BAB I
BAB IPENDAHULUAN
Rinitis vasomotor adalah rhinitis kronik yang dicirikan dengan
episode bersin-bersin yang hilang timbul, rinore dan kongesti
pembuluh darah dari membrane mukosa nasal. Ada respon
hipersensitifitas terhadap rangsangan seperti udara yang kering,
polusi udara, makanan yang pedas, alcohol, emosi yang kuat dan
beberapa pengobatan. Setiap bahan yag ada dalam udara seperti
debu-debuan dan bulu binatang dapat menganggu orang menderita
rhinitis vasomotor meskipun mereka tidak alergi terhadap
bahan-bahan ini. 1Orang dengan rhinitis vasomotor sangat sensitive
terhadap iritasi dan akan mengalami gejala nasal yang signifikan
bahkan ketika mereka terpapar dengan iritan yang berkonsentrasi
rendah sehingga rhinitis vasomotor terlihat melebih lebihkan respon
nasal normal terhadap iritasi, terjadi pada seberapa besar paparan,
yang tidak menganggu sebagian besar orang. 1Pasien dengan rhinitis
vasomotor dapat dibagi menjdi 2 kelompok besar yaitu runners yang
mengalami rinore basah dan drydengan gejala utama kongesti nasal
dan block jalan nafas dengan rinore minimal. Reaksi ini dapat
dipicu oleh rangsangan iritan non spesifik seperti udara yang
dingin, parfum, uap cat dan asap rokok. Pasien dengan rinore
(kadang-kadang disebut dengan rhinitis kolinergik) tampak memiliki
aktivitas sekretorik glandula kolinergik yang meningkat, karena
atropine secara efektif mengurangi sekresinya.1Apapun mekanisme
causalnya, beragam sindrom rhinitis mengakibatkan morbiditas yang
signifikasi di United States. National Rhinitis Clasification Task
Force menyimpulkan bahwa 17 juta masyarakat Amerika memiliki
rhinitis non alergik. Laporan dari Agency for HealthCare Research
and Quality (AHRQ) memperkirakan bahwa 20-40 juta masyarakat
Amerika memiliki rhinitis alergi, menjadikannya sebagai penyakit
kronik ke 6 yang sangat sering terjadi.2AHRQ tidak menemukan
penelitian prospektif dalam literature yang secara tegas membedakan
rhinitis alergi dari rhinitis non alergi. Pembuatan diagnosis yang
spesifik sangat penting jika pengobatannya sangat bervariasi dari
kedua kondisi ini. Karena adanya penyilangan dalam pengobatan,
adanya perbedaan sangat signifikan. Ketika memperhatikan kontrol
lingkungan dan pemberian anti histamine oral juga imunoterapi yang
telah terbukti bermanfaat hanya mengobati rhinitis alergi. Karena
asma dan sinusitis juga berhubungan dengan rhinitis alergi dan juga
literature yang sedang berkembang menunjukkan peningkatan
efektifitas dari steroid intra nasal lebih tinggi dari anti
histamine oral dalam penatalaksaan rhinitis alergi, maka sangat
berguna menegakkan diagnosis yang lebih spesifik melalui uji
diagnostic.2BAB II
LAPORAN KASUS
Nama:Tn. RSAgama: IslamUmur:43 tahunPekerjaan: IRTJenis
Kelamin:Laki-lakiStatus Perkawinan: menikahAnamnesis
Keluhan Utama : Hidung tersumbat
Anamnesis Terpimpin :
Pasien datang dengan keluhan hidung tersumbat yang sudah dialami
sejak 2 bulan yang lalu, namun memberat 2 minggu yang lalu. Hidung
tersumbat kadang dirasakan bergantian kanan dan kiri. Keluhan ini
hilang timbul dan paling sering timbul pada waktu pagi hari dan
keluhan berkurang pada waktu siang hari. Pasien juga mengeluh
keluar cairan jernih dari hidung terus menerus, terutama saat
berbaring, keadaan ini dirasakan pasien sejak 2 bulan yang lalu,
bau (-). Bersin-bersin ada tapi tidak sering frekuensi 4 kali
setiap pagi, gatal pada hidung (+) jarang, tenggorok (-), gatal
pada daerah mata (-). Pasien juga mengeluh jika terkena debu
keluhannya timbul, alergi makanan (-).
Riwayat penyakit dahulu : tidak pernah mengalami keluhan ini
sebelumnyaRiwayat kebiasaan : -
Riwayat keluarga : riwayat atopi tidak adaRiwayat pengobatan :
-
PEMERIKSAAN FISIK
PEMERIKSAAN TELINGA
KananKiri
Daun Telinga
Bentuk:Normal
Normal
Ukuran:Normal
Normal
Sikatriks:tidak ada
tidak ada
Infeksi:Tidak ada
tidak ada
Tumor:Tidak ada
tidak ada
Depan Telinga
Abses/Fistel:tidak ada
tidak ada
Sikatriks:tidak ada
tidak ada
Nyeri Tekan:tidak ada
tidak ada
Belakang Telinga
Abses/Fistel:tidak ada
tidak ada
Sikatriks:tidak ada
tidak ada
Nyeri Tekan:tidak ada
tidak ada
Liang Telinga
:lapang
lapang
Edema :tidak ada
tidak ada
Serumen :tidak ada
tidak ada
Membran tympani:intak
intak
Hiperemis:tidak ada
tidak ada
Warna :putih
putih
Perforasi :tidak ada
tidak ada
Refleks Cahaya:(+)/lengkap posisi jam 5 (+)/lengkap posisi jam
7PEMERIKSAAN HIDUNG
kanankiri
Bagian luar hidung
Bentuk:normal
normal
Kelainan kulit:tidak ada
tidak ada
nares anterior :normal
normal
Rhinoskopi Anterior
Cavum nasi :sempit
lapang
Dasar rongga hidung
Sekret (sifat):(-)
(-)
Edema/polip:(-)
(-)
Dinding lateral
Konka inferior:
Permukaan:tidak rata
licin
Warna :merah gelap
merah mudaSekret (sifat):(-)
(-)
Ukuran:hipertofi
edema (-)
Konka Media:
Permukaan:tidak rata
licin
Warna :merah gelap
merah mudaSekret (sifat):(-)
(-)Ukuran:hipertrofi
edema (-)
Septum nasi
KananKiri
Warna :merah muda merah mudaPermukaan (Deviasi):(-)(-)
Edema (hipertrofi):hipertrofi(-)
Ekskoriasi:(-)(-)
Perforasi:(-)(-)
Rhinoskopi posterior : tidak dilakukan
Sinus paranasalis:nyeri tekan (-)
Transiluminasi:tidak dilakukanPEMERIKSAAN GIGI, MULUT,
KERONGKONGAN, TENGGOROKAN
Mulut
Abses/Fistel:tidak ada
Sikatriks :tidak ada
Nyeri Tekan:tidak ada
Gigi
Karies:tidak adaAbses:tidak ada
Gusi:pembengkakan (-)
TenggorokanOrofaring
Dinding dorsal
Permukaan:licin
Granula:(+)
Deformitas:tidak ada
Dinding Lateral
Lateral band:hiperemis -/-
Deformitas:tidak ada
Isthmus Fauceum: normal/normal
Arcus Posterior:normal/normalTonsil
Warna:hiperemis (-)
hiperemis (-)Pembesaran:T1
T3
Detritus:tidak ada
tidak ada
Kripte:tidak ada
tidak ada
Perlengketan:tidak ada
tidak ada
Hipofaring:tidak diperiksa
Leher
Kelenjar limfe regional : KGB tidak teraba
Kelainan Lain :tidak ada
PEMERIKSAAN LABORATORIUM Darah: tidak dilakukan
Test alergi: tidak dilakukan
Bakteriologis: tidak dilakukan
Lain-lain: tidak dilakukanRESUMEKeluhan Utama : Pasien datang
dengan keluhan hidung tersumbat yang sudah dialami sejak 2 bulan
yang lalu. Hidung tersumbat kadang dirasakan bergantian kanan dan
kiri. Keluhan ini hilang timbul dan paling sering timbul pada saat
cuaca dingin dan malam hari. Pasien juga mengeluh keluar cairan
jernih dari hidung terus menerus, terutama saat berbaring, keadaan
ini dirasakan pasien sejak 3 bulan yang lalu, bau (-).
Bersin-bersin ada tapi tidak sering. Pasien juga mengeluh jika
terkena debu keluhannya timbul, alergi makanan (-). Penurunan
pendengaran dirasakan pasien akhir-akhir ini 1 bulan yang lalu.
Riwayat penyakit dahulu tidak pernah merasakan keluhan ini
sebelumnya, riwayat keluarga atopi (-). Pada pemeriksaan fisik
ditemukan kavum nasi yang sempit pada hidung kanan dengan konka
yang kongesti di hidung kanan dengan mukosa yang berwarna merah
tua, dan ditemukan T3 pada tonsil kiri
DIAGNOSA
Rhinitis kronik hipertopikans ec. Rinitis vasomor + Tonsil
hipertrofi sinistraDIAGNOSA BANDING
Rinitis alergi
PENGOBATAN
Loratadine 1x1
Metilprednisolone 2x1 Neurotropic 1x1ANJURAN
hindari faktor pencetus timbulnya penyakit
hindari tempat-tempat dengan kelembaban tinggi dan minum minuman
dingin
memakai pakaian yang cukup tebal saat udara dingin
olahraga teratur untuk meningkatkan kondisi badanBAB IIITINJAUAN
PUSTAKA
2.1 Anatomi HidungUntuk mengetahui penyakit dan kelainan pada
hidung, misalnya pada sumbatan hidung perlu diketahui dulu tentang
anatomi hidung. Hidung terbagi atas dua bagian yaitu hidung bagian
luar dan rongga hidung. Hidung bagian luar berbentuk piramid dengan
bagian-bagiannya dari atas kebawah yaitu pangkal hidung (bridge),
dorsum nasi, puncak hidung, ala nasi, kolumela dan lubang hidung
(nares anterior). Hidung luar dibentuk oleh kerangka tulang dan
tulang rawan yang dilapisi oleh kulit, jaringan ikat dan beberapa
otot kecil yang berfungsi untuk melebarkan dan menyempitkan rongga
hidung., Kerangka tulang terdiri dari: tulang hidung (os nasalis),
prosesus frontalis os maksila dan prosesus nasalis os frontalis.1
Kerangka tulang rawan dibentuk oleh sepasang kartilago nasalis
lateralis superior dan sepasang kartilago nasalis lateralis
inferior (disebut juga kartilago alar mayor), beberapa pasang
kartilago alar minor dan tepi anterior kartilago septum.3Kavum nasi
berbentuk terowongan, dipisahkan oleh septum nasi dibagian
tengahnya sehingga rongga hidung terbagi menjadi kavum nasi kanan
dan kiri. Pintu masuk kavum nasi bagian depan disebut nares
anterior dan bagian belakang disebut koana yang menghubungkan kavum
nasi dengan nasofaring.3Tiap kavum nasi memiliki 4 dinding, yaitu
dinding medial, lateral, inferior dan superior. Dinding medial
kavum nasi dibatasi oleh septum nasi, dinding lateral dibatasi oleh
konka nasalis dan meatus nasi, dinding inferior dibatasi oleh dasar
kavum nasi, dan dinding superior dibatasi oleh lamina
kribiformis.3Pada dinding lateral kavum nasi terdapat 4 konka
nasalis. Yang terbesar dan letaknya paling bawah adalah konka
inferior, kemudian konka lainya yang lebih kecil ukuranya antara
lain konka media, konka superior dan konka suprema.3Diantara
konka-konka tersebut terdapat rongga sempit yang disebut meatus.
Berdasarkan letak meatus, ada tiga meatus yaitu meatus inferior,
medius dan superior. Meatus inferior terletak diantara konka
inferior dengan rongga hidung. Pada meatus inferior terdapat muara
duktus nasolakrimalis. Meatus medius terletak diantara konka media
dan dinding lateral kavum nasi. Pada meatus ini terdapat bula
etmoid, prosesus unsinatus, hiatus semilunaris dan infundibulum
etmoid. Hiatus seminularis merupakan suatu celah sempit dimana
terdapat muara sinus frontal, sinus maksila dan sinus etmoid
anterior.3,4Bagian bawah kavum nasi divaskularisasi oleh cabang
a.maksilaris internal. Bagian depan hidung mendapat perdarahan dari
cabang a.fasialis. Pada bagian depan septum terdapat anastomosis
cabang-cabang a.sfenopalatina, a.etmoid anterior, a.labialis
superior dan a.palatina mayor, yang disebut pleksus Kiesselbach.
Pleksus ini letaknya superficial dan mudah cedera oleh trauma,
sehingga sering menjadi sumber epistaksis. Vena-vena hidung
bermuara ke v.oftalmika yang berubungan langsung dengan sinus
kavernosus. Vena-vena ini tidak memiliki katup, sehingga memudahkan
terjadinya penyebaran infeksi sampai ke intrakranial.3,4Hidung
diinervasi oleh cabang-cabang nervus trigeminus yaitu ramus
oftalmikus dan ramus maksilaris.32.2. Fisiologi Hidung
Hidung mempunyai beberapa fungsi yang sangat penting, antara
lain sebagai 1) jalan nafas, udara masuk melalui nares anterior
lalu naik setinggi konka media dan turun ke arah nasofaring. Pada
ekspirasi, udara masuk melalui koana dan mengikuti dan mengikuti
jalan yang sama yang dilalui udara inspirasi akan tetapi saat di
bagian anterior udara memecah, sebagian melalui nares anterior dan
sebagian lain kembali ke belakang membentuk pusaran dan bergabung
dengan aliran nasofaring. 2) Sebagai alat pengatur kondisi udara
(air conditioner), mengatur kelembaban udara dan suhu. 3) Sebagai
alat penyaring udara (filter), berguna untuk membersihkan udara
inspirasi dari debu dan bakteri. 4) Sebagai penghidu, partikel bau
dapat mencapai daerah ini dengan cara difusi dengan palut lendir
atau bila menarik nafas dengan kuat. 5) Untuk resonansi suara,
penting untuk kualitas suara pada waktu berbicara dan menyanyi. 6)
Ikut membantu proses bicara, hidung membantu proses pembentukan
kata-kata. 7) Refleks nasal, mukosa hidung merupakan reseptor
refleks yang berhubungan dengan saluran cerna, kardiovaskuler dan
pernapasan. Adanya kelainan pada hidung akan menyebabkan gangguan
terhadap fungsi hidung tersebut dan menimbulkan berbagai macam
gejala penyakit.32.3 Definisi
Rinitis vasomotor adalah suatu sindrom pada hidung dengan gejala
hidung tersumbat berulang disertai pengeluaran sekret yang encer
serta bersin-bersin. Penyebab yang pasti belum diketahui, tetapi
diduga akibat gangguan vasomotor pada hidung yaitu adanya gangguan
fisiologik pada lapisan mukosa hidung yang disebabkan oleh
meningkatnya aktivitas saraf parasimpatis terhadap saraf
simpatis.1,4,52.4 Patofisiologi 5,6
Etiologi pasti dari rinitis vasomotor belum diketahui dengan
pasti akan tetapi diperkirakan disebabkan oleh:
1. Adanya ketidakseimbangan sistem saraf otonom ( hipoaktif
sistem saraf simpatis)
Hal ini diakibatkan karena terjadinya aktifitas sistem saraf
parasimpatis yang lebih dominan dari pada aktifitas sistem saraf
simpatis, sehingga menimbulkan vasodilatasi pembuluh darah kecil di
mukosa hidung. Vasodilatasi ini akan menimbulkan gejala klinis yang
dominan, yang berupa hidung tersumbat. Mukosa hidung beserta
struktur yang ada didalamnya mempunyai fungsi untuk mempersiapkan
udara yang akan masuk kedalam paru-paru antara lain melembabkan,
menyaring, dan memanaskan udara. Semua ini dikontrol oleh
serat-serat saraf parasimpatis dan saraf simpatis.
2. Adanya trauma pada hidung (komplikasi akibat tindakan
pembedahan serta non pembedahan).
3. Neuropeptida
Zat-zat neuropeptida ini menyebabkan:
a. Disfungsi sistem saraf otonom dan saraf-saraf sensoris
Hal ini mengakibatkan gangguan pada saraf nosiseptif tipe C,
yang disebabkan oleh peningkatan ekspresi dari p-substance dan
calcitonin gene-related peptides. Terjadi peningkatan sekresi
kelenjar serta pengeluaran cairan plasma, di mana hal ini
dirangsang oleh adanya reflek dari sistem saraf parasimpatis yang
menyebabkan peningkatan sekresi kelenjar submukosa hidung.
b. Rinitis akibat iritasi kronis dari asap rokok
Hal ini diakibatkan oleh peningkatan ekspresi dari calcitonin
gene-related peptide, p-substance, vasoactive intestinal peptide
(VIP), neuropeptide tyrosine (NPY). NPY, senyawa peptida yang
terdiri dari 36 asam amino, merupakan zat vasokonstriktor yang
sering ditemukan bersamaan dengan noradrenalin pada serabut saraf
simpatis perifer. VIP, zat neurotransmiter yang bersifat
antikholinergik pada sistem traktus respiratorius, memberikan efek
bronkodilatasi dan vasodilatasi.c. Paparan ozone yang
berlebihan
Hal ini menyebabkan gangguan pada sel-sel epitel sehingga
terjadi peningkatan permeabilitas serta perangsangan terhadap
sel-sel inflamasi. Akibatnya, jika berlangsung lama akan
berlangsung proses proliferasi sel-sel epitel yang akan merangsang
peningkatan sekresi kelenjar.
4. Nitric Oxide (NO)
Zat ini menyebabkan nekrosis sehingga luas jaringan normal akan
berkurang. Hal ini diakibatkan adanya peningkatan ekspresi NO pada
epitel hidung, sehingga terjadi peningkatan kadar NO yang
persisten. Peningkatan kadar NO ini membuat sel-sel epitel
mengalami gangguan secara terus menerus ( penurunan kemampuan silia
mukosa hidung dalam menghalau partikel-partikel asing, meregangnya
epithel-junction mukosa hidung, diskontinuitas membran basalis),
serta terjadi perangsangan dari serat saraf aferen nervus
trigeminus, yang menyebabkan perangsangan reflek vaskular serta
sekresi kelenjar, hal ini menyebabkan timbulnya gejala dari rinitis
vasomotor. Untuk menurunkan kadar NO, sangat dipengaruhi oleh
jumlah reseptor NPY di dalam sirkulasi darah, dapat diberikan alfa
2 adrenoreseptor agonis yang diberikan secara intranasal.
Ada beberapa faktor yang diduga sebagai pencetus dari sindroma
ini, yaitu: 11. Faktor fisik ,seperti iritasi oleh asap rokok,
udara dingin, kelembaban udara yang tinggi, serta bebauan yang
menyengat.
2. Faktor endokrin, seperti kehamilan, masa pubertas, pemakaian
kontrasepsi oral, dan hipotiroidisme.
3. Faktor psikis, seperti rasa cemas, konflik jiwa dan
stress.
4. Obat-obatan yang menekan dan menghambat kerja saraf simpatis
antara lain: ergotamine, chlorpromazine, obat anti hipertensi dan
obat vasokonstriktor topical.
2.5 Diagnosis
Diagnosis penyakit ini ditegakkan berdasarkan anamnesa yang
lengkap dan pemeriksaan status lokalis (THT). Dari anamnesa dicari
faktor pencetusnya dan disingkirkan kemungkinan rinitis alergi.
Rinitis vasomotor menimbulkan gejala sumbatan pada hidung,
rinore dan bersin. Karena mekanisme terjadinya rinitis vasomotor
dipengaruhi oleh sistem saraf otonom, maka dapat dipahami mengapa
gangguan emosi sering ditemukan pada pasien rinitis dengan gejala
hidung tersumbat. Reaksi vasomotor selain disebabkan oleh disfungsi
sistem saraf otonom, dipengaruhi juga oleh faktor iritasi, fisik
dan endokrin. Penderita rinitis vasomotor umumnya menunjukkan
gambaran sensitivitas yang berlebihan terhadap iritasi, rangsangan
dingin atau perubahan kelembaban udara. Keluhan yang dominan pada
rinitis vasomotor ini adalah sumbatan pada hidung dan rinore yang
hebat. Keluhan bersin dan gatal tak begitu dominan pada kasus ini.
Jadi disini dapat disimpulkan bahwa gejala rinitis vasomotor dapat
berupa:
1. Hidung tersumbat pada salah satu sisi dan bergantian
tergantung pada posisi penderita (gejala ini yang paling
dominan).
2. Rinore yang bersifat serus atau mukus, kadang-kadang
jumlahnya agak banyak.
3. Bersin-bersin lebih jarang dibandingkan rinitis alergika
4. Gejala rinitis vasomotor ini dapat memburuk pada pagi hari
saat bangun tidur karena adanya perubahan suhu yang ekstrem, udara
yang lembab, dan karena adanya asap rokok.1,2,35Pemeriksaan
rinoskopi anterior tampak gambaran edema mukosa hidung, konka
berwarna merah gelap atau merah tua, permukaan konka licin atau
tidak rata. Pada rongga hidung terlihat adanya secret mukoid,
biasanya jumlahnya tidak banyak. Akan tetapi pada golongan rinore
tampak secret serosa yang jumlahnya sedikit lebih
banyak.3Pemeriksaan laboratorik tidak ada tes spesifik yang
tersedia untuk mendiagnosis rhinitis vasomotor. Dalam penelitian
atau dalam praktek rhinitis alergi dihilangkan sebagai penyebab
dari gejala melalui skin test konvensional atau melalui evaluasi
terhadap antibody IgE spesifik untuk mengetahui alergennya.
Berdasarkan Agency for HealthCare Research and Quality (AHRQ)
hasilnya adalah hanya sebagian kecil penelitian yang menunjukkan
bahwa serum IgE total dapat berguna sebagai alergi spesifik dalam
tes skin prick, yang lebih berguna daripada tes radioalergosorben
dalam menegakkan diagnosis rinitis alergi. Kurangnya sensitifitas
dan spesifisitas dari sitologi nasal serum IgE total dan jumlah
eosonofil darah perifer yang berguna dimasa lampau untuk membedakan
sindrom rinitis, sekarang membuat masalah dalam penggunaan klinis.
Tingkatan minimum dari test dibutuhkan untuk menegakkan atau
menyingkirkan diagnosis rhinitis vasomor belum ditetapkan dalam
literature.22.6 Penatalaksanaan
Pengobatan pada rinitis vasomotor bervariasi, tergantung pada
faktor penyebab dan gejala yang menonjol. Secara garis besar,
pengobatan dibagi dalam :31. Menghindari penyebab
2. Pengobatan simtomatis, dengan obat-obatan dekongestan oral,
diatermi, kauterisasi konka yang hipertofi dengan memakai larutan
AgNO3 25% atau triklor asetat pekat. Dapat juga diberikan
kortikosteroid topikal, dua kali sehari dengan dosis 100-200
mikrogram sehari. Dosis dapat ditingkatkan sampai 400 mikrogram
sehari. Hasilnya akan terlihat setelah pemakaian paling sedikit
selama 2 minggu. Saat ini terdapat kortikosteroid topical baru
dalam aqua seperti flutikason propionate dengan pemakaian cukup
satu kali sehari dengan dosis 200 mcg.3. Obat tetes hidung dan
spray akan menghasilkan perbaikan dalam gejala rhinitis vasomotor
karena kemampuanya untuk menyempitkan pembuluh darah. Walaupun
kadang-kadang digunakan, obat tetes hidung dan spray tetap
merupakan mengobatan yang berguna. Digunakan secara konsisten
obat-obatan ini dapat mengakibatkan pembengkakan berulang,
maksudnya jika sering dipakai maka akan menyebabakan ketergantungan
sehingga dapat menyebabkan kerusakan daripada perbaikan. Jangan
menggunakan obat-obatan ini lebih 2-3 hari dalam 1 minggu, gunakan
obat-obatan sebagai pengobatan terakhir ketika yang lainnya
gagal.7
Terapi 1. Rekomendasi terapi untuk rhinitis vasomotor 24.
Operasi, jika rhinitis tidak respons terhadap terapi obat, prosdur
pembedahan dapat dipertimbangkan. Beberapa prosedur yang dapat
dilakukan adalah:
Cryosurgery, berefek terhadap mukosa dan submukosa dan merupakan
prosedur yang bagus untuk kongesti, namun terkadang terjadi nasal
kongesti post operasi dalam jangka panjang dan terjadi kemungkinan
kerusakan pada septum nasal.
Vidian neuroctomy menggangu serabut saraf simpatis dan
parasimpatis di mukosa dan dapat mengurangi rhinore
Jika perubahan hipertofi kronik pada mukosa sejumlah prosedur
pembedahan dapat dilakukan, termasuk :
a. Katerisasi, dapat dilakukan dengan nitrat perat atau arus
listrik namun prosedur ini hanya berdampak pada mukosa. Cryosurgery
dapat dipertimbangkan karena prosedur ini dapat berdampak sampai di
submukosa
b. Reseksi submukosa pada tulang konkal. Merupakan prosedur yang
sulit dengan perdarahan postoperasi yang sangat banyak. Reseksi
inferior parsial atau total sangat berguna untuk kongesti nasal
tetapi dapat menyebabkan perdarahan post operasi dan adanya
kerak.22.7 Prognosis
Meskipun tidak ada agen tunggal yang secara keseluruhan efektif
dalam mengontrol berbagai gejala dari rhinitis vasomotor,
bukti-bukti yang ada menyokong aplikasi pada beberapa agen setelah
anamnesis dan pemeriksaan fisik. Terapi tambahan yang diberikan
AHRQ tidak ada dasar bukti yang kuat, tetapi dapat dicoba jika
pendekatan yang diakui gagal. Terapi ini termasuk dekongestan
topical, dekongestan oral, dan aplikasi local dari larutan nitrat
perak oleh seorang otolaringologis. Blok sfenopalatin jika
dilakukan oleh otolaringologis merupakan cadangan untuk pasien yang
serius yang tidak merespon terhadap intervensi lain dan yang selalu
berubah-ubah gejalanya.2BAB IVPEMBAHASAN
Rinitis vasomotor merupakan suatu sindrom pada hidung dengan
gejala hidung tersumbat berulang disertai pengeluaran sekret yang
encer serta bersin-bersin. Etiologi yang pasti belum diketahui,
tetapi diduga akibat gangguan fungsi vasomotor pada hidung yaitu
adanya gangguan fisiologik pada lapisan mukosa hidung yang
disebabkan oleh meningkatnya aktivitas saraf parasimpatis yang
dominan terhadap saraf simpatis. 1,4,5Saraf otonom mukosa hidung
berasal dari n.vidianus yang mengandung serat saraf simpatis dan
serat saraf parasimpatis. Rangsangan pada saraf parasimpatis
menyebabkan dilatasi pembuluh darah dalam konka serta meningkatkan
permeabilitas kapiler dan sekresi kelenjar. Sedangkan rangsangan
pada serat saraf simpatis menyebabkan efek sebaliknya. Pada
penderita rinitis vasomotor, mekanisme pengatur ini hiperaktif dan
cenderung saraf parasimpatis lebih aktif.3Pada kasus diatas
didapatkan penderita datang dengan keluhan pilek-pilek setiap pagi
hari bersifat encer dan bening, disertai hidung tersumbat pada satu
sisi bergantian kanan dan kiri, serta bersin-bersin. Hal ini sesuai
dengan kepustakaan yang menyebutkan bahwa gejala yang didapat pada
rinitis vasomotor ialah hidung tersumbat, bergantian kiri dan
kanan, tergantung pada posisi pasien, pengeluaran sekret atau
rinore yang mukus atau serus yang kadang-kadang agak banyak. Untuk
mengetahui gejala yang timbul pada rhinitis vasomotor perlu
diketahui terlebih dahulu apa yang dimaksud dengan siklus nasi,
yaitu kemampuan untuk dapat bernafas dengan tetap normal melalui
rongga hidung yang berubah-ubah luasnya.3Keluhan pilek dan hidung
tersumbat sebenarnya sudah dirasakan penderita sejak dua bulan yang
lalu dan memberat sejak dua minggu yang lalu. Keluhan ini biasanya
timbul pada waktu pagi hari, ketika bangun tidur dan keluhan
berkurang pada waktu siang hari. Hal ini sesuai dengan kepustakaan
yang menyebutkan bahwa gejala rinitis vasomotor dapat memburuk pada
pagi hari waktu bangun tidur oleh karena adanya perubahan suhu yang
ekstrim dan udara lembab. Perubahan hawa dingin sebagai trauma
fisik akan menyebabkan lymphocyte atau plasma cell melepaskan
mediator kimiawi yang secara farmakologik bersifat vasoaktif dengan
akibat vasodilatasi, meningkatnya permeabilitas pembuluh darah
kapiler, edema dan sekresi kelenjar seromucinous. Berdasarkan
gejala yang menonjol, kelainan ini dibagi dalam dua golongan, yaitu
golongan rinore (sneezers) dan golongan obstruksi (blockers).
Prognosis dari pengobatan golongan obsruksi lebih baik daripada
golongan rinore. Golongan rinore sangat mirip dengan rhinitis
alergika sehingga diperlukan anamnesis dan pemeriksaan fisik yang
teliti untuk memastikan diagnosanya.3Pada penderita ini terkadang
juga timbul bersin-bersin, terutama pada waktu pagi hari, frekuensi
rata-rata empat kali setiap pagi. Kelainan ini mempunyai gejala
yang mirip dengan rinitis alergika, tetapi pada rinitis vasomotor
gejala bersin-bersin lebih jarang, dan tidak disertai rasa gatal
pada mata, rongga hidung serta tenggorokan. Keluhan rasa gatal di
hidung, tenggorok, mata dan telinga disangkal oleh penderita.
Selain itu penderita juga tidak memiliki riwayat alergi.
Keluhan panas badan tidak ada, ini menyingkirkan kemungkinan
rinitis akut infeksiosa karena rinitis vasomotor bukan merupakan
radang yang disebabkan oleh bakteri ataupun virus sehingga tidak
menimbulkan tanda khas radang akut.
Keluhan nyeri pada sekitar wajah dan gangguan telinga disangkal
oleh penderita. Hal ini untuk menyingkirkan kemungkinan adanya
penyulit sinusitis paranasalis dan otitis media pada penderita
ini.
Ada beberapa factor pencetus yang diduga mempengaruhi
keseimbangan rhinitis vasomotor yaitu:1,3 Faktor fisik seperti
iritasi oleh asap rokok, udara dingin, kelembaban udara yang
tinggi, serta bebauan yang menyengat.. Faktor psikis, seperti rasa
cemas, konflik jiwa dan stress. Obat-obatan yang menekan dan
menghambat kerja saraf simpatis antara lain: ergotamine,
chlorpromazine, obat anti hipertensi dan obat vasokonstriktor
topikal.
Dari anamnesis terhadap penderita diatas didapatkan
faktor-faktor yang mempengaruhi adalah faktor fisik seperti udara
dingin, kelembaban udara yang tinggi, karena gejala hidung
tersumbat, pilek, dan bersin-bersin timbul pada pagi hari saat
udara dingin dan lembab. Dari riwayat pengobatan penderita tidak
ada penggunaan obat vasokonstriktor topikal dalam jangka waktu
lama. Hal ini menyingkirkan kemungkinan adanya rinitis
medikamentosa. Penderita juga tidak mempunyai riwayat hipertensi,
sehingga penggunaan obat-obat anti hipertensi yang bekerja menekan
dan menghambat kerja saraf simpatis bisa diabaikan. Faktor psikis
seperti rasa cemas dan tegang disangkal oleh penderita.3 Dari
pemeriksaan fisik menggunakan rinoskopi anterior ditemukan adanya
kavum nasi yang sempit pada hidung kanan, dengan konka yang
kongesti di hidung kanan dengan mukosa yang berwarna merah tua di
hidung kanan. Hal ini sesuai dengan tanda pada rinitis vasomotor
berupa edema mukosa hidung, konka berwarna merah gelap atau merah
tua (karakteristik), tetapi dapat pula pucat. Hal ini perlu
dibedakan dengan rhinitis alergi. Permukaan konka dapat licin atau
berbenjol-benjol (tidak rata).3Pemeriksaan laboratorik dilakukan
untuk menyingkirkan kemungkinan rhinitis alergi. Kadang-kadang
ditemukan eosinofil pada sekret hidung, akan tetapi dalam jumlah
sedikit. Tes kulit biasanya negatif, bila tes ini hasilnya positif,
biasanya hanya kebetulan. Diagnosis penyakit ini biasanya
ditegakkan berdasarkan anamnesis yang lengkap dan pemeriksaan fisik
status lokalis THT. Dari anamnesa dicari faktor pencetusnya dan
disingkirkan kemungkinan rinitis alergi.3Pengobatan pada rinitis
vasomotor bervariasi, tergantung pada faktor penyebab dan gejala
yang menonjol antara lain: menghindari penyebab, pengobatan
simptomatis dengan obat-obat dekongestan oral, diatermi,
kauterisasi konka yang hipertropi dengan memakai larutan AgNO3 25 %
atau triklorasetat pekat. Dapat juga diberikan kortikosteroid
topikal, misalnya budesonid, dua kali sehari dengan dosis 100-200
mikrogram sehari. Dosis dapat ditingkatkan sampai 400 mikrogram
sehari. Hasilnya akan terlihat setelah pemakaian paling sedikit
selama 2 minggu. Saat ini terdapat kortikosteroid topikal baru
dalam larutan aqua seperti flutikason propionat dengan pemakaian
cukup satu kali sehari dengan dosis 200 mcg. Operasi dengan cara
bedah beku, elektrokauter atau konkotomi konka inferior. Neurektomi
n.vidianus, yaitu dengan melakukan pemotongan pada n.vidianus, bila
dengan cara diatas tidak memberikan hasil. Operasi ini tidaklah
mudah, dapat menimbulkan komplikasi seperti sinusitis, diplopia,
buta, gangguan lakrimasi, neuralgia atau anestesi infraorbita dan
anestesis palatum.
Pada penderita ini diberikan Komunikasi Informasi dan Edukasi
(KIE) agar penderita menghindari faktor pencetus timbulnya
penyakit, menghindari tempat-tempat dengan kelembaban tinggi,
menghindari minum minuman dingin, memakai pakaian yang cukup tebal
saat udara dingin dan berolahraga secara teratur untuk meningkatkan
kondisi badan. Penderita mendapatkan pengobatan yaitu loratadine
1x1, metilprednisolone 2x1, neurotropic 1x1.BAB VKESIMPULANTelah
dilaporkan kasus penderita laki-laki, umur 43 tahun, datang dengan
keluhan hidung tersumbat yang lebih sering terjadi pada satu sisi
hidung secara bergantian yang berlangsung kurang lebih satu jam dan
gejala dirasakan membaik saat siang hari. Terkadang penderita juga
bersin-bersin, terutama pada waktu pagi hari setelah bangun tidur,
dengan frekuensi rata-rata empat kali tiap pagi. Keluhan rasa gatal
di hidung, tenggorok, mata dan telinga disangkal oleh penderita.
Penderita belum pernah berobat terkait dengan keluhannya ini.
Keluhan ini juga disertai dengan keluhan pilek-pilek yang
dirasakan sejak dua bulan yang lalu yang sifatnya hilang timbul
terjadi setiap pagi hari setelah bangun tidur dan keluhan berkurang
pada waktu siang hari, dengan konsistensi ingus encer dan berwarna
bening. Keluhan ini semakin memberat sejak dua minggu yang lalu
dengan betambah banyaknya ingus yang keluar sehingga membuat
penderita merasa tidak nyaman dan sedikit menganggu aktivitas
penderita.
Penderita tidak pernah menderita penyakit alergi, asma dan
menyangkal pernah mengalami stres, kecemasan, trauma dan operasi.
Tidak ada anggota keluarga yang menderita penyakit yang sama.
Dari pemeriksaan rinoskopi anterior didapatkan: hidung luar
kanan-kiri normal, cavum nasi kanan sempit, kiri lapang. Pada
pemeriksaan orofaring didapatkan T3 pada tonsil kiri.Dari anamnesis
dan pemeriksaan fisik didapatkan diagnosis kerja rinitis vasomotor
dan tonsil hipertrofi sinistra. Penatalaksanaan dengan terapi
simptomatis dan KIE agar penderita menghindari faktor pencetus
timbulnya penyakit, menghindari tempat-tempat dengan kelembaban
tinggi, menghindari minum minuman dingin, memakai pakaian yang
cukup tebal saat udara dingin dan berolahraga secara teratur untuk
meningkatkan kondisi badan.
Daftar Pustaka
1. Soepardi EA,Buku Ajar Telinga hidung Tenggorokan KL, Edisi
kelima, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia ,
Jakarta,2001.
2. Adams,Boies,Higler, Buku Ajar Penyakit THT,Edisi 6, Penerbit
Buku Kedokteran EGC,Jakarta,1997.
3. Vincent. Vasomotor Rhinitis (VMR) or Idiopatic Non Allergic
Rhinitis, Auckland Alergy Clinic, Januari 20034. Wheeler PW,
Wheeler SV. Vasomotor Rhinitis. American Family Physcians , Volume
72 number 6, 2005. Page 1057-1062
5. Rama Chrishnan VR. Pharmacotheraphy for Non Allergic
Rhinitis. Medscape Drugs Desease and Procedurs, 2013
6. More Daniel. Non Allergic Rhinitis. Health Allergic, 2014
7. Handley GH, Blount AC. Vasomotor Rhinitis a Common Cause of
Non Allergic Nasal Symptoms, Brookwood ENT Asosiates PAGE 13