Page 1
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah swt. atas segala rahmat dan
hidayah-Nya serta tidak lupa shalawat dan salam selalu tercurah kepada Nabi
Muhammad saw. sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi yang
berjudul: Zikir Presepektif Hadis. (studi kasus pengaruh zikir Raatib al-Atthas di
Majlis Ta’lim wal-Aurad al-Husaini, Lemahabang, Cikarang Utara, kab: Bekasi).
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penulisan skripsi ini, tidak akan
bisa tuntas tanpa bantuan, bimbingan, arahan, dukungan dan kontribusi dari banyak
pihak. Ucapan trimakasih yang tulus dan tak terhingga penulis haturkan kepada yang
teristimewa Abi dan Umi tersayang. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis
ingin mengucapkan terimakasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada:
1. Prof. Dr. Komarudin Hidayat, Rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Prof. Dr. Zainun Kamal, selaku Dekan Fakultas Ushuluddin dan Filsafat UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Dr. Bustamin, M.Si., selaku ketua jurusan Tafsir Hadis.
4. Rifki Muhammad fatkhi, M.A., selaku sekertaris jurusan Tafsir Hadis.
5. Maulana, M. Ag. Selaku dosen pembimbing yang telah banyak mengarahkan
penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
Page 2
iii
6. Teristimewa untuk ayahanda Alm Idrus dan ibunda tercinta Sy Rogayah,
kakak-kakak juga adik-adik yang selalu memberi semangat khususnya kepada
salim, Fahmi, Haifah, Haikal, dan bagir.
7. Untuk segenap teman-teman terutama TH C, buat bolang yang udah susah
payah ngebantuin gw, buat Mpi, Kuman, Abus, irfan, wasi, juli, Umi farhah,
Ulfah, Sasa, Ana, zulkarnaen, suryadi, zubaedah el sarkem th b, Asep, sahid
persis mudah-mudahan tobat hehehe and temen-temen KKS Uyeeeeee.
Mudah-mudahan kita kompak selalu.
8. Buat para fans and teman-teman Arkadia, angkor, lepang, ijuk, zonk,
blangka, abus yang udah abis ama abas yang suka belanja ora...and buat neng
Maia lestary yang udah ngebantuin ngetik walaupun dikit
9. Yang terakhir buat seluruh Dosen dan staf pada program study Tafsir Hadis
yang udeh banyak bgt ngasih kenangan ilmu, mudah-mudahan semua para
dosen Ushuluddin diberikan kesehatan, panjang umur, ilmu yang bermanfaat,
dan meninggal dalam keadaan husnul khotimah amiiiin.
Page 3
ii
DZIKIR PRESEFEKTIF HADITS
(Studi Kasus Pengaruh Dzikir Ratib al-Atthas di Jama’ah Majlis Ta’lim
Wal Aurd al-Husaini Lemah Abang Cikarang Bekasi)
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Ushuluddin dan Filsafat
Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Theologi Islam (S.Thi)
Oleh:
Muhamad Naufal
NIM: 105034001249
Pembimbing
Maulana, M. Ag
19650 2071999031001
PROGRAM STUDI TAFSIR HADIS
FAKULTAS USHULUDDIN DAN FILSAFAT
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1430 H/2010 M
Page 5
i
ABSTRAK
Fenomena zikir akhir-akhir ini memang banyak terjadi di berbagai daerah khususnya
Jakarta dan sekitarnya, banyak manusia yang ingin mencari jati dirinya, ketenangan
batin, pengobatan dan juga untuk menarik rejeki melalui zikir, ini juga sejalan dengan
firman Allah swt
Yaitu orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tentram dengan
mengingat Allah. Ingatlah hanya dengan mengingat Allah-lah hati menjadi tentram. (
Arrad:28)
Inilah yang mendorong penulis menyusun skripsi dengan judul “Zikir Prespektif
Hadis” (studi kasus jama’ah Majlis Talim wal aurad al-Husaini, Lemahabang,
Cikarang Utara, Bekasi).
Penelitian ini memakai dua metode, pertama, penelitian lapangan (field
research) yaitu penelitian secara langsung dan terjun ke dalam komunitas objek,
untuk memperoleh data yang tepat, penulis mendatangi langsung objek penelitian
yaitu pimpinan dan para jamaah Majlis Ta’lim Wal Aurad al-Husaini Lemahabang
kec. Cikarang Utara – Bekasi.
Kedua, dalam pengumpulan data penulis memakai metode kualitatif yang di
Indonesia dikenal dengan penelitian naturalistik, yaitu penelitian yang di laksanakan
secara alamiah, apa adanya, dan dalam situasi normal yang tidak dimanipulasi
keadaan dan kondisinya, dan melibatkan 40 jamaah atau responden.
Page 6
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang Masalah
Di zaman modern seperti sekarang ini, manusia banyak dihadapkan pada
persoalan hidup yang kompleks, sehingga tidak jarang ditemukan pada sebagian
orang menemui jalan buntu dalam menyelesaikan permasalahan yang sedang
dihadapi. Hidup dirasakan menjadi hampa, mudah putus asa, yang pada akhirnya
menimbulkan rusaknya mental. Ketenangan dan kebahagiaan hidup seseorang juga
ditentukan oleh kesehatan mentalnya. Menurut Zakiah Daradjat, kesehatan mental
yang dimaksud adalah terwujudnya keharmonisan antara fungsi-fungsi jiwa,
mempunyai kesanggupan untuk menghadapi problem-problem yang biasa terjadi dan
merasakan secara positif kebahagiaan dan kemampuan dirinya . 1
Fungsi-fungsi jiwa seperti fikiran, perasaan, sikap, jiwa, pandangan, dan
keyakinan hidup harus saling membantu dan bekerja satu sama lain sehingga dapat
dikatakan adanya keharmonisan yang menjauhkan orang dari perasaan ragu dan
bimbang serta terhindar dari kegelisahan dan pertengkaran batin (konflik), kesehatan
mental itulah yang menentukan tanggapan seseorang terhadap sesuatu persoalan dan
kemampuannya menyesuaikan diri dengan dirinya, orang lain, dan lingkunganya.
1 Zakia Darajat, Kesehatan mental , ( Jakarta : PT Toko Gunung Agung, 1996 ) , cet, ke-23, h.
Page 7
Orang yang sehat mentalnya tidak mudah merasa putus asa, pesimis atau
apatis karena ia dapat menghadapi semua rintangan atau kegagalan dalam hidup
dengan tenang dan wajar. Ia akan berusaha mencapai jasmani dan rohani yang sehat
untuk menyesuaikan diri terhadap orde sosial yang ada dan tidak melarikan diri dari
realitas hidup. Sebaliknya, seseorang yang sakit dan kacau mentalnya tidak dapat
memperoleh ketenagan hidup. Jiwa mereka sering terganggu sehingga menimbulkan
stress dan konflik batin, emosi negatif, dan tidak berani menghadapi tantangan
hidup.2
Salah satu cara untuk menumbuhkan dan mencapai mental yang sehat yang
melahirkan ketenangan dan kebahagiaan hidup adalah dengan banyak berzikir kepada
Allah. Hal ini secara tegas dinyatakan dalam al-Quran surat Ar-Ra‟d ayat 28:
“ Orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tentram dengan
mengingat Allah. Ingatlah hanya dengan mengingat Allah-lah hati mereka akan
menjadi tentram”.
Dalam ayat ini disebutkan bahwa cara memperoleh ketentraman dalam hati
adalah dengan berzikir kepada Allah,3 tetapi tidak semua zikir dapat menentramkan
hati, karena itu syarat zikir yang menentramkan hati adalah harus disertai keimanan.
2 Lynn Wilcox, Ilmu jiwa Berjumpa Tasawuf, (Jakarta: PT. Serambi Ilmu Semesta, 2003), h.
209 3 Departemen Agama RI , Al-Qur’an dan Terjemahanya, (Mekar Surabaya) edisi 2002, h. 341
Page 8
Zikir adalah upaya menghubungkan diri secara langsung dengan Allah baik dengan
lisan ataupun dengan hati atau memadukan keduanya secara simponi.4
Dan di dalam kitab al-Qirthaas terdapat hadis sebagai berikut :
ن تي ػثد الس حوي تي ػل االشزق ف وتاب ة اتساه ه الطث ل الوا فغ " ولل الؼال هح الفم تسه
ا ف تؼض وتة الطة ػي اس لا ل " ه وسلن : زو الى زسىل اهلل صلى اهلل ػل جاء اػسات
ن الطؼا م والشساب فى هؼد تى فا د ع اهلل لى تا : و لا ل ن وال ستم ا زسىل اهلل ا زجل ستم
...! لصحح
ه الصالج والسالم فمل تسن اهلل الري ضس هغ , اذا اولت طؼا ها او شستت شساتا: فما ل ػل
ا لىم ن ا ح غ الؼل ء ف االز ض وأل ف السوا ء وهى السو فاء ه أل ضسن داء , اسوه ش
وا . واى وا ى ػظ
Dari hadis yang di riwayatkan oleh Abu Dawud” : (Telah berkata seorang
Ulama besar ahli ilmu Dr. Ibrahim bin Abdurahrahman bin „Auf bin al- Azraq dalam
kitab “Tashiilul-Manaafi”, pada sebagian kitab kedokteran, dari Anas ia telah
berkata: “seorang Arab pegunungan (A‟raabi) telah datang kepada Rasulullah saw,
sambil berkata: „Ya Rasulallah, sesungguhnya aku orang yang sedang menderita sakit
yaitu makanan dan minuman tidak dapat masuk secara lurus kedalam perut besarku.
Karena itu do‟a kan lah agar Allah menyembuhkanku”. Maka bersabdalah Rasulallah
saw,: “ucapkanlah”: ن ا ح غ الؼل ء ف االز ض وأل ف السوا ء وهى السو فمل تسن اهلل الري ضس هغ اسوه ش
ا لىم
(denagn menyebut asma‟Allah yang dengan asma‟Nya tidak bemadharrat
sesuatu baik yang ada dibumi maupun yang ada di langit, wahai Dzat yang Maha
Hidup lagi Maha Kekal Abadi, maka tidak akan berbahaya bagimu sesuatu penyakit
walupun penyakit itu berat).
Dari teks hadis yang terdapat di dalam kitab al-Qirthaas menerangkan bahwa
dengan berzikir dapat menjauhkan penyakit baik jasmani maupun ruhani. Zikir juga
4 Qomarudin SF, Zikrullah Membeningkan Hati, Menghampiri Ilahi,(Jakarta: Serambi Ilmu
Semesta, 2000), h. 26
Page 9
berarti ucapan Tasbih, Tahmid, Tahlil, Istigfar, dan pengagungan asma Allah. Bila
ucapan itu disertai dengan niat untuk membersihkan jiwa dan raga dari semua rayuan
setan dan mengharapkan ridho-Nya. zikir akan membekas dalam hati orang yang
membacanya dan akan menentramkan batin dan fikiran mereka. Dengan zikir kepada
Allah dalam setiap waktu dan keadaan, maka akan tertanam nilai-nilai Ilahiah secara
kukuh yang memancarkan kesadaran akan nilai insaniah, menguatkan badan,
membangkitkan hati dan perasaan sehingga dapat memberikan nilai positif bagi
sikap, pandangan dan tingkah laku seseorang.5
Kemudian dalam berzikir seseorang perlu bimbingan bahkan lebih jauh
memerlukan sebuah lembaga yang terorganisir dengan baik, pada saat ini lembaga-
lembaga tersebut sangat berkembang di Indonesia pada umumnya, dan di Jakarta
pada khususnya, seperti Majlis Rasulullah, Majlis Nurul Mustofa dan majlis zikir
lainya, karna majlis zikir juga sebagai salah satu warisannya Rasulallah saw.
Sebagaiman hadis berikut:
ه اه دخل السىق ولال سج زضاهلل ػ هس ساث زسىل اهلل : وػي ات اهلل صلىازاون ها هاوه
ساثا فمالى ه وسلن مسن ف الوسجد فرهة الاس الى الوسجد وتسوىا السىق فلن سوا ه ا : ػل
تا هساثا فمال سج هازا تن ؟ لالىا : اتاهس تا لىها روسوى اهلل تؼالى ومس ػىى : فواذا زا زا
ساث زسىل اهلل صلى اهلل ػله وسلن: ى لال أالمس فر له ه
5 Habib Ali bin Hasan Abdullah bin Husain bin Umar al-Atthas Ba‟alawi Al-Hadromi,
diterjemahkan oleh H.Toha bin Abubakar bin Yahya, AL-QIRTHAAS, Sarah Ratib Al- Atas, (Jakarta:
Darul Ulum Press, 2003 ), Jilid 1, h. 16
Page 10
Dari Abi Hurairah r.a bahwasanya ia telah memasuki suatu pasar dan berkatalah
ia (kepada orang-orang yang ada di pasar itu). :”kenapakah aku melihat kalian berada
disini, sedang warisan Rasulallah sedang dibagi-bagikan di masjid. Lalu mereka pun
pergi kemasjid dengan meninggalkan kesibukan di pasar, tetapi mereka tidak melihat
adanya warisan yang dibagikan. Mereka berkata:” ya Abu Hurairah, kami tidak
menjumpai warisan sedikitrpun” . Abu Hurairah berkata: apa yang kalian lihat disana
?.” Mereka berkata: Kami melihat ada suatu kelompok orang yang sedang berzikir
kepada Allah, dan ada pula kelompok lain sedang membaca al-Quran. Abu Hurairah
berkata: “ itulah warisan Rasulallah saw. Dan didalam hadist lain yang di keluarkan oleh imam Abu Dawud r.a
bahwasanya Rasulallah saw. telah bersabda kepada Anas r.a:
اى الؼد هغ لىم ر وسوى اهلل تؼا ه وسلن ه لال زسىل اهلل صلى اهلل ػل وػي اس زضى اهلل ػ
ل وألى الؼد . لى هي صالج الغداج حتى تطلغ الشوس احة الى هي اػتك ازتؼح هي ولد اسوا ػ
هي اػتك از تؼح هغ لىم ر وس وى اهلل تؼا لى هي صالج الؼصس حتى غسب الشوس احة ال
(اخسجه اتى داود)
Dari Anas r.a ia telah berkata : “ telah bersabda Rasulallah saw:” bagiku duduk
bersama satu kaum yang berzikir kepada Allah Ta‟ala sejak shalat subuh hingga terbit
matahari lebih aku senangi (afdhal) dari membebaskan empat orang hamba dari
keturunan ismail. Dan bagiku duduk bersama suatu kaum yang berzikir kepada Allah
sejak shalat Ashar hingga terbenamnya matahari, lebih dari membebaskan empat
orang hamba. (Abu Daud)
Dari kedua hadis di atas meskipun rasul tidak menyuruh kita untuk berzikir
secara berjamaah tetapi dari teks hadis diatas bahwasanya rasul senang dengan
perbuatan tersebut. Karena berzikir secara berjamaah lebih utama.
Dari berbagai banyaknya bentuk zikir yang kesemuanya itu adalah bertujuan
mengagungkan dan mensucikan asma Allah swt, ada satu zikir yang sering di
bacakan di kalangan Habaib (keturunan Nabi Muhammad saw) yaitu zikir raatib al-
Page 11
Atthas yang di susun oleh al-Habib Umar bin Abdurahman al- Atthas yang mujarab
dalam mengatasi problem-problem kehidupan jasmani maupun rohani.
Dari latar belakang pemikiran di atas, penulis ingin melihat seberapa besar
dampak dari mengikuti zikir raatib al- Atthas tersebut? Lalu, apakah aplikasi hadis
yang disampaikan oleh para pengajar dalam Majlis Ta‟lim Wal Aurad al-Husaini
berjalan dengan baik dalam kehidupan para pelaku zikir tersebut?. Secara garis besar,
penulis ingin mencari apakah benar dampak berzikir ratib al- Atthas dapat membina
kesehatan mental para pelakunya?
Dan untuk menjawab permasalahan tersebut, maka penulis ingin membahas
karya ilmiah dengan judul: Zikir Presepektif Hadis. (studi kasus pengaruh zikir
Raatib al-Atthas di Majlis Ta’lim wal-Aurad al-Husaini, Lemahabang,
Cikarang Utara, kab: Bekasi)
Adapun alasan pemilihan judul skripsi ini adalah:
1. Karena banyaknya faedah atau manfaat yang diterangkan oleh pimpinan
majlis ta‟lim tersebut , maka penulis ingin membuktikan sejauh mana dampak
atau pengaruh zikir tersebut.
2. Majlis Ta‟lim Wal Aurad al-Husaini ini telah memberikan kontribusi dalam
pendidikan rohani bagi masyarakat Cikarang dan sekitarnya.
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah
Page 12
Dari sekian banyak permasalahan yang penulis angkat di atas, dan juga agar
tidak melebar lebih jauh maka penulis merumuskan pembatasan masalah hanya pada
pelaksanaan zikir yang dilakukan di Majlis Ta‟lim wal-Aurad al-Husaini,
Lemahabang, Cikarang Utara, kab: Bekasi dan penulis ingin mencari apakah benar
dampak berzikir raatib al-Atthas tersebut dapat membina kesehatan mental para
pelakunya?
C. Tujuan penelitian
Dalam hal ini, penulis ingin mengetahui seberapa banyak bacaan zikir dan
apabila telah selesai penulis inginkan skripsi ini menjadi buku pedoman bagi para
peserta zikir Majlis Ta‟lim Wal Aurad al-Husaini. Dalam hal ini penulis jabarkan
sebagai berikut:
1. Mengetahui seberapa banyak zikir ratib yang sudah ada, karena sejauh yang
penulis tahu, bukan hanya raatib al-Haddad saja, yang pada umumnya
diketahui masyarakat, tetapi ada tiga zikir ratib yang belum diketahui oleh
sebagian besar masyarakat Indonesia
2. Mengetahui pelaksanaan zikir raatib al-Atthas dan sejarahnya .
3. Mengetahui seberapa besar dampak psikologis dari zikir raatib al-Atthas
terhadap jamaah Majlis Ta‟lim Wal Aurad al-Husaini
Page 13
4. Untuk memenuhi tugas akhir perkuliahan dan sebagai syarat untuk mencapai
gelar Sarjana Theologi Islam (S.Th.I) program Strata Satu (S1) jurusan Tafsir
Hadis fakultas Ushuluddin dan Filsafat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
D. Mnfaat penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran tentang majlis zikir
secara umum, dan juga dapat menambah pengetahuan tentang banyaknya zikir
dengan para penyusunnya. Dari hal tersebut penulis menjabarkan sebagai berikut:
1. Hasil penelitian ini diharapkan menjadi salah satu cara dalam menciptakan
mental yang sehat dengan jalan berzikir ratib al-Atthas.
2. Hasil penelitian ini juga akan menjadi salah satu buku pedoman bagi para
peserta pemula Majlis Ta‟lim Wal Aurad al-Husaini.
3. Sebagai pengembangan keilmuan bagi penulis dan menambah wawasan
literatur tentang zikir.
E. Tinjauan kepustakaan
Di samping merupakan penelitian ilmiah, skripsi ini juga melakukan kajian
pustaka terhadap skripsi atau karya tulis lainnya yang lebih dahulu membahas tentang
zikir, seperti:
Page 14
1. Takhrij hadis-hadis tentang zikir dalam kitab al- Azkar An-Nawawiyah, di
susun oleh: Abdul Syakur: 102034024795 Jakarta 2006 M/1427 H.
2. Konsep zikir dalam al-Quran kajian tafsir Alusi, disusun oleh: Dzikrullah:
198340066 (2003).
Adapun yang membedakan serta menjadikan skripsi ini layak untuk diangkat
adalah skripsi ini mencoba mengaplikasikan pembahasan hadis yang terdapat dalam
kitab al-Qirthaas (syarah dari zikir ratib al-Atthas) yang menerangkan hikmah-
hikmah dan manfaat yang terdapat pada zikir ratib al-Atthas , juga berusaha mencari
seberapa banyak zikir ratib yang ada, karena selama ini sebagian besar masyarakat
dan majlis-majlis yang ada di Indonesia hanya mengetahui zikir ratib al-Hadad saja
yang disusun oleh Habib Abdullah bin Alwi al-Hadad, padahal guru beliau adalah Al-
Habib Umar bin Abdurahman al-Atthas yaitu penyusun ratib al-Atthas .6
Sedangkan skripsi yang sudah ada, hanya menerangkan tentang konsep dan
takhrij hadis yang terdapat pada zikir secara umum dan tidak membahas pengaruh
dari bacaan zikir tersebut, akan tetapai dalam skripsi yang penulis ajukan lebih
khusus kepada apa itu zikir ratib dan pengaruhnya berdasarkan kitab al-Qirthaas bagi
pemakai zikir ratib al-Attas tersebut.
6
Tohir Husain Yahya, Mutiara Ratibul Attas, (Semarang: PT. Tanjung Mas Inti, 2007), cet.
ke- 1, h. 15
Page 15
F. Metode penelitian
Dalam metode pembahasan, penulis memakai dua metode, pertama,
penelitian lapangan (field research) yaitu penelitian secara langsung dan terjun ke
dalam komunitas objek, untuk memperoleh data yang tepat, penulis mendatangi
langsung objek penelitian yaitu pimpinan dan para jamaah Majlis Ta‟lim Wal Aurad
al-Husaini Lemahabang kec. Cikarang Utara – Bekasi.
Kedua, dalam pengumpulan data penulis memakai metode kualitatif yang di
Indonesia dikenal dengan penelitian naturalistik, yaitu penelitian yang di laksanakan
secara alamiah, apa adanya, dan dalam situasi normal yang tidak dimanipulasi
keadaan dan kondisinya, serta menekankan deskripsi secara alami. Pengambilan data
atau penjaringan fenomena dilakukan dari keadaan yang sewajarnya. Dengan sifat ini
maka dituntut keterlibatan peneliti secara langsung7. Dengan dua metode diatas
penulis menyimpulkan penelitian kedalam tiga tahap yaitu:
1. Observasi
Observasi adalah cara untuk memperoleh data dalam bentuk
mengamati serta mengadakan pencatatan dari hasil observasi. Dengan kata
lain suatu pengamatan dengan menggunakan indera penglihatan yang
langsung mengikuti tatacara berzikir dalam majlis zikir tersebut .8
7 Hasan hamka, Metodologi Penelitian Tafsir Hadis, (Jakarta: Lembaga penelitian UIN Syarif
Hidayatullah, 2008) 8 Irwan soehartono , Metode Penelitian Social, (Bandung: PT. Remaja Rosda Karya, 2004),
cet. ke-6, h. 69
Page 16
2. Wawancara
Wawancara (interview) adalah pengumpulan data dengan mengajukan
secara langsung kepada responden, dan jawaban-jawaban responden dicatat
atau di rekam dengan alat perekam (tape recorder).9 Disisni penulis
melakukan wawancara kepada peserta zikir dan juga kepada pemimpin majlis
zikir tersebut.
3. Angket (kuesioner)
Angket (kuesioner) adalah daftar pertanyaan yang harus dijawab oleh
responden yaitu beberapa pertanyaan yang berhubungan dengan pekerjaan sehari-
hari juga dampak zikir ratib terhadap kehidupan rohani maupun jasmani responden.
Adapun penggalian data melalui angket ini ditempuh dengan cara Self Administation.
Self Administration maksudnya adalah responden melakukan pengisian daftar angket
sendiri.10
Mengenai teknik penulisannya secara umum sesuai dengan buku “Pedoman
Penulisan Skripsi, Tesis, dan Disertasi” yang di terbitkan oleh UIN Jakarta Press
2005.
G. Sistematika penulisan
Adapun sistematika penulisannya yaitu:
9 Irwan soehartono , Metode Penelitian Social, (Bandung: PT. Remaja Rosada Karya, 2004),
cet. ke-6, h. 67-68 10
Muhammad Nasir , Metodologi penelitian , ( Jakarta : Ghahlia Indonesia, 1985 ), h.185.
Page 17
Bab I (satu) Pendahuluan yang berisi Latar Belakang Masalah, Pembatasan
dan Perumusan Masalah, Tujuan Penulisan, Manfaat Penulisan, Petode Penelitian,
Tinjauan Pustaka, dan Sistematika Penulisan.
Bab II (dua) Landasan Teori, yang membahas tentang Pengertian Zikir
Secara Umum: Anjuran Berzikir, Keutamaan Majlis Zikir, Tatacara dan Adab
Berzikir, Faedah Berzikir dengan Lisan, Faedah Berzikir dengan Hati, Pengertian
Zikir Ratib: Macam-macam Zikir Ratib, Pengertian Zikir Ratib al-Atthas, Susunan
Zikir Ratib al-Atthas, Biografi Habib Umar (penyusun ratib al-Atthas), Kesehatan
Mental: Pengertian kesehatan Mental, Ciri-ciri Mental sehat.
Bab III (ketiga) Kumpulan Hadis-hadis: Pengertian Hadis, Hadis-hadis
tentang Zikir, Hadis-hadis Tentang kesehatan, Hubungan Zikir dengan Kesehatan,
Hubungan Zikir dengan Psikologi.
Bab IV (keempat) Waktu dan tempat penelitian,: Profil Majlis Ta‟lim Wal
Aurad al-Husaini, Lemahabang, Cikarang Utara, kab: Bekasi, Tujuan dan Misi
Majlis, Struktur Organisai, Populasi Peserta Anggota Zikir, Pengumpulan Pengolahan
dan Analisis Data: Deskripsi Responden seputar zikir, Deskripsi Responden seputar
Psikologi.
Bab V (kelima) Kesimpulan dan Saran.
Page 18
DAFTAR ISI
ABSTRAK ....................................................................................................... i
KATA PENGANTAR .................................................................................... ii
DAFTAR ISI ................................................................................................... vi
PEDOMAN TRANSLITERASI .................................................................... ix
BAB I PENDAHULUAN
A. . Latar Belakang Masalah .......................................................... 1
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ....................................... 6
C. Tujuan Penulisan ..................................................................... 6
D. Manfaat Penulisan ................................................................... 7
E. Tinjauan Pustaka....................................................................... 7
F. Metodologi Penelitian............................................................... 10
G. Sistematika Penulis ................................................................... 11
BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI
A. Pengertian Zikir Secara Umum ................................................ 13
1. Anjuran Berzikir ................................................................. 17
2. Keutamaan Majlis Zikir ...................................................... 19
3. Tatacara dan Adab Berzikir ................................................ 20
4. Faedah Berzikir Dengan Lisan ........................................... 22
Page 19
5. Faedah Berzikir Dengan Hati ............................................. 23
B. Pengertian Zikir Ratib
1. Macam-Macam Zikir Ratib .................................................. 23
2. Pengertian Zikir Ratib al-Atthas ........................................... 24
3. Susunan Zikir Ratib al-Atthas ............................................... 25
4. Biografi Habib Umar (penyusun ratib al-Atthas) .................... 30
C. Kesehatan Mental
1. Pengertian Kesehatan Mental ................................................... 35
2. Ciri-ciri Mental Sehat ............................................................... 39
BAB III KUMPULAN HADIS-HADIS
A. Pengertian Hadis ....................................................................... 42
1. Hadis-hadis Tentang Zikir .................................................... 43
2. Hadis-hadis Tentang kesehatan ............................................ 44
3. Hubungan Zikir Dengan Kesehatan ..................................... 47
4. Hubungan Zikir Dengan Psikologi ....................................... 49
BAB IV HASIL PENELITIAN
A.Waktu dan Tempat Penelitian ....................................................... 51
1. Profil Majlis Ta‟lim Wal Aurad al-Husaini ......................... 51
a. Tujuan dan Misi Majlis Ta‟lim Wal Aurad al-Husaini. 53
b. Struktur Organisai............................................................. 54
Page 20
c. Waktu dan Tempat Pelaksanaan Zikir ............................. 54
d. Populasi Peserta atau Anggota Zikir ................................ 54
B. Pengumpulan, Pengolahan dan Analisis Data
1. Deskripsi Responden Seputar Zikir
2. Deskripsi Responden Seputar Psikologi......................... 59
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ............................................................................... 75
B. Saran ......................................................................................... 75
Page 21
13
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Pengertian zikir secara umum
Kata zikir adalah bentuk tunggal (mufrad), sedangkan bentuk jamaknya adalah
al-adzkar. Dalam al-Quran , kata zikir dan yang berakar kata sama disebutkan
sebanyak 292 kali, termuat dalam 36 surat (25 surat Makkah dan 11 surat Madinah).1
Kata-kata zikir sendiri, yang bentuk kata kerja benda (masdhar) terulang sebanyak 76
kali.2 kata dzikir yang berbentuk masdar (kata benda kerja)
3 mempunyai makna yang
bervariasi, salah satunya berarti peringatan. Misalnya, kata zikir a yang terulang
sebanyak 23 kali dan tadzkirah yang terulang sebanyak 10 kali, mempunyai arti
peringatan. Menurut Ibn Qayim, kata zikir a mempunyai arti yang sama dengan kata
zikir tetapi dalam bahasa yang lebih halus (alblagh).4
1 Muhammad fu‟ad „Abd al-Baqi. Al Mu’jam al-Mufahras liAlfadz al-Qur’an al-Karim,
(Beirut:Dar al-Fikr, 1981), h.270-275. 1Muhammad fu‟ad „Abd al-Baqi. Al Mu’jam al-Mufahras liAlfadz al-Qur’an al-Karim,
.Sedangkan dalan al-Quran muncul dalam tujuh kata jadian (Istiqaq). Yaitu fi’il madhi ( verba lampau
aktif dan pasif): fi’il mudhari’ (verba sedang aktif dan pasif): fi’il amr‟ (verba perintah aktif). Mashdar
(verba non): Ism fa‟il(ajectiv/kata benda pelaku); Ism Maf‟ul (ajectiv objek) dan al mubalaghah
(bentuk kata benda jadian yang menunjukan penekanan, penegasan atau pergandaan sifat dari objek
yang disifati).
3.Dalam bahasa Arab, mashdar termasuk dalam kategori ism (kata benda abstrak), tetapi ia
tetap menga2ndung arti kerja yang menunjukan kepada suatu peristiwa yang tidak terikat oleh factor
waktu tertentu. Lihat; Musthofa Ghalayaini, Jami al-Durus al Arabiyah, (Beirut; Maktabah
Mishiriyah, 1990), juz I., h.33.
4Syams al-Din „Abd Allah Muhammad ibn Qayim al Jawziah, al Wabl al-Shayyib wa Rifi al
Kalim al Thayyib, (Damaskus; Mktabah Darl Bayan, tt), h.182.
Page 22
14
Secara etimoloigis, zikir merupakan masdhdar (kata benda) dari kata kerja
dzakara-yadzkuru-dzikir an yang berakar kata dari huruf dzal-kaf-ra. Menurut Ibn
Manzhur, dzakara berarti menjaga sesuatu dengan menyebut atau mengingatnya. Ibn
Ishaq, mengartikan dengan mengambil pelajaran. zikir juga berarti kehormatan atau
kemuliaan (al-syaraf), nama baik (al-shit), al-kitab yang isinya menjelaskan agama
(al-din), shalat dan doa serta pujian (al-tsana) atasnya.5 Abu Abbas mengartikan zikir
dengan shalat dengan membaca al-Qur‟an, tasbih, do‟a syukur dan taat.6
Kata zikir, menurut Abd‟Allah Abbas al-Nadwi dalam Qamus Alfadz al-Qur‟an
alKarim ‘Arabi-Injilisi, berarti sebutan (mention), ingatan (remembrance
recollection), peringatan (remember-admotion), doa (invacation), nama baik
(reputation), dan kemashuran (renown).7
Dalam kaitan dengan pengertian diatas, Mu’jam alfadz al-Qur’an alKarim
memberikan uraian lebih rinci tentang pengertian zikir yang mempunyai empat arti
dasar dari kata tersebut yaitu: pertama, mengucapkan dan menyebut nama Allah,
serta menghadirkanya dalam ingatan. kedua, mengingat nikmat Allah dengan
menghadirkan Allah dalam kehidupan kita menjalankan kewajiban kita sebagai
5 Ibn Manzhur, Lisan al-„Arab (Beirut: Dar Shadir,), jilid IV, h.308-333. Dan sebagai
perbandingan lihat pula Thahir Ahmad al-Zawiy, Tartib al-Qamus al-Muhit (Kairo: Isa al-Babiy al-
Halabi wa al-Syirkah,tt.), juz 2, h. 262Lois Ma‟luf, Al-Munjid Fi al-Lughah wa I’lam (Beirut:
Kattulikiyah,tt), h.236 6 Ibn Manzhur, Lisan al-‘Arab (Beirut: Dar Shadir,), jilid IV, h. 301
7 Abd‟Allah „ Abbas al-Nadwi, Qamus Alfadz al-Qur’an al Karim ‘Arabi-Injilisi (Chicago:
Iqra‟ Internasional Education, 1986), h. 200
Page 23
15
hamba. Ketiga, mengingat Allah dengan menghadirkanya dalam hati yang disertai
dengan tadabbur, baik disertai dengan ucapan lisan atau tidak. Keempat, Allah
mengingat hamba-Nya melalui pembalasan kebaikan kepada mereka dan mengangkat
derajatnya.8
Sedangkan dalam kamus besar bahasa Indonesia di artikan sebagai: (1) puji-
pujian kepada Allah yang diucapkan berulang-ulang, (2) doa atau puji-pujian berlagu
(dilakukan pada perayaan Maulid Nabi saw), dan (3) perbuatan mengerjakan zikir.9
Jadi, dapat disimpulkan bahwa kata dzikir secara etimologi berarti mengingat
sesuatu baik dengan hati maupun dengan ucapan. Kata zikir juga dapat berarti kitab-
kitab Allah, peringatan, pelajaran, kemuliaan atau kehormatan, nama baik, doa dan
pujian.
Selanjutnya secara terminology pengertian zikir didefinisikan sebagai berikut:
al-Ghazali dalam kitab Ihya Ulum al-Din, dengan mengutip pendapat al-Hasan,
mengatakan bahwa zikir terbagi menjadi dua macam yaitu: pertama, zikir
(mengingat) Allah, antara diri kita dan Allah, cara ini sangat baik dan besar
pahalanya; kedua, mengingat kepada Allah Yang Maha Suci ketika dia meng
8 Majma‟ al-Lughah al-„Arrabiyah, Mu’jam Alfaz al-Quran al-Karim (Kairo: al-Hay‟ah al-
Mishriyah,tt), jilid I. h. 437 9 Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai
Pustaka. 1996), h.1136
Page 24
16
haramkan sesuatu.10
Al-Razi mengelompokan pengertian zikir dalam tiga macam,
yaitu: pertama, sebutan lidah (zikir bi al-Lisan) ialah memuji-Nya (tahmid),
mensucikanya (tasbih),dan mengagungkanya (majdun), dan membaca al-Qur‟an.
Kedua,ingatan hati (zikir bi al-qalb) ialah memikirkan dalil-dalil wujud Allah dan
sifat-sifat-Nya. Memikirkan dalil-dalil perintah dan larangan-Nya untuk dapat di
ketahui hukum-hukum-Nya. Memikirkan rahasia-rahasia yang terkandung dalam
peroses penciptaan alam. Ketiga, zikir anggota badan (zikir bi al-jawarih) ialah
mempergunakan seluruh anggota badan untuk ketaatan kepada-Nya.11
Imam nawawi
dalam kitab al-Adzkar mengatakan hakekat zikir ialah kehadiran hati dapat dilakukan
dengan lidah tetapi lebih utama dengan hati secara bersamaan, serta berusaha
memikirkan dan memahami makna apa yang dibacanya. Zikir juga tidak terbatas
pada masalah tasbih, tahlil, takbir, dan sejenisnya, melainkan semua amal ketaatan
yang diniatkan kepada Allah swt.12
Dalam Ensklopedi hukum islam, zikir ialah menyebut, menuturkan, mengingat,
menjaga, mengerti dan perbuatan baik. Ucapan lisan, gerakan raga, maupun getaran
hati sesuai dengan cara-cara yang diajarkan agama dalam rangka mendekatkan diri
kepada Allah swt, upaya untuk menyingkirkan keadaan lupa dan lalai kepada Allah
10
Abu Hamid Muhammad ibn Muhammad al-Ghazali, Ihya’Ulum al-Din (Semarang: Thaha
Putra,tt), juz I, h. 259 11
Fakhr al-Din ibn Dhiya‟ al-Din „Umar Muhammad al-Razi, Al-Tafsir al-Kabir wa Mafatih
al-Ghayb (Beirut: Dar al-Fikr, 1985), jilid II, h, 159-160 12
Abu Zakariya Yahya ibn Syaraf al-Nawawi, Kitab al-Azdkar (Beirut: Darul al-Nabhim,
1997), h. 4
Page 25
17
swt, dengan selalu ingat kepada-Nya; keluar dari suasana lupa masuk kedalam
suasana musyahadah (saling menyaksikan) dengan mata hati, akibat dorongan rasa
cinta yang mendalam kepada Allah swt.13
Dari definisi di atas dapat dipahami bahwa zikir adalah suatu aktifitas
mengingat Allah swt yang dapat dilakukan dengan cara yaitu pertama, mensucikan,
memuji-Nya, membaca al-Qur‟an, serta mengucapkan kalimat baik lainya, yang
dilakukan dengan lisan. Kedua, mengingat dengan hati, yakni dengan memikirkan
tanda-tanda kebesaran-Nya dan sifat-sifat-Nya, dan ketiga, mengingat-Nya dengan
anggota tubuh, yakni, dengan mentaati segala perintah-Nya dalam setiap waktu dan
tempat.
1. Anjuran berzikir
Banyak ayat-ayat al-Qur‟an yang menyerukan manusia agar berzikir seperti :
Hai orang-orang yang beriman berzikirlah (dengan menyebut nama Allah,
sebanyak-banyaknya. Dan bertasbih di waktu pagi dan petang. ( Q.S. Al-ahzaab: 41-
42)14
13
Abdul Aziz Dahlan, Ensiklopedi Hukum Islam (Jkarta: Ikhtiar Baru van Hove, 1996), jilid
VI., h. 2016 14
Departemen Agama RI , Al-Qur’an dan Terjemahanya, (Mekar Surabaya) edisi 2002,
h.599
Page 26
18
Karan itu , ingatlah kamu kepada ku niscaya Aku ingat pula kepada mu.
(al baqarah :152)
Dan Kami akan menghidupkanya pada hari kiamat dalam keadaan buta Barang
siapa yang berpaling dari mengingatKU. Maka sesungguhnya baginya penghidupan.
( Thaha:124)
Yaitu orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tentram dengan
mengingat Allah. Ingatlah hanya dengan mengingat Allah-lah hati menjadi tentram. (
Arrad:28)15
Dan di dalam hadis pun Rasul saw. menganjurkan kita agar berzikir kepada
Allah swt.
لا ي سعي ص اهلل ع١ ع اخز ت١ذ ا جث عار ت اهلل ا أل دثه ): ع عار ٠ا
ي: ف اهلل فما ي ذم صالج ا ف دتش و عار ٢ ذذ ع ص١ه ٠ا ع روشن ): ا اع ا
عثا دذه دغ (شىشن
Dari Mu;adz bin Jabal bahwa Rasulullah saw telah memegang tangannya dan
bersabda: “ Hai Mu‟dz, demi Allah sesungguhnya aku menyayangimu karena Allah,
lalu beliau bersabda : “ Aku berwasiat kepadamu hai Mu‟adz, jangan sekali-kali
engkau tinggalkan seusai shalat untuk mengucapkan (Ya Allah, tolonglah agar aku
selalu mengingat-Mu, mensyukuri-Mu dan memperbaiki ibadahku kepada-Mu).16
15
Departemen Agama RI , Al-Qur’an dan Terjemahanya, (Mekar Surabaya) edisi 2002, 16
Habib Ali bin Hasan Abdullah bin Husain bin Umar Al-Atas Ba‟alawi Al-Hadromi,
diterjemahkan oleh H.Toha bin Abubakar bin Yahya, AL-QIRTHAAS, Sarah Ratib Al- Atas, (Jakarta:
Darul Ulum Press, 2003 ),jilid I. h. 16
Page 27
19
لاي غ١ش اظ لعذ ): لاي سعي اهلل ص اهلل ع١ ع: ع ا عح ث ص افجش ف ج
د ٠ز وشاهلل ذعا در شج ذا ع واء جش دجح وا د ص سوعر١ ظ ث .……ذطع اش
د د.……ذا ذا
Dari Anas dan lainya ;”Telah bersabda Rasulallah saw “: Barang siapa yang
shalat fajar (subuh) berjamaah, kemudian ia duduk berzikir kepada Allah hingga
terbit matahari melakukan sholat dua raka‟at (dhuha), maka baginya pahala seperti
pahala ibadah hajji dan umroh yang sempurna, sempurna, sempurna. ( Telah berkata
Atturmudzi: Hadist Hasan) 17
Dan masih banyak lagi ayat-ayat dan hadis yang berbicara mengenai zikir,
bahkan al-Quran dan hadis-hadis seluruhnya menarik kita untuk berzikir kepada
Allah baik secara lisan atau dengan kesungguhan secara amaliah maupun secara
aqidah. Maka fahamilah baik-baik firman Allah Ta‟ala.
2. Keutamaan Majlis Zikir
لاي اغق دخ ا ش٠شج سض١اهلل ع ات ي اهلل : ع ١شاز سع ا ا صاساو
١شاثا فما ا ٠ش ق ف ا اغ ذشو غجذ ة ااط ا ا غجذ فز ف ا ٠مغ ع : اهلل ع١
شاثا فماي اسا٠را ش٠شج ا : ٠ا اتا ؟ لا ارا سا٠ر : ف ٠مش ع اهلل ذعا ا ٠زوش ا ل سا٠ر
١شاز سعي اهلل ص اهلل ع١ ع: لاي أامش فز ه
Dari Abi Hurairah r.a bahwasanya ia telah memasuki suatu pasar dan berkatalah
ia (kepada orang-orang yang ada di pasar itu). :”kenapakah aku melihat kalian berada
disini, sedang warisan Rasulallah (sedang) dibagi-bagikan di masjid. Lalu mereka
pun pergi kemasjid dengan meninggalkan kesibukan di pasar, tetapi mereka tidak
17
Habib Ali bin Hasan Abdullah bin Husain bin Umar Al-Atas Ba‟alawi Al-Hadromi AL-
QIRTHAAS, Sarah Ratib Al- Atas. Jilid I. h. 20
Page 28
20
melihat adanya warisan yang dibagikan. Mereka berkata:” ya Abu Hurairah, kami
tidak menjumpai warisan sedikitrpun” . Abu Hurairah berkata: apa yang kalian lihat
disana ?.” Mereka berkata: Kmi melihat ada suatu kelompok orang yang sedang
berzikir kepada Allah, dan ada pula kelompok lain sedang membaca Al-quran. Abu
Hurairah berkata: “ itulah warisan Rasulallah SAW.
Dan di dalam hadist lain yang di keluarkan oleh imam Abu Dawud r.a
bahwasanya Rasulallah s.a.w telah bersabda kepada Anas r.a:
اهلل ذعا ٠ز وش ع ل العذ ٢ا ع ي اهلل ص اهلل ع١ لاي سع اهلل ع اظ سض ع
ا ع١ ذ اع اعرك استعح ظ ادة ا صالج اغذاج در ذطع اش العذ . أل
اعرك اس تعح ظ ادة ا صالج اعصش در ٠غشب اش اهلل ذعا ٠ز وش ع ل
(اخشج ات داد)
Dari Anas r.a ia telah berkata : “ telah bersabda Rasulallah saw:” bagiku duduk
bersama satu kaum yang berzikir kepada Allah Ta‟ala sejak shalat subuh hingga terbit
matahari lebih aku senangi (afdhal) dari membebaskan empat orang hamba dari
keturunan ismail. Dan bagiku duduk bersama suatu kaum yang berzikir kepada Allah
Ta‟la sejak shalat Ashar hingga terbenamnya matahari, lebih dari membebaskan empat orang hamba. (Abu Daud)
18
Dari kedua hadis di atas meskipun rasul tidak menyuruh kita untuk berzikir
secara berjamaah tetapi dari teks hadis diatas bahwasanya rasul senang dengan
perbuatan tersebut.
3. Tatacara dan Adab Berzikir
Supaya zikir itu membekas didalam hati, tidak hampa hendaklah di jaga adab
dan tata tertib berzikir. Hasan al- Bana merumuskan tata tertib zikir sebagai berikut:
18
Habib Ali bin Hasan Abdullah bin Husain bin Umar Al-Atas Ba‟alawi Al-Hadromi AL-
QIRTHAAS, Sarah Ratib Al- Atas. Jilid I h.20
Page 29
21
a. Khusyu
Dalam berzikir harus sopan dan menghayati makna setiap kalimat yang
diucapkannya dan berusaha menanamkanya sampai membekas kedalam hati.19
Seyogyanya orang yang berzikir itu berkelakuan dengan sebaik-baiknya kelakuan,
jika ia dalam keadaan dududk maka hendaklah menghadap kiblat dengan sikap
khusyu, menghinakan diri kepada Allah, tenang dan menundukan kepala.20
b. Merendahkan suara
Dalam berzikir harus merendahkan suara semaksimal mungkin, disertai
kesadaran yang tinggi dan penuh harap, tidak terganggu kepada yang lain tertuju
hanya kepada Allah.21
c. Seiring dengan berjamaah
Bila zikir dilakukan secara bersamaan maka ikutilah secara bersamaan baik
bacaanya maupun iramanya.
d. Bersih pakaian dan tempat, pada waktu yang tepat, sehingga harapan, kesucian
hati, dan kemurnian niat berpadu menjadi satu.22
Al-Imam Al-Jalil Abu Maisarah ra, mengatakan, janganlah menyebut asma
Allah kecuali di tempat yang baik, mulut orang pezikirpun hendaknya bersih, apabila
19
Hasan Al-Bana, Zikir dan Do’a yang diajarkan Rasulullah, (Jakarta: Media Dakwah,
1997), cet V, h. 7 20
T.M. Hasbi Ash Shiddiqy, pedoman Zikir dan Do’a, (Semarang; Pustaka Rizki Putra), h. 52 21
Hasan Al-Bana, Zikir dan Do’a yang diajarkan Rasulullah, h.7 22
Hasan Al-Bana, Zikir dan Do’a yang diajarkan Rasulullah, h.7-9
Page 30
22
mulutnya berubah (yakni berbau tidak enak), hendaklah menghilangkannya terlebih
dahulu dengan bersiwak (menggosok gigi)23
e. Memelihara sikap khusyu dan akhlak
Senantiasa harus memelihara sikap khusyu dan ahlak atau sopan santun dalam
berzikir, menjauhi hiruk-pikuk dan keramaian yang dapat menggangu ketenangan
serta hilangnya pengaruh zikir didalam jiwa.
Bila ahlak dan adab berzikir tersebut di pelihara dengan baik, insya Allah zikir
tersebut dapat bermanfaat dan dapat membekas di hati sehingga terasa nikmat, jiwa
menjadi tenang, dada terasa lapang berkat limpahan karunia Allah.24
4. Faedah Berzikir Dengan Hati dan lisan
Al-Qoodhi „iyaadh telah berkata “ zikir kepada Allah itu ada dua macam” yaitu
zikir dalam hati dan zikir dengan lisan.25
Zikir dalam hati itu ada dua macam yang
pertama adalah bentuk zikir yang paling tinggi dan agung yaitu memikirkan
(mrenungi ke Agungan Allah Ta‟ala, Kebesaran-Nya, dan alam raya-Nya,
Hal diatas tersebut telah di kuatkan dengan hadis sebagai berikut:
kemudian ( sebaik-baiknya zikir adalah yang bersifat tersembunyi ) خ١ش از وش اخف
yang kedua adalah berzikir kepada Allah di dalam hati mengingat perintah-
perintahNya dan larangan-laranganNya, karena itu hendaklah mentaati dan
23
Imam Nawawi, Khasiat Zikir dan Do’a (Terjemah Kitab Azakirun Nawawiyah), (Bandung;
Sinar Bru Al-Gesindo, 1995), cet I, H. 21 24
Hasan Al-Bana, Zikir dan Do’a yang diajarkan Rasulullah, h.7-9 25
Habib Ali bin Hasan Abdullah bin Husain bin Umar Al-Atas Ba‟alawi Al-Hadromi, AL-
QIRTHAAS, Sarah Ratib Al- Atas, (Jakarta: Darul Ulum Press, 2003 ), jilid I. h. 23
Page 31
23
mengerjakan apa-apa yang di perintahkaNya dan menjauhi apa-apa yang di
larangNya.26
Adapun zikir dengan lisan disebut juga zikir yang paling lemah namun tidak
mengurangi ke Agungan Allah karena secara langsung bibir kita bergerak dan telinga
kita mendengar apayang kita ucapkan, dengan demikian akan lebih terangsang otak
ini untuk berfikir kebesaran-Nya. Namun yang lebih baik menurut Al-Qodhii iyalah
berzikir dengan menggunakan keduanya. karena akan bergerak antara lisan dan hati
secara bersamaan
B. Pengertian Zikir Raatib
Kata raatib mempunyai banyak arti, sedangkan yang di maksud disini adalah
berasal dari kata (ساذرة ) ب خ س yang berarti mengatur atau tesusun27
.Raatib adalah
suatu yang tersusun, teratur dan rapi. Seperti dalam istilah sholat rawatib, adalah
sholat-sholat yang diamalkan oleh Rasulallah saw. pada waktu-waktu tertentu, begitu
juga dengan raatib, yaitu ziki-zikir yang berupa do‟a yang tersusun dan di baca pada
waktu-waktu tertentu.
1. Macam-macam zikir raatib
26
Habib Ali bin Hasan Abdullah bin Husain bin Umar Al-Atas Ba‟alawi Al-Hadromi, AL-
QIRTHAAS, Sarah Ratib Al- Atas, (Jakarta: Darul Ulum Press, 2003 ), jilid I. h. 23
27
H. Irfan Zindy, Kamus Arab-Indonesia, (Jakarta; Dian Rakyat, 1998), cet I. h. 238
Page 32
24
Diantara zikir raatib al-Atthas masih terdapat beberapa zikir raatib yang semua
mengandung penyebutan keagungan Allah dan doa-doa yang terdapat didalamnya,
diantaranya yaitu :
a. Raatib al–Hadad, yang disusun oleh Habib Abdullah bin Alwi al-Hadad,
b. Raatib al-Idrus yang disusun oleh Habib Abdullah bin Abubakar al-Idrus.
c. Raatib al-Muhdor yang disusun oleh Habib Ali bin Aabubakar Assakran.
2. Pengertian zikir rataib al-Atthas
Tidak berbeda dengan zikir raatib yang lain, zikir raatib yang di sususn oleh
Habib Umar bin Abdurahman al-Atthas ini, yaitu, berisi tentang kebesaran dan
keagunan Allah, doa ampunan kepada Allah, shalawat, tahlil, tasbih, takbir, tawakal
dan kepasrahan kepada Allah Swt.
Dan di dalam kitab al-Qirthaas raatib al-Atthas berarti penjaga, pelindung,
tameng atau benteng. Maksudnya adalah doa-doa yang mengandung perlindungan
atau penjagaan kepada Allah mulai dari hal-hal zohir (lahir atau jasmani) hingga
penjagaan hal-hal batin (rohani).28
Raatib al-Atthas ini dijuluki dengan banyak nama seperti :
a. Aziz al-Manaal wa fath Baab al-Wishol ( sesuatu yang sukar diperoleh
dan kunci bagi pintu penghubung kepada Allah SWT)
28
Habib Ali bin Hasan Abdullah bin Husain bin Umar Al-Atas Ba‟alawi Al-Hadromi, AL-
QIRTHAAS, Sarah Ratib Al- Athas, (Jakarta: Darul Ulum Press, 2003 ),jilid I. h.11
Page 33
25
b. Husn al-Hashin (kubu yang kokoh)
c. Al- Kibriyaat al-Ahmar (belerang yang merah)
d. Zubdat al-Azdkar (pati segala zikir)
e. Ad-Diryaaq al-Mujarrob (penawar bagi racun yang mujarab)29
3. Susunan zikir raatib al-Atthas.
تغ اهلل اشد اشد١
افاذذح أ دضشج اث ذذ ص اهلل ع١ أ أصذات ال ث خصصا إ سح
ع١ذا اإلا امطة األفاط اذث١ة عشت عثذاشد اعطاط اش١خ ع ت عثذاهلل تاساط
.. أص فشع أ اهلل ٠رغشا تشدح اغفشج افاذذح
.
أعر تاهلل اش١طا اشج١
تغ اهلل اشد اشد١
إذا اصشاط *إ٠ان عثذ إ٠ان غرع١*ه ٠ اذ٠*اشد اشد١*اذذ هلل سب اعا١١
* صشاط از٠ أعد ع١ غ١شاغضب ع١ ال اضا١*اغرم١
(ثال ز شج)أعر تاهلل اغ١ع اع١ اش١طا اشج١
أضا زامشأ ع جث شأ٠ر خاشعا رصذعا خش١ح اهلل ذه األثاي ضشتا اط
ع ٠رفىش اهلل از ال إ إالاع١ اغ١ة اشادج اشد اشد١ اهلل از الإ
إال اه امذط اغال اؤ ا١ اعض٠ضاجثاس ارىثش عثذا اهلل عا ٠ششو
اهلل اخاك اثشئ اصس األعاء اذغ ٠غثخ اف اغاخ األسض
اعض٠ضاذى١
29
Tohir Husain Yahya, Mutiara Ratibul Athas, (Semarang: PT. Tanjung Mas Inti, 2007), cet.
ke- 1,h. 41
Page 34
26
(ثال ز شج)أعر تاهلل اغ١ع اع١ اش١طا اشج١
(aku berlindung kepada Allah yang maha mendengar lagi maha mengetahui dari
godaan syetan yang terkutuk.)
(ثال ز شج)أعر تىاخ اهلل ارااخ شش ا خك
( aku berlindung dengan kalimat Allah yang sempurna (al quran) dari kejahatan
seluruh mahluk.)
(ثال ز شج)تغ اهلل از ال ٠ضش ع اع ش١ئ ف األسض ال ف اغاء اغ١ع اع١
)dengan menyebut nama Allah. Yang dengan namaNya tidak akan bermadharrat
sesuatu baik yang dibumi maupun dilangit dan Dia Maha Tinggi lagi maha Agung)
(عششج شج)تغ اهلل اشد اشد١ الدي ال لج إال تاهلل اع اعظ١
(Dengan menyebut nama Allah yang Maha pengasih lagi Maha penyayang, dan tidak
ada daya dan kekuatan kecuali atas pertolongan Allah yang Maha Tinggi lagi Maha
Agung)
(ثال ز شج)تغ اهلل اشد اشد١
(Dengan menyebut Nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha penyayang)
(ثال ز شج)تغ اهلل ذذصا تاهلل تغ اهلل ذوا تاهلل
(Dengan menyebut Nama Allah, kami berlindungkepada Allah dengan menyebut
Nama Allah, kami bertawakal kepada Allah)
(ثال ز شج)تغ اهلل أا تاهلل ٠ؤ تاهلل الخف ع١
(Dengan menyebut Nama Allah, kami beriman kepada Allah dan barang siapa
beriman kepada Allah, tidak ada rasa takut padanya)
Page 35
27
(ثال ز شج)عثذا اهلل عضاهلل عذا اهلل ج اهلل
(Maha suci Allah, Maha Mulia Allah, Maha Suci Allah, Maha Agung Allah)
(ثال ز شج)عثذا اهلل تذذ عثذا اهلل اعظ١
(Maha Suci Allah dan segala puji bagiNya, Maha Suci Allah yang Maha Agung)
(استع شج)عثذا اهلل اذذهلل الإ إال اهلل أهلل أوثش
(Maha Suci Allah dan segala puji bagi Allah, dan tidak ada Tuhan yang patut
disembah selain Allah dan Allah Maha Besar)
(ثال ز شج)٠اط١ف تخم ٠اع١ا تخم ٠اخث١شا تخم أطف تا ٠اط١ف ٠اع١ ٠اخث١ش
(Wahai Allah yang Maha Penyayang kepada Mahluknya, Wahai Allah yang Maha
Mengetahui tentang MhlukNya, Wahai Allah yang mengawasi Mahluknya sayangilah
kami wahai dzat yang Maha Penyayang, Ynag Maha Mengetahui, dan Yang Maha
Mengawasi)
(ثال ز شج)٠اط١ف ٠ضي أطف تا ف١ا ضي إه ط١ف ذضي أطف تا اغ١
(Wahai Allah yang Maha Penyayang kepada Mahluknya, Wahai Allah yang Maha
Mengetahui tentang Mahluknya, Wahai Allah yang Maha mengawasi Mahluknya,
sayangilah kami wahai dzat yang Maha Penyayang, Yang Mha Mengetahui, dan yang
Maha Mengawasi)
(استع١ شج)الإ إال اهلل
(Tiada Tuhan yang patut disembah selain Allah)
(شج )الإ إال اهلل ذذ سعي اهلل (Tiada Tuhan selain Allah dan Muhammad utusan Allah)
Page 36
28
(عثع شج)دغثااهلل ع او١ (Cukuplah Allah bagi kami sebaik-baik pelindung)
(عشش شج)ا ص ع ذذ ا ص ع١ ع
(Ya Allah, anugerahilah rahmat kepada Muhammad. Ya Allah, anugerahilah rahmat
dan kesejahteraan kepadanya)
(ادذعشش شج)أعرغفشاهلل
(Aku mohon ampun kepada Allah)
(ثال ز شج)ذائث إ اهلل
(Kmi semuanya beraubat kepada Allah)
(ثال ز شج)٠ا أهلل تا ٠ا أهلل تا ٠ا أهلل تذغ اخاذح
(Ya Allah, dengan rahmatMu kami mohon dianugerahi husnul khatimah)
غفشاه ستا إ١ه اص١ش ال ٠ىف اهلل فغا إال ععا ا ا وغثد ع١ا ا اورغثد ستا ال
ذؤاخزا إ غ١ا أ أخطأا ستا ال ذذ ع١ا إصشا وا در ع از٠ لثا ستا ال
ذذا ا ال طالح ا ت اعف عا اغفش ا اسدا أد الا فاصشا ع ام
اىافش٠
افاذذح
إ سح ع١ذا دث١ثا شف١ع١ا سعي اهلل ذذ ت عثذاهلل ص اهلل ع١ أ أصذات
أصاج رس٠ر أ اهلل ٠ع دسجاذ ف اجح ٠فعا تأعشاس أاس ع فذاذ
٠جعا دضت ٠شصلا ذثر ٠رفاا ع ر .تشواذ ف اذ٠ اذ١ا األخشج
(افاذذح اثاتى اهلل)٠ذششا ف صشذ
افاذذح
إ سح ع١ذا افم١ امذ ذذ ت ع تاع أص فشع ج١ع عاداذا أي أت
ع ر اذمق ع١ أجع١ أ اهلل ٠غفش ٠شد ٠ع دسجاذ ف اجح ٠فعا
(افاذذح اثاتى اهلل)تأعشاس أاس ع فذاذ تشواذ ف اذ٠ اذ١ا األخشج
Page 37
29
افاذذح
أ سح ع١ذا دث١ثا تشورا صادة اشاذة لطة األفاط اذث١ة عشت عثذاشد
اعطاط اش١خ ع ت عثذاهلل تاساط أصا فشعا ر اذمق ع١ا أجع١ أ
اهلل ٠غ ٠شد ٠ع دسجاذ ف اجح ٠فعا تأعشاس أاس ع فذاذ
(افاذذحاثاتىاهلل)تشواذ ف اذ٠ اذ١ا األخشج
افاذذح
ث إ أساح اذ٠ ...ث إ سح,إ أساح األ١اء اشذاء اصاذ١ األئح اشاشذ٠
ث إ أساح أاخ أ ز اثذج اؤ١ .شا٠خا ع١ا ر اذمق ع١ا أجع١
اؤاخ اغ١ اغاخ أ اهلل ٠غفش ٠شد ٠ع دسجاذ ف اجح ٠فعا
(افاذذح اثاتى اهلل)تأعشاس أاس ع فذاذ تشواذ ف اذ٠ اذ١ا األخشج
افاذذح
تامثي ذا و عؤي أي صالح اشأ ظاشا تاطا ف اذ٠ اذ١ا األخشج دافعح ى
ششجاثح ى خ١ش ا ألدثاتا اذ٠ شا٠خا ف اذ٠ ع اطف اعاف١ح ع ١ح أ اهلل
٠س لتا لاثا ع ارم اذ اعفاف اخ ع اذ٠ اإلعال اإل٠ا تال ذح
الارذا تذك ع١ذ ذ عذا ى ١ح صاذح إ دضشج اذث١ة ذذ ص اهلل ع١ ع
(افاذذح)
تغ اهلل اشد اشد١
اذذ هلل سب اعا١ دذا ٠اف ع ٠ىافئ ض٠ذج ٠ا ستا ه اذذ وا ٠ثغ جالي جه
اىش٠ عظ١ عطاه عثذاه ال خص ثاء ع١ه وا أث١د ع فغه فه اذذ در
Page 38
30
ذشض ه اذذ إرا سض١د ه اذذ تعذ اشض ا ص ع ع ع١ذا ف األ١
ص ع ع ع١ذا ذذ ف األخش٠ ص ع ع ع١ذا ذذ ف و لد د١
ص ع ع ع١ذا ذذ ف اإل األع إ ٠ اذ٠ ص ع ع ع١ذا ذذ در
ذشز األسض ع١ا أد خ١ش ااسث١ ا إا غرذفظه غردعه أد٠اا أتذاا
أفغا أاا أا و ش١ئ أعط١را ا اجعا إ٠ا ف وفه أاه ع١ارن جاسن
و ش١طا ش٠ذ جثاسع١ذ ر ع١ ر تغ ششو ر ششإه ع و ش١ئ لذ٠ش
ا دطا تارم اإلعرماح أعزا جثاخ اذاح ف اذاي ااي ااي إه ع١ع
اذعاء ص ا تجاه جاله ع ع١ذا ذذ ع ا صذث أجع١ اسصلا واي
تفض عثذا سته سب اعضج عا ٠صف عال . اراتعح ظاشا تاطا ٠ا أسد اشاد١
ع اشع١ اذذ هلل سب اعا١ 30
4. Bografi Al-Habib Umar bin Abdurahman Al-Athas
Al-Habib Umar bin Abdurahman al- Atthas lahir sekitar tahun 992 H di kota
lisk, disebuah perkampungan di kota Inat, Hadrramaut, Yaman.31
Beliau lahir dari
sebuah pernikahan yang penuh berkah dari al Habib Abdurahman bin Agil dengan
Syarifah Muznah binti Muhammad al jufri, seorang wanita salihah dan dikenal sangat
tekun dalam peribadatannya kepada Allah swt. Sedangkan al Habib Abdurahman bin
Aqil dikenal sebagai seorang ulama yang mendalam ilmunya serta memiliki derajat
yang tinggi di sisi Allah .
Al Habib Umar bin Abdurahman menghabiskan masa kecilnya di kota lisk,
beliau dibesarkan dibawah asuhan dan pengawasan ayahandanya. Beliau
30
Habib Ali bin Hasan Abdullah bin Husain bin Umar Al-Atas Ba‟alawi Al-Hadromi, AL-
QIRTHAAS, Sarah Ratib Al- Athas, (Jakarta: Darul Ulum Press, 2003 ), jilid II. h.322 31
Tohir Husain Yahya, Mutiara Ratibul Athas, (Semarang: PT. Tanjung Mas Inti, 2007), cet.
ke- 1,
Page 39
31
mendapatkan pendidikan dasar yang sempurna di tangan paman beliau, yang
merupakan ulama besar dimasa itu, seorang yang shalih dan memiliki keteguhan jiwa
yang kuat, al Habib Husain bin Syaikh Abu Bakar bin Salim.
Semenjak kecil beliau telah kehilangan kedua pengelihatanya, namun Allah swt
menggantinya dengan pengelihatan hati yang terang benderang serta kecerdasan dan
daya ingat yang luar biasa. Semenjak kecilnya, beliau sudah gemar beribadah,
menjaga kebersihan lahir dan batinya. Dari tempat tinggal beliau di lisk, beliau sering
mengelilingi masjid-masjid di kota Tarim dan menimba air dari beberapa sumur
untuk memenuhi kebutuhan air dari masjid-masjid tersebut
Al Habib Umar mengambil sanad dan ilmu dari banyak ulama besar dan
masyaikh di masa itu, yang sebagian besar adalah murid dari Sayyidina Syaikh Abu
Bakar bin Salim. Beliau juaga menimba ilmu dari putra-putra Syaikh Abu Bakar bin
Salim, di antaranya, al Habib Husain, al Habib Hamid dan al Habib Muhdor. Di
antara guru beliau adalah imam Muhammad bin Abdurahman al Hadi bin Isa
Barakwah as Samarqandi dari beliaulah al Habib Umar mendapatkan“ talkin adzikr”
dan beberapa zikir, diantaranya yang dikenal dengan “ zikir tauhid”.32
Al Habib Umar mendapatkan sanad mushafahah dari salah satu guru beliau,
yakni as Sayyid Muhammad al Hadi bin Abdurahman bin Syihabudin, denagn sanad
tersambung hingga Rasulullah saw. al Habib Umar bin Abdurahman al-Atthas
32
Tohir Husain Yahya, Mutiara Ratibul Athas, (Semarang: PT. Tanjung Mas Inti, 2007), cet.
ke- 1, h. 15
Page 40
32
memulai perjalanannya dalam Thoriqoh Sufiyah dibawah pengawasan guru-guru
beliau. Beliau menerima “ijazah” sekaligus “libasu khirqah” dari guru utama beliau
al habib Husain bin Sykh Abubakar bin Salim, dengan sanad tersambung dari
ayahnya hingga kepada al Faqih al Muqaddam Muhammad bin Ali.33
Sedangkan al faqih al Muqaddam Muhammad bin Ali dalam silsilah
spiritualnya memiliki dua sanad , yang pertama: dari ayah beliau al Imam Ali bin
Muhammad terus bersambung keatas hingga Rasulallah saw. Dan yang kedua: beliau
peroleh dari syikh Abu Madyan yang juga terus bersambung hingga Rasulullah saw.
Demikian al habib Umar mendapatkan pendidikan yang sanagt baik, dan menapaki
perjalanan ruhaniahnya dengan sempurna hingga jadilah beliau seorang yang
mendalami ilmunya dan mulia akhlaknya.34
Dalam riwayat yang diterima al Habib Umar Shahibur raatib ini memiliki
perawakan yang tidak terlalu tinggi dan tidak terlalu pendek, tampan, memiliki
jenggot yang lebat, berwibawa, dipinggang kirinya tumbuh sesuatu seperti mata
cincin, beliau selalu wangi karena beliau sangat gemar dengan wewangian.
Adapun silsilah beliau sebagai berikut:
Umar bin Abdurahman bin Aqil bin salim bin Abdullah bin Abdurahman bin
Abdullah bin Al Imam Abdurahman as Saqqaf bin Muhammad Mauladdawilah bin
33
Tohir Husain Yahya, Mutiara Ratibul Athas, (Semarang: PT. Tanjung Mas Inti, 2007), cet.
ke- 1, h. 19
34
Habib Munzir al-Musawa, majlis Rasulallah.org, selasa 1 feb 2010
Page 41
33
Ali bin Alwi bin Al Fqih Muqaddam bin Muhammad bin Ali bin Muhammad
Shahibul Mrbath bin Ali bin Alwi Khali Qasam bin Muhammad binAlwi bin
Ubaidilah bin Al Muhajir Ilallah Ahmad bin Isa bin Muhammad An Naqib bin Ali Al
Uraidhi bin Jafar Ashsadiq bin Muhammad Al Baqir bin Ali Zainal Abidin bin
Husain bin Ali bin Abi Tahalib wa Fatimah binti Muhammad Rasulallah saw.35
Kiprah dakwah habib umar bin abdurahman al-atthas
Pada sekitar tahun 1040 H. atas dorongan dan perintah gurunya yang bernama
Habib Husin bin Syaikh Abu Bakar bin Salim, beliau hijrah ke kota Huraidhah untuk
mengemban tugas mulia membangun sebuah konstruksi dakwah di wilayah yang
masih sangat tandus dan sangat membutuhkan siraman keimanan, membimbing dan
medidik umat, mengajak mereka kepada cahaya ilmu dam keselamatan.
Atas permintaan Syaikh Najjad Azdebani, maka pada awalnya beliau menetap
dirumahnya dan mengawali perjuangan di kota Huraidhah. Beliau sering
mendamaikan antara dua pihak yang berselisih, apabila mendapatkan undangan,
beliau selalu menyempatkan diri untuk datatng meski harus dengan susah payah.
Beliau juag berpegang kuat pada sifat wara (berhati-hati) dalam segala hal
Beliau memiliki jiwa pengajar dan pendidik yang bijaksana, kesungguhan yang
sangat kuat dalam dakwahnya yang meneruskan ajaran Rasulullah saw. peran beliau
35
Habib Ali bin Hasan Abdullah bin Husain bin Umar Al-Atas Ba‟alawi Al-Hadromi, AL-
QIRTHAAS, Sarah Ratib Al- Athas, (Jakarta: Darul Ulum Press, 2003 ), jilid I. h.8
Page 42
34
sangat penting dalam keberhasilan dakwah dilembah-lembah Hadramut, Yaman.
Sampai akhirnya beliau menyusun zikir yang terkenal dengan sebutan zikir Ratib al
Atthas yang sampai saat ini masih banyak di lantunkan dibeberapa belahan dunia
termasuk Indonesia yang masih melantunkan zikir yang disusun oleh beliau, salah
satunya banyak kaum muslimin Indonesia yang ketika hendak melaksanakan ibadah
haji pasti terlebih dahulu membacakan zikir ratib al-Atthas tersebut, karena sudah
menjadi budaya dikalangan masyarakat muslim Indonesia pada umumnya. Betapa
luasnya manfaat dakwah beliau sehingga terasa kesemua penjuru di dunia dengan
satu karya belia yaitu Ratib al-Atthas
Pada kamis tengah malam, tanggal 23 Rabiuts Tsani 1072 H di kota Nfhun,
beliau menghembuskan nafasnya yang terakhir. Kemudian jasad beliau yang mulia
dibawa ke Huraidhah untuk dimandikan oleh salah satu murid yang dicintainya Syikh
Abbas Abdullah Bahfas permintaan beliau sendiri sebelum wafat. Di kota inilah jasad
suci beliau kemudian dimakamkan dengan dihadiri pra tokoh pemuka dan berbagai
kalangan masyarakat. Tak henti-hentinya orang datang silih berganti kepusara beliau
dan berta‟ziah kepada keluarga beliau. Hujanpun turun denagn lebatnya, membawa
berkah bagi semua, khususnya daerah yang gersang dan kekeringan.36
36
Tohir Husain Yahya, Mutiara Ratibul Athas, (Semarang: PT. Tanjung Mas Inti, 2007), cet.
ke- 1, h. 33
Page 43
35
C. Kesehatan Mental
Ada suatu dimensi yang menarik didalam diri manusia dan berpengaruh besar
dalam kehidupan manusia yaitu mental/kejiwaan yang mengendalikan keadaan
manusia agar dapat hidup sehat, tentram dan bahagia.
1. Pengertian kesehatan mental
Kesehatan berasal dari kata sehat, yang artinya baik seluruh badan serta bagian-
bagiannya (bebas dari sakit)37
“mental bersangkutan dengan batin dan watak manusia,
yang bukan bersifat badan atau tenaga, bukan hanya pembangunan fisik yang
diperhatikan, melainkan juga pembangunan batin dan watak.”38
“kesehatan mental
adalah terhindarnya orang dari gejala-gejala gangguan jiwa (neorose) dan gejala-
gejala penyakit jiwa (psikose).”39
Menurut zakia Daradjat, “mental dalam terminology psikiatri dan psikoterapi
seiring digunakan sebagai kata ganti personality.”40
Yang berarti bahwa “mental
adalah semua unsure-unsur jiwa termasuk pikiran, emosi, sikap, dan perasaan yang
37
Pusat Bahasa, Kamus Besar Indonesia (Jakarta: Balai Puastaka, 2002), Edisi Ke-3. h. 1011 38
Pusat Bahasa, Kamus Besar Indonesia , Edisi Ke-3. h. 733 39
Abdul Aziz al-Qussy (Terjemahan). Pokok-pokok Kesehatan Mental, Alih Bahasa Zakiah
Daradjat (Jakarta: Bulan bintang), cet. Ket-II. H. 13 40
Zakia Daradjat. Pendidikan Agama dalam Pembinaan Mental (Jakarta: Bulan Bintang,
1987), cet. Ke-52, h. 35
Page 44
36
keseluruhan dan kebulatanya menentukan corak laku, cara menhadapi sesuatu hal
yang menekan perasaan mengecewakan, menggembirakan dan sebaginya.41
Di bawah ini adalah pengertian kesehatan menurut Dr. Zakiah Daradjat:
a. Kesehatan mental adalah terhindarnya orang dari gejala-gejala gangguan jiwa
(neorose) dari gejala-gejala penyakit jiwa (psychose).
b. Kesehatan mental adalah kemampuan untuk menyesuaikan diri dengan diri
sendiri, orang lain, dan masyarakat serta lingkungan dimana ia hidup.
c. Kesehatan mental adalah pengetahuan dan perbuatan yang bertujuan untuk
mengembangkan dan memanfaatkan segala potensi, bakat dan pembawaan
yang semaksimal mungkin, sehingga membawa kepada kebahagiaan diri dan
orang lain serta terhindar dari gangguan-gangguan dan penyakit jiwa.
d. Kesehatan mental adalah terwujudnya keharmonisan yang sungguh-sungguh
antara fungsi-fungsi jiwa, serta mempunyai kesanggupan untuk menghadapi
problem-problem biasa yang terjadi dan merasakan secara positif
kebahagiaan dan kemampuan dirinya.42
Dari pengertian kesehatan mental di atas dapat diambil kesimpulan bahwa
kesehatan mental adalah terhindar dari gangguan penyakit kejiwaan, mampu
menyesuaikan diri, sanggup menghadapi masalah-masalah dan kegoncangan, tidak
41
Zakia Daradjat. Pendidikan Agama dalam Pembinaan Mental. , h. 35 42
Zakia Daradjat. Pendidikan Agama dalam Pembinaan Mental. , h. 14
Page 45
37
ada konflik dan merasa bahwa dirinya berharga, berguna dan bahagia serta dapat
menggunakan potensi yang ada seoptimal mungkin.
Menurut Hanna Djumhana Bastaman dengan melihat pengertian di atas dapat
disimpulkan, tolak ukur kesehatan jiwa yakni:
a. Bebas dari gangguan dan penyakit-penyakit kejiwaan.
b. Mampu secara luwes menyesuaikan diri dan menciptakan hubungan antar
peribadi yang bermanfaat dan menyenangkan.
c. Mengembangkan potensi-potensi pribadi (bakat, kemampuan, sikap, sifat,
dan sebagainya) yang baik dan bermanfaat bagi diri sendiri dan
lingkungan.
d. Beriman dan bertaqwa kepada Tuhan, dan berupaya menerapkan tuntunan
agama dalam kehidupan sehari-hari.43
Berdasarkan tolak ukur diatas kiranya dapat digambarkan secara ideal bahwa
“orang yang benar-benar sehat mentalnya adalah orang yang beriman dan bertaqwa
kepada Tuhan Yang Maha Esa serta berusaha secara sadar, merealisasikan nilai-nilai
agama, sehingga kehidupannya itu dijalaninya sesuai dengan tuntunan agamanya. Ia
pun secara sadar berupaya mengembangkan berbagai potensi dirinya, seperti bakat,
kemampuan, sifat, dan kualitas-kualitas pribadi lainya yang positif. Sejalan dengan
itu iapun berupaya untuk menghambat dan mengurangi kualitas-kualitas negative
43
Hanna Djumana Bastman, Integrasi Psikologi dengan Islam Menuju Psikologi Islam
(Yogyakarta: Mustaka Pelajar, 2005), cet. Ke-4, h. 134
Page 46
38
dirinya, karena sadar bahwa hal itu dapat menjadi sumber berbagai gangguan (dan
penyakit) kejiwaan. Dalam pergaulan ia adalah seorang yang luwes, dalam artian
mampu menyesuaikan diri dengan situasi lingkungan tanpa ia sendiri kehilangan
identitas dirinya serta berusaha secara aktif agar berfungsi dan bermanfaat bagi
dirinya sendiri dan lingkungan sekitarnya. Ada benarnya bila oarang dengan
kesehatan mental yang naik digambarkan sebagi seseorang yang sehat jasmani-
ruhani, otaknya penuh denagn ilmu-ilmu yang bermanfaat, ruhaninya sarat denagn
nilai-nilai agama dan sosial budaya yang luhur. Pada dirinya seakan-akan telah
tertaman dengan suburnya moralitas dan rasa makmur yang memberi manfaat dan
melimpah ruah kepada sekelilingnya.”44
Penulis membatasi bahwa indicator kesehatan mental adalah kemampuan untuk
menyesuaikan diri dengan lingkungannya, menggunakan potensi yang dimilikinya,
dan menghadapi masalah-masalah ringan dengan baik, serta merasakan ketenangan
dalm jiwanya, karena tidak ada seorangpun yang menginginkan kesusahan dalam
hidupnya, juga tidak ada seorangpun yang tidak ingin kepada kesenangan dan
kebahagiaan yang tidak lain bersumber dari sehatnya mental. Semua orang akan
berusaha membebaskan dirinya dari berbagi kesusahan dan penderitaan yang
menderanya.
44
Hanna Djumana Bastman, Integrasi Psikologi dengan Islam Menuju Psikologi Islam. h
135
Page 47
39
2. Cirri-ciri mental sehat
Orang yang mentalnya kacau tidak dapat memperoleh ketenangan hidup, hal ini
menyebabkan timbulnya emosi negative sehingga ia tidak mampu mencapai
kedewasaan psikis mudah putus asa dan bahkan ingin bunuh diri.45
Kartini Kartono secara ringkas menyatakan ada tiga faktor yang menyebabkan
timbulnya kekalutan mental, yaitu:
a. predisposisi struktur biologis atau jasmaniyah dan mental atau
kepribadian yang lemah.
b. Konflik-konflik sosial dan konflik-konflik cultural yang mempengaruhi
diri manusia.
c. Pemaksaan batin (internalisasi) dari pengalaman oleh diri si subjek yang
salah.46
Sebaliknya orang mentalnya sehat akan merasa suasana batin yang aman
tentram dan sejahtera. Berbagai usaha untuk mencapai kebahagiaan, keamanan,
ketentraman batin dan kesehatan mental, pada hakekatnya bertujuan untuk mencapai
ketenagan hidup.
Dr. Kartini Kartono mengatakan bahwa orang yang memiliki mental sehat
mempunyai tanda-tanda khas antara lain sebagai berikut:
45
Yusak Bahruddin,Kesehatan Mental untuk Fakultas Tarbiah Komponen MKK (Bandung;
CV Pustaka Setia, 1999), Cet. Ke- h. 17 46
Kartini Kartono, Hygiene Mental da Kesehatan Mental dalam Islam (Bandung; Mandar
Maju, 1989), h. 241.
Page 48
40
a. Adanaya kombinasi dari segenap energy, potensi dan aktifitasnya.
b. Efisiensi dalam setiap tindakanya.
c. Memiliki tujuan hidup.
d. Bergairah dan tenang harmonis batinya.47
Maka orang yang sehat mentalnya itu mudah mengadakan penyesuaian diri
terhadap tuntutan lingkunganya, juga mampu beradaptasi aktif dan lancar mengatasi
semua masalah yang timbul dalam perubahan-perubahan sosial.
Pada umumnya setiap orang memiliki mental yang sehat, namun karena suatu
sebab, ada sebagian orang yang memiliki mental yang tidak sehat. Orang yang tidak
sehat mentalnya memiliki tekanan-tekanan batin, denagn suasana batin seperti itu
keperibadian seseorang menjadi kacau dan terganggu ketenangannya, gejala inilah
yang menjadi pusat pengganggu ketenangan jiwa.
Ketenagan hidup dapat dicapai bila seseorang dapat memecahkan keruwetan
jiwa pada dirinya, yang menimbulkan kesulitan hidup, hal ini dapat dilakukan bila ia
berusaha membersihkan jiwa agar tidak terganggu ketenangannya dan tidak terjadi
konflik-konflik maupun rasa takut.48
Jasmani dapat dikatakan sehat apabila energy yang ada mencukupi, daya tahan
yang ada mencukupi, memiliki kekuatan untuk menjalankan aktifitas dan kondisi
47
Kartini Kartono, Hygiene Mental da Kesehatan Mental dalam Islam. h. 243 48
Yusak Bahruddin,Kesehatan Mental, h. 17
Page 49
41
badan terasa nyaman dan sehat. Orang yang meniliki sifat-sifat yang khas, antara lain
mempunyai kemampuan untuk bertindak secara efisien, memiliki tujuan hidup yang
jelas, memiliki konsep diri yang jelas, memiliki koordinasi antara setiap potensi
denagn usaha-usahanya, memiliki regulasi diri dan integritas kepribadian, memiliki
batin yang tenang.49
49
Yusak Bahruddin,Kesehatan Mental, h. 9
Page 51
42
BAB III
HADIS-HADIS TENTANG ZIKIR
A. Pengertian Hadis
Hadis secara etimologis (bahasa) ialah cerita, percakapan baik dalam konteks
agama maupun duniawi, atau dalam konteks sejarah atau peristiwa dan kejadian
aktual,
Hadis secara terminologis (istilah), sinonim dengan sunnah, keduanya diartikan
segala sesuatu yang diambil dari Rasulullah saw., sebelum dan sesudah diangkat
menjadi Rasul. Menurut ulama Muhaddisin terdapat pengetrian hadis yang luas,
yakni tidak hanya mencakup sesuatu yang dimarfu‟kan kepada Nabi Muhammad saja,
tetapi perkataan, perbuatan, dan taqrir,1 yang disandarkan kepada sahabat dan tabi‟in
pun di sebut hadis.2
Hadis juga merupakan sumber utama ajaran Islam di samping al-Qur‟an.
Karenanya hadis Nabi saw memiliki fungsi yang berkaitan dengan al-Qur‟an, yaitu
sebagai penjelas bagi al-Qur‟an; penjelas secara global, menerangkan yang sulit,
membatasi yang mutlaq, mengkhususkan yang umum dan menguraikan ayat-ayat
yang ringkas, bahkan kadangkala menetapkan suatu hukum yang tidak terdapat dalam
1 Taqrir berasal dari bentuk masdar kata kerja Qarrara dimana secara etimologi istilah Taqrir
berarti penetapan, persetujuan. Lihat Muhammad bin Muqarran bin Mansyur, Lisan al-Araby, (Mesir:
Dar Misriyah, juz V), h.394, menurut istilah Taqrir tidak berkomentarnya Nabi saw, atas perbuatan
yang dilakukan oleh para sahabat, baik disaksikan atau didengarnya. 2 Fathur Rahman, Ikhtisar Mustalah Hadis, (Bandung: PT Ma‟arif, 1974), h.24
Page 52
43
al-Qur‟an.3 Dengan demikian hadis merupakan tuntunan praktis terhadap al-Qur‟an,
4
Fungsi ini ditegaskan oleh al-Qur‟an surat an-Nahl:44, yaitu:
Artinya: Dan Kami turunkan kepadamu adz-Dzikr (al-Qur‟an) agar kamu menerangkan kepada manusia tentang apa yang diturunkan
kepada mereka.
Hadis mempunyai fungsi yang berhubungan dengan pembinaan hukum Islam,
dengan merujuk kepada imam Syafi‟i dalam ar-Risalah, Abdul Halim menegaskan
bahwa dalam kaitannya dengan al-Qur‟an ada 2 (dua) fungsi as-Sunah yang tidak
diperselisihkan oleh ulama; Bayan Taklid dan Bayan Tafsir.5 Yang pertama,
menguatkan atau menggaris bawahi apa yang terdapat dalam al-Qur‟an.6 Fungsi
kedua memperjelas, merinci, bahkan membatasi pengertian lahir dari ayat-ayat
alQur‟an. Kedua fungsi hadis tersebut, memberikan kontribusi yang besar dalam
kehidupan kaum muslimin, baik semasa Nabi saw, sahabat, Tabi‟in, Tabiu at-
Tabi‟in,maupun masa sekarang.
1. Hadis- hadis tentang zikir
3 Ending Syaifuddin Ansyari, WawasanIslam: poko-poko pemikiran Islam dan Umatnya,
(Jakarta: PT, Raja Grafindo Persada, 1993), h. 35 4 M. Ajaj al-Khatib, Ushul Hadis, ter. M. qodirun Nur, Ahmad Musyafiq (Jakarta: Gaya
Media Pertama, 2001) h. 35 5 Abudin Nata, Metodologi Study Islam, (Jkarta: Rajawali Press, 2002) h. 194
6 M. Qurais Shihab, Membumikan al-Qur‟an: Fungsi dan peranan wahyu dalam kehidupan
masyarakat, (Bandung: Mizan, 1994), h.21
Page 53
44
لال س غ اس ا ػح ثى لؼد ): لال زسل اهلل صه اهلل ػه سهى: ػ صهى انفجس ف ج ي
سج ذايد ر كساهلل ذؼا نى حرى ػ كاء جس حجح كا د ن س ثى صهى زكؼر .……ذطهغ انش
ذايد.……ذايد
Dari Anas dan lainya ;”Telah bersabda Rasulallah saw “: Barang siapa yang
shalat fajar (subuh) berjamaah, kemudian ia duduk berzikir kepada Allah hingga
terbit matahari melakukan sholat dua raka‟at (dhuha), maka baginya pahala seperti
pahala ibadah hajji dan umroh yang sempurna, sempurna, sempurna. ( Telah berkata
Atturmudzi: Hadist Hasan)7
اهلل ذؼا و ر كس الؼد يغ ل ا سهى ل اهلل صهى اهلل ػه لال زس اس زظى اهلل ػ ػ
م ا ػ ند اس اػرك ازتؼح ي س احة انى ي صالج انغداج حرى ذطهغ انش الؼد . نى ي أل
اػرك از تؼح ي س احة ان صالج انؼصس حرى غسب انش اهلل ذؼا نى ي و ر كس يغ ل
(اخسج ات داد)
Dari Anas r.a ia telah berkata : “ telah bersabda Rasulallah saw:” bagiku duduk
bersama satu kaum yang berzikir kepada Allah Ta‟ala sejak shalat subuh hingga
terbit matahari lebih aku senangi (afdhal) dari membebaskan empat orang hamba
dari keturunan ismail. Dan bagiku duduk bersama suatu kaum yang berzikir kepada
AllahTa‟la sejak shalat Ashar hingga terbenamnya matahari, lebih dari
membebaskan empat orang hamba.” (Abu Daud)8
2. Hadis Tentang Dzikir dan Kesehatan
هح يساء كم ن و ل فى صثا ح كم ػثد م : يا ي ء فى اال زض ش تسى اهلل انري عس يغ اس
ء ش ى ثال ز يساخ ا نى عس غ انؼه انس اء (زا انرسيري اتداد ػثا ت ػفا)فى انس
(Hamba mana saja yang mengucapkan dipagi setiap hari, dan sore setiap malam):
7 Habib Ali bin Hasan Abdullah bin Husain bin Umar Al-Atas Ba‟alawi Al-Hadromi,
diterjemahkan oleh H.Toha bin Abubakar bin Yahya, AL-QIRTHAAS, Sarah Ratib Al- Atas, (Jakarta:
Darul Ulum Press, 2003 ), Jilid 1, h. 20 8 Habib Ali bin Hasan Abdullah bin Husain bin Umar Al-Atas Ba‟alawi Al-Hadromi, AL-
QIRTHAAS, Sarah Ratib Al- Atas, Jilid 1, h. 24
Page 54
45
ى غ انؼه انس اء فى انس ء فى اال زض ش تسى اهلل انري عس يغ اس
(Dengan menyebut asma‟ Allah yang dengan asma‟Nya tidak bermadharrat
sesuatu baik (yang ada) dibumi maupun (yang ada) di langit. Dan Dialah yang maha
mendengar lagi maha mengetahui) 3x, maka tidak akan bermadharrat sesuatu
apapun). (HR. Atturmudzi, Abu Dawud dan Usman bin Affaan r.a.).9
Dan didalan suatu riwayat dari Abu Dawud: “ فجاءج تالء ia tidak akan) ”نى ذصث
mendapat musibah secara mendadak).
ػه االشزق ف كراب ت ػثد انس ح ى ت ة اتسا انطث ا فغ " لم انؼال يح انفم م ان ذس
اس لا ل " ا ف تؼط كرة انطة ػ : ز سهى ل اهلل صهى اهلل ػه انى زس جاء اػسات
انشساب فى يؼد ذى فا د ع اهلل نى تا : لا ل ى انطؼا و ال سرم ى ل اهلل ا زجم سرم ا زس
...! نصحح
انسالو انصالج شستد شساتا: فما ل ػه فمم تسى اهلل انري عس يغ , اذا اكهد طؼا يا ا
و ا ل ى ا ح غ انؼه انس ا ء أل ف انس ء ف االز ض ش أل عسن داء , اس فاء
ا ػظ كا . ا
(Telah berkata seorang Ulama besar ahli ilmu Dr. Ibrahim bin Abdurahrahman
bin „Auf bin al- Azraq dalm kitab “Tashiilul-Manaafi”, pada sebagian kitab
kedokteran, dari Anas ia telah berkata: “seorang Arab pegunungan (A‟raabi) telah
dating kepada Rasulullah saw, sambil berkata: „Ya Rasulallah, sesungguhnya aku
orang yang sedang menderita sakit (yaitu) makanan dan minuman tidak dapat masuk
secara lurus kedalam perut besarku. Karena itu do‟a kanlah agar Allah
menyembuhkanku”. Maka bersabdalah Rasulallah saw,: “ucapkanlah”:
ى غ انؼه انس ا ء أل ف انس ء ف االز ض ش تسى اهلل انري عس يغ اس
(Dengan menyebut asma‟Allah yang dengan asma‟Nya tidak bemadharsrrat
sesuatu baik (yang ada) dibumi maupun (yamg ada) di langit, wahai Dzat yang Maha
9 Habib Ali bin Hasan Abdullah bin Husain bin Umar Al-Atas Ba‟alawi Al-Hadromi, , AL-
QIRTHAAS, Sarah Ratib Al- Atas, Jilid 1, h. 173
Page 55
46
Hidup lagi Maha Kekal Abadi), maka tidak akan berbahaya bagimu sesuatu penyakit
walupun penyakit itu berat).10
Ibn Zhofar menyebutkan didalam kitabnya ” Annasoihu”
ح فى انكالو ػهى ؼح انث ػهى انه ػهى انحفى شسح د ت يح ت خ ػثد انسح ذ كس انش
ذؼا نى " انثا سط " اس كا ا ظس يسج ف انسى ا زتؼ ر اند زداء اطؼ جا زح ألت ا
ل ىم غ انؼه انس ا ء أل ف انس ء ف االز ض ش , فمم تسى اهلل انري عس يغ اس
ا ازاد ا كم كه
(Disebutkan oleh Asy-syikh Abdurahman bin Muhammad bin Ali Alhanafi
dalam syarah nya pada ”Allam‟atul-buniyyah” mengenai pembicaraan tentang
asma‟Allah Ta‟ala ” bahwa seorang jariyah (budak perempuan) milik Abu انثا سط"
Darda telah memberinya makanan racun sebanyak 40 x, namun racun itu tidak
berbahaya baginya, karna setiap akan makan ia selalu mengucapkan:
." تسى اهلل انر ي ال عس يغ اس شء فى االءزض ال فى انساء انسغ انؼاى ا ح ا لو ”
Kemudian, seperti yang dikatakan Addamiri didalam kitabnya ”Hayatu al-
Hayawaani” ia telah berkata: ”Sesungguhnya ia (Jariah Abu Dardaa) telah berkata
kepada Abu Dardaa: ”Dari bangsa apakah engkau?”. Dia berkata: ”Aku adalah
manusia seperti engkau juga”. Ia berkata pula:”Bagaimana engkau sebagai manusia,
sedang aku memberimu makan racun sebanyak 40 x dan membahayakanmu?”. Abu
Dardaa‟ berkata:”Apakah engkau tidak mengetahui bahwa orang yang berzikir
(mengingat) Allah tidak berbahaya sesuatu baginya ?” dan sesungguhnya aku telah
10
Habib Ali bin Hasan Abdullah bin Husain bin Umar Al-Atas Ba‟alawi Al-Hadromi, , AL-
QIRTHAAS, Sarah Ratib Al- Atas, Jilid 1, h. 174
Page 56
47
mengingat Allah dengan asma‟Nya yang paling agung (al-a’zhom), lalu jariyah
bertanya: ”Apakah itu?” Abu Dardaa‟ menjawab:
." تسى اهلل انر ي ال عس يغ اس شء فى االءزض ال فى انساء انسغ انؼاى ا ح ا لو ”
Kemudian Abu Dardaa betanya pula:”Apakah yang menyebabkan engkau
melakukan itu kepadaku (neracuniku)?, Jariyah itu berkata:”Karena rasa benciku
padamu” , kemudian Abu Dardaa pun berkata:”Sekarang, aku merdekakan engkau
karena Allah, dan tidak mengapa engkau telah melakukan itu kepadaku”. 11
B. Hubungan zikir dengan kesehatan
1. Hubungan zikir dengan kesehatan jasmani
Menurut penelitian oleh David B Larson dan timnya dari The American National
Health Research Center (pusat penelitian kesehatan Amerika), pembandingan antara
orang Amerika yang taat dan yang tidak taat beragama telah menunjukan hasil yang
sangat mengejutkan.
Sebagi contoh, dibandingkan mereka yang sedikit atau tidak memiliki keyakinan
agama, orang yang taat beragama menderita penyakit jantung 60 % lebih sedikit,
tingkat bunuh diri 100 % lenih rendah, menderita tekanan darah tinggi dengan
tingkatan yang jauh lebih rendah, dan angka perbandingan ini diantar para perokok.
11
Habib Ali bin Hasan Abdullah bin Husain bin Umar Al-Atas Ba‟alawi Al-Hadromi, , AL-
QIRTHAAS, Sarah Ratib Al- Atas, Jilid 1, h. 176
Page 57
48
a. Ibadah dan keyakinan kepada Allah memiliki lebih banyak pengaruh baik
pada kesehatan manusia dari pada keimanan kepada apapun yang lain.
Dalam sebuah pengkajian yang di terbitkan dalam International Journal of
Psychiatry in Medicine, sebuah sumber ilmiah penting di dunia kedokteran,
di laporkan bahwa orang yang mengaku tidak berkeyakinan agama menjadi
lebih sering sakit dan mempunyai masa hidup yang lebih pendek.
Menurut hasil penelitian tersebut, mereka yang tidak beragama berpeluang
dua kali lebih besar menderita pemyakit usus-lambung dari pada mereka
yang beragama, dan tingkat kematian mereka akibat penyakit pernafasan 66
% lebih tinggi dari pada mereka yang beragama.
Para pakar psikologi yang sekuler cenderung merujuk angka-angka serupa
sebagai “dampak kejiwaan”. Ini berarti bahwa keyakinan beragama
meningkatkan semangat orang, dan hal ini berpengaruh baik kepada
kesehatan.
Penjelasan ini mungkin sungguh beralasan, namun sebuah kesimpulan yang
lebih mengejutkan lebih mengejutkan muncul ketika orang-orang tersebut di
periksa. Keimanan kepada Allah jauh lebih kuat dari pada pengaruh
kejiwaan apapun. Penelitian yang mencakup banyak segi tentang hubungan
antara keyakinan agama dan kesehatan jasmani yang dilakukan oleh Dr.
Herbert Benson dari Fakultas Kedoteran Harvard telah menghasilkan
kesimpulan yang mencengangkan di bidang ini. Walupun bukan seorang
yang beragama, Dr. Benson telah menyimpulkan bahwa ibadah dan
keimanan kepada Allah memiliki lebih banyak pengaruh baik pada kesehatan
manusia daripada keimanan apapun yang lain.
Benson menyatakan, dia telah menmyimpulkan bahwa tidak ada keimanan
yang dapat memberikan banyak kedamaian jiwa sebagimana keimanan
kepada Allah.
b. Apa yang mendasari adanya hubungan antara keimanan dan jiwa raga ini ?
kesimpulan yang dicapai oleh sang peneliti sekuler Benson adalah, dalam
kata-katanya sendiri, bahwa jasmani dan ruhani manusia telah di krndalikan
untuk percaya kepada Allah.
c. Kenyataan ini, yang oleh dunia kedokteran pelan-pelan telah mulai diterima,
adalah sebuah rahasia yang dinyatakan di dalam al-Quran denagn kalimat ini
“…hanya dengan mengingat Allah hati mereka menjadi tentram”. (QS. Ar
Ra‟d 13:28). Alasan mengapa orang-orang yang beriman kepada Allah, yang
berdoa dan berharap kepadnya, lebih sehat secar ruhani dan jasmani adalah
karena mereka berperilaku sesuai denagn tujuan penciptaan mereka. Filsafat
dan system yang tidak selaras denagn penciptaan manusia selalu mengarah
pada penderitaan dan ketidak bahagiaan. Kedokteran modern sekarang
sedang mengarah menuju pemahaman tentang kebenaran ini. Seperti kata
Page 58
49
Patrick Glynn: “ penelitian ilmiah di bidang psikologi selama lebih kurang
24 tahun telah menunjukan bahwa,…. Keyakinan agama adalah satu diantara
sejumlah kaitan paling serasi dari seluruh kesehatan jiwa dan
kebahagiaan”.12
2. Hubungan zikir dengan kesehatan jiwa
Surat al-Ra‟d ayat 28 menyebutkan bahwa dengan mengingat (dzikir) kepada
Allah maka hati mereka menjadi tentram. Dzikir sebagi metode mencapai
ketenangan hati, di lakukan denagn tata cara tertentu. Dzikir dipahami dan di ajarkan
dengan mengucapkan kalimat-kalimat Thayyibah secara keras (dzikir jahr), dan
dengan kalimat-kalimat thayyibah yang memfokus, dari kalimat Syahadat Lilaha illa
Allah ke lafaz Allah dan sampai ke lafaz Hu, sebenarnya hubungan dzikir dengan
ketentraman jiwa dapat di analisis secara ilmiah.
Dzikir secara Lughawi artinya ingat atau menyebut, jika diartikan menyebut
maka peranan lisan lebih dominan, tetapi jika di artikan ingat, maka kegiatan berfikir
dan merasa (kegiatan psikologis) yang lebih dominan. Dari segi ini maka dua alur
fikiran yang dapat diikuti:
a. Manusia memiliki potensi intelektual, potensi itu cenderung aktif bekerja
mencari jawaban atas sesama hal yang belum di ketahuinya. Salah satu hal
yang merangsang berfikir adalah adanya hukum kausalitas (sebab-akibat)
dimuka bumi ini. Jika seseorang melahirkan penemuan baru, bahwa A di
sebabkan B, maka berikutnya manusia tertantang untuk mencari apa yang
menyebabkan B, begitu seterusnya sehingga setiap kebenaran yang di
tentukan oleh potensi intelektual manusia akan di ikuti oleh penyelidikan
12
Ardi‟s Dic: Dzikir, Patrick Glynn. God : The Evidence, The Reconiliation of Faith and
Reason in a Postsecular Word ( California: Prima Publising, 1997), 80-81
Herbert Benson, and Mark Stark, Timeless Healing ( New York: Simon Schuster: 1996) 203
www. Harun Yahya.com. selasa, 22 Desember 2009.
Page 59
50
berikutnya sampai menemukan kebenaran baru yang mengoreksi kebenaran
yang lama, dan selanjutnya yang lebih baru akan di temukan mengoreksi
kebenaran yang lebih lama.
Sebagai mahluk yang berfikir manusia tidak pernah merasa puas terhadap
“kebenaran ilmiah” sampai ia menentukan kebenaran perennial melalui
jalan supra rasionalnya. Jika orang telah sampai kepada kebenaran ilmiah
atau terpandunya pikiran dan dzikir, maka ia tidak lagi tergoda untuk
mencari kebenaran yang lain. Dan ketika jiwa itu menjadi tenang, tidak
gelisah dan tidak ada konflik batin.
Selama manusia masih memikirkan ciptaan Allah swt dengan segala
hukum-hukumnya, maka hati tidak mungkin tentram dalam arti tentram
yang sebenarnya, tetapi jika ia telah sampai kepada memikirkan sang
pecipta dengan segala keagungannya, maka manusia tidak sempat lagi
memikirkan yang lain, dan ketika itulah puncak ketenangan dan puncak
kebahagiaan tercapai, dan ketika itulah tingkatan jiwa orang tersebut telah
mencapai al-Nafs al-Muthma‟innah.
b. Manusia memiliki kebutuhan dan keinginan yang terbatas, tidak ada habis-
habisnya, padahal apa yang di butuhkan itu tidak pernah benar-benar dapat
memuaskan (terbatas). Oleh karena itu selama manusia masih memburu
yang terbatas, maka tidak mungkin ia memperoleh ketentraman, karena
yang terbatas (duniawi) tidak dapat memuaskan yang tidak terbatas (nafsu
dan keinginan).13
Dari keterangan diatas bahwasanya dzikir dapat berpengaruh bagi kesehatan
jasmani juga kesehatan jiwa,karena zikir merupakan kegiatan yang menghubungkan
antara ketenangan batin dan juga ketenangan fikiran. Dengan kita Mengagungkan dan
berserah diri kepada Allah maka akan timbul rasa optimis dan menghilangkan rasa
pesimis yang ada pada diri kita.
13 www. Karunia.co.cc/2009 pengaruh…..( sumber: cuplik.com) selasa 04 agustus 2009
Page 61
51
BAB IV
WAKTU DAN TEMPAT PENELITIAN
A. Profil Majlis Ta’lim Wal Aurad al-Husaini
Di awal tahun 1992 tepatnya bulan 11 Desember Habib Idrus bin Salim
mendirikan majlis ta’lim ini dengan latar belakang dorongan hati yang
memnginginkan adanya penerus dakwah ayahnya yaitu Habib Salim bin Husain yang
datang dari negri Yaman, Hadromut memang sengaja untuk berdakwah dengan cara
dor to dor atau dari rumah ke rumah dengan sedikit membawa minyak wangi untuk
di jual, atas dorongan itulah Habib Idrus meneruskan dakwah ayahnya yang
mengajarkan ilmu agama kepada masyarakat Cikarang.1
Pada awal di dirikanya majlis tersebut Habib Idrus membuka dakwahnya ke
berbagai tempat, salah satunya, Muara Gembong daerah pesisir pantai dengan tujuan
untuk menarik para jamaah agar memeriahkan majlis tersebut, beliau juga memakai
dakwah ayahnya dengan cara dor to dor, karena pada saat terbentuknya majlis ta’lim
hanya beranggotakan empat orang.
Seiring dengan perkembangan industri kota Cikarang semakin banyak pula
pendatang yang mencari nafkah di kota ini, mulai dari pedagang, buruh pabrik dan
pegawai pemda setempat yang menjadi warga kota cikarang, dengan sebab tersebut,
1 Wawancara pribadi dengan istri Habib Idrus pada tanggal 18 februari 2010
Page 62
52
semakin banyak pula masyarakat yang merespon dan menjadi jamaah Majlis Ta’lim
Wal Aurad al-Husaini.
Masih pada tahun 1992 bertepatan dengan bulan Maulid Habib Idrus membuat
acara Maulid Nabi besar Muhammad saw, respon masyarakat bertambah besar
sehingga acara tersebut di hadiri oleh lebih dari 200 jamaah, dan pada saat itu pula di
umumkannya pengajian majlis zikir yang diadakan pada setiap hari jum’at bada ashar
dengan memakai zikir raatib al-Atthas. Pada tahun 2007 tepatnya bulan maret Habib
Idrus bin Salim al-Atthas menghembuskan nafasnya sehabis mengisi ceramah agama
di satu tempat di kota cikarang, dengan demikian terhentilah semangat dakwah Habib
Idrus, lalu di teruskan oleh putra beliau yang bernama Habib Salim bin Idrus bin
Salim bin Husain al-Atthas.
Dengan menggantikan posisi yang di pegang oleh ayahnya, Habib Salim
mengembangkan dakwahnya, dengan cara menambah jadwal kegiatan pengajian rutin
yang awalnya hanya ada pada jumat sore ditambah menjadi hari sabtu setelah isya
dengan tujuan meningkatkan iman dan islam para pemuda Cikarang, dan merubah
imej malam minggu sebagai malam hura-hura menjadi malam zikir, dengan tuntunan
membaca raatib al-Atthas dan Maulid Adiaul Ami. Dan sampai saat ini jamaah Majlis
Ta’lim Wal Aurad al-Husaini berjumlah lebih dari 500 jamaah.2
2 Wawancara dengan Habib Salim bin Idrus al-Atthas pada tanggal 25 februari 2010
Page 63
53
a. Tujuan dan Misi Majlis Ta’lim Wal Aurad al-Husaini
Adapun tujuan didirikanya majlis talim ini yaitu:
1. Tujuan
Tujuan Majlis Ta’lim Wal Aurad al-Husaini antara lain:
a) Melanjutkan dakwah Habib Salim bin Husain al-Atthas
b) Untuk mengenalkan raatib al-Atthas kepada masyarakat luas
c) Mempererat ukhuah di antara umat Aslam dan umat yang lain melalui majlis
zikir
d) Dan tujuan yang paling utama adalah menegakan syariat- syariat Islam dalam
kehidupan umat
2. Misi
Misi Majlis Ta’lim Wal Aurad al-Husaini antara lain:
a) Menghidupkan al-Quran melalui pintu zikir.
b) Menciptakan umat yang selalu menyebarkan kasih sayang dimanapun,
kapanpun dan kepada siapapun.
c) Menambah pengetahuan tentang tauhid agar terciptanya iman yang kokoh.3
b. Struktur Organisasi
3 Wawancara dengan Habib Salim bin Idrus al-Atthas pada tanggal 25 februari 2010
Page 64
54
Struktur Organisasi yang ada pada majlis ta’lim wal aurad al-Husaini baru
terbenuk pada bulan desember 2009, yang memang pada dasarnya habib idrus selaku
perintis majlis ini tidak membuat struktur organisasi seperti sekarng ini ujar habib
salim, tetapi agar lebih terarah dan rapih di buatlah struktur organisasi yang di ketuai
oleh habib salim bin idrus bin salim bin Husain al atthas.4
Adapun strutur organisasinya sebagi berikut:
- Ketua umum : Habib Salim bin Idrus al-Atthas
- Sekertaris : Ustd, Taufik, Ustd, Abul kholik S.fil. i
- Bendahara : Adin, Iwan
- Seksi Komunikasi : Suarlin, Ustd, Ajeng
- Seksi Peralatan dan Perlengkapan : Sartono, Arwadi
- Seksi Konsumsi : Nur Sani, Paul
- Seksi Transportasi : Encuy, Firman
- Seksi keamanan : Awa, Ojek
- Seksi Dokumentasi : Sigit, Basit
c. Wktu dan Tempat Pelaksanaan Zikir
4 Wawancara dengan Habib Salim bin Idrus al-Atthas pada tanggal 25 februari 2010
Page 65
55
Majlis Ta’lim Wal Aurad al-Husaini mengelar zikir rutinnya pada hari kamis,
membahas kitab tauhid, kemudian hari jumat, di mulai dengan tawasul, membaca
surat yasin, membada doa kanzal arsy, sholawat Nabi saw, lalu disambung dengan
zikir raatib al-Atthas serta di terangkan syarah ratibnya dengan menggunakan kitab al
qirtthas. Lalu pada hari sabtu pengajian malam mingguan, majlis raatib dan maulid
yang di adakan dari rumah jamaah yang berbeda pada setiap malam minggunya
dengan menggunakan motor yang mayoritas di ikuti oleh anak muda.
B. Pengumpulan, Pengolahan dan Analisis Data
Respnnden dalam penelitian ini adalah jamaah Majlis Ta’lim Wal Aurad al-
Husaini, dengan jumlah responden 40 orang jamaah. Gambaran umum mengenai
responden dapat dilihat pada tabel-tabel dibawah ini :
Tabel I
Jenis kelamin responden
NO Jenis kelamin Jumlah Prosentasi
1 Laki-laki 40 100%
2 Perempuan 0 0%
Jumlah 40 100%
Page 66
56
Dari table di atas terlihat tidak adanya jamaah perempuan, karena majlis ini
memang memfokuskan hanya pada jamaah laki-laki, penulis juga hanya mengambil
sempel responden sebanyak 40 orang (100%).
Tabel II
Latar Belakang Usia Responden
NO Usia Jumlah Prosentase
1 17-39 th 33 82,5%
2 40-60 6 15%
3 >60 1 2,5%
Jumlah 40 100%
Usia responden ini dibagi berdasarkan tiga kategori usi, yakni, usia 15-36 tahun
sebagai dewasa awal, usia 36-60 tahun sebagai dewasa madya dan usia lebih dari 60
tahun keatas sebagai dewasa akhir. Dari table di atas dapat diketahui jumlah
responden yang berusia 17-39 tahun berjumlah 33 orang (82,5%), responden yang
berusia 40-60 berjumlah 6 orang (15%), sedangkan yang berusia lebih dari 60 tahun
hanya berjumlah 1 orang (2,5%).
Table III
Latar Belakang Pendidikan Responden
Page 67
57
NO Pendidikan Jumlah Prosentase
1 SD 3 7,5%
2 SLTP 4 10%
3 SLTA 28 70%
4 Perguruan tinggi 5 12,5%
Jumlah 40 100%
Latar belakang responden dari tingkat pendidikan ini dibagi menjadi empat
kategori: Sekolah Dasar (SD), Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP), Sekolah
Lanjutan Tingkat Atas (SLTA), dan Perguruan Tinggi, dari table diatas, jumlah
responden yang berpendidikan Sekolah Dasar sebanyak 3 orang (7,5%), responden
yang berpendidikan Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama sebanyak 4 orang (10%), dan
jumlah responden yang berpendidikan Sekolah Lanjutan Tingkat Atas sebanyak 28
orang (70%), sedangkan responden dengan tingkat pendidikan Perguruan Tinggi
sebanyak 5 orang (12,5%).
Dari gambaran umum responden diatas penulis ingin mengetahui pengaruh dari
efek zikir raatib dan pesan-pesan yang disampaikan oleh Habib Salim baik melaui
ta’lim (pengajaran) ataupun melalui tausiah dan munasabah dapat menyentuh hati
jamaahnya sehingga jamaah merasakan ketenangan batiniahnya serta merasa bahwa
kehidupan yang dijalani tak lepas dari dosa dan salah, oleh karena itu perlu adanya
Page 68
58
pendekatan diri dan mohon ampun kepada sang Khaliq, selain itu karena sikap
ketauladanan beliau yang dapat memberikan contoh kepada jamaahnya dalam
melaksanakan sikap keberagamaan dalam kehidupan sehari-hari yang sesuai dengan
ajaran agama Islam, sehingga jamaah merasa tertarik dan mengikuti serta dapat
menjalankan pesan-pesan beliau.
Guna mengetahui apakah zikir di Majlis Ta’lim Wal Aurad al-Husaini yang
menggunakan zikir raatib al-Atthas apakah berpengaruh, maka dapat dianalisis
terlebih dahulu bagaimana sikap responden menyikapi zikir raatib al-Atthas sebelum
mengikuti zikir raatib tersebut dan bagaimana sikap responden setelah mengikuti
zikir tersebut, apakah berpengaruh terhadap kehidupan, ahlak, pandangan hidup dan
ke-Tuhanan.
Setelah penulis menyebarkan angket penelitian yang berisi pertanyaan kepada
40 jamaah yang menjadi responden sebagai sampel penelitian skripsi penulis, dengan
jumlah pertanyaan sebanyak 23 butir pertanyaan yang terdiri dari, 3 pertanyaan
mengenai keperibadian responden, serutin apakah mengikuti zikir tersebut, kemudian
sebanyak 8 pertanyaan.mengenai tanggapan responden terhadap zikir raatib al-Atthas,
lalu sebanyak 5 pertanyaan .mengenai pengaruh zikir raatib al-Atthas terhadap
kesehatan mental, kemudian 4 pertanyaan .mengenai pengaruh zikir raAtib al-Atthas
trhadap kemampuan untuk menyesuaikan diri pada masyarakat, dan 3 pertanyaan
Tentang ke-Tuhanan setelah mengikuti zikir. Dengan hasil data sebagai berikut:
Page 69
59
1. Pertanyaan Yang Menyangkut Kepribadian
Kecenderungan responden dalam mengikuti zikir raatib al-Atthas, untuk
mengukur seberapa sering responden mengikuti zikir, dan mungkin akan berpengaruh
pada kehidupan responden
Tabel 1.1
Dari mana saudara mengenal majlis ta'lim ini ?
Alternative jawaban Frekuensi Prosentase
a. Teman
b. Saudara
c. Guru
d. Lain-lain
25
7
5
3
62,5%
17,5%
12,5%
7,5%
Jumlah 40 100%
.
Tabel 1.1 menginformasikan bahwa 62,5% mengajak teman, 17,5% saudara,
12,5% guru, 7,5% lain-lain Dari pertanyaan di atas penulis ingin mengetahui apakah
ajaran yang diajarkan oleh pimpinan Majlis Ta’lim Wal Aurad al-Husaini yang
mengatakan “ajak saudara-saudara dan karib (sahabat) kalian untuk selalu berzikir”
apakah di laksanakan oleh para jamaahnya, dan dari tabel di atas terlihat sebagian
besar mengajak saudara dan teman-temannya.
Page 70
60
Tabel 1.2
Apa yang melatarbelakangi saudara mengikuti zikir di Majlis Ta’lim Wal
Aurad al-Husaini ?
Alternative jawaban Frekuensi Prosentase
a. Waktu dapat musibah
b. Ingin dekat Allah
c. Waktu diajak teman
d. Ingin tahu makna zikir
0
27
3
10
0%
67,5%
7,5%
25%
Jumlah 40 100%
.
Tabel 1.2 menginformasikan bahwa 0% waktu dapat musibah, 67% ingin dekat
dengan Allah, 7,5% waktu diajak teman, 25% ingin tahu makna zikir. Dapat
dikatakan bahwa responden atau jamaah majlis ini memang sudah ada dalam dirinya
menginginkan dekat denagn sang Khaliq,
Tabel 1.3
Berapakali dalam sebulan saudara mengiluti zikir di Majlis Ta’lim Wal Aurad
al-Husaini
Alternative jawaban Frekuensi Prosentase
a. Satu kali
b. Dua kali
c. Tiga kali
d. Lebih dari tiga kali
5
4
7
24
12,5%
10%
17,5%
60%
Jumlah 40 100%
.
Page 71
61
Tabel 1.3 menginformasikan 12,5% satu kali, 10% dua kali, 17,5% tiga kali,
60% lebih dari tiga kali. Dapat dikatakan yang mengikuti zikir di majlis ta’lim wal
aurad al-Husaini sudah merasa menjadi aktivitas rutin.
2. Tanggapan dan pengetahun responden terhadap zikir raatib al-Atthas.
Apakah ada perbedaan antara zikir ratib al-atthas dengan zikir yang lain, juga
apakah perasaan yang responden rasakan sebelum dan sesudah melaksanakan zikir
raatib al-Atthas di Majlis Ta’lim Wal Aurad al-Husaini
Table 2.1
Bagaimana perasaan saudara ketika mendapatkan masalah sebelum anda
mengikuti zikir
Alternative jawaban Frekuensi Prosentase
a. Sanat cemas
b. Cemas
c. Biasa saja
d. Tidak tahu
12
24
3
1
30%
60%
7,5%
2,5%
Jumlah 40 100%
.
Tabel 2.1 menginformasikan 30% menyatakan sangat cemas, 60% menyatakan
cemas, 7,5% menyatakan biasa saja, dan tidak tahu 2,5%. Dapat disimpulkan bahwa
sebelumnya responden merasa resah dan cemas ketika mendapatkan masalah
sebelum mengenal zikir.
Page 72
62
Table 2.2
Jika saudara berhalangan tidak bisa mengikuti zikir bagaimana perasaan anda
Alternative jawaban Frekuensi Prosentase
a. Sangat sedih
b. Sedih
c. Biasa saja
d. Tidak tahu
18
22
0
0
45%
55%
0%
0%
Jumlah 40 100%
.
Table 2.2 menginformasikan 45% sangat sedih apabila berhalangan tidak bisa
mengikuti zikir bersama di Majlis Ta’lim Wal Aurad al-Husaini 55% sedih, 0% biasa
saja, 0% tidak tahu. Dapat di simpulkan bahwa para responden sudah merasa
memiliki majlis dan sudah menjadi rutinitas kehidupan responden dalam
melaksanakan zikir, karena seperti ada yang kurang ujar responden yang bernama
Anton 23 th.
Table 2.3
Bagaimana perasaan anda setelah mengikuti zikir
Alternative jawaban Frekuensi Prosentase
a. Sangat tenang
b. Tenang
c. Biasa saja
d. Tidak tahu
30
10
0
0
75%
25%
0%
0%
Jumlah 40 100%
Page 73
63
Tabel 2.3 menginformasikan 75% menyatakan sangat tenang setelah rutin
mengikuti zikir di Majlis Ta’lim Wal Aurad al-Husaini, kemudian 25% menyatakan
tenang, 0% biasa saja, 0% tidak tahu atau tidak merasakan efek apa-apa
setelahmelaksanakan zikir. Dengan prosentase di atas dapat kita simpulkan bahwa
perasaan responden setelah rutin mengikuti zikir raatib al-Atthas di Majlis Ta’lim
Wal Aurad al-Husaini merasa tenang.
Tabel 2.4
Apa tanggapan saudara tentang zikir ratib al-atthas
Alternative jawaban Frekuensi Prosentase
a Berbeda dengan zikir lain
b Sama dengan zikir lain
c Hampir sama
d Tidak tahu
32
4
2
1
80%
10%
5%
2,5%
Jumlah 40 100%
Tabel 2.4 menginformasikan 80% mengatakan berbeda dengan zikir yang lain,
10% mengatakan sama dengan zikir yang lain, 5% mengatakan hamper sama dengan
zikir yang lain dan 2,5% mengatakan tidak tahu. Dapat kita ketahui dari tabel diatas
bahwasanya masih banyak yang memang belum tahu benar zikir raatib al-Atthas,
meski belum tahu benar zikir tersebut mereka sudah dapat merasakan dampak dan
pengaruhnya.
Page 74
64
Tabel 2.5
Apakah anda hafal dengan zikir raatib al-Atthas
Alternative jawaban Frekuensi Prosentase
a. Sangat hafal
b. Hafal
c. Cukup hafal
d. Tidak hafal
1
19
14
6
2,5%
47,5%
35%
15%
Jumlah 40 100%
Tabel 2.5 menginformasikan 2,5% yng sangat hafal dengan zikir ratib al-atthas,
kemudizn 47,5% yang hafal dengan zikir raatib al-Atthas, 35% yang cukup hafal
dengan susunan zikir raatib tersebut dan 6% yang tidak hafal dengan zikir raatib
tersebut. Dengan demikian dapat kita simpulkan dari tabel di atas, bahwasanya
responden yang sangat hafal hanya 1 orang tetapi sekalilagi mereka cukup merasakan
dampaknya walaupun belum sepenuhnya hafal.
Tabel 2.6
Apakah anda faham arti dan makna yang terdapat pada zikir raatib al-Atthas
Alternative jawaban Frekuensi Prosentase
a. Sangat faham
b. faham
c. Cukup faham
d. Tidak sama sekali
0
17
16
7
0%
42,5%
40%
17,5%
Jumlah 40 100%
Page 75
65
Tabel 2.6 menginformasikan 0% yang sangat faham dengan isi kandungan ratib
al-atthas, 42,5% yang mengatakan faham dengan ratib al-atthas, kemudian 40% yang
mengatakan cukup faham dengan isi ratib tersebut dan 17,5% yang mengatakan tidak
faham sama sekali dengan isi kandungan raatib tersebut. Dari tabel di atas
menyatakan bahwa yang sangat mengerti dan faham isi kandungan pada zikir raatib
al-Atthas tidak ada, akan tetapi responden tetap mengikuti zikir tersebut.
Tabel 2.7
Apakah anda merasakan pengaruh dari zikir raatib al-Atthas
Alternative jawaban Frekuensi Prosentase
a. Sangat merasakan
b. Merasakan
c. Cukup merasakan
d. Biasa saja
18
15
6
1
45%
37,5%
15%
2,5%
Jumlah 40 100%
Tabel 2.7 menginformasikan 45% sangat merasakan pengaruh dari zikir raatib
al-Atthas, 37,5% merasakan, 15% cukup merasakan,2,5% yang menyatakan biasa
saja. Dari tabel di atas menyatakan bahwa pengaruh raatib yang di rasakan dari aspek
manapun dapat dirasakan oleh responden, memang pertanyaan ini masih bersifat
umum akan tetapi para responden menyimpulkan bahwa dirinya telah merasakan
dampak positif dari berzikir raatib al-Atthas.
Page 76
66
Tabel 2.8
Apakah zikir raatib al-Atthas berpengaruh bagi kesehatan anda
Alternative jawaban Frekuensi Prosentase
a. Sangat berpengaruh
b. Berpengaruh
c. Cukup berpengaruh
d. Biasa saja
7
25
5
3
17,5%
62,5%
12,5%
7,5%
Jumlah 40 100%
Tabel 2.8 menginformasikan 17,5% mengatakan sangat berpengaruhnya zikir
raatib al-Atthas bagi kesehatan mereka, 62,5% mengatakan berpengaruh, 12,5%
cukup berpengaruh, 7,5% mengatakan biasa saja. Dari tabel di atas dapat di
simpulkan bahwasanya raatib al-Atthas berpengaruh pada diri responden, seperti
keluarga saya di ICU selama 3 hari ketika diberikan air yg terlebih dahulu dibacakan
ratib sehari setelah itu sadar dan sekarang sehat, ujar salah satu responden bernama
Heru 34 th.
3. Analisis pengaruh zikir ratib al-atthas terhadap kesehatan mental.
Apakah zikir raatib al-Atthas yang di adakan di Majlis Ta’lim Wal Aurad al-
Husaini berpengaruh bagi kehidupan pribadi di dalam pandangan hidup, menghargai
kehidupan dan kemampuan, juga bagaimana sikap bersyukur responden.
Page 77
67
Tabel 3.1
Apakah setelah mengikuti zikir anda sangat menghargai hidup
Alternative jawaban Frekuensi Prosentase
a. Sangat menghargai
b. menghargai
c. Cukup menghargai
d. Biasa saja
20
14
6
0
50%
35%
15%
0%
Jumlah 40 100%
Tabel 3.1 menginformasikan 50% responden sangat menghargai hidupnya
setelah mengikuti zikir raatib al-Atthas, 35% responden yang mengatakan
menghargai hidupnya setelah mengikuti zikir, kemudian 15% yang mengatakan
cukup menghargai hidup setelah mengikuti zikir dan 0% yang mengatakan biasa saja.
Dari tabel di atas dapat disimpulkan bahwa responden merasakan efek yang baik
setelah berzikir raatib al-Atthas.
Tabel 3.2
Bagaimana pandangan hidup anda setelah mengikuti zikir
Alternative jawaban Frekuensi Prosentase
a. Lebih terbuka
b. Terbuka
c. Cukup terbuka
d. Biasa saja
21
15
4
0
52,5%
37,5%
10%
0%
Jumlah 40 100%
Page 78
68
Tabel 3.2 menginformasikan 52% responden yang menyatakan pandangan
hidupnya lebih terbuka setelah mengikuti zikir, kemudian 37.5% menyatakan
terbuka, 10% menyatakan cukup terbuka dengan tuntunan zikir, 0% menyatakan
biasa saja. Dari tabel di atas bahwasanya pandangan hidup responden sedikit lebih
terbuka dan tenang dalam menghadapi problem.
Tabel 3.3
Bagaimana kemampuan anda dalam menghadapi problem kehidupan setelah
mengikuti zikir
Alternative jawaban Frekuensi Prosentase
a. Sangat mampu
b. Mampu
c. Cukup mampu
d. Biasa saja
10
20
9
1
25%
50%
22,5%
2,5%
Jumlah 40 100%
Tabel 3.3 menginformasikan 25% responden yang menyatakan sangat mampu
menghadapi hidup setelah mengikuti zikir, kemudian 50% responden yang
menyatakan mampu dalam menghadapi hidup setelah mengikuti zikir ratib al-atthas,
22,5% responen yang menyatakan cukup mampu menghadapi problem dalam
hidupnya setelah mengikuti zikir raatib al-Atthas, dan 2,5% yang menyatakan biasa
saja. Dari tabel diatas dapat di simpulkan bahwa responden lebih merasa mampu
menghadapi problem setelah mengikuti zikir raatib al-Atthas.
Page 79
69
Tabel 3.4
Bagaimana sikap bersyukur anda setelah mengikuti zikir raatib al-Atthas
Alternative jawaban Frekuensi Prosentase
a. Sangat bersyukur
b. Bersyukur
c. Cukup bersyukur
d. Biasa saja
25
11
3
1
62,5%
27,5%
7,5%
2,5%
Jumlah 40 100%
Tabel 3.4 menginformasikan 62,5% responden yang menyatakan sangat
bersyukur, 27,5% yang menyatakan bersyukur, kemudian 7,5% yang menyatakan
cukup bersyukur dan 2,5% yang menyatakan biasa saja. Dari tabel di atas dapat
disimpulkan bahwasanya sikap bersyujur responden setelah berzikir lebih sangat
dirasakan oleh pelaksana zikir raatib al-Atthas, karena pemahaman yang diberikan
oleh Habib Salim al-atthas bersukurlah adalah dengan mensyukuri yang sedikit maka
Allah akan menambahkan yg banyak baik dari kesehatan, ilmu, dan amal karena ini
juga di sebut sebagai rezeki.
4. Pengaruh zikir raatib al-Atthas terhadap masyarakat
Bagaimanakah kemampuan pelaku zikir untuk menyesuaikan diri di masyarakat
dan apakah zikir tersebut berpengaruh juga terhadap kualitas pekerjaan para pesrta
zikir.
Page 80
70
Tabel 4.1
Bagaimana penyesuaian diri anda dengan lingkungan setelah mengikuti zikir
Alternative jawaban Frekuensi Prosentase
a. Sangat mampu
b. Mampu
c. Cukup mampu
d. Biasa saja
6
22
11
1
15%
55%
27,5%
2,5%
Jumlah 40 100%
Tabel 4.1 menginformasikan 15% responden yang menyatakan sangat mampu
menyesuaikan diri pada lingkungan masyarakatnya setelah mengikuti zikir, kemudian
55% responden yang menyatakan mampu menyesuaikan diri pada lingkunganya,
27,5% yang menyatakan cukup mampu, dan 2,5% yang menyatakan biasa saja. Dari
tabel diatas dapat di simpulkan para responden bisa saja bermasyarakat tanpa di
dasari zikir raatib karena dari jawaban yang di berikan diatas lebih banyak yang
berpendapat mampu di bandingkan dengan yang sangat mampu.
Tabel 4.2
Bagimana partisipasi anda dalam lingkungan setelah mengikuti zikir raatib al-
Atthas
Alternative jawaban Frekuensi Prosentase
a. Sangat aktif
b. Aktif
c. Cukup aktif
d. Biasa saja
5
20
14
1
12,5%
50%
35%
2,5%
Jumlah 40 100%
Page 81
71
Tabel 4.2 menginformasikan 12,5% responden menyatakan sangat aktif
berpartisipasi di dalam lingkungannya setelah mengikuti zikir raAtib al-Atthas,
kemudian 50% yang menyatakan aktif setelah mengikuti zikir ratib al-atthas, 35%
yang menyatakan cukup aktif, dan 2,5% yang menyatakan biasa saja. Dari tabel
diatas yang paling banyak dinyatakan oleh responden adalah aktif, dengan demikian
dapat disimpulkan bahwa masih adanya pengaruh raatib tersebut untuk selalu
bersosialisasi.
Tabel 4.3
Bagimana sikap dan perilaku anda terhadap tetangga setelah mengikuti zikir
Alternative jawaban Frekuensi Prosentase
a. Sangat baik
b. Baik
c. Cukup baik
d. Biasa saja
5
25
10
0
12,5%
62,5%
25%
0%
Jumlah 40 100%
Tabel 4.3 menginformasikan 12,5% yang menyatakan sangat baik dalam
bertetangga setelah mengikuti zikir, kemudian 62,5% yang menyatakan baik, 25%
responden yang menyatakan cukup baik dalam bertetangga, dan 0% yang menyatakan
biasa saja. Dari tabel diatas dapat disimpulkan bahwa pengaruh dari zikir tersebut
dapat dirasakan setelah mengikuti zikir raatib al-Atthas meskipun tanpa didasari
dengan zikirpun masyarakat dapat bersosialisasi dengan baik.
Page 82
72
Tabel 4.4
Seberapa besar pengaruh zikir raatib al-Atthas terhadap kualitas pekerjaan
anda
Alternative jawaban Frekuensi Prosentase
a. Sangat berpengaruh
b. Berpengaruh
c. Cukup berpengaruh
d. Biasa saja
18
17
5
0
45%
42,5%
12,5%
0%
Jumlah 40 100%
Tabel 4.4 menginformasikan 45% responden yang menyatakan zikir raatib
sangat berpengaruh terhadap pekerjaannya, kemudian 42,5% yang menyatakan
berpengaruh dalam pekerjaannya, 12,5% yang menyatakan cukup berpengaruh, dan
0% yang menyatakan biasa saja. Dari tabel di atas dapat di simpulkan dari beberapa
responden yang ditanya mereka menjawab ingin mendapatkan ridho Allah melalui
pekerjaan, dari motifasi tersebutlah menjadi semangat dan berusaha memberikan
yang terbaik terhadap pekerjaannya.
5. Pengaruh zikir raatib al-Atthas terhadap Tuhan
Apakah kebiasaan melakukan zikir raatib al-Atthas memberikan pengaruh
terhadap diri pribadi akan keagungan Allah, apakah meresa dekat dengan Allah dan
merasa diawasi oleh Allah.
Page 83
73
Tabel 5.1
Seberapa besar perasaan anda terhadap keagungan Allah setelah mengikuti
zikir raatib al-Atthas
Alternative jawaban Frekuensi Prosentase
a. Sangat merasakan
b. merasakan
c. Cukup merasakan
d. Biasa saja
27
9
4
0
67,5%
22,5%
10%
0%
Jumlah 40 100%
Tabel 5.1 menginformasikan 67,5% yang menyatakan sangat merasakan
keagungan Allah setelah mengkuti zikir raatib al-Atthas, kemudian 22,5% yang
menyatakan merasakan, lalu 10% yang menyatakan cukup merasakan, dan 0% yang
menyatakan biasa saja. Dari tabel di atas dapat disimpulkan melalui pendekatan zikir
lebih efektif untuk merasakan keagungan Allah swt. Dari berbagai jamaah yang
penulis tanyakan mereka menjawab zikir raatib al-Atthas ini dapat membangkitkan
rasa keingintahuan jamaah terhadap kebesaran Allah yang selama ini mungkin belum
di dapatkan dari berbagai ujar responden yang bernama Ajid 43 th.
Page 84
74
Tabel 5.2
Bagaimana kedekatan anda dengan Allah setelah mengikuti zikir raatib al-
Atthas
Alternative jawaban Frekuensi Prosentase
a. Sangat dekat
b. Dekat
c. Cukup dekat
d. Biasa saja
20
15
5
0
50%
37,5%
12,5%
0%
Jumlah 40 100%
Tabel 5.2 menginformasikan 50% responden yang menyatakan sangat dekat
dengan Allah setelah mengikuti zikir raatib al-Atthas, 37,5% yang menyatakan dekat
dengan Allah setelah mengikuti zikir, kemudian 12,5% yang menyatakan cukup
dekat, dan 0% yang menyatakan biasa saja. Dari keterangan tabel di atas dapat
disimpulkan dari 0% nya yang memilih biasa saja sudah terlihat setelah mengikuti
zikir dapat mendekatkan diri kepada Allah dan dapat memenagkan hati ujar
responden.
Tabel 5.3
Apakah anda merasa di awasi Allah setelah mengikuti zikir raAtib al-Atthas
Alternative jawaban Frekuensi Prosentase
a. Ya
b. Tidak
c. Tidak tahu
d. Biasa saja
38
0
2
0
95%
0%
5%
0%
Jumlah 40 100%
Page 85
75
Tabel 5.3 menginformasikan 95% responden yang menyatakan merasa diawasi
dengan Allah setelah mengikuti zikir, kemudian 0% yang menjawab tidak, lalu 5%
yang menjawab tidak tahu, dan 0% yang menjawab biasa saja. Dari prentase yang
terdapat pada tabel 5.5 dapat disimpulkan bahwasanya para jamaah sangat merasa
diawasi oleh Allah dalam setiap aktifitasnya setelah mengikuti zikir. Dan ini
merupakan peningkatan ilmu tauhid yang di pengaruhi melalui zikir raatib al-Atthas.
Dari wawancara yang penulis lakukan kepada para jamaah Majlis Ta’lim Wal
Aurad al-Husaini dapat disimpulkan bahwa dampak berzikir raatib al-Atthas itu
memiliki dampak yang positif, dalam mengajarkan zikir raatib Habib Salim bukan
sekedar di hafalkan saja, akan tetapi di berikan pemahaman dan arahan untuk apa kita
berzikir dan bagiman cara kita melaksanakan zikir dengan menggunakan ahlak, adab
dan kesucian, dengan begitu akan terasa ilmu-ilmu yang disampaikan oleh Habib
Salim bin Idrus al-atthas sehingga dapat di aplikasikan dalam kehidupan masing-
masing para jamaah nya.
Page 86
75
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Hasil penelitian dan analisis data dapat disimpulkan bahwa :
1. Jamaah Majlis Ta’lim Wal Aurad al-Husaini dapat merasakan dampak yang
positif dari membaca zikir raatib al-Atthas terlihat dari prsentase yang selalu
menunjukan nilai positif pada setiap pertanyaan yang di ajukan.
2. Dari segi kesehatan mental dan pandangan hidup, para jamaah Majlis Ta’lim
Wal Aurad al-Husaini dapat merasakan dampak yang positif dari membaca
zikir raatib al-Atthas yaitu adanya peningkatan pada kualitas keimanan, ke-
Tuhanan juga pandanagan hidup yang cenderung lebih menerima takdir yang
Allah tentukan.
B. Saran
Dari kesimpulan penelitian diatas bahwasanya para jamaah Majlis Ta’lim Wal
Aurad al-Husaini dapat merasakan dampak yang positif dari berzikir raatib al-Atthas,
akan tetapi penulis menyarankan kepada seluruh komponen yang terlibat dalam
penelitian ini, yaitu:
Page 87
76
1. Bagi pengajar yang Majlis Ta’lim Wal Aurad al-Husaini ditambahkan lagi
pelajaran tentang ilmu al-Quran dan ilmu fiqih nya, karena dari penulis lihat
responden masih banyak yang belum mengerti kedua ilmu tersebut. Kalau
bisa dibuat buletin pada setiap bulan atau minggunya yang membahas tentang
ilmu al-quran dan fiqih agar kita dapat mengerti pelajaran dasar-dasar agama
sebelum menyentuh Tasawuf.
2. Bagi para jamaah jangan puas pada apa yang anda dapatkan dari berzikir
raatib saja akan tetapi tingkatkan terus keilmuan dan ibadah melalui majlis-
majlis lainnya.
Page 88
DAFTAR PUSTAKA
Darajat, Zakia, Kesehatan mental , ( Jakarta : PT Toko Gunung Agung, 1996 )
Wilcox,Lynn Ilmu jiwa Berjumpa Tasawuf, (Jakarta: PT. Serambi Ilmu Semesta,
2003)
Departemen Agama RI , Al-Qur’an dan Terjemahanya, (Mekar Surabaya) edisi 2002
Qomarudin SF, Zikrullah Membeningkan Hati, Menghampiri Ilahi,(Jakarta: Serambi
Ilmu Semesta, 2000)
Habib Ali bin Hasan Abdullah bin Husain bin Umar Al-Atas Ba’alawi Al-Hadromi,
diterjemahkan oleh H.Toha bin Abubakar bin Yahya, AL-QIRTHAAS, Sarah Ratib
Al- Atas, (Jakarta: Darul Ulum Press, 2003
Husain Yahya,Tohir, Mutiara Ratibul Attas, (Semarang: PT. Tanjung Mas Inti, 2007)
Hamka, Hasan, Metodologi Penelitian Tafsir Hadis, (Jakarta: Lembaga penelitian
UIN Syarif Hidayatullah, 2008)
Soehartono, Irwan, Metode Penelitian Social, (Bandung: PT. Remaja Rosda Karya,
2004),
Nasir, Muhammad, Metodologi penelitian , ( Jakarta : Ghahlia Indonesia, 1985 )
fu’ad, Muhammad ‘Abd al-Baqi. Al Mu’jam al-Mufahras liAlfadz al-Qur’an al-
Karim, (Beirut:Dar al-Fikr, 1981)
Syams al-Din ‘Abd Allah Muhammad ibn Qayim al Jawziah, al Wabl al-Shayyib wa
Rifi al Kalim al Thayyib, (Damaskus; Mktabah Darl Bayan, tt)
Manzhur, Ibn, Lisan al-‘Arab (Beirut: Dar Shadir,),
Abbas, Abd’Allah ‘al-Nadwi, Qamus Alfadz al-Qur’an al Karim ‘Arabi-Injilisi
(Chicago: Iqra’ Internasional Education, 1986)
Majma’ al-Lughah al-‘Arrabiyah, Mu’jam Alfaz al-Quran al-Karim (Kairo: al-Hay’ah
al- Mishriyah,tt),
Page 89
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta:
Balai Pustaka. 1996)
Hamid, Abu Muhammad ibn Muhammad al-Ghazali, Ihya’Ulum al-Din (Semarang:
Thaha Putra,tt)
Fakhr al-Din ibn Dhiya’ al-Din ‘Umar Muhammad al-Razi, Al-Tafsir al-Kabir wa
Mafatih al-Ghayb (Beirut: Dar al-Fikr, 1985)
Zakariya, Abu Yahya ibn Syaraf al-Nawawi, Kitab al-Azdkar (Beirut: Darul al-
Nabhim, 1997),
Aziz Dahlan, Abdul, Ensiklopedi Hukum Islam (Jkarta: Ikhtiar Baru van Hove, 1996)
Al-Bana, Hasan, Zikir dan Do’a yang diajarkan Rasulullah, (Jakarta: Media Dakwah,
1997),
Ash Shiddiqy, T.M. Hasbi, pedoman Zikir dan Do’a, (Semarang; Pustaka Rizki
Putra)
Nawawi, Imam, Khasiat Zikir dan Do’a (Terjemah Kitab Azakirun Nawawiyah),
(Bandung; Sinar Bru Al-Gesindo, 1995),
Zindy, H. Irfan, Kamus Arab-Indonesia, (Jakarta; Dian Rakyat, 1998)
Husain, Tohir Yahya, Mutiara Ratibul Athas, (Semarang: PT. Tanjung Mas Inti,
2007)
al-Musawa, Munzir, majlis Rasulallah.org, selasa 1 feb 2010
al-Qussy, Abdul Aziz (Terjemahan). Pokok-pokok Kesehatan Mental, Alih Bahasa
Zakiah Daradjat (Jakarta: Bulan bintang),
Pusat Bahasa, Kamus Besar Indonesia (Jakarta: Balai Puastaka, 2002),
Daradjat, Zakia. Pendidikan Agama dalam Pembinaan Mental (Jakarta: Bulan
Bintang, 1987)
Djumana, Hanna Bastman, Integrasi Psikologi dengan Islam Menuju Psikologi Islam
(Yogyakarta: Mustaka Pelajar, 2005),
Page 90
Bahruddin, Yusak,Kesehatan Mental untuk Fakultas Tarbiah Komponen MKK
(Bandung; CV Pustaka Setia, 1999),
Kartono, Kartini, Hygiene Mental da Kesehatan Mental dalam Islam (Bandung;
Mandar Maju, 1989),
Rahman, Fathur, Ikhtisar Mustalah Hadis, (Bandung: PT Ma’arif, 1974
Syaifuddin, Ending Ansyari, WawasanIslam: poko-poko pemikiran Islam dan
Umatnya, (Jakarta: PT, Raja Grafindo Persada, 1993)
al-Khatib, M. Ajaj, Ushul Hadis, ter. M. qodirun Nur, Ahmad Musyafiq (Jakarta:
Gaya Media Pertama, 2001)
Nata,Abudin Metodologi Study Islam, (Jkarta: Rajawali Press, 2002)
Shihab,M. Qurais Membumikan al-Qur’an: Fungsi dan peranan wahyu dalam
kehidupan masyarakat, (Bandung: Mizan, 1994),
Ardi’s Dic: Dzikir, Patrick Glynn. God : The Evidence, The Reconiliation of Faith
and Reason in a Postsecular Word ( California: Prima Publising, 1997)
Benson, Herbert and Mark Stark, Timeless Healing ( New York: Simon Schuster:
1996) 203
www. Harun Yahya.com. selasa, 22 Desember 2009.
www. Karunia.co.cc/2009 pengaruh…..( sumber: cuplik.com) selasa 04 agustus 2009
Page 91
NAMA : JENIS KELAMIN & USIA :
ALAMAT : PEKERJAAN :
NO.HP : PENDIDIKAN :
1. Kecenderungan Bapak/ Ibu mengikuti zikir.
1.1 Dari mana Bapak/ Ibu mengenal majelis talim ini ?
a. Teman
b. Saudara
c. Guru
d. ................
1.2 Apa yang melatar belakangi Bapak/ Ibu mengikuti zikir di majlis MTWA
Alhusaini ?
a. Waktu dapat musibah
b. Waktu ingin dekat dengan Allah
c. Waktu di ajak teman
d. Waktu tahu makna zikir
1.3 Berapa kali dalam sebulan Bapak/ Ibu mengikuti zikir di MTWA Alhusaini ?
a. Satu kali
b. Dua kali
c. Tiga kali
d. Lebih dari tiga kali
1.4 Mengapa Bapak/ Ibu tertarik mengikuti zikir di MTWA Alhusaini ?
a. Menambah keyakinan kepada Allah
b. Memberikan ketenangan jiwa
c. Menambah teman
d. Mengisi waktu
2 Tanggapan Bapak/ Ibu terhadap zikir
2.1 Bagaimana perasaan anda ketika mendapatkan masalah sebelum anda
mengikuti zikir?
a. Sangat cemas
b. Cemas
c. Biasa saja
d. Tidak tahu
Page 92
2.2 Jika anda berhalangan tidak bisa mengikuti zikir bagaimana perasaan anda ?
a. Sangat sedih
b. Sedih
c. Biasa saja
d. Tidak tahu
2.3 Bagaimana perasaan anda setelah mengikuti zikir ?
a. Sangat tenang
b. Tenang
c. Biasa saja
d. Tidak tahu
2.4 Apa tanggapan anda tentang zikir ratib al-Attas ?
a. Berbeda dengan zikir yang lain
b. Sama saja dengan zikir yang lain
c. Hamper sama
d. Tidak tahu
2.5 Apakah anda hafal dengan zikir ratib al-Attas?
a. Sangat hafal
b. Hafal
c. Cukup hafal
d. Tidak hafal
2.6 Apakah anda merasakan pengaruh zikir ratib al-Attas?
a. Sangat merasakan
b. Merasakan
c. Cukup merasakan
d. Biasa saja
2.7 Apakah zikir ratib al-Attas berpengaruh bagi kesehatan anda?
a. Sangat erpengaruh
b. Berpengaruh
c. Cukup berpengaruh
d. Biasa saja
Page 93
2.8 Apakah anda faham arti dan makna dari semua zikir ratib al-Attas tersebut?
a. Sangat faham
b. Faham
c. Cukup faham
d. Biasa saja
3. Analisis pengaruh zikir Ratib al-Atthas terhadap kesehatan mental.
Pengaruh zikir terhadap pribadi
3.1 Apakah setelah mengikuti zikir anda sangat menghargai hidup?
a. Sangat menghargai
b. Menghargai
c. Cukup menghargai
d. Biasa saja
3.2 Bagimana pandanga anda setelah mengikuti zikir?
a. Lebih terbuka
b. terbuka
c. Cukup terbuka
d. Biasa saja
3.4 Bagaimana Kemampuan anda dalam menghadapi problem kehidupan setelah
zikir ?
a. Sangat mampu
b. Mampu
c. Cukup mampu
d. Biasa saja
3.5 Setelah mengikuti zikir, seberapa besar anda menghargai kemampuan anda ?
a. Sangat menghargai
b. menghargai
c. Cukup menghargai
d. Biasa saja
3.6 Bagaimana Sikap bersyukur anda setelah mengikuti zikir?
a. Sangat bersyukur
b. Bersyukur
c. Cukup bersyukur
d. Biasa saja
Page 94
4 Pengaruh zikir Ratib al-Attas terhadap masyarakat.
4.1 Bagaimana Penyesuaian diri anda dengan lingkungan setelah mengikuti
zikir?
a. sangat mampu
b. mampu
c.. cukup mampu
d. biasa saja
4.2 Bagaimana Partisipasi anda dalam lingkungan setelah mengikuti zikir ?
a. Sangat aktif
b. Aktif
c. Cukup aktif
d. Biasa saja
4.3 Sikap dan perilaku anda di masyarakat setelah mengikuti zikir?
a. Sangat baik
b. Baik
c. Cukup baik
d. Biasa saja
4.4 seberapa besar pengaruh zikir ratib al-Attas dalam kualitas pekerjaan anda?
a. Sangat berpengaruh
b. Berpengaruh
c. Cukup berpengaruh
d. Biasa saja
5. Pengaruh zikir Ratib al- Attas terhadap ke-Tuhan
5.1 Seberapa besar Perasaan anda terhadap keagungan Allah setelah mengikuti
zikir?
a. Sangat merasakan
b. Merasakan
c. Cukup merasakan
d. Biasa saja
5.2 Bagaimana Kedekatan anda dengan Allah setelah mengikuti zikir ?
a. Sangat dekat
b. Dekat
Page 95
c. Cukup dekat
d. Biasa saja
5.3 Apakah anda merasa di awasi oleh Allah setelah mengikuti zikir ?
a. Ya
b. Tidak
c. Tidak tahu
d. Biasa saja