Kebijakan Teknis dan Program Penyediaan Rumah Khusus i KATA PENGANTAR Modul Kebijakan Teknis dan Program Penyediaan Rumah Khusus bertujuan untuk memberikan pemahaman tentang bagaimana kebijakan teknis dan program penyediaan rumah khusus serta Program Sejuta Rumah. Modul ini disusun dalam 6 (enam) bab, meliputi Pendahuluan, Kebijakan dan Strategi Penyediaan Perumahan, Kebijakan Teknis Penyediaan Rumah Khusus, Program Penyediaan Rumah Khusus, Program Sejuta Rumah, dan Penutup. Modul ini disusun secara sistematis, agar peserta pelatihan dapat mempelajari materi dengan lebih mudah. Fokus pembelajaran diarahkan pada peran aktif peserta pelatihan. Ucapan terima kasih dan penghargaan kami sampaikan kepada tim penyusun atas tenaga dan pikiran yang dicurahkan untuk mewujudkan modul ini. Penyempurnaan maupun perubahan modul di masa mendatang senantiasa terbuka dan dimungkinkan mengingat akan perkembangan situasi, kebijakan dan peraturan yang terus menerus terjadi. Semoga modul ini dapat membantu dan bermanfaat bagi peningkatan kompetensi aparatur di Pusat dan Daerah dalam Bidang Penyelenggaraan Rumah Khusus. Bandung, September 2017 Kepala Pusat Pendidikan dan Pelatihan Jalan, Perumahan, Permukiman dan Pengembangan Infrastruktur Wilayah
111
Embed
KATA PENGANTAR - bpsdm.pu.go.id · Tabel 2 Rincian Target dan Anggaran Penyediaan Perumahan Tahun 2015 - ... Laptop c) Papan tulis atau whiteboard dengan penghapusnya d) Flip chart
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Kebijakan Teknis dan Program Penyediaan Rumah Khusus i
KATA PENGANTAR
Modul Kebijakan Teknis dan Program Penyediaan Rumah Khusus bertujuan untuk
memberikan pemahaman tentang bagaimana kebijakan teknis dan program
penyediaan rumah khusus serta Program Sejuta Rumah.
Modul ini disusun dalam 6 (enam) bab, meliputi Pendahuluan, Kebijakan dan
Strategi Penyediaan Perumahan, Kebijakan Teknis Penyediaan Rumah Khusus,
Program Penyediaan Rumah Khusus, Program Sejuta Rumah, dan Penutup.
Modul ini disusun secara sistematis, agar peserta pelatihan dapat mempelajari
materi dengan lebih mudah. Fokus pembelajaran diarahkan pada peran aktif
peserta pelatihan.
Ucapan terima kasih dan penghargaan kami sampaikan kepada tim penyusun
atas tenaga dan pikiran yang dicurahkan untuk mewujudkan modul ini.
Penyempurnaan maupun perubahan modul di masa mendatang senantiasa
terbuka dan dimungkinkan mengingat akan perkembangan situasi, kebijakan dan
peraturan yang terus menerus terjadi. Semoga modul ini dapat membantu dan
bermanfaat bagi peningkatan kompetensi aparatur di Pusat dan Daerah dalam
Bidang Penyelenggaraan Rumah Khusus.
Bandung, September 2017
Kepala Pusat Pendidikan dan Pelatihan
Jalan, Perumahan, Permukiman dan
Pengembangan Infrastruktur Wilayah
ii Kebijakan Teknis dan Program Penyediaan Rumah Khusus
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR................................................................................................... i
DAFTAR ISI .............................................................................................................. ii
DAFTAR TABEL ...................................................................................................... iv
DAFTAR GAMBAR ................................................................................................... v
PETUNJUK PENGGUNAAN MODUL ....................................................................... vi
1. Deskripsi ................................................................................................ vi
2. Persyaratan ........................................................................................... vi
3. Metode .................................................................................................. vi
4. Alat Bantu/Media ................................................................................. vii
BAB 1 PENDAHULUAN .......................................................................................... 1
A. Latar Belakang ....................................................................................... 2
B. Deskripsi Singkat ................................................................................... 3
C. Kompetensi Dasar ................................................................................. 3
D. Indikator Hasil Belajar ........................................................................... 3
E. Materi dan Submateri Pokok ................................................................ 3
F. Estimasi Waktu ...................................................................................... 4
BAB 2 KEBIJAKAN DAN STRATEGI PENYEDIAAN PERUMAHAN .......................... 5
A. Indikator keberhasilan .......................................................................... 6
B. Kondisi, Permasalahan, dan Potensi Penyediaan Perumahan ............. 6
C. Arah Kebijakan dan Strategi RPJMN Tahun 2015- 2019 ..................... 10
D. Program Penyediaan Perumahan ....................................................... 13
E. Latihan ................................................................................................. 17
F. Rangkuman ......................................................................................... 17
BAB 3 KEBIJAKAN TEKNIS PENYEDIAAN RUMAH KHUSUS ............................... 19
A. Indikator keberhasilan ........................................................................ 20
B. Kebijakan Penyediaan Rumah Khusus ................................................ 20
C. Visi, Misi, dan Kelembagaan Penyediaan Rumah Khusus ................... 26
D. Sasaran Penerima Manfaat Rumah Khusus ........................................ 32
E. Bentuk Penyediaan Rumah Khusus..................................................... 35
Kebijakan Teknis dan Program Penyediaan Rumah Khusus iii
F. Bentuk Dukungan Pemda .................................................................... 41
G. Mekanisme Penyediaan Rumah Khusus ............................................. 42
H. Latihan ................................................................................................. 48
I. Rangkuman .......................................................................................... 48
BAB 4 PROGRAM PENYEDIAAN RUMAH KHUSUS ............................................. 51
A. Indikator Keberhasilan ........................................................................ 52
B. Rencana Program Penyediaan Rumah Khusus .................................... 52
C. Capaian Program Penyediaan Rumah Khusus .................................... 54
D. Tantangan dan Arahan Program Penyediaan Rumah Khusus ............. 61
E. Latihan ................................................................................................. 63
F. Rangkuman .......................................................................................... 63
BAB 5 PROGRAM SEJUTA RUMAH ..................................................................... 65
A. Indikator Keberhasilan ........................................................................ 66
B. Latarbelakang Program Sejuta Rumah ................................................ 66
C. Penyediaan Rumah Khusus dalam Program Sejuta Rumah ................ 69
D. Latihan ................................................................................................. 70
E. Rangkuman .......................................................................................... 70
BAB 6 PENUTUP .................................................................................................. 71
A. Simpulan .............................................................................................. 72
B. Tindak Lanjut ....................................................................................... 72
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................ 74
Untuk pencapaian target sesuai Renstra Kementerian PUPR tersebut dibutuhkan
pendanaan sebesar 184.662 trilyun rupiah, sementara alokasi pendanaan
berdasarkan RPJMN hanya sebesar 33.090 trilyun rupiah. sehingga. terdapat gap
pendanaan sebesar 151,563 trilyun.
Untuk itu diperlukan dorongan untuk meningkatkan kemitraan pemerintah dan
swasta yang lebih besar dalam rangka mengembangkan alternatif pembiayaan
pembangunan infrastruktur pekerjaan umum dan perumahan rakyat.
Pemerintah dalam hal ini bertugas menciptakan regulasi yang sehat, membangun
iklim yang semakin kondusif dan kompetitif (seperti pemeliharaan stabilitas
politik dan keamanan, penataan sistem perizinan, perbaikan sistem hukum dan
kelembagaan, perluasan akses ke pasar, dan pemberian insentif pajak bagi
2 Kebijakan dan Strategi Penyediaan Perumahan 2015-2019
16 Kebijakan Teknis dan Program Penyediaan Rumah Khusus
kawasan-kawasan yang memiliki prospek baik), mengurangi risiko investasi,
mendorong pengembangan inovasi dan teknologi, serta mendorong kompetisi
antara lain dengan menciptakan tender yang kompetitif guna memperkuat
perkembangan sektor swasta.
Tabel 2 Rincian Target dan Anggaran Penyediaan Perumahan Tahun 2015 -
2019
Sumber : Kebijakan dan Strategi Penyediaan Perumahan TA 2015-2019
Tantangan pembangunan ke depan dalam konteks otonomi daerah adalah
bagaimana menemukan formula pembiayaan investasi infrastruktur yang tepat,
melalui skema-skema kreatif atau non-konvensional. Berbagai insentif untuk
menarik investasi dapat dilakukan terkait kelayakan proyek dan pembiayaan
melalui penerapan Kerjasama Pemerintah Swasta (KPS) berupa pemberian
dukungan Pemerintah, seperti pembebasan tanah atau pembangunan yang
sebagian dibangun oleh Pemerintah.
Kebijakan Teknis dan Program Penyediaan Rumah Khusus 17
E. Latihan
Setelah Anda mempelajari materi di atas, selanjutkan untuk memantapkan
pemahaman Anda tentang topik tersebut, silakan kerjakan beberapa soal latihan
berikut ini.
1. Jelaskan salah satu permasalahan dalam penyediaan perumahan dalam
kurun waktu 2010-2014.?
2. Jelaskan apa saja potensi yang dimiliki untuk mendorong tumbuh dan
berkembangnya perumahan di Indonesia?
3. Apa yang dimaksud dengan backlog kebutuhan perumahan di Indonesia?
4. Sebutkan 5 program perumahan sesuai RPJMN 2015-2016.
F. Rangkuman
Kondisi pembangunan perumahan pada kurun waktu 2010-2014 antara lain :
penetapan UU No. 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan kawasan Permukiman,
UU No 20 Tahun 2011 tentang Rumah Susun, PP No. 88/2014 tentang Pembinaan
Penyelenggaraan Perumahan dan Kawasan Permukiman, dan 88 Peraturan
Menteri Perumahan Rakyat; Penyediaan rumah layak huni yang didukung oleh
prasarana, sarana dan utilitas umum; Perluasan Program ProRakyat Klaster 4
melalui Bantuan Stimulan Perumahan Swadaya; serta Pengembangan sistem
pembiayaan perumahan jangka panjang melalui FLPP.
Tantangan dan permasalahan yang dihadapi, antara lain berkaitan dengan
dukungan kebijakan, koordinasi dan kelembagaan, pertanahan, perizinan, harga
bahan bangunan, pengawasan dan pengendalian, backlog kepemilikan rumah,
dan teknologi.
Potensi yang bisa ditingkatkan adalah peran dan partisipasi aktif Pemerintah
Daerah dalam hal penyediaan perumahan (MBR) mengingat sudah terbentukna
Dinas yang manangani perumahan di seluruh Indonesia, dan pemberdayaan
keterlibatan masyarakat dan dunia usaha, termasuk BUMN yang bergerak di
bidang infrastruktur perumahan dan kawasan permukiman.
Maka disusunlah kebijakan penyediaan perumahan TA 2015-2019, yaitu untuk
memperluas akses terhadap tempat tinggal yang layak yang dilengkapi dengan
sarana dan prasarana yang memadai untuk seluruh kelompok masyarakat secara
berkeadilan, melalui pengembangan multi-sistem penyediaan perumahan secara
utuh dan seimbang.
18 Kebijakan Teknis dan Program Penyediaan Rumah Khusus
Strategi yang diterapkan adalah meningkatkan harmonisasi, sosialisasi dan
koordinasi; memberdayakan seluruh pemangku kepentingan; meningkatkan
kualitas perencanaan dan penyelenggaraan pembangunan Perumahan;
mengembangkan multi-sistem penyediaan perumahan yang berkeadilan; dan
meningkatkan efisiensi dalam industri pembangunan perumahan yang
berkelanjutan.
Kebijakan Teknis dan Program Penyediaan Rumah Khusus 19
BAB 3
KEBIJAKAN TEKNIS PENYEDIAAN RUMAH
KHUSUS
20 Kebijakan Teknis dan Program Penyediaan Rumah Khusus
Kebijakan Teknis Penyediaan Rumah Khusus
A. Indikator keberhasilan
Dengan mengikuti pembelajaran ini, peserta pelatihan diharapkan mampu
menjelaskan mengenai kebijakan penyediaan rumah khusus di Indonesia.
B. Kebijakan Penyediaan Rumah Khusus
Wilayah di Indonesia memiliki keberagaman, baik dari kondisi alam dan potensi
wilayahnya, sosial budaya dan ekonomi masyarakat, jenis kegiatan, kepadatan
penduduk, ketersediaan lahan, dan luasnya wilayah sehingga banyak daerah
yang masih belum terjangkau oleh pembangunan, menuntut penyediaan fasilitas
yang dapat memberikan pelayanan serta penyebaran fasilitas yang merata dalam
mendukung aktivitas penduduk. Dalam kurun waktu sepuluh tahun terakhir ini,
penataan kawasan perumahan dan permukiman bagi masyarakat berpenghasilan
rendah, nelayan, masyarakat perbatasan, daerah terpencil, petugas perbatasan
dan korban bencana menjadi prioritas utama dalam kaitannya menciptakan
kawasan perumahan dan permukiman yang lebih manusiawi dan memenuhi
unsur/persyaratan kesehatan, efisiensi dan produktif.
Arah kebijakan pembangunan yang terkait dengan pembangunan perumahan
khusus adalah membuka isolasi daerah guna mendorong percepatan
pembangunan dan pertumbuhan distrik-distrik strategis dan cepat tumbuh
sehingga dapat menjadi motor penggerak bagi daerah-daerah tertinggal di
sekitarnya dalam satu sistem wilayah pengembangan ekonomi yang strategis
serta akselerasi keberpihakan untuk mengembangkan daerah-daerah tertinggal
dan terpencil sehingga dapat tumbuh dan berkembang mengejar ketertinggalan
pembangunannya.
Kebijakan penyediaan rumah khusus, merupakan bagian dari kebijakan
penyelenggaraan perumahan yang menurut Kebijakan Nasional RPJMN 2015-
2019, yaitu meningkatkan akses masyarakat berpendapatan rendah terhadap
hunian yang layak, aman, dan terjangkau, serta didukung oleh penyediaan
prasarana, sarana, dan utilitas yang memadai untuk seluruh kelompok
Kebijakan Teknis dan Program Penyediaan Rumah Khusus 21
masyarakat secara berkeadilan. Secara skematis berikut kebijakan penyediaan
perumahan 2015-2016:
Gambar 2 Skema Kebijakan Perumahan pada RPJMN 2015-2019
Sumber : Kebijakan dan Strategi Penyediaan Perumahan Tahun 2015-2019
Dari skema di atas, tercantum bahwa salah satu program pengembangan
perumahan tahun 2015-2019 adalah Pembangunan Rumah Khusus, yang
sasarannya adalah terbangunnya 50.000 unit rumah khusus di daerah pasca
bencana/konflik, maritim, dan perbatasan negara. Arah kebijakan pembangunan
yang terkait dengan pembangunan perumahan khusus adalah membuka isolasi
daerah guna mendorong percepatan pembangunan dan pertumbuhan distrik-
distrik strategis dan cepat tumbuh sehingga dapat menjadi motor penggerak bagi
daerah-daerah tertinggal di sekitarnya dalam satu sistem wilayah pengembangan
ekonomi yang strategis serta akselerasi keberpihakan untuk mengembangkan
daerah-daerah tertinggal dan terpencil sehingga dapat tumbuh dan berkembang
mengejar ketertinggalan pembangunannya.
RPJM 2015-2019
SWADAYA
FORMAL
Rumah Susun
550.000 Unit
Rumah Khusus
50.000 Unit
Rumah Umum FLPP
900.000 Unit
PB
250.000 Unit
PK
1.500.000 Unit
PK-KPR
450.000 Unit
Ditjen.
Penyediaan
Perumahan
Ditjen.
Pembiayaan
Perumahan
Ditjen.
Penyediaan
Perumahan
Ditjen.
Pembiayaan
Perum
22 Kebijakan Teknis dan Program Penyediaan Rumah Khusus
Kebijakan dan strategi pemerintah dalam pencapaian sasaran dan tujuan
penyediaan rumah khusus terus dilaksanakan dan diupayakan secara efektif dan
efisien dengan terukur dan akuntabel, bersama stakeholder di lingkungan rumah
khusus. Program dan dukungan kegiatan rumah khusus dilaksanakan agar pihak-
pihak terkait mau bersama-sama mendorong percepatan penyediaan
perumahan bagi masyarakat Indonesia.
Secara umum, pembangunan rumah khusus harus memperhatikan beberapa hal,
yaitu3 :
1. Aspek Lingkungan
Aspek lingkungan secara serius memiliki dampak yang sangat besar
terhadap berhasil-tidaknya program pembangunan rumah khusus. Aspek-
aspek lingkungan ini dapat meliputi aspek sosial, ekonomi, budaya dan
politik.
2. Aspek Administrasi dan Teknis
Aspek ini merupakan persyaratan yang harus dilengkapi oleh pemohon
bantuan rumah khusus. Beberapa persyaratan yang tidak dapat dipenuhi
oleh pemohon akan menimbulkan permasalahan dalam pelaksanaan
bantuan rumah khusus. Kesiapan lokasi merupakan aspek yang seringkali
menjadi masalah karena sering terjadi perpindahan lokasi dari lokasi yang
sudah ditentukan menjadi lokasi baru tanpa adanya koordinasi. Selain itu
legasitas lahan sering menjadi permasalahan. Bukti kepemilikan lahan,
kesesuaian tata ruang dan sertifat lahan merupakan permasalahan yang
sering timbul dalam bantuan rumah khusus. Selain itu ketersediaan
Prasarana Sarana Utilitas (PSU) juga menjadi salah satu yang perlu
diperhatikan. Salah satu tujuan dari pembangunan rumah khusus
adalahuntuk meningkatkan kualitas hidup masyarakat. Apabila lokasi
pembangunan rumah khusus tidak didukung oleh tersediannya PSU baik itu
listrik, saluran air, drainase, jalan dan laiinya akan menyebabkan masyarakat
yang menempati lokasi tersebut akan mengalami kesulitan dalam
memenuhi kebutuhan hidup.
3 Rencana Strategis Direktorat Rumah Khusus 2015-2019, Direktorat Jenderal Penyediaan Perumahan
Kebijakan Teknis dan Program Penyediaan Rumah Khusus 23
3. Aspek Pemanfaatan
Penerima manfaat rumah khusus dapat dikelompokkan sebagai berikut:
Tabel 3 Pengelompokkan Penerima Manfaat
Sumber : Dir. Rumah Khusus, 2017
Berdasarkan tabel tersebut diatas, maka penerima manfaat rumah khusus, dapat
dikelompokkan menurut kegiatannya, yaitu kegiatan yang bersifat sosial,
kegiatan yang bersifat non bisnis yang keduanya wajib membayar sewa atas
rumah khusus dan kelompok yang tidak mampu membayar sewa, yang akan
menerima hibah bangunan rumah khusus.
Bagi mereka yang membayar sewa rumah khusus, diwajibkan menandatangani
Surat Perjanjian Sewa dan akan memperoleh Surat Izin Penghunian (SIP) dari
pengelola. Jika masyarakat penghuni tidak lagi menggunakan rumahnya, maka
yang bersangkutan harus mengembalikan rumahnya kepada pengelola, berikut
NO
PENERIMA MANFAAT
PENGELOMPOKAN
PENERIMA MANFAAT
PENENTUAN SISTEM
PEMANFAATAN RUSUS DI DAERAH
1 2 3 4 5 6 7 8 9
10
Masyarakat di perbatasan Masyarakat nelayan Masyarakat korban bencana Masyarakat di daerah terpencil dan tertinggal Masyarakat terkena dampak program pembangunan pemerintah Pekerja industry Pekerja pariwisata Transmigran Masyarakat sosial (lanjut usia, Miskin, difabel,yatim piatu, anak-anak terlantar) Masyarakat yang membutuhkan penanganan khusus (pemuka adat/agama, suku terasing, msyarakat yang berada di cagar budaya,masyarakat di daerah pengolahan sumber daya alam)
Kelompok kegiatan sosial Kelompok kegiatan non bisnis Kondisi tidak dapat membayar sewa Kelompok kegiatan sosial Kelompok masyarakat yang membutuhkan relokasi rumah yang terkena program pemerintah Kelompok kegiatan non bisnis Kelompok kegiatan non bisnis Kelompok kegiatan non bisnis Kelompok kegiatan sosial Kelompok kegiatan sosial
Sewa dalam kelompok kegiatan sosial Sewa dalam kelompok kegiatan non bisnis Hibah Sewa dalam kelompok kegiatan sosial Hibah Sewa dalam kelompok kegiatan sosia Sewa dalam kelompok kegiatan non bisnis Sewa dalam kelompok kegiatan non bisnis Sewa dalam kelompok kegiatan non bisnis Sewa dalam kelompok kegiatan sosial dan dapat juga mendapat hibah Sewa dalam kelompok kegiatan sosial
24 Kebijakan Teknis dan Program Penyediaan Rumah Khusus
SIP yang dipegangnya, dan yang bersangkutan tidak diperkenankan mendiamkan
rumah dalam kondisi kosong atau mengalihkan kepenghuniannya kepada pihak
lain. Pelanggaran terhadap kewajiban dan/ atau larangan dapat menyebabkan
dicabutnya atau dibatalkannya SIP dan penghuni diwajibkan meninggalkan
rumah khusus dalam keadaan baik.
4. Aspek Serah Terima Aset dan Penghunian.
Berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan No. 181/PMK.06/2016 Tentang
Penatausahaan Barang Milik Negara, menyatakan bahwa Barang Milik Negara
yang tidak digunakan untuk menyelenggarakan tugas dan fungsi
Kementerian/Lembaga, yang selanjutnya disebut BMN Idle, adalah BMN berupa
tanah dan/atau bangunan yang tidak digunakan untuk kepentingan
penyelenggaraan tugas dan fungsi Kementerian/Lembaga.
Berdasarkan definisi tersebut, maka rumah khusus, Prasarana lingkungan, Sarana
lingkungan dan Utilitas umum (PSU) serta Bantuan Stimulan Perumahan swadaya
(BSPS) dapat dimasukkan sebagai Barang Milik negara (BMN) yang tidak
dipergunakan untuk menyelenggarakan tugas dan fungsi kementerian.
Berdasarkan PMK tersebut, objek Penatausahaan BMN meliputi:
a. semua barang yang dibeli atau diperoleh atas beban Anggaran Pendapatan
dan Belanja Negara; dan
b. semua barang yang berasal dari perolehan lainnya yang sah, meliputi:
1) barang yang diperoleh dari hi bah/ sumbangan atau yang sejenisnya;
2) barang yang diperoleh sebagai pelaksanaan perjanjian/kontrak;
3) barang yang diperoleh sesuai dengan ketentuan Peraturan Perundang-
undangan; atau
4) barang yang diperoleh berdasarkan putusan pengadilan yang telah
memperoleh kekuatan hukum tetap.
Objek Penatausahaan BMN diklasifikasikan menjadi:
a. aset lancar berupa barang persediaan;
b. aset tetap, meliputi:
1) tanah;
2) peralatan dan mesin;
3) gedung dan bangunan;
4) jalan, irigasi, dan jaringan;
Kebijakan Teknis dan Program Penyediaan Rumah Khusus 25
5) aset tetap lainnya; dan
6) konstruksi dalam pengerjaan; dan
7) aset lainnya, meliputi:
8) aset kemitraan dengan pihak ketiga;
9) aset tak berwujud; dan
10) aset tetap yang dihentikan dari penggunaan.
Barang Milik Negara (BMN) untuk diserahkan kepada masyarakat/ Pemerintah
Daerah, ditatausahakan sebagai aset lancar berupa persediaan oleh Pengguna
Barang/ Kuasa Pengguna Barang sebagaimana diatur dalam Peraturan Menteri
ini. Dengan demikian rumah khusus yang akan diserahkan kepada masyarakat
dan pemerintah daerah, PSU perumahan umum bersubsidi yang akan diserahkan
kepada pemerintah daerah, dan BSPS yang diserahkan kepada masyarakat
diklasifikasikan sebagai aset lancar.
PMK 181/ 2016 selanjutnya mengatur pula bahwa:
Dalam hal BMN tersebut sudah tidak berada dalam penguasaan Pengguna
Barang/ Kuasa Pengguna Barang namun belum mendapatkan persetujuan
pemindahtanganan, selanjutnya:
a. dimasukkan ke dalam Daftar Barang Persediaan Yang Tidak Dikuasai;
b. tidak disajikan dalam neraca; dan
c. diungkapkan dalam Catatan atas Laporan BMN dan Catatan atas Laporan
Keuangan, dengan catatan, setelah Pengguna Barang/ Kuasa Pengguna
Barang mengajukan permohonan persetujuan pemindahtanganan sesuai
dengan ketentuan Peraturan Perundang- undangan.
Dalam hal Pengguna Barang telah menerbitkan Keputusan Penghapusan atas
BMN, Kuasa Pengguna Barang menghapus BMN tersebut dari Daftar Barang
Persediaan Yang Tidak Dikuasai, namun jika Pengelola Barang tidak menyetujui
permohonan pemindahtanganan BMN, Pengguna Barang/ Kuasa Pengguna
Barang:
a. mengeluarkan BMN tersebut dari Daftar Barang Persediaan Yang Tidak
Dikuasai;
b. menyajikan BMN tersebut ke dalam neraca; dan
c. melakukan Penatausahaan sebagai aset lancar berupa persediaan
sebagaimana diatur dalam Peraturan Menteri ini.
26 Kebijakan Teknis dan Program Penyediaan Rumah Khusus
C. Visi, Misi, dan Kelembagaan Penyediaan Rumah Khusus
Selaras dengan Renstra PUPR 2015-2019 (Permen PUPR No. 13.1/PRT/M/2015)
yang memuat Visi Kementerian PUPR 2015-2019 yaitu “Terwujudnya
Infrastruktur Pekerjaan Umum Dan Perumahan Rakyat Yang Handal Dalam
Mendukung Indonesia Yang Berdaulat, Mandiri, Dan Berkepribadian
Berlandaskan Gotongroyong”, maka Kementerian Pekerjaan Umum dan
Perumahan Rakyat (Direktorat Rumah Khusus) menjabarkan visi, misi, tujuan dan
sasaran sesuai dengan peran tugas dan fungsinya, serta dengan memperhatikan
potensi dan permasalahan, tantangan utama pembangunan yang dihadapi lima
tahun kedepan.
▪ VISI
Visi Direktorat Rumah Khusus tahun 2015-2019 adalah “Terwujudnya
Penyediaan Perumahan Khusus Bagi Daerah Pasca Bencana/Konflik,
Maritim, Pulau Terluar, Daerah Terpencil, Daerah Yang Terkena Dampak
Pembangunan Dan Perbatasan Negara Dalam Rangka Pemenuhan
Kebutuhan Rumah Bagi Kelompok Masyarakat Di Kawasan Khusus Seluruh
Indonesia”.
▪ MISI
Adapun Misi Direktorat Rumah Khusus secara komprehensif mencakup
upaya:
1. Mempercepat pembangunan infrastruktur permukiman dan perumahan
rakyat untuk mendukung layanan infrastruktur dasar yang layak dalam
rangka mewujdkan kualitas hidup manusia Indonesia sejalan dengan
prinsip infrastruktur untuk semua;
2. Pembangunan rumah khusus yang meliputi kawasan dampak pasca
bencana/ konflik, maritim, pulau terluar, daerah terpencil, daerah yang
terkena dampak pembangunan dan perbatasan negara;
3. Meningkatnya good governance dalam rangka mendukung fungsi
manajeman meliputi perencanaan yang terpadu, pengorganisasian yang
efisien, pelaksanaan yang tepat, dan pengawasan yang ketat
Kebijakan Teknis dan Program Penyediaan Rumah Khusus 27
▪ TUJUAN
Tujuan Direktorat Rumah Khusus yaitu menyelenggarakan penyediaan
pembangunan rumah khusus layak huni bagi masyarakat kawasan khusus
pasca bencana/ konflik, maritim, pulau terluar, daerah terpencil, daerah
yang terkena dampak pembangunan dan perbatasan negara.
▪ SASARAN STRATEGIS
Sasaran strategis dimaksudkan untuk mencapai tujuan diatas, sesuai dengan
sasaran strategis Direktorat Khusus 2015-2019 yaitu sebagai berikut:
1. Teridentifikasinya kawasan-kawasan rumah khusus yang layak huni;
2. Pembangunan rumah khusus yang layak huni berupa pembangunan
rumah baru atau rehabilitasi bangunan rumah yang dilengkapi dengan
DED;
3. Meningkatnya pembangunan Rumah Khusus sebanyak 50.000 unit
sampai dengan Tahun 2019 mencakup rumah khusus untuk nelayan,
kawasan perbatasan, rumah pasca bencana dan rumah khusus untuk
daerah terpencil dan daerah tertinggal;
4. Bekerjasama dengan pemerintah daerah dalam pembangunan rumah
khusus.
▪ STRATEGI
Strategi yang akan dilaksanakan Direktorat Rumah Khusus 2015-2019 adalah
sebagai berikut:
1. Target pembangunan rumah khusus 2015-2019 didaerah pasca
bencana/konflik, maritim dan perbatasan negara yang dilengkapi dengan
PSU pendukung adalah sebanyak 50.000 Unit.
a. Dalam pembangunan rumah khusus, Direktorat Rumah Khusus
menerima permohonan bantuan pembangunan rumah khusus
sesuai dengan pedoman yang telah disusun;
b. Pembangunan Rumah Khusus oleh Direktorat Rumah Khusus
diharapkan kerjasama dari Pemerintah Daerah dengan
28 Kebijakan Teknis dan Program Penyediaan Rumah Khusus
menyediakan dana pendamping bantuan pembangunan rumah
khusus dalam APBD Provinsi dan Kabupaten/Kota;
c. Menjalin kerjasama dengan pihak swasta untuk penyediaan
pembangunan rumah khusus;
2. Menyusun rencana teknik di bidang penyelenggaraan rumah khusus
a. Bantuan pembangunan dan rehabilitasi rumah khusus yang
dilengkapi dengan DED;
b. Penyusunan Dokumen DED mengacu pada tipologi kawasan serta
prototipe rumah khusus yang telah dibuat c. Dalam pembangunan
rumah khusus baru memiliki luas lantai memiliki ukuran minimal 36
m2 dan menggunakan bahan bangunan lokal;
c. Untuk rehabilitasi bangunan rumah khusus adalah memperbaiki
komponen rumah supaya memenuhi persayaratan rumah layak huni
atau mengembalikan rumah sesuai dengan bentuk aslinya;
3. Menyiapkan Norma, Standar, Pedoman dan Kriteria penyelenggaraan
rumah khusus;
4. Memberikan bimbingan teknis dan supervisi penyediaan rumah khusus
berupa penyiapan bahan pemberian bimbingan teknis dan supervisi
dalam menyelenggarakan rumah khusus;
5. Melaksanakan pengelolaan rumah khusus terdiri dari pengelolaan aset,
pemeliharaan dan perawatan bangunan rumah khusus;
6. Melaksanakan pemantauan dan evaluasi rumah khusus terdiri dari:
a. Penyusunan pedoman evaluasi kinerja penyediaan rumah khusus;
b. Pemantauan dan evaluasi kinerja penyediaan rumah khusus;
c. Pembinaan dan pelaksanaan evaluasi penyediaan rumah khusus;
d. Pengolahan informasi dan isu-isu strategis penyediaan rumah
khusus;
e. Fasilitasi evaluasi kinerja penyediaan rumah khusus;
f. Penyusunan laporan kinerja penyediaan rumah khusus;
7. Pelaksanakan pembangunan fisik rumah khusus;
Kebijakan Teknis dan Program Penyediaan Rumah Khusus 29
8. Melaksanakan tata usaha Direktorat:
a. Terciptanya tata laksana administrasi yang baik;
b. Terwujudnya good governance di lingkungan Direktorat Rumah
Khusus.
▪ KERANGKA KELEMBAGAAN
Kerangka Kelembagaan di Direktorat Rumah Khusus ini berdasarkan
Peraturan Menteri PUPR Nomor 15/PRT/M/2015 tentang Organisasi dan
Tata Kerja Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat;
Direktorat Rumah Khusus, yang mempunyai tugas melaksanakan penyiapan
perumusan kebijakan dan pelaksanaan di bidang pembinaan
penyelenggaraan rumah tapak khusus, perencanaan teknik, penyusunan
standar dan pedoman, pengelolaan, pemantauan dan evaluasi penyediaan
rumah tapak khusus, serta penyediaan rumah tapak khusus dan rumah
tapak negara. Dalam melaksanakan tugas tersebut Direktorat Rumah Khusus
menyelenggarakan fungsi:
a. Penyiapan perumusan kebijakan di bidang penyelenggaraan rumah
tapak khusus;
b. Pelaksanaan kebijakan di bidang pembinaan penyelenggaraan
rumah tapak khusus;
c. Penyiapan penyusunan rencana teknik di bidang penyelenggaraan
rumah tapak khusus;
d. Penyiapan penyusunan norma, standar, pedoman, dan kriteria di
bidang penyelenggaraan rumah tapak khusus;
e. Pemberian bimbingan teknis dan supervisi di bidang penyediaan
rumah tapak khusus;
f. Pelaksanaan pengelolaan rumah tapak khusus;
g. Pelaksanaan pemantauan dan evaluasi rumah tapak khusus;
h. Pelaksanaan penyediaan rumah tapak khusus dan rumah tapak
Negara; dan
i. Pelaksanaan tata usaha Direktorat.
Dalam melaksanakan fungsi tersebut di atas, Direktorat Rumah Khusus
didukung oleh unit kerja eselon III yang terdiri atas:
30 Kebijakan Teknis dan Program Penyediaan Rumah Khusus
a) Subdirektorat Perencanaan Teknis Subdirektorat Perencanaan
Teknis, yang mempunyai tugas penyiapan penyusunan rencana
teknik di bidang penyelenggaraan penyediaan rumah tapak khusus.
Dalam melaksanakan tugas Subdirektorat Perencanaan Teknis
menyelenggarakan fungsi:
- penyiapan analisis teknik penyediaan rumah tapak khusus; dan
- penyiapan penyususnan rencana penyediaan rumah tapak
khusus.
b) Subdirektorat Standar dan Pedoman Subdirektorat Standar dan
Pedoman, yang mempunyai tugas melaksanakan penyiapan
penyusunan norma, standar, pedoman, dan kriteria serta penyiapan
pemberian bimbingan teknis dan supervisi di bidang
penyelenggaraan rumah tapak khusus. Dalam melaksanakan tugas
Subdirektorat Standar dan Pedoman menyelenggarakan fungsi:
- penyiapan penyusunan norma, standar, pedoman dan kriteria
di bidang penyelenggaraan rumah tapak khusus; dan
- penyiapan pemberian bimbingan teknis dan supervisi di bidang
penyelenggaraan rumah tapak khusus.
c) Subdirektorat Penyediaan Rumah Tapak Khusus dan Rumah Tapak
Negara, yang mempunyai tugas melaksanakan penyiapan bahan
perumusan kebijakan di bidang penyediaan rumah tapak khusus
serta penyiapan pelaksanaan kebijakan di bidang pembinaan
penyediaan rumah tapak khusus, serta pelaksanaan penyediaan
rumah tapak negara. Dalam melaksanakan tugas Subdirektorat
Penyediaan Rumah Tapak Khusus dan Tapak Negara
menyelenggarakan fungs i:
- penyiapan perumusan kebijakan di bidang penyediaan rumah
tapak khusus;
- penyiapan pelaksanaan kebijakan di bidang pembinaan
penyediaan rumah tapak khusus; dan
- penyiapan pelaksanaan penyediaan rumah tapak khusus dan
rumah tapak Negara.
d) Subdirektorat Pengelolaan Rumah Tapak Khusus, yang mempunyai
tugas melaksanakan pengelolaan aset, pemeliharaan dan
perawatan bangunan rumah khusus dan rumah negara. Dalam
Kebijakan Teknis dan Program Penyediaan Rumah Khusus 31
melaksanakan tugas Subdirektorat Pengelolaan Rumah Tapak
Khusus menyelenggarakan fungsi:
- pelaksanaan pengelolaan aset di bidang rumah khusus; dan
- pelaksanaan pemeliharaan dan perawatan rumah khusus.
e) Subdirektorat Pemantauan dan Evaluasi, yang mempunyai tugas
melaksanakan pemantauan dan evaluasi kinerja penyediaan rumah
khusus. Dalam melaksanakan tugas Subdirektorat Pemantauan dan
Evaluasi menyelenggarakan fungs i:
- penyusunan pedoman evaluasi kinerja penyediaan rumah
khusus; pemantauan dan evaluasi kinerja penyediaan rumah
khusus; pembinaan dan pelaksanaan evaluasi penyediaan rumah
khusus;
- pengolahan informasi dan isu-isu strategis penyediaan rumah
khusus;
- fasilitasi evaluasi kinerja penyediaan rumah khusus; dan
- penyusunan laporan kinerja penyediaan rumah khusus.
f) Sub bagian Tata Usaha Subbag Tata Usaha, yang mempunyai
tugas melakukan pelaksanaan urusan kepegawaian, keuangan,
perlengkapan, rumah tangga, administrasi barang milik negara,
tata naskah dinas, dan kearsipan serta menyiapkan bahan
pelaksanaan pelayanan kepada pimpinan dalam rangka
mendukung kinerja pimpinan dan melakukan kegiatan
penatausahaan pimpinan.
32 Kebijakan Teknis dan Program Penyediaan Rumah Khusus
Gambar 3 Struktur Organisasi Direktorat Rumah Khusus
Sumber : PermenPUPR No 15 Tahun 2015
D. Sasaran Penerima Manfaat Rumah Khusus
Sebagaimana dimaksud dalam UU No. 1 Tahun 2011, Pasal 20 ayat (3) jenis
rumah dibedakan berdasarkan pelaku pembangunan dan sasaran penerimanya
meliputi:
1. Rumah komersial, yaitu rumah yang diselenggarakan dengan tujuan
mendapatkan keuntungan;
2. Rumah umum, yaitu rumah yang dibangun atas prakarsa dan upaya
masyarakat;
3. Rumah swadaya, yaitu rumah yang diselenggarakan untuk memenuhi
kebutuhan rumah bagi masyarakat berpenghasilan rendah;
4. Rumah khusus, yaitu rumah yang diselenggarakan untuk memenuhi
kebutuhan khusus;
5. Rumah Negara, yaitu rumah yang dimiliki negara dan berfungsi sebagai
tempat tinggal atau hunian dan sarana pembinaan keluarga serta penunjang
pelaksanaan tugas pejabat dan/atau pegawai negeri.
Kebijakan Teknis dan Program Penyediaan Rumah Khusus 33
Dengan demikian, sasaran penerima rumah khusus adalah masyarakat dengan
kebutuhan khusus. Dijelaskan pada Penjelasan UU No. 1 Tahun 2011, Pasal 21,
Ayat (5), bahwa yang dimaksud dengan “kebutuhan khusus”, antara lain adalah
kebutuhan untuk perumahan transmigrasi, pemukiman kembali korban bencana,
dan rumah sosial untuk menampung orang lansia, masyarakat miskin, yatim
piatu, dan anak terlantar, serta termasuk juga untuk pembangunan rumah yang
lokasinya terpencar dan rumah di wilayah perbatasan negara.
Secara lebih rinci, dijelaskan pada Permenpera No 20 tahun 2017, Penerima
Penyediaan Rumah Khusus meliputi kementerian atau lembaga; atau Pemerintah
Daerah kabupaten atau kota. Penerima Penyediaan Rumah Khusus harus
menyampaikan proposal Penyediaan Rumah Khusus. Penerima Penyediaan
Rumah Khusus bertanggungjawab atas kebenaran dokumen proposal dan
ketepatan sasaran penerima manfaat Penyediaan Rumah Khusus.
Penerima manfaat Penyediaan Rumah Khusus merupakan masyarakat yang
memenuhi kriteria untuk menghuni Rumah Khusus, yaitu :4
1. Masyarakat yang bertempat tinggal di wilayah perbatasan negara;
2. Masyarakat nelayan merupakan masyarakat yang bertempat tinggal di
kawasan pesisir pantai dan bermata pencaharian sebagai nelayan;
3. Masyarakat korban bencana, merupakan masyarakat yang terkena dampak
langsung dari bencana skala dan/atau berdampak nasional (berupa bencana
alam, bencana non alam, dan/atau bencana sosial);
4. Masyarakat yang bertempat tinggal di lokasi terpencar di pulau terluar,
daerah terpencil, dan daerah tertinggal;
5. Masyarakat yang terkena dampak program pembangunan pemerintah pusat,
merupakan masyarakat yang harus meninggalkan tempat tinggal asalnya
akibat dampak program atau kegiatan pembangunan pemerintah pusat;
6. Pekerja industri merupakan masyarakat yang bekerja sebagai buruh atau
pekerja industri yang berada di kawasan industri;
4 Permenpupera No. 20 Tahun 2017, tentang Penyediaan Rumah Khusus
34 Kebijakan Teknis dan Program Penyediaan Rumah Khusus
7. Pekerja pariwisata merupakan masyarakat yang bekerja sebagai buruh atau
pekerja pariwisata yang berada di daerah tujuan pariwisata atau destinasi
pariwisata;
8. Transmigran merupakan masyarakat yang berpindah melalui program
transmigrasi;
9. Masyarakat sosial meliputi masyarakat lanjut usia, miskin, penyandang
disabilitas, yatim piatu, dan/atau anak terlantar yang secara sosial
memerlukan perhatian dan bantuan; dan/atau
10. Masyarakat yang memerlukan penanganan khusus lainnya, meliputi
masyarakat pemuka adat atau agama, masyarakat di daerah pedalaman dan
suku terasing, masyarakat dalam kawasan cagar budaya, petugas medis atau
masyarakat yang bekerja di wilayah pengolahan sumber daya alam.
Masyarakat yang bertempat tinggal di lokasi terpencar di pulau terluar, daerah
terpencil, dan daerah tertinggal dengan kriteria:
1. Masyarakat yang tinggal di pulau-pulau yang secara geografis masuk dalam
kawasan perbatasan atau pulau terluar;
2. Tinggal di daerah yang sulit dijangkau karena:
- Keadaan geografi yang merupakan kepulauan, pegunungan, daratan,
hutan, dan rawa;
- Transportasi, sosial, dan ekonomi yang merupakan daerah terpencil;
dan/atau
- Tinggal di daerah yang relatif kurang berkembang dalam skala nasional
yang
- Merupakan daerah tertinggal.
Penyediaan Rumah Khusus dengan kriteria selain dimaksud di atas, dapat
diberikan juga sesuai dengan penugasan khusus yang ditetapkan oleh Presiden.
Penyediaan rumah khusus untuk transmigran sampai akhir tahun 2016 belum
pernah diselenggarakan oleh Direktorat Rumah Khusus PUPR, karena
diselenggarakan sendiri oleh Kementerian Desa Tertinggal dan Transmigrasi.
Sedangkan rumah khusus untuk prajurit (TNI dan POLRI) pada tahun 2017 sudah
diambil alih penyelenggaraannya oleh TNI dan POLRI sendiri.
Kebijakan Teknis dan Program Penyediaan Rumah Khusus 35
Prioritas penyediaan rumah khusus di Kawasan Perbatasan pada kurun waktu
2015-2019 dilakukan, karena selama ini prioritas untuk membangun hunian
masyarakat yang tinggal di daerah perbatasan masih kurang. Rumah yang ada
saat ini banyak yang belum layak huni dan kualitasnya buruk dibanding rumah-
rumah di negara tetangga. Indonesia adalah negara kesatuan yang terbentang
luas dari Sabang sampai Merauke, sehingga diperlukan alat pengikat persatuan
dalam semangat demokrasi dan kebhinnekaan. Bagi rakyat di daerah perbatasan
dan pinggiran, salah satu wujud pengikat yang menegaskan kehadiran
pemerintah adalah rumah yang layak bagi mereka.
E. Bentuk Penyediaan Rumah Khusus
Tercantum pada Permenpupera No. 20 Tahun 2017, pasal 1, bahwa Penyediaan
Rumah Khusus adalah pembangunan rumah khusus yang berbentuk rumah
tunggal dan rumah deret dengan tipologi berupa rumah tapak atau rumah
panggung serta prasarana, sarana, dan utilitas umum.
Selanjutnya pada pasal 4 disebutkan, bahwa bentuk Penyediaan Rumah Khusus meliputi pembangunan Rumah Khusus serta Prasarana, Sarana, dan Utilitas Umum, dilengkapi dengan perencanaan teknis. Perencanaan teknis terdiri atas:
1. Dokumen DED bangunan rumah;
2. DED Prasarana, Sarana, dan Utilitas Umum; dan
3. Rencana Tapak perumahan.
Prasarana, Sarana, dan Utilitas Umum yang dimaksud berupa:
1. Prasarana meliputi jalan lingkungan, saluran drainase, sanitasi, dan penyediaan air minum;
2. Sarana yang merupakan bangunan yang mempunyai fungsi meliputi sarana peribadatan, sarana pendidikan, dan/atau sarana sosial dan budaya; dan
3. Utilitas Umum berupa jaringan atau instalasi listrik.
Dalam hal pembangunan sarana ditetapkan oleh Menteri. Sedangkan untuk
pembangunan Rumah Khusus dapat dilengkapi dengan mebel, yang meliputi
lemari, tempat tidur, meja dan kursi.5
5 Permenpupera No. 20 tahun 2017, tentang Penyediaan Rumah Khusus
36 Kebijakan Teknis dan Program Penyediaan Rumah Khusus
Pembangunan Rumah Khusus kegiatan mendirikan bangunan rumah layak huni,
dengan ketentuan:
1. Luas lantai bangunan Rumah Khusus paling rendah 28 m2 (dua puluh delapan
meter persegi) dan paling tinggi 45 m2 (empat puluh lima meter persegi);
2. Pembangunan Rumah Khusus dilakukan dengan mengembangkan teknologi
dan rancang bangun yang ramah lingkungan;
3. Mengutamakan pemanfaatan sumber daya dalam negeri; dan
4. Mempertimbangkan kearifan lokal.
Bentuk rumah khusus bisa berupa rumah tapak dan rumah panggung. Saat ini
dilaksanakan oleh Direktorat Rumah Khusus berbentuk tapak atau panggung,
karena sebagian besar rumah khusus dibangun di kawasan yang masih luas
lahannya, misalnya di daerah perbatasan. Alternatif bentuk rumah susun menjadi
pilihan untuk rumah khusus di perkotaan yang lahannya terbatas, dengan sasaran
untuk pekerja industri atau masyarakat yang membutuhkan penanganan sosial
tertentu. Berikut 2 (dua) bentuk rumah khusus:
1. Rumah Tapak (1 Lantai);
Rumah Tapak (landed house) adalah rumah yang bangunannya menapak
langsung dengan tanah, dimana ketinggian lantai rumah tidak berbeda jauh
dengan tanah dimana rumah berada (setinggi + 20 cm dari tanah pekarangan).
Rumah tapak cocok untuk tanah kering, bukan tanah rawa atau tanah dengan
kadar air tanah tinggi, dan bentuk rumah dapat berupa rumah tunggal, rumah
Koppel atau rumah deret.
Contoh rumah khusus berbentuk tapak:
Kebijakan Teknis dan Program Penyediaan Rumah Khusus 37
Gambar 4 Rumah Khusus Transmigran di Padangtarok, Kecamatan
56 Kebijakan Teknis dan Program Penyediaan Rumah Khusus
▪ Sebaran TA 2016, seluruh provinsi terselenggara kegiatan bantuan rumah
khusus.
Sumber : Capaian Kegiatan Tahun 2015-2016 & Rencana Kegiatan TA 2017
Direktorat Rumah Khusus
Berkaitan dengan sasaran penerima manfaat Program Penyediaan Rumah
Khusus, berikut adalah diagram yang menunjukkan komposisi jumlah unit yang
dibedakan atas penerima manfaatnya.
Kebijakan Teknis dan Program Penyediaan Rumah Khusus 57
▪ Komposisi penyediaan rumah khusus tahun anggaran 2015 adalah :
Sumber : Dit. Rumah Khusus, 2017
▪ Pada tahun anggaran 2016, komposisi penyediaan rumah khusus menjadi :
Sumber : Dit. Rumah Khusus, 2017
▪ Realisasi pembangunan rumah khusus TA 2016 (Satker SNVT) sebesar 3966
unit, dengan komposisi sebagai berikut :
PULAU TERLUAR 144UNIT
TNI 1134 UNIT
DAERAH TERPENCIL 1.435 UNIT
NELAYAN 2.520 UNIT
PERBATASAN 390 UNIT
Polri
1.079 UNIT
DAERAH TERPENCIL 1.373 UNIT
NELAYAN 2.007 UNIT
BENCANA 639 UNIT
PERBATASAN 674 UNIT
TNI 639 UNIT
Polri
539 UNIT PULAU TERLUAR 32 UNIT
RISET 16 UNIT PROGRAM PEMERINTAH
16 UNIT
58 Kebijakan Teknis dan Program Penyediaan Rumah Khusus
Sumber : Dit. Rumah Khusus, 2017
▪ Realisasi pembangunan rumah khusus TA 2016 (Satker Strategis) sebesar
2082 unit, dengan komposisi sebagai berikut :
Sumber : Dit. Rumah Khusus, 2017
Berikut contoh rumah khusus yang sudah dibangun oleh Kementerian PUPR :
Kebijakan Teknis dan Program Penyediaan Rumah Khusus 59
- Rumah Khusus untuk Masyarakat di wilayah perbatasan Negara
Gambar 11 Rusus Perbatasan – Kab. Belu, Prov. NTT
(Sumber : Dit. Rumah Khusus, 2017)
Rumah Khusus di Kab. Belu, yang merupakan rumah khusus Perbatasan/Tertinggal/Terluar dibangun tahun 2006, sebanyak 90 unit, dengan nilai simak BMN Rp 1.716.820.000,00. Hingga Oktober 2017 belum dilakukan proses Hibah, karena kelengkapan dokumen belum terpenuhi.
- Rumah Khusus untuk Masyarakat di pulau terluar, terpencil, atau pedalaman
Gambar 12 Rusus di Desa Paseng, Kec. Siau Barat, Kab. Sitaro, Sulawesi Utara
(Sumber : Dit. Rumah Khusus, 2017)
60 Kebijakan Teknis dan Program Penyediaan Rumah Khusus
- Rumah Khusus untuk Masyarakat Nelayan
Gambar 13 Rusus di Kel. Ganti, Kec. Banawa, Kab. Donggala, Prov. Sulteng
(Sumber : Dit. Rumah Khusus, 2017)
Rumah khusus Nelayan di Kab. Donggala ini, dibangun tahun 2016 sebanyak 53 unit, dengan nilai simak BMN Rp 6.938.325.980. Hingga Oktober 2017 belum dilakukan proses Hibah, karena kelengkapan dokumen belum terpenuhi.
- Rumah Khusus untuk Prajurit dan/atau petugas Negara
Gambar 14 Rusus Polri – Kodam Iskandar Muda Kota Banda Aceh, Prov. Aceh
(Sumber : Dit. Rumah Khusus, 2017)
Kebijakan Teknis dan Program Penyediaan Rumah Khusus 61
Rumah khusus untuk POLRI di Kota Banda Aceh ini dibangun tahun 2015
sebanyak 20 unit, dengan nilai simak BMN Rp 4.753.839.000,00.
Rumah khusus yang sudah selesai dibangun, selanjutnya masuk pada tahapan
proses hibah atau alih status. Data capaian hibah/alihstatus hingga bulan Oktober
2017 adalah :
Tabel 6 Hibah/ Alih Status Rumah Khusus s/d TA 2017
TA SUDAH HIBAH DALAM PROSES BELUM PROSES
2006-2010 32 unit 164 unit 2922 unit
2011 0 unit 0 unit 750 unit
2012 0 unit 0 unit 882 unit
2013 0 unit 664 unit 1110 unit
2014 0 unit 0 unit 1756 unit
2015 0 unit 1087 unit 5204 unit
2016 0 unit 0 unit 6048 unit
2017 332 unit 3278 unit 2438 unit
Sumber : Direktorat Rumah Khusus, 2017
D. Tantangan dan Arahan Program Penyediaan Rumah Khusus
Untuk ke depannya, penyediaan rumah khusus akan terus berkembang sejalan
dengan berkembangnya kebutuhan khusus. Adapun tantangan yang dihadapi
dalam penyediaan rumah khusus adalah:
1. Target group sangat besar, beragam, dan umumnya berpenghasilan tidak
tetap (informal), lebih rendah dari UMR, atau masyarakat miskin;
2. Tipe Rumah Khusus sangat spesifik & beragam terkait dengan sasaran
penghuni dan kearifan lokal;
3. Lokasi umumnya terpencar, terisolasi dan terasing;
4. NSPM Perumahan Khusus masih sangat terbatas;
5. Network/stakeholders belum bersinergi dgn optimal;
6. Kemampuan dukungan pembiayaan dari Pemda minim;
62 Kebijakan Teknis dan Program Penyediaan Rumah Khusus
7. Kelangkaan sumber daya manusia & bahan bangunan rumah di daerah
terpencil;
8. Status hak atas tanah.
Arahan untuk menghadapi tantangan dalam penyediaan rumah khusus tersebut,
antara lain :
1. Perlunya koordinasi, konsolidasi dan sinergi antara Pemerintah dengan
Pemerintah daerah serta antara Pemerintah daerah dengan Dunia Usaha
agar keseluruhan sumberdaya yang ada dapat digunakan secara optimal dan
dapat mencapai kinerja yang maksimal dalam rangka meningkatkan
ketersediaan dan kualitas penyediaan rumah khusus dengan target grup
yang besar dan beragam, yang layak dan berkelanjutan;
2. Sasaran penerima rumah khusus yang terdiri atas 12 kelompok masyarakat
yang beragam kebutuhan, sosial budaya, dan kondisi lingkungannya, perlu
penanganan yang berbeda dalam menyelenggarakan rumah bagi
masyarakat tersebut dengan pendekatan kearifan lokal;
3. Prioritas penyelenggaraan rumah khusus di kawasan perbatasan, pulau
terluar, dan daerah terpencil, menjadi tantangan dalam akses pencapaian,
penyediaan material dan bahan bangunan, tenaga kerja, dan pembiayaan.
Pemerintah harus memberikan perhatian yang lebih besar pada aspek
peningkatan kapasitas daerah (local capacity building), sehingga kompetensi
dan kemandirian Pemerintah Daerah dapat dicapai dalam tempo yang tidak
terlalu lama;
4. ‘Payung’ penyelenggaraan perumahan saat ini adalah UU No. 1 Tahun 2011,
PP No. 14 Tahun 2016, Permenpera No. 10 Tahun 2013, serta pedoman
pelaksanaan verifikasi. Tugas pemerintah untuk menyusun lebih lanjut
peraturan-peraturan pelaksanaan berupa Norma Standar, Pedoman,
Kriteria (SPK) termasuk peraturan daerah serta pelaksanaan pendidikan dan
pelatihan, kampanye/sosialisasi, pertukaran pengalaman dan
penyebarluasan SPK terkait penyediaan rumah khusus;
5. Penyelenggaraan rumah khusus melibatkan beberapa pihak, antara lain
Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, Lembaga/Instansi terkait, dan
Masyarakat, yang harus bersinergi dengan optimal agar target dan sasaran
rumah khusus bisa terpenuhi dengan baik.
6. Pembiayaan dari Pemerintah Pusat terbatas, dalam setahun hanya maksimal
50% usulan/proposal dari Pemda/Instansi yang bisa dipenuhi. Oleh
Kebijakan Teknis dan Program Penyediaan Rumah Khusus 63
karenanya penyelenggaraan rumah khusus dalam mencapai target-target
yang telah disepakati perlu dilandasi dengan kerangka regulasi,
kelembagaan dan pendanaan yang optimal, dan memerlukan sinergi antara
Pemerintah dengan Pemerintah daerah serta antara Pemerintah daerah
dengan Dunia Usaha;
7. Prototype rumah khusus yang sekarang perlu dikembangkan terutama
dalam menyikapi kelangkaan bahan bangunan di daerah terpencil, yaitu
dengan pemanfaatan bahan bangunan lokal dan pemberdayaan sumber
daya manusia, pemanfaatan hasil penelitian dan teknologi (sistem modular),
serta berbagai inovasi lainnya;
8. Legalisasi status tanah terutama pada tanah milik Pemda yang disediakan
untuk pembangunan rumah khusus merupakan keharusan sebagai syarat
untuk hibah rumah khusus dari Pemerintah Pusat ke Pemerintah Daerah.
E. Latihan
Setelah Anda mempelajari materi di atas, selanjutkan untuk memantapkan
pemahaman Anda tentang topik tersebut, silakan kerjakan beberapa soal latihan
berikut ini.
1. Bagaimana rencana capaian program penyediaan rumah khusus TA
2015-2019 untuk mengejar target 50.000 unit rumah?
2. Bagaimana secara garis besar komposisi capaian penyediaan rumah
khusus pada TA 2016?
3. Sebutkan tantangan penyediaan rumah khusus yang terkait dengan
lokasi yang terpencar dan terpencil, serta berikan arahan atau
rekomendasi penyelesaiannya.
F. Rangkuman
Secara umum, rencana penyediaan rumah khusus TA 2015-2019 adalah
terlaksananya pembangunan 50.000 unit rumah khusus di kawasan tertinggal,
kawasan perbatasan negara, daerah pasca bencana/konflik dan kawasan
maritim/nelayan.
Adapun capaian penyediaan rumah khusus TA 2015-2016 yang sudah terlaksana,
terdapat deviasi sebesar 618 unit dari target TA 2015, dan 1048 unit dari target
TA 2016.
64 Kebijakan Teknis dan Program Penyediaan Rumah Khusus
Untuk ke depannya, penyediaan rumah khusus akan terus berkembang sejalan
dengan berkembangnya kebutuhan khusus, serta berbagai tantangan yang
dihadapi dalam mencapai sasaran yang terulis dalam Renstra.
Proses pencapaian sasaran-sasaran dalam Renstra tersebut akan memerlukan
koordinasi, konsolidasi dan sinergi antara Pemerintah dengan Pemerintah daerah
serta antara Pemerintah daerah dengan Dunia Usaha agar keseluruhan
sumberdaya yang ada dapat digunakan secara optimal dan dapat mencapai
kinerja yang maksimal dalam rangka meningkatkan ketersediaan dan kualitas
penyediaan rumah khusus yang layak dan berkelanjutan. Oleh karenanya
penyelenggaraan rumah khusus dalam mencapai target-target yang telah
disepakati perlu dilandasi dengan kerangka regulasi, kelembagaan dan
pendanaan yang optimal, dengan menerapkan prinsip transparansi dan
akuntabilitas.
Kebijakan Teknis dan Program Penyediaan Rumah Khusus 65
BAB 5
PROGRAM SEJUTA RUMAH
66 Kebijakan Teknis dan Program Penyediaan Rumah Khusus
Program Sejuta Rumah
A. Indikator Keberhasilan
Dengan mengikuti pembelajaran ini, peserta pelatihan diharapkan mampu
menjelaskan mengenai Program Sejuta Rumah di Indonesia.
B. Latarbelakang Program Sejuta Rumah
Program Pembangunan Sejuta Rumah dicanangkan oleh Pemerintah sejak 26
April 2015. Program ini merupakan gerakan bersama antara Pemerintah Pusat,
Daerah, Dunia Usaha (pengembang) dan masyarakat untuk mewujudkan
kebutuhan akan hunian, khususnya bagi Masyarakat Berpenghasilan Rendah
(MBR), yaitu masyarakat yang berpenghasilan 2,5-4 juta.
Isu utama perumahan nasional adalah 2 (dua) hal, yaitu pasokan dan permintaan.
Pasokan dinilai masih jauh lebih sedikit dibandingkan permintaan. Rata-rata
setiap tahunnya, kebutuhan rumah mencapai 800.000 unit sedangkan pasokan
yang tersedia hanya sekitar 400.000 unit. Ini yang kemudian menjadi
latarbelakang Program Sejuta Rumah, termasuk diantaranya backlog perumahan
pada tahun 2015 sebesar 11,4 juta unit (Data BPS 2015) dan diharapkan dapat
berkurang menjadi sebesar 6,8 juta unit pada akhir 2019; Rendahnya daya beli
masyarakat berpenghasilan rendah untuk memiliki rumah subsidi melalui KPR
karena adanya kewajiban uang muka sebesar 10%; serta kurang kondusifnya
regulasi yang terkait dengan pertanahan dan perijinan yang dirasakan
memberatkan pengembang khususnya pengembang yang akan membangun
rumah bagi MBR
Dalam Program Sejuta Rumah, upaya penyediaan perumahan bukan hanya
dilakukan dengan kebijakan program kepemilikan rumah, tetapi juga dalam skim
kepenghunian, sehingga program rumah sewa, rumah khusus dan rumah
swadaya juga menjadi prioritas. Dalam upaya penyediaan perumahan, target
pembangunan sejuta rumah untuk masyarakat berpenghasilan rendah (MBR)
akan lebih banyak dibandingkan rumah untuk non MBR. Untuk mewujudkan
Kebijakan Teknis dan Program Penyediaan Rumah Khusus 67
target tersebut, Kementerian PUPR memiliki program dukungan pembiayaan
perumahan bagi masyarakat berpenghasilan rendah (MBR). Beberapa program
tersebut antara lain:
1. Upaya pemerintah menciptakan daya beli masyarakat dengan menurunkan
kewajiban uang muka menjadi 1% dari harga jual rumah dan memberikan
bantuan subsidi langsung kepada MBR berdasarkan tingkat kemampuan
ekonomi.
2. Pemberian stimulan penyediaan Prasarana, Sarana dan Utilitas (PSU) agar
harga jual rumah untuk MBR dapat ditekan sesuai dengan yang ditetapkan
oleh Kementerian Keuangan.
3. Mendorong Revisi Permendagri No. 32 tahun 2010 tentang Pedoman
Pemberian IMB agar ada keringanan dan kemudahan dalam proses
penyelesaian IMB
4. Menjamin Kualitas Rumah Subsidi
Melalui Direktorat Jenderal Pembiayaan Perumahan, Kementerian PUPR
menyalurkan subsidi perumahan melalui Kredit Pemilikan Rumah (KPR) Fasilitas
Likuiditas Pembiayaan Perumahan (FLPP), Subsidi Selisih Bunga (SSB), Subsidi
Bantuan Uang Muka (SBUM) dan Pembebasan pengenaan Pajak Pertambahan
Nilai (PPN) untuk rumah sederhana tapak dan rusun. Di lain sisi, Bank Indonesia
bersama Otoritas Jasa Keuangan (OJK) masing-masing juga telah memberikan
kebebasan berupa aturan Loan to Value Ratio dan penetapan Bobot Resiko Kredit
KPR Bersubsidi, yang jauh lebih kecil dari bobot resiko kredit KPR komersial
kepada perbankan.
Kendala yang dihadapi di lapangan terkait pelaksanaan program sejuta rumah ini,
antara lain :
1. Belum tersosialisasinya dengan baik Program Sejuta Rumah kepada
Stakeholder di daerah;
2. Data perumahan yang kurang akurat;
3. Perumahan belum menjadi program utama pemerintah daerah;
4. Regulasi pemerintah daerah terkait pembangunan rumah/perumahan belum
mendukung.
5. Jenis perizinan/non perizinan pembangunan perumahan, persyaratan dan
proses penerbitan masih cukup banyak;
6. Adanya keterbatasan
68 Kebijakan Teknis dan Program Penyediaan Rumah Khusus
7. lahan dan harga tanah yang mahal;
8. Tingginya persyaratan KPR oleh Bank Indonesia (BI), antara lain harus lolos BI
Checking, diaman sepanjang masih ada kredit yang belum lunas (sekecil
apapun), dipastikan tidak diperkenankan oleh Bank Indonesia untuk
mengambil KPR Bersubsidi. Di samping itu BI juga mewajibkan menyiapkan
uang muka sebesar 10 % bagi kepemilikan rumah umum.
Upaya untuk mengatasi kendala tersebut dituangkan melalui lima strategi yang
tercantum dalam Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) 2005–
2025, yaitu :
1. Strategi pertama meliputi reformasi perpajakan, retribusi perizinan daerah,
pertanahan dan tata ruang;
2. Strategi kedua yaitu penyempurnaan pola subsidi perumahan
3. Strategi ketiga ialah mendorong adanya insentif perpajakan kepada dunia
usaha,
4. Strategi keempat berupa pemberian fasilitas kredit mikro perumahan dan
pemberdayaan masyarakat melalui bantuan teknis kelompok masyarakat;
5. Strategi kelima adalah penyediaan perumahan yang tidak hanya
mempertimbangkan kemampuan daya beli masyarakat
Beberapa langkah yang diambil guna mempercepat realisasi pembangunan
dalam Program Sejuta Rumah, ialah :
1. Kemudahan regulasi, terutama perihal izin membangun rumah, dengan
harapan para pengembang semakin tertarik menyediakan suplai papan yang
murah dan layak huni;
2. Meningkatkan pasokan lahan, dengan dua skema pengadaan lahan, yaitu 1)
pembelian tanah oleh Perum Perumnas (PP Nomor 83 Tahun 2015); 2)
pemberian aset negara melalui Kementerian Keuangan kepada Kementerian
PUPR, yang selanjutnya diserahkan kepada pengembang untuk membangun
rumah bersubsidi.
3. Menyediakan bangunan murah, antara lain dengan teknologi rumah instan
sederhana sehat (RISHA). Selain memiliki struktur yang kuat dan tahan
gempa, proses pengembangan RISHA yang relatif lebih cepat dan mudah
dapat meminimalisasi biaya.
Kebijakan Teknis dan Program Penyediaan Rumah Khusus 69
C. Penyediaan Rumah Khusus dalam Program Sejuta Rumah
Program Sejuta Rumah mencanangkan tercapainya 1.000.000 unit rumah dalam
kurun waktu 2015-2019, yang terbagi atas rumah untuk MBR sebanyak 603.516
unit dan rumah untuk non-MBR sebanyak 396.484 unit. Salah satu program yang
dicanangkan adalah pembangunan rumah oleh pemerintah sebanyak 98.300
unit, yang meliputi pembangunan rusunawa, peningkatan kualitas,
pembangunan baru, dan rumah khusus, dengan sasaran untuk nelayan,
buruh/pekerja, PNS, dan TNI/Polri. Dari 98.300 unit tersebut, 50.000 unit di
antaranya adalah rumah khusus. Dengan demikian, program penyediaan rumah
khusus direncanakan dapat memberikan kontribusi sebesar 5% dari target unit
Program Sejuta Rumah.
Gambar 15 Program Sejuta Rumah
(Sumber : Kebijakan dan Strategi Direktorat Perencanaan dan Penyediaan Perumahan 2015-2019)
Pada tahun ketiga pelaksanaan Program Nasional Pembangunan Sejuta Rumah,
hingga September 2017, pembangunan rumah telah mencapai sebanyak 623.444
unit. Angka tersebut terbagi atas rumah untuk masyarakat berpenghasilan
70 Kebijakan Teknis dan Program Penyediaan Rumah Khusus
rendah (MBR) 518.964 unit dan non MBR 104.650 unit7. Diperkirakan realisasi
Program Sejuta Rumah pada akhir tahun hanya akan berkisar 900 ribu unit.
D. Latihan Setelah Anda mempelajari materi di atas, selanjutkan untuk memantapkan
pemahaman Anda tentang topik tersebut, silakan kerjakan beberapa soal latihan
berikut ini.
1. Apa yang dimaksud dengan Program Sejuta Rumah?
2. Apa yang dimaksud dengan strategi penyediaan rumah tanpa
mempertimbangkan kemampuan daya beli masyarakat?
3. Bagaimana kontribusi Program Penyediaan Rumah Khusus terhadap
Program Sejuta Rumah?
E. Rangkuman
Program Sejuta Rumah yang mulai dicanangkan pada 26 April 2015 merupakan
gerakan bersama antara Pemerintah Pusat, Daerah, Dunia Usaha (pengembang)
dan masyarakat untuk mewujudkan kebutuhan akan hunian, khususnya bagi
Masyarakat Berpenghasilan Rendah (MBR).
Dalam Program Sejuta Rumah, upaya penyediaan perumahan bukan hanya
dilakukan dengan kebijakan program kepemilikan rumah, tetapi juga dalam skim
kepenghunian, sehingga program rumah sewa, rumah khusus dan rumah
swadaya juga menjadi prioritas.
Program penyediaan rumah khusus merupakan salah satu dari program sejuta
rumah untuk kelompok MBR, yang direncanakan dapat memberikan kontribusi
sebesar 5% dari target unit Program Sejuta Rumah secara keseluruhan.
Pencapaian target sejuta rumah, belum sesuai dengan harapan, yaitu masih di
bawah angka satu juta. Untuk itu disusun langkah strategis untuk mengejar target
Program Sejuta Rumah, antara lain dengan memberikan kemudahan regulasi
(perizinan), meningkatkan pasokan lahan, dan menyediakan bangunan murah.
Kebijakan Teknis dan Program Penyediaan Rumah Khusus 75
GLOSARIUM
Rumah Khusus Rumah yang diselenggarakan untuk memenuhi kebutuhan khusus.
Prasarana Kelengkapan dasar fisik lingkungan hunian yang memenuhi standar tertentu untuk kebutuhan bertempat tinggal yang layak, sehat, aman, dan nyaman.
Sarana Fasilitas dalam lingkungan hunian yang berfungsi untuk mendukung penyelenggaraan dan pengembangan kehidupan sosial, budaya, dan ekonomi.
Utilitas Umum Kelengkapan penunjang untuk pelayanan lingkungan
hunian.
Rancang Bangun
Rinci/Detail
Engineering
Design yang
selanjutnya
disingkat DED
Dokumen desain teknis bangunan yang terdiri dari
gambar teknis, spesifikasi teknis dan spesifikasi umum,
volume serta biaya pekerjaan.
Pemerintah Pusat
Pemerintah
Daerah
Presiden Republik Indonesia yang memegang
kekuasaan pemerintahan Negara Republik Indonesia
yang dibantu oleh Wakil Presiden dan menteri
sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945
Kepala daerah sebagai unsur penyelenggara
Pemerintahan Daerah yang memimpin pelaksanaan
urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan
daerah otonom.
76 Kebijakan Teknis dan Program Penyediaan Rumah Khusus
Menteri
Direktur Jenderal
Menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan
di bidang perumahan dan kawasan permukiman.
Direktur jenderal yang membidangi sub urusan penyediaan perumahan
Kebijakan Teknis dan Program Penyediaan Rumah Khusus 77
BAHAN TAYANG
78 Kebijakan Teknis dan Program Penyediaan Rumah Khusus
Kebijakan Teknis dan Program Penyediaan Rumah Khusus 79
80 Kebijakan Teknis dan Program Penyediaan Rumah Khusus
Kebijakan Teknis dan Program Penyediaan Rumah Khusus 81
82 Kebijakan Teknis dan Program Penyediaan Rumah Khusus
Kebijakan Teknis dan Program Penyediaan Rumah Khusus 83
84 Kebijakan Teknis dan Program Penyediaan Rumah Khusus
Kebijakan Teknis dan Program Penyediaan Rumah Khusus 85
86 Kebijakan Teknis dan Program Penyediaan Rumah Khusus
Kebijakan Teknis dan Program Penyediaan Rumah Khusus 87
88 Kebijakan Teknis dan Program Penyediaan Rumah Khusus
Kebijakan Teknis dan Program Penyediaan Rumah Khusus 89
90 Kebijakan Teknis dan Program Penyediaan Rumah Khusus
Kebijakan Teknis dan Program Penyediaan Rumah Khusus 91
92 Kebijakan Teknis dan Program Penyediaan Rumah Khusus
Kebijakan Teknis dan Program Penyediaan Rumah Khusus 93
94 Kebijakan Teknis dan Program Penyediaan Rumah Khusus
Kebijakan Teknis dan Program Penyediaan Rumah Khusus 95
96 Kebijakan Teknis dan Program Penyediaan Rumah Khusus
Kebijakan Teknis dan Program Penyediaan Rumah Khusus 97
98 Kebijakan Teknis dan Program Penyediaan Rumah Khusus
Kebijakan Teknis dan Program Penyediaan Rumah Khusus 99
100 Kebijakan Teknis dan Program Penyediaan Rumah Khusus
Kebijakan Teknis dan Program Penyediaan Rumah Khusus 101
102 Kebijakan Teknis dan Program Penyediaan Rumah Khusus
Kebijakan Teknis dan Program Penyediaan Rumah Khusus 103