BAB 3ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN KATARAKA. Pengkajian1.
AnamnesaAnamnesa yang dapat dilakukan pada klien dengan katarak
adalah :a. Identitas / Data demografiBerisi nama, usia, jenis
kelamin, pekerjaan yang sering terpapar sinar matahari secara
langsung, tempat tinggal sebagai gambaran kondisi lingkungan dan
keluarga, dan keterangan lain mengenai identitas pasien.b. Riwayat
penyakit sekarang. Keluhan utama pasien katarak biasanya antara
lain: Penurunan ketajaman penglihatan secara progresif (gejala
utama katarak) . Mata tidak merasa sakit, gatal atau merah
Berkabut, berasap, penglihatan tertutup film Perubahan daya lihat
warna Gangguan mengendarai kendaraan malam hari, lampu besar sangat
menyilaukan mata Lampu dan matahari sangat mengganggu. Sering
meminta ganti resep kaca mata Lihat ganda Baik melihat dekat pada
pasien rabun dekat ( hipermetropia) Gejala lain juga dapat terjadi
pada kelainan mata lain. c. Riwayat penyakit dahulu Adanya riwayat
penyakit sistemik yang di miliki oleh pasien seperti: DM Hipertensi
pembedahan mata sebelumnya, dan penyakit metabolic lainnya memicu
resiko katarak. Kaji gangguan vasomotor seperti peningkatan tekanan
vena, ketidakseimbangan endokrin dan diabetes, serta riwayat
terpajan pada radiasi, steroid / toksisitas fenotiazin. Kaji
riwayat alergi. d. Riwayat Kesehatan Keluarga Apakah ada riwayat
diabetes atau gangguan sistem vaskuler, kaji riwayat stress. 2.
Pemeriksaan FisikInspeksi. Dalam inspeksi, bagian-bagian mata yang
perlu di amati adalah dengan melihat lensa mata melalui senter
tangan (penlight), kaca pembesar, slit lamp, dan oftalmoskop
sebaiknya dengan pupil berdilatasi. Dengan penyinaran miring ( 45
derajat dari poros mata) dapat dinilai kekeruhan lensa dengan
mengamati lebar pinggir iris pada lensa yang keruh ( iris shadow ).
Bila letak bayangan jauh dan besar berarti kataraknya imatur,
sedang bayangan kecil dan dekat dengan pupil terjadi pada katarak
matur. 3. Pemeriksaan Diagnostik. a. Kartu mata Snellen / mesin
telebinokular ( tes ketajaman penglihatan dan sentral penglihatan)
: mungkin terganggu dengan kerusakan lensa, system saraf atau
penglihatan ke retina ayau jalan optic.b. Pemeriksaan oftalmoskopi
: mengkaji struktur internal okuler, mencatat atrofi lempeng optic,
papiledema, perdarahan retina, dan mikroaneurisme.c. Darah lengkap,
laju sedimentasi (LED) : menunjukkan anemi sistemik / infeksid.
EKG, kolesterol serum, dan pemeriksaan lipid : dilakukan untuk
memastikan aterosklerosis.e. Tes toleransi glukosa / FBS :
menentukan adanya/ control diabetes.4. Diagnosa Keperawatan yang
mungkin terjadi (Doenges,2000):a. Gangguan persepsi
sensori-perseptual penglihatan b.d gangguan penerimaan
sensori/status organ indera, lingkungna secara terapetik dibatasi.
Ditandai dengan : Menurunnya ketajaman penglihatan, perubahan
respon biasanya terhadap rangsang.b. Kecemasan b.d kurang terpapar
terhadap informasi tentang prosedur tindakan pembedahanc. Resiko
tinggi terhadap infeksi b.d prosedur invasive pengangkatan
katarakd. Kurang pengetahuan tentang kondisi, prognosis dan
pengobatan b.d tidak mengenal sumber informasi, salah intrepetasi,
kurangnya mengingat, keterbatasan kognitif
NoDiagnosa KeperawatanNICNOCRasional
1Gangguan peersepsi sensori-perseptual penglihatan b.d gangguan
penerimaan sensori/status organ indera, lingkungna secara terapetik
dibatasi. Ditandai dengan : menurunnyaketajaman penglihatan
perubahan respon biasanya terhadap rangsang. Mandiri-Tentukan
ketajaman penglihatan, catat apakah satu atau dua mata
terlibat-Orientasikan klien tehadap lingkungan-Observasi
tanda-tanda disorientasi.-Pendekatan dari sisi yang tak dioperasi,
bicara dengan menyentuh.-Ingatkan klien menggunakan kacamata
katarak yang tujuannya memperbesar kurang lebih 25 persen,
pelihatan perifer hilang dan buta titik mungkin ada.- Letakkan
barang yang dibutuhkan/posisi bel pemanggil dalam jangkauan/posisi
yang tidak dioperasi.Meningkatkan ketajaman penglihatan dalam batas
situasi individu, mengenal gangguan sensori dan berkompensasi
terhadap perubahan.Kriteria Hasil :- Mengenal gangguan sensori dan
berkompensasi terhadap perubahan.- Mengidentifikasi/memperbaiki
potensial bahaya dalam lingkungan. Mandiri- Kebutuhan tiap individu
dan pilihan intervensi bervariasi sebab kehilangan penglihatan
terjadi lambat dan progresif- Memberikan peningkatan kenyamanan dan
kekeluargaan, menuruknkan cemas dan disorientasi pasca operasi-
Terbangun dalam lingkungan yang tidak di kenal dan mengalami
keterbatasan penglihatan dapat mengakibatkan kebingungan terhadaap
orang tua .- Memberikan rangsang sensori tepat terhadap isolasi dan
menurunkan bingung- Perubahan ketajaman dan kedalaman persepsi
dapat menyebabkan bingung penglihatan dan meningkatkan resiko
cedera sampai pasien belajar untuk mengkompensa si.
3Kecemasan b.d kurang terpapar terhadap informasi tentang
prosedur tindakan pembedahan Mandiri- Kaji tingkat kecemasan pasien
dan catat adanya tanda- tanda verbal dan nonverbal.- Beri
kesempatan Pasien untuk mengungkapkan isi pikiran dan perasaan
takutnya.- Observasi tanda vital dan peningkatan respon fisik
pasien Edukasi- Beri penjelasan pasien tentang prosedur tindakan
operasi, harapan dan akibatnya.- Beri penjelasan dan suport pada
pasien pada setiap melakukan prosedur tindakan- Lakukan orientasi
dan perkenalan pasien terhadap ruangan, petugas, dan peralatan yang
akan digunakana. Pasien mengungkapkan dan mendiskusikan rasa
cemas/takutnya.b. Pasien tampak rileks tidak tegang dan melaporkan
kecemasannya berkurangsampai pada tingkat dapat diatasi.c. Pasien
dapat mengungkapkan keakuratan pengetahuan tentang pembedahan-
Mandiri- Derajat kecemasan akan dipengaruhi bagaimana informasi
tersebut diterima oleh individu. mengungkapkan rasa takut secara
terbuka dimana rasa takut dapat ditujukan.- Mengetahui respon
fisiologis yang ditimbulkan akibat kecemasan. Edukasi- Meningkatkan
pengetahuan pasien dalam rangka mengurangi kecemasan dan
kooperatif.- Mengurangikecemasan dan meningkatkan pengetahuan-
Mengurangi perasaan takut dan cemas-
PENGKAJIAN 1. Data DemografiNama klien: Tn. BUmur: 45
TahunDiagnosa Medik: KatarakTanggal Masuk: 13 05 2013Alamat:
Kampung rawaSuku:SulawesiAgama: IslamPekerjaan: PNSStatus
perkawinan: Menikah2. Riwayat Penyakita. Keluhan UtamaKlien
mengeluh penglihatan kabur seperti berawanb. Riwayat Penyakit
Sekarang. Klien mengeluh penglihatan kabur seperti berawan padahal
Tn. B sudah menggunakan kaca mata plus 1dan minus 2,5 pada obita
dextra dan sinistra. Pemeriksaan fisik dengan Opthalmoscope bagian
kornea ada selaput putih. Sudah 2 tahun ini Tn. B dinyatakan
menderita diabetes mellitus, dan menjalankan pengobatan secara
teratur. Oleh dokter spesialis mata Tn. B dinyatakan katarak. Tn. B
dipersiapkan untuk dilakukan operasi katarak 2 hari lagi jika kadar
gula darahnya sudah normal. TTV saat ini TD :140/90 mmhg Nadi : 84
x/menit Suhu : 37,40C RR : 24x/menit. c. Riwayat penyakit dahulu
Sudah 2 tahun ini Tn. B dinyatakan menderita diabetes mellitus, dan
menjalankan pengobatan secara teratur. d. Riwayat penyakit keluarga
Klien mengatakan tidak ada keluarga klien yang mengalami penyakit
DM
DATA SUBYEKTIFDATA OBYEKTIF
KlKlien mengatakanpenglihatan kabut seperti berawan,
padahalsudah menggunakan kaca mata plus 1 dan minus 2.5 pada orbita
dextra dan sinistra. Klien mengatakan sudah 2 tahun ini mempunyai
Diabetes Melitus, dan menjalankan pengobatan secara teratur Klien
mengatakantidak mengerti kenapa sampai mengalami katarak klien
mengatakan cemas memikirkan biaya untuk operasinya. klien
mengatakan kesulitan untuk beraktivitas penglihatannya tidak jelas7
klien mengatakan jika terkena sinar/paparan matahari menyilaukan
mata klien mengatakan jika melihat sesuatu berbayang-bayang/menjadi
dua bayangan. klien mengatakan takut akan kondisinya. klien
mengatakan tidak tahu sama sekali tentang penyakitnya.klien
mengatakan cemas takut tidak berhasil menjalankan
operasinya.Kemungkinan klien mengatakan gelisah klien mengatakan
cemas terhadap penyakit yang dideritanya.14.apakah sembuh/tidak.
klien mengatakan pada bagian mata nyeri.16.Kemungkinan klien
mengatakan tidak tahan terhadap nyerinya.17.Kemungkinan klien
mengatakan badannya panas sehabis operasi beberapa hari
kemudian.18.Kemungkinan klien mengatakan tidak tahu dengan cara
perawatan luka post operasi.19.Kemungkinan klien mengatakan berasal
dari keluarga kurang mampu.Hasil pemeriksaan fisik dengan
opthalmoscope bagian kornea ada selaput putih2.Vital sign :a)TD:
140/90 mmHgb)N:84x/menitc)T:37,40cd)RR: 24x/menit3.Hasil
pemeriksaan :BB : 78 kg dan4.GDS terakhir 2105 klien terlihat sulit
untuk beraktivitas.6. klien wajahnyatampak gelisah7 klien terlihat
terus bertanya-tanya dengan pertanyaan yang sama.8 klien terlihat
bingung.9. klien terlihat cemas.10 klien terlihat takut11 klien
terlihat tegang.12 klien terlihat memfokuskan pada dirinya
sendiri.13 skla nyeri (6)14 klien terlihat menahan rasa sakit.15
klien terlihat merintih kesakitan ( nyeri )16 terlihat pada bagian
luka oprasi klien terdapat kemerahan.17 terlihat pada bagian luka
klien mengalami iritasi.klien dan keluarganya tampak masih bingung
dengan perawatan luka post operasi.
No. Data fokusTanggal ditemukan Masalah
keperawatanEtiologiParaf
1. DS :Klien mengatakan penglihatan kabur seperti berawan,
padahal Tn.B sudah menggunakan kaca mata plus 1 dan minus 2.5 pada
orbita dextra dan sinistra klien mengatakan kesulitan untuk
beraktivitas klien mengatakan penglihatannya tidak jelas klien
mengatakan jika terkena sinar/paparan matahari menyilaukan mata
klien mengatakan jika melihat sesuatu berbayang-bayang/menjadi dua
bayangan
DO:Hasil pemeriksaan fisik dengan opthalmoscope bagian kornea
ada selaput putih klien terlihat sulit untuk beraktivitas.Gangguan
persepsi sensori-perseptual penglihatan.Gangguan penerimaan
sensori/status organ inderaditandai denganmenurunnya ketajaman
penglihatan.
2. DSKlien mengatakan cemas memikirkan biaya untuk
operasinya.klien mengatakan cemas takut tidak berhasil menjalankan
operasinya klien mengatakan gelisah klien mengatakan cemas terhadap
penyakit yang dideritanya.
DO terlihatwajahklientampak gelisah.klien terlihat tegang. klien
terlihat memfokuskan pada diri sendiri. klienterlihat cemas. klien
terlihat takutAnsietas Perubahan pada status kesehatan
3. DS :Klien mengatakan tidak mengerti kenapa sampai mengalami
katarakKemungkinan klien mengatakan takut akan
kondisinya.Kemungkinan klien mengatakan tidak tahu sama sekali
tentang penyakitnya.Kemungkinan klien mengatakan cemas terhadap
penyakit yang dideritanya apakah sembuh/tidakDO:Kemungkinan wajah
tampak gelisahKemungkinan klien terlihat terus bertanya-tanya
dengan pertanyaan yang sama.Kemungkinan klien terlihat
bingung.Kurang Pengetahuankurang informasi tentang penyakit
4. DS :Kemungkinan klien mengatakan nyeri pada bagian mata pasca
operasi.Kemungkinan klien mengatakan tidak tahan ternhadap
nyerinyaDO :Vital sign :a)TD: 140/90
mmHgb)N:84x/menitc)T:37,40cd)RR: 24x/menitKemungkinan skla nyeri
(6)Kemungkinan klien terlihat menahan rasa sakit.Kemungkinan klien
terlihat merintih kesakitan ( nyeri )Nyeri Luka post operasi
5. DSKlien mengatakan penglihatan kabur seperti berawan, padahal
sudah menggunakan kaca mata plus 1 dan minus 2.5 pada orbita dextra
dan sinistraKemungkinan klien mengatakan kesulitan untuk
beraktivitasKemungkinan klien mengatakan penglihatannya tidak
jelasKemungkinan klien mengatakan jika melihat sesuatu
berbayang-bayang/menjadi dua bayanganResiko tinggi terhadap
cidera.Keterbatasan penglihatan.
6. DS :Kemungkinan klien mengatakan badannya panas sehabis
operasi beberapa hari kemudianDO :Vital sign :a)TD: 140/90
mmHgb)N:84x/menitc)T:37,40cd)RR: 24x/menitRisiko infeksi.Prosedur
invasif (operasi katarak).
7. DS :Kemungkinan klien mengatakan tidak tahu dengan cara
perawatan luka post operasi.Kemungkinan klien mengatakan berasal
dari keluarga kurang mampu.DO :Kemungkinan klien dan keluarganya
tampak masih bingung dengan perawatan luka post operasi.
Resiko ketidak efektifan penatalaksanaan regimen
terapeutik.kurang pengetahuan, kurang sumber pendukung.
No. Diagnose Tujuan Kriteria Hasil Intervensi Rasional
1. Gangguan persepsi sensori-perseptual penglihatanb.dGangguan
penerimaan sensori/status organ inderaditandai denganmenurunnya
ketajaman penglihatanSetelah dilakukan tindakan keperawatan selama
3x24 jam diharapkan masalah presepsi sensori penglihatan
teratasiMengenal gangguan sensori danber kompensasi terhadap
perubahan.Mengidentifikasi/memperbaiki potensial bahaya dalam
lingkungan..Kaji ketajaman penglihatan, catat apakah satu atau dua
mata terlibat.2.Orientasikan klien tehadaplingkungan.3.Observasi
tanda-tandadisorientasi.4.Pendekatan dari sisi yangtak dioperasi,
bicaradengan menyentuh.5.Ingatkan klien menggunakan kacamata
katarak yang tujuannya memperbesar kurang lebih 25%, penglihatan
perifer hilang.6.Letakkan barang yang dibutuhkan/posisi bel
pemanggil dalam jangkauan/posisi yang sehat.Kebutuhan tiap individu
dan pilihan intervensi bervariasi sebab kehilanganpenglihatan
terjadi lambatdan progresif.2.Memberikan peningkatankenyamanan dan
kekeluargaan, menurunkan cemas dan disorientasipasca
operasi.3.Terbangun dalam lingkungan yang tidak dikenal dan
mengalamiketerbatasan penglihatandapat mengakibatkankebingungan
terhadap orang tua.4.Memberikan rangsangsensori tepat
terhadapisolasi dan menurunkanbingung.5.Perubahan ketajaman
dankedalaman persepsi dapat menyebabkan bingung penglihatan dan
meningkatkan resiko cedera sampai pasien belajar untuk
mengkompensasi.6.Memungkinkan pasienmelihat objek lebih mudah dan
memudahkan panggilan untuk pertolongan biladiperlukan
2. Ansietasb.dPerubahan pada status kesehatan.Setelah dilakukan
tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan : tidak terjadi
kecemasan pada klien dan tidak ada perubahan status
kesehatan.Pasien mengungkapkan dan mendiskusikan rasa
cemas/takutnya.Pasien tampak rileks tidak tegangdan melaporkan
kecemasannya berkurang sampai pada tingkat dapat diatasi..Kaji
tingkat kecemasan pasien dan catat adanya tanda- tanda verbal dan
nonverbal.2.Beri kesempatan pasien untuk mengungkapkan isipikiran
dan perasaan takutnya.3.Observasi tanda vital danpeningkatan respon
fisik pasien.4.Beri penjelasan pasien tentang prosedur tindakan
operasi, harapandan akibatnya.5.Lakukan orientasi danperkenalan
pasienterhadap ruangan,petugas, dan peralatanyang akan
digunakan.6.Beri penjelasan dansuport pada pasien padasetiap
melakukan prosedurtindakan.
.Derajat kecemasan akan dipengaruhi bagaimana informasi tersebut
diterima oleh individu.2.Mengungkapkan rasa takut secara terbuka
dimana rasa takut dapat ditujukan.3.Mengetahui respon fisiologis
yang ditimbulkan akibat kecemasan.4.Meningkatkan pengetahuan pasien
dalam rangka mengurangi kecemasan dan kooperatif.5.Mengurangi
kecemasan dan meningkatkan pengetahuan.6.Mengurangi perasaan
takut.
3. Kurang pengetahuan b.d Kurang informasi tentang
penyakit.Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam
diharapkan :Klien lebih mengerti akan penyakitnyaKlien menyatakan
pemahaman mengenai kondisi/proses penyakit & pengobatan.Kaji
informasi tentang kondisi individu, prgnosis, tipe
prosedur/lensa.2.Informasikan pasien untuk menghindari tetes mata
yang dijual bebas.3.Tekankan pentingnya evaluasi perawatan rutin.
Beri tahu untuk melaporkan penglihatan berawan.4.Anjurkan pasien
menghindari membaca, berkedip; mengangkat berat, mengejan saat
defekasi, membongkok pada panggul, meniup hidung.
.meningkatkan pemahaman dan meningkatkan kerja sama dengan
perawat.2.Dapat bereaksi silang/campur dengan obat yang
diberikan.3.pengawasan periodik menurunkan risiko komplikasi
serius.4.aktivitas yang menyebabkan mata lelah/regang, manuver
Valsalva, atau meningkatkan TIO dapat mempengaruhi hasil bedah dan
mencetuskan perdarahan.
4. Nyeri b.d Luka pasca operasi.Setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 3x24 jam diharapkan : nyeri berkurang, hilang
dan terkontrol.Nyeri berkuran.Klien terlihat lebih rileks
.Dorong pasien untuk melaporkan tipe, lokasi dan intensitas
nyeri, rentang skala.2.Pantau TTV.3.Berikan tindakan
kenyamanan.4.Beritahu pasien bahwa wajar saja , meskipun lebih baik
untuk meminta analgesik segera setelah ketidaknyamanan menjadi
dilaporkan.
Kolaborasi :5.Berikan obat sesuai indikasi
1.Nyeri dirasakan dimanifestasikan dan ditoleransi secara
individual.2.Kecepatan jantung biasanya meningkat karena
nyeri.3.meningkatkan relaksasi.4.adanya nyeri menyebabkan tegangan
otot yang menggangu sirkulasi memperlambat proses penyembuhan dan
memperberat nyeri.5.Rasionalisasi : Untuk mengontrol nyeri adekuat
dan menurunkan tegangan.
5. Resiko tinggi terhadap cidera b.dKeterbatasan
penglihatan.Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam
diharapkan :cedera dapat dicegahMenyatakan pemahaman factor yang
terlibat dalam kemungkinancederaMengubah lingkungan sesuai indikasi
untuk meningkatkan keamanan.Diskusikan apa yang terjadi pada
pascaoperasi tentang nyeri, pembatasan aktivitas, penampilan,
balutan mata.2.Beri pasien posisi bersandar, kepala tinggi atau
miring ke sisi yang tak sakit sesuai keinginan.3.Batasi aktivitas
seperti menggerakkan kepala tiba-tiba, menggaruk mata,
membongkok.4.Ambulasi dengan bantuan; berikan kamar mandi khusus
bila sembuh dari anastesi..Membantu mengurangi rasa takut dan
meningkatkan kerja sama dalam pembatasan yang
diperlukan.2.Istirahat hanya beberapa menit sampai beberapa jam
pada bedah rawat jalan atau menginap semalam bila terjadi
komplikasi. Menurunkan tekanan pada mata yang sakit, meminimalkan
risiko perdarahan atau stres pada jahitan/jahitan
terbuka.3.Menurunkan stres pada area operasi/menurunkan
TIO.4.Memerlukan sedikit regangan daripada penggunaan pispot, yang
dapat meningkatkan TIO.
6. Risiko infeksi b.d efek samping prosedur invasiveSetelah
dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan :tidak
terjadi infeksi.Tidak ada tanda-tanda infeksi seperti kemerahan dan
iritasi.
.Diskusikan pentingnya mencuci tangan sebelum menyentuh /
mengobati mata.2.Gunakan / tunjukkan tekhnik yang tepat untuk
membersihkan bola mata.3.Tekankan pentingnya tidak menyentuh /
menggaruk mata yang dioperasi.4.Berikan obat sesuai indikasi.
Kolaborasi :5.Berikan obat sesuai indikasi.
.Menurunkan jumlah bakteri pada tangan, mencegah kontaminasi
area operasi.2.Tekhnik aseptik menurunkan resiko penyebaran bakteri
dan kontaminasi silang.3.Mencegah kontaminasi dan kerusakan sisi
operasi.4.Digunakan untuk menurunkan inflamasi.5.Sediaan topikal
digunakan secara profilaksis, dimana terapi lebih diperlukan bila
terjadi infeksi.
7. Resiko ketidakefektifan penatalaksanaan regimen terapeutik
b.d kurang pengetahuan, kurang sumber pendukung. Yang ditandai
dengan,pertanyan atau peryataan salah konsepsi, tak akurat
mengikuti instruksi, terjadi komplikasi yang dapat dicegahSetelah
dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan:
perawatan rumah berjalan efektif.Klien mampu mengidentifikasi
kegiatan keperawatan rumah (lanjutan) yang diperlukanKeluarga
menyatakan siap untuk mendampingi klien dalam melakukan
perawatan.Kaji tingkat pengetahuan pasien tentang perawatan paska
hospitalisasi.2.Terangkan cara penggunaan obat-obatan.3.Berikan
kesempatan bertanya.4.Tanyakan kesiapan klien paska
hospitalisasi.5.Identifikasi kesiapan keluarga dalam perawatan diri
klien paska hospitalisasi.6.Terangkan berbagai kondisi yang perlu
dikonsultasikan..Sebagai modalitas dalam pemberian pendidikan
kesehatan tentang perawatan di rumah.2.Klien mungkin mendapatkan
obat tetes atau salep(topical).3.Meningkatkan rasa percaya, rasa
aman, dan mengeksplorasi pemahaman serta hal-hal yang mungkin belum
dipahami.4.Respon verbal untuk meyakinkan kesiapan klien dalam
perawatan hospitalisasi.5.Kesiapan keluarga meliputi orang yang
bertanggung jawab dalam perawatan, pembagian peran dan tugas serta
penghubung klien dan institusi pelayanan kesehatan.6.Kondisi yang
harus segera dilaporkan :Nyeri pada dan disekitar mata, sakit
kepala menetap.Setiap nyeri yang tidak berkurang dengan obat
pengurang nyeri.Nyeri disertai mata merah, bengkak, atau keluar
cairan : inflamasi dan cairan dari mata.Nyeri dahi
mendadak.Perubahan ketajaman penglihatan, kabur, pandangan ganda,
selaput pada lapang penglihatan.
DAFTAR PUSTAKA1. Khurna A.K. 2007.Community Ophthalmology in
Comprehensive Ophthalmology, fourth edition, chapter 20, new delhi,
new age limited publisher : 443-446.2. Marylin E. Doenges.
2008.Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman untuk Perencanaan dan
Pendokumentasian Perawatan Pasien. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC3. Ilyas, Sidarta. 2004.Ilmu Penyakit Mata. Edisi
ketiga. Jakarta: Balai Penerbit FKUI.4. Nico A. Lumenta. 2008.
Manajemen Hidup Sehat. Jakarta: Elek Media Komputindo5. Fadhlur
Rahman. 2009.Laporan Kasus Katarak Matur Pada Penderita Diabetes
Mellitus.6. Nova Faradilla. 2009.Glaukoma dan Katarak Senilis.
Riau: Fakultas Kedokteran University of Riau7. Majalah Farmacia
Edisi April 2008 , Halaman: 66 (Vol.7 No.9)8. Sidarta, Ilyas. 2002.
Ilmu Penyakit Mata Edisi ke-2. Jakarta: CV. Sagung Seto9. Sidarta,
Ilyas. Ihtisar ilmu Penyakit Mata. 2009. Jakarta: Balai Penerbitan
FKUI10. 10. Hartono. Oftalmoskopi dasar & Klinis. 2007.
Yogyakarta: Pustaka Cendekia Press11. 11. Sidarta,
Ilyas.Dasar-dasar Pemeriksaan dalam Ilmu Penyakit Mata Edisi ke-3.
2009. Jakarta: Balai Pustaka FKUI12. 12. Benjamin J. Phil.
2010.Acute Endhoptalmitis after Cataract Surgery : 250 Consecutive
Cases treated at the tertiary referral center in Netherland.
American Journal of ophthalmology. Volume 149 No.3