda. Bila pada saat hasil uji

menghasilkan data yang berbeda maka harus dilakukan dengan cara

berulang sehingga ditemukan kepastian datanya. Triangulasi dapat

pula dilakukan dengan mengecek hasil dari penelitian tim peneliti

lainnya yang telah diberi tugas melakukan sebuah pengumpulan data.

Page 60: KEBIJAKAN PENGEMBANGAN KAWASAN INDUSTRI Bantaeng ...

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Obyek Penelitian

1. Deskripsi Kabupaten Bantaeng

Kabupaten Bantaeng adalah Kabupaten yang dikenal dengan sebutan Butta

Toa terletak di Provinsi Sulawesi Selatan. Kabupaten Bantaeng ini mempunyai

luas wilayah 395,83 km². terdiri atas 8 (delapan) kecamatan, 67 Desa dan

Kelurahan,502 Rukun Warga (RW) dan 1.108 Rukun Tetangga (RT).

Kedelapan kecamatan tersebut adalah Kecamatan Bissappu, Kecamaten

Pajjukukang, Kecamatan Bantaeng, Kecamatan Eremerasa, Kecamatan

Gantarangkeke dan Kecamatan Sinoa. Kecamatan Tompo Bulu merupakan

kecamatan terbesar dengan luas wilayah 76,99 km², sedangkan Kecamatan dengan

luas wilayah terkecil yaitu Kecamatan Bantaeng dengan luas wilayah 28,85 km².

Kabupaten Bantaeng secara geografis terletak ± 120 km arah selatan

Makassar, Ibu Kota Provinsi Sulawesi Selatan dengan posisi 5º21’13”-5º35’26”

Bujur Timur. Kabupaten Bantaeng terletak di daerah pantai yang memanjang pada

bagian barat ke timur kota yang salah satunya berpotensi untuk perikanan, dan

wilayah daratannya mulai dari tepi laut Flores sampai kepegunungan sekitar

Gunung Lompobattang dengan ketinggian tempat dari permukaan laut 0-25 m

sampai 1.000 m di atas permukaan laut. Kabupaten Bantaeng terletak dibagian

selatan provinsi selatan yang berbatasan dengan :

a. Sebelah Utara : Kabupaten Gowa dan Kabupaten Bulukumba

b. Sebelah Timur : Kabupaten Bulukumba

Page 61: KEBIJAKAN PENGEMBANGAN KAWASAN INDUSTRI Bantaeng ...

c. Sebelah Selatan : Laut Flores

d. Sebelah Barat : Kabupaten Jeneponto

Curah hujan di Kabupaten Bantaeng hampir merata disetiap bulan dalam

setahun, jumlah hari hujan berdasarkan data tahun 2012 mencapai rata-rata 4,42

hari perbulan dengan jumlah hari hujan, dalam setahun sebanyak 53 hari dalam

setahun, sedangkan curah hujan dalam setahun mencapai sebesar 169,33mm

Sebagai daerah dengan luas yang relatif terbatas atau hanya kurang lebih 0,8

dari luas Provinsi Selawesi Selatan, maka Kabupaten Bantaeng hanya memiliki 11

sungai yang melintas beberapa kecamatan yang ada di Kabupaten Bantaeng.

Adapun sungai sungai dimaksud antara lain:

Tabel 4.1 Nama Sungai, Panjang Sungai dan Kecamatan yang dilintasi

No Nama sungai Panjang Kecamatan dilintasi

1 Pamosa 1,7 Pajukukang

2 Turung Asu 7,4 Tompobulu, Gantarangkeke

3 Balang Sikuyu 10,8 Uluere, Sinoa, Bissappu

4 Panaikang 11,7 Uluere, Sinoa, Bissappu

5 Kalamassang 14,2 Tompobulu, Gantarangkeke

6 Lemoa 14,4 Uluere, Bissappu

7 Kaloling 17,1 Tompobulu, Gantarangkeke

8 Biangkeke 20,4 Tompobulu, Gantarangkeke

9 Calendu 20,7 Uluere, Bantaeng

10 Bialo 43,3 Uluere, Tompo bulu

11 Nipa-Nipa 25,1 Tompobulu, Gantarangkeke

Page 62: KEBIJAKAN PENGEMBANGAN KAWASAN INDUSTRI Bantaeng ...

Sumber : Masterplan Kawasan Industri Nikel di Bantaeng.

Dari beberapa aliran sungai tersebut tiga di antaranya sebagai pengendali

banjir dan berfungsi sebagai drainase yaitu sungai Biangloe, Sungai Calendu dan

Sungai Garegea.

Untuk periode tahun 2007-2011 jumlah penduduk Kabupaten Bantaeng

dalam lima tahun terakhir memperlihatkan kecenderungan meningkat, secara

umum mengindikasikan pergerakan ekonomi daerah dari aktivitas penduduk

disektor rill cenderung meningkat dari tahun ketahun. Rata-rata pertumbuhan

penduduk di Kabupaten Bantaeng mencapai diatas 2,40% jika dibandingkan rata-

rata pertumbuhan penduduk Sulawesi Selatan yang hanya mencapai sebesar

1,57% (BPS Sulsel,2012).

Permaslahan penyajian data jumlah penduduk selama ini, terdapat

kecenderunga perbedaan antar jumlah penduduk yang dikeluarkan oleh Badan

Pusat Statistik (BPS) dengan jumlah penduduk Kabupaten Bantaeng. Berdasarkan

dari Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil untuk tahun 2012 berjumlah

sebanyak 185,675 jiwa atau lebih tinngi dibanding data BPS yang hanya

berjumlah 185,675 jiwa yang terdiri atas 86.950 jiwa penduduk laki-laki dan

92.555 jiwa penduduk perempuan dengan rata-rata kepadatan penduduk mencapai

453 jiwa pada tahun 2012. Berikut tabel perkembangan jumlah penduduk masing-

masing kecamatan SeKabupaten Bantaeng Tahun 2008-2012 :

Page 63: KEBIJAKAN PENGEMBANGAN KAWASAN INDUSTRI Bantaeng ...

Tabel 4.2 Perkembangan Penduduk

No Kecamatan 2008 2009 2010 2011 2012

1 Bantaeng 35.913 36.191 36.718 37.08 37.301

2 Bissappu 30.254 30.487 30.931 31.24 31.422

3 Tompobulu 22.422 22.591 22.913 23.14 23.177

4 Uluere 10.576 10.657 10.814 10.92 10.986

5 Sinoa 11.568 11.658 11.827 11.94 12.014

6 Pa’jukukang 28.379 28.599 29.017 29.30 29.478

7 Gantarangkeke 15.524 15.865 15.865 16.02 16.117

8 Eremerasa 18.213 18.351 18.614 18.80 18.910

Jumlah 172.849 174.176 176.699 178.477 179.505

Sumber :Badan Pusat Statistik, 2013

Sedangkan dari sisi struktur umur penduduk yang menggambarkan secara

umum tentang hakikat kelahiran, tingkat kematian, dan tingkat ketergantungan

penduduk. Dikemukakan bahwa persentase jumlah penduduk umur 25-64 tahun

atau disebut dengan usia produktif sebesar 68,03% dan mereka yang berumur 65

tahun sebesar 5,07%. Mereka yang berusia 0-14 tahun dan 65 keatas disebut

dengan usia tidak produktif, karena secara ekonomi kedua kelompok umur

tersebut belum dan tidak lagi. Apabila penduduk yang tergolong usia produktif

dibandingkan dengan mereka yang tergolong usia tidak produktif maka diperoleh

tingkat ketergantungan penduduk (dependency ratio).

Page 64: KEBIJAKAN PENGEMBANGAN KAWASAN INDUSTRI Bantaeng ...

Dilihat dari tingkat pendidikan penduduk, untuk periode tahun 2008-2012

sebaran penduduk Kabupaten Bantaeng jika diklasifikasi berdasarkan tingkat

pendidikan yang berasal dari data Dinas Kependudukan dan Catatan sipil dapat

dilihat pada tabel berikut :

Tabel 4.3. Tingkat Pendidikan

No Pendidikan TAHUN

2008 2009 2010 2011 2012

1 Tidak/Belum

sekolah

58.563 59.094 61.868 61.868 64.822

2 Belum Tamat SD 27.520 27.779 27.84 28.211 28.249

3 SD 47.123 47.493 48.07 15.877 16.331

4 SMP/Sederajat 15.354 15.545 15.76 15.877 16.331

5 SMA/Sederajat 19.297 19.569 19.852 20.021 20.403

6 Diploma 2.724 2.764 2.802 2.831 2.911

7 S I 4.490 4.585 4.616 4.691 4.710

8 S II 190 19 19 19 202

9 S III 11 8 2 2 14

Sumber : Dinas kependudukan dan catatan Sipil, 2013

2. Deskripsi Dinas Tenaga Kerja dan Perindustrian

Dinas Perindustrian dan Tenaga kerja dipimpin oleh kepala dinas

mempunyai tugas pokok menyelenggarakan urusan di bidang perindustrian dan

tenaga kerja berdasarkan asas desentralisasi, dekonsentrasi dan tugas pembatuan,

Untuk melaksanakan tugas pokok tersebut Kepala Dinas mempunyai fungsi :

Page 65: KEBIJAKAN PENGEMBANGAN KAWASAN INDUSTRI Bantaeng ...

a. Perumusan kebijakan teknis di bidang perindustrian meliputi pendalaman

dan penguatan struktur industri, pninbgkatan daya asing, pengembangan

iklim usaha industri, standardisasi industri, tekhnologi industri,

pengembangan industri strategis dan industri hijau sesuai dengan potensi

daerah;

b. Perumusan kebijakan teknis di bidang tenaga kerja sesuai dengan bidang

tugasnya;

c. Penyelenggaraan urusan pelayanan umum di bidang perindustrian dan

tenaga kerja, meliputi industri agro, industri non agro, tenaga kerja,

pendalaman dan penguatan struktur industri, peningkatan daya asing,

pengembangan iklim usaha industri, standardisasi industri, tekhnologi

industri, pengembangan industri strategis dan industri hijau sesuai dengan

potensi daerah;

d. Pembinaan dan penyelenggaraan tugas di bidang perindustrian dan tenaga

kerja meliputi penguatan struktur industri, peningkatan daya asing,

pengembangan iklim usaha industri, standardisasi industri, tekhnologi

industri, pengembangan industri strategis dna industri hijau sesuai dengan

potensi daerah.

3. Deskripsi PT. Huadi Nickel di Kabupaten Bantaeng

PT. Huadi Nickel indonesia adalah perusaan pengelolahan dan permurnian

nikel yang berada di Kabupaten Bantaeng, Sulawesi Selatan dan di dirikan sejak

tahun 2014 sebagai kerjasama investasi antara PT. DUTA Nikel Sulawesi dari

indonesia dan Shanghai Huadi, Co.Ltd dari china. Adapun tujuan produksi nikel

Page 66: KEBIJAKAN PENGEMBANGAN KAWASAN INDUSTRI Bantaeng ...

kenegara tujuan yakni, cina, india, korea selatan, dan jepang. Pengembangan

industri diharapkan menjadi sumber pendapatan yang baru bagi masyarakat.

Untuk membangun pabrik dengan kapasitas tersebut, PT. Huadi Nikel

indonesia bekerja sama dengan PT. PIN Persero dalam penyediaan daya,

PT.Huadi Nikel Indonesia, Kabupaten Bantaeng yang merupakan bagian dalam

kawasan industri Bantaeng serta dukungan dari pemerintah daerah Kabupaten

menjadi salah satu faktor yang paling berperan dalam keberhasilan investasi

dalam memperoleh fasilitas kawasan berkat yang diberikan oleh kementrian

keuangan melalui kanwil bea cukai sulawesi selatan yang menjadi salah satu

dukungan dari pemerintah dalam rangka peningkatan nilai ekspor.

B. Implementasi kebijakan pengembangan Kawasan industri (Bantaeng

Industrial Park) Di Kecamatan Pa’jukukkang Kabupaten Bantaeng

Implementasi kebijakan adalah penerapan rangkaian sebuah konsep dan asas

yang menjadi pedoman ataupun dasar rencana dalam hal pelaksanaan suatu

kebijakan, kepemimpinan, dan cara bertindak. Implementasi kebijakan sebagai

proses pelaksanaan dari apa yang menjadi aturan pemerintah dan diterapkan oleh

seorang administrator atau pelaksana aturan yaitu masyarakat atau yang

menyangkut dangan aturan tersebut. Terkait dengan aturan pengembangan

kawasan perindustrian yang telah diatur oleh pemerintah kabupaten bantaeng

dalam Perda Nomor 2 Tahun 2012 dan penulis menjadikan sebagai indikator

dalam penelitian yaitu sebagai berikut :

a. Persyaratan Adminsitrasi

b. Persyaratan Tehnisi

Page 67: KEBIJAKAN PENGEMBANGAN KAWASAN INDUSTRI Bantaeng ...

c. Persyaratan Lingkungan

d. Persyaratan Finansial

1. Persyaratan Administrasi

Persyaratan administratif adalah perizinan yang diperlukan sebagai syarat

administratif yang harus dipenuhi oleh setiap pelaku yang masuk mendirikan

industri di kabupaten bantaeng. Persyaratan adminsitrasi ini sangatlah penting

dalam pembahasan ini mengingat perusahaan smelter PT. Huadi Nickel ini

memiliki Pro Kontra pada pembangunanya.

Adapun yang dilakukan oleh Bapak LMG selaku Kepala Dinas

Ketenagakerjaan dan Perindustrian terkait persyaratan administrasi, yaitu sebagai

berikut :

“saya rasa untuk prosedurnya itu sudah sesuai telah kami berikan, surat izin

pembangunan juga sudah mereka kantongi, artinya apa yang menjadi

kebutuhan untuk pembangunan perusahaan smelter sudah sesuai atauran

yang berlaku, kita juga disini punya aturan jelas dan ketat, jadi tidak ada

unsur main-main dalam hal perizinan, dari setelah mereka mendapatkan

legitimasi perindustrian dan beberapa persyaratan adminsitrasinya barulah

meraka membangun, begitu adanya” (wawancara dengan Bapak LMG pada

tanggal )

Dari urain penjelasan informan diatas dapat dipahami bahwa persyaratan

adminsitrasi dalam pembangunan atau pengembangan perindustrian oleh PT.

Huadi Nickel itu telah mengantongi surat Izin pembangunan industry dari

pemerintah dan hal tersebut telah sesuai dengan aturan atau prosedur dalam

penerbitan surat Izin pembangunan atau pengembangan industry dikawasan

tersebut.

Page 68: KEBIJAKAN PENGEMBANGAN KAWASAN INDUSTRI Bantaeng ...

Hal tersebut sesuai dari hasil observasi yang dilakukan oleh penulis bahwa,

sebelumnya Direktur PT. Huadi Nickel telah beberapa kali menemui bapak Bupati

dalam hal ini mantan Bupati Nurdin Abdullah untuk meminta rekomendasi izin

pembangunan kawasan perindustrian dan hal tersebut juga telah mengantongi izin

industry.

Lanjut wawancara dengan bapak SHT selaku penanggung jawab PT. Huadi

Nickel terkait persyaratan administrasi, yaitu sebagai berikut:

“saya rasa kalau persyaratan administrasinya itu disini untuk melamar

lowongan pekerjaan, kayaknya tidak berat jie, cuman memang kalau kita liat kondisi pendidikan dan skill yang dimiliki oleh masyarakat lokal itu banyak yang tidak mumpuni, jadi anggapannya bahwa persyaratan administrasi itu

ketat atau berat jadinya banyak yang tidak diterima, karna itu tadi banyak masyarakat sekitar itu tidak capai pendidikannya, padahal syarat

administrasinya itu minimal ijazah SMA, dan kebanyakan itu hanya tamatan SMP dan SD, tapi kita tetap berusaha agar target 2000 pekerja lokal itu bisa terwujud” (wawancara dengan bapak SHT pada tanggal )

Beradasarkan uraian penjelasan diatas dapat dipahami bahwa, banyaknya

masyarakat lokal yang tidak diterima bekerja itu bukan karena batasan atau aturan

ketat dalam proses penerimaan pegawainya dalam bentuk administrasi, tetapi

dikarenakan tingkat pendidikan masyarakat setempat itu kebanyakan hanya

tamatan SMP dan SD selebinya untuk tamatan SMA, artinya persyaratan

administrasi dalam penerimaan tenaga kerja lokal itu telah sesuai dengan SOP

mereka, untuk menjadi tenaga ahli diperusahaan tersebut itu butuh skill atau

wawasan yang mumpuni dalam bidangnya, hal tersebut berbanding terbalik

dengan tingkat pendidikan dan skill atau kemampuan warga lokal sebagai

persiapan tenaga kerja yang dibutuhkan oleh perusahaan PT. Huadi Nickel alloy,

Page 69: KEBIJAKAN PENGEMBANGAN KAWASAN INDUSTRI Bantaeng ...

Hal ini tidak sesuai dari hasil observasi sebelumnya oleh penulis, bahwa

bukan karena tingkat pendidikannya hanya SMA kebanyakan tetapi selama ini

persyaratan administrasi dalam penerimaan tenaga kerja atau tenaga ahli itu hanya

untuk keluarga-keluarga pejabat atau orang-orang terdekat dari pemerintah atau

petinggi dari PT. Huadi Nickel, banyak lulusan sarjana di kabupaten Bantaeng itu

punya skill atau keahlian sesuai bidang di perusahaan tersebut, akan tetapi yang

lebih diutamakan ialah keluarga dari para pejabat setempat untuk bisa sebagai

tenaga ahli , selebihnya tenaga kerja lokal itu sebagai tenaga lapangan bagian

produksi.

Berdasarkan dari penjelesan kedua informan diatas maka penulis dapat

menyimpulkan bahwa persyaratan adminsitrasi adalah hal urgent dalam sebuah

perencanaan besar, dengan proses adminsitrasi yang berjalan cacat atau tidak

sesuai prosedur yang ada, maka hal-hal yang akan kita lakukan bisa berakibat

tidak efektifnya proses yang akan kita kerjakan dari apa yang telah direncanakan

sebelumnya karena persyaratan administrasi adalah kunci legalitas dari sebuah

proses perencanan yang akan kita kerjakan kedepannya, dalam hal ini PT. Huadi

Nickel telah melaksanakan proses administrasi yang seharusnya mereka lakukan,

akan tetapi dalam perjalanannya beberapa oknum telah melanggar ketentuan

persyaratan administrasi tersebut.

2. Persyaratan Tehnis

Persyaratan teknis ialah struktur sosial formal stabil yang memiliki sumber-

sumber yang berasal dari lingkungan atau sebuah aturan, norma, perysaratan yang

Page 70: KEBIJAKAN PENGEMBANGAN KAWASAN INDUSTRI Bantaeng ...

umum dalam bentuk sebuah dokumen formal yang dapat menciptakan kriteria,

metode dan proses.

Adapun wawancara yang dilakukan oleh bapak DSN selaku Kabid.

Hubungan Industri dan Syarat Kerja terkait Persyaratan Tehnis, sebagai berikut :

“secara tehnis kami selalu mengedapankan K3 Umum sehingga secara tehnis sudah melalui tahapa syarat tehnisi, adapun kendala di lapangan saat

bekerja hanya kekhilafan dari para pekerja lapangan, dan kita tetap menjaga keamanan dalam bekerja” (wawancara dengan bapak DSN pada tanggal)

Beradasarkan uraian penjelasan diatas dapat dipahami bahwa, dilapangan

selalu menerapkan yang namanya k3 umum yang telah melalui pelatihan-

pelatihan tehnisi, adapun kendala dilapangan seperti yang dibahasakan

narasumber bahwa kendala yang terjadi di lapangan adalah kekhilafan dan juga

pihak penanggung jawab tetap berusaha menajga keamanan dan keselamatan para

pekerja tehnisi.

Hal tersebut sesuai hasil observasi yang telah dilakukan penulis

sebelumnya, bahwa setiap pekerja tehnisi telah dibekali pelatihan-pelatihan K3

umum untuk menunjang persyaratan para tehnisi sehingga mampu meminimalisir

tingkat keselamtan kerja dilapangan.

Lanjut wawancara dengan bapak SHT selaku penanggung jawab pekerja

dilapangan terkait persyaratan tehnisi, yaitu sebagai berikut :

“selama ini setiap pekerja lapangan atau pekerja tehnisi pasti sudah semua dibekali dengan pelatihan-pelatihan sebelum bekerja, kita semua tahu bahwa keselamtan pekerja itu penting sekali, karna kita mengutamakan keselamtan

dan keamana pekerja, jadi tidak perlu khawatir dengan pekerja tehnisi di perusahaan ini, kalaupun ada terjadi kecelakaan dilapangan, pasti saya cepat

tindaki dan tidak membiarkan para pekerja terluka saat bekerja” (wawancara dengan bapak SHT, pada tanggal )

Page 71: KEBIJAKAN PENGEMBANGAN KAWASAN INDUSTRI Bantaeng ...

Lanjut wawancara dengan Bapak JMD selaku pekerja tehnisi lapangan

terkait dengan persyaratan tehnisi yaitu sebagai berikut :

“kalau persyaratan tehnisi untuk kami itu para pekerja, cukup bermanfaat

karena bisa tau apa-apa yang kita kerjakan di lapangan, meskipun tidak sesuai dengan basic jurusan SMK atau title kami, yang jelas kami sudah

paham dengan pekrjaan kami masing-masing, kalau ada pekerja yang tidak paham, pasti diajarkan cara kerjanya” (wawancara dengan bapak JMD, pada tanggal )

Berdasarkan uraian penjelasan narasumber diatas, maka penulis dapat

menyimpulkan terkait Persyaratan Tehnisi bahwa persyaratan tehnisi bagi pekerja

lapangan sangat penting bagi keselamatan pekerja tehnisi, karena bisa jadi tanpa

persyaratan tehnisi maka para pekerja akan kewalahan saat melakukan tugasya,

dan apa yang telah dilakukan oleh pihak perusahaan dengan mengadakan

pelatihan K3 umum itu menjadi salah satu penilaian utama dari keselamtan

pekerja.

3. Persyaratan Lingkungan

Persyaratan lingkungan sangat penting dimiliki oleh setiap orang yang ingin

melakukan perindustrian agar mengetahui dampak positif dan dampak negatif

terhadap lingkungan yang di akibatkan oleh berbagai aktivitas perindustrian

tersebut. Ketika persyaratan lingkungan perusahaan indsutri terjaga maka tidak

aka nada warga yang menuntut perusahaan tersebut.

Adapun wawancara yang dilakukan dengan bapak SMR selaku sekretaris

dinas terkait persyaratan lingkungan, sebagai berikut :

“Mengenai prosedur pengurusan AMDAL dengan pemerintah yang ada di kabupaten bantaeng dek, penyusunan AMDAL saya rasa sudah terjalin

sejak tahun 2008 sampai sekarang dan kami melakukan revisi kembali

Page 72: KEBIJAKAN PENGEMBANGAN KAWASAN INDUSTRI Bantaeng ...

dalam perencanaan penyusunan AMDAL yang dimana kami, lebih

memperhatikan pelaporan setiap 6 bulan pada dinas lingkungan hidup dan dinas pengindustrian agar lebih berkesinambungan dalam menjaga lingkungan sekitar industri dan kami juga dipantau terus” (wawancara

dengan bapak SMR, pada tanggal )

Beradasarkan uraian penjelasan diatas dapat dipahami bahwa, persyaratan

lingnkungan ini telah ada yaitu pengurusan AMDAL, dan prosedur yang mereka

jalani itu sudah sesuai dengan SOP yang ada dari pemerintah ke pihak PT. Huadi,

sehingga PT. Huadi punya kekuatan hukum mengenai AMDAL dalam

persyaratan lingkungan di kecamtan Pajjukukang.

Lanjut wawancara dengan Ibu LDW selaku Manajer PT. Huadi Nickel

terkait persyaratan lingkungan sebagai berikut :

“Dalam hal lingkungan, penanganan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan ini dek, sudah adami pedomannya mengenai ukuran dampak

besar dan penting sesuai dengan Keputusan Badan Pengendalian Dampak Lingkungan sudah terhimpun pada peraturan Nomor 56 Tahun 1994 jadi kami

pemerintah daerah terkhususnya di kabupaten Bantaeng sudah adami pelaporanya masing-masing baik dari masyarakat dan PT. Huadi juga bahkan

kami juga lebih memerhatikan intensitas dampaknya dari PT. Huadi industri

nikel apalagi Kajian kelayakan lingkungan yang kami lakukan selama ini salah satu syarat untuk mendapatkan perijinan yang diperlukan bagi suatu

kegiatan/usaha, dilaksanakan secara bersama-sama dengan kelayakan teknis

dan ekonomi.” (wawancara dengan ibu LDW, pada tanggal 2020)

Berdasarkan hasil pengamatan selama dilapangan terkai persyaratan

lingkungan di Kabupaten Bantaeng terkhususnya di PT. Huadi sudah diatur oleh

pemerintah setempat serta koordinasi kesatuan tindakan penanganan Analisis

Mengenai Dampak Lingkungan sudah terhimpun pada peraturan Nomor 56 Tahun

1994, pengawasannya dan pengevaluasiannya baik penerapan peraturan

perundangan dibidang Analisis Mengenai Dampak Lingkungan serta pengujian

Page 73: KEBIJAKAN PENGEMBANGAN KAWASAN INDUSTRI Bantaeng ...

kelayakan lingkungan yang pemerintah setempat lakukan selama ini salah satu syarat

untuk mendapatkan perijinan yang diperlukan bagi suatu kegiatan/usaha,

dilaksanakan secara bersama-sama dengan kelayakan teknis dan ekonomi

Lanjut wawancara dengan Ibu JRT selaku masyarakat terkait persyaratan

lingkungan, sebagai berikut :

“Kalau melihat masalah lingkungan yang terjadi dilikungan saya terkhususnya di daerah pajjukukang ini sebenarnya sudah sesuai oleh pemerintah setempat seperti menjaga dan meningkatkan kualitas lingkungan serta menekan pencemaran sehingga dampak negatifnya menjadi serendah mungkin cuman yang menjadi keluhan ini masalah lahan untuk dipakai kebutuhan pertanian yang semakin kurang dek dan juga pencemaran air laut yang merugikan para petani rumput laut.” (wawancara dengan Ibu JRT, pada tanggal )

Beradasarkan uraian penjelasan diatas, dapat dipahami bahwa persyaratan

lingkungan di kecamatan pajjukukang, semua sudah dijalani dengan SOP yang

ada, dan yang menjadi kendala selama ini adalah penanganan AMDAL yang

masih kurang diperhatikan oleh pemerintah dan hal tersebut membuat warga

sedikit geram dengan kasus seperti ini.

Berdasarkan uraian penjelasan narasumber diatas, maka penulils

menyimpulkan terkati persyaratan lingkungan bahwa persyaratan lingkungan yang

telah dikeluarkan oleh pemerintah untuk AMDAL PT. Huadi Nickel telah sesuai

SOP sehingga menjadi pegangan kuat dalam menjalankan perusahaan, tetapi apa

yang menjadi pegangan tersebut hanya dijadikan formalitas belaka karena

mencemari laut yang dijadikan mata pencaharian nelayan dan para petani rumput

laut.

4. Persyaratan Finansial

Page 74: KEBIJAKAN PENGEMBANGAN KAWASAN INDUSTRI Bantaeng ...

Persyaratan finansial adalah setiap pelaku yang ingin melakukan

perindustrian mampu mengelola keuanganya atau bagaimana menghitung dan

mengatur risiko dalam melakukan perindustrian di lokasi tersebut.

Adapun wawancara dengan bapak LMG selaku kepala dinas ketenagkerjaan

dan perindustrian terkait persyaratan finansial, sebagai berikut :

“terkait pembayaran ganti rugi oleh PT. Huadi kepada para warga masyarakat, sebenarnya sudahmi terjadi, tetapi ada lagi yang menuntut ganti rugi untuk lahan pertanian rumput lait, tapi bupati sudah panggil pihak PT.

Huadi untuk dibicarakan, jadi insyaAllah aman” (wawancara dengan bapak LMG, pada tanggal )

Berdasarkan penjelasan diatas daapt dipahami bahwa, ganti rugi yang telah

dilakukan oleh pihak PT. Huadi tidak menimbulkan solusi tepat bagi warga yang

merasa dirugikan, karena selain AMDAL sekitar desa atau kecamatan

pajjukukang itu telah mengurangi lahan pertanian dan mengganggu ekosistem

petani rumpul laut, sehingga para petani rumput laut merasa dirugikan.

Hal tersebut sesuai dari hasil peneilita yang dilakukan penulis sebelumnya,

bahwa dalam proses ganti yang telah dilakukan oleh PT. Huadi itu tidak sesuai

yang diahrapkan warga sekitar pabrik semleter tersebut, karena proses ganti rugi

yang terjadi pada tahap awal seharusnya diperuntukkan bagi para petani rumput

laut, bukan untuk perbaikan dermaga, hal ini menimbulkan keresahan bagi para

pemuda sehingga melakukan aksi didepan kantor bupati mendesak PT. Huadi

melakukan ganti rugi yang sesuai dan yang diharapkan masyarakat setempat.

Lanjut wawancara dengan ibu SNJ selaku warga setempat, terkait

persyaratan finansial, sebagai berikut :

Page 75: KEBIJAKAN PENGEMBANGAN KAWASAN INDUSTRI Bantaeng ...

“kami sebenarnya merasa dirugikan dengan adanya perusahaan semelter ini,

karena mengkotori lingungan dan selokan-selokan yang bau pas datang ini smelter, belum lagi ganti rugi yang tidak beres sama pekerja lokal kasian ada yang digai dibawah UMK padahal sudah jelasmi aturannya kalau gaji

perusahaan itu pasti harus sesuai UMK” (wawancara dengan ibu SNJ, pada tanggal )

Berdasarkan uraian penjelasan diatas dapat dipahami bahwa, ganti rugi yang

dialami oleh masyarakat setempat itu tidak sesuai yang diharapkan, dan juga

pekerja lokal yang kadang dapat gaji sesuai UMK dan juga ada dibawah UMK,

hal tersebut diakui sendiri oleh salah seorang anak informan.

Lanjut wawancara dengan bapak NLM selaku pekerja tehnisi di PT. Huadi,

terkait persyartan finansial, sebagai berikut :

“selama ini apa yang kami harapkan dari para pekerja tehnisi lapangan

ternyata kadang janji saja, sudah banyak pekerja lokal yang keluar dari ini perusahaan, karna dia piker tidak sesuai gaji dengan pekerjaan dan memang

dibawah standar gaji pokok, dan kami ini juga sebenarnya mau keluar, tapi kami piker dimana lagi mau kerja kalau bukan disini, jadi dinikmati saja pekerjaan” (wawancara dengan bapak NLM, pada tanggal )

Hal tersebut sesuai dari hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh

penulis bahwa gaji yang didapatkan oleh para pekerja lokal PT. Haudi Nickel itu

ternyata dibawah standar UMK ada yang bergaji Rp. 2.500.000 dan gaji Rp.

2.800.000 padahal menurut UU tentang kenaikan gaji sesuai UMK atau UMP

bahwa gaji dinaikkain hingga 3.1 juta, dan hal tersebut belum dilakukan oleh

pihak PT. Huadi Nickel.

Berdasarkan uraian penjelasan informan diatas, dapat disimpulkan terkait

persyaratan finansial bahwa selama ini yang menjadi problem persyaratan

administrai di PT. Huadi sangatlah berdampak besar bagi kelangsungan

kehidupan warga dan para petani khususnya petani rumput laut, karena salama

Page 76: KEBIJAKAN PENGEMBANGAN KAWASAN INDUSTRI Bantaeng ...

ganti rugi yang dijanjikan itu tidak sesuai dan terjadi kesalahan, sehingga wajar

persyaratan administrasi yang dilakukan oleh PT Huadi Nickel tidak sesuai dari

hasil penelitian dan harus diperbaiki kembali masalah yang ada mengenai

persyaratan finansial.

Page 77: KEBIJAKAN PENGEMBANGAN KAWASAN INDUSTRI Bantaeng ...

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan tentang Rumusan masalah

yang telah diuraikan pada bab sebelumnya, berikut kesimpulan tentang Kebijakan

Kawasan Industri (Bantaeng Industrial park) di Kabupaten Bantaeng. yaitu

sebagai berikut :

1. Persyaratan Administrasi

Bahwa Persyaratan Adminsitrasi adalah hal urgent dalam sebuah perencanaan

besar, dengan proses adminsitrasi yang berjalan cacat atau tidak sesuai prosedur

yang ada, maka hal-hal yang akan kita lakukan bisa berakibat tidak efektifnya

proses yang akan kita kerjakan dari apa yang telah direncanakan sebelumnya

karena persyaratan administrasi adalah kunci legalitas dari sebuah proses

perencanan yang akan kita kerjakan kedepannya, dalam hal ini PT. Huadi Nickel

telah melaksanakan proses administrasi yang seharusnya mereka lakukan, akan

tetapi dalam perjalanannya beberapa oknum telah melanggar ketentuan

persyaratan administrasi tersebut.

2. Persyaratan Teknisi

Terkait Persyaratan Teknisi bahwa persyaratan tehnisi bagi pekerja lapangan

sangat penting bagi keselamatan pekerja tehnisi, karena bisa jadi tanpa

persyaratan tehnisi maka para pekerja akan kewalahan saat melakukan tugasya,

Page 78: KEBIJAKAN PENGEMBANGAN KAWASAN INDUSTRI Bantaeng ...

dan apa yang telah dilakukan oleh pihak perusahaan dengan mengadakan

pelatihan K3 umum itu menjadi salah satu penilaian utama dari keselamtan

pekerja.

3. Persyaratan Lingkungan

Terkati Persyaratan Lingkungan bahwa persyaratan lingkungan yang telah

dikeluarkan oleh pemerintah untuk AMDAL PT. Huadi Nickel telah sesuai SOP

sehingga menjadi pegangan kuat dalam menjalankan perusahaan, tetapi apa yang

menjadi pegangan tersebut hanya dijadikan formalitas belaka karena mencemari

laut yang dijadikan mata pencaharian nelayan dan para petani rumput laut.

4. Persyaratan Finansial

Terkait Persyaratan Finansial bahwa selama ini yang menjadi problem persyaratan

administrai di PT. Huadi sangatlah berdampak besar bagi kelangsungan

kehidupan warga dan para petani khususnya petani rumput laut, karena salama

ganti rugi yang dijanjikan itu tidak sesuai dan terjadi kesalahan, sehingga wajar

persyaratan administrasi yang dilakukan oleh PT Huadi Nickel tidak sesuai dari

hasil penelitian dan harus diperbaiki kembali masalah yang ada mengenai

persyaratan finansial.

Page 79: KEBIJAKAN PENGEMBANGAN KAWASAN INDUSTRI Bantaeng ...

B. Saran

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan, adapun saran yang dapat

disampaikan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

Disampaikan kepada Dinas Ketenagakerjaan dan Perindustrian agar

memperhatikan kegiatan PT. Huady Nickel Alloy karna selama beroprasi

beberapa warga mengeluh persoalan dampak yang ditimbulkan dari PT.

Huady Nickel Alloy seperti dampak Polusi , Pencemaran air, suara bising dan

ada beberapa rumah warga yang retak, dan juga Disampaikan kepada PT.

Huady Nickel Alloy Indonesia agar memperhatikan atau mengelolah limbah

dengan baik sehingga tidak berdampak kepemukiman warga yang sangat

menganggu disekitar pemukiman dan sehingga mengakibatkan gangguan

kesehatan masyarakat sekitar, begitupula ganti rugi yang di janjikan agar

segerah diberikan kepada masyarakat.

Page 80: KEBIJAKAN PENGEMBANGAN KAWASAN INDUSTRI Bantaeng ...

DAFTAR PUSTAKA

Adrian Sutedi, 2011.Hukum Pertambangan, Jakarta, Sinar Grafika.

Baggus, 2007. Mekanisme Perizinan Usaha, Yogyakarta, Media Pressindo.

Dunn, William N 2003. Pengantar Analisis Kebijakan Publik. Yogyakarta, Gadja

Mada Press.

Dye, Thomas R. 1978. Understsnding Public Policy. New Jersey: Prentice Hall,

Englewood Cliff.

Gayu Dwi Nugraha, 2013 : Penyalahgunaan Pengelolaan Pertambangan

Kerusakan Lingkungan Hidup di Kecamatan Kluet Tengah.

Juliartha, Edward. 2009. Model Implementasi Kebijakan Publik. Jakarta: Trio

Rimba Persada.

Khayatudin, 2012.Pengantar Mengenal Hukum Perizinan, Kediri, Uniska Press.

Lester, James P. Dan Joseph Steward. 2000. Public Policy. An Evaluation Approach. Wadsworth: Belment, CA.

Maylani Putri Gunavi, 2016. Penerbitan Izin Usaha Pertambangan(Studi

Pelaksanaan Undang-undang Nomor 4 Tahun 2009 Tentang Pertambangan

Mineral dan Batubara di Provinsi Kalimantan Timur).

Mustari, Nuryanti. 2013. Implementasi Kebijakan Publik, Pemahaman Teoritis

Empiris. Makassar: Membumi Publishing.

Moleong, J Lexy. 2004. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Nandang Sudrajat. 2010, Teori dan Praktek Pertambangan Indonesia, Pustaka

Yustisia.

Nugroho Riant, 2003, Kebijakan Publik; Formulasi, Implementasi, Evaluasi, Jakarta: PT. Elex Media Kompotindo.

Parawangi, Anwar, 2011: Implementasi Proram Nasional Pemberdayaan

Masyarakat (Studi Kasus Pengembangan Infrastruktur Sosial Ekonomi Wilayah Kabupaten Bone). Disertasi untuk Memperoleh Gelar Doktor dalam Ilmu Administrasi, Proram Pascasarjana UNHAS.

Pedoman Penulisan Penelitian dan Skripsi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Makassar 2014.

Page 81: KEBIJAKAN PENGEMBANGAN KAWASAN INDUSTRI Bantaeng ...

Pudyatmoko, 2009. Perizinan Problem dan Upaya Pembenahan, Jakarta, Mitra

Wacana Media.

Resvani, 2017. Tambang untukNegeri; Sebuah Inovasi Konsep, Jakarta, Bhuana Ilmu Populer.

Salim, 2014. Hukum Pertambangan; Mineral dan Batubara, Jakarta, Sinar

Grafika.

Salim, 2010.Hukum Pertambangan di Indonesia, Jakarta, Raja Grafindo.

Salusu, 2002.Pengambilan Keputusan Strategik. Jakarta: Grasindo.

Subarsono, 2005.Analisis Kebijakan Publik. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Sugiyono, 2014. Metode Penelitian; Kuantitatif, Kualitatif, dan R&B. Bandung

Alfabeta.

Suratman, 2017.Generasi Implementasi dan Evaluasi; Kebijakan Publik,

Surabaya: Capiya Publishing.

Udoji, Chief. 2003. The African Public Servant As A Public Policy Maker,Public Police In Africa,Africa Assosiation For Public Administrastion And Management. Addis Abeba.

Wahab, Solichin Abdul. 2012. Analisis Kebijakan dari Formulasi ke Penyusunan

Model-model Implementasi Kebijakan Publik . Jakarta: Bumi Aksara.

Syafruddin Ateng, 2010. Perizinan untuk Berbagai Kegiatan. Jakarta, Sinar

Grafika.

Samudra Wibawa, 2007. Hukum Pertambangan Indonesia, Jakarta, Rajawali Pers.

Winarno Budi, 2005. Teoridan Proses Kebijakan Publik, Yogyakarta, Media Presindo.

Winarno, 2012.Teori dan Proses kebijakan publik. Yogyakarta: Media Pressindo.

PERUNDANG-UNDANGAN :

Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2009 tentang Pelaksanaan Kegiatan

Usaha Pertambangan Mineral dan Batubara.

Page 82: KEBIJAKAN PENGEMBANGAN KAWASAN INDUSTRI Bantaeng ...

Peraturan Daerah Kabupaten Kolaka Nomor 11 tahun 2010 tentang Pengelolaan

Usaha Pertambangan Mineral dan Batubara di Kabupaten Kolaka.

Peraturan Gubernur Sulawesi Tenggara Nomor 590 Tahun 2016 tentang

Pendelegasian Kewenangan Gubernur Sulawesi Tenggara Kepada Kepala Dinas

Energi Sumber Daya Mineral dan Batubara.

Undang-Undang No 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara.

Page 83: KEBIJAKAN PENGEMBANGAN KAWASAN INDUSTRI Bantaeng ...

RIWAYAT HIDUP

Syamsul Alam, Lahir pada tanggal 10 Mei 1995 , Anak bungsu

dari pasangan suami istri Bapak Moddin dan Ibu Marni,

Penulis menempuh pendidikan di SD Impres Ganting dan

selesai pada tahun 2008, penulis melanjutkan pendidikan di

MTS AS’ADIYYAH PATTIRO dan selesai pada tahun 2011, pada tahun yang

sama penulis melanjutkan pendidikan ke Sekolah Madrasa Aliyah di MA

AS’ADIYYAH PATTIRO dan selesai pada tahun 2014. Kemudian penulis

melanjutkan pendidikan pada perguruan tinggi di Universitas Muhammadiyah

Makassar (Unismuh Makassar) pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik dengan

Program Studi Ilmu Administrasi Negara, dan penulis aktif di Himpunan

Mahasiswa Jurusan Ilmu Administrasi Negara (HUMANIERA) dan pernah

menjabat sebagai Ketua Umum Humaniera periode 2017-2018 dan pernah

menjabat sebagai Ketua Dewan Penasehat Humaniera (DPH). Peneliti sangat

bersyukur, karna telah diberikan kesempatan untuk menambah ilmu pengetahuan

yang nantinya dapat diamalkan dan memberikan manfaat.