Sandia National Laboratories is a multimission laboratory managed and operated by National Technology and Engineering Solutions of Sandia, LLC., a wholly owned subsidiary of Honeywell International, Inc., for the U.S. Department of Energy's National Nuclear Security Administration under contract DE-NA-0003525 Keamanan Fisik dan Transportasi Andrew W. Nelson, PhD MPH
128
Embed
Keamanan Fisik dan Transportasi - itk.ac.id · ¾ Perlindungan dari ancaman dari dalam dan luar 3 . Keamanan Fisik merupakan suatu Sistem Persyaratan sesuai Peraturan Rintangan Gerbang
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Sandia National Laboratories is a multimission laboratory managed and operated by National
Technology and Engineering Solutions of Sandia, LLC., a wholly owned subsidiary of Honeywell
International, Inc., for the U.S. Department of Energy's National Nuclear Security Administration
under contract DE-NA-0003525
Keamanan
Fisik dan Transportasi
Andrew W. Nelson, PhD MPH
Istilah dan Definisi
Bahaya – fisik atau sifat bawaan yang berpotensi menyebabkan celaka ke manusia, properti, atau lingkungan.
Peristiwa – suatu kejadian yang berhubungan dengan kinerja peralatan atau tindakan manusia, atau kejadian di luar sistem yang menimbulkan bahaya.
Kecelakaan – peristiwa tidak direncanakan atau rangkaian peristiwa yang menyebabkan konsekuensi yang tidak diinginkan.
Frekuensi – jumlah kejadian per satuan waktu di mana peristiwa yang teramati terjadi atau diprediksikan akan terjadi.
Konsekuensi – akibat langsung yang tidak diharapkan dari rangkaian kejadian kecelakaan yang biasanya melibatkan kebakaran, ledakan atau pelepasan bahan berbahaya.
Risiko – gabungan dari frekuensi (peristiwa/tahun) yang diharapkan dan konsekuensi (efek/peristiwa) dari satu kejadian tunggal) dan konsekuensi (pengaruh/peristiwa) dari satu kecelakaan tunggal atau sekelompok kecelakaan
Sandia National Laboratories is a multimission laboratory managed and operated by National Technology and
Engineering Solutions of Sandia, LLC., a wholly owned subsidiary of Honeywell International, Inc., for the U.S.
Department of Energy's National Nuclear Security Administration under contract DE-NA-0003525.
SAND 2017-10125 PE
Definisi
Apa itu SVA?
Suatu proses untuk menetapkan, mengidentifikasi, dan
mengklasifikasikan celah-celah keamanan (kerentanan) dalam suatu
komputer, fasilitas, atau proses (misalnya, jejaring distribusi bahan
kimia). Selain itu, analisis kerentanan juga dapat memperkirakan
efektivitas tindakan pencegahan yang diajukan, serta mengevaluasi
efektivitas sesungguhnya dari tindakan tersebut setelah tindakan
diterapkan.
Risiko Keamanan = f(konsekuensi, kemungkinan)
Kemungkinan berdasarkan pada kerentanan dan
ancaman
Penilaian Kerentanan Keamanan Bahan Kimia:
Ikhtisar Proses
3
1. Mengevaluasi Potensi
Ancaman
2. Karakterisasi Fasilitas
3. Mengarakterisasi Risiko
Keamanan
4. Risiko Dapat Diterima?
Ya Tidak
Melanjutkan dengan pekerjaan dan
6. Menindaklanjuti dengan pengulangan berkala langkah 1-5
5. Menerapkan Tindakan
Keamanan Tambahan
Penilaian Kerentanan Keamanan Bahan Kimia:
Ikhtisar Proses
4
1. Mengevaluasi Potensi Ancaman
2. Karakterisasi Fasilitas
3. Mengarakterisasi Risiko
Keamanan
4. Risiko Dapat Diterima?
Ya Tidak
Melanjutkan dengan pekerjaan dan
6. Menindaklanjuti dengan pengulangan berkala langkah 1-5
5. Menerapkan Tindakan
Keamanan Tambahan
Mengevaluasi Potensi Ancaman
• Identifikasikan dan dokumentasikan target potensial (atau aset) • Prioritisasi risiko bahan kimia
• Apa saja yang ada? • Berada di mana? • Dan dalam bentuk apa?
• Apa saja target potensial lainnya yang ada? • Pertimbangkan peralatan, properti, informasi, dll,
• Di mana saja ancamannya?
• Identifikasikan ancaman potensial berdasarkan pada maksud • Contoh
• orang tanpa wewenang (orang luar): • mencuri bahan kimia untuk digunakan dalam kejahatan • mencuri bahan kimia demi keuntungan pribadi • mencuri peralatan • mencuri kekayaan intelektual (informasi)
• orang dengan wewenang (orang dalam): • mencuri bahan kimia untuk digunakan dalam kejahatan • mencuri atau menghancurkan bahan kimia demi keuntungan pribadi • mencuri peralatan • Mencuri kekayaan intelektual institusi (dalam bentuk informasi) atau
informasi rahasia
Orang Dalam, Orang Luar atau Keduanya?
• Siapa yang memiliki akses? Ke mana saja mereka bisa mengakses?
di Harvard. "Sheri tidak sedang berpetualang melakukan
hal konyol. Dia sedang bekerja di lab di satu dari
universitas-universitas terbesar di dunia. Dia menderita
cedera yang mengerikan namun kami masih belum
mengetahui bagaimana kejadiannya atau mengapa
tidak dicegah."
Kecelakaan Kimia di Kampus
• Pada 28 Juni 2010, sebuah ledakan yang disebabkan
oleh tabung gas di lab penelitian biokimia di
University of Missouri mencederai empat peneliti
dan menghancurkan laboratorium.
Kecelakaan Lainnya di Kampus
Seorang mahasiswa ilmu pasti tingkat akhir di Yale University tewas setelah rambutnya tersangkut di
sebuah mesin dalam suatu kecelakaan menyeramkan di laboratorium kampus. Michele Dufault, 22,
meninggal ketika sedang menggunakan mesin bubut di ruang mesin untuk mahasiswa di Sterling
Chemistry Laboratory di New Haven, Connecticut. Dufault, yang digambarkan sebagai siswa cemerlang , merupakan mahasiswi jurusan astronomi dan fisika dari Massachusetts dan merupakan anggota Yale
Precision Marching Band. Tragedi ini terjadi saat dia sedang mengerjakan proyek di ruang bawah tanah di
laboratorium di mana mahasiswa dan staf membuat atau memodifikasi alat riset. Sepertinya rambut
Michele tersangkut di motor penggerak mesin dan menariknya ke arah mesin. Menurut keterangan dari
kantor pemeriksa kesehatan Connecticut, Michele meninggal karena gangguan gerakan pernapasan yang
diakibatkan oleh leher yang terjepit. Seorang pegawai di kantor Pemadam Kebakaran New Haven
mengatakan bahwa Damkar melakukan tanggap darurat di lab pada jam 2.33 pagi ini setelah beberapa
mahasiswa terkejut saat menemukan Michele yang jatuh terseret di mesin bubut.
Apa pentingnya Keamanan Kimia
di Indonesia?
Alat Penilaian Kerentanan
Kesehatan, Keselamatan & Keamanan Kimia
• Tujuan & Cakupan Penelitian
• Alat & Metodologi
Tujuan & Cakupan Penelitian
• Riset ini menyelidiki penerapan Program
Kesehatan, Keselamatan & Keamanan Kimia di
laboratorium-laboratorium fakultas-fakultas
ilmu kesehatan di Universitas Indonesia.
• Inspeksi dan observasi dilakukan di lima puluh
satu (51) laboratorium yang menggunakan
bahan kimia di lingkungan fakultas-fakultas
ilmu kesehatan di UI.
SECURITY VULNERABILITY CHECKLIST FOR ACADEMIC
AND SMALL CHEMICAL LABORATORY FACILITIES
Prepared by the American Chemical Society, Committee on Chemical Safety, Safe Practices Subcommittee
Introduction
facility’s
““ ”
Alat & Metodologi Metode yang digunakan dalam penelitian ini yang digunakan dalam
daftar centang Kesehatan, Keselamatan & Keamanan Kimia
(Chemical Health, Safety & Security Checklist) yang dibuat
berdasarkan beberapa referensi, termasuk:
• American Chemical Society Safety Audit/Inspection Manual
(Panduan Audit/Pemeriksaan Keselamatan ACS)
• American Chemical Society Security Vulnerability Checklist for
Academic & Small Chemical Laboratory Facilities (Daftar Centang
Kerentanan Keamanan ACS untuk Fasilitas Laboratorium Kimia
Akademis & Kecil)
• Prosedur Universitas Indonesia (UI) untuk pemeriksaan
• Keselamatan Kimia: pencegahan & perlindungan dari kebakaran, penyimpanan cairan yang mudah terbakar, bahaya listrik, gas bertekanan dan gas cair, APD (Alat Perlindungan Diri)
• Keamanan Kimia: membuat keamanan, kendali akses, pintu & jendela
• Pemeriksaan survei baseline kesehatan, keselamatan dan keamanan kimia telah dilaksananan di 51 lab di laboratorium-laboratorium fakultas-fakultas kesehatan Universitas Indonesia.
• Hasil menunjukkan bahwa 4% dari laboratorium-laboratorium ini memiliki nilai di atas 70 yang berarti bahwa mereka telah menerapkan standar universitas yang sangat baik untuk keselamatan, kesehatan dan keamanan kimia kimia di laboratorium.
• 33% dari laboratorium mematuhi standar Universitas antara 50–70% (implementasi baik)
Ucapan Terima Kasih
• Riset ini dilakukan di bawah International Research Grant Universitas Indonesia, 2010/I/10061 Matching Fund.
• Publikasi ini juga didasarkan pada kerja yang didukung oleh dana dari Civilian Research & Development Foundation (CRDF Global) A.S, Grant No. CSP 22052 untuk Pelatihan Keselamatan dan Keamanan Laboratorium dan Industri dengan pendanaan dari United States Department of State (Kemenlu A.S)
Referensi
• Journal of Chemical Health & Safety, Vol. 23, Issue 4, July-August 2016, p. 38-43.
• Belli, S.; Combo, P.; De Santis, M.; Grignoli, M.; Sasco, A. J. Scand J Work Environ Health, 1992, 18, 64. Boxer, P. A.; Burnett, C. M.; Swanson, N. J Occup Environ Med, 1995, 37. Dement, J. M.; Cromer, J. R. Appl Occup Environ Hyg, 1992, 7, 120. Walrath, J.; Li, F. P.; Hoar, S. K.; Mead, M. W.; Fraumeni, J. F. Am J Public Health, 1985, 75.
• NIOSH (National Institute for Occupational Safety and Health). A cohort mortality study of chemical laboratory workers at Department of Energy Nu- clear Plants. 2008. (Published online) http://www.cdc.gov/niosh/oerp/pdfs/ OERP-INFO-a.pdf.
• UCSC. University of California Santa Cruz fire. 2002. (published online) http://ehs.ucsc.edu/emergency/pubs/ sinshfire2.htm.
Referensi
• Safety in Academic Chemistry Laboratories. 7th ed. Accident prevention for college and university students, vol. 1, : 7th ed..: American Chemical Society: Washington, DC, 2003,, http://portal. acs.org/portal/Navigate?nodeid=2230.
• American Chemical Society (ACS) (Ed.). Safety audit/inspection manual. American Chemical Society: Washington, DC, 2000, http://portal.acs.org/ portal/Navigate?nodeid=2230.
• Security Vulnerability Checklist for Academic and Small Chemical Labora- tory Facilities; American Chemical So- ciety (ACS), Ed. http://portal.acs.org/ preview/PublicWebSite/about/governance/ committees/chemicalsafety/publications/ WPCP_012339.
• Chemical Laboratory Safety and Se- curity. In Lisa, M.; Masciangioli, T. (Eds.), A guide to prudent chemical management. The National Academies Press, 2010, http://www.qitepscience. org/resources/Chemica.pdf.
• Barbara, L. F. Chem Health Saf, 2004, 11, 6.
• DeWinkle, G. M.; Rosbach, M. L. Chem Health Saf, 2000, 7, 26.
Yuni Kusminanti, SKM, MSi Occupational Safety & Health Coordinator
Health, Safety & Environment Office,
Universitas Indonesia
DAFTAR ISI
Apa itu Budaya K3L ?
Aspek-aspek Cerminan
Budaya K3L & Manfaat
Penerapan Budaya K3L di
Universitas
(laboratorium)
Budaya K3L yg lemah
& Budaya K3L yg Kuat
Elemen Budaya K3L di
Laboratorium
Upaya Penguatan
Budaya K3L di
Universitas
(Laboratorium)
Peranan Pimpinan &
Semua Pihak Dalam
Pembudayaan K3L di
Laboratorium
Apa itu Budaya K3L
3 Strategic Safety Culture Road Map, Cooper, D & Lucas Finley, US, 2013
What people feel
What people do
Organization
Guidelines
PERSONAL
SISTEM PERILAKU
CONTEXT
Budaya K3L di Suatu Organisasi
Tercermin Dalam 3 Aspek
4
ASPEK PERSONAL ASPEK PERILAKU ASPEK SISTEM
How people feel
(Apa yang pekerja rasakan)
What people do
(Apa yang pekerja lakukan)
What the organization has (Apa yang perusahaan miliki)
• Nilai pada individu
• Nilai pada kelompok
• Belief dan nilai HSE
• Persepsi terhadap HSE
• Aktivitas kerja terkait
HSE
• Implementasi
kepemimpinan
• Kebijakan
• Prosedur
• Peraturan
• Struktur Organisasi
• Sistem Manajemen
Hati & Pikiran Kegiatan sehari-hari Safety Guidelines
Strategic Safety Culture Road Map, Cooper, D & Lucas Finley, US, 2013
Budaya K3L di Universitas
(Laboratorium) adalah
cara berpikir, sikap dan perilaku kerja sehari-hari dari
seluruh civitas di kampus (pimpinan, dosen, periset,
pegawai, mahasiswa, vendor dan civitas kampus
lainnya) yang sudah mencerminkan aspek K3L
Creating Safety Cultures in Academic Institutions : A Report of the Safety Culture Task Force of the ACS
Committee on Chemical Safety, 1st edition, A Publication of the American Chemical Society ACS Joint
Board/Council Committee on Chemical Safety, American Chemical Society Washington, DC , USA, 2012
Budaya K3L Memberikan Dampak Positif bagi Universitas
(Laboratorium), yaitu
• Meningkatkan implementasi K3L di universitas & laboratorium
seperti pelaksanaan SMK3L & prosedur yang lebih baik.
• Upaya pencegahan insiden menjadi lebih efektif, karena aspek
perilaku sudah lebih baik. Pada akhirnya dapat menurunkan angka
insiden dan mengurangi kerugian bagi universitas (laboratorium).
• Meningkatkan reputasi universitas (laboratorium) bahkan fakultas
& universitas, menjadi role model dalam implementasi K3L.
• Menghasilkan lulusan yg telah memiliki kesadaran tinggi akan
pentingnya K3L, menjadi nilai tambah ketika bekerja
7
1. Komitmen dan Kepemimpinan di seluruh tingkatan yg lemah terhadap K3L;
2. Kegagalan dalam menetapkan kewenangan K3L pada masing-masing pihak di universitas (laboratorium), mulai dari pimpinan, pengawas, karyawan dan pekerja;
3. Kurangnya perhatian dari seluruh pihak (waktu & sumber saya yg diluangkan) terhadap K3L;
4. Penerapan SMK3L yg kurang efektif;
5. Upaya untuk meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan mahasiswa terhadap K3L masih kurang masih fokus hanya pd petugas K3L saja;
Pola Pikir & Kebiasaan-kebiasaan yg Menggambarkan
Budaya K3L yang Lemah
8
6. Kurangnya upaya untuk mengevaluasi pengetahuan dan ketrampilan K3L pd mahasiswa baik yg melalui tes dan atau observasi;
7. Kurangnya upaya untuk membangun dan mempertahankan kesadaran, partisipasi dan keterlibatan terhadap K3L yg kuat;
8. Kurangnya upaya pembelajaran dari insiden-insiden yg dterjadi
9. Kruangnya kolaborasi & kerjasama antar pihak di universitas (laboratorium, fakultas, departemen, dll) terhadap pelaksanaan program-program K3L dan atau isu-isu K3L.
Pola Pikir & Kebiasaan-kebiasaan yg Menggambarkan
Budaya K3L yang Lemah
1. Pimpinan menunjukan komitmen dan perilaku yg kuat terhadap
K3L
2. Masalah/kendala K3L diidentifikasi dan dikoreksi
3. Seluruh individu bertanggung jawab dan berwenang terhadap
K3L
4. Proses perencanaan – pelaksanaan – monitoring & evaluasi
serta peningkatan berkelanjutan K3L berjalan secara efektif
5. Fokus K3L tidak hanya pada memberikan hukuman terhadap
pelangaran namun juga penghargaan terhadap prestasi K3L
6. Komunikasi K3L berjalan secara efektif
7. Perhatian yg kuat terhadap perilaku dan lingkungan kerja
Budaya K3L yg Kuat
Elemen Budaya K3L di Laboratorium
Creating Safety Cultures in Academic Institutions : A Report of the Safety Culture Task Force of the ACS Committee on
Chemical Safety, 1st edition, A Publication of the American Chemical Society ACS Joint Board/Council Committee on
Chemical Safety, American Chemical Society Washington, DC , USA, 2012
Kepemimpinan & penerapan sistem manajemen K3L di universitas, fakultas & laboratorium
Edukasi K3L secara terus menerus dan berkesinambungan
Sikap dan kesadaran semua pihak terhadap K3L serta penerapan peraturan/standar K3L
Pembelajaran dari insiden yang pernah terjadi
Interaksi kolaborasi dengan semua pihak dalam membangun budaya K3L
Promosi & Komunkasi K3L yg Efektif
Dukungan Sumber Daya terhadap Implementasi K3L
UPAYA PENGUATAN BUDAYA K3L
DI UNIVERSITAS (LABORATORIUM)
1. Membangun komitmen, menentukan pimpinan, unit dan tim untuk memulai
proses implementasi K3L di universitas,
2. Membentuk komite K3L yg melibatkan pimpinan, pegawai, dosesn, periset
dan mahasiswa di universitas
3. Melakukan dialog untuk menyampaikan visi, misi tujuan penerapan K3L di
kampus
4. Menyusun pedoman SMK3L dan prosedur-prosedurnya
5. Menentukan tanggung jawab setiap pimpinan dan pihak terhadap K3L
6. Membangun sistem komunikasi K3L
7. Membangun & menerapkan sistem pelaporan & investigasi insiden di seluruh
universitas
Diringkas dari : A Guide to Implementing a Safety Culture in Our Universities. CoR Paper 1.
Washington, DC: Association of Public and Land-grant Universities. APLU Council on Research Task
Force on Laboratory Safety (2016).
UPAYA PENGUATAN BUDAYA K3L DI
UNIVERSITAS, cont’d
8. Menyusun & menerapkan sistem Kaji Risiko K3 Ltermasuk pd kegiatan riset, dll
9. Pemberdayaan dan keterllibatan seluruh pihak diantaranya periset, mahasiswa S3,
pegawai, petugas K3L , dll dalam implementasi K3L
10. Menentukan dan melaksanakan sistem pelatihan dan peningkatan kompetensi untuk
seluruh pihak di universitas
11. Memasukkan K3L menjadi bagian dari kurikulum perkuliahan
12. Menentukan tim tanggap darurat dan melaksanakan pelatihan, simulasi keadaan
daruat untuk tim tanggap daruat dan seluruh civitas kampus
13. Mengembangkan sistem umpan balik K3L untuk peningkatan berkelanutan
14. Melakukan benchmark dan kolaborasi dengan perguruan tinggi lainnya, pihak
pemerintah yg terkait dengan upaya K3l di kamus, dengan insdutri, dll
Diringkas dari : A Guide to Implementing a Safety Culture in Our Universities. CoR Paper 1.
Washington, DC: Association of Public and Land-grant Universities. APLU Council on Research Task
Force on Laboratory Safety (2016).
PERANAN PIMPINAN TERHADAP
PENINGKATAN BUDAYA K3L
Diadaptasi dari (Roughton, J. and Mercurio, J. (2002). Developing an effective safety culture. Boston: Butterworth-Heinemann.)
• Pimpinan perlu menunjukkan management, leadership & commitment to safety program
(process) pimpinan di seluruh lini
• Menjadi contoh (role model), jujur dan integritas tinggi dalam menerapkan K3L
• Menjamin ketersediaan sumber daya untuk pelaksanaan aktifitas yang berkualitas,
selamat, sehat & berwawasan lingkungan
• Setiap permasalahan cepat ditangani
• Menentukan & melaksanakannya peranan & tanggung jawabnya & semua pihak dalam
implementasi K3L & pembudayaan K3L
• Memastikan setiap individu di organisasi telah memiliki kemampuan dalam
• Sosialisasi & edukasi secara terus menerus & berkesinambungan
• Aktif menciptakan iklim yang mendukung pembudayaan K3L
• Selalu mendorong partisipasi seluruh karyawan untuk terlibat seluruh program safety
Menerapkan K3L sesuai
standar secara rutin
dan terus menerus
Bertanggung jawab
terhadap penerapan
K3L pd aktifitas
pekerjaannya
Menunjukkan kepedulian dan contoh bagi semua
dalam penerapan
K3L
PERANAN SEMUA PIHAK TERHADAP
PEMBUDAYAN K3L DI LABORATORIUM
(Roughton, J. and Mercurio, J. (2002). Developing an effective safety culture. Boston:
Butterworth-Heinemann.)
DAFTAR PUSTAKA
1. Developing an effective safety culture. Roughton, J. and Mercurio, J. (2002). Boston:
Butterworth-Heinemann.
2. Creating Safety Cultures in Academic Institutions : A Report of the Safety Culture
Task Force of the ACS Committee on Chemical Safety, 1st edition, A Publication of
the American Chemical Society ACS Joint Board/Council Committee on Chemical
Safety, American Chemical Society Washington, DC , USA, 2012
3. Strategic Safety Culture Road Map, Cooper, D & Lucas Finley, US, 2013
4. A GUIDE TO IMPLEMENTING A SAFETY CULTURE IN OUR UNIVERSITIES, APLU Council
on Research Task Force on Laboratory Safety (2016) Washington, DC: Association of
Public and Land-grant Universities
TERIMA KASIH
Strategi dan Perkakas
Mitigasi Ancaman Kimia:
Dari Webinar Lalu
oleh
Muhamad A. Martoprawiro Ketua Umum Himpunan Kimia Indonesia (HKI)
Webinar Ke-3: Keamanan Fisik
Depok, Jakarta, Palembang, Balikpapan, Surabaya Indonesia, 26 Oktober 2017
Keselamatan dan Keamanan Kimia
• Keselamatan Kimia (safety)
– Melindungi manusia dari bahan kimia
– Sifatnya kecelakaan
– Berkaitan dengan bahaya (hazard)
• Keamanan Kimia (security)
– Melindungi bahan kimia dari manusia
– Sifatnya kesengajaan
– Berkaitan dengan ancaman (threat)
Keselamatan dan Keamanan Kimia
Keselamatan Kimia
• Di masa lalu, safety diterjemahkan sebagai
keamanan, misalnya safety belt = sabuk
pengaman
• Security sering juga diterjemahkan sebagai
keamanan; safety, security = keamanan (dulu)
• Akhirnya, istilah safety menjadi keselamatan,
safety belt = sabuk keselamatan
• Chemical safety menjadi keselamatan kimia
Keselamatan dan Keamanan Kimia
Keamanan Kimia
• Chemical security menjadi keamanan kimia
• Keamanan kimia tidak kalah pentingnya dari
keselamatan kimia; keduanya seperti dua
muka dari mata uang yang sama
• Pada keamanan kimia, yang dilindungi adalah
bahan kimianya, misalnya mengamankan
laboratorium dan tempat penyimpanan bahan
kimia, membatasi akses, dll.
Keselamatan dan Keamanan Kimia
Peringatan
• Semua fasilitas harus dijaga selamat dan aman
Bahaya, Ancaman, Risiko
• Keselamatan kimia: terkait bahaya zat kimia, dan bahaya-bahaya lain (hazards), termasuk terhadap lingkungan (pollutants)
• Keamanan kimia: terkait ancaman terhadap zat kimia, dan terhadap aset/target lain (threat)
• Risiko = f(kebolehjadian x akibat)
– Kebolehjadian suatu peristiwa terjadi (peluang)
– Keparahan dampak kejadian (akibat)
Bahaya, Ancaman, Risiko
Risiko Bisa Dikurangi (Mitigasi)
• Bahaya zat kimia bersifat intrinsik, hanya bisa dikurangi dengan mengganti zat kimia, atau dianalisis jika tidak bisa diganti analisis bahaya (hazard analysis)
• Ada ancaman yang sulit diubah di sumbernya, perlu dianalisis untuk mencegahnya analisis ancaman (threat analysis)
• Yang bisa kita kendalikan adalah risiko Sistem Pengelolaan Risiko (risk management system)
• Mengurangi risiko (mitigasi):
– Menurunkan kemungkinan terjadinya peristiwa
– Mengurangi keparahan dampak jika terjadi
Bahaya, Ancaman, Risiko
Risiko Bisa Dikurangi (Mitigasi)
Fro A drew Nelso , Che ical Risk Ma age e t
Keamanan Kimia
• Pengamanan zat kimia, dilakukan terpadu dengan pengamanan aset dan target lainnya.
• Peningkatan keamanan kimia menyangkut 5 pilar dalam sistem pengelolaan risiko: – Keamanan Fisik: rumusan tujuan, perancangan sistem (deteksi,
perlambatan, tanggapan), pengujian sistem, evaluasi yang teratur
– Keamanan Transportasi: tidak boleh ada security hole dalam sistem transportasi zat kimia
– Pengelolaan Inventori (inventory management): untuk pelacakan dari penerimaan hingga pembuangan, hak akses berjenjang, dll.
– Pengelolaan Personel (personnel management): kejelasan hak akses, pelatihan, penunjukan CSSO, dll. termasuk pencegahan ketidakpuasan di antara pekerja
– Keamanan Informasi
Keamanan Kimia
Landasan Keamanan Kimia
• Selain penguatan lima pilar keamanan kimia,
diperlukan usaha terus menerus untuk
penguatan landasan berikut yang harus
menjadi kebijakan manajemen puncak:
– Penguatan budaya keamanan
– Pengembangan prosedur kerja (SOP, dll.)
– Regulasi tertulis yang jelas
– Sistem manajemen yang baik
Keamanan Kimia
Zat Kimia yang Perlu Dilindungi
• Secara umum, zat kimia perlu dilindungi untuk
tidak jatuh pada orang yang tidak berhak.
• Tapi, zat berikut memerlukan perhatian lebih:
– Racun, mis. sianida, dimetil raksa
– Bahan peledak, mis. amonium nitrat, hidrogen
peroksida
– Pereaksi bernilai tinggi, mis. katalis, zat warna
– Obat dan prekursornya, mis. ketamin, asam lisergat
– Zat senjata kimia dan prekursornya
Sistem Pengelolaan Risiko Kimia
• Chemical Risk Management System mencakup keselamatan kimia (pencegahan bahaya dan polusi) dan keamanan kimia (penanganan ancaman)
• Kekhususan sistem ini dibanding sistem pengelolaan risiko yang umum: memperhatikan keseluruhan siklus hidup zat kimia
• Seperti sistem pengelolaan risiko yang umum:
– Pendekatannya berbasis sistem
– Berbasis penilaian risiko
Sistem Pengelolaan Risiko Kimia
Siklus Hidup Zat Kimia
Sistem Pengelolaan Risiko Kimia
Tahapan Pengelolaan Risiko Kimia
Identifikasi Bahaya
Dosis-Dampak/Toksisitas
Paparan
Karakterisasi Risiko
Penerimaan Risiko
Mitigasi Risiko
Identifikasi Ancaman
Characterize Security
Threat Potential
Karakterisasi Risiko Keamanan
Penerimaan Risiko
Mitigasi Risiko
Identifikasi
Dampak Buruk
Akibat
Kebolehjadian
Risiko
Mitigasi
Penilaian
Dapat diterima?
Sistem Pengelolaan Risiko Kimia
Simulasi Bahaya dan Ancaman
• Mitigasi bahaya dan ancaman dilakukan dengan memperkuat lima pilar dalam sistem pengelolaan risiko yang telah dibahas.
• Setelah penguatan lima pilar, dan pengembangan kebijakan (kultur, regulasi, SOP, dll.), perlu dilakukan simulasi bahaya dan ancaman.
• Lewat simulasi itu, dilakukan penilaian yang terukur tentang kualitas sistem pengelolaan risiko kimia yang telah dikembangkan.
• Pengembangan yang terus menerus perlu dilakukan dengan evaluasi berkala, dan penyelidikan terhadap setiap peristiwa.
Ancaman Keamanan Kimia
• Ancaman terhadap keamanan kimia bisa berasal dari orang luar atau orang dalam, atau kerjasama di antara keduanya.
• Karena yang lebih mengetahui sistem adalah orang dalam, maka analisis ancaman dari orang dalam atau dari kerjasama antara orang dari dalam dan dari luar perlu memperoleh perhatian lebih.
• Perlu dilakukan usaha untuk mengurangi atau meminimalkan kemungkinan orang dalam untuk menjadi ancaman terhadap sistem.
Penutup
• Keselamatan dan keamanan kimia perlu memperoleh perhatian yang seimbang.
• Sistem pengelolaan risiko kimia harus diterapkan sebelum terjadi peristiwa yang merugikan.
• Jika terjadi peristiwa, perlu dilakukan penyelidikan untuk mengungkapnya.
• Evaluasi harus dilakukan secara berkala.
• Semua hal di atas memerlukan kebijakan yang jelas dari manajemen puncak.
Reference for Academics
• HKI has been involved in the development of 2 books translated to Bahasa Indonesia. HKI reviewed the translated version. – Keselamatan dan Keamanan Laboratorium Kimia (Chemical
Laboratory Safety and Security), http://dels.nas.edu/resources/static-assets/bcst/miscellaneous/Chemical_Laboratory_Safety_and_Security_IND.pdf
– Keselamatan dan Keamanan Laboratorium Kimia: Panduan Penyusunan SOP (Guide for Standard Operating Procedure), http://dels.nas.edu/resources/static-assets/bcst/miscellaneous/R02982--Chemicallab_Text_Indonesian.pdf
• For the 1st book, resources, toolkits, flyers, etc. are available (in Bahasa Indonesia as well) at http://dels.nas.edu/global/bcst/Chemical-Management