KEANEKARAGAMAN JENIS JAMUR MAKRO PADA DUA KONDISI HUTAN BERBEDA DI KALAMPANGAN ZONE CIMTROP KALIMANTAN TENGAH Patricia Erosa Putir 1 , Djumali Mardji 2 dan B.D.A.S. Simarangkir 3 1 Fakultas Kehutanan Univ. Palangka Raya, Palangka Raya. 2 Laboratorium Perlindungan Hutan, Fahutan Unmul, Samarinda. 3 Laboratorium Silvikultur, Fahutan Unmul, Samarinda ABSTRACT. Species Diversity of Macro Fungi on Two Different Forests Conditions at Kalampangan Zone Cimtrop, Central Kalimantan. The aims of this research were to find out diversity of macro fungi in two forests with different conditions, they were primary natural forest and burned forest; dominant macro fungi which could be used as a distinctiveness of the two forests and edible macro fungi, used as medicine, mycorrhizal fungi and parasitic as well as saprophytic fungi. Results of this research showed that the highest diversity, dominant and evenness of species in the natural primary forest was Trametes sp., while in the burned-over forest was Marasmius sp. Dominant macro fungi in the natural primary forest was Trametes sp., while in the burned-over forest was Marasmius sp. Macro fungi which could be used as medicine were Ganoderma lucidum, Auricularia auricula and Pleurotus sp., mycorrhizal fungi were Geastrum spp., Scleroderma spp., Laccaria spp., Lepiota spp., Russula spp., Hygrophorus sp., Paxillus sp., Strobilomyces spp., Cantharellus minor and Phallus indusiatus. Most of found fungi were saprophytes, while the parasitic fungi were Phellinus spp., Trametes spp., Fomes spp., Fomitopsis spp. and Ganoderma spp. Kata kunci: hutan alam, hutan bekas terbakar, keanekaragaman, Kalampangan. Luas hutan hujan tropika di dunia hanya meliputi 7% dari luas permukaan bumi, tetapi mengandung lebih dari 50% jumlah jenis baik flora dan fauna yang ada di seluruh dunia. Kenyataan ini menunjukkan, bahwa hutan hujan tropika merupakan salah satu pusat ragam hayati terpenting di dunia. Laju kerusakan hutan hujan tropika yang relatif cepat (bervariasi menurut negara) telah menyebabkan tipe hutan ini menjadi pusat perhatian dunia internasional. Meskipun luas Indonesia hanya 1,3% dari luas bumi, tetapi memiliki ragam hayati yang tinggi, meliputi 10% dari jumlah jenis tumbuhan berbunga, 12% dari jumlah jenis mamalia, 16% dari jumlah jenis reptilia, 17% dari jumlah jenis burung dan 25% dari jumlah jenis ikan di seluruh dunia. Hal ini menyebabkan Indonesia menjadi pusat perhatian dunia internasional dalam hal ragam hayatinya (Haryanto, 1995). Sebagai penopang kehidupan, keanekaragaman hayati mencakup semua bentuk kehidupan di muka bumi, mulai dari makhluk sederhana seperti jamur dan bakteri hingga makhluk yang mampu berpikir seperti manusia. Mardji dan Soeyamto (1999) menyatakan, bahwa jamur merupakan salah satu modal alami yang berperan penting dalam pembangunan sehingga keberadaannya perlu diketahui dan manfaatnya perlu digali. 155
16
Embed
KEANEKARAGAMAN JENIS JAMUR MAKRO PADA DUA … · 1,3% dari luas bumi, tetapi memiliki ragam hayati yang tinggi, meliputi 10% dari ... di lapangan serta sebagai informasi awal dalam
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
KEANEKARAGAMAN JENIS JAMUR MAKRO PADA DUA
KONDISI HUTAN BERBEDA DI KALAMPANGAN ZONE
CIMTROP KALIMANTAN TENGAH
Patricia Erosa Putir1, Djumali Mardji
2 dan B.D.A.S. Simarangkir
3
1Fakultas Kehutanan Univ. Palangka Raya, Palangka Raya.
Pada Tabel 5 terlihat, bahwa H’, C dan e jamur makro yang paling tinggi adalah
jenis Marasmius (Tricholomataceae) dengan nilai H’ = 0,122004, C = 0,021316 dan
e = 0,073375. Hal ini menunjukkan, bahwa Marasmius sp. memiliki kemampuan
tumbuh yang lebih tinggi dibanding jenis-jenis jamur makro lain yang terdapat pada
areal yang diteliti. Sebagian besar Marasmius sp. lebih banyak ditemukan tumbuh di
serasah pada areal bekas terbakar, yang berarti bahwa kondisi lingkungan
mendukung pertumbuhannya, yaitu karena hutannya telah terbakar, maka terjadi
kelembapan udara yang relatif rendah, suhu udara dan suhu tanah cukup tinggi,
sehingga hanya jenis ini yang mampu beradaptasi dengan baik. Menurut Soepardi
(1978) dan Sutedjo dkk. (1991) dalam Suciatmih (1999), jamur tanah/serasah
hidupnya tergantung pada tersedianya bahan organik. Hilangnya vegetasi pada areal
bekas terbakar di Kalampangan akan mempengaruhi sifat fisika dan kimia tanah dan
iklim mikro tempat tersebut. Namun, sejalan dengan bertambahnya waktu dan
timbulnya beraneka jenis semak belukar pada lahan bekas terbakar akan mendorong
pemulihan lahan tersebut dengan ditandai terkumpulnya bahan organik yang
selanjutnya dapat memperbaiki sifat fisika-kimia tanah serta iklim mikronya.
Pada areal bekas terbakar ditemukan 5 jenis jamur ektomikoriza yaitu jenis
Scleroderma aerolatum, S. verrucosum, S. cornusum serta 2 jenis Scleroderma.
Penelitian jenis jamur ektomikoriza yang dilakukan oleh Noor (2002) di Hutan
Lindung Sungai Wain Balikpapan menghasilkan, bahwa pada areal bekas terbakar
ditemukan 6 jenis jamur ektomikoriza yang terdiri atas kelas Basidiomycetes, yaitu
dari marga Cortinarius, Paxyllus, Amanita dan Inocybe masing-masing 1 jenis dan
kelas Gasteromycetes hanya 2 marga yaitu Scleroderma dan Calvatia masing-
masing 1 jenis. Perbedaan ragam jenis jamur ektomikoriza pada areal bekas terbakar
di Kalampangan dan Hutan Lindung Sungai Wain diduga karena luas areal
penelitian yang berbeda dan intensitas terjadinya kebakaran pada 2 lokasi tersebut.
Pada hutan bekas terbakar di areal yang diteliti ditemukan 184 jenis jamur makro, di
antaranya sebanyak 162 jenis yang dapat diidentifikasi dan terdapat 23 jenis
Marasmius sp., yang mana jenis ini lebih dominan dibanding jenis-jenis jamur
makro lainnya yang terdapat pada areal yang diteliti.
167 Putir dkk. (2008) Keanekaragaman Jenis Jamur Makro
Manfaat Jenis Jamur yang Ditemukan
a. Jamur konsumsi dan berkhasiat sebagai obat. Jamur yang ditemukan di areal
penelitian yang dapat dikonsumsi/dimakan sekaligus juga berkhasiat sebagai obat
adalah jenis jamur kuping (Auricularia auricula) dan jamur tiram (Pleurotus sp.).
Jamur kuping yang dikonsumsi biasanya dijual dalam bentuk kering. Dalam keadaan
kering jamur kuping tahan disimpan dalam jangka waktu lama. Jamur kuping yang
sudah dikeringkan menjadi sangat mengerut dan harus direndam di dalam air
sebelum dimakan. Jamur kuping biasanya digunakan untuk campuran sop, di
Indonesia lebih dikenal dengan nama sop kimlo. Selain untuk dikonsumsi sebagai
makanan, jamur kuping juga berkhasiat sebagai obat, yaitu lendir yang terdapat
ketika jamur direndam dapat menjadi penawar racun atau senyawa toksik yang
berasal dari sisa/residu pestisida, deterjen ataupun mengandung logam berat yang
membahayakan (Suriawiria, 2000). Menurut seorang peneliti Amerika, Dr. Dale
Hammerschmidt dari Minnesota Medical School dalam Anonim (2000), bahwa
jamur kuping jika disajikan dalam menu makanan sehari-hari berkhasiat
melancarkan peredaran darah dalam tubuh sekaligus, mencegah penyumbatan
pembuluh darah.
Jamur tiram atau shimeji, hiratake (Jepang) dan abalone-mushroom atau osyter
mushroom (di Eropa atau Amerika) dapat dikonsumsi dalam bentuk sayuran serta
dapat diolah menjadi makanan lain seperti kerupuk atau keripik. Di restoran di
Jakarta, jamur tiram juga diolah sebagai bahan campuran lalap atau gado-gado serta
ada pula yang dibuat dalam bentuk pepes/pais jamur tiram. Kandungan gizi yang
terdapat dalam jamur tiram tergolong tinggi. Protein nabati yang dikandung dapat
mencapai 1030%. Belum lagi kandungan asam aminonya yang cukup lengkap,
termasuk asam amino esensial yang dibutuhkan tubuh. Selain itu, jika dikonsumsi
dalam bentuk kering, jamur tiram mengandung vitamin C sebanyak 35–58 mg/100 g
dan vitamin B2 sebanyak 4,7–4,9 mg/100 g (Anonim, 2001). Sebagai obat, jamur
tiram juga mengandung folic acid yang cukup tinggi yang mampu menyembuhkan
anemia (Suharjo, 2007). Selain itu juga dapat mencegah penyakit kolesterol,
hipertensi dan serangan jantung (Anonim, 2001). Di Palangka Raya Kalimantan
Tengah, jamur tiram sudah banyak dibudidayakan.
b. Jamur berkhasiat obat. Jamur lain yang ditemukan yang berkhasiat sebagai obat
adalah Ganoderma lucidum. Para herbalis Cina sering menyebutnya chi zhi atau
chih lingzhi (Suharjo, 2007). Kandungan gizi nutrisi jamur lingzhi, seperti di dalam
jamur dan tumbuh-tumbuhan lainnya adalah polisakarida, lemak, protein, vitamin,
serat dan mineral. Tetapi pada jamur lingzhi kandungan senyawa tersebut ditambah
dengan senyawa-senyawa lainnya seperti vitamin B1 (thiamin), B2 (riboflavin) dan
C, juga niasin, biotin dan beberapa vitamin lainnya. Di dalam produk lingzhi, baik
dalam bentuk miselia/serat atau tubuh buah masih terkandung senyawa bermanfaat
lainnya, seperti steroid, flavonoid, glikosida, saponim, koumarin, senyawa fenol,
adenosin, triterpenoid dan sebagainya yang memiliki manfaat khusus untuk
kesehatan dan kebugaran agar tetap seimbang dan terjaga baik. Di samping senyawa
bermanfaat lainnya, seperti zat pengatur tumbuh, asam ganoderik, ganodermin yang
memiliki peran khusus untuk menghambat pertumbuhan kanker dan tumor. Jenis
JURNAL KEHUTANAN TROPIKA HUMIDA 1 (2), OKTOBER 2008 168
jamur lain yang juga berkhasiat sebagai obat adalah jenis Marasmius dan Collybia terutama jenis Marasmius androsaceus yang memilki komponen marasmic acid untuk analgesik, efek sedatif dan Collybia velutipes yang memiliki komponen
eritadenim untuk penurun kolesterol (Suriawiria, 2000). c. Jamur mikoriza. Mikoriza (mikes = jamur, rhiza = akar) ialah struktur akar yang terbentuk sedemikian rupa hasil simbiosis mutualistis antara akar dengan jamur (Mardji, 2005). Selanjutnya dikemukakannya, bahwa fungsi mikoriza dalam ekosistem hutan adalah membantu tumbuhan meningkatkan penyerapan air dan unsur hara dari dalam tanah, sehingga memacu pertumbuhan tumbuhan serta untuk
mencegah serangan patogen akar; akar bermikoriza lebih tahan terhadap kekeringan tanah sehingga tanaman dapat bertahan hidup karena akar-akarnya masih mampu menyerap air dan hara. Jenis-jenis jamur mikoriza yang ditemukan pada areal yang diteliti adalah Lepiota spp., Scleroderma spp., Russula spp., Laccaria spp., Geastrum spp., Hygrophorus sp., Paxillus sp., Strobilomyces spp., Cantharellus minor dan Phallus indusiatus.
d. Jamur parasit dan saprofit. Jamur yang ditemukan pada areal yang diteliti yang bersifat parasit yaitu jenis Phellinus sp. yang ditemukan pada pohon hidup (Geronggang) serta jamur lain yang ditemukan pada kayu mati yang juga bersifat parasit yaitu Trametes spp., Fomes spp., Fomitopsis spp. dan Ganoderma spp. Jamur-jamur yang bersifat parasit ini dapat menyebabkan busuk hati (growong) pada pohon-pohon besar dan merugikan bila menyerang jenis pohon komersil. Sebagian
besar jamur lain yang tumbuh di kayu mati masih belum diketahui apakah bisa tumbuh di pohon hidup sebagai parasit atau tidak, karena ada jamur yang bersifat sebagai parasit fakultatif, yaitu jamur yang biasanya hidup sebagai saprofit, tetapi juga dapat hidup sebagai parasit bila mendapatkan inang yang sesuai. Sebagian besar jamur yang ditemukan bersifat saprofit sementara jenis-jenis lain belum diketahui apakah beracun atau tidak.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan Pada plot hutan alam jumlah jenis jamur makro lebih banyak dibandingkan pada
plot hutan bekas terbakar. Jumlah jenis jamur makro yang ditemukan pada plot hutan alam adalah 273 jenis, di antaranya 228 jenis yang dapat diidentifikasi dan 45 jenis yang belum bisa diidentifikasi. Jumlah jenis jamur makro pada plot hutan bekas terbakar adalah 184 jenis, di antaranya 162 jenis yang bisa diidentifikasi dan 22 jenis yang belum bisa diidentifikasi.
Keanekaragaman, dominasi dan kemerataan jenis tertinggi pada hutan alam adalah jenis Trametes, dengan demikian dapat dikatakan bahwa Trametes sp. menjadi penciri pada hutan alam, sedangkan pada hutan bekas terbakar adalah jenis Marasmius dan jenis ini menjadi penciri dari hutan bekas terbakar.
Jenis jamur makro yang bisa dimanfaatkan untuk obat adalah Ganoderma lucidum serta jamur yang bisa dimakan dan untuk obat adalah Auricularia auricula yang lebih dikenal dengan nama jamur kuping dan Pleurotus sp. (jamur tiram) yang sudah dikenal secara luas oleh masyarakat dan dapat dibudidayakan. Lepiota spp., Russula spp., Geastrum spp., Laccaria spp., Scleroderma spp., Hygrophorus sp., Paxillus sp., Strobilomyces spp., Cantharellus minor dan Phallus indusiatus
169 Putir dkk. (2008) Keanekaragaman Jenis Jamur Makro
merupakan jamur simbion pembentuk mikoriza, sebagian besar jamur yang
ditemukan bersifat saprofit, sedangkan Phellinus sp. Trametes spp., Fomes spp.,
Fomitopsis spp. dan Ganoderma spp., bersifat parasit pada pohon hidup, sementara
jenis-jenis lain belum dapat diketahui apakah beracun atau tidak.
Saran
Perlu adanya rentang waktu pengamatan lapangan yang cukup lama agar cukup
waktu bagi jamur makro lain yang belum ditemukan untuk membentuk tubuh buah
dan dapat digunakan sebagai tambahan informasi tentang keanekaragaman jenis
jamur yang lebih lengkap.
Perlu dikembangkan penelitian lanjutan tentang jenis-jenis jamur potensial
sebagai simbion pembentuk mikoriza berbagai jenis tumbuhan hutan, jenis-jenis
jamur beracun dan khasiatnya sebagai insektisida serta budidaya jamur yang dapat
dikonsumsi dan yang berkhasiat sebagai obat.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2000. Ciri-ciri Umum Jamur. (http://free.vlsm.org/v12//Praweda/Biologi,2000). 2 h.
Anonim. 2001. Jamur Kayu. Agro Media Pustaka, Jakarta. 52 h.
Haeruman, H. 1993. Biodiversity. Action Plan for Indonesia. Ministry of National
Development Planning Agency, Jakarta. 144 h.
Haryanto. 1995. Konservasi Keanekaragaman Hayati di Hutan Tropika. Makalah Pelatihan
Teknik Pengukuran dan Monitoring Biodiversity di Hutan Tropika Indonesia. Fakultas
Kehutanan Institut Pertanian Bogor, Bogor. 46 h.
Imazeki, R.; Y. Otani dan T. Hongo. 1998. Nihon no Kinoko (Fungi of Japan). Yama-Kei
Publishers Co., Ltd. Tokyo, Japan. 622 h.
Laessǿe, T. 1998. Mushroom. Dorling Kindersley Ltd., London. 304 h.
Mardji, D. dan Ch. Soeyamto. 1999. Jenis-jenis Jamur dari Labanan, Kabupaten Berau
Kalimantan Timur. Laporan Penelitian, Berau Forest Management Project. 64 h.
Mardji, D. 2005. Ilmu Penyakit Hutan. Bahan Ajar. Program Studi Magister Ilmu Kehutanan
Universitas Mulawarman, Samarinda. 25 h.
Meldaliasi. 2005. Keanekaragaman Jenis Jamur di Arboretum Nyaru Menteng Kecamatan
Bukit Batu Kota Palangka Raya Kalimantan Tengah. Skripsi S1 Jurusan/Program Studi
Manajemen Hutan Fakultas Pertanian Universitas Palangka Raya, Palangka Raya.
Noor, M. 2002. Keanekaragaman Jamur Ektomikoriza pada Areal Hutan Bekas Terbakar dan
Tidak Terbakar di Hutan Lindung Sungai Wain Kotamadya Balikpapan. Tesis Magister
Program Studi Ilmu Kehutanan Program Pascasarjana Universitas Mulawarman,
Samarinda. 83 h.
Odum, E.P. 1993. Dasar-dasar Ekologi (Penerjemah Tjahyono Samingan dan Penyunting B.
Srigandono). Gadjah Mada University Press, Yogyakarta. 697 h.
Pace, G. 1998. Mushroom of the World. Firefly Books Ltd 3680. Victoria Park Avenue
Willowdale, Ontario, Canada. 310 h.
Pegler, D.N. 1997. The Larger Fungi of Borneo. Natural History Publications, Kota
Kinibalu, Sabah, Malaysia. 95 h.
Shibuya, M.; Y. Tamai; J.Y. Cha; S. Jaya; Y. Adachi dan Istomo. 2000. Species Composition
and Density of Tree Saplings, Situation of Ectomycorrhizal Formation and Occurence
of Mushrooms in Undisturbed and Burnt Sites of Tropical Peat Swamp Forest. Dalam:
“Enviromental Conservation and Land Use Management of Wetland Ecosystem in