KATA PENGANTAR Penyelenggaraan Negara yang Bersih, Bebas dari Korupsi, Kolusi dan Nepotisme merupakan tanggung jawab semua instansi pemerintah dalam rangka mewujudkan tata kepemerintahan yang baik (Good Governance)dengan tingkat kinerja yang selalu meningkat. Bentuk perwujudan pertanggungjawaban penyelenggara tersebut harus tepat, jelas dan nyata secara periodik. Salah satu bentuk pertanggungjawaban atas kinerja Direktorat Jenderal Industri Logam, Mesin, Alat Transportasi, dan Elektronika (ILMATE) tahun 2017 adalah melalui Laporan Akuntabilitas Kinerja Direktorat Jenderal ILMATE tahun 2017. Hal ini sejalan dengan Instruksi Presiden Nomor 7 Tahun 1999 tentang Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (AKIP) dimana tiap pimpinan Departemen/Lembaga Pemerintah Non Departemen, Pemerintah Daerah, Satuan Kerja atau Unit Kerja di dalamnya, diwajibkan membuat laporan akuntabilitas kinerja secara berjenjang serta berkala untuk disampaikan kepada atasannya. Dalam Rencana Strategis Direktorat Jenderal ILMATE 2015-2019, telah dijabarkan visi pembangunan industri, yakni “Indonesia Menjadi Negara Industri yang Berdaya Saing dengan Struktur Industri yang Kuat Berbasiskan Sumber Daya Alam dan Berkeadilan” Visi dimaksud telah dituangkan pada Misi, Tujuan, dan Sasaran yang akan dicapai pada tahun 2017. Sepanjang tahun 2017, Direktorat Jenderal ILMATE telah melaksanakan berbagai fokus pengembangan industri yang menjadi prioritas. Program-program tersebut secara umum dapat dilaksanakan sesuai dengan target yang telah ditetapkan. Permasalahan- permasalahan yang menjadi penghambat pelaksanaan tugas dan ketercapaian taget yang telah ditetapkan sudah dapat diidentifikasi dan dianalisis untuk ditindaklanjuti dengan rekomendasi kebijakan-kebijkan yang mampu mendorong percepatan pencapaian target kinerja. Dari aspek capaian kinerja makro, dilihat dari sisi pertumbuhan tahun 2017 sampai dengan triwulan IV, sektor industri pengolahan non migas tumbuh sebesar 5,23 persen, lebih tinggi apabila dibanding pertumbuhan ekonomi (5,00 persen). Pada tahun 2017, pertumbuhan Industri Logam, Mesin, Alat Transportasi, dan Elektronika sampai triwulan IV sebesar 4,41 persen lebih tinggi dibandingkan tahun 2016 sebesar 3,88 persen. Kontribusi Industri Logam, Mesin, Alat Transportasi, dan Elektronika terhadap industri non migas sampai triwulan IV tahun 2017 sebesar 4,86 persen. i
124
Embed
KATA PENGANTAR - ilmate.kemenperin.go.idilmate.kemenperin.go.id/document/1540209081_1538117312_Lakip Ditjen...KATA PENGANTAR Penyelenggaraan Negara yang Bersih, Bebas dari Korupsi,
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
KATA PENGANTAR
Penyelenggaraan Negara yang Bersih, Bebas dari Korupsi, Kolusi dan Nepotisme
merupakan tanggung jawab semua instansi pemerintah dalam rangka mewujudkan tata
kepemerintahan yang baik (Good Governance)dengan tingkat kinerja yang selalu
meningkat. Bentuk perwujudan pertanggungjawaban penyelenggara tersebut harus
tepat, jelas dan nyata secara periodik.
Salah satu bentuk pertanggungjawaban atas kinerja Direktorat Jenderal Industri
Logam, Mesin, Alat Transportasi, dan Elektronika (ILMATE) tahun 2017 adalah melalui Laporan
Akuntabilitas Kinerja Direktorat Jenderal ILMATE tahun 2017. Hal ini sejalan dengan Instruksi
Presiden Nomor 7 Tahun 1999 tentang Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (AKIP) dimana
tiap pimpinan Departemen/Lembaga Pemerintah Non Departemen, Pemerintah Daerah,
Satuan Kerja atau Unit Kerja di dalamnya, diwajibkan membuat laporan akuntabilitas kinerja
secara berjenjang serta berkala untuk disampaikan kepada atasannya.
Dalam Rencana Strategis Direktorat Jenderal ILMATE 2015-2019, telah dijabarkan visi
pembangunan industri, yakni “Indonesia Menjadi Negara Industri yang Berdaya Saing dengan
Struktur Industri yang Kuat Berbasiskan Sumber Daya Alam dan Berkeadilan” Visi dimaksud
telah dituangkan pada Misi, Tujuan, dan Sasaran yang akan dicapai pada tahun 2017.
Sepanjang tahun 2017, Direktorat Jenderal ILMATE telah melaksanakan berbagai
fokus pengembangan industri yang menjadi prioritas. Program-program tersebut secara
umum dapat dilaksanakan sesuai dengan target yang telah ditetapkan. Permasalahan-
permasalahan yang menjadi penghambat pelaksanaan tugas dan ketercapaian taget
yang telah ditetapkan sudah dapat diidentifikasi dan dianalisis untuk ditindaklanjuti
dengan rekomendasi kebijakan-kebijkan yang mampu mendorong percepatan
pencapaian target kinerja.
Dari aspek capaian kinerja makro, dilihat dari sisi pertumbuhan tahun 2017 sampai
dengan triwulan IV, sektor industri pengolahan non migas tumbuh sebesar 5,23 persen,
lebih tinggi apabila dibanding pertumbuhan ekonomi (5,00 persen). Pada tahun 2017,
pertumbuhan Industri Logam, Mesin, Alat Transportasi, dan Elektronika sampai triwulan IV
sebesar 4,41 persen lebih tinggi dibandingkan tahun 2016 sebesar 3,88 persen. Kontribusi
Industri Logam, Mesin, Alat Transportasi, dan Elektronika terhadap industri non migas
sampai triwulan IV tahun 2017 sebesar 4,86 persen.
i
Pada periode 2016 sampai dengan 2017 diperkirakan pertumbuhan nilai ekspor
produk ILMATE sebesar -4,26 persen. Tahun 2017 nilai ekspor produk ILMATE diprognosakan
sebesar US$ 31,99 miliar. Rata-rata Neraca Perdagangan Industri sektor ILMATE dari tahun
2016-2017 sebesar -42,42 persen. Capaian Investasi sektor ILMATE tahun 2017 sebesar 85,1
persen dengan jumlah tenaga kerja sektor ILMATE yang diserap pada tahun 2017
diprognosakan sebanyak 2.118.000 orang yang meningkat 275.300 dari tahun 2016.
Pada tahun 2017 Direktorat Industri Logam, Mesin, Alat Transportasi, dan Elektronika
menetapkan 2 (dua) prespektif dalam perjanjian kinerja yaitu perspektif pemangku
kepentingan (stakeholder) dan perspektif proses internal. Pada perspektif pemangku
kepentingan (stake holder) terdiri atas 2 (dua) sasaran strategis dengan 4 (empat)
Indikator Kinerja Utama. Pada perspektif proses intermal terdapat 2 (dua) sasaran strategis
dengan 5 (lima) Indikator Kinerja Utama.
Sasaran-sasaran strategis perspektif stakeholder sebagaimana ditetapkan dalam
dokumen Penetapan Kinerja tahun 2017 berhasil dicapai Direktorat Jenderal ILMATE
dengan nilai rata-rata capaian sebesar 92,53 persen. Untuk perspektif proses internal nilai
rata-rata capaian sebesar 120 persen hal ini tidak terlepas dari adanya kebijakan
pemotongan dan penghematan anggaran yang diambil oleh pemerintah.
Secara garis besar Direktorat Industri Logam, Mesin, Alat Transportasi, dan
Elektronika telah berhasil melaksanakan tugas pokok, fungsi dan misi yang diembannya
dalam pencapaian kinerja Direktorat Industri Logam, Mesin, Alat Transportasi, dan
Elektronika tahun 2017. Beberapa sasaran strategis dan indikator kinerja utama yang
ditetapkan dapat dicapai, meskipun belum semuanya menunjukkan hasil sebagaimana
yang ditargetkan. Keberhasilan Direktorat Industri Logam, Mesin, Alat Transportasi, dan
Elektronika disamping ditentukan oleh kinerja faktor internal juga didukung oleh dukungan
eksternal. Hasil lebih rinci secara keseluruhan tergambar dalam Laporan Akuntabilitas
Kinerja Direktorat Industri Logam, Mesin, Alat Transportasi, dan Elektronika Tahun 2017.
Jakarta 17 Januari 2018
Direktorat Jenderal
Harjanto
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ........................................................................................................
DAFTAR ISI ....................................................................................................................
DAFTAR TABEL ..............................................................................................................
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................................
DAFTAR GRAFIK ........................................................................................................
Halaman
i
iii
v
Vii
Viii
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................................................... 1
A. Tugas Pokok dan Fungsi ............................................................................................ 1
B. Peran Strategis ............................................................................................................... 1
C. Struktur Organisasi ....................................................................................................... 4
BAB II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA .................................................................. 6
A. Rencana Strategis 2015-2019 ............................................................................... 6
B. Rencana Kinerja Tahun 2017 ................................................................................ 11
C. Perjanjian kinerja Tahun 2017 ............................................................................... 13
D. Rencana Anggaran ................................................................................................. 15
BAB III AKUNTABILITAS KINERJA DIREKTORAT JENDRAL ILMATE ........................................... 18
A. Analisis Capaian Kinerja Makro ILMATE ........................................................... 18
B. Analisis Capaian Kinerja Pemangku Kepentingan..................................... 26
C. Analisis Capaian Kinerja Proses Internal .......................................................... 35
D. Analisis Capaian Keuangan Tahun 2017 ........................................................ 45
E. Analisis Capaian Target Rencana Pembangunan Jangka
Menengah (RP JMN) 2015-2019 .......................................................................... 61
F. Program Prioritas Pengembangan ILMATE..................................................... 83
iii
BAB V PENUTUP ........................................................................................................................................ 88
A. Kesimpulan .................................................................................................................... 88
B. Permasalahan dan Kendala ................................................................................ 88
C. Rekomendasi ............................................................................................................... 89
iv
DAFTAR TABEL
Hal
Tabel 2.1 Perubahan antara Perjanjian Kinerja Tahun 2016 dengan 2017 ................. 13
Tabel 3.33 Capaian Program Penyusunan dan Evaluasi Program Penumbuhan
Industri Logam, Mesin, Alat Transportasi dan Elektronika ............................... 82
Tabel 3.34 Capaian Program Prioritas Ditjen ILMATE ............................................................... 84
vii
DAFTAR GAMBAR
Hal
Gambar 1.1 Struktur Organisasi Ditjen ILMATE ....................................................... 4
viii
DAFTAR GRAFIK
Hal
Grafik 3.1 Tenaga Kerja Per Kategori Sektor Industri........................................ 26
ix
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Evaluasi RPJMN Kementerian Perindustrian Tahun 2017
Lampiran 2 Pengukuran Kinerja Direktorat Jenderal ILMATE Tahun 2017
x
BAB I
PENDAHULUAN
A. TUGAS POKOK DAN FUNGSI
Sesuai dengan Peraturan Menteri Perindustrian Republik Indonesia Nomor
107/M-IND/PER/11/2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Perindustrian,
Direktorat Jenderal Industri Logam, Mesin, Alat Transportasi, dan Elektronika (ILMATE)
berada dibawah dan bertanggung jawab kepada Menteri Perindustrian. Direktorat
Jenderal ILMATE mempunyai tugas menyelengarakan perumusan dan pelaksanaan
kebijakan di bidang pendalaman dan penguatan struktur industri, peningkatan daya
saing, pengembangan iklim usaha, promosi industri dan jasa industri, standardisasi
industri, teknologi industri, pengembangan industri strategis dan industri hijau, serta
peningkatan penggunaan produk dalam negeri pada industri logam, industri mesin,
industri alat transportasi dan maritim, serta industri elektronika dan telematika.
Dalam menjalankan tugas Direktorat Jenderal Industri Logam, Mesin, Alat
Transportasi, dan Elektronika menyelenggarakan fungsi:
1. Perumusan kebijakan di bidang Industri Logam, Mesin, Alat Transportasi, dan
Elektronika termasuk penyusunan peta paduan pengambangan klaster Industri
Logam, Mesin, Alat Transportasi, dan Elektronika;
2. Pelaksanaan kebijakan di bidang Industri Logam, Mesin, Alat Transportasi, dan
Elektronika termasuk pengembangan klaster Industri Logam, Mesin, Alat
Transportasi, dan Elektronika;
3. Penyusunan norma, standar, prosedur dan kriteria di bidang Industri Logam, Mesin,
Alat Transportasi, dan Elektronika;
4. Pemberian bimbingan teknis dan evalusi di bidang Industri Logam, Mesin, Alat
Transportasi, dan Elektronika; dan
5. Pelaksanaan administrasi Direktorat Jenderal Industri Logam, Mesin, Alat
Transportasi, dan Elektronika.
B. PERAN STRATEGIS
Peran strategis dalam pembangunan ekonomi nasional tercermin dari dampak
kegiatan ekonomi sektor rill bidang industri. Dalam hal ini sektor industri berperan sebagai
pemicu kegiatan ekonomi yang berdampak ekspansif meluas ke berbagai sektor jasa
keteknikan, penyediaan bahan baku, transportasi, distribusi atau perdagangan dan
sebagainya. Pembangunan sektor industri menjadi sangat penting karena kontribusinya
1
terhadap pencapaian sasaran pembangunan ekonomi nasional, terutama dalam
pembentukan PDB sangat besar dan berperan dalam mendorong pertumbuhan ekonomi
(prime mover) karena kemampuannya dalam peningkatan nilai tambah yang tinggi.
Selain itu juga dapat membuka peluang untuk menciptakan dan memperluas lapangan
pekerjaan, yang berarti meningkatnya kesejahteraan serta mengurangi kemiskinan.
Walaupun telah dicapai berbagai perkembangan yang cukup penting dalam
pengembangan industri, namun dirasakan industri belum tumbuh seperti yang
diharapkan. Permasalahan yang dihadapi oleh industri, diantaranya meliputi:
1. Ketergantungan yang tinggi terhadap impor baik berupa bahan baku, bahan
penolong, barang setengah jadi maupun komponen;
2. Keterkaitan antar sektor industri dengan ekonomi lainya relatif lemah;
3. Struktur industri hanya didominasi oleh beberapa cabang industri yang tahapan
industrinya pendek; dan
4. Lemahnya penguasaan dan penerapan teknologi.
Pembangunan Industri Logam, Mesin, Alat Transportasi, dan Elektronika
merupakan bagian dari pembangunan nasional, oleh sebab itu pembangunan industri
harus diarahkan untuk menjadikan industri yang mampu memberikan sumbangan
berarti bagi pembangunan ekonomi, sosial dan politik Indonesia. Pembangunan
Industri Logam, Mesin, Alat Transportasi, dan Elektronika, tidak hanya ditujukan untuk
mengatasi permasalahan dan kelemahan di sektor industri yang disebabkan oleh
melemahnya daya saing dan krisis gobal yang melanda dunia saat ini saja, melainkan
juga harus mampu turut mengatasi permasalahan nasional, serta meletakan dasar-
dasar membangun industri andalan masa depan.
Dengan memperhatikan masalah nasional dan masalah yang dihadapi oleh
sektor industri khususnya Industri Logam, Mesin, Alat Transportasi, dan Elektronika, maka
telah ditetapkan proses yang harus dilakukan Direktorat Jenderal Industri Logam,
Mesin, Alat Transportasi, dan Elektronika yaitu: (1) perumusan kebijakan; (2) pelayanan
fasilitas; (3) pengawasan, pengendalian dan evaluasi yang secara langsung
menunjang tercapainya tujuan yang telah ditetapkan.
Pelaksanaan tugas pokok dan fungsi Direktorat Jenderal Industri Logam, Mesin, Alat
Transportasi, dan Elektronika dijabarkan kedalam program penumbuhan Industri Logam,
Mesin, Alat Transportasi, dan Elektronika yang didasarkan pada pengembangan klaster,
peningkatan utilisasi kapasitas produksi, daya saing industri mencakup pengembangan
industri yang berdaya saing gobal dan berbasis sumber daya alam lokal, serta
2
pengembangan ekspor yang diarahkan pada peningkatan ekpor non migas dalam
upaya memenuhi kebutuhan devisa.
Kegiatan yang mendukung pencapaian program penumbuhan Industri Logam,
Mesin, Alat Transportasi, dan Elektronika, adalah: 1. Perumusan kebijakan di bidang pendalaman dan penguatan struktur industri,
peningkatan daya saing, pengembangan iklim usaha, promosi industri dan jasa
industri, standardisasi industri, teknologi industri, pengembangan industri strategis
dan industri hijau, serta peningkatan penggunaan produk dalam negeri pada
industri logam, industri mesin, industri alat transportasi dan maritim, dan industri
elektronika dan telematika; 2. Pelaksanaan kebijakan di bidang pendalaman dan penguatan struktur industri,
peningkatan daya saing, pengembangan iklim usaha, promosi industri dan jasa
industri, standardisasi industri, teknologi industri, pengembangan industri strategis
dan industri hijau, serta peningkatan penggunaan produk dalam negeri pada
industri logam, industri mesin, industri alat transportasi dan maritim, dan industri
elektronika dan telematika; 3. Penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang pendalaman dan
penguatan struktur industri, peningkatan daya saing, pengembangan iklim usaha,
promosi industri dan jasa industri, standardisasi industri, teknologi industri,
pengembangan industri strategis dan industri hijau, serta peningkatan
penggunaan produk dalam negeri pada industri logam, industri mesin, industri alat
transportasi dan maritim, dan industri elektronika dan telematika; 4. Pelaksanaan pemberian bimbingan teknis dan supervisi atas pelaksanaan kebijakan di
bidang pendalaman dan penguatan struktur industri, peningkatan daya saing,
pengembangan iklim usaha, promosi industri dan jasa industri, standardisasi industri,
teknologi industri, pengembangan industri strategis dan industri hijau, serta
peningkatan penggunaan produk dalam negeri pada industri logam, industri mesin,
industri alat transportasi dan maritim, dan industri elektronika dan telematika;
5. Pelaksanaan evaluasi dan pelaporan di bidang pendalaman dan penguatan
struktur industri, peningkatan daya saing, pengembangan iklim usaha, promosi
industri dan jasa industri, standardisasi industri, teknologi industri, pengembangan
industri strategis dan industri hijau, serta peningkatan penggunaan produk dalam
negeri pada industri logam, industri mesin, industri alat transportasi dan maritim,
dan industri elektronika dan telematika;
3
6. Pelaksanaan administrasi Direktorat Jenderal Industri Logam, Mesin, Alat
Transportasi, dan Elektronika;
7. Pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh Menteri.
C. STRUKTUR ORGANISASI
Berdasarkan Peraturan Menteri Perindustrian Republik Indonesia Nomor 107/M-
IND/PER/11/2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Perindustrian,
Direktorat Jenderal Industri Logam, Mesin, Alat Transportasi, dan Elektronika terdiri atas:
1. Sekretariat Direktorat Jenderal Industri Logam, Mesin, Alat Transportasi, dan Elektronika;
2. Direktorat Industri Logam;
3. Direktorat Industri Permesinan dan Alat Mesin Pertanian;
4. Direktorat Industri Maritim, Alat Transportasi, dan Alat Pertahanan;
5. Direktorat Industri Elektronika dan Telematika;
Gambar 1.1 Struktur Organisasi Ditjen ILMATE
Tugas dan Fungsi masing-masing unit eselon II sebagai berikut:
1. Sekretariat Direktorat Jenderal ILMATE
Sekretariat Direktorat Jenderal Industri Logam, Mesin, Alat Transportasi dan
Elektronika mempunyai tugas melaksanakan pelayanan teknis dan administratif
kepada seluruh satuan organisasi di lingkungan Direktorat Jenderal Industri Logam,
Mesin, Alat Transportasi, dan Elektronika.
2. Direktorat Industri Logam
Direktorat Industri Logam mempunyai tugas melaksanakan perumusan kebijakan,
4
penyusunan norma, standar, prosedur dan kriteria serta pemberian bimbingan
teknis dan evaluasi di bidang industri logam.
3. Direktorat Industri Permesinan dan Alat Mesin Pertanian
Direktorat Industri Permesinan dan Alat Mesin Pertanian mempunyai tugas
melaksanakan perumusan kebijakan, penyusunan norma, standar, prosedur, dan
kriteria, serta bimbingan teknis dan evaluasi di bidang industri permesinan dan alat
mesin pertanian.
4. Direktorat Industri Maritim, Alat Transportasi, dan Alat Pertahanan
Direktorat Industri Maritim, Alat Transportasi, dan Alat Pertahanan mempunyai
tugas melaksanakan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma,
standar, prosedur, dan kriteria serta bimbingan teknis dan evaluasi di bidang
industri maritim, alat transportasi, dan alat pertahanan.
5. Direktorat Industri Elektronika dan Telematika
Direktorat Industri Elektronika dan telematika mempunyai tugas melaksanakan
perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar, prosedur,
dan kriteria serta bimbingan teknis dan evaluasi di bidang industri elektronika dan
telematika.
5
BAB II
PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA
A. RENCANA STRATEGIS 2015-2019
Renstra Direktorat Jenderal Industri Logam, Mesin, Alat Transportasi dan
Elektronika tahun 2016-2019 dimaksudkan untuk merencanakankontribusi yang
signifikan bagi keberhasilan pencapaian sasaran pembangunan industri
sebagaimana diamnatkan pada Undang-undang Nomor 3 Tahun 2014 tentang
Perindustrian, Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2015-
2019, Rencana Induk Pembangunan Industri Nasional (RIPIN), Kebijakan Industri
Nasional (KIN), serta disusun antara lain berdasarkan hasil evaluasi terhadap
pelaksanaan Renstra Direktorat Jenderal Industri Logam, Mesin, Alat Transportasi dan
Elektronika tahun 2010-2014, analisa terhadap dinamika perubahan lingkungan
strategis nasional maupun global serta pengembangan industri kedepan.
1. Visi Direktorat Jenderal ILMATE
“Terwujudnya Industri Logam, Mesin, Alat Transportasi dan Elektronika sebagai
industri andalan masa depan dalam mendukung pertumbuhan ekonomi”
2. Misi Direktorat Jenderal ILMATE
a. Memperkuat dan memperdalam struktur industri logam, mesin, alat transportasi
dan elektronika untuk mewujudkan industri nasional yang berdaya saing, maju
dan berwawasan lingkungan.
b. Meningkatkan nilai tambah industri logam, mesin, alat transportasi dan
elektronika di dalam negeri melalui pengelolaan sumber daya industri yang
berkelanjutan dengan meningkatkan penguasaan teknologi dan inovasi.
c. Membuka kesempatan berusaha dan perluasan kesempatan kerja.
3. Tujuan Direktorat Jenderal ILMATE
Pembangunan Industri Logam, Mesin, Alat Transportasi dan Elektronika merupakan
bagian dari pembangunan nasional, oleh sebab itu pembangunan industri harus
diarahkan untuk menjadikan industri yang mampu memberikan sumbangan
berarti bagi pembangunan ekonomi, sosial dan politik indonesia. Pembangunan
sektor Industri Logam, Mesin, Alat Transportasi dan Elektronika, tidak hanya
ditujukan untuk mengatasi permasalahan dan kelemahan di sektor industri yang
disebabkan oleh melemahnya daya saing dan krisis gobal yang melanda dunia
saat ini saja, melainkan juga harus mampu turut mengatasi permasalahan
nasional, serta meletakan dasar-dasar membangun industri andalan masa depan.
6
Secara kuantitatif peran Industri Logam, Mesin, Alat Transportasi dan Elektronika
harus tampak pada kontribusi dalam Produk Domestik Bruto (PDB), Investasi,
Tenaga Kerja, Nilai Ekspor dan Nilai Impor. Maka dijabarkan tujuannya adalah
kokohnya Industri Logam, Mesin, Alat Transportasi dan Elektronika sebagai industri
andalan masa depan yang menjadi tulang punggung perekonomian nasional. 4. Arah Pengembangan ILMATE
Dalam rangka mencapai target kegiatan yang akan dicapai maka arah
pengembangan ILMATE adalah sebagai berikut:
a. Industri Logam
Pengembangan Industri Logam tahun 2015-2019:
1) Menyusun rencana, program, anggaran, evaluasi dan pelaporan
pengembangan industri logam;
2) Melaksanakan pengumpulan dan pengolahan data serta penyajian
informasi industri logam;
3) Menyiapkan perumusan dan pelaksanaan rencana induk pembangunan
industri nasional, kebijakan industri nasional, penyebaran industri,
pembangunan sumber daya industri, pembangunan sarana dan prasarana
industri, pemberdayaan industri, pengamanan dan penyelamatan industri,
penanaman modal dan fasilitas industri serta kebijakan teknis
pengembangan industri di bidang industri logam;
4) Menyiapkan penyusunan dan pelaksanaan norma, standar, prosedur, kritaria di
bidang perencanaan, perizinan, data dan informasi industri logam;
5) Menyiapkan pelaksanaan bimbingan teknis dan super visi di bidang
perencanaan, perizinan, data dan informasi industri logam;
6) Melaksanakan pengawasan Standar Nasional Indonesia, standar industri
hijau, Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia pada Industri logam;
7) Melaksanakan urusan tata usaha dan rumah tangga direktorat.
b. Industri Permesinan dan Alat Mesin Pertanian
Pengembangan Industri Permesinan dan Alat Mesin Pertanian 2015-2019:
1) Melakukan revisi Peraturan Menteri Perindustrian mengenai TKDN
pembangkit listrik;
2) Mengembangkan kemampuan industri penunjang untuk memenuhi
kebutuhan energi;
7
3) Meningkatkan akses pasar dalam dan luar negeri;
4) Meningkatkan pengawasan penerapan standar;
5) Mengembangkan kemampuan design dan engineering untuk memproduksi
barang modal;
6) Memanfaatkan hasil riset untuk pengembangan produks industri komponen;
7) Meningkatkan kerja sama dengan industri luar negeri dalam bentuk MoU;
8) Pengembangan Alsintan Center di beberapa daerah potensial
c. Industri Maririm, Alat Transportasi, dan Alat Pertahanan
Pengembangan Industri Maritim, Alat Transportasi, dan Alat Pertahanan tahun
2015-2019:
1) Meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan industri komponen kapal
nasional untuk mampu mensuplai kebutuhan komponen kapal dalam negeri;
2) Pusat Design dan Rekayasa Kapal Nasional (PDRKN)/ National Ship Design
and Enggineering Centre (NaSDEC) semakin berkembang dan semakin kiat
dalam mendukung industri perkapalan/galangan kapal nasional;
3) Meningkatnya peran P3DN Industri Alat Pertahanan;
4) Meningkatkan kemampuan SDM Industri Maritim, Alat Transportasi, dan Alat
Pertahanan yang bersertifikat;
5) Membangun pusat R&D pengembangan kendaraan bermotor dan
komponennya;
6) Meningkatkan kerja sama industri otomotif, industri bahan baku dan
perguruan tinggi;
7) Meningkatkan kemampuan lembaga-lembaga uji yang bertaraf internasional;
8) Meningkatkan kerja sama industri dengan industri kendaraan bermotor
utama di dunia;
9) Memanfaatkan jaringan pemasaran global bagi produk komponen
kendaraan bermotor.
d. Industri Elektronika dan Telematika
Pengembangan Industri Elektrinika dan Telematika 2015-2019:
1) Produk elektronika konsumsi mulai dikembangkan kearah produk berbasis
digital/ICT dan ramah lingkungan/green produk;
2) Berkembangnya produk elektronika konsumsi berbasis digital/ICT dan ramah
lingkungan/green produk serta hemat energi;
8
3) Mulai dikembangkan industri peralatan medis dan industri alat kontrol/alat ukur;
4) Mendorong dan memperkuat upaya peningkatan TKDN produk telematika;
5) Memperkuat kerja sama litbang dan teknologi dengan institusi litbang MNC's;
6) Mendorong upaya untuk menghasilkan produk-produk inovatif dari produk
software, animasi, dan konten serta produk-produk telekomunikasi;
7) Mendorong dan memperkuat kemampuan RICE dan IBC dalam
menghasilkan SDM yang berkompetensi tinggi;
8) Mendorong aliansi strategis dari industri telematika dalam negeri dengan
mitra luar negeri;
9) Mendorong dan meningkatkan kemampuan Rancang Bangun dan
Rekayasa Industri Telematika Nasional;
10) Pendirian dan pengembangan Kawasan Khusus Telematika, Technopark
serta infrastruktur pendukung lainnya.
5. Sasaran Direktorat Jenderal ILMATE
Dalam mewujudkan tujuan tersebut, diperlukan upaya-upaya sistematik yang
dijabarkan kedalam sasaran-sasaran strategis yang mengakomodasi perspaktif
pemangku kepentingan (stakeholder), perspektif pelaksanaan tugas pokok dan
perspektif peningkatan kapasitas kelembagaan yang dapat dirinci sebagai berikut:
a. Perspektif Pemangku Kepentingan (stakeholder)
Sasaran Strategis I: Meningkatnya peran industri dalam perekonomian
nasional, dengan Indikator Kinerja Utama:
1. Laju pertumbuhan PDB Industri Logam, Mesin, Alat Transportasi dan
Elektronika;
2. Kontribusi PDB Industri Logam, Mesin, Alat Transportasi dan Elektronika
terhadap PDB nasional.
Sasaran Strategis II: Meningkatnya penguasaan pasar di dalam dan luar negeri,
dengan Indikator Kinerja Utama: Kontribusi ekspor produk ILMATE terhadap
ekspor nasional.
Sasaran Strategis III: Meningkatnya penyerapan tenaga kerja di sektor industri,
dengan Indikator Kinerja Utama: Jumlah penyerapan tenaga kerja di sektor
ILMATE.
9
Sasaran Strategis IV: Menguatnya struktur industri, dengan Indikator Kinerja
Utama: Rasio impor bahan baku, bahan penolong, barang modal,
terhadap PDB Industri non migas.
b. Perspektif Proses Internal
Sasaran Strategis I: Tersusunnya kebijakan pembangunan industri searah
dengan ideologi TRISAKTI dan Agenda Prioritas Presiden (NAWACITA),
dengan Indikator Kinerja Utama:
1. Tersusunnya Peraturan Pemerintah (PP);
2. Tersusunnya Peraturan Presiden (Perpres);
3. Tersusunnya Peraturan Menteri (Permen).
Sasaran Strategis II: Meningkatnya daya saing industri melalui
pengembangan standardisasi industri, dengan Indikator Kinerja Utama:
1. Jumlah Rancangan Standar Nasional Indonesia (RSNI);
2. Jumlah SNI wajib yang diberlakukan
Sasaran Strategis III: Meningkatnya investasi sektor industri melalui fasilitasi
pemberian insentif fiskal dan nonfiskal, dengan Indikator Kinerja Utama: Nilai
investasi di sektor industri
Sasaran Strategis IV: Meningkatnya penggunaan produk dalam negeri, dengan
Indikator Kinerja Utama: Produk Industri Logam, Mesin, Alat Transportasi dan
Elektronika yang tersertifikasi Tingkat Kompone Dalam Negeri (TKDN).
Sasaran Strategis V: Tumbuhnya industri strategis berbasis sumber daya alam
(nikel, tembaga, migas), dengan Indikator Kinerja Utama: Jumlah industri
strategis yang dibangun
Sasaran Strategis VI: Meningkatnya kompetensi tenaga kerja industri melalui
pendidikan dan pelatihan, dengan Indikator Kinerja Utama:
1. Jumlah SKKNI;
2. Jumlah tenaga kerja industri yang bersertifikasi kompetensi
Sasaran Strategis VII: Meningkatnya ketersediaan data sektor industri
melalui penyelenggaraan sistem informasi industri nasional, dengan
Indikator Kinerja Utama:
1. Jenis Data yang tersedia pada Sistem Informasi Industri Nasional
2. Jenis Informasi yang tersedia pada Sistem Informasi Industri Nasional
10
c. Perspektif Pembelajaran Organisasi
Sasaran Strategis I: Meningkatnya ketersediaan sarana dan prasarana
pendukung pelaksanaan tugas dan fungsi, dengan Indikator Kinerja Utama:
Tingkat pemenuhan sarana dan prasarana kerja
Sasaran Strategis II: Meningkatnya kualitas perencanaan dan penganggaran,
dengan Indikator Kinerja Utama: Tingkat kesesuaian rencana kegiatan
dengan dokumen perencanaan.
Sasaran Strategis III: Meningkatnya kualitas pelaporan pelaksanaan kegiatan
dan anggaran, dengan Indikator Kinerja Utama: Nilai SAKIP Ditjen ILMATE.
Sasaran Strategis IV: Meningkatnya implementasi kebijakan industri melalui
monitoring dan evaluasi pelaksanaan kebijakan, dengan Indikator Kinerja
Utama: Jumlah rekomendasi perbaikan kebijakan industri.
B. RENCANA KINERJA TAHUN 2017
Dalam upaya mencapai tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan
sebagaimana tercantum dalam RENSTRA Direktorat Jenderal ILMATE Tahun 2015-2019,
berdasarkan evaluasi kinerja tahun 2014 maka pada tahun 2017 telah ditetapkan
Indikator Kinerja Utama (IKU) dari masing-masing sasaran strategis yang akan dicapai
Direktorat Jenderal Industri Logam, Mesin, Alat Transportasi, dan Elektronika pada
tahun 2017 sesuai yang terinci sebagai berikut:
1. Perspektif Pemangku Kepentingan
a. Meningkatnya poulasi dan persebaran industri
Meningkatnya poulasi dan persebaran industri diindikasikan dengan Unit industri
besar dan industri sedang yang tumbuh dan Nilai investasi yang dicapai.
Sasaran strategis ini akan dicapai melalui Indikator Kinerja Utama:
1) Unit industri logam, mesin, alat transportasi, dan elektronika besar sedang
yang tumbuh dengan target pada tahun 2017 sebanyak 412 Unit;
2) Nilai investasi di sektor industri logam, mesin, alat transportasi, dan
elektronika dengan target pada tahun 2017 sebesar Rp. 102,6 - 110,6 Triliun
a. Meningkatnya daya saing dan produktivitas sektor industri
Meningkatnya daya saing dan produktivitas sektor industri ini dimaksudkan agar
mutu dan kapasitas produksi industri dalam negeri semakin berkualitas dan
meningkat dan produk-produk industri dalam negeri juga diharapkan dapat
bersaing secara sehat dan kompetitif dipasar domestik maupun global serta
11
tentunya perlu ditunjang dengan peningkatan SDM yang kerkompeten.
Sasaran strategis ini akan dicapai melalui Indikator Kinerja Utama:
1) Kontribusi ekspor produk industri logam, mesin, alat transportasi, dan
elektronika terhadap ekpor nasional, dengan target pada tahun 2017
sebesar 19,8 – 20,00 persen;
2) Produktifitas dan kemampuan sdm industri logam, mesin, alat transportasi,
dan elektronika, dengan target pada tahun 2017 sebesar Rp. 696,8 Juta.
3. Perspektif Proses Bisnis Internal
a. Tersedianya kebijakan pembangunan industri logam, mesin, alat transportasi,
dan elektronika yang efektif ini dimaksudkan agar pemerintah perlu melakukan
intervensi melalui perumusan kebijakan-kebijakan yang protektif terhadap
industri dalam negeri. Strategis ini diukur melalui Indikator Kinerja Utama:
1) Peraturan perundangan yang diselesaikan, dengan target pada tahun
2017 sebanyak 1 PP/Perpres/Permen;
2) Rancangan Standar Nasional Indonesia (RSNI), dengan target sebanyak
pada tahun 2017 sebanyak 15 RSNI;
3) Regulasi teknis pemberlakuan SNI, ST, dan/atau PTC secara wajib, dengan
target pada tahun 2017 sebanyak 7 Regulasi SNI Wajib.
b. Terselenggaranya urusan pemerintahan di bidang Perindustrian yang berdaya
saing dan berkelanjutan ini merupakan tindakan untuk memproteksi industri dalam
negeri selain dari sasaran strategis sebelumnya yakni terkait dengan perumusan
kebijakan/regulasi, atau sasaran strategis ini dapat juga dikatakan sebagai
pelaksanaan atas kebijakan/regulasi yang telah ditetapkan untuk kepentingan
industri nasional. Sasaran strategis ini dicapai dengan Indikator Kinerja Utama:
1) Produk industri logam, mesin, alat transportasi, dan elektronika yang
tersertifikasi Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN) dengan target pada
tahun 2017 sebanyak 450 Sertifikat;
2) Infrastruktur kompetensi yang terbentuk dengan target pada tahun 2017
sebanyak 13 SKKNI.
C. PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2017
Berdasarkan rencana kinerja yang telah disusun dengan dukungan pembiayaan
yang telah disetujui dalam bentuk DIPA, maka ditetapkan kinerja yang akan dicapai.
Dengan telah diterbitkannya Peraturan Menteri Perindustrian Nomor 150/M-
12
IND/PER/12/2011 tentang Pedoman Penyusunan Dokumen Akuntabilitas Kinerja
Instansi Pemerintah di Lingkungan Kementerian Perindustrian, Direktorat Jenderal
ILMATE telah membuat Perjanjian Kinerja tahun 2017 secara berjenjang sesuai dengan
kedudukan, tugas dan fungsi yang ada.
Perjanjian kinerja merupakan tekad atau janji rencana kerja tahunan yang akan
dicapai antara Direktur Jenderal ILMATE dengan Menteri Perindustrian untuk
pengembangan industri di tahun 2017. Penetapan kinerja ini menggambarkan
capaian kinerja pembangunan industri yang akan diwujudkan tahun 2017 dengan
mempertimbangkan sumber daya yang dikelolanya. Perjanjian kinerja ini ditetapkan
pada bulan januari 2017 dengan asumsi bahwa indikator-indikator yang
dipergunakan sebagai alat ukur pencapaian kinerja dapat diperoleh dalam kurun
waktu tahun berjalan atau paling lambat bulan februari tahun 2017.
Perjanjian kinerja sebagaimana yang telah ditetapkan pada tahun-tahun
sebelumnya telah dievaluasi seingga perjanjian kinerja tahun 2017 mengalami perubahan.
Berikut adalah perbandingan perjanjian kinerja tahun 2016 dengan tahun 2017:
Tabel 2.1
Perubahan antara Perjanjian Kinerja Tahun 2016 dengan 2017
Perubahan Tahun 2016 Tahun 2017
Perspektif Terdiri dari 3 perspektif, antara lain: Terdiri dari 2 perspektif, antara
Berdasarkan tabel realisasi anggaran Per IKU dapat dijabarkan sebagai berikut:
1. Unit industri logam, mesin, alat transportasi, dan elektronika besar sedang yang
tumbuh ditergetkan sebesar 412 Unit dan dapat terealisasi sebesar 470 Unit, dari 16
kegiatan yang dilaksanakan menggunakan anggaran sebesar RP. 13.534.849.419
(tiga belas miliar lima ratus tiga puluh empat juta delapan ratus empat puluh
sembilan ribu empat ratus sembilan belas rupiah). capaian ini mencerminkan
bahwa alokasi anggaran untuk IKU ini sudah sesuai. Selain itu dapat dikatakan pula
bawa untuk menumbuhkan 1 (satu) Unit Industri Besar Sedang membutuhkan
anggaran sekitar Rp. 33.000.000 (tiga puluh tiga juta rupiah).
2. Nilai investasi di sektor industri logam, mesin, alat transportasi, dan elektronika
ditergetkan sebesar 102,6 – 110,6 Triliun dan dapat terealisasi sebesar 84,21 Triliun,
dari18 kegiatan yang dilaksanakan menggunakan anggaran sebesar Rp.
6.767.173.440 (enam miliar tujuh ratus enam puluh tujuh juta seratus tujuh puluh tiga
ribu empat ratus empat puluh rupiah). capaian ini mencerminkan bahwa perlu
adanya penambahan anggaran sehingga kedepannya realisasi untuk IKU ini
dapat memenuhi target yang ditetapkan. Selain itu dapat dikatakan pula bawa
untuk meningkatkan Nilai investasi sebesar 1 (satu) Triliun membutuhkan anggaran
sekitar Rp. 67.000.000 (enam puluh tujuh juta rupiah).
3. Kontribusi ekspor produk industri logam, mesin, alat transportasi, dan elektronika
terhadap ekpor nasional ditergetkan sebesar 19,8 – 20,0 Persen dan dapat
terealisasi sebesar 19,05 Persen, dari 4 kegiatan yang dilaksanakan menggunakan
anggaran sebesar Rp. 1.147.882.630 (satu miliar seratus empat puluh tujuh juta
delapan ratus delapan puluh dua ribu enam ratus tiga puluh rupiah). capaian ini
mencerminkan bahwa alokasi anggaran untuk IKU ini sudah sesuai. Selain itu dapat
dikatakan pula bawa untuk meningkatkan Kontribusi ekspor sebesar 1 (satu) Persen
membutuhkan anggaran sekitar Rp. 61.000.000 (enam puluh satu juta rupiah).
4. Produktifitas dan kemampuan sdm industri logam, mesin, alat transportasi, dan
elektronika ditergetkan sebesar 696,8 Juta dan dapat terealisasi sebesar 735,5 juta, dari
21 kegiatan yang dilaksanakan menggunakan anggaran sebesar Rp. 20.118.155.387
(dua puluh miliar seratus delapan belas juta seratus lima puluh lima ribu tiga ratus
79
delapan puluh tujuh rupiah). capaian ini mencerminkan bahwa perlu adanya
penambahan anggaran sehingga kedepannya realisasi untuk IKU ini dapat memenuhi
target yang ditetapkan. Selain itu dapat dikatakan pula bawa untuk meningkatkan
Produktifitas dan kemampuan sdm sebanyak 1 (satu) Juta orang atau sertifikat
membutuhkan anggaran sekitar Rp. 29.000.000 (dua puluh sembilan juta rupiah). 5. Peraturan perundangan yang diselesaikan ditergetkan sebanyak 1
PP/Perpres/Permen dan dapat terealisasi sebanyak 3 Permenperin, dari 8 kegiatan
yang dilaksanakan menggunakan anggaran sebesar Rp. 2.295.234.529 (dua miliar
dua ratus sembilan puluh lima juta dua ratus tiga puluh empat ribu lima ratus dua
puluh sembilan rupiah). capaian ini mencerminkan bahwa alokasi anggaran untuk
IKU ini sudah sesuai. Selain itu dapat dikatakan pula bawa untuk melakukan
penyusunan Peraturan perundangan sebanyak 1 (satu) Peraturan membutuhkan
anggaran sekitar Rp. 766.000.000 (tujuh ratus enam puluh enam juta rupiah). 6. Rancangan Standar Nasional Indonesia (RSNI) ditergetkan sebanyak 15 RSNI dan
dapat terealisasi sebanyak 19 RSNI, dari 4 kegiatan yang dilaksanakan
menggunakan anggaran sebesar Rp. 1.839.811.633 (satu miliar delapan ratus tiga
puluh sembilan juta delapan ratus sebelas ribu enam ratus tiga puluh tiga rupiah).
capaian ini mencerminkan bahwa alokasi anggaran untuk IKU ini sudah sesuai.
Selain itu dapat dikatakan pula bawa untuk melakukan penyusunan Rancangan
Standar sebanyak 1 (satu) RSNI membutuhkan anggaran sekitar Rp. 123.000.000
(seratus dua puluh tiga juta rupiah). 7. Regulasi teknis pemberlakuan SNI, ST, dan/atau PTC secara wajib ditergetkan sebanyak
7 Regulasi dan dapat terealisasi sebanyak 6 Regulasi, dari 21 kegiatan yang
dilaksanakan menggunakan anggaran sebesar Rp. 7.037.816.005 ( tujuh miliar tiga
puluh tujuh juta delapan ratus enam belas ribu lima rupiah). capaian ini mencerminkan
bahwa perlu adanya penambahan anggaran sehingga kedepannya realisasi untuk
IKU ini dapat memenuhi target yang ditetapkan. capaian ini mencerminkan bahwa
alokasi anggaran untuk IKU ini sudah sesuai. Selain itu dapat dikatakan pula bawa
untuk melakukan penyusunan Regulasi teknis sebanyak 1 (satu) regulasi membutuhkan
anggaran sekitar Rp. 1.180.000.000 (satu miliar seratus delapan puluh juta rupiah). 8. Produk industri logam, mesin, alat transportasi, dan elektronika yang tersertifikasi Tingkat
Komponen Dalam Negeri (TKDN) ditergetkan sebesar 450 Sertifikat dan dapat terealisasi
sebesar 507 Sertifikat, dari 11 kegiatan yang dilaksanakan menggunakan anggaran
sebesar Rp. 4.168.964.653 (empat miliar seratus enam puluh delapan juta sembilan ratus
80
enam puluh empat ribu enam ratus lima puluh tiga rupiah). capaian ini mencerminkan
bahwa alokasi anggaran untuk IKU ini sudah sesuai. Selain itu dapat dikatakan pula
bawa dari proses awal hingga penerbitan Sertifikat TKDN sebanyak 1 (satu) sertifikat
membutuhkan anggaran sekitar Rp. 9.00.000 (sembilan juta rupiah).
9. Infrastruktur kompetensi yang terbentuk ditergetkan sebesar 13 RSKKNI namun tidak
dapat terealisasi karena RSKKNI Rolling mill masih dalam proses pembahasan dan
Pembahasannya akan dianjutkan pada tahun anggran 2018, dari 3 kegiatan yang
dilaksanakan menggunakan anggaran sebesar Rp. 3.872.596.020 (tiga miliar
delapan ratus tujuh puluh dua juta lima ratus sembilan puluh enam ribu dua puluh
rupiah). capaian ini mencerminkan bahwa perlu adanya penambahan anggaran
sehingga kedepannya realisasi untuk IKU ini dapat memenuhi target yang
ditetapkan. Selain itu dapat dikatakan pula bawa untuk melakukan penyusunan
Rancangan standar sebanyak 1 (satu) RSKKNI membutuhkan anggaran sekitar Rp.
298.000.000 (dua ratus sembilan puluh delapan juta rupiah).
F. ANALISIS CAPAIAN TARGET RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA
MENENGAH (RPJMN) 2015-2019
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN 2015-2019)
merupakan tahap ketiga dari pelaksanaan Rencana Pembangunan Jangka Panjang
Nasional (RPJPN) 2005-2025 yang ditetapkan melalui Perpres No. 2 Tahun 2015 yang
telah ditanda tangani tanggal 08 Januari 2015. Capaian RPJMN 2015-2019 akan selalu
dievaluasi dan dimonitor pencapaian setiap tahunnya sehingga target-target yang
ditetapkan dapat terwujud. Ditjen ILMATE sendiri memiliki tugas membina industri yang
menjadi sasaran capaian pada RPJMN 2015-2019. Untuk tahun 2017, capaian target
RPJMN 2015-2019 dapat dijabarkan sebagai berikut:
1. Revitalisasi dan Penumbuhan Industri Material Dasar Logam
Tabel 3.37
Capaian Program Revitalisasi dan Penumbuhan Industri Material Dasar Logam
PROGRAM/ SASARAN INDIKATOR SATUAN T R %
KEGIATAN
Revitalisasi dan Meningkatnya Terbangunnya Industri 1 1 100
Populasi Industri Industri Pengolah
Penumbuhan
Sedang dan Besar Hasil Tambang
81
Industri Material Material Dasar Mineral menjadi
Dasar Logam Logam (Quickwins: Produk dan Jasa
Hilirisasi Hasil Industri
Tambang ke Produk
Terfasilitasinya Industri 1 1 100
dan Jasa pengembangan
Industri Material
Dasar Logam
Revitalisasi Industri Bantuan Peralatan Paket 1 0 0
Material Dasar dan Mesin
Logam Penumbuhan
Industri Material
Dasar Logam
Meningkatnya Tersusunnya SNI 3 5 167
Daya Saing Industri Standar Nasional
Material Dasar Indonesia Produk
Logam Industri Material
Dasar Logam
Peningkatan Usulan 33 36 109
Kerjasama, Iklim
Usaha, Promosi
dan Investasi
Industri Material
Dasar Logam
Meningkatnya Orang/ 1 0 0
Kompetensi SDM RSKKNI
dan tersusunnya
RSKKNI Industri
Material Dasar
Logam
Hilirisasi hasil Terfasilitasinya Industri 2 2 100
tambang ke produk Pembangunan Yang
dan jasa industri Industri: 1. Smelter Terfasilita
Baja di Batu Licin si
82
(Kalsel) dan
Medan (Sumatera
Utara) 2. Alumina
Refinery di
Menpawah dan
Ketapang (Kalbar)
3. Smelter
Tembaga di
Gresik (Jatim),
Sangata (Smelter)
4. Smelter Nickel
di Morowali
(Sulteng),
Pomalaa (Sultra),
Sangata (Smelter)
a. Sasaran Meningkatnya Populasi Industri Sedang dan Besar Material Dasar
Logam (Qiuckwins: Hilirisasi Hasil Tambang ke Produk dan Jasa Industri, dapat
dijelaskan sebagai berikut:
1) Indikator Terbangunnya industri pengolahan hasil tambang Mineral menjadi
Produk dan Jasa Industri pada tahun 2017 ditargetkan sebesar 1 Industri dan
terealisai 1 atau tercapai 100 persen. Anggaran yang digunakan dalam
rangka pencapaian target ini adalah sebesar Rp. 663.000.000,- (enam ratus
enam puluh tiga juta rupiah). Kegiatan yang dilakukan Direktorat Industri
Logam sehingga dapat terpenuhinya pencapaian target ini adalah
pelaksanaan Steel Conference pada Mei 2017 dalam rangka fasilitasi
pembangunan klaster baja 10 juta ton di Cilegon dan pelaksanaan fasilitasi
pengembangan industri di Morowali.
2) Indikator Terfasilitasinya pengembangan industri material dasar logam khusus
ditargetkan sebesar 1 Industri dan terealisai 1 atau tercapai 100 persen.
Anggaran yang digunakan dalam rangka pencapaian target adalah sebesar
Rp. 570.000.000,- (lima ratus tujuh puluh juta rupiah). Terpenuhinya pencapaian
target ini ditandai dengan Telah ditandatangani MOU dengan 6 K/L antara lain
Kementerian Perindustrian, Kementerian ESDM, Kementerian Riset, Teknologi
dan Pendidikan Tinggi, Kementerian BUMN, Badan Tenaga Nuklir Nasional, BPPT.
83
b. Sasaran Revitalisasi Industri Material Dasar Logam dengan indikator bantuan
peralatan dan mesin penumbuhan industri material dasar logam memiliki target
1 paket bantuan pada tahun 2017 namun tidak dianggarkan karena
keterbatasan anggaran.
c. Sasaran Meningkatnya daya saing industri material dasar logam dapat
dijelaskan sebagai berikut:
1) Indikator Tersusunnya Standar Nasional Indonesia Produk Industri Material
Dasar Logam pada tahun 2017 ditargetkan sebesar 3 SNI dan terealisai 5 SNI
atau tercapai 167 persen. Anggaran yang digunakan dalam rangka
pencapaian target ini adalah sebesar Rp. 1.450.000.000,- (satu miliar empat
ratus lima puluh juta rupiah). Rincian standarnya antara lain RSNI BTB, RSNI
23 Rancangan Standar Kompetensi Kerja 900 2 0 RSKKNI
Indonesia (RSKKNI) Sektor Industri Logam
24 Rancangan Standar Nasional Indonesia 1.540 5 5 RSNI
(RSNI) Produk Industri Logam
25 Standar Nasional Indonesia (SNI) Wajib 1.138 3 3 SNI
Produk Industri Logam
Capaian kegiatan prioritas Program Penumbuhan dan Pengembangan Industri
Maritim, Alat Transportasi dan Alat Pertahanan secara keseluruhan terpenuhi, baik
Sertifikasi TKDN, Pengembangan PDRKN, Sertifikasi SDM Industri, dan Desain kapal.
Kegiatan prioritas yang tidak terealisasi pada Program Penumbuhan dan
Pengembangan Industri Maritim, Alat Transportasi dan Alat Pertahanan adalah Kajian
kebijakan tentang pembangunan Maintenance, Repair and Overhaul (MRO) karena
penghematan anggaran, maka tahapan pelaksanaan hanya mencakup FGD dan
pelatihan. Penyusunan kajian kebijakan tentang MRO akan dilaksanakan tahun 2018.
Capaian kegiatan prioritas Program Penumbuhan dan Pengembangan Industri
Elektronika dan Telematika secara keseluruhan terpenuhi, baik pengembangan Pusat riset,
pertumbuhan industri konten, Penguatan Infrastruktur Lab Uji, dan Rancangan Standar Nasional
Indonesia (RSNI). Kegiatan prioritas yang tidak terealisasi pada Program Penumbuhan dan
Pengembangan Industri Elektronika dan Telematika adalah Rancangan Standar Kompetensi
Kerja Nasional Industri (RSKKNI) dan Standar Nasional Indonesia (SNI) Wajib karena untuk SNI
Draft sudah disampaikan kepada Biro Hukum sejak bulan November
105
2017 namun hingga saat ini belum ada tindak lanjut sedangkan untuk RSKKNI
disebabkan oleh adanya penghematan anggaran. Recananya penyusunan RSKKNI
akan dilaksanakan tahun 2018.
Capaian kegiatan prioritas Program Penumbuhan dan Pengembangan Industri
Permesinan dan Alat Mesin Pertanian secara keseluruhan terpenuhi, baik Peningkatan
Kompetensi dan sertifikasi SDM, Peningkatan Kompetensi SDM Industri, Pusat
Pengembangan Teknologi, Peningkatan Kemampuan Industri yang Memiliiki Keterbatasan
Dalam Penerapan SNI Wajib, Sertifikasi TKDN, dan Rancangan Standar Nasional Indonesia
(RSNI). Kegiatan prioritas yang tidak terealisasi pada Program Penumbuhan dan
Pengembangan Industri Permesinan dan Alat Mesin Pertanian adalah Pengawasan
Pemberlakuan SNI Wajib Produk Logam di Pabrik, dan Rancangan Standar Kompetensi
Kerja Indonesia (RSKKNI) karena kurangnya koordinasi dengan pihak terkait(SNI) dan judul-
judul SKKNI untuk bidang mekatronika telah disusun pada tahun sebelumnya dan tidak ada
usulan penyusunan judul lainnya dari asosiasi terkait.
Capaian kegiatan prioritas Program Penumbuhan dan Pengembangan Industri
Logam secara keseluruhan terpenuhi, baik Peningkatan Penggunaan Produksi Dalam
Negeri, Peningkatan Kemampuan Industri yang Memiliiki Keterbatasan Dalam Penerapan
SNI Wajib, Pengawasan Pemberlakuan SNI Wajib, Rancangan Standar Nasional Indonesia
(RSNI), dan Standar Nasional Indonesia (SNI) Wajib. Kegiatan prioritas yang tidak terealisasi
pada Program Penumbuhan dan Pengembangan Industri Logam adalah Rancangan
Standar Kompetensi Kerja Indonesia (RSKKNI) karena RSKKNI Rolling mill masih dalam proses
pembahasan dan Pembahasannya akan dianjutkan pada tahun anggran 2018.
106
BAB IV
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Ditinjau dari aspek pencapain kinerja yang diamanahkan dalam rencana strategis,
rencana kerja, dan kinerja sasaran sebagaimana ditetapkan dalam dokumen
penetapan kinerja Ditjen ILMATE Tahun 2017, maka secara garis besar Ditjen ILMATE
telah berhasil melaksanakan tugas pokok, fungsi dan misi yang diemban. Hal
tersebut tercermin dari keberhasilan pencapaian sasaran strategis dan kinerja
lainnya sebagaimana diuraikan dalam BAB III, yang merupakan dampak dari
pelaksanaan tugas pokok dan fungsi Ditjen ILMATE. Adapun kesimpulannya dapat
dijabarkan sebagai berikut:
a. Sasaran- sasaran strategis perspaktif pemangku kepentingan sebagaimana
ditetapkan dalam dokumen penetapan kinerja tahun 2017 berhasil dicapai
Ditjen ILMATE dengan nilai rata-rata capaian sebesar 92,67 persen. Nilai capaian
ini sudah menggambarkan beberapa peningkatan dan perbaikan baik dalam
hal penetapan indikator dan target maupun strategi pencapaiannya.
b. Sasaran strategis perspektif proses bisnis internal sebagaimana ditetapkan
dalam dokumen penetapan kinerja tahun 2017 berhasil dicapai Ditjen ILMATE
dengan nilai rata-rata sebesar 124,6 persen. capaian ini sudah menggambarkan
beberapa peningkatan dan perbaikan baik dalam hal penetapan indikator,
dan target maupun strategi pencapaiannya.
B. PERMASALAHAN DAN KENDALA
Faktor yang mempengaruhi tinggi /rendahnya atau tercapai/ tidak tercapainya
sasaran kinerja dapat dijabarkan sebagai berikut:
1. Faktor Internal Pemerintah
a. Adanya pemotongan dan penghematan anggaran oleh DJA.
b. Pengelompokan jenis industri dan penentuan sampel perusahaan yang
dilakukan oleh BPS belum bisa mewakili kondisi industri yang sesungguhnya.
c. Pemanfaatan BMDTP sangat minim.
d. adanya tumpang tindih regulasi.
107
2. Faktor internal ILMATE
a. Kegiatan yang outputnya merupakan capaian Perkin kurang dioptimalkan.
b. Kegiatan yang outputnya merupakan capaian RPJMN kurang dioptimalkan.
c. Penyerapan Anggaran kurang optimal karena minimnya kegiatan yang
dilaksanakan di awal tahun sehingga menumpuk di akhir tahun.
d. Adanya capaian Perkin dan RPJMN yang tidak dapat dicapai.
3. Kondisi Industri
a. adanya komoditas yang sudah dapat diproduksi didalam negeri oleh
perusahaan A bahkan diekspor, sementara perusahaan B melakukan impor
terhadap komoditas tersebut.
b. harga gas untuk industri masih tinggi.
c. Ada beberapa daerah yang mempunyai potensi untuk dibangunnya
pabrik/kawasan industri namun terkendala ketersediaan energi.
d. Capaian Indusri secara makro masih didominasi oleh pengaruh investasi
dan pasar, sementara kemandirian manufaktur dan teknologi masih lemah.
C. REKOMENDASI
a. Perlu dikoordinasikan dengan baik agar kegiatan prioritas tidak terkena
pemotongan atau penghematan anggaran oleh DJA.
b. Ketersediaan data primer menjadi hal yang sangat penting untuk
mengidenifikasi dan menindaklanjuti permasalahan diindustri, oleh karena itu
optimalisasi pemanfaatan SIINAS perlu dilakukan.
c. Industri yang melakukan produksi berdasarkan order (misalnya industri
perkapalan), tidak dapat menggunakan fasilitas BMDTP karena membutuhkan
waktu yang cukup lama, oleh karena itu mekanisme BMDTP perlu disederhanakan.
d. Koordinasi antar Kementerian/Lembaga guna deregulasi perlu dilakukan.
e. Dalam pelaksanaan anggaran perlu perlu difokuskan kepada kegiatan yang
outputnya merupakan capaian Perkin.
f. Dalam pelaksanaan anggaran perlu difokuskan kepada kegiatan yang
outpunya merupakan capaian RPJMN.
g. Perlu dilakukan perencanaan dan persiapan yang baik agar optimalisasi
pelaksanaan kegiatan diawal tahun dapat terealisasi.
h. Perlu dilakukan pembahasan terkait adanya terget Perkin dan RPJMN yang tidak
dapat dicapai khususnya SKKNI, komponen Kereta Api dan Komponen Pesawat
108
N219 serta tindaklanjutnya.
i. Ketersediaan informasi dan harmonisasi antar industri diindonesia perlu
dioptimalkan, selain itu pemerintah perlu melakukan kebijakan jangka pendek
untuk memfasilitasi biaya logistik.
j. Perlu dilakukan koordinasi secara intensif dengan Kementerian ESDM dan
Kementerian Keuangan untuk memberikan harga gas tertentu kepada industri
k. Informasi mengenai potensi dan kebutuhan energi perlu dikoordinasikan
dengan instansi terkait.
Pemerintah perlu memberikan perhatian khusus terhadap para peneliti dan desainer.
109
110
EVALUASI RPJMN S.D TRIWULAN IV TAHUN 2017
KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN
Capaian Indikator Anggaran Program (DIPA- Capaian Fisik Program
PROGRAM/ Program PP 39) (PP 39)
No SASARAN INDIKATOR SATUAN Ket KEGIATAN Target Realisasi Alokasi (miliar Realisasi Target (%) Realisasi
Rp) (%) (%)
2017 2017 2017 2017 2017 2017
1 2 3 4 5 6 7 8 9 11 13 14
Program Penumbuhan dan Pengembangan Industri Alat Transportasi, Mesin, Elektronika dan Alat Pertahanan
i Penumbuhan Industri Alat Transportasi Darat
Meningkatnya daya saing Terlaksananya Standarisasi Bidang Industri Alat Transportasi Darat Standar 6 4 - Tidak dianggarkan pada TA 2017 Industri Alat Transportasi Darat - Tahap revisi permenperin terkait SNI Wajib Sepeda
(termasuk juga Sepeda Anak dan Sepeda Listrik)
- Sepeda Motor Listrik terdapat 3 RSNI yang sedang disusun
dan tinggal rapat konsensus
Meningkatnya Kompetensi SDM Industri Alat Transportasi Darat Orang 120 60 Terdapat 3 angkatan @20 orang dan sudah terlaksana pada
0,7376 tahun 2017
Meningkatnya Kemampuan Teknologi Industri Alat Transportasi Darat Unit (jenis) 3 3 Mohon penjelasan 3 jenis yang dibantu Tersedianya Kendaraan Tersedianya Peralatan Produksi Kendaraan Angkutan Umum Murah -
Angkutan Umum Murah (KAUM) Tidak dianggarkan pada TA 2017
Penguatan struktur industri Terbuatnya prototype kereta penumpang Unit 1 1 Sudah dilaksanakan kajian mengenai desain interior kereta melalui keterkaitan antara penumpang
industri hulu (dasar), industri
Kapasitas produksi kereta penumpang Persen 40 10 Tidak tercapai target ekspor
intermediate dan industri hilir
Bertambahnya jumlah dan Jenis industri komponen Persen 25 Hitung IUI dari BKPM (light)
Meningkatnya jumlah tenaga kerja yang Bersertifikat Orang 120 60
Terdapat 3 angkatan @20 orang dan sudah terlaksana pada
tahun 2017 Penguasaan Teknologi KBM Multiguna Pedesaan di bidang perakitan Merk Dalam 6 3
Negeri (unit) 1,6075 Terdapat 3 model kendaraan pedesaan yang telah didesain
Meningkatnya jumlah Industri Komponen Teknologi KBM Multiguna Unit 30
Pedesaan di bidang komponen (perusahaan)
Tersusunnya regulasi Low Carbon Emision Car Regulasi 1
- Kemenperin telah mengirimkan surat ke Kemenkeu yang
dilengkapi dengan kajian terkait dengan usulan insentif LCEC 0,8776
II Penumbuhan Industri Maritim dan Kedirgantaraan dan Alat Pertahanan
Meningkatnya daya saing Terlaksananya Standarisasi Bidang Industri Maritim, Kedirgantaraan dan Standar 5 2 Desain standar untuk kapal ikan sebanyak 2 standar Industri Maritim dan Alat Pertahanan
Kedirgantaraan dan Alat Meningkatnya Kompetensi SDM Industri Maritim, Kedirgantaraan dan Alat Orang 380 120 Tidak terdapat anggaran dan sesuai dengan target Prioritas
Pertahanan Pertahanan 2,707 Perpres no 16 tahn 2017 mengenai maritim
Meningkatnya Kemampuan Teknologi Industri Maritim, Kedirgantaraan Unit 1 1 Pembuatan Desain Standart Kapal Purse Seine Pelagis Kecil dan Alat Pertahanan 1.600.000.000
1,6 150 GT dan Kapal Gillnet (Jaring Insang) Oceanic 150
Terlaksananya Promosi dan Kerjasama Industri Maritim, Kedirgantaraan Promosi 10 3 - Pameran yang telah dilaksanakan 3, yaitu : dan Alat Pertahanan
Penguatan struktur industri Terevitalisasinya Pusat Desain dan Rekayasa Kapal Nasional PDRKN 1 1 1,785 Bantuan Hardware dan Software melalui keterkaitan antara Terevitalisasinya industri galangan kapal di 9 lokasi Lokasi 9 7
Diklat dan sertifikasi SDM perkapalan (serang, bandung, solo, industri hulu (dasar), industri (Pembangunan/Renovasi, Bantuan Alat, Peningkatan SDM bersertifikasi)
sama dg row 94
intermediate dan industri hilir surabaya, makassar) (light) Tersusunnya RPP tentang Fasilitasi PPN tidak dipungut atas penyerahan RPP 1 1
kapal Sudah terbit peraturan
Terevisinya PP No. 52 Tahun 2011 PP 1 1 Sudah terbit peraturan Terfasilitasinya BMDTP khusus sesuai karakteristik industri perkapalan BMDTP 50 1
- Tahun 2018 akan menggunakan mekanisme chapter 98
Terfasilitasinya harmonisasi bea masuk komponen Kebijakan 1 1 draft permenperin sedang disusun dan diharapkan pada akhir 2017 selesai
Terfasilitasinya keringanan tarif penyewaan lahan untuk galangan kapal Kebijakan 1 1 Penyelesaiannya keringan tarif telah diselesaikan pada tingkat BUMN dengan PT Pelindo,dan khusus PT PAL dengan TNI AL Menko dan Menteri BUMN
Meningkatnya Jumlah Jenis dan komponen pesawat N219 yang Jenis dan 40
bersertifikat Komponen
III Penumbuhan Industri Elektronika dan Telematika
Meningkatnya daya saing Terlaksananya Pembangunan dan Pengembangan 5 (lima) ICT Center Sudah dilakukan pelatihan dan sertifikasi pada technopark, Industri Elektronika dan dalam bentuk Incubator Business Center (IBC), RICE dan Technopark
ICT Center 5 5 20,8 81,86% 100,00% 85,05% FGD dan Workshop, saat ini sudah selesai untuk Fasilitasi Telematika
Bantuan ke Technopark telah dilaksanakan serah terima pada triwulan IV Pembangunan 5 Science and TechnoPark di daerah-daerah Sudah dilakukan pelatihan dan sertifikasi pada technopark, Kabupaten/Kota
Daerah 5 5 20,8 81,86% 100,00% 100,00% FGD dan Workshop, saat ini sudah selesai untuk Fasilitasi
Bantuan ke Technopark telah dilaksanakan serah terima pada triwulan IV
Terlaksananya Standarisasi Bidang Industri Elektronika dan Telematika Untuk Standardisasi di Elektronika memiliki Target 2 RSNI dan
Standar 2 6 1,37 88,25% 100,00% 300,00% 2 RSKKNI, pada tahun 2017 menghasilkan 6 RSNI dibidang
industri elektronika
Meningkatnya Kompetensi SDM Industri Elektronika dan Telematika Telah dilaksanakan pelatihan dan Sertifikasi dibidang industri
Elektronika dan Telematika, realisasi fisik mencapai 192 %
Orang 285 550 4,05 88,12% 100,00% 192,98% dibulan Desember Tahun 2017
- Pada bulan Desember target SDM nya sudah mencapai 550
orang
Meningkatnya Kemampuan Teknologi Industri Elektronika dan Telematika Untuk indikator ini telah masuk kedalam technopark karena
salah satu fungsi technopark adalah pusat riset dan
Unit (produk) 2 2
pengembangan, tahun ini telah dibuat beberapa prototype
Software pendeteksi BMN, Software analisis menggunakan
media sosial, dll
Terlaksananya Promosi dan Kerjasama Industri Elektroika dan Telematika
Pada Triwulan I telah dilaksanakan Pameran CeBIT 2017 di
Hannover, Jerman, Pada Triwulan II telah dilakukan Pameran
Promosi 2 2 3,26 63,08% 100,00% 100,00% Industri Elektronika dan Telematika di Plaza Industri dan
Pameran Communic Asia 2017 di Singapore, Pada Triwulan IV
telah dilakukan pameran IIXS 2017 di JCC
IV Penyusunan dan Evaluasi Program Penumbuhan Industri Unggulan Berbasis Teknologi Tinggi
Penguatan struktur industri Terbentuknya 1 Mould and Dies Center (Pembangunan dan Kelembagaan) Unit 1
melalui keterkaitan antara
industri hulu (dasar), industri
intermediate dan industri hilir (light)
V Penumbuhan Industri Permesinan dan Alat Mesin Pertanian
Meningkatnya daya saing Terlaksananya Standarisasi Bidang Industri Permesinan dan Alat Mesin Standar 15 8 53,33 8 RSNI terlampir di halaman berikut Industri Permesinan dan Alat Pertanian
Mesin Pertanian Meningkatnya Kompetensi SDM Industri Permesinan dan Alat Mesin Orang 300 400 133,33 Terlampir di hal berikut Pertanian
Meningkatnya Kemampuan Teknologi Industri Permesinan dan Alat Mesin Unit 5 2 40,00 Terlampir di halaman berikut Pertanian
Terlaksananya Promosi dan Kerjasama Industri Permesinan dan Alat Mesin Promosi 7 9 128,57 Terlampir di halaman berikut Pertanian
Terbentuknya Pusat Pengembangan Teknologi Industri Mesin Perkakas Pusat 1 - 0,00 Pengadaan Lift tidak dapat terwujud karena waktu dan Industri Alat Kesehatan (Pembangunan dan Kelembagaan) Pengembangan pelaksanaan yang terlalu pendek dan kesulitan memperoleh
izin K3L dari ITB Terbentuknya dan berkembangnya Alsintan Center di luar Pulau Jawa Lokasi 6 2
33,33 Pengembangan Alsintan Center di Kalbar dan Inisiasi Alsintan (Sumbar, Kalbar, Sulsel, NTB,NTT, dan Kaltim) (Pembangunan dan Kelembagaan) Center di Sumatera Barat
VI Revitalisasi dan Penumbuhan Industri Material Dasar Logam
Meningkatnya Populasi Industri Terbangunnya Industri Pengolah Hasil Tambang Mineral menjadi Produk Industri 1 1 0,663 92,6 100 100 Steel Conference pada Mei 2017 dalam rangka fasilitasi Sedang dan Besar Material Dasar dan Jasa Industri pembangunan klaster baja 10 juta ton di Cilegon, fasilitasi
Logam (Quickwins: Hilirisasi
pengembangan industri di Morowali
Hasil Tambang ke Produk dan
Terfasilitasinya pengembangan industri material dasar logam khusus Industri 1 1 0,570 92,1 100 100 Telah ditandatangani MOU dengan 6 K/L antara lain Jasa Industri)
Kementerian Perindustrian, Kementerian ESDM, Kementerian
Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi, Kementerian BUMN,
Badan Tenaga Nuklir Nasional, BPPT.
Revitalisasi Industri Material Bantuan peralatan dan mesin penumbuhan industri material dasar logam Paket 1 - Tidak dianggarkan pada tahun 2017 karena keterbatasan Dasar Logam anggaran
Meningkatnya daya saing Tersusunnya Standar Nasional Indonesia Produk Industri Material Dasar SNI 3 5 1,540 91,8 100 166,7 RSNI BTB, RSNI Baja Lembaran dan Gulungan Canai Dingin (Bj Industri Material Dasar Logam Logam D), RSNI Baja Lapis Alumunium (Bj LAM), RSNI Baja Lembaran
Pelat dan Gulungan Canai Panas untuk Aplikasi Struktur
Umum dan Struktur Las (Bj PS), RSNI Alumunium Sheet
Peningkatan Kerjasama, Iklim Usaha, Promosi dan Investasi Industri Usulan 33 36 2,672 94,8 100 109,1 Usulan BMDTP, Usulan transposisi HS 2017dalam rangka Material Dasar Logam AJCEP, 36 peserta pameran dengan 44 stand
Meningkatnya Kompetensi SDM dan tersusunnya RSKKNI Industri Material Orang/RSKKNI 1 - SKKNI industri penggilingan Baja Dasar Logam
Hilirisasi hasil tambang ke Terfasilitasinya Pembangunan Industri: 1. Smelter Baja di Batu Licin Industri Yang 2 2 100 100 Beroperasinya PT. Indonesia Guang Ching Nickel and Stainless produk dan jasa industri (Kalsel) dan Medan (Sumatera Utara) 2. Alumina Refinery di Menpawah Terfasilitasi Steel; Beroperasinya PT. Virtue Dragon; Beroperasinya PT.
dan Ketapang (Kalbar) 3. Smelter Tembaga di Gresik (Jatim), Sangata
COR Indonesia; Beroperasinya PT. Indonesia Ruipu Nickel and
(Smelter) 4. Smelter Nickel di Morowali (Sulteng), Pomalaa (Sultra),
Chrome; Perluasan Pabrik Alloy & Billet PT. Inalum Sangata (Smelter)
Terfasilitasinya pembangunan Pusat Pelatihan Tenaga Kerja Industri Baja Industri Yang -
di Kalimantan Selatan 2. Terfasilitasinya pembangunan Pusat Pelatihan Terfasilitasi Tenaga Kerja Industri berbasis Nikel di Sulteng Tidak dianggarkan Terfasilitasinya Pembangunan Laboratorium Logam Tanah Jarang untuk Laboratorium -
Bahan Baku Industri Yang terfasilitasi Tidak dianggarkan Terfasilitasinya Penelitian pemanfaatan Logam Tanah Jarang untuk produk Penelitian yang -
Industri terfasilitasi Tidak dianggarkan Terfasilitasinya Pembangunan Pilot Plant pemanfaatan logam tanah jarang Pilot Plant Yang -