Page 1
v
KATA PENGANTAR
Dengan memanjatkan puja dan puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atau
Ida Sang Hyang Widhi Wasa, karena atas Asung Kerta Wara Nugraha-Nya skripsi ini
dapat terselesaikan. Judul yang diangkat dalam skripsi ini adalah “AKIBAT HUKUM
TERHADAP PENERIMA FIDUSIA APABILA TIDAK MELAKUKAN
PENDAFTARAN SECARA ELEKTRONIK” dimana penulisan skripsi ini adalah
merupakan persyaratan untuk memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Hukum
Universitas Udayana, serta sebagai salah satu perwujudan tanggung jawab untuk
memberikan sumbangan ilmu pengetahuan yang lebih khususnya tentang ilmu hukum.
Berbagai, hambatan, dan persoalan tidak sedikit muncul dalam proses
penyelesaian skripsi ini, karena menyadari akan keterbatasan kemampuan, namun
semua dapat dilewati dengan adanya bantuan dan dorongan dari berbagai pihak.
Melalui kesempatan ini saya ucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Bapak Prof. Dr. I Made Arya Utama, S.H., M.H. Dekan Fakultas Hukum
Universitas Udayana.
2. Bapak Dr. Gede Made Swardhana, S.H., M.H. Pembantu Dekan I Fakultas
Hukum Universitas Udayana.
3. Ibu Dr. Ni Ketut Sri Utari, S.H., M.H. Pembantu Dekan II Fakultas Hukum
Universitas Udayana.
4. Bapak Dr. I Gede Yusa, SH.,MH. Pembantu Dekan III Fakultas Hukum
Universitas Udayana.
Page 2
vi
5. Bapak Anak Agung Gede Oka Parwata, SH., Msi. Ketua Program Ekstensi
Fakultas Hukum Universitas Udayana.
6. Bapak Anak Agung Ketut Sukranatha, SH., MH. Sekretaris Program Ekstensi
Fakultas Hukum Universitas Udayana.
7. Ibu Dr.Desak Putu Dewi Kasih, SH., M.Hum. Pembimbing I yang telah banyak
memberikan bimbingan dan masukan dalam penulisan skripsi ini.
8. Bapak Suatra Putrawan, SH.MH. Pembimbing II yang telah banyak memberikan
arahan dan telah bersedia meluangkan waktunya untuk membimbing.
9. Bapak/Ibu Dosen yang telah berjasa dalam memberikan ilmu pengetahuan
khususnya Ilmu Hukum.
10. Bapak/IbuPegawai Tata Usaha pada Fakultas Hukum Universitas Udayana yang
selama masa studi Hukum dengan sabar memberikan pelayanan hingga akhir
masa studi.
11. Para informan yang telah banyak memberikan masukan-masukan dalam
penysunan skripsi ini.
12. Seluruh keluarga, bapak dan ibu, kakak yang dengan segenap kemampuan serta
semangat selalu mendorong saya dalam menempuh cita-cita.
13. Terimakasih saya ucapkan kepada teman-teman saya atas saran-saran dan
memberikan dorongan untuk saya dalam menyelesaikan skripsi.
Page 3
vii
Semoga penulisan skripsi ini dapat memberikan manfaat serta menambah
pengetahuan bagi pembaca. Akhirnya, kritik dan saran sangat diharapkan untuk
kesempurnaan skripsi ini.
Denpasar, 2 November 2016
Penulis
Page 4
ix
DAFTAR ISI
HALAMAN
HALAMAN SAMPUL DEPAN ............................................................................ i
HALAMAN PERSYARATAN GELAR SARJANA HUKUM .............................. ii
LEMBARAN PERSETUJUAN PEMBIMBING .................................................... iii
HALAMAN PENGESAHAN PANITIA PENGUJI SKRIPSI ................................ iv
KATA PENGANTAR ........................................................................................... v
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN .................................................................. viii
DAFTAR ISI ......................................................................................................... ix
ABSTRAK ............................................................................................................ xiii
ABSTRACT ............................................................................................................ xiv
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah .................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................. 7
1.3 Ruang Lingkup Masalah .................................................................... 7
1.4 Orisinalitas Penelitian ........................................................................ 7
1.5 Tujuan Penelitian ............................................................................... 9
1.5.1 Tujuan umum ............................................................................ 9
1.5.2 Tujuan khusus ........................................................................... 9
1.6 Manfaat Penelitian ............................................................................. 9
Page 5
x
1.6.1 Manfaat teoritis ......................................................................... 9
1.6.2 Manfaat praktis ......................................................................... 10
1.7 Landasan Teoritis .............................................................................. 10
1.8 Metode Penelitian .............................................................................. 15
1.8.1 Jenis Penelitian ........................................................................ 15
1.8.2 Jenis Pendekatan...................................................................... 16
1.8.3 Sifat penelitian......................................................................... 16
1.8.4 Sumber Data ............................................................................ 16
1.8.5 Teknik Pengumpulan Bahan Hukum ........................................ 17
1.8.6 Teknik penentuan sampel penelitian ........................................ 18
1.8.7 Teknik Analisis ....................................................................... 18
BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG JAMINAN FIDUSIA DAN DOKUMEN
ELEKTRONIK
2.1. Pengertian Hukum Jaminan .............................................................. 21
2.2. Ruang Lingkup Hukum Jaminan ....................................................... 22
2.3. Jenis Jaminan.................................................................................... 22
2.3.1 Jaminan perorangan ................................................................... 23
2.3.2 Jaminan kebendaan .................................................................... 23
2.4. Asas Hukum Jaminan ....................................................................... 24
2.5. Pengertian Dokumen Elektronik ....................................................... 25
2.6. Pembuktian Dokumen Elektronik ..................................................... 25
Page 6
xi
2.7.Jaminan Fidusia ................................................................................. 26
2.7.1 Pengertian jaminan fidusia ........................................................ 26
2.7.2 Asas jaminan fidusia ................................................................. 30
2.7.3 Dasar hukum jaminan fidusia .................................................... 31
2.7.4 Objek dan bubjek jaminan fidusia ............................................. 31
2.7.5 Pembebanan jaminan fidusia ..................................................... 34
2.7.6 Pendaftaran jaminan fidusia ...................................................... 36
BAB III AKIBAT HUKUM DARI PENDAFTARAN FIDUSIA SECARA
ELEKTRONIK
3.1 Pengaturan Pendaftaran Fidusia Secara Elektronik (Online) ............. 41
3.2 Pelaksanaan Pendaftaran Fidusia Pada Bank Perkredita Rakyat ........ 44
3.2.1 Faktor yang membuat Bank Perkreditan Rakyat tidak mendaftarkan
fidusia secara online ............................................................... 46
3.2.2 Prosedur permohonan jaminan fidusia yang diajukan BPR jika
tidak didaftarkan secara online ............................................... 50
3.3 Akibat Hukum Jika Tidak Didaftarkannya Fidusia Secara Online…... 55
BAB IV KEABSAHAN SERTIFIKAT JAMINAN FIDUSIA ELEKTRONIK
4.1 Syarat Sahnya Sertifikat Jaminan Fidusia ......................................... 59
4.2 Isi dari Sertifikat Jaminan Fidusia Elektronik ................................... 63
4.3 Keabsahan Sertifikat Jaminan Fidusia Elektronik .............................. 65
Page 7
xii
BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan ...................................................................................... 73
5.2 Saran-saran ....................................................................................... 74
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................ 75
DAFTAR INFORMAN
LAMPIRAN
Page 8
xiii
AKIBAT HUKUM TERHADAP PENERIMA FIDUSIA APABILA TIDAK
MELAKUKAN PENDAFTARAN SECARA ELEKTRONIK Oleh :
Komang Andhika Yuna Arinata Thema
ABSTRAK
Jaminan Fidusia merupakan salah satu usaha perbankan dalam pemberian
kredit. Pendaftaran fidusia telah berkembang menjadi didaftarkan secara elektronik. Walaupun pendaftaran jaminan fidusia sangat penting tetapi masih ada dari pihak penerima fidusia yang tidak mendaftarkan jaminan fidusia. Permasalahan yang diteliti adalah apakah akibat hukum dari pendaftaran fidusia secara elektronik dan bagaimanakah keabsahan sertifikat fidusia secara elektronik. Penelitian ini penting dilakukan dikarenakan penerima fidusia maupun pemberi fidusia perlu mengetahui pentingnya pendaftaran jaminan fidusia.
Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian hukum empiris.
Adapun sumber data dalam penelitian yaitu data primer diperoleh secara langsung dari penelitian lapangan yang berupa keterangan-keterangan dari pihak-pihak terkait dalam penelitian ini sedangkan data sekunder berasal dari penelitian pustaka melalui peraturan perundang-undangan, literatur, buku-buku dan dokumen-dokumen resmi.
Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa pendaftaran jaminan fidusia
memberikan kepastian hukum bagi para pihak yang berkepentingan. Keabsahan dari sertifikat jaminan fidusia elektronik sudah diakui bahwa dokumen elektronik dan hasil cetaknya merupakan alat bukti hukum yang sah. Saran yang didapat berdasarkan penelitian ini adalah diperlukan pengkajian ulang dari undang-undang jaminan fidusia terutama mengenai biaya pendaftaran jaminan fidusia agar dibuat standar biaya yang terjangkau dan diharapkan dalam membuat jaminan fidusia didaftarkan secara elektronik
Kata Kunci : Pendaftaran, Sertifikat, Fidusia, Elektronik, Kredit,
Page 9
xiv
LEGAL CONSEQUENCES TO FIDUCIARY RECIPIENTS IF NOT DOING ELECTRONIC REGISTRY
By :
Komang Andhika Yuna Arinata Thema
ABSTRACT
Fiduciary is one of the banking business in the provision of credit. Fiduciary registration has grown to be registered electronically. Although the fiduciary registration is very important but there is still the creditors who do not register fiduciary. The problem under is whether the legal consequences of electronic fiduciary registration and how the validity of fiduciary certificates electronically. This research is important because the creditors needs to know the importance of fiduciary registration.
The method used is the method of empirical legal research. The source of the
data in the study of primary data obtained directly from field research in the form of descriptions of the parties involved in this research and secondary data derived from the research literature through legislation, literature, books and official documents.
From these results it can be concluded that the registration of fiduciary
provide legal certainty for the parties concerned. The validity of fiduciary electronics certificate has been recognized that electronic documents and prints are valid legal evidence. Suggestions were obtained based on this research is necessary reexamination of fiduciary law, especially regarding the registration fee fiduciary standards to be made affordable cost and is expected to make fiduciary registered electronically
Keywords: Registration, Fiduciary, Certificates, Electronic, Credit
Page 10
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Istilah Fidusia berasal dari bahasa belanda, yaitu fiducie, sedangkan dalam
bahasa inggris disebut difuciary transfer of ownership, yang artinya kepercayaan.
Di dalam berbagai literatur, fidusia lazim disebut dengan istilah eigendom
overdract (FEO), yaitu penyerahan hak milik berdasarkan atas kepercayaan.1
Jaminan fidusia telah digunakan di Indonesia sejak zaman penjajahan
belanda sebagai suatu bentuk jaminan yang lahir dari yurisprudensi, yang semula
berasal dari zaman romawi. Dinegeri asalnya tersebut, selain bentuk jaminan juga,
sebagai lembaga titipan.2
Dalam hukum romawi lembaga fidusia ini dikenal dengan nama fiducia cum
creditore contrracta (artinya janji kepercayaan yang dibuat kreditur). Isi janji yang
dibuat oleh debitur dengan krediturnya adalah debitur akan mengalihkan
kepemilikan atas suatu benda sebagai jaminan utangnya dengan kesepakatan
bahwa debitur tetap akan menguasai secara fisik benda tersebut dan kreditur akan
mengalihkan kembali kepemilikannya tersebut kepada debitur bilamana
utanngnya sudah dibayar lunas. Dengan demikian berbeda dari gadai yang
mengharuskan penyerahan secara fisik benda yang digadaikan. Dalam hal fiducia
cum creditore pemberi fiduisa tetap menguasai benda yang menjadi objek
1 H.Salim HS, 2014, Perkembangan Hukum Jaminan di Indonesia, PT Raja Grafindo
Persada, Jakarta, h.55 2 Rachmadi Usman, 2016, Hukum Jaminan Keperdataan, Sinar Grafika, Jakarta, h.150
Page 11
2
fidusia. Pemberi fidusia dapat menggunakan benda dimaksudkan dalam
menjalankan usahanya. 3
Hukum romawi mengenal satu lembaga titipan yang dikenal dengan nama
fiducia cum amico contracta (artinya janji kepercayaan yang dibuat dengan
teman). Lembaga fidusia ini sering digunakan oleh seorang pater familias yang
harus meninggalkan keluarga dan tanahnya untuk jangka waktu yang lama,karena
ia harus membuat perjalanan jauh atau pergi perang. Dalam hal demikian, pater
familias tersebut akan menutupkan familia-nya, yaitu keluarga dan seluruh
kekayaannya, kepada seorang teman yang selanjutnya akan mengurus tanah dan
kekayaannya serta memberi bimbingan dan perlindungan kepada keluarga yang
ditinggalkan oleh pater familias. Tentu antara pater familias dan temannya
tersebut dibuat janji bahwa teman tersebut akan mengembalikan kepemilikan atas
familias tersebut bilamana pater familias sudah kembali dari perjalanannya. Pada
dasarnya lembaga fidusia cum amico sama dengan lembaga trust sebagaimana
dikenal dalam sistem hukum common law.4
Menurut Pasal 1 ayat (1) Undang – Undang Nomor 42 Tahun 1999 tentang
Jaminan Fidusia (selanjutnya disebut UU Jaminan Fidusia) menyatakan bahwa,
pengertian fidusia adalah “ pengalihan hak kepemilikan suatu benda atas dasar
kepercayaan dengan ketentuan bahwa benda yang hak kepemilikannya yang
diadakan tersebut tetap dalam penguasaan pemilik benda itu”. Pengalihan hak
kepemilikan dapat diartikan sebagai pemindahan hak kepemilikan dari pemberi
3 Ibid, h.151
4 Ibid
Page 12
3
fidusia kepada penerima fidusia atas dasar kepercayaan, dengan syarat bahwa
benda yang menjadi objeknya tetap berada di tangan pemberi fidusia.5
Undang – Undang Jaminan Fidusia Pasal 1 Angka 6 menyatakan “
penerima fidusia adalah orang perseorangan atau korporasi yang mempunyai
piutang yang pembayarannya dijamin dengan Jaminan Fidusia”. Dalam hal ini
yang merupakan salah satu dari penerima fidusia adalah Bank.
Salah satu usaha perbankan adalah berupa pemberian kredit. Pemberian
kredit merupakan pemberian pinjaman uang oleh bank kepada anggota
masyarakat yang umumnya disertai dengan penyerahan jaminan kredit oleh
debitur (peminjam).Terhadap penerimaan jaminan kredit tersebut terkait dengan
berbagai ketentuan hukum jaminan.6
Ketentuan-ketentuan yang mengatur tentang prinsip-prinsip hukum
jaminan, pengikatan jaminan, lembaga jaminan, eksekusi dan penjualan jaminan,
penanggungan utang, dan lainnya sepenuhnya wajib dan seharusnya dipatuhi bank
dalam rangka kegiatan pemberian kreditnya. Bank sebagai badan usaha yang
wajib dikelola berdasarkan prsinsip kehati – hatian tidak terlepas dari ketentuan
hukum yang berlaku agar dapat mengamankan dan melindungi kepentingannya.
Jaminan kredit yang diterima bank dari debitur termasuk sebagai salah satu objek
yang berkaitan dengan kepentingan bank. Jaminan kredit tersebut harus dapat
diyakini sebagai jaminan yang baik dan berharga sehingga akan dapat memenuhi
5 H.Salim HS, op.cit, h.56 6 M. Bahsan, 2007, Hukum jaminan dan jaminan kredit perbankan Indonesia, PT Raja
Grafindo Persada, h.70
Page 13
4
fungsi-fungsinya, antara lain dengan memerhatikan aspek hukum yang terkait
termasuk aspek hukum jaminan.7
Pada proses pemberian kredit, bank akan menekan resiko kerugian yang
akan terjadi, salah satunya dalam pemberian kredit pihak bank juga harus
mengetahui bagaimana dalam pelaksanaannya dimana penerima kredit tidak dapat
melakukan kewajiban yang telah disepakati. Hal ini kemudian akan menimbulkan
masalah karena memberi dampak kepada pengusaha perbankan. Oleh karena itu,
diperlukan pengamanan yang merupakan salah satu prinsip dasar dalam
pemberian kredit disamping unsur keseimbangan dan keuntungan. Salah satu
bentuk pengamanan kredit dalam praktek perbankan dilakukan dengan pengikatan
jaminan fidusia.
Jaminan fidusia adalah lembaga jaminan yang dapat digunakan untuk
mengikat objek jaminan yang berupa barang bergerak dan barang tidak bergerak
khususnya bangunan yang tidak dapat dibebani hak tanggungan.8 Undang-Undang
Nomor 42 Tahun 1999 tentang Jaminan Fidusia mewajibkan bahwa fidusia dibuat
dalam akta notaris dan kemudian didaftarkan, karena pendaftaran fidusia
melahirkan hak preferens bagi penerima fidusia dan menampung kebutuhan
masyarakat mengenai pengaturan jaminan fidusia sebagai salah satu sarana untuk
membantu kegiatan usaha.
Notaris sangat berperan penting dalam kehidupan masyarakat terlebih lagi
dalam pembuatan akta otentik yang merupakan perbuatan hukum yang diharuskan
oleh peraturan perundang-undangan. Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004
7 Ibid.
8 Ibid, h.50
Page 14
5
Tentang Jabatan Notaris sebagaimana diubah dengan Undang-Undang Nomor 2
Tahun 2014 tentang perubahan atas Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004
memberi kewenangan pada notaris untuk membuat akta otentik untuk menjamin
kepastian, ketertiban dan perlindungan hukum. Salah satu peran notaris adalah
melayani kepentingan para pihak misalnya dalam membantu membuat perjanjian
hutang piutang. Perjanjian hutang piutang ini apabila dibebani dengan jaminan
yang hanya untuk benda bergerak maka timbulah perjanjian fidusia yang
merupakan perjanjian accecoir yang keberadaanya selalu mengikuti perjanjian
pokok. Selain itu Notaris juga membantu para pihak membuat akta jaminan
fidusia kemudian mendaftarkan jaminan ke Kantor Kementrian Hukum dan HAM
selanjutnya akan memperoleh sertifikat jaminan fidusia yang berirah irah “ Demi
Keadilan Berdasarakan Ketuhanan Yang Maha Esa ”.
Keberadaan pendaftaran fidusia yang sebelumnya didaftarkan secara
manual, sekarang telah berkembang menjadi pendaftaran secara elektronik. Surat
Edaran dari Direktorat Jendral Administrasi Hukum Umum tertanggal 5 Maret
2013 Nomor 06.OT.03.01. tahun 2013 menjadi dasar lahirnya regulasi baru ini.
Dikeluarkannya Permenkumham Nomor 9 Tahun 2013 tentang pemberlakuan
pendaftaran jaminan fidusia secara elektronik membuat notaris mendapat
kemudahan dalam masalah pelayanan publik.
Fidusia online merupakan terobosan dari Direktorat Jenderal Administrasi
Hukum Umum dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat demi Indonesia
yang lebih baik. Menurut Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia
Nomor 8 Tahun 2013 tentang pendelegasian penandatanganan sertifikat jaminan
Page 15
6
fidusia menyatakan “ Pendaftaran Jaminan Fidusia Secara Elektronik adalah
pendaftaran jaminan fidusia yang dilakukan oleh pemohon, kuasa atau wakilnya
dengan mengisi aplikasi secara elektronik ”.
Fidusia online yang diluncurkan oleh Kementrian Hukum dan HAM
membuat pendaftaran fidusia menjadi dimudahkan karena menurut data dari
Kementrian Hukum dan HAM banyak fidusia yang tidak tertampung
pendaftarannya secara manual karena terlalu banyak. Dengan adanya pendaftaran
fidusia online diharapkan akan mempermudah pendaftaran, dan berjalan dengan
cepat, akurat.
Permasalahan yang sering terjadi adalah beberapa dari pihak penerima
fidusia tidak mendaftarkan jaminan fidusia, karena masih mengacu pada
kepercayaan saja. Pelanggaran ini biasanya dilakukan oleh bank untuk nilai
pinjaman yang kecil, dengan alasan demi efisiensi dalam menghadapi persaingan
dengan lembaga pembiayaan lainnya.
Walaupun pendaftaran jaminan fidusia sangat penting dan saat ini dengan
berlakunya sistem online membuat pendaftaran jaminan fidusia semakin mudah
dan cepat, tetapi masih ada dari pihak penerima fidusia yang tidak mendaftarkan
jaminan fidusia. Salah satu faktor adalah biaya pendaftaran jaminan fidusia dan
juga keabsahan dari sertifikat jaminan fiduisa yang dibuat secara elektronik.
Berdasarkan uraian diatas maka penulis tertarik untuk meneliti mengenai
“AKIBAT HUKUM TERHADAP PENERIMA FIDUSIA APABILA TIDAK
MELAKUKAN PENDAFTARAN SECARA ELEKTRONIK”.
Page 16
7
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka dapat dirumuskan
rumusan masalah sebagai berikut :
1. Apakah akibat hukum dari pendaftaran fidusia secara elektronik ?
2. Bagaimanakah keabsahan sertifikat fidusia secara elektronik ?
1.3 Ruang Lingkup Masalah
Untuk menghindari pembahasan yang menyimpang dari masalah yang
ada, maka dipandang perlu memberi batasan penulisan skripsi ini. Adapun yang
dibahas dalam penulisan ini adalah : Pertama, apakah akibat hukum dari
pendaftaran fidusia secara elektronik. Kedua, akan dibahas mengenai
bagaimanakah keabsahan sertifikat fidusia secara elektronik.
1.4 Orisinalitas Penelitian
Terkait orisinalitas dari penelitian ilmiah ini, penulis akan memperlihatkan
skripsi sebagai perbandingan yang pembahasannya berkaitan dengan akibat
hukum terhadap penerima fidusia apabila tidak melakukan pendaftaran secara
elektronik, namun sebagai pembanding yang menunjukkan orisinalitas penelitian
ini maka penulis mencantumkan penelitian sebelumnya yaitu berupa skripsi dalam
ilmu hukum sebagai berikut:
No Judul Penelitian Penulisan Rumusan Masalah
1 Akibat Hukum Jaminan
Fidusia Tidak Didaftarkan
Pada Kantor Departemen
Gede Fajar
Bagyastra
1. 1.Bagaimana
Pembebanan Jaminan
Fidusia dalam
Page 17
8
Hukum dan HAM di Denpasar
Fakultas Hukum Universitas
Udayana Tahun 2009
pemberian kredit pada
PT.Bank BPD Bali?
2. 2.Akibat Hukum
apakah yang timbul
apabila pembebanan
Jaminan Fidusia tidak
didaftarkan kepada
Kantor Departemen
Hukum dan HAM
2 Akibat Hukum Pendaftaran
Jaminan Fidusia Dalam Sistem
Online
Fakultas Hukum Universitas
Udayana Tahun 2015
Ida Ayu Made
Widyari
3. 1.Bagaimanakah
pengaturan tata cara
pendaftaran jaminan
fidusia terhadap
permohonan
pendaftaran jaminan
fidusia yang lewat
waktu dari 60 (enam
puluh) hari setelah
Peraturan Menteri
Nomor 10 Tahun
2013 ditetapkan?
4. 2.Bagaimanakah
Page 18
9
akibat hukum jaminan
fidusia yang tidak
terdaftar dalam
5. sistem online?
1.5 Tujuan Penelitian
Setiap penelitian pada umumnya mempunyai tujuan yang hendak dicapai,
yang dapat memperoleh hasil dari pelaksanaan penelitian. Adapun tujuan
penelitian yang hendak penulis capai adalah sebagai berikut :
1.5.1 Tujuan umum
Bertujuan untuk melakukan penelitian lebih mendalami tentang
pengaturan pendaftaran jaminan fidusia elektronik terhadap penerima fidusia.
1.5.2 Tujuan khusus
Untuk mengetahui akibat hukum jika penerima fidusia tidak mendaftar
fidusia secara elektronik , dan keabsahan dari sertifikat fidusia elektronik
1.6. Manfaat Penelitian
1.6.1 Manfaat teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan tambahan pengetahuan
dan pemahaman baik berupa konsep-konsep pemikiran atau teori dalam ilmu
hukum yang menyangkut aspek-aspek hukum jaminan fidusia dan proses
pendaftaran fidusia yang sekarang dilakukan secara elektronik serta akibat hukum
jaminan fidusia terhadap penerima fidusia.
Page 19
10
1.6.2 Manfaat praktis
Diharapkan dapat memberikan masukan bagi pelaku usaha yang hendak
menggunakan jaminan fidusia sebagai salah satu lembaga jaminan serta sebagai
bahan pertimbangan kepada penerima fidusia juga masyarakat pada umumnya
dalam informasi mengenai penerapan fidusia online menjadi bermanfaat dan
berkepastian hukum.
1.7 Landasan teoritis
Landasan teoritis merupakan suatu pengertian yang terlebih dahulu harus
dipahami dalam suatu karya ilmiah, oleh karena itu teori berguna untuk
menunjang pembahasan pokok permasalahan. Berdasarkan landasan tersebut
diharapkan mampu memperjelas serta dapat mengemukakan suatu kerangka
teoritis yang menjadi kerangka berfikir dan yang berkaitan dengan pokok
permasalahan yang dibahas.
Menurut Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2014 Tentang Perubahan Atas
Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004 Tentang Jabatan Notaris Pasal 1 angka 1
menyatakan “Notaris adalah pejabat umum yang berwenang untuk membaut akta
autentuk dan memiliki kewenangan lainnya sebagaimana dimaksud dalam
undang-undang ini atau berdasarkan undang-undang lainnya”.
Praktik Kenotariatan di Indonesia, notaris bertindak sebagai pelayan
masyarakat. Hal itu karena mereka adalah pejabat yang diangkat oleh pemerintah
Page 20
11
unutuk melayani kebutuhan masyarakat akan dokumen-dokumen legal yang sah
Salah satu praktik notaris di Indonesia adalah pembuatan akta jaminan fidusia.9
Bank dalam memberikan kredit ke masyarakat wajib melakukan
pengaman agar kredit tersebut dilunasi debitur yang bersangkutan dengan adanya
jaminan sebagai syarat permohonan kredit. Hubungan Jaminan kredit dengan
pengamanan kredit diatur dalam Pasal 1131 KUH Perdata yakni “segala
kebendaan siberutang baik yang bergerak, maupun tidak bergerak, baik yang
sudah ada, maupun yang baru aka nada di kemudian hari, menjadi tanggungan
untuk segala perikatannya perorangan.
Pengertian fidusia menurut pasal 1 angka 1 Undang–Undang Jaminan
Fidusia No.42 Tahun 1999 Tentang Jaminan Fidusia menyatakan “ Fidusia adalah
pengalihan hak kepemilikan suatu benda atas dasar kepercayaan dengan ketentuan
bahwa benda yang hak kepemilikannya dialihkan tersebut tetap dalam penguasaan
pemilik benda ”.
Menurut A.Hamzah dan Senjun Manullang, Fidusia adalah suatu cara
pengoperan hak milik dari pemiliknya ( debitor ), berdasarkan adanya suatu
perjanjian pokok ( perjanjian utang-piutan ) kepada kreditor, akan tetapi yang
diserahkan hanya haknya saja secara yuridise-levering dan hanya dimiliki oleh
kreditor secara kepercayaan saja ( sebagai jaminan utang debitor ), sedangkan
barangnya tetap dikuasai oleh debitor, tetapi bukan lagi sebagai eigenaar maupun
9 Ira Koesoemawati danYunirman Rijan, 2009, Ke notaris, Raih Asa Sukses, Jakarta, h.28
Page 21
12
bezitter, melainkan hanya sebagai detentor atau houder untuk dan atas nama
kreditor-eigenaar.10
Pengertian Jaminan Fidusia menurut Pasal 1 angka 2 Undang – undang
Jaminan Fidusia No.42 Tahun 1999 Tentang Jaminan Fidusia “Jaminan Fidusia
adalah hak jaminan atas benda bergerak baik yang berwujud maupun yang tidak
berwujud dan benda tidak bergerak khususnya bangunan yang tidak dapat
dibebani hak tanggungan sebagaimana dimaksud dalam Undang-undang Nomor 4
Tahun 1996 tentang Hak Tanggungan yang tetap berada dalam penguasaan
Pemberi Fidusia, sebagai agunan bagi pelunasan utang tertentu, yang memberikan
kedudukan yang diutamakan kepada Penerima Fidusia terhadap kreditor lainnya”.
Jaminan fidusia bersifat assesoir. Perjanjian asseosir merupakan suatu
perjanjian yang lahir adanya perpindahan dan berakhir/hapusnya bergantung pada
perjanjian pokoknya. Pada pengertian assesoir dalam perjanjian jaminan dan
perjanjian kredit, dapat didefinisikan bahwa perjanjian pokok bias lahir tanpa
adanya perjanjian jaminan, sedangkan perjanjian jaminan tidak mungkin ada/lahir
tanpa ada perjanjian pokoknya (perjanjian kredit.11
Jaminan Fidusia memiliki 3 asas utama yaitu :
1. Asas Droit De Preference
2. Asas Spesialitas
3. Asas Publisitas
10 John Salindeho, 1994, Sistem Jaminan Kredit dalam Era Pembangunan Hukum, Sinar
Grafika, Jakarta, H.5 11 D.Y.Witanto, 2015, Hukum Jaminan Fidusia Dalam Perjanjian Pembiayaan
Konsumen, (selanjutnya disingkat D.Y.Witanto I), CV. Mandar Maju, Bandung, h.105
Page 22
13
Asas droid de preference adalah setiap kreditur pemegang jaminan
kebendaan pada umumnya selalu memiliki hakuntuk mendahului, atau emmiliki
kedudukan yang didahulukan dari kreditur – kreditur lainnya.12
Asas spesialitas adalah seluruh objek yang dibebankan menjadi jaminan
ditentukan secara spesifik.13
Asas Publisitas adalah setiap pembebanan jaminan dilakukan secara
terbuka dan tegas, tidak dilakukan secara diam – diam dan tersembunyi, menurut
asas publisitas ini setiap pembebanan jaminan wajib didaftarkan ditempat dimana
undang-undang telah menunjuk tempat pendaftaran.14
Saat ini Pendaftaran Fidusia mengalami perubahan yang dahulu
didaftarkan secara manual sekarang dilakukan secara elektronik.Pengertian
Pendaftaran Fidusia secara elektronik menurut Permenkumham Nomor 8 Tahun
2013 tentang pendelegasian penandatanganan sertifikat jaminan fidusia Pasal 1
ayat 1: “Pendaftaran Jaminan Fidusia Secara Elektronik adalah pendaftaran
jaminan fidusia yang dilakukan oleh pemohon, kuasa atau wakilnya dengan
mengisi aplikasi secara elektronik.” Berdasarkan Surat Edaran Jendral
Administrasi Hukum Umum Nomor AHU-06.OT.03.01 Tahun 2013 Angka 2:
“Kantor Pendaftaran Fidusia diseluruh Indonesia dalam menjalakan tugas dan
fungsinya tidak lagi menerima permohonan pendaftaran jaminan fidusia secara
manual dan turut menginformasikan kepada pemohon untuk melakukan
permohonan pendaftaran fidusia secara elektronik”.Jadi dalam hal ini pendaftaran
fidusia dapat dilakukan langsung melalui notaris saja.
12 Ibid, h.114 13 Ibid, h.116 14 Ibid, h.117
Page 23
14
Dalam hal ini adanya kepastian hukum diperlukan agar masyarakat dapat
mengetahui tata cara pendaftaran fidusia dan keuntungan dari mendaftarkan
fidusia. Tanpa ada kepastian hukum maka orang akan tidak tahu apa yang harus
diperbuat, tidak mengetahui perbuatanya benar atau salah, dilarang atau tidak
dilarang oleh hukum. Kepastian hukum ini dapat diwujudkan melalui penormaan
yang baik dan jelas dalam suatu undang-undang dan akan jelas pula penerapanya,
dengan kata lain kepastian hukum itu berarti tepat hukumnya, subjeknya dan
objeknya.
Kepastian hukum secara normatif adalah suatu peraturan dibuat dan
diundangkan secara pasti digunakan untuk mengatur secara jelas dan logis suatu
hal. Jelas tidak menimbulkan keragu-raguan dan logis dalam artian bahwa ia
menjadi suatu sistem norma dengan norma lain sehingga tidak berbenturan atau
menimbulkan konflik norma, kekosongan norma ataupun adanya kekaburan
norma. Menurut Gustaf Radbruch hukum memiliki tujuan yang berorientasi pada
tiga hal yaitu kepastian hukum, keadilan dan daya guna.15
Dalam pelaksanaan pendaftaran jaminan fidusia dengan sistem online
tentunya kepastian hukum harus dapat dijamin baik itu bagi pemberi fidusia,
penerima fidusia maupun bagi pihak ketiga. Memberikan kepastian hukum
sebagai tujuan dari dilakukannya pendaftaran jaminan fidusia menjadi hal
terpenting dalam pendaftaran jaminan fidusia secara elektronik terutama
menyangkut tata cara pendaftaran fidusia secara elektronik serta akibat hukum.
15 O. Notohamidjojo, 2011, Soal-Soal Pokok Filsafat Hukum, Griya Media, Jakarta, h. 33
Page 24
15
1.8 Metode Penelitian
Metode penelitian adalah tata cara atau langkah-langkah yang digunakan
untuk menganasilis atau menjawab suatu permasahan yang di teliti. Menurut
Soerjono Soekanto, metode adalah proses, prinsip-prinsip dan tata cara
memecahkan sutu masalah, sedangkan penelitian adalah pemeriksaan secara hati-
hati, tekun dan tuntas terhadap suatu gejala untuk menambah pengetahuan
manusia, maka metode penelitian dapat diartikan sebagai proses, prinsip-prinsip
dan tata cara untuk memecahkan masalah yang dihadapi dalam melakukan
penelitian.16
1.8.1 Jenis penelitian
Metode penelitian yang digunakan dalam penulisan ini adalah menggunakan
penelitian empiris, dimana penelitian dilakukan langsung pada penerima fidusia
kemudian dikaitkan dengan ketentuan perundang-undangan dan dikaji
berdasarkan teori serta asas hukum secara langsung, serta meneliti bagaimana
kepatuhan masyarakat terhadap hukum yang berlaku. Dalam menggunakan
metode penelitian hukum empiris ini lebih relevan dilakukan penelitian ke
lapangan terhadap hal- hal yang berkaitan dengan permasalahan yang ada.17
16 Soerjono Soekanto, 1986, Pengantar Penelitian Hukum, UII Press, Jakarta, h.6 17
Ronny Hartijo Soemitro, 2001, Metode Penelitian Hukum, Graha Indonesia, Jakarta, h.40
Page 25
16
1.8.2 Jenis pendekatan
Jenis pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis
pendekatan perundang-undangan dan pendekatan fakta. Pendekatan perundang-
undangan dilakukan dengan menelaah semua undang-undang dan regulasi yang
bersangkutan dengan isu hukum yang sedang ditangani. Pendekatan fakta
dilakukan dengan melakukan penelitian melalui wawancara langsung kepada
suatu lembaga yang menjadi objek penelitian.
1.8.3 Sifat penelitian
Dalam penelitian hukum empiris ini digunakan penelitian deskriptif, yaitu
menggambarkan suatu keadaan atau gejala untuk menentukan ada atau tidaknya
hubungan antara suatu gejala dengan gejala lain dalam masyarakat. Pada skripsi
ini menggambarkan tentang akibat hukum fidusia apabila tidak melakukan
pendaftaran secara elektronik terhadap penerima fidusia. Bagaimana akibat
hukum terhadap penerima fidusia dan keabsahan dari sertifikat jaminan fidusia
elektronik.
1.8.4 Sumber data
1.Bahan Hukum Primer
Bahan hukum primer adalah bahan hukum yang diperoleh langsung dari
responden maupun informan.18 Dimana diperolah dari hasil wawancara
dilapangan langsung pada pihak penerima fidusia.
2.Bahan Hukum Sekunder
Bahan hukum yang digunakan dalam penelitian ini bersumber dari
18 Amiruddin & Zainal Asikin, 2014, Pengantar Metode Penelitian Hukum, Rajawali
Pers, Jakarta, h.30
Page 26
17
kepustakaan, yang terdiri dari:
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 42 tahun 1999 tentang
Jaminan Fidusia
Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia
Nomor 8 Tahun 2013 tentang Pendelegasian Penandatanganan Sertifikat
Jaminan
Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia
Nomor 9 Tahun 2013 tentang Pemberlakuan Pendaftaran Jaminan Fidusia
Secara Elektronik
Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia
Nomor 10 Tahun 2013 tentang Tata Cara Pendaftaran Jaminan Fidusia
Secara Elektronik.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2014 tentang
Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004 tentang Jabatan
Notaris.
1.8.5 Teknik pengumpulan data
Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah dengan membaca dan
mencatat literatur-literatur yang terkait dengan permasalahan yang akan diteliti.
Teknik wawancara yang digunakan yaitu proses tanya-jawab dengan
informan terkait dengan pengumpulan data dari pihak BPR. Wawancara adalah
proses Tanya jawab dalam penelitian yang berlangsung secara lisan dalam mana
dua orang atau lebih bertatap muka mendengarkan secara langsung informasi-
Page 27
18
informasi atau keterangan-keterangan.19 Wawancara tersebut dilakukan secara
langsung, dimana peneliti memberikan beberapa pertanyaan secara kepada
narasumber untuk memperoleh data dan menghadiri workshop/seminar fidusia
yang diselenggarakan oleh Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan Hak Asasi
Manusia Bali di Nirmala Hotel Denpasar, tanggal 18 November 2015.
1.8.6 Teknik penentuan sampel penelitian
Dalam penelitian ini, teknik penentuan sampel yang dipergunakan adalah
teknik Non Probability Sampling, yaitu dalam hal ini tidak ada ketentuan yang
pasti berapa sample harus diambil agar dapat dianggap mewakili populasinya
sebagaimana halnya dalam teknik random sampling. Bentuk dari Non Probability
Sampling yang digunakan adalah Purposive Sampling, yaitu sample dipilih atau
ditentukan sendiri oleh si peneliti, yang mana penunjukan dan pemilihan sampel
didasarkan pertimbangan bahwa sampel telah memenuhi kriteria dan sifat-sifatnya
atau karakteristik tertentu yang merupakan ciri utama dari populasinya.
1.8.7 Teknik analisis
Teknik analisis dalam makalah ini adalah setelah semua data diperoleh
melalui baham hukum primer maupun sekunder , lalu data tersebut diolah secara
kualitatif sesuai dengen permasalahan , kemudian data tersebut dideskripsikan
secara deskriptif analitis.
19
Abdulkadir Muhammad, 2004, Hukum dan Penelitian Hukum, Citra Aditya Bakti, Bandung, h.202
Page 28
19
Menurut Zainuddin Ali metode penelitian yang menggunakan bahan hukum
primer, bahan hukum sekunder, maupun bahan hukum tersier, maka penelitian
tersebut menggunakan teknik deskriptif analitis yang menganalisis peraturan
perundang-undangan yang berkaitan dengan teori-teori hukum yang menjadi
obyek penelitian dan bahan hukum ini bersifat:
a. Deskripsi
Tahapan pendeskripsian atau penggambaran dengan menguraikan proposisi-
proposisi hukum sesuai dengan pokok permasalahan yang dikaji
b. Sitematisasi
Dalam proses sistematisasi ini terbentuk atau dirumuskan sejumlah aturan
umum dan pengertian-pengertian hukum atau konsep hukum (legal concept)
yang digunakan untuk memudahkan pengolahan bahan
hukum dalam proses sistematisasi bahan hukum tersebut.
c. Evaluasi
Tahapan evaluasi atau analisis dengan memberi penilaian berupa tepat atau
tidak tepat, setuju atau tidak setuju, benar atau salah syah atau tidak syah
oleh peneliti terhadap suatu pandangan, proposisi, pernyataan rumusan
norma, keputusan baik yang tertera dalam bahan hukum primer maupun
dalam bahan hukum sekunder.
d. Argumentasi.
Page 29
20
Teknik argumentasi, teknik argumentasi tidak bisa dilepaskan dari teknik
evaluasi karena penilaian harus didasarkan pada alasan-alasan yang bersifat
penalaran hukum.20
20 Zainuddin Ali, 2010, Metode Penelitian Hukum, Sinar Grafika, Jakarta, h. 105.