KEARIFAN LOKAL OBAT-OBATAN DI INDONESIA Laporan Mata Kuliah KU4184 Antropologi Oleh : Kelompok 4B / Kelas 2 Glagah Putih (10305014) Sendyka Wilanda (10506061) Selvy Rosa (10706019) Mohammad Aringga Adisatria (12206018) Jupiter Midian Nababan (12206098) Nikolai S. (13105136) Wahyu Fahmy Wisudawan (13506113) MATA KULIAH DASAR UMUM SOSIOTEKNOLOGI INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG 2010
71
Embed
KEARIFAN LOKAL OBAT-OBATAN DI INDONESIA · PDF fileLaporan Mata Kuliah KU4184 Antropologi Oleh : Kelompok 4B / Kelas 2 Glagah Putih (10305014) ... dan (5) aktualisasi diri (self actualization),
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
KEARIFAN LOKAL OBAT-OBATAN DI INDONESIA
Laporan Mata Kuliah KU4184
Antropologi
Oleh :
Kelompok 4B / Kelas 2
Glagah Putih (10305014)
Sendyka Wilanda (10506061)
Selvy Rosa (10706019)
Mohammad Aringga Adisatria (12206018)
Jupiter Midian Nababan (12206098)
Nikolai S. (13105136)
Wahyu Fahmy Wisudawan (13506113)
MATA KULIAH DASAR UMUM SOSIOTEKNOLOGI
INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG
2010
BAB I
Pendahuluan
I. Latar belakang
Penggunaan bahan alam, baik sebagai obat maupun tujuan lain cenderung meningkat,
terlebih dengan adanya isu back to nature serta krisis berkepanjangan yang
mengakibatkan turunnya daya beli masyarakat. Obat tradisional dan tanaman obat
banyak digunakan masyarakat menengah kebawah terutama dalam upaya preventif,
promotif dan rehabilitatif. Sementara ini banyak orang beranggapan bahwa
penggunaan tanaman obat atau obat tradisional relatip lebih aman dibandingkan obat
sintesis.
Setiap manusia pada hakekatnya mendambakan hidup sehat. Kesehatan merupakan
salah satu kebutuhan dasar manusia, disamping kebutuhan akan sandang, pangan,
papan dan pendidikan, karena hanya dengan kondisi kesehatan yang baik serta tubuh
yang prima manusia dapat melaksanakan proses kehidupan untuk tumbuh dan
berkembang menjalankan segala aktivitas hidupnya. Maka tidak terlalu berlebihan,
jika ada selogan “Kesehatan memang bukan segala-galanya, tetapi tanpa kesehatan
anda tidak bisa berbuat apa-apa, bahkan segala-galanya itu mungkin akan sirna”.
Untuk itu diperlukan upaya kesehatan terpadu (sehat jasmani, rohani dan sosial yang
meliputi pencegahan penyakit (preventif), penyembuhan (kuratif), pemulihan
kesehatan (rehabilitatif) serta peningkatan kesehatan (promotif), salah satunya dengan
memanfaatkan tanaman obat yang dikemas dalam bentuk jamu atau obat tradisional.
Pengertian obat tradisional secara umum adalah obat jadi atau ramuan bahan alam
yang berasal dari tumbuhan, hewan, mineral, sediaan galenik atau campuran bahan-
bahan tersebut yang secara tradisional telah digunakan untuk pengobatan berdasarkan
pengalaman. Pada kenyataannya bahan obat alam yang berasal dari tumbuhan lebih
banyak dibandingkan yang berasal dari hewan atau mineral, sehingga sebutan obat
tradisional (OT) hampir selalu identik dengan tanaman obat (TO). Namun tidak
menutup kemungkinan bahwa tanaman obat atau obat tradisional tidak memiliki efek
samping yang merugikan, bila penggunaannya kurang tepat. Agar penggunaannya
optimal, perlu diketahui informasi yang memadai tentang kelebihan dan kelemahan
serta kemungkinan penyalahgunaan obat tradisional dan tanaman obat. Dengan
informasi yang cukup diharapkan masyarakat lebih cermat untuk memilih dan
menggunakan suatu produk obat tradisional atau tumbuhan obat dalam upaya
kesehatan.
II. Tujuan penelitian
Tujuan penelitian yang kami lakukan adalah :
1. Mengetahui syarat- syarat umum yang harus dipenuhi oleh obat-obatan di Indonesia
2. Mengidentifikasi pengaruh unsur kebudayaan yang paling berpengaruh terhadap
pemilihan obat dalam masyarakat.
3. Menentukan pengobatan yang paling tepat untuk dikembangkan di Indonesia
III. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dari penelitian kami adalah:
1. Bagaimana ketertarikan masyarakat terhadap penggunaan obat tradisional dan obat
sintetik?
2. Faktor apa saja yang mempengaruhi kecenderungan masyarakat dalam penggunaan
obat?
3. Apakah agama, kepercayaan, dan lingkungan masyarakat berpengaruh terhadap
pemilihan obat oleh seorang individu?
4. Bagaimana perkembangan teknologi pengolahan obat tradisional dan obat sintetik di
Indonesia?
5. Bagaimana tingkat keamanan, mutu, dan kualitas obat tradisional dan obat sintetik ?
6. Bagaimana prospek penjualan obat tradisional di masa yang akan datang?
IV. Batasan Masalah
Dalam makalah penelitian ini kami menganalisis perbandingan obat tradisional dan obat
sintetik dari segi kualitas, efek samping, dan pengolahannya.
Mempelajari hubungan langsung “Local Genius” (kearifan lokal) bidang obat – obatan
dengan tujuh unsur kebudayaan sistem pengetahuan, kesenian, sistem teknologi, sistem
kemasyarakatan, sistem religi, bahasa, dan mata pencaharian.
V. Metode Penelitian
Metode yang kami digunakan dalam penelitian ini adalah metoda primer dan sekunder.
Metode primer berupa data kuantitatif melalui pembagian kuesioner dengan objek
mahasiswa dan masyarakat sekitar kampus sedangkan data kualitatif diperoleh melalui
wawancara . Sedangkan metode sekunder berupa studi literatur
BAB II
TEORI DASAR
1. Teori Konsumsi
Pengeluaran konsumsi terdiri dari konsumsi pemerintah (government consumption) dan
konsumsi rumah tangga (household consumption/private consumption). Factor-faktor
yang mempengaruhi besarnya pengeluaran konsumsi rumah tangga, antara lain :
1. Faktor Ekonomi
Empat faktor yang menentukan tingkat konsumsi, yaitu :
a. Pendapatan Rumah Tangga (Household Income)
Pendapatan rumah tangga amat besar pengaruhnya terhadap tingkat konsumsi.
Biasanya makin baik tingkat pendapatan, tongkat konsumsi makin tinggi. Karena
ketika tingkat pendapatan meningkat, kemampuan rumah tangga untuk membeli
aneka kebutuhan konsumsi menjadi semakin besar atau mungkin juga pola hidup
menjadi semakin konsumtif, setidak-tidaknya semakin menuntut kualitas yang baik.
b. Kekayaan Rumah Tangga (Household Wealth)
Tercakup dalam pengertian kekayaaan rumah tangga adalah kekayaan rill (rumah,
tanah, dan mobil) dan financial (deposito berjangka, saham, dan surat-surat
berharga). Kekayaan tersebut dapat meningkatkan konsumsi, karena menambah
pendapatan disposable.
c. Tingkat Bunga (Interest Rate)
Tingkat bunga yang tinggi dapat mengurangi keinginan konsumsi. Dengan tingkat
bunga yang tinggi, maka biaya ekonomi (opportunity cost) dari kegiatan konsumsi
akan semakin maha. Bagi mereka yang ingin mengonsumsi dengan berutang dahulu,
misalnya dengan meminjam dari bankatau menggunakan kartu kredit, biaya bunga
semakin mahal, sehingga lebih baik menunda/mengurangi konsumsi.
d. Perkiraan Tentang Masa Depan (Household Expectation About The Future)
Faktor-faktor internal yang dipergunakan untuk memperkirakan prospek masa depan
rumah tangga antara lain pekerjaan, karier dan gaji yang menjanjikan, banyak
anggota keluarga yang telah bekerja.
Sedangkan faktor-faktor eksternal yang mempengaruhi antara lain kondisi
perekonomian domestic dan internasional, jenis-jenis dan arah kebijakan ekonomi
yang dijalankan pemerintah.
2. Faktor Demografi
a. Jumlah Penduduk
Jumlah penduduk yang banyak akan memperbesar pengeluaran konsumsi secara
menyeluruh, walaupun pengeluaran rata-rata per orang atau per keluarga relative
rendah. Pengeluaran konsumsi suatu negara akan sangat besar, bila jumlah penduduk
sangat banyak dan pendapatan per kapita sangat tinggi.
b. Komposisi Penduduk
Pengaruh komposisi penduduk terhadap tingkat konsumsi, antara lain :
i. Makin banyak penduduk yang berusia kerja atua produktif (15-64 tahun), makin
besar tingkat konsumsi. Sebab makin banyak penduduk yang bekerja, penghasi-
lan juga makin besar.
ii. Makin tinggi tingkat pendidikan masyarakat, tingkat konsumsinya juga makin
tinggi, sebab pada saat seseorang atau suatu keluarga makin berpendidikan
tinggi maka kebutuhan hidupnya makin banyak.
iii. Makin banyak penduduk yang tinggal di wilayah perkotaan (urban),
pengeluaran konsumsi juga semakin tinggi. Sebab umumnya pola hidup
masyarakat perkotaan lebih konsumtif disbanding masyarakat pedesaan.
3. Faktor-faktor Non Ekonomi
Faktor-faktor non-ekonomi yang paling berpengaruh terhadap besarnya konsumsi
adalah faktor social budaya masyarakat. Misalnya saja, berubahnya pola kebiasaan
makan, perubahan etika dan tata nilai karena ingin meniru kelompok masyarakat lain
yang dianggap lebih hebat/ideal.
2. Teori Abraham H. Maslow (Teori Kebutuhan)
Teori motivasi yang dikembangkan oleh Abraham H. Maslow pada intinya berkisar
pada pendapat bahwa manusia mempunyai lima tingkat atau hierarki kebutuhan, yaitu :
(1) kebutuhan fisiologikal (physiological needs), seperti : rasa lapar, haus, istirahat dan
sex; (2) kebutuhan rasa aman (safety needs), tidak dalam arti fisik semata, akan tetapi
juga mental, psikologikal dan intelektual; (3) kebutuhan akan kasih sayang (love
needs); (4) kebutuhan akan harga diri (esteem needs), yang pada umumnya tercermin
dalam berbagai simbol-simbol status; dan (5) aktualisasi diri (self actualization), dalam
arti tersedianya kesempatan bagi seseorang untuk mengembangkan potensi yang
terdapat dalam dirinya sehingga berubah menjadi kemampuan nyata.
Kebutuhan-kebutuhan yang disebut pertama (fisiologis) dan kedua (keamanan) kadang-
kadang diklasifikasikan dengan cara lain, misalnya dengan menggolongkannya sebagai
kebutuhan primer, sedangkan yang lainnya dikenal pula dengan klasifikasi kebutuhan
sekunder. Terlepas dari cara membuat klasifikasi kebutuhan manusia itu, yang jelas
adalah bahwa sifat, jenis dan intensitas kebutuhan manusia berbeda satu orang dengan
yang lainnya karena manusia merupakan individu yang unik. Juga jelas bahwa
kebutuhan manusia itu tidak hanya bersifat materi, akan tetapi bersifat pskologikal,
mental, intelektual dan bahkan juga spiritual.
Menarik pula untuk dicatat bahwa dengan makin banyaknya organisasi yang tumbuh
dan berkembang di masyarakat dan makin mendalamnya pemahaman tentang unsur
manusia dalam kehidupan organisasional, teori “klasik” Maslow semakin
dipergunakan, bahkan dikatakan mengalami “koreksi”. Penyempurnaan atau “koreksi”
tersebut terutama diarahkan pada konsep “hierarki kebutuhan “ yang dikemukakan oleh
Maslow. Istilah “hierarki” dapat diartikan sebagai tingkatan. Atau secara analogi berarti
anak tangga. Logikanya ialah bahwa menaiki suatu tangga berarti dimulai dengan anak
tangga yang pertama, kedua, ketiga dan seterusnya. Jika konsep tersebut diaplikasikan
pada pemuasan kebutuhan manusia, berarti seseorang tidak akan berusaha memuaskan
kebutuhan tingkat kedua,- dalam hal ini keamanan- sebelum kebutuhan tingkat pertama
yaitu sandang, pangan, dan papan terpenuhi; yang ketiga tidak akan diusahakan
pemuasan sebelum seseorang merasa aman, demikian pula seterusnya.
Berangkat dari kenyataan bahwa pemahaman tentang berbagai kebutuhan manusia
makin mendalam penyempurnaan dan “koreksi” dirasakan bukan hanya tepat, akan
tetapi juga memang diperlukan karena pengalaman menunjukkan bahwa usaha
pemuasan berbagai kebutuhan manusia berlangsung secara simultan. Artinya, sambil
memuaskan kebutuhan fisik, seseorang pada waktu yang bersamaan ingin menikmati
rasa aman, merasa dihargai, memerlukan teman serta ingin berkembang.
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa lebih tepat apabila berbagai kebutuhan
manusia digolongkan sebagai rangkaian dan bukan sebagai hierarki. Dalam hubungan
ini, perlu ditekankan bahwa :
• Kebutuhan yang satu saat sudah terpenuhi sangat mungkin akan timbul lagi di waktu
yang akan datang;
• Pemuasaan berbagai kebutuhan tertentu, terutama kebutuhan fisik, bisa bergeser dari
pendekatan kuantitatif menjadi pendekatan kualitatif dalam pemuasannya.
• Berbagai kebutuhan tersebut tidak akan mencapai “titik jenuh” dalam arti tibanya
suatu kondisi dalam mana seseorang tidak lagi dapat berbuat sesuatu dalam
pemenuhan kebutuhan itu.
Kendati pemikiran Maslow tentang teori kebutuhan ini tampak lebih bersifat teoritis,
namun telah memberikan fundasi dan mengilhami bagi pengembangan teori-teori
motivasi yang berorientasi pada kebutuhan berikutnya yang lebih bersifat aplikatif.
3. Pandangan Psikoanalisa Sigmund Freud
Ia meyakini bahwa kehidupan individu sebagian besar dikuasai oleh alam bawah
sadar yang mengendalikan sebagian besar perilaku. Sehingga tingkah laku banyak
didasari oleh hal-hal yang tidak disadari, seperti keinginan, impuls, atau dorongan.
Keinginan atau dorongan yang ditekan akan tetap hidup dalam alam bawah sadar dan
sewaktu-waktu akan menuntut untuk dipuaskan.Menurut Freud pikiran-pikiran yang
direpres atau ditekan merupakan sumber perilaku yang tidak normal/menyimpang.
Pandangan lengkapnya antara lain :
1. Kesadaran dan Ketidaksadaran
2. Insting dan Kecemasan
a. Kecemasan objektif
b. Kecemasan neurotik
c. Kecemasan moral
3. Mekanisme pertahanan (defence mechanism)
a. Represi
b. Pembentukan reaksi (reaction formation)
c. Proyeksi (projection)
d. Penempatan yang keliru (dispacement)
e. Rasionalisasi (rasionalisation)
f. Supresi (supression)
g. Sublimasi (sublimation)
h. Kompensasi (compensation)
i. Regresi (regression)
Freud menggunakan metode baru untuk menyembuhkan penderita tekanan Psikologis
yaitu asosiasi bebas dan analisis mimpi. Dasar terciptanya metode tersebut adalah dari
konsep alam bawah sadar, asosiasi bebas adalah metode yang digunakan untuk
mengungkap masalah-masalah yang ditekan oleh diri seseorang namun terus
mendorong keluar secara tidak disadari hingga menimbulkan permasalahan.
Sedangkan Analisis Mimpi, digunakan oleh Freud dari pemahamannya bahwa mimpi
merupakan pesan alam bawah sadar yang abstrak terhadap alam sadar, pesan-pesan
ini berisi keinginan, ketakutan dan berbagai macam aktivitas emosi lain, hingga
aktivitas emosi yang sama sekali tidak disadari. Sehingga metode Analisis Mimpi
dapat digunakan untuk mengungkap pesan bawah sadar atau permasalahan
terpendam, baik berupa hasrat, ketakutan, kekhawatiran, kemarahan yang tidak
disadari karena ditekan oleh seseorang. Ketika hal masalah-masalah alam bawah
sadar ini telah berhasil di-ungkap, maka untuk penyelesaian selanjutnya akan lebih
mudah untuk diselesaikan.
Hal-hal ini dilakukan untuk mengembangkan sesuatu yang kini dikenal sebagai "obat
dengan berbicara". Hal-hal ini menjadi unsur inti psikoanalisis. Freud terutama
tertarik pada kondisi yang dulu disebut histeria dan sekarang disebut sindrom
konversi.
4. Teori Evolusionisme
Evolusionisme adalah kepercayaan bahwa setiap masyarakat berkembang maju dari
permukaan yang sederhana melalui fase-faseyang semakin kompleks.
Counte percaya bahwa akal pikiran manusia berkembang melalui tiga fase: fase
teologis, fase metafisik, dan fase positif. Pada fase pertama masyarakat (primitif)
memandang benda-benda mati sebagai sesuatu yang hidup. Pada fase metafisik
masyarakat juga masih berpikir tentang kekuatan-kekuatan yang abstrak. Fase positif
adalah fase berpikir ilmiah dimana orang menjelaskan peristiwa-peristiwa dalam
kaitannya dengan proses alamiah.
5. Teori Difusi Inovasi
Difusi Inovasi adalah teori tentang bagaimana sebuah ide dan teknologi baru tersebar
dalam sebuah kebudayaan. Teori ini dipopulerkan oleh Everett Rogers pada tahun
1964 melalui bukunya yang berjudul Diffusion of Innovations. Ia mendefinisikan
difusi sebagai proses dimana sebuah inovasi dikomunikasikan melalui berbagai
saluran dan jangka waktu tertentu dalam sebuah sistem sosial.
Inovasi merupakan ide, praktek, atau objek yang dianggap baru oleh manusia atau
unit adopsi lainnya. Teori ini meyakini bahwa sebuah inovasi terdifusi ke seluruh
masyarakat dalam pola yang bisa diprediksi. Beberapa kelompok orang akan
mengadopsi sebuah inovasi segera setelah mereka mendengar inovasi tersebut.
Sedangkan beberapa kelompok masyarakat lainnya membutuhkan waktu lama untuk
kemudian mengadopsi inovasi tersebut. Ketika sebuah inovasi banyak diadopsi oleh
sejumlah orang, hal itu dikatakan exploded atau meledak.
Difusi inovasi sebenarnya didasarkan atas teori di abad ke 19 dari seorang ilmuwan
Perancis, Gabriel Tarde. Dalam bukunya yang berjudul “The Laws of Imitation”
(1930), Tarde mengemukakan teori kurva S dari adopsi inovasi, dan pentingnya
komunikasi interpersonal. Tarde juga memperkenalkan gagasan mengenai opinion
leadership , yakni ide yang menjadi penting diantara para peneliti efek media
beberapa dekade kemudian. Tarde melihat bahwa beberapa orang dalam komunitas
tertentu merupakan orang yang memiliki ketertarikan lebih terhadap ide baru, dan dan
hal-hal teranyar, sehingga mereka lebih berpengetahuan dibanding yang lainnya.
Orang-orang ini dinilai bisa mempengaruhi komunitasnya untuk mengadopsi sebuah
inovasi.
6. Teori Modernisasi
merupakan teori yang digunakan untuk merangkum transformasi kehidupan sosial di
suatu negara. Teori melihat pada faktor-faktor internal suatu negara, sementara
menganggap bahwa, dengan bantuan, negara-negara "tradisional" dapat dibawa ke
pembangunan dengan cara yang sama dengan negara telah lebih maju. Teori
modernisasi berupaya untuk mengidentifikasi variabel-variabel sosial yang
berkontribusi pada kemajuan sosial dan pengembangan masyarakat, dan berusaha
untuk menjelaskan proses evolusi sosial. Tidak mengherankan, teori modernisasi
tunduk terhadap kritik yang berasal di antara komunis dan ideologi pasar bebas, teori
sistem dunia, globalisasi teori dan teori ketergantungan antara lain. Teori modernisasi
tidak hanya menekankan proses perubahan tetapi juga tanggapan-tanggapan terhadap
perubahan itu. Ini juga terlihat pada dinamika internal sementara mengacu pada
struktur sosial dan budaya dan adaptasi teknologi baru.
BAB III
Metoda Penelitian
I. Kuesioner
Pada bab ini, akan dibahas mengenai hasil survey kuesioner terhadap mahasiswa ITB
yang memiliki pengalaman dalam penggunaan obat tradisional dan obat sintetik.
Tujuan dari survey ini adalah untuk melihat,
1. Pilihan konsumsi mahasiswa dalam menggunakan obat tradisional atau obat sintetik
2. Contoh obat tradisional atau obat sintetik yang digunakan
3. Alasan menggunakan obat tradisional dan obat sintetik
4. Efek samping dalam penggunaan obat
5. Pendapat mahasiswa secara general dalam pemilihan obat yang lebih baik, yaitu
sedikit efek samping, harga obat yang terjangkau, dan apakah obat tersebut teruji
secara klinis oleh Departemen Kesehatan RI.
Berikut ini merupakan hasil kuesioner yang didapat,
1. Asal daerah
67.14
22.86
4.29 4.28 1.43
Jawa (%)
Sumatra (%)
Kalimantan (%)
Sulawesi (%)
Bali (%)
Gambar 1 Hasil Kuesioner Asal Daerah
2. Agama
72.86
17.14
7.14
1.43 1.43
Islam (%)
Kristen (%)
Katolik (%)
Hindu (%)
Budha (%)
Gambar 2 Hasil Kuesioner Agama
3. Penghasilan keluarga
17.14
20.0062.86 < 1 jt (%)
1 - 2 jt (%)
> 2 jt (%)
Gambar 3 Hasil Kuesioner Penghasilan Keluarga
4. Pernah menggunakan obat tradisional
91.43
8.57
Ya (%)
Tidak (%)
Gambar 4 Hasil Kuesioner Pernah Menggunakan Obat Tradisional
5. Contoh obat tradisional yang digunakan
Daun pepaya
Daun kumis kucing
Jeruk nipis
Kunyit
Beras kencur
Kecap
Garam
Jamu
Telur ayam kampung
Pucuk Jambu
Jahe
Asam Jawa
Daun sirih
Lengkuas
Minyak tawon
Madu
Air kelapa
Minyak kobra
Buah maladewa
Temulawak
Mengkudu
Jus buah
6. Alasan menggunakan obat tradisional
69.057.14
11.90
11.91
Saran ortu (%)
Saran teman (%)
Pengetahuan (%)
dll. (%)
Gambar 5 Hasil Kuesioner Alasan Penggunaan Obat Tradisional
7. Efek samping dari penggunaan obat tradisional
90
10
Tidak (%)
Ya (%)
Gambar 6 Hasil Kuesioner Efek Penggunaan Obat Tradisional
8. Pernah menggunakan obat sintetik
100
0
Ya (%)
Tidak (%)
Gambar 7 Hasil Kuesioner Pernah Menggunakan Obat Sintetik
9. Contoh obat sintetik yang digunakan
Decolgen
Antalgin
Penisilin
Adem sari
Fix Formula 44
Paramex
OBH Combi
Parasetamol
Inza
Oskadon
Komix
Panadol
Biogesic
Amoxixilin
Stop cold
Bodrex
Promaag
Antimo
Actifed
Woods
Segar sari
Diatabs
10. Alasan menggunakan obat sintetik
34.10
10.2218.18
37.5
Saran ortu (%)
Saran teman (%)
Pengetahuan (%)
dll. (%)
Gambar 8 Hasil Kuesioner Alasan Penggunaan Obat Sintetik
11. Efek samping dari penggunaan obat sintetik
41.43
58.57
Tidak (%)
Ya (%)
Gambar 9 Hasil Kuesioner Efek samping dari penggunaan obat sintetik
12. Obat yang lebih baik digunakan untuk penyembuhan 1 jenis penyakit tertentu
35.71
64.29
Tradisional (%)
Sintetik (%)
Gambar 10 Hasil Kuesioner Obat yang Lebih Baik untuk 1 Jenis Penyakit Tertentu Di Mata Masyarakat
13. Obat yang lebih baik digunakan oleh masyarakat sekarang ini
57.1442.86
Tradisional (%)
Sintetik (%)
Gambar 11 Hasil Kuesioner Obat yang Lebih Baik Untuk Semua Jenis Penyakit Secara Umum Di Mata
Masyarakat
Dari hasil kuesioner di atas, dapat kita analisa bahwa,
1. 91.43% mahasiswa ITB pernah menggunakan obat tradisional dan sisanya tidak
pernah. Hal ini dikarenakan mayoritas mahasiswa berasal dari daerah yang warisan
budayanya, dalam hal ini suku, masih kuat. Obat tradisional merupakan warisan
budaya yang diturunkan dari generasi ke generasi berikutnya sehingga
penggunaannya masih dipegang oleh generasi sekarang.
2. Banyak contoh obat tradisional yang digunakan oleh mahasiswa, seperti:
Jeruk nipis dan kecap: menyembukan batuk
Jamu: untuk menyehatkan tubuh
Pucuk daun jambu: untuk menyembuhkan diare
Jahe: untuk menyembuhkan batuk
Daun sirih: untuk mengatasi masalah kewanitaan
Madu: untuk menjaga stamina tubuh
Air kelapa: untuk melancarkan peredaran darah
Temulawak: untuk menyembuhkan penyakit kuning
dan masih banyak fungsi lainnya.
3. Alasan orang menggunakan obat tradisional adalah
Saran orang tua (69.05%)
Hal ini dikarenakan, masih dipegangnya nasehat orang tua yang dihubungkan
dengan warisan budaya dan pengalaman orang tua itu sendiri.
Saran teman (7.14%)
Teman atau orang dekat juga berpengaruh terhadap informasi obat bagi
mahasiswa.
Pengetahuan (11.90%)
Bersumber dari buku, internet, dan hasil jurnal pengetahuan yang mengulas
tentang obat-obatan.
Dan lain-lain (11.91%)
Bersumber dari dokter, apoteker, perawat, maupun pelayan medis lainnya.
4. 10% mahasiswa mengalami efek samping terhdap penggunaan obat tradisional dan
sisanya tidak. Efek samping yang ditimbulkan a.l.: kantuk, lidah berwarna, dan rasa
obat yang pahit.
5. Semua mahasiswa ITB (100%) pernah menggunakan obat sintetik. Hal ini disebabkan
semakin bertambahnya jumlah obat di masyarakat, baik obat tradisional maupun
sintetik, yang didukung oleh kemajuan teknologi.
6. Banyak contoh obat sintetik yang digunakan, seperti:
Decolgen: menyembuhkan sakit kepala
Antalgin: menyembuhkan sakit gigi
Adem Sari: menyembuhkan panas dalam
Fix Formula 44: menyembuhkan batuk
Inza: menyembuhkan flu
Panadol: menyembuhkan demam
Promaag: menyembuhkan sakit maag
dan masih banyak fungsi lainnya.
7. Alasan orang menggunakan obat sintetik adalah
Saran orang tua (34.10%)
Saran teman (10.22%)
Pengetahuan (18.18%)
Dan lain-lain (37.5%), bersumber dari: iklan, spanduk, dokter, apoteker, dan
perawat.
Dari hasil di atas, dapat dilihat bahwa persentase untuk dll. lebih mendominasi. Hal
ini dikarenakan semakin banyak obat sintetik yang diproduksi dan diiklankan melalui
berbagai media sehingga informasinya lebih cepat berkembang dalam masyarakat
dibandingkan obat tradisional yang penyebaran informasinya dari mulut ke mulut.
8. Untuk efek samping yang ditimbulkan obat sintetik, 58.57% mahasiswa mengalami
efek samping dan sisanya tidak. Hal ini disebabkan adanya campuran zat kimia dalam
obat yang dihasilkan industri tersebut. Akumulasi zat kimia dalam tubuh ini juga
perlu kita perhatikan karena jika berlebihan akan menimbulkan penyakit tertentu yang
lebih berbahaya.
Efek samping yang ditimbulkan akibat penggunaan obat sintetik adalah kantuk, perut
mual, dan kepala pusing setelah mengkonsumsi obat tersebut, dan efek lainnya.
9. Untuk menyembuhkan 1 jenis penyakit tertentu, lebih baik menggunakan obat sintetik
(64.29%). Maksudnya adalah untuk menyembuhkan 1 jenis penyakit umum, seperti
batuk, pilek, demam, flu, dll., lebih baik menggunakan obat sintetik yang lebih praktis
dibandingkan obat tradisional.
Hal ini dikaitkan dengan banyaknya rutinitas masyarakat sehingga adanya anggapan,
tidak adanya waktu untuk mengolah obat tradisional untuk dikonsumsi dan lebih baik
menggunakan obat sintetik.
10. Untuk penggunaan jenis obat, 57.14% koresponden lebih memilih obat tradisional dan
sisanya obat sintetik. Maksudnya adalah penggunaan obat untuk menyembuhkan
semua jenis penyakit secara general.
Berikut ini merupakan perbandingan obat tradisional dan obat sintetik.
Obat Tradisional Obat Sintetik
Lebih berkhasiat
Lebih alami
Sedikit/tanpa efek samping
Lebih murah
Memajukan ekonomi rakyat
Lebih terjamin kualitasnya
Izin DepKes RI
Teruji klinis
Sesuai resep dokter
Praktis
Modern
Dari hasil kuesioner di atas, dapat disimpulkan bahwa jenis obat yang lebih baik
digunakan oleh masyarakat sekarang adalah jenis obat tradisional.
BAB IV
Analisis dan Pembahasan
1. Sekilas tentang obat-obatan
Ada dua macam obat-obatan, yaitu:
a. Obat Bahan Alam:
i. Obat tradisional: obat yang pemakaiannya berdasarkan pemakaian empiris
turun temurun dan tidak ada pengujian pra klinis dan klinis
ii. Obat herbal terstandar: obat yang pemakaiannya berdasarkan pemakaian
empiris turun temurun dan sudah mengalami pengujian pra klinis
iii. Fitofarmaka: obat yang pemakaiannya berdasarkan pemakaian empiris turun
temurun dan sudah mengalami pengujian pra klinis dan klinis
b. Obat Sintetik: obat yang sebenarnya juga berasal dari tumbuhan atau hewan yang
diproses secara kimiawi untuk diambil zat aktifnya (zat yang berkhasiat). Misalnya
obat obat yang biasanya diresepkan oleh dokter.
2. Pembahasan
Obat-obatan termasuk salah satu barang yang dikonsumsi manusia dan termasuk barang
yang bisa dikomersialkan. Karena itu dalam mengamati perilaku manusia dalam
menggunakan obat-obatan, kita bisa menggunakan Teori Konsumsi. Berdasarkan Teori
Konsumsi dan hasil wawancara dan kuesioner, kami mengumpulkan faktor-faktor yang
mempengaruhi masyarakat dalam menggunakan obatan-obatan. Di dalam pembahasan
masing-masing faktor tersebut juga kami analisa dengan teori-teori psikologi dan sosial
lainnya yang mempengaruhi faktor-faktor tersebut.
a) Faktor Ekonomi.
Salah satu faktor yang mempengaruhi penggunaan suatu obat-obatan, baik itu obat
tradisional maupun obat modern atau sintetik, adalah faktor ekonomi. Diantaranya
adalah:
i. Harga Obat. Berdasarkan hasil kuesioner dan wawancara, responden
beranggapan bahwa lebih murah untuk menggunakan obat tradisional
daripada obat sintetik. Hal ini disebabkan obat sintetik adalah obat yang
sudah melalui uji klinis, berbeda dengan obat tradisional. Sehingga dalam
hal ini terdapat beban biaya penelitian yang dimasukkan ke dalam biaya
sintetik. Selain itu, obat sintetik juga didapatkan dari pengolahan kimiawi
yang juga membutuhkan biaya yang tidak sedikit, berbeda dengan obat
tradisional yang umumnya pengolahannya masih sederhana atau sedikit
modern.
ii. Penghasilan dan kekayaan masyarakat. Hal ini sangat mempengaruhi
keputusan masyarakat dalam memilih obat sintetik atau obat tradisional. Hal
ini dapat terlihat berdasarkan hasil kuesioner bahwa masyarakat yang
penghasilannya besar cenderung menggunakan obat sintetik yang lebih
mahal.
b) Faktor Demografi
Jumlah penduduk yang banyak akan memperbesar pengeluaran konsumsi
secara menyeluruh, walaupun pengeluaran rata-rata per orang atau per
keluarga relatif rendah. Artinya daya beli masyarakat dengan jumlah penduduk
yang banyak cenderung rendah sehingga daya beli terhadap obat-obatan juga ikut
rendah. Pada umumnya masyarakat dengan daya beli rendah jika sedang ditimpa
penyakit akan mengobati penyakitnya sendiri tanpa membeli obat sintetik atau obat
tradisional yang dijual pasaran, tapi mengobatinya dengan obat tradisional yang
langsung diperoleh sendiri dari alam.
c) Faktor Non Ekonomi
i. Khasiat dan Kepercayaan. Obat sintetik umumnya lebih dipercaya daripada
obat tradisional. Hal ini disebabkan karena sudah banyak pembuktian ilmiah
tentang khasiat obat sintetik daripada khasiat obat tradisional. Hal ini tampak
pada hasil kuesioner bahwa sebanyak 35,72% responden memilih obat
tradisional dan 64,28% memilih obat sintetik. Data ini untuk kasus pada
penyakit yang non kronis. Adapun untuk penyakit kronis, umumnya
masyarakat memilih obat sintetik. Sebenarnya, pada umumnya masyarakat
lebih menganjurkan untuk menggunakan obat tradisional karena efek
sampingnya yang relatif lebih sedikit (menurut pengetahuan yang ada), namun
dalam kenyataannya masyakarat ingin supaya penyakitnya cepat sembuh dan
merasa aman dalam mengkonsumsi obat sehingga menggunakan obat farmasi
sintetik. Menurut teori Abraham H. Maslow (teori kebutuhan), selain
mementingkan kebutuhan fisiologis, masyarakat juga memiliki kebutuhan
akan rasa aman. Sehingga masyarakat lebih cenderung memilih obat yang
sudah terjamin khasiat dan efek sampingnya tidak terlalu membahayakan.
ii. Kepercayaan tradisional. Ada sebagian masyarakat yang percaya dengan obat
tradisional karena motivasinya yang kuat terhadap agama dan
kepercayaannya. Hal ini disebabkan karena manusia hidup dikuasai oleh alam
bawah sadarnya yang sangat mempengaruhi tingakh laku mereka. Hal ini
dijelaskan di dalam teori Psikoanalisa Sigmund Freud.
iii. Keluarga. Keluarga, terutama saran dari orang yang lebih tua sangat
menentukan keputusan seseorang memilih obat-obatan. Hal ini berdasarkan
hasil wawancara kami kepada beberapa responden yang berasal dari kalangan
mahasiswa.
iv. Kepraktisan. Umumnya masyarakat beranggapan bahwa obat sintetik lebih
praktis daripada obat tradisional. Karena obat sintetik umumnya sudah
dikemas sedemikian rupa sehingga bisa langsung dikonsumsi. Berbeda dengan
sebagian obat tradisional yang harus melalui proses pengolahan terlebih
dahulu (karena banyak obat tradisional yang masih mentah / belum diolah)
atau harus dikonsumsi dengan prosedur tertentu. Tapi umumnya obat
tradisional yang berada di pasaran sudah dikemas dengan baik walaupun
terkadang masih sulit untuk dikonsumsi.
v. Efek samping. Pada umumnya, maysarakat berpendapat bahwa obat sintetik
memiliki efek samping yang lebih besar dibandingkan obat tradisional.
Namun, para ahli farmasi yang kami wawancarai (beberapa dosen farmasi)
tidak membenarkan hal ini. Menurut mereka, persepsi ini disebabkan karena
publikasi tentang khasiat dan efek samping obat-obatan sintetik sudah tersebar
ke dalam masyarakat. Obat-obatan sintetik memang sudah melalui uji coba
klinis. Berbeda dengan kebanyakan obat tradisional yang masih jarang diteliti
oleh para ahli farmasi sehingga kurang banyak diketahui khasiat dan efek
sampingnya.
vi. Pendidikan. Pada era sekarang, pendidikan sudah lebih maju dari era
sebelumnya sehingga masyarakat lebih percaya kepada obat yang sudah teruji
secara klinis (izin Departemen Kesehatan).
vii. Asal daerah. Daerah perkotaan cenderung memilih obat sintetik sementara
daerah pedesaaan (ataupun yang masih terdapat hutan) cenderung memilih
obat tradisional.
viii. Modernisasi teknologi dan kebudayaan. Semua responden menggunakan obat
farmasi, namun hanya sebagian saja yang menggunakan obat tradisional. Hal
ini disebabkan sudah menjadi hal yang umum di masyarakat untuk
menggunakan obat sintetik untuk mengobati penyakit. Ide menggunakan obat
sintetik sudah menjamur di dalam masyarakat karena pengaruh kuatnya
pengetahuan ilmiah tentang obat sintetik dan masyarakat sudah mulai melek
ilmu pengetahuan dan teknologi sehingga lebih percaya perkataan para ahli
yang sudah melakukan penelitian sebelumnya. Hal ini sebagaimana dijelaskan
pada teori difusi inovasi dan evolusionisme.
ix. Pengaruh budaya asing. Menurut teori difusi, antar suku bangsa saling
mempengaruhi dalam pengembangan teknologi dan budaya obat-obatan,
misalnya obat-obatan dari cina dan arab masuk ke Indonesia.
BAB V
Kesimpulan dan Saran
1. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan pada analisis terhadap data kuesioner, dan wawancara,
beberapa kesimpulan yang bisa ditarik adalah:
a) Masyarakat lebih memilih menggunakan obat sintetik dari pada obat tradisional
b) Faktor utama yang mempengaruhi penggunaan obat di masyarakat: keluarga,
khasiatnya, harga obat, kepraktisan, efek samping, tingkat pendidikan masyarakat
c) Agama, kepercayaan, dan lingkungan masyarakat berpengaruh terhadap pemilihan
obat oleh seorang individu
d) Teknologi pengolahan obat tradisional dan sintetik sudah semakin berkembang
sesuai dengan tuntutan pasar
e) Obat sintetik berkhasiat dan cepat untuk mengobati penyakit, namun memiliki
efek samping yang cukup tinggi. Sementara obat tradisional cukup berkhasiat
namun lambat dalam mengobati penyakit, dan memiliki efek samping yang relatif
rendah.
f) Pasar obat tradisional cukup berprospek di waktu yang akan datang
2. Saran
a. Penggunaan obat tradisional seharusnya lebih meningkat dibandingkan dengan
penggunaan obat sintetik. Alasannya untuk memajukan ekonomi rakyat. Karena
umumnya masayarakat pedesaan yang memproduksi obat tradisional, sementara
sebagian besar masyarakat Indonesia tinggal di wilayah pedesaan.
b. Obat tradisional diharapkan memiliki khasiat yang lebih baik daripada obat
sintetik. Hal ini bisa dibuktikan dengan cara pengujian klinis pada obat-obatan
tradisional. Sebab sampai saat ini, masih banyak obat tradisional yang belum diuji
coba secara klinis.
c. Pemerintah seharusnya lebih memperhatikan produsen-produsen obat-obatan
tradisional dalam pengembangannya.
DAFTAR PUSTAKA
Chairil N. Siregar, Grand Theories, Middle Range And Specific Theories .
----------, Kumpulan Skripsi Online Full Content: http://one.indoskripsi.com/ , tanggal akses:
18 Oktober 2009
Blog Dokter, http://www.blogdokter.net, tanggal akses: 17 Oktober 2009
Wikipedia The Free Encyclopedia, http://en.wikipedia.org/ , tanggal akses: 17 Oktober 2009