KEANEKARAGAMAN DAN KELIMPAHAN JENIS IKAN KARANG BERDASARKAN KONDISI TUTUPAN KARANG HIDUP DITIGA PULAU KEPULAUAN SPERMONDE SULAWESI SELATAN SKRIPSI ABDUL WAHID HASDAR L211 11 010 PROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBER DAYA PERAIRAN DEPARTEMEN PERIKANAN FAKULTAS ILMU KELAUTAN DAN PERIKANAN UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR 2017
72
Embed
KEANEKARAGAMAN DAN KELIMPAHAN JENIS IKAN KARANG ...
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
KEANEKARAGAMAN DAN KELIMPAHAN JENIS IKAN KARANG BERDASARKAN KONDISI TUTUPAN KARANG
HIDUP DITIGA PULAU KEPULAUAN SPERMONDE SULAWESI SELATAN
SKRIPSI
ABDUL WAHID HASDAR L211 11 010
PROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBER DAYA PERAIRAN DEPARTEMEN PERIKANAN
FAKULTAS ILMU KELAUTAN DAN PERIKANAN UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR 2017
ABSTRACT
ABDUL WAHID HASDAR. L21111010. “Diversity and abundance of reef fishes based on the conditions covering live coral on Three Islands the Spermonde Island South Sulawesi” supervised by DEWI YANUARITA and IRMAWATI.
This research aims to determine the diversity and abundance of reef fishes to see the relation of reef fishes abundance to coral reef condition on three islands representing coral reed zones in Spermonde Islands. Reef fish data collection was based on the rainy season in December 2016 and dry season in July 2017. The location of observation were the islands of Ballang Lompo, Badi and Lanjukang. On each station of the island a 70-meter-long transect line with a transition of 5 meters per 20 meters above the coral reef and perpendicular to the coastline were placed. The method for reef fishes assesment for diversity and abundance was is UVC (Underwater Visual Census). Live coral cover data used was secondary data. The reef fish species were identified used the identification book of reef fish by Gerald R. Allen, Mark V. Erdmann and Rudie H. Kuiter. The observation area for reef fishes abundance is convered to hectare. The relation of reef fish to coral cover were analyzed using corellation Bivariate Pearson with SPSS16.0. Based on the research result, there were 30 families and 202 species with total individual 213.581 Individual/hectare found in both month. The abundance of reef fish in December 2016 was more compared in July 2017. Lanjukang Island has the highest reef fishes abundance of 92.200 individu/hectare and the lowest found in Ballang Lompo Island of 52.567 individu/hectare. In July 2017 Diversity Index of reef fish was 2,6413 while of December 2016 was 1.7323 and includes moderate categories because of species dominance. The live coral cover has a weak correlation to abundance and diversity of reef fish and there is no significant influence between percentage of live coral cover with abundance and diversity of reef fish. Keywords: Abundance reef fish, Diversity reef fish, UVC, Coral cover, Ballang Lompo,
Badi, Lanjukang, Spermonde Islands
ABSTRAK
ABDUL WAHID HASDAR. L21111010. “Keanekaragaman dan Kelimpahan Jenis Ikan Karang Berdasarkan Kondisi Tutupan Karang Hidup di Tiga Pulau Kepulauan Spermonde Sulawesi Selatan” di bawah bimbingan Ibu DEWI YANUARITA sebagai Pembimbing Utama dan Ibu IRMAWATI sebagai Pembimbing Anggota.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keanekaragaman dan kelimpahan jenis ikan karang serta melihat hubungan kelimpahan ikan karang dengan kondisi terumbu karang di tiga pulau yang mewakili zona distribusi karang di Kepulauan Spermonde. Pengumpulan data ikan karang dilakukan pada musim hujan dibulan Desember 2016 dan musim kemarau dibulan Juli 2017. Lokasi pengamatan terdiri dari tiga stasiun masing-masing di Pulau Ballang Lompo, Pulau Badi dan Pulau Lanjukang. Pada masing-masing pulau dipasang transek garis sepanjang 70 meter dengan transisi 5 meter tiap 20 meter di atas terumbu karang, tegak lurus dengan garis pantai. Metode yang digunakan dalam pengamatan ikan karang adalah UVC (Underwater Visual Census). Data tutupan karang hidup merupakan data sekunder. Spesies ikan karang diidentifikasi dengan buku identifikasi ikan karang Gerald R. Allen, Mark V. Erdmann dan Rudie H. Kuiter. Area pengamatan untuk kelimpahan ikan karang dikonversi ke hektar. Data ikan karang dianalisis menggunakan korelasi Bivariate Pearson SPSS 16.0. Berdasarkan hasil penelitian didapatkan 30 famili dan 202 spesies dengan total individu 213.581 Individu/hektar selama dua bulan pengamatan. Kelimpahan ikan karang bulan Desember 2016 lebih banyak dibanding bulan Juli 2017. Pulau Lanjukang memiliki kelimpahan ikan karang yang tertinggi sebanyak 92.200 individu/hektar dan terendah di Pulau Ballang Lompo sebanyak 52.567 individu/hektar. Rerata Indeks Keanekaragaman jenis ikan karang bulan Juli 2017 sebesar 2,6413 dan bulan Desember 2016 sebesar 1,7323 dan termasuk kategoti sedang karena ada dominansi spesies. Persentase tutupan karang hidup memiliki korelasi yang sangat lemah terhadap kelimpahan dan keanekaragaman ikan karang tetapi tidak ada pengaruh yang signifikan antara persentase tutupan karang hidup dengan kelimpahan dan keanekaragaman ikan karang.
Kata Kunci : Kelimpahan ikan karang, keanekaragaman ikan karang, UVC, Tutupan karang, Ballang Lompo, Badi, Lanjukang, Kepulauan Spermonde
i
KEANEKARAGAMAN DAN KELIMPAHAN JENIS IKAN KARANG BERDASARKAN KONDISI TUTUPAN KARANG HIDUP DI TIGA PULAU
KEPULAUAN SPERMONDE SULAWESI SELATAN
Oleh: ABDUL WAHID HASDAR
Skripsi Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana
pada Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan
PROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBER DAYA PERAIRAN
DEPARTEMEN PERIKANAN FAKULTAS ILMU KELAUTAN DAN PERIKANAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR
2017
ii
iii
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan pada tanggal 18 November
1993 di Kelurahan Lappa, Kecamatan Sinjai Utara,
Kabupaten Sinjai, Sulawesi Selatan. Anak kedua dari
tiga bersaudara dari Ayahanda Muhammad Darwis
dan Ibunda Hasmiati. Penulis menyelesaikan
pendidikan dasar di Madrasah Ibtidaiyyah Negeri
Lappa, pendidikan lanjutan di Madrasah Tsanawiyah
Negeri Sinjai Utara tahun 2008, dan pendidikan menengah di SMAN 1 Sinjai
Utara tahun 2011. Pada tahun 2011 penulis berhasil diterima pada Program
Studi Manajemen Sumberdaya Perairan, Jurusan Perikanan, Fakultas Ilmu
Kelautan dan Perikanan, Universitas Hasanuddin Makassar.
Penulis aktif dalam berbagai organisasi kemahasiswaan yaitu sebagai
Koordinator Divisi Kesekretariatan Fisheries Diving Club Universitas Hasanuddin
(FDC UNHAS) periode 2013-2014, Ketua Umum Himpunan Mahasiswa Profesi
Manajemen Sumberdaya Perairan periode 2013-2014, dan Dewan Selam
Fisheries Diving Club Universitas Hasanuddin (FDC UNHAS) periode 2014-2015.
Penulis juga pernah aktif sebagai asisten laboratorium beberapa mata kuliah,
yakni Limnologi, Avertebrata air, dan Planktonologi.
Penulis menyelesaikan rangkaian tugas akhir, masing-masing mengikuti
Kuliah Kerja Nyata (KKN) Tematik Gelombang 90 di Miangas, Kecamatan
Khusus Miangas, Sulawesi Utara tahun 2015 dan Praktek Kerja Lapang (PKL)
yang dilaksanakan di Pusat Kegiatan Penelitain dan Pengembangan Pulau-pulau
Kecil Universitas Hasanuddin yang bekerja sama dengan USAID (United States
International Development) dalam PEER (Partnerships for Enhanced
Engagement in Research) Project tahun 2016. Sebagai tugas akhir, penulis
iv
melakukan penelitian dengan judul “Keanekaragaman dan Kelimpahan Jenis
Ikan Karang Berdasarkan Tutupan Karang Hidup di Kepulauan Spermonde
Sulawesi Selatan” pada tahun 2017.
v
UCAPAN TERIMA KASIH
Puji syukur penulis panjatkan ke kehadirat Allah SWT, pemilik segala
kesempurnaan yang telah memberikan kami kekuatan, kesabaran, ketenangan,
dan karunia-Nya sehingga penelitian dan skripsi ini dapat terselesaikan dengan
baik.
Dalam penyusunan skripsi ini, penulis menyadari banyak bantuan,
bimbingan, dan dukungan yang sangat berharga telah diberikan kepada penulis.
Oleh karena itu, melalui skripsi ini penulis menghaturkan penghormatan yang
setinggi-tingginya dan terima kasih sebesar-sebesarnya kepada :
1. Ibu Dr. Ir. Dewi Yanuarita, M.Si. selaku pembimbing utama yang telah
banyak membimbing, mengarahkan dan membantu penulis dalam
menyelesaikan skripsi ini.
2. Ibu Dr. Irmawati, S.Pi., M.Si. selaku Pembimbing anggota yang telah
bersedia membimbing dan mengarahkan penulis demi kesempurnaan dan
penyelesaian skripsi ini.
3. Bapak Moh. Tauhid Umar, S.Pi dan Ibu Dr. Sri Wahyuni Rahim, ST.,
M.Si., selaku penguji yang telah memberi saran dan mengarahkan penulis,
dan terkhusus kepada Ibu Nita Rukminasari, S.Pi, M.Si, P.hD. selaku
penguji sekaligus Ketua tim peneliti PEER PROJECT-USAID 2016 yang
banyak membimbing dan memberi masukan kepada penulis dalam
penelitian dan penyelesaian skripsi.
4. Ibu Dr. Ir. St. Aisjah Farhum, M.Si, selaku Dekan Fakultas Ilmu Kelautan
dan Perikanan Universitas Hasanuddin beserta seluruh stafnya.
vi
5. Bapak Dr. Ir. Gunarto Latama, M.Sc, selaku Ketua Departemen Perikanan
Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan Universitas Hasanuddin beserta
seluruh stafnya.
6. Bapak Dr. Ir. Budiman Yunus, M.Si selaku Ketua Program Studi
Manajemen Sumberdaya Perairan Jurusan Perikanan Fakultas Ilmu
Kelautan dan Perikanan, Universitas Hasanuddin.
7. Ucapan khusus kepada kedua orang tua tercinta, Ayahanda Muhammad
Darwis dan Ibunda Hasmiati yang telah melahirka, membesarkan dan
mendidik penulis dalam menimba ilmu pengetahuan sampai kepada
penyelesaian studi, demikian pula kepada saudari-saudariku Wildaniyah
Warahmah dan Nurqalbil Mutmainnah yang telah memberi banyak
dorongan dan semangat kepada penulis.
8. Tim PEER PROJECT-USAID 2016 atas bantuan dan dukungan selama
penelitian.
9. Keluarga Mahasiswa Profesi Manajemen Sumberdaya Perairan yang
telah memberi pelajaran dan pengalaman, serta kebersamaan, canda dan
tawa di Sekret tempat kita berbagi ilmu dan pengalaman.
10. Fisheries Diving Club Unuversitas Hasanuddin yang telah memberi
banyak pelajaran, pengetahuan, dan pengalaman hidup yang berharga,
tempat mengenal dan mengetahui arti menjadi penyelam lebih dari apa yang
orang lain tau.
11. Teman-teman Perikanan Teri 2011 yang telah memberi dukungan dan
motivasi dalam penyusunan skripsi.
12. Teman-teman MSP 2011 atas kebersamaan, suka duka, canda tawa yang
kita lalui bersama.
13. Rahman, Adi Muliadi, Syaeful Bahri, Muhammad Ilham, Marwah Salam,
Melinda David, Rusman, Fitah Jaya dan begitu juga kepada teman-teman
vii
mahasiswa Manajemen Sumberdaya Perairan Universitas Hasanuddin yang
tidak bisa saya sebutkan satu per satu, atas dukungan dan bantuannya
dalam kegiatan sampai penyusunan skripsi sehingga dapat terlaksana
dengan baik.
14. Terakhir kepada pihak yang telah membantu penulis baik moril maupun
materil yang tidak sempat disebutkan namanya.
Keterbatasan pengetahuan yang ada pada penulis membuat skripsi ini
masih jauh dari sempurna. Namun demikian penulis mengharapkan semoga
skripsi ini dapat memberi manfaat bagi kita semua. Amin.
Makassar, 30 November 2017
Abdul Wahid Hasdar Penulis
viii
DAFTAR ISI
Halaman HALAMAN JUDUL .............................................................................. i
HALAMAN PENGESAHAN ................................................................. ii
RIWAYAT HIDUP ................................................................................ iii
UCAPAN TERIMA KASIH .................................................................. v
DAFTAR ISI ......................................................................................... viii
DAFTAR TABEL .................................................................................. ix
DAFTAR GAMBAR ............................................................................. x
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................... xii
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang ................................................................... B. Tujuan dan Kegunaan ....................................................... C. Ruang Lingkup ...................................................................
122
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Ikan Karang ....................................................................... B. Terumbu Karang ................................................................ C. Hubungan Ikan Karang dengan Terumbu Karang ............. D. Perairan Spermonde ................................................................
39
1214
III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat .................................................................. B. Alat dan Bahan ........................................................................ C. Prosedur Penelitian .......................................................... D. Parameter yang Dianalisis ................................................ E. Analisis Data .....................................................................
1617172022
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Kelimpahan dan Keanekaragaman Ikan Karang ................ B. Kondisi Tutupan Terumbu karang ..................................... C. Hubungan Kelimpahan dan Keanekaragaman Ikan
karang dengan Persentase Tutupan karang di Kepulauan Spermonde .....................................................
2329
31
V. KESIMPULAN A. Simpulan ................................................................................... B. Saran ................................................................................
3333
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................ 34
3. Daftar penggolongan komponen morfologis dasar penyusun terumbu karang dan pengkodeannya .............. 11
4. Daftar alat dan bahan yang digunakan ............................ 17
5. Posisi titik koordinat pengambilan data ............................ 18
4. Kriteria penentuan kondisi terumbu karang berdasarkan Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 04 tahun 2001 ........................................................................ 22
5. Persentase tutupan terumbu karang keseluruhan ........... 30
6. Hasil analisis korelasi Bivariate Pearson kelimpahan ikan karang dengan persentase tutupan karang hidup di Kepulauan Spermonde .................................................... 31
7. Hasil analisis korelasi Bivariate Pearson keanekaragaman ikan karang dengan persentase tutupan karang hidup di Kepulauan Spermonde .............. 32
x
DAFTAR GAMBAR
Nomor Halaman
1. Ikan karang yang memangsa koloni karang (Nybakken, 1992) ...................................................................................
13
2. Beberapa ikan karang herbivore (Nybakken, 1992) ............ 14
3. Peta lokasi penelitian. a = inner zone (Pulau Ballang Lompo); b = middle zone (Pulau Badi); c = outer zone (Pulau Lanjukang) ...............................................................
16
4. Metode pencacahan visual bawah air ikan karang (English et al.,1994). Panjang total transek garis = 70 m dengan rincian 20 m pertama adalah ulangan I, 5 m pertama adalah jarak transisi/jarak tanpa pengamatan; 20 m berikutnya adalah ulangan II dengan 5 m berikutnya adalah adalah jarak transisi/jarak tanpa pengamatan ke-2; dan 20 m terakhir adalah ulangan III ..................................
19
5. Kelimpahan ikan karang di tiga pulau penelitian pada Juli 2017 dan Desember 2016 ...................................................
23
6. Indeks keanekaragaman jenis ikan karang di tiga pulau penelitian pada Juli 2017 dan Desember 2016 ...................
25
7. Indeks dominansi ikan karang di tiga pulau penelitian pada Juli 2017 dan Desember 2016 ................................... 26
8. Famili Pomacentridae : a. Pomacentrus smithi; b. Neopomacentrus filamentosus ............................................ 26
9. Famili Pomacentridae : a. Pomacentrus smithi; b. Chromis viridis .................................................................................. 27
10. Famili ikan karang di tiga pulau penelitian pada Juli 2017 dan Desember 2016 ........................................................... 27
11. Kelimpahan ikan karang berdasarkan kelompok di tiga pulau penelitian Desember 2016 dan Juli 2017 .................. 28
xi
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Halaman
1. Jenis ikan karang yang ditemukan dan klasifikasinya ....... 37
2. Kelimpahan ikan karang Pulau Ballang Lompo ................. 42
3. Kelimpahan ikan karang Pulau Badi ................................... 45
4. Kelimpahan ikan karang Pulau Lanjukang.......................... 50
5. Data LIT (Line Intercept Transec) Pulau Ballang Lompo . 55
6. Data LIT (Line Intercept Transec) Pulau Badi ................... 56
7. Data LIT (Line Intercept Transec) Pulau Lanjukang ......... 57
8. Dokumentasi kegiatan penelitian ......................................... 58
1
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Ikan karang merupakan organisme yang jumlahnya melimpah di daerah
terumbu karang. Komunitas ini merupakan penyokong hubungan yang ada
dalam ekosistem terumbu karang. Berbagai jenis ikan karang memiliki
ketergantungan tinggi terhadap terumbu karang sebagai habitatnya. Ikan-ikan
tersebut memanfaatkan terumbu karang secara langsung maupun tidak langsung
untuk kepentingan hidupnya. Menurut Sulistiani (2010), beberapa jenis ikan
karang menjadikan terumbu karang sebagai tempat berlindung (shelter), tempat
mencari makan (feeding ground), tempat berkembang biak (breeding ground),
dan daerah asuhan (nursery ground). Terumbu karang merupakan tempat yang
ideal bagi ikan untuk mencari makan dan berlindung dari predator. Terumbu
karang memberikan ruang yang cukup aman bagi ikan karang untuk bergerak
cepat bersembunyi di sela-sela karang apabila terganggu (Syakur, 2000).
Terumbu karang pada beberapa dekade terakhir mengalami
degradasi/penurunan kualitas yang cukup drastis. Kerusakan terumbu karang
terjadi baik akibat aktivitas manusia maupun karena proses alami (Jompa, dkk.,
2005). Salah satu faktor yang menjadi pemicu terjadinya degradasi terumbu
karang di berbagai wilayah yakni terjadinya kenaikan suhu perairan yang
disebabkan oleh adanya perubahan iklim. Suroso (2012) menegaskan bahwa
kenaikan suhu air laut telah menyebabkan kerusakan terumbu karang secara
luas, suhu air laut yang tinggi memicu reaksi atas tekanan yang disebut
pemutihan karang, yaitu hilangnya warna karang yang disebabkan oleh
degradasi populasi Symbiodinium (zooxanthellae simbiotik) dan/atau pigmen
alga dan menjadikannya rentan terhadap penyakit dan kematian.
2
Menurut Nurjirana (2016) mengatakan bahwa Kepulauan Spermonde
memiliki keanekaragaman jenis ikan karang yang bervariasi di setiap gugusan
pulau-pulau dengan dominansi bentuk pertumbuhan dan kondisi fisik terumbu
karang di setiap pulau yang berbeda, kondisi tersebut menyebabkan sebaran
ikan karang juga bervariasi. Akan tetapi, penurunan kualitas terumbu karang
sebagai akibat pemanasan global dan efek antropogenik diduga juga telah
mempengaruhi kondisi populasi ikan-ikan karang. Berdasarkan hal tersebut
sehingga perlu dilakukan penelitian kelimpahan dan keragaman jenis ikan karang
di Kepulauan Spermonde.
B. Tujuan dan Kegunaan
Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk mengetahui
keanekaragaman dan kelimpahan jenis ikan karang serta melihat hubungan
kelimpahan ikan karang dengan kondisi terumbu karang di tiga pulau yang
mewakili zona yang ada di Kepulauan Spermonde. Sedangkan manfaat dari
penelitian ini adalah diharapkan dapat menambah informasi tentang kelimpahan
dan keragaman jenis ikan karang dan sebagai informasi awal atau informasi
dasar dalam pengelolaan ikan karang dan terumbu karang di Kepulauan
Spermonde.
C. Ruang Lingkup
Penelitian ini dilakukan di tiga pulau di Kepulauan Spermonde yaitu Pulau
Ballang Lompo, Pulau Badi, dan Pulau Lanjukang. Dengan melakukan
pengambilan data jenis ikan karang, melakukan identifikasi dan menghitung
jumlah jenis ikan karang, serta melihat kondisi terumbu karang dengan mengukur
persentase tutupan terumbu karang sebagai faktor pendukung bagi keberadaan
jenis ikan karang.
3
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Ikan Karang
1. Definisi Ikan Karang
Ikan karang adalah ikan yang hidup dari masa juvenil hingga dewasa di
terumbu karang. Menurut Nybakken (1992), ikan karang merupakan organisme
yang jumlahnya terbanyak dan juga merupakan organisme besar yang mencolok
yang dapat ditemui di terumbu karang.
2. Pengelompokan Ikan Karang
Dalam ekosistem terumbu karang secara nyata komunitas ikan karang
dapat dibagi dalam dua kelompok yaitu kelompok ikan yang kadang-kadang
terdapat pada terumbu karang dan ikan yang tergantung pada terumbu karang
sebagai tempat mencari makan, tempat hidup atau kedua-duanya (Sopandi,
2000).
Beberapa deskripsi famili ikan karang menurut Randall et all. (1990) yaitu:
a. Acanthuridae: dikenal sebagai surgeonfish, memakan alga dasar dan
memiliki saluran pencernaan yang panjang; makanan utamanya adalah
zooplankton atau detritus. Surgeonfishes mampu memotong ikan-ikan lain
dengan duri tajam yang berada pada sirip ekornya.
b. Balistidae: golongan triggerfish, karnivora yang hidup soliter pada siang hari,
memakan berbagai jenis invertebrata termasuk moluska yang bercangkang
keras dan echinodermata; beberapa jenis juga memakan alga atau
zooplankton.
c. Blennidae: biasanya hidup pada lubang-lubang kecil di terumbu, sebagian
besar spesies penggali dasar yang memakan campuran alga dan
invertebrata; sebagian pemakan plankton, dan sebagian spesialis makan
pada kulit atau sirip dari ikan-ikan besar, dengan meniru sebagai pembersih.
4
d. Caesonidae: dikenal sebagai ekor kuning, pada siang hari sering ditemukan
pada gerombolan yang sedang makan zooplankton pada pertengahan
perairan diatas terumbu, sepanjang hamparan tubir dan puncak dalam
gobah. Meskipun merupakan perenang aktif, mereka sering diam untuk
menangkap zooplankton dan biasanya berlindung di terumbu pada malam
hari.
e. Centriscidae: berenang dalam posisi tegak lurus dengan moncong kebawah;
memakan zooplankton yang kecil.
f. Chaetodontidae: disebut juga ikan butterfly, umumnya memiliki warna yang
cemerlang, memakan tentakel atau polip karang, invertebrata kecil, telur-
telur ikan lainnya, dan alga berfilamen, beberapa spesies juga pemakan
plankton.
g. Ephippidae: bentuk tubuh yang pipih, gepeng, mulutnya kecil, umumnya
omnivora, memakan alga dan invertebrata kecil.
h. Gobiidae: umumnya terdapat di perairan dangkal dan di sekitar terumbu
karang. Kebanyakan karnivora penggali dasar yang memakan invertebrate
dasar yang kecil, sebagian juga merupakan pemakan plankton. Beberapa
spesies memiliki hubungan simbiosis dengan invertebrata lain (misalnya :
udang) dan sebagian dikenal memindahkan ectoparasit dari ikan-ikan lain.
i. Labridae: dikenal dengan wrasses, merupakan ikan ekonomis penting,
memiliki bentuk, ukuran dan warna yang sangat berbeda. Kebanyakan
spesies penggali pasir, karnivora bagi invertebrata dasar; sebagian juga
merupakan pemakan plankton dan beberapa spesies kecil memindahkan
ectoparasit dari ikan-ikan lain yang lebih besar.
j. Mullidae: dikenal dengan goatfish, memiliki sepasang sungut didagunya,
yang mengandung organ sensor kimia dan digunakan untuk memeriksa
5
keberadaan invertebrata dasar atau ikan-ikan kecil pada pasir atau lubang di
terumbu, banyak yang memiliki warna yang cemerlang.
k. Nemipteridae: dikenal sebagai threadfin breams atau whiptail breams, ikan
karnivora yang umumnya memakan ikan dasar kecil, sotong-sotongan,
udang-udangan atau cacing; beberapa spesies adalah pemakan plankton
l. Pomacentridae: dikenal dengan damselfishes, memiliki bermacam warna
yang berbeda secara individu dan lokal bagi spesies yang sama. Beberapa
spesies merupakan ikan herbivora, omnivora atau pemakan plankton.
Damselfish meletakkan telur-telurnya di dasar yang dijaga oleh ikan jantan.
Termasuk didalam kelompok ini ikan-ikan anemon (Amphiprioninae) yang
hidup berasosiasi dengan anemon laut.
m. Scaridae: dikenal sebagai parrotfish, herbivora, biasanya mendapatkan alga
dari substrat karang yang mati. Mengunyah batu karang beserta alga serta
membentuk pasir karang, hal ini membuat parrotfish menjadi salah satu
produsen pasir penting dalam ekosistem terumbu karang. Scaridae
merupakan ikan ekonomis penting.
n. Serranidae: dikenal dengan sea bass, kerapu, predator penggali dasar, ikan
komersial, memakan udang-udangan dan ikan. Subfamilinya adalah
Anthiinae, Epinephelinae dan Serranidae.
o. Sygnathidae: dikenal sebagai kuda laut atau pipefish. Beberapa memiliki
warna yang indah. Umumnya terbatas di perairan dangkal. Memakan
invertebrata dengan menghisap pada moncong pipanya. Jantannya memiliki
kantong eram sebagai tempat penyimpanan telur dan diinkubasikan.
p. Zanclidae: memiliki bentuk seperti Acanthuridae dengan mulut yang tabular
tanpa duri di bagian ekor. Memakan spons juga invertebrata dasar.
6
Menurut Setiapermana (1996) ikan-ikan di terumbu karang dapat
dikelompokkan ke dalam 3 kelompok yakni:
a). Kelompok Ikan Utama (Major group)
Jenis-jenis ikan yang dikelompokkan sebagai major group dapat dibagi ke
tiga kelompok yaitu:
Major Group A yang terdiri atas famili Pomacentridae
Major Group B terdiri atas famili Labridae
Major Group C meliputi famili Pomacanthidae, Holocentridae,
Nemipteridae, Apogonidae dan Pempheridae.
Ikan yang termasuk major group merupakan kelompok ikan terbesar dari
ikan penghuni terumbu karang, umumnya hidup dalam kelompok besar
(schooling fish) misalnya ikan betok marga Pomacentrus, Dascyllus, Chromis
dan Amblyglyphidodon dari famili Pomacentridae. Ikan-ikan yang termasuk
dalam kelompok ini umumnya berukuran kecil.
b). Kelompok Ikan Target (Target spesies)
Ikan target spesies adalah ikan-ikan yang dikonsumsi dan bernilai
ekonomis penting yang hidup berasosiasi dengan terumbu karang. Kelompok
ikan target penghuni terumbu karang yang sudah dikenal masyarakat misalnya
ikan kakap (Lutjanidae), kerapu (Serranidae) dan baronang (Siganidae). Ikan
tersebut umumnya hidup soliter dan mudah dihitung jumlahnya. Ada beberapa
ikan target yang sering dijumpai dalam kelompok besar, misalnya ikan ekor
kuning (Caesionidae).
c). Kelompok Ikan Indikator (Indicator spesies)
Ikan yang termasuk dalam kelompok tersebut adalah yang dianggap
berasosiasi paling kuat dengan karang. Secara umum kelompok ini meliputi ikan
7
kepe-kepe (Chaetodontidae) yang terdiri atas beberapa genus yakni Chaetodon,
Chelmon, Heniochus dan Forcipiger.
3. Ekologi Ikan Karang
Dalam suatu ekosistem terumbu karang terdapat kelimpahan,
keanekaragaman ikan-ikan terumbu yang menyusun suatu kegiatan
pemangsaan, persaingan dan interaksi. Wootton (1992) juga menyatakan bahwa
keterbatasan sumberdaya makanan, tempat tinggal, dan tempat berlindung
Pertumbuhan karang pembentuk terumbu tergantung pada kondisi
lingkungannya yang selalu berubah. Faktor-faktor fisik dan kimiawi yang dapat
mempengaruhi pertumbuhan karang antara lain cahaya matahari, suhu, salinitas,
arus dan sedimentasi. Faktor biologis yang berperan berupa predator atau
pemangsa (Supriharyono, 2000).
Pada dasarnya karang merupakan endapan massive kalsium karbonat
(kapur) yang diproduksi oleh hewan karang dengan sedikit tambahan dari alga
berkapur dan organisme-organisme lain penghasil kalsium karbonat. Klasiikasi
ilmiah menunjukkan bahwa karang ini termasuk kelompok binatang bukan
sebagai kelompok tumbuhan.Hewan karang ini masuk ke dalam phylum
Cnidaria, kelas Anthozoa, ordo Scleractinia (Amin, 2009).
Penggolongan komponen morfologis dan dasar penyusun ekosistem
terumbu karang dan kode yang digunakan menurut Bradbury dan Young (1981)
dalam Dartnall dan Jones (1986) disajikan pada Tabel 1.
11
Tabel 3. Daftar penggolongan komponen morfologis dasar penyusun terumbu karang dan pengkodeannya
Kelompok Kode
Karang Batu - Dead Coral (Karang mati) - Dead Coral Algae (Karang dengan penutupan alga) - Acropora branching - Acropora encrusting - Acropora submassive - Acropora tabulate - Non Acropora branching - Non Acropora encrusting - Non Acropora foliose - Non Acropora massive - Non Acropora sub massive - Non Acropora mushroom - Non Acropora millepora - Non Acropora heliopora
Menurut Amin (2009) Terumbu karang tidak dapat hidup disemua tempat
atau muara ataupun hidup disemua tempat, akan tetapi hidup diperairan laut
yang memiliki syarat-syarat tertentu yaitu :
a. Perairan yang bertemperatur di antara 18-30 °C. Namun menurut Nybakken
(1992) suhu optimal pertubuhan karang yaitu terjadi pada perairan yang rata-
rata suhu tahunannya 23-25°C. Terumbu karang dapat mentoleransi suhu
sampai kira-kira 36-40°C.
12
b. Kedalaman air kurang dari 50 Meter. Terumbu karang tidak dapat
berkembang diperairan yang lebih dalam dari 50-70 m. kebanyakan terumbu
karang hidup pada 25 m atau kurang (Nybakken, 1992).
c. Salinitas air laut 30-36 per mil (‰),
d. Laju Sedimentasi relative rendah dengan perairan yang relative jernih,
e. Pergerakan air/arus yang cukup,
f. Perairan yang bebas dari pencemaran dan,
g. Substrat yang keras.
C. Hubungan Ikan Karang Dengan Terumbu Karang
1. Terumbu Karang Sebagai Ruang Hidup
Keberadaan ruang biasanya berkaitan dengan individu ikan yang bersifat
teritorial, yaitu densitas yang tinggi dan diversitas dari ikan-ikan di pengaruhi oleh
ruang terumbu karang. Fluktuasi dalam populasi ikan karang salah satunya
disebabkan karena berkurangnya ruang di terumbu karang. Menurut Jones
(1991), pentingnya ruang bagi ikan karang adalah karena:
a. Ikan karang yang bersifat teritorial sangat terbatas pada ruang untuk
mengembangkan populasinya, sehingga perubahan ruang cenderung
menurunkan jumlah populasi.
b. Perbedaan kelas umur cenderung menggunakan tipe ruang yang berbeda
c. Kompetisi ruang dapat terjadi jika terdapat banyak ruang yang kualitasnya
bervariasi
2. Terumbu Karang Sebagai Tempat Perlindungan
Keberadaan lubang atau celah merupakan tempat perlindungan (shelter)
ikan karang, terutama selama adanya serangan badai atau serangan predator.
Korelasi umum antara topografi karang dengan kelimpahan ikan karang serta
observasi dalam pertahanan ikan di lokasi perlindungan bersifat nyata sebagai
13
sumber daya pembatas. Studi komprehensif yang dilakukan dengan hipotesis
tentang pentingnya tempat perlindungan, menggambarkan bahwa tempat
perlindungan memberikan perbedaan yang nyata dalam kelimpahan ikan karang.
Peningkatan jumlah tempat perlindungan mengakibatkan peningkatan
kelimpahan ikan yang secara spesifik menjadikan karang sebagai tempat
persembunyian (Jones, 1991).
3. Terumbu Karang Sebagai Sumber Makanan
Terumbu karang merupakan salah satu sumber makanan bagi beberapa
jenis ikan dari famili Chaetodontidae, Apogonidae, Balistidae, Labridae, dan
sekelompok kecil dari Scaridae (Coat dan Bellowod, 1991). Ikan karang famili
Chaetodontidae, Labridae dan Scanidae secara langsung memakan jaringan
lender (mucus) yang diproduksi oleh karang dan simbiosisnya.
Salah satu sumber makanan (food) bagi ikan yang banyak dijumpai di
terumbu karang adalah lendir yang dihasilkan oleh karang yang sebenarnya
digunakan karang untuk menangkap mangsanya. Lendir tersebut dikeluarkan
oleh beberapa jenis karang yang tidak memiliki tentakel atau tentakelnya telah
tereduksi. Lendir ini merupakan sumber pakan penting bagi jenis ikan tertentu
dan hewan karang lainnya (Barnes, 1980).
Gambar 1. Ikan karang yang memangsa koloni karang (Nybakken, 1992)
14
Kelompok ikan karnivor di daerah terumbu karang sekitar 50-70% dan
hampir meliputi semua ikan di daerah ini. Kelompok ikan karnivor di daerah
terumbu karang dapat berfungsi sebagai level ke-2 dalam rantai makanan.
Kelompok ikan pemakan karang dan herbivor sekitar 15%. Ikan-ikan ini sangat
bergantung pada kesehatan karang karena polip-polip karang merupakan
makanannya. Sedangkan kelompok planktivor dan omnivor hanya terdapat
dalam jumlah yang sedikit (Marsaoli, 1998).
Gambar 2. Beberapa ikan karang herbivore (Nybakken, 1992)
D. Perairan Kepulauan Spermonde
Salah satu gugusan pulau-pulau yang terletak di Selat Makassar adalah
Kepulauan Spermonde. Perairan Kepulauan Spermonde merupakan dangkalan
yang terletak di sebelah barat daya Sulawesi Selatan, terpisah sepenuhnya dari
Dangkalan Sunda yang terletak di seberang Selat Makassar dan terdiri dari
banyak pulau-pulau dan shelf banks. Kawasan perairan kepulauan ini meliputi
bagian selatan Kabupaten Takalar, Kota Makassar, Kabupaten Pangkep, hingga
Kabupaten Barru pada bagian utara pantai barat Sulawesi Selatan (Rasyid dan
Ibrahim, 2013).
Menurut De klerk 1983; Moll 1983: Hoeksema dan Moka, 1989 dalam
Jompa et all. 2005, pembagian wilayah Kepualauan Spermonde menjadi empat
15
zona yang menjadi dasar pembagian zona distribusi terumbu karang dan
dijadikan dasar dalam penelitian yang berkaitan dengan terumbu karang
1. Zona pertama (Inner zone), merupakan zona terdekat dari pantai daratan
utama dan banyak dipengaruhi oleh daratan Pulau Sulawesi dengan
kedalaman laut rata-rata 10 meter dan substrat dasar yang didominasi oleh
pasir berlumpur.
2. Zona kedua (Middle zone); berjarak kurang lebih 5 km dari daratan Pulau
Sulawesi, mempunyai kedalaman laut rata-rata 30 meter dan banyak dijumpai
pulau karang.
3. Zona ketiga (Inner Middle zone); dimulai pada jarak 12,5 km dari pantai Pulau
Sulawesi dengan kedalaman laut antara 20-50 m.
4. Zona keempat (Outerzone) atau zona terluar merupakan zona terumbu
karang penghalang (Barrier reef zone) dan berjarak 30 km dari daratan utama
Pulau Sulawesi.
16
III. METODOLOGI PENELITIAN
A. Waktu Dan Tempat
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2016 dan Juli 2017
bertempat di Pulau Ballang Lompo (Inner zone), Pulau Badi (Middle zone),
dan Pulau Lanjukang (Outer zone) di Kepulauan Spermonde Sulawesi
Selatan (Gambar 3).
Gambar 3. Peta lokasi penelitian. a = inner zone (Pulau Ballang Lompo); b = middle zone (Pulau Badi); c = outer zone (Pulau Lanjukang)
17
B. Alat dan Bahan
Alat dan bahan yang digunakan pada penelitian ini antara lain sebagai
berikut :
Tabel 4. Daftar alat dan bahan yang digunakan
No. Nama Alat Fungsi
1 Masker Kaca mata selam 2 Snorkel Alat bantu pernapasan di permukaan air 3 Fins Alat bantu renang di kaki 4 Perahu Bermotor Alat Transportasi laut 5 Scuba Memudahkan mengidentifikasi bawah air
(menyelam) 6 Compressor
Bauer Junior II Sebagai alat untuk mengisi ulang SCUBA tank
7 Pita berukuran (Roll meter) 70 Meter
Sebagai garis bantu transek
8 Sabak Pengalas saat menulis dalam air 9 Underwater Paper Tempat mencatat data saat melakukan survei
10 Pensil Alat tulis bawah air 11 GPS (Global
Position System) Menyimpan posisi koordinat stasiun pengamatan
12 Kamera Underwater
Sebagai alat dokumentasi darat dan bawah air
13 Komputer laptop Untuk mengidentifikasi foto atau video 14 Hardisk eksternal Sebagai penyimpanan file foto dan video
dokumentasi 15 Buku identifikasi
ikan karang Gerald R. Allen dan Mark V. Erdmann 2012 dan Rudie H. Kuiter
Mengidentifikasi ikan yang telah didokumentasi bawah air
C. Prosedur Penelitian
1. Persiapan
Pada tahap ini dilakukan studi literatur untuk penguatan kerangka teoritis
dan penyusunan metodologi, pengumpulan data sekunder berupa peta lokasi
penelitian sehingga memudahkan dalam mengambil tindakan selanjutnya dan
pelaksanaan penelitian lebih terarah.
18
2. Penentuan Stasiun Penelitian
Penentuan stasiun penelitian dilakukan dengan snorkeling terlebih dahulu
untuk mengetahui kondisi secara umum daerah yang akan diambil datanya dan
sebaran dasar dalam menentukan letak stasiun pengamatan yang dianggap
dapat mewakili wilayah ekosistem terumbu karang dan kelimpahan ikan karang.
Kemudian penetapan posisi titik koordinat pengambilan data dengan
menggunakan GPS untuk menyimpan posisi koordinat stasiun pengamatan
(Tabel 5). Penentuan stasiun penelitian diambil berdasarkan kondisi terumbu
karang terbaik masing-masing pulau.
Tabel 5. Posisi titik koordinat pengambilan data
No. Stasiun Koordinat Stasiun Penelitian
Garis Lintang Garis Bujur
1 Pulau Balang Lompo S.04.93818� E.119.39710�
2 Pulau Badi S.04.97190� E.119.28344�
3 Pulau Lanjukang S.04.97795� E.119.08361�
Stasiun penelitian dilakukan di tiga zona perairan yaitu inner zone, middle
zone dan outer zone. Data diambil dari satu stasiun di setiap zona (Pulau). Untuk
mewakili ketiga zona perairan di Kepulauan Spermonde sebagai bahan
pertimbangan, maka jumlah stasiun yang dipilih sebanyak tiga stasiun penelitian
dengan pertimbangan bahwa semakin banyak stasiun yang dipilih diharapkan
dapat mewakili cakupan area penelitian di Kepulauan Spermonde. Pada
penelitian ini stasiun merupakan pulau yaitu untuk stasiuan outer zone dilakukan
di Pulau Lanjukang (Stasiun 1), middle zone dilakukan di Pulau Badi (Stasiun 2)
dan inner zone stasiun pengambilan data dilakukan di Pulau Ballang Lompo
(Stasiun 3).
19
3. Metode Pengambilan Data Lapangan
a. Ikan Karang
Pengambilan data ikan karang pada stasiun penelitian dilakukan dengan
menggunakan metode pencacahan visual bawah air (Underwater Visual Sensus)
berdasarkan English et al., (1994).
Cara kerja metode ini yaitu transek atau meteran roll dibentangkan
sepanjang 70 meter sejajar garis pantai pada kedalaman 7 meter yang terdiri dari
transisi 20 meter untuk setiap kali ulangan dengan senjang transisi 5 m sehingga
ada 3 kali ulangan dan lebar area pengamatan seluas 5 meter yakni 2,5 meter
sebelah kanan dan 2,5 meter sebelah kiri sehingga total luas area pengamatan
350m2 atau sama dengan 4x10-2ha (English et al. 1994).
Gambar 4. Metode pencacahan visual bawah air ikan karang (English et al.,1994). Panjang total transek garis = 70 m dengan rincian 20 m pertama adalah ulangan I, 5 m pertama adalah jarak transisi/jarak tanpa pengamatan; 20 m berikutnya adalah ulangan II dengan 5 m berikutnya adalah adalah jarak transisi/jarak tanpa pengamatan ke-2; dan 20 m terakhir adalah ulangan III
Setelah transek atau meteran roll terpasang, pengamatan ikan karang
dimulai dari titik awal (titik nol). Pencatatan data ikan karang dengan
mengidentifikasi jenis ikan karang yang dijumpai (untuk jenis ikan yang dikenali
pada saat pengamatan). Untuk mendapatkan data yang lebih akurat digunakan
kamera bawah air untuk mengambil foto dan video ikan karang yang saat
pengamatan sulit diidentifikasi secara langsung. Data ikan karang kemudian
diidentifikasi setelah penyelaman dengan merujuk buku Allen (2000) dan Kuiter
20
dan Tonozuka (2001). Ikan yang disensus kemudian diklasifikasikan atas tiga
kelompok besar yaitu : Ikan target, ikan indikator dan ikan major.
b. Tutupan Terumbu Karang
Kondisi tutupan terumbu karang yang dimaksud dalam penelitian ini
adalah persentase karang hidup di sepanjang transek garis. Penelitian ini
merupakan penelitian berkelompok sehingga untuk data kondisi terumbu karang
didapatkan dari pengambilan data berupa data sekunder yang melakukan
penelitian tentang kondisi terumbu karang. Hasil penelitian data persentase
karang hidup ini dikaitkan dengan kelimpahan dan keanekaragaman ikan
karang.
D. Parameter yang Dianalisis
a. Kelimpahan Ikan Karang
Kelimpahan ikan menunjukkan jumlah individu ikan karang yang
ditemukan per satuan luas daerah pengamatan. Menurut Odum (1971) dalam
Pustika (2011), kelimpahan ikan karang dihitung dengan menggunakan rumus :
∑
Keterangan: D = kepadatan/kelimpahan (Ind/ha) Ni = jumlah Individu (Ind) A = luas lokasi pengambilan data (ha)
Kelimpahan ikan karang kemudian digolongkan Djamali dan Darsono
(2005) dalam kategori sangat melimpah (>50 ekor), melimpah (20-50 ekor),
kurang melimpah (10-20 ekor), jarang (5- 10 ekor) dan sangat jarang (1-5 ekor).
21
b. Indeks Keanekaragaman (H’) Ikan Karang
Indeks keanekaragaman (H’) digunakan untuk mendapatkan gambaran
populasi melalui jumlah individu masing-masing jenis dalam suatu komunitas
Odum dalam Dhahiyat (2009), Dengan rumus :
Keterangan :
H’ = indeks keanekaragaman Shannon – Wiener, S = jumlah spesies ikan Pi = perbandingan jumlah ikan karang spesies ke-i (n,) terhadap jumlah
total ikan karang
c. Indeks Dominansi (C) Ikan Karang
Untuk melihat nilai indeks dominansi pada jenis ikan karang maka
digunakan indeks dominansi Shonnon-Wiener Odum dalam Dhahiyat (2009),
dengan rumus sebagai berikut :
Keterangan :
C = indeks dominansi Shonnon-Wiener, S = jumlah spesies ikan karang Pi = perbandingan jumlah ikan karang spesies ke-i (n,) terhadap jumlah
total ikan karang d. Persentase Penutupan Karang Hidup
Kondisi terumbu karang dapat dilihat berdasarkan persentase penutupan
karang hidup. Penilaian kondisi terumbu karang menurut Keputusan Menteri
Negara Lingkungan Hidup Nomor 04 tahun 2001, berdasarkan nilai persentase
karang hidup dengan kategori seperti yang ditampilkan pada Tabel 4.
22
Tabel 6. Kriteria penentuan kondisi terumbu karang berdasarkan Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 04 tahun 2001
25,0 - 49,9 Sedang 50,0 - 74,9 Baik 75,0 - 100,0 Sangat Baik
E. Analisis Data
Korelasi Kelimpahan Ikan Karang dengan Kondisi Karang Hidup
Hubungan kelimpahan ikan karang dan kondisi tutupan karang hidup
dianalisis menggunakan aplikasi SPSS 16 dengan melakukan uji korelasi
pearson. Menurut Sarwono (2009), interval kekuatan hubungan sebagai berikut :
0 = tidak ada korelasi
0,00-0,025 = korelasi sangat lemah
0,25-0,50 = korelasi cukup
0,50-0,75 = korelasi kuat
0,75-0,99 = korelasi sangat kuat
1 = korelasi sempurna
23
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Kelimpahan dan Keanekaragaman Ikan Karang
Berdasarkan hasil pengamatan kelimpahan total ikan karang di tiga pulau
bulan Juli 2017 berkisar 29.629-36.700 ind/ha, sedangkan pada bulan Desember
2016 berkisar 20.314-62.571 ind/ha (Gambar 5). Kelimpahan ikan karang di
pulau penelitian Kepulauan Spermonde dikategorikan melimpah. Jumlah
kelimpahan ikan karang bulan Desember 2016 lebih banyak dibanding bulan Juli
2017. Hal ini disebabkan karena pengamatan ikan karang bulan Juli 2017 adalah
musim Timur dan bulan Desember 2016 adalah musim Barat sehingga terdapat
beberapa spesies tertentu tidak berada di daerah transek pada saat pengambilan
data dan tidak tercatat serta kemungkinan adanya migrasi ikan keluar atau
masuk di daerah pengamatan. Selain itu, musim Timur merupakan musim
kemarau sehingga nelayan dapat menangkap ikan sampai di pulau terjauh dari
daratan, sedangkan musim Barat merupakan musim hujan sehingga nelayan
tidak dapat menangkap ikan sampai di pulau terjauh.
Gambar 5. Kelimpahan ikan karang di tiga pulau penelitian pada Juli 2017 dan Desember 2016
Kelimpahan ikan karang di Pulau Badi baik pada bulan Juli 2017 maupun
Desember 2016 relatif sama. Kelimpahan ikan karang tertinggi pada Pulau Badi
3225236700
29629
20314
32114
62571
0
10000
20000
30000
40000
50000
60000
70000
Ballang Lompo Badi Lanjukang
Kelim
pah
an Ikan
Karan
g (Ind/ha)
Pulau
Jul. 2017
Des. 2016
24
sebanyak 36.700 ind/ha, karena banyaknya upaya-upaya untuk merehabilitasi
karang dan lokasi pengamatan ikan karang merupakan Daerah Perlindungan
Laut penduduk pulau. Kelimpahan ikan karang didapatkan terendah di Pulau
Lanjukang pada bulan Juli 2017 sebanyak 29.629 ind/ha, kemungkinan karena
banyaknya kapal nelayan yang bersandar di daerah pengamatan ikan karang.
Sedangkan hasil perhitungan kelimpahan ikan karang bulan Desember 2016,
kelimpahan ikan karang tertinggi pada Pulau Lanjukang sebanyak 62.571 ind/ha,
disebabkan karena letaknya jauh dari daratan utama dengan potensi mendapat
masukan sedimen dari daratan yang randah. Dan kelimpahan ikan karang
terendah pada Pulau Ballang Lompo sebanyak 20.314 ind/ha, disebabkan
karena letaknya dekat dari daratan utama dengan potensi mendapat masukan
sedimen dari daratan yang cukup tinggi. Menurut Nessa et al. (2011), kelimpahan
ikan karang Kepulauan Spermonde semakin dekat dengan daratan utama
kelimpahannya semakin sedikit dan sebaliknya semakin jauh dari daratan utama
kelimpahannya semakin banyak.
Sementara itu, dari hasil perhitungan Indeks Keanekaragaman jenis ikan
karang bulan Juli 2017 berkisar 0,8075-0,9626 dan bulan Desember 2016
berkisar 0,2196-0,9935 (Gambar 6). Rerata indeks keanekaragaman jenis ikan
karang bulan Juli 2017 sebesar 2,6413 dan dikategorikan keanekaragaman
sedang dan bulan Desember 2016 sebesar 1,7323 dan dikategorikan
keanekaragaman sedang. Hal ini disebabkan karena jumlah individu setiap
spesies tidak merata walaupun jumlah spesiesnya banyak. Kehidupan yang
majemuk di terumbu karang menyebabkan terjadinya persaingan diantara jenis
ikan dalam mendapatkan ruang hidup, karena sebagian besar ikan karang
terutama ikan famili Pomacentridae hidupnya bersimbiosis pada karang sebagai
tempat berlindung dan mencari makan. Sesuai dengan kondisi karang yang
25
berbeda-beda serta kondisi habitat pada setiap stasiun, indeks
keanekaragamannya berbeda-beda pula.
Gambar 6. Indeks Keanekaragaman jenis ikan karang di tiga pulau penelitian pada Juli 2017 dan Desember 2016
Berdasarkan hasil perhitungan keanekaragaman jenis ikan karang bulan
Juli 2017, keanekaragaman jenis ikan karang tertinggi pada Pulau Lanjukang
sebesar 0,9626. Menurut Barus (2004), suatu perairan dikatakan mempunyai
keanekaragaman ikan karang yang tinggi apabila terdapat banyak spesies
dengan jumlah individu masing-masing spesies yang relatif merata dan
sebaliknya bila suatu perairan hanya terdiri dari sedikit spesies dengan jumlah
individu yang tidak merata, maka perairan tersebut memiliki keanekaragaman
ikan karang yang rendah. Keanekaragaman ikan karang di tiga pulau penelitian
yang sedang ditunjukkan oleh Indeks Dominansi ikan karang yang tinggi.
Berikutnya dilihat dari Indeks Dominansi ikan karang bulan Juli 2017
berkisar 0,5868-0,7120 dan bulan Desember 2016 berkisar 0,5083-0,9295
(Gambar 7). Rerata indeks dominansi ikan karang bulan Juli 2017 sebesar
0,6365, dikategorikan dominansi tinggi dan bulan Desember 2016 sebesar
0,7548, dikategorikan dominansi tinggi. Hal ini disebabkan karena terdapat
spesies ikan karang yang mendominasi setiap pulau pengamatan dan kurangnya
penangkapan ikan hias di pulau penelitian khususnya dari famili Pomacentridae.
0,80750,8712
0,9626
0,5192
0,9935
0,2196
0,0000
0,2000
0,4000
0,6000
0,8000
1,0000
1,2000
Ballang Lompo Badi Lanjukang
Indeks Kean
ekaragaman
(H')
Pulau
Jul. 2017
Des. 2016
26
Selain itu, habitat famili Pomacentridae banyak dijumpai pada daerah pantai
bagian dalam yang dangkal dan terlindung dengan keadaan berpasir atau
berlumpur serta kecerahan rendah (Allen, 1998).
Gambar 7. Indeks Dominansi ikan karang di tiga pulau penelitian pada Juli 2017 dan Desember 2016
Berdasarkan hasil perhitungan indeks dominansi ikan karang bulan Juli
2017, Pulau Ballang Lompo memiliki indeks dominansi tertinggi sebesar 0,7120
dan Pulau Lanjukang memilik indeks dominansi terendah sebesar 0,5868.
Spesies ikan karang yang mendominasi dari Famili Pomacentridae yaitu
Pomacentrus smithi dan Neopomacentrus filamentosus (Gambar 8).
Gambar 8. Famili Pomacentridae : a. Pomacentrus smithi; b. Neopomacentrus filamentosus
Sedangkan hasil perhitungan indeks dominansi ikan karang bulan
Desember 2016, Pulau Lanjukang memiliki indeks dominansi tertinggi sebesar
0,9295 dan Pulau Badi memiliki indeks dominansi terendah sebesar 0,5083.
0,71200,6107 0,5868
0,8266
0,5083
0,9295
0,0000
0,2000
0,4000
0,6000
0,8000
1,0000
Ballang Lompo Badi Lanjukang
Indeks Dominan
si (C)
Pulau
Jul. 2017
Des. 2016
a b
27
Spesies ikan karang yang mendominasi dari Famili Pomacentridae yaitu
Pomacentrus smithi dan Chromis viridis (Gambar 9).
Gambar 9. Famili Pomacentridae : a. Pomacentrus smithi; b. Chromis viridis
Berdasarkan famili, ikan karang dari famili Pomacentridae sebanyak
177.471 individu/hektar dan Scaridae sebanyak 10.514 individu/hekatre
merupakan kelompok yang paling banyak (Gambar 10). Komposisi dari kedua
famili ikan tersebut merupakan komposisi jenis yang selalu ditemukan paling
banyak pada ekosistem terumbu karang (Sale, 1991). Sedangkan famili ikan
karang yang paling sedikit yaitu Gobiesocidae, Kyphosidae, Microdesmidae, dan
Monachantidae masing-masing 29 individu/hektar.
Gambar 10. Famili ikan karang di tiga pulau penelitian pada Juli 2017 dan
Desember 2016
Famili ini ditemukan sedikit karena famili tersebut hidup soliter dan
habitat utama ikan tersebut adalah laut dangkal termasuk kolam pasang surut
dan padang lamun, juga sangat banyak di air payau dan muara termasuk bagian
hilir sungai, rawa-rawa bakau, dan rawa-rawa garam. Famili Pomacentridae
a b
28
ditemukan melimpah karena beberapa spesies dari famili tersebut sifatnya
bergerombol. Menurut Allen, (2000), Pomacentridae sering terlihat bergerombol
di atas karang hidup dan memakan alga dan fitoplankton. Dalam ekosistem
terumbu karang, trofik level dari famili ikan ini, khususnya spesies pemakan
tumbuhan (herbivora) termasuk spesies Pomacentridae menempati tingkat
pertama dalam piramida makanan di ekosistem terumbu karang. Pomacentridae
mempunyai jumlah individu yang lebih melimpah dibandingkan trofik level yang di
atasnya seperti ikan famili serranidae (karnivora).
Berdasarkan kelompok ikan karang, kelompok ikan mayor memiliki
kelimpahan tertinggi (Gambar 11). Menurut Manuputty & Winardi (2007), bahwa
jumlah individu ikan mayor merupakan kelompok ikan karang yang memiliki
kelimpahan yang tertinggi. Selanjutnya dikatakan, tingginya kelimpahan ikan
mayor tersebut merupakan sesuatu yang umum karena pada daerah terumbu
karang, kelompok ini memang sangat dominan dijumpai baik dalam hal jumlah
jenis maupun kelimpahannya.
Gambar 11. Kelimpahan ikan karang berdasarkan kelompok di tiga pulau penelitian Desember 2016 dan Juli 2017
Hasil perhitungan kelimpahan ikan karang pada bulan Juli 2017
kelimpahan ikan karang kelompok mayor sangat tinggi di setiap pulau
243 229 295 143 329 143
2948622343
30100
19171
26657
61514
6971 9543
1857 1000 2643 9140
10000
20000
30000
40000
50000
60000
70000
Jul‐17 Des‐16 Jul‐17 Des‐16 Jul‐17 Des‐16
Badi Ballang Lompo Lanjukang
Insividu/hektar
Pulau
Indikator
Mayor
Target
29
pengamatan. Pada setiap pulau pengamatan rata-rata kelimpahan individu dari
kelompok mayor berkisar antara 26.657-30.100 individu/hektar. Kelimpahan ikan
karang kelompok target berkisar antara 1.857-6.971 individu/hektar, sedangkan
kelimpahan ikan indikator rendah berkisar antara hanya 243-329 individu/hektar.
Sementara itu, pada bulan Desember kelimpahan ikan karang kelompok
mayor sangat tinggi di setiap pulau pengamatan. Pada setiap pulau pengamatan
rata-rata kelimpahan individu dari kelompok mayor berkisar antara 19.171-61.514
individu/hektar. Kelimpahan ikan karang kelompok target kelimpahan individu
berkisar antara 914-6.971 individu/hektar, sedangkan kelimpahan ikan indikator
rendah berkisar antara hanya 143-229 individu/hektar .
Menurut Setiapermana, 1996 dalam Aziz, 2002, kelimpahan ikan mayor
di setiap daerah mencolok keberadaannya karena ikan yang termasuk ikan
mayor yang merupakan kelompok ikan terbesar dari ikan-ikan penghuni terumbu
karang, dan pada umumnya hidup dalam kelompok besar (schooling fish).
B. Kondisi Tutupan Terumbu karang
Hasil penelitian Nurwahida (2016) menyimpulkan persentase tutupan
terumbu karang hidup di lokasi penelitian diperoleh nilai rata-rata 52,45%.
Dengan demikian kondisi terumbu karang tergolong dalam kategori baik.
Berdasarkan Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 04 tahun
2001, persentase penutupan karang dalam kondisi baik yang berkisar antara
50,0 - 74,9%.
Persentase penutupan karang hidup (live coral) adalah jumlah live coral
dan soft coral yang berkisar antara 9 – 79% (Tabel 5, Lampiran 5-7). Untuk
tutupan karang hidup diperoleh dari jumlah persentase kategori karang batu dan
soft coral. Berdasarkan rata-rata persentase setiap stasiun terlihat kondisi
30
terumbu karang sangat baik di Pulau Badi (79%), buruk di Pulau Ballang Lompo
(9%), dan buruk di Pulau Lanjukang (16,9%).
Tabel 7. Persentase tutupan terumbu karang keseluruhan
Kategori
Stasiun
Jumlah Pulau Ballang Lompo
Pulau Badi Pulau
Lanjukang
Algae 0,12 0 0 0,12
Dead Coral 47,38 13,48 19,22 80,08
Live Coral 9 78,7 16,48 104,18
Other 9,1 3 1,66 13,76
Rock 0 0 0 0
Rubble 0 0 3,12 3,12
Sand 34,4 4,52 59,1 98,02
Soft coral 0 0,3 0,42 0,72
% penutupan 9 79 16,9 52,45
Kondisi Buruk Sangat Baik Buruk Baik
Sumber : Data sekunder (Nurwahida, 2016)
Sementara itu, persentase karang mati (dead coral) berkisar antara 13,48
– 47,38%, dimana rata-rata tertinggi ditemukan di Pulau Ballang Lompo (47,38%)
dan terendah di Pulau Badi (13,48%) (Tabel 5, Lampiran 5-7). Komponen
karang mati ini terdiri atas karang mati (DC) dan karang mati yang tertutupi alga
(DCA).
31
C. Hubungan Kelimpahan dan Keanekaragaman Ikan karang dengan Persentase Tutupan karang di Kepulauan Spermonde
Dari hasil analisis korelasi Bivariate Pearson (r) didapat korelasi antara
kelimpahan ikan karang dengan persentase tutupan karang (r) adalah 0,0000
(Tabel 8). Hal ini menunjukkan bahwa adanya korelasi sangat lemah antara
kelimpahan ikan karang dengan persentase tutupan karang. Nilai signifikan > 0,2
sebesar 1,000, artinya tidak ada pengaruh yang signifikan antara persentase
tutupan karang hidup dengan kelimpahan ikan karang.
Tabel 8. Hasil analisis korelasi Bivariate Pearson kelimpahan ikan karang dengan persentase tutupan karang hidup di Kepulauan Spermonde
Correlations
Tutupan Kelimpahan
Tutupan Pearson Correlation 1 .000
Sig. (2-tailed) 1.000
N 18 18
Kelimpahan Pearson Correlation .000 1
Sig. (2-tailed) 1.000 N 18 18
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa persentase tutupan karang
hidup memiliki korelasi lemah terhadap kelimpahan ikan karang dan tidak ada
pengaruh yang signifikan antara persentase tutupan karang hidup dengan
kelimpahan ikan karang. Sama halnya dengan penelitian yang dilakukan oleh
Prasetya (2011) di Perairan Pasir Putih Situbondo yang menyatakan bahwa
korelasi antara persentase tutupan karang hidup dengan kelimpahan ikan karang
didapatkan hasil tidak adanya korelasi dimana kelimpahan ikan tidak dipengaruhi
oleh persentase tutupan karang hidup.
Korelasi antara keanekaragaman ikan karang dengan persentase tutupan
karang (r) adalah 0,162 (Tabel 9). Hal ini menunjukkan bahwa adanya korelasi
sangat lemah antara keanekaragaman ikan karang dengan persentase tutupan
karang. Nilai signifikan > 0,2 sebesar 0,520, artinya tidak ada pengaruh yang
32
signifikan antara persentase tutupan karang hidup dengan keanekaragaman ikan
karang.
Tabel 9. Hasil analisis korelasi Bivariate Pearson keanekaragaman ikan karang dengan persentase tutupan karang hidup di Kepulauan Spermonde
Correlations
Tutupan Keanekaragaman
Tutupan Pearson Correlation 1 .162
Sig. (2-tailed) .520
N 18 18
Keanekaragaman Pearson Correlation .162 1
Sig. (2-tailed) .520 N 18 18
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa persentase tutupan karang
hidup memiliki korelasi sangat lemah terhadap keanekaragaman ikan karang
tetapi tidak ada pengaruh yang signifikan antara persentase tutupan karang
hidup dengan keanekaragaman ikan karang. Suharti (2006) menyatakan bahwa
sangat sulit sekali untuk menyatakan hipotesis mana yang benar, karena hasil
bisa saja berbeda sepanjang pengambilan sampel berbeda, dan atau range
penutupan karang dan kompleksitas topografi terumbu karang berbeda dan
masih banyak faktor lainnya. Menurut Allen et al (2003), keanekaragaman dan
kelimpahan ikan karang sangat tergantung pada kondisi terumbu karang dan
kompleksitas habitat yang ada pada ekosistem tersebut dan tidak tergantung
pada persentase tutupan karang. Dengan demikian, untuk konteks pengelolaan
terumbu karang, rehabilitasi karang sebaiknya lebih memperhatikan perbaikan
yang mendukung kompleksibilitas habitat.
33
V. KESIMPULAN
A. Simpulan
Hasil penelitian yang dilakukan di perairan Kepulauan Spermonde,
sebagai berikut :
1. Kelimpahan ikan karang di tiga pulau penelitian dikategorikan melimpah
mengikuti Djamal dan Darsono. Kelimpahan ikan karang tertinggi terdapat di
Pulau Lanjukang dan kelimpahan ikan karang terendah terdapat pada Pulau
Ballang.
2. Keanekaragaman jenis ikan karang di tiga pulau penelitian termasuk kategori
sedang.
3. Indeks dominansi ikan karang perairan Kepulauan Spermonde dikategorikan
tinggi dan famili ikan karang yang mendominasi yaitu Pomacentridae dan
Scaridae.
4. Persentase tutupan karang hidup memiliki korelasi sangat lemah terhadap
kelimpahan ikan karang dan tidak ada pengaruh yang signifikan antara
persentase tutupan karang hidup dengan kelimpahan ikan karang.
5. Persentase tutupan karang hidup memiliki korelasi sangat lemah terhadap
keanekaragaman ikan karang dan tidak ada pengaruh yang signifikan antara
persentase tutupan karang hidup dengan keanekaragaman ikan karang
B. Saran
Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan memperbanyak stasiun
penelitian di setiap pulau sesuai dengan arah mata angin agar mencakup
keseluruhan kawasan pulau sebagai bahan evaluasi dan penarikan kesimpulan
yang tepat untuk pengembangan ilmu pengetahuan dan acuan untuk menyusun
rencana strategis dalam pengelolaan sumber daya perairan terutama terumbu
karang di kawasan Pulau Ballang Lompo, Pulau Badi dan Pulau Lanjukang.
34
Daftar Pustaka
Aktani, U. 1990. Model Hubungan Antara Kondisi Terumbu Karang Dengan Ikan Karang di Pulau Semak Daun, Kepulauan Seribu. Skripsi. Fakultas Perikanan. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Allen, G. R. ; R. Steene & M. Allen. 1998. A Guide to Angelfishes & Buterflyfishes. Odyssey Publishing/Tropical Reef Research.
Amin.2009. Terumbu Karang; Aset yang Terancam (Akar Masalah dan Alternatif Solusi Penyelamatannya). Universitas Islam 45. Bekasi.
Aziz, A. W., 2002. Studi kelimpahan dan keanekaragaman ikan karang famili Pomacentridae dan Labridae pada daerah rataan terumbu (reef flat) di perairan Pulau Barrang Lompo. Skripsi. Program Studi Ilmu Kelautan, Jurusan Ilmu Kelautan, Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan, Universitas Hasanuddin, Makassar.
Barus, T. A. 2004. Pengantar Limnologi Studi Tentang Ekosistem Air Daratan. Medan : USU Press. 121 hal.
Choat JH and Bellwood DR. 1991.Reef fishes: Their history and evolution. Page 39 – 66 in PF Sale ed. The Ecology of fish on coral reef. Journal .Academic press. San Diego. 754 pp.
Connell.D W. dan Hawker. D.W,. 1992.Pollution in Tropical Aquatic System..CRC Inc. London.
Dahuri, R. 2003. Keanekaragaman Hayati Laut : Aset Pembangunan Berkelanjutan Indonesia. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
Dartnall, A. J and M. Jones. 1986. A Manual of Survey Methods; Living Resources in Coastal Areas. ASEAN - Australia Cooperative Program On Marine Science Handbook. Townsville: Australian Institute of Marine Science. 166 p.
Dhahiyat Y, 2003. Struktus Komunitas Ikan Karang di Daerah Transplantasi Karang. Pulau Pari, Kepulauan Seribu, Bandung. 17 hal.
Djamali, A dan P. Darsono, 2005. Petunjuk Teknis Lapangan untuk Penelitian Ikan Karang di Ekosistem Terumbu Karang. Materi Kursus. Pusat Dokumentasi dan Informasi Ilmiah-LIPI. Jakarta.
English, S., C. Wilkinson, and U. Baker (eds). 1994. Survey Manuals for Tropical Marine Resources. Australia Institute of Marine Science. Townsville. Australia.
35
Hukom, F. D., 1998. Ekostruktur dan Organisasi Spasial-Temporal Ikan Karang di Perairan Teluk Ambon. Tesis S-2 Program Pasca Sarjana IPB, Bogor.
Jompa, J., Moka, W., Yanuarita, D., 2005. Kondisi Ekosistem Perairan Kepulauan Spermonde: Keterkaitannya dengan Pemanfaatan Sumberdaya Laut di Kepulauan Spermonde. Divisi Kelautan Pusat Kegiatan Penelitiann, Universitas Hasanuddin. Makassar
Jones, G.P.1991. Fishes Predation and Its Impact on the Invertebrate of Coral Reefs and Adjacent Sediments. The Ecology of Fishes on Coral Reefs. Academic Press, Inc. Sandiego. 156 – 230 p.
Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 4 Tahun 2001 tentang Kriteria Baku Kerusakan Terumbu Karang
Krebs, C.J. 1985. Ecology: The Experimental Analysis of Distributions and Abundance. Ed. New York: Harper and Row Publishers
Manuputty, A.EW. dan Winardi. 2007. Monitoring Ekologi Biak. Coremap II-LIPI, Jakarta.
Marsaoli, MK. 1998. Hubungan Persentase Penutupan Karang Hidup Dengan Densitas Beberapa Jenis Ikan Karang Di Perairan Kepulauan Karimunjawa, Jepara. Tesis. Institut Pertanian Bogor. Bogor .
Nessa, N,. Faizal, A,. Jompa, J,. Rani, C., 2011. Pemetaan Tutupan Makroalga Kaitannya dengan Sebaran Ikan Herbivora di Kepulauan Spemonde Sulawesi Selatan. 6 hal.
Nybakken, J.W. 1988. Biologi Laut: Suatu Pendekatan Ekologis. PT. Gramedia, Jakarta.
Nurjirana. 2016. Kelimpahan Dan Keragaman Jenis Ikan Famili Chaetodontidae Berdasarkan Kondisi Tutupan Karang Hidup Di Kepulauan Spermonde Sulawesi Selatan. Makassar. 95 hal.
Nybakken, J.W. 1992. Biologi Laut, Suatu Pendekatan Ekologis. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.
Odum, E.P. 1993. Dasar-Dasar Ekologi. Edisi ketiga .Gajah mada University Press. Jogjakarta. H.
Prasetyanda I.M. 2011. Korelasi Tutupan Terumbu Karang dengan Kelimpahan Relatif Ikan Famili Chaetodontidae di Perairan Pantai Pasir Putih,Situbondo. Skripsi. Institut Teknologi Sepuluh November. Surabaya.
Pustika. 2011. Kondisi Dan Potensi Komunitas Ikan Karang Di Wilayah Kepulauan Kayoa, Kabupaten Halmahera Selatan Maluku Utara. Maluku. 12 hal.
36
Randall, J.E.,G.R. Allen dan R. Steene. 1990. Fishes of The Great Barrier Reef and Coral Sea . 2nd edition. http://www.fishbase.org/sumary. Diakses tanggal 25 Desember 2016.
Rasyid, A dan Ibrahim. 2013. SPERMONDE, Kondisi Oseanografi Versus Ikan Pelagis. Masagena Press. Makassar
Sale, P.F. 1991. The Ecology of Fishes on Coral Reef. Academic Press, California, USA.
Sarwono, J. 2009. Statistik Itu Mudah: Panduan Lengkap untuk Belajar Komputasi Statistik Menggunakan SPSS 16. Yogyakarta: Penerbit Universitas Atma Jaya Yogyakarta.
Setiapermana, D., 1996. Potensi Wisata Bahari Pulau Mapor. P30-LIPI, Jakarta.
Sopandi, U. 2000. Asosiasi Kenaekaragaman Spesies Ikan Karang dengan Persentase Penutupan Karang (Life form)di Perairan Pantai Pesisir Tengah dan Pesisir Utara Lampung Barat . Skripsi. FPIK. Institut Pertanian Bogor.
Suharti, SR. 2006. Fish Assemblages on Coral Reefs of Karimun Jawa Island, Central Jawa, Indonesia. Coastal Marine Science 30(1):247-251.
Supriharyono. 2000. Pelestarian dan Pengelolahan Sumberdaya Alam di Wilayah Pesisir Tropis. GramediaPustaka Utama. Jakarta.
Suroso W. 2012. (Eds) Menengok Kembali Terumbu Karang Yang Terancam di Segitiga Terumbu Karang. World Resources Institute.
Syakur. 2000. Komunitas Ikan Karang pada Ekosistem Terumbu Karang Ponton Bodong dan Toyapakeh, Nusa Penida, Bali. Program Studi Ilmu dan Teknologi Kelautan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Intitut Pertanian Bogor. Bogor. 78 hal.
Sulistiani T. 2010. Suksesi Komunitas Ikan Karang Pada Lokasi Rehabilitasi Terumbu Karang Di Pulau Kelapa, Kepulauan Seribu. Departemen Sumberdaya Perairan. Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan. Insitut Pertanian Bogor.Bogor.
Wilhm, J.L., and T.C. Doris.1986. Biologycal Parameter for water quality Criteria.Bio. Science: 18 hal.
Wootton, R.J., G. W. Poots. 1992. Fish Reproduction (Strategies and Tactics). United states edition published by Academic Prress Inc. San Diego.
37
LAMPIRAN
Lampiran 1. Jenis ikan karang yang ditemukan dan klasifikasinya