i Kata Pengantar Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, bahwa atas Rahmat dan Ridho-Nya, laporan akhir ini dapat kami persiapkan dan selesaikan sesuai dengan kerangka acuan yang telah ditetapkan. Laporan akhir ini merupakan bagian dari luaran pekerjaan Studi Penyusunan Konsep Standar di Bidang Sarana Transportasi Sungai Danau dan Penyeberangan dilakukan oleh konsultan, berisikan data primer maupun sekunder hasil survey lapangan yang terkait dengan pelaksanaan studi, hasil analisis dan pembahasan yang telah dilaksanakan, serta susunan konsep standar hasil studi. Sistematika pelaporan dalam Laporan Akhir ini terdiri dari 6 (enam) bagian, di mana bagian atau bab 1 merupakan pendahuluan yang terdiri dari latar belakang, maksud dan tujuan, ruang lingkup kegiatan dan indikator keluaran; bagian 2 menyajikan studi pustaka dan landasan teori; bagian 3 menyajikan metodologi penelitian; bagian 4 menyampaikan hasil pengumpulan data dan informasi; pada bagian 5 berupa analisis dan pembahasan penyusunan konsep standar; sedangkan bagian 6 menyampaikan kesimpulan dan saran hasil studi. Dengan selesainya Laporan Akhir ini maka konsultan dalam kesempatan ini mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan, saran, kritik dan masukan yang baik sehingga dapat memperbaiki kualitas dari studi ini. Jakarta, Nopember 2012 Konsultan
320
Embed
Kata Pengantar - elibrary.dephub.go.idelibrary.dephub.go.id/elibrary/media/catalog/0010-091500000000152/swf... · Laporan akhir ini merupakan bagian dari luaran pekerjaan Studi Penyusunan
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
i
Kata Pengantar
Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, bahwaatas Rahmat dan Ridho-Nya, laporan akhir ini dapat kami persiapkan danselesaikan sesuai dengan kerangka acuan yang telah ditetapkan.
Laporan akhir ini merupakan bagian dari luaran pekerjaan StudiPenyusunan Konsep Standar di Bidang Sarana Transportasi SungaiDanau dan Penyeberangan dilakukan oleh konsultan, berisikan dataprimer maupun sekunder hasil survey lapangan yang terkait denganpelaksanaan studi, hasil analisis dan pembahasan yang telah dilaksanakan,serta susunan konsep standar hasil studi.
Sistematika pelaporan dalam Laporan Akhir ini terdiri dari 6 (enam)bagian, di mana bagian atau bab 1 merupakan pendahuluan yang terdiridari latar belakang, maksud dan tujuan, ruang lingkup kegiatan danindikator keluaran; bagian 2 menyajikan studi pustaka dan landasan teori;bagian 3 menyajikan metodologi penelitian; bagian 4 menyampaikanhasil pengumpulan data dan informasi; pada bagian 5 berupa analisis danpembahasan penyusunan konsep standar; sedangkan bagian 6menyampaikan kesimpulan dan saran hasil studi.
Dengan selesainya Laporan Akhir ini maka konsultan dalam kesempatanini mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telahmemberikan bantuan, saran, kritik dan masukan yang baik sehingga dapatmemperbaiki kualitas dari studi ini.
Jakarta, Nopember 2012
Konsultan
ii
Abstrak
Kondisi penyelenggaraan transportasi sungai danau dan penyeberanganterkait dengan pembangunan kapal maupun kepelabuhanan dan navigasidilaksanakan berdasarkan kompetensi transportasi laut. Di lain halpembinaan dan regulasi untuk penyelenggaraan operasional AngkutanSungai Danau dan Penyeberangan (ASDP) dilaksanakan berdasarkankompetensi transportasi darat. Dengan keunikan dan kekhususanpenyelenggaraan ASDP mendorong diperlukannya standar sarana yangbaku di dalam pelaksanaan kewenangan kompetensi perhubungan darattersebut. Hal ini juga mengingat bahwa tugas pokok dan fungsiDirektorat SDP Ditjen Perhubungan Darat selama ini tidak hanyamembina kapal pada penyeberangan jarak dekat, namun juga jarak jauh,seperti pada lintas Pulau Jawa ke Kalimantan dan sebaliknya. Denganadanya kewenangan dan tanggung jawab penyelenggaraan angkutan SDP,maka suatu standar sarana transportasi SDP agar faktor keselamatan dankenyamanan transportasi publik tersebut menjadi perhatian bersamasecara lebih serius keberadaannya, terutama pada standar karakteristiklambung kapal; ruang muat; peralatan navigasi dan komunikasi; peralatankeselamatan; peralatan pencegahan pencemaran sungai, danau, dan laut;dan standar sertifikasi. Penyusunan konsep standar khusus untuk aspeklambung kapal sampai dengan standar sertifikasi tersebut, dilakukandengan pendekatan adopsi dan adaptasi agar pelayanan masyarakattersebut lebih terjamin. Pada draft laporan akhir ini disampaikan secaralengkap penyusunan konsep standar tersebut.
Kata kunci : transportasi SDP, konsep, standar, adopsi, adaptasi.
iii
Abstract
Existing conditions of the river, lake, and ferries transportationsystem associated with the shipbuilding and the port and navigationdevelopment is carried by marine transport competence. On theother hand the implementation of the guidance and regulations forthe operation of the Lake, River, and Ferry Transport (ASDP)refers to the land transport competence. With the uniqueness andspecificity of the ASDP operational activities, cause the standardimplementation is needed based on the authority of the landtransport competence. It is well to think that the main tasks andfunctions of the Directorate General of Land Transportation for theLake, River, and Ferry Transport has not only regulate the ferryships with a short distance, but also for a long distance, as in crossJava Island to Kalimantan. With the authority and responsibility oforganizing transport the SDP, then the SDP standard oftransportation to enhance the safety factor and the convenience ofpublic transport becomes a more serious concern, especially in theaspect of the standard for ship hull; cargo hold for car/passenger;navigation and communication equipment; safety equipment;equipment prevention of pollution of rivers, lakes, and seas, andcertification standards. Drafting specific standards for these aspectsof the hull up to the standards of the certification, conducted by theadoption and adaptation approaches that community service is moresecure. In this draft final report was submitted in full preparation ofthe draft standard.
Keywords : Ferry transport, inland and lake waterways transport,
concept, standard, adoption, adaptation.
iv
Daftar Isi
Halaman
KATA PENGANTAR. . . . . . i
ABSTRAK . . . . . . . ii
DAFTAR ISI . . . . . . . iv
DAFTAR TABEL . . . . . . vii
DAFTAR GAMBAR . . . . . . x
DAFTAR ARTI LAMBANG DAN SINGKATAN . . xiii
DAFTAR LAMPIRAN . . . . . xiv
DAFTAR LAMPI . . . . . . v
BAB I PENDAHULUAN . . . . . 1
A. Latar Belakang. . . . . 1
B. Maksud dan Tujuan . . . . . 9
C. Ruang Lingkup . . . . . 10
D. Indikator Keluaran dan Keluaran . . . 11
BAB II STUDI PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI
A. Gambaran Umum
1) Kegiatan Bidang Transportasi SDP .. . 13
2) Kebijakan Bidang Transportasi SDP .. . 20
3) Standar Bidang Sarana Transportasi SDP. . 23
4) Sarana Transportasi SDP Negara Lain . . 26
B. Identifikasi Komponen Standar Sarana Transportasi SDP
1) Terminologi & Definisi Standar . . 32
2) Identifikasi Komponen Standar Bentuk
Lambung Kapal SDP . 44
v
3) Identifikasi Komponen Standar Ruang Muat dan
Penumpang Kapal SDP 71
4) Identifikasi Komponen Standar Peralatan Navigasi
dan Komunikasi . 75
5) Identifikasi Komponen Standar Peralatan
Keselamatan Kapal SDP . 79
6) Identifikasi Komponen Standar Pencegahan
Pencemaran . . 82
7) Identifikasi Komponen Standar Sertifikasi
Kapal SDP . . 109
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Pendekatan Studi . . . . . 118
B. Lingkup Kajian . . . . . 122
C. Pola dan Alur Pikir Kegiatan. . . . . 123
D. Pengumpulan Data. . . . . . 126
E. Inventarisasi Komponen Standar. . . . 126
F. Analisis dan Penyusunan Standar. . . . 129
G. Penyusunan Konsep Standar . . . . 130
H. Pelaporan dan Rekomendasi . . . . 131
BAB IV HASIL PENELITIAN
A. Kondisi Umum Sarana Angkutan SDP . . 133
B. Kondisi Eksisting Sarana Transportasi SDP
1) Sarana Angkutan Sungai . 138
2) Sarana Angkutan Danau . . . 157
3) Sarana Angkutan Penyeberangan . . . 178
vi
C. Analisa Penyusunan Konsep Standar . . . 210
BAB V ANALISA DAN PEMBAHASAN
A. Identifikasi Kriteria Standar . . . . 207
B. Analisis Sebab Akibat . . . . . 243
C. Pemilihan Nominasi Komponen Standar. . . 263
D. Penulisan Konsep Standar . . . . 288
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan . . . . . . 292
B. Saran . . . . . . 296
Daftar Pustaka
Lampiran
vii
Daftar Tabel
Halaman
Tabel 2.1 Jumlah Sungai dan Angkutan Sungai 18
Tabel 2.2 Jumlah Kapal Sungai dan danau 19
Tabel 2.3a-b Daftar nilai perbandingan ukuran utama &Koefisien
50
Tabel 2.4 Klasifikasi Ukuran Kapal Sungai dan Danau 74
Tabel 2.5 Klasifikasi Kapal Sungai dan Danau berdasarkan JenisMuatan yang diangkut
74
Tabel 2.6 Klasifikasi Kapal Penyeberangan berdasarkan LintasPenyeberangan
75
Tabel 2.7 Klasifikasi Kapal Penyeberangan berdasarkan lintaskeperintisan
75
Tabel 4.1 Potensi alur pelayaran sungai dan danau diIndonesia berdasarkan wilayah propinsi
135
Tabel 4.2 Jumlah kapal yang beroperasi menurut jenisnya 136
Tabel 4.3 Potensi alur pelayaran sungai dan danau 159
Tabel 4.4 Jumlah kapal yang beroperasi 182
Tabel 4.5 Jumlah kapal yang beroperasi berdasarkepemilikan
184
Tabel 4.6 Kapal penyeberangan dan kondisi lambung,ruang muat dan ruang penumpang
191
Tabel 4.7 Kapal penyeberangan dan kondisi peralatan radio,navigasi & peralatan keselamatan
193
Tabel 4.8 Kapal penyeberangan dan kondisi peralatanpencegah pencemaran & sertifikat kapal
196
Tabel 5.1 Klasifikasi Permasalahan Standar DesainLambung Kapal Sungai dan Danau
210
Tabel 5.2 Klasifikasi Permasalahan Standar Desain Ruang 212
viii
Muat dan Penumpang Kapal Sungai dan DanauTabel 5.3 Klasifikasi Permasalahan Standar Peralatan
Navigasi dan Komunikasi pada Kapal Sungai danDanau
215
Tabel 5.4 Klasifikasi Permasalahan Standar PeralatanKeselamatan pada Kapal Sungai dan Danau
220
Tabel 5.5 Klasifikasi Permasalahan Standar PeralatanPencegah Pencemaran pada Kapal Sungai danDanau
224
Tabel 5.6 Klasifikasi Permasalahan Standar SertifikasiKapal Sungai dan Danau
226
Tabel 5.7 Klasifikasi Permasalahan Standar DesainLambung Kapal Penyeberangan
228
Tabel 5.8 Klasifikasi Permasalahan Standar Desain RuangMuat dan Penumpang Kapal Penyeberangan
230
Tabel 5.9 Klasifikasi Permasalahan Standar PeralatanNavigasi dan Komunikasi pada KapalPenyeberangan
232
Tabel 5.10 Klasifikasi Permasalahan Standar PeralatanKeselamatan pada Kapal Penyeberangan
236
Tabel 5.11 Klasifikasi Permasalahan Standar PeralatanPencegah Pencemaran pada KapalPenyeberangan
240
Tabel 5.12 Klasifikasi Permasalahan Standar SertifikasiKapal Penyeberangan
242
Tabel 5.13 Matrik Sebab Akibat Terkait Desain LambungKapal Sungai dan Danau
244
Tabel 5.14 Matrik Sebab Akibat Terkait Desain Ruang Muatdan Penumpang Kapal Sungai dan Danau
245
Tabel 5.15 Matrik Sebab Akibat Terkait Peralatan Navigasidan Komunikasi pada Kapal Sungai dan Danau
247
Tabel 5.16 Matrik Sebab Akibat Terkait PeralatanKeselamatan pada Kapal Sungai dan Danau
250
Tabel 5.17 Matrik Sebab Akibat Terkait Peralatan PencegahPencemaran pada Kapal Sungai dan Danau
252
Tabel 5.18 Matrik Sebab Akibat Terkait Sertifikasi KapalSungai dan Danau
254
Tabel 5.19 Matrik Sebab Akibat Terkait Desain LambungKapal Penyeberangan
254
Tabel 5.20 Matrik Sebab Akibat Terkait Desain Ruang Muat 255
ix
dan Penumpang Kapal PenyeberanganTabel 5.21 Matrik Sebab Akibat Terkait Peralatan Navigasi
dan Komunikasi pada Kapal Penyeberangan256
Tabel 5.22 Matrik Sebab Akibat Terkait PeralatanKeselamatan pada Kapal Penyeberangan
258
Tabel 5.23 Matrik Sebab Akibat Terkait Peralatan PencegahPencemaran pada Kapal Penyeberangan
261
Tabel 5.24 Matrik Sebab Akibat Terkait Sertifikasi KapalPenyeberangan
263
Tabel 5.25 Matrik Kebutuhan & Nominasi Standar DesainLambung Kapal Sungai dan Danau
264
Tabel 5.26 Matrik Kebutuhan & Nominasi Standar DesainRuang Muat dan Penumpang Kapal Sungai danDanau
265
Tabel 5.27 Matrik Kebutuhan & Nominasi Standar PeralatanNavigasi dan Komunikasi pada Kapal Sungai danDanau
266
Tabel 5.28 Matrik Kebutuhan & Nominasi Standar PeralatanKeselamatan pada Kapal Sungai dan Danau
270
Tabel 5.29 Matrik Kebutuhan & Nominasi Standar PeralatanPencegah Pencemaran pada Kapal Sungai danDanau
273
Tabel 5.30 Matrik Kebutuhan & Nominasi StandarSertifikasi Kapal Sungai dan Danau
275
Tabel 5.31 Matrik Kebutuhan & Nominasi Standar DesainLambung Kapal Penyeberangan
276
Tabel 5.32 Matrik Kebutuhan & Nominasi Standar DesainRuang Muat dan Penumpang KapalPenyeberangan
278
Tabel 5.33 Matrik Kebutuhan & Nominasi Standar PeralatanNavigasi dan Komunikasi pada KapalPenyeberangan
279
Tabel 5.34 Matrik Kebutuhan & Nominasi Standar PeralatanKeselamatan pada Kapal Penyeberangan
281
Tabel 5.35 Matrik Kebutuhan & Nominasi Standar PeralatanPencegah Pencemaran pada KapalPenyeberangan
285
Tabel 5.36 Matrik Kebutuhan & Nominasi StandarSertifikasi Kapal Penyeberangan
287
x
Daftar Gambar
Halaman
Gambar 2. 1 Elemen Penyelenggara transportasi SDP 15
Gambar 2. 2 Ukuran utama kapal 46
Gambar 2. 3 Pengertian koefisien blok pada kapal 51
Gambar 2. 4 Pengertian koefisien garis air pada kapal 53
Gambar 2. 5Body plan lambung kapal bentuk bilgaround atau U 55
Gambar 2. 6Body plan lambung kapal bentuk bilgaruncing atau V 56
Gambar 2. 7hubungan lambung dengan kecepatan dangelombang 62
Gambar 2. 8Efisiensi tenaga gerak berdasakan grosstonnage dan Fr 63
Gambar 2. 9Koefisien blok berdasarkan besaran angkaFroude 64
Gambar 2. 10Kurva tenaga mesin berdasarkan besarangross tonnage 64
Gambar 2. 11Alur pikir algoritma pada penelitian tahappertama 66
Gambar 2. 12Alur pikir algoritma pada penelitian tahapkedua 67
Gambar 2. 13Alternatif bentuk lambung kapalpenyeberangan 68
Gambar 2. 14Lambung kapal optimum untuk kapalpenyeberangan 69
Gambar 2. 15 Diagram Penyusunan Standar Nasional 115
Gambar 3. 1 Tahapan Studi 131
Gambar 3. 2 Pola Pikir 124
Gambar 3. 3 Alur Pikir Studi 125
Gambar 4. 1 Kapal sungai Banjarmasin 140
xi
Gambar 4. 2 KMP Silok penyeberangan sungai 141
Gambar 4. 3 Motor Ketek 143
Gambar 4. 4 Motor Getek 143
Gambar 4. 5 Speed boat mini pandangan samping 144
Gambar 4. 6 Speed boat mini pandangan depan 144
Gambar 4. 7 Speed boat ukuran besar 145
Gambar 4. 8 Speed boat Palangkaraya 146
Gambar 4. 9 Bentuk bus air 147
Gambar 4. 10 Bentuk Kapal Jukung 148
Gambar 4. 11 Bentuk Truk Air 149
Gambar 4. 12 Bentuk Long Boat 150
Gambar 4. 13 Kapal Danau Tradisional 162
Gambar 4. 14 Kapal Danau Type LCT 162
Gambar 4. 15 Kapal Danau Type Katamaran 163
Gambar 4. 16 Kapal Wisata Danau 163
Gambar 4. 17 Kapal Wisata Danau Speed Boat 164
Gambar 4. 18 Tempat Sampah di Kapal 166
Gambar 4. 19 Peralatan Keselamatan 170
Gambar 4. 20 Komposisi Muatan Kapal Danau 172
Gambar 4. 21 Komposisi Muatan Motor Kapal Danau 172
Gambar 4. 22 Peta Lintas Angkutan Penyeberangan 175
Gambar 4. 23 Peta Sabuk Penyeberangan 181
Gambar 4. 24 Kapal Penyeberangan Type LCT 181
Gambar 4. 25 Kapal Penyeberangan Type RoRo 183
Gambar 4. 26 Kapal Penyeberangan Cepat 183
Gambar 4. 27 Letak Penyeberangan Bastiong – Sofifi 185
Gambar 4. 28 Letak Penyeberangan P.Bae – Lembar 187
Gambar 4. 29 Letak Penyeberangan Sibolga – Nias 189
xii
Gambar 4. 30 Ruang Muat Kendaraan 192
Gambar 4. 31 Ruang Akomodasi Penumpang 193
Gambar 4. 32 Peralatan Komunikasi 195
Gambar 4. 33 Peralatan Navigasi dan Radar 195
Gambar 4. 34 Peralatan Keselamatan Penumpang 196
Gambar 4. 35 Pengaturan Muatan Kapal Penyeberangan 201
Gambar 4. 36 Jarak Antar Kendaraan 202
Gambar 4. 37 Perlengakpan Lash dan Ganjal 203
Gambar 4. 38 Kecelakaan di Atas Kapal Penyeberangan 204
Gambar 5. 1 Diagram alur penulisan didasarkan PSN –BSN
289
xiii
Daftar Arti Lambang dan Singkatan
Lambang dan Singkatan Arti dan Keterangan
B Lebar kapal
Cb Koefisien Blok
Cm Koefisien tengah kapal
Cp Koefisien prismatic
Cw Koefisien garis air
Fn Angka Froude
GT Gross Ton
H Tinggi geladak kapal
KB Titik buoyancy kapal
KG Titik berat kapal
Km Kilometer
LOA Panjang keseluruhan
LPP Panjang antara garis tegak
LWL Panjang garis air
T Sarat kapal
V Volume displasmen
Vd Kecepatan dinas kapal
xiv
Daftar Lampiran
Lampiran 1 Konsep Standar Lambung Kapal Penyeberangan
Lampiran 2 Konsep Standar Ruang Muat dan Penumpang Kapal
Penyeberangan
Lampiran 3 Konsep Standar Peralatan Navigasi dan Komunikasi pada
Kapal Penyeberangan
Lampiran 4 Konsep Standar Peralatan Keselamatan pada Kapal
Penyeberangan
Lampiran 5 Konsep Standar Peralatan Pencegah Pencemaran pada Kapal
Penyeberangan
Lampiran 6 Konsep Standar Sertifikasi Kapal Penyeberangan
Lampiran 7 Konsep Standar Standar Lambung Kapal Penyeberangan
Lampiran 8 Konsep Standar Ruang Muat dan Penumpang Kapal
Penyeberangan
Lampiran 9 Konsep Standar Peralatan Navigasi dan Komunikasi pada
Kapal Penyeberangan
Lampiran 10 Konsep Standar Peralatan Keselamatan pada Kapal
Penyeberangan
Lampiran 11 Konsep Standar Peralatan Pencegah Pencemaran pada
Kapal Penyeberangan
Lampiran 12 Konsep Standar Sertifikasi Kapal Penyeberangan
PT. Bahari Engineering Consultant Laporan Akhir
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
1. Dasar Hukum
Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2008 Tentang
Pelayaran;
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang
Pemerintah Daerah;
Peraturan Pemerintah Nomor 102 tahun 2000
Tentang Standarisasi Nasional;
Peraturan Pemerintah Nomor 51 tahun 2002
Tentang Perkapalan;
Peraturan Pemerintah Nomor 5 tahun 2010
Tentang Kenavigasian;
Peraturan Pemerintah Nomor 20 tahun 2010
Tentang Angkutan di Perairan;
Peraturan Pemerintah Nomor 21 tahun 2010
Tentang Perlindungan Lingkungan Maritim;
Keputusan Presiden RI Nomor 65 Tahun 1980
tentang Ratifikasi SOLAS;
PT. Bahari Engineering Consultant Laporan Akhir
2
Keputusan Presiden RI Nomor 46 Tahun 1986
tentang Ratifikasi MARPOL;
Keputusan Menteri Perhubungan Nomor 26 tahun
2012 Tentang Angkutan Penyeberangan;
Keputusan Menteri Perhubungan Nomor 73 tahun
2004 Tentang Penyelenggaraan Angkutan Sungai;
Keputusan Menteri Perhubungan Nomor 4 tahun
2005 Tentang Pencegahan Pencemaran dari
Kapal;
Keputusan Menteri Perhubungan Nomor 5 tahun
2005 Tentang Telekomunikasi Pelayaran;
Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 65 tahun
2009 tentang Standar Kapal Non Konvensi;
Per. Menhub. No. PM 81 Tahun 2011 Tentang
SPM Bidang Perhubungan Daerah Prov. Dan
Kab./Kota.
International Maritime Organization (IMO)
2. Gambaran Umum
Keberhasilan pembangunan di bidang ekonomi
yang dicapai selama ini telah menimbulkan
berbagai tuntutan baru di antaranya di sektor
angkutan. Di sektor angkutan ini diperlukan
tingkat pelayanan transportasi yang lebih optimal
PT. Bahari Engineering Consultant Laporan Akhir
3
baik dari tinjauan waktu, biaya, keamanan dan
kenyamanan. Di samping itu upaya peningkatan
kesejahtaraan rakyat masih perlu diimbangi
dengan laju pertumbuhan di bidang ekonomi yang
cukup memadai. Dalam kaitan ini diperlukan
adanya peningkatan sarana dan prasarana
angkutan sebagai salah satu infrastruktur yang
diperlukan bagi pertumbuhan ekonomi. Salah satu
prasarana angkutan yang diharapkan dapat
meningkatkan pertumbuhan ekonomi adalah
angkutan sungai danau dan penyeberangan
(ASDP). ASDP sebagai salah satu prasarana
infrastruktur sebagai jembatan apung merupakan
komponen penting untuk menunjang
pertumbuhan ekonomi. Sebagaimana diketahui,
jaringan jalan di beberapa daerah dihubungkan
dengan angkutan SDP.
Penyelenggaraan transportasi SDP harus
diwujudkan sesuai dengan asas dan tujuan
transportasi jalan, di mana transportasi jalan
sebagai salah satu moda transportasi nasional
diselenggarakan atas asas manfaat, usaha bersama
dan kekeluargaan, adil dan merata, keseimbangan,
kepentingan umum, keterpaduan, kesadaran
hukum dan percaya diri sendiri. Sedangkan tujuan
PT. Bahari Engineering Consultant Laporan Akhir
4
diselenggarakannya transportasi SDP adalah
untuk mewujudkan lalu lintas dan angkutan jalan
yang terputus antar pulau dapat dihubungkan oleh
ASDP dengan selamat, aman, cepat, lancar, tertib
dan teratur, nyaman dan efisien, mampu
memadukan transportasi lainnya, menjangkau
seluruh pelosok wilayah daratan, untuk
menunjang pemerataan, pertumbuhan dan
stabilitas, sebagai pendorong, penggerak dan
penunjang pembangunan nasional dengan biaya
terjangkau oleh daya beli masyarakat.
Dalam penyelenggaraan transportasi SDP tersebut
perlu adanya suatu dorongan pembinaan dari
pemerintah selaku pemegang otoritas lalu lintas
dan angkutan SDP, yang dimaksudkan untuk
meningkatkan kinerja penyelenggaraan lalu lintas
dan angkutan SDP dalam keseluruhan moda
transportasi secara terpadu dengan
memperhatikan seluruh aspek kehidupan
masyarakat. Sistem pembinaan yang dilakukan
oleh pemerintah akan dapat dilaksanakan apabila
telah disusun suatu standard pelayanan minimal,
yang pada pelaksanaannya perlu didukung dengan
Penetapan Kriteria yang dipatuhi oleh semua
pihak termasuk pemerintah, pengelola
PT. Bahari Engineering Consultant Laporan Akhir
5
transportasi/ operator serta masyarakat /pengguna
jasa transportasi.
Meningkatnya kebutuhan transportasi yang tidak
diimbangi dengan peningkatan pelayanan yang
memadai, secara langsung maupun tidak langsung
membawa dampak pada ketidak-efektifan,
ketidak-efisienan dan kurang nyamannya sistem
transportasi, yang pada dasarnya lebih disebabkan
karena adanya ketidakterpaduan antara
perencanaan wilayah dan perencanaan
transportasi.
Sejak berlakunya Undang-Undang Nomor 32
Tahun 2004 tentang otonomi daerah, pemerintah
daerah terutama pemerintah kabupaten/kota
sesuai dengan kewenangannya sebagai pembina
transportasi di daerah perlu didukung dengan
menyiapkan regulasi yang baku dalam hal
penyelenggaraan transportasi yang efektif dan
efisisen. Sering terjadi kerancuan dalam
menetapkan aturan maupun kebijakan transportasi
karena justifikasi yang bersifat petunjuk
pelaksanaan dirasa masih belum cukup. PP
Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan
Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintah
PT. Bahari Engineering Consultant Laporan Akhir
6
Daerah Provinsi dan Kabupaten/Kota, sesuai
dengan kewenangan pemerintah untuk saat ini
dan masa mendatang, termasuk di bidang
angkutan sungai, danau, dan penyeberangan yang
perlu segera mengembangkan perumusannya
kembali mengenai kriteria bidang transportasi
SDP baik pada kebijakan pusat maupun daerah
yang medapat otonomi.
Pasal 5 Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2008,
Tentang Pelayaran menyatakan bahwa :
(1) Pelayaran dikuasai oleh negara dan
pembinaannya dilakukan oleh Pemerintah.
(2) Pembinaan pelayaran sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) meliputi:
a. pengaturan;
b. pengendalian; dan
c. pengawasan.
(3) Pengaturan sebagaimana dimaksud pada ayat
(2) huruf a meliputi penetapan kebijakan
umum dan teknis, antara lain, penentuan
norma, standar, pedoman, kriteria,
perencanaan, dan prosedur termasuk
persyaratan keselamatan dan keamanan
pelayaran serta perizinan.
PT. Bahari Engineering Consultant Laporan Akhir
7
(4) Pengendalian sebagaimana dimaksud pada
ayat (2) huruf b meliputi pemberian arahan,
bimbingan, pelatihan, perizinan, sertifikasi,
serta bantuan teknis di bidang pembangunan
dan pengoperasian.
(5) Pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat
(2) huruf c meliputi kegiatan pengawasan
pembangunan dan pengoperasian agar sesuai
dengan peraturan perundang-undangan
termasuk melakukan tindakan korektif dan
penegakan hukum.
Penyelenggaraan transportasi sungai, danau dan
penyeberangan yang terkait dengan operasi,
pembangunan dermaga serta perambuan dan
navigasi masih terkait dengan perhubungan laut.
Dalam domain regulasi, keselamatan pelayaran
menjadi tanggung jawab Direktorat Jenderal
Perhubungan Laut, namun dengan adanya
kewenangan dan tanggung jawab yang berbeda
dalam penyelenggaraan angkutan SDP maka
perlu adanya standar sarana di bidang transportasi
SDP agar keselamatan pada transportasi publik
menjadi perhatian lebih serius dan terstruktur.
PT. Bahari Engineering Consultant Laporan Akhir
8
3. Alasan Kegiatan Dilaksanakan
Kegiatan studi penyusunan konsep standar di
bidang sarana transportasi sungai, danau, dan
penyeberangan dilaksanakan berdasarkan alasan-
alasan sebagai berikut :
1) Kondisi perairan sungai, danau, dan
daerah penyeberangan yang bervariasi
sesuai dengan kondisi geologis dan
geografis alam daerah setempat;
2) Kondisi sarana dan prasarana angkutan
SDP yang bervariasi ukuran dan
spesifikasinya, terutama dalam hal bentuk
dan ukuran lambung, ruang muat,
peralatan navigasi dan komunikasi,
peralatan keselamatan, dan peralatan
pencegahan pencemaran lingkungan;
3) Kondisi pengguna jasa angkutan SDP,
terutama truk dan muatannya yang
mempunyai ukuran berat dan ketinggian
bervariasi;
4) Kondisi jumlah armada angkutan SDP
yang dibutuhkan berfluktuasi mengikuti
musim kegiatan masyarakat;
PT. Bahari Engineering Consultant Laporan Akhir
9
5) Kondisi penyelenggaraan standar
sertifikasi sarana angkutan SDP yang
memerlukan pengembangan.
Dengan kondisi tersebut sering dirasakan menjadi
penyebab terganggunya kinerja operasional
transportasi SDP seperti timbulnya antrian
panjang, penyesuaian ukuran truk bermuatan
dengan kapal yang cocok, dan sebagainya. Oleh
karena itu berdasarkan peraturan perundangan
yang berlaku, penyusunan konsep Standar Di
Bidang Sarana Transportasi SDP dipandang perlu
dilaksanakan untuk mewujudkan
penyelenggaraan transportasi sungai, danau dan
penyeberangan yang selamat, aman, cepat, lancar,
tertib dan teratur, nyaman dan efisien berdasarkan
standar sarana yang tepat dan dapat
dipertanggung jawabkan.
B. Maksud dan Tujuan
Maksud studi adalah melakukan penyusunan
konsep standar di bidang Sarana transportasi SDP.
Tujuan studi adalah untuk mendapatkan tingkat
efisiensi, efektifitas, dan keselamatan serta
kelancaran pelayanan operasional di bidang
PT. Bahari Engineering Consultant Laporan Akhir
10
transportasi sungai, danau dan penyeberangan,
serta penyusunan konsep RSNI (Rancangan
Standar Nasional Indonesia) di bidang Sarana
Transportasi SDP.
C. Lingkup Perkerjaan
Supaya ada suatu persepsi dalam konsep
penyusunan standar di bidang sarana transportasi
sungai danau dan penyeberangan, yang dimaksud
dengan standar adalah spesifikasi teknis atau
sesuatu yang diberlakukan sebagai patokan dalam
melakukan kegiatan.
Ruang lingkup studi ini adalah:
1. Melakukan inventarisasi kegiatan di bidang
sarana transportasi SDP;
2. Melakukan inventarisasi dan mempelajari hal
yang terkait dengan kebijakan di bidang sarana
transportasi SDP;
3. Melakukan inventarisasi kebutuhan standar di
bidang sarana transportasi SDP;
4. Melakukan penyusunan naskah akademik
untuk rancangan 12 (duabelas) konsep standar
di bidang sarana transportasi SDP, yaitu :
PT. Bahari Engineering Consultant Laporan Akhir
11
a. Standar lambung kapal sungai dan danau
(perairan pedalaman)
b. Standar ruang muat dan penumpang kapal
sungai dan danau (perairan pedalaman)
c. Standar peralatan navigasi dan komunikasi
kapal sungai dan danau (perairan
pedalaman)
d. Standar peralatan keselamatan kapal
sungai dan danau (perairan pedalaman)
e. Standar lambung kapal penyeberangan
f. Standar ruang muat dan penumpang kapal
penyeberangan
g. Standar desain peralatan navigasi dan
komunikasi kapal penyeberangan
h. Standar peralatan keselamatan kapal
penyeberangan
i. Standar pencegahan pencemaran oleh
kapal sungai dan danau
j. Standar pencegahan pencemaran oleh
kapal penyeberangan
k. Standar sertifikasi kapal sungai dan danau
l. Standar sertifikasi kapal penyeberangan
5. Melakukan pengumpulan data yang terkait
dengan studi yang dilakukan di Medan,
Banjarmasin, Mataram, dan Ternate;
PT. Bahari Engineering Consultant Laporan Akhir
12
D. Indikator Keluaran dan Keluaran
Keluaran (output) dan kegiatan studi ini adalah
tersusunnya 4 (empat) laporan studi yaitu laporan
pendahuluan, laporan antara/interim, rancangan
laporan akhir dan laporan akhir. Laporan akhir
terdiri dari laporan studi penyusunan konsep
standar di bidang sarana transportasi SDP, dan
buku konsep standar di bidang sarana transportasi
SDP.
PT. Bahari Engineering Consultant Laporan Akhir
13
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. GAMBARAN UMUM TRANSPORTASI SDP
1. Kegiatan Bidang Transportasi SDP
Kegiatan transportasi sungai, danau, dan
penyeberangan secara normatif diatur oleh pemerintah
dalam Undang – Undang Nomor 17 Tahun 2008 tentang
Pelayaran, dan turunan-turunannya. Sesuai dengan PP 20
tahun 2010 tentang Angkutan di Perairan, angkutan
sungai dan danau didefinisikan sebagai kegiatan
angkutan dengan menggunakan kapal yang dilakukan di
sungai, danau, waduk, rawa, anjir, kanal dan terusan
untuk mengangkut penumpang, barang dan/atau hewan,
yang diselenggarakan oleh perusahaan angkutan sungai
dan danau. Sedangkan angkutan penyeberangan
didefinisikan sebagai angkutan yang berfungsi sebagai
jembatan yang menghubungkan jaringan jalan dan/atau
jaringan jalur kereta api yang dipisahkan oleh perairan
untuk mengangkut penumpang dan kendaraan beserta
muatannya. Karakteristik umum transportasi
penyeberangan adalah sebagai berikut:
a) berfungsi sebagai jembatan yang menghubungkan
jaringan jalan atau jaringan jalur kereta api yang
PT. Bahari Engineering Consultant Laporan Akhir
14
dipisahkan oleh perairan untuk mengangkut
penumpang dan kendaraan beserta muatannya;
b) muatan penumpang dan kendaraan beserta
muatannya;
c) sebagai bagian dari jaringan pelayanan
transportasi darat (jalan dan jalan rel) dan
mempertimbangkan jaringan trayek angkutan laut;
d) sesuai dengan struktur tata ruang,
menghubungkan seluruh kepulauan Indonesia
meliputi jaringan lintas utara, jaringan lintas
tengah, jaringan lintas selatan, jaringan lintas
utara selatan, dan jaringan lintas penghubung;
e) menyediakan pelayanan ulang-alik, serta
menghubungkan dua titik (maupun lebih) yang
tidak dilayani moda transportasi lain;
f) jadwal tetap dan teratur (dalam kabupaten/kota,
antar kabupaten/kota, antar provinsi dan antar
negara); menghubungkan antara dua pelabuhan,
antara pelabuhan dan terminal, dan antara dua
terminal penyeberangan dengan jarak tertentu;
g) Jarak lintasan penyeberangan dipilih jarak yang
terpendek.
Elemen penyelenggara transportasi sungai danau dan
penyeberangan dapat dilihat pada gambar 2.1 berikut.
PT. Bahari Engineering Consultant Laporan Akhir
15
Gambar 2.1 Elemen penyelenggara transportasi SDP.
Pada prosesnya penyelenggaraan tansportasi SDP
didukung oleh elemen sarana, prasarana, dan sumber
daya manusia yang bekerja sama secara simultan
dalam melayani kebutuhan masyarakat akan
transportasi baik angkutan sungai, danau maupun
penyeberangan.
Kegiatan transportasi sungai dan danau berdasarkan
pariwisata dan interaksi sosial budaya antar daerah
dan wilayah terpencil.
Ditinjau dari segi geografis, Indonesia memiliki 214
sungai yang umumnya tersebar di 14 Provinsi Pulau
PT. Bahari Engineering Consultant Laporan Akhir
18
Kalimantan, Sumatera dan Papua. Panjang sungai
keseluruhan dapat mencapai kurang lebih 34.342 km
dan yang dapat dilayari kurang lebih 23.255 km.
Jumlah sungai yang ada di Pulau Sumatera,
Kalimantan dan Papua dijelaskan pada tabel 2.1.
berikut:
Tabel 2.1Jumlah Sungai dan Angkutan Sungai Yang Ada di
DaerahPulau Sumatera, Kalimantan dan Papua
Pulau JumlahSungai
PanjangSungai (km)
Panjang Sungaiyang dapat
dilayari (km)
JumlahAngkutan
Sungai (unit)
Sumatera 123 sungai 15.701 km 10.890 km 8.159
Kalimantan 64 sungai 10.161 km 7.054 km 12.635
Papua 24 sungai 7.135 km 4.940 km 105
Sumber data : Direktorat LLASDP 2011
Sampai saat ini jumlah kapal sungai dan danau yang
terdaftar di Direktorat LLASD adalah sejumlah lebih
dari 20.000 armada kapal sungai dan danau dengan
berbagai jenis, pada tabel 2.2 disajikan data jumlah
armada kapal sungai untuk setiap provinsi yang
memiliki kapal sungai / danau di Indonesia.
Dari jumlah kapal sungai danau tersebut, populasi
kapal sungai yang besar tersebar pada wilayah yang
PT. Bahari Engineering Consultant Laporan Akhir
19
memiliki sungai besar, seperti provinsi Jambi,
Sumatera Selatan, Riau, Kalimantan Barat,
Kalimantan Timur dan Kalimantan Tengah. Jenis
angkutan sungai antara lain : sampan, ketek, getek,
kano untuk angkutan kapasitas kecil jarak dekat,
kemudian speed boat, long boat untuk angkutan
cepat, jukung, bis air, klotok untuk angkutan barang
dan penumpang dan truk air, barge steel hull, barge
(tongkang) dan tug boat untuk angkutan barang.
Tabel 2.2Jumlah kapal sungai dan danau
Sumber data : Direktorat LLASDP 2011
Jenis angkutan sungai ini pada umumnya dibuat
secara tradisional menurut kebiasaan dan budaya
masyarakat setempat secara turun temurun.
No Propinsi Jumlah
1 NAD 7952 Sumatera Utara 6023 Jambi 2.2534 Sumatera Barat 1695 Sumatera Selatan 1.9146 Riau 2.4267 Jawa Tengah 478 Bali 1459 Sulawesi Selatan 2610 Kalimantan Barat 1.35311 Kalimantan Selatan 2.89112 Kalimantan Timur 1.02713 Kalimantan Tengah 7.36414 Irian Jaya 105
PT. Bahari Engineering Consultant Laporan Akhir
20
Permasalahan umum yang dihadapi dalam
pengoperasian angkutan sungai adalah belum
memadainya tingkat kehandalan, tingkat
keselamatan, serta tingkat kepuasan pengguna jasa
baik karena faktor kondisi teknis angkutan sungai,
faktor prasarana pendukung, faktor kondisi perilaku
sosial budaya masyarakat di sekitar bantaran sungai,
manajemen pengoperasian angkutan sungai,
termasuk lemahnya pengawasan maupun kualitas
penegakan hukum.
2. Kebijakan Bidang Transportasi SDP
Jika kegiatan penyelenggaraan angkutan sungai,
danau, dan penyeberangan dipelajari, maka kebijakan
di bidang penyelenggaraan angkutan sungai, danau,
dan penyeberangan dapat disampaikan sebagai
berikut :
Sesuai dengan UU No. 22 Tahun 1999 dan
semangat otonomi daerah, Departemen
Perhubungan khususnya Sub sektor
Perhubungan Darat terus berupaya mendukung
terlaksananya Otonomi Daerah. Salah satu
kebijakan yang telah ditetapkan adalah Surat
Edaran Menteri Perhubungan No. SE 7/2000
PT. Bahari Engineering Consultant Laporan Akhir
21
tentang Rincian kewenangan Kabupaten/Kota
di sektor perhubungan dalam rangka
pelaksanaan otonomi daerah.
Memberikan kewenangan yang luas kepada
daerah untuk penetapan jaringan trayek,
penerbitan ijin usaha, tarip, pembangunan dan
pengoperasian dermaga, alur pelayaran dan
perambuan.
Seluruh Unit Pelaksana Teknis ( UPT )
sebanyak 37 Kantor dan 209 Satker Lalu
Lintas dan Angkutan Sungai dan Danau
(LLASD ) telah diserahkan kepada daerah
(Pemerintah provinsi/ Kabupaten/Kota) beserta
P3D ( personil, peralatan, pembiayaan dan
dokumen / arsip ).
Di samping hal tersebut di atas, berdasar kepada
peraturan perundangan yang berlaku, juga telah
diterapkan kebijakan seperti :
Memperbaiki keselamatan dan kualitas
pelayanan prasarana dan sarana serta
pengelolaan angkutan SDP;
Meningkatkan kelancaran dan kapasitas
pelayanan di lintas yang telah jenuh dan
memperbaiki tatanan pelayanan angkutan antar
moda dan kesinambungan transportasi darat
PT. Bahari Engineering Consultant Laporan Akhir
22
yang terputus di dalam pulau (sungai dan
danau) dan antar pulau;
Pengembangan pelayanan ASDP di Jawa dan
Madura diarahkan untuk mendukung
pariwisata dan angkutan lokal pada lintas
penyeberangan antar provinsi antar pulau
seperti: Merak-Bakauheni, Jakarta-Pangkal
Pinang, Semarang-Banjarmasin, Lamongan-
Balikapapan, Lamongan-Makassar-Takalar dan
Ketapang-Gilimanuk.
Selain itu dilanjutkan dengan pengembangan
lintas penyeberangan antar Kabupaten/Kota;
Pengembangan ASDP di Bali dan Nusa
Tenggara diarahkan untuk kegiatan
transportasi lokal dan menunjang pariwisata di
danau Bedugul, Batur dan Kelimutu; lintas
penyeberangan antarnegara seperti Kupang-
Dili, dan rencana kajian untuk Kupang-Darwin,
serta lintas penyeberangan antar provinsi antar
pulau menuju pulau Jawa dan pulau Sulawesi.
Pengembangan lintas penyeberangan antar
Kabupaten/Kota diperlukan keterpaduan antar
moda dan dikembangkan sesuai dengan tingkat
perkembangan permintaan pada jaringan
transportasi jalan;
PT. Bahari Engineering Consultant Laporan Akhir
23
Pengembangan ASDP di Kalimantan
diarahkan pada jaringan transportasi sungai
untuk menjangkau seluruh daerah pedalaman
dan terpencil yang didominasi oleh perairan
yang tersebar luas; jaringan transportasi pe-
nyeberangan pada lintas antar provinsi dan
antar pulau terutama dengan pulau Sulawesi,
seperti Balikpapan-Mamuju, Nunukan-Manado,
serta dengan pulau Jawa dan Sumatera, dan
perencanaan lintas internasional Tarakan-
Nunukan-Tawao.
3. Standar Bidang Sarana Transportasi SDP
Standar bidang sarana transportasi sungai, danau, dan
penyeberangan masih terbatas pada penyelenggaraan
angkutan yang mengikuti regulasi atau ketentuan
yang berlaku, di mana acuan tersebut pada umumnya
masih dalam bentuk peraturan perundangan yang
normatif atau belum dalam bentuk dokumen standar
nasional.
Beberapa acuan norma dan standar yang diacu untuk
kegiatan di bidang sarana transportasi Sungai Danau
dan Penyeberangan antara lain dapat disebutkan
sebagai berikut:
Pengadaan Kapal sesuai dengan Undang-
Undang 17 tahun 2008 pasal 56 dan pasal 124.
PT. Bahari Engineering Consultant Laporan Akhir
24
PP 51 tahun 2002 tentang Perkapalan pasal 3
ayat (1, 2, 3 dan 4). KM. 26 / 2006 tentang
Penyederhanaan Sistem dan Prosedur
Pengadaan Kapal dan Penggunaan/
Penggantian Bendera Kapal.
Pembangunan dan Pengerjaan Kapal merujuk
kepada Undang-Undang 17 tahun 2008 pasal
125. PP 51 tahun 2002 tentang Perkapalan
Pasal 4. Standar atau peraturan klas Biro
Klasifikasi Indonesia (BKI Vol I, II dan III)
serta KM 65/2009 tentang Standar Kapal Non
Konvensi (NCVS).
Konstruksi dan Desain merujuk kepada
Undang-Undang 17 tahun 2008 pasal 125.
Lampiran KM 65 tahun 2009 tentang Standar
kapal Non Konvensi (NCVS), SK. Dirjen
Perhubungan Darat Nomor AP.005/1994
tentang Petunjuk Teknis Persyaratan Pelayanan
Minimal Kapal SDP pasal 4, serta Peraturan
Biro Klasifikasi Indonesia.
Lambung Timbul sesuai dengan Undang-
Undang 17 tahun 2008 pasal 147 dan Peraturan
Biro Klasifikasi Indonesia.
Stabilitas merujuk kepada Undang-Undang 17
tahun 2008 pasal 148, KM 65/2009 tentang
PT. Bahari Engineering Consultant Laporan Akhir
25
Standar Kapal Non Konvensi (NCVS) dan
SOLAS.
Keselamatan Kapal sesuai dengan Undang-
Undang 17 tahun 2008 pasal 117, pasal 124
dan pasal 126. KM 29/1999 tentang Standar
Kapal Non Konvensi (NCVS) dan SOLAS.
Pengawakan Kapal merujuk kepada Undang-
Undang 17 tahun 2008 pasal 135, pasal 224
serta KM 65/2009 tentang Standar Kapal Non
Konvensi (NCVS).
Pengukuran Kapal sesuai dengan Undang-
Undang 17 tahun 2008 pasal 155 dan pasal
156, KM nomor 6 tahun 2005 tentang
Pengukuran Kapal.
Manajemen Operasional dan Penempatan
Kapal sesuai dengan Undang-Undang 17 tahun
2008 Pasal 18, Pasal 21, Pasal 22. PP 20 tahun
2010 tentang Angkutan di Perairan pasal 52,
pasal 61, pasal 65 dan pasal 66.
Persetujuan Berlayar sesuai dengan Undang-
Undang 17 tahun 2008 Pasal 219; KM 1 tahun
2010 tentang tata cara penerbitan surat
persetujuan berlayar (port clearance).
PT. Bahari Engineering Consultant Laporan Akhir
26
4. Sarana Transportasi SDP di Negara lain
Di kawasan Asia, China merupakan salah satu negara
yang memanfaatkan sarana transportasi Sungai Danau
dan Penyeberangan untuk keperluan angkutan yang
sangat besar. China memiliki sekitar 5.800 sungai
dengan panjang total mencapai 220.000 kilometer
yang menghubungkan antara satu daerah dengan yang
lainnya. Jalur utama transportasi sungai terdapat di
sungai Yangtze, Pearl, Heilongjiang, Huaihe,
Qiantang, Minjiang, dan Huangpu.
Usaha peningkatan sistem transportasi telah
dilaksanakan selama kurang lebih 4 dekade melalui
program Inland Water Transport (IWT).
Di lain hal, perairan Sungai Mekong juga telah
digunakan selama berabad-abad untuk transportasi
lokal baik untuk angkutan barang maupun orang,
dengan pertimbangan pentingnya yaitu:
• Sungai menghubungkan daerah-daerah di mana
sering dipilih menjadikan satu-satunya media
transportasi;
• Aliran air sungai menentukan waktu dan
efisiensi transportasi; sedangkan
• Bentuk Sungai menentukan metode transportasi
apa yang dapat digunakan di daerah tersebut
(misalnya jenis dan ukuran kapal).
PT. Bahari Engineering Consultant Laporan Akhir
27
Kapal dengan ukuran yang besar digunakan di
perairan sungai yang lebih dalam seperti di beberapa
lokasi di sepanjang Sungai Mekong yaitu di dataran
yang lebih rendah di Kamboja dan Delta di Viet Nam.
Sungai yang membentang panjang dilayari di
Kamboja adalah Sungai Mekong, Danau Tonle Sap,
dan Sungai Bassac. Beragam jenis alat transportasi
dijumpai di daerah delta antara Phnom Penh dan Laut
Cina Selatan. Kapal laut-dengan ukuran 2.000 s/d.
3.000 ton bobot mati (DWT) transit 330 km dari laut
ke Phnom Penh. Kapal yang lebih besar juga
berpotensi dapat menggunakan Sungai Bassac,
meskipun muara Bassac membatasi ukuran kapal
sampai 3.000 DWT. Sungai kecil dan anak sungai di
seluruh cekungan tersebut digunakan untuk
transportasi perahu lokal, serta untuk pergerakan
angkutan hasil sumber daya alam (tanaman pangan,
kayu, bambu, dll) oleh masyarakat pedesaan dan
perkotaan.
Kanal utama yang digali di delta Sungai Mekong
selama abad ke-18 terus digunakan secara luas sampai
saat ini. Kanal dan alur sungai terutama digunakan
untuk mengangkut sejumlah besar produk pertanian,
terutama padi dan tanaman sereal, bahan bangunan
dan berbagai bahan lainnya seperti barang konsumen,
PT. Bahari Engineering Consultant Laporan Akhir
28
kayu dan produk kayu pupuk, peralatan pertanian dan
semen.
Nama-nama kanal utama di daerah tersebut adalah
sebagai berikut:
Lokasi daerah Nama KanalLong XuyenQuadrangle
: Vinh Te, Cai San, Long Xuyen, Rach Gia
Trans-Bassac : Xa No, Nang Mau
Ca Mau Peninsula : Quan Lo - Phung Hiep
Plain of Reeds : Hong Ngu, Dong Tien, Nguyen Van Tiep(sumber:www.cbd.int/.15.2_river_transportation.htm)
Sistem kanal ini memainkan peran penting dalam
rezim hidrologi daerah delta. Meskipun pertama kali
digali diperuntukkan untuk keperluan navigasi, namun
di awal abad terakhir ini semakin digunakan untuk
irigasi, drainase dan transportasi barang pertanian ke
luar daerah. Sekarang ada kecenderungan untuk
menggali dan memperbesar kanal tersebut untuk
mendukung pertanian. Jalan sepanjang tepian kanal
dan sungai-sungai di daerah delta tersebut berfungsi
sebagai tanggul perlindungan banjir.
Di Kamboja, transportasi di Danau Besar Tonle Sap
terutama dimanfaatkan untuk angkutan produk ikan,
serta lalu lintas penumpang dan pariwisata. Secara
ekonomi kecil akan tetapi di dalam kegiatannya
PT. Bahari Engineering Consultant Laporan Akhir
29
semakin penting. Sekitar 120.000 hingga 150.000 ton
produk ikan diangkut setiap tahun di Danau Besar
Tonle Sap. Pergerakan penumpang terutama antara
Phnom Penh dan Siem Reap memanfaatkan kapal
kecepatan tinggi. Komoditas lainnya yang diangkut di
daerah ini termasuk kerikil, beras dan minyak
terutama selama musim hujan. Rencana untuk
meningkatkan saluran pelayaran antara Phnom Penh
dan Siem Reap, untuk mengurangi kedangkalan pada
musim kemarau yang dapat menghambat navigasi
selama musim kemarau, terutama di Danau Besar
Tonle Sap memasuki. Selain itu, perbaikan juga
direncanakan di tiga pelabuhan di sekitar danau
(Chong Kneas, Lompang Luang dan Chnoc Trou).
Sungai Mekong berhulu dari Phnom Penh. Berlayar di
sepanjang Sungai Mekong akan terganggu oleh
penghalang alami sehingga transportasi kapal terbatas
pada segmen sungai yang relatif pendek-pendek.
Hambatan termasuk jeram dan beting dekat Kratie,
Khone Falls, di perbatasan Laos dan Kamboja, dan,
jeram beting dan tikungan tajam antara Khone Falls
dan Pakse. Selanjutnya dari bagian hulu serangkaian
panjang jeram, tikungan tajam dan daerah dangkal
juga mengganggu navigasi sepanjang hamparan
sungai yang membentang dari bagian selatan Yunnan
di China, dan Laos di utara Thailand. Banyak daerah
PT. Bahari Engineering Consultant Laporan Akhir
30
di sepanjang sungai ini bisa dilewati hanya dengan
perahu tradisional lokal. Di selatan Yunnan,
transportasi sungai diawali pada tahun 1950-an, ketika
sebuah feri bermesin dilayarkan untuk melayani
penyeberangan. Pengangkutan barang meningkat
perlahan sampai dengan saat ini ditandai bahwa
selama musim kemarau terdapat semakin besarnya
ukuran kapal yang berlayar di sungai tersebut yaitu
dari 300 sampai 500 ton. Pengambilan batu-batu besar
baru-baru ini dilakukan di selatan Yunnan dengan
rencana untuk mengatasi hambatan tambahan
sepanjang sungai ke arah utara Thailand sehingga
memungkinkan pelayaran dilakukan sepanjang tahun
dengan lebih besar dari Cina ke Thailand.
Selain kota-kota kecil dan desa-desa di mana perahu-
perahu kecil digunakan untuk perdagangan,
memancing, dan mengangkut barang dan orang,
namun terdapat sejumlah pelabuhan besar tersebar di
sepanjang Sungai Mekong.
Lokasi Nama pelabuhanVietnam : Long Xuyen, Tra Noc, Cao Lanh and My Tho
Cambodia : Phnom Penh, Kampong Cham and Kratie
Thailand : Nong Khai
Lao PDR: Savanakhet, Keng Kabao, Tha Naleng, Laksi, Thadeua,
atau tanpa sheer, dan lain sebagainya berdasarkan kebutuhan
propulsive performance, loading performance dan manoeuvring
performance kapal SDP.
2) Ruang Muat dan Ruang Penumpang
Konsep standarisasi dengan menentukan dan menganalisa komponen
standar utama terkait desain ruang muat kapal antara lain tata letak
ruang muat, peralatan di ruang muat (perlindungan kebakaran, lashing,
dll) berdasarkan aspek keselamatan sesuai dengan aturan perundangan
dan regulasi Internasional. Konsep standarisasi dengan menentukan
dan menganalisa komponen standar utama terkait desain ruang
penumpang pada kapal antara lain tata letak ruang penumpang,
peralatan di ruang penumpang (peralatan keselamatan, perlindungan
kebakaran, dll) berdasarkan aspek keselamatan dan kenyamanan sesuai
dengan aturan perundangan dan regulasi Internasional.
PT. Bahari Engineering Consultant Rancangan Laporan Akhir
131
3) Peralatan Keselamatan
Konsep standarisasi dengan menentukan dan menganalisa komponen
standar utama terkait desain peralatan keselamatan kapal yaitu macam
dan jumlah peralatan keselamatan yang diperlukan sesuai dengan
aturan perundangan dan regulasi Internasional.
4) Peralatan Komunikasi dan Navigasi
Konsep standarisasi dengan menentukan dan menganalisa komponen
standar utama terkait desain peralatan komunikasi dan navigasi kapal
yaitu macam peralatan komunikasi dan navigasi yang diatur sesuai
dengan aturan perundangan dan regulasi Internasional.
5) Peralatan Pencegahan Pencemaran
Konsep standarisasi dengan menentukan dan menganalisa komponen
standar utama terkait desain peralatan pencegahan pencemaran dari
kapal yaitu macam peralatan pencegahan pencemaran yang diatur
sesuai dengan aturan perundangan dan regulasi Internasional.
6) Sertifikasi Kapal
Konsep standarisasi dengan menentukan dan menganalisa komponen
standar utama terkait jenis sertifikat kapal yang diatur sesuai dengan
aturan perundangan, klasifikasi dan regulasi Internasional.
H. PELAPORAN DAN REKOMENDASI
Hasil akhir dari studi akan disajikan dalam bentuk buku laporan dengan
pelaporan sesuai dengan tahapan – tahapan yang telah disepakati. Selain
pelaporan sebagai naskah akademis dan hasil analisis maka konsultan akan
menyampaikan rekomendasi sebagai tindak lanjut untuk lebih
mengefektifkan dan mengefisiensikan hasil studi.
Rancangan 12 (dua belas) naskah akademik konsep standarisasi di bidang
sarana transportasi SDP, yaitu :
PT. Bahari Engineering Consultant Rancangan Laporan Akhir
132
Rancangan Konsep Standarisasi Kapal Sungai dan Danau (perairan
Pedalaman),
a. Lambung Kapal
b. Ruang Muat dan Penumpang
c. Peralatan Komunikasi dan Navigasi
d. Peralatan Keselamatan
e. Peralatan Pencegahan Pencemaran
f. Sertifikasi Kapal
Konsep Standarisasi Kapal Penyeberangan,
a. Lambung Kapal
b. Ruang Muat dan Penumpang
c. Peralatan Komunikasi dan Navigasi
d. Peralatan Keselamatan
e. Peralatan Pencegahan Pencemaran
f. Sertifikasi Kapal
PT. Bahari Engineering Consultant Laporan Akhir
133
BAB IV
HASIL PENELITIAN
A. KONDISI UMUM SARANA ANGKUTAN SDP
Sesuai dengan PP 20 tahun 2010 tentang Angkutan
di Perairan, maka yang dimaksud dengan angkutan
sungai dan danau sebagaimana telah diutarakan pada
bab sebelumnya didefinisikan sebagai kegiatan
angkutan dengan menggunakan kapal yang dilakukan
di sungai, danau, waduk, rawa, anjir, kanal dan terusan
untuk mengangkut penumpang, barang dan/atau hewan,
yang diselenggarakan oleh perusahaan angkutan sungai
dan danau. Sedangkan angkutan penyeberangan
didefinisikan sebagai angkutan yang berfungsi sebagai
jembatan yang menghubungkan jaringan jalan dan/atau
jaringan jalur kereta api yang dipisahkan oleh perairan
untuk mengangkut penumpang dan kendaraan beserta
muatannya.
Sarana angkutan SDP memiliki potensi yang sangat
besar untuk dikembangkan sebagai sarana transportasi
bagi masyarakat di Indonesia. Hal ini diindikasikan
dengan adanya berbagai macam tipe kapal sungai,
danau, dan penyeberangan yang berkembang saat ini
meskipun dari segi kaidah ilmu perkapalan masih
PT. Bahari Engineering Consultant Laporan Akhir
134
perlu dioptimalkan terus sejalan dengan perkembangan
ilmu dan teknologi.
Angkutan sungai terutama digunakan untuk
menjangkau daerah terpencil yang belum tersentuh
oleh moda angkutan lainnya sehingga dapat
dimanfaatkan untuk mengangkut penumpang dan
barang utamanya untuk kebutuhan sehari hari. Potensi
lain adalah dapat digunakan sebagai sarana untuk
kegiatan pariwisata atau interaksi sosial budaya antara
daerah.
Peranan transportasi sungai selain untuk meningkatkan
kelancaran arus barang dan mobilisasi penumpang
juga membantu tercapainya pengalokasian sumber
sumber ekonomi secara optimal yang akan menunjang
terwujudnya sistem transportasi nasional yang handal
dan berkemampuan tinggi yang diselenggarakan
secara tertib, teratur, terpadu, aman, nyaman dan
lancar serta efisien, di samping untuk menunjang
pergerakan dinamika pembangunan dan
pengembangan wilayah.
Dari data yang telah disebutkan pada Bab sebelumnya
tercatat bahwa Indonesia memiliki sekitar 214 sungai
dengan panjang mencapai 34.342 kilometer dan yang
dapat dilayari sekitar 23.255 kilometer yang tersebar
di pulau Sumatera, Kalimantan dan Papua.
PT. Bahari Engineering Consultant Laporan Akhir
135
Berdasarkan data statistik perhubungan 2009 yang
diterbitkan pada tahun 2011, maka potensi sungai dan
danau di Indonesia yang bermanfaat sebagai media
berlayarnya kapal untuk berbagai keperluan seperti
penyeberangan, wisata, pencarian ikan, dan kedinasan,
adalah sebagai berikut :
Tabel 4.1. Potensi alur pelayaran sungai dan danau
di Indonesia berdasarkan wilayah propinsi.
Sumber : Perhubungan Darat dalam Angka 2009,Terbitan Maret 2010.
Khususnya untuk angkutan perairan danau,
ditunjukkan dalam Tabel 3.2, bahwa di Indonesia
terdapat sejumlah 27 danau dengan luas keseluruhan
3.737 km2 yang dapat dimanfaatkan untuk alur-alur
pelayaran kapal.
PT. Bahari Engineering Consultant Laporan Akhir
136
Pada alur-alur pelayaran tersebut di atas terdata jumlah
armada kapal yang beroperasi sebanyak kurang lebih
192 buah dengan berbagai jenis tipe kapal dan
kepemilikan, sebagaimana ditunjukkan pada Tabel 3.3.
Tabel 4.2. Jumlah kapal SDP yang beroperasi pada
Th. 2005-2009 berdasarkan jenis kapal dan
kepemilikan.
Sumber : Perhubungan Darat dalam Angka 2009,Terbitan Maret 2010.
Angkutan penyeberangan di mana didefinisikan sebagai
angkutan yang berfungsi sebagai jembatan yang
menghubungkan jaringan jalan atau jaringan jalur kereta
api yang dipisahkan oleh perairan untuk mengangkut
penumpang dan kendaraan beserta muatannya,
PT. Bahari Engineering Consultant Laporan Akhir
137
berfungsi antara lain untuk menghubungkan jalan
(maupun jalan rel) yang terpisah oleh perairan (sungai,
danau dan laut) sebagai jembatan; biaya operasional
yang lebih murah daripada membangun jembatan
maupun terowongan.
Jarak pelayanan penyeberangan adalah relatif dekat,
jadwal teratur, menyediakan pelayanan ulang-alik, serta
menghubungkan dua titik (maupun lebih) yang tidak
dilayani moda transportasi lain. Jenis muatan
penyeberangan mengangkut orang dan kendaraannya
serta barang (dalam truk atau peti kemas, bahkan
gerbong KA).
Karakteristik umum transportasi penyeberangan adalah
sebagai berikut:
(1) berfungsi sebagai jembatan yang menghubungkan
jaringan jalan atau jaringan jalur kereta api yang
dipisahkan oleh perairan untuk mengangkut
penumpang dan kendaraan beserta muatannya;
(2) muatan penumpang dan kendaraan beserta
muatannya;
(3) sebagai bagian dari jaringan pelayanan transportasi
darat (jalan dan jalan rel) dan mempertimbangkan
jaringan trayek angkutan laut;
(4) sesuai dengan struktur tata ruang, menghubungkan
seluruh kepulauan Indonesia meliputi jaringan
lintas utara, jaringan lintas tengah, jaringan lintas
PT. Bahari Engineering Consultant Laporan Akhir
138
selatan, jaringan lintas utara selatan, dan jaringan
lintas penghubung ;
(5) menyediakan pelayanan ulang-alik, serta
menghubungkan dua titik (maupun lebih) yang
tidak dilayani moda transportasi lain;
(6) jadwal tetap dan teratur (dalam kabupaten/kota,
antar kabupaten/kota, antar provinsi dan antar
negara); menghubungkan antara dua pelabuhan,
antara pelabuhan dan terminal, dan antara dua
terminal penyeberangan dengan jarak tertentu.
B. KONDISI EKSISTING SARANA ANGKUTAN SDP
1. Sarana Angkutan Sungai
a. Umum
Sarana angkutan sungai memiliki potensi yang
sangat besar untuk dikembangkan sebagai sarana
transportasi bagi masyarakat khususnya di pulau
Kalimantan, Sumatera dan Papua. Hal ini
diindikasikan dengan adanya berbagai macam tipe
kapal sungai yang digunakan saat ini meskipun dari
segi kaidah ilmu perkapalan masih perlu dioptimalkan.
Angkutan sungai terutama digunakan untuk
menjangkau daerah terpencil yang belum tersentuh
oleh moda angkutan lainnya sehingga dapat
dimanfaatkan untuk mengangkut penumpang dan
barang utamanya untuk kebutuhan sehari hari. Potensi
PT. Bahari Engineering Consultant Laporan Akhir
139
lain adalah dapat digunakan sebagai sarana untuk
kegiatan pariwisata atau interaksi sosial budaya antara
daerah.
Peranan transportasi sungai selain untuk meningkatkan
kelancaran arus barang dan mobilisasi penumpang
juga membantu tercapainya pengalokasian sumber
sumber ekonomi secara optimal yang akan menunjang
terwujudnya sistem transportasi nasional yang handal
dan berkemampuan tinggi yang diselenggarakan
secara tertib, teratur, terpadu, aman, nyaman dan
lancar serta efisien, disamping untuk menunjang
pergerakan dinamika pembangunan dan
pengembangan wilayah.
Dari data yang telah disebutkan pada Bab sebelumnya
tercatat bahwa Indonesia memiliki sekitar 214 sungai
dengan panjang mencapai 34.342 kilometer dan yang
dapat dilayari sekitar 23.255 kilometer yang tersebar
di pulau Sumatera, Kalimantan dan Papua.
Jenis angkutan sungai yang beroperasi di ketiga pulau
tersebut, pada umumnya dibuat secara tradisional
menurut kebiasaan dan budaya masyarakat setempat
secara turun temurun. Beberapa sarana angkutan
sungai dapat diberikan sebagai berikut:
PT. Bahari Engineering Consultant Laporan Akhir
140
i) Kapal Sungai untuk Penyeberangan
Kapal ini dapat dijumpai di Banjarmasin dan beberapa
daerah lain di Kalimantan dan Sumatera.
Konstruksi angkutan sungai jenis ini terbuat dari kayu
dengan ukuran yang bervariasi sebagai berikut:
Panjang : 22 – 24.8 meter
Lebar : 5.5 – 5.72 meter
Sarat : 1.8 – 1.91 meter
Kapasitas : 52 penumpang dan 47 kendaraan
roda dua.
Bentuk desain sebagai berikut:
Gambar 4.1. Kapal Penyeberangan Sungai Tradisional
Banjarmasin
PT. Bahari Engineering Consultant Laporan Akhir
141
Gambar 4.2. KMP. Silok Kapal Penyeberangan Sungai
ASDP
Kapal ini adalah Kapal Motor Penyeberangan milik PT.
ASDP jenis Ro – Ro yang terbuat dari material baja
dan memiliki sertifikat Klasifikasi Indonesia (Biro
Klasifikasi Indonesia atau BKI), sedangkan Ukuran
Utama dari kapal ini adalah sebagai berikut :
Panjang kapal keseluruhan, Length Overall ( Loa )
21.50 m.
Panjang garis air muatan penuh, Length load
water line ( Lwl ) 19.87 m.
Panjang antara garis tegak, Length Between
Perpendicular ( LBP ) 19.87 m.
Lebar, Breadth ( B ) 8.00 m.
Sarat, draught ( d ) 1.40 m.
Jumlah ABK 11 orang.
PT. Bahari Engineering Consultant Laporan Akhir
142
KMP. SILOK memiliki berat kotor (GT) sebesar 132
dengan kapasitas muatan 50 penumpang, 6 unit
kendaraan roda empat (R4). Untuk keluar masuk
kendaraan ke geladak kendaraan pada kapal ini
dilengkapi dengan pintu rampa kiri dan kanan
dimana :
Panjang pintu rampa kiri 3.00 m.
Lebar pintu rampa kiri 6.00 m.
Panjang pintu rampa kanan 3.00 m.
Lebar pintu rampa kanan 6.00 m.
ii). Perahu Ketek
Konstruksi angkutan sungai jenis motor “ketek”
terbuat dari kayu dengan beberapa variasi ukuran
utama, yaitu:
Panjang : 10 – 12 meter
Lebar : 2,0 – 3,0 meter
Sarat : 0,75 – 1,2 meter
Kapasitas angkut : 12 Orang dengan barang
bawaannya.
Posisi sopir : ¾ panjang kapal dari depan
Bentuk desain angkutan “ketek” dapat dilihat pada
gambar berikut:
PT. Bahari Engineering Consultant Laporan Akhir
143
Gambar 4.3. Bentuk Motor “Ketek” - Palembang
Gambar 4.4. Bentuk Motor “Getek” Ukuran Besar –
Palangkaraya
iii). Speed Boat
Konstruksi angkutan sungai jenis “Speed Boat”
Palembang -Sumatera Selatan pada umumnya terbuat
PT. Bahari Engineering Consultant Laporan Akhir
144
dari bahan kayu dengan beberapa variasi ukuran utama,
yaitu:
Panjang : 4,38 – 9,0 meter
Lebar : 1,65 – 2,4 meter
Sarat : 0,60 – 1,25 meter
Kapasitas angkut : 12 – 20 penumpang
Daya mesin : 40 PK - 200 PK (Motor Tempel)
Gambar 4.5. Pandangan Samping Speed Boat Mini -
Palembang
Gambar 4.6. Pandangan Depan Speed Boat -
Palembang
PT. Bahari Engineering Consultant Laporan Akhir
145
Konstruksi angkutan sungai jenis “Speed Boat”
Palangkaraya Kalimantan Tengah pada umumnya
terbuat dari bahan fibreglass dengan beberapa variasi
ukuran utama, yaitu:
Panjang : 4,78 – 10,75 meter
Lebar : 1,7 – 2,05 meter
Sarat : 0,79 – 1,25 meter
Kapasitas angkut : 12 – 20 penumpang
Daya mesin : 40 PK, 115PK, - 200 PK (Motor
Tempel)
Bentuk desain angkutan “Speed Boat” dapat dilihat
pada gambar berikut:
Gambar 4.7. Bentuk Speed Boat Ukuran Besar-
Palangkaraya
PT. Bahari Engineering Consultant Laporan Akhir
146
Gambar 4.8. Bentuk Speed Boat – Palangkaraya
iv). Bus Air - Kalimantan Tengah
Kapal motor ini terbuat dari konstruksi kayu (kayu
Ulin) dan dipergunakan sebagai angkutan barang dan
penumpang sampai dengan kapasitas muat 200
penumpang dan 100 ton barang. Barang ditempatkan
di dalam palka (lambung) atau di atas deck pertama,
sedangkan penumpang pada deck pertama dan kedua.
Kapal motor ini menggunakan mesin sekitar 420 HP
dengan kecepatan sekitar 9 – 12 knot.
PT. Bahari Engineering Consultant Laporan Akhir
147
Gambar 4.9. Bentuk Bus Air (DoubleDeck) -Palangkaraya
v) Motor Jukung - Palembang
Konstruksi angkutan sungai jenis “Jukung” Palembang
pada umumnya terbuat dari bahan kayu dengan
beberapa variasi ukuran utama, yaitu:
Panjang : 13 – 20 meter
Lebar : 2,5 – 5 meter
Sarat : 1,0 – 2,6 meter
Kapasitas angkut : 30 – 80 ton
Daya mesin : 22 - 33 PK
PT. Bahari Engineering Consultant Laporan Akhir
148
Gambar 4.10. Bentuk Kapal Jukung - Palembang
vi). Truk Air - Palangkaraya
Konstruksi angkutan sungai jenis “Truk Air”
Palangkaraya terbuat dari bahan kayu dengan ukuran
utama, lihat hasil pengukuran di lapangan, yaitu:
Panjang : 17,6 meter
Lebar : 5,9 meter
Sarat : 2,5 meter
Kapasitas angkut : Barang 30 ton
Daya mesin : 48 PK
PT. Bahari Engineering Consultant Laporan Akhir
149
Gambar 4.11. Bentuk Truk Air di Palangkaraya
vii). Longboat Papua
Longboat ini mirip seperti angkutan transportasi
sungai sejenis kapal klotok yang ada di alur sungai
Martapura Kalimantan. Longboat termasuk generasi
baru jenis alat transportasi sungai setelah Kano dan
Kole Kole, di buat dari papan yang sudah dikonstruksi
dengan sentuhan teknologi konvensional. Kapasitas
dan ruangan Longboat cukup untuk dapat memuat
sampai 20 penumpang dengan barang bawaannya
Angkutan sungai ini telah menggunakan mesin sebagai
penggerak utama sampai 60 PK.
PT. Bahari Engineering Consultant Laporan Akhir
150
Gambar 4.12. Bentuk Long Boat – Papua
b. Kondisi Operasional
Permasalahan umum yang ada dalam
pengoperasian angkutan sungai adalah belum
memadainya tingkat kehandalan, tingkat keselamatan,
serta tingkat kepuasan pengguna jasa baik, karena
faktor kondisi teknis angkutan sungai, faktor prasarana
pendukung, faktor kondisi perilaku sosial budaya
masyarakat di sekitar bantaran sungai, manajemen
pengoperasian angkutan sungai, termasuk lemahnya
pengawasan maupun kualitas penegakan hukum.
Selanjutnya kebijakan pemerintah dalam
pengembangan angkutan sungai belum sepenuhnya
diarahkan untuk mengembangkan potensi angkutan
sungai yang mengutamakan keselamatan pelayaran
dan menciptakan penyelengaraan angkutan sungai
PT. Bahari Engineering Consultant Laporan Akhir
151
yang tertib lalu lintas dan administrasi
penyelenggaraan angkutan sungai belum efektif dan
efisien.
Permasalahan pengoperasian angkutan sungai yang
dijumpai di Indonesia, antara lain:
Pelayaran angkutan sungai yang ada sangat
sensitif terhadap kondisi cuaca seperti pada saat
musim kemarau yang menyebabkan alur sungai
menjadi dangkal.
Kepedulian pada keamanan dan kenyamanan
masih kurang, terutama untuk pelayaran yang
membutuhkan waktu yang lama, dan pelayaran di
waktu malam diperlukan fasilitas akomodasi,
kurangnya peralatan keselamatan, lampu-lampu
navigasi dan peralatan komunikasi.
Tingginya tingkat persaingan antar operator
angkutan sungai yang berakibat dikorbankannya
beberapa aspek syarat minimal keselamatan.
Kondisi dermaga yang sudah banyak yang rusak,
kelengkapan fasilitas yang kurang memadai dan
tidak terpadu dengan fasilitas intermoda lainnya,
seperti jalan raya.
PT. Bahari Engineering Consultant Laporan Akhir
152
Kendala alur sungai antara lain: pendangkalan,
perbedaan pasang surut yang relatif besar,
gangguan alur akibat potongan kayu, tumbangan
kayu dan tumbuhan enceng gondok, sistem
perambuan yang sangat kurang, fasilitas
pemukiman di bantaran sungai.
Rendahnya tingkat disiplin dan kesadaran
masyarakat sebagai pengguna jasa dan lemahnya
pengawasan dari aparat di lapangan.
Kurangnya fasilitas prasarana dan kelengkapan
peralatan angkutan yang mendukung kelancaran
pengoperasian kapal, seperti rambu-rambu yang
rusak dan banyak yang hilang.
c. Permasalahan perlunya standar untuk
angkutan sungai
Permasalahan Teknis angkutan sungai yang
ditemui di lapangan adalah :
Kapasitas angkutan sungai masih belum sesuai
dengan besarnya beban dan jenis komoditi muatan
yang diangkutnya pada rute alur sungai tertentu,
masalah ini akan berkaitan dengan optimalisasi
ukuran utama kapal.
Beberapa angkutan sungai di daerah secara
intuitip tradisional sudah terdisain sebagaimana
PT. Bahari Engineering Consultant Laporan Akhir
153
kapal sungai yang memiliki sarat yang rendah
( shallow draft ) namun masih perlu adanya
penyempurnaan terhadap parameter perbandingan
ukuran utamanya dengan mengacu pada kapal
kapal sejenis yang di disain secara konvensional.
Pengaturan ruangan masih kurang memperhatikan
aspek ergonomi dan kenyamanan penumpang.
Kebanyakan konstruksi kapal sungai yang ada
dibuat oleh para pengrajin tradisional, oleh
karenanya banyak yang tidak mengikuti peraturan
konstruksi yang sudah dikeluarkan oleh Biro
Klasifikasi sehingga sulit untuk mendapatkan
asuransi karena tidak classified.
Prediksi besarnya kekuatan mesin untuk
menghasilkan kecepatan yang diharapkan masih
belum optimal, karena tenaga yang besar belum
tentu menghasilkan kecepatan yang tinggi bahkan
dapat mengakibatkan tidak efisiennya tenaga yang
dikeluarkan dan tidak ekonomisnya biaya
operasional.
Angkutan sungai masih banyak yang belum
mentaati peraturan terutama perlengkapan kapal,
peralatan navigasi dan komunikasi, dan alat
keselamatan penumpangnya.
PT. Bahari Engineering Consultant Laporan Akhir
154
Stabilitas kapal masih ada yang belum memenuhi
kriteria sebagai angkutan sungai.
d. Kriteria standar
Kebutuhan standarisasi sarana pelayaran di sungai
terutama untuk penyeberangan, angkutan barang dan
pariwisata. Khusus untuk angkutan parawisata
merupakan alternatif alih fungsi dari sarana angkutan
sungai mengingat dibeberapa tempat fungsi angkutan
sungai sebagai sarana angkutan barang dan penumpang
sudah mulai menurun seiring dengan semakin
banyaknya jaringan jalan yang menghubungkan
daerah-daerah terpencil. Baik sebagai sarana
penyeberangan, angkutan barang dan pariwisata, kapal
sungai memerlukan bentuk lambung kapal yang stabil
dan handal sesuai dengan kondisi karakeristik perairan
sebagai media pelayaran yang dilaluinya, juga ruang
muat yang tepat ukuran untuk mampu mengangkut
muatan yang bervariasi jenis dan ukurannya, dan
dilengkapi dengan segala keperluan untuk kenyamanan,
keamanan, kebersihan, dan keselamatan, termasuk juga
sarana navigasi dan komunikasi yang memadai.
Dengan mempertimbangkan karakteristik daerah
operasional aliran sungai dan jenis muatan yang akan
diangkut, maka ada beberapa kriteria standar yang
PT. Bahari Engineering Consultant Laporan Akhir
155
harus menjadi perhatian terhadap kapal sungai antara
lain:
1) Lambung kapal
Kriteria lambung untuk kapal sungai harus sesuai
dengan kondisi aliran sungai dimana dibeberapa
tempat masih sering terjadi pendangkalan serta
banyaknya belokan dengan arus air yang cukup
deras. Untuk itu Lambung kapal untuk pelayaran
penyeberangan di sungai harus memenuhi kriteria
kebutuhan yang mencakup antara lain: memiliki
sarat yang rendah (low wash), memberikan ruang
muat yang cukup, memiliki ukuran utama yang
memberikan kinerja stabilitas yang baik sesuai
dengan karakteristik perairan sungai yang memiliki
banyak belokan, dan memberikan kemampuan olah
gerak yang diperlukan sesuai dengan fasilitas
kolam pelabuhan; memberikan tahanan kapal yang
efisien untuk memperoleh kecepatan kapal yang
diinginkan berdasarkan besaran mesin penggerak
yang tersedia.
2) Ruang muat
Ruang muat kapal selayaknya memiliki luas yang
cukup untuk menampung penumpang dan barang
sesuai dengan kapasitas yang ditentukan. Memiliki
lebar yang cukup untuk berjajarnya kendaraan yang
aman dan memberikan ruang kerja yang cukup
PT. Bahari Engineering Consultant Laporan Akhir
156
bagi anak buah kapal di dalam melaksanakan
tugasnya; dilengkapi dengan perlengkapan
pengikatan muatan yang tepat; memberikan sistem
informasi pengeras suara yang strategis; akses
penumpang dan awak kapal dari dan ke ruang
penumpang maupun ruang anak buah kapal yang
aman.
3) Peralatan navigasi dan komunikasi
Peralatan navigasi sangat dibutuhkan kapal sungai
khususnya untuk pelayaran dimalam hari, dimana
sering terjadi kecelakaan diakibatkan tabrakan
antara kapal sungai dengan material yang hanyut di
sungai maupun tabrakan antar sesama kapal karena
suasana gelap. Sedangkan untuk peralatan
komunikasi sangat diperlukan bagi kebutuhan
penerimaan dan pengiriman berita secara periodik
untuk menyatakan posisi kapal dari waktu ke
waktu.
4) Peralatan keselamatan
Sebagian besar kapal sungai tidak memiliki
peralatan keselamatan yang memadai, hal ini
disebabkan karena selain jarak lintasan yang
pendek, juga pihak pemilik kapal masih merasa
berat untuk menyediakan peralatan keselamatan
bagi setiap penumpang. Untuk itu peralatan
keselamatan perlu disosialisasikan dengan tetap
PT. Bahari Engineering Consultant Laporan Akhir
157
memperhatikan aspirasi dari masyarakat untuk
memenuhi persyaratan keselamatan minimal yang
harus disediakan.
5) Peralatan pencegahan pencemaran
Sebagian besar pencemaran yang terjadi di sungai
bukan berasal dari kapal yang beroperasi
melainkan dari limbah masyarakat dan industri
disekitar aliran sungai. Namun demikian peralatan
pencegahan pencemaran sungai dari operasional
kapal tetap dibutuhkan dengan mempertimbangkan
peraturan dan ketentuan yang berlaku bagi
pengelolaan penanganan sampah dan limbah cair
yang mengandung minyak dari peraturan daerah
setempat.
6) Standar sertifikasi
Standar sertifikasi disusun dengan
mempertimbangkan dan mengacu kepada
ketentuan dan peraturan perundangan yang berlaku.
2. Sarana Angkutan Danau
a. Umum
Sesuai dengan PP 20 tahun 2010 tentang
Angkutan di Perairan, maka yang dimaksud dengan
angkutan sungai dan danau sebagaimana telah
diutarakan pada bab sebelumnya didefinisikan sebagai
kegiatan angkutan dengan menggunakan kapal yang
PT. Bahari Engineering Consultant Laporan Akhir
158
dilakukan di sungai, danau, waduk, rawa, anjir, kanal
dan terusan untuk mengangkut penumpang, barang
dan/atau hewan, yang diselenggarakan oleh perusahaan
angkutan sungai dan danau. Sedangkan angkutan
penyeberangan didefinisikan sebagai angkutan yang
berfungsi sebagai jembatan yang menghubungkan
jaringan jalan dan/atau jaringan jalur kereta api yang
dipisahkan oleh perairan untuk mengangkut
penumpang dan kendaraan beserta muatannya.
Berdasarkan data statistik perhubungan 2009 yang
diterbitkan pada tahun 2010, maka potensi sungai dan
danau di Indonesia yang bermanfaat sebagai media
berlayarnya kapal untuk berbagai keperluan seperti
penyeberangan, wisata, pencarian ikan, dan kedinasan,
adalah sebagai berikut :
PT. Bahari Engineering Consultant Laporan Akhir
159
Tabel 4.3.Potensi alur pelayaran sungai dan danau diIndonesia berdasarkan wilayah propinsi.
Sumber : Perhubungan Darat dalam Angka 2009, Terbitan Maret 2010.
Ditunjukkan dalam Tabel 4.1, bahwa di Indonesia
terdapat sejumlah 27 danau dengan luas keseluruhan
3.737 km2 yang dapat dimanfaatkan untuk alur-alur
pelayaran kapal.
Pada alur-alur pelayaran tersebut di atas terdata jumlah
armada kapal yang beroperasi sebanyak kurang lebih
192 buah dengan berbagai jenis tipe kapal dan
kepemilikan.
Berdasarkan survey terhadap sejumlah responden yang
mewakili dinas perhubungan setempat, PT. ASDP,
Operator kapal setempat; masyarakat penggunan
sarana angkutan danau, dan wisatawan yang dilakukan
di lingkungan perairan Danau Toba yang dinilai
mewakili sejumlah kondisi pelayaran angkutan danau
PT. Bahari Engineering Consultant Laporan Akhir
160
di beberapa daerah di Indonesia, maka secara lebih
rinci kondisi peruntukkan perairan danau serta
kebutuhan dan karakteristik kapal danau yang
mencakup bentuk lambung kapal, ruang muat,
peralatan navigasi dan komunikasi, peralatan
keselamatan, serta peralatan pencegahan pencemaran
lingkungan perairan pelayarannya dapat diutarakan
pada sub-sub bab berikut.
b. Kondisi peruntukan perairan danau
Dari sisi mekanisme terjadinya danau di
Indonesia pada umumnya merupakan danau vulkano
yang terjadi karena peristiwa meletusnya gunung
berapi yang mengakibatkan timbulnya kaldera dan
menjadi sebuah danau. Sebagaimana ditunjukkan
dalam Tabel 1 di atas, perairan danau mempunyai
luasan yang bervariasi mulai dari yang sempit puluhan
km2 sampai dengan yang sangat luas lebih dari seribu
km2. Sebagai contoh Danau Toba mempunyai luas +
1.150 km2, yang membentang dengan panjang + 100
km dengan lebar + 30 km. Kedalaman juga bervariasi
dari puluhan meter sampai dengan ratusan meter.
Untuk Danau Toba mempunyai kedalaman sampai
dengan + 529 meter. Kondisi pasang surut juga terjadi
karena penguapan dan adanya musim kemarau dan
musim hujan. Pasang surut terjadi dengan kisaran
PT. Bahari Engineering Consultant Laporan Akhir
161
antara 0,5 s/d. 1 meter. Kecepatan angin di perairan
danau tercatat menyebabkan timbulnya gelombang
permukaan. Di danau Toba dengan kecepatan angin
maksimum yang secara periodik tahunan terjadi
menyebabkan tinggi gelombang permukaan air di
tempat-tempat tertentu (yang mempunyai posisi
terbuka) mencapai kurang lebih 3 meter. Arus air
secara kontinyu menunjukkan angka kecepatan yang
relatif rendah dan tenang. Kualitas air pada umumnya
normal sebagaimana air tawar yang ada di darat
dengan pH 7 ~ 8,4 dan DO 6,7 ~ 9,3 mg/l, serta COD
1,24 ~ 2,8 mg/l. Temperatur udara rata-rata 20°C.
Dengan kondisi alam yang pada umumnya indah,
secara geografis perairan danau pada umumnya juga
memisahkan suatu wilayah administratif ataupun satu
wilayah aktivitas perekonomian penduduk di
sekitarnya. Sebagai contoh danau Toba berbatasan
dengan 7 (tujuh) wilayah Kabupaten yang satu dengan
lainnya saling berhubungan dalam kegiatan ekonomi
kesehariannya.
PT. Bahari Engineering Consultant Laporan Akhir
162
Gambar 4.13. Kapal penyeberangan penumpang perairandanau Toba, berlambung mono hull terbuat dari kayu,
kapasitas 140 penumpang.
Gambar 4.14: Kapal penyeberangan kendaraan danpenumpang di perairan danau Toba, berlambung mono hulltype LCT terbuat dari baja, kapasitas + 16 kendaraan dan 40
penumpang.
PT. Bahari Engineering Consultant Laporan Akhir
163
Gambar 4.15. Kapal penyeberangan kendaraan danpenumpang di perairan danau Toba, berlambung Katamaran
terbuat dari baja, kapasitas + 36 kendaraan dan 140penumpang.
Gambar 4.16. Kapal wisata untuk pesiar di perairan danau,berlambung mono hull terbuat dari kayu, kapasitas 100
penumpang wistawan.
PT. Bahari Engineering Consultant Laporan Akhir
164
Gambar 4.17: Kapal-kapal wisata type speedboatdan sepeda air.
Dengan contoh kondisi perairan danau
sebagaimana disebutkan di atas, maka pada umumnya
perairan danau dimanfaatkan untuk berbagai
kebutuhan hidup umat manusia yang di antaranya
untuk kegiatan pariwisata, perikanan, dan
penyeberangan, yang kesemuanya membutuhkan atau
memanfaatkan kapal untuk sarana kegiatan-
kegiatannya.
c. Pemanfaatan kapal di perairan danau
Kapal sebagai sarana angkutan di air untuk
berbagai kebutuhan kegiatan pariwisata, perikanan,
maupun penyeberangan di perairan danau sebagaimana
disebutkan di atas memerlukan pertimbangan
keselamatan, keamanan, kenyamanan, dan kecepatan
kapal yang dipilih di dalam pemanfaatannya. Di dalam
PT. Bahari Engineering Consultant Laporan Akhir
165
prakteknya bahwa kapal-kapal di perairan danau
tersebut oleh para operator kapal sering dinilai sebagai
kapal yang pengoperasiannya pada:
daerah perairan yang sangat terbatas,
jarak pandang yang terjangkau,
kondisi ombak dan arus air maupun
kecepatan angin yang tenang,
kondisi waktu layar yang singkat tidak lebih
dari 45 menit
kecepatan kapal yang rendah, dan
selalu beroperasi pada kondisi cuaca yang
bersahabat,
sehingga menilainya tidak terlalu mempertimbangkan
kelengkapan navigasi, kelengkapan keselamatan,
maupun kelengkapan komunikasi sebagaimana
ditentukan dan dipersyaratkan di dalam ketentuan dan
peraturan-perundangan. Hal ini kecuali faktor
kestabilan dan kenyamanan kapal sajalah yang selalu
menjadi faktor utama dalam pertimbangan operasional
kapal di perairan danau tersebut.
Pemeliharaan kualitas lingkungan perairan
danau yang menjadi satu kesatuan dengan ekosistem
lingkungan di sekitarnya juga perlu menjadi perhatian
khusus di dalam operasional kapal. Dari hasil survey
tercatat bahwa pada umumnya para operator kapal dan
pemakai jasa pelayaran kapal telah memperhatikan dan
PT. Bahari Engineering Consultant Laporan Akhir
166
melaksanakannya dengan baik. Hal ini mengingat
bahwa perairan danau tersebut juga merupakan bagian
sumberdaya kehidupan mereka melalui kegiatan
perikanan baik secara alamiah maupun budidaya.
Pembuangan limbah berupa sampah maupun limbah
cair yang mengandung minyak oleh kegiatan
operasional kapal terlihat terkendali. Kapal-kapal pada
umumnya telah melengkapinya dengan perlengkapan
dan peralatan pengelolaan sampah, sedangkan
penanganan limbah minyak dilakukan di pelabuhan
sebagai bagian dari pengelolaan kebersihan fasilitas
pelabuhan.
Gambar 4.18: Tempat sampah sebagai bagian daripengelolaan lingkungan di kapal.
PT. Bahari Engineering Consultant Laporan Akhir
167
Khususnya untuk angkutan wisata dan
penyeberangan di perairan danau dapat diutarakan
sebagai berikut :
Untuk keperluan kegiatan pariwisata operator
lebih cenderung memanfaatkan kapal jenis angkutan
penumpang tanpa barang. Kapal pada umumnya
terbuat dari kayu, dengan mesin penggerak marinezing
diesel engine yang pada umumnya berasal dari mesin
truk type D-15 dan D-16 . Radius pelayaran terbatas
untuk membawa penumpang dalam menikmati
keindahan alam di sekitar perairan danau dengan lama
pelayaran antara 30 menit sampai dengan 1 jam.
Bentuk lambung hampir keseluruhannya mono hull
berdasar rata, dengan koefisien blok berkisar antara
0,76 sampai dengan 0,86. Ruang penumpang pada
umumnya ditempatkan di geladak utama dengan
dinding berjendela luas dan di geladak atas beratap
kain kanvas (terpal) dan diberikan railing di seluruh
pinggir geladaknya, sehingga penumpang dapat dengan
leluasa melihat kondisi keindahan alam di sekitarnya.
Ruang penumpang dilengkapi tempat duduk
berkapasitas antara 40 sampai dengan 150 orang
penumpang. Di dalam ruang penumpang dilengkapi
pula dengan sound system, pengeras suara, tempat
sampah, promt menjaga kebersihan, dan sejumlah alat
keselamatan (life jacket dan botol pemadam
PT. Bahari Engineering Consultant Laporan Akhir
168
kebakaran). Akses penumpang untuk naik dan turun
kapal melalui geladak haluan pada geladak utama.
Bagian geladak haluan kapal dirancang lebar dan
diberikan pelindung benturan terhadap dermaga
dengan memanfaatkan ban bekas kendaraan. Untuk
menuju geladak atas disediakan tangga samping kanan
dan kiri geladak kapal. Kapal jenis ini hampir secara
keseluruhan selalu bersandar dengan bagian haluan
saja yang merapat ke dermaga. Untuk pelayarannya,
alat navigasi yang terpasang pada umumnya berupa
kompas magnit. Sedangkan peralatan komunikasi pada
umumnya terbatas pada pemanfaatan telepon genggam
(HP). Aktivitas pelayaran sangat tergantung dari
jumlah wisatawan yang berkunjung ke wilayah danau
tersebut. Sehingga frekuensi pelayaran kapal wisata
akan terlihat sangat tinggi di saat musim-musim
liburan, termasuk liburan hari raya maupun hari natal
dan tahun baru. Sertifikasi kelaikan pelayaran pada
umunya diterbitkan oleh Dinas Perhubungan Provinsi
dengan mengacu kepada ketentuan dan peraturan
Kementerian Perhubungan RI dengan pendekatan
sebagai kapal laut. Pada cuaca yang kurang bersahabat
yang pada umumnya menimbulkan gelombang
permukaan air yang tinggi antara 1 sampai dengan 3
meter, kapal-kapal wisata danau ini tidak beroperasi.
PT. Bahari Engineering Consultant Laporan Akhir
169
Untuk kegiatan penyeberangan di perairan
danau, untuk jarak + 30 km dengan waktu tempuh
antara 30 ~ 45 menit, dari hasil survey terdapat dua
jenis kapal yang dimanfaatkan. Pertama, kapal
berlambung baja bergeladak kayu dengan type kapal
LST (Landing Ship Tank). Bentuk lambung kapal ini
ditemui ada dua type, mono hull dan katamaran.
Panjang kapal berkisar antara 40 ~ 60 meter, Lebar
kapal 8 ~ 12 meter. Gross tonnage antara 100 ~ 200
GT. Kapal penyeberangan jenis mono hull maupun
katamaran ini diperuntukkan untuk penyeberangan
kendaraan bermotor baik bus, truk, kendaraan kecil
lainnya seperti kendaraan minibus dan sedan, serta
sepeda motor beserta penumpangnya. Di samping itu
juga untuk penyeberangan orang dan barang
bawaannya. Kapasitas angkut berkisar antara 16
sampai dengan 38 kendaraan dan 40 sampai dengan
150 orang. Kedua, kapal penyeberangan terbuat dari
kayu berlambung mono hull, dan berdasar rata pada
umumnya diperuntukkan hanya untuk penyeberangan
orang bersama barang bawaannya. Kapal ini pada
umumnya berkapasitas tempat duduk sampai dengan
200 orang. Khusus kapal penyeberangan jenis ini
adalah mirip dengan kapal-kapal yang digunakan untuk
wisata danau. Di dalam pelayarannya, ke dua kapal
jenis pertama maupun kedua pada umumnya hanya
PT. Bahari Engineering Consultant Laporan Akhir
170
dilengkapi alat navigasi kompas, dan alat komunikasi
telepon genggam (HP), sistem informasi dengan alat
dan botol pemadam kebakaran, serta sejumlah tempat
sampah.
Gambar 4.19. Sebagian peralatankeselamatan berupa baju apung dan botol
pemadam kebakaran pada kapalpenyeberangan danau.
d. Permasalahan perlunya standar untuk angkutan
danau
Permasalahan dan kriteria untuk penyusunan
konsep standar angkutan danau yang ditinjau pada
kesempatan bab ini menitikberatkan kepada
permasalahan standarisasi lambung, ruang muat,
peralatan navigasi dan komunikasi, peralatan
keselamatan, peralatan pencegahan pencemaran
lingkungan, dan standar sertifikasi. Hal tersebut di atas
terdorong sering ditemuinya permasalahan yang secara
PT. Bahari Engineering Consultant Laporan Akhir
171
spesifik terkait dengan keperluan standarisasi sarana
angkutan danau tersebut.
Permasalahan standar yang dihadapi untuk
angkutan danau pada umumnya berupa hal-hal sebagai
berikut:
Sangat bervariasinya muatan kendaraan yang
diangkut mulai dari truk (baik yang kosong
maupun bermuatan maksimal), truk tangki, bus,
minibus, sedan, sampai dengan sepeda motor,
di lain pihak sarana angkutan danau yang
tersedia juga beraneka ukuran dan bentuk,
sehingga terkadang muatan kendaraan yang
satu harus menunggu kapal yang tepat untuk
bisa mengangkutnya. Dengan kondisi ini di
antaranya menjadikan waktu perjalanan para
pengguna jasa penyeberangan menjadi lebih
lama dan tidak produktif serta memakan
sumberdaya energy dan waktu yang tidak
sedikit. Jika muatan berupa sayur dan buahan,
maka waktu pembusukan muatan di waktu edar
di pasar tujuan menjadi lebih singkat.
PT. Bahari Engineering Consultant Laporan Akhir
172
Gambar 4.20: Kepadatan kendaraan padakapal penyeberangan pada perairan danau
Toba.
Gambar 4.21 : Muatan kapalpenyeberangan danau berupa sepeda motoryang ditempatkan di gang di sisi geladak
penumpang.
Terjadi muatan sepeda motor dipaksakan untuk
ditempatkan di gang samping geladak kapal.
PT. Bahari Engineering Consultant Laporan Akhir
173
Dengan terbatasnya jumlah kapal yang tepat
ukuran menjadikan sejumlah muatan kendaraan
harus terpaksa berimpitan di ruang muat untuk
dapat terangkut.
Kapal dengan lambung ganda seperti
katamaran menjadi idola para pengguna jasa
penyeberangan angkutan danau, karena dinilai
lebih besar dan lebih stabil.
Belum disadarinya kebutuhan alat navigasi dan
komunikasi serta alat keselamatan yang lebih
tepat untuk berbagai kebutuhan antisipasi
kecelakaan kapal, meskipun tidak berlayar di
wilayah perairan laut.
Dengan permasalahan tersebut di atas, jika
diperhatikan secara cermat, maka merupakan
permasalahan yang perlu diberikan solusi dengan
langkah-langkah standarisasi.
e. Kriteria standar
Kebutuhan standarisasi sarana pelayaran di
perairan danau seperti contoh di Danau Toba yang
khususnya diperuntukkan bagi keperluan
penyeberangan dan pariwisata, secara spesifik
disebabkan karena jenis dan jumlah muatan sangat
bervariasi sebagaimana kondisi lalulintas jalan raya
PT. Bahari Engineering Consultant Laporan Akhir
174
dan lalulintas wisatawan. Keinginan semua pihak baik
pemerintah, perusahaan pelayaran ataupun operator
maupun pengguna jasa angkutan danau adalah agar
kegiatan penyeberangan dan wisata tersebut selalu
dapat terselenggara dengan aman, lancar, nyaman,
tertib, dan selamat sampai tujuan. Untuk hal tersebut di
samping diperlukan bentuk lambung kapal yang stabil
dan handal sesuai dengan kondisi karakeristik perairan
sebagai media pelayaran yang dilaluinya, juga ruang
muat yang tepat ukuran untuk mampu mengangkut
muatan yang bervariasi jenis dan ukurannya, dan
dilengkapi dengan segala keperluan untuk kenyamanan,
keamanan, kebersihan, dan keselamatan, termasuk juga
sarana navigasi dan komunikasi yang memadai.
Memperhatikan kondisi alur-alur pelayaran di perairan
danau di Indonesia dan kondisi muatan penyeberangan
maupun wisata, maka kriteria standar yang mesti harus
diperhatikan oleh pemerintah dalam standarisasi kapal
danau adalah sebagai berikut :
1). Lambung kapal
Lambung kapal untuk pelayaran penyeberangan di
perairan danau secara tepat harus memenuhi
kriteria kebutuhan yang mencakup antara lain:
memberikan ruang muat yang cukup leluasa
berdasarkan ukuran-ukuran kendaraan pengguna
PT. Bahari Engineering Consultant Laporan Akhir
175
jasa penyeberangan tersebut; berukuran utama
yang memberikan kinerja stabilitas yang baik
sesuai dengan karakteristik perairan danau, dan
memberikan kemampuan olah gerak yang
diperlukan sesuai dengan fasilitas kolam
pelabuhan; memberikan tahanan kapal yang efisien
untuk memperoleh kecepatan kapal yang
diinginkan berdasarkan besaran mesin penggerak
yang tersedia, memberikan wash yang rendah, serta
hemat bahan bakar; Material lambung kapal dipilih
yang memungkinkan pembuatan, pemeliharaan,
serta perbaikan kapal dapat dilakukan di sekitar
danau; dapat berlambung mono hull maupun
katamaran; mempunyai kedalaman kapal yang
rendah sesuai kedangkalan perairan danau yang
dilayari; Memberikan ruang mesin dan
perlengkapan kapal yang cukup serta ruang anak
buah kapal yang nyaman.
2). Ruang muat
Ruang muat kapal mampu memberikan ketinggian
geladak muat yang sama dengan ukuran ketinggian
pada prasarana angkutan jalan raya seperti
ketinggian pintu tol; dan memberikan lebar yang
cukup untuk berjajarnya kendaraan yang aman dan
memberikan ruang kerja yang cukup bagi anak
PT. Bahari Engineering Consultant Laporan Akhir
176
buah kapal di dalam melaksanakan tugasnya;
dilengkapi dengan perlengkapan pengikatan
muatan yang tepat; ventilasi udara yang cukup;
memberikan sistem informasi pengeras suara yang
strategis; akses penumpang dan awak kapal dari
dan ke ruang penumpang maupun ruang anak buah
kapal yang aman.
3). Peralatan navigasi dan komunikasi
Peralatan navigasi dipasang dengan menyesuaikan
peralatan positioning untuk transportasi darat yang
telah banyak berkembang dengan teknologi GPS;
sedangkan untuk peralatan komunikasi sangat
diperlukan bagi kebutuhan penerimaan dan
pengiriman berita secara teratur di dalam pelayaran
penyeberangan maupun wisata, meskipun dalam
jarak yang relatif pendek.
4). Peralatan keselamatan
Peralatan keselamatan minimal untuk pertolongan
pertama pada kecelakaan air, dan pencegahan
bahaya kebakaran dilengkapi dengan mengacu
kepada pelayaran laut yang sebanding.
PT. Bahari Engineering Consultant Laporan Akhir
177
5). Peralatan pencegahan pencemaran
Peralatan pencegahan pencemaran perairan danau
dari operasional kapal penyeberangan dan kapal-
kapal wisata dibutuhkan dengan
mempertimbangkan peraturan dan ketentuan yang
berlaku bagi pengelolaan penanganan sampah dan
limbah cair yang mengandung minyak dari
peraturan daerah setempat.
6). Standar sertifikasi
Standar sertifikasi disusun dengan
mempertimbangkan dan mengacu kepada
ketentuan dan peraturan perundangan yang berlaku.
Sebagai kriteria generik dalam penyusunan standar
yang juga menjadi dasar pertimbangan adalah
mencakup pertimbangan yang berdasarkan aspek
biaya; aspek populasi keberadaan komponen; aspek
reabilitas pemeliharaan; aspek kinerja; aspek
teknologi; aspek dampak terhadap produktivitas
industri perkapalan; aspek proses desain; aspek
produksi; aspek komersiil; aspek dampak terhadap
perkembangan industri perkapalan nasional; dan
aspek keramahan terhadap lingkungan.
PT. Bahari Engineering Consultant Laporan Akhir
178
3. Sarana Angkutan Penyeberangan
a. Umum
Sesuai dengan Keputusan Menteri Perhubungan Nomor.
26 tahun 2012, angkutan penyeberangan didefinisikan
sebagai angkutan yang berfungsi sebagai jembatan yang
menghubungkan jaringan jalan atau jaringan jalur kereta
api yang dipisahkan oleh perairan untuk mengangkut
penumpang dan kendaraan beserta muatannya.
Fungsi Penyeberangan, antara lain adalah :
menghubungkan jalan (maupun jalan rel) yang terpisah
oleh perairan (sungai, danau dan laut) sebagai jembatan;
biaya operasional yang lebih murah daripada
membangun jembatan maupun terowongan.
Jarak pelayanan penyeberangan adalah relatif dekat,
dengan jadwal teratur, menyediakan pelayanan ulang-
alik, serta menghubungkan dua titik (maupun lebih)
yang tidak dilayani moda transportasi lain. Jenis muatan
penyeberangan mengangkut orang dan kendaraannya
serta barang (dalam truk atau peti kemas, bahkan
gerbong KA).
Karakteristik umum transportasi penyeberangan adalah
sebagai berikut:
(7) berfungsi sebagai jembatan yang menghubungkan
jaringan jalan atau jaringan jalur kereta api yang
dipisahkan oleh perairan untuk mengangkut
penumpang dan kendaraan beserta muatannya;
PT. Bahari Engineering Consultant Laporan Akhir
179
(8) muatan penumpang dan kendaraan beserta
muatannya;
(9) sebagai bagian dari jaringan pelayanan transportasi
darat (jalan dan jalan rel) dan mempertimbangkan
jaringan trayek angkutan laut;
(10)sesuai dengan struktur tata ruang, menghubungkan
seluruh kepulauan Indonesia meliputi jaringan
lintas utara, jaringan lintas tengah, jaringan lintas
selatan, jaringan lintas utara selatan, dan jaringan
lintas penghubung
(11)menyediakan pelayanan ulang-alik, serta
menghubungkan dua titik (maupun lebih) yang
tidak dilayani moda transportasi lain;
(12) jadwal tetap dan teratur (dalam kabupaten/kota,
antar kabupaten/kota, antar provinsi dan antar
negara); menghubungkan antara dua pelabuhan,
antara pelabuhan dan terminal, dan antara dua
terminal penyeberangan dengan jarak tertentu.
Dalam studi ini, telah dilakukan survey terhadap kondisi
sarana angkutan penyeberangan di provinsi Maluku
Utara, Nusa Tenggara Barat, Kalimantan Selatan, dan
Sumatera Utara, untuk lebih memahami karakteristik
angkutan penyeberangan beserta permasalahan yang
muncul pada kondisi operasional terutama pada sarana
kapal penyeberangan.
PT. Bahari Engineering Consultant Laporan Akhir
180
b. Kondisi Operasional
Sesuai dengan Keputusan Menteri
Perhubungan nomor 26 tahun 2012, Lintas
penyeberangan adalah suatu alur perairan di laut, selat,
teluk, sungai dan/atau danau yang ditetapkan sebagai
lintas penyeberangan. Penetapan lintas angkutan
penyeberangan dilakukan dengan memperhatikan
pengembangan jaringan jalan dan/atau jaringan jalan
kereta api yang tersusun dalam kesatuan tatanan
transportasi nasional, dari Buku Perhubungan Darat
Dalam Angka tahun 2011, sampai dengan tahun 2010
pemerintah telah menetapkan lintas penyeberangan
sejumlah 235 lintas penyeberangan, dimana jumlah
lintas yang ditetapkan melalui Keputusan Pusat
(Menteri Perhubungan) sejumlah 192 lintasan, yang
ditetapkan melalui Keputusan Pemerintah Daerah
sejumlah 43 Lintasan, sedangkan status pengoperasian
terdapat 155 lintasan yang beroperasi dan terdapat 75
lintasan yang belum dan tidak beroperasi.
Dari sisi jenis pengoperasian angkutan terdapat lintas
penyeberangan dengan angkutan komersil sejumlah 43
lintasan dan lintas penyeberangan dengan angkutan
perintis sejumlah 112 lintasan. Pada gambar 3.22
disajikan peta lintasan penyeberangan eksisting yang
telah ditetapkan oleh Pemerintah Republik Indonesia
sampai tahun 2010, dan gambar 3.23. yang
PT. Bahari Engineering Consultant Laporan Akhir
181
menggambarkan lintasan penyeberangan pada sabuk
utara, tengah dan selatan.
Gambar 4.22. Peta Lintas Angkutan Penyeberangan
Gambar 4.23. Sabuk penyeberangan utara, tengah dan selatanyang menghubungan seluruh wilayah nusantara.
Secara khusus elemen sarana transportasi SDP adalah
berupa kapal dan perlengkapan pendukungnya, sampai
tahun 2010 penyelenggaraan transportasi
penyeberangan memiliki lebih dari 220 kapal
PT. Bahari Engineering Consultant Laporan Akhir
182
penyeberangan dengan berbagai tipe seperti diuraikan
pada tabel 4.4.
Tabel 4.4.Jumlah kapal yang beroperasi menurut jenisnya
No. Jenis Kapal Jumlah(unit)
a. Kapal Ro-Ro 210b. Kapal LCT 8c. Kapal cepat
penumpang3
Jumlah 221Sumber data : PDDA 2011
Gambar 4.24. Kapal Penyeberangan
Jenis Landing Craft Tank (LCT)
PT. Bahari Engineering Consultant Laporan Akhir
183
Gambar 4.25. Kapal Penyeberangan jenis RoRo
Gambar 4.26. Kapal Penyeberangan Cepat
Dimana kapal yang berusia kurang dari 10 tahun
berkisar 24%, berumur antara 11 sampai 20 tahun
berkisar 25%, kapal penyeberangan berumur 21 sampi
30 tahun berkisar 33% dan sisanya yang berumur lebih
PT. Bahari Engineering Consultant Laporan Akhir
184
dari 30 tahun berkisar 18%. Untuk sarana kapal
penyeberangan, sebagian dioperasikan oleh perusahaan
BUMN yaitu PT. ASDP Indonesia Ferry (Persero)
sekitar 43%, dioperasionalkan oleh perusahaan swasta
yang memiliki ijin dari Pemerintah sekitar 55% dan
sekitar 2% dikelola oleh Pemerintah Daerah. Tabel 4.3
menyajikan jumlah kapal penyeberangan berdasarkan
kepemilikan tahun 2010.
Tabel 4.5Jumlah kapal yang beroperasi berdasarkan kepemilikan
No. Pemilik/operator Jumlah (unit)
a. PT. ASDP Persero 95b. Kerja sama operasi PT.
ASDP dengan Swasta0
c. Swasta 121d. Pemda 5
Jumlah 221Sumber data : PDDA 2011
Kondisi pengoperasian pada wilayah studi akan
mewakili kondisi lintasan pada 2 kategori, yaitu jalur
lintasan pendek dan jalur lintasan panjang. Untuk
lintasan pendek (kurang dari 15 mil) terdapat pada
beberapa lintas penyebrangan di Provinsi Maluku Utara
(ASDP cabang Ternate), yaitu lintas Bastiong – Sofifi
(12 mil), Bastiong – Rum (5 Mil), dan Bastiong –
PT. Bahari Engineering Consultant Laporan Akhir
185
Dawore (6 Mil), untuk lintsan jarak menengah (15 mil
sampai dengan 50 mil) terdapat pada lintas Padang Bai
– Lembar (38 mil), dan lintasan jarak jauh (lebih dari 50
Mil) yaitu Sibolga - Nias (82 mil). Berikut diuraikan
gambaran operasional lintas penyeberangan yang
disesuaikan berdasarkan pada klasifikasi jarak lintasan
(sesuai hasil survey).
i). Lintasan Pendek
Penyeberangan Bastiong-Sofifi terletak di selat
Halmahera yang menghubungkan antaran Pulau Ternate
(Bastiong) dengan Pulau Halmahera (Sofifi), secara
geografi letak penyeberangan Bastiong –Sofifi seperti
terlihat pada gambar 4.27 berikut.
Gambar 4.27. Letak Penyeberangan Bastiong -Sofifi
Bastiong
PT. Bahari Engineering Consultant Laporan Akhir
186
Panjang Alur pelayaran 12 mil dengan waktu tempuh
perjalanan + 1 jam, dengan kondisi arus dan gelombang
relative tenang, karena perairan tertutup pulau
Halmahera, Pulau Tidore, dan pulau di selatan.
Kondisi cuaca saat operasional kapal, hal yang harus
diwaspadai adalah kecepatan angina serta tingginya
gelombang laut (pada saat tertentu) sesuai dengan
informasi dari syahbandar dan BMKG setempat.
Pola operasi kapal penyeberangan pelabuhan Bastiong-
Sofifi dengan lama waktu pelayaran + 1 jam. Waktu
untuk setiap kapal 1 jam dengan perkiraan pembagian
waktu 10 menit sandar, 30 menit muat dan 20 menit
bongkar.
Jadwal kapal belum begitu ketat mengingat jumlah
armada yang melayani lintas ini masih belum banyak,
hanya 1 sampai 2 kapal saja.
Prasarana dermaga yang melayani proses bongkar muat
adalah tipe Movable Bridge (MB) sejumlah 1 unit.
Kapal penyeberangan yang melayani lintas
penyeberangan di Maluku Utara adalah KMP Dolosi.
KMP Bandeng, KMP Gorango, dan KMP Bobara.
ii). Lintasan Menengah
Penyeberangan Padang Bai-Lembar terletak di selat
lombok yang menghubungkan antara Pulau Bali
PT. Bahari Engineering Consultant Laporan Akhir
187
(Pelabuhan Padang Bai) dengan Pulau Lombok
(Pelabuhan Lembar), secara geografi letak
penyeberangan Padang Bai-Lembar, seperti terlihat
pada gambar di bawah ini.
Gambar 4.28. Letak Penyeberangan Padang Bai-Lembar
Panjang Alur pelayaran 38 mil dengan waktu tempuh
perjalanan + 4,5 jam, akan tetapi kondisi sebenarnya
pada saat beroperasi adanya pengaruh angin dan
gelombang mengakibatkan kapal mengambil posisi
aman sehingga jarak yang ditempuh menjadi lebih
panjang.
Kondisi cuaca, saat operasional kapal hal yang harus
diwaspadai adalah kecepatan angin serta tingginya
PT. Bahari Engineering Consultant Laporan Akhir
188
gelombang laut. Melihat kondisi cuaca global yang
dapat berubah setiap saat , maka berpatokan pada bulan-
bulan tertentu sudah tidak dapat menjadi dasar.
Informasi dari instansi yang berwenang terhadap
masalah cuaca (BMG) yang menjadi perhatian untuk
diwaspadai terhadap kondisi cuaca.
Pola operasi kapal penyeberangan pelabuhan Padang
Bai-Lembar dengan lama waktu pelayaran + 4 jam 20
menit. Waktu untuk setiap kapal 1 jam 5 menit dengan
perkiraan pembagian waktu 20 menit sandar, 25 menit
muat dan 20 menit bongkar. Dengan waktu yang
diperlukan oleh kapal yang demikian ketat maka setiap
kapal yang bersandar harus dapat memenuhi waktu
tersebut. Sehingga perhitungan yang matang tersebut
diharapkan tidak akan mengganggu sirkulasi kendaraan
yang akan naik ke kapal yang berada di area parkir.
Sistem punishment diberikan pada kapal yang tidak
dapat menepati waktu yang telah ditentukan tersebut.
Sistem simulasi yang telah dilakukan menunjukan hasil
sehingga optimalisasi manajemen lalu lintas dapat
berjalan dengan baik.
Prasarana dermaga yang melayani proses bongkar muat
adalah tipe Movable Bridge (MB) sejumlah 2 unit, dan
1 Plengsengan.
PT. Bahari Engineering Consultant Laporan Akhir
189
Kapal penyeberangan yang melayani lintas Padang Bai
– Lembar diantaranya adalah KMP Inerie, KMP Putri
Yasmin, dan KMP Putri Gianyar.
iii). Lintasan Jarak Jauh
Penyeberangan Sibolga – Gunung Sitoli (Nias) terletak
di selat Mentawai yang menghubungkan antaran Pulau
Sumatera (Sibolga) dengan Pulau Nias (Gunung Sitoli),
secara geografi letak penyeberangan Bastiong –Sofifi
seperti terlihat pada gambar 3.26 berikut.
Gambar 4.29. Letak Penyeberangan Sibolga – Nias
(Gng. Sitoli)
Panjang Alur pelayaran 86 mil dengan waktu tempuh
perjalanan + 9 jam, akan tetapi kondisi sebenarnya pada
SIBOLGA
GN. SITOLI
PT. Bahari Engineering Consultant Laporan Akhir
190
saat beroperasi adanya pengaruh angin dan gelombang
mengakibatkan kapal mengambil posisi aman sehingga
jarak yang ditempuh menjadi lebih panjang.
Kondisi cuaca, saat operasional kapal hal yang harus
diwaspadai adalah kecepatan angin serta tingginya
gelombang laut, mengingat perairan yang dilintasi
adalah di Samudera Hindia Melihat kondisi cuaca
global yang dapat berubah setiap saat, maka berpatokan
pada bulan-bulan tertentu sudah tidak dapat menjadi
dasar. Informasi dari instansi yang berwenang terhadap
masalah cuaca (BMG) yang menjadi perhatian untuk
diwaspadai terhadap kondisi cuaca.
Pola operasi kapal penyeberangan pelabuhan Sibolga –
Gunung Sitoli dengan lama waktu pelayaran + 9 jam 10
menit. Waktu operasional naik/turun penumpang dan
kendaraan untuk setiap kapal rata-rata 1,5 jam, dengan
perkiraan pembagian waktu 20 menit sandar, 30 menit
muat dan 30 menit bongkar. Dengan waktu yang
diperlukan oleh kapal yang belum begitu ketat,
dikarenakan kondisi lintas yang tidak padat.
Prasarana dermaga yang melayani proses bongkar muat
adalah tipe plengsengan sejumlah 1 unit.
Kapal penyeberangan yang melayani lintas ini adalah
KMP Belanak dan KMP Tanjung Burang.
Beberapa data kapal penyeberangan yang diambil dari
hasil survey dilapangan terkait dengan kondisi lambung,
PT. Bahari Engineering Consultant Laporan Akhir
191
ruang muat, ruang penumpang, peralatan radio, navigasi,
peralatan keselamatan, pencegahan pencemaran, serta
sertifikat kapal di uraikan pada tabel 4.4. tabel 4.5. dan
tabel 4.6 berikut.
Tabel 4.6Kapal penyeberangan dan kondisi lambung, ruang
muat dan ruang penumpang
No. NamaKapal
Lintas yangdilayani Lambung Ruang Muat Ruang
Penumpang
1KMPBandeng
Bastiong -Rum
SingleHull FlatBottom
Cardeckkapasitas 15
unit R4Gol.IV
150 PaxAkomodasipenumpang
dengantempat duduk
2KMPDolosi
Bastiong-Sofifi
SingleHull FlatBottom
Cardeckkapasitas 7
unit R4Gol.IV, 12unit Gol. V
keatas
214 PaxAkomodasipenumpang
dengantempat duduk
3KMPGorango
Tobelo -Daruba
SingleHull FlatBottom
Cardeckkapasitas 7
unit R4Gol.IV, 10unit Gol. V
keatas
200 PaxAkomodasipenumpang
dengantempat duduk
4KMPBobara
Bastiong -Babang
SingleHull FlatBottom
Cardeckkapasitas 8
unit R4Gol.IV, 14unit Gol. V
keatas
200 PaxAkomodasipenumpang
dengantempat duduk
5KMPBawal
Bastiong -Bitung
SingleHull FlatBottom
Cardeckkapasitas 7
unit R4Gol.IV, 12unit Gol. V
keatas
215 PaxAkomodasipenumpang
dengantempat duduk
dan ruangtidur
6KMPRoditha
Lembar-Padang bai
SingleHullFlat
Bottom
Cardeckkapasitas 7
unit R4Gol.IV, 11unit Gol. V
keatas
150 PaxAkomodasipenumpang
dengantempat duduk
PT. Bahari Engineering Consultant Laporan Akhir
192
7KMP PutriYasmin
Lembar-Padang bai
SingleHullFlat
Bottom
Cardeckkapasitas 4
unit R4Gol.IV, 12unit Gol. V
keatas
230 PaxAkomodasipenumpang
dengantempat duduk
dan ruangtidur
8KMP PutriGianyar
Lembar-Padang bai
SingleHullFlat
Bottom
Cardeckkapasitas 4
unit R4Gol.IV, 11unit Gol. V
keatas
234 PaxAkomodasipenumpang
dengantempat duduk
dan ruangtidur
9KMPBelanak
Sibolga –Gunung
Sitoli
SingleHullFlat
Bottom
Cardeckkapasitas 7
unit R4Gol.IV, 12unit Gol. V
keatas
150 PaxAkomodasipenumpang
dengantempat duduk
dan ruangtidur
10KMPTanjungBurang
Sibolga –Gunung
Sitoli
SingleHullFlat
Bottom
Cardeckkapasitas 8
unit R4Gol.IV, 10unit Gol. V
keatas
155 PaxAkomodasipenumpang
dengantempat duduk
dan ruangtidur
Sumber data : Hasil Survey 2012
Gambar 4.30. Ruang Muat Kendaraan
PT. Bahari Engineering Consultant Laporan Akhir
193
Gambar 4.31. Ruang Akomodasi Penumpang
Tabel 4.7Kapal penyeberangan dan kondisi peralatan radio,
navigasi & peralatan keselamatanNo.
NamaKapal
Lintas yangdilayani
Peralatanradio
PeralatanNavigasi
PeralatanKeselamatan
1KMPBandeng
Bastiong -Rum
Radio VHFRadio SSBRadio HT
EPIRB
SpootlightRadar
CompasPeta LautBendera
Life JaketLife Bouy
ILR
2KMPDolosi
Bastiong-Sofifi
Radio VHFRadio SSBRadio HT
EPIRB
SpootlightRadar
CompasPeta LautBendera
Life JaketLife Bouy
ILR
3KMPGorango
Tobelo -Daruba
Radio VHFRadio SSBRadio HT
EPIRB
SpootlightRadar
CompasPeta LautBendera
Life JaketLife Bouy
ILR
4KMPBobara
Bastiong -Babang
Radio VHFRadio SSBRadio HT
EPIRB
SpootlightRadar
CompasPeta LautBendera
Life JaketLife Bouy
ILR
PT. Bahari Engineering Consultant Laporan Akhir
194
No. NamaKapal
Lintas yangdilayani
Peralatanradio
PeralatanNavigasi
PeralatanKeselamatan
5KMPBawal
Bastiong -Bitung
Radio VHFRadio SSBRadio HT
EPIRB
SpootlightRadar
CompasPeta LautBendera
Life JaketLife Bouy
ILR
6KMPRoditha
Lembar-Padang bai
Radio VHFRadio SSBRadio HT
EPIRB
SpootlightRadar
CompasPeta LautBendera
Life JaketLife Bouy
ILR
7KMPPutriYasmin
Lembar-Padang bai
Radio VHFRadio SSBRadio HT
EPIRB
SpootlightRadar
CompasPeta LautBendera
Life JaketLife Bouy
ILR
8KMPPutriGianyar
Lembar-Padang bai
Radio VHFRadio SSBRadio HT
EPIRB
SpootlightRadar
CompasPeta LautBendera
Life JaketLife Bouy
ILR
9KMPBelanak
Sibolga –Gunung
Sitoli
Radio VHFRadio SSBRadio HT
EPIRB
SpootlightRadar
CompasPeta LautBendera
Life JaketLife Bouy
ILR
10KMPTanjungBurang
Sibolga –Gunung
Sitoli
Radio VHFRadio SSBRadio HT
EPIRB
SpootlightRadar
CompasPeta LautBendera
Life JaketLife Bouy
ILR
Sumber data : Hasil Survey 2012
PT. Bahari Engineering Consultant Laporan Akhir
195
Gambar 4.32. Peralatan Komunikasi di KMP
Gambar 4.33. Peralatan Navigasi GPS & Radar di
KMP
PT. Bahari Engineering Consultant Laporan Akhir
196
Gambar 4.34. Peralatan Keselamatan Penumpang
di KMP
Tabel 4.8Kapal penyeberangan dan kondisi peralatan
pencegah pencemaran,& sertifikat kapal
No. Nama Kapal Lintas yangdilayani
Peralatanpencegah
pencemaranSertifikat Kapal
1KMPBandeng
Bastiong -Rum
Bak sampahSeptic tank
Srtfkt KebangsaanSrtfkt PembebasanSrtfkt PencegahPencemaranSurat ukurSrtfkt KlasifikasiLambungSrtfkt Bebas TikusSrtfkt KeselamatanSrtfkt Klaifikasi MesinSrtfkt KonstruksiSrtfkt Garis MuatSrtfkt PerlengkapanSMC Certification
2 KMP DolosiBastiong-
Sofifi
Bak sampahSeptic tank
Oil separator
Srtfkt KebangsaanSrtfkt PembebasanSrtfkt Pencegah
PT. Bahari Engineering Consultant Laporan Akhir
197
No. Nama Kapal Lintas yangdilayani
Peralatanpencegah
pencemaranSertifikat Kapal
PencemaranSurat ukurSrtfkt KlasifikasiLambungSrtfkt Bebas TikusSrtfkt KeselamatanSrtfkt Klaifikasi MesinSrtfkt KonstruksiSrtfkt Garis MuatSrtfkt PerlengkapanSMC Certification
3KMPGorango
Tobelo -Daruba
Bak sampahSeptic tank
Oil separator
Srtfkt KebangsaanSrtfkt PembebasanSrtfkt PencegahPencemaranSurat ukurSrtfkt KlasifikasiLambungSrtfkt Bebas TikusSrtfkt KeselamatanSrtfkt Klaifikasi MesinSrtfkt KonstruksiSrtfkt Garis MuatSrtfkt PerlengkapanSMC Certification
4 KMP BobaraBastiong -
Babang
Bak sampahSeptic tank
Oil separator
Srtfkt KebangsaanSrtfkt PembebasanSrtfkt PencegahPencemaranSurat ukurSrtfkt KlasifikasiLambungSrtfkt Bebas TikusSrtfkt KeselamatanSrtfkt Klaifikasi MesinSrtfkt KonstruksiSrtfkt Garis MuatSrtfkt PerlengkapanSMC Certification
5 KMP BawalBastiong -
Bitung
Bak sampahSeptic tank
Oil separator
Srtfkt KebangsaanSrtfkt PembebasanSrtfkt PencegahPencemaranSurat ukurSrtfkt KlasifikasiLambungSrtfkt Bebas TikusSrtfkt Keselamatan
PT. Bahari Engineering Consultant Laporan Akhir
198
No. Nama Kapal Lintas yangdilayani
Peralatanpencegah
pencemaranSertifikat Kapal
Srtfkt Klaifikasi MesinSrtfkt KonstruksiSrtfkt Garis MuatSrtfkt PerlengkapanSMC Certification
6 KMP RodithaLembar-
Padang bai
Bak sampahSeptic tank
Oil separator
Srtfkt KebangsaanSrtfkt PembebasanSrtfkt PencegahPencemaranSurat ukurSrtfkt KlasifikasiLambungSrtfkt Bebas TikusSrtfkt KeselamatanSrtfkt Klaifikasi MesinSrtfkt KonstruksiSrtfkt Garis MuatSrtfkt PerlengkapanSMC Certification
7KMP PutriYasmin
Lembar-Padang bai
Bak sampahSeptic tank
Oil separator
Srtfkt KebangsaanSrtfkt PembebasanSrtfkt PencegahPencemaranSurat ukurSrtfkt KlasifikasiLambungSrtfkt Bebas TikusSrtfkt KeselamatanSrtfkt Klaifikasi MesinSrtfkt KonstruksiSrtfkt Garis MuatSrtfkt PerlengkapanSMC Certification
8KMP PutriGianyar
Lembar-Padang bai
Bak sampahSeptic tank
Oil separator
Srtfkt KebangsaanSrtfkt PembebasanSrtfkt PencegahPencemaranSurat ukurSrtfkt KlasifikasiLambungSrtfkt Bebas TikusSrtfkt KeselamatanSrtfkt Klaifikasi MesinSrtfkt KonstruksiSrtfkt Garis MuatSrtfkt PerlengkapanSMC Certification
9 KMP Belanak Sibolga – Bak sampah Srtfkt Kebangsaan
PT. Bahari Engineering Consultant Laporan Akhir
199
No. Nama Kapal Lintas yangdilayani
Peralatanpencegah
pencemaranSertifikat Kapal
Gunung Sitoli Septic tankOil separator
Srtfkt PembebasanSrtfkt PencegahPencemaranSurat ukurSrtfkt KlasifikasiLambungSrtfkt Bebas TikusSrtfkt KeselamatanSrtfkt Klaifikasi MesinSrtfkt KonstruksiSrtfkt Garis MuatSrtfkt PerlengkapanSMC Certification
10KMP TanjungBurang
Sibolga –Gunung Sitoli
Bak sampahSeptic tank
Oil separator
Srtfkt KebangsaanSrtfkt PembebasanSrtfkt PencegahPencemaranSurat ukurSrtfkt KlasifikasiLambungSrtfkt Bebas TikusSrtfkt KeselamatanSrtfkt Klaifikasi MesinSrtfkt KonstruksiSrtfkt Garis MuatSrtfkt PerlengkapanSMC Certification
Sumber data : Hasil Survey 2012
c. Faktor Kebutuhan Standar Operasional
Faktor kebutuhan standar pada sarana kapal
penyeberangan selain penyesuaian dengan kebutuhan
standar yang dipersyaratkan oleh pemerintah maupun
regulasi internasional, juga dapat muncul dari
permasalahan operasional di lapangan.
Permasalahan dan kriteria untuk penyusunan konsep
standar angkutan penyeberangan yang ditinjau pada
bab ini menitikberatkan kepada permasalahan
PT. Bahari Engineering Consultant Laporan Akhir
200
standarisasi lambung, ruang muat, peralatan navigasi
dan komunikasi, peralatan keselamatan, peralatan
pencegahan pencemaran lingkungan, dan standar
sertifikasi. Hal tersebut di atas terdorong sering
ditemuinya permasalahan yang secara spesifik terkait
dengan keperluan standarisasi sarana angkutan
penyeberangan.
Permasalahan standar yang dihadapi untuk angkutan
penyeberangan pada umumnya berupa hal-hal sebagai
berikut:
Sangat bervariasinya muatan kendaraan yang
diangkut mulai dari truk (baik yang kosong
maupun bermuatan maksimal), truk tangki, bus,
minibus, sedan, sampai dengan sepeda motor,
di lain pihak sarana angkutan danau yang
tersedia juga beraneka ukuran dan bentuk,
sehingga terkadang muatan kendaraan yang
satu harus menunggu kapal yang tepat untuk
bisa mengangkutnya. Dengan kondisi ini di
antaranya menjadikan waktu perjalanan para
pengguna jasa penyeberangan menjadi lebih
lama dan tidak produktif serta memakan
sumberdaya energi dan waktu yang tidak
sedikit. Jika muatan berupa sayur dan buahan,
maka waktu pembusukan muatan di waktu edar
di pasar tujuan menjadi lebih singkat.
PT. Bahari Engineering Consultant Laporan Akhir
201
Terjadi muatan yang tidak berada di kendaraan
hanya di taruh di dek sepeda motor dipaksakan
untuk ditempatkan di gang diantara muatan R4
yang sebenarnya menjadi akses crew kapal
dalam bekerja. Diperlukan space khusus
sebagai tempat khusus untuk kendaraan R2
yang terpisah dari R4 sehingga mudah dalam
akses keluar dan pengaturannya (gambar 4.35).
Gambar 4.35. Pengaturan muatan yang tidak
standar
Dengan terbatasnya jumlah kapal yang tepat
ukuran menjadikan sejumlah muatan kendaraan
PT. Bahari Engineering Consultant Laporan Akhir
202
harus terpaksa berimpitan di ruang muat untuk
dapat terangkut.
Gambar 4.36. Jarak antar kendaraan dibuat
seminimal mungkin
Belum dilakukannya system pengikatan
kendaraan (lashing) dikarenakan terbatasnya
waktu sandar kapal di dermaga serta kurangnya
kesadaran dari pada pengguna dan operator
kapal untuk menerapkan system pengikatan
yang aman tersebut (gambar 4.37)
PT. Bahari Engineering Consultant Laporan Akhir
203
Gambar 4.37. Perlengkapan lashdan ganjal kendaraan di KMP
Untuk mengantisipasi tidak terikatnya
kendaraan R4 dengan system lashing, pada
umumnya pengaturan kendaraan R4 diberikan
jarak antar kendaraaan seminimal mungkin dan
diatur untuk kendaraan yang tingginya setara.
Hal ini untuk menghindari kendaraan yang
lebih tinggi akan menimpa kendaraan lain yang
lebih kecil disampingnya disat kapal oleng
(gambar 4.38).
PT. Bahari Engineering Consultant Laporan Akhir
204
Gambar 4.38. a. Akibat pengaturan muatan kendaraanyang tidak sesuai SOP
PT. Bahari Engineering Consultant Laporan Akhir
205
Gambar 4.38.b. Akibat pengaturan muatan kendaraanyang tidak sesuai SOP
Beberapa kapal penyeberangan memiliki
ruangan ABK di dalam cardeck yang sering
menimbulkan masalah akses bagi pada ABK
ketika akan keluar ruangan dikarenakan pintu
akses tidak dapat terbuka karena terhalang
muatan/kendaraan.
PT. Bahari Engineering Consultant Laporan Akhir
206
Beberapa kapal penyeberangan pada lintas
tertentu tidak dapat mengatasi kondisi cuaca
yang sedikit ekstrim, sementara ada kapal pada
lintas tersebut yang masih dapat mengatasinya.
Lamanya waktu proses sandar kapal karena
kapal tidak dilengkapi dengan thruster,
sehingga kemampuan olah gerak saat sandar
sangat terbatas.
Sistem komunikasi antar crew saat pengaturan
muatan/kendaraan masih belum seragam,
karena disesuaikan dengan kondisi yang ada,
ada yang menggunakan Handy Talky ataupun
menggunakan Hand Phone.
Dengan permasalahan tersebut di atas, jika
diperhatikan secara cermat, maka merupakan
permasalahan yang perlu diberikan solusi dengan
langkah-langkah standarisasi.
d. Kriteria standar
Keinginan semua pihak baik pemerintah,
perusahaan pelayaran (operator) maupun pengguna
jasa angkutan penyeberangan adalah agar kegiatan
penyeberangan tersebut selalu dapat terselenggara
dengan aman, lancar, nyaman, tertib, dan selamat
sampai tujuan. Untuk hal tersebut di samping
PT. Bahari Engineering Consultant Laporan Akhir
207
diperlukan bentuk lambung kapal yang stabil dan
handal sesuai dengan kondisi karakeristik perairan
sebagai media pelayaran yang dilaluinya, juga ruang
muat yang tepat ukuran untuk mampu mengangkut
muatan yang bervariasi jenis dan ukurannya, dan
dilengkapi dengan segala keperluan untuk kenyamanan,
keamanan, kebersihan, dan keselamatan, termasuk juga
sarana navigasi dan komunikasi yang memadai.
Memperhatikan kondisi alur-alur pelayaran di semua
lintas di Indonesia dan kondisi dan karakteristik
muatannya, maka kriteria standar yang mesti harus
diperhatikan oleh pemerintah dalam standarisasi kapal
penyeberangan adalah sebagai berikut :
1) Lambung kapal
Lambung kapal untuk pelayaran penyeberangan
secara tepat harus memenuhi kriteria kebutuhan
yang mencakup antara lain: memberikan ruang
muat yang cukup leluasa berdasarkan ukuran-
ukuran kendaraan pengguna jasa
penyeberangan tersebut; berukuran utama yang
memberikan kinerja stabilitas yang baik sesuai
dengan karakteristik perairan setempat, dan
memberikan kemampuan olah gerak yang
diperlukan sesuai dengan fasilitas kolam
pelabuhan; memberikan tahanan kapal yang
PT. Bahari Engineering Consultant Laporan Akhir
208
efisien untuk memperoleh kecepatan kapal
yang diinginkan berdasarkan besaran mesin
penggerak yang tersedia, memberikan wash
yang rendah, serta hemat bahan bakar; Material
lambung kapal dipilih yang memungkinkan
pembuatan, pemeliharaan, serta perbaikan
kapal dapat dilakukan di sekitar danau; dapat
berlambung mono hull maupun katamaran;
mempunyai kedalaman kapal yang rendah
sesuai kondisi alur di pelabuhan
penyeberangan; Memberikan ruang mesin dan
perlengkapan kapal yang cukup serta ruang
anak buah kapal yang nyaman.
2) Ruang muat
Ruang muat kapal mampu memberikan
ketinggian geladak muat yang sama dengan
ukuran ketinggian pada prasarana angkutan
jalan raya seperti ketinggian pintu tol; dan
memberikan lebar yang cukup untuk
berjajarnya kendaraan yang aman dan
memberikan ruang kerja yang cukup bagi anak
buah kapal di dalam melaksanakan tugasnya;
dilengkapi dengan perlengkapan pengikatan
muatan yang tepat; ventilasi udara yang cukup;
memberikan sistem informasi pengeras suara
PT. Bahari Engineering Consultant Laporan Akhir
209
yang strategis; akses penumpang dan awak
kapal dari dan ke ruang penumpang maupun
ruang anak buah kapal yang aman.
3) Peralatan navigasi dan komunikasi
Peralatan navigasi dipasang dengan
menyesuaikan peralatan positioning untuk
transportasi darat yang telah banyak
berkembang dengan teknologi GPS; sedangkan
untuk peralatan komunikasi sangat diperlukan
bagi kebutuhan penerimaan dan pengiriman
berita secara teratur di dalam pelayaran
penyeberangan maupun wisata, meskipun
dalam jarak yang relatif pendek.
4) Peralatan keselamatan
Peralatan keselamatan minimal untuk
pertolongan pertama pada kecelakaan air, dan
pencegahan bahaya kebakaran dilengkapi
dengan mengacu kepada regulasi yang berlaku.
5) Peralatan pencegahan pencemaran
Peralatan pencegahan pencemaran perairan dari
operasional kapal penyeberangan dibutuhkan
dengan mempertimbangkan peraturan dan
ketentuan yang berlaku bagi pengelolaan
PT. Bahari Engineering Consultant Laporan Akhir
210
penanganan sampah dan limbah cair yang
mengandung minyak dari regulasi nasional
maupun internasional.
6) Standar sertifikasi
Standar sertifikasi disusun dengan
mempertimbangkan dan mengacu kepada
ketentuan dan peraturan perundangan yang
berlaku.
Sebagai kriteria generik dalam penyusunan standar
yang juga menjadi dasar pertimbangan adalah
mencakup pertimbangan yang berdasarkan aspek
biaya; aspek populasi keberadaan komponen; aspek
reabilitas pemeliharaan; aspek kinerja; aspek
teknologi; aspek dampak terhadap produktivitas
industri perkapalan; aspek proses desain; aspek
produksi; aspek komersiil; aspek dampak terhadap
perkembangan industri perkapalan nasional; dan
aspek keramahan terhadap lingkungan.
C. ANALISA PENYUSUNAN KONSEP STANDAR
Berdasarkan metodologi sebagaimana diutarakan di dalam
bab sebelumnya, maka analisis penyusunan konsep standar
sarana angkutan sungai, danau, dan penyeberangan
dilakukan melalui tahap-tahap sebagai berikut :
PT. Bahari Engineering Consultant Laporan Akhir
211
1) Tahap identifikasi. Pada tahap ini dilakukan
identifikasi permasalahan yang dihadapi di dalam
proses operasional penyelenggaraan angkutan
sungai, danau, dan penyeberangan yang terkait
dengan permasalahan standar. Hal ini mengacu
kepada kriteria permasalahan-permasalahan yang
spesifik terkait dengan permasalahan standar yang
secara rinci permasalahan tersebut terkait dengan
kesesuaian produk, pengendalian keanekaragaman
jenis dan ukuran, kompatibilitas, pemanfaatan
sumberdaya, peningkatan komunikasi dan
pemahaman yang lebih baik, keamanan,
keselamatan, kesehatan, pelestarian kemampuan
fungsi lingkungan, kepentingan konsumen dan
masyarakat, dan mengurangi hambatan
perdagangan. Berdasarkan identifikasi ini dipelajari
dampak terhadap kinerja angkutan sungai, danau,
dan penyeberangan yang dihadapi dan dirasakan.
2) Tahap analisis sebab-akibat terhadap komponen
fokus studi untuk memperoleh parameter yang
memerlukan solusi standarisasi dan selanjutnya
dilakukan nominasi standar apa yang akan dipilih
untuk konsep standar yang sedang dipelajari baik
yang bersifat adopsi maupun adaptasi.
3) Tahap pemilihan alternatif nominasi standar untuk
konsep standar sarana angkutan sungai, danau, dan
PT. Bahari Engineering Consultant Laporan Akhir
212
penyeberangan dengan mempertimbangkan kriteria
operasional penyelenggaraan angkutan tersebut
yang efisien, efektif, dan handal.
4) Tahap penulisan konsep standar sarana angkutan
sungai, danau, dan penyeberangan sesuai fokus
studi yang sedang dilakukan.
PT. Bahari Engineering Consultant Laporan Akhir
207
BAB V
ANALISA DAN PEMBAHASAN
Pada tahap analisis, dilakukan dengan teknik matrikulasi
terhadap kebutuhan adopsi maupun adaptasi standar terhadap
aspek yang teridentifikasi dan juga terhadap komponen
standar yang akan dianalisis, analisa dilakukan dengan adopsi
bersumber dari aturan-aturan/standar yang ada dan adaptasi
berasal dari solusi permasalahan yang ada di lapangan
(operasional), sehingga penyusunan konsep standar dapat
mengakomodasi peraturan eksisting yang menjadi acuan
maupun masukan dari hasil survey lapangan. Terdapat 4
tahapan analisa yang diuraikan pada Bab ini, meliputi;
identifikasi kriteria pada tiap komponen standar, analisis
sebab akibat kebutuhan pada komponen standar, pemilihan
nominasi komponen standar, serta penulisan konsep standar
sesuai dengan aturan dari Badan Standarisasi Nasional.
A. Identifikasi dan Klasifikasi
Pada tahap awal telah dilakukan identifikasi terhadap
komponen – komponen standar yang berkaitan dengan
lingkup dalam studi ini. Pada tiap komponen standar yang
telah diidentifikasi terdapat kriteria kebutuhan yang
PT. Bahari Engineering Consultant Laporan Akhir
208
merupakan dasar dalam penentuan komponen standar
tersebut. Pengklasifikasian kebutuhan pada tiap komponen
yang akan distandarkan didasarkan pada kesesuaian dengan
tujuan standarisasi antara lain untuk kesesuaian penggunaan
produk, proses, metode; kesesuaian tukar ataupun
penggantian baik ukuran maupun kualitas; pengendalian
dan pembatasan ukuran agar tidak terlalu luas dan beraneka;
menjamin kompatibilitas; meningkatkan kemampuan
sumberdaya produksi; mempermudah pemahaman dan
komunikasi dalam proses produksi maupun
pemanfaatannya; menjaga keamanan, keselamatan, dan
kesehatan; menjamin kepentingan konsumen dan industri;
mengurangi hambatan komunikasi dan perdagangan.
Untuk memberikan gambaran terhadap permasalahan
operasional dalam kaitannya dengan kebutuhan standar,
maka dalam tabel matrik akan diklasifikasikan keterkaitan
permasalahan operasional tersebut terhadap tujuan
standarisasi, klasifikasi permasalahan standar meliputi:
1). Kesesuaian penggunaan;
2). Interchangeability (mampu tukar);
3). Keanekaragaman (Variety reduction);
4). Kompatibilitas;
5). Pemberdayaan sumberdaya;
6). Komunikasi dan pemahaman;
7). Keamanan, keselamatan & kesehatan;
8). Pelestarian lingkungan;
PT. Bahari Engineering Consultant Laporan Akhir
209
9). Jaminan kepentingan konsumen;
10). Hambatan perdagangan.
Berikut diuraikan klasifikasi komponen standar sesuai
dengan identifikasi yang telah dilakukan untuk tiap objek
standar.
1. Lambung kapal sungai dan danau
Bentuk lambung kapal sangat menentukan karakteristik
kapal secara keseluruhan. Lambung merupakan dasar
perhitungan terhadap stabilitas, tahanan gelombang,
sistem propulsi serta beberapa komponen terkait dengan
pembagian ruangan dalam kapal. Bentuk lambung
kapal sungai semaksimal mungkin dapat
mengakomodasi batasan kondisi alur sungai tersebut,
antara lain: penyesuaian sarat kapal, efek trim,
pengaruh timbulan gelombang dan faktor teknis
lainnya. Selanjutnya, lebar alur sungai perlu
diperhatikan untuk daerah olah gerak dan manuver
kapal, volume lalu lintas angkutan, disamping
pengaruh olah gerak kapal akibat angin, gelombang
dan arus.
Pada umumnya kapal sungai dan danau di Indonesia
dibangun di galangan kapal tradisional oleh sekelompok
masyarakat pengrajin yang memiliki keahlian membuat
kapal yang didapatkan secara turun temurun. Kondisi
PT. Bahari Engineering Consultant Laporan Akhir
210
sosial budaya masyarakat sangat berpengaruh terhadap
bentuk kapal yang dihasilkan, sehingga terdapat variasi
bentuk kapal yang berbeda antara satu daerah dengan
yang lainnya.
Secara teori ilmu perkapalan, keberagaman bentuk
maupun ukuran kapal sungai dan danau menjadi bahan
kajian guna mengetahui kelebihan dan kekurangan dari
masing-masing bentuk kapal yang pada akhirnya dapat
menghasilkan suatu standar desain lambung kapal yang
sesuai untuk kondisi perairan sungai dan danau di
Indonesia.
Tabel 5.1Klasifikasi Permasalahan Standar
Desain Lambung Kapal Sungai dan Danau)* Keterangan Klasifikasi Permasalahan Standar :1). Kesesuaian penggunaan;2). Interchangeability (mampu tukar);3). Keanekaragaman (Variety reduction);4). Kompatibilitas;5). Pemberdayaan sumberdaya;
6). Komunikasi dan pemahaman;7). Keamanan, keselamatan & kesehatan;8). Pelestarian kemampuan fungsi lingkungan;9). Jaminan kepentingan konsumen;10). Hambatan perdagangan.
No FokusStandarisasi Permasalahan Standar
Klasifikasi PermasalahanStandar )*
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
1 DesainLambung
Variasi Bentuk danUkuran Lambung
Sumber : Analisis konsultan, 2012
Variasi bentuk lambung kapal sungai dan danau yang
ada saat ini perlu disesuaikan dengan kondisi daerah
operasional dan peruntukannya. Hal itu penting karena
pada bentuk lambung kapal tertentu bisa menjadi tidak
sesuai dengan satu daerah operasional namun menjadi
PT. Bahari Engineering Consultant Laporan Akhir
211
efektif bila beroperasi didaerah lain. Demikian pula
dalam hal peruntukannya dimana satu bentuk lambung
bisa menjadi sesuai untuk mengangkut barang namun
tidak efektif bila digunakan untuk mengangkut
penumpang.
Selain pertimbangan kapasitas dan daya muat, variasi
ukuran lambung kapal sungai dan danau juga terkait
dengan karakteristik oleh gerak dan stabilitas kapal
dengan indikasi sebagai berikut;
- Perbandingan L/B yang besar adalah sesuai untuk
kapal kapal dengan kecepatan tinggi dan
mempunyai perbandingan ruangan yang cukup
baik akan tetapi kekurangannya adalah
mengurangi kemampuan olah gerak dan stabilitas
kapal.
- Perbandingan L/B yang kecil akan memberikan
kemampuan stabilitas yang lebih baik tetapi akan
dapat menambah tahanan kapal.
- Perbandingan L/H yang besar akan mengurangi
kekuatan memanjang kapal sebaliknya harga
perbandingan L/H yang kecil akan menambah
kekuatan memanjang kapal.
- Perbandingan B/T yang kecil akan mengurangi
stabilitas kapal sebaliknya harga perbandingan
B/T yang besar akan membuat stabilitas kapal
lebih baik.
PT. Bahari Engineering Consultant Laporan Akhir
212
- Perbandingan H/T adalah berhubungan dengan
cadangan daya apung dan pada kapal kapal
penumpang biasanya memiliki Harga
perbandingan H/T yang cukup besar.
2. Desain ruang muat dan ruang akomodasi
penumpang kapal sungai dan danau
Ruang muat dan ruang akomodasi penumpang
merupakan bagian yang terbesar dan terpenting dari
seluruh komponen ruangan kapal sungai dan danau.
Komposisi ruangan-ruangan tersebut harus ditata sebaik
mungkin sesuai standar kenyamanan dan keselamatan
penumpang dan pengguna jasa lainnya.
Dari keberagaman jenis dan tipe kapal sungai dan danau
yang ada, beragam pula permasalahan yang dihadapi
dalam penataan ruang muatnya. Hal ini perlu
diidentifikasi untuk selanjutnya dikaji untuk diberikan
jalan pemecahannya.
Tabel 5.2Klasifikasi Permasalahan Standar
Desain Ruang Muat & Penumpang Kapal Sungai dan Danau)* Keterangan Klasifikasi Permasalahan Standar :1). Kesesuaian penggunaan;2). Interchangeability (mampu tukar);3). Keanekaragaman (Variety reduction);4). Kompatibilitas;5). Pemberdayaan sumberdaya;
6). Komunikasi dan pemahaman;7). Keamanan, keselamatan & kesehatan;8). Pelestarian kemampuan fungsi lingkungan;9). Jaminan kepentingan konsumen;10). Hambatan perdagangan.
6). Komunikasi dan pemahaman;7). Keamanan, keselamatan & kesehatan;8). Pelestarian kemampuan fungsi lingkungan;9). Jaminan kepentingan konsumen;10). Hambatan perdagangan.
No FokusStandarisasi Permasalahan Standar
Klasifikasi PermasalahanStandar )*
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Penumpang Antar Tempat DudukKurang Proporsional
c. Tidak TersediaRuang Bagasi
d. Posisi Jendela TidakNyaman
e. Posisi RuangKemudi KurangSesuai
Sumber : Analisis konsultan, 2012
Dari segi penggunaan, pada dasarnya kapal sungai dan
danau dapat digolongkan sebagai kapal multifungsi.
Tidak ada perbedaan bentuk lambung antara kapal
penumpang dan kapal barang. Kondisi tersebut dapat
menimbulkan beberapa masalah antara lain;
- Batasan antara ruang muat dan ruang penumpang
menjadi tidak jelas, sehingga sering dijumpai
muatan kendaraan ditempatkan di ruang
penumpang demikian pula sebaliknya dimana
banyak penumpang yang berada diruang muat
kendaraan.
- Tempat duduk penumpang juga berfungsi sebagai
tempat untuk barang bawaan penumpang.
- Jumlah dan posisi jendela tidak memadai dan
kurang sesuai dengan kenyamanan penumpang.
PT. Bahari Engineering Consultant Laporan Akhir
214
- Pada beberapa jenis kapal, ruang kemudi
ditempatkan di bagian belakang kapal sehingga
jarak pandang pengemudi lebih jauh dari batas
normal satu setengah kali panjang kapal yang
kurang sesuai untuk kapal sungai.
3. Peralatan navigasi dan komunikasi pada kapal
sungai dan danau
Peralatan navigasi kapal sungai dan danau merupakan
peralatan yang diperlukan untuk membantu dalam hal
petunjuk arah global agar kendali kapal menuju
arah/tujuan sesuai dengan yang direncanakan. Peralatan
komunikasi merupakan peralatan manual maupun
elektronik yang diperlukan untuk membantu awak kapal
dalam berhubungan dengan pihak lain baik didalam
kapal, antar kapal dengan kapal lain, maupun kapal
dengan berbagai pihak lain di darat.
Peralatan navigasi dan komunikasi merupakan salah
satu peralatan yang sangat vital diperlukan dalam
operasional kapal, namun demikian hasil survey yang
dilakukan pada kapal – kapal angkutan sungai dan
danau menunjukkan tingkat kepedulian akan
kelengkapan dan kompatibilitas peralatan navigasi dan
komunikasi yang masih rendah.
PT. Bahari Engineering Consultant Laporan Akhir
215
Tabel 5.3Klasifikasi Permasalahan Standar
Peralatan Navigasi & Komunikasi pada Kapal Sungai dan Danau)* Keterangan Klasifikasi Permasalahan Standar :1). Kesesuaian penggunaan;2). Interchangeability (mampu tukar);3). Keanekaragaman (Variety reduction);4). Kompatibilitas;5). Pemberdayaan sumberdaya;
6). Komunikasi dan pemahaman;7). Keamanan, keselamatan & kesehatan;8). Pelestarian kemampuan fungsi lingkungan;9). Jaminan kepentingan konsumen;10). Hambatan perdagangan.
No FokusStandarisasi Permasalahan Standar
Klasifikasi PermasalahanStandar )*
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
1 Peralatannavigasi
a. Dijumpaiperlengkapannavigasi standaruntuk di anjungankapal tidak lengkap
b. Perlengkapannavigasi standarseperti kompashanya sebagaipajangan dan belumdimanfaatkansecara maksimal,dengan alasan paraNakhoda & crewkapal sudah sangatfamiliar dengan rutekapal mereka padaalur sungai,
c. Lampu – lampunavigasi pada kapalsungai tidakseragam dalam halkekuatan pancar,sudut pancar,maupun warna,
d. Pola operasionalkapal – kapal sungaidan danau sebagianbesar melakukankegiatan pada sianghari, sehinggasering mengabaikankelengkapanperalatan navigasiyang diperlukanpada malam hari,
2 PeralatanKomunikasi
a. Dalam halkomunikasi internaldi kapal belumtersedia peralatankomunikasi,
6). Komunikasi dan pemahaman;7). Keamanan, keselamatan & kesehatan;8). Pelestarian kemampuan fungsi lingkungan;9). Jaminan kepentingan konsumen;10). Hambatan perdagangan.
No FokusStandarisasi Permasalahan Standar
Klasifikasi PermasalahanStandar )*
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
pihak luar (selain dikapal) rata-ratamemanfaatkanjaringanGSM/CDMA,
c. Dijumpaiperlengkapankomunikasi yangdigunakan padakapal sungai tidakseragam dalam haljenis dan spesifikasi,
d. Dijumpaiperlengkapankomunikasi yangdigunakan padakapal – kapal sungaisebagian masihtidaksinkron/kompatibeldengan yangdigunakan olehotoritas pelabuhan,maupun aparatkeamanan setempatuntuk kepentingankordinasioperasional,
e. Pendanaanmerupakan alasanklasik dalam halpengadaanperalatankomunikasi padakapal – kapal sungaidan danau.
Sumber : Analisis konsultan, 2012
Rendahnya tingkat kepedulian akan kelengkapan dan
kompatibilitas peralatan navigasi dan komunikasi harus
ditindak lanjuti oleh pihak – pihak terkait sebagai
PT. Bahari Engineering Consultant Laporan Akhir
217
Pembina dalam hal penyelenggaraan angkutan sungai
dan danau dengan memberikan aturan dan standar yang
jelas. Dari hasil pengamatan di lapangan dan analisa
data hasil survey, beberapa permasalahan standar telah
diklasifikasikan dan disajikan pada tabel 5.3. dengan
penjelasan sebagai berikut :
Kelengkapan peralatan navigasi minimal yang
berada di anjungan kapal, memiliki klasifikasi
standar dalam hal keamanan dan keselamatan,
serta jaminan kepentingan konsumen yang harus
diutamakan.
Perlengkapan navigasi seperti kompas yang
belum termanfaatkan dengan baik dan maksimal
oleh crew kapal sungai dan danau, memiliki
klasifikasi standar dalam hal kesesuaian
penggunaan, keamanan dan keselamatan, serta
jaminan kepentingan konsumen.
Lampu navigasi pada kapal sungai dan danau
belum seragam dalam hal kekuatan pancar,
sudut pancar,dan warna lampu, memiliki
klasifikasi standar dalam hal keanekaragaman
dan keamanan dan keselamatan.
Pola operasional kapal – kapal sungai dan danau
sebagian besar melakukan kegiatan pada siang
hari, sehingga sering mengabaikan kelengkapan
peralatan navigasi yang diperlukan pada malam
PT. Bahari Engineering Consultant Laporan Akhir
218
hari, memiliki klasifikasi standar dalam hal
kesesuaian penggunaan dan keanekaragaman,
serta keamanan dan keselamatan.
Dalam hal komunikasi internal di kapal belum
tersedia peralatan komunikasi, memiliki
klasifikasi standar dalam hal kompatibilitas,
keanekaragaman, jaminan kepentingan
konsumen, serta keamanan dan keselamatan.
Dalam hal komunikasi dengan pihak luar (selain
di kapal) rata-rata memanfaatkan jaringan
GSM/CDMA, memiliki klasifikasi standar
dalam hal kesesuaian penggunaan,
kompatibilitas, keanekaragaman, jaminan
kepentingan konsumen, serta keamanan dan
keselamatan.
Perlengkapan komunikasi yang digunakan pada
kapal sungai tidak seragam dalam hal jenis dan
spesifikasi, memiliki klasifikasi standar dalam
hal keanekaragaman, hambatan perdagangan,
serta keamanan dan keselamatan.
Perlengkapan komunikasi yang digunakan pada
kapal – kapal sungai sebagian masih tidak
sinkron/kompatibel dengan yang digunakan oleh
otoritas pelabuhan, maupun aparat keamanan
setempat untuk kepentingan kordinasi
operasional, memiliki klasifikasi standar dalam
PT. Bahari Engineering Consultant Laporan Akhir
219
hal kesesuaian penggunaan, kompatibilitas,
keanekaragaman, jaminan kepentingan
konsumen, serta keamanan dan keselamatan.
Pendanaan merupakan alasan klasik dalam hal
pengadaan peralatan komunikasi pada kapal –
kapal sungai dan danau, memiliki klasifikasi
standar dalam hal keanekaragaman, hambatan
perdagangan, serta keamanan dan keselamatan.
4. Peralatan keselamatan pada kapal sungai dan danau
Persyaratan keselamatan pada kapal sungai dan danau
secara umum sesuai dengan standar kapal non konvensi
berbendera Indonesia berdasar atas daerah
operasionalnya, maka dikategorikan sebagai kapal yang
berlayar di perairan terlindung, namun demikian selama
ini dalam hal persyaratan keselamatan, peralatan
keselamatan tetap mengacu pada aturan peralatan
keselamatan yang berlaku pada kapal laut pada beberapa
peralatan seperti standar life jacket, dan pelampung.
Dalam penerapannya banyak ketentuan yang belum
diimplementasikan secara lengkap dan seragam oleh
sebagian besar operator angkutan sungai dan danau.
Pada tabel 5.4 disajikan pengklasifikasian terhadap
permasalahan standar yang terkait peralatan
keselamatan pada kapal sungai dan danau.
PT. Bahari Engineering Consultant Laporan Akhir
220
Tabel 5.4Klasifikasi Permasalahan Standar
Peralatan Keselamatan pada Kapal Sungai dan Danau)* Keterangan Klasifikasi Permasalahan Standar :1). Kesesuaian penggunaan;2). Interchangeability (mampu tukar);3). Keanekaragaman (Variety reduction);4). Kompatibilitas;5). Pemberdayaan sumberdaya;
6). Komunikasi dan pemahaman;7). Keamanan, keselamatan & kesehatan;8). Pelestarian kemampuan fungsi lingkungan;9). Jaminan kepentingan konsumen;10). Hambatan perdagangan.
No FokusStandarisasi
PermasalahanStandar
Klasifikasi PermasalahanStandar )*
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
1 Peralatankeselamatan
a. Dijumpai seringtidak tersediasesuai denganminimum jumlahyang telahditetapkan dalamperaturankeselamatan
b. Penempatanperalatankeselamatanbervariasi,
c. Kartu petunjukarah evakuasi danakses peralatankeselamatankurang,
d. Petunjuk dan tatacara penggunaanperalatankeselamatanbelum ada,
e. Kesadaranpenumpang untukmenjagakeutuhanperalatankeselamatan padakapal sungai dandanau sangatrendah, dengansering hilangnyaperalatan yangada,
f. Peralatanpencegahkebakaran belumlengkap danspesifikasi tidakseragam padakapal sungai dandanau
6). Komunikasi dan pemahaman;7). Keamanan, keselamatan & kesehatan;8). Pelestarian kemampuan fungsi lingkungan;9). Jaminan kepentingan konsumen;10). Hambatan perdagangan.
No FokusStandarisasi
PermasalahanStandar
Klasifikasi PermasalahanStandar )*
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
merupakan alasanklasik dalam halpengadaanperalatankeselamatan padakapal – kapalsungai dan danau.
Sumber : Analisis konsultan, 2012
Rendahnya tingkat kepedulian akan kelengkapan
peralatan keselamatan harus ditindak lanjuti oleh pihak
– pihak terkait sebagai Pembina dalam hal
penyelenggaraan angkutan sungai dan danau dengan
memberikan aturan dan standar yang jelas. Dari hasil
pengamatan di lapangan dan analisa data hasil survey,
beberapa permasalahan standar telah diklasifikasikan
dan disajikan pada tabel 5.4. dengan penjelasan sebagai
berikut :
Dijumpai sering tidak tersedia sesuai dengan
minimum jumlah yang telah ditetapkan dalam
peraturan keselamatan, memiliki klasifikasi
standar dalam hal kesesuaian penggunaan,
jaminan kepentingan konsumen, serta keamanan
dan keselamatan.
Penempatan peralatan keselamatan bervariasi,
memiliki klasifikasi standar dalam hal
PT. Bahari Engineering Consultant Laporan Akhir
222
kesesuaian penggunaan, keanekaragaman,
hambatan perdagangan, jaminan kepentingan
konsumen, serta keamanan dan keselamatan.
Kartu petunjuk arah evakuasi dan akses
peralatan keselamatan kurang, memiliki
klasifikasi standar dalam hal komunikasi dan
pemahaman, jaminan kepentingan konsumen,
serta keamanan dan keselamatan.
Petunjuk dan tata cara penggunaan peralatan
keselamatan belum ada, memiliki klasifikasi
standar dalam hal kesesuaian penggunaan,
keanekaragaman, komunikasi dan pemahaman,
jaminan kepentingan konsumen, serta keamanan
dan keselamatan.
Peralatan pencegah kebakaran belum lengkap
dan spesifikasi tidak seragam pada kapal sungai
dan danau, memiliki klasifikasi standar dalam
hal kesesuaian penggunaan, keanekaragaman,
jaminan kepentingan konsumen, serta keamanan
dan keselamatan.
Kesadaran penumpang untuk menjaga keutuhan
peralatan keselamatan pada kapal sungai dan
danau sangat rendah, dengan sering hilangnya
peralatan yang ada, memiliki klasifikasi standar
dalam hal pemberdayaan sumber daya,
komunikasi dan pemahaman, jaminan
PT. Bahari Engineering Consultant Laporan Akhir
223
kepentingan konsumen, serta keamanan dan
keselamatan.
Pendanaan merupakan alasan klasik dalam hal
pengadaan peralatan keselamatan pada kapal –
kapal sungai dan danau, memiliki klasifikasi
standar dalam hal komunikasi dan pemahaman
serta hambatan perdagangan.
5. Peralatan pencegah pencemaran pada kapal sungai
dan danau
Dari tinjauan survey lapangan terkait dengan upaya
pencegahan pencemaran lingkungan karena operasional
kapal sungai dan danau baik itu terhadap lingkungan
perairan maupun lingkungan udara, maka dijumpai
beberapa permasalahan yang diidentifikasikan sebagai
permasalahan yang dapat diatasi dengan adanya suatu
standar. Permasalahan tersebut mencakup hal-hal
seperti terganggunya kenyamanan maupun kesehatan
bagi pengguna jasa angkutan sungai dan danau;
terganggunya estetika lingkungan perairan sungai dan
danau; ketersediaan penanganan pengelolaan
lingkungan kapal yang beraneka antara kapal yang
satu dengan yang lain; timbulnya gangguan terhadap
ekosistem biota di perairan sungai maupun danau;
sering dijumpai terganggunya sistem propulsi karena
PT. Bahari Engineering Consultant Laporan Akhir
224
sampah; dan adanya kontribusi terjadinya pencemaran
udara karena emisi gas buang hidrokarbon dari
permesinan kapal. Berdasarkan kriteria standar, maka
permasalahan tersebut dapat diklasifikasikan terkait
dengan permasalahan pelestarian kemampuan fungsi
alam atau lingkungan, disamping itu juga akan terkait
dengan keamanan, keselamatan, dan kesehatan
lingkungan, maupun jaminan kepentingan konsumen.
Selanjutnya klasifikasi permasalahan standar ini
disajikan dalam tabel 5.5 berikut.
Tabel 5.5Klasifikasi Permasalahan Standar
Peralatan Pencegah Pencemaran pada Kapal Sungai dan Danau
6). Komunikasi dan pemahaman;7). Keamanan, keselamatan & kesehatan;8). Pelestarian kemampuan fungsi lingkungan;9). Jaminan kepentingan konsumen;10). Hambatan perdagangan.
No FokusStandarisasi Permasalahan Standar
Klasifikasi PermasalahanStandar )*
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
1. PeralatanPencegahPencemaranbersumber darikapal-kapalsungai dan danaukarena minyakatau buanganyangmengandungminyak; muatanbahan cairberacun; kotoranatau tinja;sampah; danemisi gas buang.
a. Terganggunyakenyamananataupun kesehatanbagi pengguna jasaangkutan sungaidan danau.
b. Terganggunyaestetika lingkunganperairan sungai dandanau.
c. Ketersediaanpenangananpengelolaanlingkungan kapalyang beraneka.
d. Terganggunyaekosistem biota diperairan sungai dandanau.
PT. Bahari Engineering Consultant Laporan Akhir
225
Sumber : Analisis konsultan, 2012
6. Sertifikasi kapal sungai dan danau
Dari hasil survey lapangan ke institusi maupun
perusahaan pelayaran kapal-kapal sungai dan danau
terkait dengan sertifikasi maupun perijinan operasional
kapal-kapal sungai dan danau, maka dijumpai beberapa
permasalahan yang diidentifikasikan sebagai
permasalahan yang dapat diatasi dengan suatu standar.
Permasalahan tersebut mencakup hal-hal seperti
beranekanya jumlah dan jenis sertifikasi yang harus
dipenuhi dan dilengkapi dalam pengoperasian kapal
sungai dan danau; terdapat dua sektor perhubungan
e. Terganggunyasystem propulsikarena sampah.
f. Adanya kontribusiterjadinyapencemaran udarakarena emisi gasbuang hidrokarbon.
g. Adanya potensipencemaranlingkungan karenapemakaian antitritip; pemakaianbahan pelindunganti karat padabadan kapal (tangki-tangki); pengelolaanair balas; danpencucian tangki.
PT. Bahari Engineering Consultant Laporan Akhir
226
yang terkait dengan operasional kapal sungai dan
danau, yaitu sektor perhubungan matra laut dan matra
darat; mekanisme penerbitan sertifikasi yang multi
kompetensi dan memerlukan komunikasi dan
pemahaman yang baik. Berdasarkan kriteria standar,
maka permasalahan tersebut dapat diklasifikasikan
terkait dengan permasalahan standar komunikasi dan
pemahaman sertifikasi dan juga jaminan kepentingan
konsumen sebagaimana disajikan dalam tabel 5.6
berikut.
Tabel 5.6Klasifikasi Permasalahan Standar
Sertifikasi pada Kapal Sungai dan Danau)* Keterangan Klasifikasi Permasalahan Standar :1). Kesesuaian penggunaan;2). Interchangeability (mampu tukar);3). Keanekaragaman (Variety reduction);4). Kompatibilitas;5). Pemberdayaan sumberdaya;
6). Komunikasi dan pemahaman;7). Keamanan, keselamatan & kesehatan;8). Pelestarian kemampuan fungsi lingkungan;9). Jaminan kepentingan konsumen;10). Hambatan perdagangan.
No FokusStandarisasi Permasalahan Standar
Klasifikasi PermasalahanStandar )*
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
1 Sertifikasioperasionalkapal sungaidan danau.
a. Sertifikasi yangharus dipenuhi dandilengkapi dalampengoperasiankapal sungai dandanau bervariasijumlah danjenisnyaberdasarkanukuran kapal.
b. Terdapat duasektorperhubungan yangterkait denganoperasional kapalsungai dan danau,yaitu sektor padamatra laut danmatra darat.
6). Komunikasi dan pemahaman;7). Keamanan, keselamatan & kesehatan;8). Pelestarian kemampuan fungsi lingkungan;9). Jaminan kepentingan konsumen;10). Hambatan perdagangan.
No FokusStandarisasi Permasalahan Standar
Klasifikasi PermasalahanStandar )*
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
c. Mekanismepenerbitansertifikasi yangmulti kompetensidan memerlukankomunikasi danpemahaman yangbaik
Sumber : Analisis konsultan, 2012
7. Lambung kapal penyeberangan
Pada umumnya kapal penyeberangan yang beroperasi di
Indonesia sudah didesain dan dibangun sesuai dengan
prosedur standar yang berlaku baik di galangan dalam
negeri maupun luar negeri. Dari segi bentuk lambung,
didominasi oleh bentuk V dan bentuk U, sementara dari
segi tipe pada umumnya berlambung tunggal meskipun
di beberapa daerah ada yang berlambung ganda
(catamaran).
Lambung berbentuk V memiliki keuntungan antara lain:
- Kemampuan seakeeping dan manouvering kapal
lebih baik
- Memiliki tahanan kecil sehingga bisa lebih cepat
dari kapal bentuk lain pada tenaga mesin yang
sama.
Lambung berbentuk U memiliki keuntungan antara lain:
- Kecenderungan memiliki stabilitas yang baik.
PT. Bahari Engineering Consultant Laporan Akhir
228
- Cenderung memiliki penataan ruang muat yang
baik.
Pada prinsipnya bentuk dan tipe lambung kapal harus
disesuaikan dengan kondisi perairan dimana kapal
tersebut akan beroperasi. Untuk daerah perairan
bergelombang tinggi maka tipe kapal yang sesuai adalah
bentuk V sementara untuk daerah perairan dangkal
sebaiknya dilayani oleh kapal dengan lambung
berbentuk U. Hal ini dapat dipilih sebaliknya dengan
telah diperhitungkan terlebih dahulu secara teliti untuk
dapat dipertanggung jawabkan keselamatannya.
Penempatan kapal yang tidak sesuai dengan
karakteristik daerah pelayaran seringkali menghadapi
kesulitan dalam operasionalnya.
Tabel 5.7Klasifikasi Permasalahan Standar
Desain Lambung Kapal Penyeberangan)* Keterangan Klasifikasi Permasalahan Standar :1). Kesesuaian penggunaan;2). Interchangeability (mampu tukar);3). Keanekaragaman (Variety reduction);4). Kompatibilitas;5). Pemberdayaan sumberdaya;
6). Komunikasi dan pemahaman;7). Keamanan, keselamatan & kesehatan;8). Pelestarian kemampuan fungsi lingkungan;9). Jaminan kepentingan konsumen;10). Hambatan perdagangan.
No FokusStandarisasi Permasalahan Standar
Klasifikasi PermasalahanStandar )*
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
1 DesainLambung
Variasi Tipe, Bentukdan Ukuran Lambung
Sumber : Analisis konsultan, 2012
Terdapat beberapa lintas penyeberangan di Indonesia
yang dilayani oleh kapal-kapal dengan bentuk lambung
yang bervariasi. Keberadaan kapal penyeberangan
PT. Bahari Engineering Consultant Laporan Akhir
229
dengan bentuk lambung yang berbeda-beda pada lintas
yang sama sering kali diakibatkan oleh kebijakan
operator untuk memindahkan kapal yang sudah
dioperasikan pada daerah yang sesuai ke lintas
pelayaran baru dengan karakteristik perairan yang
berbeda. Kebijakan penggunaan kapal bekas dari luar
negeri juga memiliki resiko tidak sesuai dengan lintas
yang akan dilayari di Indonesia.
Selain bentuk lambung, variasi ukuran kapal pada
lintasan yang sama juga dijumpai dihampir semua
lintasan penyeberangan. Kondisi ini akan
mempengaruhi pola operasional pelabuhan secara
keseluruhan dimana pemilik kendaraan cenderung
menunggu kapal dengan ukuran lebih besar
dibandingkan kapal kecil.
8. Desain ruang muat dan ruang akomodasi
penumpang kapal penyeberangan
Ruang muat dan ruang akomodasi penumpang
seharusnya didesain untuk mengakomodasi keaneka
ragaman muatan yang akan diangkut. Ruang muat ditata
berdasarkan jenis kendaraan yang akan diangkut.
Perbedaan jenis kendaraan membutuhkan ruang dan
perlakuan yang berbeda pula. Kendaraan roda empat
atau lebih membutuhkan ruang yang lebih besar dan
PT. Bahari Engineering Consultant Laporan Akhir
230
jarak antar kendaraan harus cukup memadai untuk
memudahkan pengikatan atau lashing. Sementara untuk
kendaraan roda dua atau sejenisnya meskipun
membutuhkan ruang yang kecil namun harus ditata
sedemikian rupa supaya tidak mengganggu akses dalam
proses bongkar muat.
Ruang akomodasi penumpang perlu didesain
sedemikian rupa supaya lebih informatif dan akomodatif
untuk memudahkan penumpang mencari akses yang
diinginkan sehingga merasa aman dan nyaman dalam
pelayaran.
Tabel 5.8Klasifikasi Permasalahan Standar
Desain Ruang Muat & Penumpang Kapal Penyeberangan)* Keterangan Klasifikasi Permasalahan Standar :1). Kesesuaian penggunaan;2). Interchangeability (mampu tukar);3). Keanekaragaman (Variety reduction);4). Kompatibilitas;5). Pemberdayaan sumberdaya;
6). Komunikasi dan pemahaman;7). Keamanan, keselamatan & kesehatan;8). Pelestariankemampuan fungsi lingkungan;9). Jaminan kepentingan konsumen;10). Hambatan perdagangan.
No FokusStandarisasi Permasalahan Standar
Klasifikasi PermasalahanStandar )*
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
1 DesainRuang MuatdanPenumpang
a. Ketinggian GeladakMuatan Bervariasi
b. Rambu PenataanKendaraan TidakJelas
c. Rambu danPenunjuk Akses diRuang Muat KurangInformatif
d. Area Parkir untukKendaraan R2 danR3 Tidak Ada
e. Jarak AntarKendaraan TidakTeratur
f. Ukuran PintuRampa Bervariasi
Sumber : Analisis konsultan, 2012
PT. Bahari Engineering Consultant Laporan Akhir
231
Ukuran tinggi geladak kapal penyeberangan sangat
menentukan ukuran kendaraan yang bisa diangkut.
Kondisi dilapangan seringkali dijumpai beberapa
kendaraan mengalami kesulitan memasuki lambung
kapal karena tinggi muatan kendaraan melebihi tinggi
geladak kapal.
Selain permasalahan teknis, manajemen penataan
kendaraan di ruang muat tidak ditunjang oleh rambu
yang memadai sehingga proses penempatan kendaraan
tidak teratur. Selain itu tempat untuk kendaraan roda
dua dan sejenisnya belum tersedia secara khusus
sehingga semakin menambah keruwetan dalam proses
bongkar muat kapal.
9. Peralatan navigasi dan komunikasi pada kapal
penyeberangan
Peralatan navigasi kapal penyeberangan merupakan
peralatan manual maupun elektronik yang diperlukan
untuk membantu dalam hal petunjuk arah global agar
kendali kapal menuju arah/tujuan sesuai dengan yang
direncanakan. Peralatan komunikasi merupakan
peralatan manual maupun elektronik yang diperlukan
untuk membantu awak kapal dalam berhubungan
dengan pihak lain baik didalam kapal, antar kapal
PT. Bahari Engineering Consultant Laporan Akhir
232
dengan kapal lain, maupun kapal dengan berbagai pihak
lain di darat.
Peralatan navigasi dan komunikasi merupakan salah
satu peralatan yang sangat vital diperlukan dalam
operasional kapal, namun demikian hasil survey yang
dilakukan pada kapal – kapal angkutan penyeberangan
menunjukkan tingkat kepedulian akan penggunaan,
kelengkapan dan kompatibilitas peralatan navigasi dan
komunikasi yang masih rendah, terutama untuk
penggunaan alat komunikasi antar kapal dengan kapal,
pengukur kedalaman (depth sounder).
Pada tabel 5.9 disajikan pengklasifikasian terhadap
permasalahan standar yang terkait peralatan
keselamatan pada kapal penyeberangan.
Tabel 5.9Klasifikasi Permasalahan Standar
Peralatan Navigasi & Komunikasi pada KapalPenyeberangan
6). Komunikasi dan pemahaman;7). Keamanan, keselamatan & kesehatan;8). Pelestarian kemampuan fungsi lingkungan;9). Jaminan kepentingan konsumen;10). Hambatan perdagangan.
No FokusStandarisasi Permasalahan Standar
Klasifikasi PermasalahanStandar )*
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
1 Peralatannavigasi
a. Dijumpai tidak tersediasecara lengkap dikapal.
b. Spesifikasi teknisperalatan navigasimasih bervariasi.
c. Peralatan pengukurkedalaman tidakdigunakan secaramaksimal.
6). Komunikasi dan pemahaman;7). Keamanan, keselamatan & kesehatan;8). Pelestarian kemampuan fungsi lingkungan;9). Jaminan kepentingan konsumen;10). Hambatan perdagangan.
No FokusStandarisasi Permasalahan Standar
Klasifikasi PermasalahanStandar )*
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
d. Lampu – lampunavigasi belumseragam dalam halkekuatan pancar,sudut pancar, danwarna.
e. Peralatan penunjukarah dan peta digitalbelum seragam.
2 Peralatankomunikasi
a. Dijumpai masih adakapal penyeberanganyang peralatankomunikasi intern(antar crew) masihkurang.
b. Penggunaan radiokomunikasi 2 arahdalam hal sepesifikasimasih belum seragam.
c. Dijumpai komunikasiantar crew pada saatoperasionalmenggunakan jaringanGSM/CDMA.
d. Dijumpai sumber dayaperalatan komunikasimasih menyatudengan sumber tenagalistrik utama.
Sumber : Analisis konsultan, 2012
Dari hasil pengamatan di lapangan dan analisa data hasil
survey, beberapa permasalahan standar telah
diklasifikasikan dan disajikan pada tabel 5.9. dengan
penjelasan sebagai berikut :
Dijumpai tidak tersedia secara lengkap di kapal,
memiliki klasifikasi standar dalam hal
PT. Bahari Engineering Consultant Laporan Akhir
234
kompatibilitas, jaminan kepentingan konsumen,
serta keamanan dan keselamatan.
Spesifikasi teknis peralatan navigasi masih
bervariasi, memiliki klasifikasi standar dalam
hal kesesuaian penggunaan, keanekaragaman,
hambatan perdagangan, serta keamanan dan
keselamatan.
Peralatan pengukur kedalaman tidak digunakan
secara maksimal, sering terjadi kapal kandas
pada perairan dangkal, memiliki klasifikasi
standar dalam hal kesesuaian penggunaan,
Pemberdayaan sumber daya, jaminan
kepentingan konsumen, serta keamanan dan
keselamatan.
Lampu – lampu navigasi belum seragam dalam
hal kekuatan pancar, sudut pancar, dan warna,
memiliki klasifikasi standar dalam hal
kesesuaian penggunaan, keanekaragaman, serta
keamanan dan keselamatan.
Peralatan penunjuk arah dan peta digital belum
seragam, memiliki klasifikasi standar dalam hal
kesesuaian penggunaan, keanekaragaman,
kompatibilitas, serta keamanan dan keselamatan.
Dijumpai masih ada kapal penyeberangan yang
peralatan komunikasi intern (antar crew) masih
kurang, memiliki klasifikasi standar dalam hal
PT. Bahari Engineering Consultant Laporan Akhir
235
kesesuaian penggunaan, keanekaragaman,
kompatibilitas, jaminan kepentingan konsumen
serta keamanan dan keselamatan.
Penggunaan radio komunikasi 2 arah dalam hal
sepesifikasi masih belum seragam, memiliki
klasifikasi standar dalam hal kesesuaian
penggunaan, keanekaragaman, kompatibilitas,
hambatan perdagangan serta keamanan dan
keselamatan.
Dijumpai komunikasi antar crew pada saat
operasional menggunakan jaringan
GSM/CDMA, memiliki klasifikasi standar
dalam hal kesesuaian penggunaan,
kompatibilitas, dan jaminan kepentingan
konsumen.
Dijumpai sumber daya peralatan komunikasi
masih menyatu dengan sumber tenaga listrik
utama, memiliki klasifikasi standar dalam hal
kompatibilitas, dan jaminan kepentingan
konsumen serta keamanan dan keselamatan.
10. Peralatan keselamatan pada kapal penyeberangan
Peralatan keselamatan yang dipersyaratkan pada kapal
penyeberangan mengacu pada ketentuan kapal non
konvensi (GRT dibawah 500GT) dan pada ketentuan
PT. Bahari Engineering Consultant Laporan Akhir
236
Internasional (SOLAS). Dalam penerapannya banyak
ketentuan yang belum diimplementasikan secara
lengkap dan seragam oleh sebagian besar operator
angkutan penyeberangan. Pada tabel 5.10 disajikan
pengklasifikasian terhadap permasalahan standar yang
terkait peralatan keselamatan pada kapal
penyeberangan.
Tabel 5.10Klasifikasi Permasalahan Standar
Peralatan Keselamatan pada Kapal Penyeberangan)* Keterangan Klasifikasi Permasalahan Standar :1). Kesesuaian penggunaan;2). Interchangeability (mampu tukar);3). Keanekaragaman (Variety reduction);4). Kompatibilitas;5). Pemberdayaan sumberdaya;
6). Komunikasi dan pemahaman;7). Keamanan, keselamatan & kesehatan;8). Pelestarian kemampuan fungsi lingkungan;9). Jaminan kepentingan konsumen;10). Hambatan perdagangan.
No FokusStandarisasi Permasalahan Standar
Klasifikasi PermasalahanStandar )*
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
1 Peralatankeselamatan
a. Dijumpai seringtidak tersediasesuai denganminimum jumlahyang telahditetapkan dalamperaturankeselamatan.
b. Penempatanperalatankeselamatanbervariasi.
c. Peralatanpemadamkebakaran dijumpaisudah kadaluwarsa.
d. Petunjukpenggunaanperalatanpemadamkebakaran kuranginformatif dantidak seragam.
6). Komunikasi dan pemahaman;7). Keamanan, keselamatan & kesehatan;8). Pelestarian kemampuan fungsi lingkungan;9). Jaminan kepentingan konsumen;10). Hambatan perdagangan.
No FokusStandarisasi Permasalahan Standar
Klasifikasi PermasalahanStandar )*
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
keselamatankurang informatifdan tidak seragam.
f. Kartu petunjuk carapenggunaanperalatankeselamatan belumdisediakan.
g. Papan informasitentang petunjukdan tata caraevakuasi kondisidarurat belumseragam dalam haltampilan maupunpenempatannya.
Sumber : Analisis konsultan, 2012
Dari hasil pengamatan di lapangan dan analisa data hasil
survey, beberapa permasalahan standar telah
diklasifikasikan dan disajikan pada tabel 5.10. dengan
penjelasan sebagai berikut :
Dijumpai sering tidak tersedia sesuai dengan
minimum jumlah yang telah ditetapkan dalam
peraturan keselamatan, memiliki klasifikasi
standar dalam hal kesesuaian penggunaan,
jaminan kepentingan konsumen, serta keamanan
dan keselamatan.
Penempatan peralatan keselamatan bervariasi,
memiliki klasifikasi standar dalam hal
PT. Bahari Engineering Consultant Laporan Akhir
238
keanekaragaman, jaminan kepentingan
konsumen, serta keamanan dan keselamatan.
Peralatan pemadam kebakaran dijumpai sudah
kadaluwarsa, memiliki klasifikasi standar dalam
hal kesesuaian penggunaan, jaminan
kepentingan konsumen, serta keamanan dan
keselamatan.
Petunjuk penggunaan peralatan pemadam
kebakaran kurang informatif dan tidak seragam,
memiliki klasifikasi standar dalam hal
kesesuaian penggunaan, keanekaragaman,
jaminan kepentingan konsumen, serta keamanan
dan keselamatan.
Kartu petunjuk arah evakuasi dan akses
peralatan keselamatan kurang informatif dan
tidak seragam, memiliki klasifikasi standar
dalam hal kesesuaian penggunaan,
keanekaragaman, jaminan kepentingan
konsumen, serta keamanan dan keselamatan.
Kartu petunjuk cara penggunaan peralatan
keselamatan belum disediakan, memiliki
klasifikasi standar dalam hal kesesuaian
penggunaan, keanekaragaman, jaminan
kepentingan konsumen, serta komunikasi dan
pemahaman.
PT. Bahari Engineering Consultant Laporan Akhir
239
Papan informasi tentang petunjuk dan tata cara
evakuasi kondisi darurat belum seragam dalam
hal tampilan maupun penempatannya, memiliki
klasifikasi standar dalam hal kesesuaian
penggunaan, keanekaragaman, jaminan
kepentingan konsumen, serta komunikasi dan
pemahaman.
11. Peralatan pencegah pencemaran pada kapal
penyeberangan
Dari tinjauan survey lapangan terkait dengan upaya
pencegahan pencemaran lingkungan karena operasional
kapal penyeberangan baik itu terhadap lingkungan
perairan maupun lingkungan udara, maka dijumpai
beberapa permasalahan yang teridentifikasikan sebagai
permasalahan yang dapat diatasi dengan suatu standar .
Sebagaimana hasil survey yang dilakukan terhadap
operasional kapal-kapal sungai dan danau, maka pada
6). Komunikasi dan pemahaman;7). Keamanan, keselamatan & kesehatan;8). Pelestarian kemampuan fungsi lingkungan;9). Jaminan kepentingan konsumen;10). Hambatan perdagangan.
6). Komunikasi dan pemahaman;7). Keamanan, keselamatan & kesehatan;8). Pelestarian kemampuan fungsi lingkungan;9). Jaminan kepentingan konsumen;10). Hambatan perdagangan.
perusahaan pelayaran kapal-kapal penyeberangan terkait
dengan sertifikasi maupun perijinan operasional, maka
PT. Bahari Engineering Consultant Laporan Akhir
242
sebagaimana survey yang dilakukan terhadap
operasional kapal-kapal sungai dan danau dijumpai juga
beberapa permasalahan yang diidentifikasikan mirip
sebagai permasalahan yang dapat diatasi dengan adanya
suatu standar. Permasalahan tersebut mencakup hal-hal
seperti beranekanya sertifikasi yang harus dipenuhi
dan dilengkapi dalam pengoperasian kapal
penyeberangan; terdapat dua sektor perhubungan yang
terkait dengan operasional kapal penyeberangan, yaitu
sektor perhubungan matra laut dan matra darat;
mekanisme penerbitan sertifikasi yang multi
kompetensi dan memerlukan komunikasi dan
pemahaman yang baik. Berdasarkan kriteria standar,
maka permasalahan tersebut dapat diklasifikasikan
terkait dengan permasalahan standar komunikasi dan
pemahaman sertifikasi dan juga jaminan kepentingan
konsumen sebagaimana disajikan dalam tabel 5.12
berikut.
Tabel 5.12Klasifikasi Permasalahan Standar
Sertifikasi pada Kapal Penyeberangan)* Keterangan Klasifikasi Permasalahan Standar :1). Kesesuaian penggunaan;2). Interchangeability (mampu tukar);3). Keanekaragaman (Variety reduction);4). Kompatibilitas;5). Pemberdayaan sumberdaya;
6). Komunikasi dan pemahaman;7). Keamanan, keselamatan & kesehatan;8). Pelestarian kemampuan fungsi lingkungan;9). Jaminan kepentingan konsumen;10). Hambatan perdagangan.
No FokusStandarisasi
PermasalahanStandar
Klasifikasi PermasalahanStandar )*
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
1 Sertifikasioperasionalkapalpenyeberang
a. Sertifikasi yangharus dipenuhidan dilengkapidalam
6). Komunikasi dan pemahaman;7). Keamanan, keselamatan & kesehatan;8). Pelestarian kemampuan fungsi lingkungan;9). Jaminan kepentingan konsumen;10). Hambatan perdagangan.
No FokusStandarisasi
PermasalahanStandar
Klasifikasi PermasalahanStandar )*
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
an pengoperasiankapalpenyeberanganbervariasi jumlahdan jenisnyaberdasarkanukuran kapal.
b. Terdapat duasektorperhubunganyang terkaitdenganoperasional kapalpenyeberangan,yaitu sektorperhubunganpada matra lautdan matra darat.
c. Mekanismepenerbitansertifikasi yangmulti kompetensidan memerlukankomunikasi danpemahaman yangbaik
Sumber : Analisis konsultan, 2012
B. Analisis Sebab Akibat
Untuk lebih mendalami esensi kebutuhan standar pada
sarana angkutan penyeberangan sesuai dengan lingkup studi
ini, maka setelah komponen standar yang teridentifikasi
tersebut diklasifikasikan sesuai dengan klasifikasi
permasalahan standar, maka pointer – pointer permasalahan
tersebut dilakukan analisa efek/dampak yang terjadi pada
PT. Bahari Engineering Consultant Laporan Akhir
244
kondisi operasional. Analisa sebab-akibat bertujuan untuk
mengetahui sifat – sifat permasalahan standar yang muncul
saat operasional dan bagaimana potensi dampak yang
ditimbulkan pada saat operasional sarana angkutan
penyeberangan, terutama tingkat kesesuaian dengan aturan
yang berlaku.
1. Lambung kapal sungai dan danau
Indentifikasi dampak dari permasalahan desain lambung
kapal sungai dan danau dari hasil survei dan kajian
literatur dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 5.13Matrik Sebab Akibat
Terkait Desain Lambung pada Kapal Sungai dan DanauFokus
StandarisasiPermasalahan Standar
(Sebab)Dampak pada operasional
(Akibat)DesainLambung
Variasi bentuk dan ukuranlambung
- Bentuk lambung yang lancip(V) tidak bisa beroperasi padaperairan dangkal.
- Pengaruh gelombang yangditimbulkan oleh lambungkapal dapat merusaklingkungan sungai.
Sumber : Analisis konsultan, 2012
Timbulan gelombang yang terjadi pada permukaaan
sungai dapat disebabkan oleh besarnya tahanan kapal
terhadap air dan akibat bentuk badan kapal yang tidak
sesuai, kecepatan angkutan sungai serta dangkalnya air
sungai. Dampak timbulan gelombang ini adalah dapat
PT. Bahari Engineering Consultant Laporan Akhir
245
merusak lingkungan sungai, seperti: terjadinya erosi
dan sedimentasi sungai, ketidakstabilan dan
ketidaknyamanan penumpang pada angkutan sungai,
terganggunya aktifitas penduduk dan rusaknya struktur
bangunan di sekitar bantaran sungai.
2. Desain ruang muat dan ruang akomodasi
penumpang kapal sungai dan danau
Beberapa permasalahan dan dampaknya terhadap
operasional kapal terkait desain runag muat dan ruang
akomodasi penumpang dapat diberikan pada tabel
berikut:
Tabel 5.14Matrik Sebab Akibat
Terkait Desain Ruang Muat & Penumpang pada KapalSungai dan Danau
FokusStandarisasi
Permasalahan Standar(Sebab)
Dampak pada operasional(Akibat)
Desain RuangMuat danPenumpang
a. Area kendaraan tidakteratur
- Memperlambat prosesbongkar muat
- Mempengaruhi keseimbangankapal
b. Posisi dan jarak antartempat duduk kurangproporsional
- Mengganggu kenyamananpenumpang
c. Tidak tersedia ruangbagasi
- Keamanan barang kurangterjamin
d. Posisi jendela tidaknyaman
- Kenyamanan ruang muatmenjadi berkurang
e. Posisi ruang kemudikurang sesuai
- Jarak pandang nakhoda lebihjauh dari haluan kapal
Sumber : Analisis konsultan, 2012
PT. Bahari Engineering Consultant Laporan Akhir
246
Dari susunan peletakan ruangan kapal sungai terlihat
bahwa tidak terdapat fasilitas yang cukup layak untuk
penumpang seperti tempat duduk dan kamar kecil,
sedangkan untuk penempatan barang sebagian ada
yang diletakkan begitu saja di atas top deck tanpa
diberi perlindungan yang memadai dapat merusak
muatan, dan seringkali muatan berat (seperti pupuk,
tabung gas elpiji, drum bahan bakar, dll) diletakkan di
atas top deck, hal ini dapat mempengaruhi stabilitas
kapal secara keseluruhan sehingga membahayakan
keselamatan pelayaran kapal. Penempatan ruangan
penumpang berdekatan dengan kamar mesin
mengakibatkan ketidaknyamanan penumpang akibat
polusi suara dan asap yang bocor dari knalpot mesin
kapal. Kapal ini belum dilengkapi dengan
perlengkapan dan peralatan navigasi dan keselamatan,
namun demikian sudah memiliki lampu depan yang
berguna pada pelayaran malam hari dan hari gelap.
3. Peralatan navigasi dan komunikasi pada kapal
sungai dan danau
Permasalahan standar yang muncul pada saat
operasional angkutan sungai dan danau khususnya yang
berkait dengan peralatan navigasi dan komunikasi akan
memberikan dampak pada operasional kapal tersebut.
PT. Bahari Engineering Consultant Laporan Akhir
247
Pada tabel 5.15 disajikan bagaimana dampak (akibat)
potensial yang ditimbulkan oleh permasalahan standar
(sebab) dalam fokus standarisasi peralatan navigasi dan
komunikasi.
Tabel 5.15Matrik Sebab Akibat
Terkait Peralatan Navigasi dan Komunikasi pada KapalSungai dan Danau
FokusStandarisasi
Permasalahan Standar(Sebab)
Dampak pada operasional(Akibat)
Peralatannavigasi
a. Dijumpai perlengkapannavigasi standar untukdi anjungan kapal tidaklengkap.
Pola olah gerak kapal kurangefisien karena hanyamengandalkan insting danpengalaman Nakhoda/Serang,apabila Nakhoda/Serangberhalangan, maka operasionalkapal menjadi terganggu.
b. Perlengkapan navigasistandar seperti kompashanya sebagaipajangan dan belumdimanfaatkan secaramaksimal, denganalasan para Nakhoda &crew kapal sudahfamiliar dengan rutekapal mereka pada alursungai.
c. Lampu – lampunavigasi pada kapalsungai tidak seragamdalam hal kekuatanpancar, sudut pancar,maupun warna.
Kapal sungai beresiko terjaditubrukan dengan kapal lainpada pelayaran petang/malamhari,
d. Pola operasional kapal– kapal sungai dandanau sebagian besarmelakukan kegiatanpada siang hari,sehingga seringmengabaikankelengkapan peralatannavigasi yangdiperlukan padamalam hari.
Jaminan terhadap kepentingan,keselamatan dan keamananpengguna jasa angkutan sungaimenjadi tidak ada.
PeralatanKomunikasi
a. Dalam hal komunikasiinternal di kapal belumtersedia peralatan
Kelancaran proses perintah danarahan (komunikasi) kepadaanak buah kapal terhambat.
PT. Bahari Engineering Consultant Laporan Akhir
248
FokusStandarisasi
Permasalahan Standar(Sebab)
Dampak pada operasional(Akibat)
komunikasi.b. Dalam hal komunikasi
dengan pihak luar(selain di kapal) rata-rata memanfaatkanjaringan GSM/CDMA.
Penggunaan jaringanGSM/CDMA tidak dapatmenjamin kelancarankomunikasi sat kondisi daruratpada wilayah yang jauh darijangkauan jaringan.
c. Dijumpai perlengkapankomunikasi yangdigunakan pada kapalsungai tidak seragamdalam hal jenis danspesifikasi.
Kompatibilitas peralatan dapatmenimbulkan permasalahanteknis saat operasional.
d. Dijumpai perlengkapankomunikasi yangdigunakan pada kapal– kapal sungaisebagian masih tidaksinkron/kompatibeldengan yangdigunakan olehotoritas pelabuhan,maupun aparatkeamanan setempatuntuk kepentingankordinasi operasional.
Kompatibilitas peralatan dapatmenimbulkan permasalahanteknis saat operasional dankondisi darurat.
e. Pendanaan merupakanalasan klasik dalam halpengadaan peralatankomunikasi pada kapal– kapal sungai dandanau.
Pembatasan peralatan kapaldengan alasan pendanaan dapatmempengaruhi kualitaspelayanan dan jaminankeselamatan pengguna jasa.
Sumber : Analisis konsultan, 2012
Permasalahan standar dan dampak yang dihasilkan
terkait dengan peralatan navigasi dan komunikasi untuk
kapal sungai dan danau sesuai dengan jenis dan
fungsinya seperti disajikan pada tabel 5.15 menunjukan
perlunya disusun suatu kebutuhan akan standarisasi
peralatan navigasi dan komunikasi yang diterapkan pada
kapal sungai dan danau, dimana karakteristik kapal
sungai dan danau di perairan pedalaman wilayah
PT. Bahari Engineering Consultant Laporan Akhir
249
Indonesia sangat beragam, namun tetap memiliki fungsi
dan pola operasi yang sama. Kebutuhan terkait standar
peralatan navigasi dan komunikasi untuk kapal sungai
dan danau diturunkan dari permasalahan standard yang
telah diuraikan sebelumnya, meliputi :
a. Peta dan kelengkapannya,
b. Peralatan penunjuk arah, tekanan, suhu, dan
kedalaman.
c. Lampu navigasi,
d. Radio komunikasi dan perlengkapanya,
4. Peralatan keselamatan pada kapal sungai dan
danau
Permasalahan standar yang muncul pada saat
operasional angkutan sungai dan danau khususnya yang
berkait dengan peralatan keselamatan akan memberikan
dampak pada operasional kapal tersebut terutama pada
saat kondisi darurat. Pada tabel 5.16 disajikan
bagaimana dampak (akibat) potensial yang ditimbulkan
oleh permasalahan standar (sebab) dalam fokus
standarisasi peralatan keselamatan pada kapal sungai
dan danau.
PT. Bahari Engineering Consultant Laporan Akhir
250
Tabel 5.16Matrik Sebab Akibat
Terkait Peralatan Keselamatan pada Kapal Sungai danDanau
FokusStandarisasi
Permasalahan Standar(Sebab)
Dampak pada operasional(Akibat)
Peralatankeselamatankapal sungaidan danau
a. Dijumpai sering tidaktersedia sesuai denganminimum jumlah yangtelah ditetapkan dalamperaturan keselamatan.
Apabila terjadi kondisi darurat/kapal tenggelam, makapeluang terjadi korban yangtidak tertolong menjadi besar.
b. Penempatan peralatankeselamatan bervariasi.
Dalam hal terjadi kondisidarurat, penumpang tidakfamiliar dalam mencariperalatan keselamatan dalamtempo singkat.
c. Kartu petunjuk arahevakuasi dan aksesperalatan keselamatankurang.
Dalam hal terjadi kondisidarurat, penumpang tidakfamiliar dalam mencariperalatan keselamatan dalamtempo singkat.
d. Petunjuk dan tata carapenggunaan peralatankeselamatan belumada.
Dalam hal terjadi kondisidarurat, penumpang tidakfamiliar dalam menggunakanperalatan keselamatan dalamtempo singkat.
e. Kesadaran penumpanguntuk menjagakeutuhan peralatankeselamatan pada kapalsungai dan danausangat rendah, dengansering hilangnyaperalatan yang ada.
Dengan hilangnya peralatankeselamatan yang ada di kapalmaka keselamatan penumpanglainnya menjadi kurangterjamin (apabila terjadikecelakaan).
f. Peralatan pencegahkebakaran belumlengkap dan spesifikasitidak seragam padakapal sungai dan danau.
Antisipasi saat terjadikebakaran menjadi berkurang,resiko kerusakan menjadi lebihbesar.
g. Pendanaan merupakanalasan klasik dalam halpengadaan peralatankeselamatan pada kapal– kapal sungai dandanau.
Pembatasan peralatankeselamatan kapal denganalasan pendanaan dapatmempengaruhi kualitaspelayanan dan jaminankeselamatan pengguna jasa.
Sumber : Analisis konsultan, 2012
Permasalahan standar dan dampak yang dihasilkan
terkait dengan peralatan keselamatan untuk kapal sungai
PT. Bahari Engineering Consultant Laporan Akhir
251
dan danau sesuai dengan jenis dan fungsinya seperti
disajikan pada tabel 5.16 menunjukan perlunya disusun
suatu kebutuhan akan standarisasi peralatan keselamatan
yang disediakan pada kapal sungai dan danau, dimana
karakteristik kapal sungai dan danau di perairan
pedalaman wilayah Indonesia sangat beragam, namun
tetap memiliki fungsi dan pola operasi serta potensi
kecelakaan yang sama. Kebutuhan terkait standar
peralatan keselamatan untuk kapal sungai dan danau
diturunkan dari permasalahan standar yang telah
diuraikan sebelumnya, meliputi :
a. Alat keselamatan untuk penumpang,
b. Perlengkapan P3K,
c. Pencegahan & perlindungan kebakaran,
d. Petunjuk dan rambu-rambu untuk kondisi darurat.
5. Peralatan pencegah pencemaran pada kapal sungai
dan danau
Sebagai dampak dari permasalahan yang dihadapi oleh
operasional kapal sungai dan danau sebagaimana
ditunjukkan pada tabel 5.5, maka dapat dirasakan bahwa
pengguna jasa cenderung memilih kapal yang vaforit
sesuai pilihannya, atau dengan terpaksa naik kapal
yang dinilainya kurang nyaman, sehingga
penumpukan penumpang pada kapal pilihan terjadi;
PT. Bahari Engineering Consultant Laporan Akhir
252
menimbulkan gangguan terhadap kunjungan
wisatawan maupun hilangnya keindahan alam yang
bisa dinikmati masyarakat setempat maupun
wisatawan; menimbulkan persaingan operasional
kapal yang tidak sehat; menimbulkan potensi
ketidaksimpatian masyarakat terhadap operasional
kapal sungai dan danau; kecepatan operasional kapal
terganggu. Dalam matrik sebab akibat, permasalahan
dan dampaknya disajikan dalam tabel 5.17 berikut.
Tabel 5.17Matrik Sebab Akibat
Terkait Peralatan Pencegah Pencemaran pada Kapal Sungaidan Danau
a. Terganggunyakenyamanan ataupunkesehatan bagipengguna jasaangkutan sungai dandanau.
Pengguna jasa menggunakankapal yang favorit sesuaipilihannya, atau denganterpaksa naik kapal yangdinilainya kurang nyaman.Penumpukan penumpangpada kapal pilihan terjadi.
b. Terganggunyaestetika lingkunganperairan sungai dandanau.
Menimbulkan gangguanterhadap kunjunganwisatawan maupunhilangnya keindahan alamyang bisa dinikmatimasyarakat setempat.
c. Ketersediaanpenangananpengelolaanlingkungan kapal yangberaneka.
Menimbulkan persainganoperasional kapal yang tidaksehat.
d. Terganggunyaekosistem biota diperairan sungai dandanau.
Membuka potensiketidaksimpatianmasyarakat terhadapoperasional kapal sungai dandanau.
Membuka potensiketidaksimpatianmasyarakat terhadapoperasional kapal sungai dandanau.
g. Adanya potensipencemaranlingkungan karenapemakaian anti tritip;pemakaian bahanpelindung anti karatuntuk badan kapal(tangki-tangki);pengelolaan air balas;dan pencuciantangki..
Berpotensi menimbulkanpencemaran lingkunganyang pada akhirnya dapatmengganggu ekosistemperairan sungai dan danausetempat.
Sumber : Analisis konsultan, 2012
6. Sertifikasi kapal sungai dan danau
Sebagai dampak dari permasalahan yang dihadapi oleh
operasional kapal sungai dan danau terkait dengan
sertifikasi sebagaimana ditunjukkan pada tabel 5.6,
maka dapat dirasakan bahwa pengurusan maupun
pemrosesan sertifikat membutuhkan waktu yang
kurang cepat; Timbul ketidak-seragaman dalam
kebijakan proses perijinan ataupun penerbitan
sertifikat; Membutuhkan waktu yang tidak sedikit
untuk proses pengurusan sertifikat. Dalam matrik
sebab akibat, permasalahan dan dampaknya disajikan
dalam tabel 5.18 berikut.
PT. Bahari Engineering Consultant Laporan Akhir
254
Tabel 5.18Matrik Sebab Akibat
Terkait Sertifikasi pada Kapal Sungai dan DanauFokus
a. Beraneka sertifikasiyang harus dipenuhidan dilengkapi dalampengoperasian kapalsungai dan danau.
Pengurusan maupunpemrosesan sertifikatmembutuhkan waktu yangkurang cepat.
b. Terdapat dua sektorperhubungan yangterkait denganoperasional kapalsungai dan danau,yaitu sektor padamatra laut dan matradarat, instansi pusatdan daerah.
a. Terganggunyakenyamanan ataupunkesehatan bagipengguna jasaangkutanpenyeberangan.
Pengguna jasa menggunakankapal yang vaforit sesuaipilihannya, atau denganterpaksa naik kapal yangdinilainya kurang nyaman.Penumpukan penumpangmaupun kendaraan padakapal pilihan terjadi.
b. Terganggunya estetikalingkungan perairansungai danau, pantai,maupun laut.
Menimbulkan gangguanterhadap kunjunganwisatawan maupun hilangnyakeindahan alam yang bisadinikmati masyarakat.
c. Ketersediaanpenangananpengelolaanlingkungan kapalpenyeberangan yangberaneka.
Menimbulkan persainganoperasional kapal yang tidaksehat.
PT. Bahari Engineering Consultant Laporan Akhir
262
FokusStandarisasi
Permasalahan Standar(Sebab)
Dampak pada operasional(Akibat)
d. Terganggunyaekosistem biota diperairan sungai,danau, pantai, maupunlaut.
Membuka potensiketidaksimpatian masyarakatterhadap operasional kapalpenyeberangan.
e. Adanya kontribusiterjadinya pencemaranudara karena emisi gasbuang hidrokarbondari kapal-kapalpenyeberangan.
Membuka potensiketidaksimpatian masyarakatterhadap operasional kapalpenyeberangan.
f. Adanya potensipencemaranlingkungan karenapemakaian anti tritip;pemakaian bahanpelindung anti karatuntuk badan kapal(tangki-tangki);pengelolaan air balas;dan pencucian tangki..
Berpotensi menimbulkanpencemaran lingkungan yangpada akhirnya dapatmengganggu ekosistemperairan sungai dan danaumaupun laut yang dilaluinya.
Sumber : Analisis konsultan, 2012
12. Sertifikasi kapal penyeberangan
Sebagai dampak dari permasalahan yang dihadapi oleh
operasional kapal penyeberangan terkait dengan
sertifikasi sebagaimana ditunjukkan pada table 5.12,
maka dapat dirasakan bahwa pengurusan maupun
pemrosesan sertifikat membutuhkan waktu yang
kurang cepat; Timbul ketidak-seragaman dalam
kebijakan proses perijinan ataupun penerbitan
sertifikat; Membutuhkan waktu yang tidak sedikit
untuk proses pengurusan sertifikat. Dalam matrik
sebab akibat, permasalahan dan dampaknya disajikan
dalam table 5.24 berikut.
PT. Bahari Engineering Consultant Laporan Akhir
263
Tabel 5.24Matrik Sebab Akibat
Terkait Sertifikasi Kapal PenyeberanganFokus
StandarisasiPermasalahan Standar
(Sebab)Dampak pada operasional
(Akibat)Sertifikasioperasionalkapalpenyeberangan.
a. Sertifikasi yang harusdipenuhi dan dilengkapidalam pengoperasiankapal penyeberanganbervariasi.
Pengurusan maupunpemrosesan sertifikatmembutuhkan waktu yangkurang cepat.
b. Terdapat dua sektorperhubungan yang terkaitdengan operasional kapalpenyeberangan danharus dipenuhi, yaitusektor perhubungan padamatra laut dan matradarat, instansi pusat dandaerah.
Penulisan konsep standar di bidang sarana transportasi
sungai, danau, dan penyeberangan dilakukan setelah seluruh
rangkaian analisis terhadap permasalahan terkait dengan
kriteria standar diselesaikan.
Penulisan konsep standar dilakukan berdasarkan pedoman
standarisasi nasional PSN 08:2007 yang diterbitkan oleh
BSN. Dengan pedoman ini diharapkan dapat menjamin
susunan konsep draft standar yang dikerjakan ini memenuhi
struktur dan format tampilan yang seragam dan konsisten.
Penulisan standar diawali dengan penulisan klasifikasi
substansi standar; penulisan persyaratan kesesuaian yang
mencakup prosedur, dokumentasi, dan identifikasi
kesesuaian; penulisan unsur-unsur proses persetujuan dan
penerbitan sertifikasi. Penulisan standar ini mengacu kepada
pola adopsi dan adaptasi terhadap acuan normatif, regulasi,
pedoman, dan beberapa hasil penelitian yang telah
dipublikasikan ke masyarakat.
PT. Bahari Engineering Consultant Laporan Akhir
289
Gambar 5.1 Diagram alur penulisan didasarkan PSN – BSN.
Secara umum penyusunan konsep standar di bidang sarana
transportasi sungai, danau, dan penyeberangan yang
mencakup konsep :
a. Standar lambung kapal sungai dan danau
(perairan pedalaman);
b. Standar ruang muat dan penumpang kapal sungai
dan danau (perairan pedalaman);
c. Standar peralatan navigasi dan komunikasi kapal
sungai dan danau (perairan pedalaman);
d. Standar peralatan keselamatan kapal sungai dan
danau (perairan pedalaman);
e. Standar lambung kapal penyeberangan;
f. Standar ruang muat dan penumpang kapal
penyeberangan;
g. Standar desain peralatan navigasi dan
komunikasi kapal penyeberangan;
PT. Bahari Engineering Consultant Laporan Akhir
290
h. Standar peralatan keselamatan kapal
penyeberangan;
i. Standar pencegahan pencemaran oleh kapal
sungai dan danau;
j. Standar pencegahan pencemaran oleh kapal
penyeberangan;
k. Standar sertifikasi kapal sungai dan danau;
l. Standar sertifikasi kapal penyeberangan.
Konsep standar sesuai dengan ketentuan PSN mempunyai
kerangka struktur penulisan sebagai berikut :
a. Penulisan daftar Isi;
b. Penulisan prakata;
c. Penulisan ruang lingkup;
d. Penulisan acuan normatif;
e. Penulisan istilah dan definisi;
f. Penulisan klasifikasi substansi standar ;
g. Penulisan standar penyelenggaraan operasional
kapal sungai dan danau serta kapal
penyeberangan, yang mencakup diantaranya :
Penulisan standar prosedur standard an
standar sertifikasi.
Penulisan standar dokumen yang harus
diserahkan.
Penulisan standar persyaratan.
PT. Bahari Engineering Consultant Laporan Akhir
291
Penulisan standar persyaratan identifikasi
jenis sertifikat.
Penulisan standar unsur-unsur dalam
proses persetujuan.
Penulisan standar penerbitan sertifikat.
PT. Bahari Engineering Consultant Laporan Akhir
292
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN
Dari hasil analisis dalam studi penyusunan konsep
standarisasi sarana angkutan sungai, danau, dan
penyeberangan, maka dapat disampaikan kesimpulan
sebagai berikut :
Kondisi sarana transportasi angkutan sungai,
danau, dan penyeberangan pada kenyataannya
memiliki karakteristik operasional yang berbeda
di setiap wilayah yang dilayani, dan menghadapi
permasalahan standarisasi yang secara umum
juga berbeda.
Aturan – aturan yang menjadi acuan dalam
penyusunan konsep standarisasi sarana angkutan
sungai, danau dan penyeberangan sangat erat
kaitannya dengan aturan tentang sarana
angkutan laut baik aturan yang bersifat nasional
maupun aturan internasional.
Penelusuran kebutuhan standarisasi dapat
dilakukan dari hasil pengamatan permasalahan
standar yang terfokus kepada kriteria standar
PT. Bahari Engineering Consultant Laporan Akhir
293
secara spesifik terkait dengan kesesuaian produk,
pengendalian keanekaragaman jenis dan ukuran,
kompatibilitas, pemanfaatan sumberdaya,
peningkatan komunikasi dan pemahaman yang
lebih baik, keamanan, keselamatan, kesehatan,
pelestarian kemampuan fungsi lingkungan,
kepentingan konsumen dan masyarakat, serta
mengurangi hambatan perdagangan di dalam
operasional angkutan sungai, danau, dan
penyeberangan.
Kebutuhan standarisasi desain lambung kapal
sungai dan danau meliputi : bentuk lambung dan
rasio ukuran utama kapal sungai dan danau,
jarak pandang dari ruang kemudi.
Kebutuhan standarisasi desain ruang muat dan
penumpang pada kapal sungai dan danau
meliputi : area khusus kendaraan roda dua, jarak
antar tempat duduk di ruang penumpang.
Kebutuhan standarisasi peralatan navigasi dan
komunikasi pada kapal sungai dan danau
meliputi : peta dan kelengkapannya, peralatan
penunjuk arah, tekanan, suhu, dan kedalaman,
lampu navigasi, radio komunikasi dan
perlengkapannya.
Kebutuhan standarisasi peralatan keselamatan
kapal sungai dan danau meliputi : alat
PT. Bahari Engineering Consultant Laporan Akhir
294
keselamatan untuk penumpang, perlengkapan
P3K, pencegahan & perlindungan kebakaran,
petunjuk dan rambu-rambu untuk kondisi
darurat.
Kebutuhan standarisasi peralatan pencegah
pencemaran dari kapal sungai dan danau
meliputi : peralatan pencegahan pencemaran
oleh minyak, bahan cair beracun,
kotoran/sewage, sampah, pencemaran udara, dan
pengelolaan air ballast dan kebersihan tanki.
Kebutuhan standarisasi sertifikasi kapal sungai
dan danau meliputi : jumlah dan jenis sertifikat
yang harus dipenuhi.
Kebutuhan standarisasi desain lambung kapal
penyeberangan meliputi : tipe lambung kapal
penyeberangan berdasarkan daerah operasi, rasio
ukuran utama.
Kebutuhan standarisasi desain ruang muat dan
penumpang kapal penyeberangan meliputi :
penataan umum ruang muat, aksesibilitas di
ruang muat.
Kebutuhan standarisasi peralatan navigasi dan
komunikasi kapal penyeberangan meliputi : Peta
dan kelengkapannya, Peralatan penunjuk arah,
peralatan penunjuk tekanan, peralatan penunjuk
suhu, peralatan penunjuk kedalaman, peralatan
PT. Bahari Engineering Consultant Laporan Akhir
295
penunjuk posisi global (GPS), radar, lampu
navigasi, radio komunikasi dan perlengkapannya.
Kebutuhan standarisasi peralatan keselamatan
kapal penyeberangan meliputi : alat keselamatan
untuk penumpang, alat evakuasi untuk
penumpang, sinyal darurat, perlengkapan P3K,
pencegahan & perlindungan kebakaran, petunjuk,
peraga dan rambu-rambu untuk kondisi darurat,
alat keselamatan untuk kendaraan.
Kebutuhan standarisasi peralatan pencegah
pencemaran dari kapal penyeberangan meliputi :
peralatan pencegahan pencemaran oleh minyak,
bahan cair beracun, kotoran/sewage, sampah,
pencemaran udara, dan pengelolaan air ballast
dan kebersihan tanki.
Kebutuhan standarisasi sertifikasi kapal
penyeberangan meliputi : jumlah dan jenis
sertifikat yang harus dipenuhi.
Penulisan konsep standar harus mengikuti
ketentuan yang berlaku, yaitu ketentuan yang
terdapat pada Pedoman Standarisasi Nasional
(PSN).
PT. Bahari Engineering Consultant Laporan Akhir
296
B. SARAN
Berdasarkan pada hasil studi ini, maka sebagai tindak
lanjut disarankan beberapa hal sebagai berikut :
Penajaman konsep standarisasi suatu
produk/objek perlu dilakukan secara intensif,
berkelanjutan dan harus melibatkan badan –
badan terkait, unsur pengguna jasa, unsur pelaku
usaha, dan akademisi untuk dapat mencapai
hasil yang acceptable dan maksimal dalam
pemanfaatan.
Sosialisasi perlu dilakukan sebelum suatu
standar ditetapkan untuk mendapatkan inputan
dari masyarakat khususnya pengguna dan pelaku
usaha angkutan sungai, danau dan
penyeberangan, dan juga untuk menghindari
penolakan dari pihak – pihak tertentu yang
berpotensi membuat suatu standar menjadi tidak
efektif.
PT. Bahari Engineering Consultant Laporan Akhir
297
Daftar Pustaka
Badan Standarisasi Nasional, 1996. SNI 10-4134-1996.Persyaratan lampu dan sosok benda navigasi kapal.Jakarta.
Badan Standarisasi Nasional, 2007. Pedoman BSN No. PSN01:2007 tentang Pedoman Standarisasi Nasional. Jakarta.
Badan Standarisasi Nasional, 2011. SNI ISO 12402-1 Bajupenolong di kapal untuk pelayaran laut - Persyaratankeselamatan, Jakarta.
Cepowski T, (2008), Determination of optimum hull form forpassenger ferry with regard to its sea-keeping qualitiesand additional resistance in waves, Polish MaaritimeResearch Vol 15 pp. 3-11.
Departemen Perhubungan 2004. Keputusan MenteriPerhubungan Nomor 73 Tahun 2004 tentangPenyelenggaraan Angkutan Sungai dan Danau, , Jakarta.
Departemen Perhubungan 2005, Keputusan MenteriPerhubungan Nomor 4 Tahun 2005 tentang PencegahanPencemaran dari Kapal, Jakarta.
Direktorat Jenderal Perhubungan Darat. 1994. SuratKeputusan Dirjendat Nomor 5 Tahun 1994 tentangPetunjuk Teknis Pelayanan Kapal Sungai, Danau, danPenyeberangan. Jakarta.
International Maritime Organization – 1997, Consolidatedtext of the International Convention for the Safety of Lifeat Sea, 1974, and its Protocol of 1978; articles, annexesand certificates, London.
Jesper Aagesen “ The Danish Concept of Double-EndedFerries & Review of a Project Regarding Island Ferries inDenmark” 2nd International Conference on Double-Ended Ferries, 9-12 March 2003, Norway.
PT. Bahari Engineering Consultant Laporan Akhir
298
Kementerian Perhubungan. 2007. Keputusan MenteriPerhubungan Nomor 58 Tahun 2007 tentang Perubahanatas KM 73/2004 tentang Penyelenggaraan AngkutanSungai dan Danau. Jakarta.
Kementerian Perhubungan. 2009. Peraturan MenteriPerhubungan Nomor 65 Tahun 2009 tentang StandarKapal Non Konvensi. Jakarta.
Kementerian Perhubungan. 2010. Peraturan MenteriPerhubungan Nomor 01 Tahun 2010 tentang Tata CaraPenerbitan Surat Persetujuan Berlayar (Port Clearance).Jakarta.
Kementerian Perhubungan. 2010. Peraturan MenteriPerhubungan Nomor 02 Tahun 2010 tentang PerubahanAtas Keputusan Menteri Perhubungan Nomor KM 17Tahun 2000 tentang Pedoman Penanganan Bahan/BarangBerbahaya Dalam Kegiatan Pelayaran di Indonesia.Jakarta.
Kementerian Perhubungan. 2011. Peraturan MenteriPerhubungan Nomor 25 Tahun 2011 tentang SaranaBantu Navigasi Pelayaran. Jakarta.
Kementerian Perhubungan. 2011. Peraturan MenteriPerhubungan Nomor 26 Tahun 2011 tentangTelekomunikasi Pelayaran. Jakarta.
Kementerian Perhubungan. 2012. Peraturan MenteriPerhubungan Nomor 26 Tahun 2012 tentangPenyelenggaraan Angkutan Penyeberangan. Jakarta.
Lembaga Pendidikan Doktor, Universitas Gajah Mada. 1984.Metodologi Penelitian-Analisis Kuantitatif. Yogyakarta –Indonesia.
Levander O, (2009), Two efficient ferry concept, WartsilaTechnical Journal 02, 2009.
Li Zhitao, Senior Engineer Chang Jiang Water Way Bureau.Maintenance of Inland Waterway and Aids to Navigationin China, China.
PT. Bahari Engineering Consultant Laporan Akhir
299
Lockheed Martin, Semi SWATH Small Ferry, Informationproperty of Lockheed Martin.
Mohamad Nazir, Ph.D. 1988. Metode Penelitian-AnalisisDeskriptif. Ghalia - Indonesia.
Patrick C et all, (2007), Pentland ferries new RoPaxCatamaran, FBMA Marine Inc.
Pemerintah Republik Indonesia. 1980. Keputusan Presiden RINomor 65 Tahun 1980 tentang Ratifikasi SOLAS. Jakarta.
Pemerintah Republik Indonesia. 1986. Keputusan Presiden RINomor 46 Tahun 1986 tentang Ratifikasi MARPOL.Jakarta.
Pemerintah Republik Indonesia. 2000. Peraturan PemerintahNomor 25 Tahun 2000 tentang Kewenangan Pemerintahdan Kewenangan Daerah Propinsi sebagai DaerahOtonom. Jakarta.
Pemerintah Republik Indonesia. 2002. Peraturan PemerintahNomor 51 Tahun 2002 tentang Perkapalan. Jakarta.
Pemerintah Republik Indonesia. 2004. Peraturan PemerintahNomor 102 Tahun 2004 tentang Standarisasi Nasional.Jakarta.
Pemerintah Republik Indonesia. 2005. Peraturan PemerintahNomor 8 Tahun 2005 tentang Telekomunikasi Pelayaran.Jakarta.
Pemerintah Republik Indonesia. 2010. Peraturan PemerintahNomor 20 Tahun 2010 tentang Angkutan di Perairan.Jakarta.
Pemerintah Republik Indonesia. 2010. Peraturan PemerintahNomor 21 Tahun 2010 tentang Perlindungan LingkunganMaritim. Jakarta.
Pemerintah Republik Indonesia. 2010. Peraturan PemerintahNomor 5 Tahun 2010 tentang Kenavigasian, KementerianPerhubungan, Jakarta.
PT. Bahari Engineering Consultant Laporan Akhir
300
Poerwadarminta S. Kamus Umum Bahasa Indonesia edisi ke-3. Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional BalaiPustaka. Jakarta.
Prins S & Mater B, (2011), Navigation waterways.
Salim P., & Salim Y. Kamus Bahasa Indonesia Kontemporer.Pustaka Phoenix. Jakarta.
Undang Undang Republik Indonesia No. 17 Tahun 2008tentang Pelayaran;
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang PemerintahDaerah.
Zang Chang Kuan, Professor, Hohai Unversity, NanjingChina. Reform in Inland Water Transport China’sExperience, China.