1
2
KATA PENGANTAR
Disadari bahwa benih menjadi salah
satu input produksi yang mempunyai
kontribusi nyata terhadap peningkatan
produktivitas tanaman. Dalam
membangun Kawasan Rumah Pangan
Lestari (KRPL) banyak dibutuhkan
berbagai jenis benih dan bibit tanaman
hortikultura (sayuran, buah-buahan dan
tanaman hias), tanaman bahan pangan
non beras (ubi jalar, ubi kayu, talas, ganyong, garut), kacang-
kacangan, tanaman biofarmaka/obat dan tanaman bumbu
(kunir, lengkuas, jahe, kencur, serai).
Benih/bibit tanaman tersebut dibutuhkan dalam jumlah yang
banyak dan tepat waktu tanam, maka Kebun Bibit (KBI dan
KBD) menjadi penting dalam pemenuhan kebutuhan benih/bibit
dalam membangun Kawasan Rumah Pangan Lestari.
Prinsip keberlanjutan atau lestari dalam membangun dan
mengembangkan Kawasan Rumah Pangan Lestari, perananan
Kebun Bibit Desa menjadi penting bagi kelompok/komunitas
Rumah Pangan Lestari. Oleh karena itu, dalam membangun
KBD harus berbasis kelompok/komunitas. Proses pembentukan,
pengelolaan, benih/bibit yang akan dihasilkan
dimusyawarahkan dan diputuskan oleh kelompok/komunitas itu
sendiri dengan didampingi oleh fasilitator atau petugas
pendamping. Kebun Bibit Desa, tidak saja menghasilkan
benih/bibit, tetapi diharapkan sebagai sarana pembelajaran
untuk meningkatkan pengetahuan, sikap dan keterampilan
3
anggota kelompok/komunitas Kawasan Rumah Pangan Lestari
di Provinsi Bengkulu.
Bengkulu, Mei 2014
Kepala
Dr. Dedi Sugandi, MP
4
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR..................................................... iii DAFTAR ISI............................................................... v
I. PENDAHULUAN................................................... 1 A. Latar Belakang................................................ 1 B. Tujuan Umum................................................. 4
II. PENGERTIAN DAN RUANG LINGKUP..................... 5 A. Pengertian...................................................... 5 B. Ruang Lingkup................................................ 6
III. TUJUAN, KELUARAN DAN MANFAAT..................... 7
IV. FUNGSI, PERSYARATAN, PRINSIP PENGELOLAAN DAN SUMBER BENIH/BIBIT.................................. 9
A. Fungsi KBD..................................................... 9 B. Persyaratan..................................................... 9 C. Prinsip Pengelolaan KBD................................... 11
D. Sumber Benih dan Bibit................................... 12
V. MACAM, CARA, DAN TATA KELOLA KELEMBAGAAN KBD.................................................................... 13
A. Macam Model Kelembagaan KBD...................... 13
B. Cara Mengelola KBD........................................ 14
VI. PENGEMBANGAN JEJARING.................................. 23
VII. PEMANGKU KEPENTINGAN YANG TERLIBAT
DALAM KBD........................................................ 24
VIII.MONITORING DAN EVALUASI.............................. 26
IX. PENUTUP............................................................ 27
PUSTAKA................................................................... 28
5
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Ketersedian pangan menyangkut hajat hidup orang
banyak, bahkan merupakan kepentingan abadi seluruh
manusia. Wajar kalau seluruh perhatian seluruh Negara di
dunia tak pernah lepas, bahkan tak pernah kunjung usai
terhadap ketersediaan pangan. Isu perubahan iklim global,
kerawanan pangan pada akhir-akhir ini semakin mengemuka
mengancam seluruh Negara di dunia
Ketahanan pangan (food security) telah menjadi isu
global selama dua dekade ini termasuk di Indonesia. Berdasar
Undang-Undang No. 7 tahun 1996 tentang pangan disebutkan
bahwa “ketahanan pangan adalah kondisi terpenuhinya pangan
bagi setiap rumah tangga yang tercermin dari tersedianya
pangan yang cukup baik jumlah maupun mutunya, aman,
merata dan terjangkau”. Berdasar definisi tersebut,
terpenuhinya pangan bagi setiap rumah tangga merupakan
tujuan sekaligus sebagai sasaran dari ketahanan pangan di
Indonesia. Oleh karenanya, pemantapan ketahanan pangan
dapat dilakukan melalui pemantapan ketahanan pangan di
tingkat rumah tangga. Namun demikian, disadari bahwa
perwujudan ketahanan pangan perlu memperhatikan sistem
hierarki mulai dari tingkat global, nasional, regional, wilayah,
rumah tangga dan individu. Tersedianya pangan yang cukup
secara nasional maupun wilayah merupakan syarat keharusan
dari terwujudnya ketahanan pangan nasional, namun itu saja
tidak cukup, syarat kecukupan yang harus dipenuhi adalah
terpenuhinya kebutuhan pangan di tingkat rumah
6
tangga/individu. Berdasar pemikiran tersebut, adalah penting
untuk mewujudkan ketahanan pangan di tingkat rumah tangga.
Kesadaran tentang pentingnya upaya diversifikasi pangan telah
lama dilaksanakan di Indonesia, namun demikian hasil yang
dicapai belum seperti yang diharapkan. Kebijakan diversifikasi
pangan, diawali dari Instruksi Presiden (Inpres) Nomor14 tahun
1974 tentang Upaya Perbaikan Menu Makanan Rakyat
(UPMMR), dengan menggalakkan produksi Telo, Kacang dan
Jagung yang dikenal dengan Tekad, sampai yang terakhir
adanya Peraturan Presiden Nomor 22 Tahun 2009 tentang
Kebijakan Percepatan Penganekaragaman Konsumsi Pangan
Berbasis Sumber Daya Lokal.
Walaupun berbagai upaya telah dilakukan pemerintah dan
berbagai kalangan terkait, namun pada kenyataannya tingkat
konsumsi masyarakat masih bertumpu pada pangan utama
beras. Hal itu di indikasikan oleh skor Pola Pangan Harapan
(PPH) yang belum sesuai harapan, dan belum optimalnya
pemanfaatan sumber bahan pangan lokal dalam mendukung
penganekaragaman konsumsi pangan
Menurut Presiden RI, Susilo Bambang Yudoyono, pada
penyerahan Penghargaan Adhikarya Pangan Nusantara 2012,
mengingatkan dua hal tentang kewajiban Indonesia dikaitkan
dengan krisis pangan, yaitu: 1) Bersama dengan degara lain
Indonesia harus bekerjasama untuk menyelamatkan pangan
dunia yang harus memberi makan 7 miliar manusia yang terus
bertambah dari waktu ke waktu , 2) Indonesia sendiri wajib
meningkatkan ketahanan pangan untuk rakyatnya.
Selanjutnya bahan pangan yang ditanam di lokasi
setempat akan lebih segar dan mempunyai nilai positif, antara
7
lain: 1) Membangun ekonomi setempat karena uang berputar
ke petani dan pedagang atau pengusaha setempat,
2) Mengurangi biaya pengeluaran kebutuhan rumah tangga,
3) Membangun hubungan baik warga, membuat kekerabatan
gotong royong lebih kuat, 4) Membuat lingkungan lebih sehat
dan nyaman, 5) Menghindari kekurangan pangan karena efek
anomali iklim dan 6) Menghindari tekanan akibat inflasi
ekonomi.
Badan Litbang Pertanian, Kementerian Pertanian telah
mengagas Model Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL), yang
puncaknya pada tanggal 13 Januari 2012 dicanangkan oleh
Presiden Republik Indonesia menjadi Gerakan Rumah Pangan
Lestari di seluruh Indonesia. Sedang Balai Pengkajian Teknologi
Pertanian (BPTP) Bengkulu memulainya pada tahun 2011 pada
2 Kabupaten/Kota dengan 3 Kelompok tani pada 2 desa dan 2
kecamatan. Pada tahun 2012 pada 6 Kabupaten/Kota dengan
12 Kelompok tani pada 12 desa dan 9 kecamatan. Pada tahun
2013 pada 10 Kabupaten/Kota dengan 20 Kelompok tani pada
20 desa dan 19 kecamatan. Sedang pada tahun 2014 kegiatan
difokuskan pada pendampingan KBD dan kawasan yang telah
terbentuk.
Komponen utama yang menjadi tolok ukur kelestarian
m-KRPL adalah penumbuhan Kebun Bibit Desa (KBD). Dalam
panduan ini menjelaskan: 1) Pengertian dan ruang lingkup,
2) Tujuan, keluaran, dan manfaat, 3) Fungsi, persyaratan,
prinsip pengelolaan dan sumber benih/bibit, 4) Macam, cara
dan tata kelola kelembagaan KBD, 5) Pengembangan Jejaring,
6) Pemangku kepentingan yang terlibat dalam KBD, serta
7) Monitoring dan evaluasi.
8
B. Tujuan Umum
Panduan Pelaksanaan Pengelolaan Kebun Bibit Desa
disusun untuk menjadi acuan Pembinaan Teknis dan
Pengelolaan Kebun Bibit Desa dalam menumbuhkan dan
mengelola KBD dalam Model Kawasan Rumah Pangan Lestari di
Provinsi Bengkulu.
9
II. PENGERTIAN DAN RUANG LINGKUP
A. Pengertian
1. Kebun Bibit Desa (KBD) adalah kebun tempat produksi dan
distribusi benih dan bibit milik warga/kelompok/komunitas
pelaku Rumah Pangan Lestari (RPL), yang pengelolaanya
kelembagaan yang dibentuk oleh warga pelaku RPL
desa/kawasan yang bersangkutan.
Jenis benih dan bibit yang diproduksi dan didistribusikan
terdiri dari:
Tanaman: sayuran, buah-buahan, umbi-umbian, kacang-
kacangan, biofarmaka (obat, bumbu).
Ternak: ayam KUB.
2. Benih adalah bahan tanaman hasil perbanyakan tanaman
yang masih berupa biji.
3. Bibit adalah bahan tanaman hasil perbanyak yang telah siap
tanam berupa: a) semaian yang sudah siap tanam yang
berasal dari biji, b) bibit yang berasal dari bagian vegetatif
seperti bibit hasil sambung pucuk, okulasi/tempel, stek,
cangkok, turus akar, umbi dan rimpang.
4. Semai adalah bahan tanaman berasal dari biji yang sudah
tumbuh sampai dengan siap tanam yang disebut bibit.
5. Kelompok/komunitas adalah sekumpulan orang yang
bersepakat untuk membangun dan menggunakan KBD
dalam satu kawasan/wilayah kerja m-KRPL tertentu
(RT/RW/Dusun/Desa).
6. Masyarakat adalah pengguna dan orang lain di luar wilayah
kerja KBD.
10
B. Ruang Lingkup
Pertunjuk pelaksanaan pengelolaan KBD disusun
sehungan dengan pengembangan program Kawasan Rumah
Pangan Lestari (KRPL), yang merupakan gerakan penanaman
yang dilakukan masyarakat:
1. Pengelolaan KBD yang berwawasan kawasan, bukan pribadi
sehingga diperlukan kebersamaan/kekeluargaan dan
partisipasi aktif dari seluruh unsur (petugas, masyarakat,
tokoh masyarakat, tokoh agama) dalam kawasan.
2. Pemanfaatan pekarangan secara ramah lingkungan, untuk
pemenuhan kebutuhan pangan dan gizi keluarga, sehingga
dapat mengurangi belanja rumah tangga dengan harapan
dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat setempat.
11
III. TUJUAN, KELUARAN DAN MANFAAT
Pembentukan Kebun Kelembagaan Bibit desa dimaksud
untuk menumbuhkan kembali kecintaan masyarakat, generasi
muda kepada pertanian khususnya benih dan bibit dalam
membangun kelestarian m-KRPL.
Tujuan
Melayani kebutuhan benih dan bibit secara tepat varietas,
mutu, jumlah, dan waktu kepada kelompok komunitas
m-KRPL.
Keluaran
Tersedianya benih dan bibit secara tepat varietas, mutu,
jumlah, dan waktu kepada kelompok komunitas m-KRPL.
Rumah tangga anggota kelompok komunitas m-KRPL
dapat memperoleh benih dan bibit secara tepat varietas,
mutu, jumlah, dan waktu sesuai dengan kebutuhan
kelompok komunitas m-KRPL.
Manfaat
Rumah tangga dalam komunitas/kelompok m-KRPL dapat
merencanakan kecukupan pangan harian secara cepat
dan menyiapkan input produksi dengan untuk
pertanamannya.
Rumah tangga dalam komunitas/kelompok m-KRPL dapat
melakukan pengelolaan proses produksi untuk
pertanaman dan ternak serta pemasarannya.
12
Rumah tangga dalam komunitas/kelompok m-KRPL dapat
menentukan rotasi tanaman pada setiap waktu
berdasarkan potensi sumber daya iklim dan air.
Komunitas/kelompok m-KRPL dapat membangun jejaring
ekonomi dengan Komunitas/kelompok m-KRPL lainnya.
13
IV. FUNGSI, PERSYARATAN, PRINSIP PENGELOLAAN
DAN SUMBER BENIH/BIBIT
A. Fungsi KBD
1. Fungsi produksi dan distribusi, komoditas yang ada
di KBD diproduksi secara berkelanjutan.
2. Fungsi keberagaman, memiliki keragaman komoditas
yang dapat memenuhi kebutuhan benih dan bibit anggota
Rumah Pangan Lestari (RPL).
3. Fungsi estetika, pengaturan penanaman merperhatikan
aspek keragaman vertikal sehingga dapat memberikan
pemandangan yang indah dan teratur.
4. Fungsi lingkungan, KBD dapat memberikan suasana
nyaman, ramah dan sehat.
5. Fungsi pelayanan, KBD harus mampu melayani
kebutuhan bibit bagi anggota pelaku Rumah Pangan
Lestari.
6. Fungsi Keberlanjutan, KBD dikelola secara profesional
model bisnis.
B. Persyaratan
1. Syarat Keberlanjutan, KBD sebaiknya menggunakan
fasilitas umum milik desa/Lembaga pengelola
KRPL/Kelompok tani/Gapoktan yang dikelola kelompok.
2. Syarat Luas, Lahan KBD dapat digunakan untuk aktivitas
perbenihan dalam memenuhi kebutuhan benih dan bibit
14
bagi anggota KRPL, atau bisnis benih dan bibit bagi
komunitas/kelompok KRPL.
3. Syarat Kekuatan, SDM yang mampu dalam pengelolaan
KBD, mampu memberikan kemudahan kemudahan lain
dalam mengakses sarana, infoteknologi dan pasar.
4. Syarat Keterjangkauan, Letak KBD strategis, mudah
dijangkau oleh anggota KRPL atau masyarakat lain yang
memerlukan benih dan bibit.
5. Syarat Kenyamanan, Tata ruang KBD menggunakan
prinsip ramah lingkungan, efisien, dan indah.
6. Syarat Keunikan Lokal, Produk berupa benih dan bibit
dengan induk spesifik lokasi dan memiliki fungsi
melestarikan keberagaman sumber pangan lokal.
7. Syarat Administrasi, Setiap kegiatan dicatat, dibukukan
sebagi dokumentasi.
8. Persyaratan Sarana yang meliputi:
a) Lokasi KBD terbuka, tidak terlindung, tersedia sumber
air untuk irigasi: air tanah/sumur, air permukaan
(sungai kecil, kolam).
b) Tersedia rumah bibit, seedbad kotak semai, rak bibit,
kereta dorong, dan mesin pencacah untuk membuat
kompos.
c) Tempat prosesing media semaian seperti: tanah, pasir,
sekam dan sekam bakar, kompos dan pupuk kandang.
d) Tersedia peralatan yang memadai: cangkul, sekop,
garpu, pot dan polybag berbagai ukuran, gunting
pangkas, gunting stek, pisau okulasi, ember, gembor,
selang, drum penampun air, bak perkecambahan).
15
e) Untuk pembibitan ternak unggas dan ikan dapat
disesuaikan.
C. Prinsip Pengelolaan KBD
KBD dibangun dengan beberapa prinsip:
1. Sosial
a) Dibangun dari, oleh dan untuk kepentingan
masyarakat dalam kawasan tertentu sesuai dengan
kesepakatan komunitas/kelompok.
b) Dikelola secara terorganisir dalam semangat
kekeluargaan dengan mengedepankan musyawarah
mufakat.
2. Teknis
a) Menerapkan teknologi terbaru yang efektif dan efisien
dengan bimbingan petugas, serta memaksimalkan
bahan baku lokal.
b) Memperhatikan kelestarian lingkungan dengan
semaksimal mungkin menggunakan bahan baku ramah
lingkungan.
3. Ekonomi
Pengelola KBD harus berorientasi pada keuntungan
ekonomi, untuk menjamin keberlanjutan dan
perkembangan KBD.
16
D. Sumber Benih dan Bibit
1. Kebun benih dan bibit inti (KBI), berasal dari varietas
unggul hasil Badan Litbang Pertanian.
2. Benih dan bibit lokal spesifik wilayah kerja dari
komunitas/kelompok m-KRPL yang mutu benihnya
memadai yang dapat diperoleh dari Tim BPTP setempat
dan Pengelolan m-KRPL yang melakukan kajian
Kebutuhan dan Peluang (KKP).
3. Introduksi benih dan bibit varietas unggul lokal dari luar
kawasan untuk benih dan bibit komoditas sejenis jika di
dalam kawasan yang bersangkutan belum tersedia.
Bagan Pendekatan Pengembangan KBD Berbasis Kelompok
Basis
Kelompok
Kebutuhan
Anggota
Lahan
memenuhi
persyaratan
K
B
D
Agro
Ekosistem
Agribisnis
Komoditas Tata
Ruang
Budidaya Produksi
Benih
Pola
Penyaluran
RPL dan
Non RPL
Pola
Tanam
Sistem
Revolving
17
V. MACAM, CARA DAN TATA KELOLA
KELEMBAGAAN KBD
A. Macam Model Kelembagaan KBD
1. Kelembagaan KBD terpisah dengan Kelembagaan Pengelola
m-KRPL;
Kelembagaan KBD dibentuk oleh komunitas m-KRPL
melalui pengelolaan m-KRPL dengan basis sistem
kemitraan.
Fasilitas sumberdayanya bisa berasal dari Pengelola m-
KRPL/Poktan-Gapoktan/Perorangan/Pelaku
RPL/Penyandan Permodalan.
2. Kelembagaan KBD yang menyatu dengan Kelembagaan
Pengelola m-KRPL;
Kelembagaan KBD yang pengelolaannya ditangani oleh
kelembagaan pengelolaan m-KRPL.
Fasilitas sumber daya berasal dari lembaga pengelola m-
KRPL/Poktan-Gapoktan.
3. Kelembagaan KBD dirangkap Pengelola m-KRPL;
Seluruh aktivitas dan Pengelolaan KBD dilakukan oleh
Lembaga Pengelola m-KRPL.
Fasilitas sumber daya berasal dari lembaga pengelola
m-KRPL/Poktan-Gapoktan.
4. Kelembagaan KBD yang dikelola oleh seorang anggota
m-KRPL;
Seluruh aktivitas dilakukan oleh RPL atau beberapa RPL
berbasis kemitraan dengan penyandang sumber daya,
18
yang bisa berasal dari Pengelola m-KRPL/poktan-
gapoktan.
5. Kelembagaan KBD dilakukan oleh penangkar profesional;
Seluruh aktivitas dan pengelolaan dilakukan perorangan
(profesionalis dalam berbinis perbenihan).
Pengelola m-KRPL dalam melayani kebutuhan benih dan
bibit para anggotanya bersumber dari pembelian kepada
pebisnis perbenihan mengguna sistem kontrak kerjasama.
B. Cara Mengelola KBD
1. Mekanisme
a) Membuat kesepakatan sistem produksi dan distribusi
benih dan bibit dengan warga komunitas/kelompok KRPL.
b) Membuat perencanaan kebutuhan benih dan bibit dalam
kawasan dengan jangka waktu satu tahun, menggunakan
Kalender Tanam Komoditas KRPL/Kalender Tanam
Optimalisasi Pekarangan (KaTOP).
c) Membuat perencanaan kebutuhan sarana produksi dan
prasarana untuk memproduksi kebutuhan benih dan bibit
yang diperlukan oleh warga komunitas/kelompok KRPL.
d) Melaksanakan pengelolaan produksi sesuai dengan
macam benih dan bibit yang diproduksi.
e) Melakukan koordinasi dengan pengelolaan KRPL secara
berkala.
f) Membuat laporan pembukuan dan perkembangan
produksi dan distribusi benih dan bibit.
g) Membangun kemitraan pelaku bisnis benih dan bibit.
19
2. Hirarki
Sesuai dengan maksudnya, maka tujuan pembangunan
KBD yang dinyatakan sebagai berikut:
Tabel 1. Hirarki tujuan dan cara mencapai tujuan pengembangan KBD.
No Hirarki/Urutan Tujuan Cara Mencapai Tujuan
1. Memproduksi bibit Tersedianya sarana dan
prasarana yang diperlukan
2. Bibit yang diproduksi tepat
jenis
Tersedianya stok induk/sumber
benih, atau mempunyai kontak
dengan penyedia induk/benih
sumber
Komunikasi yang baik dengan
pengguna (masyarakat)
3. Tepat waktu Penyusunan kalender
tanam/semai
Komunikasi yang baik dengan
pengguna (masyarakat)
4. Tepat jumlah Komunikasi yang baik dengan
pengguna (masyarakat)
5. Tepat mutu Menerapkan teknologi anjuran
Komunikasi yang baik dengan
pengguna (masyarakat)
6. Memperoleh kuntungan
ekonomi
Menerapkan pembukuan yang
baik
7. Berkembang menjadi usaha
komersial
Melakukan promosi
Membangun jejaring dengan
daerah sekitarnya atau
pengguna
20
3. Distribusi
a) Distribusi beni dan bibit kepada anggota
komunitas/kelompok m-KRPL dilakukan oleh petugas
KBD. Cara distribusi kepada anggota dilakukan sesuai
dengan kesepatan yang tertera dalam Rencana
Kebutuhan Riil Bibit dan Benih (RKRB).
b) Distribusi bibit memprioritaskan pemenuhan RKRB yang
diajukan anggota.
c) Distribusi bibit ke luar kawasan yang dilakukan apabila
kebutuhan RKRB sudah terpenuhi.
d) Distribusi bibit disesuaikan pada saat dibutuhkan dan
sesuai dengan prilaku biologis tanaman.
e) Menambahkan maksimal 5% dari kebutuhan, untuk
antisipasi bibit rusak/mati saat proses penyemaian atau
tanam.
f) Batas toleransi bibit berada di KBD 1-3 minggu,
tergantung jenis sejak semai benih.
g) Apabila ada persedian bibit lebih dari 3 minggu setelah
semai segera diambil tindakan dengan cara:
Ditawarkan kepada anggota yang masih
membutuhkan.
Ditanam di lingkungan KBD.
Dijual kepada masyarakat yang membutuhkan.
4. Tata Kelola KBD dengan Pengguna
a) Membangun Kelembagaan
KBD dibangun dan dikelola atas inisiatif atau partisipasi
aktif komunitas RPL setempat, maka KBD diorganisir dan
diputuskan oleh komunitas yang bersangkutan.
21
b) Strutur Kelembagaan
Manajer KBD bertugas: (a) Penanggung Jawab seluruh
kegiatan KBD, (b) Jika KBD pemula maka dapat
merangkap sebagai sekretaris yang mencatat segala
pembukuan teknis KBD, dan (c) Bertanggung jawab
kepada anggota.
Sekretaris KBD bertugas dan melaporkan segala
aktivitas perkembangan produksi, distribusi, stok,
pesanan dan promosi benih dan bibit, bertanggung
jawab kepada manajer.
Bendahara bertugas dalam laporan perkembangan
neraca keuangan KBD, bertanggung jawab kepada
manajer.
Pembina Teknis (Bintek), yang dimaksud Bintek adalah
para petugas lapangan dari instansi terkait.
c) Pelaksanaan Koordinasi
Koordinasi harian pengurus dengan anggota,
koordinasi dimaksud untuk pencatatan kebutuhan bibit
anggota, baik jenis, waktu, mutu dan jumlahnya yang
dituangkan dalam RKRB. Format RKRB sebagai
berikut :
22
No. Formulir :
Nama Anggota :
Alamat :
No
Rencana Tanam Anggota
Komoditas Volume/ Jumlah Waktu/Tgl
Bibit yang dipesan :
Diambil sendiri :
Diantar ke rumah :
………………,……………….
Yang mengajukan
( )
23
No. Formulir :
Nama Anggota :
Pengguna di
luar kawasan
Alamat :
No Rencana Tanam Anggota/pengguna di luar kawasan
Komoditas Volume/Jumlah Waktu/Tgl
Bibit yang dipesan :
Diambil sendiri :
Diantar kerumah :
Total Harga bibit : Rp
Biaya antar : Rp
Total Biaya : Rp
Pembayaran :
………………,……………….
Yang mengajukan
( )
24
Koordinasi Pengurus, agendanya adalah:
(a) Membahas kinerja KBD secara keseluruhan, baik
masalah teknis maupun keuangan, (b) Jika diperlukan
dapat mengundang Bintek.
Koordinasi pengurus sekurang-kurangnya dilakukan 2
kali dalam setahun (tengah tahun dan akhir tahun).
Untuk koordinasi di akhir tahun dianjurkan untuk
mengundang anggota. Hasil koordinasi dituangkan
dalam sebuah catatan khusus/notulen
Tanggal…………………
No Uraian
Pembahasan dan
butir pembahasan
Rencana
Tindak
Lanjut
Target
(waktu/Volume)
…………………,……………………
Pengurus,
( )
25
d) Pergantian Pengurus
a) Dilakukan setiap 3 tahun sekali atau sesuai dengan
kesepakatan.
b) Apabila terjadi keadaan khusus (pengurus meninggal
dunia atau hal lain yang mengandung resiko tidak
berjalannya pengelolaan KBD) atas usulan anggota
atau pengurus.
e) Penyusunan Rencana Kerja Berdasarkan Kalender
Tanaman Optimalisasi Pekarangan (KaTOP)
Kalender tanam disusun berdasarkan RKRB anggota.
Bibit yang diproduksi KBD akan memenuhi 5 tepat
yaitu tepat waktu, jenis, mutu, jumlah dan
pengguna/komunitas.
Setelah KBD menerima RKRB dari anggota, disusunlah
kalender tanam sesuai format sebagai berikut
Bulan semai ………………………………………
No Jenis
komoditi/Varietas
Rencana Semai Saat tanam/
distribusi (tangal)
Peruntukan/
Pesanan Tangal jumlah
1 Tomat Bu Kades
2 Cabe keriting
3 Terong enak
4 Dstnya
……………………,……………….
Pengurus,
( )
26
Untuk menuju kecukupan pangan rumah tangga
sebaiknya mengikuti system perencanaan model
KaTOP yang disusun melalui pendekatan:
Menghitung kebutuhan gizi rumah tangga
Menterjemahkan kebutuhan gizi menjadi kebutuhan
keanekaragaman pangan
Menjabarkan frekuensi makan
Melakukan identifikasi jenis tanaman pangan yang
memenuhi kaidah beragam, Bergizi dan Seimbang
(B2S) menggunakan Daftar Komposisi Bahan
Makanan (DKBM)
Memastikan jenis tanaman tersebut diusahakan di
pekarangan yang bersangkutan
Melakukan input data kedalam siklus pertumbuhan
jenis-jenis tanaman ,ternak dan ikan ke dalam
diagram Kalender KaTOP
Menghitung kebutuhan lahan pekarangan untuk
mencukupi konsumsi pangan beragam, bergizi dan
seimbang untuk satu keluarga
Jika lahan pekarangan tidak cukup maka terapkan
inovasi pertanian vertikal
27
VI. PENGEMBANGAN JEJARING
Untuk menjadi kuat, KBD seyogyanya membangun
jejaring kelembagaan antar KBD dan KBI. Kegiatan-kegiatan
yang dapat dibangun melalui jejatring kelembagaan KBD-KBD-
KBI, antara lain:
1. Perencanaan perbenihan sesuai KaTOP
2. Pendistribusian benih dan bibit
3. Pengelolaan informasi data perbenihan dan plasma nutfah
4. Pengkajian dan diseminasi teknologi terkait percepatan,
peningkatan mutu benih dan bibit dan pelayanan bersama
terpadu
5. Peningkatan kapasitas SDM melalui pelatihan dan studi
banding
6. Sistem promosi bersama
7. Pameran dan lomba KBD
8. Pertukaran material benih umber/induk, dan
9. Monitoring dan evaluasi terpadu
28
VII. PEMANGKU KEPENTINGAN YANG TERLIBAT
DALAM KBD
Pemangku kepentingan yang terlibat serta perannya
dalam kelembagaan manajemen KBD adalah sebagai berikut:
No Lembaga
Pemangku
Kepentingan
Peran Pemangku
Kepentingan
Keterangan/
Eksekutor
1. Pengelola KBD Manajemen Produksi dan distribusi
benih dan bibit dan fungsi-fungsi
KBD lainnya
Ada 5 model,
terapkan
model positif
2. Pengelola
KRPL
(PKK/KWT/Da
sa Wisma)
Manajemen perencanaan,
pembiayaan, evaluasi dan promosi
“Lokal
champion”
Poktan/Gapok
tan
Fasilitas pembangunan dan
pengembangan
(Lokasi/Perkantoran/Koperasi/Prom
osi/Pengelolaan)
“Lokal
champion”
3. Permintaan
desa
Fasilitasi terbangunnya KBD
(Lokasi/Perkantoran/Koperasi/Prom
osi)
Perangkat
Desa
4. BPTP 1. Sumber benih/bibit
2. Penyediaan teknologi
pembibitan
3. Penyebaran teknologi
pembibitan melalui pelatihan
4. Pendampingan
5. Monitoring dan evaluasi
LO/Korwil/Ti
m Teknis
BPTP
5. Perguruan
Tinggi atau
LSM
1. Sumber benih/bibit
2. Penyediaan teknologi
pembibitan
3. Penyebaran teknologi
29
pembibitan melalui pelatihan
4. Pendampingan
6. Perintah
Kab/Kota
1. Fasilitasi terbangunnya KBD
2. Pendampingan
BKP/BP4K/Ba
peluh/Dinas
Lingkup
Pertanian/Po
sko P2KP
tingkat
Kab/Kota
7. Pemerintah
Provisi
1. Fasilitasi terbangunnya KBD
2. Pendampingan
BKP/Bakorlu
h/Dinas
Lingkup
Pertanian/Po
sko P2KP
tingkat
Provinsi
30
VIII. MONITORING DAN EVALUASI
Monitoring dan evaluasi merupakan alat instrument dalam
pengawasan dan pengendalian terhadap pelaksanaan aktivitas
KBD sehingga sasaran target yang telah direncanakan dapat
tercapai. Prinsip Monev adalah: 1) pecatatan kegiatan secara
terus menerus selama pelaksanaan kegiatan, 2) catatan hasil
setiap periode disesuaikan dengan yang direncanakan dalam
dokumen kegiatan, 3) mencocokan antara biaya yang telah
dikeluarkan dengan sasaran fisisk yang dicapai, 4) membuat
laporan kemajuan, 5) mengambil tindakan apabila pembiayaan
dan sasaran tidak sesuai, 6) mengindentifikasi masalah yang
timbul dan mencari solusinya.
Lingkup kegiatan yang dimonitoring dan evaluasi adalah:
1) system perencanaan produksi dan distribusi, 2) manajemen
stok, produksi dan distribusi, 3) manajemen administrasi, dan
4) manajemen keterkaitan antara kelembagaan, KBD-pengelola
KRPL-Poktan/Gapoktan-KBI.
31
IX. PENUTUP
Kreativitas menjadi prasyarat untuk mampu
mengembangkan pekarangan menjadi lumbung pangan
keluarga. Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL) merupakan
suatu gerakan pemberdayaan msyarakat untuk menuju
kemandirian pangan keluarga dengan memanfaatkan potensi
sumberdaya lokal. Kemapuan masyarakat dalam mendapatkan
informasi dan mengkases benih dan bibit yang berkualitas
terbatas. Sedangkan benih dan bibit yang berkualitas untuk
pemanfaatan pekarang menjadi sumber utama untuk
membangun kreativitas mewujudkan kemandirian pangan
keluarga. Benih dan bibit yang ditanam dilahan pekaran dapat
dilakukan dengan membuat guludan, didalam pot/polybag, rak
bertingkat. Karakteristi pekarangan adalah multi komoditas,
berbagai aktivitas dilakukan dilahan pekarangan sehingga
menjadikan pekarangan sebagi lumbung pangan, warung
hidup, apotik hidup.
KBD yang memproduksi benih dan bibit berbasis
komonitas/kelompok dan sumberdaya local menjadi pilihan
dengan mempertimbangkan: 1) soasial budaya termasuk
didalam kearipan local 2) Teknis budidaya (sumber benih,cara
meproduksi benih, pemeliharan, kulitas benih, biaya produksi,
pilihan tanaman dan varietas, distribusi dan pemasaran), 3)
pengelolaan Kelembagaan
32
PUSTAKA
Purnomo, S 2013. Panduan pelaksanaan Kelembagaan
Manajemen Kebut Bibit Desa (KBD) pada Model Kawasan
Rumah Pangan Lestari (M-KRPL). Badan Penelitian dan
Pengembangan Pertanian. Kementerian Pertanian. 33
halaman.
Handewi Purwanti Saliem, 2011. Kawasan Rumah Pangan
Lestari (KRPL): Sebagai Solusi Pemantapan Ketahanan
Pangan. Makalah disampaikan pada Kongres Ilmu
Pengetahuan Nasional (KIPNAS), di Jakarta tanggal 8-10
November 2011. Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan
Pertanian, Badan Penelitian dan Pengembangan
Pertanian, Kementerian Pertanian.
Umi Puji Astuti. 2013. Laporan Akhir Pengembangan Model
Kawasan Rumah Pangan Lestari (m-KRPL) Pada Berbagai
Agroekosistem di Provinsi Bengkulu. Balai Pengkajian
Tejnologi Pertanian (BPTP) Bengkulu. Bengkulu.