Katalog Dalam Terbitan. Kementerian Kesehatan RI
Indonesia. Kementerian Kesehatan RI.Direktorat Jenderal Bina Gizi dan Kesehatan Ibu dan Anak.Pedoman Penyelenggaraan Manajemen TerpaduBalita Sakit Berbasis Masyarakat (MTBS-M).Jakarta: Kementerian Kesehatan RI. 2014
ISBN 978-602-235-475-8 1. Judul I. INFANT CARE II. CHILD CARE III. CHILD HEALTH SERVICES
613.042.2
Ind
p
PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 70 TAHUN 2013
TENTANG
PENYELENGGARAAN MANAJEMEN TERPADU BALITA SAKIT
BERBASIS MASYARAKAT
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA,
Menimbang : a. bahwa kesulitan akses pelayanan kesehatan pada beberapa daerah di Indonesia menyebabkan masih tingginya kematian neonatal, bayi, dan anak balita;
b. bahwa dalam rangka pemberian akses pelayanan kesehatan kepada masyarakat pada beberapa daerah kesulitan akses di Indonesia, perlu melibatkan peran serta aktif masyarakat dalam pelayanan kesehatan neonatal, bayi dan anak balita berdasarkan standar dan ketentuan yang berlaku;
c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada huruf a dan huruf b perlu menetapkan Peraturan Menteri Kesehatan tentang Penyelenggaraan Manajemen Terpadu Balita Sakit Berbasis Mayarakat;
Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2002 Nomor 109, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4235);
2. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia
i
Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5063);
3. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4737);
4. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 828/Menkes/SK/IX/2008 tentang Petunjuk Teknis Standar Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan;
5. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 1144/Menkes/ PER/VIII/2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Kesehatan (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 585) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 35 Tahun 2013 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 1144/Menkes/Per/VIII/2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kemeterian Kesehatan (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2013 Nomor 741);
6. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 19 Tahun 2011 tentang Pedoman Pengintegrasian Layanan Sosial Dasar di Pos Pelayanan Terpadu (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 288);
MEMUTUSKAN :Menetapkan : PERATURAN MENTERI KESEHATAN TENTANG
PENYELENGGARAAN MANAJEMEN TERPADU BALITA SAKIT BERBASIS MASYARAKAT.
Pasal 1Dalam Peraturan Menteri ini yang dimaksud dengan :1. Manajemen Terpadu Balita Sakit Berbasis Masyarakat yang
selanjutnya disingkat MTBS-M adalah pendekatan pelayanan kesehatan bayi dan anak balita terintegrasi dengan melibatkan masyarakat sesuai standar Managemen Terpadu Balita Sakit (MTBS).
ii
2. Bayi Muda adalah bayi dengan rentang usia mulai dari baru lahir hingga sebelum genap berusia 2 (dua) bulan.
3. Balita adalah bayi berusia 2 (dua) bulan hingga sebelum genap berusia 5 (lima) tahun.
Pasal 2Penyelenggaraan MTBS-M tidak mengesampingkan kewajiban pemerintah daerah untuk memenuhi kebutuhan sumber daya kesehatan.
Pasal 3(1) Penyelenggaraan MTBS-M bertujuan untuk meningkatkan akses
pelayanan Balita sakit di tingkat masyarakat pada daerah yang sulit akses terhadap pelayanan kesehatan.
(2) Daerah sulit akses sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan pada :
a. kelompok masyarakat yang tidak mendapatkan sumber daya kesehatan yang berkesinambungan;
b. kelompok masyarakat dengan kendala sosial budaya; dan/atau
c. kelompokmasyarakatdengankendalageografis,transportasi,dan musim.
Pasal 4(1) Penentuan daerah sulit akses sebagaimana dimaksud dalam Pasal
3 ditetapkan oleh Bupati/Walikota atas usulan dari Kepala Dinas Kesehatan setempat.
(2) Kepala Dinas Kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dalam mengusulkan daerah sulit akses harus terlebih dahulu melakukan pemetaan.
(3) Penetapan daerah sulit akses oleh Bupati/Walikota sekurang-kurangnya memuat Kecamatan sulit akses penyelenggara MTBS-M.
Pasal 5(1) Pelayanan MTBS-M dilakukan oleh kader setempat yang telah
mendapatkan pelatihan sebagai pelaksana. (2) Dalam melakukan pelayanannya, kader pelaksana MTBS-M
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus di bawah pengawasan tenaga kesehatan yang berasal dari Puskesmas pelaksana MTBS setempat.
(3) Tenaga kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) ditetapkan oleh Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota sebagai supervisor.
iii
Pasal 6Puskesmas pelaksana MTBS setempat dan dinas kesehatan kabupaten/kota harus melakukan supervisi secara berkala terhadap pelaksanaan MTBS-M.
Pasal 7(1) Penyelenggaraan upaya kesehatan MTBS-M dilakukan melalui
kegiatan dengan pendekatan promotif, preventif, dan/atau kuratif terbatas.
(2) Pelayanan kuratif terbatas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berakhir setelah pelayanan kesehatan di daerah penyelenggara MTBS-M tersebut telah dilakukan oleh tenaga kesehatan.
(3) Dalam hal daerah penyelenggara MTBS-M sudah dinyatakan bukan sebagai daerah sulit akses pelayanan kesehatan, penyelenggaraan MTBS-M harus berakhir dan pelaksanaan pelayanan kesehatan oleh kader pelaksana difokuskan hanya pada kegiatan promotif dan preventif termasuk mempromosikan perilaku pencarian pertolongan kesehatan dan perawatan balita di rumah.
Pasal 8(1) Ketentuan lebih lanjut mengenai penyelenggaraan MTBS-M
sebagaimana tercantum dalam Lampiran Pedoman Penyelenggaraan MTBS-M yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri ini.
(2) Pedoman penyelenggaraan MTBS-M sebagaimana dimaksud pada ayat (1) digunakan sebagai acuan bagi Pemerintah, pemerintah daerah provinsi, pemerintah daerah kabupaten/kota, organisasi profesi, organisasi sosial dan keagamaan serta lembaga swadaya masyarakat yang bergerak di bidang pelayanan kesehatan ibu dan anak.
Pasal 9Pembinaan dan Pengawasan terhadap Penyelenggaraan MTBS-M dilaksanakan oleh Menteri, gubernur, bupati/walikota, dan kepala dinas kesehatan kabupaten/kota dengan mengikutsertakan organisasi profesi dan masyarakat sesuai kewenangan masing-masing.
Pasal 10Pendanaan terhadap Penyelenggaraan MTBS-M ini bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara, Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah atau sumber lainnya yang sah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
iv
Pasal 11Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.
Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Menteri ini dengan penempatannya dalam Berita Negara Republik Indonesia.
Ditetapkan di Jakarta pada tanggal 11 November 2013 MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA,
NAFSIAH MBOI
Diundangkan di Jakartapada tanggal 10 Desember 2013MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA,
AMIR SYAMSUDIN
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2013 NOMOR 1437
v
vi
DAFTAR ISTILAH DAN SINGKATAN
1. ADD : Alokasi Dana Desa2. AKABA : AngkaKematianBalita3. AKB : AngkaKematianBayi4. APBD : Anggaran Pendapatan Belanja Daerah5. APBN : Anggaran Pendapatan Belanja Nasional6. AKN : AngkaKematianNeonatus7. BBLR : BayiBeratLahirRendah8. BPS : BadanPusatStatistik9. CTPS : Cuci Tangan Pakai Sabun10. DOEN : DaftarObatEsensialNasional11. DPT-HB3 : DifteriPertusisTetanus-HepatitisB312. DTPS : District Team Problem Solving13. IMD : InisiasiMenyusuDini14. KIA : Kesehatan Ibu dan Anak15. KPKIA : Kelompok Peminat Kesehatan Ibu dan Anak16. LB1 : Laporan bulanan data kesakitan17. LPLPO : Laporan Pemakaian dan Lembar Permintaan Obat18. LiST : Lives Saved Tool19. MDGs : Millenium Development Goals20.MMD : MusyawarahMasyarakatDesa21. MP-ASI : Makanan Pendamping ASI22. MTBS : Manajemen Terpadu Balita Sakit23.MTBS-M : ManajemenTerpaduBalitaSakitberbasisMasyarakat24.Musrenbang : MusyawarahPerencanaanPembangunan25. PKK : Pendidikan Kesejahteraan Keluarga26. PLA : Participatory Learning and Action27. POA : Plan Of Action28. PMBA : PemberianMakanpadaBayidanAnak29. PNPM : ProgramNasionalPemberdayaanMasyarakat30. Podes : Potensi Desa31. PPIA : Pencegahan Penularan HIV dari Ibu ke Anak 32. PUS : Pasangan Usia Subur33. RDT : Rapid Diagnostic Test34. REACH : Reaching for Equity and Access in Child Health35. Rifaskes : Riset Fasilitas Kesehatan36. Riskesdas : Riset Kesehatan Dasar37. RPK : Rencana Peningkatan Kompetensi38. SAM : ServiceAvailabilityMapping39. SDM : SumberDayaManusia40. SIK : Sistem Informasi Kesehatan41. SMD : SurveyMasyarakatDesa
vii
viii
UCAPAN TERIMA KASIH
PedomanPenyelenggaraanManajemenTerpaduBalitaSakitberbasisMasyarakat(MTBS-M) disusun sebagai acuan bagi Pemerintah, pemerintah daerah provinsi, pemerintah daerah kabupaten/kota, organisasi profesi, organisasi sosial dan keagamaanserta lembagaswadayamasyarakatyangbergerakdibidangpelayanankesehatanibudananakkhususnyadidaerahyangsulitakses.
Penyusunan pedoman ini melibatkan Kementerian Kesehatan bekerja samadengan lembaga mitra, lintas sektor dan lintas program terkait, organisasi profesi, FakultasKesehatanMasyarakatUniversitasIndonesia,DinasKesehatanProvinsidanDinas Kesehatan Kabupaten terkait dan telah dilakukan uji coba di Kabupaten Berau, Provinsi Kalimantan Timur.
Ucapan terima kasih disampaikan kepada semua pihak yang terlibat dalampembahasan selama penyusunan pedoman ini, yaitu kepada Dinas KesehatanProvinsiAceh,JawaTengah,KalimantanTimur,Maluku,NTT,Papua,DinasKesehatanKabupaten Bireun, Brebes, Buru, Timor Tengah Selatan, Kutai Timur, Berau, dan Jayawijaya,UNICEF,WHO,ChildFund,WahanaVisiIndonesia,MCHIP,Mercycorps,PBIDI, PP IDAI, PRES FKM UI, Bappenas, dan lintas program terkait.
Direktur Bina Kesehatan Anak
dr. Jane Soepardi
ix
x
KATA PENGANTAR
Puji SyukurkamipanjatkankehadiratTuhanYangMahaEsadengankuasa-NyajugakitadapatmenyelesaikanPedomanPenyelenggaraanManajemenTerpaduBalitaSakitberbasisMasyarakat(MTBS-M). UpayapencapaiantargetMDG4dalammenurunkanAngkaKematianBayi(AKB)danAngkaKematianBalita(AKABA)mengalamiperlambatandalam10tahunterakhir.Berdasarkan SDKI, pada tahun 1991, AKB 68/1000 Kelahiran Hidup (KH) dan AKABA 97/1000 KH; tahun 2007 AKB 34/1000 KH dan AKABA 44/1000 KH serta tahun 2012 AKB 32/1000 KH dan AKABA 40/1000 KH. Untuk mencapai target AKB 23/1000 KH danAKABA32/1000KHpadaakhirtahun2015diperlukanberbagaiupayapercepatanyangterbuktiefektifdanterujiimplementasinyadilapangan. Dari hasil analisis laporan pencapaian MDG Indonesia tahun 2011, upayapercepatan penurunan angka kematian bayi dan balita perlu difokuskan terutamapadapeningkatanaksesdankualitaspelayananneonatal,menurunkanprevalensidankematianyangdisebabkanolehdiaredanpneumonia,mengurangidanmenanggulangigizi kurang dan gizi buruk serta meningkatkan cakupan imunisasi campak. Intervensiyangdilakukanuntukmenurunkankematianneonatal,bayi,danbalitameliputi intervensi baik di tingkat keluarga dan masyarakat, di tingkat pelayanankesehatandasarsertaditingkatpelayanankesehatanrujukan. Intervensiditingkatkeluargadanmasyarakatbagidaerahyangmemilikimasalahdenganaksespelayanankesehatanmemerlukanpemberdayaan/peransertaaktifmasyarakatsesuaidenganstandaryangterdapatdalamPermenkesNo.70tahun2013tentangPenyelenggaraanManajemenTerpaduBalitaSakitberbasisMasyarakat(MTBS-M). Fokus kegiatan MTBS-M diantaranya mempromosikan perilaku pencarianpertolongan kesehatan, perawatan balita di rumah dan pelatihan kepada anggotamasyarakat yaitu kader untukmelakukan pengobatan sederhana kasus bayimudadan balita sakit (diare, pneumonia, demamuntukmalaria, danmasalah bayi barulahir). Agar dapatmenyelenggarakanMTBS-M sesuai dengan kondisi dan kebutuhandaerah masing-masing, maka dibutuhkan Pedoman Penyelenggaraan ManajemenTerpadu Balita Sakit berbasis Masyarakat (MTBS-M) yang disusun sebagai acuanbagi Pemerintah, pemerintah daerah provinsi, pemerintah daerah kabupaten/kota, organisasiprofesi,organisasisosialdankeagamaansertalembagaswadayamasyarakatyangbergerakdibidangpelayanankesehatanibudananak. Kami mengucapkan terima kasih pada semua pihak yang telah berkontribusiterhadap tersusunnya pedoman ini. Kami menyadari bahwa pedoman ini masihkurangsempurna,sehinggasarandanmasukanuntukupayaperbaikansangatkamiharapkan.
Direktur Jenderal Bina Gizi dan Kesehatan Ibu dan Anak
dr. Anung Sugihantono, M.Kes
xi
xii
S A M B U T A N
Assalamu’alaikumWarahmatullahiWabarakatuh, Pertama-tamamarilahkitamemanjatkanpujisyukurkehadiratAllahSWT,bahwaatasrahmatdanhidayah-Nya,kitadapatmenyelesaikanpenyusunanbukuPedomanPenyelenggaraanManajemenTerpaduBalitaSakitberbasisMasyarakat. SurveyDemografiKesehatanIndonesia(SDKI)2012menunjukkanbahwaangkakematian neonatal (AKN), angka kematian bayi (AKB) dan angka kematian balita(AKABA) mengalami stagnan atau sedikit menurun dibandingkan hasil SDKI 2007 Target MDGs adalah menurunkan angka kematian balita (AKABA) dua pertiganyamenjadi 32 per 1000 kelahiran hidup dan angka kematian bayi (AKB)menjadi 23per1000kelahiranhiduppada tahun2015.Hal ini berartibahwa IndonesiaharusberupayakerasuntukmencapaitargetMDG4padatahun2015. Sesuai amanat Undang Undang nomor 23 tahun 2002, dalam pemenuhan hak anak untukmendapatkanpelayanankesehatan,KementerianKesehatanRItelahmelakukanberbagai upaya. Salah satupermasalahandalampelayananadalahdisparitas yangdisebabkan masalah geografis, ketersediaan ketenagaaan dan sarana. Untuk iniperlukebijakanyangberkeadilandanpemerataan (equity) dalam memprioritaskan langkah untuk menjangkau daerah sulit dan anak dari keluarga miskin terlebih dahulu. Salah satuupayaadalahpeningkatanpemberdayaanmasyarakat terhadapkesehatanterutamadidaerahyangsulitaksesterhadappelayanankesehatandenganmeningkatkanperansertakader,tokohmasyarakatdantokohagama). MTBS-Mmerupakan pendekatan pelayanan kesehatan balita terintegrasi yangbertujuanuntukmeningkatkan akses terhadapperawatanesensial bayimudadantatalaksana balita sakit di tingkatmasyarakat, fokus pada preventif, promotif dandeteksidinipenyakit.SebagaimanamandatdalamUUD1945,anakmempunyaihakuntuk hidup, tumbuh & berkembang serta mendapatkan perlindungan dari kekerasan & diskriminasi. Akhirkata,sayamengharapkandengandisusunnyapedomaninidapatmemberimanfaat sebagai acuan Dinas Kesehatan Provinsi, Kabupaten dan Kota dalam perencanaan, penerapan, monitoring dan evaluasi MTBS-M.Wabbillahitaufiqwalhidayah.Wassalamu’alaikumWarahmatullahiWabarakatuh.
Menteri Kesehatan Republik Indonesia
dr. Nafsiah Mboi, Sp.A, MPH
xiii
xiv
DAFTAR ISI
PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA iDAFTAR ISTILAH DAN SINGKATAN viiUCAPAN TERIMA KASIH ixKATA PENGANTAR xiS A M B U T A N xiiiDAFTAR ISI xv
BAB I PENDAHULUAN 1 A. LATAR BELAKANG 1 B. INDIKATOR KELANGSUNGAN HIDUP ANAK 3 C. TUJUAN 3 D. SASARAN DAN TARGET 4
BABII MANAJEMENTERPADUBALITASAKITBERBASISMASYARAKAT 5 A. PRINSIP DASAR 5 B. PAKET INTERVENSI DALAM MTBS-M 5 C. KERANGKA BERPIKIR PELAKSANAAN MTBS-M 7 D. RUANG LINGKUP PENERAPAN MTBS-M 8 E. ANALISIS SITUASI PENGEMBANGAN MTBS-M 10
BAB III PERSIAPAN PENERAPAN MANAJEMEN TERPADU BALITA SAKIT BERBASISMASYARAKAT 15 A. MEMPERSIAPKAN KELENGKAPAN DOKUMEN PENDUKUNG 15 1. DASAR HUKUM 15 2. PETUNJUK TEKNIS 15 3. INSTRUKSI KERJA 15 4. STANDAR KOMPETENSI 16 5. HAL-HALYANGHARUSDIPERHATIKANKADERPELAKSANA MTBS-M 18 B. MEMPERSIAPKAN STRUKTUR KELEMBAGAAN 19 C. LANGKAH - LANGKAH PERSIAPAN PENERAPAN MTBS-M 22 D. MEMPERSIAPKAN LOGISTIK 24
BAB IV PELAKSANAAN MTBS-M 27 A. SOSIALISASI MTBS-M 27 B. PELATIHAN BAGI PELAKSANA MTBS-M 27 C. PENERAPAN MTBS-M 28 D. SUPERVISI SUPORTIF 29
xv
E. PENYEGARANKOMPETENSIBERKALABAGIKADERPELAKSANA MTBS-M 31 F. MONITORINGPENYELENGGARAANMTBS-M 31 G. EVALUASI MTBS-M 33
BAB V PENCATATAN DAN PELAPORAN 35
BAB VI PENGEMBANGAN DAN PERLUASAN MTBS-M 37 A. PRINSIP PENGEMBANGAN DAN PERLUASAN 37 B. LANGKAH-LANGKAH PENGEMBANGAN DAN PERLUASAN MTBS-M 38
BAB VII PENUTUP 41
REFERENSI 43
LAMPIRAN 1 : CONTOH PEMETAAN 45LAMPIRAN 2 : CONTOH KODE ETIK KADER MTBS-M di PAPUA 50LAMPIRAN 3 : SUPERVISI 51LAMPIRAN 4 : FORMAT PENILAIAN KOMPETENSI KADER 55LAMPIRAN 5 : FORMAT PENCATATAN DAN PELAPORAN 56LAMPIRAN 6 : CONTOH FORMULIR RUJUKAN DAN UMPAN BALIK RUJUKAN 62
KONTRIBUTOR 63
xvi
BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Indonesia telahmenunjukkan kemajuan yang signifikan dalam penurunanangka kematian balita (AKABA) sejak tahun 1990,meskipun trend penurunanmenunjukkanperlambatandalambeberapatahunterakhiryaitu40kematianper1000kelahiranhidup(KH)danangkakematianbayi(AKB)32per1000KHpadatahun 2012 (SDKI 2012).
Sebanyak 15 (lima belas) dari 33 (tiga puluh tiga) propinsi di Indonesiamempunyai AKABA lebih tinggi dari angka rata-rata nasional, berkisar dari 42per 1000 kelahiran hidup di Provinsi Kepulauan Riau kemudian 115 per 1000 kelahiran hidup di Provinsi Papua (SDKI 2012). Hal ini menunjukkan perbedaan yang besar secara nasional dan adanya tantangan besar untukmenjawab isukeadilan (equity issue).Angkakematianbalitadikuintiltermiskindalampopulasi3,6kalilebihtinggidibandingkandalamkuintilterkaya(Utomoetal.,2011).Padaeradesentralisasi,pengukuranangkakematianberbasiskabupatentelahmenjadiisu,terutamadimanasistempencatatanvitaltidakberfungsidankelahirantidaktercatat (Heywood andChoi, 2010). Bahkandalam satu provinsi pun terdapatdisparitasyangcukupsignifikanantarkabupaten(Riskesdas2007).
Sekitar36%darikematianbalitadiIndonesiadisebabkanolehmasalahbayibarulahir(neonatal)diantaranyaasfiksia,BeratBadanLahirRendah,kelahiranprematur, infeksi bayi baru lahir, diikuti oleh diare 17,2%, pneumonia 13,2%.Padabayibarulahir(0-28hari),78,5%kematianterjadipadaminggupertamakehidupan (Riskesdas, 2007). Gizi kurang pada masa kehamilan dan kanak-kanak merupakanpenyumbangjumlahkesakitanlebihdarisepertigakematiansecaraglobal (UNICEF, 2010).
Penanganan kondisi tersebut di atas seharusnya dilakukan oleh tenagamedis yaitu dokter, namun di Indonesiamasih banyak desa yang tidak punyaakses ke pelayanan kesehatan yang diberikan oleh dokter. Pemerintah danpemerintah daerah mendukung bidan/perawat bekerja sama dengan dukununtukmelaksanakanpertolonganpersalinanyangamandanperawatanbayibarulahiryangbaik.Bidan/perawatjugadiberiwewenangtertentuuntukmemberikanpenanganan penyakit pada balita melalui Manajemen Terpadu Balita Sakit(MTBS).
Data Potensi Desa (PODES) tahun 2011menunjukkan bahwa 15% desa diIndonesia tidakmempunyai akses kepada tenaga kesehatan. Beberapa negaradengansituasiyangsamatelahmembuktikanbahwapemberdayaanmasyarakatseperti kader dan dukun dapat dilatih untukmengenali tanda bahaya umum,
1
perawatan esensial bayi baru lahir dan penyakit-penyakit utama penyebabkematianbalitasepertipneumonia,diareataumalaria.Pelatihantersebut jugamencakup penanganan penyakit sederhana lainnya serta keterampilan untukmerujuk ke tenaga kesehatan.
Perawatanesensialbayibaru lahirtermasukpromosi InisiasiMenyusuDini(IMD)danpemberianASIeksklusif terbuktidapatmencegahpenyakit-penyakittersebutdiatasdandapatmemastikanstatusgizisertadayatahantubuhbayiyangoptimal.
Berdasarkan laporan ilmiah Lancet 2005 Millenium Project 2005, penanganan pneumonia dengan antibiotik serta penanganan diare dengan oralit dan zinkmempunyai dampak besar menurunkan AKABA. Meskipun demikian proporsibalita yang menerima penanganan antibiotika untuk kasus pneumonia diIndonesiatidakdiketahui.Pemberianzinkdanoralitsudahdilakukandihampirseluruh daerah di Indonesia seiring dimasukkannya zink dalam Daftar ObatEsensial Nasional 2010 untuk pengobatan diare namun penanganan diare dengan oralitsajatahun2007hanyasekitar35%daribalitadiare(BPS,2008).
Hasil survei Baseline Program Reaching for Equity and Access in Child Health (REACH)di4(empat)kabupatendiIndonesiatahun2011(KabupatenJayawijaya,Kabupaten Buru, Kabupaten Timor Tengah Selatan dan Kabupaten Brebes) menunjukkan cakupan pemberian hanya ASI saja dalam 24 jam terakhir padabayi usia 0-6 bulan adalah sebesar 52.2%. Tetapi cakupan inimenurun tajammenjadi13.2%jikapemberianhanyaASIsajaditambahdenganmelakukanIMDdanmemberikankolostrum.Balitayangmenderitadiaredalam2mingguterakhiradalah 13.75%dan yangmendapatkan pengobatan hanya oralit 57.7%, hanyazink 10.45% dan mendapatkan oralit ditambah zink sebesar 2.75%. Sementara itu cakupanbalitapneumoniayangmendapatkanantibiotiksebesar22.15%.
Kematianibu,bayibarulahir,bayidananakbalitasertabalitagizikurangsalingterkait dengan penyebab-penyebab dasar seperti masalah ketahanan-pangan(Food-Insecurity),butahurufpadawanita,kehamilanpadausiamuda,melahirkanbayiyangtidaksehattermasukbayiberatlahirrendah.Penyebabdasarlainnyaadalahpolapemberianmakanyangkurangbaik,higieneyangburuk,aksesairbersihdansanitasiyangtidakmemadai,diskriminasidankurangdiutamakannyaibudananakterhadapaksespelayanankesehatandangizi.Diskriminasidapatdisebabkanoleh kemiskinan,marginalisasi secara geografidanpolitik, sumberdayakesehatanyangkurang,tidak responsif sertatidaksesuaidenganbudayalokal (UNICEF, 2010).
Upaya penurunan angka kematian bayi baru lahir, bayi dan anak balitamerupakan prioritas utama Kementerian Kesehatan dalam mendukung pencapaiantujuanpembangunanmilenium(MDGs)yangtertuangdalamRencanaPembangunan Jangka Menengah Nasional 2010-2014. Salah satu strateginya
2
adalahpemberdayaanmasyarakatdalamperawatanbayibarulahir,deteksidinipenyakitbalitasertameningkatkandukunganagarrujukandapatberjalansedinimungkin.
B. INDIKATOR KELANGSUNGAN HIDUP ANAK
Intervensiintiyangmenjadiindikatorkeberhasilankelangsunganhidupanakmeliputi:
1. Perlindungan tetanus neonatorum
2. Persalinan tenaga kesehatan
3. InisiasiMenyusuDini(IMD)
4. Kunjungan neonatal pertama
5. ASI Eksklusif
6. Makananan Pendamping ASI (MP-ASI)
7. Imunisasi DPT-HB3
8. Cakupan imunisasi campak
9. Balitayangtidurdibawahkelambuberinsektisida
10. Pemberian oralit dan zinc pada balita diare
11. Balitayangmendapatpengobatanmalaria
12. Rumahtanggayangmemilikiaksesfasilitassanitasi
13. Rumahtanggayangmemilikiaksesairbersih
C. TUJUAN
1. Tujuan Umum:
Meningkatkanaksespelayananbalitasakitditingkatmasyarakatyangsesuaistandar.
2. Tujuan Khusus:
a. Tersedianya pedoman operasional untuk perencanaan danpenyelenggaraanpelayanankesehatandenganMTBS-M
b. Tersedianya kebijakan dan terjadinya koordinasi yang mendukungpenyelenggaraansertapengembanganpendekatanMTBS-M
c. Meningkatnya kemampuan dan keterampilan pelaksana pelayanan ditingkatmasyarakatbesertasupervisordanpenanggungjawabprogramKesehatan IbudanAnakdalamtatalaksanadanmanajemenpelayanankesehatan dengan pendekatan MTBS-M
3
d. Menjaminkualitaspelayanankesehatananakyangsemakinmeningkat,terbuktidanberkesinambungan
e. Meningkatkan keterlibatan masyarakat dan pelaksanaMTBS-M dalammendukungpenyelenggaraanMTBS-M.
f. Meningkatkan kemitraan dan kerjasama jejaring kesehatan ibu dan anak dalam pemenuhan sisi kebutuhan (demand) pelayanansertapencarianpertolongan kesehatan.
D. SASARAN DAN TARGET
1. Sasaran :
a. Sasaran langsung; dinas kesehatan provinsi, dinas kesehatan kabupaten/kota, organisasi profesi, organisasi sosial dan keagamaan serta Lembaga SwadayaMasyarakatyangbergerakdibidangpelayanankesehatan ibudan anak.
b. Sasarantidaklangsung;balita,orangtuabalita,pengasuhbalita,keluargadanmasyarakat
2. Target:
Setiappemerintahdaerahkabupaten/kotayangmemilikidimensikesulitanaksesdanpenyediaanpelayanankesehatanditingkatdesa/kelurahan.
4
BAB II MANAJEMEN TERPADU BALITA SAKIT BERBASIS MASYARAKAT
A. PRINSIP DASAR
PendekatanpelayanankesehatandenganManajemenTerpaduBalita SakitberbasisMasyarakatdilaksanakandenganprinsipdasar:
1. Menjalin kemitraan antara fasilitas pelayanan kesehatan tingkat pertamadenganmasyarakatyangdilayaninya.
2. Meningkatkanaksesketersediaanpelayanandan informasikesehatanyangmemadaiditingkatmasyarakat.
3. Memadukan promosi perilaku sehat dalam keluarga yang sangat pentinguntuk kelangsungan hidup dan tumbuh kembang anak.
B. PAKET INTERVENSI DALAM MTBS-M
Dengan melaksanakan MTBS-M, pendekatan pelayanan kesehatan untukkelangsungan hidup anak diharapkan akan mendukung peningkatan cakupan intervensi-intervensipromotifdankuratifsebagaiberikut:1. Promosi perilaku sehat dan pencarian pertolongan kesehatan 2. InisiasiMenyusuDinidanASIEksklusif3. Menjagakehangatanuntuksemuabayibarulahir4. Perawatanmetodakanguruuntukbayiberatlahirrendah(BBLR)5. Perawatantalipusatpadabayibarulahir6. CTPS (Cuci Tangan Pakai Sabun)7. Pemakaian kelambu8. Pemberian ASI hingga 2 tahun atau lebih disertai Makanan Pendamping (MP)
ASI9. Pemberiansalepantibiotikauntukinfeksipadabayibarulahir10. Pemberianoralitdanzincuntukbalitayangmenderitadiare11. Pemberianantibiotikayangtepatuntukpneumonia(kotrimoksazolsebagai
pilihan pertama)12. Pemberian terapi kombinasi berbasis artemisinin untuk malaria
Intervensi-intervensitersebutdiatasdikemasdalampaket-paketpelayanansesuai prinsip continuum of care mulai dari bayi lahir hingga sebelum genapberusia lima tahun.
5
Catatan : paket dapat dilaksanakan pada daerah sulit akses yangmembutuhkanpelayanankesehatandenganpendekatanMTBS-Mdisesuaikandengankeadaandankondisi daerah sulit akses sepertiyang tercantumdalamBab II subbabDRuangLingkup Penerapan MTBS-M.
Paket MTBS-M bayi muda umur 0 – 2 bulan
1. Perawatanesensialbayibarulahir(essential newborn care)
2. Pengenalantandabahayabayibarulahirsertapersiapanrujukan
3. PenatalaksanaanBayiBeratLahirRendah(BBLR)
4. Penatalaksanaaninfeksipadabayibarulahir
Paket MTBS-M balita umur 2 bulan – 5 tahun
1. Pengenalantandabahayabalitasertapersiapanrujukan
2. Penatalaksanaan diare
3. Penatalaksanaan pneumonia
4. Penatalaksanaan demam
6
C. KERANGKA BERPIKIR PELAKSANAAN MTBS-M
Dalam pelaksanaaan MTBS-M diperlukan strategi-strategi dan program untuk mencapai hasil-hasil antara:
GRAFIK 1.KERANGKA KONSEP PELAKSANAAN MTBS-M
MenurunkanAngkaKematianBalita
Peningkatancakupanintervensiintikelangsunganhidupbalita di kabupaten dan kota
Hasil antara 1:Adanyakebijakan dan koordinasi institusionalyangmendukung MTBS & MTBS-M
Hasil antara 2: Peningkatan akses dan ketersediaan intervensiintidanpelayananMTBS-M
Hasil antara 3:Peningkatan kualitas pelayananMTBS-Myangterbuktidanterjamin
Hasil antara 4: Peningkatan perilaku sehat untuk mencari pertolongan pelayanankesehatan
Strategidanprogramuntuksetiaphasilantara
Sumber: Kerangka Pelaksanaan MTBS-M Global, Montreaux 2010
Fakt
or-fa
ktor
eks
tern
al/m
ulti
sekt
or
7
D. RUANG LINGKUP PENERAPAN MTBS-M
Perencanaan dan penyelenggaraan MTBS-M di daerah kabupaten/kotamerupakan bagian dari Rencana Aksi Nasional kelangsungan hidup anak.
Penyelenggaraan pelayanan kesehatan dengan pendekatan MTBS-Mditerapkan pada daerah sulit akses di kabupaten/kota. Dengan fokus kegiatan untuk mempromosikan perilaku pencarian pertolongan kesehatan, perawatanbalita di rumah dan pelatihan kepada anggota masyarakat yaitu kader untukmelakukan pengobatan sederhana kasus bayi muda dan balita sakit (diare,pneumonia,demamuntukmalaria,danmasalahbayibarulahir).Kadertersebutharus dipilih oleh masyarakat dan dilatih untuk menangani masalah-masalahkesehatanperoranganataumasyarakatsertabekerjadalamhubunganyangamatdekatdengantempat-tempatpemberianpelayanankesehatan
Penentuan wilayah dengan keterbatasan pelayanan kesehatan ditetapkanmelalui surat keputusan Bupati dan Walikota yang mengacu pada kriteriakelompokmasyarakatumumsebagaiberikut:
1. Kelompokmasyarakatyangtidakmendapatkansumberdayakesehatanyangberkesinambungan.
Dibeberapawilayah Indonesia jumlahsumberdayatenagakesehatanmasihterbatasdansebarannyatidakmerata.Perbandinganantarafasilitaspelayanankesehatandasardengan jumlah tenagakesehatanmasihbelumsesuai, hal ini menyebabkan pelayanan kesehatan tidak dapat berjalansecaraberkesinambungan.Banyakdaerahyangbelummenganggarkanbiayaoperasionalmaupunpenyediaanlogistikyangcukupuntukdapatmendukungpelayanankesehatandasarbagianakdanibusecararutin.
Dengan keterbatasan sumber daya, maka pendekatan yang dilakukanadalah melalui keterpaduan pelayanan dan melibatkan peran sertamasyarakat.
2. Kelompokmasyarakatdengankendalasosialbudaya Kelompok masyarakat yang memiliki akses ke fasilitas pelayanan
kesehatannamuntidakmemanfaatkan,karena:a. Masalahsosioekonomidansosiokultural,misalnyaadanyabudayabahwa
bayi yang belumberumur 40 hari tidak boleh keluar rumah, sehinggaorangtuatidakmaumembawabayinyakefasilitaspelayanankesehatanuntukmendapatkanpelayanan.
b. Ketidaktahuanmasyarakattentangpelayanankesehatan,manfaatsertaakibat yang akan timbul bila anak tidak mendapatkan pertolongankesehatan.
c. Kelompokmasyarakatyanghidupsecaraberpindah-pindah.d. Kelahirananakyangtidakterdaftardan/atautidakdiinginkan.
8
Pada kelompok ini sangat dibutuhkan keterlibatan lintas sektor, antropolog,organisasimasyarakat,tokohmasyarakattermasuktokohagama,dantokohadatdalamrangkapendekatan,pendidikan,danpenyebarluasaninformasitentangpelayanankesehatan.
3. Kelompokmasyarakatdengankendalageografis,transportasidanmusim.
DiIndonesiabanyakdaerahyangsulitdijangkauolehpelayanankesehatandasarrutinsepertiwilayahpegunungan,pedalaman,danrawa-rawa;pulaukecil/gugus pulau dan daerah pesisir; atau daerah perbatasan dengan negara lain, baik darat maupun pulau-pulau kecil terluar. Hambatan lain dikarenakan kondisiketersediaantransportasiumumdanrutinyangdigunakanbaikdarat,laut maupun udara (hanya 1 kali seminggu); waktu tempuh memerlukanwaktupulang-pergilebihdari6jamperjalanan;hanyatersediatransportasidenganpesawatudarauntukmencapailokasi;transportasiyangadasewaktu-waktuterhalangkondisi iklim/cuaca(sepertimusimangin,gelombang,danlain-lain)atautidaktersediatransportasiumum.
Di beberapa daerah sulit ini, mungkin terdapat fasilitas pelayanankesehatantapitanpatenagaprofesional,saranadanprasaranayangsangatminim ataumemang lokasinya sangat jauh dari tempat tinggal penduduk.Untukmasyarakat yangtinggaldidaerahkepulauanmaupunpegunungan,tenaga kesehatan dapat saja kesulitan menjangkau daerah tersebut untuk memberikanpelayanankesehatanpadamusim-musimtertentuakibatcuacayangburuk.
Pelayanan kesehatan dengan pendekatan MTBS-M merupakanpendekatanpelayanankesehatanbalitayangharusdidukungolehpemerintahdaerah, dalam hal ini terutama oleh dinas kesehatan provinsi dan kabupaten/kota.
DalammelaksanakanpelayanankesehatandenganpendekatanMTBS-M,Kaderpelaksanatidakbolehmemperlakukanpelayananyangdiberikannyasebagai praktek perseorangan/mandiri.
TatalaksanakasusdiluarpaketintervensiMTBS-Myangtelahditetapkan,harus dirujuk kader pelaksana MTBS-M ke fasilitas pelayanan kesehatandasar.
MTBS-M TIDAK DAPAT DIJALANKAN SEBAGAI PRAKTIK PERSEORANGAN
9
E. ANALISIS SITUASI PENGEMBANGAN MTBS-M
Dalam Pengembangan pelayanan MTBS-M, sangat diperlukan pemetaanketersediaanpelayanankesehatandanpembentukankelompokkerjaMTBS-Mditingkatnasional,pemerintahdaerahprovinsi,danpemerintahdaerahkabupaten/kota.Hasilpemetaandiperlukandalamrangkamemastikanbahwadaerahyangbersangkutanmerupakandaerahsulitaksesterhadappelayanankesehatan.
Analisissituasiyangdilakukanmeliputi:
1. Pemetaanketersediaanpelayanankesehatan.
Pemetaan ketersediaan pelayanan kesehatan dilakukan untuk analisissituasi yaitu menggambarkan ketersediaan pelayanan Kesehatan Ibu danAnak (KIA), tenaga kesehatan, jenisUpayaKesehatanBerbasisMasyarakat(UKBM), distribusi penyakit atau kesakitan pada balita, dan aksesibilitasmasyarakatterhadappelayanankesehatanuntukmelihatjangkauanwilayahkerjafasilitaspelayanankesehatandanjangkauanpelayanankaderkesehatan.
Pemetaan dilakukan sebagai referensi dalam perencanaan dan pengembanganMTBS-Mtermasukdidalamnyarencanaadopsi,penetapandesa, penetapan paket intervensi dan mekanisme rujukan balita sakit. Pemetaan juga bisa digunakan untuk pemantauan, evaluasi pelayananMTBS-M,pemutakhirandataketersediaanpelayanankesehatan,pengambilankeputusanstrategisterkaitpenempatantenagakesehatan,distribusilogistikdanpembiayaan.
Metode yang dapat digunakan untuk pemetaan di antaranya adalahmetode Service Availability Mapping (SAM) dan Participatory Learning and Action (PLA).
a. Pemetaan Tingkat Nasional.
Pemetaan ketersediaan pelayanan di pemerintah daerah provinsibeserta pemetaan mitra kerja dapat dilakukan melalui analisis data sekunderyangdiperolehdarisurveyPodes,Riskesdas,Rifaskes,danhasilstudilainnyasertakompilasiprofilkesehatandarisetiapprovinsi.Analisisyangdilakukanmeliputiketersediaantenaga,ketersediaaninfrastruktur,jarakatauwaktutempuhmasyarakatkefasilitaskesehatanterdekat,danjenispelayanankesehatanyangtersedia.
Pemetaanmitrakerjaditingkatnasionaldapatberkoordinasidenganpusat Kerjasama Luar Negeri Kementerian Kesehatan dan kementerian/lembaga terkait (Kementerian Perencanaan dan Pembangunan Nasional (PPN)/Bappenas, Kementerian Koordinator Kesejahteraan Rakyat,KementerianSosial,KementerianNegaraPemberdayaanPerempuandanPerlindungan Anak dan Kementerian Dalam Negeri). Pemetaan dapat dilakukan melalui survey sederhana dengan mengajukan surat atau
10
emailkepadapimpinantiap-tiapkemeterian/lembagauntukmengetahuijenis kegiatan terkait kesehatan anak yang dilaksanakan di daerahpendampingan.
(Contoh matriks pemetaan dapat dilihat di lampiran1)
Hasil pemetaan tersebut diharapkan mampu membantu dalam penentuan pemerintah daerah provinsi prioritas penerima dana pemerintahpusatdan koordinasimitra kerjaditingkatnasional untukmendukung pelaksanaan MTBS-M.
b. Pemetaan Tingkat Provinsi.
Pemetaan ketersediaan pelayanan kesehatan pemerintah daerahkabupaten/kota beserta pemetaan mitra kerja non pemerintah, organisasi masyarakat, Lembaga Swadaya Masyarakat, dan lembaga keagamaanyangbergerakdi bidangpelayanan kesehatan. Pemetaan ketersediaanpelayanan kesehatan dapat dilakukan melalui analisis data sekunderyangbersumberdarihasilsurveysepertiditingkatPusat.Pemetaanmitrakerjaditingkatpemerintahdaerahprovinsidapatberkoordinasidenganbappeda,dinas sosial,birokesejahtaraan rakyat (kesra)pemda,badanpemberdayaan perempuan dan perlindungan anak serta lintas sektorterkait. Pemetaan dapat dilakukan melalui survey sederhana denganmengajukansuratatauemailkepadapimpinantiap-tiaplembagauntukmengetahui jeniskegiatanterkaitkesehatananakyangdilaksanakandidaerah pendampingan.
(Contoh matriks pemetaan dapat dilihat di lampiran 1).
Hasil pemetaan tersebut diharapkan mampu membantu menentukan pemerintah daerah kabupaten/kota prioritas dalam penerima dana APBD ProvinsidankoordinasimitrakerjaditingkatpemerintahdaerahprovinsiuntukmendukungpenyelenggaraanMTBS-M.
c. Pemetaan Tingkat Kabupaten dan Kota.
Pemetaan ketersediaan pelayanan kesehatan di kecamatan/puskesmasbesertamitrakerjapotensialdapatdilakukanmelaluisurveyketersediaan pelayanan (Service Availability Mapping), analisis data sekunderyangdiperolehdarisurveypotensidesa(Podes)dankompilasiprofil kesehatan dari setiap puskesmas, hasil-hasil studi dan lain-lain.Analisisyangdilakukanmeliputiketersediaantenaga,infrastruktur,jaraktempuh masyarakat ke fasilitas pelayanan kesehatan terdekat, jenisfasilitas pelayanan kesehatan yang tersedia. Pemetaan mitra kerja ditingkatkabupatendankotadapatberkoordinasidenganBAPPEDA,dinassosial, bagian kesra pemda sesuai dengan sistem perencanaan yangsudahadasepertiDTPSdikabupaten/kotamasing-masing.Hasilanalisis
11
bisadiperolehmelaluirapatkoordinasipimpinantiap-tiaplembagauntukmengetahui jeniskegiatanterkaitkesehatananakyangdilaksanakandidaerah pendampingan.
(Contoh matriks pemetaan dapat dilihat di lampiran 1).
d. Pemetaan Tingkat Kecamatan/Puskesmas.
Pemetaanmeliputicakupanpelayananditingkatdesadankelurahansesuai paket intervensi kelangsungan hidup anak, ketersediaan fasilitas dantenagakesehatan.Kegiataninidapatdilaksanakanmelaluilokakaryamini.
e. Pemetaan Tingkat Desa dan Kelurahan.
Pemetaanmeliputikelompoksasaran(ibuhamil,ibumenyusui,ibubersalin, dan balita), sebaran UKBM, tenaga sukarela (kader, dukun), tokohagama,tokohmasyarakat,tokohadat,dansumberdayasetempatlainnya.Dalampemetaaninidilakukanpulaidentifikasiberbagaihambatandalam akses pelayanan kesehatan, kendala perilaku dan non perilaku,sosialbudayadankendalageografisdanfaktor lainyangberpengaruh.Pemetaan ini dapat dilakukan dengan metode Participatory Learning and Action (PLA) yangmelibatkanmasyarakat bersama kader. Kegiatan iniumumnyadikenaldenganSurveyMawasDiri(SMD).
Hasil pemetaan atau SMD digunakan untuk menetapkan masalah prioritas, merumuskan upaya-upaya mengatasi masalah tersebut,menetapkan kriteria dan jumlah kader MTBS-M dibandingkan terhadap sebarankelompoksasaran.HasilSMDdisampaikanmelaluiMusyawarahMasyarakatDesa(MMD).
2. Membentuk kelompok kerja MTBS-M.
Berdasarkan hasil pemetaan mitra kerja di atas, perlu dibentuk kelompok kerja di tingkat nasional, provinsi, kabupaten/kota denganpenanggungjawabnyaadalahsektorkesehatan.
a. Tingkat Nasional.
KelompokkerjatingkatnasionalbertugasmenetapkankebijakandanstrategipelaksanaandanpengembanganMTBS-M,menyusunpedoman
Untuk perencanaan MTBS-M, pemetaan dilakukan secara mandirioleh kabupaten dan kota, termasuk pemetaan di tingkatkecamatan dan desa/kelurahan tanpa harus menunggu
hasil pemetaan di tingkat provinsi dan nasional.
12
operasional untuk perencanaan dan pelaksanaan MTBS-M, melakukan pemetaan ketersediaan pelayanan kesehatan tingkat nasional,melaksanakananalisissituasi,menyusunrencanakerjapencapaiantujuanstrategis sesuai kerangka konsep MTBS-M, dan melakukan monitoring dan evaluasi kemajuan pelaksanaan MTBS-M.
b. Tingkat Provinsi.
Kelompokkerjatingkatprovinsibertugasmenetapkankebijakandanstrategi lokal dalam pelaksanaan dan pengembangan MTBS-M, termasuk mengembangkan pelaksanaan MTBS-M ke kabupaten/kota lainnya,melakukan pemetaan ketersediaan pelayanan kesehatan dan analisissituasi tingkat provinsi,mendampingi proses perencanaan kabupaten/kota dalam pencapaian tujuan strategis sesuai kerangka konsep MTBS-M, dan melakukan monitoring dan evaluasi kemajuan pelaksanaan MTBS-M.
c. Tingkat Kabupaten/Kota.
Kelompok kerja tingkat kabupaten dan kota bertugasmenetapkankebijakan dan strategi daerah dalam pelaksanaan dan pengembangan MTBS-M, termasuk mengembangkan pelaksanaan MTBS-M di kecamatan maupun desa/kelurahan lainnya, melakukan pemetaan ketersediaanpelayanankesehatandananalisis situasi sertamelaksanakansupervisi,monitoring dan evaluasi kemajuan pelaksanaan MTBS-M di tingkatkabupatendankota,tingkatkecamatan,tingkatdesadankelurahan.
Kelompok kerja kabupaten/kota juga mendampingi puskesmas dalam pelaksanaanlokakaryamini,perencanaandesa/kelurahan(rencanaaksimasyarakat) serta menjalin kemitraan dengan Musyawarah PimpinanKecamatan (Muspika), Pembinaan Kesejahteraan Keluarga (PKK), tokoh agama,tokohmasyarakat,tokohadat,danlain-lain.
13
14
BAB III PERSIAPAN PENERAPAN MANAJEMEN TERPADU BALITA SAKIT BERBASIS
MASYARAKAT
Sebelum melaksanakan MTBS-M, perlu dipersiapkan dasar hukum, petunjuk teknis dan kelengkapan dokumen pendukung lain seperti instruksi kerja, standarkompetensi termasuk hal-hal yang harus diperhatikan kader pelaksana MTBS-M.Tersedianya kelengkapan dokumen pendukung diharapkan dapat mewujudkanpelayananMTBS-Myangberkualitas.Disamping ituperludisusun langkah-langkahpersiapantermasukperandarimasing-masingtingkatanmulaidaritingkatprovinsisampaiketingkatdesa/kelurahan,sertamempersiapkanlogistikyangdibutuhkan.
A. MEMPERSIAPKAN KELENGKAPAN DOKUMEN PENDUKUNG
1. DASAR HUKUM
SuratKeputusanBupati/Walikotatentangkecamatansulitaksesterhadappelayanankesehatan.SementaraituPenunjukanPuskesmasPelaksanaMTBSdan desa/kelurahan MTBS-M dilakukan oleh Kepala dinas kesehatan.
2. PETUNJUK TEKNIS
Beberapapetunjuk teknis yangperludisiapkanadalahpetunjuk teknispenatalaksanaan:
a. Batuk pada balita
b. Diare pada balita
c. Demam untuk malaria pada balita
d. Infeksipadabayibarulahir
e. PerawatanmetodakanguruuntukBBLR
f. Perawatantalipusatuntukbayibarulahir
g. MonitoringpaskalatihbagipelaksanaMTBS-M
h. Supervisisuportif
i. PelatihandanpeningkatankinerjapelaksanaMTBS-M
3. INSTRUKSI KERJA
Instruksi kerja berisikan langkah-langkah yang harus dilakukan olehpelaksana MTBS-M terkait dengan paket MTBS-M termasuk langkah-langkah tatalaksanasetiapklasifikasi.Namunapabilapelaksanamengalamikendalabaca tulis, instruksi kerja ini dipegang oleh supervisor dan diberikan dalam bentuk bimbingan berkala kepada pelaksana.
15
Adapundokumeninstruksikerjayangdiperlukanterdiridari:
a. Bagan alur tatalaksana kasus untuk pelaksana.
b. Pengenalantandabahayaumum.
c. Pemberian kotrimoksazol.
d. Pemberian cairan tambahan dengan oralit.
e. Pemberian tablet zinc.
f. Pemeriksaandemamdenganmenggunakantesdiagnostikcepat(Rapid Diagnostic Test/RDT).
g. Pemberianantibiotikpadabayibarulahir.
h. Pemberiansalepmatapadabayibarulahir.
i. Perawatantalipusatpadabayibarulahir.
j. PerawatanmetodakanguruuntukBBLR.
k. Pelaksanaan rujukan.
4. STANDAR KOMPETENSI
Dalam pelayanan MTBS-M diperlukan standar kompetensi pelaksanaMTBS-M,yaitu:
a. Mampu memahami konsep waktu, sehingga di beberapa daerahdiperlukanpelatihankhususmengenaipenentuanumuranak,bayimuda(0-2 bulan) dalam “minggu” dan balita (2 bulan-5 tahun) dalam “bulan”.
b. Mampumengidentifikasi:
1) Empat tanda bahaya umum pada balita sakit, yaitu tidak bisaminum/menyusu,memuntahkansemua,kejang,bergerakhanyajikadisentuh;danmelakukanrujukanbiladidapatisalahsatudaritandabahayatersebut.
2) Tandaataugejalapenyakitpneumonia,diaredandemampadabalitadenganmelakukanpenilaian,yaitu:
a) Menghitung napas dan melihat tarikan dinding dada ke dalam.
b) Mengidentifikasidiare14hari(2minggu)ataulebih.
c) Mengidentifikasi minum dengan lahap atau tidak bisa minumdan cubitan kulit perut kembali lambat.
d) Mengidentifikasi demam dengan meraba atau menggunakantermometer serta menggunakan RDT pada daerah endemis malaria.
16
3) Mampumenentukanklasifikasipenyakitpadabalitasakit,yaitu:
a) KlasifikasiBatukBukanPneumoniadanPneumonia.
b) KlasifikasiDiareTanpaDehidrasidanDiareDenganDehidrasi.
4) Mampumenentukantindakanyang tepatsesuaidenganklasifikasi,yaitu:
a) Menasihatiibucaramenyiapkanpelegatenggorokandanperedabatuk yang aman untuk balita dengan klasifikasi Batuk BukanPneumonia.
b) Memberikotrimoksazolsebelummerujukbalitadenganklasifikasipneumonia di daerah sulit akses.
c) Memberi oralit dan tablet zinc pada balita dengan klasifikasidiaretanpadehidrasisedangkanpadabayimudahanyadiberikanoralit.
d) Memberi kotrimoksazol sebelum merujuk balita dengan diare berdarah di daerah sulit akses.
e) Memberi nasihat perawatan bayimuda di rumah, antara lain:caramenghangatkantubuhbayi,merawattalipusat,menyusuibayidenganbaikdanmeningkatkanproduksiASI.
f) Melaksanakan Perawatan Metode Kanguru (PMK) pada bayidengan berat badan lahir kurang dari 2.500 gram tanpa tanda bahaya.
g) Memotivasi ibu untuk kunjungan ulang sesuai klasifikasi danmerujuk segera apabila kondisi anak memburuk saat kunjungan ulang.
5) Mampu merujuk segera:
a) Bayimudayangmemilikisalahsatudaritandaataugejala:tidakmaumenyusuataumemuntahkansemuanya,adariwayatkejang,bergerakhanyajikadisentuh,bernapascepat60kaliataulebihper menit, suhu > 37,5 0C atau < 35,5 0C,merintih,adatarikandinding dada kedalam yang sangat kuat, mata bernanah, adapustuldikulit,pusarkemerahanataubernanah,diklasifikasikandiare dengan dehidrasi, bayi kuning atau berubah menjadikebiruan, terdapat luka di mulut atau celah bibir/langit-langit ataukondisibayimudabertambahparahketikakunjunganulang.
b) Balita yang memiliki salah satu dari tanda bahaya umum,diklasifikasikan pneumonia atau diare dengan dehidrasi, diare14hariataulebih,diareberdarah,RDTmemberikanhasilpositif,
17
demam ≥ 38,5 0C atau kondisi balita bertambah parah ketikakunjungan ulang.
c) Semuabalitayangmenunjukkangejala-gejalasakitdiluarmateripelatihanMTBS-M.
6) Mampumelakukantindakanyangdiperlukansebelummerujukbayimuda,yaitu:
a) Menasihatiibucaramenjagabayitetaphangatselamaperjalanan.
b) Jikabayimasihbisamenelan,memintaibuuntuktetapmenyusuibayinyaataumemberiASIperahuntukmencegahagarguladarahtidakturun.
c) Menulis surat rujukan.
7) Mampumengisiformulirtatalaksanabalitasakitdanbayimuda.
8) Mampumelakukanpencatatanpenggunaandanpermintaanlogistik.
5. HAL-HAL YANG HARUS DIPERHATIKAN KADER PELAKSANA MTBS-M
BeberapahalyangharusditaatiolehkaderpelaksanaMTBS-Mdiantaranyaadalah:
a. Berkomitmenuntukmelayanimasyarakat.
b. Memperhatikan kebutuhan yang berhubungan dengan kesehatanmasyarakatyangdilayani.
c. Menjaga hubungan baik dengan pelaksana MTBS-M lain.
d. Menilai,menyuluhdanmengobatisesuaipedomanyangdiberikan.
e. Tidakmelakukantindakan yangtidak tercantumdalampedomanatauyangtidakdidapatdalampelatihan(modul).
f. Tidak menuntut imbalan dari klien
g. Selalumenghargaikliendankeluarganya.
h. Tidakmelakukanperbuatanyangdapatmelanggarhukum.
i. Tidakmemberikanobatkepadabalitasakityangtidakdiperiksa.
Hal tersebut di atas adalah beberapa ketentuan yang harus dipatuhikader pelaksana MTBS-M dan dapat dikembangkan serta disesuaikan dengan kebutuhan masing-masing pemerintah daerah.
(Contoh kode etik pelaksana MTBS-M di salah satu daerah dapat dilihat di lampiran 2)
18
B. MEMPERSIAPKAN STRUKTUR KELEMBAGAAN StrukturkelembagaanditingkatKabupatendanKotaadalahsebagaiberikut:
Keterangan:
1. PenanggungjawabditingkatkabupatendankotaadalahyangbertanggungjawabterhadapprogramKIAatauprogramP2.
2. Supervisortergabungdalamtimyangmeliputi:
a. Kepala puskesmas.
b. Bidan koordinator.
c. Perawatkesehatanmasyarakat.
d. Pengelola program: ISPA, diare, malaria, imunisasi, MTBS.
e. Dokter puskesmas.
Jumlahanggotatimdisesuaikandenganjumlahdesadankelurahanbinaan,minimal 2 orang.
3. PelaksanaMTBS-Mtingkatdesadankelurahanadalahkaderkesehatan.
Secarasingkat,uraiantugasdaripenanggungjawabMTBS-Mdikabupaten/kota, supervisor di masing-masing kecamatan/puskesmas serta pelaksana MTBS-M di desa dan kelurahan dapat dilihat dalam tabel berikut ini:
Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota
PenanggungjawabMTBSdan MTBS-M Kabupaten/Kota
Supervisor (Puskesmas/Kecamatan)
Supervisor (Puskesmas/Kecamatan)
Pelaksana(Desa/Kelurahan)
Pelaksana(Desa/Kelurahan)
Pelaksana(Desa/Kelurahan)
Pelaksana(Desa/Kelurahan)
19
1. Melakukan kajian kebutu-han dan analisis situasi.
2. Mengidentifika-si pihak-pihak yangbertanggu-ngjawabdalampengembangan MTBS-M.
3. Pembentukan Tim MTBS-M di kabupaten, terintegrasi/sebagai bagian timMTBS.
4. Memastikankecukupan alat, obat dan instru-men MTBS-M melalui mekanisme perencanaan kabupaten.
5. Penyusunankerangka acuan dan rancangan anggaran.
1. PertemuantimMTBS-M dengan pihak-pihakyangbertanggungjawabdalam pengembangan MTBS-M, LP/LS.
2. Penentuan desa pelaksanaan.
3. Pemilihan supervi-sor dan pelaksana MTBS-M.
4. Melakukan adapta-sipaketpelayananMTBS-M.
5. Melaksanakanpelati-han supervisor.
6. PelatihanpelaksanaMTBS-M
7. Melakukantindaklanjut apabila ada kejadian ikutan
1. Melaksanakan supervisi terhadap supervisor• Pelaksanaan
pelatihan• Supervisiterh-
adap pelaksana MTBS-M
• Pelaksanaanmentoring di fasilitas
• Ketersediaanalat, obat dan instrumen
• KompetensiMTBS
2. Pertemuantinjauankemajuan pelaksa-naan MTBS-M• Kebijakan• Aksespelayanan• Kualitaspe-
layanan• Kebutuhan
dan pencarian pelayanan.
1. Evaluasi cakupan intervensi-intervensi utama MTBS-M di kabupaten.
2. Evaluasi dampak MTBS-M terhadap jumlahkematiansecara absolut.
3. Analisis kesenjangan cakupan sebagai input untuk peren-canaan kesehatan di kabupaten tahun selanjutnya.
Penanggung jawabkabu-paten
Perencanaan Pelaksanaan Pemantauan Penilaian
20
Supervisor
Pelaksana MTBS-M
1. Perencanaan jadwalpelati-han.
2. Perencanaan kunjungan supervisi.
3. Perencanaan. mentoring pelaksana MTBS-M.
4. Perencanaan pemenuhan kebutuhan dan distribusi alat, obat dan instru-men.
1. Mendata sasa-ran balita.
2. Menetapkan waktupermint-aan obat ke puskesmas.
1. Memfasilitasi pelatihanpelaksanaMTBS-M.
2. Melakukan kunjungan supervisi minimal sekali dalam 3 bulan.
3. Melaksanakan mentoring di fasilitas pelayananminimalsekali dalam 3 bulan.
4. Mendistribusikan alat, obat dan instrumen kepada pelaksana MTBS-M.
1. Menemukan kasus balita sakit.
2. Klasifikasitandadangejala.
3. Melakukantindakan:• Nasehat• Pengobatan• Rujukan• Tindaklanjut
4. Melakukan Kunjungan kerumahuntukbayibaru lahir.
5. Mencatat semua temuan dan tatalaksa-na dalam lembar pen-catatan balita sakit.
1. Penggunaan alat, obat dan instrumen sesuai standar
2. Kompilasi laporan bulanan pelaksa-naan MTBS-M
3. Pemantauan kepua-san klien.
4. Pertemuantinjauankemajuan pelak-sanaan MTBS-M tingkatpuskesmas:• Dukungandesa• Balitasakit
ditemukan• Ketepatan
penanganan dan rujukan.
1. Mencatat kunjun-gan balita sakit ke dalam register.
2. Mencatat kunjun-ganbayibarulahir.
3. Mencatat penggu-naan obat.
4. Mencatat kasus dirujuk.
5. Mencatat kasus meninggal
1. Penilaian cakupan balita sakit ditangani berdasarkan standar MTBS-M.
2. Penilaian keterse-diaan obat.
3. Penilaian kelengka-pan dan ketepatan pencatatan dan pelaporan.
4. Penilaian ketepatan penanganan dan rujukan.
1. Jumlah balita ditemui.
2. Jumlah balita sakit
ditangani.
3. Jumlah balita sakit yangmelaksanakankunjungan ulang
21
C. LANGKAH - LANGKAH PERSIAPAN PENERAPAN MTBS-M
1. Tingkat pemerintah daerah Provinsia. MembentukkelompokkerjaMTBS-Mtingkatprovinsi.b. Membuatpemetaanketersediaanpelayanankesehatankabupatendan
kotasertapemetaanmitrakerjapotensialditingkatprovinsi.c. Menetapkan kebijakan dan strategi lokal/daerah dalam pelaksanaan dan
pengembangan MTBS-M.d. Merencanakan alokasi biaya APBD dan dana dekonsentrasi untuk
mendukung pelaksanaan MTBS-M.
2. Tingkat pemerintah daerah Kabupaten/Kotaa. Melakukan kajian kebutuhan dan analisis situasi bagi pelaksanaan dan
pengembangan MTBS-M di kabupaten kota.b. Menetapkan kebijakan dan strategi daerah dalam pelaksanaan dan
pengembangan MTBS-M.c. Membentuk kelompok kerja atau tim MTBS-M kabupaten kota yang
terintegrasiatausebagaibagiandaritimMTBS.d. Membuat pemetaan ketersediaan fasilitas pelayanan kesehatan di
wilayahkecamatanataupuskesmassertapemetaanmitrakerjapotensialditingkatkabupatendankota.
e. Menyusunrencanakerjaanggarandankerangkaacuankegiatan.f. Mempersiapkankebutuhanalat/bahandanlogistik.g. Menentukan paket pelayanan kesehatan bayi dan balita dalam
pendekatan MTBS-M sesuai dengan kebutuhan, kemampuan dan kondisi wilayahsetempat,berdasarkananalisissebabkematianyangdilaporkandan prevalensi kasus serta kajian formatif dan prioritas kebutuhanpelayanankesehatandidaerah.
h. Melaksanakan lokakarya adaptasi modul sesuai konteks wilayah bilamasih dibutuhkan adaptasi, dengan cara:
1) Mengundang tim MTBS-M kabupaten untuk lokakarya adaptasimodul
2) Melaksanakanujilapanganyangmelibatkantokohmasyarakat,kader,supervisor dan puskesmas.
3) Mengundangprovinsiuntukdukunganteknisfinalisasidalamrangkaadaptasi modul.
4) MempersiapkanpetunjukteknispelayananMTBS-Mdankelegkapandokumenpendukunglainnya.
5) MerencanakanalokasibiayauntukmendukungpelaksanaanMTBS-M:
22
6) Fungsi pengawalan rencana anggaran yang sudah diusulkan dalamDTPSkedalammusrenbangtingkatkabupatensampaiprovinsi.
7) Memberikan dukungan teknis penyusunan Perda pelaksanaanMTBS-M kepada dinas kesehatan kabupaten.
8) Memberikan dukungan teknik penyusunan RKPD kepada timperencanaan dan anggaran dinas kesehatan.
3. Tingkat Kecamatan atau Puskesmas.
BeberapakegiatanpuskesmasyangharusdilakukandalamrangkapersiapanpelaksanaandanpengembanganMTBS-Mdiwilayahkerjanya,antaralain:
a. Bersamatimkabupaten/kotamenetapkandaerahawalpelaksanaandanpengembanganMTBS-Mdenganmempertimbangkan:
1) Komitmenkepalawilayah.
2) Ketersediaan kader atau tenaga kesehatan yang menetap di desaatau kelurahan.
3) Kemampuan daerah dan ketersediaan tenaga untuk melaksanakan supervisi.
b. MenetapkansupervisordanpelaksanaMTBS-Myangmemenuhikriteriadan standar kompetensi di daerah terpilih.
c. Menyusunrencanakerja,anggarandankebutuhanlogistikMTBS-M.
d. Memanfaatkan lokakarya mini puskesmas untuk menggalang tim danmemperoleh dukungan perencanaan pelaksanaan MTBS-M.
e. Mempersiapkan puskesmas sebagai tempat rujukan MTBS-M dari masyarakatdiwilayahkerjanya.
4. PersiapanditingkatDesadanKelurahan.
a. BersamadengantimpuskesmasmenetapkanpelaksanaMTBS-Myangsesuai dengan kriteria dan standar kompetensi.
b. Mengalokasikan dana untuk transport pelaksana MTBS-M dan rujukan.
c. Mempersiapkan pemetaan atau SMD termasuk penyiapan tenagapelaksanadanpenetapanwaktupelaksanaan.
d. Melakukan sosialisasi MTBS-M dan promosi perilaku sehat kepada masyarakat,antaralaindenganmembuatpapaninformasiataumelaluikunjungan rumah, pertemuan-pertemuan di desa dan kelurahan, di tempatibadahataudiforummasyarakatlainnya.
e. Melaksanakan MMD sebagai sarana umpan balik.
23
Catatan:1) DanalintassektortingkatdesadapatdiperolehmelaluiforumMMD.2) Fungsi pengawalan dimulai dari musrenbang desa sampai musrenbang
kabupaten.3) Fungsi advokasi pada saat musrenbang kecamatan.4) PenyusunanPOAAlokasiDanaDesa(ADD)danPNPM,bilatersedia.
D. MEMPERSIAPKAN LOGISTIK
DalamrangkamendukungpelaksanaanpelayananMTBS-Mperludisiapkanobat,peralatandanberbagaiformulir.Penyiapanlogistikiniharusdirencanakan,karena apabila tidak disiapkan dengan baik akan mengganggu kelancaranpenerapan MTBS-M.
Perhitungan logistikuntukkebutuhantahunandanbulanandilakukanolehsupervisorbersamatimpenanggung jawabMTBS-Mditingkatkabupaten/kotaberdasarkan prevalensi penyakit atau perhitungan yang ditetapkan oleh lintasprogram terkait.
1. PenyiapanObatdanAlat.
Obat-obatan yang dibutuhkan dalam pelayanan MTBS-M meliputioralit,zinc,paracetamol,gentamycininjeksi,salepmata,gentianvioletdankotrimoksazoluntukdaerahsulitakses.SedangkanperalatanyangdiperlukanadalahARItimer,timbanganbayi,termometersertaalatdanbahanuntuktesdiagnostikcepatatauRDT.
Kebutuhan oralit dan tablet zinc dapat ditentukan berdasarkan jumlah penderita diare yang datang, sedangkan perkiraan jumlah penderita diaredihitung berdasarkan perkiraan penemuan penderita, angka kesakitan diare danjumlahpendudukdisuatuwilayah.
Contoh menghitung kebutuhan oralit dan zinc:
Keterangan :
Kebutuhan Oralit =Target penemuan penderita Diare x 6 bungkus + cadangan – stok
Target penemuan penderita Diare balita =20% x angka kesakitan diare balita x jumlah balita
Angka kesakitan diare balita ( 2010) = 1,3 kali pertahun.Proporsi jumlah balita = 10 % jumlah penduduk.Cadangan = ± 10 % dari kebutuhan.
24
Maka perkiraan kebutuhan oralit pada balita =
Keterangan :
Angka kesakitan diare balita ( 2010) = 1,3 kali pertahun.
Proporsi jumlah balita = 10 % jumlah penduduk.
Cadangan = ± 10 % dari kebutuhan.
Maka perkiraan kebutuhan Zinc tablet pada balita =
2. PenyiapanFormulir.
Formulir pencatatan MTBS-M merupakan instrumen pencatatan bagi penatalaksanaan kasus batuk atau sukar bernapas, diare dan demam pada balita sakit, serta instrumen pencatatan untuk bayi muda terkait tandabahaya,tatalaksanabayiberatlahirrendah,tatalaksanainfeksidanperawatanesensialpadabayibarulahir.
Penyiapan formulir pencatatan MTBS-M perlu dilakukan untukmemperlancar pelayanan. Jumlah keseluruhan kunjungan balita sakit perbulan merupakan perkiraan kebutuhan formulir MTBS-M untuk balita selamasatubulan,sedangkankebutuhanformulirMTBS-Muntukbayimudadapatdihitungberdasarkanperkiraanjumlahbayibarulahirdiwilayahkerjapuskesmas karena sasaran tersebut akan dikunjungi oleh bidan melalui kunjungan neonatal.
20% x 1,3 x jumlah balita x 6 bungkus + cadangan - stok
Kebutuhan Zinc tablet =Target penemuan penderita Diare x 10 tab + cadangan – stok
Target penemuan penderita Diare balita =20% x angka kesakitan diare balita x jumlah balita
(Sumber:BukuPedomanPengendalianPenyakitDiare tahun2011danBuku Saku Lintas Diare untuk petugas kesehatan tahun 2011).
20 % x 1,3 x jumlah balita x 10 tablet + cadangan - Stok
25
26
BAB IVPELAKSANAAN MTBS-M
MTBS-M dilaksanakan terlebih dahulu di desa/kelurahan terpilih sesuai kriteria dengan mempertimbangkan sumber daya yang dimiliki. Selanjutnya pemerintahdaerah kabupaten/kota dan puskesmas pelaksana MTBS setempat dapat mengembangkanMTBS-Mdidesa/kelurahanlainyangadadiwilayahkerjanyasesuaikebutuhandenganmengikutilangkah-langkahpenerapanawal.
A. SOSIALISASI MTBS-M
PendekatanMTBS-Mdisosialisasikanditingkatkabupaten/kota,kecamatanataupuskesmassampaiketingkatdesa/kelurahandenganmenghadirkanunsur-unsurlintasprogram,lintassektorsertapengampuwilayah(tokohagama,tokohmasyarakat,tokohadat,dll).
Tujuan sosialisasi adalah memberikan informasi atau pemahaman tentang konsep, manfaat dan implikasi penyelenggaraan MTBS-M terhadap sistemkesehatan sehingga diperoleh dukungan penerapan MTBS-M di lapangan.
B. PELATIHAN BAGI PELAKSANA MTBS-M
Pelatihan tatalaksana balita sakit di masyarakat diawali dengan pelatihanfasilitator provinsi dan kabupaten/kota yang diharapkan akanmampumelatihsupervisorditingkatkecamatan/puskesmasyangselanjutnyadiharapkanmampumelakukan pelatihan terhadap kader pelaksana MTBS-M di tingkat desa dankelurahan.
Tujuan pelatihan bagi kader pelaksana MTBS-M adalah agar pesertamempunyaiketerampilanmemberikanpelayananatauperawatandasarkepadabalitasakitdanbayimudadidesa/kelurahanwilayahkerjanyasesuaidenganSOP/algoritme/baganklasifikasiMTBS-MbagipelaksanaMTBS-Myangakandiadopsioleh pemerintah daerah kabupaten kota.
Prosespelatihandisusunberdasarkankompetensi yangharusdicapaiolehpeserta latih. Calon kader pelaksana MTBS-M dilatih oleh fasilitator MTBS-MdengankompetensibukanhanyamengetahuimateriMTBS-Mtapijugamampumengkomunikasikan materi MTBS-M sehingga peserta pelatihan memilikipengetahuan, sikap dan keterampilan yang baik untuk dapat memberikanpelayananpadabalitasesuaistandar.
Pedoman pelatihan dibuat sedemikian rupa sehingga memudahkan prosesbelajarmengajaryangdisusunberdasarkanbuktiefektivitassuatupelatihansejenisdanupayamembangunmotivasidalamkegiatanbelajar.Dengandemikian,setiaptarget kompetensi dari kader pelaksana MTBS-M diharapkan akan diterjemahkan
27
menjadi pokok-pokok bahasan. Target kompetensi dari pelaksana MTBS-M dapat dilihat pada halaman 16.
Adapun pokok-pokok bahasan dalam pelatihan dijabarkanmenjadi tujuaninstruksional dengan mempertimbangkan metode cara belajar orang dewasayangmeliputi3halyaitu:
1. Pembekalan materi per pokok bahasan, dilakukan dengan metode ceramah dantanyajawabdenganmenggunakanbahanpresentasi,video,kartujodohdan metaplan maupun flip chart. Bagian ini dilakukan untuk memastikanpesertapelatihanmendapatkanpengetahuantentangmateriMTBS-M.
2. Internalisasimateriperpokokbahasan,yangdilakukandenganstudikasus,diskusi kelompok, permainan, bermain peran, praktek simulasi dan kunjungan lapangan.BagianinidilakukanuntukmembangunmotivasidanmeningkatkansikappesertapelatihanterkaitmateriMTBS-M.
3. Umpan balik materi per pokok bahasan yang dilakukan dalam bentukkuis/pertanyaan ataupun resume butir-butir penting yang harus diingat,disampaikanolehfasilitator.Bagianinidilakukanuntukmemastikanbahwapeserta pelatihan mendapatkan keterampilan sesuai target yang harusdicapaidalampelatihanini.
C. PENERAPAN MTBS-M
PenerapanMTBS-Mperludidukungdenganpenyiapan logistikyang terdiridari obat, peralatan kerja (formulir tatalaksana kasus, dll.). Pemenuhan kebutuhan logistiktersebutdilakukanmelalui:
- Pencatatan pemakaian dan permintaan obat serta peralatan kerja oleh pelaksana MTBS-M.
- Penyusunanlaporanpemakaiandanpermintaanobatsertaperalatankerjadari puskesmas ke dinas kesehatan (digabungkan dengan LPLPO puskesmas secara keseluruhan).
- Supervisi ke lapangan untuk melihat ketersediaan obat dan peralatan kerja pelaksana MTBS-M oleh supervisor.
PelaksanaMTBS-Mmelakukanpenilaian,klasifikasidantindakanpadabalitasakit dan bayimuda sesuaimateri yang diterima saat pelatihan. Pada kondisibalitatidakdapatditanganisendiri,kaderpelaksanaMTBS-Mdapatmemberikanpertolonganpertamasebelummerujuk.Rujukandaritingkatrumahtanggasecaraberjenjang sampai ke Rumah Sakit Umum Daerah dapat dilakukan sebagaimana baganalurrujukandibawahini.
28
BAGAN ALUR RUJUKAN
Apabilarujukankefasilitaspelayanankesehatandasartidakdimungkinkan,misalnyakarenadiluarjamkerjapuskesmasataujarakkepuskesmaslebihjauhdibanding ke rumah sakit, maka pasien dapat langsung dirujuk ke rumah sakit. Surat rujukan dari puskesmas dapat segera disusulkan setelah pasien ditangani.
D. SUPERVISI SUPORTIF
Supervisi suportifdiartikansebagaikegiatanuntukmelihatkinerja individuatauinstitusidalammelaksanakansuatuprogramdengantujuan:
1. Peningkatankinerjadankualitasmelalui kegiatanyang sistematis, terarah,berbasisdata,memberdayakantenagapelaksanasecaraberkesinambungan.
2. Penguatan sistem supervisi dari pelayanan dasar di tingkat desa danpuskesmashinggatingkatkabupatenkota.
Langkah-langkah supervisi suportif dari puskesmas/kecamatan ke pelaksanaMTBS-M adalah:
1. Menjelaskanmaksuddantujuansupervisisuportif.
2. MengamatilingkungandansuasanakerjapelaksanaMTBS-M.
3. Melakukan pengamatan ketersediaan obat, alat penunjang pemeriksaan dan formulir pencatatan MTBS-M.
Keterlibatan tokoh masyarakat, tokoh agama, tokoh adat, dan lainnya,sangat diharapkan dalam memberikan dukungan pelaksanaan
pelayanan MTBS-M.
RSUD
PuskesmasPuskesmas PembantuPolindes/Bidan Desa
Posyandu/Kader
Keluarga/Masyarakat
Tingkat Rujukan Region
Tingkat Rujukan Dasar
Tingkat Masyarakat
Tingkat Rumah Tangga
29
4. Melakukan pengamatan terhadap petugas MTBS-M pada saat sedang melaksanakan pelayanan MTBS-M atau dengan menggunakan skenariokasus.
5. Mencermati kelengkapan dan ketepatan pengisian formulir pencatatanMTBS-Myangsudahdiisi.
6. Mengisi dengan lengkap ceklis supervisi dengan memberi tanda pada bagian-bagian identifikasimasalahpelaksanaan,tindakandanmemberikanrekomendasi hasil supervisi.
7. MemberipujianterhadappelayananMTBS-Myangsudahdilakukandenganbaik dan benar. Apabila ada kekurangan, supervisor memberi saran untuk perbaikan dengan cara bersahabat.
8. Melakukan wawancara kepada orang tua atau pengasuh balita, tokohmasyarakat,tokohagama,danpemimpinlokaluntukmendapatkanumpanbalikpelayananMTBS-Myangdilakukanolehpelaksana.
9. Melengkapi laporan supervisi setiap bulan dan menyerahkan ke dinaskesehatan setempat.
10. Menandatangani register pelaksana MTBS-M saat melakukan kunjungan.
Adapunlangkah-langkahsupervisisuportifTimMTBSkabupaten/kotameliputi:
1. Menjelaskanmaksuddantujuansupervisisuportif.
2. Mendengarkan laporan tentang pelaksanaan MTBS-M di wilayah kerjapuskesmas.
3. Melakukan kajian terhadap ketepatan dan kelengkapan dokumen supervisi.
4. MengidentifikasihambatandantantanganyangdihadapidalampelaksanaanMTBS-M.
5. Menggalidanmenyepakatipemecahanmasalahdarihambatandantantanganyangditemukan.
6. Menyepakatitopikutamayangakandibahaspadapertemuanselanjutnya.
7. Melengkapikembaliobat-obatandanstoklogistikjikadiperlukan.
8. Melakukan pemeriksaan silang ke salah satu desa atau kelurahan MTBS-M dengan menggunakan ceklist supervisi.
( Contoh format supervisi dapat dilihat pada lampiran 3).
30
E. PENYEGARAN KOMPETENSI BERKALA BAGI KADER PELAKSANA MTBS-M
Berdasarkan hasil supervisi terhadap kader pelaksana MTBS-M, supervisor memberikan rekomendasi untuk perbaikan kompetensi yang tertuang dalamRencana Peningkatan Kompetensi (RPK). Apabila diketahui bahwa sebagianbesar kader pelaksana MTBS-M membutuhkan peningkatan kompetensi yangsama,makadiperlukanpelatihanpenyegaran.
Apabila hasil supervisi terhadap kader pelaksana MTBS-M dalam kurun waktusatutahunmenunjukkanhasilyangkurang,makasupervisorberkewajibanmelakukan evaluasi terhadap kader pelaksana MTBS-M yang bersangkutan(lihat Lampiran 3). Apabila kompetensi kader pelaksana MTBS-M tersebut sudah tidakmungkinditingkatkanlagi,makadirekomendasikanuntukmenggantiyangbersangkutandengantenagaterlatihyangbaru.
F. MONITORING PENYELENGGARAAN MTBS-M
Monitoring penyelenggaraan MTBS-M mengacu pada kerangka konsep“Bottleneck analysis” WHO terhadap berbagai determinan sistem pelayanankesehatanyangmeliputi:1. Kebijakan dan koordinasi2. Alokasi dana dan penganggaran3. Ketersediaan alat dan bahan4. Ketersediaansumberdayamanusiakesehatan5. Aksesgeografis6. Cakupanpelayanan
Langkah-langkah monitoring MTBS-M adalah sebagai berikut:
1. Menentukandeterminanyangakandimonitordalamperiodepelaksanaanyangtelahditentukan.
DeterminanyangakandimonitordalampenyelenggaraanMTBS-Mmengacupadapaket intervensiMTBS-Mterpilihyangmeliputi:perawatanbayibarulahir esensial, inisiasi menyusu dini dan ASI Eksklusif, penatalaksanaankasus diare, pneumonia dan demam untuk malaria. Selanjutnya untuksetiapintervensi,diperlukananalisisterhadapdeterminansistempelayanankesehatan berdasarkan data terkini.
Determinan
1. Kebijakan dan koordinasi
Pertanyaananalisisuntuksetiapintervensi
Apakahadakebijakanyangmendukungpelaksanaan intervensiterpilih?Apakah ada badan/instansi/lembaga yang mengkoordinasikankegiatan MTBS-M?
31
2. Alokasi dana dan penganggaran
3. Ketersediaan alat dan bahan
4. sumberdayamanusia kesehatan
5. Akses geografis
6. Cakupan pelayanan
Apakah tersedia alokasi anggaran untuk MTBS-M?BerapaanggaranyangdialokasikanuntukkegiatanMTBS-M?Apakah ada alokasi anggaran untuk supervisi pelaksanaan MTBS-M?
Apakah seluruh puskesmas di wilayah pelaksanaan MTBS-Mmempunyai ketersediaan alat dan bahan untuk intervensiterpilih?Apakah seluruh pelaksana MTBS-M mempunyai ketersediaanalat dan bahan untuk intervensi terpilih?
Apakah tersedia kader pelaksana MTBS-M di desa?Apakah tersedia fasilitator pelaksanaan MTBS-M di kabupaten?Apakahtersediasupervisorditingkatpuskesmas?Apakahtersediasupervisorditingkatkabupaten?
Berapakah proporsi ideal ketersediaan tenaga pelaksana MTBS-M dibandingkan:a. Jumlah balitab. Jumlah kepala keluargac. Jumlah penduduk
Berapakah cakupan terkini kunjungan atau penggunaan awaldaripelayananintervensiterpilih:a. Kunjungan neonatus pertama b. InisiasiMenyusuDinic. Promosi ASI Eksklusifd. KasusbalitasakityangditanganipelaksanaMTBS-M
Berapakah cakupan terkini kunjungan ulang atau penggunaan lanjutandariintervensiyankesterpilih:a. Kunjungan neonatus keduab. Bayi0-6bulanyangmendapatASIEksklusifc. Jumlahibuyangmendapatkankonselingmenyusuid. Balitasakityangdiklasifikasi
Berapakahcakupanberkualitasterkinidaripelayananintervensiterpilih:a. Kunjungan neonatus lengkapb. JumlahbayiyangmendapatASIEksklusifselama6bulanc. Kualitaskonselingmenyusuid. Balitasakityangmendapatpengobatansesuaidengan tingkatpelayanan.
32
Sumber data diperoleh dari formulir tatalaksana kasus, register MTBS-M, kohort bayidananakbalita,LB1,kartuibu,kartubayi,bukuKIA,danlain-lain.
Pengumpulandatatersebutdapatdilakukanmelaluipelaporanrutindanlokakaryamini puskesmas.Dalamkeadaandimanadata rutintidak tersedia,makaperludilaksanakanpengambilandataprimermelaluisurvey.
2. Merencanakan kajian tengah tahunan untuk mengidentifikasi hambatanpelaksanaan dan mengawasi perubahannya sesuai konsep analisispenyelesaianmasalah.
a. Mengukurbesarnyahambatandarisisipemberilayanan,antaralain:1) Dukungan kebijakan 2) Kecukupan alokasi dana 3) Keterampilan SDM 4) PenyebaranSDM
b. Mengukur besarnya hambatan dari sisi kebutuhan/penerimamanfaat,seperti:1) PemanfaatanpelaksanaMTBS-Molehmasyarakat2) Kepatuhan pasien terhadap kunjungan ulang
c. Menganalisiskinerjamanajemenprogramdalammelaksanakanlokakaryamini, manajemen keuangan, jaminan kesehatan dan Sistem Informasi Kesehatan (SIK).
3. Menyusun rencanaperbaikanataupenyesuaianpenyelenggaraanMTBS-Mmelalui forum DTPS. Forum ini diharapkan menghasilkan prioritas dan strategi penyelesaianmasalah, seperti advokasi kepada pengambil keputusan dantokohmasyarakat.
4. Menyesuaikanindikator, intervensidanstrategipelaksanaanMTBS-Mpadaperiodeselanjutnyaapabilasulitterukuratautidakterjadiperbaikan.
G. EVALUASI MTBS-M
Evaluasi dilakukan untuk melihat keluaran dan dampak positif ataupunnegatif dari penyelenggaraan MTBS-M berdasarkan indikator-indikator yangtelah disepakati. Hasil evaluasi dapat dijadikan bahan pembelajaran untukmelakukan perbaikan dan pengembangan MTBS-M berikutnya. Evaluasi olehDinas Kesehatan Provinsi, dan kabupaten/kota dapat dilakukan bersama-sama, paling cepat setahun setelah pelaksanaan.
Prinsip evaluasi MTBS-M adalah mengetahui relevansi terhadap program nasional, dampak terhadap penurunan jumlah kematian bayi baru lahir danbalita, efektivitas kemitraan dan pengelolaan sumber daya, kesinambunganketersediaansumberdana,sertaperubahancakupanintervensiefektif.
33
34
BAB V PENCATATAN DAN PELAPORAN
Kader pelaksana MTBS-M mencatat tatalaksana kasus pada formulir tata laksana balitasakitataubayimuda,kemudianmemasukkankelembarregisterMTBS-MdanBukuKIA.SelanjutnyapetugaspuskesmasmemindahkancatatantersebutkedalambukukohortbayiataukohortanakbalitasebagaipelayananMTBS.
Supervisor melaporkan seluruh rangkaian proses dan hasil penyelenggaraankegiatan MTBS-M sebagai informasi untuk pembelajaran bagi pihak-pihak yangberkepentingan, yangdiambil dari kaderpelaksanaMTBS-Msesuaidengan jadwalsupervisi. Laporan yang telah disusun diketahui oleh kepala puskesmas, dandikirimkankedinaskesehatankabupaten/kotasetempatminimal3(tiga)bulansekali,kemudiansecaraberjenjangkedinaskesehatanprovinsidanakhirnyakeKementerianKesehatan.
35
36
BAB VI PENGEMBANGAN DAN PERLUASAN MTBS-M
A. PRINSIP PENGEMBANGAN DAN PERLUASAN
Pengembangan dan perluasan kegiatan MTBS-M dimaknai sebagai penguatan kegiatan pada daerah binaan awal (target pertama) dan perluasanpenyelenggaraan MTBS-M untuk daerah binaan baru. Pada saat memulaiperencanaan, pemerintah daerah kabupaten/kota membuat rencana perluasan danpengembanganMTBS-Myangdimulai dariwilayahpelaksanaan awal dandikembangkankewilayahlainnya.
Untukmenambahdaerahbinaandimulaidenganmempertimbangkandesa/kelurahan sulit akses terhadap pelayanan kesehatan, tetapi memiliki potensimasyarakat dan mampu dijangkau oleh tenaga kesehatan saat melakukansupervisI. Hal ini dimaksudkan supaya fondasi kegiatan MTBS-M dapat kuattertanam untuk setiap tahap pengembangan dan perluasan. Daerah-daerahperluasantersebutdapatmenjadi“jembatan”untukperluasanpenyelenggaraanMTBS-M ke desa/kelurahan sulit akses lain hingga akhirnya seluruh wilayahpemerintah daerah kabupaten/kota tersebut akan terjangkau pelayanankesehatan melalui pendekatan MTBS-M.
Perencanaan penguatan dan perluasan ini sangat terkait dengan hasil prosesmonitoringdanevaluasi.Beberapahalyangpentingdiperhatikandalampengembangan dan perluasan kegiatan MTBS-M :
1. Komitmen untuk bermitra.
TimMTBS-Mditingkatpemerintahdaerahkabupaten/kotadankecamatanmenggalang kemitraan untuk penguatan kegiatan dan penambahan daerah penyelenggaraan MTBS-M dan menjembatani kemitraan untuk daerahbinaan baru.
2. Penguatan struktur pelaksana MTBS-M
Kelembagaan kegiatanMTBS-M di tingkat desa/kelurahan dan kecamatanharus cukup kuat sebagai bahan masukan untuk perencanaan penguatan kegiatandanperluasanpenyelenggaraandidaerahsulitaksesselanjutnya.
3. Analisis hasil monitoring dan evalusi.
TimpengelolaMTBS-Mdi tingkat pemerintahdaerah kabupaten/kota dankecamatan perlu menganalisis hasil monitoring dan evaluasi. Apabila indikator kegiatanyangditetapkanpadasistemevaluasimenunjukkanperkembanganyangbaikdanpenyelenggaraanMTBS-Mdapatberjalandalamsistemyangtelah ditetapkan, maka proses penguatan kegiatan dan perluasan daerah penyelenggaraandapatdimulai.
37
B. LANGKAH-LANGKAH PENGEMBANGAN DAN PERLUASAN MTBS-M
Dasar untuk menentukan langkah pengembangan dan perluasan kegiatan MTBS-M, adalah sebagai berikut:
1. PeningkatankualitaspenyelenggaraanMTBS-M
Peningkatan kualitas penyelenggaraan MTBS-M dilakukan denganpendekatanjaminanmutupelayananyaitumelakukandenganbenar,mulaidari mendefinisikan, merencanakan, menilai, memantau dan menjaminmutupelayananMTBS-Myangdilakukan.Dalammenentukanjaminanmutupelayanan perlu ditetapkan indikator kualitas pelaksanaan yang dimonitorsecara berkala (lihat tabel pada bab monitoring dan evaluasi).
Prosessupervisiadalahkuncidaripendekatanjaminanmutupelayanandandapat menjamin hal-hal berikut ini :a. Pelaksanaanmanajemenkasusdanmobilisasimasyarakatberjalanlebih
efektifb. Pelaksanaan manajemen kasus berjalan lebih aman dan terpantauc. Petugastermotivasidanterjagakemampuannyad. Logistiktersalurkansecaramemadaidantepatwaktue. Meningkatnyakepercayaanmasyarakatdalammemanfaatkanpelayananf. Menjadidasarpenguatandanperluasankegiatanselanjutnya.
Bila pada evaluasi ditemukan indikator yang belum berjalan dengan baik,maka penguatan terhadap komponen pelaksanaan harus dijalankan kembali melalui pembinaan dan mentoring kegiatan di lapangan atau di fasilitas pelayanankesehatanolehpengelolaprogramMTBS-M.
2. MeningkatkankebutuhanterhadaplayananMTBS-M.
KegiatanMTBS-Mmeliputiduajenispelayananyaitupromosipraktikkuncikesehatandi rumahtanggadanmanajemenkasusbalitasakit.Masyarakatharusdiberi informasi yang jelas tentangkedua jenispelayanan tersebut,sehinggamemunculkankebutuhanmasyarakatterhadaplayananini.
Usaha-usahayangperludilakukanpengelolaMTBS-MdanpetugaskesehatanuntukmeningkatkankebutuhanterhadaplayananMTBS-Madalah:a. Tim supervisor MTBS-M mengkaji ulang hasil asesmen awal apakah
pelayananyangdiberikansesuaidenganprioritas.b. TimsupervisorMTBS-Mperlumemperkenalkankepadamasyarakatsiapa
kader pelaksana yang ditunjuk danmenjelaskan tugas serta memintadukungan kemitraan dengan sistem pemerintahan desa/kelurahan.
c. Tim supervisor MTBS-M membantu mencarikan jalan keluar terhadap tantanganyangdihadapikaderpelaksanadalammemberikanpelayanankesehatandenganpendekatanMTBS-Mdimasyarakat.
38
d. PetugaskesehatanmensosialisikanlayananMTBS-MdansiapapelaksanaMTBS-Myangdapatmembantumasyarakat.
Peningkatan kebutuhan terhadap layanan MTBS-M juga dinilai dalamindikatorprogramtermasukmenilaitingkatkepuasanmasyarakat.
3. MenentukanefektivitasdankegunaankegiatanMTBS-M
Keluaran dan dampak kegiatan MTBS-M terhadap penurunan angka kematian dan kesakitan, serta peningkatan kualitas kesehatanmasyarakatsecara keseluruhan dapat digunakan sebagai bahan advokasi. Keluaran dan dampakdapatdiukurmelaluisurveyditingkatrumahtangga.Halinimungkinmembutuhkan waktu lama dan biaya tinggi. Alternatif lain pengukurankeluaran dan dampak ini dapat menggunakan data peningkatan cakupan pelayananyangdimasukkankedalamprogramkomputersepertiLives Saved Tool (LiST).
Langkah-langkah pengembangan dan perluasan MTBS-M adalah:
a. Mempertimbangkan dan menentukan secara tepat apakah akanmemperluaswilayahcakupanataumenambahpaketlayananpadasuatuwilayah.
b. Menganalisis kesiapan untuk melakukan pengembangan dan perluasan berdasarkan:1) Kesiapansistempendukungkegiatan,tenaga,petugas,pelatihan,dan
ketersediaanlogistik2) Dukungan pemangku kebijakan.3) Perencanaan penganggaran program.
c. Menjalankan rencana penguatan dan perluasan kegiatan dengan menggunakan pengalaman proses kegiatan yang telah sukses berjalandenganmemperhatikanprinsip-prinsipberikut:1) Memperluassecarabertahapuntukmemastikanbahwapaketyang
sedangdiperluastidakkehilangankomponenyangpenting.2) Melanjutkan pembinaan di daerah percontohan untuk advokasi dan
dasar dukungan.3) DimulaidaripaketpelayananMTBS-Myangtelahberjalansuksesdan
dapat memberikan contoh pelaksanaan.4) Menjalinkemitraansesuaikebutuhandanpastikansetiapmitrabaru
memilikivisiyangsama.5) Menggunakansumberdayasertasistemyangsudahadadansedang
berjalan.6) Melakukan monitoring terhadap proses dan keluaran pengembangan
dan perluasan.7) Mengantisipasihal-haldiluarperencanaan.
39
40
BAB VII PENUTUP
Pemerintahmenjaminpelayanankesehatanbayidananakbalitasesuaistandartermasukdidaerahsulitaksesdalamrangkapemenuhanhakanak.Berbagaiupayauntukpemenuhanpelayanankesehatansepertiketersediaansumberdayamanusiakesehatan,fasilitaspelayanankesehatan,sertaobatdanalatkesehatan.
Untuk daerah yang sulit akses terhadap pelayanan kesehatan bayi dan anakbalita,perludilakukanpeningkatanperansertamasyarakatmelaluipemberdayaanmasyarakat dengan upaya kesehatan dalam bentuk kegiatan dengan pendekatanpromotif, preventif, dan/atau kuratif terbatas (perawatan esensial bayi baru lahir,mengenali tandabahayaumumpadapenyakit-penyakitutamapenyebabkematianbalita seperti pneumonia, diare atau malaria, penanganan sederhana sertakemampuan merujuk ke tenaga kesehatan).
Buku ini diharapkan dapat digunakan oleh pemerintah daerah sebagai salah satu strategiuntukmemberikanpelayanankesehatanbayidananakbalitadidaerahyangsulit akses melalui kegiatan MTBS-M sesuai dengan kondisi dan kebutuhan daerah masing-masing.
41
42
REFERENSI
1. BPS 2008. Indonesia Demographic and Health Survey 2007. Calverton,Maryland,USA:BPSandMacroInternational.
2. Brian Sriprahastuti, Analisis Kebijakan Pemberdayaan Masyarakat untukPenangananBalitaSakitolehKader,ProgramStudiS3KesehatanMasyarakat, Universitas Indonesia, 2011
3. BrianSriprahastuti,AnalisisSituasiMasalahBalitaSakitdiKabupatenTTSdanAlternatifPemecahanmasalahnya,ProgramStudiS3KesehatanMasyarakat,Universitas Indonesia,2011
4. Brian Sriprahastuti, Studi Kualitatif Motivasi Ibu untuk membawa BalitaSakit Berobat ke Puskesmas di Kabupaten TTS, Program Studi S3 Kesehatan Masyarakat,UniversitasIndonesia,2010
5. ChildFund, Buku Pedoman Pelaksanaan Supervisi terhadap Kader dan PenyeliaMTBS-M,2012
6. ChildFund, Buku Pegangan Pelatih Pelatihan Penanganan Balita Sakit olehMasyarakat,2012
7. ChildFund, BukuPeganganPeserta PelatihanPenangananBalita Sakit olehMasyarakat,2012
8. ChildFund,LaporanPelaksanaanServiceAvailabilityMapping,2011
9. HEYWOOD, P.& CHOI, Y. 2010. Health systemperformance at the districtlevelinIndonesiaafterdecentralization.BMCIntHealthHumRights,10,3.
10. KEMENKES 2009. Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) 2007.
11. SOEMANTRI,S.,LUBIS,A.,AFIFAH,T.&HAPSARI,D.2009.ANALYSISOFDATASETS RELATED TO NEONATAL AND CHILD HEALTH ((Evidence from Household Surveys).Jakarta:WorldHealthOrganization.
12. UNICEF 2010. Narrowing the Gaps to Meet the Goals. New York: UnitedNationsChildren’sFund(UNICEF).
13. UTOMO, B., SUCAHYA, P. K. & UTAMI, F. R. 2011. Priorities and realities:addressing the rich-poor gaps in health status and service access in Indonesia. IntJEquityHealth,10,47.
43
44
LAMPIRANLAMPIRAN 1 : CONTOH PEMETAAN
1. Kerangka Konsep Pemetaan Ketersediaan Layanan Kesehatan
Sumber : ChildFund Indonesia, 2011
ModifikasikerangkakonsepSAMdilakukanolehBrianSriprahastuti
45
Village Mapping on Health Facilities and Services
INPUT OUTPUT
SumberDayaKesehatan(SDK)1. Dokter,Bidan,Perawat2. Bidan Desa3. Kader Kesehatan
Logistik1. Obat2. AlatDiagnostik
Sarana1. Puskesmas2. Pustu, Polindes, Poskesdes3. Posyandu
Laporan1. Kunjungan Balita Sakit2. Cakupan Program KIA
1. Aksebilitasterhadappelayanandanfasilitas kesehatan
2. Utilasifasilitaspelayanankesehatan
3. Morbiditas diare, pneumonia, malaria
2. Peta Kunjungan Kasus Diare 20 Puskesmas di Kabupaten TTS
3. Peta Ketersediaan dokter di 20 Puskesmas di Kabupaten TTS
Sumber: Laporan Midterm-REACH ChildFund, 2012
Sumber: Laporan SAM ChildFund, 2011
46
4. Peta Kunjungan Kasus Diare 20 Puskesmas di Kabupaten TTS
Sumber: Laporan SAM ChildFund, 2011
Sumber: Laporan SAM ChildFund, 2011
5. Peta Jangkauan Pelayanan Puskesmas terhadap 240 desa di Kabupaten TTS
47
Keterangan :Pemetaan dengan metode SAM di kabupaten TTS, 240 desa dikategorikan berdasarkan aksespelayanandipuskesmasdalamperiodewaktu6bulandengan6kriteriasebagaiberikut :
1. Tidakadaaksessamasekali(tidakadakunjungankepuskesmas,tidakadabidandesa)
2. Aksessangatterbatas(tidakadakunjunganpuskesmas,adabidandesatapitidaktinggalditempat)
3. Akses terbatas (tidak ada kunjungan ke puskesmas, ada bidan desa tinggal ditempat)
4. Aksescukup(adakunjungankepuskesmas,tidakadabidandesa)
5. Akses baik (ada kunjungan ke puskesmas, ada bidan desa tapi tidaktinggal ditempat)
6. Aksessangatbaik(adakunjungankepuskesmas,adabidandesatinggalditempat/siaga)
48
ModifikasivariableSAMdilakukanolehBrianSriprahastuti
6. Variabel pemetaan ketersediaan layanan kesehatan
49
VariabelSumberDayaKesehatan
Logistik
PelayananPengobatan
Promosi Kesehatan
PelayananP2M
PelayananKesling
PelayananPerbaikan Gizi MasyarakatPelayananKesehatan Anak
KriteriaAdanya ketersediaan dokter, bidan koordinator danperawatdipuskesmas;tenagakesehatanPenanggungJawab Desa di semua desa dan minimal 5 kader disemuaposyandudiwilayah kerja Puskesmasdalam6bulan terakhirAdanya ketersediaan obat dan bahan/alat diagnostikdalam 6 bulan terakhir untuk pemeriksaan dan pemgobatan balita sakit Pneumonia, Diare dan Malaria yang dibuktikan dengan Lapororan Permintaan danPenggunaan Obar (LPLPO) Ada aktivitas pemeriksaan dan pengobatan setiaphari kerja di Puskesmas dalam 6 bulan terakhir yangdibuktikandenganlaporankunjunganpasienpuskesmas
Ada kegiatan promosi ASI dilakukan dalam 6 bulan terakhiryangdibuktikandenganlaporankegiatandankehadiran peserta
Ada Pelayanan Penemuan Kasus dan PengobatanPneumonia, Diare dan Malaria pada balita yangdibuktikan dengan adanya laporan bulanan dalam 6bulan terakhirAdanya Pelayanan Kesehatan Lingkungan untukpencegahan penayakit ISPA, diare dan malaria yangdibuktikan dengan adanya laporan Program Keslingdalam 6 bulan terakhir ( 9 indikator Rumah Sehat: pencahayaan, atap, dinding, Jamban Keluarga,saranaairbersih,ventilasiudara,lantai,tempatsapah,saranapembuangan air limbah)AdanyaPelayananPerbaikanGiziMasyarakatdalam6bulan terakhir yang dapat dibuktian dengan LaporanBulanan Program Gizi (vitamin A, TTD, PMT bumil, PMT balita gizi buruk)1. AdapelayananLimaImunisasiLengkap(BCG,DPT,
Polio, Campak).2. Adapelayanankesehatanneonatal(imunisasiHb0,
pemberian vit K inj, kunjungan neonatal)3. Adapelayananpersalinandifasilitaskesehatan
yangdibuktikandenganadanyapartographterisidan laporan kunjungan ibu bersalin dalam 6 bulan terakhir
4. Adapelayananobstetrikneonatalemergensidasaryangdibuktikandenganadanyalaporankunjungandan penatalaksanaan PONED dalm 6 bulan terakhir
5. AdapelayananMTBSyangdibuktikandenganadanyaregisterbalitasakitdanlaporanbulananMTBS dalam 6 bulan terakhir
Kelas1. Dibawahminimal2. Minimal3. Baik4. Sangat Baik
1. Dibawahminimal2. Minimal3. Baik4. Sangat Baik
1. Dibawahminimal2. Minimal3. Baik4. Sangat Baik1. Dibawahminimal2. Minimal3. Baik4. Sangat Baik1. Dibawahminimal2. Minimal3. Baik4. Sangat Baik1. Dibawahminimal2. Minimal3. Baik4. Sangat Baik
1. Dibawahminimal2. Minimal3. Baik4. Sangat Baik1. Dibawahminimal2. Minimal3. Baik4. Sangat Baik
LAMPIRAN 2 : CONTOH KODE ETIK KADER MTBS-M DI PAPUA
50
KODE ETIK KADER
1. Berkomitmenuntukmelayanimasyarakat dikampungnya dantidakmembeda-bedakan
2. Tidakmengkonsumsiobat-obatanterlarang(narkoba)dantidakminumalkoholatauminumankeraslainnya(minumanlokal)
3. Tidakmainjudi,merokok,makanpinang,aibonpadasaatpelayanankesehatan
4. TidakmemintabayaranataslayanankesehatandanstatusPNS
5. Tidakmelakukantindakanyangtidaktercantum/didapatdalampelatihan
6. Melihat,menyuluhdanmengobatisesuaipanduanyangdiberikan
7. Memperhatikan kebutuhan yang berhubungan dengan kesehatan masyarakatyangdilayani
8. Memberitahukan kepada tokoh masyarakat dan puskesmas bila melakukanperjalanan keluar kampung
9. Tidakmemberikanobatkepadaibuyangtidakmembawaanaknyayangsakit
10. Selalu menjaga kerahasiaan pasien
11. Selalu menghargai pasien dan keluarga pasien
12. Menjaga kekerabatan dengan kader lain
13. Menjaga kebersihan diri (mandi), berpakaian bersih, rapi dan sopan
14. Tidakmengajarkanmateripengobatanyangdiajarkanselamapelatihankepadaoranglainkecualikepadasesamakaderyangmengikutipelatihan.
LAMPIRAN 3 : SUPERVISI
51
1. Kontrimoksazolanak/dewasa2. Oralit3. Zinc4. ARItimerberfungsi5. *RDT6. Parasetamolanak/dewasa7. Termometer berfungsi Indikator rangkuman ketersediaan Obat dan AlkesA. KetersediaanObatdanAlkes?(kriteriauntukYA:no.1-4 YA TIDAK YA TIDAK kolomAharussemuadicentang.*1-5YAuntukdaerahmalaria)B. KualitasObatdanAlkes?(kriteriauntukYA:No.1-4kolom YA TIDAK YA TIDAK Bharussemuadicentang.*1-5YAuntukdaerahmalaria)No. Topik YA TIDAK KOMENTAR8. Tempatpenyimpananbebasdarirayapdanserangga9. Tempatpenyimpananamandanterkunci10. Obat-obatan terlindungi dari sinar matahari langsung11. Obat-obatandisimpandalamsuhuyangsesuaiC. PenyimpananObatdanAlkes?(KriteriauntukYA:no.8-11 YA TIDAK kolomYAharussemuadicentang)No. Topik YA TIDAK KOMENTAR12. Buku bergambar kader tersedia13. Blanko kosong lembar pengobatan tersedia14. Blangko kosong surat rujukan tersediaD. Ketersediaanperlengkapan?(KriteriauntukYA:No.12-14 YA TIDAK KolomYAharussemuadicentang)No. Topik YA TIDAK KOMENTAR15. Kasus 1 : Lembar pengobatan lengkap dan konsisten16. Kasus 2 : Lembar pengobatan lengkap dan konsisten17. Kasus 3 : Lembar pengobatan lengkap dan konsisten18. Kasus 4 : Lembar pengobatan lengkap dan konsisten19. Kasus 5 : Lembar pengobatan lengkap dan konsistenE. Lembar pengobatan lengkap & konsisten (kriteria untuk YA TIDAK YA:Minimal3dari5kasusdicentangYA)No. Topik YA TIDAK KOMENTAR20. Tanyaumuranak?21. Tanya,lihat,danperiksaSEMUAtandabahaya?22. Tanyapenyakitanak?23. Menghitung jumlah napas benar jika batuk? (+/- nafas permenitdibandingkanstandar(pengawas,video))24. Klasifikasipenyakitbenar?25. Tepatmemutuskandiobatiataudirujuk?26. Memberikantindakanpengobatandandosisyangtepat (termasuk pemberian dosis pertama)27. Memberikankonselingyangbaik?(pesantepattemasuk lama pemberian obat DAN kapan harus kembali)F. Pengetahuantatalaksanabalitasakit?(KriteriauntukYA: YA TIDAK No.20-27kolomYAharussemuadicentang)28. Obat,alkesdanperlengkapantersediadankualitasbaik:YA/TIDAK(lingkari).(KriteriauntukYA: A,B,C,DharusYA) Jika“TIDAK”,berikankomentarapayangtelahandalakukandanapalagiyangperludilakukan.29. Kadermemenuhistandarkompetensi:YA/TIDAK(lingkari).(kriteriauntukYA:EdanFharusYA) Jika“TIDAK”,berikankomentarapayangtelahandalakukandanapalagiyangperludilakukan.
Kete
rsed
iaan
dan
kua
litas
ob
at d
an a
lkes
Penyim
pana
nob
at d
an a
lkes
Kete
rsed
iaan
perle
ngka
pan
Lem
bar p
engo
bata
nle
ngka
p &
kon
siste
nPe
nget
ahua
n ta
tala
ksan
a ba
lita
saki
t(K
asus
No.
:....
......
......
......
)Ra
ngku
man
Indikator
Tanggal : __________________________ Kampung : ______________________________NamaPengawas : __________________________ NamaKader : ______________________________
No
YA TIDAK YA TIDAK
Centang masing-masingA.
TersediaB.
Tidakkadaluwarsadantidakrusak?
T o p i k
Daftar Tilik Supervisi Kader
52
DaftartilikinidirancanguntukmembantusupervisordalammenilaikompetensidasarkaderdansistempendukungMTBS-M(misalnyaketersediaanobatdanalkes,dll).HanyakomponenutamadarikompetensidasardansistempendukungMTBS-Myangdinilaidalamdaftartilikinisehinggasupervisor bisamemfokuskanpada komponenutama ini dalammendampingi kader.Daftartilikini memberikan informasi yang bisa digunakan untuk pemantauan program dan pengambilankeputusan. Didalamalatbantuini,kolomyangpalingkiriberisitentangindikator-indikatorkunci.Kolomberikutnya menjelaskan tentang kriteria yang harus dipenuhi supaya bisa “lulus” dari masing-masing indikator. Baris yangberwarna abu-abupadabagianbawahdarimasing-masing indiktormerangkum indikatorberdasarkankriteriakelulusanyangditentukan (lulusataugagal). Infomasiiniakandimasukkandidalamlaporanbulanan.Daftartiliksupervisiinidiajarkandidalampelatihansupervisordanidealnyajugakepadakadersehinggamerekamenyadarikomponenyangditekankandalam supervisi. Penilaiantentangpengetahuantatalaksanabalitasakityangbenarsebaiknyadilakukanolehorang yangmemiliki latar belakang klinis. Penilaian tatalaksanabalita sakit dapatmenggunakanskenariokasusjikakasusnyatatidakada. SupervisorkaderharusmerangkumhasilsupervisiuntuksetiapkaderdalamlaporanbulanansupervisordanmengirimkansalinannyakeDinasKesehatan.
Cara Pengisian
Kunjungansupervisisebaiknyadirencanakandankaderyangakandisupervisisebaiknyatahu bahwa supervisor dari puskesmas akan datang mengunjunginya. Sebaiknya jadwalkunjungandisesuaikandenganjadwalposyandusehinggasupervisorbisasekalianmelakukanpelayanan kesehatan pada saat posyandu (misal imunisasi) dan kemungkinan untuk bisabertemu dengan kader lebih besar.
Supervisorsebaiknyamemperkenalkandiridanmenyapadenganramah
Bagian A dan B: Ketersediaan dan Kualitas Obat
Mintaijinkepadakadersupayaandabisamelihatkotakobatdanalatperlengkapankesehatan.
Lakukanpengamatanterhadapketersediaanobat-obatandanalkessesuaiyangadadidaftartilik:- Berikan tanda centang dikolom “Tersedia” jika masing-masing obat dan alkes tersebut
ada.
Men
jaw
ab In
dika
tor
Tujuan : Untuk memandu supervisor pada saat melakukan supervisi kepada kader. Daftartitikinimencakuppemantauanketersediaanobatdanalkes, ketersediaanperlengkapan,kualitaspelayanan,dankompetensikader.Diisi oleh : Supervisor kader Frekuensi Tiap 1 bulanDilaporkan ke : Dinas Kesehatan Frekuensi Tiap 1 bulanRegister terkait dengan : Langsung: Laporan Bulanan Kader, Laporan Pengobatan Kader (LPLPO) Pendukung: Skenario kasus Penggunaan : Ada atau Tidak ada Akses : KaderterpilihmenyediakanpelayananMTBS-M,obatdanpemeriksaan malaria. Kuallitas : Ketersediaanobatdanalkes,penyimpananobatdanalkes,kualitasobat danalkes,lembarpengobatanyanglengkapdankonsisten,pengetahuan tentang tatalaksana kasus, menghitung jumlah nafas Permintaan : Tidak ada Lingkungan : Tidak ada
53
- Berikantandacentangdikolom“Tidakkadaluarsadantidakrusak”jikamasing-masingobatdanalkes(RDT)belummasukdidalamtanggalkadaluarsayangterteradibungkusobatdanobatdanalkesdalamkeadaanbaik(tidakrusak).
Contoh: Pemeriksaan dilakukan pada 11 September 2011, maka obat dianggap tidak kadaluarsa jika tanggal kadaluarsanya adalah 12 september 2011. Jika tanggalkadaluarsanyaobatadalah11september2011makaobatinisudahkadaluarsa.
SYARAT:Obatdikatakantersediajikastokyangadamencukupiuntukmengobati5orangpasien lagi
Isi dibagian komentar jika ada keterangan penting yang perlu dituliskan, terutama terkaitdengan :- Alasankenapaobatataualkestidaktersedia- Alasankenapaobat,RDTatauAlkeskadaluarsaataurusakatautidakbefungsi
IsiIndikatorrangkumanuntukbagianpertamainisesuaidengankriteriayangtertulis
Bagian C : Penyimpangan Obat dan Alkes
Pada saatmemeriksa ketersediaan dan kualitas obat, supervisor jugamengamati tempatpenyimpananobatdanalkestersebut:- BerikantandacentangpadakolomYAjikakeadaanyangdiamatisesuaidenganmasing-
masingkomponenyangada(No.8-No.11)- BerikantandacentangdikolomTIDAK jikakeadaanyangdiamatitidaksesuaidengan
masing-masingkomponenyangada(No.8-No.11)- Yangdimaksuddenganobatdisimpanpadasuhuyangsesuai,contohnyaobatdisimpan
jauh dari api
Isiindikatorrangkumanuntukbagianinisesuaidengankriteriayangtertulis
Bagian D: Ketersediaan perlengkapan
Mintaijinkepadakadersupayaandabisamelihatbukubergambar,lembarpengobatan,danlembarrujukan.Syarat:Ketersediaanlembarpengobatanminimaluntuk5pasien.Lakukanpengamatanterhadapketersediaandokumeninisesuaiyangtertulisdidaftartilik:- BerikantandacentangdikolomYAjikadokumenyangdimaksudadaminimaluntuk5
pasien- BerikantandacentangdikolomTIDAKjikadokumenyangdimaksudtidakadaatauhanya
tersedia untuk kurang dari 5 pasien
Bagian E: Kelengkapan dan Konsistensi Lembar Pengobatan
Minta ijinkepadakadersupayaandabisamelihatkumpulan lembarpengobatanyangada sejak satu bulan terakhir. Ambil secara acak lima (5) lembar pengobatan dari kumpulan lembar pengobatan yang ada. Dari 5 lembar pengobatan yang terpilih, usahakan untukmendapatkan variasi klasifikasi sehinggamencakup semua klasifikasi penyakit yang sudahdiajarkankekader(batuk,batukdengannafascepat,tandabahaya,demam,diare)
Dari masing-masing lembar pengobatan, lihat:- Apakahkadermengisi lembarpengobatandengan lengkap : identitaspasien,menulis
tanggal lahir dan umur anak dengan benar,memeriksa tanda bahaya dan komponenlainnyasesuaidengankasusnya.
- Apakah konsisten antara masing - masing komponen di dalam lembar pengobatan ini ?
54
Kasus Konsistensi
Anak umur 2-12 bulan dengan batuk dan jumlah nafas 40 x permenit. TIDAKPada bagian nafas cepat kelompok umur 2-12 bulan diconteng
Anak umur 1-5 tahun dengan batuk dan jumlah nafas 45x permenit. YAPada bagian nafas cepat kelompok umur 1-5 tahun dicentang.Pada bagian pengobatan dicentang batuk dengan nafas cepat dankotrimoksazol untuk umur 1-5 tahun
Contoh:
Isiindikatorrangkumanuntukbagianinisesuaidengankriteriayangtertulis(YA,jika3dari5kasus lengkap dan konsisten)
Bagian F: Pengetahuan tatalaksana balita sakit
Untuk menilai pengetahuan kader tentang tatalaksana balita sakit bisa menggunakan kasus nyataatauskenariokasus.
Isirangkumanbagianinisesuaikriteriayangditulis.
Rangkuman
Didalamrangkumanterdapatduakomponenyangdilaporkan:
1. Sistem pendukung MTBS-M (ketersediaan dan kualitas obat, alkes, dan perlengkapan) UntukmenentukansistempendukungMTBS-M,kriteriadibawahinibisadipakai: IndikatorrangkumanbagianA(ketersediaanobatdanalkes)harusYA
DAN IndikatorrangkumanbagianB(kualitasobatdanalkes)harusYA
DAN IndikatorrangkumanbagianC(penyimpananobatdanalkes)harusYA
DAN IndikatorrangkumanbagianD(ketersedianperlengkapan)harusYA
Jika salah satu dari indikator rangkuman A,B,C,D adalah TIDAK, maka sistem pendukung MTBS-Mbelumberjalanbaikdansupervisorperlumelihatpenyebabdarimasalahinidanmencarijalankeluarbersamadengankaderatautingkatyanglebihtinggi(Puskesmas,Dinkes).
2. Kapasitas Kader Untukmenentukankompetensikader,kriteriadibawahinibisadipakai: Kader dikategorikan kompeten jika: IndikatorrangkumanbagianE(lembarpengobatanlengkapdankonsisten)harusYA
DAN IndikatorrangkumanbagianF(pengetahuantatalaksanabalitasakit)harusYA
Jika salah satu atau dua dari indikator rangkuman E dan F adalah TIDAK maka kader belum kompeten dan perlu mendapat pendampingan intensif.
LAMPIRAN 4 : FORMAT PENILAIAN KOMPETENSI KADER
55
Peni
laia
n K
ompe
tens
i Das
ar
Nam
a Ka
der
: ___
____
____
____
____
____
____
____
____
_
Tang
gal m
ulai
pel
atiha
n :
___
____
____
____
____
____
Nam
a Pe
nguj
i : _
____
____
____
____
____
____
____
____
___
Ta
ngga
l sel
esai
pel
atiha
n : _
____
____
____
____
____
__
PEN
ILAI
AN T
ATAL
AKSA
NA
KASU
S
INSTRU
KSI:Tulisk
anYA,TIDAK
,atauTA
(TidakAda
)untuk
Klas
ifika
si P
enya
kit :
mas
ing-
mas
ing
kom
pete
nsi
__
____
____
____
____
_
I.
Obs
erva
si kl
inis
Kom
enta
r/O
bser
vasi
Li
ngka
ri je
nis k
asus
II. S
kena
rio k
asus
III
. Kas
us v
ideo
No.
Ko
mpe
tens
i1.
Tanyaiden
titasana
k(nam
aDA
NumurDAN
jenisk
elam
in)
2.
Tanya,Lihat,PeriksaSEM
UAta
ndaba
haya
3.
Tanyamasalah
ana
kda
nbe
rapa
lama
4.
Jika
batu
k, h
itung
jum
lah
nafa
s (+/
- na
pas p
er m
enit
stan
dar)
5.
Klasifikasipe
nyakitde
ngan
ben
ar6.
Tepa
tmem
utuskanap
akah
dioba
tiatau
diru
juk?
7.
Mem
berik
antind
akan
pen
goba
tanda
ndo
sisyan
gtepa
t?
(term
asuk
pem
beria
n do
sis p
erta
ma)
8.
Mem
berik
ankon
selin
gyang
baik?(pe
santepa
ttermasuk
lam
a pe
mbe
rian
obat
DAN
kap
an h
arus
kem
bali)
Ju
mla
h YA
dan
TA
RAN
GKU
MAN
PEN
ILAI
AN D
AN R
EKO
MEN
DASI
1.
Nila
i kes
elur
uhan
(nila
i mak
simal
8):
____
____
__
2. K
lasi
fikas
i nila
i kom
pete
nsi (
cent
ang
sala
h sa
tu)
8
: Ka
der k
ompe
ten
6-
7 :
Perlu
tam
baha
n pe
ndam
ping
dila
pang
an
0-5
: Pe
rlu p
enda
mpi
ngan
dan
supe
rvisi
inte
nsif
LAM
PIRA
N 5
: FO
RMAT
PEN
CATA
TAN
DAN
PEL
APO
RAN
56
D e
s a
: _
____
____
____
____
____
____
____
__
B
ulan
Pel
apor
an
: __
____
____
____
____
____
____
____
____
____
____
_
Kec
amat
an/K
abup
aten
: __
____
____
____
____
____
____
____
_
N
ama
Bid
an D
esa/
Kad
er :
___
____
____
____
____
____
____
____
____
____
____
Tang
gal
Nam
a Ib
uN
ama
Bay
i
Tang
gal
Lahi
rTe
mpa
t La
hir
Berat Badan lahir
Kun
jung
an R
umah
P
ostn
atal
(Um
ur D
alam
Ja
m)
Tang
gal
Sak
it
Um
ur
(dal
am
hari)
Ber
at B
adan
La
hir R
enda
hG
ejal
a K
emun
gkin
an In
feks
i Bak
teri
Ber
atIn
feks
i Bak
teri
Loka
lP
enan
gana
n
Ting
kat
Kep
atuh
an
Suv
ival
Observasi
Rujuk
Pengobatan
Rumah
Fasilitas KesehatanK
N1
(6-
48 jam
)
KN
2 (3
-7ha
ri)
KN
3 (8
-28
har
i)Y
T
Tidak mau meneteki (menghisap lemah)
Bergerak hanya jika dirangsang
Tarikan dinding dada kedalam
RR > 60
Suh
u
Infeksi kulit menyebar
Merintih
Conjungtivitis/infeksi mata
Infeksi kulit lokal
Infeksi tali pusa5t
Infeksi lokal lainnya
PMK
Rencana A*
Rencana B*
Salep Tetrasiklin
Gentian violet
YT
YT
Hari ke 1
Hari ke 2
Hari ke 3
Minggu ke 1
Minggu ke 4
YT
YT
YT
2000-2500 gram
<2000 gram
T > 37,50C
T < 35,50C
Tota
l Kun
jung
an
*P
M K
: P
eraw
atan
Met
ode
Kan
ggur
u*R
enca
na A
: Ta
blet
Kot
rimok
saso
l (1
dosi
s) d
an ru
juk
untu
k in
jeks
i Gen
tam
isin
*Ren
cana
B :
Inje
ksi G
enta
mis
in d
an K
otrim
oksa
sol s
elam
a 7
hari
REG
ISTE
R PE
NG
OBA
TAN
UN
TUK
KUN
JUN
GAN
PER
TAM
A (0
SAM
PAI 2
BU
LAN
)
57
Des
a : _
____
____
____
____
____
____
____
__
Bul
an P
elap
oran
: _
____
____
____
____
____
____
____
____
____
____
__
Kec
amat
an/K
abup
aten
: __
____
____
____
____
____
____
_
Nam
a B
idan
Des
a/K
ader
: _
____
____
____
____
____
____
____
____
___
Tang
gal
Nam
a P
asie
nU
mur
(d
alam
bu
lan)
Jeni
s K
elam
inK
unju
ngan
Berat Badan
Pen
ilaia
nK
lasi
fikas
iP
engo
bata
n(F
reku
ensi
, do
sis,
dan
lam
a pe
mbe
rian
obat
)
Ruj
uk?
Jadw
al
Kun
jung
an
Ula
ng
sela
njut
nya
(Tan
ggal
)
Pel
aksn
aan
Ruj
ukan
Di
Har
i P
erta
ma?
Terp
enuh
iny
a pe
ngob
atan
pada
dua
hari
perta
ma?
Laki-Laki
Perempuan
Pertama
Kedua atau berikutnya
Bat
uk?
Dia
re?
Tera
ba P
anas
?Ta
nda
Bah
aya
Pnemunoia
Diare
Disentri
Demam Bukan Malaria
Malaria
Kotrimoksasol
Oralit
Zink
ACT
YT
YT
YT
YT
Frekuensi Pernapasan
Cub
itan
Kul
it P
erut
BerakBerdahak
Suhu
RD
T
Tidak Bisa Minum atau menetek
Memuntahkan semuanya
Riwayat Kejang
Bergerak hanya jika disentuh
Tarikan Dinding Dada Ke Dalam
Sangat Lambat
Lambat
Segera
Positif
Negatif
Tidak DiperiksaTo
tal K
unju
ngan
REG
ISTE
R PE
NG
OBA
TAN
AN
AK S
AKIT
(2 S
AMPA
I 59
BULA
N)
REG
ISTE
R BA
YI B
ARU
LAH
IR D
ENG
AN B
ERAT
BAD
AN L
AHIR
REN
DAH
(BBL
R)
58
Des
a :
Nam
a Ka
der
:N
o. H
P :
No
Nam
a Ib
uAl
amat
Ib
uU
mur
Ib
uKe
ham
ilan
ke-
Bayi
an
ak
ke-
Tang
gal
Lahi
rJe
nis
pers
alin
anBB
LJe
nis
kela
min
Tang
gal
mul
ai P
MK
BB pada
sa
at
PMK
Kunj
unga
nke
-1Ku
njun
gan
ke-2
Kunj
unga
nke
-3Ku
njun
gan
ke-4
Berh
enti
PMK
Har
i/bul
an/
tahu
nN
orm
al/
oper
asi/
lain
nya
gram
Laki
lak
i/-
pere
mpu
anH
ari/b
ulan
/ta
hun
gram
Tgl
BBTg
l B
BTg
lBB
Tgl
BBTg
lBB
Han
ya d
iisi b
ila b
ayi B
BLR
tela
h m
enda
patk
an P
MK
sebe
lum
nya
di R
umah
Sak
it da
n M
elan
jutk
an d
i rum
ah
Tang
gal d
ipul
angk
anBB
Pad
a sa
at
dipu
lang
kan
Lam
anya
di R
SSt
atus
saa
t dip
ulan
gkan
Peny
ebab
m
enin
ggal
Antib
iotik
dib
erik
anKo
mpl
ikas
i
Har
i/bul
an/ta
hun
gram
Diru
juk,
pul
ang
send
iri, h
idup
at
au m
enin
ggal
Pneu
mon
ia, s
epsi
s,
lain
nya
Ya/ti
dak
Mis
alny
a se
psis
, ses
ak,
lain
nya
59
Nam
a S
uper
viso
r
:
____
____
____
____
____
____
____
____
___
Bul
an
: __
____
____
____
____
____
____
__
Nam
a Fa
silit
as P
elay
anan
Kes
ehat
an :
____
____
____
____
____
____
____
____
____
K
ecam
atan
/Kab
upat
en :
____
____
____
____
____
____
____
_
Nam
a Te
naga
K
eseh
ata
n /
Kad
er
Nam
a D
esa
Jum
lah
Pers
alin
an
Tem
pat l
ahir
Kun
jung
an R
umah
Pos
tnat
al
(um
ur D
alam
Jam
dan
Har
i) B
idan
mel
aksa
naka
nnya
se
baga
i KN
Ber
at B
adan
La
hir R
enda
hG
ejal
a K
emun
gkin
an in
feks
i B
akte
ri B
erat
Infe
ksi B
akte
ri Lo
kal
Pen
anga
nnan
Kes
ehat
anH
asil
Pen
goba
tan
Ket
eran
gan
Lahi
r-m
ati
Lah
ir-
Hid
up
Ru
mah
Fasi
litas
P
elay
anan
K
eseh
atan
KN
1
(6-4
8ja
m)
KN
2 (3
-7
hari)
KN
3
(8-2
8 ha
ri)
YT
tidak mau meneteki (menghisap lemah)
bergerak jika hanya dirangsang
tarikan dinding dada ke dalam
RR>60
suhu
Kejang
conjungtivitis/infeksi mata
infeksi kulit lokal
Infeksi Tali Pusat
Infeksi Lokal Lainnya
PMK
Rujuk
Penanganan Sepsis
salap Tetrasiklin
Gentianviolet
Ruj
uka
n
Pel
aks
anaa
n
PM
K-A
SI
Eks
klu
sif
Pen
gem
balia n
sembuh
Status survival
Dukun
Bidan desa
2000-2500 gram
< 2000 gram
T > 37,5 0C
T<35,50C
YT
YT
YT
YT
YT
YT
YT
Tot
al
*PM
K :
Per
awat
an M
etod
e K
angg
uru
*Um
ur T
ulis
"1" (
jika
umur
< 1
bul
an);
Tulis
"2" (
Jika
um
ur >
1 b
ulan
)*S
embu
h : J
ika
kasu
s ya
ng d
itang
ani o
leh
petu
gas
berh
asil
*Sta
tus
Sur
viva
l : T
ulis
"1" (
Jika
Hid
up);
Tulis
"2" (
Jika
Men
ingg
al)
LAPO
RAN
BU
LAN
AN U
NTU
K BA
YI U
MU
R 0-
2 BU
LAN
60
Nam
a S
uper
viso
r
:
___
____
____
____
____
____
____
____
B
u l
a n
:
___
____
____
____
____
____
____
____
____
____
____
____
____
_
Nam
a Fa
silit
as K
eseh
atan
: __
____
____
____
____
____
____
____
_
Kec
amat
an/K
abup
aten
: __
____
____
____
____
____
____
____
____
____
____
____
____
__
Tang
gal
Nam
a B
idan
/Kad
erD
esa
Kel
ompo
kU
mur
(bul
an)
Jeni
s K
elam
inK
unju
ngan
R D
TTa
nda
Bah
aya
Kla
sifik
asi
Ruj
ukJa
dwal
K
unju
ngan
Ula
ng
sela
njut
nya
(Tan
ggal
)
Jadw
al
Kun
jung
an
Ula
ng
sela
njut
nya
(Tan
ggal
)
Pel
aksn
aan
Ruj
ukan
D
i Har
i P
erta
ma?
Bid
an/K
ader
m
enda
patk
an
peng
awas
an
bula
n in
i (Y/
T)
Kua
litas
Ket
eran
gan
1-11
11-40
Laki-laki
Perempuan
Pertama
Kedua Berikutnya
Positif
Negatif
Tidak Diperiksa
Tidak Bisa Minum atau MeneTEK
Memuntahkan semuanya
Riwayat Kejang
Bergerak hanya jika disentuh
Tarikan Dinding Dada Ke Dalam
Pnemunonia
Diare
Disentri
Demam Bukan Malaria
Malaria
YT
YT
YT
YT
Manajemen Kasus
Konsistensi Pengobatan
Kwalitas Register
Logistik
Ketersediaan Obat
Manajemen Masyarakat
Tota
l
LAPO
RAN
BU
LAN
AN U
NTU
K AN
AK U
SIA
2- 5
9 BU
LAN
61
Jum
lah
tota
l kad
er y
ang
dila
tih M
TBS
-M :
____
____
____
____
____
____
____
____
_
Nam
a pe
ngaw
as :
____
____
____
____
____
____
____
_
K
ecam
atan
/Kab
upat
en :
____
____
____
____
____
____
____
____
Pus
kesm
as
: __
____
____
____
____
____
____
___
B u
l a
n
: _
____
____
____
____
____
____
____
____
Tulis
jum
lah
pasi
en a
tau
tand
a co
ntre
ng s
esua
i den
gan
kolo
m y
ang
ters
edia
Kad
er
lapo
r bu
lan
ini
Jeni
s ke
lam
in
(Jum
lah)
Kun
jung
an
lanj
utan
(J
umla
h)
Men
ingg
al
(Jum
lah)
Kad
er
diku
njun
gi
bula
n in
i
Oba
t &
perle
ngka
pan
ada
Kom
pete
nsi
kade
r bai
k U
mur
Kla
sifik
asi
Ruj
uk
(Jum
lah)
(Jum
lah)
(Jum
lah)
Nam
a K
ader
Kam
pung
Ya
Tidak
0-2 bln
2-11 bln
1-5 thn
Laki-laki
Perempuan
Tanda bahaya
Batuk tanpa napas cepat
Batuk dengan Napas cepat
Mencret kurang dari 14 hari
Mencret lebih dari 14 hari
Mencret berfdarah
Demam
Malaria
Ya
Tidak
Ya
Tidak
0-2 bln
2-11 bln
1-5 thn
Ya
Tidak
Ya
Tidak
Baik
Tidak Baik
Tota
l
Yan
g m
elap
orka
n,
Sup
ervi
sor
NIK
:
Men
geta
hui,
Kep
ala
Pus
kesm
as
NIK
:
LAPO
RAN
BU
LAN
AN S
UPE
RVIS
OR
LAMPIRAN 6 : CONTOH FORMULIR RUJUKAN DAN UMPAN BALIK RUJUKAN
TenagaKesehatan/Kaderharusmengisisemuabagianyangkosong,1. Formulir Rujukan Tenaga Kesehatan/Kader (disimpan oleh tenaga kesehatan/kader)Nama Pasien :______________________ Usia : ___________ laki-laki/perempuanNamaPengasuh&Hubungannyadengananak:_____________________________Desa/Kec : _______________ Tanggal Rujukan : _______________ Pukul : _______Dirujuk ke (Nama Fasilitas Kesehatan) : ____________________________________Keluhan Utama : ______________________________________________________Klasifikasi:__________________________________________________________Pengobatanyangdiberikan:________________________________________________________________________________________________________________PengenalDaruratdiberikan:Ya/Tidak
2. Formulir Rujukan Tenaga Kesehatan/Kader (disimpan di fasilitas kesehatan)NamaPetugasKesehatan/Kaderyangmerujuk:_____________________________Nama Pasien : _________________Usia : _______________laki-laki/perempuanNamaPengasuh&Hubungannyadengananak:_____________________________Desa/Kec : _______________ Tanggal Rujukan : ____________ Pukul : __________Dirujuk ke (Nama Fasilitas Kesehatan) : ____________________________________DiagnosisdanKlasifikasi:_______________________________________________Pengobatanyangdiberikan:________________________________________________________________________________________________________________
3. Formulir Umpan Balik Tenaga Kesehatan/Kader (dikembalikan Kepada Tenaga kesehatan/Kader Oleh Keluarga)Nama Pasien : __________________Usia : _______________laki-laki/perempuanNamaPengasuh&Hubungannyadengananak:_____________________________Desa/Kec:______________________NamaTenagaKesehatan/Kaderyangmerujuk:___________________________________________________________________Fasilitas Kesehatan (Nama) : ___________________________________________Dirujuk Pada (Tanggal) : _______________ Tiba Pada Tanggal : _______ Pukul : ___Kondisi Pasien Pada Saat Dirujuk (Tiba) : _____________________________________________________________________________________________________DiagnosisdanKlasifikasi:_______________________________________________Pengobatanyangdiberikan:____________________________________________InstruksiTerhadapTenagaKesehatan/Bidanyangmerujuk:______________________________________________________________________________________Tanggal Kunjungan Ulang : _____________________________________________Umpan Balik Oleh (Nama dan Jabatan) : __________________________________
Formulir Rujukan dan Umpan Balik Rujukan
62
dr. Kirana Pritasari,MQIH (Kemenkes RI)dr.RinniYudhiPratiwi,MPET(KemenkesRI)dr.ErnaMulati,MScCMFM(KemenkesRI)dr.H.EniGustina,MPH(KemenkesRI)Sundoyo,SH,MKM,MH(KemenkesRI)Nuryani,SKM(KemenkesRI)Widiawati,SKM,MKM(KemenkesRI)dr.Worowidjat(KemenkesRI)dr.SitiNadiaTarmizi,M.Epid(KemenkesRI)PurwantaSH,MH(KemenkesRI)drg. Rini Noviani, M.Kes (Kemenkes RI)DantiKamalia,SH(KemenkesRI)LuckyIstiGupitasari,SH(KemenkesRI)ArifAwaludinAshar,SGz(KemenkesRI)drg.KartiniRustandi,M.Kes(KemenkesRI)dr.LeniYusriaty(KemenkesRI)dr. Minerva TS (Kemenkes RI)dr.YullitaEvarini,MARS(KemenkesRI)dr. Maria Sondang Margaret (Kemenkes RI)dr.KarnelyHerlena(KemenkesRI)dr.YettyMPSilitonga(KemenkesRI)dr. Mujaddid, MMR (Kemenkes RI)AsteriaUnikPrawati,SKM,M.Kes(KemenkesRI)Eli Zabet, SKM, M.Kes (Kemenkes RI)dr.NindyaSavitri,MKM(KemenkesRI)drg.R.EdiSetiawan,MKM(KemenkesRI)dr. Melda Gloria Manurung (Kemenkes RI)dr.LovelyDaisy,MKM(KemenkesRI)dr.FarselyMranani(KemenkesRI)dr. Berta Pasaribu, MARS (Kemenkes RI)R.DanuRamaditya(KemenkesRI)dr. Hasnani, M.Kes (Dinkes Prov Aceh)dr.SulasmiYeddi,MHSM(DinkesProvAceh)dr.Yuswanti,M.Kes(DinkesProvJawaTengah)Rita Novianingrum, SKM, M.Kes (Dinkes Prov Jateng)NurAsiyah(DinkesProvKaltim)Meliana(DinkesProvKaltim)Jekie L Pasande (Dinkes Prov NTT)JoyceTibuluji,SKM,M.Kes(DinkesProvNTT)Johana Rahail, M.Kes (Dinkes Prov Maluku)HalimahMarasabessy,SKM,M.Kes(DinkesProvMaluku)
drg.JosepR.Radyatmaka,M.Kes,MH(DinkesProvPapua)dr. Mariana (Dinkes Prov Papua)drg. Agnes Ang (Dinkes Prov Papua)dr. Amir Addani, M.Kes (Dinkes Kab Bireun)HadiAlawi,SKM(DinkesKabBrebes)dr. Rudi Pangarsaning Utami (Dinkes Kab Brebes)Drs.Moch.AgusWakhid,M.Kes(DinkesKabBrebes)BerinceS.SYalla,SKM,M.Kes(DinkesKabTTS)dr. Hosianni In Rantau (Dinkes Kab TTS)RobinsonLimohay(DinkesKabTTS)SitinaMashitaMarasabessy(DinkesKabBuru)drg. Theresia Hendrajani (Dinkes Kutai Timur)dr.HalijahYasin(DinkesKabBerau)dr.FranDaudRanto(DinkesKabJayawijaya)AgustinusAronggear,AmdKep(DinkesKabJayawijaya)OliphinaRumbekwan,AmdKeb(DinkesKabJayawijaya)AgustinaParrangan(DinkesKabJayawijaya)Agus Ginanjar (Bappenas)Prof. Dr. dr. Nasrin Kodim, MPH (PRES FKM UI)dra. Oktarinda, MSi (FKM UI)Dr.dr.RahmatSentika,SpA,MARS(PBIDI)dr.MartinWeber,PhD(WHO)dr.HannyRoespandi(WHO)dr.IrfanRiswan(WHO)dr.BudhiSetiawan,MPH(UNICEF)dr.RatihWoelandaroe,MSc(UNICEF)dr.BobbyMarwalSyahrizal,MPH(UNICEF)Armunanto, SKM, MPH (UNICEF)dr. Vama Chrisnadarmani, MPH (UNICEF NTT)dr. Fachmi Sinurat (MCHIP)Mia Pesik (MCHIP)dr. H. Sakkar (MCHIP)dr. Fitria Razali (MCHIP)dr.RizaSeptiani(MCHIP)dr.SriKusumaHartani(MercyCorps)dr.FransiskaE.Mardiananingsih,MPH(MercyCorps)dr.SigitSulistyo,MPH(WVI)dr.NurlelyBethesdaSinaga,MKM(WVI)dr.AnastasiaAsyilia(WVI)DR.dr.BrianSriprahastuti,MPH(ChildFun)
KONTRIBUTOR
63
64