LAPORAN STUDI KASUS ILMU PENYAKIT MULUT ULCUS TRAUMATIKUS, Scalloped Tongue dan Cheek Bitting Disusun Oleh : Ivhatry Rizky O.P.S (160 110 080 065) Pembimbing: Riani Sethiadi, drg., Sp.PM 1
LAPORAN STUDI KASUSILMU PENYAKIT MULUT
ULCUS TRAUMATIKUS, Scalloped Tongue dan Cheek Bitting
Disusun Oleh :Ivhatry Rizky O.P.S(160 110 080 065)
Pembimbing:Riani Sethiadi, drg., Sp.PM
1
UNIVERSITAS PADJADJARANFAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
BANDUNG2012
BAB I
PENDAHULUAN
Ulkus traumatikus merupakan lesi yang timbul
disebabkan oleh luka traumatik yang dalam rongga mulut
yang secara khas menimbulkan pembentukan permukaan
ulserasi. Ulkus ini biasanya terdapat pada mukosa
bukal, mukosa labial, palatum dan tepi lidah. Lesi
didapat dari hasil peristiwa mekanik seperti tergigit
sendiri secara tiba-tiba ketika berbicara, tidur, atau
sekunder karena pengunyahan, tergesek kawat gigi yang
tajam ataupun akibat makan makanan yang panas dan
pedas. Bentuk lain dari trauma mekanik seperti luka
akibat reaksi kimia, panas, maupun elektrik. Selain itu
gigi yang fraktur, karies, malposisi atau malformasi
dapat menghasilkan pembentukan ulserasi. Perawatan yang
2
buruk dan pemakaian protesa gigi yang tidak sesuai
kemunkinan dapat juga menyebabkan trauma (Langlais dan
Miller, 2000; Laskaris, 2006).
Pada kasus ini pasien datang ke klinik Penyakit
Mulut pada tanggal 15 Maret 2012 dengan keluhan adanya
sariawan pada bibi atas sebelah kanan. Ulser berbentuk
bulat, berwarna putih dan eritem disekelilingnya.
Keluhan dirasakan sejak 2 hari yang lalu dan timbul
karena terpukul oleh mainan anaknya. Selama ini pasien
tidak pernah mengobati keluhannya, namun sekarang
datang ke klinik Penyakit Mulut ingin diobati. Pasien
kemudian diberikan terapi secara topikal dengan povidon
iodine 10 % dan dilajutkan dengan kenalog serta untuk
perawatan dirumah dengan Aloclair gel 2 kali sehari.
BAB II
LAPORAN KASUS
Data Umum Pasien
Nama : Nn. DAP
Umur : 25 tahun
3
Alamat : Jl. Muara Takus Raya
Jenis Kelamin : Perempuan
Status : Menikah
No. Rekam Medis : 2008-06545
Pekerjaan : Wiraswasta
Tanggal Pemeriksaan : 15 Maret 2012
Anamnesis
Terdapat sariawan di bagian dalam bibir kanan
atas. Terasa sakit ketika tersenyum. Sariawan muncul
sejak 2 hari yang lalu, tidak pernah tergigit ataupun
terbentur sikat gigi. Sakit bertambah ketika bangun
tidur dan ketika tersenyum. Tidak ada gejala lain yang
menyertai. Sariawan belum pernah diobati sebelumnya.
Riwayat Penyakit Sistemik
Penyakit jantung : YA/TIDAK
Hipertensi : YA/TIDAK
Diabetes Melitus : YA/TIDAK
Asma/Alergi : YA/TIDAK Makanan Laut
Penyakit Hepar : YA/TIDAK
Kelainan GIT : YA/TIDAK
Penyakit Ginjal : YA/TIDAK
Kelainan Darah : YA/TIDAK
Hamil : YA/TIDAK
Kontrasepsi : YA/TIDAK
4
Lain-lain : YA/TIDAK
Riwayat Penyakit Terdahulu
Disangkal
Kondisi Umum
Keadaan Umum : Baik Tensi
: 110/70 mmHg
Kesadaran : Compos Mentis Pernafasan
: 22 x / menit
Suhu : Afebris Nadi : 68 x /
menit
Pemeriksaan Ekstra Oral
Kelenjar Limfe
Submandibula kiri : teraba +/-
lunak/kenyal/keras sakit +/-
kanan : teraba +/-
lunak/kenyal/keras sakit +/-
Submental kiri : teraba +/- lunak/kenyal/keras
sakit +/-
kanan : teraba +/-
lunak/kenyal/keras sakit +/-
Servikal kiri : teraba +/- lunak/kenyal/keras
sakit +/-
kanan : teraba +/-
lunak/kenyal/keras sakit +/-
5
Lain-lain -
Bibir TAK
Wajah Simetri/Asimetri
Sirkum Oral TAK
Lain-lain -
Pemeriksaan Intra Oral
Kebersihan Mulut baik/sedang/buruk plak
+/-
Kalkulus +/- stain +/-
Gingiva TAK
Mukosa Bukal Terdapat teraan gigitan pada mukosa kiri
dan kanan
Mukosa Labial Terdapat ulser berwarna putih yang
dikelilingi daerah eritem, berbentuk
oval,reguler, dasar rata, diameter 2
mm dan multipel di bibir kanan atas
Palatum Durum TAK
Palatum mole TAK
Frenulum TAK
Lidah Teraan gigitan pada lateral
lidah ,bilateral dan adanya lesi putih
kemerahan
Dasar Mulut TAK
Status geligi
6
17 16 15 14 13 12 11
21 22 23 24 25 26 27
48 47 46 45 44 43 42 41
31 32 33 34 35 36 37
Pemeriksaan Penunjang
Radiologi tdl
Darah tdl
Patologi Anatomi tdl
Mikrobiologi tdl
Diagnosis
D/ Ulser traumatik at regio superior dan inferior
dextra
Scalloped tongue at regio posterior lingual deksra
sinistra
Cheek bitting at regio posterior sinistra dan
dekstra
Differential Dignosis
DD/ Stomatitis Aftosa minor Rekuren minor
Macroglosia
Linea Alba
Rencana Perawatan Dan Perawatan
7
- Pro OHI
- Aplikasi topikal povidine iodine 10%
- Pro resep R/ Aloclair gel tube No.I (per oral)
- Pro kontrol 2 minggu
Gambar 1.2 Gambaran Ulser pada bibir bagian atas kanan
Gambar 1.3 Gambaran Scalloped Tongue pada lidah kanan
dan kiri
8
Gambar 1.4. Cheek Bitting pada mukosa bukal kanan dan
kiri
LAPORAN KONTROL 1 MINGGU
Tanggal : 02 April 2012
Nama : Nn. DAPPS
No. RM : 2008-06545
Jenis kelamin : Perempuan
Usia : 25 tahun
Anamnesis
Pasien mengikuti instruksi dari operator dengan
menggunakan obat sariawan gel tiga kali sehari selama 7
hari. Pasien sebelumnya meminum obat untuk memperlancar
ASI dan baru baru inin pasien meminum multivitamin yang
mengandung vitamin B12 sesuai anjuran dokter anak.
Pemeriksaan Ekstra Oral
9
Kelenjar Limfe
Submandibula kiri : teraba +/-
lunak/kenyal/keras sakit +/-
kanan : teraba +/-
lunak/kenyal/keras sakit +/-
Submental kiri : teraba +/- lunak/kenyal/keras
sakit +/-
kanan : teraba +/-
lunak/kenyal/keras sakit +/-
Servikal kiri : teraba +/- lunak/kenyal/keras
sakit +/-
kanan : teraba +/-
lunak/kenyal/keras sakit +/-
Lain-lain -
Bibir TAK
Wajah Simetri/Asimetri
Sirkum Oral TAK
Lain-lain -
Pemeriksaan Intra Oral
Kebersihan MulutDebris Indeks Kalkulus Indeks OHI-S
160 0
110 1
260 0
160 0
110 0
260 0
Baik/sedang/buruk
460 0
311 0
360 0
460 0
312 0
360 0
Stain+/-
10
DI = 2/12
CI = 2/12 OHI-S = DI + CI = 4/12 =
0,33 baik
Gingiva TAK
Mukosa Bukal Masih terdapat teraan gigitan pada
mukosa kiri dan kanan
Mukosa Labial TAK
Palatum Durum TAK
Palatum mole TAK
Frenulum TAK
Lidah Masih terdapat teraan gigitan pada
lateral lidah bilateral dan
adanya lesi putih kemerahan
Dasar Mulut TAK
Hasil Pemeriksaan Penunjang
Tdl
Diagnosis
D/ Post traumatic ulser
Rencana Perawatan
Pro OHI
11
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
Traumatic Ulcer
Pendahuluan
Ulser merupakan suatu defek dalam epitelium
berupa lesi dangkal berbatas tegas serta lapisan
epidermis diatasnya menghilang (Greenberg, et al,
2003). Traumatic ulcer merupakan adalah lesi umum pada
rongga mulut, dapat disebabkan oleh gigi yang tajam
atau rusak, tambalan kasar, instrument dental,
tergigit, benda-benda tajam, and lain-lain. Ulser dapat
diakibatkan oleh kontak dengan gigi patah, cangkolan
gigi tiruan sebagian atau mukosa tergigit secara tak
sengaja. Luka bakar dari makanan dan minuman yang
terlalu panas umumnya terjadi pada palatum. Ulkus
13
traumatik lain disebabkan oleh cedera akibat kuku jari
yang mencukil-cukil mukosa mulut. Traumatic ulser akibat
trauma seperti terkena sikat gigi atau injeksi saat
anestesi lokal. Trauma akibat gigitan dan penyikatan
gigi yang salah, dapat menyebabkan robeknya mukosa dan
memperparah ulser yang sudah ada.
Traumatik ulser dapat terjadi pada semua usia dan
pada kedua jenis kelamin. Lokasinya biasanya pada
mukosa pipi, mukosa bibir, palatum, dan tepi perifer
lidah. Traumatik ulser dapat terjadi pada semua usia
dan pada kedua jenis kelamin. Traumatik ulser
disebabkan oleh trauma berupa bahan-bahan kimia, panas,
listrik, atau gaya mekanik. Trauma yang disebabkan
bahan kimia seperti kontak mukosa dengan obat seperti
aspirin, fenol,atau silver-nitrat. Trauma yang
disebabkan suhu seperti memakan makanan panas pun
dapat menimbulkan traumatic ulcer (Langlais & Miller,
2000; Cawson and Odell, 2002; Cunningham, 2002;
Tyldesley, 2003; Laskaris, 2006).
14
Patofisiologi
Pada awal lesi terdapat infiltrasi limfosit yang
diikuti oleh kerusakan epitel dan infiltrasi neutrofil
ke dalam jaringan. Sel mononuclear juga mengelilingi
perivaskular, tetapi vasculitis tidak terlihat.
Sehingga secara keseluruhan terlihat tidak spesifik
(Cawson dan Odell, 2002).
Perjalanan Traumatic Ulcer dimulai dari masa
prodromal selama 1-2 hari, berupa panas atau nyeri
setempat. Kemudian mukosa berubah menjadi makula
berwarna merah, yang dalam waktu singkat bagian
tengahnya berubah menjadi jaringan nekrotik dengan
epitelnya hilang sehingga terjadi lekukan da/ngkal.
Ulkus akan ditutupi oleh eksudat fibrin kekuningan yang
dapat bertahan selama 10-14 hari. Bila dasar ulkus
berubah warna menjadi merah muda tanpa eksudat fibrin,
menandakan lesi sedang memasuki tahap penyembuhan
(Pindborg, 1994).
Gambaran klinis
15
Gambaran klinis dari traumatic ulcer bervariasi
dalam ukuran dan bentuknya sesuai dengan penyebabnya.
Biasanya ulkus traumatikus mempunyai gambaran khas
berupa ulser tunggal dengan batas yang tidak teratur,
tampak sedikit cekung tidak ada indurasi, jika
dipalpasi merasa lunak dan sakit. Pada bagian tengah
ulser biasanya berwarna kuning-kelabu,dengan batas yang
tegas dan adanya membran fibrinopurulen. Sedangkan di
perifer lesi pada awalnya terdapat daerah eritematous,
kemudian perlahan-lahan warnanya menjadi lebih muda
karena proses keratinisasi (Field, 2003; Langlais dan
Miller, 2000). Rasa sakit pada ulser biasanya timbul
terutama saat memakan makanan yang panas, pedas, atau
asin. Mukosa yang rusak karena bahan kimia, seperti
terbakar oleh aspirin, lapisan epitel mukosanya menjadi
nekrosis dengan gambaran plak berwarna putih. Kemudian
epitel yang mengalami nekrosis ini mengelupas dan
meninggalkan daerah ulserasi. Oleh sebab itu ulkus
traumatikus yang disebabkan oleh bahan kimia bentuk
16
lesinya memiliki batas yang tidak jelas (Langlais dan
Miller, 2000).
Gambar 3.1 Ulcer disebabkan oleh fenol
(Laskaris, 2006)
Ulkus traumatikus biasanya sembuh dalam jangka
waktu 6 – 10 hari secara spontan maupun dengan
menghilangkan penyebabnya. Predileksi dapat pada lidah,
bibir, dan mukosa bukal. Diagnosis berdasarkan riwayat
dan gambaran klinisnya. Namun jika ulser ini masih
bertahan lebih dari 10 – 12 hari maka perlu dilakukan
pemeriksaan biopsi untuk mengetahui diagnosis pasti
dari ulser dan menghilangkan cancer (Scully, 2005;
Laskaris, 2006).
17
(a) (b)
Gambar 3.2 Traumatic ulcer pada bibir (a) dan lateral
lidah (b)
(Scuibba et al., 2002; Scully; 2006)
Histologi
Gambaran mikroskopik memperlihatkan area permukaan
ulserasi yang ditutupi oleh membran fibrinopurulen yang
terdiri dari campuran antara sel inflamasi akut dengan
fibrin. Epitel skuamosa bertingkat dari permukaan yang
berdekatan mungkin mengalami hyperplasia dan
18
menunjukkan area atipia skuamosa yang reaktif. Dasar
ulser terdiri dari proliferasi jaringan granulasi
dengan area edema dan terdapat infiltrasi sel inflamasi
yang akut dan kronik (Glen, 2009).
Differential diagnosis
Beberapa kelainan yang dapat dijadikan diagnosis
banding untuk tramatik ulcer antar lain:
1. Stomatitis apthous rekuren (SAR)
Stomatitis aphthous rekuren disebut juga aphtae,
ulserasi aftosa atau canker sores. Stomatitis aphtous
rekuren ditandai dengan ulser yang rekuren pada mukosa
oral pasien yang tidak memiliki gejala penyakit lain.
Ulser atau ulkus adalah suatu luka terbuka dari kulit
atau jaringan mukosa yang memperlihatkan disintegrasi
dan nekrosis jaringan sedikit demi sedikit. Ulser
meluas sampai lapisan basal dari epitel, dan dapat
terjadi pembentukan jaringan parut mengikuti proses
19
penyembuhannya. Lesi stomatitis aphtous dapat muncul
secara berulang baik sebagai ulkus tunggal ataupun
ulkus yang lebih dari satu, sering terjadi pada mukosa
mulut yang tidak berkeratin, pada palatum lunak, mukosa
bukal, dasar mulut dan lidah (Greenberg, et al, 2003;
Langlais, R.P. 2000).
Faktor yang berperan pada timbulnya lesi SAR antara
lain herediter, infeksi bakteri dan virus, psikologis
atau emosi, reaksi hipersensitivitas atau alergi,
hormonal, defisiensi Fe, asam folat, dan gangguan
system imun. Berdasarkan gambaran klinisnya SAR
memiliki tiga macam tipe, yaitu:
Tabel diatas menunjukan karakteristik tipe SAR
(Porter,2000)
20
Minor apthous ulcer
Sering terjadi pada penderita usia 10 – 40 tahun
dengan gejala yang minimal. Ulser ini berukuran kecil,
berbentuk bulat atau oval dengan diameter 2 - 4 mm.
biasanya terjadi pada mukosa bukal, mukosa labial,
dasar mulut, bibir, lidah dan jarang terjadi pada
daerah yang berkeratin seperti palatum atau dorsum
lidah. Ulser ini biasanya berwarna abu-abu kekuning
kuningan yang dikelilingi oleh daerah eritem. Ulser
biasanya sembuh dalam 10 hari dengan atau tanpa
meninggalkan jaringan parut (Scully, 2005).
Major apthous ulcer
Ulser ini memiliki masa rekuren yang lebih sering
daripada tipe minor, lebih sakit dan berukuran lebih
besar, biasanya berdiameter > 1 cm dan dikelilingi oleh
derah eritem. Sering ditemukan di area mana saja dalam
rongga mulut, termasuk mukosa berkeratin. Ulser ini
sembuh dalam jangka waktu 10 – 40 hari dan sering
meninggalkan jaringan parut (Scully, 2005).
21
Gambar 3.4 Minor apthous ulcer (kiri) dan major
apthous ulcer (kanan) (Scully; 2006)
Herpetiform ulceration
Ulser multiple dengan ukuran kecil, biasanya 1 – 2
mm dan lebih sering terjadi pada wanita. Ulser ini
terasa sangat sakit dan sering berulang, bisa terjadi
di area manapun. Di dalam rongga mulut termasuk mukosa
berkeratin. Ukuran ulser ini bisa bertambah besar
sehingga antar ulser dapat terjadi penggabungan.
22
Biasanya ulser ini sembuh dalam waktu 10 hari atau
lebih (Scully, 2005).
Gambar 3.5 Herpetiform ulceration
(http://quizlet.com)
2. Behcet’s Syndrome
Syndrome ini ditandai dengan adanya ulser pada 3
daerah yaitu mata, rongga mulut dan kelamin. Pada tahap
perkembangan selanjutnya dapat dijumpai lesi dikulit,
arthritis sendi-sendi besar, ulserasi gastrointestinal,
dan thromboplebitis. Penyebab penyakit ini dicurigai
adalah reaksi hipersensitivitas lambat yang kemungkinan
menyangkut antigen – antigen HLA, komplek imunitas dan
vakulitis (Langlais, 2000).
23
Manifestasi mata dari sindrom ini meliputi uveitis,
retinal vaskulitis, iritis dengan hypopyon, optic atropi,
keratitis dan konjungtivis, sedangkan pada kulit ditandai
dengan adanya folikulitis, nodul – nodul subkutan atau
lepuh yang macula atau papula, bervesikel dan
berulserasi. Pada alat genital dapat dijumpai ulser
pada scrotum dan labia (Greenberg, 2003;Laskaris 2006).
Ulser pada rongga mulut merupakan lesi yang sering
dijumpai pada sindrom ini. Satu atau sekelompok ulkus
mirip apthous bisa terdapat pada area manapun di rongga
mulut, namun yang khas adalah pada mukosa bibir atau
pipi. Ulsernya berbantuk oval, rata, dangkal dan ukuran
bervariasi (Langlais, 2000).
Gambar 3.6 Behcet’s syndrome di rongga mulut
(Laskaris;2006)
24
3. Eosinophilic ulcer
Disebut juga dengan traumatic ulcerative granuloma
disertai eosinofilia. Ulser ini kemungkinan disebabkan
oleh trauma, termasuk yang jarang terjadi, bisa sembuh
dengan sendirinya dan bersifat jinak. Secara klinis
ulser ini memiliki permukaan yang irregular,ditutupi
oleh pseudomembran berwarna putih kekuningan dengan
batas pinggir yang sedikit menonjol. Ulser bisa berupa
ulser tunggal atau multiple (Laskaris, 2006).
Gambar 3.7 Eosinophilic ulcer pada bibir bawah
(Laskaris; 2006)
4. Infeksi HSV
25
Secara klinis infeksi HSV mirip dengan SAR tipe
herpetiform. Infeksi HSV diawali dengan adanya lesi
vesikel, disertai dengan keluhan sakit, rasa terbakar,
gatal, dan bisa melibatkan mukosa berkeratin. Hal ini
yang membedakan infeksi HSV dengan SAR, karenaSAR hanya
terjadi pada mukosa tanpa keratin (Langlais, 2000).
Gambar 3.8 Infeksi HSV pada bibir bawah (Greenberg,
2003)
Diagnosis lesi herpes simpleks dengan SAR tipe
herpetiformis seringkali mengalami kesulitan, karena
kedua lesi ini mempunyai beberapa karakteristik yang
mirip. Penegakkan
diagnosis yang tepat sangat penting untuk menentukan
perawatan selanjutnya yang berbeda satu sama lain.
Selain itu, pasien dengan infeksi virus biasanya
26
mengalami didahului dengan gejala prodromal atau flu
like syndrome seperti demam dan malaise.
Terapi Traumatic Ulcer
Terapi trumatik ulser berupa terapi kausatif dengan
menghilangkan faktor etiologi atau penyebab (trauma)
dan tergantung pada ukuran, lamanya, dan lokasi lesi..
Terapi simptomatik pasien dengan traumatik ulser yaitu
dengan pemberian obat kumur antiseptik seperti povidon
iodine 1 % , chlorhexidine gluconat 0,2 %. Pemberian
antibiotik seperti penicilin diberikan untuk mencegah
infeksi sekunder, khususnya jika lesi dalam dan parah,
namun hal ini jarang dilakukan (Glen, 2009).
Terapi suportif dapat berupa dengan mengkonsumsi
makanan lunak. Jika lesi benar-benar trauma, maka ulser
akan sembuh dalam waktu 7-10 hari. Pendapat lain
mengatakan bahwa setelah pengaruh traumatik hilang,
ulser akan sembuh dalam waktu 2 minggu. Setiap ulser
yang menetap melebihi waktu ini, maka harus dibiopsi
untuk menentukan apakah ulser tersebut merupakan
27
karsinoma (Lewis & Lamey , 1998; Langlais & Miller,
2000).
Selain itu pasien dengan keluhan traumatic ulcer dapat
diterapi dengan:
a} Anestesi local seperti: · benzydamine HCl
0,15 %, dikumur sebanyak 15 ml selama 60
detik dan dilakukan 2 x sehari, maksimal
pemakaian selama 7 hari (Kosterman, 2006,
MIMS,2009),· viscous lidocain 2 % dan
dipenhydramine yang dikumur 1 sendok
makan,digunakan sebelum makan atau pada saat
sakit (Cunningham, 2002; Langlais, 2000).
b} Steroid topical seperti triamcinolone
acetonide 0,1 % yang dioleskan tipis pada
ulcer dan dipakai 2 x sehari, sesudah makan
dan sebelum tidur (Laskaris, 2006; MIMS,
2009).
c} Jika traumatic ulcer bersifat kronis dan
sangat sakit, penderita bisa diberikan
28
prednisone 15 – 20 mg dalam jangka waktu 4 –
6 hari (Laskaris, 2005).
Scalloped Tongue
Scalloped tongue adalah suatu keadaan yang umum
ditandai oleh lekukan-lekukan pada tepi lateral lidah.
Keadaan tersebut biasanya bilateral atau bisa juga
unilateral atau terisolasi pada daerah dimana lidah
berkontak erat dengan gigi-gigi. Tekanan abnormal dari
gigi-gigi pada lidah membentuk pola-pola tertentu,
yang tampak sebagai oval-oval cekung yang dibatasi tepi
seperti kerang yang putih dan menimbul. Penyebabnya
meliputi keadaan yang menyebabkan tekanan yang abnormal
pada lidah seperti gerakan gesek dari lidah pada gigi,
dan diastema, kebiasaan menjulurkan lidah, menghisap
lidah , clenching, atau lidah yang membesar. Crenated
tongue dapat dijumpai pada keadaan kelainan sendi
temporomandibular, keadaan sistemik seperti akromegali,
dan amiloidosis serta kelainan-kelainan genetik seperti
down syndrome dan juga pada pasien yang normal. Keadaan
tersebut sama sekali tidak berbahaya dan tanpa gejala.
Perawatan seringkali diarahkan untuk menghilangkan
kebiasaan (Langlais, 2000).
29
Cheek Bitting atau Habitual Bitting
Lesi ini timbul oleh karena kebiasaan menyedot
pipi dan dapat merupakan manifestasi dari stress.
Gambaran klinisnya hampir sama dengan linea alba,
berupa bercak putih pada mukosa bukal. Biasanya
disertai dengan adanya ulser berupa bercak putih yang
lebih pucat dibandingkan dengan jaringan sekitarnya,
tidak menyebar dan kadang terjadi infeksi sekunder.
Diperlukan perawatan denagn antiseptik yang diulas dan
obat kumur(Langlais, 2000).
30
BAB IV
PEMBAHASAN
Pada kunjungan pertama, pasien mengeluh adanya
sariawan di bagian dalam bibir kanan atas sejak 2
hari yang lalu. Terasa sakit ketika tersenyum dan saat
bangun tidur. Untuk sariawannya ini pasien tidak
memberikan obat apa-apa.
Pada pasien ini ditegakkan diagnosa Traumatic
ulcer karena pasien terbentur oleh mainan anaknya.
Traumatic ulcer mempunyai gambaran khas berupa ulser
tunggal dengan batas yang tidak teratur, tampak sedikit
cekung ,pada bagian tengah ulser biasanya berwarna
kuning-kelabu, dengan batas yang tegas dan
disekeliling lesi terdapat daerah eritematous Terapi
31
yang diberikan kepada pasien ini adalah topikal
povidone iodine solution (10%) dan Aloclair gel.
Tujuh belas hari kemudian pasien datang lagi untuk
kontrol. Sudah tidak ada keluhan pada pasien dan pasien
merasa bibirnya sudah tidak sakit lagi, dan sudah tidak
ada bekas ulser. Pada pasien ini diinstruksikan untuk
menjaga oral hygiene dan asupan makanan bergizi yang
cukup agar daya tahan tubuh pasien meningkat.
BAB V
KESIMPULAN
32
Pada pasien ini ditegakkan diagnosa Traumatic
ulcer. Terapi yang diberikan kepada pasien ini adalah
aplikasi topikal antiseptik (povidon iodine 10%) dan
Aloclair gel tube. Pada pasien ini diinstruksikan untuk
menjaga oral hygiene dan asupan makanan bergizi yang
cukup agar daya tahan tubuh pasien meningkat.
33
DAFTAR PUSTAKA
Cawson, R.A. ; E.W. Odell. 2002. Essentials of Oral Pathology
and Oral Medicine. 7th ed. Churchill Livingstone :
Edinburg.
Cunningham, SJ and FB Quinn. 2002. Ulcerative Lesions Of The
Oral Cavity. Available at
http://www.dentalgain.org/index.html
Field, A and L. Longman. 2003. Tyldesley's Oral Medicine. 5th ed.
Oxford University Press
Greenberg, M.S and Michael Glick. 2003. Burket’s Oral
Medicine : Diagnosis and Treatment. Spanyol : BC Decker
Inc.
Houston, Glen. 2009. Traumatic Ulcers. Available at
http://www.eMedicine.com
Langlais RP, Miller CS. Atlas Berwarna Kelainan Rongga Mulut
yang Lazim. Alih bahasa. Susetyo, Budi. Jakarta:
Hipokrates.
Lesi Rongga Mulut. 2009. Available at
http://choybuccuq.blogspot.com/2009/02
Laskaris, George. 2006. Color Atlas of Oral Disease: second
edition. New York : Thieme.
34
Lewis, M. A. O. dan Lamey, P. J. 1998. Tinjaun Klinis
Penyakit Mulut. Widya Medika : Jakarta.
Porter,s.r. Annehegarty, Fotini Kaliakatsou,
Tima.Hodgson, dan Crispianscully. Recurrent
Aphthous Stomatitis. 2000. Elsevier. America, New
York.
Pindborg,J.J. 1994. Atlas Penyakit Mukosa Mulut. Alih Bahasa
oleh K. Wangsaraharja. Jakarta : Bina Aksara.
Scully, C dan Felix, D. H. 2005. Aphthous and other
common ulcers. British Dental Journal Vol: 190, No.5,
hal: 259-264.
Http://www.quizlet.com
35