BAB I PENDAHULUAN Pneumothorax adalah penumpukan dari udara yang bebas dalam dada diluar paru yang menyebabkan paru untuk mengempis. Spontaneous pneumothorax, juga dirujuk sebagai primary pneumothorax, terjadi pada ketidakhadiran dari luka trauma pada dada atau penyakit paru yang diketahui. Secondary (juga diistilahkan yang menyulitkan) pneumothorax terjadi sebagai akibat dari kondisi yang mendasarinya.Spontaneous pneumothorax mempengaruhi kira-kira 9,000 orang-orang setiap tahun di Amerika yang tidak mempunyai sejarah dari penyakit paru. Tipe dari pneumothorax ini adalah paling umum pada pria-pria yang berumur antara 20 dan 40 tahun, terutama pada pria-pria yang tinggi dan kurus. Merokok telah ditunjukan meningkatkan risiko untuk spontaneous pneumothorax.Spontaneous pneumothorax akan umumnya hilang dengan sendirinya tanpa perawatan. Secondary pneumothorax yang berhubungan dengan penyakit yang mendasarinya, bahkan ketika kecil, adalah jauh lebih serius dan membawa angka kematian sebesar 15%Angka kekambuhan untuk keduanya primary dan secondary pneumothorax adalah kira-kira 40%; kebanyakan kekambuhan terjadi dalam waktu 1.5 sampai dua tahun.
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
BAB I
PENDAHULUAN
Pneumothorax adalah penumpukan dari udara yang bebas dalam dada diluar paru
yang menyebabkan paru untuk mengempis. Spontaneous pneumothorax, juga dirujuk
sebagai primary pneumothorax, terjadi pada ketidakhadiran dari luka trauma pada dada
atau penyakit paru yang diketahui. Secondary (juga diistilahkan yang menyulitkan)
pneumothorax terjadi sebagai akibat dari kondisi yang mendasarinya.Spontaneous
pneumothorax mempengaruhi kira-kira 9,000 orang-orang setiap tahun di Amerika yang
tidak mempunyai sejarah dari penyakit paru. Tipe dari pneumothorax ini adalah paling
umum pada pria-pria yang berumur antara 20 dan 40 tahun, terutama pada pria-pria yang
tinggi dan kurus. Merokok telah ditunjukan meningkatkan risiko untuk spontaneous
pneumothorax.Spontaneous pneumothorax akan umumnya hilang dengan sendirinya
tanpa perawatan. Secondary pneumothorax yang berhubungan dengan penyakit yang
mendasarinya, bahkan ketika kecil, adalah jauh lebih serius dan membawa angka
kematian sebesar 15%Angka kekambuhan untuk keduanya primary dan secondary
pneumothorax adalah kira-kira 40%; kebanyakan kekambuhan terjadi dalam waktu 1.5
sampai dua tahun.
Laporan Kasus
Seorang bayi usia 4 hari mengalami ikterus sejak usia 2 hari, lahir spontan
ditolong bidan, dengan berat lahir 2200gram dan tidak langsung menangis. Pada
pemeriksaan fisik didapatkan berat 2100 gram, sadar, tidak panas, ikterus di wajah
sampai thoraks dan abdomen. Hasil pemeriksaan bilirubin total 16,5 mg/dl.
Identitas:
Nama : bayi X
Umur : 4 hari
Alamat : -
Identitas orang tua:
Nama Ayah : -
Alamat Ayah : -
Pekerjaan : -
Nama ibu : -
Pekerjaan ibu : -
Pekerjaan : -
Anamnesis:
Riwayat penyakit sekarang
- Ikterus sejak kapan?
- Demam?
-
Riwayat keluarga
- Riwayat DM ibu?
- Kelainan darah pada keluarga?
-
Riwayat pengobatan
- Ibu konsumsi obat selama kehamilan?
-
Riwayat penyakit ibu
Riwayat persalinan
Riwayat kelahiran
Riwayat ASI
- Kesulitan dalam pemberian asi?
- Rutin?
Pemeriksaan Fisik:
o Sesak pada saat inspirasi
o TB: 170 cm
o Tensi 150/90
o Nadi :100x/menit
o Suhu: 37,2 C
o RR: 32x/menit
o JVP: meningkat
o Trachea deviasi kekanan
Fisik Paru:
Nampak Asimetri
Kiri lebih cembung daripada yang kanan dan tertinggal saat pergerakan
nafas
Fremitus melemah
ICS melebar
Hipersonor dan suara nafas menghilang
Tidak terdengar rales atau mengi
Pemeriksaan Penunjang:
1. EKG:
QRS axis dan precordial gelombang T mirip IMA
2. Foto Thorax:
Trachea deviasi kearah kanan akibat dari desakan dari udara paru kiri
Gambaran lusen mengisi seluruh ruang paru kiri bahkan terdapat herniasi
kearah kontralateral sehingga gambaran jantung juga menghilang
Lengkungan diafragma kiri hamper menghilang dan letak rendah.
3. Pemeriksaan Penujang Tambahan:
Analisa Gas darah
CT-Scan
Endoskopi
BAB II
PEMBAHASAN
Pasien datang dengan keluhan utama sesak napas (dispnea) tiba-tiba terutama saat
tarik napas yang dirasakan makin lama makin berat, nyeri dada kiri yang seperti ditusuk,
dan rasa nyerinya tidak menjalar. Dari data ini, harus selalu diingat bahwa penanganan
yang baik selalu mempertahankan prinsip ABCDE selayaknya pada setiap kasus
kegawatdaruratan. Makah hal pertama yang dilakukan melakukan primary survey.
Primary survey secara berurutan adalah Airway, Breathing, Circulation, Pada
tahap airway diperhatikan jalan napasnya. Pada pasien ini yang mengalami sesak napas
tidak didapatkan adanya sumbatan jalan napas (airway). Ini dibuktikan dengan adanya
anamnesis dari dokter yang dapat dijawab dengan baik ditambah pasien masih sadar. Bila
mungkin tanyakan kembali pada pasien bila dia tersedak sesuatu atau tidak.
Kemudian dilakukan pemeriksaan tanda vital. Dari hasil didapat bahwa tekanan
darah dan nadi pasien tinggi. Tidak terdapat demam yang dapat menyingkirkan adanya
kemungkinan infeksi. Sedangkan dari RR yang tinggi hanya membuktikan bahwa ada
dispnea yang terjadi. Kesimpulannya pasien membutuhkan evaluasi dan penanganan
segera.
Dari anamnesis pasien mengaku sesak napas yang makin berat disertai nyeri dada
yang tajam dan tidak menjalar. Dari sini didapat kesimpulan :
1. Pasien mengalami hipoksemia berat
2. Nyeri dada yang dialami pasien bukanlah nyeri dada akibat penyakit
jantung namun kemungkinan akibat gangguan pada pleura.
Pada pasien, airwaynya aman, maka dokter harus memikirkan adanya gangguan
pada tahap breathing yakni gangguan ventilasi. Gangguan ventilasi harus dikelola dengan
benar. Namun sebelum itu keadaan fisik paru harus diperiksa. yang pertama inspeksi.
Inspeksi pada pasien ditemukan mulut pasien bernapas seperti ikan koi, artinya
pasien berusaha mengalami kesulitan pada pernapasannya dan berusaha memenuhi
kebutuhan oksigen pada tubuhnya. Yang kedua diperhatikan bahwa paru asimetri, dan
dada kiri lebih cembung dan tertinggal pada pergerakan napas. Karena tidak ada trauma,
maka kemungkinan pada pasien adalah pneumotoraks ataupun efusi pada paru kiri
dimana pergerakan napas tertinggal. Bila setiap inspirasi dada makin membesar artinya
terjadi tension peneumothorax. Perhatikan pula adanya deviasi trakea ke sisi kanan yang
menandakan adanya dorongan dari dalam rongga dada bagian kiri. Kemudian gerakan
otot-otot dada juga diperhatikan.
Pada palpasi didapat fremitus melemah dan ICS melebar. Ini menandakan bahwa
pada pasien kemungkinan pada paru parunya mengalami pengisian udara, konsolidasi
ataupun cairan pada rongga dada yang memperkuat adanya dugaan pneumotoraks
maupun efusi.
Pada auskultasi ditemukan suara napas menghilang dan hipersonor pada perkusi.
Hipersonor artinya ada penambahan udara pada rongga dada dan suara napas yang
menghilang juga sesuai pada pneumotoraks. Dari sisni disimpulkan bahwa ada udara
dengan jumlah melebihi normal yang mengisi rongga dada, dan kemungkinan rongga
dada isi cairan dapat dihindarkan. Kemudian tidak terdengar rales atau mengi. Yang
berarti ini bukan obstruksi pada jalan napas seperti pada asma. Pada tahap ini maka
primary survey sudah dilakukan tanpa adanya tahap D, E karena tidak ada masalah. Yang
mengalami masalah hanyalah A, B, dan C.
Setelah dilakukan pemeriksaan secara cepat maka selanjutnya didapat
kemungkinan terbesar bahwa pasien mengalami pneumothoraks. Untuk memperkuat
dilakukan EKG. Dari hasil EKG didapatkan QRS axis dan precordial T-wavenya berubah
mirip IMA yang khas pada pneumothoraks primer paru kiri. Satu hal yang lebih
memperkuat dugaan pneumotoraks pada paru kiri adalah pemeriksaan penunjang rontgen
thoraks AP.
Pada hasil rontgen didapatkan gambar dibawah ini :
Dari sini digambarkan bahwa ada :
Trachea deviasi kearah kanan akibat dari desakan dari udara paru kiri
Gambaran lusen mengisi seluruh ruang paru kiri bahkan terdapat herniasi
kearah kontralateral sehingga gambaran jantung juga menghilang
Lengkungan diafragma kiri hampir menghilang dan letak rendah.
Dari hasil pemeriksaan fisik, penunjang, di tambah anamnesis maka dapat
disimpulkan bahwa diagnosis pasien adalah pneumotoraks spontan primer sinistra .
Pneumothoraks pada kasus ini membutuhkan penanganan yang efisien dan segera
dengan prinsip sebagai berikut :
1. Observasi dan pemberian oksigen
2. Aspirasi sederhana dengan jarum dan pemasangan tube torakostomi (WSD)
3. Pleurodesis bila perlu
4. Torakoskopi
5. Torakotomi
Dibawah ini adalah penatalaksanaan pada pasien yang disertai dengan urutan tindakan
dan alat-alat yang diperlukan :
A.Terapi oksigen
Terapi Oksigen dilakukan bila pasien mengalami hipoksemia berat seperti pada
pasien ini. Tujuannya adalah mempertahankan saturasi oksigen pada darah pasien. Atau
mempertahankan PaO2 sebesar 0-70mmhg dengan kenaikan minimal pada PaCO2.
B. Aspirasi sederhana dengan jarum dan pemasangan tube torakostomi (termasuk
didalamnya WSD)
Tindakan ini bertujuan untuk mengeluarkan dada dari rongga pleura
(dekompresi). Dalam tokakostomi terlebih dahulu dilakukan insisi kulit pada ruang antar
iga ke 6 pada linea aksilaris media kemudian dilakukan prosedur Water Seal Drainage
( WSD) Venocath. Penjelasannya adalah sebagai berikut:
WSD dengan venocath digunakan dalam keadaan emergency pada pneumothorax
dan efusi leura massif. Bila dalam waktu 24 jam paru tidak mengembang atau venocath
terlipat maka harus diganti dengan WSD mini atau WDS besar.Adapun komplikasi WSD:
a. Perdarahan
b. Syok Neurogenik
c. Infeksi pasca tindakan bedah
d. Emfisema Subkutis
Persiapan:
1. Pasien
Penjelasan kepada pasien tentang tindakan yang akan
dilakukan(inform consent)
Foto Thorax PA/L
2. Alat
Venocath no.14 + bloodset
Cystofix atau kateter lain yang tidak mudah terlipat
Trocard + klateter sesuai ukuran trocard
Sarung tangan 1-2 buah
1. Pinset anatomis
2. Jarum jahit
3. Pisau
4. Benang
5. Klem arteri tumpul
6. Kain kasa
Semprit 5cc,1-2 buah
Injeksi Lidokain 2% untuk anastesi
Betadine dan alcohol
Plaster dan gunting
Botol WSD
Cara kerja:
1. WSD dengan venocath
a. Prosedurtindakan sama seperti dengan punksi pleura
b. Venocath dihubungkan dengan blood set lalu ujung
bloodset dimasukkan ke dalam botol WSD
c. Klem bloodset dibukia perhatikan undulasi pada
bloodset,lalu venocath difiksasi dengan kasa dan plaster.
Dari WSD ini diharapkan udara yang terdapt dirongga pleura dapat dikeluarkan dan paru
paru dapat mengembang kembali. Bila paru sudah mengembang WSD dapat
dicabut,untuk memastikannya dilakukan foto Rotgen seri selama 1-3 hari.Bila dirasa
belum cukup dapat dilakukan Pleurodosis yakni melekatkan kembali pleura sehingga
mengurangi kekambuhan dan pada Pleurodosis dapat ditambahkan derivate Tetrasiklin
untuk mengurangi kekambuhan 25% dari Pleurodosis biasa.
Prognosis
Ad sanationam : dubia ad bonam
Ad fungsionam : ad bonam
Ad vitam : ad bonam
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pneumotoraks
Pneumathoraks adalah keadaan terdapatnya udara atau gas didalam pleura
diantara lapisa pleura visceral dan parietal. Pada keadaan normal rongga antara pleura
tidak berisi udara, supaya paru-paru leluasa mengembang terhadap rongga dada.
Pneumotoraks terbagi menjadi :
A. Pneumotoraks Spontan :
Pneumotoraks spontan primer : adalah pneumotoraks yang terjadi tiba-tiba
tanpa adanya riwayat penyakit paru yang mendasari sebelumnya
Pneumotoraks spontan sekunder: pneumotoraks terjadi karena suatu
penyakit paru yang mendasarinya ( TBC,PPOK,Pneumonia)
B. Pneumotoraks Traumatik
Pneumotoraks traumatic adalah pneumotoraks yang terjadi akibat suatu
trauma, baik trauma penetrasi maupun bukan yang menyebabkan
robeknya pleura,dinding dada maupun paru.
Terbagi menjadi dua lagi yaitu Pneumotoraks traumatic bukan
iatrogenik dan Pneumotoraks traumatic iatrogenic.
Manifestasi Klinis :
Gejalanya sangat bervariasi, tergantung kepada jumlah udara yang masuk ke
dalam rongga pleura dan luasnya paru-paru yang mengalami kolaps (mengempis).
Gejalanya bisa berupa:
Nyeri dada tajam yang timbul secara tiba-tiba, dan semakin nyeri jika
penderita menarik nafas dalam atau terbatuk
Sesak nafas
Dada terasa sempit
Mudah lelah
Pasien Merasa cemas,tegang,stress (gelisah karena kurangnya oksigen
yang masuk)
Warna kulit menjadi kebiruan akibat kekurangan oksigen.
Gejala-gejala tersebut mungkin timbul pada saat istirahat atau tidur.
Pemeriksaan Fisik pada pasien :
Inspeksi: statis:Asimetris, bagian paru yang sakit tampak cembung. Dinamis :
bagian paru yang sakit tertinggal waktu inspirasi
Palpasi : sela iga melebar, femitus melemah
Perkusi : pada bagian paru yang terkena Hipersonor
Auskultasi : suara napas melemah atau kadang bisa sampai hilang
Pemeriksaan laboratorium yang biasa dilakukan pada pasien Pneumotoraks:
Foto Rontgen Thoraks PA dan lateral menunjukan gambaran :
- gambaran penguncupan paru yang halus
- bayangan radiolusen/avaskuler
- pendorongan mediastinum
- Air fluid Level
Analisis gas darah tapi jarang dilakukan
B. Tindakan Medik dan Keperawatan Pada Pneumotoraks
Pada kasus kegawatdaruratan pneumotoraks dapat dilakukan penatalaksanaan dengan
tujuan untuk live saving :
1. Mengeluarkan udara dari rongga pleura
2. Mengurangi kecendrungan untuk kambuh
Kemudian british thoracic society dan American College of Chest physicians
memberikan rekomendasi pengangan pneumotoraks :
1. Observasi dan pemberian tambahan Oksigen
2. Aspirasi sederhana dengan jarum dan pemasangan tube torakostomi dengan atau
tanpa pleurodesis
3. Torakoskopi dengan pleurodesis dan penanganan terhadap adanya bleb atau bulla
4. Torakotomi
A. Strategi Penanganan Kegawatdaruratan
Dibawah ini adalah tindakan medis yang berfokus pada pneumotoraks :
1. Lihat pasien : apa tampak distress ? Sakit ? Hampir kehilangan kesadaran?
Apakah ada dispnea ? Apakah dapat menjawab pertanyaan?