i
i
ii
KATA PENGANTAR
Program Pamsimas yang dilaksanakan sejak tahun 2008 telah mempunyai dampak yang
positif bagi masyarakat yang tersebar di desa/kelurahan, khususnya untuk mencukupi
kebutuhan air minum, sanitasi, dan perubahan perilaku kesehatan. Saat ini Pamsimas
merupakan salah satu program unggulan untuk pembangunan sistem pentediaan air minum
dan sanitasi di kawasan perdesaan dalam peningkatan jumlah warga masyarakat yang
dapat mengakses pelayanan air minum dan sanitasi, meningkatkan penerapan nilai dan
perilaku hidup bersih dan sehat dalam rangka pencapaian target 100% akses air minum dan
sanitasi pada tahun 2019.
Sebagai program yang menggunakan pendekatan berbasis masyarakat, Pamsimas
menempatkan masyarakat sebagai pelaku utama dan sekaligus sebagai penanggungjawab
pelaksanaan kegiatan. Pelaksanaan program ini didukung oleh unit pengelola program di
tingkat pusat dan daerah, serta konsultan dan fasilitator. Untuk membantu penyelenggaraan
program agar dapat berjalan efektif dan dapat dipertanggungjawabkan, maka diperlukan
pedoman dan petunjuk teknis.
Buku Petunjuk Teknis ini merupakan penyempurnaan dari buku petunjuk teknis tahun
sebelumnya yang telah disesuaikan dengan pembelajaran pelaksanaan dan pendekatan
Program Pamsimas III tahun 2017. Diharapkan dengan adanya perbaikan dari Petunjuk
Teknis ini maka proses kegiatan khususnya di tingkat masyarakat akan terwujud hal-hal
sebagai berikut:
Seluruh proses kegiatan dapat dilaksanakan lebih cepat, tepat dan lebih baik ;
Pelaporan dan pertanggungjawaban pelaksanaan anggaran lebih berkualitas dan
memenuhi ketentuan yang berlaku;
Temuan-temuan dan penyimpangan dalam pelaksanaan kegiatan dapat menurun jumlah
kejadiannya..
Pada akhirnya diharapkan seluruh kegiatan program Pamsimas dapat berjalan dengan baik
sehingga masyarakat dapat menikmati air minum dan sanitasi yang layak secara
berkelanjutan.
.
Jakarta, September 2018 DIREKTUR PENGEMBANGAN SISTEM
PENYEDIAAN AIR MINUM
Ir. Agus Ahyar, M.Sc NIP. 196708171996031002
iii
DAFTAR ISI
Hal
KATA PENGANTAR .................................................................................................................. ii
DAFTAR ISI ............................................................................................................................... iii
DAFTAR TABEL ....................................................................................................................... iv
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................................................ iv
DAFTAR SINGKATAN .............................................................................................................. v
BAB 1. PENDAHULUAN .......................................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang .................................................................................................... 1
1.2 Pengertian ........................................................................................................... 2
1.2.1 Kerangka Pengamanan Lingkungan ....................................................... 2
1.2.2 Kerangka Pengaman Sosial .................................................................... 3
1.3 Tujuan ................................................................................................................. 4
1.4 Prinsip Dasar ...................................................................................................... 4
1.5 Pengguna Petunjuk Teknis ................................................................................. 5
BAB 2. PENGAMANAN LINGKUNGAN ................................................................................. 7
2.1 Pembelajaran Pelaksanaan Pengamanan Lingkungan Pamsimas ................... 7
2.2 Ketentuan Umum ................................................................................................ 7
2.3 Potensi dan Mitigasi Dampak Negatif .............................................................. 10
2.4 Prosedur Pengamanan Lingkungan ................................................................. 12
BAB 3. PENGAMANAN SOSIAL ........................................................................................... 16
3.1 Pembelajaran Pelaksanaan Pengamanan Sosial Pamsimas .......................... 16
3.2 Ketentuan Umum .............................................................................................. 17
3.2.1 Penyediaan Lahan ................................................................................. 17
3.2.2 Penanganan Masyarakat Hukum Adat (MHA) ...................................... 20
3.2.3 Penanganan Kelompok Perempuan dan Masyarakat Miskin ............... 22
3.2.4 Penanganan Penyandang Disabilitas ................................................... 23
3.2.5 Perlindungan Terhadap Anak ................................................................ 25
3.2.6 Prosedur Konsultasi Atas Dasar Informasi di Awal Tanpa Paksaan .... 25
3.3 Potensi dan Mitigasi/Pengurangan Dampak Negatif ....................................... 26
3.4 Penilaian Terhadap Daftar Kegiatan Terlarang (Negative List) ....................... 29
3.5 Prosedur Pelaksanaan Penyediaan Lahan, Penanganan Kelompok MHA, Perempuan dan Masyarakat Miskin Serta Penanganan Penyandang Disabilitas .......................................................................................................... 29
BAB 4. PEMANTAUAN, PELAPORAN DAN PENGADUAN PENGAMANAN LINGKUNGAN DAN SOSIAL.................................................................................... 38
4.1. Pemantauan Dan Pelaporan Pengamanan Lingkungan dan Sosial ............... 38
4.2. Pengelolaan Pengaduan Pengamanan Lingkungan dan Sosial ..................... 39
iv
DAFTAR TABEL
Hal
Tabel 1.1 Pengguna Pedoman dan Peran Pemangku Kepentingan dalam Pengamanan
Lingkungan dan Sosial ............................................................................................ 5
Tabel 2.1 Prosedur Pengamanan Lingkungan ..................................................................... 13
Tabel 3.1 Tabel Potensi Dampak Negatif dan Alternatif Upaya Mitigasi ............................. 27
Tabel 3.2 Prosedur Penyediaan Lahan ................................................................................ 30
Tabel 3.3 Prosedur Penanganan Masyarakat Hukum Adat, Perempuan dan Masyarakat
Miskin serta Penyandang Disabilitas .................................................................... 32
DAFTAR LAMPIRAN
Hal
PT.4-01A Daftar Uji Identifikasi Dampak Lingkungan ............................................................ 41
PT.4-01B Format Hasil Identifikasi Potensi Dampak Terhadap Lingkungan ....................... 46
PT.4-01C Surat Pernyataan Hasil Identifikasi Potensi Dampak Negatif Lingkungan........... 48
PT.4-02 Rekapitulasi Kebutuhan Lahan Untuk Penempatan Sarana ................................. 49
PT.4-02A Pernyataan Hibah Tanah ....................................................................................... 51
PT.4.-02B Pernyataan Ijin Dilalui* ........................................................................................... 54
PT.4-02C Surat Pernyataan Izin Pinjam Pakai Tanah ........................................................... 57
PT.4-03 Surat Pernyataan Hasil Identifikasi Potensi Dampak Negatif Sub-Proyek Terhadap Kelompok MHA ...................................................................................... 60
PT.4-04 Surat Pernyataan Kesanggupan Pengoperasian Dan Pemeliharaan Prasarana Dan Kesanggupan Iuran ........................................................................................ 62
PT.4-05 Check List Kelengkapan Dokumen Pengamanan Lingkungan Dan Sosial Pada Rencana Kerja Masyarakat (RKM) ........................................................................ 63
PT.4-06 Format Rencana Kerja Pengeloaan Masyarakat Hukum Adat (MHA) .................. 64
v
DAFTAR SINGKATAN
B3 : Bahan Berbahaya dan Beracun
BLM : Bantuan Langsung Masyarakat
CPMU : Central Project Management Unit
DC : District Coordiantor
DPMU : District Project Management Unit
DTA : Daerah Tangkap Air
HU/KU : Hidran Umum/Kran Umum
IMAS : Identifikasi Masalah dan Analisis Situasi
KKM : Kelompok Keswadayaan Masyarakat
KPSPAMS : Kelompok Pengelola Sarana Penyediaan Air Minum
dan Sanitasi
LSM : Lembaga Swadaya Masyarakat
LIPUT : Layanan Informasi dan Pengaduan Untuk
Transparansi
PAMSIMAS : Penyediaan Air Minum dan Sanitasi Berbasis
Masyarakat
PC : Provincial Coordinator
PDTA : Perlindungan Daerah Tangkap Air
PJM Proaksi : Program Jangka Menengah Program Air Minum,
Kesehatan dan Sanitasi
PPMU : Provincal Project Management Unit
PPAT : Pejabat Pembuat Akta Tanah
PPATS : Pejabata Pembuat Akta Tanah Sementara
OPD : Organisasi Penyandang Disabilitas
POB : Prosedur Operasional Baku
MHA : Masyarakat Hukum Adat
MIS : Management Infromasi System
NMC : National Management Consultan
RKM : Rencana Kerja Masyarakt
ROMS : Regional Oversight Management Services
RTA : Rapid Technical Assessment
SAMS : Sistem Air Minum dan Sanitasi
SPAMS : Sistem Penyediaan Air Minum dan Sanitasi
SDA : Sumber Daya Air
SIPA : Surat Ijin Pengambilan Air
SPAL : Sistem Pembuangan Air Limbah
SKAU : Surat Keterangan Asal Usul Kayu
SK - SHH : Surat Keterangan Sahnya Hasil Hutan
WTD : Warga Terkena Dampak
1
BAB 1. PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Kerangka pengamanan (safeguard) lingkungan dan sosial merupakan bagian
kewajiban dari perencanaan usulan kegiatan masyarakat dalam program
PAMSIMAS. Hal ini dimaksudkan untuk memperkuat partisipasi penerima manfaat
dalam perencanaan dan pelaksanaan program serta menghindari dampak negatif
pada lingkungan dan sosial yang dapat ditimbulkan pada saat pelaksanaan kegiatan.
Pembelajaran dari kegiatan di PAMSIMAS I selama ini bahwa pengamanan
lingkungan dan sosial belum menjadi perhatian utama dalam pelaksanaan kegiatan
di masyarakat. Beberapa aspek yang seharusnya menjadi perhatian di Pengamanan
lingkungan dan sosial masih belum dimengerti dan dilaksanakan. Hal ini terlihat dari
temuan-temuan di lapangan dan dokumen yang menunjukkan jenis kegiatan dan
penggunaan prosedur masih belum sesuai dengan petunjuk teknis yang
mengindikasikan kebutuhan untuk penguatan kapasitas untuk pelaku PAMSIMAS.
Saat ini program PAMSIMAS II mengalami perkembangan, baik pendekatan maupun
pelaksanaannya. Salah satu perkembangan yang menarik adalah adanya pembagian
3 (tiga) pembiayaan di desa sasaran PAMSIMAS, yaitu: perluasaan, pengembangan,
dan optimalisasi. Masing-masing kategori pembiayaan tersebut mempunyai
pendekatan pelaksanaan yang berbeda. Untuk itu kerangka pengamanan lingkungan
dan sosial ini harus dapat diterapkan ke dalam setiap kategori pembiayaan tersebut
Kerangka Pengamanan (safeguard) dimaksudkan untuk menyediakan panduan bagi
seluruh pelaku PAMSIMAS dalam melakukan analisis, perencanaan, pelaksanaan,
operasional, dan pemantauan sub-kegiatan agar sesuai dengan persyaratan dan
peraturan perundangan yang berlaku di Indonesia terkait dengan dampak
lingkungan, penyediaan lahan, masyarakat rentan, dan masyarakat adat.
Pengembangan kerangka terpadu Pengamanan (safeguard) Lingkungan dan Sosial
ini disusun dalam rangka pelestarian lingkungan, penyediaan lahan, dan mendorong
partisipasi dan inklusi sosial bagi masyarakat, terutama masyarakat rentan sehingga
seluruh kegiatan sesuai dengan kebijakan dalam dokumen ini dan peraturan
perundangan yang berlaku di Indonesia baik di tingkat nasional, provinsi, maupun di
daerah. Kerangka Pengamanan Lingkungan dan Sosial ini dirancang untuk menjamin
bahwa kegiatan yang akan dilaksanakan menimbulkan dampak positif yang optimal
dan menghindari/meminimalisir potensi dampak negatif terhadap masyarakat dan
lingkungan sekitarnya.
2
1.2 PENGERTIAN
Pengamanan atau Safeguard diterjemahkan sebagai ”upaya pengamanan”. Upaya
pengamanan yang dimaksud adalah upaya pengaman yang harus dilakukan terkait
lingkungan dan sosial. Upaya tersebut meliputi upaya pencegahan, penanganan,
penyelesaian masalah dan pemulihan kondisi akibat dampak negatif terhadap
lingkungan dan sosial yang tidak diinginkan yang dapat terjadi akibat
kegiatan/pembangunan prasarana yang didanai program. Upaya pengamanan
tersebut dilakukan secara sistematis dan terpadu pada saat perencanaan,
pelaksanaan, pemeliharaan, pengawasan dan penegakan hukum.
1.2.1 Kerangka Pengamanan Lingkungan
Kerangka Pengamanan Lingkungan dimaksudkan untuk membantu semua pihak
pelaku PAMSIMAS melakukan evaluasi secara sistematik dalam penanganan,
pengurangan, dan pengelolaan resiko lingkungan yang tidak diinginkan, promosi
manfaat lingkungan, dan mewujudkan keterbukaan dengan melaksanakan konsultasi
publik dengan warga yang terkena dampak (WTD)1. Program PAMSIMAS sebisa
mungkin menghindari atau meminimalkan dampak negatif terhadap lingkungan
sehingga setiap kegiatan harus dirancang untuk memberikan dampak positif secara
maksimal.
Program PAMSIMAS digolongkan Kategori B menurut tingkat resiko aktifitas yang
didanai oleh program. Program ini diperkirakan tidak secara signifikan mempengaruhi
populasi manusia atau mengubah ekositem lingkungan penting, seperti lahan basah,
hutan asli, padang rumput, dan habitat alami utama lainnya
Ruang lingkup Pengamanan Lingkungan mencakup:
1) Sumber Air Baku
Kerangka ini dimaksudkan untuk membantu semua pihak pelaku PAMSIMAS
untuk dapat melakukan evaluasi secara sistematik dalam perencanaan,
penanganan, pengurangan dan pengelolaan resiko bagi pengadaan air minum
yang berasal dari sumber air baku (mata air, air permukaan, air tanah, air hujan,
dan sumber air baku layak lainnya) dengan jumlah yang memadai dan
berkesinambungan.
2) Kualitas Air
Kerangka ini dimaksudkan untuk membantu semua pihak pelaku Program
PAMSIMAS untuk dapat melakukan evaluasi secara sistematik dalam
perencanaan, penanganan, pengurangan dan pengelolaan resiko bagi
pengadaan air bersih yang memenuhi syarat kualitas air bersih bagi kesehatan
masyarakat.
1Warga yang terkena dampak dalam kerangka Pengamanan lingkungan, selanjutnya disebut sebagai WTD berhak untuk terlibat dalam pengambilan keputusan mengenai Pengamanan lingkungan melalui konsultasi publik dengan Pemrakarsa kegiatan. WTD adalah perseorangan/individu, entitas dan/atau badan hukum yang memiliki, menyewa atau menguasai tanah, bangunan dan atau aset lainnya yang terletak di atas tanah yang akan dibebaskan.
3
3) Penanganan Limbah
Kerangka ini dimaksudkan untuk membantu semua pihak pelaku Program
PAMSIMAS untuk dapat melakukan evaluasi secara sistematik dalam
perencanaan, penanganan, pengurangan dan pengelolaan resiko dalam
penanganan limbah yang mencakup drainase dan saluran pembuangan air
limbah dari sistem pengadaan air dan sanitasi.
1.2.2 Kerangka Pengaman Sosial
Ruang Lingkup Pengamanan Sosial mencakup:
1) Penyediaan Lahan
Kerangka ini dimaksudkan untuk membantu semua pihak pelaku PAMSIMAS
untuk dapat melakukan evaluasi secara sistematik dalam penanganan,
pengurangan dan pengelolaan resiko sosial yang tidak diinginkan, promosi
manfaat sosial, dan mewujudkan keterbukaan melalui konsultasi publik dengan
warga yang terkena dampak penyediaan lahan.
2) Pelibatan dan inklusi sosial Kelompok Masyarakat Hukum Adat (MHA)
Ketidakpastian status legal MHA dan pengakuan atas hak-hak terhadap hak
ulayat dan karakteristik yang berbeda dari masyarakat dominan sering (bahasa,
budaya, institusi, dan lain-lain) sering menyebabkan MHA tidak dapat
berpartisipasi dalam pelaksanaan proyek. Di samping itu, MHA seringkali rentan
terhadap hilangnya sumber daya alam (SDA) sebagai sumber penghidupan
serta nilai-nilai budaya karena agenda pembangunan dan eksploitasi SDA.
Untuk keperluan dokumen ini, MHA merupakan istilah yang digunakan secara
umum untuk mengacu ke kelompok masyarakat yang memiliki beberapa
karakteristik berikut dalam tingkatan yang berbeda-beda:
a. Mengidentifikasi diri mereka sendiri sebagai suatu kelompok yang spesifik
dan berbeda (indigenous), dan pengakuan ini dikenali oleh orang lain;
b. Memiliki keterikatan pada tempat tinggal dan lingkungan hidup yang telah
didiami secara turun temurun, demikian juga memiliki keterikatan dengan
sumber daya alamnya. Umumnya bermatapencaharian subsisten;
c. Mempunyai adat budaya, ekonomi, social, atau politik lembaga yang terpisah
dari budaya di masyarakat pada umumnya; dan
d. Bahasa adat/dialek sering berbeda dari bahasa dominan.
Karena kerentanan dan kekhususan karakteristik kultural, sosial ekonomi yang
mungkin membedakan kebutuhan pengadaan air bersih dan sanitasi dari
kelompok penerima manfaat lainnya, PAMSIMAS memberikan perhatian khusus
untuk MHA untuk memastikan aspirasi MHA dapat didengar dan diarus-
utamakan dalam perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi kegiatan. Pengambilan
keputusan harus berdasar prinsip Konsultasi Atas Dasar Informasi Awal Tanpa
Paksaan (Free, Prior, and Informed Consultations) dan memperhatikan
keterwakilan anggota MHA terutama untuk kaum rentan.
4
3) Pengelolaan bagi Kelompok Masyarakat Rentan
Pengelolaan Sosial bagi Kelompok Masyarakat Rentan (antara lain tetapi tidak
terbatas pada kelompok minoritas, miskin, perempuan, anak-anak, lansia serta
kelompok yang memiliki kebutuhan khusus—difabel) dimaksudkan untuk
memberikan panduan bagi semua pihak pelaku Program PAMSIMAS mengenai
strategi pelibatan masyarakat rentan dan penanganan dampak apabila ada
melalui partisipasi, konsultasi dan keterbukaan informasi. Kelompok masyarakat
rentan harus mendapatkan manfaat yang minimal sama dengan kelompok
masyarakat lain dan kegiatan program tidak menimbulkan dampak sosial yang
negatif terhadap masyarakat rentan.
1.3 TUJUAN
Tujuan Kerangka Pengamanan Lingkungan dan Sosial adalah sebagai berikut:
1) Memastikan partisipasi penerima manfaat termasuk didalamnya masyarakat
rentan dalam perencanaan dan pelaksanaan program PAMSIMAS;
2) Mendorong tercapainya dampak positif bagi masyarakat dan kelestarian
lingkungan sekitar;
3) Menghindari atau meminimalkan dampak negatif sosial, ekonomi dan lingkungan
hidup yang tidak diinginkan termasuk potensi konflik sosial dan kecemburuan
sosial di masyarakat;
4) Memastikan bahwa semua elemen masyarakat penerima manfaat program atau
yang terkena dampak mendapat informasi, perlakuan dan kesempatan yang
sama dalam siklus program.
5) Menciptakan budaya pengamanan lingkungan dan sosial yang berkelanjutan
diantara pelaku proyek dan penerima manfaat.
1.4 PRINSIP DASAR
1) Semua pihak terkait wajib memahami, melaksanakan dengan baik dan konsisten
kerangka Pengamanan Lingkungan dan Sosial. Disamping itu, persyaratan
dalam kerangka Pengamanan Lingkungan dan Sosial ini juga perlu disepakati
dan dilaksanakan bersama oleh para pemangku kepentingan (stakeholders) di
kabupaten/kota terkait, tidak hanya dari kalangan pemerintah daerah saja,
namun juga dari berbagai pemangku kemungkinan antara lain warga yang
terkena dampak program (WTD), LSM, perguruan tinggi, dan warga lainnya.
2) Agar pelaksanaan kerangka Pengamanan Lingkungan dan Sosial dapat
dilakukan secara lebih efektif, diperlukan penguatan kapasitas lembaga
pelaksana. Fokus penguatan kapasitas mencakup kemampuan fasilitasi,
penciptaan arena berbagai pemangku kepentingan, dan pengetahuan teknis dari
pihak-pihak terkait.
5
3) PAMSIMAS tidak membiayai investasi pengembangan infrastruktur apapun yang
dapat mengakibatkan dampak negatif yang serius dan tidak dapat
diperbaiki/dipulihkan. Bila terjadi dampak negatif maka perlu dipastikan adanya
upaya mitigasi yang dapat meminimalkan dampak negatif tersebut, baik pada
tahap perencanaan, persiapan maupun tahap pelaksanaan.
4) PAMSIMAS tidak akan membiayai program-program yang karena kondisi lokal
tertentu tidak memungkinkan terjadinya konsultasi publik yang memadai dan
dengan niat baik dengan masyarakat, baik yang terkena dampak maupun
penerima manfaat.
5) Setiap keputusan, laporan, dan draft perencanaan final yang berkaitan dengan
kerangka Pengamanan Lingkungan dan Sosial harus dikonsultasikan dan
disebarluaskan terutama kepada warga yang berpotensi terkena dampak. Warga
masyarakat utamanya yang terkena dampak harus mendapat kesempatan untuk
ikut dalam pengambilan keputusan serta menyampaikan aspirasi dan/atau
keberatannya atas rencana investasi yang berpotensi dapat menimbulkan
dampak negatif bagi mereka.
1.5 PENGGUNA PETUNJUK TEKNIS
Secara khusus petunjuk teknis Pengamanan Lingkungan dan Sosial diperuntukan
bagi Pengelola Program, Kelompok Keswadayaan Masyarakat (KKM) dan Tim
Fasilitator Masyarakat. Secara ringkas, pengguna pedoman dan manfaat masing-
masing dapat dilihat pada Tabel 1.1 dibawah ini:
Tabel 1.1 Pengguna Pedoman dan Peran Pemangku Kepentingan dalam
Pengamanan Lingkungan dan Sosial
Pengguna Manfaat
Kader AMPL, KKM, dan KPSPAMS
1. Memahami arti penting Pengamanan Lingkungan dan Sosial.
2. Memberikan pelayanan yang setara kepada seluruh masyarakat, khususnya masyarakat rentan.
3. Mengelola dampak negatif yang mungkin timbul dari pembangunan sarana air minum.
4. Menggunakan Juknis ini sebagai acuan menyusun Rencana Kerja Masyarakat (RKM) dan rencana untuk keberlanjutan program.
Pengelola Program (CPMU, PPMU dan DPMU)
1. Memahami secara menyeluruh konsep Pengamanan Lingkungan dan Sosial program PAMSIMAS.
2. Merencanakan pengelolaan program dengan memastikan kebijakan Pengamanan Lingkungan dan Sosial dilakukan.
3. Mengendalikan program termasuk penilaian kinerja pelaksanaan Pengamanan Lingkungan dan Sosial.
4. Mengembangkan kapasitas pelaku proyek dalam rangka Pengamanan Lingkungan dan Sosial
6
Pengguna Manfaat
Konsultan Pelaksana (NMC, ROMS)
1. Menggunakan Juknis dalam rangka pengendalian mutu Pengamanan Lingkungan dan Sosial.
2. Menyusun strategi dan rencana kerja pelaksanaan Pengamanan Lingkungan dan Sosial.
3. Memantau dan evaluasi kemajuan program terkait dengan pelaksanaan Pengamanan Lingkungan dan Sosial.
4. Mengembangkan kapasitas pelaku proyek dalam rangka Pengamanan Lingkungan dan Sosial
Fasilitator Masyarakat 1. Memfasilitasi masyarakat untuk menyusun rencana kerja pelaksanaan kegiatan khususnya pelaksanaan Pengamanan Lingkungan dan Sosial.
2. Melakukan pendampingan masyarakat dan para pemangku kepentingan di desa/kelurahan terkait Pengamanan Lingkungan dan Sosial.
3. Bersama-sama dengan masyarakat memastikan bahwa dokumen-dokumen berkaitan dengan pengamanan lingkungan dan sosial, seperti surat tanah, surat keterangan asal usul kayu (SKAU dan SK-SHH) dan menjadi bagian dari RKM.
4. Mengendalikanmutu pekerjaan.
5. Mengembangkan kapasitas Kader AMPL, KKM, dan BPSPAMS dalam pelaksanaan Pengamanan Lingkungan dan Sosial
Pemerintah
(Pusat, Provinsi, Kota/Kabupaten)
1. Memahami secara menyeluruh konsep Pengamanan Lingkungan dan Sosial program PAMSIMAS.
2. Memastikan kebijakan pengamanan lingkungan dan sosial pada program PAMSIMAS dilakukan sesuai dengan panduan.
Para Pihak yang Peduli 1. Melakukan kontrol lingkungan dan sosial
2. Melakukan advokasi.
7
BAB 2. PENGAMANAN LINGKUNGAN
2.1 PEMBELAJARAN PELAKSANAAN PENGAMANAN LINGKUNGAN
PAMSIMAS
Pelaku program harus mampu mengambil pembelajaran dari pengalaman
pelaksanaan Pengamanan lingkungan agar dapat melakukan tindakan Pengamanan
yang lebih baik. Dibawah ini merupakan kegiatan yang sering terjadi:
1) Tidak adanya kelengkapan SPAL (saluran pembuangan air limbah) pada sarana
air minum seperti HU/KU, sehingga terjadi genangan di sekitar sarana tersebut.
2) Penempatan bangunan sumber air minum terhadap sumber pencemar (misal:
lubang pembuangan tinja) kurang dari 10 M sehingga mencemari sumber air.
3) Tidak ada upaya PDTA (Perlindungan Daerah Tangkapan Air) yang
mempengaruhi berkurangnya kapasitas dan hilangnya sumber air.
4) Penempatan sarana air minum pada lokasi tebing yang berpotensi longsor dan
merusak sarana.
2.2 KETENTUAN UMUM
1) Program PAMSIMAS tidak mendukung adanya kegiatan yang mempunyai
dampak negatif terhadap habitat alamiah, masyarakat rentan, wilayah terlindung,
jalur laut internasional atau kawasan sengketa. Disamping itu, PAMSIMAS juga
tidak akan membiayai kegiatan yang terkait hal-hal berikut ini:
a. Menggunakan atau memproduksi bahan-bahan yang merusak ozon,
mengandung tembakau dan produk tembakau;
b. Menggunakan bahan-bahan yang mengandung asbes;
c. Menghasilkan buangan limbah cair maupun emisi gas, kecuali
buanganrumah tangga normal;
d. Menggunakan, menghasilkan, menyimpan atau mengangkut bahan/material
berbahaya (beracun, korosif atau eksplosif) atau bahan/material yang
diklasifikasikan sebagai B3 menurut hukum yang berlaku di Indonesia;
e. Melakukan pengadaan pestisida, herbisida atau insektisida;
f. Penambangan (pengeboran atau penggalian) karang hidup;
8
g. Dapat merusak atau menghancurkan kekayaan budaya, termasuk: benda
(artifak), struktur dan cagar budaya atau spiritual;
h. Kegiatan yang berpotensi menimbulkan konversi atau degradasi hutan
ataupun merusak ekosistem habitat alamiah, dan sumber daya alam.
2) Program PAMSIMAS telah diklasifikasikan sebagai Kategori B, selanjutnya
setiap kegiatan mengacu pada Prosedur Operasi Baku (POB) Kegiatan
Penyediaan Air Minum dan Sanitasi Program PAMSIMAS
3) Prosedur Operasi Baku (POB) dimaksudkan sebagai pedoman teknis kegiatan
yang berisi mengenai spesifikasi desain, prosedur konstruksi, dan operasi dan
prosedur pemeliharaan air minum dan sanitasi yang dipakai untuk mengelola
kegiatan yang berdampak lingkungan, asalkan pedoman diikuti dan pengawasan
untuk memperbaiki kesalahan pelaksanaan kegiatan dilakukan secara berkala.
4) Pedoman teknis harus mempertimbangkan tahapan kegiatan, yaitu:
a. tahap persiapan (misal: dalam menguraikan persyaratan desa/kelurahan
lokasi PAMSIMASharus memperhatikan kerentanan dan potensi dampak
proyek),
b. tahap perencanaan (misal: jenis opsi teknologi air minum yang digunakan
terkait dengan pengambilan sumber air dan upaya perlindungannya),
pemilihan lokasi yang mempertimbangkan kemudahan akses bagi seluruh
warga penerima manfaat),
c. tahap pelaksanaan (pemantauan dan optimalisasi dampak positif
danmenghindari/minimalisasi dampak negatif).
POB meliputi: Katalog Informasi Pilihan(Informed Choice Catalogue), Manual
Teknis Sarana Air Minum dan Sanitasi, Gambar Tipikal Sarana Air Minum dan
Sanitasi, Petunjuk Teknis Pelaksanaan Kegiatan, Buku Belajar dari Lapangan,
dan dokumen pendukung lainnya.
Catatan: apabila masyarakat telah memiliki aturan terkait Pengamanan
lingkungan, maka aturan tersebut dapat diacu sebagai bagian tindakan
Pengamanan lingkungan.
5) Apabila kegiatan dilakukan di daerah konservasi kelautan,daerah rawa-rawa,
daerah resapan air seputar danau, daerah penampungan air, daerah seputar
mata air, daerah penelitian, daerah rawan bencana, daerah hutan lindung, cagar
alam, daerah tepi pantai, daerah hutan bakau dan daerah kelestarian budaya,
maka Bapeda kabupaten/kota perlu dilibatkan dalam proses evaluasi RKM dan
pelaksanaan kegiatan.
6) Pengambilan sumber mata air harus dibawah kapasitas maksimum sumber
(dihitung pada saat musim kemarau). Hal ini untuk menjaga kelestarian habitat
yang ada dan untuk menjamin keberlanjutan sarana apabila terjadi penurunan
kapasitas untuk jangka panjang.
7) Pengambilan air terutama dari sumber mata air pegunungan harus
memperhatikan daerah tangkapan air (DTA). DTA ini merupakan wilayah yang
9
mempengaruhi hilang dan bertambahnya sumber air. DTA ini wajib dilindungi
sehingga perlu ada upaya dari masyarakat untuk kegiatan perlindungan DTA.
Pemerintah desa perlu didorong untuk menyusun peraturan desa mengenai
perlindungan daerah tangkapan air.
8) Penggunaan sumber air tanah dalam harus menggunakan Surat Ijin
Pengambilan Air (SIPA) dari Dinas/pihak terkait serta mengikuti aturan setempat
(Perda, dan sebagainya).
9) Pengujian kualitas air harus dilakukan sebelum dan setelah konstruksi
dilaksanakan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten. Hal ini untuk memastikan air
yang akan di gunakan/dikonsumsi oleh masyarakat tidak menimbulkan gangguan
kesehatan dan sesuai dengan persyaratan kesehatan. Kualitas air harus
memenuhi persyaratan kesehatan sesuai Peraturan Menteri Kesehatan RI
Nomor 492/MENKES/PER/IV/tahun 2010 tentang Persyaratan Kualitas Air
Minum.
10) Pengelolaan kualitas air pada sarana air minum yang telah dibangun harus
dilakukan sebagai upaya untuk menjamin agar kualitas air tetap dalam kondisi
sesuai persyaratan kesehatan. Untuk itu perlu dilakukan pemeriksaan kualitas air
secara berkala oleh pengelola sarana air minum disetiap lokasi program.
Pengendalian terhadap pencemaran perlu juga perlu dilakukan untuk menjamin
kualitas air agar sesuai dengan baku mutu air melalui upaya pencegahan dan
penanggulangan pencemaran air serta pemulihan kualitas air.
11) Analisa tambahan terhadap uji kualitas air perlu dilakukan khususnya untuk
sumber air yang terletak pada lokasi yang dekat dengan lokasi pencemaran
seperti dekat dengan sawah/kebun yang rentan tercemar terhadap pestisida atau
dengan dengan lokasi pabrik atau dekat dengan lokasi tambang.
12) Pengecekan kualitas sumber air sebelum kegiatan dilaksanakan maupun selama
pemanfaatan (monitoring) harus dilakukan secara berkala dengan minimal
pengukuran 1 (satu) tahun satu kali untuk menjamin kelayakan sumber air
sebagai air minum.
13) Setiap kegiatan pengambilan (eksplorasi) sumber daya air harus diikuti dengan
kegiatan perbaikan dan pemulihan, hal ini sebagai bagian dari kontribusi
masyarakat kepada lingkungan.
14) Khusus untuk pembangunan sarana air minum dan sanitasi yang menjadikan
kayu sebagai bahan material utama, maka setiap kayu yang digunakan haru
dilengkapi dengan SKAU (Surat Keterangan Asal Usul Kayu) dan SK-SHH (Surat
Keterangan Sahnya Hasil Hutan).
15) Pelaksanaan Pengamanan lingkungan harus membawa perbaikan (dampak
positif) kondisi lingkungan di lokasi kegiatan, sebagai berikut:
Meningkatnya jumlah dan kualitas air yang disalurkan kepada penerima
manfaat yang berdampak pada peningkatan derajat kesehatan masyarakat;
Meningkatnya upaya perlindungan sumber daya air dan daerah tangkapan
air;
10
Meningkatnya cakupan dan akses terhadap jamban sehat, sehingga
meningkatkan kualitas tanah dan air akibat tidak BABS, serta mengurangi
penyebaran penyakit yang bersumber dari air;
Berkurangnya genangan air di sekitar sarana air minum dengan membuat
saluran pembuangan air limbah (SPAL) dan mengurangi kebocoran pipa.
Meningkatnya kapasitas masyarakat dalam melakukan pemantauan kualitas
air menggunakan teknologi sederhana.
Meningkatnya kesadaran masyarakat dan warga sekolah tentang masalah
kesehatan dan lingkungan.
2.3 POTENSI DAN MITIGASI DAMPAK NEGATIF
Mitigasi dampak merupakan upaya pencegahan/pengurangan serta penanganan
terhadap resiko dampak lingkungan yang akan terjadi. Upaya mitigasi merupakan
investasi jangka panjang untuk mendukung peningkatan kesejahteraan. Berikut ini
adalah tabel potensi dampak negatif dan alternatif upaya mitigasi:
No Potensi Dampak Negatif Alternatif Upaya Mitigasi
Pembangunan Bak Penangkap Mata Air
1 Penebangan pohon disekitar lokasi mata air untuk penempatan bak penangkap mata air
Meminimalisasi penebangan pohon
Penanaman kembali disekitar mata air dengan tanaman yang dapat menyimpan air (PDTA)
2 Lokasi mata air pada daerah yang mudah longsor
Pembuatan tembok penahan/turap /bronjong untuk perkuatan konstruksi
3 Terjadinya pencemaran pada sumber air yang terletak di perkebunan karena bahan insektisida yang digunakan untuk penyemprotan
Pembuatanbangunan pelindungterhadap mata air untuk mencegah masuknya bahan pencemar
Penyusunan Perdestentang perlindungan sumber air
4. Pencemaran sumber air oleh limpasan air hujan dari atas tebing/ lereng di sekitar lokasi broncaptering
Pembuatan saluran drainase di sekitar Broncaptering untuk penyaluran limpasan air hujan
5. Kerusakan lahan/tumbuhan akibat mobilisasi dan tumpukan material bahan bangunan
Pemulihan lahan jalur mobilisasi dan penanaman kembali di lokasi penyimpanan material bahan bangunan
Pembangunan Bak Pengambil/Intake
1. Tingkat kekeruhan dan endapan tinggi
Intake ditempatkan pada bagian sungai yang lurus atau pada sisi lingkaran luar sungai.
2. Perluasan daerah banjir karena ada pembangunan tanggul
Ketinggian tanggul maksimum sama dengan level muka air pada saat kondisi maksimum
Sumur Bor dan Sumur Gali
1 Longsor pada saat penggalian konstruksi sumur gali
Pembuatan penahan dinding galian sumur
Pembutan sumur gali sebaiknya menggunakan cincin beton (buis beton)
11
No Potensi Dampak Negatif Alternatif Upaya Mitigasi
2 Galian sumur bor dalam dapat memunculkan bahan-bahan tambang yang berbahaya seperti minyak dan gas
Koordinasi dengan dinas pertambangan dan geologi /instansi terkait sebelum melaksanakan kegiatan pengeboran
Pengajuan izin penggunaan air tanah dalam (sesuai aturan yang berlaku)
Melaksanakan survey geolistrik
3 Genangan disekitar lokasi pengeboran pada saat pelaksanaan pengeboran
Pembuatan drainase yang memadai
4 Penurunan muka air tanah (jika dieksploitasi terus-menerus)
Upaya PDTA di lokasi sumber air
memfungsikan kembali tampungan air di daerah cekungan air (boozem, embung, dan lain-lain)
5 Kualitas air sumur bercampur mineral/bahan berbahaya bagi kesehatan
Melakukan pengujian kualitas air
Membuat pengolahan tambahan yang sederhana
Mencari alternatif sumber lain
6 Pencemaran sumber air sumur diakibatkan penempatan sumber pencemar terlalu dekat
Penempatan lokasi sumur terhadaplubang buangan tinja/resapan minimal berjarak 10meter
7 Pencemaran sumur akibat genangan air dan banjir
Penempatan sumur pada daerah yang amanbanjir
Pemasangan buis beton dari di muka tanah yang aman terhadap banjir
Pemasangan lantai sumur untuk pencegahan rembesan air buangan
Pembangunan Reservoir/Menara
1 Tumpukan material tanah galian pondasi pembangunan menara dapat mengganggu mobilitas warga, lingkungan di sekitar lokasi
Menempatkan tanah galian di lokasi yang aman dan tidak mengganggu mobilitas warga, menambahkan dinding pembatas sementara disekitar tumpukan tanah galian untuk menahan longsoran tanah yang terbawa air hujan
2 Rawan terjadi kecelakaan di sekitar lubang galian pondasi
Menambahkan rambu/ pembatas untuk menandai lubang galian
3 Genagan air dari pipa peluap saat volume reservoir maksimum
Membuat saluran drainase di sekitar sarana/ membuat saluran pipa pembuangan dan mengalirkannya ke badan air penerima
Pemasangan pipa air minum
1 Pipa putus, pecah dan bocor terkena longsor dan banjir
Meminimalisasi pemasangan pipa pada tebing
Perlindungan pipa terbuka dengan pipa pelindung atau beton
Penanaman pipa sesuai dengan kedalaman standard
Melengkapi dengan perkuatan pemasangan pipa (misal dengan jembatan pipa, syphon,trust block)
Perlindungan pipa dengan pembuatan turap/tembok penahan/bronjong pada bagian pipa yang kritis
2 Pipa PVC mudah pecah (getas) karena tidak ditanam
Penanaman pipa PVC sesuai standard teknis
Jika pipa tidak bisa ditanam, maka harus dilengkapi perlindungan pipa (casing) atau diganti pipa besi.
3 Tumpukan tanah dari galian tanah sepanjang jalur pipa dipinggir jalan menganggu mobilitas warga, jalan menjadi kotor dan licin karena pada saat hujan tanah galian terbawa bersama limpasan air hujan
Penggalian dan penanaman pipa dilakukan pada hari yang sama, sehingga tidak ada tumpukan tanah galian
Konstruksi HU/KU
1 Genangan disekitar HU/KU Melengkapi dengan SPAL yang dapat mengalirkan air bekas pakai sehingga tidak menimbulkan genangan
12
No Potensi Dampak Negatif Alternatif Upaya Mitigasi
Bangunan TangkiSeptik
1 Potensi pencemaran karena ketidaklengkapan konstruksi tangki septik
Bak tangki septik harus kedap
Melengkapi bangunan tangki septik dengan:
1. Lubang kontrol dengan tutup yang terkunci
2. Pipa masuk (inlet)
3. Dinding dilengkapi sekat –sekat
4. Pipa keluar (outlet) menuju resapan
5. Pipa udara yang berfungsi sebagai ventilasi
6. Bidang resapan
Konstruksi MCK/Jamban
1. Potensi penyebaran penyakit, bau, kontak dengan vektor (lalat)
Pembangunan MCK/jamban haru memenuhi syarat:
1) Memutus kontak tinja dengan manusia dan vektor penyebar penyakit (menggunakan kloset, lubang tinja, dan lain-lain)
2) Tidak berbau (menggunakan penyekat atau penutup)
3) Tidak mencemari badan air (SPAL dan tangki septik)
4) Tersedia sarana cuci tangan dan sabun
5) Aman bagi anak-anak
Penggunaan Kayu untuk Konstruksi Sarana Air Minum dan Sanitasi
1. Potensi kerusakan hutan dan
lingkungan, seperti banjir, tanah
longsor dan bahkan kekurangan
sumber air baku.
Kayu yang dibeli dengan pembiayaan PAMSIMAS haruslah kayu yang legal. Artinya, kayu tersebut dibeli/didapatkan dari sumber material yang memiliki SK-SHH (Surat Keterangan Sahnya Hasil Hutan). (Informasi lengkap mengenai SK-SHH dapat dilihat di Kepmenhut 126/KPTS-II/2003). Kayu bekas bangunan lama yang masih layak pakai, boleh digunakan dengan rekomendasi tertulis Fasilitator Teknik dan Tenaga Ahli;
Kayu lokal yang masuk kategori kayu keras seperti jati rakyat, sonokeling, akasia, mahoni, suren/surian, nangka dan durian dapat digunakan tetapi dilengkapi dengan Surat Ijin Tebang dari aparat Kelurahan/Desa setempat dimana pohon tersebut berasal.
Menegaskan kepada masyarakat agar tidak terulang lagi penggunaan kayu ilegal tersebut, dan mengantisipasinya untuk tidak terjadi di lokasi yang lain.
Mensosialisasikan kembali mengenai pelarangan terhadap penggunaankayu ilegal.
Memberikan informasi kepada masyarakat mengenai syarat-syarat kayu legal dan tempat-tempat penjualan kayu yang memiliki SK-SHH
2.4 PROSEDUR PENGAMANAN LINGKUNGAN
Prosedur dalam Pengamanan lingkungan dapat dilihat pada tabel dibawah ini:
13
Tabel 2.1 Prosedur Pengamanan Lingkungan
No Tahapan Prosedur Hasil Dokumen yang
Dihasilkan Pelaku
1 IMAS Untuk perencanaan Sarana Air Minum :
1. Dalam proses pemetaan sosial masyarakat harus mencantumkan lokasi potensi sumber air yang dapat digunakan, peruntukan lahan (hutan lindung, perkebunan, dan lain-lain) dan lokasi potensi tercermar (tambang, sawah, dan lainnya).
2. Berdasarkan peta sosial, RTA dilakukan untuk mendapatkan informasi masing-masing potensi air dan daerah tangkapan air (DTA). Beri perhatian pula pada temuan yang mempunyai dampak terhadap lingkungan.
3. Pada saat melakukan penelusuran wilayah, temuan lokasi-lokasi yang mempunyai (1) potensi perusakan lingkungan, seperti: penebangan hutan, pembukaan lahan baru yang ilegal dan (2) pencemaran, seperti: sering ada genangan air, pembuangan air kotor sembarangan, dan lainnya.
4. Perencanaan sanitasi komunal disekolah:
5. Mengidentifikasi kemungkinan dampak lingkungan yang timbul akibat adanya sanitasi komunal.
6. Melakukan identifikasi pencegahan dan pengelolaan dampak yang ditimbulkan, apakah perlu dibuat pengolahan atau melalui jasa pengurasan limbah.
1. Peta sosial yang menggambarkan daerah tangkapan air (DTA) dan potensi sumber air yang dapat digunakan, peruntukan lahan dan potensi pencemar
2. Hasil RTA yang menjelaskan informasi masing-masing potensi air, dampak positif dan negatif terhadap lingkungan
3. Hasil transect walk yang menjelaskan tentang kondisi awal desa/kelurahan terkait sarana air minum dan sanitasi dan kondisi daerah tangkapan air
4. Data hasil identifikasi dampak yang ditimbulkan serta solusi penyelesaiannya.
5. Rencana perlindungan di daerah tangkapan air (DTA) dan pengelolaan pembuangan air limbah sanitasi sekolah.
1. Peta Sosial
2. Buku Catatan Hasil IMAS
Kader AMPL, KKM, Masyarakat, Komite Sekolah.
Fasilitator Masyarakat.
2 Pemilihan Opsi dan Penyusunan PJM ProAKSI
1. Pemilihan opsi sarana air minum dan sanitasi (SAMS) dipastikan tidak beresiko terhadap lingkungan.
2. Pemilihan opsi SAMS dilakukan dengan mempertimbangkan kemungkinan dampak lingkungan yang timbul.
3. Melakukan kesepakatan bersama mengenai opsi yang digunakan terkait dengan kemauan bersama untuk melakukan Pengamanan lingkungan.
4. Melakukan perencanaan ke depan dalam usaha menjaga keberlanjutan sumber air dan lingkungan.
1. Terpilih opsi sarana air minum dan sanitasi yang menimbulkan dampak negatif paling minim terhadap lingkungan (dilengkapi Berita acara pemilihan opsi).
2. Disepakati beberapa rencana kegiatan perbaikan dan Pengamanan lingkungan (Daftar rencana kegiatan dalam PJM ProAKSI).
1. Berita Acara Pemilihan Opsi
2. Dokumen PJM-ProAKSI
Kader AMPL,
KKM, Fasilitator Masyarakat.
14
No Tahapan Prosedur Hasil Dokumen yang
Dihasilkan Pelaku
3 Penyusunan RKM 1. Melakukan uji identifikasi dampak lingkungan dan tindak lanjutpenanggulangan dampak yang ditimbulkan (sedapat mungkin menghindari dampak) menggunakan Format Uji Identifikasi Dampak Lingkungan.
2. Memastikan kegiatan yang direncanakan sesuai dengan acuan, dokumen dan standard yang digunakan dalam pembangunan sarana, seperti: dokumen perijinan sumur bor, spesifikasi teknis, dan lain sebagianya.
3. Menyusun rencana kegiatan Pengamanan lingkungan yang dibutuhkan untuk menjamin keberlanjutan pelayanan dan pelestarian lingkungan.
4. Selalu mengacu pada spesifikasi teknis yang disyarakatkan, sebagai contoh: penggunaan pipa SNI (atau yang setara), pembangunan SPAL (saluran pembuangan air limbah) di HU, dan lain sebagainya.
1. Daftar Uji Identifikasi Dampak Lingkungan yang akan dijadikan Lampiran RKM.
2. Dokumen Surat Ijin Pengeboran Air Bawah Tanah dari Dinas Pertambangan dan Energi atau Dinas lain yang berwenang harus ada sebelum pelaksanaan pengeboran dengan mengacu pada peraturan yang ada
3. Terpenuhinya Bab 6 RKM (Rencana Pengamanan Lingkungan dan Sosial).
4. Rancangan Rinci Kegiatan Pembangunan Sarana Air Minum (RRK SAM).
Daftar Uji Identifikasi Dampak Lingkungan dan Usulan Penanggulangan Dampak (Lampiran PT.4-01 A, dan PT.4–01 B).
Izin Pengeboran
Rencana Pengamanan Sosial dan Lingkungan/ Mitigasi Dampak Negatif (Bab 5 RKM)
Kader Masyarakat
KKM, Fasilitator Masyarakat
4 Pelaksanaan Konstruksi SPAM
1. Memastikan pelaksanaan konstruksi telah sesuai dengan persyaratan dalam Spesifikasi Teknis, sebagai contoh: penggunaan pipa SNI (atau yang setara), pembangunan SPAL (saluran pembuangan air limbah) di HU dan penanaman pipa sesuai spesifikasi teknis (mengacu pada Gambar Typical Standar Sarana Air Minum).
2. Memastikan pihak ketiga mempunyai kualifikasi untuk melakukan pekerjaan sesuai bidangnya agar tidak menimbulkan dampak terhadap lingkungan (seperti: pengeboran sumur dalam).
3. Pelaksanaan konstruksi memanfaatkan teknologi dan sumber daya lokal (namun tidak merusak lingkungan) yang mengutamakan keberlanjutan.
1. Sarana terbangun dipastikan tidak menimbulkan dampak negatif terhadap lingkungan dan kualitas terjaga.
2. Adanya surat Ijin Usaha pihak ketiga yang masih berlaku.
3. Adanya Berita Acara Uji Fungsi
Berita Acara Uji Fungsi
Laporan Pelaksanaan Penanggulangan Dampak (Lampiran Format PT.4–01 C dan , PT.4-01D) yang menggambarkan pelaksanaan Penanggulangan Dampak
KKM/Satlak, Fasilitator Masyarakat,DC,DPMU.
5 Operasi dan Pemeliharaan
Melakukan operasi dan pemeliharaan secara rutin dengan tanggungjawab penuh. Memastikan seluruh sarana selalu berfungsi dengan baik.
Memastikan pelaksanaan kegiatan perlindungan terhadap sumber air dan lingkungan sebagai salah satu tanggung jawab BP SPAMS.
Terlaksananya kegiatan operasi dan pemeliharaan yang dilakukan oleh BPSPAMS bersama masyarakat.
Adanya rencana dan upaya konservasi yang dapat melindungi sekitar daerah
Rencana Kerja KPSPAMS yg memuat kegiatan O&M dan PDTA
Peraturan Desa tentang Pengelolan
KPSPAMS dan Masyarakat.
15
No Tahapan Prosedur Hasil Dokumen yang
Dihasilkan Pelaku
Membangun kesadaran bersama dengan cara memasang poster tentang pentingnya menjaga sumber air dan lingkungan, serta pemeliharaan sarana yang dilakukan secara individu dan kolektif. Poster dipasang di tempat-tempat yang startegis dan mudah dibaca oleh masyarakat.
Memastikan pemeliharaan dilakukan sesuai POB sehingga tidak menimbulkan dampak negatif terhadap lingkungan. Contoh : saluran pembuang dari sarana selalu dibersihkan sehingga tidak tersumbat yang mengakibatkan terjadinya genangan disekitar sarana.
tangkapan air (DTA).
Tersebarnya informasi tentang pentingnya menjaga sumber air dan lingkungan (melalui poster, pertemuan2, dan lain-lain).
Sarana air minum dan sanitasi tidak mencemari lingkungan.
SAMS dan PDTA
Hasil pemeriksanaan kualitas air secara berkala
16
BAB 3. PENGAMANAN SOSIAL
3.1 PEMBELAJARAN PELAKSANAAN PENGAMANAN SOSIAL PAMSIMAS
Pengamanan Sosial pada Program Pamsimas terdiri atas empat aspek yaitu
(i) Penyediaan Lahan yang digunakan untuk pembangunan Sistem Penyediaan Air
Minum (SPAM), (ii) Pengelolaan Masyarakat Hukum Adat (MHA); (iii) Pengelolaan
Kelompok Perempuan dan Masyarakat Miskin, (iv) serta Pengelolaan Penyandangan
Disabilitas. Keempat aspek tersebut menjadi perhatian pelaksanaan Program
Pamsimas mulai dari tahapan perencanaan, pelaksanaan dan keberlanjutan.
Terkait pelaksanaan keempat aspek tsb, pelaku program harus mampu mengambil
pembelajaran dari pengalaman pelaksanaan pengamanan sosial agar dapat
meningkatkan keterlibatan masyarakat dan melakukan tindakan yang diperlukan
untuk memaksimalkan manfaat positif dan mencegah/mengurangi dampak-dampak
negatif proyek melalui pengalaman PAMSIMAS di tahun-tahun sebelumnya.
Berikut permasalahan yang sering ditemui dilapangan antara lain:
1) Kurangnya pemahaman mengenai jenis penyediaan lahan (hibah, ijin pakai, dan
ijin dilewati) dan konsekuensi prosedur pencatatan dan administrasi dokumen
untuk masing-masing jenis;
2) Tidak lengkap atau tidak ada pencatatan dokumen penyediaan lahan yang
digunakan untuk pembangunan sarana air minum dan sanitasi yang di kemudian
hari berpotensi menyebabkan konflik sosial;
3) Penyediaan lahan belum terdokumentasi dengan baik; proses penyediaan lahan
yang dilakukan dengan cara hibah secara administrasi belum lengkap, sehingga
belum mempunyai kekuatan hukum yang dapat dipertanggungjawabkan;
4) Pemberi hibah maupun ahli waris wanprestasi terhadap Surat Pernyataan Hibah.
Diawal program bersedia menghibahkan sebidang tanah, namun dikemudian hari
meminta kompensasi atau diminta kembali oleh ahli waris.
5) Pemahaman mengenai MHA dan masyarakat rentan MHA dan bagaimana harus
mengidentifikasi serta melibatkan mereka MHA dalam program masih sangat
terbatas
6) Adanya potensi hambatan MHA dan masyarakat rentan untuk terlibat dalam
pengambilan keputusan (contoh: dominasi elit, terbatasnya menggunakan
bahasa Indonesia, pemilihan waktu dan tempat, lokasi geografis yang terpencil
dan berpindah-pindah)
17
7) Kurangnya pemahaman pelaku program terhadap ciri dan cara memperlakukan
MHA dan masyarakat rentan MHA sehingga mereka belum sepenuhnya
mendapatkan informasi dan manfaat program.
8) Kehadiran perempuan dan kelompok masyarakat sangat miskin serta
penyandang disabilitas pada berbagai pertemuan untuk pengambilan keputusan
masih perlu ditingkatkan. Kualitas diskusi yang berujung pada pengambilan
keputusan cenderung didominasi pria dan peserta yang berpendidikan, tidak
miskin atau kaum elit. Kaum perempuan dan kelompok masyarakat sangat
miskin serta penyandang disabilitas perlu difasilitasi untuk dapat menyampaikan
aspirasi dan kebutuhannya dengan lebih baik.
3.2 KETENTUAN UMUM
3.2.1 Penyediaan Lahan
1) Penyediaan lahan yang dimaksud adalah penyediaan lahan yang digunakan
sebagai lokasi untuk (i) Bangunan penangkap air, lokasi sumur bor, Bangunan
Pengolahan air; (ii) Reservoir/Menara air; (iii) Rumah Pompa, dan (iv) Jalur pipa.
2) Setiap kegiatan/infrastruktur yang didanai program harus memiliki alternatif lokasi
untuk memastikan bahwa hibah, ijin pakai, ijin dilewati yang diberikan oleh
pemilik tanah benar-benar dilakukan secara sukarela tanpa paksaan dan tanpa
tekanan dari pihak manapun. Kegiatan harus dipindahkan jika pemilik
lahan/tanah tidak rela sepenuhnya. Demikian juga, lokasi fasilitas harus
merupakan hasil kesepakatan masyarakat untuk memastikan bahwa fasilitas
tersebut dapat dijangkau dengan mudah oleh semua penerima manfaat
3) Penyediaan lahan meliputi: (a) hibah tanah, (b) ijin pakai, dan (c) ijin dilewati.
a. Hibah tanah (Hibah hak milik atas tanah) merupakan pelepasan hak
kepemilikan tanah kepada pihak lain atas persetujuan pihak penghibah
dengan sukarela dan cuma-cuma serta tidak dapat ditarik kembali kepada
pihak penerima hibah. Syarat hibah adalah sukarela, nyata (riil) dan adanya
penyerahan sebagian atau seluruh hak atas tanah. Hibah tanah harus
dicatatkan di PPAT atau PPATS yang dalam hal ini adalah Camat yang telah
diangkat menjadi PPATS oleh Kepala Badan Pertanahan Nasional
b. Ijin pakai adalah pemberian hak pinjam pakai kepada pihak lain secara tidak
permanen atau atas dasar waktu tertentu yang disepakati bersama. Selama
masa ijin pakai, pemilik tanah tidak dapat menggunakan tanah tersebut untuk
kepentingannya. Ijin pakai harus diketahui dan dibuktikan dengan perjanjian
tertulis yang ditandatangani oleh pemilik tanah termasuk ahli waris dan pihak
Desa.
c. Ijin dilewati adalah pemberian ijin menggunakan tanah untuk dilalui/dilewati
infrastruktur yang didanai program demi kepentingan masyarakat (contoh:
pemasangan pipa). Pemilik tanah masih tetap dapat menggunakan bagian
atas dari tanah yang dilewati.
18
4) Hal yang harus diperhatikan antara pemberi hibah/hak pakai/ijin dilewati adalah
sebagai berikut:
a. Hibah tanah harus diketahui dan dibuktikan dengan perjanjian tertulis yang
ditandatangani oleh pemilik tanah serta ahli waris dan pihak Desa dan
didaftarkan sebagai aset desa. Hibah tanah harus dicatatkan di PPAT atau
PPATS yang dalam hal ini adalah Camat yang telah diangkat menjadi
PPATS oleh Kepala Badan Pertanahan Nasional. Untuk menghindari
penguasaan kembali dari pihak yang berhak, tanah yang dihibahkan perlu
diterbitkan Akta Hibah oleh PPAT atau PPATS untuk kemudian dilakukan
pemisahan melalui Kantor Pertanahan setempat. Apabila memungkinkan
dan diperlukan untuk menghindari konflik, untuk tanah yang hibahkan tetapi
belum bersertifikat/akta dibawah tangan (Letter C, girik, pethuk, Surat
Keterangan Kepala Desa atau istilah lain yang setara), tanah tersebut perlu
dilengkapi dengan sertifikat tanah atau dokumen yang setara yang
diterbitkan Kantor Pertanahan. Pengurusan pemisahan dan sertifikasi tidak
dapat didanai melalui dana BLM. KKM dan pemerintah Desa dianjurkan
untuk menggunakan sumber pembiayaan Dana Desa atau sumber lain
(swadaya, APBD, dan lain-lain.)
b. Pemberi hibah/hak pakai/ijin dilewati atas tanah telah mendapatkan informasi
yang jelas mengenai kegiatan Program PAMSIMAS, sehingga mau
menghibahkan dan mengijinkan dipakai/dilewati tanahnya dengan sukarela
dan tanpa paksaan.
c. Pemberi hibah/hak pakai/ijin dilewati atas tanah harus memahami terlebih
dahulu pengertian dan konsekuensi keputusannya atas pengalihan hak atas
tanah/hak pakai/ijin dilewati. Khusus hibah tanah, konsekuensinya adalah
berkurangnya hak atas luas tanah secara permanen sebesar tanah yang
dihibahkan.
d. Pemberi hibah/hak pakai/ijin dilewati atas tanah harus menerima kejelasan
dan kelengkapan informasi dari isi surat perjanjian atas penggunaan
tanahnya untuk kepentingan Program PAMSIMAS
e. Pengalihan hak atas tanah secara sukarela diperbolehkan dengan
pertimbangan bahwa pemberi hibah (pemilik tanah) memperoleh manfaat
dari program dan tidak akan menjadi lebih buruk kehidupannya setelah
tanahnya dihibahkan.
5) Persyaratan yang harus dipenuhi dalam hibah/hak pakai/ijin dilewati adalah
sebagai berikut:
a. Harus didasarkan atas ”prinsip kerelaan” dimana pemilik aset tanah
mendapat informasi yang sangat jelas/lengkap rencana penggunaan
lahannya (hibah, ijin dilewati, ijin penggunaan) dan kemungkinan dampak
baik positif dan negatif. Prinsip kerelaan juga berarti pemilik lahan bisa
menolak jika tidak setuju.
19
b. KKM dan fasilitator harus mengecek status legal tanah (sudah dilengkapi
sertifikat atau belum serta jenis sertifikat) dan memastikan bahwa tanah tidak
sedang dipersengketakan. Salinan bukti kepemilikan tanah dilampirkan
dalam RKM.
c. Pembangunan sarana di atas Tanah Kas Desa (atau nama lain) dilakukan
melalui ijin pakai bukan melalui hibah. Ijin dilewati harus diketahui dan
dibuktikan dengan perjanjian tertulis/berita acara yang ditandatangani oleh
pemilik tanah dan pihak Desa. Apabila pembangunan sarana melintasi
dan/atau memanfaatkan bahu jalan (right of way), Ijin dilewati harus
dibuktikan dengan persetujuan dan di tandatangani oleh perwakilan dari
pemilik dan/atau dinas pengelola jalan yang dilalui.
d. Dalam hal terjadi ketidaksetujuan pemilik lahan, maka pengelola program
PAMSIMAS harus memiliki alternatif lokasi lain terkait penempatan fasilitas
sarana air minum dan jalur pipa sehingga pelaksanaan PAMSIMAS tidak
terganggu.
e. Setiap proses penyediaan lahan baik hibah tanah/hak pakai/ijin dilewati
harus didokumentasikan secara baik dan lengkap. Setiap pihak yang
melakukan perjanjian penyediaan lahan harus memiliki dokumen asli Surat
Pernyataan hibah/hak pakai/ijin dilewati dengan tanda tangan kedua pihak,
yaitu pemilik tanah dan kepala desa/lurah dilengkapi dengan materai dan
ditandatangani oleh seluruh ahli waris dan saksi-saksi, termasuk ketua KKM.
f. Surat Pernyataan Hibah/Hak Pakai/Ijin dilewati harus memuat data lengkap
pemilik lahan dan lokasi serta peta situasi lahan/sketsa tanah.
g. Setiap pemilik tanah yang menghibahkan dan memberi ijin pakai untuk setiap
bidang tanah harus dilengkapi dengan satu surat pernyataan, dengan kata
lain, satu surat pernyataan hanya memuat satu orang pemilik tanah. Untuk
ijin dilewati (contoh: pemasangan pipa induk), surat kesanggupan harus
mencantumkan tanda tangan setiap warga dimana sarana tersebut
dibangun. Surat pernyataan ijin pakai dan ijin dilewati harus secara jelas
mencantumkan lama waktu dimana ijin tersebut berlaku.
h. Karena semua infrastruktur yang didanai PAMSIMAS digunakan oleh
masyarakat untuk kepentingan umum, semua aset desa (tanah hibah/wakaf,
pipa, dan sarana prasarana lain) harus dicatatkan ke dalam Buku Data
Tanah Milik Desa/Tanah Kas Desa dan Buku Aset Desa. Pencatatan
tersebut harus dilakukan sebelum serah terima aset ke Desa. Pada saat
pencatatan/registrasi di kantor desa harus ada saksi (setidaknya 2 orang)
yang mengetahui hibah tanah, pemberian ijin pakai dan/atau dilewati
(catatan: dokumen serah terima memuat lampiran salinan surat hibah, surat
ijin pakai dan/atau dilewati yang telah dilengkapi informasi dan tanda-tangan
pihak-pihak yang dipersyaratkan).
6) Jika lahan yang dibutuhkan tidak bisa didapatkan secara hibah/hak pakai /ijin
dilewati dan tidak ada alternatif lokasi lain yang dapat dihibahkan/hak pakai /ijin
dilewati, maka masyarakat dapat:
20
a. memberikan kompensasi kepada pemilik lahan sesuai dengan kesepakatan.
Kompensasi ini tidak dapat didanai oleh BLM.
b. mengganti opsi/desain infrastruktur untuk menghindari resiko masalah sosial.
c. mencari alternatif lokasi lain yang setara dengan lokasi awal; atau
d. membatalkan rencana pembangunan infrastruktur
7) Masalah yang tidak dapat diselesaikan di tingkat masyarakat akan ditangani
secara berjenjang, mulai dari tingkat kecamatan sampai dengan kabupaten/kota
(Bupati/Walikota) untuk dicarikan jalan keluarnya. KKM dan fasilitator harus
secara aktif mensosialisasikan mekanisme jalur-jalur pengaduan yang telah
disediakan kepada warga penerima PAMSIMAS.
8) Bagi lahan masyarakat atau pemerintah yang dilewati oleh jalur pipa harus
dilengkapi dengan surat ijin dilewati yang ditandatangani pemilik lahan dan saksi-
saksi (2 orang) termasuk ketua KKM dan disahkan oleh Kepala Desa/Kelurahan.
Surat ijin dilewati menjadi lampiran RKM.
9) Surat Hibah, Surat Ijin Pakai, dan Surat Ijin Dilewati harus dilampirkan dalam
Lampiran RKM. Satu surat asli harus dipegang oleh pemilik tanah dan satu surat
asli diarsipkan di Kantor Desa dengan salinan dipegang oleh KKM.
Format surat hibah tanah, ijin dilalui dan ijin pakai dicantumkan dalam Format
PT.4-02A, PT.4-02B, PT.4-02C dimana sebelumnya dibuatkan rekapitulasi
kebutuhan lahan untuk penempatan sarana, yang dicantumkan dalam Format
PT.4.-02 (sebagai bahan pembahasan pada saat pleno RKM)
3.2.2 Penanganan Masyarakat Hukum Adat (MHA)
1) Masyarakat Hukum Adat atau MHA menurut UU No 32 Tahun 2009 Tentang
Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup BAB I Pasal 1 Butir 31 adalah
kelompok masyarakat yang secara turun temurun bermukim di wilayah geografis
tertentu karena adanya ikatan pada asal usul leluhur, adanya hubungan yang
kuat dengan lingkungan hidup serta adanya sistem nilai yang menentukan
pranata ekonomi, politik, sosial dan hukum.
2) PC dan DC harus memeriksa Daftar Kabupaten yang diidentifkasi diperkirakan
ada MHA pada Dinas terkait (Dinas Sosial) dan berkoordinasi dengan fasilitator
dan KKM untuk memeriksa lebih lanjut desa-desa tempat berlokasinya MHA
tersebut.
3) Pada saat sosialisasi program dan IMAS, ROMS, koordinator dan fasilitator
dengan dukungan dari KKM memverifikasi keberadaan MHA atau kelompok
masyarakat dengan padanan istilah lain sesuai konteks daerah seperti Orang
Rimba, Orang Samin, Suku Anak Dalam, dan lain-lain berdasarkan karakteristik
berikut dengan tingkat kekhasan yang berbeda-beda:
Mengidentifikasi diri mereka sendiri sebagai suatu kelompok yang spesifik
dan berbeda (indigenous), dan pengakuan ini dikenali oleh orang lain;
21
Memiliki keterikatan pada tempat tinggal dan lingkungan hidup yang telah
didiami secara turun temurun, demikian juga memiliki keterikatan dengan
sumber daya alamnya. Umumnya bermata pencaharian subsisten;
Mempunyai adat budaya, ekonomi, sosial, atau politik lembaga yang terpisah
dari budaya di masyarakat pada umumnya; dan
Bahasa adat/dialek sering berbeda dari bahasa dominan.
4) Lokasi MHA dapat tersebar dalam bentang geografis yang beragam seperti
daerah pedalaman atau pegunungan, pulau-pulau terpencil dan terluar, daerah
pesisir, dan secara terbatas didaerah peri-urban yang masih mempertahankan
identitas sebagai MHA. Kegiatan verifikasi ini dilaksanakan bersamaan proses
pemilihan desa, yaitu sosialisasi di tingkat kabupaten sampai dengan penetapan
desa.
5) Apabila di lokasi PAMSIMAS sudah diverifikasi terdapat MHA dan aktifitas proyek
akan berdampak negatif terhadap masyarakat tersebut (contoh: berkurangnya
sumber air, pencemaran, batasan akses berkebun untuk area konservasi mata
air, dan lain-lain), fasilitator bersama-sama dengan KKM dan masyarakat desa
dengan arahan dari PC dan DC akan melaksanakan Kajian Sosial sederhana
untuk mengidentifikasi karakteristik MHA yang bersangkutan serta jenis-jenis
dampak dan tingkat kerentanan berdasar dampak proyek. Tabel 3.3
menguraikan prosedur penanganan MHA.
6) Proses Konsultasi Publik dilakukan bersamaan dengan Kajian Sosial di atas
untuk mengetahui apakah MHA yang bersangkutan setuju dengan aktifitas
proyek yang didanai oleh PAMSIMAS. Proses Konsultasi dilakukan berdasar
prinsip Konsultasi Atas Dasar Informasi di Awal Tanpa Paksaan (Free, Prior, and
Informed Consultations) untuk mendapatkan dukungan yang luas dari
masyarakat yang berpotensi terkena dampak.
7) Jika MHA yang bersangkutan setuju dan proyek berpotensi menimbulkan
dampak negatif, maka KKM dibantu oleh fasilitator masyarakat harus menyusun
rencana penanganan MHA yang mencerminkan hasil atau kesepakatan yang
diperoleh melalui rembug dengan MHA yang bersangkutan dan berisi langkah-
langkah untuk memaksimalkan dampak positif dan mitigasi, mekanisme
penanganan keluhan secara partisipatif dan mudah diakses oleh masyarakat dan
biaya yang diperlukan untuk melaksanakan rencana tersebut. Format rencana
MHA dapat dilihat di Lampiran PT 4.06
8) PC dan DC dapat meminta dukungan teknis dari berbagai pihak (Perguruan
Tinggi, LSM, Organisasi Masyarakat Adat, Kepala Desa/Kampung/Adat,
kelompok atau pihak lainnya yang memiliki pengalaman terhadap MHA) untuk
dapat memberi informasi yang lebih mendalam tentang keberadaan dan
karakteristik MHA serta strategi pendekatan yang inklusif serta proses konsultasi
yang dapat diterima menurut budaya dan tatanan sosial setempat.
9) Hasil Kajian Sosial dan rencana MHA harus dijadikan sebagai acuan untuk PJM
ProAksi dan RKM. Jika kelompok MHA merupakan bagian dari penerima
22
manfaat program, maka PJM ProAksi, RKM dan desain sub-proyek harus
mengakomodasikan kepentingan dan kebutuhan kelompok MHA dan
menguraikan langka-langkah untuk memaksimalkan dampak positif proyek. Jika
MHA bukan merupakan penerima manfaat program namun terkena dampak
program (misalnya, pemanfaatan mata air yang selama ini juga dimanfaatkan
oleh kelompok MHA), maka PJM Pro-aksi, RKM dan sub-proyek harus secara
jelas memiliki langkah-langkah mitigasi untuk menghindarkan atau
meminimalisasikan dampak-dampak negatif, yang juga telah disepakati oleh
kelompok MHA. Salah satu opsi langkah mitigasi yang penting adalah
menyesuaikan desain sub-proyek sehingga tidak membatasi akses penggunaan
air yang sudah ada dan apabila opsi tersebut tidak dapat dilakukan, maka KKM
harus memilih opsi lokasi lain yang layak. Format upaya memitigasi dampak
negatif sub-proyek terhadap kelompok MHA disajikan dalam Format PT.4-03.
10) Setiap pertemuan dan diskusi harus dilakukan dengan melibatkan semua lapisan
masyarakat penerima manfaat program termasuk kelompok MHA baik penerima
manfaat langsung atau yang terdampak. Proses konsultasi dan/atau diskusi
dilaksanakan dalam semua siklus kegiatan program. Pendekatan konsultasi
harus dilakukan sesuai dengan kondisi setempat dan dengan bahasa yang dapat
mudah dipahami oleh MHA. Apabila diperlukan, media bantú (visual) dan diskusi
terpisah untuk mengakomodasi suara kaum rentan (contoh: perempuan,
penyandang kebutuhan khusus, anak-anak dan lain-lain.) perlu dilakukan oleh
KKM dengan bantuan dari fasilitator.
11) Semua elemen masyarakat, termasuk MHA harus memperoleh informasi yang
sama dan mudah diakses dengan kelompok masyarakat lain yang terlibat dalam
program. Keputusan-keputusan dan masukan dari anggota masyarakat MHA
harus dipertimbangkan dalam desain, implementasi, pengoperasian dan
perawatan infrastruktur.
12) Dalam laporan bulanan dan uji petik, PC dan DC melaporkan hasil kegiatan
identifikasi kelompok MHA yang akan digunakan untuk memetakan keberadaan,
keterlibatan serta potensi dampak terhadap kelompok MHA dalam keseluruhan
program. Apabila di lokasi proyek yang didanai PAMSIMAS terdapat MHA,
fasilitator dan DC perlu mengidentifikasi jumlah pemanfaat PAMSIMAS dari
kelompok MHA dan mendokumentasikan data tersebut dalam Data MIS
(www.PAMSIMAS.org).
3.2.3 Penanganan Kelompok Perempuan dan Masyarakat Miskin
1) Perempuan dan masyarakat miskin pada Program Pamsimas ditempatkan sama
dengan anggota masyarakat lainnya yaitu mempunyai kesempatan yang sama
sebagai pengusul, sebagai pengambil keputusan, sebagai pelaksana kegiatan,
sebagai pemantau, serta sebagai penerima manfaat.
2) Perempuan dan masyarakat miskin harus terwakili pada setiap kelembagaan
Program Pamsimas Tingkat Masyarakat. Keterlibatan perempuan pada setiap
23
kelembagaan program Pamsimas tingkat masyarakat minimal sebanyak 40%
dari total jumlah pengurus.
3) Keterlibatan perempuan dan masyarakat miskin pada kelembagaan tingkat
masyarakat “tidak sekedar ada” tetapi sebaikhya ada pada posisi yang
menentukan sehingga menggambarkan kesetaraan dalam pengambilan
keputusan yang dibuat di dalam lembaga.
4) Untuk melibatkan perempuan dan masyarakat miskin pada setiap
diskusi/pertemuan yang dilakukan perlu memperhatikan hal-hal agar perempuan
dan masyarakat miskin dapat berpartisipasi dan menyuarakan pendapat mereka
secara optimal dalam pertemuan. Hal-hal yang dimaksud antara lain: waktu dan
tempat yang sesuai, informasi/undangan untuk menghadiri pertemuan,
pengaturan tempat duduk yang sesuai (tidak dibelakang), teknik fasilitasi supaya
perempuan dan masyarakat mau berbicara (pemakaian bahasa lokal/bahasa
sehari-hari, pemilihan fasilitator diskusi), serta pemisahan pertemuan (khusus
perempuan atau khusus masyarakat miskin) jika diperlukan.
5) Desain sub-proyek harus sedapat mungkin mengakomodasi kebutuhan dasar
perempuan dan masyarakat miskin untuk air bersih dan sanitasi. KKM dan
fasilitator harus mengupayakan agar lokasi, desain teknis, prioritas
pembangunan pipa induk dan saluran rumah serta kewajiban membayar dalam
pemanfaatan tetap dapat dijangkau oleh masyarakat miskin. Sebagai contoh,
fasilitator mempromosikan model subsidi silang untuk rumah tangga miskin.
6) Apabila aktifitas proyek berpotensi menyebabkan dampak negatif terhadap
perempuan dan masyarakat miskin, maka fasilitator dan KKM harus menyiapkan
langkah-langkah penanganan untuk menghindari dampak, yang juga telah
sepakati oleh masyarakat tersebut. Apabila terdapat ketidaksetujuan dan dampak
tidak bisa ditangani maka KKM harus memilih opsi lokasi lain yang lebih layak.
3.2.4 Penanganan Penyandang Disabilitas
1) Penyandang disabilitas meliputi setiap orang yang memiliki perbedaan
kemampuan fisik, intelektual, mental, dan/atau sensorik yang mengalami
berbagai hambatan untuk berpartisipasi secara penuh dan efektif dalam
berinteraksi di lingkungan sosialnya berdasarkan kesetaraan dengan yang
lainnya.
2) Pembangunan inklusif adalah pembangunan yang memastikan semua kelompok
masyarakat marjinal dan yang tereksklusi (excluded) terlibat dalam proses
pembangunan. Pembangunan yang inklusif menjembatani ketimpangan terhadap
kelompok penyandang disabilitas, sehingga terwujud pembangunan yang
berkeadilan bagi semua lapisan masyarakat.
3) Pembangunan yang inklusif disabilitas pada Program Pamsimas dimaksudkan
untuk memastikan seluruh tahapan kegiatan dalam siklus Pamsimas mulai tahap
perencanaan, pelaksanaan, pemantauan dan evaluasi memasukkan dimensi
disabilitas serta penyandang disabilitas.
24
4) Setiap pertemuan dan diskusi harus dilakukan dengan melibatkan semua lapisan
masyarakat penerima manfaat program tidak terkecuali penyandang disabilitas.
Apabila diperlukan fasilitator dan KKM : (i) perlu menyiapkan media konsultasi
yang inklusif (contoh: bahasa isyarat, media visual, dan lain-lain.); (ii) meminta
bantuan dari Dinas terkait untuk memfasilitasi konsultasi dan penyiapan langkah-
langkah untuk peningkatan akses air bersih dan sanitasi
5) Pada Program Pamsimas, perencanaan dan penganggaran yang berpihak
kepada penyandang disabilitas bukanlah sebuah proses yang terpisah dari
sistem yang sudah ada dan bukan pula penyusunan rencana serta anggaran
khusus untuk penyandang disabilitas. Perencanaan dan penganggaran yang
berpihak kepada penyandang disabilitas bertujuan untuk mewujudkan anggaran
yang lebih berkeadilan, mengurangi kesenjangan, dan membuka ruang
partisipasi yang lebih luas bagi penyandang disabilitas dalam pembangunan.
6) Untuk mendukung pembangunan yang inklusif bagi para penyandang disabilitas
Program Pamsimas menerapkan prinsip-prinsip universal di semua aspek
perencanaan (termasuk aspek design dari sarana air minum dan sanitasi). Hal ini
dimaksudkan agar sarana dapat digunakan semaksimal mungkin oleh siapapun
tanpa perlu penyesuaian atau desain khusus.
7) Tiga hal yang harus dilakukan dalam pelibatan penyandang disabilitas pada
tahap perencanaan adalah (i) menemukan orang dengan disabilitas, (ii)
Konsultasi dalam kegiatan Inklusif Disabilitas dengan menerapkan prinsip ”Tidak
Ada Kami Tanpa Kami”, dan (iii) Menyusun Perencanaan dengan menerapkan
prinsip-prinsip universal. Pelibatan penyandang disabilitas pada tahap
perencanaan antara lain :
Melibatkan penyandang disabilitas pada pertemuan Sosialisasi Desa,
sehingga penyandang disabilitas juga mendapatkan informasi yang lengkap
tentang Program Pamsimas dan mempunyai kesempatan untuk memberikan
suara tentang kepemintan
Melibatkan penyandang disabilitas pada setiap diskusi identifikasi masalah
dan analisis situasi (IMAS) dan pemicuan, pertemuan pembentukan KKM dan
KPSPAMS, serta Pertemuan Penyusunan PJM ProAksi dan Pleno RKM.
Memberikan kesempatan penyandang disabilitas untuk menjadi anggota tim
penyusun proposal, anggota KKM atau anggota KPSPAMS.
Melibatkan penyandang disabilitas pada saat menyusun DED Sarana Air
Minum dan Sanitasi Sekolah. Hal ini penting untuk memastikan penyandang
disabilitas dapat mengakses sarana air minum dan sarana sanitasi dengan
mudah.
8) Penting bagi Tim ROMS (PC dan DC) untuk bekerja sama dan berkoordinasi
dengan dinas pemerintah daerah yang menangani bidang pengelolaan
penyandang disabilitas serta mengidentifikasi keberadaan Organisasi
Penyandang Disabilitas (OPD) tingkat propinsi dan kabupaten untuk
mendapatkan dukungan OPD dalam implementasi Pamsimas.
25
9) Apabila aktifitas proyek berpotensi menyebabkan dampak negatif terhadap
penyandang disabilitas, maka fasilitator dan KKM harus menyiapkan langkah-
langkah penanganan untuk menghindari dampak, yang juga telah sepakati oleh
masyarakat tersebut. Apabila terdapat ketidaksetujuan dan dampak tidak bisa
ditangani maka KKM harus memilih opsi lokasi lain yang lebih layak.
10) Dalam laporan bulanan dan uji petik, PC dan DC melaporkan hasil kegiatan
identifikasi dan jumlah pemanfaat program PAMSIMAS dari kelompok
masyarakat rentan. Fasilitator perlu mendokumentasikan keterlibatan masyarakat
rentan dalam proyek untuk kemudian dimasukkan ke dalam SIM PAMSIMAS.
3.2.5 Perlindungan Terhadap Anak
Beberapa strategi mitigasi yang perlu dilakukan untuk kegiatan Program Pamsimas
terkait perlindungan anak adalah sebagai berikut:
1) Kegiatan konstruksi sedapat mungkin tidak melibatkan anak. Anak menurut UU
RI No 35 tahun 2014 tentang Perlindungan Anak adalah seseorang yang belum
berusia 18 tahun.
2) Selama kegiatan konstruksi dilaksanakan agar disekitar bangunan yang sedang
dibangun diberikan tanda agar anak-anak tidak mendekati lokasi tersebut
3) Semua orang termasuk anak-anak dapat melihat secara jelas semua bagian
bangunan yang sudah dikerjakan (tidak ada bagian yang ditutupi). Hal ini penting
agar semua orang termasuk anak-anak dapat menghindari lokasi bangunan yang
sedang dikerjakan.
4) Adanya pencahayaan yang cukup terang khususnya pada malam hari di sekitar
lokasi bangunan.
5) Untuk pembangunan sarana sanitasi di sekolah agar dibuat terpisah antara
Jamban untuk siswa laki-laki dan jamban untuk siswa perempuan.
6) Untuk media berupa film/poster/leaflet/media cetak lainnya beberapa hal yang
perlu diperhatikan adalah:
Tidak mencantumkan identitas (nama dan lokasi) dari anak bila
menggunakan photo anak pada media cetak
Photo yang digunakan harus berkaitan dengan Penyediaan Air Minum dan
Sanitasi
Apabila menggunakan photo anak, agar anak tidak dalam kondisi telanjang
dan berposes secara normal.
3.2.6 Prosedur Konsultasi Atas Dasar Informasi di Awal Tanpa Paksaan
Konsultasi Atas Dasar Informasi di Awal Tanpa Paksaan (Free, Prior, and Informed
Consultations) merupakan serangkaian proses konsultasi untuk mendapatkan
persetujuan secara luas dari warga penerima PAMSIMAS atau warga yang
26
terdampak tentang pelaksanaan proyek PAMSIMAS. Seberapa sering konsultasi
tersebut dan jumlah warga yang disertakan akan tergantung pada tingkat resiko dan
dampak sub-proyek. Proses konsultasi ini tidak hanya dilakukan di awal persiapan
proyek pada waktu IMAS, tetapi fasilitator dan KKM diharapkan dapat menerapkan
prinsip-prinsip dibawah ini disetiap siklus pelaksanaan PAMSIMAS:
1) Dimulai diawal selama persiapan (sewaktu kajian sosial) dan dilanjutkan secara
berkala sejalan dengan pelaksanaan program dan/atau apabila ada potensi
resiko dan/atau dampak;
2) Proses konsultasi harus didahului dengan sosialisasi mengenai tujuan proyek
beserta dampaknya secara jelas, transparan, objektif, dan dapat diakses dalam
bahasa dan media yang mudah dipahami oleh warga. Alat bantu sosialisasi
seperti bahasa isyarat, huruf braile, media gambar, dan lain-lain. dapat
digunakan apabila diperlukan;
3) Undangan musyawarah/diskusi harus disampaikan paling lambat satu minggu
sebelum tanggal pelaksanaan;
4) Harus melibatkan warga secara luas dan perwakilan mereka yang diakui.
Musyawarah dapat dilakukan terpisah untuk mengakomodasi warga yang tinggal
jauh dari pusat desa atau yang tidak memiliki kesempatan untuk hadir pada saat
jadwal yang ditentukan;
5) Mengedepankan keterwakilan masyarakat baik laki-laki, perempuan, masyarakat
rentan (warga berkebutuhan khusus, kaum muda, lansia, anak-anak) dalam
penyampaian aspirasi dan pandangan mengenai aktifitas proyek, manfaat serta
dampak proyek, bagaimana meningkatkan manfaat positif dan menangani
dampak apabila ada. Masukan warga pada nantinya digunakan sebagai
pertimbangan dalam penyusunan PJM ProAKSI dan Pemilihan Opsi;
6) Mengutamakan peran serta warga yang terdampak langsung;
7) Memastikan bahwa proses konsultasi bebas dari manipulasi, campur tangan
pihak yang tidak berkepentingan, paksaan maupun intimidasi. Disamping
penggunaan bahasa, fasilitator dan KKM perlu memikirkan dengan hati-hati
tentang pemilihan waktu, tempat dan komposisi warga yang ikut dalam proses
musyawarah agar setiap peserta musyawarah dapat mengemukakan
pendapatnya secara bebas.
8) Didokumentasikan (berita acara musyawarah yang ditandatangani oleh peserta
musyawarah dan dokumentasi lain seperti foto, video atau bentuk lain yang
sesuai)
3.3 POTENSI DAN MITIGASI/PENGURANGAN DAMPAK NEGATIF
Mitigasi dampak merupakan upaya pencegahan/pengurangan serta penanganan
terhadap resiko negatif sosial yang akan terjadi. Upaya mitigasi pengamanan sosial
adalah sebagai berikut:
27
Tabel 3.1 Tabel Potensi Dampak Negatif dan Alternatif Upaya Mitigasi
No Potensi Dampak Negatif Alternatif Upaya Mitigasi
Penyediaan Lahan
1 Konflik sosial akibat ketidakjelasan penyediaan lahan dan tidak lengkapnya dokumen yang dijadikan dasar hukum penyediaan lahan
Melakukan pertemuan dengan pihak yang akan menyediakan tanah serta ahli waris untuk menjelaskan tentang jenis, prinsip, konsekuensi dan tata cara penyediaan tanah
Dokumen penyediaan lahan dibuat 3 rangkap untuk diberikan pada:
a. pemberi hibah/ijin (termasuk para ahli waris)
b. penerima hibah/ijin;
c. dilampirkan dalam RKM
(Proses hibah didaftarkan di kantor desa dan surat hibah disimpan di kantor desa, sebagai penerima hibah dan arsip desa).
Informasi terkait penyediaan lahan (nama pemilik lahan/tanah, jenis penyediaan lahan, luas, lokasi, jenis peruntukan, dan nama penerima lahan/tanah) dipublikasikan agar diketahui oleh masyarakat luas melalui papan informasi, kantor desa/kel danfasilitas umum
Melakukan pengecekan terhadap kelengkapan dokumen penyediaan lahan antara lain:
a. surat pernyataan bermaterai yang ditandatangani oleh pihak pemberi dan penerima hibah/ijin. Untuk surat hibah, harus ditandatangani oleh PPAT Kecamatan atau Camat sebagai PPATS
b. sketsa dan lokasi tanah;
c. luas dan peruntukan tanah;
d. jangka waktu untuk ijin digunakan atau dilewati
e. tanda tangan seluruh ahli waris,
f. tanda tangan saksi-saksi
Melakukan sosialisasi dan pelatihan penyegaran untuk konsultan kabupaten dan fasilitator masyarakat tentang prosedur penyediaan lahan dalam program
Penanganan MHA
MHA tidak terlibat dan tidak mendapatkan manfaat dari program yang sesuai dengan kebutuhan mereka
Penyebaran informasi program ke seluruh wilayah penerima manfaat, melalui rembug warga, kegiatan keagamaan, pertemuan adat, arisan, posyandu, PKK, dsb maupun diskusi terpisah sesuai kebutuhan
Jika dibutuhkan, instrumen sosialisasi program perlu disampaikan dalam bahasa kelompok MHA ataupun media lain untuk mempermudah pemahaman (contoh: poster, video, dan lain-lain)
Melakukan pertemuan/rembug warga di tempat dan waktu yang sesuai dengan kelompok MHA.
Jika diperlukan, mengadakan rembug warga khusus untuk kelompok MHA (menggunakan metoda Kajian Sosial Partisipatif)
Perencanaan pembangunan infrastruktur/SAMS dilakukan dari basis dusun agar kelompok MHA dapat terlibat dan memperoleh manfaat sesuai dengan kebutuhan
Melakukan sosialisasi dan pelatihan penyegaran untuk konsultan kabupaten dan fasilitator masyarakat serta masyarakat penerima manfaat tentang pelibatan kelompok MHA dalam program
Kurangnya pemahaman para pelaku program tentang kelompok MHA dan tidak tertangkapnya aspirasi dan kebutuhan kelompok MHA dalam program
Melibatkan pihak yang mempunyai pengalaman dan keahlian bekerja sama dengan kelompok MHA
Melakukan diskusi langsung dengan kelompok MHA tentang pendapat mereka terhadap program termasuk hak mereka untuk menolak atau menyetujui keikutsertaan, dan mempelajari lebih dalam mengenai kebutuhan khusus mereka terhadap sarana air minum dan kebiasaan sanitasi mereka.
28
No Potensi Dampak Negatif Alternatif Upaya Mitigasi
Melibatkan kader yang berasal dari anggota kelompok MHA dan memberikan pelatihan khusus kepada fasilitator dan kader yang terlibat dalam fasilitasi MHA
Melakukan penyesuaian pada menu pilihan teknis dengan kearifan lokal yang dimiliki kelompok MHA walaupun tidak ada dalam daftar program.
Meningkatkan kualitas informasi melalui penyesuaian teknik fasilitasi dan menyiapkan materi dalam bahasa setempat/bahasa yang mudah dipahami warga MHA.
Mekanisme pemantauan khusus di lokasi kelompok MHA untuk mendapatkan peran serta dan aspirasi mereka secara maksimal
Penanganan Masyarakat Rentan (Perempuan, Masyarakat Miskin dan Penyandang Disabilitas)
Masyarakat rentan tidak terlibat dan tidak mendapatkan manfaat dari program yang sesuai dengan kebutuhan mereka
Penyebaran informasi program ke seluruh wilayah penerima manfaat, melalui rembug warga, kegiatan keagamaan, arisan, posyandu, PKK, dsb.
Melakukan pertemuan/rembug warga di tempat dan waktu yang sesuai dengan kelompok masyarakat rentan
Jika diperlukan, mengadakan rembug warga khusus untuk kelompok masyarakat rentan
Perencanaan pembangunan infrastruktur/SAMS dilakukan dari basis dusun agar kelompok masyarakat rentan dapat terlibat dan memperoleh manfaat sesuai dengan kebutuhan
Melakukan sosialisasi dan pelatihan penyegaran untuk konsultan kabupaten dan fasilitator masyarakat serta masyarakat penerima manfaat tentang penanganan kelompok masyarakat rentan dalam program
Kurangnya pemahaman para pelaku program tentang kelompok masyarakat rentan dan tidak tertangkapnya aspirasi dan kebutuhan kelompok masyarakat rentan dalam program
Melibatkan pihak yang mempunyai pengalaman dan keahlian bekerja sama dengan kelompok masyarakat rentan khususnya dengan penyandang disabilitas
Melakukan diskusi langsung dengan kelompok masyarakat rentan (contoh: melalui kunjungan rumahan) tentang pendapat mereka terhadap program termasuk hak mereka terutama MHA untuk menolak atau menyetujui keikutsertaan, dan mempelajari lebih dalam mengenai kebutuhan khusus mereka terhadap sarana air minum dan kebiasaan sanitasi mereka untuk selanjutnya diakomodasi oleh program.
Melibatkan kader dari dusun setempat dan memberikan pelatihan khusus kepada fasilitator dan kader yang terlibat dalam fasilitasi masyarakat rentan
Melakukan penyesuaian desain teknis sesuai dengan kemampuan dan kebutuhan masyarakat rentan walaupun tidak ada dalam daftar program.
Meningkatkan kualitas informasi melalui penyesuaian teknik fasilitasi dan menyiapkan materi yang mudah dipahami serta alat bantu untuk membantu pemahaman kelompok masyarakat rentan
Mekanisme pemantauan khusus di lokasi kelompok masyarakat rentan untuk mendapatkan peran serta dan aspirasi mereka secara maksimal
29
3.4 PENILAIAN TERHADAP DAFTAR KEGIATAN TERLARANG (NEGATIVE LIST)
Beberapa kegiatan terlarang terkait pengamanan sosial pada Program Pamsimas
adalah:
Pembangunan kantor KKM atau pembangunan kantor BP-SPAMS
Pembangunan atau rehabilitasi sarana sanitasi di rumah ibadah
Pengadaan lahan (beli) untuk keperluan sarana air minum
Kegiatan Pamsimas berkaitan dengan politik praktis (kampanye, demon-strasi,
sumbangan politik, dan lain-lain);
Kegiatan-kegiatan yang berdampak negatif terhadap lingkungan (seperti
pestisida; tembakau atau produk yang terkait; bahan yang membahayakan ozon,
penggunaan material dari bahan asbes; kegiatan produksi cairan, gas atau emisi
yang berbahaya, kegiatan yang memproduksi, memakai, menyimpan atau
mengangkut bahan-bahan dan buangan limbah berbahaya, kegiatan di area yang
dilidungi), penduduk asli dan kelestarian budaya lokal;
Kegiatan yang memanfaatkan KKM sebagai jaminan atau agunan atau garansi,
baik yang berhubungan dengan lembaga keuangan dan perbankan atau pihak
ketiga lainnya;
Kegiatan yang bertentangan dengan hukum, nilai agama, tata susila dan
kemanusiaan serta tidak sejalan dengan visi, visi, tujuan dan nilai-nilai Pamsimas
3.5 PROSEDUR PELAKSANAAN PENYEDIAAN LAHAN, PENANGANAN
KELOMPOK MHA, PEREMPUAN DAN MASYARAKAT MISKIN SERTA
PENANGANAN PENYANDANG DISABILITAS
Prosedur Pengamanan sosial yang meliputi: (a) Prosedur Penyediaan Lahan dan (b)
Prosedur Penanganan bagi Kelompok MHA dan Masyarakat Rentan dalam siklus
pelaksanaan program disajikan dalam Tabel 3.2 dan Tabel 3.3 berikut ini.
30
Tabel 3.2 Prosedur Penyediaan Lahan
Tahapan Prosedur Hasil Dokumen yang dihasilkan Pelaku
A. Penyediaan Lahan
IMAS Pembuatan Peta Sosial masyarakat yang dilengkapi dengan keterangan status kepemilikan lahan dengan mendapatkan informasi dari pemerintah desa, kecamatan dan instansi terkait
Situasi kepemilikan lahan tergambar dengan jelas dalam peta sosial (tanah adat/ulayat, tanah negara, tanah desa, tanah pribadi, dan lain-lain).
Peta sosial lengkap dengan kepemilikan lahan
Pelaku : Kader AMPL, Fasilitator Masyarakat, Pemerintah desa
Peserta: Masyarakat
PJM ProAKSI dan Pemilihan Opsi
1. Menjelaskan pentingnya penyediaan lahan oleh masyarakat dalam program antara lain dalam bentuk hibah lahan, ijin pakai dan ijin melewati lahan.
2. Jelaskan pengertian dan konsekuensi pengalihan lahan karana kebutuhan penyediaan lahan.
3. Pastikan mereka mengerti bahwa menghibahkan tanah artinya adalah melepas tanah dan tidak bisa diambil kembali.
4. Pastikan juga bahwa pemilihan lokasi terlepas dari dominasi elit
1. Masyarakat memperoleh informasi yang jelas akan perlunya penyediaan lahan untuk program
2. Masyarakat memahami bentuk-bentuk kontribusi terkait tanah/lahan miliknya
3. Masyarakat memahami konsekuensi dari kontribusi tanah/lahannya
4. Masyarakat mendapatkan akses yang sama (termasuk dari segi jarak) ke fasilitas yang dibangun, misalnya hidran/kran umum
Berita Acara Pemilihan Opsi dilengkapi dengan daftar simak (checklist) kebutuhan lahan
Pelaku :Kader AMPL, KKM, Fasilitator Masyarakat, Pemerintah desa
Peserta: Masyarakat
Penyusunan dan Pleno RKM
1. Gunakan peta sosial untuk menentukan lokasi dari opsi sarana air minum terpilih dan kegiatan lain untuk program jangka menengah.
2. Identifikasi status kepemilikan dari lahan yang akan digunakan sebagai tempat pembangunan sarana air minum.
3. Melakukan pertemuan dengan pihak yang akan mengalihkan lahan untuk menjelaskan tentang jenis, prinsip, konsekuensi dan tata cara penyediaan lahan
4. Lakukan kesepakatan dengan pemilik lahan yang akan digunakan sebagai lokasi sarana air minum.
5. Pemilik lahan mendapat penjelasan isi surat pernyataan penggunaan lahan terutama mengenai status kepemilikan lahan serta langkah langkah setelah surat penyataan ditandatangan oleh pihak pemilik tanah/lahan.
1. Kebutuhan lahan untuk program jangka menengah dan opsi terpilih teridentifikasi dan terpetakan dalam peta sosial.
2. Jika diperlukan pengalihan lahan, maka harus terindentifikasi jenis penyediaan lahan: (i) Bangunan penangkap air, lokasi sumur bor, Bangunan Pengolahan air; (ii) Reservoir/Menara air; (iii) Rumah Pompa, dan (iv) Jalur pipa
3. Tersedia dokumen/surat pernyataan yang diperlukan untuk penggunaan lahan (surat hibah, peta situasi, surat ijin penggunaan). Format Surat Penyataan Hibah Tanah/ ijin dilalui, ijin pakai dapat dilihat pada Format PT.4-.02, PT.4-02A, PT.4-02B, PT.4-02C (Surat Pernyataan Hibah//Ijin Dilalui dan Ijin Pakai)
Daftar Kebutuhan Lahan
Berita acara dan daftar hadir pertemuan dengan calon pemberi/pemilik lahan, dilengkapi daftar rencana jenis penyediaan lahan (hibah, ijin pakai dan ijin dilewati)
Dokumen pernyataan hibah, ijin pakai dan ijin melewati telah lengkap untuk dilampirkan dalam RKM
Pelaku :Kader AMPL, KKM, Fasilitator Masyarakat, Pemerintah desa, Tim Evaluasi RKM
Peserta: Masyarakat.
31
Tahapan Prosedur Hasil Dokumen yang dihasilkan Pelaku
6. Buat hasil kesepakatan dalam sebuah Surat Pernyataan Penggunaan Lahan. Lampirkan surat tersebut pada RKM yang akan diajukan dengan menyertai peta lokasi lahan dan beberapa keterangan penting lainnya.
Pelaksanaan Kegiatan
1. Khusus untuk hibah tanah dilakukan pengurusan dokumen ke tingkatan lebih lanjut: pendaftaran di kantor desa (registrasi) dan legalisasi ke PPAT/PPATS; serta pemecahan hak atas tanah yang dihibahkan yang dilakukan di sertifikat atau di bukti hak kepemilikan tanah lainnya.
2. Bila terjadi perubahan lokasi dengan alasan tertentu, maka perlu melakukan kesepakatan pengadaan tanah di lokasi baru.
1. Sertifikat atau dokumen yang setara telah disesuaikan
2. Pembaharuan atau penggantian dokumen penyediaan lahan.
Dokumen sertifikat atau dokumen yang setara, asli sudah ada pemisahan hak atas tanah yang dihibahkan
Dokumen pernyataan hibah tanah, ijin pakai dan ijin dilewati untuk lokasi baru
KKM/Satlak
Fasiliatator Masyarakat
Pemerintah Desa
Operasi dan Pemeliharaan
1. Lakukan pengecekan secara berkala terhadap jangka waktu penggunaan lahan.
2. Untuk pinjam pakai, bila jangka waktu penggunaan lahan sudah habis dan masyarakat masih memerlukan lahan tersebut sebagai lokasi sarana air minum, lakukan kesepakatan ulang dengan pemilik lahan. Buat kembali hasil kesepakatan dalam bentuk Surat Pernyataan penggunaan lahan.
3. Untuk tanah yang sudah dihibahkan, jika fasilitas sudah tidak berfungsi atau tidak diperlukan lagi, misal hidran/kran umum, maka tanah tidak bisa dikembalikan kepada pemilik semula, walaupun mungkin tanahnya ada di pekararangan pemilik. Opsi yang terbaik adalah ijin penggunaan tanah dengan jangka waktu selama fasilitas masih diperlukan/masih berfungsi
Isi surat ijin perlu selalu diperhatikan khususnya pada bagian jangka waktu penggunaan untuk memastikan tidak ada pihak yang mengajukan keberatan di kemudian hari tentang penggunaan lahan/tanah untuk sarana air minum atau sanitasi komunal.
Dokumen pernyatan penyediaan lahan yang telah diperbaharui
KKM/Satlak
Fasiliatator Masyarakat
Pemerintah Desa
32
Tabel 3.3 Prosedur Penanganan Masyarakat Hukum Adat, Perempuan dan Masyarakat Miskin serta Penyandang Disabilitas
Siklus Prosedur Hasil Dokumen yang
Dilaporkan Pelaku
Sosialisasi dan diseminasi
Untuk MHA :
1. PC dan DC mengidentifikasi kabupaten yang potensial terdapat MHA)
2. DC dan fasilitator melakukan verifikasi keberadaan Masyarakat Rentan di desa yang akan dipilih sebagai penerima manfaat
3. Fasilitator masyarakat mengkonfirmasi keberadaan dan karakteristik kelompok MHA yang akan menerima manfaat maupun yang akan terkena dampak program
4. Fasilitator mengidentifikasi kader dari kelompok MHA yang akan dilatih dan membantu fasilitasi seluruh kegiatan siklus program yang melibatkan kelompok MHA
Untuk Penyandang Disabilitas :
1. PC dan DC mengidentifikasi Organisasi Penyandanv Disabilitas (OPD) dan Penyandang Disabilitas pada wilayah Pamsimas
2. DC mengkonfirmasi keberadaan OPD Tingkat kabupaten dan melakukan koordinasi untuk mendiskusikan bentuk dukungan yang diharapkan dari Program Pamsimas
3. Perhatikan waktu dan tempat pelaksanaan sosialisasi dan rembug desa agar semua kelompok masyarakat (laki-laki, perempuan, kaya, miskin) termasuk MHA dan penyandang disabilitas dapat berpartisipasi dan mempunyai kesempatan yang sama dalam mengemukakan pendapatnya.
4. Lakukan beberapa kali pertemuan (bila perlu pada lokasi dan kesempatan yang berbeda) sehingga informasi tentang PAMSIMAS tersampaikan kepada seluruh masyarakat.
1. Desa/kelurahan yang ada kelompok MHA
2. Konfirmasi Kelompok MHA akan menjadi kelompok penerima manfaat atau berpotensi terkena dampak
3. Adanya kehadiran masyarakat miskin, perempuan, penyandang disabilitas dan kelompok MHA (bila ada) dalam pertemuan sosialisasi dan rembug warga (berita acara/daftar hadir).
4. Daftar OPD yang ada di tingkat kabupaten
5. Adanya kehadiran OPD pada kegiatan sosialisasi
Laporan nama, lokasi dan karakteristik Kelompok MHA yang akan menjadi penerima manfaat atau yang berpotensi terkena dampak
Berita Acara Sosialisasi
Daftar hadir pertemuan dengan memilah peserta lelaki dan perempuan
PC, DC, fasilitator masyarakat, perguruan tinggi, LSM dan kelompok yang berpengalaman dan peduli terhadap kelompok MHAMHA
Aparat Desa.
Tokoh masyarakat.
33
Siklus Prosedur Hasil Dokumen yang
Dilaporkan Pelaku
5. Jika secara adat dan agama tidak memungkinkan untuk dilakukan pertemuan bersama atau jika pertemuan bersama sulit untuk membuat kelompok perempuan bersuara, sebaiknya buat pertemuan secara terpisah antara laki-laki dan perempuan. Pastikan perempuan terlibat dalam pengambilan keputusan.
6. Keputusan diambil dan disetujui oleh seluruh lapisan masyarakat,
7. Berikan informasi yang lengkap tentang persyaratan PAMSIMAS dengan cara menempelkan poster di tempat yang strategis, membagikan leaflet, atau membuat diskusi-diskusi kecil yang bersifat informal dengan bahasa yang sederhana dan mudah dipahami warga.
8. Agar MHA dan kelompok masyarakat rentan (perempuan, masyarakat miskin dan penyandang disabilitas) memiliki akses informasi, media sosialisasi harus terpasang dan dibagikan pada tempat-tempat yang biasa dijadikan sebagai tempat pertemuan kelompok-kelompok tersebut, seperti Posyandu, PUSKESMAS, Pustu, tempat peribadatan dan lain-lain.
9. Khusus MHA lakukan pertemuan di wilayah tempat tinggalnya dengan gunakan bahasa daerah mereka, poster dan bahan sosialisasi lain sebaiknya diterjemahkan kedalam bahasa MHA
10. Lakukan konsultasi dengan MHA apakah mereka bersedia ikut dalam kegiatan
IMAS 1. Lakukan orientasi lapangan mengelilingi desa untuk memperoleh gambaran umum dari karakteristik masyarakatnya. Kenali waktu dan tempat masyarakat biasa beraktifitas. Khusus MHA, kenali budaya setempat dengan lebih seksama. Khusus untuk penyandang disabilitas, kenali kebutuhan tambahan yang dibutuhkan agar bisa terlibat
1. Keterwakilan masyarakat miskin dan berkebutuhan khusus dalam setiap pertemuan dan diskusi terfokus (berita acara/daftar hadir).
2. Keberadaan MHA dan masyarakat rentan terutama warga berkebutuhan khusus
Peta sosial yang menjabarkan keberadaan MHA dan kelompok masyarakat rentan lainnya.
Hasil/laporan kajian sosial
Kader AMPL, KKM (jika sudah ada), Fasilitator Masyarakat, LSM, ahli dan kelompok peduli MHA
34
Siklus Prosedur Hasil Dokumen yang
Dilaporkan Pelaku
dalam program dan terutama mendapatkan manfaat dari fasilitas yang akan dibangun.
2. Lakukan ”kajian sosial” masing-masing untuk kelompok MHA dan kelompok masyarakat rentan melalui cara-cara berikut ini:
a. Buat pertemuan diskusi berdasarkan waktu tidak sibuk masyarakat. Tentukan lokasi yang dapat diakses oleh semua kelompok masyarakat. Bila diperlukan buat pertemuan terpisah antara masyarakat kaya dan masyarakat miskin serta pertemuan khusus perempuan, penyandang disabilitas dan MHA. Salah satu strategi pertemuan adalah dengan menggunakan pertemuan-pertemuan rutin perempuan seperti saat pengajian atau arisan.
b. Bila melakukan pertemuan yang bersifat campuran (laki-laki dan perempuan) perhatikan posisi duduk. Jangan menempatkan perempuan di belakang laki-laki. Posisi melingkar dimana laki-laki dan perempuan ditempatkan pada posisi yang sama adalah kondisi terbaik. Juga dalam hal ada MHA dan Penyandang Disabilitas, sebaiknya posisi yang sama juga dilakukan.
c. Bila melakukan pertemuan terpisah, pastikan perempuan dan kelompok rentan lainnya (sangat miskin dan penyandang disabilitas)merasa nyaman dengan fasilitor. Bila diperlukan gunakan fasilitator perempuan untuk diskusi kelompok perempuan, atau fasilitator yang mempunyai keahlian khusus (misal bahasa isyarat) untuk penyandang disailitas.
d. Gunakan media dan bahan diskusi yang disesuaikan dengan kondisi masyarakat. Gunakan banyak media gambar bila sebagian besar masyarakat termasuk perempuan, kelompok sangat miskin dan penyandang disabiitas tidak bisa baca dan tulis.
terpetakan dalam peta sosial serta langkah-langkah untuk perluasan akses air bersih dan fasilitas sanitasi untuk kelompok masyarakat tersebut.
3. Deskripsi secara jelas karakteristik kehidupan, sosial, ekonomi dan budaya kelompok MHA, aspirasi dan kebutuhan mereka sebagai calon penerima manfaat dan/atau sebagai kelompok yang akan terkena dampak
4. Deskripsi secara jelas karakteristik kehidupan, sosial, ekonomi dan budaya kelompok masyarakat adat rentan, aspirasi dan kebutuhan mereka sebagai calon penerima manfaat dan/atau sebagai kelompok yang akan terkena dampak.
5. Adanya akses MHA dan masyarakat rentan pengambilan keputusan melalui diskusi terfokus terpisah (berita acara).
6. Klasifikasi kesejahteraan seluruh masyarakattergambar jelas dalam peta sosial.
7. Akses air minum dan sanitasi awal dari setiap klasifikasi kesejateraan masyarakat tergambar jelas dalam peta sosial.
8. Kesepakatan mekanisme kontribusi incash sensitif terhadap masyarakat miskin/masyarakat adat atau(berita acara).
9. Kehadiran perempuan minimal 40% dalam setiap pertemuan dan diskusi terfokus (berita acara/daftar hadir).
MHA dan masyarakat rentan (terpisah)
Buku Catatan IMAS
35
Siklus Prosedur Hasil Dokumen yang
Dilaporkan Pelaku
e. Khusus untuk kelompok MHA dikembangkan media bantu dalam bahasa mereka. Pastikan ada kader yang berasal dari kelompok MHA.
f. Lakukan diskusi bersama masyarakat untuk menentukan kriteria klasifikasi kesejahteraan dan akses yang baik terhadap air minum dan sanitasi berdasarkan pandangan masyarakat setempat. Tuangkan hasil diskusi dalam peta sosial. Lengkapi peta sosial dengan informasi akses seluruh masyarakat terhadap air minum dan sanitasi.
g. Lakukan berbagai strategi untuk meredam dominasi berpendapat dari seseorang atau sekelompok orang dalam setiap diskusi.
10. Kehadiran perempuan minimal 40% dalam pemicuan (berita acara/daftar hadir).
11. Akses perempuan dalam pengambilan keputusan melalui diskusi terfokus terpisah (berita acara).
Pembentukan dan Pleno KKM
1. Adakan pertemuan pada waktu dan tempat yang memungkinkan untuk dihadiri kelompok masyarakat termasuk kelompok miskin, perempuan, penyandang disabiitas dan MHA (bila ada).Tentukan lokasi yang dapat diakses oleh semua masyarakat, termasuk untuk keempat kelompok ini.
2. Buat pertemuan yang disesuaikan dengan waktu dan tempat kelompok miskin, perempuan, penyandang disabilitas dan MHA bisa terlibat aktif. Pada pertemuan pembentukan KKM, jika perempuan yang sudah menikah tidak dapat hadir sebaiknya diundang juga perempuan yang belum menikah sehingga suara terwakili.
3. Perwakilan kelompok MHA masyarakat miskin, perempuan, dan penyandang disabilitas sebaiknya turut menduduki posisi sebagai anggota KKM sehingga mereka bisa terlibat
dalam pengambilan keputusan. 4. Kedudukan perempuan sebaiknya tidak hanya mengumpul
di satu unit misalnya pada unit kesehatan saja tetapi menyebar dalam setiap posisi pengurus PAMSIMAS. Demikian juga bagi ke tiga kelompok lainnya. Penyandang
1. Adanya kehadiran MHA dan masyarakat rentan dalam setiap pertemuan pemilihan KKM (berita acara/daftar hadir).
2. Keterwakilan MHA dan masyarakat rentandalam struktur KKM (berita acara pembentukan KKM).
Berita Acara Pleno Pembentukan KKM
Daftar Hadir dengan memilah peserta laki dan perempuan dan peserta MHA (bila ada)
Susunan KKM yang mewakili seluruh elemen kelompok masyarakat
Kader AMPL, Fasilitator Masyarakat
36
Siklus Prosedur Hasil Dokumen yang
Dilaporkan Pelaku
Disabilitas bisa diberikan posisi khusus sesuai kemampuan mereka.
5. Untuk memotivasi keterlibatan perempuan, bidan desa atau kader kesehatan dapat dijadikan sebagai Satlak PAMSIMAS.
Pemilihan Opsi dan PJM ProAksi
1. Diskusi dengan kelompok miskin tidak harus dilakukan bersamaan/dicampur dengan kelompok dengan status sosial ekonomi yang lain. Demikian pula diskusi dengan kelompok perempuan tidak harus dilakukan bersamaan/dicampur dengan kelompok laki-laki serta diskusi dengan penyandang disabilitas dan MHA juga dapat dilakukan secara terpisah, sesuai dengan waktu dan kebiasaan setempat.
2. Untuk proses pemilihan opsi, khususnya opsi sarana air minum, suara masyarakat miskin harus diperhatikan karena masyarakat miskin mempunyai kebutuhan dan kemampuan yang berbeda dengan masyarakat dengan kemampuan ekonomi yang lebih tinggi. Demikian pula dengan MHA, kaum perempuan, dan penyandang disabilitas. Diperlukan pendapat mereka terkait rancang bangun (contoh: tinggi keran, jenis lantai, akses masuk, dan lain-lain), lokasi, jumlah sarana, besar iuran untuk kebutuhan operasional, serta jumlah pemanfaat.
3. Suara perempuan harus diperhatikan karena berdasarkan pengalaman program sebelumnya, kelompok perempuan memiliki peran penting dalam masalah air, terutama dalam perawatan sarana dan distribusi air ke anggota keluarga.
1. Kehadiran masyarakat miskin, perempuan dan penyandang disabilitas dalam setiap pertemuan pemilihan opsi dan penyusunan PJM ProAKSi (berita acara/daftar hadir).Juga kehadiran MHA dalam setiap pertemuan pemilihan opsi dan PJM Pro-Aksi (berita acara/daftar hadir).
2. Dipastikan adanya akses kelompok masyarakat rentan dan MHA sebagai pemanfaatair minum dan sanitasi dalam PJM ProAKSi
3. Opsi terpilih sensitif terhadap pemanfaat terutama MHA (jika ada) dan masyarakat rentan dan sensitif terhadap kebutuhan dan aturan adat/etnis yang diperoleh dari diskusi terfokus terpisah (berita acara pemilihan opsi).
Berita Acara Pemilihan Opsi
Daftar Hadir MHA dan masyarakat rentan dengan memilah peserta laki dan perempuan
KKM, Fasilitator Masyarakat
Penyusunan dan Pleno RKM
1. Bilamana kelompok MHA menjadi pemanfaat program, maka desain dan pelaksanaan program akan menyesuaikan dengan kebutuhan kelompok MHA tersebut.
2. Menyusun rencana kegiatan Pengamanan sosial untuk memastikan keterlibatan semua lapisan masyarakat dalam setiap tahapan kegiatan yang dicantumkan dalam RKM
1. Kehadiran kelompok MHA (bila ada) dan masyarakat rentan dalam setiap pertemuan penyusunan RKM termasuk pada saat Pleno RKM (berita acara/daftar hadir).
2. Akses kelompok MHA dan masyarakat
Berita Acara Pleno Tingkat Desa Pembahasan RKM
Daftar Hadir dengan memilah peserta laki
KKM, Fasilitator Masyarakat, Tim Evaluasi RfKM.
37
Siklus Prosedur Hasil Dokumen yang
Dilaporkan Pelaku
3. Sebelum diajukan, RKM harus diplenokan dihadapan masyarakat. Pleno harus dihadiri oleh masyarakat yang mewakili setiap dusun, termasuk kelompok MHA, masyarakat miskin, perempuan dan penyandang disabiitas..
4. Beri kesempatan kelompok MHA, masyarakat miskin, perempuan dan penyandang disabiitas untuk ikut memberikan input perbaikan terhadap RKM.
rentanpada manfaat kegiatan dan layanan sarana (cakupan layanan dalam RKM).
3. Tersusunnya Bab 5 RKM (Rencana Aksi Pengamanan Lingkungan dan Sosial).
dan perempuan
Daftar hadir kelompok MHA
Rencana Aksi Pengamanan Lingkungan dan sosial dalam RKM (bab 5)
Pelaksanaan Kegiatan (Konstruksi SAMS, Pelatihan dan Kesehatan)
1. Seluruh masyarakat, kaya dan miskin, laki dan perempuan termasuk kelompok MHA dan penyandang disabilitas mempunyai hak yang sama untuk:
Terlibat dalam setiap tahapan pelaksanaan dan operasional program.
Membantu konstruksi tanpa menambah beban kerja bagi mereka.
2. Setiap orang mendapat upah yang sama kalau mereka melakukan pekerjaan yang sama dalam konstruksi sarana air minum dan sanitasi.
3. Setiap orang memperoleh hak yang sama untuk dilatih dalam konstruksi, pemeliharaan jangka panjang.
1. Keterlibatan masyarakat miskin dan perempuan, dan masyarakat adat dalam pelaksanaan kegiatan dan pelatihan (berita acara).
2. Konstruksi sarana terbangun sensitif terhadap kebutuhan pengguna.
Daftar hadir setiap kegiatan pelatihan dengan memilah peserta laki dan perempuan
Daftar hadir peserta kelompok MHA
Daftar peserta kontribusi in-kind
KKM/Satlak, Fasilitator Masyarakat
Operasi dan Pemeliharaan
1. Untuk bisa membuat keputusan yang memenuhi kebutuhan semua pihak, maka harus ada perwakilan masyarakat miskin, perempuan, kelompok MHA dan penyandang disabilitas menduduki posisi sebagai pengurus Badan Pengelola.
2. Semua aturan tentang pemanfaatan, pengelolaan dan pengembangan termasuk penentuan tariff iuran dilakukan berdasarkan hasil diskusi seluruh masyarakat.
1. Keterwakilan masyarakat miskin dalam struktur Badan Pengelola (berita acara).
2. Aturan pemanfaatan, pengelolaan dan pengembangan yang berpihak kepada masyarakat miskin (aturan BP) dan kelompok MHA
3. Penetapan iuran/ tarif yang sensitif terhadap masyarakat paling miskin (struktur tariff/subsidi silang) dan kelompok MHA.( Format Surat Pernyataan Kesanggupan Pengopersian dan Pemeliharaan Prasarana dan Kesanggupan Iuran Format PT.4-04)
Daftar susunan pengurus KPSPAMS
Peraturan Desa yang mengatur Pengelolaan Air Minum dan Sanitasi
BPSPAMS, Fasilitator Masyarakat.
38
BAB 4. PEMANTAUAN, PELAPORAN
DAN PENGADUAN
PENGAMANAN LINGKUNGAN
DAN SOSIAL
4.1. PEMANTAUAN DAN PELAPORAN PENGAMANAN LINGKUNGAN DAN
SOSIAL
1) Kegiatan pemantauan harus dilakukan untuk memastikan Pengamanan
lingkungan dan sosial dilaksanakan sesuai prosedur oleh masyarakat. Kegiatan
pemantauan tersebut dilakukan oleh: Masyarakat, Fasilitator dan ROMS (region,
provinsi dan kab/kota), dan Pemerintah (kab/kota dan desa).
2) Instrumen pemantauan meliputi:
a. SIM
b. Uji Petik
c. Supervisi secara berjenjang
d. Misi Supervisi
e. Kajian Mid-term
f. Studi dampak
Pelaksanaan pemantauan dengan penggunaan instrument diatas mengikuti
ketentuan dalam Petunjuk Teknis Pemantauan, Evaluasi dan Pelaporan.
3) Pelaporan dan dokumentasi penerapan Pengamanan lingkungan dan sosial
dikompilasi dari proses dan dokumentasi setiap tahapan kegiatan, serta hasil
supervisi. Pelaporan ini menjadi bagian dari:
Jenis Pelaporan Pelaku Waktu
Uji Petik ROMS dan NMC Siklus Kegiatan
SIM Fasilitator dan ROMS Setiap adanya perubahan data
39
4) Pelaporan dan dokumentasi pengamanan lingkungan dan sosial mengikuti
mekanisme yang berlaku dalam PAMSIMAS pada umumnya. Laporan tersebut
meliputi:
a. Dokumentasi pengamanan lingkungan dan sosial dalam setiap tahapan
program, mulai dari tahap perencanaan pelaksanaan dan operasi dan
pemeliharaan
b. Identifikasi dan evaluasi permasalahan terkait potensi dampak negatif yang
timbul terhadap sosial dan lingkungan, serta rencana pencegahan dan
penanganannya.
c. Dokumentasi good practice untuk dijadikan bahan pembelajaran dalam
penerapan di masa mendatang.
5) Setiap kegiatan PAMSIMAS yang berhubungan dengan MHA haruslah diketahui
oleh mereka, bilamana perlu ditulis dalam bahasa masyarakat adat setempat
(bahasa lokal) dan ditempatkan di lokasi MHA tersebut berada.
6) Setiap kegiatan terkait program Pengamanan Lingkungan dan Sosial harus
disampaikan kepada masyarakat secara terbuka melalui papan informasi,
pertemuan warga dan media informasi lainnya.
4.2. PENGELOLAAN PENGADUAN PENGAMANAN LINGKUNGAN DAN
SOSIAL
1) Masyarakat dapat melakukan pengaduan terkait penyimpangan prinsip dan
prosedur pengamanan lingkungan dan sosial melalui telepon, sms maupun email
dimana alamat kontak pengaduan dapat ditemui di setiap kantor desa /kelurahan.
Khusus untuk masyarakat adat, PAMSIMAS akan mengembangkan mekanisme
pengaduan dengan cara-cara yang sesuai dengan nilai budaya mereka.
2) Pengaduan dan penanganan masalah pengamanan lingkungan dan sosial
mengikuti jenjang dan alur mekanisme PAMSIMAS yang ada dalam Prosedur
Operasional Baku Layanan Informasi dan Pengaduan.
3) Pengaduan mengenai penyimpangan prinsip dan prosedur ini akan
didokumentasikan secara berjenjang. Pengaduan bisa terdiri dari temuan-temuan
tentang dampak negatif sosial yang merugikan masyarakat, kerusakan
lingkungan, ataupun ketidaktepatan dalam realisasi pengadaan lahan serta
praktik pelaksanaan yang berbeda dari rencana penanganan yang telah
disepakati sebelumnya.
4) Pengaduan pengamanan lingkungan dan sosial diumumkan setiap saat dalam
website PAMSIMAS (www.pamsimas.org) di bawah Menu Pengaduan (Handling
Complaints Menu). Keluhan dapat disampaikan melalui: SMS, Telepon, Fax,
Website: www.pamsimas.org, surat maupun kunjungan langsung kepada
fasilitator/konsultan dan pelaku PAMSIMAS di lokasi terdekat.
LAMPIRAN
Daftar Uji Identifikasi Dampak Lingkungan PT.4-01A 41
PT.4-01A
PT.4-01A DAFTAR UJI IDENTIFIKASI DAMPAK LINGKUNGAN
No Kriteria Evaluasi Ya Tidak Jenis Dampak Usulan Penanggulangan Dampak
Pelaksanaan Penanggulangan Dampak
Belum Proses Selesai
A. TATA RUANG
A1 Apakah rencana kegiatan berada dan/atau berbatasan langsung dengan :
a. Kawasan hutan lindung
b. Kawasan bergambut
c. Kawasan resapan air
d. Sempadan Sungai
e. Sempadan pantai
f. Kawasan sekitar waduk/sungai
g. Kawasan sekitar mata air
h. Kawasan suaka alam (terdiri dari cagar alam, suaka marga satwa, hutan wisata, daerah perlindungan plasma hutan dan pengungsian satwa)
i. Kawasan suaka alam laut dan perairan lainnya (termasuk perairan laut, perairan darat wilayah pesisir, muara sungai, gugusan karang atau terumbu karang, dan/atau yang mempunyai ciri khas berupa keragaman
j. Kawasan pantai berhutan bakau (mangrove)
k. Taman nasional
42 PT.4-01A Daftar Uji Identifikasi Dampak Lingkungan
No Kriteria Evaluasi Ya Tidak Jenis Dampak Usulan Penanggulangan Dampak
Pelaksanaan Penanggulangan Dampak
Belum Proses Selesai
l. Taman wisata alam
m. Kawasan cagar budaya dan ilmu pengetahuan (termasuk dengan budaya masyarakat istimewa, daerah lokasi situs purbakala, atau peninggalan sejarah bernilai tinggi)
n. Kawasan rawan bencana alam
B. LAHAN DAN TANAH
B.1 Apakah subproyek akan menyebabkan ketidakstabilan lereng atau membangun tanggul-tanggul yang mempunyai resiko kelongsoran?
B.2 Apakah kegiatan subproyek akan menyebabkan perubahan bentang alam dalam skala yang cukup besar atau melakukan pemindahan tanah dalam jumlah yang cukup besar?
B.3 Apakah kegiatan subproyek akan menghilangkan lahan pertanian atau hutan produksi atau lahan-lahan produksi lainnya?
B.4 Apakah kegiatan subproyek akan merubah kontur garis pantai menghambat aliran drainase atau mengganggu aliran sungai?
B.5 Apakah kegiatan subproyek akan merusak, menutup, menguruk atau merubah bentang alam secara permanen
B.6 Apakah kegiatan subproyek menyebabkan meningkatnya erosi tanah baik yang disebabkan oleh air atau angin?
Daftar Uji Identifikasi Dampak Lingkungan PT.4-01A 43
No Kriteria Evaluasi Ya Tidak Jenis Dampak Usulan Penanggulangan Dampak
Pelaksanaan Penanggulangan Dampak
Belum Proses Selesai
B.7 Apakah kegiatan subproyek akan menghalangi pengubahan lahan untuk pemanfaatan lain dalam jangka panjang?
C. AIR
C.1 Apakah kegiatan akan mengambil air permukaan pada tahap konstruksi dan pemeliharaan?
C.2 Apakah kegiatan akan menyebabkan pembuangan limbah cair ke sungai, danau, laut yang dapat menyebabkan perubahan kualitas air permukaan termasuk di dalamnya perubahan suhu dan kekeruhan?
C.3 Apakah kegiatan termasuk konstruksinya akan memanfaatkan air tanah?
C.4 Apakah kegiatan subproyek akan menyebabkan perubahan kualitas air tanah?
C.5 Apakah kegiatan subproyek akan menyebabkan pencemaran terhadap air tanah yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan air penduduk?
C.6 Apakah kegiatan subproyek akan menghasilkan limbah cair domestik (WC, air cucian dapur, buangan air mandi karyawan atau pengunjung dan sebagainya) dalam jumlah cukup banyak?
C.7 Apakah kegiatan subproyek akan menyebabkan peningkatan resiko tejadinya banjir?
44 PT.4-01A Daftar Uji Identifikasi Dampak Lingkungan
No Kriteria Evaluasi Ya Tidak Jenis Dampak Usulan Penanggulangan Dampak
Pelaksanaan Penanggulangan Dampak
Belum Proses Selesai
D. SUMBER DAYA ALAM
D.1 Apakah subproyek menyebabkan peningkatan penggunaan sumber daya alam?
D.2 Apakah subproyek menyebabkan penurunan kuantitas sumber daya alam yang tidak dapat diperbaharui secara signifikan?
E. KESEHATAN MASYARAKAT
E.1 Apakah terdapat pekerjaan yang berpotensi membawa penyakit ke daerah sub proyek?
E.2 Apakah subproyek yang direncanakan dapat meningkatkan beban fasilitas kesehatan masyarakat setempat (jamban, air bersih dan sebagainya)
E.3 Apakah subproyek yang direncanakan dapat mengubah vektor-vektor penyakit dengan jalan :
a. Perubahan sistem hidrologi (kecepatan aliran air, kedalaman, suhu, genangan air dan sebagainya)
b. Perubahan morfologi (kemiringan lereng, penutupan pohon-pohonan)
Daftar Uji Identifikasi Dampak Lingkungan PT.4-01A 45
Contoh Pengisian Daftar Uji Identifikasi Dampak Lingkungan
(diisi sesuai dengan kondisi yang ada dilapangan)
No. Kriteria Evaluasi Ya Tidak Jenis Dampak Usulan Penanggulangan Dampak
Pelaksanaan Penanggulangan Dampak
Belum Proses Selesai
Diisi sesuai tahapan yang
sedang dilaksanakan
1 kegiatan akan memanfaatkan air tanah YA Penurunan tanah
(sumur dalam)
upaya keseimbangan antara konservasi dan pendayagunaan air tanah yang terintegrasi dengan konsep recovery yaitu memfungsikan kembali tampungan2 air dengan cara keberadaan daerah cekungan air/danau atau dengan biopori
2 Kegiatan program air minum dan sanitasi
akan menyebabkan perubahan kualitas
air tanah
YA Perembesan dan
kontaminasi sumur
Pelaksanaan pembangunan resapan/ semua sumber kontaminasi sejauh mungkin (± 10 m) dari sumur gali
3 Program akan menyebabkan
peningkatan penggunaan sumber daya
alam
YA Mengurangi
penggunaan material
kayu
Penggantian material kayu dengan material yang
4 Pembangunan SPAMS yang
direncanakan dapat mengubah vector-
vektor penyakit dengan jalan :dan
sebagainya
YA Terjadinya genangan air
pada daerah sekitar
sarana pengambilan air
(HU, KU, sumur gali)
Semua fasilitas SAM harus dilengkapi SPAL atau mengalirkan air bekas cucian pada sarana pembuangan dan menjamin di sekitar sarana yang dibangun tidak terjadi genangan air
Format dilampirkan pada RKM
46 PT.4-01B Format Hasil Identifikasi Potensi Dampak
Terhadap Lingkungan
PT.4-01B
PT.4-01B FORMAT HASIL IDENTIFIKASI POTENSI DAMPAK
TERHADAP LINGKUNGAN
Kami KKM Desa/Kelurahan:___________________, Kecamatan:_______________________,
Kabupaten/Kota : ______________________, Provinsi:____________________,
Berdasarkan penelusuran wilayah, diidentifikasikan terdapat potensi dampak terhadap
lingkungan :
No. Potensi Penyebab Dampak Potensi Dampak
yang Ditimbulkan
Sarana yang Terkena Dampak
Upaya Mitigasi/Penangnan
Keterangn
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
……………………………., …………….20…….
Diverifikasi oleh :
Koordinator Kabupaten
(…………………….)
Diverifikasi oleh
Fasilitator Masyarakat:
(…………………….)
Dibuat oleh :
KKM
(…………………….)
Format Hasil Identifikasi Potensi Dampak
Terhadap Lingkungan PT.4-01B
47
CONTOH PENGISIAN
FORMAT HASIL IDENTIFIKASI POTENSI DAMPAK
TERHADAP LINGKUNGAN
Kami KKM Desa/Kelurahan: _____________________, Kecamatan
:____________________, Kabupaten/Kota : ______________________,
Provinsi :____________________,
Berdasarkan penelusuran wilayah, diidentifikasikan terdapat potensi dampak terhadap
lingkungan :
No. Potensi Penyebab
Dampak Potensi Dampak yang
Ditimbulkan Sarana yang Terkena
Dampak Upaya
Mitigasi/Penangnan
(1) (2) (3) (4) (5)
1. Pengambilan air di mata air salah
Sumber air hilang SPAM tidak berfungsi (karena tidak ada air)
Konstruksi bangunan penangkap air (PMA) mengikuti aliran air
2. Sumur Bor tidak dilengkapi casing
Sumbatan pasir/butiran tanah
Pompa/ SPAM tidak berfungsi
Kelengkapan casing dengan diameter sesuai standard
3. Pipa tidak ditanam Pipa rusak (karena alam dan karena manusia/dilubangi masyarakat)
Jaringan Perpipaan Pipa ditanam sesuai standar
4. Sekitar mata air gundul Debit mata air berkurang SPAM tidak berfungsi maximal (karena debit air berkurang/kering)
Penaman pohon yang mampu mnyimpan air di sekitar mata air / mencegah penebangan pohon di sekitar mata air
5. Tidak ada iuran sesuai dengan biaya O & P/tidak ada pemeliharaan
Sarana rusak/tidak berfungsi
SPAM berfungsi sebagian/ tidak berfungsi
Pelaksanaan iuran sesuai dengan kebutuhan biaya Operasional & Pemeliharaan
48 PT.4-01C Surat Pernyataan Hasil Identifikasi Potensi
Dampak Negatif Lingkungan
PT.4-01C
PT.4-01C SURAT PERNYATAAN HASIL IDENTIFIKASI POTENSI DAMPAK
NEGATIF LINGKUNGAN
Berdasarkan usulan kegiatan yang diajukan dalam RKM, kami KKM telah melakukan identifikasi
potensi dampak negative terhadap lingkungan mencakup uraian jenis potensi dampak negative
dan Rencana Tindakan Mitigasi/ penanganannya.
Kami KKM Desa/Kelurahan: _____________________, Kecamatan
:____________________, Kabupaten/Kota : ______________________,
Provinsi :____________________,
akan melaksanakan pemantauan atas pengamanan tersebut pada saat pelaksanaan kegiatan
fisik mencapai kemajuan 50 % dan 100 %
No Potensi / Sumber Dampak Negatif Upaya Mitigasi/Penanganan
Pemantauan Penyelesaian
50 % 100 %
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
……………………………., …………….20…….
Diverifikasi oleh :
Koordinator Kab./kota
(…………………….)
Diverifikasi oleh
Fasilitator Masyarakat:
(…………………….)
Dibuat oleh :
KKM
(…………………….)
Rekapitulasi Kebutuhan Lahan Untuk Penempatan Sarana PT.4-02
49
PT.4-02
PT.4-02 REKAPITULASI KEBUTUHAN LAHAN UNTUK PENEMPATAN SARANA
Desa/Kelurah …..………………….. Kecamatan …..…………………..
Kabupaten …..………………….. Provinsi …..…………………..
No Jenis Sarana Luas (m2) Lokasi Status
Kepemilikan
Ada/tdk Kelengkapan Ijin
(dalam RKM)* Keterangan
Ya Tidak
……………………………., …………….20…….
Diverifikasi oleh :
Koordinator Kab./kota
(…………………….)
Diverifikasi oleh :
Fasilitator Masyarakat
(…………………….)
Dibuat oleh :
KKM
(…………………….)
Format ini diisi bersamaan dengan proses penyusunan RKM
Dan pada saat pleno RKM harus dipaparkan pada masyarakat
50 PT.4-02 Rekapitulasi Kebutuhan Lahan Untuk
Penempatan Sarana
CONTOH PENGISIAN
PT.4-02 REKAPITULASI KEBUTUHAN LAHAN UNTUK PENEMPATAN SARANA
Desa/Kelurah …..………………….. Kecamatan …..…………………..
Kabupaten …..………………….. Provinsi …..…………………..
No Jenis Sarana Luas (m2)
Lokasi Status
Kepemilikan
Ada/tdk Kelengkapan Ijin
(dalam RKM)* Keterangan
Ya Tidak
1. PMA 6 M2 RT01 RW 02 Dusun A Pak Joni Ijin pakai
2. Perpipaan Kebun A, Kebun B, jalan desa
Ijin dilalui
3. Bak Penampung 10 M2 Dsn 3 Pak Marie Ijin pakai
4. Sumur Bor Dsn 3 Pak Misnan
5.
6.
7.
Lainnya (sebutkan):
1.
2.
3.
……………………………., …………….20…….
Diverifikasi oleh :
Koordinator Teknis Kab./kota
(…………………….)
Diverifikasi oleh :
Fasilitator Masyarakat
(…………………….)
Dibuat oleh :
KKM
(…………………….)
Format ini diisi bersamaan dengan proses penyusunan RKM
Pernyataan Hibah Tanah PT.4-02A 51
PT.4-02A
PT.4-02A PERNYATAAN HIBAH TANAH
Yang Bertanda tangan dibawah ini saya:
Nama :
No KTP :
Pekerjaan :
Alamat : RT/RW/Dusun
Desa/kelurahan ………………………..
Kabupaten/Kota
Selaku pemilik tanah berdasarkan Surat Bukti Kepemilikan Yang Sah Nomor:……………………………………...
Tanggal ……… dari Notaris/PPAT yang sah dengan ini menyatakan bersedia memberikan kontribusi dalam bentuk: Hibah
dalam bentuk :
Bentuk Kontribusi Volume dan satuan asset
Alamat Asset
Sketsa Peta Lokasi
1. Tanah /lahan Cantumkan:
1. Batas dan status kepemilikan lahan
2. Bagan atas seluruh lahan milik warga
3. Jalan sekitar lahan
4. Batas tegas tanah yang akan diberikan/dipinjamkan
5. Orientasi lokasi/arah mata angina
6. Luas tanah sisa
7. Penggunaan tanah saat ini.
8. Status kepemilikan tanah
2. Tanah Produktif
3. Asset lainnya
Sebutkan: …………………………………
Syarat bentuk kontribusi yang disepakati dengan pemilik :
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………….…………..
Kepada Kepala Pemerintah Desa/Kelurahan ……………………………………. Untuk dimanfaatkan bagi kepentingan
masyarakat umum sesuai rencana kegiatan : ……………………………………………………………………… Di lokasi
…………………………………………..oleh KKM ……
Demikian surat pernyataan ini dibuat secara sukarela untuk dasar dipergunakan sebagaimana mestinya.
Yang menerima Yang memberikan
Lurah/Kepala Desa Pemilik
Materai Rp 6.000
_____________________ _____________________
Yang Melegalisasi,
PPAT atau Camat sebagai PPATS
_____________________
52 PT.4-02A Pernyataan Hibah Tanah
Ahli waris
Nama jabatan Tanda tangan
Saksi-saksi
Nama Keterangan Tanda tangan
Ketua KKM
Tokoh masyarakat
Tetangga terdekat
Surat Pernyataan ini digunakan untuk satu kepemilikan tanah
Pernyataan Hibah Tanah PT.4-02A 53
SKETSA PETA LOKASI :
|
54 PT.4-02B Pernyataan Ijin Dilalui
PT.4.-02B
PT.4.-02B PERNYATAAN IJIN DILALUI*
Yang Bertanda tangan dibawah ini saya:
Nama :
No KTP :
Pekerjaan :
Alamat : RT/RW/Dusun
Desa/kelurahan ………………………..
Kabupaten/Kota
Selaku pemilik tanah berdasarkan Surat Bukti Kepemilikan Yang Sah Nomor:……………………………………...
Tanggal ……… dari Notaris/PPAT yang sah dengan ini menyatakan bersedia memberikan kontribusi dalam bentuk: Ijin
dilalui selama …..………tahun, berupa :
Bentuk Kontribusi Volume dan satuan asset
Alamat Asset
Sketsa Peta Lokasi
1. Tanah /lahan Cantumkan:
1. Batas dan status kepemilikan lahan
2. Bagan atas seluruh lahan milik warga
3. Jalan sekitar lahan
4. Batas tegas tanah yang akan diberikan/dipinjamkan
5. Orientasi lokasi/arah mata angina
6. Luas tanah sisa
7. Penggunaan tanah saat ini.
8. Status kepemilikan tanah
2. Tanah Produktif
3. Asset lainnya
Sebutkan: …………………………………
Syarat bentuk kontribusi yang disepakati dengan pemilik :
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………….…………..
Kepada Kepala Pemerintah Desa/Kelurahan ……………………………………. Untuk dimanfaatkan bagi kepentingan
masyarakat umum sesuai rencana kegiatan : ……………………………………………………………………… Di lokasi
…………………………………………..oleh KKM ……
…………………………………………..oleh KKM ……
Demikian surat pernyataan ini dibuat secara sukarela untuk dasar dipergunakan sebagaimana mestinya.
Yang menerima Yang memberikan
Lurah/Kepala Desa Pemilik
Materai Rp 6.000
_____________________ _____________________
Mengetahui,
Kepala Desa
_____________
Pernyataan Ijin Dilalui PT.4-02B 55
Ahli waris :
Nama jabatan Tanda tangan
Saksi –saksi :
Nama Keterangan Tanda tangan
Ketua KKM
Tokoh masyarakat
Tetangga terdekat
Surat Pernyataan ini digunakan untuk satu kepemilikan tanah
56 PT.4-02B Pernyataan Ijin Dilalui
SKETSA PETA LOKASI :
Surat Pernyataan Izin Pinjam Pakai Tanah PT.4-02C 57
PT.4-02C
PT.4-02C SURAT PERNYATAAN IZIN PINJAM PAKAI TANAH
Saya yang bertandatangan di bawah ini:
Nama :
No KTP :
Pekerjaan : :
Alamat : RT/RW/Dusun
Desa/kelurahan ………………………..
Kabupaten/Kota
Selaku pemilik tanah berdasarkan Surat Bukti Kepemilikan yang sah Nomor....... Tanggal ………. atau Surat Bukti lain yang
sah ……….. (sebutkan) dengan ini menyatakan bersedia meminjamkan tanah dan aset lain kepada Pemerintah
Desa/Kelurahan ……… (sebutkan) untuk kegiatan pembangunan.............. selama..... tahun bagi kepentingan masyarakat
umum atau selama fasilitas masih berfungsi. Ijin pinjam pakai bisa diperbaharui sesuai kesepakatan.
Bentuk Kontribusi Volume dan
Satuan Asset Alamat Asset
Sketsa Peta Lokasi
1. Tanah /lahan Cantumkan:
1. Batas dan status kepemilikan lahan
2. Bagan atas seluruh lahan milik warga
3. Jalan sekitar lahan
4. Batas tegas tanah yang akan diberikan/dipinjamkan
5. Orientasi lokasi/arah mata angina
6. Luas tanah sisa
7. Penggunaan tanah saat ini.
8. Status kepemilikan tanah
2. Tanah Produktif
3. Asset lainnya
Sebutkan: …………………………………
Syarat bentuk kontribusi yang disepakati dengan pemilik :
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………….…………..
Demikian surat pernyataan ini dibuat secara sukarela untuk dasar dipergunakan sebagaimana mestinya.
Yang menerima Yang memberikan
Lurah/Kepala Desa Pemilik
Materai Rp 6.000
_____________________ _____________________
Yang Melegalisasi,
PPAT atau Camat sebagai PPATS
_____________________
58 PT.4-02C Surat Pernyataan Izin Pinjam Pakai Tanah
Ahli waris :
Nama jabatan Tanda tangan
Saksi –saksi :
Nama Keterangan Tanda tangan
Ketua KKM
Tokoh masyarakat
Tetangga terdekat
Surat Pernyataan ini digunakan untuk satu kepemilikan tanah
Surat Pernyataan Izin Pinjam Pakai Tanah PT.4-02C 59
SKETSA PETA LOKASI :
|
60 PT.4-03
Surat Pernyataan Hasil Identifikasi Potensi Dampak Negatif Sub-Proyek Terhadap Kelompok MHA
PT.4-03
PT.4-03 SURAT PERNYATAAN
HASIL IDENTIFIKASI POTENSI DAMPAK NEGATIF SUB-PROYEK TERHADAP
KELOMPOK MHA
Berdasarkan usulan kegiatan yang diajukan dalam RKM, kami KKM telah melakukan
identifikasi potensi dampak negative terhadap kelompok MHA mencakup uraian jenis potensi
dampak negative dan Upaya Tindakan Mitigasi/ penanganannya.
Kami KKM Desa/Kelurahan:___________________, Kecamatan:_________________,
Kabupaten/Kota:____________________, Provinsi:____________________,
No Potensi / Sumber Dampak Negatif Upaya Mitigasi/Penanganan
Pelaksanaan Penanganan
Ya Tidak
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
……………………………., …………….20…….
Diverifikasi oleh :
Koordinator Kab./kota
(…………………….)
Diverifikasi oleh
Fasilitator Masyarakat:
(…………………….)
Dibuat oleh :
KKM
(…………………….)
Surat Pernyataan Hasil Identifikasi Potensi Dampak Negatif Sub-Proyek Terhadap Kelompok MHA PT.4-03
61
CONTOH PENGISIAN
PT.4-03 SURAT PERNYATAAN
HASIL IDENTIFIKASI POTENSI DAMPAK NEGATIF SUB-PROYEK TERHADAP KELOMPOK MHA
Berdasarkan usulan kegiatan yang diajukan dalam RKM, kami KKM telah melakukan identifikasi
potensi dampak negative terhadap kelompok MHA mencakup uraian jenis potensi dampak
negative dan Upaya Tindakan Mitigasi/ penanganannya.
Kami KKM Desa/Kelurahan: __________________, Kecamatan :_________________,
Kabupaten/Kota : _____________________, Provinsi :_________________,
No Potensi / Sumber Dampak Negatif Upaya Mitigasi/Penanganan
Pelaksanaan penanganan
Ya Tidak
1. Penaman pipa melalui daerah/wilayah yang dikramatkan oleh kelompok masyarakat adat
Memindahkan jalur pipa pada wilayah diluar daerah yang dikramatkan
2. Bangunan Tandon Atas (Torn) tidak diperbolehkan melebihi ketinggian rumah ketua adat
Alternatif lokasi untuk penempatan Tandon Atas (Torn)
3. Dst (disesuikan dengan kearifan local masyarakat adat)
4.
5.
6.
7.
10.
……………………………., …………….20…….
Diverifikasi oleh :
Koordinator Kab./kota
(…………………….)
Diverifikasi oleh
Fasilitator Masyarakat:
(…………………….)
Dibuat oleh :
KKM
(…………………….)
62 PT.4-04
Surat Pernyataan Kesanggupan Pengoperasian dan Pemeliharaan Prasarana dan Kesanggupan Iuran
PT.4-04
PT.4-04 SURAT PERNYATAAN
KESANGGUPAN PENGOPERASIAN DAN PEMELIHARAAN PRASARANA
DAN KESANGGUPAN IURAN
Yang bertanda tangan dibawah ini, kami :
Nama :__________________________ Jabatan : Ketua KKM : ________________________ Desa/Kel. : ________________________ Kecamatan : ________________________ Kab./Kota : ________________________ Alamat :_____________________________, Dusun: _____________, RT/RW: ________ Menyatakan:
1. Kesanggupan untuk mengoperasikan dan memelihara sarana dan prasarana yang kami bangun yaitu:
No Jenis Sarana dan Prasarana Lokasi : Jalan/dusun/RT/RW
2. Kesanggupan menerapkan iuran kepada anggota masyarakat yang memanfaatkan sarana air minum untuk keberlangsungan sarana. Sebesar untuk HU/KU
dan melalui SR
Demikian surat pernyataan ini dibuat dengan sebenar-benarnya.
…………………….,…………., 20….
Menyetujui :
_________________ Kepala Desa/Lurah
Yang menyatakan, Ketua KKM
Meterai Rp 6,000
_________________ Kepala Desa/Lurah
Mengetahui,
1. Nama ………………
2. Nama ………………
Format Dilampirkan pada RKM
Rp……………./KK/bulan
Rp…………………../M3
Check List Kelengkapan Dokumen Pengamanan Lingkungan Dan Sosial Pada Rencana Kerja Masyarakat (Rkm)
PT.4-05 63
PT.4-05
PT.4-05 CHECK LIST KELENGKAPAN DOKUMEN PENGAMANAN
LINGKUNGAN DAN SOSIAL PADA RENCANA KERJA MASYARAKAT (RKM)
No Dokumen
Kelengkapan Kualitas
Ada Tidak Memenuhi Tidak
Memenuhi
1. Daftar Uji Identifikasi Dampak Lingkungan
2. Hasil Identifikasi Potensi Dampak terhadap Lingkungan
3. Surat Pernyataan Hasil Identfikasi Potensi Dampak Negatif Lingkungan
4. Rekapitulasi Kebutuhan Lahan Untuk Penempatan Sarana
5. Surat Pernyataan Hibah Lahan
6. Surat Pernyataan Ijin Dilalui
7. Surat Pernyataan Izin Pinjam Pakai Tanah
8. Hasil Identifikasi Potensi Dampak Negatif terhadap MHA
……………………………., …………….20…….
Diverifikasi oleh :
Koordinator Kab./kota
(…………………….)
Diverifikasi oleh Fasilitator Masyarakat:
(…………………….)
Dibuat oleh : KKM
(…………………….)
64 PT.4-06 Format Rencana Kerja Pengeloaan Masyarakat Hukum Adat (MHA)
PT.4-06
PT.4-06 FORMAT RENCANA KERJA PENGELOAAN MASYARAKAT HUKUM ADAT (MHA)
Berikut ini adalah sistematika laporan RKP-MA. Sistematika ini dapat dikembangkan sesuai dengan kondisi dan relevansi masing-masing Kegiatan.
Judul Bab/Sub Bab Isi/Keterangan
1. Deskripsi Kegiatan
Rangkuman deskripsi kegiatansecara singkat (mengenai batasan wilayah, lokasi, jenis pekerjaan, luas, dan lainnya)
2. Data Dasar mengenai Masyarakat Hukum Adat (berdasarkan hasil pengkajian sosial)
Data Masyarakat Hukum Adat • Informasi dasar tentang karakteristik demografi kelompok MHA, sosial, budaya, dan politik MHA, tanah dan wilayah tradisional yang mereka miliki atau mereka pakai dan mereka tempati dan sumber daya alam dimana penghidupan mereka bergantung
• Identifikasi pemangku kepentingan dan elaborasi dari proses yang sesuai dengan budaya setempat untuk melakukan konsultasi (musyawarah) dengan MHA di setiap tahap kegiatan
2.2 .Ringkasan hasil Konsultasi (musyawarah) yang dilaksanakan dengan prinsip FPIC dengan MHA yang dilaksanakan selama persiapan kegiatan dan akan menghasilkan dukungan masyarakat yang luas untuk kegiatan tersebut
• Identifikasi potensi dampak merugikan dan positif dari kegiatan terhadap MHA yang terkena dampak
• Pengembangan langkah-langkah yang diperlukan untuk menghindari dampak merugikan atau identifikasi langkah-langkah mitigasi, mengurangi, atau kompensasi atas dampak tersebut dan memastikan bahwa MHA menerima manfaat sesuai dengan budaya mereka
• Mekanisme mempersiapkan dan melaksanakan konsultasi publik dengan Masyarakat Hukum Adat ( musyawarah mengenai rencana kegiatan, rancangan, dan lain-lain sejauh relevan ), meliputi: penentuan lokasi dan jadwal konsultasi, penyebaran informasi/undangan, dan lain-lain
• Proses konsultasi publik (musyawarah)
• Hasil/resolusi dan kesepakatan bersama yang diperoleh selama rapat konsultasi .
Jumlah dan perwakilan organisasi/lembaga yang ikut serta dalam rapat konsultasi tersebut .
2.3. Sebuah kerangka kerja untuk melakukan konsultasi (musyawarah) berdasarkan prinsip FPIC dengan MHA yang terkena dampak selama pelaksanaan kegiatan
Format Rencana Kerja Pengeloaan Masyarakat Hukum Adat (MHA) PT.4-06 65
Judul Bab/Sub Bab Isi/Keterangan
3. RENCANA AKSI (INPUT DARI HASIL KAJIAN SOSIAL)
3.1. Kegiatan bagi para warga MHA untuk mendapatkan manfaat sosial dan ekonomi
3.2. Kegiatan untuk menghindari, meminimalkan, memitigasi, atau memberikan kompensasi atas dampak merugikan
3.3. Langkah-langkah untuk meningkatkan kapasitas pengelola kegiatan
3.4. Konsultasi (musyawarah) dengan MHA dan Konsep RKP-MHA
4. PERKIRAAN BIAYA DAN RENCANA PENDANAAN
Dalam bentuk tabel yang berisi informasi tentang: jenis kegiatan, penanggung jawab, waktu/tolok ukur, biaya, sumber pendanaan, dan komentar.
5. PENGATURAN KELEMBAGAAN UNTUK MELAKSANAKAN RKP-MHA
• Instansi yang bertanggung jawab untuk mengelola pelaksanaan penanganan Masyarakat Hukum Adat
• Instansi yang bertanggungjawab untuk pelaporan dan monitoring pada pelaksanaan penanganan Masyarakat Hukum Adat
• Pengaturan untuk pemantauan pelaksanaan penanganan Masyarakat Hukum Adat yang terkena dampak
6. MEKANISME PENANGANAN KELUHAN YANG DAPAT DIAKSES OLEH MHA
Mekanisme untuk mengelola keluhan seperti yang disarankan sesuai hasil Kajian Sosial
7. PEMANTAUAN KEGIATAN, EVALUASI, DAN PELAPORAN PELAKSANAAN RKP-MHA termasuk di dalamnya pengaturan untuk melakukan konsultasi (musyawarah) sesuai prinsip FPIC dengan MHA yang terkena dampak
Menjelaskan mengenai rencana kerja pemantauan pelaksanaan RKP-MHA dan mekanisme pelaporan.
Pemantauan terhadap kemajuan pelaksanaan RKP-MHA
Pemantauan terhadap proses pelaksanaan RKP-MHA
Pelaporan pelaksanaan (pelaporan akan diberikan kepada siapa, dalam format apa, dan jadwal serta tenggat waktu penyerahan pelaporan).
LAMPIRAN
Sertakan dokumen-dokumen atau salinannya yang relevan dengan RKP-MHA, misalnya:
Informasi mengenai kegiatan (Peta)
Tabel mengenai Data Dasar Masyarakat Huku Adat
Berita Acara Sosialisasi dan Konsultasi
Berita Acara Negosiasi
Dokumentasi lainnya yang relevan
48 PT.4-06 Format Rencana Kerja Pengeloaan Masyarakat Hukum Adat (MHA)