Top Banner
1 Optimasi Metoda Isolasi Katekin Dari Gambir Untuk Sed iaan Farmasi Dan Senyawa Marker Oleh : Noveri Rahmawati (0921213012) Dibawah bimbingan Prof. Dr. Amri Bakhtiar, MS, DESS, Apt dan Prof. Dr. Deddi Prima Putra, Apt ABSTRACT Optimization studies have been carried out isolation of catechin gambier and pasta for the pharmaceutical and marker compounds. Gambier gambier and paste obtained from the Drug Plant Garden Andalas University, Siguntur and Lima Puluh Kota. Isolation method used is non-purification method, pre- purification for gambier and fractination for pasta. The analysis performed included catechin solubility, melting point, maximum absorption, thin-layer chromatography, drying shrinkage, ash content, yield and determination of levels of catechins. Which has the highest levels of catechins, namely the determination of continued analysis of UV spectra, FTIR and NMR. The best results for pharmaceuticals derived from Siguntur with pre-purification methods that result in yield 56.3% and 96.17% catechin content, whereas for use as a marker compound obtained the best results from gambier Siguntur pasta with fractionation method to yield 12.13% 97.96% and the levels of catechins. Key words: Method of isolation, Gambir, Catechins PENDAHULUAN Gambir adalah ekstrak kering dari ranting dan daun tanaman Uncaria gambir (Hunter) Roxb. yang termasuk dalam Famili Rubiaceae yang merupakan komoditas perkebunan rakyat. Komoditas ini ditujukan untuk ekspor. Indonesia merupakan negara pemasok utama gambir dunia (80%) yang sebagian besar berasal dari Kabupaten Lima Puluh Kota dan Pesisir Selatan. Ekstrak gambir mengandung katekin yang merupakan komponen utama serta beberapa komponen lain seperti asam kateku tanat, kuersetin, kateku merah, gambir flouresin, lemak dan lilin. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan terhadap beberapa produk gambir yang diolah masyarakat dari berbagai daerah sentra produksi gambir di
28
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: katekin.pdf

1

Optimasi Metoda Isolasi Katekin Dari Gambir Untuk Sed

iaan Farmasi Dan Senyawa Marker

Oleh :

Noveri Rahmawati (0921213012)

Dibawah bimbingan Prof. Dr. Amri Bakhtiar, MS, DESS, Apt dan Prof. Dr.Deddi Prima Putra, Apt

ABSTRACT

Optimization studies have been carried out isolation of catechin gambierand pasta for the pharmaceutical and marker compounds. Gambier gambier andpaste obtained from the Drug Plant Garden Andalas University, Siguntur andLima Puluh Kota. Isolation method used is non-purification method, pre-purification for gambier and fractination for pasta. The analysis performedincluded catechin solubility, melting point, maximum absorption, thin-layerchromatography, drying shrinkage, ash content, yield and determination of levelsof catechins. Which has the highest levels of catechins, namely the determinationof continued analysis of UV spectra, FTIR and NMR. The best results forpharmaceuticals derived from Siguntur with pre-purification methods that result inyield 56.3% and 96.17% catechin content, whereas for use as a marker compoundobtained the best results from gambier Siguntur pasta with fractionation method toyield 12.13% 97.96% and the levels of catechins.

Key words: Method of isolation, Gambir, Catechins

PENDAHULUAN

Gambir adalah ekstrak kering dari ranting dan daun tanaman Uncaria

gambir (Hunter) Roxb. yang termasuk dalam Famili Rubiaceae yang merupakan

komoditas perkebunan rakyat. Komoditas ini ditujukan untuk ekspor. Indonesia

merupakan negara pemasok utama gambir dunia (80%) yang sebagian besar

berasal dari Kabupaten Lima Puluh Kota dan Pesisir Selatan. Ekstrak gambir

mengandung katekin yang merupakan komponen utama serta beberapa komponen

lain seperti asam kateku tanat, kuersetin, kateku merah, gambir flouresin, lemak

dan lilin. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan terhadap beberapa produk

gambir yang diolah masyarakat dari berbagai daerah sentra produksi gambir di

Page 2: katekin.pdf

2

Indonesia diperoleh kandungan katekin yang bervariasi dari 35% sampai dengan

95% (Amos, 2004).

Kegunaan gambir antara lain untuk pewarna dalam industri batik,

penyamak kulit, ramuan makan sirih, sebagai obat untuk luka bakar, diare,

disentri, sariawan dan digunakan pula sebagai bahan pembuatan permen (Hadad

et al., 2007).

Penelitian yang berkaitan dengan aktivitas ekstrak gambir telah banyak

dilakukan diantaranya aktivitas antioksidan dan antibakteri dari turunan metil

ekstrak etanol daun gambir (Kresnawaty dan Zainudin, 2009), sebagai antiseptik

mulut (Lucida dan Bakhtiar, 2007) dan gambir sebagai imunodilator (Ismail et

al., 2009). Selain itu juga telah diteliti kemampuan ekstrak gambir sebagai

penghambat sintesa asam lemak (Shu-Yan et al., 2008), efek toksik ekstrak

gambir terhadap organ ginjal, hati dan jantung (Armenia et al., 2004) dan

antifeedan terhadap hama Spodoptera litura Fab. (Handayani et al., 2004).

Beberapa aktivitas ekstrak gambir di atas sebagian besar disebabkan oleh katekin

yang terkandung di dalam gambir.

Selain uji aktivitas dari ekstrak gambir, telah dilakukan juga beberapa uji

aktivitas dari katekin, diantaranya katekin sebagai antimikroba (Dogra, 1987),

sebagai antispasmodik, bronkodilator dan vasodilator (Ghayur et al., 2007) serta

digunakan pada penderita gingivitis (Isogai et al., 2008). Untuk penggunaan

sebagai kosmetik, telah dilakukan uji diantaranya sebagai antiaging (Maurya dan

Rizvi, 2009), sebagai anti jerawat ( Aoshima, et al., 2009) dan untuk menurunkan

berat badan (Heller, 2009). Katekin juga dipergunakan untuk senyawa marker

yang saat ini masih tergantung pada impor. Harga katekin dengan kadar lebih dari

Page 3: katekin.pdf

3

99 % dengan menggunakan HPLC adalah Rp. 888.000,- setiap 10 mg. Sedangkan

katekin dengan kadar lebih dari 90 % adalah Rp. 984.000,- setiap gram (Portier,

2010).

Berdasarkan penelusuran literatur, katekin telah tersedia di pasaran

dengan mutu dan rendemen yang beragam. Perlu dilakukan suatu usaha agar

diperoleh rendemen dan mutu gambir yang tinggi. Peneliti sebelumnya telah

melakukan isolasi katekin dari gambir dan diperoleh rendemen yang rendah

namun mutu yang baik. Pada penelitian ini akan dilakukan isolasi katekin dari

gambir dan pasta gambir yang berasal dari Kabupaten Lima Puluh Kota, Siguntur

dan gambir terstandarisasi dengan metoda yang berbeda dengan peneliti

sebelumnya. Diharapkan akan diperoleh sumber terbaik untuk mendapatkan

katekin dengan rendemen dan mutu yang tinggi. Katekin yang diperoleh akan

digunakan untuk sediaan farmasi dengan persyaratan kandungan katekin tidak

kurang dari 95 % sedangkan untuk senyawa marker kandungan katekin tidak

kurang dari 98 %.

MATERI DAN METODA

Bahan

Sampel yang digunakan adalah pasta gambir dan gambir (Uncaria gambir

(Hunter) Roxb.) diperoleh dari perkebunan rakyat di Kabupaten Lima Puluh Kota,

gambir yang diproduksi Kebun Tumbuhan Obat, etil asetat, metanol, pelarut

teknis untuk isolasi dan pelarut pure analitis untuk analisis spektroskopi, kertas

saring whatman cat No. 1001 (125 mm) dan aquades, katekin pembanding dari

SIGMA.

Page 4: katekin.pdf

4

Peralatan

Alat-alat yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut

: alat-alat gelas, alat destilasi. rotary evaporator, oven vakum, lampu ultraviolet

365 mm, fisher jhon melting point apparatus, spektrofotometer UV-Visible

(Shimadzu UV-1601), spektrofotometer IR merk Shimadzu type IR Prestige-21,

Spektrofotometer NMR merk JEOL type ECA 500 dengan medan magnet 0,2 Hz.

Cara Kerja :

I. Pemeriksaan Mutu Gambir

a.Susut Pengeringan

Sampel ditimbang secara seksama sebanyak 1 g dan dimasukkan ke dalam

botol timbang dangkal bertutup yang sebelumnya telah dipanaskan pada suhu

1050C selama 30 menit dan telah ditara. Sebelum ditimbang, sampel diratakan

dalam botol timbang, dengan menggoyangkan botol, hingga merupakan lapisan

setebal lebih kurang 5 mm sampai 10 mm. Kemudian dimasukkan ke dalam oven,

buka tutupnya, keringkan pada suhu 1050 C hingga bobot tetap. Sebelum setiap

pengeringan, biarkan botol dalam keadaan tertutup mendingin dalam eksikator

hingga suhu kamar.

b.Kadar abu

Lebih kurang 2 g sampai 3 g sampel yang telah digerus dan ditimbang

seksama, dimasukkan, ke dalam krus silikat yang telah dipijarkan dan ditara,

ratakan. Pijarkan perlahan-lahan hingga arang habis, dinginkan, timbang. Jika cara

ini arang tidak dapat dihilangkan, tambahkan air panas, saring melalui kertas

saring bebas abu. Pijarkan sisa kerta dan kertas saring dalam krus yang sama.

Masukkan filtrat ke dalam krus, uapkan, pijarkan hingga bobot tetap, timbang.

Page 5: katekin.pdf

5

Hitung kadar abu terhadap bahan yang telah dikeringkan di udara (Dirjen POM,

2000).

c. Pemeriksaan Kadar katekin

a. Persiapan Standar Katekin

Katekin standar dikeringkan di dalam oven pada temperatur 1050C selama

3 jam (SNI, 2000).

b. Persiapan Contoh Gambir

Contoh gambir dihaluskan dan lapisan gambir dibuat setipis mungkin di

atas kaca arloji atau cawan petri. Lapisan gambir tersebut dikeringkan di atas oven

pada temperatur 1050C selama 3 jam sampai kehilangan berat 15-17 % (SNI,

2000).

Persiapan larutan standar. Katekin standar ditimbang seksama 50 mg (Ws

mg), dimasukkan ke dalam labu ukur 50 ml, dilarutkan dan diencerkan dengan etil

asetat hingga 50 ml (larutan A). Letakkan larutan A di dalam penangas air selama

5 menit agar larutan homogen. Pipet 2 ml larutan ke dalam erlenmeyer 100 ml dan

tambahkan pelarut etil asetat sebanyak 50 ml (larutan B) dan letakkan larutan

tersebut dalam penangas air selama 5 menit kemudian diukur serapannya dengan

spektrofotometri UV pada panjang gelombang maksimum.

Persiapan larutan contoh. Gambir kering ditimbang sebanyak 50 mg,

dimasukkan ke dalam labu ukur 50 ml, dilarutkan dengan etil asetat hingga 50 ml

(larutan C). Letakkan larutan C ke dalam penangas air selama 5 menit kemudian

saring. Buang 15 ml filtrat hasil penyaringan pertama dan teruskan penyaringan.

Pipet 2 ml filtrat larutan C ke dalam erlenmeyer 100 ml dan tambahkan 50 ml etil

asetat (larutan D). Letakkan larutan D ke dalam penangas air selama 5 menit lalu

Page 6: katekin.pdf

6

diukur serapannya dengan spektrofotometri UV pada panjang gelombang

maksimum. (SNI, 2000)

Perhitungan :

% katekin = Et 279 x Ws x 100Ec 279 W

dengan :

Et 279 adalah absorban larutan contoh pada panjang gelombang 279 nm

Ec 279 adalah absorban larutan standar pada panjang gelombang 279 nm

Ws adalah berat katekin standar dinyatakan dalam mg

W adalah berat contoh gambir dinyatakan dalam mg

II. Isolasi Katekin untuk Bahan Baku Obat

a.Gambir Pasaran

Gambir pasaran diperoleh dari Kabupaten Lima Puluh Kota dan Pesisir

Selatan. 100 g serbuk gambir dimasukkan ke dalam erlenmeyer 2 L tambahkan air

sebanyak 500 ml, panaskan selama 1 jam lalu disaring. Filtrat didiamkan sampai

terbentuk endapan.

Endapan dikeringkan dalam oven kemudian diserbukkan dan ditambah

etil asetat lalu direfluks selama 1 jam dan disaring. Filtratnya dikentalkan

menggunakan rotary evaporator, dikeringkan dan dianalisa. Pengulangan

dilakukan sebanyak 3 kali.

b.Gambir Terstandarisasi

100 gram serbuk gambir ditambah etil asetat sebanyak 500 ml lalu

direfluks selama 1 jam lalu disaring dengan menggunakan kertas saring. Filtratnya

Page 7: katekin.pdf

7

dikentalkan menggunakan rotary evaporator, dikeringkan dan dianalisa.

Pengulangan dilakukan sebanyak 3 kali.

c. Pasta Gambir

Pasta gambir difraksinasi menggunakan etil asetat dan air dengan

perbandingan 1 : 5, ambil bagian etil asetat dan diuapkan in vacuo, dikeringkan

dan dianalisa. Pengulangan dilakukan sebanyak 3 kali.

III.Analisa Katekin

a. Analisa Katekin untuk Sediaan Farmasi

a. Kelarutan

Reaksi identifikasi dilakukan terhadap katekin. Pelarut yang digunakan

adalah etanol.

b. Pemeriksaan Titik Lebur

Pengukuran titik leleh dilakukan di Laboratorium Biota Sumatera

Universitas Andalas Padang dengan menggunakan alat melting point Fisher

Johns. Sampel diletakkan diantara dua arah kaca objek dan diletakkan pada

tungku pemanas, lalu alat dihidupkan dengan kenaikan suhu 1-5 permenit. Suhu

diamati saat kristal mulai meleleh hingga meleleh seluruhnya.

c. Serapan Maksimum

Lebih kurang 5 mg sampel ditimbang, dilarutkan dalam etil asetat pada

labu ukur 100 ml. Serapan diukur pada panjang gelombang 280 nm

d. Reaksi Warna

Sejumlah cuplikan katekin, dilarutkan dalam etil asetat atau methanol.

Beberapa tetes larutan besi (III) klorida ditambahkan akan terbentuk warna hijau

kehitaman.

Page 8: katekin.pdf

8

e. Kromatografi Lapis Tipis (KLT)

Sampel dilarutkan dalam metanol, lalu ditotolkan di atas plat KLT.

Sebelum plat dimasukkan, terlebih dahulu eluen Metanol : Etil asetat (1:1)

dijenuhkan. Setelah jenuh plat KLT dimasukkan ke dalam camber yang berisi

eluen, ditentukan Rf nya.

f. Penentuan Susut Pengeringan

Lebih kurang 0,1 g katekin ditimbang dalam wadah yang sudah ditara dan

berat konstan. Dikeringkan pada suhu 1050C selama 5 jam dan ditimbang

kembali. Pengeringan dilanjutkan dan ditimbang pada jarak 1 jam sampai

perbedaan antara 2 penimbangan berturut-turut tidak lebih dari 0,25 %.

g. Pemeriksaan Kadar Katekin

Persiapan larutan standar. Katekin standar ditimbang seksama 50 mg (Ws

mg), dimasukkan ke dalam labu ukur 50 ml, dilarutkan dan diencerkan dengan etil

asetat hingga 50 ml (larutan A). Letakkan larutan A di dalam penangas air selama

5 menit agar larutan homogen. Pipet 2 ml larutan ke dalam erlenmeyer 100 ml dan

tambahkan pelarut etil asetat sebanyak 50 ml (larutan B) dan letakkan larutan

tersebut dalam penangas air selama 5 menit kemudian diukur serapannya dengan

spektrofotometri UV pada panjang gelombang maksimum.

Persiapan larutan contoh. Gambir kering ditimbang sebanyak 50 mg,

dimasukkan ke dalam labu ukur 50 ml, dilarutkan dengan etil asetat hingga 50 ml

(larutan C). Letakkan larutan C ke dalam penangas air selama 5 menit kemudian

saring. Buang 15 ml filtrat hasil penyaringan pertama dan teruskan penyaringan.

Pipet 2 ml filtrat larutan C ke dalam erlenmeyer 100 ml dan tambahkan 50 ml etil

asetat (larutan D). Letakkan larutan D ke dalam penangas air selama 5 menit lalu

Page 9: katekin.pdf

9

diukur serapannya dengan spektrofotometri UV pada panjang gelombang

maksimum. (SNI, 2000).

b.Analisa Katekin untuk Senyawa Marker

a. Perekaman Spektrum Ultraviolet

Perekaman spektrum ultraviolet menggunakan spektrofotometer

Ultraviolet, dilakukan dengan melarutkan 1,0 mg katekin dalam etil asetat.

Kemudian larutan dimasukkan ke dalam kuvet dan diukur puncak serapan

senyawa lalu dibandingkan dengan standar.

b.Perekaman Spektrum Inframerah

Perekaman spektrum inframerah dilakukan dengan menggerus 1 mg

katekin dengan 100 mg kalium bromida kemudian dijadikan pellet dengan

memberikan tekanan tinggi. Pelet diletakkan pada alat spektrofotometer

inframerah dan diukur spektrumnya. Puncak-puncak dinyatakan dalam satuan

cm-1.

c. Perekaman Spektrum Resonansi Magnetik Inti

Spektrum resonansi magnetik inti direkam dengan alat Bruker Cup 500.

Spektrum ini direkam dalam pelarut CD3OD.

IV.Analisa Data

Data yang diperoleh diuji secara statistik menggunakan T-Test Paired.

Page 10: katekin.pdf

10

Hasil dan Pembahasan

Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan katekin yang memenuhi

spesifikasi untuk sediaan farmasi dan senyawa marker serta mengetahui sumber

bahan baku yang terbaik untuk memperoleh katekin. Katekin diisolasi dari gambir

dengan menggunakan beberapa metode dan sumber bahan baku yang berbeda.

Gambir yang digunakan adalah serbuk gambir dan pasta gambir yang diperoleh

dari tiga sumber yaitu dari Kebun Tumbuhan Obat Universitas Andalas Padang,

Kabupaten Lima Puluh Kota dan Kabupaten Siguntur Pesisir Selatan. Isolasi

katekin dari gambir sebenarnya telah pernah dilakukan para peneliti sebelumnya

namun metoda yang digunakan berbeda sehingga kadar dan rendemen yang

diperoleh juga berbeda. Telah dilakukan isolasi katekin dari gambir yang berasal

dari siguntur dan didapatkan rendemen katekin 1,5 % (Meilifa, 2004). Isolasi

katekin dari daun juga telah pernah dilakukan dan didapatkan rendemen 15,8 %

(Elfina, 2005). Berdasarkan penelitian-penelitian yang telah dilakukan maka perlu

dilakukan optimasi metoda isolasi katekin agar rendemen dan kadar yang

diperoleh tinggi.

Sebelum dilakukan proses isolasi terlebih dahulu dilakukan pemeriksaan

mutu dari masing – masing gambir yang meliputi bentuk, warna, bau, rasa, susut

pengeringan, kadar abu dan kadar katekin.Dari pemeriksaan mutu yang dilakukan,

didapatkan hasil yang dapat dilihat pada Tabel 6, 7 dan 8. Gambir yang diperoleh

dari Kebun Tumbuhan Obat (KTO) dan Siguntur (SGT) memiliki bentuk, warna

dan bau yang sesuai dengan persyaratan yang telah ditetapkan namun gambir yang

berasal dari Kabupaten Lima Puluh Kota (LPK) memiliki warna yang tidak sesuai

yaitu kehitaman. Warna kehitaman ini dapat disebabkan karena penggunaan sisa

Page 11: katekin.pdf

11

cairan penirisan pasta gambir ( kalincuang) yang diambil dari saluran

penampungan cairan ekstrak gambir di bawah alat pengempa sebagai cairan

perebus daun ( Gumbira et al., 2009). Proses pengeringan yang dilakukan

terhadap gambir juga dapat menimbulkan warna kehitaman karena terjadinya

oksidasi.

Pemeriksaan susut pengeringan gambir KTO, LPK dan siguntur

memberikan hasil 18,51 %, 16,47 % dan 20, 66%. Bila dibandingkan dengan

persyaratan SNI untuk gambir mutu II, susut pengeringan yang diperkenankan

adalah maksimum 16 %. Jika dilihat hasil pemeriksaan susut pengeringan dari

ketiga sumber gambir di atas maka tidak ada yang memenuhi persyaratan untuk

mutu II. Susut Pengeringan yang tinggi ini dapat disebabkan proses pengeringan

yang tidak sempurna. Produsen gambir biasanya mengeringkan gambir dengan

menggunakan panas matahari. Bila musim hujan, penjemuran gambir dilakukan di

atas tungku pembakaran. Proses pengeringan ini menyebabkan gambir tidak

kering sempurna.

Hasil pemeriksaan kadar abu gambir dari KTO, LPK dan SGT adalah

2,09 %, 3,25 % dan 2,22 %. Kadar abu ini sesuai dengan persyaratan yaitu

maksimal 5 %.

Selain pemeriksaan di atas, pemeriksaan yang paling penting adalah kadar

katekin gambir. Hasil yang diperoleh dari KTO, LPK dan SGT adalah 80,71 %,

49,04 % dan 60,34 %. Persyaratan kadar katekin untuk gambir mutu II adalah

minimal 50 %. Gambir yang berasal dari KTO memiliki kadar katekin yang paling

tinggi. Hal ini disebabkan karena proses pengolahan gambir yang dilakukan di

KTO lebih baik bila dibandingkan dengan proses yang dilakukan di LPK dan

Page 12: katekin.pdf

12

SGT. Proses pengeringan yang dilakukan di KTO , LPK dan SGT berbeda dan ini

dapat menyebabkan berbedanya kadar katekin. Pemilihan terhadap daun yang

akan diolah juga dapat menyebabkan rendahnya kadar katekin yang diperoleh

(Gumbira, 2009).

Selain gambir , digunakan juga pasta gambir yang diperoleh dari KTO,

LPK dan SGT. Pemeriksaan yang dilakukan terhadap pasta gambir adalah kadar

air dan didapatkan kadar yang tinggi pada setiap pasta yaitu 76,26 % untuk pasta

KTO, 67,21 % pasta LPK dan 71,24 % pasta SGT.

Setelah dilakukan pemeriksaan mutu terhadap gambir dan pasta gambir

maka dilakukan isolasi katekin dari gambir dan pasta gambir. Metoda untuk

isolasi katekin dari gambir dilakukan variasi. Metoda pertama melalui tahapan pre

purifikasi, metoda kedua non purifikasi dan metoda ketiga fraksinasi.

Metoda Pre purifikasi pada gambir bertujuan untuk menghilangkan

pengotor yang ada pada gambir. Potensi masuknya pengotor pada pengolahan

gambir sangat tinggi. Sumber masuknya pengotor diantaranya pada tahap

pemetikan daun, perebusan, pengendapan dan pengeringan. Peneliti terdahulu

belum melakukan proses pre purifikasi ini (Meilifa, 2004). Proses penghilangan

pengotor pada gambir dilakukan dengan melarutkan serbuk gambir ke dalam air

lalu dipanaskan selama 1 jam, disaring, didiamkan dan didapatkan endapan.

Endapan dikeringkan dioven lalu direfluk. Proses refluk dilakukan selama 1 jam

dan diharapkan katekin akan terekstraksi ke dalam etil asetat secara sempurna.

Filtrat yang diperoleh lalu dikentalkan dengan menggunakan rotary evaporator

dan dikeringkan

Page 13: katekin.pdf

13

Selain refluks, metoda ekstraksi lain bisa digunakan yaitu maserasi.

Maserasi dilakukan dengan membiarkan padatan terendam dalam suatu pelarut.

Salah satu keuntungan metoda maserasi adalah cepat. Meskipun demikian, metoda

ini tidak selalu efektif dan efisien. Jumlah pelarut yang digunakan cukup besar

berkisar antara 10-20 kali jumlah sampel (Kristanti et al., 2008). Telah pernah

dilakukan isolasi katekin dengan metoda ekstraksi maserasi dan rendemen yang

diperoleh rendah (Pambayun et al., 2007).

Metoda kedua yang digunakan untuk isolasi katekin adalah non purifikasi.

Serbuk gambir langsung direfluk dengan menggunakan pelarut etil asetat. Proses

refluk dilakukan selama 1 jam. Filtrat yang diperoleh lalu dikentalkan dengan

menggunakan rotary evaporator dan dikeringkan

Metoda ketiga yang digunakan untuk isolasi katekin dari pasta gambir

dilakukan dengan cara fraksinasi pasta di dalam etil asetat dan air. Fraksinasi

dilakukan karena pasta gambir masih mengandung kadar air yang tinggi. Pasta

dilarutkan dalam air panas lalu dimasukkan ke dalam corong pisah dan kemudian

ditambahkan etil asetat. Katekin akan terlarut di dalam etil asetat dan pengotor

akan mengendap. Fraksi etil asetat dipisahkan dari fraksi air dan dikentalkan

menggunakan alat rotary evaporator.

Analisis katekin non purifikasi (Tabel 10) meliputi pemerian, kelarutan,

reaksi warna, panjang gelombang serapan maksimum, titik lebur, susut

pengeringan, kadar abu, rendemen dan kadar katekin. Hasil pemeriksaan semua

parameter di atas memenuhi persyaratan. Hasil Analisis titik lebur katekin yang

dihasilkan menunjukkan bahwa katekin belum murni. Rentang titik lebur senyawa

merupakan petunjuk kemurnian dari suatu senyawa.

Page 14: katekin.pdf

14

Hasil analisis susut pengeringan katekin yang diisolasi dengan metoda

non pre purifikasi, pre purifikasi dan fraksinasi (Lampiran 8, Tabel 13) . Susut

pengeringan katekin yang diisolasi dari gambir KTO dengan metoda non

purifikasi adalah 9,55 % ± 0,07, dari pasta KTO adalah 8,63 ± 0,02. Susut

Pengeringan katekin LPK non purifikasi 7,20 % ± 0,05, dengan metoda pre

purifikasi yaitu 11,4 % ± 0,1 dan dari pasta 16,45 ± 0,08. Susut Pengeringan

katekin SGT non purifikasi 9,56 ± 0,08, pre purifikasi 19,61 ± 0,14 dan dari pasta

15,82 ± 0,03.

Hasil analisis kadar abu katekin yang diisolasi dengan metoda non

purifikasi, pre purifikasi dan fraksinasi (Lampiran 10, Tabel 16). Kadar abu

katekin yang diisolasi dari gambir KTO dengan metoda non purifikasi adalah

0,03 ± 0,01, dari pasta KTO adalah 0,63 ± 0,006 terjadi penurunan kadar abu bila

dibandingkan dengan kadar abu gambir asalan KTO yaitu 2,07 ± 0,05. Kadar abu

katekin LPK non purifikasi 0,66 ± 0,006, dengan metoda pre purifikasi menjadi

yaitu 1,14 ± 0,01 dan dari pasta 0,82 ± 0,006. Kadar abu katekin SGT non

purifikasi 0,30 ± 0,006 , pre purifikasi 0,14 ± 0,006 dan dari pasta 0,19 ±.0,006

Hasil analisis kualitatif katekin menggunakan KLT didapatkan Rf 0,72 dan

0,78 untuk katekin KTO np dan katekin dari pasta KTO. Rf katekin LPK non

purifikasi 0,74, metoda pre purifikasi 0,74 dan dari pasta 0,68. RF katekin SGT

non purifikasi adalah 0,76, metoda pre purifikasi 0,68 dan dari pasta 0,72.

Sedangkan Rf katekin pembanding adalah 0,73 (Depkes, 2008).

Hasil analisis rendemen katekin yang diisolasi dengan metoda non

purifikasi, pre purifikasi dan fraksinasi (Lampiran 13, Tabel 19). Rendemen

katekin gambir KTO non purifikasi 98,2 % ± 0,85, dari pasta 18,8 % ± 0,10

Page 15: katekin.pdf

15

Rendemen katekin LPK non purifikasi 64,67 % ± 0,15, metoda pre purifikasi

57,40 % ± 0,20 dan dari pasta 11,36 % ± 0,11. Rendemen katekin SGT non

purifikasi adalah 69,6 % ± 0,10, metoda pre purifikasi 56,3 % ± 0,10 dan dari

pasta 12,13 % ±0,05. Rendemen yang rendah dapat disebabkan karena kondisi

daun yang rusak akibat penyakit atau penggunaan daun yang terlalu tua. Bila

dibandingkan rendemen katekin yang diperoleh dengan metoda isolasi non

purifikasi dan pre purifikasi terjadi penurunan rendemen yang dihasilkan. Hal ini

dapat disebabkan adanya beberapa senyawa dalam gambir yang ikut tebawa

ketika proses pre purifikasi. Rendemen tertinggi diperoleh dari gambir KTO non

purifikasi.

Hasil analisis kadar katekin yang diisolasi dengan metoda non purifikasi,

pre purifikasi dan fraksinasi (lampiran 12, Tabel 18). Kadar katekin gambir KTO

non purifikasi 89,66 % ± 0,19, dari pasta KTO 93,60 % ± 0,11. Kadar katekin

LPK non purifikasi 76,56 % ± 0,10, metoda pre purifikasi 94,85 % ± 0,0 dan dari

pasta 94,19 % ± 0,11. Kadar katekin SGT non purifikasi 91,22 % ± 0,62, pre

purifikasi 96,17 % ± 0,18 dan dari pasta 97,96 % ± 0,22. Banyak faktor yang

mempengaruhi kadar katekin dari gambir diantaranya proses pengolahan daun.

Pengolahan daun gambir harus dilakukan segera setelah daun dipanen. Air yang

digunakan untuk perebusan daun harus bersih dan tidak menggunakan kalincuang.

Penjemuran gambir yang langsung di bawah sinar matahari juga dapat

mengurangi kadar katekin gambir.

Berdasarkan hasil uji T-Test Paired, terdapat perbedaan yang signifikan

(0,00) kadar katekin yang diisolasi dari gambir LPK dengan metoda non purifikasi

dan pre purifikasi. Perbedaan yang signifikan (0,01) juga terdapat pada kadar

Page 16: katekin.pdf

16

katekin yang diisolasi dari gambir Siguntur dengan metoda non purifikasi dan pre

purifikasi. Kadar katekin yang diperoleh dengan metoda pre purifikasi lebih

tinggi. Untuk penggunaan sebagai bahan baku obat dan kosmetik, metoda isolasi

katekin pre purifikasi dapat digunakan karena menghasilkan katekin dengan mutu

dan rendemen yang sesuai spesifikasi. Sedangkan katekin untuk penggunaan

sebagai senyawa marker dapat digunakan katekin dari pasta Siguntur yaitu dengan

kadar 97,9 %. Kadar katekin yang diperoleh ini mendekati dengan kadar katekin

yang dipersyaratkan oleh SIGMA yaitu 98 %.

Katekin yang mempunyai kadar paling tinggi dilakukan analisa spektrum

ultra violet, Infra red dan NMR. Hasil pengukuran spektrum ultraviolet (UV)

sampel katekin dalam etil asetat menunjukkan serapan maksimum pada panjang

gelombang (λ) 280 nm (Lampiran 18). Data ini menunjukkan bahwa sampel

katekin hasil isolasi memiliki serapan maksimum yang hampir sama dengan

katekin standar yaitu pada panjang gelombang 279 nm .

Analisis spektrofotometri inframerah (Fourier Transform Infrared, FT-IR)

bertujuan untuk menentukan gugus fungsional suatu senyawa berdasarkan serapan

spektrum elektromagnetik pada daerah IR. Hasil analisis spektrum IR

menunjukkan bahwa katekin yang diisolasi mengandung gugus-gugus fungsional

dengan perkiraan gugus fungsional C=C aromatic dengan daerah serapan 1500-

1600 cm-1, gugus O-H pada daerah serapan 2000-3600 (lebar). Vibrasi yang

digunakan untuk identifikasi adalah vibrasi tekuk, khususnya vibrasi rocking

(goyangan), yaitu yang berada di daerah bilangan gelombang 2000 – 400 cm-1,

seperti terlihat pada lampiran 19.

Page 17: katekin.pdf

17

Spektrum 13C-NMR dan data pergeseran kimia katekin hasil isolasi diukur

menggunakan pelarut metanol-D3 dengan frekuensi 500 MHz. Dari data 13C-

NMR dapat diketahui bahwa katekin hasil isolasi memiliki 15 signal yang

menunjukkan adanya atom karbon sebanyak 15 buah, yaitu δc 157,8 (C- 9), 157,6

(C-7), 156,9 (C-5), 146,28 (C- 4’), 146, 26 (C-3’), 132,2 (C- 1’), 120,1 (C- 6’),

116,2 (C-5’), 115,3 (C- 2’), 100,9 (C-10), 96,3 (C-6), 95,5 (C- 8), 82,8 (C-2), 68,8

(C-3), 28,5 (C-4) ppm. Jumlah atom karbon ini sama dengan jumlah atom karbon

senyawa katekin standar

Hasil pemeriksaan spektrum 1H-NMR katekin hasil isolasi diukur

menggunakan pelarut metanol-D3 dengan frekuensi 500 MHz. Pergeseran kimia

yang terjadi pada 2,52 (1H,dd), 2,84 (1H, dd), 3,98 (1H,m), 4,57 (1H, d), 5,86

( 1H, d), 5,93 ( 1H, d), 6,72 (1H, dd), 6,76 (1H, d), 6,84 ( 1H, d).

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan maka dapat dibuat

kesimpulan sebagai berikut :

1. Metoda terbaik isolasi katekin untuk bahan baku obat dan kosmetik

adalah pre purifikasi dengan kadar katekin 96,17 %.

2. Metoda terbaik isolasi katekin untuk senyawa marker adalah fraksinasi

dari pasta gambir dengan kadar katekin 97,96 %

3. Sumber bahan baku yang terbaik untuk memperoleh katekin dengan mutu

dan rendemen yang sesuai spesifikasi adalah Siguntur

Page 18: katekin.pdf

18

Saran

Disarankan kepada peneliti selanjutnya untuk menggunakan metoda lain

dalam mengisolasi katekin dan gambir yang digunakan sebaiknya yang berasal

dari Siguntur.

Page 19: katekin.pdf

19

DAFTAR PUSTAKA

Amos, 2004. Teknologi Pasca Panen Gambir. BPPT Press, Jakarta.

Amos, 2010. Kandungan Katekin Gambir Sentra Produksi Di Indonesia.Pusat Pengkajian Teknologi Agroindustri Badan Pengkajian danPenerapan Teknologi. Jurnal Standardisasi Vol. 12, No. 3 Tahun 2010:149 – 155.

Armenia, Siregar, A dan Arifin, H. 2004. Toksisitas Ekstrak Gambir (Uncariagambir, Roxb) Terhadap Organ Ginjal, Hati dan Jantung Mencit,Prosiding Seminar Nasional XXVI Tumbuhan Obat Indonesia.

Azad, KA.,Ogiyama, Koichi, Sassa dan Takeshi. 2001. Isolation of (+)-catechinand a new polyphenolic compound in Bengal catechu, J Wood Sci 47:406-409.

Balai Penelitian dan Pengembangan Industri Padang. 2000. Standar Nasional(SNI) Gambir, 01-3391-2000, Departemen Perindustrian dan Perdagangan.

Bayuarti, YD., 2006. Kajian Proses Pembuatan Pasta Gigi Gambir (UncariaGambir Roxb) Sebagai Antibakteri, Institut Pertanian Bogor.

Brown, P. 2009. The Complete Herbalist. http:// chestofbooks.com/health/herbs/O-Phelps-Brown/ The Complete Herbalist/ Gambir-Plant-uncaria-Gambir.html.

Budavari, S. (edit) 1996. The Merck Index. An Encyclopaedia of Chemicals,Drugs and Biologicals.12 th ed. Merck and CO, lnc. Whitehouse Station.N.J.p 312-313.

Denian, A., Darwin., Anria., Nurmansyah, Z., Hasa., Jamalius, I., Kusuma.,Jamaris dan Hadad, MA. 2005. Penampilan Tiga Calon Varietas UnggulGambir di Sumatera Barat. Prosiding Simposium IV. Hasil PenelitianTanaman Perkebunan, Bogor, 28-30 September 2005, Badan Penelitiandan Pengembangan Pertanian. Pusat Penelitian dan PengembanganPerkebunan Bogor.

Dhalimi, A. 2006. Permasalahan Gambir (Uncaria gambir L) di Sumatera Baratdan Alternatif Pemecahannya, Balai Besar Pengkajian dan PengembanganTeknologi Pertanian, Jakarta.

Dogra, S, C. 1987. Antimikrobial Agents Used in Ancient India, Indian Journal ofHistory of Science, 22 (2) : 164-169.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2008. Farmakope Herbal IndonesiaEdisi I.

Page 20: katekin.pdf

20

Ghayur, M, N., Khan H., Gilani, A, H. 2007. Antispasmodic, Bronchodilator andVasodilator Activities of (+)-Catechin, a Naturally Occurring Flavonoid,Arch Pharm Res Vol 30, No 8, 970-975.

Gumbira, S, E., Syamsu, K., Mardliyati, E., Herryandie, A., Evalia, NA., Rahayu,DL., Puspitarini, R., Ahyarudin, A., Hadiwijoyo, A. 2009. Agroindustridan Bisnis Gambir Indonesia. IPB Press, Bogor.

Hadad, EA., NR, Ahmadi., Herman., Supriadi., A., Hasibuan., TeknologiBudidaya dan Pengolahan Gambir, Balai Penelitian Tanaman Rempahdan Aneka Tanaman Industri.

Handayani, D., Ranova, R., Hemriyanton, B, Farlian, A., Almahdy dan Arneti.2004. Pengujian Efek Antifeedan dari Ekstrak dan Fraksi Daun UncariaGambir (Hunter) Roxb. Terhadap Hama Spodoptera Litura Fab. ProsidingSeminar Nasional XXVI Tumbuhan Obat Indonesia.

Harborne, J.B. 1987. Metoda Fitokimia : Penentuan Cara Modern MenganalisisTumbuhan. Terjemahan Kosasih Padmawinata & Iwang Sudiro. ITB,Bandung.

Harmita. 2009. Kuliah Kromatografi. Departemen Farmasi Universitas Indonesia.

Hayani, E. 2003. Analisis Kadar Catechin dari Gambir dengan Berbagai Metode,Buletin Tekhnik Pertanian Vol.8. Nomor 1.

Heller, L. 2009. Green Tea catechins Linked to Weight Loss: Study , The Journalof Nutrition, Jerman.

Heyne, K. 1987. Tumbuhan Berguna Indonesia, Vol. III, Terjemahan LitbangKehutanan, Departemen Kehutanan RI, Jakarta, hal. 1767.

Hou, Z., Sang, S., You, H., Lee, JM., Hong, J., Chin. 2005. Mechanism of Actionof (_)-Epigallocatechin-3-Gallate:Auto-oxidation–Dependent Inactivationof Epidermal Growth Factor Receptor and Direct Effects on GrowthInhibition in Human Esophageal Cancer KYSE 150 Cells, Cancer Res2005; 65: (17).

Ismail, S., Asad, M. 2009. Immunomodulatory Activity Of Acacia Catechu, IndianJ Physiol Pharmacol ; 53 (1) : 25–33

Isogai, H., Isogai, E., Takahashi, K., Kurebayashi, Y. 2008. Effect of CatechinDiet on Gingivitis in Cats. International Journal App Res Med Vol.6,Japan.

Jenie, UA., Kardono, L., Hanafi, M., Rumampuk, RJ., Darmawan, A. 2006.Tekhnik Modern Spektroskopi NMR, Teori dan Aplikasi dalam Elusidasi

Page 21: katekin.pdf

21

Struktur Molekul Organik dan Biomolekul. Lembaga Ilmu PengetahuanIndonesia, Jakarta.

Kresnawaty, I., Zainuddin, A. 2009. Aktivitas antioksidan dan antibakteri dariderivat metil ekstrak etanol daun gambir (Uncaria gambir), Jurnal Littri15(4), Hlm. 145 – 151.

Laus G. 2004. Advances in Chemistry and Bioactivity of the Genus Uncaria.Phytother. Res. 18, 259-274.

Lawrence, G.H.M. 1964. Taxonomy of Vascular Plants.The MackmilanCompany, New York, p.114-139.

Lemmens RHMJ, Wulijarni-Soetjipto N. 1992. Plant Resources of South-EastAsia 3. Dye and tannin –producing plants. PROSEA, Bogor, Indonesia.

Lucida, H., Bakhtiar, A., Putri, A,W. 2007. Formulasi Sediaan Antiseptik Mulutdari Katekin Gambir, Universitas Andalas, Padang.

Lucille, P., Jean, M R., Ve´ ronique, C., Loı¨c, L and Isabelle, D. 2006. Flavonoidoxidation in plants: from biochemical properties to physiologicalfunctions, Science Direct.

Markham, K, R.1995. Techniques of Flavonoid Identification (“CaraMengidentifikasi Flavonoid”), diterjemahkan oleh Kosasih Padmawinata,Penerbit ITB Bandung.

Maurya, PK., Rizvi, S. 2009. Protective Role of Tea catechins on ErythrocytesSubjected to Oxidative Stress During Human Aging, Departement ofBiochemistry University of Allahabad, India.

Nazir, N. 2000. Gambir, Budidaya, Pengolahan Hasil dan ProspekDiversifikasinya, Yayasan Hutanku, Padang.

Pambayun, R., Gardjito, M., Sudarmadji, S., Kuswanto, K. R. 2007. KandunganFenol dan Sifat Antibakteri dari Berbagai Jenis Ekstrak Produk Gambir(Uncaria gambir Roxb). Majalah Farmasi Indonesia 18 (3).

Parameter Standar Umum Ekstrak Tumbuhan Obat, cetakan pertama, 2000,Departemen Kesehatan Republik Indonesia Direktorat JenderalPengawasan Obat dan Makanan, Jakarta.

Portier, G. 2010. Extrasynthese, Natural Product.BP 62-69726 Genay Cedex ,France.

Sandra, A., Novia, D., Kasim, A., Nuridinar, A. 2011. Pengaruh PenambahanKatekin Gambir Sebagai Antioksidan Terhadap Kualitas dan NilaiOrganoleptik Rendang Telur. Repository Universitas Andalas Padang.

Page 22: katekin.pdf

22

Sastrohamidjojo, H. 1991. Dasar-dasar Spektroskopi, Ed II, Liberty, UniversitasGajah Mada, Yogyakarta.

Santoni, A. 2009. Elusidasi Struktur Flavonoid Triterpenoid dari Kulit BatangSurian (Toona sinensis) dan Identifikasi Minyak Atsiri Daun Surian SertaUji Aktivitas Insektisida. Disertasi Program Pascasarjana UniversitasAndalas, Padang.

Sharma R.J., Chaphalkar S.R. and Adsool A.D. 2010. Evaluating AntioxidantPotential, Cytotoxicity And Intestinal Absorption Of Flavonoids ExtractedFrom Medicinal Plants , International Journal of BiotechnologyApplications, ISSN: 0975–2943, Volume 2, Issue 1, pp-01-05.

Shu-Yan, Z., Chao-Gu Z., Xi-Yun, Y., Wei-Xi, T. 2008. Low Concentration OfCondensed Tannins From Catechu Significantly Inhibits Fatty AcidSynthase And Growth Of MCF-7 Cells, Biochemical and BiophysicalResearch Communications 371 .

Silvikasari. 2011. Aktivitas Antibakteri Ekstrak Kasar Flavonoid Daun Gambir(Uncaria gambir Roxb). Departemen Biokimia Fakultas Matematika danIlmu Pengetahuan Alam. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Susanti, E. 2011. Kejaiban Katekin Teh Hijau Pada Fungsi Cardiovaskuler.

Susanti, Y, D. 2008. Efek Suhu Pengeringan Terhadap Kandungan Fenolik danKandungan Katekin Ekstrak Daun Kering Gambir, Prosiding SeminarNasional Teknik Pertanian 2008 – Yogyakarta.

Tanaka, T., Matsuo, Y and Kouno,I. 2010. Chemistry of Secondary PolyphenolsProduced during Processing of Tea and Selected Foods, Int. J. Mol. Sci.,11, 14-40.

Taniguchi S, Kuroda K, Doi K, Tanabe M, Shibata T, Yoshida T, Hatano T. 2007Revised structures of gambirines A1, A2, B1, and B2, chalcane-flavandimers from Gambir (Uncaria gambir Extract), Chem. Pharm. Bull. 55(2)268-272.

Taniguchi S, Kuroda K, Naomi Y, Doi K, Tanabe M, Shibata T, Yoshida T,Hatano T. 2008. New dimeric flavans from gambir, an extract of Uncariagambir. Heterocycles.

Tejada, R., Duran, J.D.G., Ortega, O., Jimenez, E., Carpio, P., Chibowski. 2002.Investigation of Alumina/ (+)-Catechin System Properties. Part I : A Studyof The System by FTIR-UV-Vis Spectroscopy, Colloids and Surface B:Biointerfaces 24.

Page 23: katekin.pdf

23

LAMPIRAN

Hasil Pemeriksaan Mutu Gambir KTO

No Pemeriksaan Pengamatan Persyaratan1. Pemerian

a. Bentuk Utuh Utuhb. Warna Kuning

kecoklatanKuningkecoklatan

c. Bau Khas Khasd.Rasa Sepat -

2. Susut Pengeringan (%) 18,51 ± 0,08 163. Kadar Abu (%) 2,09 ± 0,015 54. Kadar Katekin (%) 80,71 ± 0,44 Min 50

Hasil pemeriksaan Mutu Gambir LPK

Hasil Pemeriksaan Mutu Gambir SGT

No Pemeriksaan Pengamatan Persyaratan1. Pemerian

a. Bentuk Utuh Utuhb. Warna Kehitaman Kuning

Kecoklatanc. Bau Khas Khasd. Rasa Sepat -

2. Susut Pengeringan (%) 16,47± 0,11 163. Kadar Abu (%) 3,25 ± 0,025 54. Kadar Katekin (%) 49,04 ± 0,17 Min 50

No Pemeriksaan Pengamatan Persyaratan1. Pemerian

a. Bentuk Utuh Utuhb. Warna Kuning

kecoklatanKuning

Kecoklatanc. Bau Khas Khasd. Rasa Sepat -

2. Susut Pengeringan (%) 20,66 ± 0,03 163. Kadar Abu (%) 2,22 ± 0,015 54. Kadar Katekin (%) 60,34 ± 0,19 Min 50

Page 24: katekin.pdf

24

Hasil Pemeriksaan Katekin Non Purifikasi

Hasil Pemeriksaan Katekin Pre Purifikasi

No Pemeriksaan PengamatanKTO LPK SGT

1. Pemeriana. Bentuk Serbuk Serbuk Serbukb. Warna Kuning Kuning Kuningc. Bau Khas Khas Khasd. Rasa Sepat Sepat Sepat

2. Kelarutan

Dalam etanol 1 : 4,13 1:3,24 1 : 6,83. Reaksi Warna Biru

KeunguanBirukeunguan

Birukeunguan

4. Panjang GelombangSerapan Maksimum

280 nm 280 nm 280 nm

5. Titik Lebur 168 -170 158-162 166-1706. Susut

Pengeringan (%)9,55 ± 0,07 7,20 ± 0,05 9,56 ± 0,08

7. Kadar Abu (%) 0,033 ± 0,01 0,66 ± 0,006 0,30 ± 0,0068. Kadar Katekin (%) 89,66 ± 0,19 76,56 ± 0,10 91,22 ± 0,629. Rendemen (%) 98,2 ± 0,85 64,67 ± 0,15 69,6 ± 0,10

No Pemeriksaan LPK SGT

1. Pemeriana. Bentuk Serbuk Serbukb. Warna Kuning Kuningc. Bau Khas Khasd. Rasa Sepat Sepat

2. Kelarutan dalam etanol 1:2,48 1:4,693. Reaksi Warna Biru keunguan Biru keunguan4. Serapan Maksimum 280 280 nm5. Titik Lebur 168-172 172-1756. Susut Pengeringan (%) 11,4 ± 0,1 19,61 ± 0,147. Kadar Abu (%) 1,14 ± 0,01 0,14 ± 0,0068. Kadar Katekin (%) 94,85 ± 0,00 96, 17 ± 0,189. Rendemen (%) 57,40 ± 0,20 56,3 ± 0,10

Page 25: katekin.pdf

25

Pemeriksaan Katekin dari Pasta Gambir

Profil KLT Katekin dengan Fase Gerak Metanol : Etil Asetat (1:1)

A B C D

Keterangan :

A. Profil KLT Katekin dari Gambir KTO dengan Metoda Isolasi Non PurifikasiB. Profil KLT Katekin dari Gambir LPK dengan Metoda Isolasi Non PurifikasiC. Profil KLT Katekin dari Gambir SGT dengan Metoda Isolasi Non PurifikasiD. Profil KLT Katekin dari Gambir LPK dengan Metoda Isolasi Pre Purifikasi

No Pemeriksaan KTO LPK SGT1. Pemerian

a. Bentuk Serbuk Serbuk Serbukb. Warna Kuning Kuning Kuningc. Bau Khas Khas Khasd. Rasa

2. Kelarutan dalam etanol 1: 3,06 1 : 3,12 1 : 4,753. Reaksi Warna Biru

keunguanBirukeunguan

Birukeunguan

4. Panjang Gelombang 280 nm 280 nm 280 nm5. Titik Lebur 174-178 174-178 176 -1786. Susut Pengeringan (%) 8,63 ± 0,02 16,45 ± 0,08 15,82 ± 0,037. Kadar Abu (%) 0,63 ± 0,006 0,82 ± 0,006 0,19 ± 0,0068. Kadar Katekin (%) 93,60 ± 0,11 94,19 ± 0,11 97,96 ± 0,229. Rendemen (%) 18,8 ± 0,10 11,85 ± 0,11 12,13 ±0,05

Page 26: katekin.pdf

26

E F G H

Keterangan :

E. Profil KLT Katekin dari Gambir SGT dengan Metoda Isolasi Pre PrurifikasiF. Profil KLT Katekin dari Gambir KTO dengan Metoda isolasi FraksinasiG. Profil KLT Katekin dari Pasta LPK dengan Metoda Isolasi FraksinasiH. Profil KLT Katekin dari Pasta SGT dengan Metoda Isolasi Fraksinasi

Hasil Spektrogram Katekin Secara Sprektrofotometri

Page 27: katekin.pdf

27

75

92

80

85

90

4000 400100015002000250030003500

%T

Wavenumber [cm-1]

Spektrum IR Katekin Hasil Isolasi

Spektrum 13C - NMR Katekin Hasil Isolasi dengan Pelarut Metanol-D3Frekwensi 500 MHz

Page 28: katekin.pdf

28

Spektrum 1H-NMR Katekin Hasil Isolasi dengan Pelarut Metanol -D3 Frekwensi 500 MHz