Page 1
KARYA TULIS ILMIAH
UJI AKTIVITAS DAYA HAMBAT EKSTRAK LIDAH BUAYA
( Aloe vera L. ) TERHADAP BAKTERI Klebsiella pneumoniae
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan pendidikai Diploma
Tiga Teknologi Laboratorium Medis STIKes Perintis Padang
Oleh :
WEDO ZUNDRI
1613453082
PROGRAM STUDI DIPLOMA TIGA TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIS
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN PERINTIS PADANG
PADANG
2020
Page 5
Ya allah.....
Terimakasih, atas nikmat dan rahmad-mu yang agung ini. Hari ini hamba
bahagia Sebuah perjalanan panjang dan gelap telah kau berikan, secerah
cahaya terang meskipun hari esok penuh teka-teki dan tanda tanya yang
aku sendiri belum tahu pasti jawabanya.
Aku sering tersandung, terjatuh, terluka, dan terkadang aku harus
menelan antara keringat dan air mata
Namun, kau membuat ku kuat dan menghilangkan rasa takut pada diriku,
aku takkan menyerah karena aku tak mau kalah, Aku akan terus
melangkah berusaha dan berdo’a tanpa mengenal putus asa.
Syukur alhamdulillah...
Kini aku tersenyum dalam iradat-mu
Kini ku mengerti kesabaran dalam penantian, sungguh tak kusangka ya
allah...
Kau menyimpan sejuta makna dan rahasia, sungguh sangat berarti untuk
ku, hikmah yang kau berikan pada ku
Kini, aku sampai pada waktuku !
Ornamen keraguaan itu terhapus sudah..
Untuk Ayah (Zulyadi), Ibu (Nirmahalisna)...
Engkau bagaikan langit senja yang berwarna jingga
Page 6
6
Sinarmu sedikit namun, terlihat begitu indah..
Cintamu berjalan bersama usiaku, terimakasih untuk kasih sayang yang
ku dapat setiap menitnya..
Maaf untuk, kenakalan, kelalaian, kesalahan, yang telah banyak ku
lakukan dan Terimakasih untuk senyuman, dan do’a yang begitu tulus
yang engkau berikan kepadaku..
Lembaran-lembaran ini, bagian kecil bukti kasih ku untuk mu, gambaran
dari cinta tulusmu yang tak pernah padam..
Untuk Saudaraku Zonny Dapindra (Kakak), Enggi Zundri (Kakak) dan M.
Akbar Pebian (Adik) terimakasih untuk dukungan, nasehat, kasih sayang,
cinta, do’a dan motivasi yang selalu engkau berikan disetiap langkahku.
Untuk teman, Kita terlihat mirip karena mengenakan seragam yang sama,
tetapi begitu lulus kita semua akan hidup di dunia yang berbeda. Buat
teman-teman ku terimakasih sudah menjadi temanku, terimakasih untuk
dukungan, motivasi dan sarannya selama ini...
By : Wedo Zundri
Page 7
DATA RIWAYAT HIDUP
DATA PRIBADI
Nama : Wedo Zundri
Tempat/Tanggal Lahir : Pugu, 22 Januari 1998
Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Kebangsaan : Indonesia
Status Perkawinan : Belum Menikah
Alamat : Pugu Semurup Kec. Air Hangat Barat Kab. Kerinci
No. Telp/Handphone : 0813-6818-9768
E-mail : [email protected]
PENDIDIKAN FORMAL
• 2004 - 2010, SDN 306/III PUGU
• 2010 - 2013, SMPN 1 KERINCI
• 2013 - 2016, SMAN 2 KERINCI
• 2016 - 2020, Program Studi D III Teknologi Laboratorium Medik
STIKes Perintis Padang
PENGALAMAN AKADEMIS
• 2019, Praktek Kerja Lapangan di RSUD M. Natsir Solok
• 2020, Karya Tulis Ilmiah
• Judul : “Uji Aktivitas Daya Hambat Ekstrak Lidah Buaya (Aloe Vera
L.) Terhadap Bakteri Klebsiella pneumoniae”.
Page 8
8
ABSTRACT
Aloe vera plant (Aole vera L.) is one of the plants that has medicinal
properties. Aloe vera plant parts are used ie gels containing saponin compounds,
anthraquinone, flavonoids, and tannins. The purpose of this study was to
determine the inhibitory zone produced by aloe vera (Aloe vera L.) ethanol extract
on the growth of Klebsiella pneumoniae. The method of this research was carried
out using the experimental laboratory research design in vitro with the Kirby
Bauer method. The sample used was aloe vera with pure strain Klebsiella
pneumoniae ATCC and anova to compare the inhibition of aloe vera against the
growth of Klebsiella pneumoniae bacteria. The results of the research on aloe vera
extract activity test showed differences in the concentration of 25 mg/ml and 50
mg/ml did not form inhibitory zones, at a concentration of 75 mg/ml produced
inhibition zones with a diameter of 7.67 mm. and at a concentration of 100 mg/ml
produces inhibition zones with a diameter of 8.33 mm. Shows that aloe vera
extract is less effective in inhibiting the growth of Klebsiella pneumoniae.
Keywords: Aloe Vera, Klebsiella pneumoniae
Page 9
ABSTRAK
Tanaman lidah buaya (Aole vera L.) merupakan salah satu tanaman yang
berkhasiat sebagai tanaman obat. Bagian tanaman lidah buaya dimanfaatkan yaitu
gel yang mengandung senyawa saponin, anthraquinone, flavonoid, dan tanin.
Tujuan penelitian ini adalah unutk mengetahui zona hambat yang dihasilkan oleh
ekstrak etanol lidah buaya (Aloe vera L.) terhadap pertumbuhan Klebsiella
pneumoniae Metode penelitian ini dilakukan dengan menggunakan desain
penelitian Eksperimental laboratory secara in vitro dengan metode Kirby Bauer.
Sampel yang digunakan adalah lidah buaya dengan strain murni Klebsiella
pneumoniae ATCC dan anova untuk membandingkan daya hambat lidah buaya
terhadap pertumbuhan bakteri Klebsiella pneumoniae. Hasil penelitian uji
aktivitas ekstrak etanol lidah buaya menunjukkan perbedaan pada konsentrasi 25
mg/ml dan 50 mg/ml tidak terbentuk zona hambat, pada konsentrasi 75 mg/ml
menghasilkan zona hambat dengan diameter 7,67 mm. dan pada konsentrasi 100
mg/ml menghasilkan zona hambat dengan diameter 8,33 mm. Menunjukkan
ekstrak etanol lidah buaya kurang efektif menghambat pertumbuhan Klebsiella
pneumoniae.
Kata kunci : Lidah Buaya, Klebsiella pneumoniae
Page 10
10
KATA PENGANTAR
Pada kesempatan ini penulis ucapkan puji dan syukur kehadirat Allah
Subhanahu Wa Ta’ala, karena atas rahmat dan karunianya penulis dapat
menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini dengan judul “UJI AKTIFITAS DAYA
HAMBAT EKSTRAK LIDAH BUAYA ( Aloe vera L. ) TERHADAP
BAKTERI Klebsiella pneumoniae “. Karya Tulis Ilmiah ini dibuat untuk
melengkapi tugas dan memenuhi syarat ujian akhir program pada jenjang
pendidikan Diploma Tiga Teknologi Laboratorium Medik Sekolah Tinggi Ilmu
Kesehatan Perintis Padang.
Penulis dalam menyusun proposal penelitian ini mendapat bantuan dari
banyak pihak, baik secara moril maupun materil, oleh karena itu izinkan penulis
dengan segala kerendahan dan penuh hormat mengucapkan terima kasih pada :
1. Bapak Yendrizal Jafri, S.Kep., M.Biomed selaku Ketua STIKes Perintis
Padang.
2. Ibu Endang Suraini, S.KM., M.Kes selalu Ka.Prodi Diploma Tiga
Teknologi Laboratorium Medik STIKes Perintis Padang.
3. Bapak Putra Rahmadea Utami, S.Si.,M.Biomed selaku pembimbing yang
telah meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan dan
pengarahan dalam penulisan Proposal Karya Tulis Ilmiah ini.
4. Bapak Adi Hartono, SKM., M.Biomed selaku Penguji yang telah
meluangkan ruang dan waktunya untuk memberikan arahan kepada
penulis sehingga dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini
5. Dosen dan seluruh staff Prodi Diploma Tiga Teknologi Laboratorium
Medik STIKes Perintis Padang.
6. Karyawan/karyawati Perpustakaan STIKes Perintis Padang.
7. Kepada orangtua dan seluruh keluarga tersayang yang selalu memberikan
cinta dan kasih sayangnya, dukungan dan do’a dalam mengiringi penulis
meraih cita-cita dan
8. Kepada rekan-rekanku atas dukungannya.
Page 11
Akhir kata penulis menyadari sepenuhnya bahwa Karya Tulis Ilmiah ini
masih jauh dari kesempurnaan karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman.
Dengan kerendahan hati penulis mengharapkan segala kritikan dan saran yang
bersifat membangun demi kesempurnaan Karya Tulis Ilmiah dan penulis berharap
semoga Karya Tulis Ilmiah ini bermanfaat untu perkembangan dan kemajuan ilmu
pengetahuan dimasa yang akan datang.
Padang, Maret 2020
Penulis
Page 12
12
DAFTAR ISI
Halaman
LEMBAR PENGESAHAN .......................................................................... i
LEMBAR PERSETUJUAN .......................................................................... ii
PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME .................................................. iii
KATA PERSEMBAHAN .............................................................................. iv
DATA RIWAYAT HIDUP ............................................................................ vi
ABSTRACT .................................................................................................... vii
ABSTRAK ...................................................................................................... viii
KATA PENGANTAR .................................................................................... ix
DAFTAR ISI ................................................................................................... xii
DAFTAR TABEL .......................................................................................... xiv
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... xv
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xvi
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ..................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ................................................................................ 3
1.3 Batasan Masalah................................................................................... 3
1.4 Tujuan Penelitian ................................................................................. 3
1.5 Manfaat Penelitian ............................................................................... 3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA .................................................................... 4
2.1. Deskripsi Lidah Buaya (Aloe vera L) ................................................ 4
2.2. Klebsiella pneumoniae ........................................................................ 9
2.3. Prinsip Kerja Antimikroba .................................................................. 12
2.4. Antibiotik ............................................................................................ 13
2.5. Ekstraksi ............................................................................................. 14
2.6. Uji Aktivitas Bakteri ........................................................................... 16
2.7. Uji In Vitro .......................................................................................... 17
BAB III METODOLOGI PENELITIAN .................................................... 18
3.1. Jenis Penelitian ................................................................................... 18
3.2. Tempat dan Waktu Penelitian ............................................................. 18
3.3. Sampel Penelitian................................................................................ 18
3.4. Jenis dan Cara Pengumpulan Data ...................................................... 18
3.5. Identifikasi Variabel............................................................................ 18
3.6. Alat dan Bahan .................................................................................... 19
3.7. Sterilisasi ............................................................................................. 20
3.8. Persiapan Bahan .................................................................................. 20
3.9. Prosedur Kerja .................................................................................... 23
3.10. Analisis Data ....................................................................................... 25
Page 13
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ....................................................... 24
4.1 Hasil .................................................................................................... 24
4.2 Pembahasan ......................................................................................... 25
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ......................................................... 27
5.1 Kesimpulan ......................................................................................... 27
5.2 Saran ................................................................................................... 27
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 28
LAMPIRAN ....................................................................................................
Page 14
14
DAFTAR TABEL
Halaman
2.1 Tabel Kandungan Lidah Buaya .................................................................. 8
2.2 Tabel Kategori Daya Hambat Bakteri ........................................................ 19
4.1 Tabel Hasil Uji Aktivitas Ekstrak Lidah Buaya Terhadap Bakteri
Klebsiella pneumoniae .............................................................................. 32
Page 15
DAFTAR GAMBAR
Halaman
2.1 Gambar Lidah Buaya ................................................................................. 6
2.2 Gambar Klebsiella pneumoniae ................................................................. 12
Page 16
16
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1. Surat Penelitian ........................................................................... xvii
Lampiran 2. Hasil Uji Anova SPSS ................................................................ xviii
Lampiran 3. Konsultasi Penelitian .................................................................. xix
Lampiran 4. Dokumentasi Penelitian .............................................................. xx
Page 17
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) merupakan penyakit saluran
pernafasan yang bersifat akut dengan berbagai macam gejala (sindrom). Penyakit
ini disebabkan oleh berbagai sebab (multifaktorial). Meskipun organ saluran
pernafasan yang terlibat adalah hidung, laring, tenggorok, bronkus, trakea, dan
paru-paru, tetapi yang menjadi fokus adalah paru-paru. Titik perhatian ini
disepakati karena tingginya tingkat mortalitas radang paru-paru (Widiyono, 2011).
Penyakit infeksi biasanya disebabkan oleh beberapa mikroorganisme
seperti bakteri, parasit, virus dan jamur. Penyakit infeksi pada saluran pernapasan
merupakan penyakit yang sering terjadi pada masyarakat dan pada umumnya
disebabkan oleh berbagai mikroooganisme, diantaranya adalah akibat infeksi dari
bakteri. Salah satu bakteri yang dapat menyebabkan infeksi pada saluran
pernapasan yaitu bakteri Klebsiella pneumoniae (Hawley, 2003).
Klebsiella pneumoniae adalah bakteri gram negatif, berbentuk batang,
berkapsul, dan non motil (Chen dkk., 2013). Hal ini menjadi permasalahan di
dunia medis karena dapat menyebabkan resistensi antibiotik yang kemudian
memicu infeksi kronis serta kegagalan terapi. Penelitian tentang resistensi
antibiotik pada bakteri yang diambil dari kateter pada pasien post-op di India
menemukan bahwa biofilm bakteri yang ditemukan dari kultur kateter Foley
paling banyak adalah E. Faecalis, diikuti E. Coli, spesies Staphylococcus, spesies
Klebsiella, spesies Pseudomonas dan spesies Citrobacter. Hampir semua spesies
tersebut resisten terhadap berbagai antibiotik walaupun pasien tidak menunjukkan
gejala klinis (Kumar dkk., 2013).
Seiring dengan perkembangan zaman sekarang ini, negara Indonesia telah
menggunakan tanaman obat sejak dahulu oleh etnik-etnik masyarakat tertentu,
baik yang hidup di daerah urban maupun rural guna meningkatkan kesehatan.
Page 18
18
Delapan puluh persen penduduk masih menggantungkan dirinya pada pengobatan
tradisional termasuk penggunaan obat yang berasal dari tumbuhan (Agoes, 2010).
Pengetahuan mengenai tumbuhan obat mulai dari jenis tumbuhannya, bagian yang
digunakan, cara pengobatan sampai dengan penyakit yang dapat disembuhkan
merupakan kekayaan pengetahuan yang perlu dilestarikan (Hariana, 2013).
Pemilihan bahan alami sebagai pengobatan bertujuan untuk mengurangi
resistensi terhadap antibiotik. Resistensi multiobat terhadap penggunaan antibiotik
merupakan permasalahan yang besar sehingga untuk mengatasi hal tersebut
diperlukan penciptakan obat antimikroba baru terutama yang berasal dari sumber
daya alam (Pandey dkk., 2010).
Penggunaan ekstrak tanaman dengan sifat antimikroba dikenal dapat
menjadi sangat penting dalam pengendalian infeksi. Salah satu tumbuhan yang
digunakan sebagai obat tradisional adalah lidah buaya (Aloe vera L.).
Pengembangan obat tradisional dikatakan rasional, yakni ditemukannya bahan
alami (terutama tumbuhan) yang terbukti secara ilmiah dapat memberikan
manfaat klinik dalam pencegahan atau pengobatan penyakit dan tidak
menyebabkan efek samping serius dalam arti aman untuk pemakaian obat pada
manusia (Dalimartha, 2008).
Lidah buaya (Aloe vera L.) digunakan sebagai bahan obat sejak beberapa
ribu tahun yang lalu untuk mengobati luka bakar, rambut rontok, infeksi kulit,
peradangan sinus, dan rasa nyeri pada saluran cerna. Lidah buaya (Aloe vera L.)
memiliki kandungan yang bermanfaat diantaranya adalah tannin, asam amino,
antrakuinone yang merupakan senyawa fenolik dan ditemukan dalam getah.
Selain itu daun lidah buaya juga mengandung campesterol, sitosterol dan lupeol.
Senyawa ini berperan sebagai anti inflamasi dan antibakteri (Thiruppathi dkk.,
2010).
Berdasarkan uraian diatas, maka telah dilakukan penelitan “Uji Aktivitas
Ekstrak Lidah Buaya (Aloe vera L.) Terhadap Daya hambat Klebsiella
pneumoniae secara In Vitro”.
Page 19
1.2 Rumusan Masalah
Apakah ekstrak etanol lidah buaya (Aloe Vera L.) dapat menghambat
pertumbuhan bakteri Klebsiella pneumoniae?
1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan Umum
Untuk menguji aktifitas ekstrak etanol Lidah Buaya (Aloe Vera L.) terhadap
daya hambat bakteri Klebsiella pneumoniae.
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Untuk menentukan zona hambat pada Klebsiella penumoniae
menggunakan ekstrak lidah buaya (Aloe vera L.).
2. Untuk mengetahui konsentrasi dari ekstrak lidah buaya (Aloe vera L.).
terhadap zona hambat Klbesiella penumoniae.
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1 Bagi Penulis
Untuk menambah pengetahuan mengenai uji aktivitas ekstrak lidah buaya (
Aloe vera L.) terhadap daya hambat Klebsiella pneumoniae.
1.4.2 Bagi Masyarakat
Sebagai masukan atau informasi kepada masyarakat mengenai manfaat dan
khasiat lidah buaya.
1.4.3 Bagi Instansi Pendidikan
Untuk menambah referensi dibidang bakteriologi bagi perpustakaan STIKes
Perintis Padang.
Page 20
20
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Deskripsi Lidah Buaya (Aloe vera L.)
Lidah buaya merupakan satu dari 10 jenis tanaman terlaris di dunia yang
mempunyai potensi untuk dikembangkan sebagai tanaman obat dan bahan baku
industri. Tumbuhan ini dapat ditemukan dengan mudah di daerah tropis. Lidah
buaya dimanfaatkan sebagai tanaman hias yang ditanami sembarangan di
pekarangan rumah dan digunakan sebagai kosmetika untuk penyubur rambut.
Sekitar tahun 1990, tanaman ini baru digunakan untuk industri makanan,
minuman dan juga kesehatan (Furnawanthi, 2007).
Lidah buaya memiliki daun berwarna hijau, berlapis lilin putih pada pada
permukaan daun, berbentuk runcing tebal, bergerigi, dan sukulen. Pada
permukaan daun terdapat bercak putih dan akan menghilang ketika tanaman
dewasa. Lidah buaya memiliki perakaran yang dangkal, serabut, bersifat tumbuh
ke bawah dan menyebar mengakibatkan tanaman mudah roboh. Lidah buaya
memiliki panjang akar mencapai 30-40 cm, batang dikelilingi pelepah daun yang
mengarah ke atas dengan tebal daun 2-3 cm, mengandung air (sukulen) getas dan
lendir yang mendominasi daun. Lidah buaya memiliki persyaratan tumbuh pada
suhu 16-31°C, menghendaki tanah subur, gembur dan memiliki bahan organik,
pH 5,5-6,0 (Furnawanthi, 2007).
Lidah buaya memiliki bunga berwarna kuning, berkelamin ganda dengan
panjang 2-3 cm, berbentuk seperti lonceng terletak di ujung tangkai atas dan
tangki bunga keluar dari ketiak dengan panjang tangkai 50-100 cm ke atas,
bertekstur kokoh sehingga tidak mudah roboh (Furnawanthi, 2007).
2.1.1 Klasifikasi Lidah Buaya (Aloe vera L.)
Klasifikasi lidah buaya menurut (Furnawanthi, 2007) sebagai berikut:
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Kelas : Magnoliopsida
Page 21
Ordo : Asparagales
Famili : Xanthorrhoeaceae
Genus : Aloe
Spesies : Aloe vera L.
Gambar 2.1 Lidah buaya (Aloe vera L.) (Furnawanthi, 2007)
2.1.2 Khasiat dan Manfaat Lidah Buaya (Aloe vera L.)
Khasiat dari tumbuhan lidah buaya sangat banyak termasuk untuk
pemanfaatan pemakaian luar pada tubuh manusia yaitu seperti pada luka bakar
atau tersiram air panas dengan mengaplikasikan bagian dalam daun lidah buaya
yang ditempelkan pada bagian tubuh yang terkena api/air panas. Selain sebagai
luka bakar lidah buaya juga bermanfaat untuk penyuburan rambut dengan
mengambil bagian dalam daun lidah buaya yang menyerupai agar-agar
digosokkan kekulit kepala sesudah mandi sore dan dingkus dengan kain lalu
keesokan hariya rambut dicuci dan penggunaan lidah buaya seperti ini selama 3
bulan akan menghasilkan hasil yang memuaskan. Selain untuk pemanfaatan
pemakaian lidah buaya untuk luar tubuh juga dapat dilakukan untuk pemakaian
dalam tubuh seperti untuk pengobatan kencing manis (diabetes mellitus) dengan
meminum rebusan lidah buaya sehabis makan, batuk rejan dengan meminum
rebusan lidah buaya dengan tambahan gula atau madu, syphillis dengan merebus
bunga dan daging lidah buaya lalu diminum, cacingan dan susah buang air kecil
dengan meminum rebusan akar lidah buaya, wasir atau ambeien dengan
meminum daun batang lidah buaya yang telah diparut dan dicampu madu dengan
Page 22
22
diminum 3 kali sehari, sebagai pengobatan sembelit dengan meminum seduhan
batang daun lidah buaya dengan campuran madu dan masih banyak lagi khasiat-
khasiat yang telah dipakai sebagai pengobatan tradisional (Satya, 2013).
Lidah buaya dapat dipergunakan untuk pengobatan luka bakar karena api atau
terkena minyak goreng panas dengan mencuci daun lidah buaya, membuang
pangkal daunnya, lalu buka kulit daunnya. Tempelkan bagian daun yang berlendir
pada luka sampai lendirnya menutupi seluruh bagian luka. Pelakuan ini dapat
dilakukan secara teratur selama ½ jam sekali. Selain itu lidah buaya juga dapat
mengobati luka terpukul dan luka dalam (mutah darah) dengan merebus 10-15
gram bunga lidah buaya kering dengan 3 gelas air putih hingga tersisa 1 ½ gelas.
Saring air rebusannya, lalu diminum secara teratur tiga kali sehari masing-masing
1 ½ gelas (Furnawanthi, 2007).
Lidah buaya terbukti bermanfaat dalam masalah dermatologis dan membantu
dalam warna kulit yang baik dengan meningkatkan aktivitas fibroblas. Fibroblas
ini menghasilkan kolagen dan serat elastis dan memberi kulit strukturnya. Efek
melembabkan lidah buaya karena komponen polisakarida menyediakan dan
mempertahankan kelembaban dalam jaringan (Sujatha dkk, 2014).
2.1.3 Kandungan Lidah Buaya (Aloe vera L.)
Zat Kegunaan
Lignin • Mempunyai kemampuan
penyerapan yang tinggi, sehingga
memudahkan peresapan gel ke
kulit atau mukosa.
Saponin • Mempunyai kemampuan
membersihkan dan bersifat
antiseptic
• Bahan pencuci yang sangat baik
Page 23
Zat Kegunaan
Kompleks Anthraquinone alon,
Barbaloin, Iso-Barbaloin,
Anthranol, Aloe emodin,
Anthrancene, Aloetic acid.
• Bahan laktasatif
• Penghilang rasa sakit, mengurangi
racun
Ester Asan Sinamat, Asam
Krisophanat, Eteral oil,
Resistanol
• Senyawa anti bakteri
• Mempunyai kandungan antibiotic
Acemannan • Sebagai anti virus
• Anti bakteri
• Anti jamu
• Dapat menghancurkan sel tumor,
serta meningkatkan daya tahan
tubuh
Vitamin B1, B2, Niacinamida,
B6, Cholin, Asam Folat
• Bahan penting untuk menjalankan
fungsi tubuhsecara norma
Enzim oksidase, amylase,
katalase, lifase, protease
• Mengatur proses-proses kimia
dalam tubuh
• Menyembuh kan luka dalam dan
luar
Monosakarida, polisakarida,
selulosa, glukosa, mannose,
aldophentosa, rhamnosa
• Bahan laktasatif
• Penghilang rasa sakit, mengurangi
racun
• Senyawa antibakteri
• Mempunyai kandungan antibiotik
Enzim bradykinase,
• Mengurangi inflamasi
Page 24
24
Zat Kegunaan
karbiksipeptidase • Anti alergi
• Dapat mengurangi rasa sakit
Glukomannan, Mukopolysakarida • Memberikan efek imuno modulasi
Salisilat • Menghilangkan rasa sakit, dan
anti inflamasi
Tennin, aloctin A • Sebagai anti inflamasi
Tabel 2.1 Kandungan Lidah buaya. Sumber : (Arifin, 2014)
Getah lidah buaya yang mengandung aloin, aloe-emodin, dan barboloin, yang
berkhasiat sebagai laksatif. Kandungan polisakarida daun lidah buaya dapat
mempercepat penyembuhan luka dan mengurangi reaksi peradangan. Selain itu,
lidah buaya mengandung saponin yang berkhasiat membunuh kuman. Gel lidah
buaya mengandung lignin yang mampu menembus dan meresap kedalam kulit.
Gel ini akan menahan hilangnya cairan tubuh dari permukaan kulit sehingga kulit
tidak kering. Tumbuhan ini juga mengandung senyawa yang dapat merangsang
pertumbuhan sel kulit baru (Furnawanthi, 2007).
Komponen yang terkandung dalam lidah buaya sebagian besar adalah air
mencapai 99,5% dengan total padatan terlaut hanya 0,49%, lemak 0,067%,
karbohidrat 0,043%, protein 0,038%, vitamin A 4, 594 IU, dan vitamin C 3,476
mg (Idris, 2013).
2.1.4 Senyawa Aktif Lidah Buaya (Aloe vera L.)
Lidah buaya mempunyai senyawa aktif berupa senyawa Lignin, Saponin,
Anthraguinone, Acemannan, Enzim bradykinase, Karbiksipeptidase,
Glukomannan. Mukopoyisakarida, Aloctin A, Slisilat. Lidah buaya (Aloe Vera
Page 25
L.) mempunyai 20 asam amino dari 22 asam amino yang dibutuhkan tubuh.
Mempunyai mineral dan vitamin A, B1, B2, B6, B12, C, E, Asam folat, Senyawa
Antrakuinon dan kuinon (Idris, 2013).
2.2 Klebsiella pneumonia
2.2.1 Sejarah
Hans Christian Gram seorang Ilmuwan berkebangsaan Denmark yang hidup
pada tahun 1853 – 1938. Untuk pertama kali beliau berhasil memperkenalkan cara
pewarnaan bakteri secara gram, dan berhasil mengamati Klebsiella pneumoniae
dan Streptococcus pneumoniae pada tahun 1884. Kemudian bakteri tersebut
berhasil di identifikasi oleh seorang ahli Bakteriologi berkebangsaan Jerman
bernama Edwin Klebs, yang hidup pada tahun (1831-1913) yang kemudian
memperkenalkan Bakteri ini,dan diberi nama Klebsiella (Jawetz dkk., 2014).
2.2.2 Klasifikasi Klebsiella pneumoniae
Menurut (Radji, 2011), klasifikasi Klebsiella pneumoniae secara sistematik
adalah sebagai berikut:
Kingdom : Bakteria
Filum : Proteobakteria
Kelas : Gama Proteobakteria
Ordo : Enterobakteriales
Famili : Enterobacteriaceae
Genus : Klebsiella
Spesies : Klebsiella Pneumoniae
Page 26
26
Gambar 2.2 Klebsiella pneumoniae (Brooks dkk, 2013)
2.2.3 Sifat Umum dan Morfologi Klebsiella pneumoniae
Berbentuk batang pendek, Gram negatif, bersifat Aerob fakultatif, bakteri ini
berukuran 0,5 – 1,5 µ x 1 – 2 µ, tidak mampu berbentuk spora, tidak dapat
bergerak dengan bebas dan mempunyai kapsul yang tersusun dari Polisakarida
sehingga dengan mudah dapat mengikat lipoprotein untuk membetuk
Lipopolisakarida yang berfungsi sebagai Patogenitas bakteri ini. Kadang-kadang
bakteri ini mempunyai susunan berpasangan seperti pneumococcus (Brooks dkk.,
2013)
2.2.4 Patogenitas Klebsiella pneumoniae
Anggota genus Klebsiella biasanya mengekspresikan 2 jenis antigen pada
permukaan sel mereka. Yang pertama adalah lipopolisakarida (O antigen), yang
lain adalah polisakarida kapsul (K antigen). Kedua antigen ini berkontribusi pada
patogenisitas. Tentang 77 K antigen dan 9 O antigen ada. Variabilitas struktur
antigen ini membentuk dasar untuk klasifikasi dalam berbagai serotipe. Virulensi
dari semua serotipe tampaknya serupa. Lobar pneumonia berbeda dari pneumonia
lain dalam hal itu dikaitkan dengan perubahan destruktif di paru-paru. Ini adalah
penyakit yang sangat berat dengan onset yang cepat dan hasil yang sering fatal
meskipun pengobatan antimikroba dini dan tepat.
Page 27
Pasien biasanya hadir dengan onset akut demam tinggi dan menggigil, gejala
seperti flu, dan batuk produktif dengan sputum banyak, tebal, ulet, dan darah-
biruan kadang-kadang disebut dahak jeli kismis.Sebuah kecenderungan meningkat
ada ke arah pembentukan abses, kavitasi, empiema, dan adhesi pleura (Jawetz
dkk., 2014).
2.2.5 Pembiakan dan Pertumbuhan Klebsiella pneumoniae
Coliform ini dapat tumbuh subur dan cepat pada media sederhana, aerobic
dan anaerobic fakultatif, dapat memfermentasikan laktosa dengan menghasilkan
asam (6-7,8) dan gas pada pengeraman 37℃ selama 24-48 jam. Spesies yang
termasuk golongan Coliform antara lain Escherichia coli, Enterobacter
aerogenes, dan Klebsiella pneumoniae (Entjang, 2003).
2.2.6 Struktur Antigen Klebsiella pneumoniae
Klebsiella pneumoniae memiliki struktur antigen. Anggota dari genus sanya
mengungkapkan 2 jenis antigen pada permukaan sel mereka, yaitu (Brooks dkk.,
2013):
a. Antigen somatik O (Liposakarida)
Antigen O merupakan bagian terluar dinding sel lipopolisakarida dan terdiri
dari unit berulang polisakarida. Beberapa polisakarida spesifik O mengandung
gula unik. Antigen O tahan terhadap panas dan alcohol dan biasanya dideteksi
dengan cara aglutinasi bakteri. Antibody terhadap antigen O adalah IgM.
b. Antigen K (Kapsular)
Antigen K merupakan bagian terluar dari antigen O pada beberapa, tetapi tidak
pada enterobacteriaceae. Beberapa antigen K adalah polisakarida dan yang
lainnya protein.
Page 28
28
2.3 Prinsip Kerja Antimikroba
Antibakteri adalah zat yang membunuh atau menekan pertumbuhan atau
reproduksi bakteri. Suatu zat antibakteri yang ideal harus memiliki sifat toksisitas
selektif, artinya bahwa suatu obat berbahaya terhadap parasit tetapi tidak
membahayakan tuan rumah (hopses). Zat antibakteri dibagi menjadi dua
kelompok, yaitu antibakteri yang dapat menghambat pertumbuhan bakteri
(bakteriostatik) dan antibakteri yang dapat membunuh bakteri (bakteriosid)
(Tristiyanto, 2009).
2.3.1 Penghambat Terhadap Sintesis Dinding Sel
Antimikroba menghambat sintesis dinding sel bakteri atau mengaktivasi
enzim yang dapat merusak dinding sel bakteri. Termasuk dalam antimikroba
adalah penisilin, sefalosporin, vankomisin, ritosin, basitrasin, dan sikloserin.
2.3.2 Penghambat Fungsi Membran Sel
Antimikroba bekerja secara langsung pada membran sel yang mempengaruhi
permeabilitas dan menyebabkan keluarnya senyawa intraseluler bakteri. Dalam
hal ini antimikroba dapat :
1. Berinteraksi dengan streol membran sel pada jamur, misalnya : amfoterisin B
dan nistatin.
2. Merusak membran sel bakteri gram negatif misalnya : polimiskin dan kolistin.
2.3.3 Penghambat Terhadap Sintesis Protein
Antimikroba mempengaruhi fungsi ribosom bakteri yang menyebabkan
sintesis protein dihambat.
Page 29
2.4 Antibiotik
2.4.1 Pengertian Antibiotik
Antibiotik adalah senyawa yang dihasilkan oleh mikroorganisme (bakteri,
jamur) yang mempunyai efek menghambat atau menghentikan suatu proses
biokimia mikroorganisme lain. Sifat antibiotik harus memiliki sifat toksisitas
selektif setinggi mungkin artinya obat tersebut harus bersifat sangat toksik untuk
mikroba (Setiabudy, 2007).
2.4.2 Penggolongan Antibiotik
2.4.2.1 Penggolongan Antibiotik Berdasarkan Mekanisme Kerja
Berdasarkan mekanisme kerjanya, antibiotik dibagi dalam lima kelompok
(Setiabudy, 2007):
a. Antibiotik yang menghambat metabolisme sel bakteri.
Antibiotik yang masuk dalam kelompok ini ialah sulfanomid, Trimetropim,
Asam p-aminosalisilat (PAS) dan Sulfon.
b. Antibiotik yang menghambat sintesis dinding sel bakteri.
Antibiotik ini menghambat dinding sel sehingga menghilangkan kemampuan
berkembang biak dan menimbulkan lisis, obat yang termasuk dalam kelompok
ini adalah Penisilin, Sefalospirin, Vankomisin, dan Sikloserin.
c. Antibiotik yang mengganggu keutuhan membrane sel bakteri.
Antibiotik yang dikenal mengganggu membran sel, mempengaruhi
permeabelitas sehingga menimbulkan kebocoran dan kehilangan senyawa
intraseluler, contoh Polimiksin, Nistatin.
d. Antibiotik yang menghambat sintesis asam nukleat sel bakteri.
Antibiotik yang termasuk dalam kelompok ini adalah Rifamfisin dan golongan
kuinolon. Rifampisi, salah satu derivat rifamfisin, berikatan dengan enzim
polimerase-RNA sehingga menghambat sintesis RNA dan DNA oleh enzim
tersebut. Golongan kuinolon menghambat enzim DNA girase pada kuman
Page 30
30
yang fungsinya menata kromosom yang sangat panjang menjadi bentuk spiral
hingga bisa muat dalam sel kuman yang kecil.
e. Antibiotik yang menghambat sintesis protein sel bakteri.
Obat yang termasuk dalam kelompok ini adalah golongan Aminoglikosid,
Makrolid, Linkomisin, Tetrasikilin, dan Kloramfenikol.
2.4.2.2 Penggolongan Antibiotik Berdasarkan Spektrum Kerja
Berdasarkan spektrum kerjanya, antibiotik terdiri dari:
a. Spektrum sempit mampu menghambat segolongan jenis bakteri saja, contohnya
hanya mampu menghambat atau membunuh bakteri gram negatif atau gram
positif saja.
b. Spektrum luas mampu menghambat atau membunuh bakteri gram negatif
maupun gram positif (Pratiwi, 2008).
2.4.2.3 Penggolongan Antibiotik Berdasarkan Daya Kerja
Berdasarkan daya kerjanya, antibiotik dibagi dalam dua kelompok yaitu:
a. Bakterisid, yaitu antibiotik yang memiliki kemampuan untuk membunuh
bakteri.
b. Bakteriostatik, yaitu antibiotik yang memiliki kemampuan untuk menghambat
pertumbuhan bakteri (Dzen dkk, 2003).
2.5 Ekstraksi
Ekstraksi adalah proses penarikan komponen aktif yang terkandung dalam
tanaman menggunakan bahan pelarut yang sesuai dengan kelarutan komponen
aktifnya (DepKes, 2000).
Menurut Ditjen POM RI (2000), ada beberapa metode ekstraksi yang
sering digunakan antara lain yaitu:
Page 31
a. Cara dingin
1. Maserasi adalah proses pengeskstrakan simplisia dengan menggunakan
pelarut dengan beberapa kali pengocokan atau pengadukan pada temperatur
ruangan (kamar). Cairan penyari akan menembus dinding sel dan masuk
kedalam rongga sel yang mengandung zat aktif yang akan larut, karena adanya
perbedaan konsentrasi antara larutan zat aktif di dalam sel dan diluar sel maka
larutan terpekat didesak keluar.
2. Perkolasi adalah ekstraksi dengan pelarut yang selalu baru sampai sempurna
yang umumnya dilakukan pada temperatur ruangan. Proses terdiri dari tahap
pengembangan, tahap maserasi antara dan tahap perkolasi sebenarnya terus-
menerus sampai diperoleh ekstrak (perkolat).
b. Cara panas
1. Refluks adalah ekstraksi dengan pelarut pada temperatur titik didihnya, selama
waktu tertentu dan jumlah pelarut terbatas yang relatif konstan karena adanya
pendingin balik.
2. Sokletasi adalah ekstraksi dengan menggunakan pelarut yang selalu baru dan
umumnya dilakukan menggunakan alat khusus sehingga terjadi ekstrak
kontinu dengan jumlah pelarut relatif konstan dengan adanya pendingin balik.
3. Digesti adalah maserasi kinetik (dengan pengadukan kontinu) pada temperatur
yang lebih tinggi dari temperatur ruangan (kamar), yaitu secara umum
dilakukan pada temperatur 40-50°C.
4. Infundasi adalah proses penyaringan yang umumnya dilakukan untuk
menyaring zat kandungan aktif yang larut dalam air dari bahan-bahan nabati.
Proses ini dilakukan pada suhu 90°C selama 15 menit.
5. Dekok adalah infus pada waktu yang lebih lama ≥30°C dan temperatur sampai
titik didih air.
Page 32
32
2.6 Uji Aktivitas Bakteri
Penentu aktivitas antibiotik dapat dilakukan dengan dua metode, yaitu
metode difusi dan dilusi.
2.6.1 Metode Difusi
Metode yang paling sering digunakan adalah metode difusi agar. Cakram
kertas berisi sejumlah obat tertentu yang ditempatkan pada permukaan medium
padat yang sebelumnya telah diinokulasi bakteri uji pada permukaanya, setelah
inkubasi, diameter zona hambatan sekitar cakram dipergunakan mengukur
kekuatan hambatan obat terhadap organisme uji. Metode ini dipengaruhi oleh
beberapa faktor fisik dan kimia (Jawetz et al., 2014).
Interprestasi hasil tes difusi harus didasarkan pada perbandingan antara
metode difusi dan dilusi. Perbandinan demikian telah menghasilkan nilai standar
rujukan (Jawetz dkk, 2010)
Tabel 2.5.1 Kategori Daya Hambat Bakteri
Diameter Zona Hambat Kategori
≤5 mm Lemah
6- 10 mm Sedang
11-20 mm Kuat
≥ 20 mm Sangat Kuat
Sumber: (Susanto dkk, 2014)
2.6.2 Metode Dilusi
Metode dilusi dibedakan menjadi dua yaitu dilusi cair (Broth dilution) dan
dilusi padat (Solid dilution).
a. Metode dilusi cair (Broth dilution test)
Metode ini mengukur kadar hambat minimum (KHM) dan kadar bunuh minimum
(KBM). Cara yang dilakukan adalah dengan membuat seri pengenceran agen
antimikroba pada media cair yang ditambahkan dengan mikroba uji. Larutan uji
Page 33
agen antimikroba pada kadar terkecil yang terlihat jernih tanpa adanya
pertumbuhan mikroba uji ditetapkan sebagai KHM. Larutan yang ditetapkan
sebagai KHM tersebut selanjutnya dikultur ulang pada media cair tanpa
penambahan mikroba uji ataupun agen antimikroba, dan diinkubasi selama 18-24
jam. Media cair yang tetap terlihat jernih setelah inkubasi ditetapkan sebagai
KBM (Pratiwi, 2008).
b. Metode dilusi padat (Solid dilution test)
Metode ini serupa dengan metode dilusi cair namun menggunakan media padat
(solid). Keuntungan metode ini adalah satu konsentrasi agen antimikroba yang
diuji dapat digunakan untuk menguji beberapa mikroba uji (Pratiwi, 2008).
2.7 Uji In Vitro
Pengujian secara in vitro adalah pengujian yang dilakukan di luar tubuh,
yang berkenaan dengan percobaan biologis yang dilakukan di dalam tabung reaksi
atau alat-alat laboratorium lainnya, biasanya dilakukan dengan tujuan percobaaan
atau penelitian ( Irianto, 2006).
Page 34
34
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Penelitian ini dilakukan menggunakan metode Eksperimental laboratory.
Yaitu meneliti tentang ekstrak etanol daun lidah buaya terhadap daya hambat
Klebsiella pneumonia.
3.2 Tempat dan Waktu Penelitian
Tempat dan waktu penelitian ini telah dilakukan di laboratorium
mikrobiologi STIFI Perintis Padang. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan
September 2019 - Januari 2020.
3.3 Sampel Penelitian
Sampel dalam penelitian ini adalah tanaman 500 gram lidah buaya, dan
bakteri Klebsiella pneumoniae diambil dari biakan murni.
3.4 Jenis dan Cara Pengumpulan Data
Jenis dan pengambilan data pada penelitian ini berupa data primer, karena
peneltian ini diambil dari pemeriksaan laboratorium, yang sampel dan
penelitiannya dilakukan oleh peneliti itu sendiri.
3.5 Variabel Penelitian
3.5.1 Variabel bebas
Variabel bebas dalam penelitian ini adalah konsentrasi ekstrak etanol daun
lidah buaya (Aloe vera L.).
3.5.2 Variabel Terikat
Variabel terikat dalam penelitian ini adalah diameter zona hambat
pertumbuhan bakteri Klebsiella pneumoniae.
Page 35
3.6 Alat dan Bahan
3.6.1 Alat Penelitian
Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah : cawan petri, kapas tisu,
tabung reaksi, kawat ose, spuit, korek api, lampu spritus, timbangan analitik,
jangka sorong, mikroskop, kapas lidi steril, erlenmeyer, beaker glass, kertas
perkamen, pinset, oven, inkubator, kertas label, pipet ukur, penangas air,
pencadang kertas, rotary evaporator.
3.6.2 Bahan Penelitian
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah : strain murni bakteri
Klebsiella pneumoniae, ekstrak etanol daun lidah buaya, NaCl fisiologis steril
(dalam kemasan), disk kosong steril, aquades sebagai kontrol negatif, antibiotik
chloramfenicol sebagai kontrol positif.
Media kultur yang digunakan adalah :
1. MHA (Muller Hilton Agar), Untuk pemeriksaan sensibilitas tes (dengan
metode Kirby Bauer) pada bakteri (baik Aerob dan Anaerob Fakutatif).
2. NB (Nutrient Broth), Medium cair yang digunakan sebagai pertumbuhan
bakteri.
3. Endo Agar, Media Selektif dan Media Diferensial yang digunakan untuk
mengisolasi bakteri batang gram negatif (-) berdasarkan kemampuan bakteri
memfermentasi laktosa atau tidak.
4. Nutrient Agar, Medium padat yang digunakan sebagai pertumbuhan bakteri.
5. Larutan Mc Farland, sebagai referensi untuk menyesuaikan kekeruhan
suspesi bakteri
Page 36
36
3.7 Sterilisasi
3.7.1 Sterilisasi Alat
Semua alat yang terbuat dari kaca terlebih dahulu dicuci dan dikeringkan
serta dibungkus dengan kertas perkamen. Sterilisasi dilakukan dengan oven pada
suhu 160°C selama 1 jam sedangkan media seperti blue tips, yellow tips dan alat
lain yang tidak tahan terhadap pemanasan kering tetapi tahan terhadap tekanan
disterilkan menggunakan autoklaf pada suhu 121°C selama 15 menit.
3.8 Persiapan Bahan
3.8.1 Pengumpulan Bahan
Daun Lidah buaya (Aloe vera L.) yang didapatkan dari perkebunan
lubuk minturun padang
3.8.2 Penyiapan Simplisia
Simplisia adalah bahan alam atau tumbuhan yang telah dikeringkan dengan
suhu pengeringan simplisia tidak lebih dari 60°C (Anonim, 2009). Tumbuhan
lidah buaya didapatkan dari. Bagian tumbuhan yang dipakai Lidah Buaya (Aloe
vera L.) adalah daging daun. Pengambilan sampel tumbuhan dilakukan dengan
golok dan dipilih tumbuhan yang segar dan masih dalam keadaan baik. Kemudian
Lidah Buaya (Aloe vera L.) disortasi basah dan dikupas kulit daunya, kemudian
ditimbang dan selanjutnya diteruskan dengan metode maserasi ekstraksi.
3.8.3 Pembuatan Ekstrak
Pembuatan Ekstrak Metode ekstraksi yang digunakan untuk mengekstraksi
tumbuhan Lidah Buaya (Aloe vera L.) adalah metode ekstraksi cara dingin yakni
maserasi.
Page 37
3.8.3.1 Ekstraksi Lidah Buaya (Aloe vera L.)
Daun lidah buaya dikupas dahulu sehingga mendapatkan gel lidah buaya
sebanyak 500 gram dihaluskan dengan blender kemudian direndam dengan 1000
ml pelarut etanol 96%, setelah itu didiamkan selama 2-3 hari dalam toples
tertutup. Lalu saring ekstrak cair dengan penyaring kain kasa dan tampung ekstrak
dalam botol. Hasil ekstrak diuapkan selama menggunakan rotary evaporator.
Hasil ekstrak kental Lidah Buaya dikeringkan dengan metode Freeze Dry.
3.8.4 Evaluasi Ekstrak Etanol Lidah Buaya
3.8.4.1 Penentuan Rendemen Ekstrak
Rendemen ekstrak dihitung dengan cara membandingkan berat ekstrak etanol
yang diperoleh dengan berat sampel awal.
Rendemen = Berat ekstrak yang diperoleh
Berat sampel awal x 100%
3.8.4.2 Pemeriksaan Organoleptis
Pemeriksaan dilakukan dengan cara visual yaitu dengan mengamati
bentuk, warna, bau dan rasa.
3.8.5 Pembuatan Media MHA
Media MHA ditimbang sebanyak 9,5 gr di masukkan kedalam Erlenmeyer
250 ml, lalu dilarutkan dengan aquadest 100 ml dan dipanaskan di atas hot plate
sampai mendidih sambil diaduk hingga terlarut secara sempurna. Lalu disterilkan
di dalam autoclave pada suhu 121oC selama 15 menit.
3.8.6 Media Cair NB
Sebanyak 12 gram media NB (Nutrient Broth) ditambah aquades sampai 100
ml, kemudian dipanaskan sampai semua bahan larut dengan sempurna, setelah itu
media disterilkan dalam autoclave pada suhu 121°C selama 15 menit.
Page 38
38
3.8.7 Pembuatan Larutan Mc Farland
Pipet larutan H2SO4 1% sebanyak 9,5 ml, masukkan dalam tabung reaksi.
Tambahkan larutan BaCl2 1% dan sebanyak 0,5 ml kedalam tabung yang berisi
H2SO4 1%, setelah itu homogenkan dimana suspensi Mc. Farland adalah suspensi
standar yang mununjukkan kekeruhan sama dengan 108 CFU/ml (Soemarno,
2000).
3.8.8 Cakram (Disk)
Cakram yang digunakan adalah cakram yang berdiameter 6 mm yang sudah
jadi dan steril.
3.8.9 Peremajaan bakteri uji
Biakan murni bakteri Klebsiella pneumoniae diremajakan pada media agar
padat dengan cara medium NA yang telah dibuat sebelumya dipanaskan kembali
kemudian dituangkan ke dalam tabung reaksi lalu didinginkan dengan posisi
tabung miring membentuk sudut 45° sehingga terbentuk medium agar miring,
diambil biakan murni Klebsiella pneumoniae sebanyak 1 ose kemudian jarum ose
yang mengandung bakteri di goreskan kedalam medium NA pada tabung reaksi
secara aseptis dengan cara mendekatkan pada nyala api. Biakan diinkubasi selama
24 jam pada suhu 37°C dalam inkubator.
Pembuatan Suspensi Bakteri Uji Biakan murni Klebsiella pneumoniae yang
berumur 24 jam diambil sebanyak 1 ose selanjutnya dimasukkan ke dalam tabung
reaksi, ditambahkan 10 ml NaCl fisiologis dan divortex hingga terbentuk suspensi
yang homogen. Sebanyak 1 ml diambil dari suspensi pengenceran 10-1 dengan
menggunakan pipet tetes steril dan dimasukan kedalam tabung reaksi kedua dan
ditambahkan 9 ml aquades hingga terbentuk suspensi 10-2. Dilakukan prosedur
yang sama hingga didapatkan pengenceran 10-8 (disesuaikan dengan standar Mc
Farland)
Page 39
Pelaksanaan penelitian Penelitian ini dilakukan dengan metode Kirby Bauer
yaitu metode difusi agar dengan cara kertas cakram yang telah disediakan ekstrak
etanol lidah buaya, kemudian kertas cakram dikeringkan selama 1x24 jam.
Kemudian diambil medium MH dan di tuangkan kedalam cawan petri yang telah
di sterilisasi sebanyak 10 ml hingga rata dan didiamkan hingga beku. Setelah
medium MH beku 1 ml suspensi bakteri diinokulasikan pada permukaan medium
MH dalam cawan petri dengan menggunakan metode swab dengan lidi kapas
steril didekat nyala api bunsen, hal ini dilakukan lagi pada cawan petri berikutnya.
Setelah itu kertas cakram yang telah kering diletakkan pada permukaan medium
secara perlahan dan sedikit ditekan agar kertas cakram menempel pada medium
MH. Hal ini dilakuakn kembali pada cawan perti berikutnya, kemudian cawan
petri ditutup dan dililit dengan plastik warp disekeliling cawan petri dan
penutupnya agar udara tidak dapat keluar masuk. Inkubasi medium tersebut
kedalam inkubator pada suhu 37°C selama 25 jam dengan posisi cawan petri
terbalik.
3.9 Prosedur Kerja
3.9.1 Pembuatan Konsentrasi Daun Lidah Buaya (Aloe vera L.)
a. Konsentrasi 25 mg/ml : 0,25 g ekstrak daun lidah buaya tambahkan aquadest
10 ml.
b. Konsentrasi 50 mg/ml : 0,50 g ekstrak daun lidah buaya tambahkan aquadest
10 ml.
c. Konsentrasi 75 mg/ml : 0,75 g ekstrak lidah buaya tambahkan aquadest 10
ml.
d. Konsentrasi 100 mg/ml : 1 g ekstrak daun lidah buaya tanpa penambahan.
Page 40
40
3.9.2 Pembuatan Suspensi Bakteri
Bakteri strain murni Klebsiella pneumoniae dibuat suspensi dengan
menambahkan larutan Nutrient Broth (NB) di dalam tabung reaksi, sampai
didapatkan kekeruhan yang disesuaikan dengan standar kekeruhan Mc. Farland
0,5 untuk mendapatkan bakteri 1,5 x 108 CFU/mL (Soemarno, 2000).
3.9.3 Penanaman Pada Media MHA
Dicelupkan kapas lidi steril kedalam suspensi bakteri yang sudah
distandarisasi kekeruhannya, tunggu sampai meresap kedalam kapas. Kapas lidi
diangkat dengan menekan pada dinding tabung. Goreskan kapas lidi tersebut pada
Media Muller Hinton Agar Plate dengan memutar cawan petridish sampai merata
kesemua permukaan media. Biarkan selama 5 sampai 15 menit, supaya suspensi
bakteri meresap kedalam agar (Soemarno, 2000).
3.9.4 Penyusunan Disk
Penempelan disk pada media Muller Hilton Agar Plate dilakukan manual
satu-persatu dengan pinset, kemudian ambil disk kosong dengan pinset steril dan
celupkan kedalam larutan ekstrak lidah buaya yang telah ditentukan
konsentrasinya, letakkan diatas permukaan media Muller Hilton Agar Plate
dengan sedikit ditekan, kemudian disk aquadest sebagai kontrol negatif dan disk
Chloramphenicol sebagai kontrol positif sebagai pembanding dan letakkan diatas
permukaan media Muller Hinton Agar Plate, setelah itu inkubasi dalam inkubator
selama 1 x 24 jam pada suhu 37ºC (Soemarno, 2000).
3.9.5 Pembacaan Daya Hambat
Pengamatan dilakukan setelah biakan diinkubasi selama 24 - 72 jam, setiap 1
x 24 jam biakan dicek dan diamati zona bening yang terbentuk disekitar kertas
cakram yang berisi sampel ekstraksi tanaman lidah buaya (Aloe vera L.).
Bandingkan zona bening yang terbentuk setiap harinya sampai zona bening
memiliki angka yang sama atau tidak ada lagi perbandingan dengan hari
Page 41
sebelumnya. Kemudian dibandingkan apakah ekstraksi lidah buaya dapat
membunuh bakteri Klebsiella pneumoniae atau hanya menghambat
pertumbuhanya saja. Pengukuran zona bening dilakukan dengan menggunakan
mistar melalui tiga daerah pengukuran pada bidang zona yang berbeda kemudian
mencari rata ratanya untuk medapatkan diameter zona bebas bakteri.
3.9.6 Uji Aktivitas Bakteri Terhadap Antibiotik
Bakteri diambil dari suspensi yang telah disetarakan dengan standar
McFarland (108 CFU/mL) sebanyak 300 µL. Bakteri tersebut diletakkan pada
media MH padat kemudian diratakan dengan spreader glass, setelah itu dibiarkan
sampai permukaan kering. Kombinasi dengan volume pengambilan yang telah
ditentukan dan kontrol yang digunakan diteteskan pada disk kosong kemudian
ditunggu selama 5 menit. Disk yang telah berisi kombinasi ekstrak serta kontrol
tersebut diletakkan di atas media yang telah disemai bakteri. Media diinkubasi
selama 18 - 24 jam pada suhu 37°C kemudian diamati zona hambatnya.
3.10 Analisis Data
Penelitian ini akan dilakukan uji statistik dengan menggunakan uji anova
dengan metode SPSS 16,0
Page 42
42
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Aktivitas ekstrak etanol lidah buaya dilakukan di laboratorium
mikrobiologi STIFI Perintis Padang, menunjukkan bahwa tumbuhan yang di teliti
adalah Aloe vera L. Uji daya hambat ekstrak etanol lidah buaya menggunakan
metode difusi cakram ditandai dengan terbentuknya zona bening disekitar cakram.
Hasil pemeriksaan dapat dilihat pada lampiran.
Tabel 4.1 Hasil uji aktivitas ekstrak lidah buaya terhadap bakteri Klebsiella
pneumonia.
Konsentrasi (mg/ml) Pengulangan (mm)
X SD P.Sig 1 2 3
25 6,00 6,00 6,00 6,00 ± 0,00
0,17
50 6,00 6,00 6,00 6,00 ± 0,00
75 7,00 8,00 8,00 7,67 ± 0,58
100 7,00 8,00 10,00 8,33 ± 1,53
Kontrol (+) Chloramphenicol) 25,00 27,00 27,00 24,00 ± 3,63
Kemampuan aktivitas antibakteri lidah buaya terhadap Klebsiella
pneumoniae dilakukan dengan metode difusi agar. Aktivasi antibakteri ditentukan
dengan berdasarkan diameter zona hambat yang dihasilkan oleh sediaan uji yang
berdifusi pada pencadang kertas diameter 6 mm yang diletakkan dalam cawan
petri yang terlebih dahulu dimasukkan inokulum bakteri uji dan media agar.
Tabel 4.1 dapat dilihat bahwa setelah ekstrak lidah buaya yang di amati
menunjukkan dari beberapa konsentrasi kurang efektif menghambat pertumbuhan
bakteri Klebsiella pneumonia. Pada ekstrak etanol lidah buaya dengan konsentrasi
25 mg/dl dan 50 mg/ml tidak terbentuk zona hambat, pada konsentrasi 75 mg/ml
menghasilkan zona hambat dengan diameter 7,67 mm, dan konsentrasi 100 mg/ml
Page 43
menghasilkan zona hambat dengan diameter 8,33 mm, Pada kontrol positif
menggunakan antibiotik Chloramphenicol menunjukkan zona hambat dengan
diameter 24,00 mm.
4.2 Pembahasan
Berdasarkan hasil pengukuran diameter daerah hambatan memperlihatkan
bahwa ekstrak lidah buaya memberikan aktivitas antibakteri kurang efektif
menghambat pertumbuhan bakteri Klebsiella pneumoniae. Hasil uji aktivasi
antibakteri menunjukkan bahwa ekstrak lidah buaya menghambat pertumbuhan
Klebsiella pneumoniae pada 100 mg/ml dengan diameter zona hambat 8,33 mm.
Berdasarkan pengukuran daerah hambatan memperlihatkan bahwa ekstrak etanol
daun lidah buaya memberikan konsentrasi hambat minimum ( KHM ) pada
konsentrasi 25 mg/ml dan 50 mg/ml terhadap bakteri Klebsiella pneumoniae
dengan diameter 6,00 mm. Kontrol positif menggunakan antibiotik
Chloramphenicol diperoleh zona hambat yang paling besar dibanding konsentrasi
yang lain yaitu 24,00 mm.
Penelitian ini tidak sejalan dengan yang dilakukan (Putra dkk, 2019),
menunjukkan bahwa interaksi ekstrak daun petai cina (Leucaena leucocephala
folium) dan lidah buaya (Aloe vera L.) menghambat pertumbuhan Staphylococus
aureus secara invitro.
Daun lidah buaya mempunyai senyawa aktif berupa senyawa lignin,
saponin, anthraguinone, acemannan, enzim bradykinase, karbiksipeptidase,
glukomannan, mukopoyisakarida, aloctin A, slisilat. Lidah buaya ( Aloe Vera L. )
senyawa Antrakuinon dan kuinon yang dapat menghambat pertumbuhan bakteri
(Idris, 2013).
Klebsiella pneumoniae dapat menghasilkan enzim betalaktamase sehingga
dapat menghidrolisis cincin betalaktam yang terdapat pada antibiotik betalaktam
dan menyebabkan resistensi terhadap antibiotik tersebut. Selain itu, Klebsiella
pneumoniae juga memiliki enzim urease dan enzim sitrat permiase serta enzim
Page 44
44
ESBL (Extended Spektrum Beta Lactamase) sehingga menyebabkan resistensi
terhadap antibiotik penisilin, sefalosporin, dan aztreonam. Kapsul polisakarida
yang mengelilingi bakteri ini melindungi terhadap aksi fagositosis dan
bakterisidal serum dan dapat dianggap sebagai faktor virulensi terpenting dari
Klebsiella pneumoniae (Nimas dkk, 2017).
Klebsiella pneumoniae dapat menyebabkan pneumonia, yang menyerang
jaringan paru-paru (alveoli). Klebsiella pneumoniae yang menyebabkan penyakit
paru-paru memberikan penampakan berupa pembengkakan paru-paru sehingga
lobus kiri dan kanan paru-paru menjadi tidak sama, demam (panas-dingin), batuk-
batuk (bronkhitis), penebalan dinding mukosa dan dahak berdarah. Selain itu,
bakteri ini juga dapat menyebabkan infeksi saluran kemih, dan infeksi
nosokomial. Sejauh ini, cara untuk mencegah penularan penyakit dengan cara
menjaga sanitasi dan pola hidup yang baik, di samping mengonsumsi antibiotik
(Nimas dkk, 2017).
Page 45
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari penelitian yang telah dilakukan yaitu :
1. Daya hambat Klebsiella pneumoniae setelah pemberian ekstrak etanol lidah
buaya pada konsentrasi 25 mg/ml dan 50 mg/ml tidak terbentuk zona hambat,
pada konsentrasi 75 mg/ml menghasilkan zona hambat dengan diameter 7,67
mm. pada konsentrasi 100 mg/ml menghasilkan zona hambat dengan
diameter 8,33 mm, dan pada kontrol positif (+) Clhoramphenicol dengan
diameter 24.00 mm.
2. Ekstrak lidah buaya kurang efektif menghambat pertumbuhan bakteri
Klebsiella pneumonia dengan persentasi tertinggi pada konsentrasi 100
mg/ml dengan diameter 8,33 mm.
5.2 Saran
1. Peneliti selanjutnya disarankan untuk menguji ekstrak etanol lidah buaya
yang telah dikombinasikan dengan salah satu obat antibiotik terhadap
pertumbuhan bakteri Klebsiella pneumoniae
2. Bagi peneliti selanjutnya untuk menguji daya bunuh ekstrak etanol lidah
buaya terhadap pertumbuhan Klebsiella pneumoniae
Page 46
46
DAFTAR PUSTAKA
Agoes, A. 2010. Tanaman Obat Indonesia. Jakarta: Salemba Medika
Arifin, Zainal. 2014. Penelitian Pendidikan: Metode dan Paradigma Baru.
Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Brooks, G.F., Butel, J.S., Ornston, L.N., 2008, Jawetz, Melnick & Adelberg
Mikrobiologi Kedokteran (terj.), Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta :
627-9.
Chen, L., Chavda, K. D., Melano, R. G., Jacobs, M. R., Levi, M. H., Bonomo, R.
A., et al. (2013). Complete sequence of a bla(KPC-2)-harboring IncFII(K1)
plasmid from a Klebsiella pneumoniae sequence type 258 strain.
Antimicrob. Agents Chemother.
Dalimartha, S., 2008. Resep Tumbuhan Obat Untuk Asam Urat, Jakarta: Penebar
Swadaya.
DepKes. (2000). Parameter Standar Umum Ekstrak Tumbuhan Obat.Jakarta:
Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan.
Depkes RI. 2010. Profil Kesehatan Indonesia. Jakarta: Depkes RI.
Dzen, Sjoekoer M., et al. 2003. Bakteriologi Medik. Edisi 1. Malang: Bayu media
Publishing
Entjang, 2003, Mikrobiologi dan Parasitologi Untuk Akademi Keperawatan dan
Sekolah Tenaga Kesehatan, Hal 53, Penerbit PT Citra Aditya Bakti
Bandung.
Furnawanthi, S. P. 2007. Khasiat dan Manfaat Lidah Buaya Si Tanaman Ajaib.
Tangerang: Argomedia Pustaka.
Page 47
Hariana, A. H., 2013. 262 Tumbuhan Obat dan Khasiatnya. Jakarta : Penerbit
Swadaya.
Hawley, L. B. 2003. Intisari Mikrobiologi Dan Penyakit Infeksi. diterjemahkan
oleh Huriawati, H. Jakarta.
Idris, M. (2013). Efektivitas Ekstrak Aloe vera Terhadap Pertumbuhan Bakteri
Streptococcus sanguis.
Irianto, K., 2006, Mikrobiologi Menguak Dunia Mikroorganisme, jilid 1, Yrama
Widya, Bandung.
Jawetz., et al. 2007. Mikrobiologi Kedokteran Jawetz, Melnick, & Adelberg,
Ed.23,Translation of Jawetz, Melnick, and Adelberg’s Medical
Microbiology,
Kumar V, Abbas AK, Aster JC. 2013. Robbins Basic Pathology. Philadelphia,
PA: Saunders.
Nimas Tika Inas Tarina dkk. (2017). Deteksi Bakteri Klebsiella pneumoniae.
Volume 15 No. 2.
Pandey, A. V., Flück, C. E., and Mullis, P. E. (2010). Altered heme catabolism by
heme oxygenase-1 caused by mutations in human NADPH cytochrome
P450 reductase. Biochem. Biophys. Res.
Pratiwi, S.T., 2008. Mikrobiologi farmasi. Erlangga, Jakarta : 150 –171.
Putra R. U dkk, (2019). Interaksi Ekstrak Etanol Daun Petai Cina (Leucaena
leucocephala folium) Dan Lidah Buaya (Aloe vera L.) Menghambat
Pertumbuhan Staphylococus aureus Secara Invitro, Jurnal Kesehatan
Perintis, 186-192.
Radji, M., 2011, Buku Ajar Mikrobiologi Panduan Mahasiswa Farmasi dan
Kedokteran, 107, 118, 201-207, 295, Jakarta, Buku Kedokteran EGC.
Page 48
48
Satya, B. D. (2013). Koleksi Tumbuhan Berkhasiat.Yogyakarta: Rapha Publishing
Setiabudy, Rianto. 2007. Farmakologi dan Terapi Edisi V (cetak ulang dengan
perbaikan). Jakarta: Gaya Baru.
Soemarno. 2000. Isolasi Dan Identifikasi Bacteri Klinik. Akademi Analis
Kesehatan Yogyakarta.
Sujatha G, Kumar GS, Muruganandan J, Prasad TS. Aloe Vera in Dentistry. J Clin
(2014) ;8(10):ZI01-2.Diagnostic Res.
Thiruppathi S., Ramasubramanian V., Sivakumar T., Thirumalai Arasu V.
Antimicrobial activity of Aloe vera (L.) Burm. f. against pathogenic
microorganisms. The Journal of Biosciences Research. 2010;1(4):251–2
Widiyono, 2011. Penyakit Tropis Epidemologi, Pemberantasan, Pencegahan dan
Pemberantasannya. Jakarta : Erlangga
Page 51
LAMPIRAN 2 HASIL UJI ANOVA SPSS
Hasil dengan menggunakan uji one way ANOVA
Descriptives
Daya_Hambat
N Mean
Std.
Deviation Std. Error
95% Confidence Interval
for Mean
Minimum
Maximu
m
Lower
Bound Upper Bound
25 mg/ml 3 6.00 .000 .000 6.00 6.00 6 6
50 mg/ml 3 6.00 .000 .000 6.00 6.00 6 6
75 mg/ml 3 7.67 .577 .333 6.23 9.10 7 8
100 mg/ml 3 8.33 1.528 .882 4.54 12.13 7 10
Total 12 7.00 1.279 .369 6.19 7.81 6 10
ANOVA
Daya_Hambat
Sum of Squares df Mean Square F Sig.
Between Groups 12.667 3 4.222 6.333 .017
Within Groups 5.333 8 .667
Total 18.000 11
Page 53
LAMPIRAN 4 DOKUMENTASI PENELITIAN
1. Ekstrak Etanol Lidah Buaya
Gambar 1 : Ekstrak etanol lidah buaya
Page 54
54
2. Proses Penelitian
Gambar 2 : Bakteri Klebsiella pneumoniae ATCC
Gambar 3 : Peneliti memberi ekstrak etanol lidah buaya pada kertas cakram
dengan masing-masing konsentrasi 25 mg/ml, 50 mg/ml, 75 mg/ml
dan 100 mg/ml
Page 55
Gambar 4 : Peneliti meletakkan kertas cakram dengan masing-masing
konsentrasi pada MHA yang telah diberi bakteri Klebsiella
pneumoniae dan belum dilakukan inkubasi
Page 56
56
3. Hasil Penelitian
Gambar 5 : Hasil uji daya hambat lidah buaya terhadap bakteri Klebsiella
pneumoniae dengan besaran sampel 4 buah. Setiap besaran sampel
masing-masing dilakukan 3 kali pengulangan. Pada bagian tengah
yaitu kontrol positif (+) Chloramphenicol