KATA PENGANTAR
Prosiding ini terdiri dari 24 artikel yang dikirimkan kepada Panitia Hari Amal
Bakti Kementerian Agama ke-70, Sekolah Tinggi Agama Buddha Negeri
Sriwijaya. Artikel ini diseminarkan pada Senin, 18 Januari 2016 dengan tema
“Peran Pendidikan dalam Revolusi Mental”. Isi artikel memandang peran
pendidikan dalam revolusi mental dari berbagai segi, diantaranya guru,
kurikulum, karakter siswa, pendidikan formal dan informal, serta nilai-nilai
Buddhis.
Revolusi mental yang digagas oleh Presiden Joko Widodo menekankan perlunya
perubahan paradigma batin dalam berbagai bidang kehidupan, termasuk
pendidikan. Oleh karenanya, gagasan ini perlu disosialisasikan khususnya
masyarakat akademik. Karakter masyarakat dan kehidupan akademis yang
cendekia, dinamis, dan kritis merupakan potensi strategis untuk mengenalkan,
meninjau kritis, memunculkan ide, dan menyebarluaskan gagasan besar Revolusi
Mental.
Pendidikan dianggap sebagai wahana yang tepat dalam memulai gagasan Revolusi
Mental, mengingat perannya yang sangat krusial dalam pengembangan
kebudayaan dan membentuk mental anak bangsa. Dalam bidang pendidikan
formal, informal maupun nonformal, Revolusi Mental harus mampu
menumbuhkankan nilai-nilai yang optimal kepada peserta didik sehingga tercipta
generasi emas penerus bangsa. Pendidik didorong untuk menginternalisasikan
nilai Revolusi Mental dalam setiap implementasi kegiatan pembelajaran.
Revolusi Mental hanya sekadar menjadi branding sebuah ide, wacana politik, dan
mimpi di siang bolong jika tidak didukung oleh komitmen bersama seluruh rakyat Indonesia. Peran lembaga pendidikan, sosial, agama, dan keluarga dan sangat
dibutuhkan dalam melaksanakan gerakan Revolusi Mental menuju “Indonesia Hebat”. Revolusi Mental dalam dunia pendidikan selayaknya bukan sekadar
gagasan utopis, melainkan sebuah spirit, gerak, nafas, dan kinerja.
Revolusi Mental memegang peran penting dalam menumbuhkan dasar yang kuat
sebagai fondasi keseluruhan sendi kehidupan. Upaya ini memerlukan peran serta
seluruh komponen bangsa dalam mewujudkannya. Berbagai forum, baik formal
maupun informal digagas untuk membahas Revolusi Mental dari segala
perspektif. Panitia Hari Amal Bakti Kementerian Agama STABN Sriwijaya
mengadakan Seminar Ilmiah dengan tema “Peran Pendidikan dalam Revolusi
Mental”.
Terima kasih kepada seluruh pihak yang membantu pelaksanaan seminar ilmiah dan atas terbitnya prosiding ini. Semoga prosiding ini dapat bermanfaat bagi pembaca.
Tangerang, 18 Januari 2016
iii
DAFTAR ISI
Kata Pengantar
Daftar Isi
1. Membangun Kepribadian Sosial dan Budaya Indonesia Baru: Sebuah Telaah
Referensi Pendidikan Karakter sebagai Solusi Revolusi Mental Anwar Aman
2. Peran Pendidikan dalam Revolusi Mental: Pendidikan Seperti Apa?
Edi Ramawijaya Putra 3. Guru Hebat – Tantangan Abad 21
Effendie Tanumihardja 4. Knowledge Management sebagai Strategi Revolusi Pengetahuan Profesi
Dhammaduta Heriyanto
5. Mengikis Pandangan Materialisme dengan Menerapkan Pathakamma Sutta
sebagai Salah Satu Upaya Revolusi Mental pada Pendidikan Buddhis Iin Suwarni
6. Unitas dalam Diversitas (Revolusi Mental Melalui Pendidikan Agama Buddha
Menuju Kerukunan Umat Beragama) Kemanya Karbono
7. Strategi Perubahan Karakter Sivitas Akademika STABN Sriwijaya dalam
Menghadapi Era Globalisasi Perdagangan Bebas (Masyarakat Ekonomi ASEAN) Lalita Vistari Satyananda Wiryana Dharma
8. Reorientasi Peran Dosen Sekolah Tinggi Agama Buddha dalam Membentuk
Lulusan yang Kompeten dan Berkarakter Madiyono
9. Pendidikan Karakter sebagai Upaya Mewujudkan Revolusi
Mental Muawanah 10. Implementasi Revolusi Mental Melalui Metode
Pembiasaan Mulyana 11. Upaya Kausalya sebagai Metode Revolusi Mental dalam Mengubah
Paradigma Simbol Keagamaan Buddha Nyoto
12. Menyikapi Kuantitas dan Kualitas Penerimaan Mahasiswa pada Sekolah
Tinggi Agama Buddha dalam Perspektif Revolusi Mental Puja Subekti
13. Strategi Mewujudkan Revolusi Mental Melalui Pendidikan Agama
Buddha Puji Sulani
v
14. Revolusi Mental yang Sukses dengan Jurus Kepemimpinan
Buddha Puriati
15. Optimalisasi Peran Guru dalam Pembentukan Karakter Siswa Melalui
Implementasi Kurikulum 2013 Sabar Sukarno
16. Meningkatkan Peran Dharmaduta melalui Revolusi Mental dalam
Menghadapi Tantangan Masyarakat ASEAN Santi
17. Konstruksi Konsep Perekonomian Keluarga dalam Ajaran Buddha Sebuah
Tinjauan Pendidikan dalam Membangun Revolusi Mental (Suatu Telaah
Hermeneutika) Sapardi
18. Revolusi Mental Sivitas Akademika STABN Sriwijaya Tangerang Banten
Mewujudkan Kampus Green, Smart, dan Secure (Tinjauan Telaah Kasus)
Setia Darma 19. Penguatan Integritas Akademik Mahasiswa Melalui Internalisasi Nilai-Nilai
Moral Buddhis Sugianto
20. Menggumuli Sastra: Membangun Jiwa dan Karakter Anak
Bangsa Suntoro 21. Revolusi Mental: Tantangan dan Peluang Bagi Perguruan Tinggi Agama
Buddha Sutrisno & Willie Japaries
22. Pendidikan Karakter sebagai Fondasi Utama Revolusi
Mental Tri Amiro 23. Revolusi Mental: Peranan Pendidikan dalam Meningkatkan Kecerdasan
Emosional Wahyuningsih Julia Wijaya
24. Sinkronisasi Dasa Dharma Pramuka dan Nilai-Nilai Mettā Sutta dalam
Gerakan Nasional Revolusi Mental Waluyo
25. Penanaman Nilai-Nilai Semangat Kebangsaan dalam Menumbuhkan
Semangat Revolusi Mental Mahasiswa Warsito
26. Memahami Falsafah Pendidikan Tiongkok Kuno Mengenai Ajaran Sān Zì
Jīng (三 字 经) dan Dì Zĭ Guī (弟 子 規 ) bagi Pendidikan Budi Pekerti pada
Anak Usia Dini sebagai Basis Pembentukan Karakter dalam Rangka Revolusi
Mental Bangsa
Yuriani
vi
PENDIDIKAN KARAKTER SEBAGAI FONDASI UTAMA REVOLUSI MENTAL
Tri Amiro
STAB Negeri Sriwijaya [email protected]
Abstract The purpose of this article to describe that education is the foundation to
Realize the mental revolution. The method used in this article is a library research
by using qualitative descriptive approach, namely by collecting the data from
sources such as books, magazines, journals and others related to character
education and mental revolution. In conclusion, education is the most fundamental
factor in efforts to achieve a mental revolution. Education is a field in direct
contact with all levels of society. The Government must implement effective
policies in education to achieve education quality that produces quality and
competitive outputs in the globalization era.
Keywords : mental revolution, character education
Pendahuluan
Revolusi mental adalah satu gerakan yang ditujukan untuk menggembleng
manusia Indonesia agar menjadi manusia baru yang berhati putih, berkemauan
baja, bersemangat elang rajawali berjiwa api yang menyala. Pernyataan ini
pertama kali dinyalakan oleh Presiden Soekarno yang kemudian digelorakan
kembali oleh Joko Widodo pada masa kampanye pemilihan calon presiden tahun
2014.Revolusi mental dicetuskan sebagai suatu langkah yang memerlukan
langkah dan gerakan secara menyeluruh.Revolusi mental lahir dilatarbelakangi
oleh kondisi mental bangsa yang rapuh. Terjadi banyak masalah-masalah soasial
yang acap kali tidak terselesaikan, tindak pidana korupsi yang meraja lela yang
melibatkan pejabat publik, pejabat negara, dan aparatur negara. Hal ini
menimbulkan akibat bukan hanya kerugian keuangan negara tetapi juga
melanggar hak-hak sosial dan ekonomi masyarakat secara luas.Revolusi mental
muncul karena adanay tiga masalah pokok bangsa yang sangat memprihatinkan
dan harus mendapatkan perhatian yang sangat serius.Adapun tiga masalah
tersebut adalah merosotnya wibawa negara, lemahnya sendi perekonomian
bangsa, dan intoleransi dan krisis kepribadian bangsa.Revolusi mental dapat
237
mewujudkan satu perubahan yang fundamental jika penerapannya mampu
diaplikasikan dengan baik maka bukan tidak mungkin negara akan maju.
Undang-undang Dasar 1945 mengamatkan bahwa salah satu tujuan nasional
bangsa Indonesia ialah mencerdaskan kehidupan bangsa.Untuk mewujudkan
bangsa yang cerdas adalah dengan mendidik anak-anak bangsa.Pendidikan
merupakan suatu langkah yang tepat untuk menyiapkan generasi penerus
bangsa.Apabila pendidikan semakin maju maka bangsa Indonesia akan menjadi
bangsa yang diperhitungkan dalam era persaingan global. Bangsa Indoensia terus
berbenah untuk meningkatkan kualitas pendidikan yang ada.Pemerintah bersama-
sama dengan masyarakat terus berusaha untuk mewujudkan pendidikan yang
berkualitas.Tuntutan terhadanusia yang berkualitas tersebut mampu dihasilkan
dengan menyelenggarakan pendidikan yang bermutu dan profesiaonal.
Akan tetapi pada kenyataannya menunjukkan bahwa kualitas pendidikan di
Indonesia belum sebagaimana yang diharapkan. Pemerintah telah melakukan
berbagai upaya, namun belum menunjukkan hasil yang menggembirakan. Bahkan
masih banyak kegagalan dalam pelaksanaannya. Kegagalan demi kegagalan
antara lain disebabkan oleh masalah manajemen yang kurang tepat, penempatan
tenaga yang tidak sesuai dengan bidang keahlian, penanganan yang bukan oleh
ahlinya sampai pada system kurikulum yang selalu berganti-ganti. Sehingga
tujuan pendidikan nasional untuk mencerdaskan kehidupan bangsa melalui
peningkatan mutu pada setiap jenjang pendidikan belum dapat terwujud secara
merata.
Kemanakah arah pendidikan nasional Indonesia? Tidak jelas yang dituju.
Kebijakan dalam bidang pendidikan selalu berubah dalam waktu yang sangat
cepat. Pengambil kebijakan kurang mempertimbangkan faktor pelaksana di
lapangan. Perubahan kurikulum dalam satu dasawrasa terjadi sebanyak tiga kali.
Perubahan yang terlalu cepat. Bahkan terjadi dualism pelaksanaan kurikulum,
terutama bagi pendidikan tingkat dasar dan menengah.Dalam satu kurun waktu
tahun pelajaran, dilaksanakan dua kurikulum yang berbeda.Sebagaiamana dapat
dilihat pada tahun pelajaran 2014/2015 diberlakukan kurikulum tahun 2006 yaitu
KTSP dan kurikulum 2013. Dimana pada semester gasal pendidikan dilaksanakan
238
berdasar kurikulum tahun 2013, namun pada semester genap diberlakukan
kurikulum KTSP. Bukan hanya guru saja yang mengalami kebingungan, akan
tetapi juga para orangtua peserta didik juga mengalami kesusahan dalam ikut
membimbing anak-anaknya.
Kurikulum yang diberlakukan di Indonesia cenderung ikut-ikutan negara
lain yang sudah maju tanpa memperhatikan faktor karakteristik dan topografi serta
geografi negara Indonesia yang sangat heterogen dibandingkan dengan negara
maju lainnya. Apabila kebijakan yang ditetapkan oleh pemerintah saja kurang
jelas, bagaimana dapat mencapai tujuan dari pendidikan nasional itu sendiri.
Memang perlu disadari bahwa mengambil kebijakan dalam bidang pendidikan
memang sangat susah. Adalah hal yang paling mudah menghakimi pendidikan
apabila peserta didik berperilaku di luar harapan. Banyak orangtua yang hanya
menyerahkan anaknya kepada pihak sekolah saja tanpa memberikan perhtian dan
dukungan kepada pihak sekolah, tetapi hanya bisa menyalahkan saja ketika terjadi
hal yang tidak diinginkan terhadap anaknya.
Seluruh elemen masyarakat harus menyadari bahwa pendidikan bukan
merupakan tanggung jawab sekolah saja.Akan tetapi masyarakat harus
memberikan kontribusi yang nyata terhadap kemajuan pendidikan.Sekolah sebagai
lembaga pendidikan formal harus benar-benar dapat memberikan bekal kepada
generasi muda untuk menghadapi tuntutan perkembangan zaman yang
kompleks.Sekolah merupakan lembaga dari masyarakat, oleh masyarakat untuk
masyarakat, dan sekolah menghasilkan kemajuan bagi masyarakat.Hendaknya
masyarakat memahami bahwa sekolah bukan hanya sekedar menghasilkan produk
dalam hal ini lulusan yang memuaskan pengguna jasa sekolah saja. Akan tetapi
bagaimana penekanan mutu sekolah sekolah itu harus merujuk pada konsep mutu
pelayanan proses pendidikan di sekolah yang terus menerus dan berkelanjutan.
Hal ini tidak dapat terlepas dari kebijakan pemerintah tentang sistem kurikulum
dan kebijakan lain tentang pendidikan.
Oleh karena itu revolusi mental di Indonesia memanga sangat diperlukan
untuk mengatasi keadaan yang berlangsung selama ini.Berbicara tentang revolusi
mental tidak bbisa jauh dari pendidikan. Karena revolusi mental pada dasarnya
239
dalah pendidikan itu sendiri, yaitu pendidikan tentang karakter diri seseorang.
Karakter adalah watak, merupakan aspek kepribadian manusia.Pada dasarnya
karakter dapat diubahatau dikembangkan. Demikian pula dengan mental, dapat
diubah dan kenbangkan. Dimana revolusi adalah proses perubahan secara besar-
besaran. Jadi, dalam hal ini pendidikn memegang pernan yang sangat penting atau
sebagai faktor yang fundamental untuk mewujudkan terlaksananya gerakan
revolusi mental.
Metode Kajian
Metode yang digunakan pada kajian ini adalah metode penelitian deskriptif
kualitatif, yaitu menggambarkan atau mendeskripsikan data yang telah
dikumpulkan dengan sebagaimana adanya tanpa bermaksud membuat kesimpulan
yang berlaku untuk umum atau generalisasi. Sedangkan pengumpulan data
dilakukan dengan cara dilakukan melalui studi pustaka (library research) dengan
cara membaca buku-buku, jurnal, majalah, artikel, dan sebagainya yang ada
kaitanya dengan revolusi mental terutama dalam bidang pendidikan.
Pembahasan
Revolusi mental merupakan suatu gerakan seluruh masyarakat (pemerintah
dan rakyat) dengan cara yang cepat untuk mengangkat kembali nilai-nilai strategis
yang diperlukan oleh bangsa dan negara untuk mampu menciptakan ketertiban
dan kesejahteraan rakyat sehingga dapat memenangkan persaingan di era
globalisasi. Susilo Bambang Yudhoyono menyatakan bahwa revolusi mental
sangat berkaitan erat dengan mind, yaitu kesadaran, persepsi dan pikiran itu
adalah mind. Perubahan fundamental dan total atas alam pikiran seseorang agar
Indonesia menjadi negara yang maju dan sukses
(http://news.okezone.com/read/2015/04/25/337/ 1139898/sby-revolusi-mental-
jokowi-dan-marx-berbeda). Apabila revolusi mental dapat diterpkan dengan baik
maka negara akan maju. Revolusi mental berangkat dari diri sendiri. Dimana
seseorang harus mulai merevolusi diri sendiri dengan mengubah sikap dan
perilaku yang apabila selama ini belum sesuai dengan tatanan sosial, peraturan,
240
norma dan etika. Apabila setiap manusia Indonesia mampu memiliki mind set
untuk selalu mentaati semua peraturan yang berlaku.
Revolusi mental yang merupakan bagian dari sembilan agenda prioritas
(nawa cita) pemerintahan Presiden Joko Widodo adalah sebagai agenda strategis
pembangunan. Apabila mental setiap warga negara Indonesia mengalami
perubahan menuju kea rah yang lebih baik, maka bukan mustahil bahwa impian
Indonesia menjadi bangsa yang maju dan besar akan terwujud. Pokok
permasalahannya sekarang adalah bagaimana mengupayakan agar mental setiap
warga negara bisa berubah.
Perubahan mental pasti dilandasi dengan adanya perubahan karakter.
Dimana karakter dapat dibentuk dalam setiap diri seseorang mulai pada usia dini.
Hal inilah yang menjadikan bidang pendidikan harus mendapatkan perhatian dan
porsi besar dalam mewujudkan revolusi mental. Selama pemerintahan Presiden
Susilo Bambang Yudhoyono perhatian pemerintah terhadap bidang pendidikan
sudah menunjukkan adanya peningkatan. Hal ini dapat dilihat bahwa selama
periode 2009-2014 bidang pendidikan mendapatkan anggaran yang paling besar,
hamper 30% dari seluruh anggaran nasional. Pembangunan sarana dan prasarana,
infrastruktur sampai ke pelosok negeri.Pemberian tunjangan profesional kepada
guru dan dosen yang diharapkan mampu meningkatkan kualitas pembelajaran,
yang merupakan bagian terpenting dari pendidikan, dan masih banyak lagi upaya
yang telah dilakukan.Akan tetapi ada bagian yang harus menjadi perhatian bahwa
bukan hanya anggaran saja yang ditingkatkan, melainkan kebijakan dalam hal
system pendidikan dalam hal ini kurikulum yang bagus dan handal yang sesuai
dengan karakteristik bangsa Indonesia yang harus disiapkan.
Pendidikan merupakan faktor yang memiliki kedudukan strategis untuk
mewujudkan suskesnya revolusi mental. Pendidikan menjadi penting karena
bidang pendidikan yang bersentuhan langsung dengan elemen masyarakat dari
paling bawah sampai kalangan paling atas. Pendidikan merupakan proses
pendewasaan manusia. Kondisi ideal perkembangan manusia Indoensia yang
diharapkan adalah tumbuhnya pribadi yang dewasa yang memiliki kekuatan
kompetensi internal diri untuk memenuhi standar keunggulan prestasi atau kinerja
241
yang menjadi target capaiannya. Pada waktu yang sudah berlalu dan yang
sedangberjalan sekarang ini, pendidikan memiliki kencenderungan berorientasi
pada hasil bukan pada proses, sehingga menimbulkan perilaku instan yang salah.
Pendidikan harus berbasis pada kebutuhan anak dan tidak dijadikan kepentingan
orang tua yang bisa mengeksploitasi anak. Karena proses pendidikan yang selama
ini terjadi adalah sebuah proses pendidikan yang belum merdeka, masih
merampas kemerdekaaan peserta didik. Pendidikan yang berlangsung adalah
pendidikan yang membunuh kreatifitas anak. Meski dalam beberapa kasus siswa
atau anak sudah diberikan kebebasan untuk berkreasi. Namun secara mayoritas
bahwa yang terjadi dalam proses pendidikan adalah transformasi ilmu bukan
transformasi nilai (value).
Menurut Kartadinata dalam Purwanto menyatakan bahwa ada tanggung
jawab unik pendidikan dan pendidikan guru, tanggung jawab unik tersebut adalah
menuntun bangsa ke jalan nilai-nilai moral dan spiritual, mendidik warga negara
atas kemalsahatan masyarakat, dunia dan lingkungan alamnya. Pendidikan guru
mengembang misi penting dalam meujudkan warisan nilai-nilai keadilan
demokrasi, keharmonisan, kesehatan lingkungan dan pewarisan nilai-nilai budaya
yang akan menjadikan ilmu pengetahuan dan teknologi membawa kesusksesan
bagi pembangunan dan saing bangsa (2015: 102).
Seorang guru dalam mendidik siswanya harus dengan hati menyentuh penuh
empati, hal ini merupakan perekat antara guru dan siswa. Tujuannya dalah
membangun kepercayaan, iklim salim percaya dimana satu sama lainnya dapat
membangun komitmen emosional. Seorang guru harus bisa menjadi sumber
inspirasi dan dan mengarahkan siswa untuk mencapai harapannya.
Guru dan sekolah berperan sebagai fasilitator pendidikan dan pembelajaran.
Hal ini penting karena kualitas sekolah sangat bergantung pada kualitas guru dan
lingkungannya. Oleh karena itu revolusi mental di sekolah jharus menyentuh
persoalan bagaimana membangun manusia yang berkarakter dan berkualitas,
sehingga pendidikan tidak hanya menjadi ajang pengembangan intelektualitas saja
tetapi membangun karakter manusia, jiwa dan batinnya (Mulyasa, 2015: 19).
Permasalahannya di Indonesia bahwa sebagian besar guru kurang memiliki
242
wawasan praktis serta terlalu teoretis dalam membahas pengajaran dan
pembelajaran di sekolah. Banyak guru yang kurang memiliki rasa percaya diri
yang tinggi. Revolusi mental akan menjadi penghambat pembangunan jika
masyarakat tidak percaya diri dan yakin akan sebuah perubahan.
Revolusi mental diawali dengan adanya pendidikan karakter yang
merupakan implementasi dari kurikulum pendidikan tahun 2013. Pendidikan
karakter bangsa dapat dijadikan sebagai strategi nasional untuk menjalankan
revolusi mental. Dengan pendidikan karakter yang tepat maka revolusi mental
dapat dijalankan dengan baik. Karakter bangsa bukan menjadi hal yang baru bagi
Indonesia.Jauh hari ketika negara Indoensia didirikan, para pendiri bangsa sudah
memikirkan pentingnya karakter untuk menjadikan bangsa ini besar dan
terhormat. Karakter adalah watak, yaitu pengembangan jati diri manusia. Sikap
santun pada orang lain menunjukkan karakter seseorang daripada penampilan
fisik. Pada dasarnya karakter seseorang dapat diubah. Orang yang karakternya
kurang baik, bisa dikembangkan menjadi baik. Orang yang selalu tidak responsif
terhadap sesama dan lingkungan dapat dikembangkan menjadi orang yang sensitif
dan peduli.
Pendidikan karakter yang demikian harus diterapkan pada seluruh jenjang
pendidikan, baik yang formal maupun nonformal dan informal. Mulai dari tingkat
TK sampai dengan jenjang perguruan tinggi.Ini merupakan salah satu langkah
mewujudkan revolusi mental melalu jalur pendidikan. Karakter bangsa dapat
diwariskan kepada generasi penerus melalui proses pendidikan secara utuh, dan
menjadi kekuatan bagi pengembangan dan keberhasilan bisnis untuk mewujudkan
kesejahteraan bangsa. Revolusi mental dimulai dari dalam diri seseorang. Setiap
orang merevolusi dirinya sendiri terlebih dahulu. Banyak tindakan-tindakan nyata
yang pada dasarnya dapat dengan mudah dilakukan oleh setiap orang untuk
mewujudkan revolusi mental. Tidak perlu melakukan hal-hal yang besar, tetapi
dapat dimulai dengan melakukan hal kecil yang terlihat sepele namun penting.
Sebagai contoh antara lain mencintai produk lokal, budaya antri, saling menolong
sesama, saling menghargai dan menghormati, bersikap jujur dan masih banyak
lagi yang lain.
243
Dalam hal revolusi mental khususnya melalui pendidikan pada jenjang
sekolah, faktor yang paling berperan adalah guru dan kepala sekolah. Revolusi
mental dapat berjalan dengan baik apabila kepala sekolah dapat berperan sebagai
pemimpin yang memiliki visi dan misi yang jelas, berkaitan dengan gambaran
sekolah yang dicita-citakan (Mulyasa, 2015: 44). Seorang kepala sekolah harus
dapat memhami tugas dan fungsinya dengan baik. Kebijakan pemerintah harus
ditafsirkan sebagai kebijakan umum, sedangkan bagaimana melaksanakan
kebijakan tersebut dituangkan dalam standar operasional prosedur. Lebih lanjut
Mulyasa olusimenjelaskan bahwa revolusi mental di sekolah tentu saja tidak
terjadi secara otomatis, tetapi sedikitnya didukung oleh dua syarat dasar, yaitu
sikap positif terhadap pembaruan bagi semua warga sekolah dan adanya dukungan
berupa sumber-sumber untuk mengadakan perubahan (2015: 28).
Revolusi mental dapat diawali dengan melakukan hal-hal kecil yang
dilakukan untuk mengubah perilaku peserta didik, seperti dari yang penakut
menjadi pemberani, dari yang kurang percaya diri menjadi percaya diri, dari sikap
hidup boros menjadi hemat, dari pribadi yang lemah menuju yang kuat,
memerangi budaya menyontek. Dalam hal kondisi bangsa yang rapuh dan
memprihatinkan, kata kunci yang harus ditanamkan dan ditumbuhkan dalam
setiap pikiran dan hati orang Indonesia adalah mutu dan kejujuran. Dengan
demikian diperlukan adanya gerakan secara menyeluruh untuk membangun pola
piker dengan semangat mewujudkan pendidikan yang bermutu dan dan
jujur.Langkah-langkah yang ditempuh dalam rangka peningkatan hasil pendidikan
harus diarahkan pada mutu dan kejujuran. Kartadinata dalam Purwanto (2015:
105) menyatakan bahwa sekecil apapun orang berpikir tentang pendidikan akan
dirasakan berkontribusi signifikan karena berbicara dalam ranah dan pemikiran
yang sama. Pola pikir yang demikian sebagai perekat yang akan mengantarkan
berbagai pemikiran yang besar maupun yang kecil menuju kea rah yang sama
yaitu pendidikan kejujuran dan bermutu.
244
Penutup
Revolusi mental sebagai sebuah keharusan yang sudah tidak bisa ditawar-
tawar lagi harus dilaksanakan oleh seluruh elemen masyarakat. Apabila semua
bagian dari bangsa Indoensia mampu melakasanakan revolusi mental dirinya
sendiri, maka gerakan revolusi mental sebagai sebuah gerakan nasional akan
dengan mudah diwujudkan.
Pendidikan merupakan faktor yang terpenting dan fundamental dalam upaya
mewujudkan revolusi mental.Karena pendidikan merupakan bidang yang
bersentuhan langsung dengan seluruh lapisan masyarakat. Dengan demikian
diperlukan kebijakan yang jelas dan terarah dalam bidang pendidikan untuk
mewujudkan pendidikan yang bermutu yang menghasilkan keluaran yang
berkualitas dan berdaya saing dalam era globalisasi. Kurikulum yang ditetapkan
sebagai penunjang utama pendidikan harus merupakan kurikulum yang benar-
benar sesuai dengan karakteristik dan budaya bangsa Indoensia. Kurikulum yang
baik dan memberikan hasil yang maksimal di negara lain belum tentu cocok
diterapkan di Indoensia dengan segala kondisi yang serba heterogen.
Pendidikan anti korupsi sebagai bagian dari pembentukan karakter bangsa
yang melandasi pelaksanaaan revolusi mental harus diterapkan pada semua
jenjang pendidikan, baik berdiri sendiri dalam satu mata pelajaran atau mata
kuliah maupun terintitegrasi dengan mata pelajaran atau mata kuliah yang lain.
Daftar Pustaka
Merril, David N. and Burrola, Bernard A. 2015. Indonesia’s Mental Revolution. The Indonesian Journal oof Leadership, Policy and World Affair: Strategic Review.Jakarta.
Mulyasa, E. 2015. Revolusi Mental dalam Bidang Pendidikan. Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya.
Purwanto, Semiarto Aji. 2014. Bunga Rampai Seminar Nasional Kebudayaan 2014: Revolusi Mental sebagai Strategi Kebudayaan. Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
Sulistiyowati, Lily S. 2014. Prototipe Media Pendidikan dan Budaya Anti Korupsi. Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.
245
Okezone.com. 2015. Revolusi mental Jokowi dan Marx Berbeda. http://news.okezone.com/ read/2015 /04/25/337/1139898/sby-revolusi-mental-jokowi-dan-marx-berbeda; diakses tanggal 6 Januari 2016).
246