BAB I PENDAHULUAN Penyakit diare di Indonesia sampai saat ini masih merupakan salah satu penyakit endemis dan masih sering menimbulkan kejadian luar biasa (KLB) di masyarakat oleh karena seringnya terjadi peningkatan kasus-kasus tertentu yaitu pada musim kemarau dan puncak musim hujan. Pada umumnya masalah penyakit diare merupakan salah satu penyakit yang berbasis lingkungan yang masih merupakan masalah kesehatan terbesar di Indonesia baik dikarenakan masih buruknya kondisi sanitasi dasar, lingkungan fisik maupun rendahnya perilaku masyarakat untuk hidup bersih dan sehat dan masih banyak faktor penyebab munculnya penyakit diare tersebut. Menurut hasil Riskesdas 2007, Diare merupakan penyebab kematian nomor satu pada bayi (31,4%) dan pada balita (25,2%), sedangkan pada golongan semua umur merupakan penyebab kematian yang ke empat (13,2%). 1 Menurut Riskesdas, insiden diare (≤ 2 minggu terakhir sebelum wawancara) berdasarkan gejala pada seluruh kelompok umur sebesar 3,5% (kisaran menurut provinsi 1,6% – 6,3%) dan insiden diare pada balita sebesar 6,7% (kisaran provinsi 3,3% – 10,2%). Sedangkan period prevalence diare pada seluruh kelompok umur (>2 minggu – 1 bulan terakhir sebelum wawancara) berdasarkan gejala sebesar 7% dan pada balita sebesar 10,2%. Di Indonesia, diare masih merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat utama disebabkan masih tingginya angka kesakitan dan menimbulkan banyak kematian terutama pada bayi 1
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
BAB I
PENDAHULUAN
Penyakit diare di Indonesia sampai saat ini masih merupakan salah satu penyakit
endemis dan masih sering menimbulkan kejadian luar biasa (KLB) di masyarakat oleh karena
seringnya terjadi peningkatan kasus-kasus tertentu yaitu pada musim kemarau dan puncak
musim hujan. Pada umumnya masalah penyakit diare merupakan salah satu penyakit yang
berbasis lingkungan yang masih merupakan masalah kesehatan terbesar di Indonesia baik
dikarenakan masih buruknya kondisi sanitasi dasar, lingkungan fisik maupun rendahnya
perilaku masyarakat untuk hidup bersih dan sehat dan masih banyak faktor penyebab
munculnya penyakit diare tersebut. Menurut hasil Riskesdas 2007, Diare merupakan
penyebab kematian nomor satu pada bayi (31,4%) dan pada balita (25,2%), sedangkan pada
golongan semua umur merupakan penyebab kematian yang ke empat (13,2%).1
Menurut Riskesdas, insiden diare (≤ 2 minggu terakhir sebelum wawancara)
berdasarkan gejala pada seluruh kelompok umur sebesar 3,5% (kisaran menurut provinsi
1,6% – 6,3%) dan insiden diare pada balita sebesar 6,7% (kisaran provinsi 3,3% – 10,2%).
Sedangkan period prevalence diare pada seluruh kelompok umur (>2 minggu – 1 bulan
terakhir sebelum wawancara) berdasarkan gejala sebesar 7% dan pada balita sebesar 10,2%.
Di Indonesia, diare masih merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat utama
disebabkan masih tingginya angka kesakitan dan menimbulkan banyak kematian terutama
pada bayi dan balita, serta sering menimbulkan banyak kejadian luar biasa. Jumlah penderita
pada KLB diare tahun 2013 menurun secara signifikan dibandingkan tahun 2012 dari 1.654
kasus menjadi 646 kasus pada tahun 2013. Kejadian luar biasa diare pada tahun 2013 terjadi
di 6 propinsi dengan penderita terbanyak terjadi di Jawa Tengah yang mencapai 294 kasus.
Cakupan penemuan dan penanganan diare di Provinsi Jawa Tengah tahun 2012 sebesar
42,66%, lebih rendah dibanding tahun 2011 (57,9).2
1
BAB II
LAPORAN HASIL KUNJUNGAN RUMAH
2.1. Identitas Pasien dan Keluarga
a. Identitas Pasien 1
Nama : An. Umi Faizatil
Jenis kelamin : Perempuan
Usia : 3 tahun 11 bulan
Alamat : Dusun Kauman, Desa Kembanglimus
Agama : Islam
Suku Bangsa : Jawa
Pendidikan : PAUD
b. Identitas Pasien 2
Nama : Ny. Komsatun
Jenis Kelamin : Perempuan
Umur : 43 tahun
Status Pernikahan : Menikah
Alamat : Dusun Kauman, Desa Kembanglimus
Agama : Islam
Suku Bangsa : Jawa
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Ibu rumah tangga / penjahit
c. Identitas Kepala Keluarga
Nama : Tn. Muhtadin
Jenis Kelamin : Laki – laki
Umur : 48 tahun
Status Pernikahan : Menikah
Alamat : Dusun Kauman, Desa Kembanglimus
Agama : Islam
Suku Bangsa : Jawa
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Pegawai negeri (kepala dusun)
2.2. Profil Keluarga yang Tinggal Satu Rumah
2
No Nama Keduduka
n dalam
Keluarga
JK Umur
(th)
Pendidikan Pekerjaan Keterangan
1 Muhtadin KK L 48 SMA PNS Sehat
2 Khomsatun Istri KK P 43 SMA IRT Pasien
3 Muh Ihsanudin Anak I L 22 SMA Pelajar Sehat
4 Ahmad Nursaid Anak II L 14 SMP Pelajar Sehat
5 Umi Faizatil Anak III P 3 PAUD Pelajar Pasien
Gambar 1. Pohon Keluarga
Keterangan :
: Laki-laki
: Perempuan
: Pasien
2.3. Resume Penyakit dan Penatalaksanaan yang Sudah Dilakukan
Anamnesis
1. An. Umi
3
Anamnesis dilakukan secara alloanamnesis (ibu Pasien) pada tanggal 23 Juli 2015
pada pukul 11.00 WIB di rumah pasien, lalu kunjungan berikutnya pada tanggal 27 Juli 2015
pada pukul 15.00 WIB di rumah pasien di Dusun Kauman, Desa Kembanglimus, Kecamatan
Borobudur, Kabupaten Magelang.
a. Keluhan Utama
Muntah sebanyak 5 kali
b. Keluhan tambahan
Mencret, demam, lemas
c. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien (An. Umi) datang ke Puskesmas Borobudur pada tanggal 25 Maret
2015 dengan keluhan muntah sebanyak 5 kali sejak 3 hari sebelum datang ke
Puskesmas.
3 hari sebelum datang ke puskesmas, ibu pasien melihat pasien mengonsumsi
kopi 2x (1x dibeli di warung dekat rumah dan 1x yang diseduh di rumah)
tanpa makan apapun sejak pagi. Malam harinya pasien muntah-muntah dan
terlihat lemas. Muntah berisi air, makanan (-), lendir (-), warna hijau atau
kuning (-), muntah darah (-).
2 hari sebelum datang ke puskesmas, pasien mengalami mencret sebanyak 5
kali. Mencret berwarna kuning, ampas (+), lendir (+), darah (-), bau
busuk/asam (-), kurang lebih satu gelas “aqua” tiap buang air. Ibu pasien juga
merasakan anaknya demam, walau hanya dirasa dengan perabaan tangan.
Karena pasien tampak makin lemas dan nafsu makan nya berkurang, ibu
pasien membawa pasien ke bidan setempat, dan diberi obat penurun panas.
1 hari sebelum datang ke Puskesmas, pasien masih mengalami mencret, ibu
pasien meneruskan obat yang diberikan oleh bidan, namun tidak ada
perubahan. Esok harinya, ibu pasien memutuskan untuk membawa anaknya ke
puskesmas dan dianjurkan untuk rawat inap.
d. Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien belum pernah sakit seperti ini sebelumnya.
e. Riwayat Penyakit Keluarga
Tidak ada anggota keluarga yang memiliki keluhan yang sama, riwayat darah
tinggi, kencing manis, sakit jantung.
2. Ny, Komsatun
4
Anamnesis dilakukan secara autoanamnesis pada tanggal 23 Juli 2015 pada pukul
11.00 WIB di rumah pasien, lalu kunjungan berikutnya pada tanggal 27 Juli 2015 pada pukul
15.00 WIB di rumah pasien di Dusun Kauman, Desa Kembanglimus, Kecamatan Borobudur,
Kabupaten Magelang.
a. Keluhan Utama
Mencret sebanyak 3 kali sejak 1 hari sebelum datang ke Puskesmas
b. Keluhan tambahan
Muntah, lemas
c. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang ke Puskesmas Borobudur pada tanggal 27 Maret 2015 dengan
keluhan mencret sebanyak 3 kali sejak 1 hari sebelum datang ke Puskesmas.
Mencret berwarna kuning, ampas (+), lendir (+), darah (-), bau busuk/asam (-),
kurang lebih satu gelas tiap buang air disertai nyerti perut. Selain itu, keluhan
disertai muntah dan lemas serta nafsu makan anaknya berkurang.
d. Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien belum pernah sakit seperti ini sebelumnya.
e. Riwayat Penyakit Keluarga
Terdapat anggota keluarga yang memiliki keluhan yang sama, yaitu anak
perempuan pasien. Tidak ada anggota keluarga yang memiliki riwayat darah
tinggi, kencing manis, sakit jantung.
Pemeriksaan Fisik
1. An. Umi
Tanggal 23 Juli 2015 pukul 12.00 WIB di rumah pasien
Keadaan umum : Tidak tampak sakit
Kesadaran : Compos mentis
Tanda vital :
Nadi : 100x/menit
TB : 85 cm
BB : 13 kg
Suhu : 360 C
Pernapasan : 22x/menit
Status Generalis
5
Kepala : Normocefali
Mata : Konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-), mata cekung (-)
Telinga : Normotia, benjolan (-), oedem (-), nyeri tekan (-)
koma. Terjadinya hipoglikemi ini perlu dipertimbangkan jika terjadi kejang yang tiba-
tiba tanpa adanya panas atau penyakit lain yang disertai dengan kejang.
4. Gangguan gizi
Sewaktu anak menderita diare, sering terjadi gangguan gizi dengan akiba terjadinya
penurunan berat dalam waktu yang singkat. Hal ini disebabkan karena:
a. Makan sering dihentikan oleh orang tua karena takut diare dan/atau muntahnya akan
bertambah hebat. Orang tua sering hanya memberikan teh saja (teh diet)
b. Walaupun susu diteruskan, sering diberikan dengan pengenceran dan susu yang encer
ini diberikan terlalu lama.
c. Makanan yang diberikan sering tidak dapat dicerna dan diabsorpsi dengan baik karena
adanya hiperperistaltik.
5. Gangguan sirkulasi
Sebagai akibat diare dengan/tanpa disertai muntah, dapat terjadi gangguan sirkulasi darah
berupa renjatan (shock) hipovolvemik. Akibatnya perfusi jaringan berkurang dan terjadi
hipoksia, asidosis bertambah berat, dapat mengakibatkan pendarahan dalam otak,
kesadaran menurun, (soporokomatosa) dan apabila tidak segera ditolong penderita dapat
meninggal.
Pemeriksaan Khusus5
1. Pemeriksaan Tinja
Yang dapat dilakukan pada pemeriksaan tinja ialah kultur bakteri patogen,
pemeriksaan lekosit, mengukur kadar toksin Clostridium difficile, dan pemeriksaan
parasit). Semua pemeriksaan di atas dapat dikerjakan pada kasus diare berdarah.
Pemeriksaan lain yang dapat dilakukan ialah : mengukur kadar Na+ dan K+ pada cairan
tinja untuk mengetahui apakah jenis diare osmotik atau tidak. Diare osmosis ditandai oleh
perbedaan tekanan osmotik tinja >40, dimana nilai tekanan osmotik tinja ialah tekanan
23
osmolaritas (serum) [ 2X(Na + K) ](tinja). Ditemukannya darah dan lekosit
menandakan inflamasi saluran pencernaan. Adanya gram stain, membuktikan infeksi
staphilococcus, campylobacters atau candida. Steatore membuktikan adanya malabsorpsi
atau insufisiensi pankreas.5
2. Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan Total iron Binding Capacity (TiBC) dapat menandakan anemia
(kehilangan darah baik akut maupun kronis, malabsorpsi besi, asam folate, atau vit B12),
lekositosis menandakan inflamasi. Pemeriksaan kadar serum kalsium, albumin, besi
kolesterol, asam folat dapat membuktikan adanya gangguan defisit dan malasorbsi dari
intestinum. 5
Pengobatan Diare 2
1. Rehidrasi
Untuk menentukan jumlah cairan yang perlu diberikan kepada penderita diare, harus
diperhatikan hal-hal berikut :
Jumlah cairan yang diberikan harus sama dengan :
Jumlah cairan yang telah hilang melalui diare dan atau muntah (previous water losses
= PWL) ditambah dengan
Banyaknya cairan yang hilang melalui keringat, urin dan pernapasan (Normal water
losses = NWL), ditambah dengan
Banyak cairan yang hilang melalui tinja dan muntah yang masih terus berlangsung
(Concomitant water losses = CWL)
Jumlah ini tergantung pada derajat dehidrasi serta berat masing-masing anak atau
golongan umur.
Jumlah cairan yang hilang pada anak umur < 2 tahun (berat badan 3-10 kg) sesuai derajat
dehidrasi
Derajat
dehidrasi
PWL NWL CWL Jumlah
D. Ringan 50 100 25 175
D. Sedang 75 100 25 200
24
D. Berat 125 100 25 250
Jumlah cairan yang hilang pada anak umur 2-5 tahun (berat badan 10-15 kg) sesuai
derajat dehidrasi
Derajat
dehidrasi
PWL NWL CWL Jumlah
D. Ringan 30 80 25 135
D. Sedang 50 80 25 155
D. Berat 80 80 25 185
Jumlah cairan yang hilang pada anak umur > 5 tahun (berat badan 15 > 25 kg)
Derajat
dehidrasi
PWL NWL CWL Jumlah
D. Ringan 25 65 25 115
D. Sedang 50 65 25 140
D. Berat 80 65 25 170
2. Medikamentosa
V. cholera : Tetracyclin 40-50 mg/kgBB/hari, selama 3 hari
Kloramfenikol 50-100 mg/kgBB/hari, selama 5 hari
E. Coli : Neomytcin 50-100 mg/kgBB/hari, selama 5 hari
Colistin 100.000 U/kgBB/hari, selama 5 hari
Shigella : Ampicillin 100 mg/kgBB/hari, selama 5 hari atau
Trimetoprin (TMP), Sulfametoksazole (SMX)
TMP 10 mg/kgBB/hari dibagi 2 dosis, selama 5 hari
Amubiasis : Metronidazole 30 mg/kgBB/hari selama 5-10 hari
25
3. Diatetik
Untuk anak di bawah 1 tahun dan anak di atas 1 tahun dengan berat badan kurang dari 7
kg. Jenis makanan yang dapat diberikan :
Susu (ASI dan PASI yang mengandung laktosa rendah dan asam lemak tidak jenuh)
Makanan setengah padat atau padat rendah serat
Untuk anak di atas 1 tahun dengan berat badan lebih dari 7 kg, dapat diberikan makanan
padat atau makanan cair. Susu sesuai dengan kebiasaan makan di rumah.
4. Edukasi
Menjaga kebersihan alat-alat makanan
Memasak air minum dan makanan dengan matang
Mencuci tangan dengan sabun setelah buang air besar atau menceboki anak dan
sebelum makan
Bila menggunakan sumber air tanah, hendaknya berjarak minimal 10 meter dari
peresapan septiktank
Tidak membuang air besar di sembarang tempat
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
26
Pada tanggal 25 Maret 2015, weorang anak perempuan, 3 tahun 9 bulan, datang diantar
ibunya dengan keluhan muntah sejak 3 hari sebelum masuk puskesmas. Dua hari sebelum
masuk puskesmas, pasien juga mengalami mencret sebanyak 5 kali, berwarna kuning, ampas
(+), lendir (+), darah (-), bau busuk/asam (-), kurang lebih satu gelas “aqua” tiap buang air.
Demam juga merasakan anaknya demam, walau hanya dirasa dengan perabaan tangan.
Karena pasien tampak makin lemas dan nafsu makannya berkurang, ibu pasien membawa
pasien ke bidan setempat, dan diberi obat penurun panas. Tiga hari setelahnya, ibu pasien
datang dengan keluhan yang sama. Pada pemeriksaan fisik di kedua pasien, tidak ditemukan
kelainan. Dari fungsi biologis dalam keluarga, terdapat anggota keluarga yang mengalami
penyakit menular yaitu diare. Dari faktor perilaku, terkadang pasien juga suka membeli
makanan di luar yang mungkin belum terjamin kebersihan dan kesehatannya. Dari faktor
lingkungan, pasien tinggal di tempat tinggal yang tidak sehat, yaitu cukup sumber air
berdekatan dengan pemandian dan MCK umum, dimana air bekas pemandian dan MCK
umum tersebut juga mengalir dekat sumber air dan hanya disaring menggunakan jerami. Di
dekat sumber air bersih juga berkeliaran beberapa binatang seperti ayam dan angsa, yang
memungkinkan adanya kontaminasi air bersih. Untuk pembuangan limbah, dibuang ke kali
dan tidak lancar sehingga kadang tergenang, dan tidak tersedianya tempat pembuangan
sampah. Pasien didiagnosis dengan post diare akut e.c. infeksi virus tanpa dehidrasi. Pasien
kemudian diberi tatalaksana medikamentosa berupa Paracetamol 3 x ¼ tab, Amoxicilin syr 3
x 1 sendok teh, Domperidone 3 x 1 tab, dan Guanis (kp) 1 x 1 sendok teh. Ibu pasien diberi
terapi Paracetamol 3 x 500mg, Amoxicilin 3 x 500mg, dan Diapet 3 x 1 tab.
4.2 Saran
Untuk mencegah terjadinya keluhan diare, yaitu salah satu penyakit menular yang dapat
menyebabkan kejadian luar biasa dan dapat berakhir fatal seperti kematian yang sering
diakibatkan oleh dehidrasi, dapat dilakukan dengan cara memperhatikan faktor perilaku
seperti mengurangi kebiasaan membeli makanan di luar karena kebersihannya belum tentu
terjamin; mencuci tangan sebelum dan sesudah makan, maupun berkegiatan; mengkonsumsi
air dan masakan yang matang; membiasakan diri berobat ke puskesmas atau pelayanan
kesehatan lainnya bila sedang sakit. Selain itu, terdapat juga faktor lain yang berpengaruh
pada kesehatan yaitu membuat pembuangan limbah yang memenuhi syarat sanitasi seperti
terletak lebih dari 10 meter dari tempat tinggal, salurannya lancar dan tidak tergenang; dan
juga membuang sampah pada tempat yang telah disediakan.
27
28
DAFTAR PUSTAKA
1. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. Ringkasan Eksekutif: Data dan Informasi Kesehatan Provinsi Jawa Tengah 2013. Jawa Tengah: Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan Republik Indonesia; 2013. p. 28-29; 34-35.
2. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Pengandalian penyakit dan kesehatan lingkungan: Diare dalam Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2013. Jakarta: Kementrian Ksehatan RI; 2014. p. 143 – 144 .
3. Staf Pengajar Ilmu Kesehatan Anak FKUI. Diare akut. Gastroenterologi. Ilmu Kesehatan Anak. Jilid I. Jakarta: Bagian Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2009. p. 283 – 310.
4. Noerasid N, et al. Gastroenteritis (Diare) Akut. Gastroenterologi Anak Praktis. Jakarta: Bagian Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; 2002. p. 51-76.
5. Firmansyah A, et al. Penyakit Radang Usus. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Anak. Markum H, editors. Jilid I. Jakarta: Bagian Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. p. 448 – 74.
6. Prescilla MP,MD. Pediatric Gastroenteritis. Available at: http://emedicine.medscape. com/article/964131-overview. Accessed on August 10, 2015.
7. Latief, Abdul, et al. Buku Kuliah Ilmu Kesehatan Anak. Jilid 1. Cetakan X. Jakarta: FK Universitas Indonesia. 2002. p. 283 – 94.
8. Juffire M, Mulyani NS. Modul Pelatihan Diare. UKK Gastro-Hepatologi IDAI. 2009.9. Wiku Adisasmito. Faktor Resiko Diare Pada Bayi dan Balita di Indonesia: Systematic
review Penelitian Akademik Bidang Kesehatan Masyarakat. Makara Kesehatan Juni 2007; 1-10.