Top Banner
BAB I PENDAHULUAN Penyakit diare di Indonesia sampai saat ini masih merupakan salah satu penyakit endemis dan masih sering menimbulkan kejadian luar biasa (KLB) di masyarakat oleh karena seringnya terjadi peningkatan kasus-kasus tertentu yaitu pada musim kemarau dan puncak musim hujan. Pada umumnya masalah penyakit diare merupakan salah satu penyakit yang berbasis lingkungan yang masih merupakan masalah kesehatan terbesar di Indonesia baik dikarenakan masih buruknya kondisi sanitasi dasar, lingkungan fisik maupun rendahnya perilaku masyarakat untuk hidup bersih dan sehat dan masih banyak faktor penyebab munculnya penyakit diare tersebut. Menurut hasil Riskesdas 2007, Diare merupakan penyebab kematian nomor satu pada bayi (31,4%) dan pada balita (25,2%), sedangkan pada golongan semua umur merupakan penyebab kematian yang ke empat (13,2%). 1 Menurut Riskesdas, insiden diare (≤ 2 minggu terakhir sebelum wawancara) berdasarkan gejala pada seluruh kelompok umur sebesar 3,5% (kisaran menurut provinsi 1,6% – 6,3%) dan insiden diare pada balita sebesar 6,7% (kisaran provinsi 3,3% – 10,2%). Sedangkan period prevalence diare pada seluruh kelompok umur (>2 minggu – 1 bulan terakhir sebelum wawancara) berdasarkan gejala sebesar 7% dan pada balita sebesar 10,2%. Di Indonesia, diare masih merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat utama disebabkan masih tingginya angka kesakitan dan menimbulkan banyak kematian terutama pada bayi 1
45

Kdk Four

Dec 13, 2015

Download

Documents

Nanda Soraya

kdk
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: Kdk Four

BAB I

PENDAHULUAN

Penyakit diare di Indonesia sampai saat ini masih merupakan salah satu penyakit

endemis dan masih sering menimbulkan kejadian luar biasa (KLB) di masyarakat oleh karena

seringnya terjadi peningkatan kasus-kasus tertentu yaitu pada musim kemarau dan puncak

musim hujan. Pada umumnya masalah penyakit diare merupakan salah satu penyakit yang

berbasis lingkungan yang masih merupakan masalah kesehatan terbesar di Indonesia baik

dikarenakan masih buruknya kondisi sanitasi dasar, lingkungan fisik maupun rendahnya

perilaku masyarakat untuk hidup bersih dan sehat dan masih banyak faktor penyebab

munculnya penyakit diare tersebut. Menurut hasil Riskesdas 2007, Diare merupakan

penyebab kematian nomor satu pada bayi (31,4%) dan pada balita (25,2%), sedangkan pada

golongan semua umur merupakan penyebab kematian yang ke empat (13,2%).1

Menurut Riskesdas, insiden diare (≤ 2 minggu terakhir sebelum wawancara)

berdasarkan gejala pada seluruh kelompok umur sebesar 3,5% (kisaran menurut provinsi

1,6% – 6,3%) dan insiden diare pada balita sebesar 6,7% (kisaran provinsi 3,3% – 10,2%).

Sedangkan period prevalence diare pada seluruh kelompok umur (>2 minggu – 1 bulan

terakhir sebelum wawancara) berdasarkan gejala sebesar 7% dan pada balita sebesar 10,2%.

Di Indonesia, diare masih merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat utama

disebabkan masih tingginya angka kesakitan dan menimbulkan banyak kematian terutama

pada bayi dan balita, serta sering menimbulkan banyak kejadian luar biasa. Jumlah penderita

pada KLB diare tahun 2013 menurun secara signifikan dibandingkan tahun 2012 dari 1.654

kasus menjadi 646 kasus pada tahun 2013. Kejadian luar biasa diare pada tahun 2013 terjadi

di 6 propinsi dengan penderita terbanyak terjadi di Jawa Tengah yang mencapai 294 kasus.

Cakupan penemuan dan penanganan diare di Provinsi Jawa Tengah tahun 2012 sebesar

42,66%, lebih rendah dibanding tahun 2011 (57,9).2

1

Page 2: Kdk Four

BAB II

LAPORAN HASIL KUNJUNGAN RUMAH

2.1. Identitas Pasien dan Keluarga

a. Identitas Pasien 1

Nama : An. Umi Faizatil

Jenis kelamin : Perempuan

Usia : 3 tahun 11 bulan

Alamat : Dusun Kauman, Desa Kembanglimus

Agama : Islam

Suku Bangsa : Jawa

Pendidikan : PAUD

b. Identitas Pasien 2

Nama : Ny. Komsatun

Jenis Kelamin : Perempuan

Umur : 43 tahun

Status Pernikahan : Menikah

Alamat : Dusun Kauman, Desa Kembanglimus

Agama : Islam

Suku Bangsa : Jawa

Pendidikan : SMA

Pekerjaan : Ibu rumah tangga / penjahit

c. Identitas Kepala Keluarga

Nama : Tn. Muhtadin

Jenis Kelamin : Laki – laki

Umur : 48 tahun

Status Pernikahan : Menikah

Alamat : Dusun Kauman, Desa Kembanglimus

Agama : Islam

Suku Bangsa : Jawa

Pendidikan : SMA

Pekerjaan : Pegawai negeri (kepala dusun)

2.2. Profil Keluarga yang Tinggal Satu Rumah

2

Page 3: Kdk Four

No Nama Keduduka

n dalam

Keluarga

JK Umur

(th)

Pendidikan Pekerjaan Keterangan

1 Muhtadin KK L 48 SMA PNS Sehat

2 Khomsatun Istri KK P 43 SMA IRT Pasien

3 Muh Ihsanudin Anak I L 22 SMA Pelajar Sehat

4 Ahmad Nursaid Anak II L 14 SMP Pelajar Sehat

5 Umi Faizatil Anak III P 3 PAUD Pelajar Pasien

Gambar 1. Pohon Keluarga

Keterangan :

: Laki-laki

: Perempuan

: Pasien

2.3. Resume Penyakit dan Penatalaksanaan yang Sudah Dilakukan

Anamnesis

1. An. Umi

3

Page 4: Kdk Four

Anamnesis dilakukan secara alloanamnesis (ibu Pasien) pada tanggal 23 Juli 2015

pada pukul 11.00 WIB di rumah pasien, lalu kunjungan berikutnya pada tanggal 27 Juli 2015

pada pukul 15.00 WIB di rumah pasien di Dusun Kauman, Desa Kembanglimus, Kecamatan

Borobudur, Kabupaten Magelang.

a. Keluhan Utama

Muntah sebanyak 5 kali

b. Keluhan tambahan

Mencret, demam, lemas

c. Riwayat Penyakit Sekarang

Pasien (An. Umi) datang ke Puskesmas Borobudur pada tanggal 25 Maret

2015 dengan keluhan muntah sebanyak 5 kali sejak 3 hari sebelum datang ke

Puskesmas.

3 hari sebelum datang ke puskesmas, ibu pasien melihat pasien mengonsumsi

kopi 2x (1x dibeli di warung dekat rumah dan 1x yang diseduh di rumah)

tanpa makan apapun sejak pagi. Malam harinya pasien muntah-muntah dan

terlihat lemas. Muntah berisi air, makanan (-), lendir (-), warna hijau atau

kuning (-), muntah darah (-).

2 hari sebelum datang ke puskesmas, pasien mengalami mencret sebanyak 5

kali. Mencret berwarna kuning, ampas (+), lendir (+), darah (-), bau

busuk/asam (-), kurang lebih satu gelas “aqua” tiap buang air. Ibu pasien juga

merasakan anaknya demam, walau hanya dirasa dengan perabaan tangan.

Karena pasien tampak makin lemas dan nafsu makan nya berkurang, ibu

pasien membawa pasien ke bidan setempat, dan diberi obat penurun panas.

1 hari sebelum datang ke Puskesmas, pasien masih mengalami mencret, ibu

pasien meneruskan obat yang diberikan oleh bidan, namun tidak ada

perubahan. Esok harinya, ibu pasien memutuskan untuk membawa anaknya ke

puskesmas dan dianjurkan untuk rawat inap.

d. Riwayat Penyakit Dahulu

Pasien belum pernah sakit seperti ini sebelumnya.

e. Riwayat Penyakit Keluarga

Tidak ada anggota keluarga yang memiliki keluhan yang sama, riwayat darah

tinggi, kencing manis, sakit jantung.

2. Ny, Komsatun

4

Page 5: Kdk Four

Anamnesis dilakukan secara autoanamnesis pada tanggal 23 Juli 2015 pada pukul

11.00 WIB di rumah pasien, lalu kunjungan berikutnya pada tanggal 27 Juli 2015 pada pukul

15.00 WIB di rumah pasien di Dusun Kauman, Desa Kembanglimus, Kecamatan Borobudur,

Kabupaten Magelang.

a. Keluhan Utama

Mencret sebanyak 3 kali sejak 1 hari sebelum datang ke Puskesmas

b. Keluhan tambahan

Muntah, lemas

c. Riwayat Penyakit Sekarang

Pasien datang ke Puskesmas Borobudur pada tanggal 27 Maret 2015 dengan

keluhan mencret sebanyak 3 kali sejak 1 hari sebelum datang ke Puskesmas.

Mencret berwarna kuning, ampas (+), lendir (+), darah (-), bau busuk/asam (-),

kurang lebih satu gelas tiap buang air disertai nyerti perut. Selain itu, keluhan

disertai muntah dan lemas serta nafsu makan anaknya berkurang.

d. Riwayat Penyakit Dahulu

Pasien belum pernah sakit seperti ini sebelumnya.

e. Riwayat Penyakit Keluarga

Terdapat anggota keluarga yang memiliki keluhan yang sama, yaitu anak

perempuan pasien. Tidak ada anggota keluarga yang memiliki riwayat darah

tinggi, kencing manis, sakit jantung.

Pemeriksaan Fisik

1. An. Umi

Tanggal 23 Juli 2015 pukul 12.00 WIB di rumah pasien

Keadaan umum : Tidak tampak sakit

Kesadaran : Compos mentis

Tanda vital :

Nadi : 100x/menit

TB : 85 cm

BB : 13 kg

Suhu : 360 C

Pernapasan : 22x/menit

Status Generalis

5

Page 6: Kdk Four

Kepala : Normocefali

Mata : Konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-), mata cekung (-)

Telinga : Normotia, benjolan (-), oedem (-), nyeri tekan (-)

Hidung : Normosepti, sekret (-), deviasi septum (-)

Bibir : pucat (-), sianosis (-), bibir kering (+)

Tenggorok : T1-T1, faring hiperemis (-), granulasi (-), nyeri telan (-)

Leher : Trakhea di tengah, pembesaran KGB (-/-)

Thoraks :

Paru - paru

- Inspeksi : Bentuk dada normal, simetris, gerak pernafasan simetris, retraksi (-/-)

- Palpasi : Vokal fremitus teraba simetris

- Perkusi : Kedua hemitoraks berbunyi sonor

- Auskultasi : Suara napas vesikuler, rhonchi (-/-), wheezing (-/-)

Jantung

- Inspeksi : Pulsasi iktus kordis tidak terlihat

- Palpasi : Iktus cordis teraba di ICS IV 1 cm medial dari garis midklavikularis kiri

- Perkusi : Batas jantung kanan pada garis sternalis kanan setinggi ICS IV, batas

jantung kiri setinggi ICS IV 1 cm garis midklavikularis kiri, batas atas jantung kiri

setinggi ICS II pada garis sternalis kiri

- Auskultasi : Bunyi jantung I-II reguler, murmur (-), gallop (-)

Abdomen

- Inspeksi : Ambdomen tampak datar

- Auskultasi : Bising usus normal

- Perkusi : Timpani

- Palpasi : Teraba supel, nyeri tekan (-), tidak ada hepatosplenomegali, turgor baik.

Ekstremitas

- Inspeksi : Sianosis (-/-), edema (-/-)

- Palpasi : Edema (-/-), CRT < 2 detik, akral hangat (+)

Diagnosis Kerja

- Post diare akut e.c infeksi virus disertai dehidrasi ringan

Rencana Penatalaksanaan

o Medikamentosa:

6

Page 7: Kdk Four

Paracetamol 3 x ¼ tab

Amoxicilin syr 3 x 1 sendok teh

Domperidone 3 x 1 tab

Guanis (kp) 1 x 1 sendok teh

o Nonmedikamentosa :

Edukasi:

o Menghindari makan makanan yang merangsang seperti pedas,

asam, dan bersantan, juga mengurangi konsumsi makanan yang

berserat.

o Minum air ± 2L sehari

o Menjaga kebersihan diri seperti mencuci tangan sebelum makan

dan kebersihan makanan.

2. Ny. Komsatun

Tanggal 23 Juli 2015 pukul 12.00 WIB di rumah pasien

Keadaan umum : Tidak tampak sakit

Kesadaran : Compos mentis

Tanda vital :

Tekanan darah : 130/80 mmHg TB : 160 cm

Nadi : 88 x/menit BB : 55 kg

Suhu : 360 C Pernapasan : 18x/menit

Status Generalis

Kepala : Normocefali

Mata : Konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-), mata cekung (-)

Telinga : Normotia, benjolan (-), oedem (-), nyeri tekan (-)

Hidung : Normosepti, sekret (-), deviasi septum (-)

Bibir : pucat (-), sianosis (-), bibir kering (+)

Tenggorok : T1-T1, faring hiperemis (-), granulasi (-), nyeri telan (-)

Leher : Trakhea di tengah, pembesaran KGB (-/-)

Thoraks :

Paru - paru

- Inspeksi : Bentuk dada normal, simetris, gerak pernafasan simetris, retraksi (-/-)

7

Page 8: Kdk Four

- Palpasi : Vokal fremitus teraba simetris

- Perkusi : Kedua hemitoraks berbunyi sonor

- Auskultasi : Suara napas vesikuler, rhonchi (-/-), wheezing (-/-)

Jantung

- Inspeksi : Pulsasi iktus kordis tidak terlihat

- Palpasi : Iktus cordis teraba di ICS IV 1 cm medial dari garis midklavikularis kiri

- Perkusi : Batas jantung kanan pada garis sternalis kanan setinggi ICS IV, batas

jantung kiri setinggi ICS IV 1 cm garis midklavikularis kiri, batas atas jantung kiri

setinggi ICS II pada garis sternalis kiri

- Auskultasi : Bunyi jantung I-II reguler, murmur (-), gallop (-)

Abdomen

- Inspeksi : Ambdomen tampak datar

- Auskultasi : Bising usus normal

- Perkusi : Timpani

- Palpasi : Teraba supel, nyeri tekan (-), tidak ada hepatosplenomegali, turgor baik.

Ekstremitas

- Inspeksi : Sianosis (-/-), edema (-/-)

- Palpasi : Edema (-/-), CRT < 2 detik, akral hangat (+)

Diagnosis Kerja

- Post diare akut e.c infeksi virus tanpa dehidrasi

Rencana Penatalaksanaan

o Medikamentosa:

Paracetamol 3 x 500mg

Amoxicilin 3 x 500mg

Diapet 3 x 1 tab

o Nonmedikamentosa :

Edukasi:

o Menghindari makan makanan yang merangsang seperti pedas,

asam, dan bersantan, juga mengurangi konsumsi makanan yang

berserat.

o Minum air ± 2L sehari

8

Page 9: Kdk Four

o Menjaga kebersihan diri seperti mencuci tangan sebelum makan

dan kebersihan makanan.

Hasil Penatalaksanaan Medis

Saat kunjungan rumah pertama dan kedua pada tanggal 23 dan 27 Juli 2015, keadaan

pasien dalam keadaan membaik. An. Umi dirawat di Puskesmas selama 4 hari dan ibu pasien

dirawat jalan. Saat pulang ke rumah, pasien sudah membaik dan obat masih tetap diminum

sampai habis.

Faktor pendukung :

o Pasien meminum obat teratur dan menjalankan edukasi yang telah

diberikan

Faktor penghambat:

o -

Indikator keberhasilan

o Keluhan yang dialami pasien sudah berkurang

2.4. Tabel Permasalahan Pada Pasien

Tabel 2. Tabel Permasalahan Pada Pasien

No. Resiko & masalah kesehatan Rencana pembinaan Sasaran

1. BAB cair dan mual muntah Edukasi mengenai diare, apa

penyebabnya, bagaimana

pencegahan dan bagaimana

penanganan pertama di rumah.

Pasien dan

keluarga

2. Kebiasaan jajan yang tidak

diketahui tingkat

kebersihannya

Edukasi mengenai kebersihan

makanan, dan dampak apabila

tidak mengkonsumsi makanan

yang bersih.

Pasien dan

keluarga.

2.5. Identifikasi Fungsi Keluarga

a. Fungsi Biologis

Dari wawancara dengan penderita (An. Umi dan Ny. Komsatun) diperoleh keterangan

bahwa tidak ada riwayat penyakit herediter atau degeneratif. Sementara dalam 1 bulan

9

Page 10: Kdk Four

terakhir, anggota keluarga yang pernah menderita penyakit menular yaitu kedua pasien dan

anak ke I dan II yaitu berupa influenza.

b. Fungsi Psikologis

Pasien tinggal bersama ayah/suami, ibu dan kakaknya. Hubungan antara pasien dengan

keluarga baik. Pasien dan keluarga memiliki waktu berkumpul dengan keluarga setiap hari

yang diwujudkan dalam bentuk makan bersama, berkumpul bersama dan shalat berjamaah.

Komunikasi antara penderita dan keluarga baik dan rukun.

c. Fungsi Ekonomi

Biaya kebutuhan sehari-hari pasien dipenuhi oleh ayah dan dirinya sendiri (Ny.

Komsatun). Pendapatan perbulan kurang lebih Rp. 1.500.000. Uang tersebut dipakai untuk

kebutuhan rumah tangga seperti listrik dan makan. Dalam keluarga, semua anggota keluarga

memiliki kartu BPJS.

d. Fungsi Pendidikan

Pendidikan terakhir Ny. Komsatun adalah lulusan SMA, pendidikan terakhir suaminya

adalah SMK.

e. Fungsi Religius

An. Umi, Ny. Komsatun dan keluarga memeluk agama Islam dan menjalankan ibadah

secara rutin (sholat dan mengaji). Penerapan nilai agama cukup baik.

f. Fungsi Sosial dan Budaya

An. Umi, Ny. Komsatun dan keluarga tinggal di dusun Kauman, desa Kembanglimus,

di pemukiman yang padat penduduk. Komunikasi dengan tetangga cukup baik. Keluarga

penderita aktif mengikuti kegiatan di lingkungan seperti pengajian yang rutin dilakukan

seminggu sekali.

2.6. Pola Konsumsi Penderita

Frekuensi makan 3x sehari. An. Umi dan Ny. Komsatun biasanya makan di rumah.

Jenis makanan dalam keluarga ini cukup bervariasi. Variasi makanan sebagai berikut: nasi,

lauk (tahu, tempe, telur, ikan), sayur (bayam, kangkung, dll), air minum (air putih dan teh).

Pasien jarang mengkonsumsi ayam atau daging. An. Umi selalu minum susu. Terkadang An.

Umi juga suka membeli makanan di luar yang mungkin belum terjamin kebersihan dan

kesehatannya. Air minum berasal dari air sumur pompa listrik yang dimasak sendiri.

2.7. Identifikasi Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Kesehatan

a. Faktor Perilaku

10

Page 11: Kdk Four

Pasien (An. Umi dan Ny. Komsatun) seorang anak PAUD dan ibu rumah tangga, yang

biasanya makan di rumah namun 3 hari sebelum penderita mengalami keluhan, penderita

jajan makanan ringan (mengonsumsi kopi) di sekolah, sedangkan Ny. Komsatun makan dan

minum seperti biasa. Pasien memeriksakan diri ke puskesmas bila sakit atau jika ada keluhan.

Anggota keluarga yang lain juga memeriksakan diri ke puskesmas jika sakit.

b. Faktor Lingkungan

Tinggal di lingkungan yang cukup padat penduduk, dimana kebersihan di dalam kurang

baik. Pencahayaan di dalam rumah kurang dan sirkulasi udara kurang baik. Sumber air

minum berasal dari sumur pompa listrik dan dimasak sebelum diminum. Namun, sumber air

berdekatan dengan pemandian dan MCK umum, dimana air bekas pemandian dan MCK

umum tersebut juga mengalir dekat sumber air dan hanya disaring menggunakan jerami. Di

dekat sumber air bersih juga berkeliaran beberapa binatang seperti ayam dan angsa, yang

memungkinkan adanya kontaminasi air bersih. Buang air besar menggunakan jamban leher

angsa di wc sendiri dalam rumah yang langsung dibuang ke septic tank. Untuk pembuangan

limbah, dibuang ke kali dan tidak lancar sehingga kadang tergenang, dan tidak tersedianya

tempat pembuangan sampah.

c. Faktor Sarana pelayanan kesehatan

Terdapat Puskesmas Borobudur yang berjarak < 10 km.

d. Faktor keturunan

Tidak ada riwayat apapun di dalam keluarga.

2.8. Identifikasi Lingkungan Rumah

a. Gambaran Lingkungan Rumah

Rumah pasien terletak di Dusun Kauman, Desa Kembanglimus, Kecamatan

Borobudur, Kabupaten Magelang, dengan ukuran rumah 12 x 7 m2, terdiri dari 1 lantai.

Rumah tersebut ditinggali oleh 5 orang. Secara umum gambaran rumah terdiri dari 2 kamar

tidur, 1 ruang tamu, 1 ruang kerja (penjahit), 1 ruang keluarga, 1 kamar mandi, dan 1 dapur di

bagian belakang rumah.

Rumah tidak mempunyai langit-langit, beratap genteng, memiliki dinding papan, lantai

ada yang hanya diplester ada yang dari keramik. Penerangan dalam rumah tidak cukup dan

terasa lembab. Ventilasi dan jendela ada dengan luas tidak memadai, yaitu dengan luas < 10

% dan sering dibuka. Tata letak barang di rumah kurang rapi. Sumber air bersih dari sumur

pompa listrik yang merupakan milik bersama. Sumber air bersih tersebut digunakan untuk

minum maupun cuci dan masak. Sumber air berdekatan dengan pemandian dan MCK umum,

11

Page 12: Kdk Four

dimana air bekas pemandian dan MCK umum tersebut juga mengalir dekat sumber air dan

hanya disaring menggunakan jerami. Di dekat sumber air bersih juga berkeliaran beberapa

binatang seperti ayam dan angsa, yang memungkinkan adanya kontaminasi air bersih. Air

minum dimasak sendiri. Fasilitas MCK terdapat kamar mandi yang menggunakan jamban

berleher angsa dan sudah memiliki septic tank yang berjarak 7 m dari sumber air minum.

Kebersihan dapur kurang, tidak ada lubang asap dapur. Pembuangan air limbah ke kali, tidak

lancar dan ada genangan air. Tidak ada tempat pembuangan sampah. Terdapat halaman di

depan rumah lebarnya 3 x 3 meter terbuat dari tanah. Kebersihan lingkungan di sekitar rumah

cukup.

Gambar 2. Denah Rumah

A. DIAGNOSIS FUNGSI KELUARGA

1. Fungsi Biologis

Tidak ada riwayat penyakit pada keluarga.

2. Fungsi Psikologis

Hubungan pasien dengan keluarga terjalin baik

Hubungan sosial dengan tetangga dan kerabat baik.

3. Fungsi Ekonomi dan Pemenuhan Kebutuhan

Pasien dan keluarga tidak merasa kekurangan, dapat memenuhi kebutuhan makan

sehari-hari

4. Fungsi Religius dan Sosial Budaya

Pasien dan keluarga menganut agama yang sama, taat beribadah, ikut aktif dalam

kegiatan keagamaan di sekitar lingkungan rumah

5. Faktor Perilaku

Pasien (An. Umi) memiliki riwayat jajan di luar rumah, sedangkan pasien (Ny.

Komsatun) memiliki kebiasaan makan tidak teratur akibat terlalu asyik bekerja.

12

WCDapur

R. Tidur

R. Tidur

R. Makan

R. Tamu dan ruang keluarga

R. Tidur

Page 13: Kdk Four

6. Faktor non perilaku

Sarana pelayanan kesehatan di sekitar rumah sangat dekat. Jarak antara rumah

pasien dengan puskesmas < 10 km.

B. DIAGRAM REALITA YANG ADA PADA KELUARGA

Gambar 3. Diagram Realita

C. PEMBINAAN DAN HASIL KEGIATAN

Tabel 3. Pembinaan dan Hasil Kegiatan

Tanggal Kegiatan yang dilakukan Keluarga

yang terlibat

Hasil Kegiatan

23 Juli

2015

Melakukan anamnesis dan

pemeriksaan fisik kepada

penderita di rumahnya

Mengamati keadaan

kesehatan rumah dan

lingkungan sekitar

Memberikan penjelasan

Penderita, ibu

penderita

Mendapatkan diagnosis

kerja pasien dan

penyebab

Pasien dan keluarga

mengerti mengenai

penjelasan yang

diberikan

13

STATUS

KESEHATAN

GENETIK

YANKES LINGKUNGAN

PERILAKU

Ventilasi kurang, Jendela kurang, Lantai terbuat dari tanah. Sumber air yang mudah terkontaminasi

Dokter praktek, bidan desa, Puskesmas Borobudur

Kurangnya kesadaran akan pentingnya mengonsumsi makanan yang bersih, pola makan yang tidak teratur, kesadaran mencuci tangan

Page 14: Kdk Four

mengenai diare, apa

penyebabnya, bagaimana

pencegahan, bahaya dan

penanganan pertama.

Memberikan penjelasan

kepada penderita dan

keluarga mengenai

pentingnya kebersihan

lingkungan termasuk

makanan.

27 Juli

2015

Memantau keberhasilan

pengobatan pasien

Mengamati keadaan

kesehatan rumah dan

lingkungan sekitar

perilaku pasien setelah

diedukasi

Penderita dan

keluarga

Perilaku pasien makin

mengarah pada perilaku

sehat dan bersih seperti

mulai mengetahui dan

terbiasa mencuci tangan

sebelum dan sesudah

makan, memakai sandal saat

bermain di halaman,

beristirahat yang sukup, pola

makan teratur dan

mengurangi kebiasaan jajan

sembarangan.

D. KESIMPULAN PEMBINAAN KELUARGA

a. Tingkat pemahaman:

Pemahaman terhadap pembinaan yang diberikan cukup baik.

b. Faktor pendukung :

- Pasien dan keluarga memahami dan mengerti mengenai penjelasan yang telah

diberikan.

- Pasien dan keluarga tampak antusias dan adanya kemauan dari pasien dan keluarga

untuk hidup sehat dan bersih

c. Faktor penyulit : -

14

Page 15: Kdk Four

d. Indikator keberhasilan :

- Pasien dan keluarga mengerti bahwa diare dapat disebabkan oleh makanan yang

tidak terjaga kebersihannya.

- Pasien dan keluarga dapat mengetahui tentang diare, penyebab, pencegahan,

penanganan dan bahaya dari penyakit diare.

BAB III

TINJAUAN PUSTAKA

DIARE AKUT

15

Page 16: Kdk Four

DEFINISI

Diare adalah defekasi encer lebih dari 3 x sehari atau lebih banyak dari biasanya1,

dengan atau tanpa darah dan atau lendir dalam tinja 1,2,3. Neonatus dinyatakan diare bila

frekuensi buang air besar sudah lebih dari 4 kali, sedangkan untuk bayi berumur lebih dari 1

blan dan anak, bila frekuensinya lebih dari 3 kali. 1

Pembagian diare :

1. Diare akut, yaitu diare yang berlangsung kurang dari 7 hari

2. Diare melanjut, yaitu diare yang berlangsung 7-14 hari

3. Diare persisten, yaitu diare yang berlangsung lebih dari 14 hari

EPIDEMIOLOGI

Di Amerika, insidens diare adalah 1-2 episode per anak per tahun, sekitar 38 juta

kasus, 2-3,7 juta pengobatan ke dokter, 320.000 rawat inap dan 325-425 kematian. Sementara

secara internasional terdapat lebih dari 1 miliar kasus dan paling tidak 4 juta kematian per

tahun. Kematian pada diare berhubungan dengan derajat dehidrasi. Sebagian besar kematian

pada anak akibat diare berhubungan dengan rendahnya sosioekonomi serta usia anak.4

ETIOLOGI

Etiologi diare dapat dibagi dalam beberapa faktor, yaitu:

1. Faktor infeksi

a. Infeksi enteral, yaitu infeksi saluran pencernaan yang merupakan penyebab utama

diare pada anak.

Infeksi enteral meliputi:

- Infeksi bakteri: Vibrio, E.coli, Salmonella, Shigella, Camphylobacter, Yersinia,

Aeromonas dan sebagainya.

- Infeksi virus: Enterovirus, (virus ECHO, Coxsackie, Poliomyelitis), Adenovirus,

Rotavirus, Astovirus dan lain-lain.

- Infestasi parasit: cacing (Ascaris, Trichuris, Oxyuris, Strogiloides), Protozoa (Entamoeba

hystolitica, Giardia Lambia, Trichomonas hominis), jamur (Candida albicans).1

b. Infeksi parenteral, yaitu infeksi di bagian tubuh lain di luar alat pencernaan, seperti titis

media akut (OMA), tonsilofaringitis, bronkopneumonia, ensefalitis dan sebagainya.

Keadaan ini terdapat terutama pada bayi dan anak berumur dibawah 2 tahun.1

2. Faktor malabsobsi

16

Page 17: Kdk Four

a. Malabsorpsi karbohidrat: disakarida (intoleransi laktosa, maltosa dan sukrosa),

monosakarida ( intoleransi glukosa, fruktosa, dan galaktosa). Pada bayi dan anak yang

terpenting dan tersering ialah intoleransi laktosa.

b. Malabsorbsi lemak

c. Malabsobrsi protein.

3. Faktor makanan: makanan basi, beracun, alergi terhadap makanan.

4. Faktor psikologis: rasa takut dan cemas. Walaupun jarang dapat menimbulkan diare

terutama pada anak yang lebih besar.1

FISIOLOGI DIARE 5

Berdasarkan mekanismenya diare dibagi menjadi :

1. Diare Osmotik

Terjadi akibat peningkatan tekanan onkotik intraluminal yang diakibatkan oleh

cairan yang tidak dapat diserap, sehingga terjadi peningkatan volume cairan dalam

saluran pencernaan (usus halus) ; biasanya dapat dikurangi dengan berpuasa, perbedaan

tekanan osmolar tinja > 40. Disebabkan oleh : defisiensi disakaridase, insufisiensi

pankreas, pertumbuhan koloni bakteri yang meningkat pesat, intake laktulosa atau

sorbitol dan tropical sprue.

2. Diare Sekretorik

Sekresi ion yang aktif menyebabkan hilangnya cairan obligat ; diare yang terjadi biasanya

memiliki ciri-ciri BAB yang cair, tidak terpengaruh dengan berpuasa, adanya peningkatan

Na+ dan K+ dalam tinja. Disebabkan oleh infeksi virus (rotavirus), infeksi bakteri (kolera,

Entamoeba coli enterotoksigenik, Escherichia Coli, Staphilococcus aureus), protozoa

(Giardia, Isospora, Cryptosporidium (kelainan yang berhubungan dengan AIDS

(termasuk Miyobakterium), obat-obatan (teofilin, kolkisin, prostaglandin, diuretik).

3. Diare Eksudativa

Inflamasi, nekrosis dan kerusakan mukosa dari koloni saluran pencernaan adalah

akibat dari pelepasan prostoglandia oleh sel-sel inflamasi menyebabkan diare yang

bersifat sekretorik. Tinja mengandung sel PMN (Poli Morfonuklear) dan darah dalam

jumlah yang banyak (Gross Blood). Penyebab mekanisme ini yaitu : infeksi bakteri

(Campilobacter, Salmonella, Shigella, Yersinia, E coli) : parasit (Entamoeba histolytica),

penyakit Crohn, iskemik intestinal.

4. Diare akibat Gangguan Motilitas Intestinal

17

Page 18: Kdk Four

Gangguan dari kontrol dan koordinasi intestinal untuk melakukan motilitas

menyebabkan diare ; dengan ciri-ciri BAB pada kasus diare ini memiliki rentang waktu

yang teratur, atau disertai dengan konstipasi. Penyebabnya berupa penyakit Diabetes

Melitus (DM), insufisiensi adrenal, hipertiroid, penyakit vaskular kolagen, antibiotik

(eritromisin).

5. Diare akibat Berkurangnya Permukaan Absorpsi

Terjadi biasanya akibat tindakan manipulasi bedah (reseksi usus yang luas) sehingga

menyebabkan kurangnya permukaan absorpsi untuk lemak dan karbohidrat, cairan dan

elektrolit ; dapat pula terjadi spontan karena fistul enteroenterik (gatrokolik).

KLASIFIKASI DIARE 6

Diare dibagi menjadi dua kategori :

1. Diare Akut

Diare akut didefinisikan secara konsepsional sebagai suatu keadaan serangan diare tiba-

tiba yang segera berangsur-angsur menyembuh pada seseorang yang sebelumnya sehat

dari beberapa jam sampai 14 hari.6

2. Diare Kronis

Diare kronis adalah suatu keadaan bertambahnya kekerapan dan keenceran tinja yang

dapat berlangsung berminggu-minggu atau berbulan-bulan baik secara terus menerus atau

berulang, dapat berupa gejala fungsional atau akibat suatu penyakit berat.

MANIFESTASI KLINIS

Awalnya bayi dan anak menjadi cengeng, gelisah, suhu tubuh biasanya meningkat,

nafsu makan berkurang atau tidak ada, kemudian timbul diare. Tinja cair dan mugkin disertai

lendir dan atau darah. Warna tinja makin lama berubah kehijau-hijauan karena tercampur

dengan empedu. Anus dan daerah sekitarnya lecet karena seringnya defekasi dan tinja makin

lama makin asam akibat makin banyaknya asam laktat, yang berasal dari laktosa yang tidak

dapat diabsorpsi usus selama diare.2

Gejala muntah dapat terjadi sebelum atau sesudah diare dan dapat disebabkan oleh

lambung yang turut meradang atau akibat gangguan keseimbangan asam basa dan elektrolit.

Bila penderita telah kehilangan banyak cairan dan elektrolit, maka gejala dehidrasi mulai

tampak. Berat badan turun, turgor kulit berkurang, mata dan ubun-ubun besar menjadi

cekung, selaput lendir bibir dan mulut serta kulit tampak kering.2

Menurut banyaknya cairan yang hilang, derajat dehidrasi dapat dibagi berdasarkan:

18

Page 19: Kdk Four

a. Kehilangan berat badan (Darrow)5

- Tidak ada dehidrasi, bila terjadi penurunan BB kurang dari 5 %

- Dehidrasi ringan, bila terjadi penurunan BB 5-6%

- Dehidrasi sedang, bila terjadi penurunan BB 7-10%

- Dehidrasi berat, bila terjadi penurunan BB lebih besar dari 10%

b. Penentuan derajat dehidrasi berdasarkan Maurice King Score (1974)5

Bagian tubuh

yang dilihat

0 1 2

Keadaan umum Kompos mentis Gelisah, cengeng Mengigau, koma,

syok

Kekenyalan

kulit

Normal Sedikit kurang Sangat kurang

Mata Normal Cekung Sangat cekung

Nadi Kuat <120x/mnt Sedang

120-140x/mnt

> 140 x/mnt

Ubun-ubun

besar

Normal Cekung Sangat cekung

Mulut Normal Kering Sangat kering,

sianosis

Nafas 20-30x.mnt 30-40x/mnt > 40 x/mnt

Catatan:

* Untuk menentukan turgor, kulit perut dijepit antara ibu jari dan telunjuk selama 30-60

detik, kemudian dilepas. Jika kulit kembali normal dalam waktu:

1 detik: turgor agak kurang (dehidrasi ringan)

1-2 detik: turgor kurang (dehidrasi sedang)

2 detik: turgor sangat kurang (dehidrasi berat)

* Berdasarkan skor yang terdapat pada seorang penderita dapat ditentukan derajat

dehidrasinya: 0-2 : dehidrasi ringan

3-6 : dehidrasi sedang

7-10: dehidrasi berat

19

Page 20: Kdk Four

* Pada anak dengan ubun-ubun besar sudah menutup, nilai ubun-ubun besar diganti dengan

banyaknya frekuensi kencing

c. Penilaian dehidrasi menurut WHO

PENILAIAN Dehidrasi ringan Dehidrasi sedang Dehidrasi berat

1. Lihat :

Ku Baik, sadar Gelisah, rewel Lesu, lunglai/tidak

sadar

Mata Normal Cekung Sangat cekung dan

kering

Air mata Ada Tidak ada Tidak ada

Mulut danLidah Basah Kering Sangat kering

Rasa haus Minum biasa, tidak

haus

Haus, ingin minum

banyak

Malas minum/ tidak

bias minum

2. Periksa

Turgor kulit Kembali cepat Kembali lambat Kembali sangat lambat

3. Hasil

Pemeriksaan

Tanda dehidrasi Dehidrasi ringan/

sedang. Bila ada 1

tanda / lebih dari

satu 1 tanda.

Dehidrasi berat. Bila

ada 1 tanda + 1/ >

tanda lain

Berdasarkan tonisitas darah, dehidrasi dapat dibagi atas :

- Dehidrasi Isotonik, bila kadar Na dalam plasma antara 131 – 150 mEq/L

- Dehidrasi Hipotonik, bila kadar Na plasma < 131 mEq/L

- Dehidrasi Hipertonik, bila kadar Na plasma >150 mEq/L

Gejala-gejala dehidrasi: Isotonik, hipotonok, dan hipertonik

Gejala Hipotonik Isotonik Hipertonik

Rasa haus (-) (+) (+)

Berat badan Menurun sekali Menurun Tidak jelas

20

Page 21: Kdk Four

Turgor kulit Menurun sekali Menurun Kering sekali

Kulit/selaput lendir Basah Kering Irritable, kejang-

kejang

Gejala SSP Apatis Koma Hiperrefleksi

Sirkulasi Jelek sekali Jelek Relatif masih baik

Nadi Sangat lemah Cepat & lemah Cepat & keras

Tekanan darah Sangat rendah Rendah Rendah

Banyaknya kasus 20-30% 70% 10-20%

Tabel. Gejala Khas Diare Akut Oleh Berbagai Penyebab 7

Gejala

klinik

Rotavirus Shigella Salmonell

a

ETEC EIEC Kolera

Masa

tunas

12-72 jam 24-48 jam 6-72 jam 6-72 jam 6-72 jam 48-72 jam

Panas ++ ++ ++ - ++ -

Enek dan

muntah

Sering Jarang Sering - - Sering

Nyeri

perut

Tenesmus Tenesmus

kramp

Tenesmus

kolik

+ Tenesmus

kramp

Kramp

Lamanya

sakit

5-7 hari > 7 hari 3-7 hari 2-3 hari Variasi 3 hari

Sifat tinja

Volume Sedang Sedikit Sedikit Banyak Sedikit Banyak

Frekuensi 5-10x/hri >10 x/hari Sering Sering Sering Terus-

menerus

Konsisten

si

Cair Lembek Lembek Cair Lembek Cair

Lendir

Darah - Sering Kadang-

kadang

- + -

21

Page 22: Kdk Four

Bau - + Busuk + Tidak Amis

khas

Warna Kuning-

hijau

Merah –

hijau

Kehijauan Tak

berwarna

Merah-

hijau

Seperti air

cucian

beras

Leukosit - + + - + -

Lain-lain Anorexia Kejang + Sepsis + Metooris

mus

Infeksi

sistemik

+

Pada dehidrasi berat, volume darah berkurang sehingga dapat terjadi renjatan

hipovolemik dengan gejala-gejala yaitu denyut jantung menjadi cepat, kecil, tekanan darah

menurun, penderita menjadi lemah, kesadaran menurun (apatis, somnolen dan kadang-kadang

sampai sopor-koma). Akibat dehidrasi, diuresis berkurang (oliguria sampai anuria). Bila

sudah ada asidosis metabolik, penderita akan tampak pucat dengan pernafasan yang cepat dan

dalam (pernafasan Kuszmaul).2

Asidosis metabolik terjadi karena: 1) Kehilangan NaHCO3 melalui tinja, 2) Ketosis

kelaparan, 3) Produk-produk metabolik yang bersifat asam tidak dapat dikeluarkan (oleh

karena oliguria atau anuria), 4) Berpindahnya ion natrium dari cairan ekstrasel ke cairan

intrasel, 5) Penimbunan asam laktat (anoksia jaringan tubuh).2

Sebagai akibat diare baik akut maupun kronik akan terjadi:

1. Kehilangan air (dehidrasi)

Dehidrasi terjadi karena kehilangan air (output) lebih banyak daripada pemasukan air

(input), merupakan penyebab terjadinya kematian pada penderita diare.2

2. Gangguan keseimbangan asam-basa (metabolik asidosis)

a. Kehilangan Na-biokarbonat bersama tinja

b. Adanya ketosis kelaparan. Metabolisme lemak tidak sempurna sehingga benda keton

tertimbun dalam tubuh.

c. Terjadi penimbunan asam laktat karena adanya anoksia jaringan

d. Produk metabolisme yang bersifat asam meningkat karena tidak dapat dikeluarkan

oleh ginjal (terjadi oligura/anuria).

e. Pemindahan ion Na dari cairan ekstraseluler kedalam cairan intraseluler.2

3. Hipoglikemia

22

Page 23: Kdk Four

Hipoglikemia terjadi pada 2-3% dari anak-anak yang menderita diare. Pada anak- anak

dengan gizi cukup/baik, hipoglikemia ini jarang terjadi, lebih sering terjadi pada anak

yang sebelumnya sudah menderita KKP. Hal ini terjadi karena:

a. Penyimpanan/persediaan glikogen dalam hati terganggu.

b. Adanya gangguan absorpsi glukosa (walaupun jarang terjadi)

Gejala hipoglikemia akan muncul jika kadar glukosa darah menurun sampai 40 mg%

pada bayi dan 50 mg% pada anak-anak. Gejala-gejala hipoglikemia tersebut dapat

berupa: lemas, apatis, peka rangsang, tremor, berkeringat, pucat, syok, kejang sampai

koma. Terjadinya hipoglikemi ini perlu dipertimbangkan jika terjadi kejang yang tiba-

tiba tanpa adanya panas atau penyakit lain yang disertai dengan kejang.

4. Gangguan gizi

Sewaktu anak menderita diare, sering terjadi gangguan gizi dengan akiba terjadinya

penurunan berat dalam waktu yang singkat. Hal ini disebabkan karena:

a. Makan sering dihentikan oleh orang tua karena takut diare dan/atau muntahnya akan

bertambah hebat. Orang tua sering hanya memberikan teh saja (teh diet)

b. Walaupun susu diteruskan, sering diberikan dengan pengenceran dan susu yang encer

ini diberikan terlalu lama.

c. Makanan yang diberikan sering tidak dapat dicerna dan diabsorpsi dengan baik karena

adanya hiperperistaltik.

5. Gangguan sirkulasi

Sebagai akibat diare dengan/tanpa disertai muntah, dapat terjadi gangguan sirkulasi darah

berupa renjatan (shock) hipovolvemik. Akibatnya perfusi jaringan berkurang dan terjadi

hipoksia, asidosis bertambah berat, dapat mengakibatkan pendarahan dalam otak,

kesadaran menurun, (soporokomatosa) dan apabila tidak segera ditolong penderita dapat

meninggal.

Pemeriksaan Khusus5

1. Pemeriksaan Tinja

Yang dapat dilakukan pada pemeriksaan tinja ialah kultur bakteri patogen,

pemeriksaan lekosit, mengukur kadar toksin Clostridium difficile, dan pemeriksaan

parasit). Semua pemeriksaan di atas dapat dikerjakan pada kasus diare berdarah.

Pemeriksaan lain yang dapat dilakukan ialah : mengukur kadar Na+ dan K+ pada cairan

tinja untuk mengetahui apakah jenis diare osmotik atau tidak. Diare osmosis ditandai oleh

perbedaan tekanan osmotik tinja >40, dimana nilai tekanan osmotik tinja ialah tekanan

23

Page 24: Kdk Four

osmolaritas (serum) [ 2X(Na + K) ](tinja). Ditemukannya darah dan lekosit

menandakan inflamasi saluran pencernaan. Adanya gram stain, membuktikan infeksi

staphilococcus, campylobacters atau candida. Steatore membuktikan adanya malabsorpsi

atau insufisiensi pankreas.5

2. Pemeriksaan Laboratorium

Pemeriksaan Total iron Binding Capacity (TiBC) dapat menandakan anemia

(kehilangan darah baik akut maupun kronis, malabsorpsi besi, asam folate, atau vit B12),

lekositosis menandakan inflamasi. Pemeriksaan kadar serum kalsium, albumin, besi

kolesterol, asam folat dapat membuktikan adanya gangguan defisit dan malasorbsi dari

intestinum. 5

Pengobatan Diare 2

1. Rehidrasi

Untuk menentukan jumlah cairan yang perlu diberikan kepada penderita diare, harus

diperhatikan hal-hal berikut :

Jumlah cairan yang diberikan harus sama dengan :

Jumlah cairan yang telah hilang melalui diare dan atau muntah (previous water losses

= PWL) ditambah dengan

Banyaknya cairan yang hilang melalui keringat, urin dan pernapasan (Normal water

losses = NWL), ditambah dengan

Banyak cairan yang hilang melalui tinja dan muntah yang masih terus berlangsung

(Concomitant water losses = CWL)

Jumlah ini tergantung pada derajat dehidrasi serta berat masing-masing anak atau

golongan umur.

Jumlah cairan yang hilang pada anak umur < 2 tahun (berat badan 3-10 kg) sesuai derajat

dehidrasi

Derajat

dehidrasi

PWL NWL CWL Jumlah

D. Ringan 50 100 25 175

D. Sedang 75 100 25 200

24

Page 25: Kdk Four

D. Berat 125 100 25 250

Jumlah cairan yang hilang pada anak umur 2-5 tahun (berat badan 10-15 kg) sesuai

derajat dehidrasi

Derajat

dehidrasi

PWL NWL CWL Jumlah

D. Ringan 30 80 25 135

D. Sedang 50 80 25 155

D. Berat 80 80 25 185

Jumlah cairan yang hilang pada anak umur > 5 tahun (berat badan 15 > 25 kg)

Derajat

dehidrasi

PWL NWL CWL Jumlah

D. Ringan 25 65 25 115

D. Sedang 50 65 25 140

D. Berat 80 65 25 170

2. Medikamentosa

V. cholera : Tetracyclin 40-50 mg/kgBB/hari, selama 3 hari

Kloramfenikol 50-100 mg/kgBB/hari, selama 5 hari

E. Coli : Neomytcin 50-100 mg/kgBB/hari, selama 5 hari

Colistin 100.000 U/kgBB/hari, selama 5 hari

Shigella : Ampicillin 100 mg/kgBB/hari, selama 5 hari atau

Trimetoprin (TMP), Sulfametoksazole (SMX)

TMP 10 mg/kgBB/hari dibagi 2 dosis, selama 5 hari

Amubiasis : Metronidazole 30 mg/kgBB/hari selama 5-10 hari

25

Page 26: Kdk Four

3. Diatetik

Untuk anak di bawah 1 tahun dan anak di atas 1 tahun dengan berat badan kurang dari 7

kg. Jenis makanan yang dapat diberikan :

Susu (ASI dan PASI yang mengandung laktosa rendah dan asam lemak tidak jenuh)

Makanan setengah padat atau padat rendah serat

Untuk anak di atas 1 tahun dengan berat badan lebih dari 7 kg, dapat diberikan makanan

padat atau makanan cair. Susu sesuai dengan kebiasaan makan di rumah.

4. Edukasi

Menjaga kebersihan alat-alat makanan

Memasak air minum dan makanan dengan matang

Mencuci tangan dengan sabun setelah buang air besar atau menceboki anak dan

sebelum makan

Bila menggunakan sumber air tanah, hendaknya berjarak minimal 10 meter dari

peresapan septiktank

Tidak membuang air besar di sembarang tempat

BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

26

Page 27: Kdk Four

Pada tanggal 25 Maret 2015, weorang anak perempuan, 3 tahun 9 bulan, datang diantar

ibunya dengan keluhan muntah sejak 3 hari sebelum masuk puskesmas. Dua hari sebelum

masuk puskesmas, pasien juga mengalami mencret sebanyak 5 kali, berwarna kuning, ampas

(+), lendir (+), darah (-), bau busuk/asam (-), kurang lebih satu gelas “aqua” tiap buang air.

Demam juga merasakan anaknya demam, walau hanya dirasa dengan perabaan tangan.

Karena pasien tampak makin lemas dan nafsu makannya berkurang, ibu pasien membawa

pasien ke bidan setempat, dan diberi obat penurun panas. Tiga hari setelahnya, ibu pasien

datang dengan keluhan yang sama. Pada pemeriksaan fisik di kedua pasien, tidak ditemukan

kelainan. Dari fungsi biologis dalam keluarga, terdapat anggota keluarga yang mengalami

penyakit menular yaitu diare. Dari faktor perilaku, terkadang pasien juga suka membeli

makanan di luar yang mungkin belum terjamin kebersihan dan kesehatannya. Dari faktor

lingkungan, pasien tinggal di tempat tinggal yang tidak sehat, yaitu cukup sumber air

berdekatan dengan pemandian dan MCK umum, dimana air bekas pemandian dan MCK

umum tersebut juga mengalir dekat sumber air dan hanya disaring menggunakan jerami. Di

dekat sumber air bersih juga berkeliaran beberapa binatang seperti ayam dan angsa, yang

memungkinkan adanya kontaminasi air bersih. Untuk pembuangan limbah, dibuang ke kali

dan tidak lancar sehingga kadang tergenang, dan tidak tersedianya tempat pembuangan

sampah. Pasien didiagnosis dengan post diare akut e.c. infeksi virus tanpa dehidrasi. Pasien

kemudian diberi tatalaksana medikamentosa berupa Paracetamol 3 x ¼ tab, Amoxicilin syr 3

x 1 sendok teh, Domperidone 3 x 1 tab, dan Guanis (kp) 1 x 1 sendok teh. Ibu pasien diberi

terapi Paracetamol 3 x 500mg, Amoxicilin 3 x 500mg, dan Diapet 3 x 1 tab.

4.2 Saran

Untuk mencegah terjadinya keluhan diare, yaitu salah satu penyakit menular yang dapat

menyebabkan kejadian luar biasa dan dapat berakhir fatal seperti kematian yang sering

diakibatkan oleh dehidrasi, dapat dilakukan dengan cara memperhatikan faktor perilaku

seperti mengurangi kebiasaan membeli makanan di luar karena kebersihannya belum tentu

terjamin; mencuci tangan sebelum dan sesudah makan, maupun berkegiatan; mengkonsumsi

air dan masakan yang matang; membiasakan diri berobat ke puskesmas atau pelayanan

kesehatan lainnya bila sedang sakit. Selain itu, terdapat juga faktor lain yang berpengaruh

pada kesehatan yaitu membuat pembuangan limbah yang memenuhi syarat sanitasi seperti

terletak lebih dari 10 meter dari tempat tinggal, salurannya lancar dan tidak tergenang; dan

juga membuang sampah pada tempat yang telah disediakan.

27

Page 28: Kdk Four

28

Page 29: Kdk Four

DAFTAR PUSTAKA

1. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. Ringkasan Eksekutif: Data dan Informasi Kesehatan Provinsi Jawa Tengah 2013. Jawa Tengah: Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan Republik Indonesia; 2013. p. 28-29; 34-35.

2. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Pengandalian penyakit dan kesehatan lingkungan: Diare dalam Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2013. Jakarta: Kementrian Ksehatan RI; 2014. p. 143 – 144 .

3. Staf Pengajar Ilmu Kesehatan Anak FKUI. Diare akut. Gastroenterologi. Ilmu Kesehatan Anak. Jilid I. Jakarta: Bagian Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2009. p. 283 – 310.

4. Noerasid N, et al. Gastroenteritis (Diare) Akut. Gastroenterologi Anak Praktis. Jakarta: Bagian Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; 2002. p. 51-76.

5. Firmansyah A, et al. Penyakit Radang Usus. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Anak. Markum H, editors. Jilid I. Jakarta: Bagian Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. p. 448 – 74.

6. Prescilla MP,MD. Pediatric Gastroenteritis. Available at: http://emedicine.medscape. com/article/964131-overview. Accessed on August 10, 2015.

7. Latief, Abdul, et al. Buku Kuliah Ilmu Kesehatan Anak. Jilid 1. Cetakan X. Jakarta: FK Universitas Indonesia. 2002. p. 283 – 94.

8. Juffire M, Mulyani NS. Modul Pelatihan Diare. UKK Gastro-Hepatologi IDAI. 2009.9. Wiku Adisasmito. Faktor Resiko Diare Pada Bayi dan Balita di Indonesia: Systematic

review Penelitian Akademik Bidang Kesehatan Masyarakat. Makara Kesehatan Juni 2007; 1-10.

29

Page 30: Kdk Four

LAMPIRAN

30

Page 31: Kdk Four

31

Page 32: Kdk Four

32