p. �
KE Perspektif Antropologi
2002 tentang Hak Cipta:
hak melakukan perbuatan sebagaimana - 49 ayat (1) dan ayat (2) dipidana dengan gkat 1 (satu) bulan dan/ a tau denda paling
, atau pidana penjara paling lama 7 (tujuh) p5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah).
rnemamerkan, mengedarkan atau menjual g hasil pelanggaran Hak Cipta atau Hak
·at (1) dipidana dengan penjara paling lama banyak Rp500.000.000,00 (lima ratus juta
hak memperbanyak penggunaan untuk 'omputer dipidana dengan pidana penjara
da paling banyak Rp500.000.000,00 (lima
Pasal 17 dipidana dengan pidana penjara da paling banyak Rpl.000.000.000,00 (satu
Pasal 19, Pasal 20, atau Pasal 29 ayat (3) lama 2 (dua) tahun dan/atau denda paling
uh juta rupiah). a hak melanggar Pasal 24 atau Pasal 55
a 2 (dua) tahun dan/atau denda paling uh juta rupiah).
hak melanggar Pasal 25 dipidana dengan tahun dan/ a tau denda paling banyak
ta rupiah). hak melanggar Pasal 27 dipidana dengan tahun dan/ a tau denda paling banyak rupiah).
Pasal 28 dipidana dengan pidana penjara a paling banyak Rpl.500.000.000,00 (satu
KEM Perspektif Antropologi
Editor: Toetik Koesbardiati
MUSEUM DAN PUSAT KAJIAN ETNOGRAFI • FISIP UNIVERSITAS AIRLANGGA
Pusat Penerbitan don Percetakan UNAIR Airlangga University Press
Cetakan pertama - 2016
Dilarang mengutip dan atau memperbanyak tanpa izin tertulis dari Penerbit sebagian atau seluruhnya dalam bentuk apa pun.
pologi
Dicetak oleh: Pusat Penerbitan dan Percetakan (AUP) (OC 095/03.16/AUP-Bl)
Penerbit: Airlangga University Press Kampus C Unair, Mulyorejo Surabaya 60115 Telp. (031) 5992246, 5992247 Fax. (031) 5992248 E-mail: [email protected] A ... "'\GGOTA IKAPI: 001/JTl/95 ANGGOTA APPTI: 001/KTNAPPTI/X/2012 AUP 600/03.596/03.16 (0.1)
:.15 5992248 E-mail: [email protected]
tanpa izin tertulis dari entuk apa pun.
Buku ini adalah Kumpulan Tulisan Dasen dan Alumni Antropologi
untuk
Mu�,eum dan Pusat Kajian Etnografi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Airlangga
v
KATA PENGANTAR
Kematian masih merupakan misteri dan merupakan suatu bagian dari lifecycle yang penting dan suci. Mati bukan hanya suatu peristiwa biologis dan medis, tetapi juga peristiwa antropologis, sosial, ekonomis, filsafat, etika, agama, hukum, politik, dan kadang-kadang militer (Jacob, 1997). Kematian adalah fenomena penting dan menarik. Kematian adalah suatu peristiwa perpindahan ke dunia arwah yang lebih langgeng. Oleh karena itu seringkali kematian hams diiringi dengan ritual dengan tujuan mengiringi si mati menuju dunia arwah. Karena dunia arwah ini bisa jadi jauh jaraknya, maka dibuatlah upacara penyembelihan hewan sebagai laksana berkendaraan menuju dunia arwah. Tidak hanya itu, seringkali persembahan-persembahan lain juga disertakan sebagai bekal di perjalanan menuju dunia arwah. Betapa banyak upacara kematian yang menghabiskan biaya banyak. Bahkan tidak semua orang dapat mengadakan upacara kematian tersebut secara individual.
Secara ekonomi bahkan biaya ritual kematian dapat mengalahkan biaya pemenuhan gizi keluarga. Belum lagi ketidakhadiran dalam upacara kematian kerabat yang meninggal berkaitan dengan pride, kehormatan bahkan pengakuan dari adatnya. Terpikir oleh warga bahwa adat kematian tidaklah hams menghabiskan seluruh kekuatan ekonomi. Pemikiran ini disebabkan oleh keresahan akibat beratnya beban adat dan beratnya tanggung jawab melakukan ketentuan adat.
Kematian seseorang lalu menjadi komoditas bisnis di wilayah perkotaan. Karena ruang perkotaan menjadi sempit, kadangkala tidak ada cukup tempat untuk membawa jenazah di rumah sementara menunggu kelengkapan sanak saudara berkumpul. Bisnis penyimpanan jenazah menjadi lahan subur bagi warga kota yang tidak memiliki tempat. Bisnis penyimpanan mayat ini masih dilengkapi dengan fasilitas make up jenazah. Lahan yang masih jarang ditekuni dan makin banyak yang memerlukan keahlian ini.
Kematian kemudian juga menjadi tolak ukur kesejahteraan suatu bangsa. Misalnya, kematian ibu dan anak yang saat ini menjadi masalah serius bagi bangsa Indonesia. Kematian ibu dan anak masih tergolong tinggi di Indonesia sehingga harus dicari akar masalah. Salah satu akar masalah adalah kesetaraan gender.
Kematian setidaknya bisa dipelajari dan orang mati dapat bercerita. Bidang forensik dapat memberikan gambaran umum mengenai individu
vii
mati (sisa rangka manusia). Minimal data demografi dapat dihasilkan seperti jenis kelamin, umur, tinggi badan, dan penyakit serta informasi lain yang dapat melengkapi data individu mati atau orang hilang. Lebih [auh sisa rangka manusia dapat "menunjukkan" wajahnya dalam proses rekonstruksi.
Akhirnya sisa rangka manusia dapat memberikan informasi tentang proses evolusi yang terjadi pada manusia. Bagaimana seluruh aparat lokomosi memberikan gambaran betapa berkembangnya tubuh manusia.
Selamat membaca!
Persem ah :' ta Peng Daftar rs· Konsep -:
p p
Kemati
viii Kematian: Perspektif Antropologi
OrangJa
Ritual dengan
nal data demografi dapat dihasilkan badan, dan penyakit serta informasi
· ividu mati atau orang hilang. Lebih enunjukkan" wajahnya dalam proses
apat memberikan informasi tentang - anusia. Bagaimana seluruh aparat a a berkembangnya tubuh manusia.
Kematian: Perspektif Antropologi
DAFTAR ISi
Persembahan.... .. .. .. . .. .. . . .. .. .. .. .. .. .. . .. . . . . . . . .. .. .. .. . . . . .. . . . . .. . . .. .. . . . . . .. .. . .. .. .. .. . . .. .. . .. . .. . . . v Kata Pengantar vii Daftar Isi ... .. .. . . .. .. .. .. . .. . . . . .. .. . . .. . . . . . . . .. .. .. . . . . . .. .. .. . . .. . .. . . . . .. . .. .. .. . . . . . . .. . .. .. . .. . . .. . . . ix
Konsep "Mati" pada Orang Dayak Benuaq Lawangan.......................... 1 Pendahuluan..................................................................................... 1 Penutup.............................................................................................. 4
Kematian: Sebuah Pandangan Hidup dan Ritual Masyarakat Jawa 5 Pendahuluan 5 Pandangan Hidup Masyarakat Jawa tentang Kematian............ 6 Ritual (Slametan) Kematian Masyarakat Jawa 8 Penutup.............................................................................................. 12 Daftar Pustaka 12
Orang Jawa Memaknai Kematian............................................................... 15 Pendahuluan 15
OrangJawa............................................................................................ 15 Makro Kosmos, Mikro Kosmos, dan Moral.................................. 16
Kematian sebagai Peristiwa Penting 17 Makna Kematian 18 Mitos, Keyakinan dan Kematian.................................................... 21 Kematian Beruntun... .. .. . . . . . . . . .. .. . . .. .. . . .. .. .. .. . . .. .. .. . . . .. . . . .. .. .. .. . . .. .. . .. . .. .. . 22 Ritual Kematian 24 Penutup.............................................................................................. 26 Daftar Pustaka 26
Ritual Kematian sebagai Manifestasi Hubungan Manusia dengan Alam Baka......................................................................................... 29
Pendahuluan.. .. . . . . .. ... . . .. .. .. .. .. . .. .. . . .. ... .. .. .. . .. . . . . .. . . ... .. .. . . . . . . . . . . . . . .. . .. . . . . .. 29 Beberapa Ritual Kematian dalam Berbagai Budaya pada
Masyarakat sederhana.................................................................. 30 Ritus Kematian pada Suku Trobriand............................................ 32 Sky Burial (Pemakaman Langit) di kalangan Orang Tibet....... 33 Ritual Kematian pada Masyarakat yang Sudah Maju................ 35
Penutup.............................................................................................. 40 Daftar Pustaka .. .. . . . . .. ... .. .. .. . . . . . .. .. . . . .. .. .. . . . . . . . .. .. . . .. . .. .. .. . . . . . .. . . .. . . . .. .. .. . .. 40
ix
Ngaben Ngerit di Bali Pilihan Bijak Umat Hindu di Bali...................... 59
Hidup Sejahtera dan Bahagia, Mati Pun Mulia dalam Perspektif Aktor 67
"B
Podiatri Tulang ' _ Ianusi,
43 43 46 48 48 49 51 54 56 56
59 60 61 64 64
67 68 69 70 72 73 75 76
77 77 78 79 80
Kematian: Perspektif Antropologi
Pendahuluan . Ngaben . Ngaben Ngerit . Penutup . Daftar Pustaka .
Pendahuluan . Dipersiapkan . Perspektif Aktor . Disesalkan . Dirayakan . Ilmu Buah Kelapa . Penutup . Daftar Pustaka .
Kehidupan Setelah Mati dalam Organisasi (Keabadian Nilai-Nilai Pendiri dalam Organisasi Keluarga) .
Pendahuluan - . Organisasi "X" Sebagai Organisasi Berbasis Keluarga . Pewarisan Nilai-Nilai Pendiri Dalam Struktur Organisasi... . Nilai-nilai Pendiri dalam Organisasi . Transformasi Struktur Organisasi "X" . Transformasi Struktur Organisasi "Y" . Keabadian Nilai-Nilai Pendiri Organisasi Berbasis Keluarga . Penutup . Daftar Pustaka .
Kematian Melalui Media Sumpah Pocong Menuju Keharmonisan Sosial .
Pendahuluan . Kematian Melalui Media Sumpah Pocong . Penutup . Daftar Pustaka .
Angka Kematian Ibu dalam Bal utan Mitos Budaya .. .. .. .. .. . . . . . .. . . . . .. . . . . . 81 Pendahuluan 81 Realitas Sosial Budaya tentang Tingginya Angka Kematian
Ibu 81 Beberapa Pemikiran untuk Membedah AKI dalam Balutan Mitos Budaya 84
x
;arusasi rm Organisasi Keluarga) .
-························································ anisasi Berbasis Keluarga . :::: Dalam Struktur Organisasi... . ;anisasi . :--..:sasi ''X'' . :--- sasi ''Y'' . .r; Organisasi Ber basis Keluarga ...
························································ ·······················································
- mat Hindu di Bali .
······················································· ......................................................... ·······················································
························································ ······················································
Mulia dalam ······················································ ······················································
····················································· ......................................................... ························································
.......................................................... ························································
-························································ Pocong Menuju Keharmonisan
······················································· ·······················································
- ah Pocong . ·····················································
······················································ _ Iitos Budaya .
··-····················································· :: Tingginya Angka Kematian
-····················································· embedah AKI dalam Balutan
·····················································
43 43 46 48 48 49 51 54 56 56 59 59 60 61 64 64
67 67 68 69 70 72 73 75 76
77 77 78 79 80 81 81
81
84
Penutup . Daftar Pustaka .
Menangkap Jejas Kematian dengan Sebuah Kamera Lampu . Pendahuluan . Penutup . Daftar Pustaka . Daftar Gambar .
Membangkitkan Kembali yang Telah Mati . Pendahuluan . Bagaimana Cara Melakukan Rekonstruksi Wajah Tengkorak
Semasa Hidup? . Penutup . Daftar Pustaka .
Di Balik Kematian: Cerita Individual Rangka Manusia . Pengantar . Faktor Individual . Variasi Anatomis Normal . Anomali Rangka . Kondisi Patologis Rangka . Lytic . Proliveratif . Deformatif . Perubahan Rangka karena Aktivitas Berulang . Penutup . Daftar Pustaka .
Podiatri Untuk Paleoantropologi: Pemahaman Anatomi Tulang- Tulang Tungkai dan Kaki untuk Merekonstruksi Kehidupan Manusia Masa Lampau .
Pendahuluan . Evolusi clan Variasi Aparatus-Aparatus Podiatrik Manusia . Postur Badan clan Aktivitas . Paleopatologi . Penutup . Daftar Pustaka .
87 88
91 91 94 94 95
97 97
98 101 102 105 105 106 107 108 110 110 111 113 114 115 116
119 119 123 127 130 132 132
Kematian: Perspektif Antropologi xi
1
Ritual Kematian sebagai Manifestasi Hubungan Manusia dengan Alam Baka
Rustinsyah Departemen Antropologi, Fakultas Ilmu Sosial dan Politik, Universitas Airlangga.
A.Pendahuluan
Proses perjalanan lingkaran hidup manusia atau life-cycle terjadi sejak manusia lahir
hingga meninggal yaitu a) kelahiran; b) masa penyapihan, c) masa kanan-kanak, d) masa
dewasa; e) masa pubertas, d) masa perkawinan, e) masa lanjut usia; f) kematian. Dalam
kematian, beberapa masyarakat ada yang mengakui bahwa setelah meninggal masih ada
hubungan kerabat yang masih hidup dan yang meninggal. Namun sebaliknaya bahwa ada
sekelompok masyarakat yang percaya bahwa masih ada hubungan antara manusia yang masih
hidup dengan dunia alam gaib. Alam baka sebagai tempat yang dianggap kekal bagi orang-
orang yang telah meninggal.
Suatu kepercayaan sebagai bentuk kasih dan pengharapan agar anggota kerabat yang
telah meninggal mendapatkan suatu tempat yang layak, kedamaian bagi yang meninggal maka
dilakukan ritual kematian. Beberapa masyarakat dan kebudayaan ada yang melakukan ritual
kematian hanya sekali namun ada yang berkali-kali sesuai dengan kebudayaan yang dianut.
Dalam hal ini upacara kematian didasarkan tema berpikir: a) bahwa peristiwa kematian manusia
hanya merupakan suatu proses peralihan ke suatu kehidupan baru di alam baka, atau b) individu
yang mati diintegrasikan ke dalam kehidupannya yang baru di antara makhluk halus yang lain di
alam baka (Haryono, 2012)
Timbulnya kajian ritual sebagai bidang penelitian dan hal yang penting dalam
perkembangan dunia akademis. Kajian bidang tersebut berlangsung melalui beberapa
tahap. Tahap pertama, berlangsung pada paruh kedua 19 dan paruh pertama abad ke-20,
ketika itu disiplin akademis. Studi tentang ritual memainkan peran penting dalam
perbandingan studi agama, antropologi, sosiologi, psikologi, sejarah budaya, ekonomi dan
lain-lain. Tahap kedua, berlangsung selama dekade tahun 1960-an, dengan melihat awal
dari fase studi interdisipliner. Ritual sebagai hal yang efektif dalam suatu budaya, yang
memungkinkan seseorang untuk meneliti lebih mendalam mendalam. Proyek pembaharuan
liturgi juga terjadi setelah Vaticanum II, bahwa istilah "studi ritual" pertama kali digunakan
2
oleh American Academy of Religion pada tahun 1977. Tahap ketiga, pada awal abad ke-21
sebagai sebuah fase baru. Selama ini berbagai disiplin ilmu telah terhubung dan
terintegrasi secara multidisiplin dalam melakukan kajian ritual. Dalam konteks ini dalam
berbagai studi, termasuk studi budaya, studi media dan komunikasi, studi rekreasi, studi
agama material, studi migrasi, dan banyak lainnya. Studi ritual telah menjadi bidang
akademik yang diakui, meskipun ada pandangan yang berbeda. Studi ritual menjadi mapan
sebagai bidang penelitian di akhir 1970-an dan 1980-an. Ronald Grimes khususnya
menempatkan studi ritual di peta akademik. Periode ini, studi ritual menjadi mapan dengan
munculnya studi ritual. Tentang pembaruan liturgi setelah Konsili Vatikan II yang kemudian
dilanjutkan studi ritual oleh bidang antropologi. Meskipun studi ritual masih dianggap
tradisional, konservatif, dan adakalanya membosankan.
Ritus dan simbol ditempatkan pada agenda akademisi, masyarakat, dan budaya.
Dalam konteks itu, para sarjana di Amerika Serikat mengadakan pertemuan dalam forum
American Academy of Religion serta Antropologi Association dan Amerika Utara Academy
of Liturgi. Grimes (1982) berperan penting, ia sebagai ahli dalam ritual dalam
pembahasan tentang pembaharuan liturgi setelah Vatikan II. Dia membahas liturgi secara
kritis dalam konferensi dan lokakarya, dan menyambut tamu di kalangan Katolik Roma. Ia
memiliki sikap terbuka dan konstruktif kritis terhadap dinamika liturgi.
Sangat menarik untuk melihat bagaimana profil studi ritual yang dikembangkan pada
periode berikutnya. Dalam studi ritual, termasuk studi agama, antropologi, studi liturgi, dan
studi teater. Studi agama yang memberikan kerangka kerja untuk analisis, dan dengan
demikian beberapa studi ritual dianggap sebagai subdisipline studi agama. Hampir semua
masyarakat di dunia melakukan ritual kematian dengan cara berbeda dan mempunyai
makna tertentu seperti penghormatan terhadap orang yang meninggal, mengantar roh atau
jiwa orang yang meninggal agar mendapatkan tempat yang damai di alam baka dan
sebagainya.
Dalam tulisan ini akan diuraikan tentang “ Ritual Kematian sebagai Manifestasi
Hubungan antar Kerabat Manusia yang Hidup dan Dunia Alam Baka” . dengan beberapa
contoh budaya baik pada masyarakt yang masih sederhana maupun masyarkat yang sudah
maju. Data dari tulisan ini diambil dari literature, sumber internet dan lain-lain.
3
B. Beberapa Ritual Kematian dalam Berbagai Budaya pada Msyarakat sederhana
Ritus-ritus kematian adakalanya merupakan hal aneh bagi pandangan masyarkat
lain tetapi itu suatu kepercayaan yang tidak mudah untuk digantikan.
B.1.Ritus Kematian pada Masyarakat Suku Bangsa Yanomamo sebagai manifestasi bahwa
jiwa orang-orang yang meninggal masih berada di sekitarnya:
Suku Yanomamo tinggal di sebuah desa yang terisolasi di kawasan hutan Amazon
perbatasan antara Venezuela dan Brazil. Mereka tinggal di desa-desa yang disebut shabhono,
tinggal di tengah hutan dengan cara hidup horticulturist Bentuk Shabono melingkar oval
seperti donat, di tempat tersebut keluarga-keluarga inti hidup dalam rumah panjang yang
hanya disekat dengan pembatas yang tidak permanen.. Berikut ini bentuk sabhono ( desa)
pada suku Yanomamo:
Sumber: https://www.google.co.id/search?q=yanomami+village&biw=1805&bih=816&tbm=isch&imgil=wy9FGHY5nX5scM%253A%253B2anMZKC6g9o3rM%253B
Salah satu ritual penting dilakukan masyarakat Suku Yanomamo adalah ritual
kematian. Mereka berpendapat bahwa kematian bukanlah suatu fenomena alam. Bagi
mereka kematian adalah hal yang sangat penting sehingga setelah meninggal, jiwa perlu
mendapat perlindungan Pemakaman seseorang yang meninggal dengan cara dikremasi.
Kemudian, abunya difermentasi dengan pisang dan selanjutnya dimakan anggota
keluarganya. Suku-suku yang mengkonsumsi campuran abu dari pembakaran orang
meninggal dan pisang disebut endocanibalism. Hal itu sebagai kepercayaan mereka
4
bahwa roh orang yang meninggal masih berada di antara mereka. Mereka percaya
bahwa, jiwa akan mendapatkan keselamatan jika tubuh dibakar dan jika abu dimakan oleh
anggota keluarga. Selama upacara ini orang-orang menangis dan menyanyikan lagu-lagu
sedih. (https://prezi.com/qv9yrmgdjsw-/yanomami-death-rites-ritual/). Berikut ini gambar, seorang
Yanomamo makan campuran abu dan fermentasi pisang
Sumber: http://blog.sevenponds.com/cultural-perspectives/yanomami-death-ritual-of-endocannibalism
B.2. Ritus Kematian pada Suku Trobriand
Kepulauan Trobriands (sekitar 8 ° 30 'S, 151 ° E) terletak sekitar 384 km dari Port
Moresby, ibukota Papua Nugini. Pulau-pulau relatif datar, berawa, sungai pasang surut, dan
dan banyak batuan karang. Panjang karang hingga mencapai 10 kilometer dari lepas
pantai. Suhu dan kelembaban udara tinggi, adakalanya hujan lebat namun biasanya
berlangsung singkat. Namun kekeringan tak terduga dapat terjadi, yang dapat
menyebabkan kekurangan pangan. Kehidupan yang sangat keras sebagai hortikulturis dan
menangkap ikan di laut yang berbahaya penuh dengan batuan karang.
Kehidupan penduduk kepulauan Trobriand masih sederhana dan ritual dalam siklus
kehidupan dilakukan juga ritual dalam kematian. Mereka percaya bahwa ketika seseorang
meninggal, rohnya pergi jauh ke tempat nenek moyangnya berada. Pada akhir panen, nenek
moyangnya akan kembali ke Trobriands untuk melihat kehidupan keluarganya. Oleh karena
ketika seseorang meninggal, kerabatnya (laki-laki berserta pasangannya dan anak-anaknya)
berjaga sepanjang malam sambil menyanyikan lagu-lagu tradisional dengan suara keras di
atas jenazah anggota kerabat yang meninggal. Selanjutnya dilakukan pemakaman, setelah itu
makanan dan kekayaan dibagi bagikan kepada mereka yang datang dan ikut berkabung.
5
Dilanjutkan kerabat mencukur dan menghitamkan rambut atau menghitamkan tubuh. Sekitar
enam bulan kemudian, wanita dari garis keturunan almarhum, membagikan makanan yang
dibungkus daun pisang sebagai tanda membayar ratusan orang yang telah berkabung. Wanita
yang dapat mendistribusikan kekayaannya lebih dari orang lain Adela dipandang wanita-besar.
Pada saat sekarang yang dibagikan berupa kain untuk baju yang dibeli di toko dan kekayaan
lain yang dibagikan seperti ubi, daging babi, tebu, dan lain-lain. Selanjutnya bagi yang
mampu setiap, setahun kemudian membagi makanan, barang-barang tertentu dimaksudkan
untuk menghormati orang-orang yang baru meninggal
(http://www.everyculture.com/Oceania/Trobriand-Islands-Religion-and-Expressive-
Culture.html)bih=816&tbm=isch&imgil=35o6Y6lol0fa1M%253A%253BPdvLEju.Berikut
contoh kehidupan msyarakat di kepulauan Trobriand:
Sumber: https://www.google.co.id/search?q=trobrianders+of+papua+new+guinea&biw=1805&
B.3 Sky Burial (Pemakaman Langit) di kalangan Orang Tibet
Penduduk di Tibet umumnya menganut agama Budha. Kematian merupakan hal
yang penting bagi kehidupan masyarakatnya. Dalam kepercayaan Buddha Tibet bahwa
suatu hal dianggap bodoh apabila menolak untuk mengakui bahwa segala sesuatu tidak
kekal dan dekat dengan kematian.Salah satu bentuk pemakaman yang dilakukan orang
Tibet adalah pemakaman langit atau Sky Burial. Berikut ini salah satu gambar sky
burial (pemakaman langit):
6
Gambar: Pemakaman Langit (Sky Burial)
Sumber:
https://www.google.co.id/search?q=sky+burial+tibetan+burial+ritual.+picture&biw=1805&bih=816&tbm=isch&imgil=EIab_yq7_f9dPM%253A%253BCEO
Pemakaman langit (Sky Burial) adalah cara yang biasa dilakukan dengan
membuang atau meletakkan mayat anggota masyarakat biasa. Namun, itu tidak
untuk anak-anak yang usianya kurang dari 18 tahun, wanita hamil, atau mereka yang
meninggal karena penyakit menular atau kecelakaan. Asal-usul pemakaman langit
masih menjadi suatu misteri Tibet. Pemakaman langit memiliki makna keagamaan
besar. Mereka percaya bahwa mayat tidak lebih dari sebuah kapal kosong. Semangat,
atau jiwa, orang yang meninggal telah keluar tubuh dan akan bereinkarnasi dalam
kehidupan lain. Dalam rangkaian pemakaman langit biasanya masyarakat Tibet
didorong untuk menyaksikan ritual ini, agar bisa merasakan bahwa hidup yang tidak
kekal dan berani menghadapi kematian. Seperti diyakini Drigung Kagyu dari
Buddhisme Tibetian.
Tahapan pemakaman langit. Pertama, setelah seseorang meninggal, jenazah
tidak disentuh selama tiga hari. Kedua, sebelum hari pemakaman langit, mayat
dibersihkan dan dibungkus dengan kain putih. Jenazah diposisikan dalam posisi janin,
posisi yang sama di mana orang tersebut saat lahir. Ketiga, ritual pemakaman langit
7
biasanya dimulai sebelum fajar. Lamas seorang yang memimpin prosesi ritual ke
tempat pekuburan, dengan diiringi nyanyian guna membimbing jiwa yang meninggal.
Keempat, setelah nyanyian, mulai mempersiapkan jenazah untuk dikonsumsi burung
pemakan bangkai. Tubuh diletakkan di tempat terbuka, dibiarkan terbuka dan
pertama dipotong di bagian belakang. Kapak dan parang yang digunakan untuk
memotong tubuh, agar pasti dan tepat. Daging dan organ-organ internal dipotong-
potong. Selanjutnya dilakukan pembakaran dupa untuk memanggil burung pemakan
bangkai. Selama proses memecah tubuh, burung-burung beterbangan di atas kepala,
menunggu pesta makan daging. Burung pemakan bangkai akan datang memakannya.
Hal ini diyakini bahwa burung nasar yang dipandang sebagai Dakinis. Dakinis
dipandang sebagai malaikat. Di Tibet, Dakinis akan mengambil jiwa orang meninggal
ke langit, di mana jiwa berreinkarnasi ke dalam kehidupannya. Daging manusia yang
dimakan burung bangkai dianggap saleh karena membantu kehidupan hewan kecil.
Setelah itu, orang-orang meninggalkan tempat pemakaman tersebut. Agar semua
dagingnya dimakan burung dan dapat menjamin pendakian jiwa. Tinggal tulang-
tulangnya kemudian diambil dan ditumbuk kemudian disebar di tanah.
Orang-orang yang datang di pemakaman itu terdiri dari teman-teman
almarhum, pemotong tubuh. Fotografi dilarang keras. Mereka percaya bahwa memotret
ritual mungkin tidak baik karena mempengaruhi pendakian jiwa.
(Diakses http://www.travelchinaguide.com/cityguides/tibet/sky-buria.htm)
C. Ritual Kematian pada Masyarakat yang sudah Maju
Ritual kematian pada masyarkat yang sudah maju juga dilakukan dengan berbagai
cara. Hal itu dimaknai sebagai manifestasi hubungan kerabat dengan anggotanya yang
meninggal. Bahkan ritual kematian sebagai simbol-simbol status sosial seseorang dan
suatu pengharapan bahwa yang meninggal mendapat tempat yang layak. Hal itu
memunculkan usaha tempat-tempat pemakaman yang prestisius dan memiliki daya jual
tinggi. Berikut ini beberapa contoh ritual kematian di masyarakat yang sudah maju:
C.1. Ritual Kematian pada orang Bali yang disebut “ Upacara Ngaben”
Tradisi Upacara Ngaben merupakan hal yang penting bagi masyarakat Bali yang
memeluk agama Hindu. Hal itu sebagai penghormatan dari orang yang ditinggalkan dan
mengantar roh yang meninggal menuju tempat yang layak. Dengan demikian adanya
8
upacara kematian ini sebagai manifestasi hubungan antara orang meninggal dan kerabat
yang masih hidup.
Masyarakat Bali merupakan masyarakat yang sudah maju bahkan kegiatan-kegiatan
penting bersifat internasional dilakukan di daerah tersebut. Namun Upacara kematian
Ngaben masih dilakukan bahkan orang-orang kaya mengadakan upacara tersebut dengan
biaya yang besar. Berikut ini contoh upacara “ Ngaben di Bali”:
Gambar: Upacara Ngaben di Bali
Sumber: (http:/ensiklopediaindonesia.com/seni-dan budaya-indonesia/ngaben-upacara-
pembakaran-jenasah-yang unik dari bali)
Upacara Ngaben telah dikenal oleh masyarakat di Indonesia maupun di luar negeri. Bali
dikenal sebagai daerah yang masih memegang teguh tradisi. Salah satu tradisi yang menjadi ikon
Bali adalah “Ngaben”. Ngaben dalam agama Hindu dilakukan dengan cara yang unik. Kata
“Ngaben” tak selalu diartikan dengan pembakaran jenazah. Ngaben juga bisa berarti palebon
yang berasal dari kata lebo berarti tanah atau debu. Dengan kata lain Ngaben adalah suatu
proses bagi sang mayat untuk ditanahkan (dijadikan tanah) bisa di kubur atau dengan
dibakar.Tapi kebanyakan orang mengenal Ngaben ini sebagai prosesi pembakaran proses
pembakaran jenazah.
Dalam kepercayaan masyarakat Hindu Bali bahwa dalam diri manusia mempunyai
beberapa unsur dan semua ini digerakkan oleh nyawa/roh yang diberikan Sang Pencipta. Saat
manusia meninggal yang ditinggalkan hanya jasad kasarnya. Sedangkan roh masih ada dan terus
kekal sampai akhir jaman. Di saat itu upacara Ngaben dilakukan sebagai proses penyucian roh
9
saat meninggalkan badan kasar. Dewa Brahma dalam agama Hindu juga mempunyai wujud
sebagai Dewa Api. Api. penjelmaan dari Dewa Brahma inilah yang bisa membakar semua dosa-
dosa yang melekat pada jasad dan roh orang yang meninggal.
Selesai pembakaran, sisa abu dimasukkan ke dalam kelapa gading lalu dihanyutkan
atau dilarungkan ke laut atau ke sungai yang dianggap suci. Biaya untuk Upacara Ngaben
berkisar antara 15-20 juta bahkan bisa lebih. Namun sekarang banyak masyarakat Bali
melakukan upacara Ngaben secara missal agar menekan biaya.
(Hikari/ensiklopediaindonesia.com).
C. 2 Upacara Kematian “Rambu Solo’ di Tana Toraja
Gambar: Upacara Kematian Rambu Solo” Tana Toraja
Sumber:
https://www.google.co.id/search?q=Gambar+Upacara+Kematian+Tanah+Toraja&biw=18
05&bih=816&tbm=isch&imgil=UZ4faXj4CV4-UM%253A%253Bb
Upacara kematian ini berkaitan dengan sistem kepercayaan tradisional suku Toraja.
Kepercayaan anismime politeistik yang disebut aluk, atau “jalan”. Dalam mitos Toraja, leluhur
orang Toraja datang dari surga dengan menggunakan tangga yang kemudian digunakan oleh
suku Toraja sebagai cara berhubungan dengan Puang Matua, dewa pencipta. Aluk, dibagi
10
menjadi dunia atas (Surga) dunia manusia (bumi) sebagai dunia bawah. Dewa-dewa Toraja
lainnya adalah Pong Banggai di Rante (dewa bumi), Indo’ Ongon-Ongon (dewi gempa
bumi), Pong Lalondong (dewa kematian), Indo’ Belo Tumbang (dewi pengobatan), dan lainnya.
Manusia tinggal di bumi perlu dipelihara dengan baik kata-kata dan tindakannya.
Aluk bukan hanya sistem kepercayaan, tetapi juga merupakan gabungan dari hukum, agama, dan
kebiasaaan. Aluk mengatur kehidupan bermasyarakat, praktik pertanian, dan ritual keagamaan.
Tata cara Aluk bisa berbeda antara satu desa dengan desa lainnya. Satu hukum yang bersifat
umum adalah peraturan bahwa ritual kematian dan kehidupan harus dipisahkan.
Upacara pemakaman merupakan ritual penting bagi masyarakat Toraja. Semakin kaya
dan berkuasa maka biaya upacara pemakaman semakin mahal. “Rambu Solo” merupakan
tradisi yang sangat meriah di Tana Toraja karena dalam penyelenggaraannya memerlukan
waktu 2-3 hari bahkan sampai satu Minggu untuk keluarga bangsawan. Kuburan dibuat di
bagian atas tebing di ketinggian bukit batu. Menurut kepercayaan Aluk To Dolo (kepercayaan
masyarakat Tana Toraja jaman dahulu sebelum masuknya agama Nasrani dan Islam) bahwa
semakin tinggi tempat jenazah semakin cepat pula rohnya sampai ke nirwana. Dalam agama
aluk, hanya keluarga bangsawan yang berhak menggelar pesta pemakaman yang besar. Pesta
pemakaman seorang bangsawan biasanya dihadiri oleh ribuan orang dan berlangsung selama
beberapa atau seminggu. Tempat prosesi pemakaman disebut rante disiapkan di sebuah padang
rumput yang luas, sebagai tempat pelayat yang hadir, sebagai tempat lumbung padi, dan berbagai
perangkat pemakaman lainnya yang dibuat oleh keluarganya. Diiringi dengan musik suling,
nyanyian, lagu dan puisi, tangisan dan ratapan merupakan ekspresi duka cita yang dilakukan oleh
suku Toraja tetapi semua itu tidak berlaku untuk pemakaman anak-anak, orang miskin, dan
orang kelas rendah.
Upacara pemakaman ini kadang-kadang baru digelar setelah berminggu-minggu,
berbulan-bulan, bahkan bertahun-tahun sejak kematian yang bersangkutan, dengan tujuan agar
keluarga yang ditinggalkan dapat mengumpulkan cukup uang untuk biaya pemakaman. Pada
masa menunggu, jenazah dibungkus dengan beberapa helai kain dan disimpan di bawah
tongkonan. Arwah orang meninggal dipercaya tetap tinggal di desa sampai upacara pemakaman
selesai, setelah itu arwah akan melakukan perjalanan ke Puya.
Bagian lain dari pemakaman adalah penyembelihan kerbau. Semakin berkuasa seseorang
maka semakin banyak kerbau yang disembelih. Suku Toraja percaya bahwa arwah membutuhkan
11
kerbau untuk melakukan perjalanannya dan akan lebih cepat sampai di Puya jika ada banyak
kerbau. Penyembelihan puluhan kerbau dan ratusan babi merupakan puncak upacara pemakaman
yang diringi musik dan tarian para pemuda yang menangkap darah yang muncrat dengan
bamboo. Sebagian daging tersebut diberikan kepada para tamu dan dicatat karena hal itu akan
dianggap sebagai utang pada keluarga almarhum. (Sumber: http://wikipedia.org).
C.3 Tempat pemakaman mewah sebagai manifestasi bahwa kematian merupakan hal
yang tidak menakutkan karena tinggal di tempat yang layak.
Di Indonesia, muncul tempat-tempat pemakaman mewah sebagai manifestasi
bahwa kematian suatu hal yang tidak menakutkan dan bisa memilih tempat yang layak.
Berikut gambar, contoh pemakaman mewah.
Gambar 1
Gambar 2.
12
Sumber: https://www.google.co.id/search?q=tempat+pemakaman+mewah+di+indonesia&biw=1805&bih=816&tbm=isch&imgil=AoSk3MW_avYIEM%253A%253B
San diego hills memorial park adalah sebuah perusahaan yang bergerak di bidang
pemakaman yang berlokasi di Karawang Jawa Barat. Tempat pemakaman member kesan yang
tidak menyeramkan. Pembangunan pemakaman ini dimulai tahun 2006, dan kemudian tahun
2007 mulai di jual ke konsumen. Menurut pandangan pemilik pemakaman tersebut bahwa
setiap ada kematian itu sangat menyedihkan dan beliau menginginkan pemakaman seperti yang
ada di Amerika yaitu forest lawn. Bagaimana tempat pemakaman dapat mengurangi kesedihan
sehingga tempat pemakaman itu seharusnya indah sebagai tempat mengenang orang yang
dicintai. Seperti halnya forest lawn, pemakaman itu bukan hanya memakamkan jenazah tetapi
untuk berwisata bersama keluarga terutama bersama anak anak atau orang tua. Di tempat
tersebut mereka membawa buku untuk dibaca, bermain sepeda bahkan membawa binatang
kesayangannya. Di Indonesia yang pertama kali yang menjual produk pemakaman seperti itu
adalah San diego hills. Model pemakaman di San diego Hills ada tiga tipe yaitu tipe single
burial, tipe semi private, tipe private estate (https://sales-sandiegohills.com). Tempat
pemakaman ini juga diperuntukkan untuk mereka yang beragama Islam dan non Islam. Menurut
informasi harga kavling kuburan di San Diego Hills bervariasi, sesuai letak dan ukurannya.
Yang termurah ada pada kisaran Rp 27.000.000 (ukuran 1,5 x 2,6 meter). Berikutnya ada yang
berharga Rp.2.019.912.000 (luas 76 meter untuk maksimal 4 makam) hingga Rp 2,7 miliar
lahan kosong (92,8 meter) (https://hasanbasrimnur.wordpress.com/2013/08/28/san-diego-hilss-
kuburan-termahal-di-indonesia-2).
13
Tempat pemakaman yang indah juga banyak, misalnya tempat pemakaman untuk
keluarga kerajaan, keluarga orang-orang penting, makam-makam orang China, Tāj Mahal dan
lain-lain.
Kesimpulan.
Dari beberapa contoh tentang ritual kematian yang dilakukan pada berbagai
masyarakat yang sederhana dan maju sebagai manifestasi hubungan antara kerabat dengan
anggotanya yang meninggal yang ada di alam baka. Hal itu itu dilakukan karena beberapa hal
yaitu a) berpandangan adanya jiwa, roh orang yang meninggal masih ada di sekitar kehidupan; b)
sebagai pengantar roh, jiwa kepada kerabat yang telah meninggal menuju surga, nirwana
sebagai tempat yang layak; c) secara psikologis memberikan rasa cinta, nyaman bahwa anggota
kerabat telah berada di tempat yang damai, d) penyelenggaraan ritual kematian merupakan
simbol status pada kerabat yang menyelenggarakannya; e) ritual-ritual kematian dapat
menggerakkan kegiatan ekonomi masyarakat di sekitarnya.
Daftar Pustaka.
Grimes, Ronald. 1982. Beginning in Ritual Studies. Washington DC: University Press
Haryono, Trijoko. 2012. Buku Ajar Pengantar Antropologi. Departemen
Antropologi, FISIP, Universitas Airlangga, Surabaya.
Yanomami Death Ritual of Endocannibalism. Diakses dari
(http://blog.sevenponds.com/cultural-perspectives/yanomami-death-ritual-of-
endocannibalism)
Ngaben, Diakses dari (http:/ensiklopediaindonesia.com/seni-dan budaya-indonesia/ngaben-
upacara-pembakaran-jenasah-yang unik dari bali)
Ini Alasan Orang Kaya Rela Bayar Mahal Untuk Makam San Diego Hills diakses
Diakses (https://sales-sandiegohills.com).
San Diego Hills Pemakaman Terbaik dan Terindah
( https://sales-sandiegohills.com)
(https://hasanbasrimnur.wordpress.com/2013/08/28/san-diego-hilss-kuburan-termahal-di-indonesia-2
Sky Burial, Diakses dari http://www.travelchinaguide.com/cityguides/tibet/sky-buria.htm
14
Trobriand Islands - Religion and Expressive Culture
Diakses,:(http://www.everyculture.com/Oceania/Trobriand-Islands-Religion-and-Expressive-
Culture.html)
Upacara Rambu Solo, Tanah Toraja, Diakses:
(https://www.google.co.id/search?q=Gambar+Upacara+Kematian+Tanah+Toraja&biw=18
05&bih=816&tbm=isch&imgil=UZ4faXj4CV4-UM%253A%253Bb
15