Top Banner
Jurnal Pendidikan Riama ISSN 2089-287X (Media Cetak) Vol. 3 No. 04. 2018 Page | 123 JURNAL PENDIDIKAN RIAMA LPPM - STKIP Riama Medan Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan “STKIP” Riama Medan KEBEBASAN AKADEMIS DALAM TRADISI INTELEKTUAL MUSLIM Oleh : Maisaroh Ritonga 1) 1) Program Studi Pendidikan Agama Islam Fakultas Agama Islam Universitas Al Washliyah Labuhanbatu, Corresponding author. Tel/Fax 081263626240 E-mail : [email protected] Abstrak Kebebasan sering disebut dengan kata hurriyya dari harrara: membebaskan atau memerdekakan, merupakan situasi yang merdeka dimana seseorang dengan bijaksana mengatur urusannya menurut keinginannya, Kebebasan juga dapat diartikan dengan situasi dimana seseorang dapat menjalani kehidupannya dengan aman/terlindungi, bebas dari kekejaman dan tekanan pemerintah dan raja/penguasa. Kebebasan akademis adalah kebebasan sarjana untuk menggali kebenaran dan menerbitkannya dan membuat hasil hasil temuan atau pandangan pandangan tersebut untuk dibahas secara kritis dalam komuniti ilmiah yang relevan untuk ditolak, diperbaiki atau diketahui melalui proses proses yang berlaku menurut metode ilmiah atau logika yang masuk akal. Kebebasan menurut pandangan Islam bersifat asasi karena memang merupakan fitrah dan hak asasi setiap manusia. Islam juga mengajarkan sikap kemerdekaan dan menghargai kebebasan, prinsip ini terlihat dari uraian nash (al-Qur’an dan hadist) sebagai sumber pokok ajaran Islam. 1. Islam tidak pernah memaksa seseorang untuk memeluk agamanya kecuali dengan kesadaran dan kerelaan yang bersangkutan. 2. kebebasan akademis itu berpangkal pada penggunaan akal. Islam pada prinsipnya sangat menghargai bahkan menganjurkan penggunaan akal secara maksimal terutama dalam melakukan ijtihad terhadap sebuah produk hukum demi kemaslahatan. 3. Islam sangat menghargai orang-orang yang berilmu. Dalam sejarah peradaban islam klasik, doktrin-doktrin islam yang mendukung kebebasan berfikir dan berkreasi tercermin dari beberapa peristiwa diantaranya : 1. Sikap terbuka Rasul Saw dalam perang Khandaq, 2. Dinamika kebebasan akademis era klasik terlihat pada kearifan para ilmuan dalam menyikapi perbedaan diantara mereka. Setiap orang yang memiliki keahlian dengan bebas boleh mengemukakan dan mempublikasikan pandangan-pandangannya, betapapun berbeda dari pandangan ahli lain. Imam al-Ghazali misalnya, yang menghasilkan karya seperti Ihya Ulumuddin, Maqasid al-Falasifah, Tahaful al-Falasifah dan lain-lain.begitu juga dengan Ibnu Sina yang berkarya di bidang kesehatan. 3. Dalam mazhab-mazhab fiqih, kemerdekaan dalam menginterpretasi teks-teks suci sesuai dengan hasil itjihad masing-masing lepas dari otoritas yang dapat memaksanya merupakan bagian dari ekspresi kebebasan akademis di kalangan ilmuan muslim masa lampau. 4. Disamping itu, perjalanan ilmiah (Rihlah ilmiyah) yang dipraktekkan oleh sejumlah ilmuan klasik untuk melaksanakan sabda Nabi dalam menuntut ilmu pengetahuan dan sekaligus mengembangkannya. Keywords: kebebasan, akademis, muslim
13

KEBEBASAN AKADEMIS DALAM TRADISI INTELEKTUAL … filedan hadist) sebagai sumber pokok ajaran Islam. 1. Islam tidak pernah memaksa seseorang untuk memeluk agamanya kecuali dengan kesadaran

Aug 05, 2019

Download

Documents

duongtruc
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: KEBEBASAN AKADEMIS DALAM TRADISI INTELEKTUAL … filedan hadist) sebagai sumber pokok ajaran Islam. 1. Islam tidak pernah memaksa seseorang untuk memeluk agamanya kecuali dengan kesadaran

Jurnal Pendidikan Riama

ISSN 2089-287X (Media Cetak)

Vol. 3 No. 04. 2018

Page | 123 JURNAL PENDIDIKAN RIAMA

LPPM - STKIP Riama Medan

Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan “STKIP” Riama Medan

KEBEBASAN AKADEMIS DALAM TRADISI INTELEKTUAL MUSLIM

Oleh :

Maisaroh Ritonga 1)

1) Program Studi Pendidikan Agama Islam Fakultas Agama Islam

Universitas Al Washliyah Labuhanbatu, Corresponding author.

Tel/Fax 081263626240

E-mail : [email protected]

Abstrak

Kebebasan sering disebut dengan kata hurriyya dari harrara: membebaskan atau

memerdekakan, merupakan situasi yang merdeka dimana seseorang dengan bijaksana

mengatur urusannya menurut keinginannya, Kebebasan juga dapat diartikan dengan

situasi dimana seseorang dapat menjalani kehidupannya dengan aman/terlindungi, bebas

dari kekejaman dan tekanan pemerintah dan raja/penguasa. Kebebasan akademis adalah

kebebasan sarjana untuk menggali kebenaran dan menerbitkannya dan membuat hasil –

hasil temuan atau pandangan – pandangan tersebut untuk dibahas secara kritis dalam

komuniti ilmiah yang relevan untuk ditolak, diperbaiki atau diketahui melalui proses –

proses yang berlaku menurut metode ilmiah atau logika yang masuk akal.

Kebebasan menurut pandangan Islam bersifat asasi karena memang

merupakan fitrah dan hak asasi setiap manusia. Islam juga mengajarkan sikap

kemerdekaan dan menghargai kebebasan, prinsip ini terlihat dari uraian nash (al-Qur’an

dan hadist) sebagai sumber pokok ajaran Islam. 1. Islam tidak pernah memaksa

seseorang untuk memeluk agamanya kecuali dengan kesadaran dan kerelaan yang

bersangkutan. 2. kebebasan akademis itu berpangkal pada penggunaan akal. Islam pada

prinsipnya sangat menghargai bahkan menganjurkan penggunaan akal secara maksimal

terutama dalam melakukan ijtihad terhadap sebuah produk hukum demi kemaslahatan. 3.

Islam sangat menghargai orang-orang yang berilmu.

Dalam sejarah peradaban islam klasik, doktrin-doktrin islam yang mendukung

kebebasan berfikir dan berkreasi tercermin dari beberapa peristiwa diantaranya : 1.

Sikap terbuka Rasul Saw dalam perang Khandaq, 2. Dinamika kebebasan akademis era

klasik terlihat pada kearifan para ilmuan dalam menyikapi perbedaan diantara mereka.

Setiap orang yang memiliki keahlian dengan bebas boleh mengemukakan dan

mempublikasikan pandangan-pandangannya, betapapun berbeda dari pandangan ahli

lain. Imam al-Ghazali misalnya, yang menghasilkan karya seperti Ihya Ulumuddin,

Maqasid al-Falasifah, Tahaful al-Falasifah dan lain-lain.begitu juga dengan Ibnu Sina

yang berkarya di bidang kesehatan. 3. Dalam mazhab-mazhab fiqih, kemerdekaan dalam

menginterpretasi teks-teks suci sesuai dengan hasil itjihad masing-masing lepas dari

otoritas yang dapat memaksanya merupakan bagian dari ekspresi kebebasan akademis di

kalangan ilmuan muslim masa lampau. 4. Disamping itu, perjalanan ilmiah (Rihlah

ilmiyah) yang dipraktekkan oleh sejumlah ilmuan klasik untuk melaksanakan sabda Nabi

dalam menuntut ilmu pengetahuan dan sekaligus mengembangkannya.

Keywords: kebebasan, akademis, muslim

Page 2: KEBEBASAN AKADEMIS DALAM TRADISI INTELEKTUAL … filedan hadist) sebagai sumber pokok ajaran Islam. 1. Islam tidak pernah memaksa seseorang untuk memeluk agamanya kecuali dengan kesadaran

Jurnal Pendidikan Riama

ISSN 2089-287X (Media Cetak)

Vol. 3 No. 04. 2018

Page | 124 JURNAL PENDIDIKAN RIAMA

LPPM - STKIP Riama Medan

Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan “STKIP” Riama Medan

PENDAHULUAN

Kebebasan adalah hak asasi manusia yang paling fundamental. Kebebasan

yang dimaksud disini ialah kebebasan berpikir, berkehendak, dan berbuat. Dengan

kebebasan ini manusia memiliki dinamika, daya adaptasi terhadap lingkungan dan

kreativitas hidup, sehingga kehidupan manusia dan lingkungan hidupnya menjadi

bervariasi, beraneka ragam dan lebih bermakna.

Dengan kebebasan yang dimilikinya manusia mampu memilih mana yang

baik dan buruk, mana yang benar dan salah. Kebebasan ibarat pisau bermata dua;

satu sisi akan mengangkat manusia ke martabat kemuliannya dan satu sisi akan

menjatuhkan ke derajat yang rendah bahkan lebih rendah dari pada binatang.

Catatan sejarah manusia mengungkapkan bahwa kebangkitan peradaban

suatu bangsa ternyata tidak terlepas dari pertumbuhan dan perkembangan ilmu

pengetahuan yang ada di daerah tersebut. Adalah anugrah terbesar bagi suatu

kaum atau bangsa yang memberikan apresiasi positif terhadap upaya kebebasan

dalam melakukan penelitian dan pengembangan ilmu pengetahuan. Islam

sebenarnya telah memberikan dorongan dan motivasi itu dengan menyediakan

modal awal berupa dasar untuk memasuki wilayah tersebut.

Dalam tradisi intelektual muslim dari masa ke masa, kebebasan tersebut

sudah mereka retas jauh sebelum dunia Barat menggembar – gemborkan

kemerdekaan dalam berekspresi dan kebebasan dalam melakukan penelitian dan

pengembangan akademis. Akademis muslim menyuguhkan kekebasan dalam

melaksanakan prosese pembelajaran, penelitian dan mendiskusikan hasil

penelitian serta kemerdekaan dalam melakukan pengabdian kepada masyarakat.

Hal ini sesuai dengan tugas pokok seorang ilmuan yang berhubungan dengan ilmu

pengetahuan di lembaga pendidikan. Yakni menyebarkan, mengembangkan,

melestarikan dan mempraktekkan ilmu pengetahuan. Artinya ilmu pengetahuan

disebarkan lewat aktifitas belajar mengajar, dikembangkan melalui kajian dan

penelitian, dilestarikan melalui tulisan dan dipraktekkan lewat pengabdian. Hal ini

telah dilakukan oleh kaum intelek muslim sejak berabad – abad yang lampau.

Page 3: KEBEBASAN AKADEMIS DALAM TRADISI INTELEKTUAL … filedan hadist) sebagai sumber pokok ajaran Islam. 1. Islam tidak pernah memaksa seseorang untuk memeluk agamanya kecuali dengan kesadaran

Jurnal Pendidikan Riama

ISSN 2089-287X (Media Cetak)

Vol. 3 No. 04. 2018

Page | 125 JURNAL PENDIDIKAN RIAMA

LPPM - STKIP Riama Medan

Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan “STKIP” Riama Medan

Makalah ini akan membahas sedikit tentang kebebasan akademis dilihat

dari sudut perspektif normative Islam, manifestasi ajarannya dalam sejarah

intelektualisme Islam maupun peranannya dalam kemajuan ilmu pengetahuan.

Defenisi Kebebasan Akademik

Kebebasan dalam liteatur Arab sering disebut dengan kata hurriyya dari

harrara: membebaskan atau memerdekakan. Ibn „Ashur mendefenisikan hurriyya

adalah lawan dari perbudakan, dan merupakan situasi yang merdeka dimana

seseorang dengan bijaksana mengatur urusannya menurut keinginannya, di

samping itu ia juga dapat mengatur urusan atau pekerjaan pribadinya yang bebas

dari perlawanan dan permusuhan orang lain.

Kebebasan juga dapat diartikan dengan situasi dimana seseorang dapat

menjalani kehidupannya dengan aman/terlindungi, bebas dari kekejaman dan

tekanan pemerintah dan raja/penguasa.

Kebebasan mencakup beberapa aspek antara lain: kebebasan berpikir,

berbicara dan berpendapat, kebebasan dari kekurangan dan kemelaratan,

kebebasan dari perbudakan dan penjajahan. Menurut Ali Abdul Wahid Wafi

kebebasan dalam Islam meliputi kebebasan sipil, kebebasan beragama, kebebasan

berpikir dan mengemukakan pendapat dan kebebasan berpolitik.

Kebebasan sipil adalah status yang membuat seseorang bebas melakukan

berbagai transaksi, memikul beban, memiliki harta tak bergerak, dan mengelola

harta miliknya. Kebebasan beragama meliputi kebebasan menyakini suatu agama

dan larangan memaksa orang lain beragama, kebebasan diskusi agama, kebebasan

ijtihad dalam masalah-masalah furu‟(bukan pokok) bagi yang mampu. Kebebasan

berpikir dan mengemukakan pendapat dapat dipahami sebagai suatu kondisi

dimana setiap orang berhak berpikir secara mandiri tentang segala sesuatu yang

ada di sekelilingnya dan fenomena yang terlintas dalam benak pikirannya dan

berpegang pada hasil pemikirannya (gagasannya) serta mengemukakannya dengan

berbagai cara. Sedangkan kebebasan berpolitik ialah bahwa rakyatlah sumber

segala kekuasaan. Dalam hal ini ada dua yang paling dominan yang harus

diberikan kepadanya sebagai sumber segala kekuasaan, dua hak itu adalah hak

Page 4: KEBEBASAN AKADEMIS DALAM TRADISI INTELEKTUAL … filedan hadist) sebagai sumber pokok ajaran Islam. 1. Islam tidak pernah memaksa seseorang untuk memeluk agamanya kecuali dengan kesadaran

Jurnal Pendidikan Riama

ISSN 2089-287X (Media Cetak)

Vol. 3 No. 04. 2018

Page | 126 JURNAL PENDIDIKAN RIAMA

LPPM - STKIP Riama Medan

Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan “STKIP” Riama Medan

memilih pemimpin dan hak mengawasi setiap tindakan pemimpinnya baik secara

langsung atau lewat perwakilannya.

Dalam Ensiklopedi Pendidikan kebebasan akademis secara individual

didefenisikan sebagai tiadanya pengekangan, hukuman dan intimidasi berkenan

dengan usaha manusia secara khusus, berkaitan dengan pengkajian, penelitian,

penyajian lisan pandangan – pandangan mereka, penerbitan penemuan –

penemuan dan pendapat – pendapat mereka.

Parsaudi Suparlan sebagaimana dikutip oleh Hasan Asari mengemukakan

defenisi kebebasan Akademis sebagai berikut :

Kebebasan akademis adalah kebebasan sarjana untuk menggali

kebenaran dan menerbitkannya dan membuat hasil – hasil temuan atau pandangan

– pandangan tersebut untuk dibahas secara kritis dalam komuniti ilmiah yang

rlevan untuk ditolak, diperbaiki atau diketahui melalui proses – proses yang

berlaku menurut metode ilmiah atau logika yang masuk akal.

George Makdisi mengemukan bahwa kebebasan akademis itu

berhubungan dengan universitas, dimana para guru besar dan mahasiswa bergelut

dengan hal – hal yang berhubungan dengan percobaan – percobaan, penelitian dan

kemudian mempublikasikannya.

Kebebasan akademik digunakan hanya untuk orang – orang yang telah

diakui sebagai seorang akademik, hal ini meliputi dua hal yaitu guru besar

(professor) dan mahasiswa (student), yaitu menyangkut kebebasan professor

untuk mengajar dan kebebasan mahasiswa untuk belajar. Di zaman modern kedua

hubungan kebebasan ini telah digunakan di Jerman dengan istilah : Lehrfreiheit

dan Lernfreitheit.

Dalam sumber – sumber Islam Klasik kebebasan akademis di ungkapkan

dengan beberapa istilah antara lain:hurriyat al-ra’y (kebebasan berpendapat),

hurriyat al-qawl (kebebasan berbicara), hurriyat al-tafkir (kebebasan berpikir),

hurriyat al-bayan (Kebebasan menjelaskan), hurriyat al-ta’bir (Kebebasan

berekspresi),hurriyat al-ra’y waal-tafkir (kebebasan berpendapatdan

berekspresi),dan hurriyatal-ra’y wa al-tafkir (kebebasan berpendapat dan

Page 5: KEBEBASAN AKADEMIS DALAM TRADISI INTELEKTUAL … filedan hadist) sebagai sumber pokok ajaran Islam. 1. Islam tidak pernah memaksa seseorang untuk memeluk agamanya kecuali dengan kesadaran

Jurnal Pendidikan Riama

ISSN 2089-287X (Media Cetak)

Vol. 3 No. 04. 2018

Page | 127 JURNAL PENDIDIKAN RIAMA

LPPM - STKIP Riama Medan

Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan “STKIP” Riama Medan

berpikir). Ra‟y didefinisikan sebagai sebuah pendapat tentang suatu

permasalahan/persoalan yang tidak diatur atau dijelaskan oleh al-Quran dan

Hadist.

Pandangan Normatif Islam Tentang Kebebasan Akademis

Kebebasan menurut pandangan Islam bersifat asasi karena memang

merupakan fitrah dan hak asasi setiap manusia. Islam juga mengajarkan sikap

kemerdekaan dan menghargai kebebasan, prinsip ini terlihat dari uraian nash (al-

Qur‟an dan hadist) sebagai sumber pokok ajaran Islam.

1. Islam tidak pernah memaksa seseorang untuk memeluk agamanya kecuali

dengan kesadaran dan kerelaan yang bersangkutan. Hal ini tergambar dalam

firman Allah SWT, yakni

Artinya:”Tidak ada paksaan untuk memasuki agama Islam,sesungguhnya

telah jelas jalan yang benar daripada jalan yang sesat. Karena

itu,barangsiapa yang ingkar kepada Thaghut dan beriman kepada

Allah,maka sesungguhnya ia telah berpegang teguh kepada buhul tali

yang amat kuat yang tidak akan putus. Dan Allah Maha Mendengar

lagi Maha Mengetahui.” (Q.S.Al Baqarah:256)

Dalam ayat lain juga dijelaskan:

Artinya: “Dan katakanlah: “Keberanian itu datangnya dari Tuhanmu, maka

barangsiapa yang ingin (beriman) hendaklah ia beriman,dan

barangsiapa yang ingin (kafir) biarlah ia kafir ….”

Di dalam Q.S. Yunus ayat 99 juga dijelaskan yang artinya: “Dan jikalau

Tuhanmu menghendaki tentulah beriman orang yang di muka bumi seluruhnya.

Maka, apakah kamu (hendak) memaksa manusia supaya mereka menjadi orang –

orang yang beriman semuanya?”.

Atas dasar inilah umat Islam tidak melakukan suatu tindakan pemaksaan,

seperti wilayah yang sudah ditaklukkan, penduduknya diperbolehkan tetap

memeluk agamanya dengan membayar pajak (jizyah) dan mentaati pemerintah,

dan sebagai imbalannya umat Islam akan melindungi mereka dari segala

Page 6: KEBEBASAN AKADEMIS DALAM TRADISI INTELEKTUAL … filedan hadist) sebagai sumber pokok ajaran Islam. 1. Islam tidak pernah memaksa seseorang untuk memeluk agamanya kecuali dengan kesadaran

Jurnal Pendidikan Riama

ISSN 2089-287X (Media Cetak)

Vol. 3 No. 04. 2018

Page | 128 JURNAL PENDIDIKAN RIAMA

LPPM - STKIP Riama Medan

Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan “STKIP” Riama Medan

penganiayaan dan menghormati akidahnya, lambang- lambangnya, dan tempat-

tempat peribadatannya.

Umar bin Khattab dalam perundingannya dengan penduduk Baitul Maqdis

yang baru saja ditaklukkan mengatakan:” Ini adalah perlindungan yang diberikan

umar ,amirul mukminin, kepada penduduk Ilya (nama salah satu nabi bani Israel).

Umar memberikan pada mereka perlindungan bagi jiwanya, fungsinya,dan

salibnya. Orang-orang Islam tidak boleh memaksanya memeluk agama Islam dan

tidak boleh merugikan siapapun dari mereka.

Sikap Islam yang tidak memaksakan kehendak kepada orang lain

menggambarkan bahwa sebenarnya kebebasan berideologi sangat ditolerir Islam.

Mengapa Islam tidak pernah memaksa seorangpun dengan kekuatan pedang atau

senjata agar menerimanya (Islam)?. Karena memaksa itu menjajah jiwa manusia

dan menghinakannya,karena Allah tidak menerima amal-amal kecuali amal itu

dilakukan dengan ikhlas karena Allah. Bahkan dakwah yang dianjurkan dalam

dunia Islam adalah dengan Hikmah dan Mauizhah.

2. Kebebasan akademis sebenarnya bersumber pada kebebasan berpikir dan

berpendapat.Artinya kebebasan akademis itu berpangkal pada penggunaan

akal. Islam pada prinsipnya sangat menghargai bahkan menganjurkan

penggunaan akal secara maksimal terutama dalam melakukan ijtihad terhadap

sebuah produk hokum demi kemaslahatan. Karena dengan akal juga manusia

berbeda dengan hewan. Malah dalam perspektif riqh syarat seseorang disebut

mukallaf adalah berakal. Jadi fungsi akal sangat menentukan dalam

perjalanan hidup manusia. Banyak ayat yang mengajak manusia untuk

berpikir,memahami, memperhatikan, mengingat, merenungkan, mengambil

mau’idhah pada setiap peristiwa dan sebagainya. Ayat – ayat yang

menganjurkan manusia untuk menggunakan akalnya antara lain: dalam Q.S

Al-Baqarah ayat 164, Kemudian pada ayat lain Allah SWT. Menjelaskan :

Artinya: “ Ini adalah sebuah kitab yang Kami turunkan kepadamu penuh

dengan berkah supaya mereka memperhatikan ayat-ayatnya dan

Page 7: KEBEBASAN AKADEMIS DALAM TRADISI INTELEKTUAL … filedan hadist) sebagai sumber pokok ajaran Islam. 1. Islam tidak pernah memaksa seseorang untuk memeluk agamanya kecuali dengan kesadaran

Jurnal Pendidikan Riama

ISSN 2089-287X (Media Cetak)

Vol. 3 No. 04. 2018

Page | 129 JURNAL PENDIDIKAN RIAMA

LPPM - STKIP Riama Medan

Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan “STKIP” Riama Medan

supaya mendapat pelajaran orang-orang yang mempunyai fikiran.”

(Q.S Shaad: 29)

Begitu juga ayat lain:

Artinya:“Tidak sepatutnya bagi mukminin itu pergi semuanya (ke medan

perang). Mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan di antara

mereka beberapa orang untuk memperdalam pengetahuan mereka

tentang agama …” (Q.S At-Taubah: 122)

Allah swt. Juga berfirman dalam ayat lain:

Artinya: “Dan di bumi itu terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi orang

–orang yang yakin. Dan (juga) pada dirimu sendiri,maka apakah

kamu tidak memperhatikan?.”(Q.S Adz-Dzariyat: 20- 21).

3. Dukungan hadist nabi terhadap penggunaan akal sebagai manifestasi

kreativitas manusia,terlihat pada kasus Mu‟az bin Jabal ketika diutus menjadi

qadhi di negeri Yaman. Ketika ia ditanya Rasul tentang sumber dalam

mengambil keputusan, beliau menjawab al-Qur‟an, Sunnah dan

pendapat/alasannya sendiri. Dialog Nabi Mu‟az tersebut kerap dikutip sebagai

dasar pembenaran atau perlunya melaksanakan ijtihad. Dialog tersebut

sebagai berikut:

Jika diminta untuk menentukan hukum sesuatu,apa yang akan engkau

lakukan,” Tanya Rasulullah saw Mu‟az menjawab,‟Aku akan memutuskannya

berdasarkan al-Qur‟an.‟ Rasul bertanya,‟ Bagaimana jika ketentuannya tidak

engkau temukan dalam al-Qur‟an?‟ Mu‟az menjawab „Aku akan memutuskannya

berdasarkan Sunnah Rasul.‟ Rasul saw. Bertanya:‟ Lalu, bagaimana jika

ketentuannya tidak engkau temukan dalam Sunnah Rasul?‟ Mu‟az menjawab

„Aku akan berijtihad menggunakan akal pikiranku.‟Rasul saw. Menepuk dada

Mu‟az semabri berkata:‟Segala puji bagi Allah yang telah membimbing utusan

Rasulnya ke arah yang disukai-Nya dan disukai Rasulnya.

4. Islam sangat menghargai orang-orang yang berilmu, karena itu posisi mereka

ditempatkan dalam kehidupan sehari-hari sebagai orang yang dianggap ahli

dan mampu menyelesaikan berbagai problematika hidup. Jadi, perbedaan

ilmuan dengan yang bukan ilmuan ditegaskan Allah swt. Dalam Firman-Nya

antara lain:

Page 8: KEBEBASAN AKADEMIS DALAM TRADISI INTELEKTUAL … filedan hadist) sebagai sumber pokok ajaran Islam. 1. Islam tidak pernah memaksa seseorang untuk memeluk agamanya kecuali dengan kesadaran

Jurnal Pendidikan Riama

ISSN 2089-287X (Media Cetak)

Vol. 3 No. 04. 2018

Page | 130 JURNAL PENDIDIKAN RIAMA

LPPM - STKIP Riama Medan

Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan “STKIP” Riama Medan

Artinya :”……Adakah sama orang-orang yang mengetahui dengan

orang-orang yang tidak mengetahui?, sesungguhnya orang yang berakallah yang

dapat menerima pelajaran.” (Q.S Az-Zumar: 9)

Disisi lain, ilmuan adalah pewaris rasulullah dalam pelaksanaan proses

transformasi ilmu pengetahuan dan juga dlam mengawal umat. Oleh karenanya itu

harus dihormati.

Sabdanya :

ة ۔ورثم ۔ه۔ان۔فء ا۔۔م۔ل۔۔ع۔لا او۔رم۔كا

ءا۔ي۔۔ب۔ألنا

Artinya : “ Hormatilah orang-orang yang berilmu (ulama), sesungguhnya

mereka adalah pewaris para nabi (HR.Al-Khatib dari jabir).

Berkey bahkan telah menempatkan ilmuan/ulama sebagai pemimpin

penguasa, seperti ungkapnya “Nothing is more powerfull than knoeledge. Kings

are the rules of the people, but scholars (al-ulama) are the rules of kings” (tidak

ada yang lebih berkuasa dari pada ilmu pengetahuan. Para raja adalah orang yang

memimpin rakyat, tetapi ulama / ilmuan adalah yang memimpin para raja itu).

Manifestasi Ajarannya Dalam Sejarah Intelektualisme Islam

Legitimsi al-qur‟an dan sunnah terhadap kebebasan akademis di dunia

muslim telah menghantarkan umat ini kepuncak peradaban yang tak tertandingi di

masanya. Ini dapat dibuktikan bahwa pada zaman klasik, berbagai cabang ilmu

pengetahuan berkembang di dunia islam, baik dalam bidang tafsir, hadist, hukum,

filsafat, fisika, sejarah dan lain-lain. Islam adalah agama yang komperehensif

dalam mengatur setiap aspek kehidupan manusia. Ibadah dalam islam tidak hanya

terbatas pada ritual formal saja, tetapi juga melibatkan seluruh dimensi kehidupan

manusia.

Dalam sejarah peradaban islam klasik, doktrin-doktrin islam yang

mendukung kebebasan berfikir dan berkreasi tercermin dari beberapa peristiwa

diantaranya :

Page 9: KEBEBASAN AKADEMIS DALAM TRADISI INTELEKTUAL … filedan hadist) sebagai sumber pokok ajaran Islam. 1. Islam tidak pernah memaksa seseorang untuk memeluk agamanya kecuali dengan kesadaran

Jurnal Pendidikan Riama

ISSN 2089-287X (Media Cetak)

Vol. 3 No. 04. 2018

Page | 131 JURNAL PENDIDIKAN RIAMA

LPPM - STKIP Riama Medan

Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan “STKIP” Riama Medan

Sikap terbuka Rasul Saw, Rasulullah Muhammad saw diluar otoritas

religiusnya sebagai utusan Tuhan, sama sekali bukanlah seorang yang

otoriter. Kepribadian beliau lebih banyak mencerminkan sikap keterbukaan.

Interaksi Rasulullah saw. Dengan orang – orang di sekitarnya selalu dilandasi

oleh sikap menghargai dan Memberi ruang luas untuk berpendapat dan

berbeda pendapat. Beliau juga tercatat sebagai pemimpin yang bersedia

mengikuti pendapat yang terbaik yang dikemukakan oleh para sahabatnya.

Sejarah perang Khandaq dapat diambil sebagai contoh kasus : di sini

pendapat Salman al-farisi tentang strategi perang dianggap sebagai yang

terbaik, disetujui, dan kemudian diterapkan oleh Rasulullah saw. Dan para

sahabatnya.

Dinamika kebebasan akademis era klasik terlihat pada kearifan para ilmuan

dalam menyikapi perbedaan diantara mereka. Setiap orang yang memiliki

keahlian dengan bebas boleh mengemukakan dan mempublikasikan

pandangan-pandangannya, betapapun berbeda dari pandangan ahli lain. dari

kelapangan hati menerima setiap perbedaan dalam dunia intelektual muslim,

maka zaman tersebut melahirkan tokoh-tokoh ilmuan yang sangat terkenal

dibidang ilmunya masing-masing, bahkan karya monumentalnya masih

menjadi rujukan ilmiah di zaman sekarang. Imam al-Ghazali misalnya,

merupakan tokoh ulama yang menghasilkan karya seperti Ihya Ulumuddin,

Maqasid al-Falasifah, Tahaful al-Falasifah dan lain-lain.begitu juga dengan

Ibnu Sina yang berkarya di bidang kesehatan masih menjadi referensi ilmiah

bagi dunia kesehatan abad modern.

Dalam mazhab-mazhab fiqih, kemerdekaan dalam menginterpretasi teks-teks

suci sesuai dengan hasil itjihad masing-masing lepas dari otoritas yang dapat

memaksanya merupakan bagian dari ekspresi kebebasan akademis di

kalangan ilmuan muslim masa lampau. makdisi seperti yang dikutip oleh

Hasan Asari menulis :

…….Seorang Faqih bebas merumuskan pandangannya, lepas dari semua

kekuatan luar. Tidak ada kekuasaan atau otoritas yang dapat memaksanya

Page 10: KEBEBASAN AKADEMIS DALAM TRADISI INTELEKTUAL … filedan hadist) sebagai sumber pokok ajaran Islam. 1. Islam tidak pernah memaksa seseorang untuk memeluk agamanya kecuali dengan kesadaran

Jurnal Pendidikan Riama

ISSN 2089-287X (Media Cetak)

Vol. 3 No. 04. 2018

Page | 132 JURNAL PENDIDIKAN RIAMA

LPPM - STKIP Riama Medan

Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan “STKIP” Riama Medan

secara sah untuk menganut pendapat yang sudah ditentukan terlebih

dahulu.Seorang Faqih tidak sja bebas dan independen untuk melaksanakan

penelitiannya dengan sebuah janji ganjaran pahala akhirat.

Nukilan di atas memperlihatkan, betapa secara tegas seorang ilmuan tidak

bergantung dan terikat dengan seseorang atau sesuatu dalam menghadirkan

sebuah Karya. Ijtihad yang mereka lakukan merupakan kejernihan dari

sebuah fikiran yang bebas dari interverensi.

Disamping itu, perjalanan ilmiah (Rihlah ilmiyah) yang dipraktekkan oleh

sejumlah ilmuan klasik untuk melaksanakan sabda Nabi dalam menuntut ilmu

pengetahuan dan sekaligus mengembangkan, kebebasan yang tergambar

bahwa mereka sangat menikmati sebuah dunia ilmu intelektual yang sangat

luas dan terbentang secara bebas. Seperti al-Ghazali yang lahir di Desa Thus,

Negeri Khurasan, mengabdikan ilmunya di Negeri Baghdad di Madrasah

Nizamiyah, dan beliau dengan bebas pergi ke berbagai daerah untuk belajar

seperti : Damaskus,Jerussalem, Iskandariyah, Madinah dan Makkah. Ibn

Khaldun pergi ke Fez, Biskarah, Bijayah, Damaskus, Hijaz dan lain-lain.

Begitu juga dengan imam Safi‟I yang pergi ke Negeri Mesir, dan masih

banyak lagi tokoh ilmuan yang mengembangkan ilmunya ke berbagai daerah.

Peranan Kebebasan Akademis Dalam Kemajuan Ilmu Pengetahuan

Manusia dalam pandangan islam adalah Khalifah Allah di muka bumi.

Sebagai duta Tuhan, dia memiliki karakteristik yang multidimensi, yakni

Pertama, diberi hak untuk mengatur alam ini sesuai kapasitasnya. Dalam

mengemban tugas ini, manusia dibekali wahtu dan kemampuan mempersepsi.

Kedua, dia menempati posisi terhormat di anatar Makhluk Tuhan yang

lain,anugrah ini diperoleh lewat kedudukan, kualitas dan kekuatan yang diberikan

Tuhan kepadanya, Ketiga, dia memiliki peran khusus yang harus dimainkan di

planet ini, yaitu mengembangkan dunia sesuai dasar dan hukum-hukum yang

ditetapkan oleh tuhan.

Berdasarkan karakteristik manusia (individu) diatas,maka tersedianya

kebebasan merupakan kebutuhan asasi bagi pengembangan ilmu pengetahuan

Page 11: KEBEBASAN AKADEMIS DALAM TRADISI INTELEKTUAL … filedan hadist) sebagai sumber pokok ajaran Islam. 1. Islam tidak pernah memaksa seseorang untuk memeluk agamanya kecuali dengan kesadaran

Jurnal Pendidikan Riama

ISSN 2089-287X (Media Cetak)

Vol. 3 No. 04. 2018

Page | 133 JURNAL PENDIDIKAN RIAMA

LPPM - STKIP Riama Medan

Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan “STKIP” Riama Medan

tersebut, diantaranya adalah kebebasan akademis, mengemukakan pendapat atau

pikirannya, belajar-mengajar, mengadakan penelitian, mempublikasikan dan

memperdebatkan hasil penelitiannya serta berkarya.

Konsep dan praktik kebebasan akademik, sebagaimana dibuktikan

makdisi, memiliki akar-akarnya dalam islam. Bagi para ilmuan, ia bermula dari

tradisi Ijazah al-Tadris atau ijazah bi al-tadris, pemberian izin ataupun otoritas

untuk mengajar, sedangkan untuk mahasiswa ia bermakna kewajiban, hak dan

kebebasan untuk belajar.

Makdisi mengamati secara akurat bahwa : Islam klasik telah menghasilkan

sebuah budaya intelektual yang mempengaruhi Barat Kristen dalam tradisi

keilmuan Universitas yaitu metode keilmuan, bersamaan ide kebebasan akademik,

kebebasan ini hanya mewujud dalam budaya intelektual ketika para pengajar yang

terlibat dianggap memiliki otoritas ataupun hak yang sama untuk mengajar.

Kebebasan akademik dalam Islam klasik, pada level ahli hukum dan orang awam

memiliki batasan-batasan yang sama dengan konsep modern dalam kebebasan

bagi professor dan mahasiswa di universitas.

Sejarah menunjukkan betapa kayanya peradaban islam dengan berbagai

cabang ilmu pengetahuan, mulai dari yang secara sempit dapat digolongkan

kepada disiplin-disiplin keagamaan, maupun yang berada di luarnya. Kita

misalnya bias mengambil contoh perkembangan ilmu kalam, fiqh, tasawuf,

kedokteran, seni, astronomi, filsafat, dan lain-lain dalam islam. Kesemuanya ini

jelas merupakan bagian dari kebebasan akademis yang pernah dipraktekkan dalam

dunia Islam.

Keseluruhan pemikiran yang berkembang ilmiah era klasik merupakan

hasil olah fikir dan budidaya umat islam yang dilakukan dalam kerangka

pengalaman ajaran-ajaran kedua sumber utama yakni Al-Qur‟an dan Hadist, hal

ini tak bias dipungkiri bahwa semangat intelektualisme yang dinamis dan kreatif

dalam menghasilkan kualitas keilmuan merupakan partisipasi aktif dari kebebasan

berfikir dan kebebasan berkarya yang ada pada saat itu.

Page 12: KEBEBASAN AKADEMIS DALAM TRADISI INTELEKTUAL … filedan hadist) sebagai sumber pokok ajaran Islam. 1. Islam tidak pernah memaksa seseorang untuk memeluk agamanya kecuali dengan kesadaran

Jurnal Pendidikan Riama

ISSN 2089-287X (Media Cetak)

Vol. 3 No. 04. 2018

Page | 134 JURNAL PENDIDIKAN RIAMA

LPPM - STKIP Riama Medan

Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan “STKIP” Riama Medan

Peran kebebasan akademis juga dapat dilihat dari aspek kehendak politik

penguasa, seperti yang dipraktekkan pada masa pemerintah al-makmun, dimana

dia memberi ruang gerka yang seluas-luasnya kepada masuknya berbagai macam

ilmu pengetahuan, bahkan khalifah tersebut menjadikan kota Baghdad sebagai

kota Pemerintahan sekaligus pusat ilmu pengetahuan, sehingga orang-orang yang

ahli dalam ilmu masing-masing diundang ke Baghdad, bahkan ke istana untuk

berdiskusi.

KESIMPULAN

Kebebasan adalah hak asasi dan diidamkan setiap orang, islam adalah

agama yang memberikan kebebasan kepada umatnya, islam menyeruhkan agar

prinsip kebebasan dalam batas dan cara tertentu, diterapkan dalam berbagai

persoalan kehidupan yang meliputi semua aspek yang membawa kemulian

seseorang. Diantara kebebasan tersebut adalah kebebasan akademis.

Kebebasan akademis adalah kebebasan sarjana untuk menggali kebenaran

dan menerbitkannya dan membuat hasil-hasil teman atau pandangan-pandangan

tersebut untuk dibahas secara kritis dalam komuniti ilmiah yang rlevan untuk

ditolak, diperbaiki atau diakui dan dimantapkan. Kebebasan adalah juga

kebebasan dari seorang sarjana dalam bidang keahliannya di dalam memberi

pelajaran dan mendidik mahasiswa-mahasiswanya mengenai bagaimana

kebenaran dalam ilmu pengetahuan itu dapat diperoleh atau diketahui melalui

proses-proses yang berlaku menurut metode ilmiah atau logika yang masuk akal.

Islam sangan mendukung adanya dan diterapkannya kebebasan akademis,

hal ini terlihat dari beberapa ayat al-qur‟an yang menyeru umat islam berpikir,

menggunakan akalnya, mempelajari dan merenungkan alam semesta dan lain-lain.

Di samping itu, beberapa hadist nabi juga menyeru dan menjelaskan hal itu.

Dalam sejarah peradaban islam klasik banyak ditemukan beberapa

peristiwa yang mengindikasikan terekspresinya kebebasan akademis di kalangan

umat islam, dan sejarah membuktikan dengan terlaksannya kebebasan akademis

tersebut mengantarkan islam ke peradaban yang tertinggi pada saat itu, seperti

pada masa keemasan yang terjadi pada Dinasti Abbasiyah, semoga kita dapat

Page 13: KEBEBASAN AKADEMIS DALAM TRADISI INTELEKTUAL … filedan hadist) sebagai sumber pokok ajaran Islam. 1. Islam tidak pernah memaksa seseorang untuk memeluk agamanya kecuali dengan kesadaran

Jurnal Pendidikan Riama

ISSN 2089-287X (Media Cetak)

Vol. 3 No. 04. 2018

Page | 135 JURNAL PENDIDIKAN RIAMA

LPPM - STKIP Riama Medan

Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan “STKIP” Riama Medan

bercermin dan mengambil hikmah dan I‟tibar melalui peristiwa atau sejarah yang

ada.

REFERENSI

Achmadi, Ideologi Pendidikan Islam Paradigma Humasnisme Teosentris,

Yogyakarta: Pustaka Pelajar. 2005.

Al-Twaijri, Ahmed Othman. Kebebasan Akademis Menurut Konsep Islam dan

Barat terj. F. Rozi Dalimunthe dan Nur. A. Fadhil Lubis, Medan: Lembaga

Ilmiah IAIN-SU. 1988.

Asari, Hasan, Menguak Sejarah Mencari “Ibrah. Bandung: Sitapustaka Media.

2006.

Asari, Hasan. Modernisasi Islam. Bandung: Citapustaka Media, 2002

Berkey, Jonathan. The Transmission of Knowledge in Medieval Cairo, a Social

History of Islamic Education. New Jersey : Priceton University Press. 1992.

Dewan Redaksi Ensiklopedia Islam. Ensiklopedi Islam Jilid 2. Jakarta: Ichtiar

Baru Van Hoev, 2003.

Daud, Wan Mohd Wan. Filsafat dan Praktik Pendidikan Islam Syed M. Naquib

al-Atta. Bandung : Mizan. 1998.

Kamali, Mohammad Hashim. Freedom, Equality and Justice in islam. Malaysia:

Ilmiah Publishers. 1999.

Kamali, Mohammad Hashim. Freesom, of Expression in Islam. Malaysia: Ilmiah

Publishers. 1998.

Makbuloh, Deden. “Kehidupan Murid dan Mahasiswa Pasa Masa al-Ma‟mun

(198-218 H/813-833 M)”, dalam Suwito dan Fauzan (ed). Sejarah Social

Pendidikan Islam. Jakarta : Prenada Media. 2005.

Makdisi, George. “Freedom in Islamic Jurisprudence; Ijtihad, Taqli, and

Academic Freedom” dalam Religion, Law, and Learning in Classical Islam.

Hampshire: Variorum. 1990.

Makdisi, George. “Magisterium and Academic Freedom in Classical Islam and

Mediavel Christianity”, dalam Nicholas Heer (ed.) Islamic law

Jurisprudence, Seattle: University of Washington Press. 1990.

Ulwan, Abdullah Nashih. Kebebasan Berpendapat. terj.Ahmad Adnan. Jakarta:

Studia Press. 1997.

Wafi, Ali Abdul Wahid. Kebebasan Dalam Islam. Semarang: Dina Utama. tt.