KASUS TUTORIAL PROFESI JIWA Kasus I Tn. R adalah seorang ayah dengan 2 orang anak. Ia bekerja sebagai buruh serabutan karena sejak 3 bulan yang lalu mengalami kebangkrutan dan harus merelakan rumah dan harta yang dimilikinya disita oleh bank. Sejak saat itu Tn. R menjadi pemurung dan sering melamun dan menjadi malas makan. Istrinya sudah berusaha untuk menghiburnya tetapi Tn. R tidak menunjukkan kemajuan. Ketika dikaji lebih dalam oleh seorang perawat jiwa, Tn. R mengatakan bahwa ansietas yang dirasakan dari hari ke hari semakin sering, sering merasa berdebar-debar tidak menentu, pusing kepala, dan terkadang sampai sesak kalau sedang memikirkan nasibnya dan keluarganya. Ketika ditanyakan lebih lanjut Tn. R mengutarakan “Suster bagaimana jika saya sudah tidak dapat lagi menafkahi keluarga, tidak bisa lagi membiayai sekolah anak-anak”? “Saya merasa sangat malu dan merasa sudah tidak ada harganya lagi di mata keluarga dan teman-teman, banyak sekali cibiran dan ejekan yang diterima setelah saya bangkrut”. Learning Objective : 1. Mahasiswa dapat menjelaskan konsep ansietas, harga diri rendah situasional, kehilangan dan krisis 2. Mahasiswa dapat mengidentifikasi macam-macam ansietas
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
KASUS TUTORIAL PROFESI JIWA
Kasus I
Tn. R adalah seorang ayah dengan 2 orang anak. Ia bekerja sebagai buruh serabutan
karena sejak 3 bulan yang lalu mengalami kebangkrutan dan harus merelakan rumah
dan harta yang dimilikinya disita oleh bank. Sejak saat itu Tn. R menjadi pemurung
dan sering melamun dan menjadi malas makan. Istrinya sudah berusaha untuk
menghiburnya tetapi Tn. R tidak menunjukkan kemajuan. Ketika dikaji lebih dalam
oleh seorang perawat jiwa, Tn. R mengatakan bahwa ansietas yang dirasakan dari
hari ke hari semakin sering, sering merasa berdebar-debar tidak menentu, pusing
kepala, dan terkadang sampai sesak kalau sedang memikirkan nasibnya dan
keluarganya. Ketika ditanyakan lebih lanjut Tn. R mengutarakan “Suster bagaimana
jika saya sudah tidak dapat lagi menafkahi keluarga, tidak bisa lagi membiayai
sekolah anak-anak”? “Saya merasa sangat malu dan merasa sudah tidak ada harganya
lagi di mata keluarga dan teman-teman, banyak sekali cibiran dan ejekan yang
diterima setelah saya bangkrut”.
Learning Objective :
1. Mahasiswa dapat menjelaskan konsep ansietas, harga diri rendah situasional,
kehilangan dan krisis
2. Mahasiswa dapat mengidentifikasi macam-macam ansietas
3. Mahasiswa dapat menjelaskan hal-hal yang perlu dikaji pada klien dengan
ansietas, HDR situasional, kehilangan dan krisis
4. Mahasiswa dapat menyebutkan tanda dan gejala ansietas, HDR situasional,
kehilangan dan krisis
5. Mahasiswa dapat menentukan core problem dan membuat pohon masalah
untuk kasus diatas
6. Mahasiswa dapat menentukan masalah keperawatan yang muncul, diagnosa
keperawatan serta intervensi dari kasus diatas.
1. Konsep
a. Ansietas
Ansietas adalah reaksi emosional terhadap penilaian individu yang subyektif dan
dipengaruhi oleh alam bawah sadar serta tidak diketahui secara khusus
penyebabnya (Depkes, 2000).
b. Harga diri rendah situasional
Perasaan negatif terhadap diri sendiri, hilang kepercayaan diri, merasa gagal
dalam mencapai keinginan yang terjadi secara tiba-tiba karena peristiwa tertentu.
c. Kehilangan
Kehilangan adalah suatu keadaan individu yang berpisah dengan sesuatu yang
sebelumnya ada, kemudian menjadi tidak ada, baik terjadi sebagian atau
keseluruhan (Lambert dan Lambert,1985,h.35).
d. Krisis
Krisis adalah gangguan internal yang diakibatkan oleh suatu keadaan yang dapat
menimbulkan stress, dan dirasakan sebagai ancaman bagi individu.
Krisis terjadi jika seseorang mengalami hambatan dalam mencapai tujuan hidup
yang penting, dan tidak dapat diatasi dengan penggunaan metode pemecahan
masalah (koping) yang biasa digunakan.
2. Macam-macam ansietas
Ansietas ringan
Biasanya berhubungan dengan peristiwa dan ketegangan kehidupan sehari-hari.
Pada tingkat ini terjadi peningkatan lapang persepsi dan individu akan berhati-hati,
meningkatkan kewaspadaan dan meningkatkan pembelajaran untuk menghasilkan
2. Konsep diri (gambaran diri, identitas, peran, ideal diri, harga diri)
3. Hubungan sosial (orang yang berarti, peran serta kegiatan kelompok/
masyarakat, hambatan dalam berhubungan dengan orang lain)
4. Spiritual (nilai dan keyakinan, kegiatan ibadah)
- Status mental
- Mekanisme koping (adaptif dan maladaptif)
- Masalah psikososial dan lingkungan
- Pengetahuan yang kurang tentang penyakit jiwa, faktor presipitasi, koping,
sistem pendukung, penyakit fisik, obat-obatan dll
- Aspek medik (diagnosa medik, terapi medik)
- Daftar masalah keperawatan
c. Kehilangan
Faktor predisposisi : Genetik, kesehatan jasmani, kesehatan mental, pengalaman di
masa lalu, struktur kepribadian
Faktor presipitasi : stress, prilaku seperti menangis, marah dan putus asa.
Mekanisme koping : koping yang sering dipakai oleh individu dengan respon
kehilangan antara lain : denial, represi, intelektualisasi, regresi, disosiasi, supresi,
dan proyeksi.
d. Krisis
1. Peristiwa pencetus, termasuk kebutuhan yang tercantum oleh kejadian dan
gejala yang timbul.
a) Kehilangan orang yang dicintai, baik karena kematian maupun karena
perpisahan.
b) Kehilangan biopsikososial seperti : kehilangan salah satu bagian tubuh karena
operasi, sakit, kehilangan pekerjaan, kehilangan peran sosial, kehilangan
kemampuan melihat dan sebagainya.
c) Kehilangan milik pribadi misalnya : kehilangan harta benda, kehilangan
kewarganegaran, rumah kena gusur.
d) Ancaman kehilangan misalnya anggota keluarga yang sakit, perselisihan yang
hebat dengan pasangan hidup.
e) Ancaman – ancaman lain yang dapat diidentifikasi termasuk semua ancaman
terhadap pemenuhan kebutuhan.
2.Mengidentifikasi persepsi pasien terhadap kejadian
Persepsi terhadap kejadian yang menimbulkan krisis, termasuk pokok – pokok
pikiran dan ingatan yang berkaitan dengan kejadian tersebut.
a) Apa arti makna kejadian terhadap individu
b) Pengaruh kejadian terhadap masa depan
c) Apakah individu memandang kejadian tersebut secara realistis
d) Dengan siapa tinggal, apakah tinggal sendiri, dengan keluarga, dengan teman.
e) Apakah punya teman tempat mengeluh
f)Apakah bisa menceritakan masalah yang dihadapi bersama keluarga
g)Apakah ada orang atau lembaga yang dapat memberikan bantuan
h) Apakah mempunyai keterampilan menggantikan fungsi orang yang hilang
i) Perasaan diasingkan oleh lingkungan
j) Kadang – kadang menunjukkan gejala somatik
Data yang dikumpulkan berkaitan dengan koping individu tak efektif, sbb :
1. Mengungkapkan tentang kesulitan dengan stress kehidupan.
2. Perasaan tidak berdaya, kebingungan, putus asa.
3. Perasaan diasingkan oleh lingkungan.
4. Mengungkapkan ketidakmampuan mengatasi masalah atau meminta bantuan.
5. Mengungkapkan ketidakpastian terhadap pilihan – pilihan.
6. Mengungkapkan kurangnya dukungan dari orang yang berarti.
7. Ketidakmampuan memenuhi peran yang diharapkan.
8. Perasaan khawatir, ansietas.
9. Perubahan dalam partisipasi sosial.
10. Tidak mampu memenuhi kebutuhan dasar.
11. Tampak pasif, ekspresi wajah tegang.
12. Perhatian menurun.
4. Tanda dan Gejala
a. Ansietas
FisiologisPernapasan : nafas cepat, nafas pendek, tekanan pada dada, nafas dangkal, pembengkakan pada tenggorokan, sensasi tercekik, terengah-engah. Neuromuskular: refleks meningkat, reaksi kejutan, mata berkedip-kedip, insomnia, tremor, rigiditas, gelisah, wajah tegang, kelelahan umum, kaki goyah, gerakan yang janggal.Traktus urinarius: tidak dapat menahan kencing, sering berkemih.Kulit: berkeringat setempat (telapak tangan), gatal, rasa panas dan dingin pada kulit, wajah pucat, berkeringat seluruh tubuh.
Pendengaran : berdengung.
Psikologis Perilaku : gelisah, ketegangan fisik, tremor, gugup, bicara cepat, kurang koordinasi, cenderung mendapat cedera, menarik diri dari hubungan interpersonal, menghalangi, melarikan diri dari masalah, menghindar, hiperventilasi.Kognitif : perhatian terganggu, konsentrasi buruk, pelupa, salah dalam memberikan penilaian, bidang persepsi menurun, kreativitas menurun, produktivitas menurun, sangat waspada, kesadaran diri meningkat, kehilangan objektivitas, takut kehilangan control, takut pada gambaran visual, takut cedera atau kematian. Afektif : mudah terganggu, tidak sabar, gelisah, tegang, nervous, ketakutan, terror, gugup.
b. Harga diri rendah situasional
Mengejek dan mengkritik diri
Tidak berani manatap lawan bicara, lebih banyak menunduk
Bicara lambat dengan nada suara lemah
Merasa bersalah dan khawatir, menghukum atau menolak diri sendri
Mengalami gejala fisik , misalnya tekanan darah tinggi
Menunda keputusan dan sulit bergaul
Menarik diri dari realitas, cemas, panik, cemburu, curiga, halusinasi
detak jantung cepat, menangis, gelisah, dan tidak tahu hatus berbuat apa.
Fase Marah : Agresif, bicara kasar, menolak pengobatan, menuduh, muka merah,
nadi cepat, gelisah dan susah tidur.
Fase bargaining : mulai menerima dan memohon kepada Tuhan
Fase depresi : menarik diri, tidak mau bicara, merasa tidak berharga, menolak
makan, susah tidur, dan letih
d. Krisis
Perasaan tidak berdaya, kebingungan, depresi, menarik diri, keinginan merusak diri
sendiri atau orang lain, persaan diasingkan oleh orang lain, terkadang menunjukan
gejala somatik.
5. Core problem dan pohon masalah
Core problem : Ansietas sedang
Pohon masalah
Akibat Harga Diri Rendah Situasional
(Effect)
Masalah Utama
(Core Problem)
Penyebab
(Causa) Loss And Grief
6. Masalah keperawatan yang muncul, diagnosa dan intervensi kasus
Masalah keperawatan yang muncul
Ansietas
Harga diri rendah situasional
Kehilangan
Diagnosa : Ansietas
Intervensi kasus
Terapi Kemampuan S1 SP
Ansietas
Klien
Keluarga
1. Tujuan tindakan Melindungi pasien dari bahaya Membantu pasien agar mengalami situasi yang
membangkitkan cemas lebih sedikit Melatih pasien untuk beraktivitas sesuai yang
dijadwalkan sehari-hari Membantu pasien untuk mengalami penyembuhan
dari gejala cemas berat2. Tindakan keperawatan:
a. Lindungi pasien dari bahaya untuk merusak diri
b. Bantu pasien agar mengalami situasi yang membangkitkan cemas lebih sedikit
c. Latih pasien untuk beraktivitas sesuai yang dijadwalkan sehari-hari
d. Bantu pasien untuk mengalami penyembuhan dari gejala cemas berat
1. Tujuan Tindakan:a.Keluarga dapat terlibat dalam perawatan pasien baik
dirumah sakit maupun dirumahb. Kelu
arga dapat menjadi sistem pendukung yang efektif untuk pasien.
2. Tindakan keperawatan:a. Jelaskan masalah yang dialami pasien kepada anggota
keluargab. Jelaskan cara merawat pasien dengan kecemasan beratc. Latih keluarga dalam memberikan perawatan pada pasien
SP1
SP2
Terapi
Individu
Kemampuan Spesialis
1. Terapi Kognitifa. Evaluasi kemampuan pasien untuk SP 1b. Lakukan terapi individu dengan tehnik kognitif sesi
I (mengungkap pikiran otomatis) dan II (mengungkap alasan)
c. Evaluasi kemampuan di SP1d. Lakukan terapi inidividu tehnik kognitif sesi III
(tanggapan terhadap pikiran otomatis) dan IV (menuliskan pikiran otomatis)
e. Mengevaluasi kemampuan pasien yang dicapai pada SP2f. Melakukan terapi kognitif sesi V (penyelesaian masalah)
dan VI (manfaat tanggapan)g. Mengevaluasi kemampuan pasien untuk SP3h. Melakukan terapi kognitif sesi VII (Mengungkap hasil) i. Mengevaluasi kemampuan pasien untuk SP4j. Melakukan terapi kognitif sesi VIII (Catatan harian)
k. Lakukan terapi kognitif sesi IX (suport sistem)
SP
SP1
SP2
SP3
SP4SP5
Keluarga 2. Terapi Trianglea. Lakukan terapi keluarga tehnik triangle sesi I (identifikasi
perasaan) dan sesi II (Keluarga mengenal masalah pasien) b. Evaluasi kemampuan untuk SP 1 c. Lakukan terapi triangle sesi III (penyelesaian masalah) dan
sesi IV (evaluasi )
SP1SP2
Kasus II
Tn. A umur 35 tahun, status lajang, dari pengkajian yang dilakukan perawat I sejak 2
minggu terakhir klien sering jalan mondar- mandir , tampak gelisah , bicara
ngawur ,tertawa sendiri, menyendiri dan sulit tidur, kontak mata sedikit, bicara kasar.
Penampilan klien tidak rapi, rambut acak-acakan, kuku hitam. Klien mengatakan “
Suster saya mendengar suara – suara yang menyuruh bunuh diri”, “Saya merasa
tidak berguna , tidak berarti lagi, orang yang saya cintai menikah dengan orang lain
dan membuat saya patah hati”. Lebih lanjut klien mengatakan “ Pacar saya
meninggalkan saya karena saya miskin”.Tahun 2000 klien diPHK. Bila ada masalah
atau kesal klien sering melampiaskannya dengan membanting piring dan gelas,
setelah itu klien merasa puas. Klien merasa penyakitnya adalah diguna-guna orang
karena klien merasa ada temannya yang tidak suka dengan keberhasilannya. Klien
merasa mempunyai banyak perusahaan yang dikelolanya sehingga klien merasa ada
yang bersaing tidak sehat sehingga klien diguna-guna. Klien pernah dirawat di RSJ
pada tahun 2000
Learning Objective :
1. Mahasiswa dapat menjelaskan konsep halusinasi, harga diri rendah, isolasi
sosial, perilaku kekerasan, waham, defisit perawatan diri dan resiko bunuh
diri
2. Mahasiswa dapat menjelaskan hal-hal yang perlu dikaji pada klien dengan
halusinasi, harga diri rendah, isolasi sosial, perilaku kekerasan, waham,
defisit perawatan diri dan resiko bunuh diri
3. Mahasiswa dapat menyebutkan tanda dan gejala halusinasi, harga diri
rendah, isolasi sosial, perilaku kekerasan, waham, defisit perawatan diri
dan resiko bunuh diri
4. Mahasiswa dapat menentukan core problem dan membuat pohon masalah
untuk kasus diatas
5. Mahasiswa dapat menentukan masalah keperawatan yang muncul,
diagnosa keperawatan serta intervensi dari kasus diatas
1. Penjelasan Konsep
a. Halusinasi
Gangguan persepsi dimana individu merasakan adanya stimulus melalui panca
indera tanpa adanya rangsang nyata (Balitbang, 2007)
b. Harga diri rendah
Ide, pikiran, perasaan negative tentang diri. (Balitbang, 2007)
c. Isolasi sosial,
Suatu sikap di mana individu menghindari diri dari interaksi dengan orang
lain. Individu merasa sulit untuk berhubungan secara spontan dengan orang
lain, yang dimanifestasikan dengan sikap memisahkan diri, tidak ada
perhatian, dan tidak sanggup membagi pengamatan dengan orang lain
( Balitbang, 2007).
d. Perilaku Kekerasan
Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang melakukan
tindakan yang dapat membahayakan secara fisik baik terhadap diri sendiri,
orang lain maupun lingkungan. Hal tersebut dilakukan untuk mengungkapkan
perasaan kesal atau marah yang tidak konstruktif. (Stuart dan Sundeen, 1995).
e. Waham
Keyakinan terhadap sesuatu yang salah dan secara kukuh dipertahankan
walaupun tidak diyakini oleh orang lain dan bertentangan dengan realita
normal (Stuart dan Sundeen, 1998)
f. Defisit perawatan diri
Kondisi seseorang yang mengalami kelemahan kemampuan dalam melakukan
atau melengkapi akitivitas perawatan diri secara mandiri seperti mandi
(higiene), berpakaian atau berhias, makan, dan toileting. (Fitria,nita, 2009)
g. Resiko bunuh diri
Suatu keadaan dimana individu mengalami risiko untuk menyakiti diri sendiri
atau melakukan tindakan yang dapat mengancam nyawa. (Fitria,nita,2009)
2. Hal yang Perlu dikaji
Pada dasarnya standar pengkajian keperawatan jiwa terdiri dari pengkajian :
1. Identitas demografi klien
2. Faktor predisposisi
3. Faktor presipitasi
4. Mekanisme koping dan sumber koping
5. Perilaku yang terdiri dari pikiran, perasaan dan tindakan