Top Banner
KARYA TULIS ILMIAH UJI AKTIVITAS DAYA HAMBAT EKSTRAK LIDAH BUAYA ( Aloe vera L. ) TERHADAP BAKTERI Klebsiella pneumoniae Diajukan sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan pendidikai Diploma Tiga Teknologi Laboratorium Medis STIKes Perintis Padang Oleh : WEDO ZUNDRI 1613453082 PROGRAM STUDI DIPLOMA TIGA TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIS SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN PERINTIS PADANG PADANG 2020
57

KARYA TULIS ILMIAH - repo.upertis.ac.id

Oct 01, 2021

Download

Documents

dariahiddleston
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: KARYA TULIS ILMIAH - repo.upertis.ac.id

KARYA TULIS ILMIAH

UJI AKTIVITAS DAYA HAMBAT EKSTRAK LIDAH BUAYA

( Aloe vera L. ) TERHADAP BAKTERI Klebsiella pneumoniae

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan pendidikai Diploma

Tiga Teknologi Laboratorium Medis STIKes Perintis Padang

Oleh :

WEDO ZUNDRI

1613453082

PROGRAM STUDI DIPLOMA TIGA TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIS

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN PERINTIS PADANG

PADANG

2020

Page 2: KARYA TULIS ILMIAH - repo.upertis.ac.id

2

Page 3: KARYA TULIS ILMIAH - repo.upertis.ac.id
Page 4: KARYA TULIS ILMIAH - repo.upertis.ac.id

4

Page 5: KARYA TULIS ILMIAH - repo.upertis.ac.id

Ya allah.....

Terimakasih, atas nikmat dan rahmad-mu yang agung ini. Hari ini hamba

bahagia Sebuah perjalanan panjang dan gelap telah kau berikan, secerah

cahaya terang meskipun hari esok penuh teka-teki dan tanda tanya yang

aku sendiri belum tahu pasti jawabanya.

Aku sering tersandung, terjatuh, terluka, dan terkadang aku harus

menelan antara keringat dan air mata

Namun, kau membuat ku kuat dan menghilangkan rasa takut pada diriku,

aku takkan menyerah karena aku tak mau kalah, Aku akan terus

melangkah berusaha dan berdo’a tanpa mengenal putus asa.

Syukur alhamdulillah...

Kini aku tersenyum dalam iradat-mu

Kini ku mengerti kesabaran dalam penantian, sungguh tak kusangka ya

allah...

Kau menyimpan sejuta makna dan rahasia, sungguh sangat berarti untuk

ku, hikmah yang kau berikan pada ku

Kini, aku sampai pada waktuku !

Ornamen keraguaan itu terhapus sudah..

Untuk Ayah (Zulyadi), Ibu (Nirmahalisna)...

Engkau bagaikan langit senja yang berwarna jingga

Page 6: KARYA TULIS ILMIAH - repo.upertis.ac.id

6

Sinarmu sedikit namun, terlihat begitu indah..

Cintamu berjalan bersama usiaku, terimakasih untuk kasih sayang yang

ku dapat setiap menitnya..

Maaf untuk, kenakalan, kelalaian, kesalahan, yang telah banyak ku

lakukan dan Terimakasih untuk senyuman, dan do’a yang begitu tulus

yang engkau berikan kepadaku..

Lembaran-lembaran ini, bagian kecil bukti kasih ku untuk mu, gambaran

dari cinta tulusmu yang tak pernah padam..

Untuk Saudaraku Zonny Dapindra (Kakak), Enggi Zundri (Kakak) dan M.

Akbar Pebian (Adik) terimakasih untuk dukungan, nasehat, kasih sayang,

cinta, do’a dan motivasi yang selalu engkau berikan disetiap langkahku.

Untuk teman, Kita terlihat mirip karena mengenakan seragam yang sama,

tetapi begitu lulus kita semua akan hidup di dunia yang berbeda. Buat

teman-teman ku terimakasih sudah menjadi temanku, terimakasih untuk

dukungan, motivasi dan sarannya selama ini...

By : Wedo Zundri

Page 7: KARYA TULIS ILMIAH - repo.upertis.ac.id

DATA RIWAYAT HIDUP

DATA PRIBADI

Nama : Wedo Zundri

Tempat/Tanggal Lahir : Pugu, 22 Januari 1998

Jenis Kelamin : Laki-laki

Agama : Islam

Kebangsaan : Indonesia

Status Perkawinan : Belum Menikah

Alamat : Pugu Semurup Kec. Air Hangat Barat Kab. Kerinci

No. Telp/Handphone : 0813-6818-9768

E-mail : [email protected]

PENDIDIKAN FORMAL

• 2004 - 2010, SDN 306/III PUGU

• 2010 - 2013, SMPN 1 KERINCI

• 2013 - 2016, SMAN 2 KERINCI

• 2016 - 2020, Program Studi D III Teknologi Laboratorium Medik

STIKes Perintis Padang

PENGALAMAN AKADEMIS

• 2019, Praktek Kerja Lapangan di RSUD M. Natsir Solok

• 2020, Karya Tulis Ilmiah

• Judul : “Uji Aktivitas Daya Hambat Ekstrak Lidah Buaya (Aloe Vera

L.) Terhadap Bakteri Klebsiella pneumoniae”.

Page 8: KARYA TULIS ILMIAH - repo.upertis.ac.id

8

ABSTRACT

Aloe vera plant (Aole vera L.) is one of the plants that has medicinal

properties. Aloe vera plant parts are used ie gels containing saponin compounds,

anthraquinone, flavonoids, and tannins. The purpose of this study was to

determine the inhibitory zone produced by aloe vera (Aloe vera L.) ethanol extract

on the growth of Klebsiella pneumoniae. The method of this research was carried

out using the experimental laboratory research design in vitro with the Kirby

Bauer method. The sample used was aloe vera with pure strain Klebsiella

pneumoniae ATCC and anova to compare the inhibition of aloe vera against the

growth of Klebsiella pneumoniae bacteria. The results of the research on aloe vera

extract activity test showed differences in the concentration of 25 mg/ml and 50

mg/ml did not form inhibitory zones, at a concentration of 75 mg/ml produced

inhibition zones with a diameter of 7.67 mm. and at a concentration of 100 mg/ml

produces inhibition zones with a diameter of 8.33 mm. Shows that aloe vera

extract is less effective in inhibiting the growth of Klebsiella pneumoniae.

Keywords: Aloe Vera, Klebsiella pneumoniae

Page 9: KARYA TULIS ILMIAH - repo.upertis.ac.id

ABSTRAK

Tanaman lidah buaya (Aole vera L.) merupakan salah satu tanaman yang

berkhasiat sebagai tanaman obat. Bagian tanaman lidah buaya dimanfaatkan yaitu

gel yang mengandung senyawa saponin, anthraquinone, flavonoid, dan tanin.

Tujuan penelitian ini adalah unutk mengetahui zona hambat yang dihasilkan oleh

ekstrak etanol lidah buaya (Aloe vera L.) terhadap pertumbuhan Klebsiella

pneumoniae Metode penelitian ini dilakukan dengan menggunakan desain

penelitian Eksperimental laboratory secara in vitro dengan metode Kirby Bauer.

Sampel yang digunakan adalah lidah buaya dengan strain murni Klebsiella

pneumoniae ATCC dan anova untuk membandingkan daya hambat lidah buaya

terhadap pertumbuhan bakteri Klebsiella pneumoniae. Hasil penelitian uji

aktivitas ekstrak etanol lidah buaya menunjukkan perbedaan pada konsentrasi 25

mg/ml dan 50 mg/ml tidak terbentuk zona hambat, pada konsentrasi 75 mg/ml

menghasilkan zona hambat dengan diameter 7,67 mm. dan pada konsentrasi 100

mg/ml menghasilkan zona hambat dengan diameter 8,33 mm. Menunjukkan

ekstrak etanol lidah buaya kurang efektif menghambat pertumbuhan Klebsiella

pneumoniae.

Kata kunci : Lidah Buaya, Klebsiella pneumoniae

Page 10: KARYA TULIS ILMIAH - repo.upertis.ac.id

10

KATA PENGANTAR

Pada kesempatan ini penulis ucapkan puji dan syukur kehadirat Allah

Subhanahu Wa Ta’ala, karena atas rahmat dan karunianya penulis dapat

menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini dengan judul “UJI AKTIFITAS DAYA

HAMBAT EKSTRAK LIDAH BUAYA ( Aloe vera L. ) TERHADAP

BAKTERI Klebsiella pneumoniae “. Karya Tulis Ilmiah ini dibuat untuk

melengkapi tugas dan memenuhi syarat ujian akhir program pada jenjang

pendidikan Diploma Tiga Teknologi Laboratorium Medik Sekolah Tinggi Ilmu

Kesehatan Perintis Padang.

Penulis dalam menyusun proposal penelitian ini mendapat bantuan dari

banyak pihak, baik secara moril maupun materil, oleh karena itu izinkan penulis

dengan segala kerendahan dan penuh hormat mengucapkan terima kasih pada :

1. Bapak Yendrizal Jafri, S.Kep., M.Biomed selaku Ketua STIKes Perintis

Padang.

2. Ibu Endang Suraini, S.KM., M.Kes selalu Ka.Prodi Diploma Tiga

Teknologi Laboratorium Medik STIKes Perintis Padang.

3. Bapak Putra Rahmadea Utami, S.Si.,M.Biomed selaku pembimbing yang

telah meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan dan

pengarahan dalam penulisan Proposal Karya Tulis Ilmiah ini.

4. Bapak Adi Hartono, SKM., M.Biomed selaku Penguji yang telah

meluangkan ruang dan waktunya untuk memberikan arahan kepada

penulis sehingga dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini

5. Dosen dan seluruh staff Prodi Diploma Tiga Teknologi Laboratorium

Medik STIKes Perintis Padang.

6. Karyawan/karyawati Perpustakaan STIKes Perintis Padang.

7. Kepada orangtua dan seluruh keluarga tersayang yang selalu memberikan

cinta dan kasih sayangnya, dukungan dan do’a dalam mengiringi penulis

meraih cita-cita dan

8. Kepada rekan-rekanku atas dukungannya.

Page 11: KARYA TULIS ILMIAH - repo.upertis.ac.id

Akhir kata penulis menyadari sepenuhnya bahwa Karya Tulis Ilmiah ini

masih jauh dari kesempurnaan karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman.

Dengan kerendahan hati penulis mengharapkan segala kritikan dan saran yang

bersifat membangun demi kesempurnaan Karya Tulis Ilmiah dan penulis berharap

semoga Karya Tulis Ilmiah ini bermanfaat untu perkembangan dan kemajuan ilmu

pengetahuan dimasa yang akan datang.

Padang, Maret 2020

Penulis

Page 12: KARYA TULIS ILMIAH - repo.upertis.ac.id

12

DAFTAR ISI

Halaman

LEMBAR PENGESAHAN .......................................................................... i

LEMBAR PERSETUJUAN .......................................................................... ii

PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME .................................................. iii

KATA PERSEMBAHAN .............................................................................. iv

DATA RIWAYAT HIDUP ............................................................................ vi

ABSTRACT .................................................................................................... vii

ABSTRAK ...................................................................................................... viii

KATA PENGANTAR .................................................................................... ix

DAFTAR ISI ................................................................................................... xii

DAFTAR TABEL .......................................................................................... xiv

DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... xv

DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xvi

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................... 1

1.1 Latar Belakang ..................................................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah ................................................................................ 3

1.3 Batasan Masalah................................................................................... 3

1.4 Tujuan Penelitian ................................................................................. 3

1.5 Manfaat Penelitian ............................................................................... 3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA .................................................................... 4

2.1. Deskripsi Lidah Buaya (Aloe vera L) ................................................ 4

2.2. Klebsiella pneumoniae ........................................................................ 9

2.3. Prinsip Kerja Antimikroba .................................................................. 12

2.4. Antibiotik ............................................................................................ 13

2.5. Ekstraksi ............................................................................................. 14

2.6. Uji Aktivitas Bakteri ........................................................................... 16

2.7. Uji In Vitro .......................................................................................... 17

BAB III METODOLOGI PENELITIAN .................................................... 18

3.1. Jenis Penelitian ................................................................................... 18

3.2. Tempat dan Waktu Penelitian ............................................................. 18

3.3. Sampel Penelitian................................................................................ 18

3.4. Jenis dan Cara Pengumpulan Data ...................................................... 18

3.5. Identifikasi Variabel............................................................................ 18

3.6. Alat dan Bahan .................................................................................... 19

3.7. Sterilisasi ............................................................................................. 20

3.8. Persiapan Bahan .................................................................................. 20

3.9. Prosedur Kerja .................................................................................... 23

3.10. Analisis Data ....................................................................................... 25

Page 13: KARYA TULIS ILMIAH - repo.upertis.ac.id

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ....................................................... 24

4.1 Hasil .................................................................................................... 24

4.2 Pembahasan ......................................................................................... 25

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ......................................................... 27

5.1 Kesimpulan ......................................................................................... 27

5.2 Saran ................................................................................................... 27

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 28

LAMPIRAN ....................................................................................................

Page 14: KARYA TULIS ILMIAH - repo.upertis.ac.id

14

DAFTAR TABEL

Halaman

2.1 Tabel Kandungan Lidah Buaya .................................................................. 8

2.2 Tabel Kategori Daya Hambat Bakteri ........................................................ 19

4.1 Tabel Hasil Uji Aktivitas Ekstrak Lidah Buaya Terhadap Bakteri

Klebsiella pneumoniae .............................................................................. 32

Page 15: KARYA TULIS ILMIAH - repo.upertis.ac.id

DAFTAR GAMBAR

Halaman

2.1 Gambar Lidah Buaya ................................................................................. 6

2.2 Gambar Klebsiella pneumoniae ................................................................. 12

Page 16: KARYA TULIS ILMIAH - repo.upertis.ac.id

16

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1. Surat Penelitian ........................................................................... xvii

Lampiran 2. Hasil Uji Anova SPSS ................................................................ xviii

Lampiran 3. Konsultasi Penelitian .................................................................. xix

Lampiran 4. Dokumentasi Penelitian .............................................................. xx

Page 17: KARYA TULIS ILMIAH - repo.upertis.ac.id

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) merupakan penyakit saluran

pernafasan yang bersifat akut dengan berbagai macam gejala (sindrom). Penyakit

ini disebabkan oleh berbagai sebab (multifaktorial). Meskipun organ saluran

pernafasan yang terlibat adalah hidung, laring, tenggorok, bronkus, trakea, dan

paru-paru, tetapi yang menjadi fokus adalah paru-paru. Titik perhatian ini

disepakati karena tingginya tingkat mortalitas radang paru-paru (Widiyono, 2011).

Penyakit infeksi biasanya disebabkan oleh beberapa mikroorganisme

seperti bakteri, parasit, virus dan jamur. Penyakit infeksi pada saluran pernapasan

merupakan penyakit yang sering terjadi pada masyarakat dan pada umumnya

disebabkan oleh berbagai mikroooganisme, diantaranya adalah akibat infeksi dari

bakteri. Salah satu bakteri yang dapat menyebabkan infeksi pada saluran

pernapasan yaitu bakteri Klebsiella pneumoniae (Hawley, 2003).

Klebsiella pneumoniae adalah bakteri gram negatif, berbentuk batang,

berkapsul, dan non motil (Chen dkk., 2013). Hal ini menjadi permasalahan di

dunia medis karena dapat menyebabkan resistensi antibiotik yang kemudian

memicu infeksi kronis serta kegagalan terapi. Penelitian tentang resistensi

antibiotik pada bakteri yang diambil dari kateter pada pasien post-op di India

menemukan bahwa biofilm bakteri yang ditemukan dari kultur kateter Foley

paling banyak adalah E. Faecalis, diikuti E. Coli, spesies Staphylococcus, spesies

Klebsiella, spesies Pseudomonas dan spesies Citrobacter. Hampir semua spesies

tersebut resisten terhadap berbagai antibiotik walaupun pasien tidak menunjukkan

gejala klinis (Kumar dkk., 2013).

Seiring dengan perkembangan zaman sekarang ini, negara Indonesia telah

menggunakan tanaman obat sejak dahulu oleh etnik-etnik masyarakat tertentu,

baik yang hidup di daerah urban maupun rural guna meningkatkan kesehatan.

Page 18: KARYA TULIS ILMIAH - repo.upertis.ac.id

18

Delapan puluh persen penduduk masih menggantungkan dirinya pada pengobatan

tradisional termasuk penggunaan obat yang berasal dari tumbuhan (Agoes, 2010).

Pengetahuan mengenai tumbuhan obat mulai dari jenis tumbuhannya, bagian yang

digunakan, cara pengobatan sampai dengan penyakit yang dapat disembuhkan

merupakan kekayaan pengetahuan yang perlu dilestarikan (Hariana, 2013).

Pemilihan bahan alami sebagai pengobatan bertujuan untuk mengurangi

resistensi terhadap antibiotik. Resistensi multiobat terhadap penggunaan antibiotik

merupakan permasalahan yang besar sehingga untuk mengatasi hal tersebut

diperlukan penciptakan obat antimikroba baru terutama yang berasal dari sumber

daya alam (Pandey dkk., 2010).

Penggunaan ekstrak tanaman dengan sifat antimikroba dikenal dapat

menjadi sangat penting dalam pengendalian infeksi. Salah satu tumbuhan yang

digunakan sebagai obat tradisional adalah lidah buaya (Aloe vera L.).

Pengembangan obat tradisional dikatakan rasional, yakni ditemukannya bahan

alami (terutama tumbuhan) yang terbukti secara ilmiah dapat memberikan

manfaat klinik dalam pencegahan atau pengobatan penyakit dan tidak

menyebabkan efek samping serius dalam arti aman untuk pemakaian obat pada

manusia (Dalimartha, 2008).

Lidah buaya (Aloe vera L.) digunakan sebagai bahan obat sejak beberapa

ribu tahun yang lalu untuk mengobati luka bakar, rambut rontok, infeksi kulit,

peradangan sinus, dan rasa nyeri pada saluran cerna. Lidah buaya (Aloe vera L.)

memiliki kandungan yang bermanfaat diantaranya adalah tannin, asam amino,

antrakuinone yang merupakan senyawa fenolik dan ditemukan dalam getah.

Selain itu daun lidah buaya juga mengandung campesterol, sitosterol dan lupeol.

Senyawa ini berperan sebagai anti inflamasi dan antibakteri (Thiruppathi dkk.,

2010).

Berdasarkan uraian diatas, maka telah dilakukan penelitan “Uji Aktivitas

Ekstrak Lidah Buaya (Aloe vera L.) Terhadap Daya hambat Klebsiella

pneumoniae secara In Vitro”.

Page 19: KARYA TULIS ILMIAH - repo.upertis.ac.id

1.2 Rumusan Masalah

Apakah ekstrak etanol lidah buaya (Aloe Vera L.) dapat menghambat

pertumbuhan bakteri Klebsiella pneumoniae?

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Untuk menguji aktifitas ekstrak etanol Lidah Buaya (Aloe Vera L.) terhadap

daya hambat bakteri Klebsiella pneumoniae.

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Untuk menentukan zona hambat pada Klebsiella penumoniae

menggunakan ekstrak lidah buaya (Aloe vera L.).

2. Untuk mengetahui konsentrasi dari ekstrak lidah buaya (Aloe vera L.).

terhadap zona hambat Klbesiella penumoniae.

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Bagi Penulis

Untuk menambah pengetahuan mengenai uji aktivitas ekstrak lidah buaya (

Aloe vera L.) terhadap daya hambat Klebsiella pneumoniae.

1.4.2 Bagi Masyarakat

Sebagai masukan atau informasi kepada masyarakat mengenai manfaat dan

khasiat lidah buaya.

1.4.3 Bagi Instansi Pendidikan

Untuk menambah referensi dibidang bakteriologi bagi perpustakaan STIKes

Perintis Padang.

Page 20: KARYA TULIS ILMIAH - repo.upertis.ac.id

20

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Deskripsi Lidah Buaya (Aloe vera L.)

Lidah buaya merupakan satu dari 10 jenis tanaman terlaris di dunia yang

mempunyai potensi untuk dikembangkan sebagai tanaman obat dan bahan baku

industri. Tumbuhan ini dapat ditemukan dengan mudah di daerah tropis. Lidah

buaya dimanfaatkan sebagai tanaman hias yang ditanami sembarangan di

pekarangan rumah dan digunakan sebagai kosmetika untuk penyubur rambut.

Sekitar tahun 1990, tanaman ini baru digunakan untuk industri makanan,

minuman dan juga kesehatan (Furnawanthi, 2007).

Lidah buaya memiliki daun berwarna hijau, berlapis lilin putih pada pada

permukaan daun, berbentuk runcing tebal, bergerigi, dan sukulen. Pada

permukaan daun terdapat bercak putih dan akan menghilang ketika tanaman

dewasa. Lidah buaya memiliki perakaran yang dangkal, serabut, bersifat tumbuh

ke bawah dan menyebar mengakibatkan tanaman mudah roboh. Lidah buaya

memiliki panjang akar mencapai 30-40 cm, batang dikelilingi pelepah daun yang

mengarah ke atas dengan tebal daun 2-3 cm, mengandung air (sukulen) getas dan

lendir yang mendominasi daun. Lidah buaya memiliki persyaratan tumbuh pada

suhu 16-31°C, menghendaki tanah subur, gembur dan memiliki bahan organik,

pH 5,5-6,0 (Furnawanthi, 2007).

Lidah buaya memiliki bunga berwarna kuning, berkelamin ganda dengan

panjang 2-3 cm, berbentuk seperti lonceng terletak di ujung tangkai atas dan

tangki bunga keluar dari ketiak dengan panjang tangkai 50-100 cm ke atas,

bertekstur kokoh sehingga tidak mudah roboh (Furnawanthi, 2007).

2.1.1 Klasifikasi Lidah Buaya (Aloe vera L.)

Klasifikasi lidah buaya menurut (Furnawanthi, 2007) sebagai berikut:

Kingdom : Plantae

Divisi : Spermatophyta

Kelas : Magnoliopsida

Page 21: KARYA TULIS ILMIAH - repo.upertis.ac.id

Ordo : Asparagales

Famili : Xanthorrhoeaceae

Genus : Aloe

Spesies : Aloe vera L.

Gambar 2.1 Lidah buaya (Aloe vera L.) (Furnawanthi, 2007)

2.1.2 Khasiat dan Manfaat Lidah Buaya (Aloe vera L.)

Khasiat dari tumbuhan lidah buaya sangat banyak termasuk untuk

pemanfaatan pemakaian luar pada tubuh manusia yaitu seperti pada luka bakar

atau tersiram air panas dengan mengaplikasikan bagian dalam daun lidah buaya

yang ditempelkan pada bagian tubuh yang terkena api/air panas. Selain sebagai

luka bakar lidah buaya juga bermanfaat untuk penyuburan rambut dengan

mengambil bagian dalam daun lidah buaya yang menyerupai agar-agar

digosokkan kekulit kepala sesudah mandi sore dan dingkus dengan kain lalu

keesokan hariya rambut dicuci dan penggunaan lidah buaya seperti ini selama 3

bulan akan menghasilkan hasil yang memuaskan. Selain untuk pemanfaatan

pemakaian lidah buaya untuk luar tubuh juga dapat dilakukan untuk pemakaian

dalam tubuh seperti untuk pengobatan kencing manis (diabetes mellitus) dengan

meminum rebusan lidah buaya sehabis makan, batuk rejan dengan meminum

rebusan lidah buaya dengan tambahan gula atau madu, syphillis dengan merebus

bunga dan daging lidah buaya lalu diminum, cacingan dan susah buang air kecil

dengan meminum rebusan akar lidah buaya, wasir atau ambeien dengan

meminum daun batang lidah buaya yang telah diparut dan dicampu madu dengan

Page 22: KARYA TULIS ILMIAH - repo.upertis.ac.id

22

diminum 3 kali sehari, sebagai pengobatan sembelit dengan meminum seduhan

batang daun lidah buaya dengan campuran madu dan masih banyak lagi khasiat-

khasiat yang telah dipakai sebagai pengobatan tradisional (Satya, 2013).

Lidah buaya dapat dipergunakan untuk pengobatan luka bakar karena api atau

terkena minyak goreng panas dengan mencuci daun lidah buaya, membuang

pangkal daunnya, lalu buka kulit daunnya. Tempelkan bagian daun yang berlendir

pada luka sampai lendirnya menutupi seluruh bagian luka. Pelakuan ini dapat

dilakukan secara teratur selama ½ jam sekali. Selain itu lidah buaya juga dapat

mengobati luka terpukul dan luka dalam (mutah darah) dengan merebus 10-15

gram bunga lidah buaya kering dengan 3 gelas air putih hingga tersisa 1 ½ gelas.

Saring air rebusannya, lalu diminum secara teratur tiga kali sehari masing-masing

1 ½ gelas (Furnawanthi, 2007).

Lidah buaya terbukti bermanfaat dalam masalah dermatologis dan membantu

dalam warna kulit yang baik dengan meningkatkan aktivitas fibroblas. Fibroblas

ini menghasilkan kolagen dan serat elastis dan memberi kulit strukturnya. Efek

melembabkan lidah buaya karena komponen polisakarida menyediakan dan

mempertahankan kelembaban dalam jaringan (Sujatha dkk, 2014).

2.1.3 Kandungan Lidah Buaya (Aloe vera L.)

Zat Kegunaan

Lignin • Mempunyai kemampuan

penyerapan yang tinggi, sehingga

memudahkan peresapan gel ke

kulit atau mukosa.

Saponin • Mempunyai kemampuan

membersihkan dan bersifat

antiseptic

• Bahan pencuci yang sangat baik

Page 23: KARYA TULIS ILMIAH - repo.upertis.ac.id

Zat Kegunaan

Kompleks Anthraquinone alon,

Barbaloin, Iso-Barbaloin,

Anthranol, Aloe emodin,

Anthrancene, Aloetic acid.

• Bahan laktasatif

• Penghilang rasa sakit, mengurangi

racun

Ester Asan Sinamat, Asam

Krisophanat, Eteral oil,

Resistanol

• Senyawa anti bakteri

• Mempunyai kandungan antibiotic

Acemannan • Sebagai anti virus

• Anti bakteri

• Anti jamu

• Dapat menghancurkan sel tumor,

serta meningkatkan daya tahan

tubuh

Vitamin B1, B2, Niacinamida,

B6, Cholin, Asam Folat

• Bahan penting untuk menjalankan

fungsi tubuhsecara norma

Enzim oksidase, amylase,

katalase, lifase, protease

• Mengatur proses-proses kimia

dalam tubuh

• Menyembuh kan luka dalam dan

luar

Monosakarida, polisakarida,

selulosa, glukosa, mannose,

aldophentosa, rhamnosa

• Bahan laktasatif

• Penghilang rasa sakit, mengurangi

racun

• Senyawa antibakteri

• Mempunyai kandungan antibiotik

Enzim bradykinase,

• Mengurangi inflamasi

Page 24: KARYA TULIS ILMIAH - repo.upertis.ac.id

24

Zat Kegunaan

karbiksipeptidase • Anti alergi

• Dapat mengurangi rasa sakit

Glukomannan, Mukopolysakarida • Memberikan efek imuno modulasi

Salisilat • Menghilangkan rasa sakit, dan

anti inflamasi

Tennin, aloctin A • Sebagai anti inflamasi

Tabel 2.1 Kandungan Lidah buaya. Sumber : (Arifin, 2014)

Getah lidah buaya yang mengandung aloin, aloe-emodin, dan barboloin, yang

berkhasiat sebagai laksatif. Kandungan polisakarida daun lidah buaya dapat

mempercepat penyembuhan luka dan mengurangi reaksi peradangan. Selain itu,

lidah buaya mengandung saponin yang berkhasiat membunuh kuman. Gel lidah

buaya mengandung lignin yang mampu menembus dan meresap kedalam kulit.

Gel ini akan menahan hilangnya cairan tubuh dari permukaan kulit sehingga kulit

tidak kering. Tumbuhan ini juga mengandung senyawa yang dapat merangsang

pertumbuhan sel kulit baru (Furnawanthi, 2007).

Komponen yang terkandung dalam lidah buaya sebagian besar adalah air

mencapai 99,5% dengan total padatan terlaut hanya 0,49%, lemak 0,067%,

karbohidrat 0,043%, protein 0,038%, vitamin A 4, 594 IU, dan vitamin C 3,476

mg (Idris, 2013).

2.1.4 Senyawa Aktif Lidah Buaya (Aloe vera L.)

Lidah buaya mempunyai senyawa aktif berupa senyawa Lignin, Saponin,

Anthraguinone, Acemannan, Enzim bradykinase, Karbiksipeptidase,

Glukomannan. Mukopoyisakarida, Aloctin A, Slisilat. Lidah buaya (Aloe Vera

Page 25: KARYA TULIS ILMIAH - repo.upertis.ac.id

L.) mempunyai 20 asam amino dari 22 asam amino yang dibutuhkan tubuh.

Mempunyai mineral dan vitamin A, B1, B2, B6, B12, C, E, Asam folat, Senyawa

Antrakuinon dan kuinon (Idris, 2013).

2.2 Klebsiella pneumonia

2.2.1 Sejarah

Hans Christian Gram seorang Ilmuwan berkebangsaan Denmark yang hidup

pada tahun 1853 – 1938. Untuk pertama kali beliau berhasil memperkenalkan cara

pewarnaan bakteri secara gram, dan berhasil mengamati Klebsiella pneumoniae

dan Streptococcus pneumoniae pada tahun 1884. Kemudian bakteri tersebut

berhasil di identifikasi oleh seorang ahli Bakteriologi berkebangsaan Jerman

bernama Edwin Klebs, yang hidup pada tahun (1831-1913) yang kemudian

memperkenalkan Bakteri ini,dan diberi nama Klebsiella (Jawetz dkk., 2014).

2.2.2 Klasifikasi Klebsiella pneumoniae

Menurut (Radji, 2011), klasifikasi Klebsiella pneumoniae secara sistematik

adalah sebagai berikut:

Kingdom : Bakteria

Filum : Proteobakteria

Kelas : Gama Proteobakteria

Ordo : Enterobakteriales

Famili : Enterobacteriaceae

Genus : Klebsiella

Spesies : Klebsiella Pneumoniae

Page 26: KARYA TULIS ILMIAH - repo.upertis.ac.id

26

Gambar 2.2 Klebsiella pneumoniae (Brooks dkk, 2013)

2.2.3 Sifat Umum dan Morfologi Klebsiella pneumoniae

Berbentuk batang pendek, Gram negatif, bersifat Aerob fakultatif, bakteri ini

berukuran 0,5 – 1,5 µ x 1 – 2 µ, tidak mampu berbentuk spora, tidak dapat

bergerak dengan bebas dan mempunyai kapsul yang tersusun dari Polisakarida

sehingga dengan mudah dapat mengikat lipoprotein untuk membetuk

Lipopolisakarida yang berfungsi sebagai Patogenitas bakteri ini. Kadang-kadang

bakteri ini mempunyai susunan berpasangan seperti pneumococcus (Brooks dkk.,

2013)

2.2.4 Patogenitas Klebsiella pneumoniae

Anggota genus Klebsiella biasanya mengekspresikan 2 jenis antigen pada

permukaan sel mereka. Yang pertama adalah lipopolisakarida (O antigen), yang

lain adalah polisakarida kapsul (K antigen). Kedua antigen ini berkontribusi pada

patogenisitas. Tentang 77 K antigen dan 9 O antigen ada. Variabilitas struktur

antigen ini membentuk dasar untuk klasifikasi dalam berbagai serotipe. Virulensi

dari semua serotipe tampaknya serupa. Lobar pneumonia berbeda dari pneumonia

lain dalam hal itu dikaitkan dengan perubahan destruktif di paru-paru. Ini adalah

penyakit yang sangat berat dengan onset yang cepat dan hasil yang sering fatal

meskipun pengobatan antimikroba dini dan tepat.

Page 27: KARYA TULIS ILMIAH - repo.upertis.ac.id

Pasien biasanya hadir dengan onset akut demam tinggi dan menggigil, gejala

seperti flu, dan batuk produktif dengan sputum banyak, tebal, ulet, dan darah-

biruan kadang-kadang disebut dahak jeli kismis.Sebuah kecenderungan meningkat

ada ke arah pembentukan abses, kavitasi, empiema, dan adhesi pleura (Jawetz

dkk., 2014).

2.2.5 Pembiakan dan Pertumbuhan Klebsiella pneumoniae

Coliform ini dapat tumbuh subur dan cepat pada media sederhana, aerobic

dan anaerobic fakultatif, dapat memfermentasikan laktosa dengan menghasilkan

asam (6-7,8) dan gas pada pengeraman 37℃ selama 24-48 jam. Spesies yang

termasuk golongan Coliform antara lain Escherichia coli, Enterobacter

aerogenes, dan Klebsiella pneumoniae (Entjang, 2003).

2.2.6 Struktur Antigen Klebsiella pneumoniae

Klebsiella pneumoniae memiliki struktur antigen. Anggota dari genus sanya

mengungkapkan 2 jenis antigen pada permukaan sel mereka, yaitu (Brooks dkk.,

2013):

a. Antigen somatik O (Liposakarida)

Antigen O merupakan bagian terluar dinding sel lipopolisakarida dan terdiri

dari unit berulang polisakarida. Beberapa polisakarida spesifik O mengandung

gula unik. Antigen O tahan terhadap panas dan alcohol dan biasanya dideteksi

dengan cara aglutinasi bakteri. Antibody terhadap antigen O adalah IgM.

b. Antigen K (Kapsular)

Antigen K merupakan bagian terluar dari antigen O pada beberapa, tetapi tidak

pada enterobacteriaceae. Beberapa antigen K adalah polisakarida dan yang

lainnya protein.

Page 28: KARYA TULIS ILMIAH - repo.upertis.ac.id

28

2.3 Prinsip Kerja Antimikroba

Antibakteri adalah zat yang membunuh atau menekan pertumbuhan atau

reproduksi bakteri. Suatu zat antibakteri yang ideal harus memiliki sifat toksisitas

selektif, artinya bahwa suatu obat berbahaya terhadap parasit tetapi tidak

membahayakan tuan rumah (hopses). Zat antibakteri dibagi menjadi dua

kelompok, yaitu antibakteri yang dapat menghambat pertumbuhan bakteri

(bakteriostatik) dan antibakteri yang dapat membunuh bakteri (bakteriosid)

(Tristiyanto, 2009).

2.3.1 Penghambat Terhadap Sintesis Dinding Sel

Antimikroba menghambat sintesis dinding sel bakteri atau mengaktivasi

enzim yang dapat merusak dinding sel bakteri. Termasuk dalam antimikroba

adalah penisilin, sefalosporin, vankomisin, ritosin, basitrasin, dan sikloserin.

2.3.2 Penghambat Fungsi Membran Sel

Antimikroba bekerja secara langsung pada membran sel yang mempengaruhi

permeabilitas dan menyebabkan keluarnya senyawa intraseluler bakteri. Dalam

hal ini antimikroba dapat :

1. Berinteraksi dengan streol membran sel pada jamur, misalnya : amfoterisin B

dan nistatin.

2. Merusak membran sel bakteri gram negatif misalnya : polimiskin dan kolistin.

2.3.3 Penghambat Terhadap Sintesis Protein

Antimikroba mempengaruhi fungsi ribosom bakteri yang menyebabkan

sintesis protein dihambat.

Page 29: KARYA TULIS ILMIAH - repo.upertis.ac.id

2.4 Antibiotik

2.4.1 Pengertian Antibiotik

Antibiotik adalah senyawa yang dihasilkan oleh mikroorganisme (bakteri,

jamur) yang mempunyai efek menghambat atau menghentikan suatu proses

biokimia mikroorganisme lain. Sifat antibiotik harus memiliki sifat toksisitas

selektif setinggi mungkin artinya obat tersebut harus bersifat sangat toksik untuk

mikroba (Setiabudy, 2007).

2.4.2 Penggolongan Antibiotik

2.4.2.1 Penggolongan Antibiotik Berdasarkan Mekanisme Kerja

Berdasarkan mekanisme kerjanya, antibiotik dibagi dalam lima kelompok

(Setiabudy, 2007):

a. Antibiotik yang menghambat metabolisme sel bakteri.

Antibiotik yang masuk dalam kelompok ini ialah sulfanomid, Trimetropim,

Asam p-aminosalisilat (PAS) dan Sulfon.

b. Antibiotik yang menghambat sintesis dinding sel bakteri.

Antibiotik ini menghambat dinding sel sehingga menghilangkan kemampuan

berkembang biak dan menimbulkan lisis, obat yang termasuk dalam kelompok

ini adalah Penisilin, Sefalospirin, Vankomisin, dan Sikloserin.

c. Antibiotik yang mengganggu keutuhan membrane sel bakteri.

Antibiotik yang dikenal mengganggu membran sel, mempengaruhi

permeabelitas sehingga menimbulkan kebocoran dan kehilangan senyawa

intraseluler, contoh Polimiksin, Nistatin.

d. Antibiotik yang menghambat sintesis asam nukleat sel bakteri.

Antibiotik yang termasuk dalam kelompok ini adalah Rifamfisin dan golongan

kuinolon. Rifampisi, salah satu derivat rifamfisin, berikatan dengan enzim

polimerase-RNA sehingga menghambat sintesis RNA dan DNA oleh enzim

tersebut. Golongan kuinolon menghambat enzim DNA girase pada kuman

Page 30: KARYA TULIS ILMIAH - repo.upertis.ac.id

30

yang fungsinya menata kromosom yang sangat panjang menjadi bentuk spiral

hingga bisa muat dalam sel kuman yang kecil.

e. Antibiotik yang menghambat sintesis protein sel bakteri.

Obat yang termasuk dalam kelompok ini adalah golongan Aminoglikosid,

Makrolid, Linkomisin, Tetrasikilin, dan Kloramfenikol.

2.4.2.2 Penggolongan Antibiotik Berdasarkan Spektrum Kerja

Berdasarkan spektrum kerjanya, antibiotik terdiri dari:

a. Spektrum sempit mampu menghambat segolongan jenis bakteri saja, contohnya

hanya mampu menghambat atau membunuh bakteri gram negatif atau gram

positif saja.

b. Spektrum luas mampu menghambat atau membunuh bakteri gram negatif

maupun gram positif (Pratiwi, 2008).

2.4.2.3 Penggolongan Antibiotik Berdasarkan Daya Kerja

Berdasarkan daya kerjanya, antibiotik dibagi dalam dua kelompok yaitu:

a. Bakterisid, yaitu antibiotik yang memiliki kemampuan untuk membunuh

bakteri.

b. Bakteriostatik, yaitu antibiotik yang memiliki kemampuan untuk menghambat

pertumbuhan bakteri (Dzen dkk, 2003).

2.5 Ekstraksi

Ekstraksi adalah proses penarikan komponen aktif yang terkandung dalam

tanaman menggunakan bahan pelarut yang sesuai dengan kelarutan komponen

aktifnya (DepKes, 2000).

Menurut Ditjen POM RI (2000), ada beberapa metode ekstraksi yang

sering digunakan antara lain yaitu:

Page 31: KARYA TULIS ILMIAH - repo.upertis.ac.id

a. Cara dingin

1. Maserasi adalah proses pengeskstrakan simplisia dengan menggunakan

pelarut dengan beberapa kali pengocokan atau pengadukan pada temperatur

ruangan (kamar). Cairan penyari akan menembus dinding sel dan masuk

kedalam rongga sel yang mengandung zat aktif yang akan larut, karena adanya

perbedaan konsentrasi antara larutan zat aktif di dalam sel dan diluar sel maka

larutan terpekat didesak keluar.

2. Perkolasi adalah ekstraksi dengan pelarut yang selalu baru sampai sempurna

yang umumnya dilakukan pada temperatur ruangan. Proses terdiri dari tahap

pengembangan, tahap maserasi antara dan tahap perkolasi sebenarnya terus-

menerus sampai diperoleh ekstrak (perkolat).

b. Cara panas

1. Refluks adalah ekstraksi dengan pelarut pada temperatur titik didihnya, selama

waktu tertentu dan jumlah pelarut terbatas yang relatif konstan karena adanya

pendingin balik.

2. Sokletasi adalah ekstraksi dengan menggunakan pelarut yang selalu baru dan

umumnya dilakukan menggunakan alat khusus sehingga terjadi ekstrak

kontinu dengan jumlah pelarut relatif konstan dengan adanya pendingin balik.

3. Digesti adalah maserasi kinetik (dengan pengadukan kontinu) pada temperatur

yang lebih tinggi dari temperatur ruangan (kamar), yaitu secara umum

dilakukan pada temperatur 40-50°C.

4. Infundasi adalah proses penyaringan yang umumnya dilakukan untuk

menyaring zat kandungan aktif yang larut dalam air dari bahan-bahan nabati.

Proses ini dilakukan pada suhu 90°C selama 15 menit.

5. Dekok adalah infus pada waktu yang lebih lama ≥30°C dan temperatur sampai

titik didih air.

Page 32: KARYA TULIS ILMIAH - repo.upertis.ac.id

32

2.6 Uji Aktivitas Bakteri

Penentu aktivitas antibiotik dapat dilakukan dengan dua metode, yaitu

metode difusi dan dilusi.

2.6.1 Metode Difusi

Metode yang paling sering digunakan adalah metode difusi agar. Cakram

kertas berisi sejumlah obat tertentu yang ditempatkan pada permukaan medium

padat yang sebelumnya telah diinokulasi bakteri uji pada permukaanya, setelah

inkubasi, diameter zona hambatan sekitar cakram dipergunakan mengukur

kekuatan hambatan obat terhadap organisme uji. Metode ini dipengaruhi oleh

beberapa faktor fisik dan kimia (Jawetz et al., 2014).

Interprestasi hasil tes difusi harus didasarkan pada perbandingan antara

metode difusi dan dilusi. Perbandinan demikian telah menghasilkan nilai standar

rujukan (Jawetz dkk, 2010)

Tabel 2.5.1 Kategori Daya Hambat Bakteri

Diameter Zona Hambat Kategori

≤5 mm Lemah

6- 10 mm Sedang

11-20 mm Kuat

≥ 20 mm Sangat Kuat

Sumber: (Susanto dkk, 2014)

2.6.2 Metode Dilusi

Metode dilusi dibedakan menjadi dua yaitu dilusi cair (Broth dilution) dan

dilusi padat (Solid dilution).

a. Metode dilusi cair (Broth dilution test)

Metode ini mengukur kadar hambat minimum (KHM) dan kadar bunuh minimum

(KBM). Cara yang dilakukan adalah dengan membuat seri pengenceran agen

antimikroba pada media cair yang ditambahkan dengan mikroba uji. Larutan uji

Page 33: KARYA TULIS ILMIAH - repo.upertis.ac.id

agen antimikroba pada kadar terkecil yang terlihat jernih tanpa adanya

pertumbuhan mikroba uji ditetapkan sebagai KHM. Larutan yang ditetapkan

sebagai KHM tersebut selanjutnya dikultur ulang pada media cair tanpa

penambahan mikroba uji ataupun agen antimikroba, dan diinkubasi selama 18-24

jam. Media cair yang tetap terlihat jernih setelah inkubasi ditetapkan sebagai

KBM (Pratiwi, 2008).

b. Metode dilusi padat (Solid dilution test)

Metode ini serupa dengan metode dilusi cair namun menggunakan media padat

(solid). Keuntungan metode ini adalah satu konsentrasi agen antimikroba yang

diuji dapat digunakan untuk menguji beberapa mikroba uji (Pratiwi, 2008).

2.7 Uji In Vitro

Pengujian secara in vitro adalah pengujian yang dilakukan di luar tubuh,

yang berkenaan dengan percobaan biologis yang dilakukan di dalam tabung reaksi

atau alat-alat laboratorium lainnya, biasanya dilakukan dengan tujuan percobaaan

atau penelitian ( Irianto, 2006).

Page 34: KARYA TULIS ILMIAH - repo.upertis.ac.id

34

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Penelitian ini dilakukan menggunakan metode Eksperimental laboratory.

Yaitu meneliti tentang ekstrak etanol daun lidah buaya terhadap daya hambat

Klebsiella pneumonia.

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian

Tempat dan waktu penelitian ini telah dilakukan di laboratorium

mikrobiologi STIFI Perintis Padang. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan

September 2019 - Januari 2020.

3.3 Sampel Penelitian

Sampel dalam penelitian ini adalah tanaman 500 gram lidah buaya, dan

bakteri Klebsiella pneumoniae diambil dari biakan murni.

3.4 Jenis dan Cara Pengumpulan Data

Jenis dan pengambilan data pada penelitian ini berupa data primer, karena

peneltian ini diambil dari pemeriksaan laboratorium, yang sampel dan

penelitiannya dilakukan oleh peneliti itu sendiri.

3.5 Variabel Penelitian

3.5.1 Variabel bebas

Variabel bebas dalam penelitian ini adalah konsentrasi ekstrak etanol daun

lidah buaya (Aloe vera L.).

3.5.2 Variabel Terikat

Variabel terikat dalam penelitian ini adalah diameter zona hambat

pertumbuhan bakteri Klebsiella pneumoniae.

Page 35: KARYA TULIS ILMIAH - repo.upertis.ac.id

3.6 Alat dan Bahan

3.6.1 Alat Penelitian

Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah : cawan petri, kapas tisu,

tabung reaksi, kawat ose, spuit, korek api, lampu spritus, timbangan analitik,

jangka sorong, mikroskop, kapas lidi steril, erlenmeyer, beaker glass, kertas

perkamen, pinset, oven, inkubator, kertas label, pipet ukur, penangas air,

pencadang kertas, rotary evaporator.

3.6.2 Bahan Penelitian

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah : strain murni bakteri

Klebsiella pneumoniae, ekstrak etanol daun lidah buaya, NaCl fisiologis steril

(dalam kemasan), disk kosong steril, aquades sebagai kontrol negatif, antibiotik

chloramfenicol sebagai kontrol positif.

Media kultur yang digunakan adalah :

1. MHA (Muller Hilton Agar), Untuk pemeriksaan sensibilitas tes (dengan

metode Kirby Bauer) pada bakteri (baik Aerob dan Anaerob Fakutatif).

2. NB (Nutrient Broth), Medium cair yang digunakan sebagai pertumbuhan

bakteri.

3. Endo Agar, Media Selektif dan Media Diferensial yang digunakan untuk

mengisolasi bakteri batang gram negatif (-) berdasarkan kemampuan bakteri

memfermentasi laktosa atau tidak.

4. Nutrient Agar, Medium padat yang digunakan sebagai pertumbuhan bakteri.

5. Larutan Mc Farland, sebagai referensi untuk menyesuaikan kekeruhan

suspesi bakteri

Page 36: KARYA TULIS ILMIAH - repo.upertis.ac.id

36

3.7 Sterilisasi

3.7.1 Sterilisasi Alat

Semua alat yang terbuat dari kaca terlebih dahulu dicuci dan dikeringkan

serta dibungkus dengan kertas perkamen. Sterilisasi dilakukan dengan oven pada

suhu 160°C selama 1 jam sedangkan media seperti blue tips, yellow tips dan alat

lain yang tidak tahan terhadap pemanasan kering tetapi tahan terhadap tekanan

disterilkan menggunakan autoklaf pada suhu 121°C selama 15 menit.

3.8 Persiapan Bahan

3.8.1 Pengumpulan Bahan

Daun Lidah buaya (Aloe vera L.) yang didapatkan dari perkebunan

lubuk minturun padang

3.8.2 Penyiapan Simplisia

Simplisia adalah bahan alam atau tumbuhan yang telah dikeringkan dengan

suhu pengeringan simplisia tidak lebih dari 60°C (Anonim, 2009). Tumbuhan

lidah buaya didapatkan dari. Bagian tumbuhan yang dipakai Lidah Buaya (Aloe

vera L.) adalah daging daun. Pengambilan sampel tumbuhan dilakukan dengan

golok dan dipilih tumbuhan yang segar dan masih dalam keadaan baik. Kemudian

Lidah Buaya (Aloe vera L.) disortasi basah dan dikupas kulit daunya, kemudian

ditimbang dan selanjutnya diteruskan dengan metode maserasi ekstraksi.

3.8.3 Pembuatan Ekstrak

Pembuatan Ekstrak Metode ekstraksi yang digunakan untuk mengekstraksi

tumbuhan Lidah Buaya (Aloe vera L.) adalah metode ekstraksi cara dingin yakni

maserasi.

Page 37: KARYA TULIS ILMIAH - repo.upertis.ac.id

3.8.3.1 Ekstraksi Lidah Buaya (Aloe vera L.)

Daun lidah buaya dikupas dahulu sehingga mendapatkan gel lidah buaya

sebanyak 500 gram dihaluskan dengan blender kemudian direndam dengan 1000

ml pelarut etanol 96%, setelah itu didiamkan selama 2-3 hari dalam toples

tertutup. Lalu saring ekstrak cair dengan penyaring kain kasa dan tampung ekstrak

dalam botol. Hasil ekstrak diuapkan selama menggunakan rotary evaporator.

Hasil ekstrak kental Lidah Buaya dikeringkan dengan metode Freeze Dry.

3.8.4 Evaluasi Ekstrak Etanol Lidah Buaya

3.8.4.1 Penentuan Rendemen Ekstrak

Rendemen ekstrak dihitung dengan cara membandingkan berat ekstrak etanol

yang diperoleh dengan berat sampel awal.

Rendemen = Berat ekstrak yang diperoleh

Berat sampel awal x 100%

3.8.4.2 Pemeriksaan Organoleptis

Pemeriksaan dilakukan dengan cara visual yaitu dengan mengamati

bentuk, warna, bau dan rasa.

3.8.5 Pembuatan Media MHA

Media MHA ditimbang sebanyak 9,5 gr di masukkan kedalam Erlenmeyer

250 ml, lalu dilarutkan dengan aquadest 100 ml dan dipanaskan di atas hot plate

sampai mendidih sambil diaduk hingga terlarut secara sempurna. Lalu disterilkan

di dalam autoclave pada suhu 121oC selama 15 menit.

3.8.6 Media Cair NB

Sebanyak 12 gram media NB (Nutrient Broth) ditambah aquades sampai 100

ml, kemudian dipanaskan sampai semua bahan larut dengan sempurna, setelah itu

media disterilkan dalam autoclave pada suhu 121°C selama 15 menit.

Page 38: KARYA TULIS ILMIAH - repo.upertis.ac.id

38

3.8.7 Pembuatan Larutan Mc Farland

Pipet larutan H2SO4 1% sebanyak 9,5 ml, masukkan dalam tabung reaksi.

Tambahkan larutan BaCl2 1% dan sebanyak 0,5 ml kedalam tabung yang berisi

H2SO4 1%, setelah itu homogenkan dimana suspensi Mc. Farland adalah suspensi

standar yang mununjukkan kekeruhan sama dengan 108 CFU/ml (Soemarno,

2000).

3.8.8 Cakram (Disk)

Cakram yang digunakan adalah cakram yang berdiameter 6 mm yang sudah

jadi dan steril.

3.8.9 Peremajaan bakteri uji

Biakan murni bakteri Klebsiella pneumoniae diremajakan pada media agar

padat dengan cara medium NA yang telah dibuat sebelumya dipanaskan kembali

kemudian dituangkan ke dalam tabung reaksi lalu didinginkan dengan posisi

tabung miring membentuk sudut 45° sehingga terbentuk medium agar miring,

diambil biakan murni Klebsiella pneumoniae sebanyak 1 ose kemudian jarum ose

yang mengandung bakteri di goreskan kedalam medium NA pada tabung reaksi

secara aseptis dengan cara mendekatkan pada nyala api. Biakan diinkubasi selama

24 jam pada suhu 37°C dalam inkubator.

Pembuatan Suspensi Bakteri Uji Biakan murni Klebsiella pneumoniae yang

berumur 24 jam diambil sebanyak 1 ose selanjutnya dimasukkan ke dalam tabung

reaksi, ditambahkan 10 ml NaCl fisiologis dan divortex hingga terbentuk suspensi

yang homogen. Sebanyak 1 ml diambil dari suspensi pengenceran 10-1 dengan

menggunakan pipet tetes steril dan dimasukan kedalam tabung reaksi kedua dan

ditambahkan 9 ml aquades hingga terbentuk suspensi 10-2. Dilakukan prosedur

yang sama hingga didapatkan pengenceran 10-8 (disesuaikan dengan standar Mc

Farland)

Page 39: KARYA TULIS ILMIAH - repo.upertis.ac.id

Pelaksanaan penelitian Penelitian ini dilakukan dengan metode Kirby Bauer

yaitu metode difusi agar dengan cara kertas cakram yang telah disediakan ekstrak

etanol lidah buaya, kemudian kertas cakram dikeringkan selama 1x24 jam.

Kemudian diambil medium MH dan di tuangkan kedalam cawan petri yang telah

di sterilisasi sebanyak 10 ml hingga rata dan didiamkan hingga beku. Setelah

medium MH beku 1 ml suspensi bakteri diinokulasikan pada permukaan medium

MH dalam cawan petri dengan menggunakan metode swab dengan lidi kapas

steril didekat nyala api bunsen, hal ini dilakukan lagi pada cawan petri berikutnya.

Setelah itu kertas cakram yang telah kering diletakkan pada permukaan medium

secara perlahan dan sedikit ditekan agar kertas cakram menempel pada medium

MH. Hal ini dilakuakn kembali pada cawan perti berikutnya, kemudian cawan

petri ditutup dan dililit dengan plastik warp disekeliling cawan petri dan

penutupnya agar udara tidak dapat keluar masuk. Inkubasi medium tersebut

kedalam inkubator pada suhu 37°C selama 25 jam dengan posisi cawan petri

terbalik.

3.9 Prosedur Kerja

3.9.1 Pembuatan Konsentrasi Daun Lidah Buaya (Aloe vera L.)

a. Konsentrasi 25 mg/ml : 0,25 g ekstrak daun lidah buaya tambahkan aquadest

10 ml.

b. Konsentrasi 50 mg/ml : 0,50 g ekstrak daun lidah buaya tambahkan aquadest

10 ml.

c. Konsentrasi 75 mg/ml : 0,75 g ekstrak lidah buaya tambahkan aquadest 10

ml.

d. Konsentrasi 100 mg/ml : 1 g ekstrak daun lidah buaya tanpa penambahan.

Page 40: KARYA TULIS ILMIAH - repo.upertis.ac.id

40

3.9.2 Pembuatan Suspensi Bakteri

Bakteri strain murni Klebsiella pneumoniae dibuat suspensi dengan

menambahkan larutan Nutrient Broth (NB) di dalam tabung reaksi, sampai

didapatkan kekeruhan yang disesuaikan dengan standar kekeruhan Mc. Farland

0,5 untuk mendapatkan bakteri 1,5 x 108 CFU/mL (Soemarno, 2000).

3.9.3 Penanaman Pada Media MHA

Dicelupkan kapas lidi steril kedalam suspensi bakteri yang sudah

distandarisasi kekeruhannya, tunggu sampai meresap kedalam kapas. Kapas lidi

diangkat dengan menekan pada dinding tabung. Goreskan kapas lidi tersebut pada

Media Muller Hinton Agar Plate dengan memutar cawan petridish sampai merata

kesemua permukaan media. Biarkan selama 5 sampai 15 menit, supaya suspensi

bakteri meresap kedalam agar (Soemarno, 2000).

3.9.4 Penyusunan Disk

Penempelan disk pada media Muller Hilton Agar Plate dilakukan manual

satu-persatu dengan pinset, kemudian ambil disk kosong dengan pinset steril dan

celupkan kedalam larutan ekstrak lidah buaya yang telah ditentukan

konsentrasinya, letakkan diatas permukaan media Muller Hilton Agar Plate

dengan sedikit ditekan, kemudian disk aquadest sebagai kontrol negatif dan disk

Chloramphenicol sebagai kontrol positif sebagai pembanding dan letakkan diatas

permukaan media Muller Hinton Agar Plate, setelah itu inkubasi dalam inkubator

selama 1 x 24 jam pada suhu 37ºC (Soemarno, 2000).

3.9.5 Pembacaan Daya Hambat

Pengamatan dilakukan setelah biakan diinkubasi selama 24 - 72 jam, setiap 1

x 24 jam biakan dicek dan diamati zona bening yang terbentuk disekitar kertas

cakram yang berisi sampel ekstraksi tanaman lidah buaya (Aloe vera L.).

Bandingkan zona bening yang terbentuk setiap harinya sampai zona bening

memiliki angka yang sama atau tidak ada lagi perbandingan dengan hari

Page 41: KARYA TULIS ILMIAH - repo.upertis.ac.id

sebelumnya. Kemudian dibandingkan apakah ekstraksi lidah buaya dapat

membunuh bakteri Klebsiella pneumoniae atau hanya menghambat

pertumbuhanya saja. Pengukuran zona bening dilakukan dengan menggunakan

mistar melalui tiga daerah pengukuran pada bidang zona yang berbeda kemudian

mencari rata ratanya untuk medapatkan diameter zona bebas bakteri.

3.9.6 Uji Aktivitas Bakteri Terhadap Antibiotik

Bakteri diambil dari suspensi yang telah disetarakan dengan standar

McFarland (108 CFU/mL) sebanyak 300 µL. Bakteri tersebut diletakkan pada

media MH padat kemudian diratakan dengan spreader glass, setelah itu dibiarkan

sampai permukaan kering. Kombinasi dengan volume pengambilan yang telah

ditentukan dan kontrol yang digunakan diteteskan pada disk kosong kemudian

ditunggu selama 5 menit. Disk yang telah berisi kombinasi ekstrak serta kontrol

tersebut diletakkan di atas media yang telah disemai bakteri. Media diinkubasi

selama 18 - 24 jam pada suhu 37°C kemudian diamati zona hambatnya.

3.10 Analisis Data

Penelitian ini akan dilakukan uji statistik dengan menggunakan uji anova

dengan metode SPSS 16,0

Page 42: KARYA TULIS ILMIAH - repo.upertis.ac.id

42

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

Aktivitas ekstrak etanol lidah buaya dilakukan di laboratorium

mikrobiologi STIFI Perintis Padang, menunjukkan bahwa tumbuhan yang di teliti

adalah Aloe vera L. Uji daya hambat ekstrak etanol lidah buaya menggunakan

metode difusi cakram ditandai dengan terbentuknya zona bening disekitar cakram.

Hasil pemeriksaan dapat dilihat pada lampiran.

Tabel 4.1 Hasil uji aktivitas ekstrak lidah buaya terhadap bakteri Klebsiella

pneumonia.

Konsentrasi (mg/ml) Pengulangan (mm)

X SD P.Sig 1 2 3

25 6,00 6,00 6,00 6,00 ± 0,00

0,17

50 6,00 6,00 6,00 6,00 ± 0,00

75 7,00 8,00 8,00 7,67 ± 0,58

100 7,00 8,00 10,00 8,33 ± 1,53

Kontrol (+) Chloramphenicol) 25,00 27,00 27,00 24,00 ± 3,63

Kemampuan aktivitas antibakteri lidah buaya terhadap Klebsiella

pneumoniae dilakukan dengan metode difusi agar. Aktivasi antibakteri ditentukan

dengan berdasarkan diameter zona hambat yang dihasilkan oleh sediaan uji yang

berdifusi pada pencadang kertas diameter 6 mm yang diletakkan dalam cawan

petri yang terlebih dahulu dimasukkan inokulum bakteri uji dan media agar.

Tabel 4.1 dapat dilihat bahwa setelah ekstrak lidah buaya yang di amati

menunjukkan dari beberapa konsentrasi kurang efektif menghambat pertumbuhan

bakteri Klebsiella pneumonia. Pada ekstrak etanol lidah buaya dengan konsentrasi

25 mg/dl dan 50 mg/ml tidak terbentuk zona hambat, pada konsentrasi 75 mg/ml

menghasilkan zona hambat dengan diameter 7,67 mm, dan konsentrasi 100 mg/ml

Page 43: KARYA TULIS ILMIAH - repo.upertis.ac.id

menghasilkan zona hambat dengan diameter 8,33 mm, Pada kontrol positif

menggunakan antibiotik Chloramphenicol menunjukkan zona hambat dengan

diameter 24,00 mm.

4.2 Pembahasan

Berdasarkan hasil pengukuran diameter daerah hambatan memperlihatkan

bahwa ekstrak lidah buaya memberikan aktivitas antibakteri kurang efektif

menghambat pertumbuhan bakteri Klebsiella pneumoniae. Hasil uji aktivasi

antibakteri menunjukkan bahwa ekstrak lidah buaya menghambat pertumbuhan

Klebsiella pneumoniae pada 100 mg/ml dengan diameter zona hambat 8,33 mm.

Berdasarkan pengukuran daerah hambatan memperlihatkan bahwa ekstrak etanol

daun lidah buaya memberikan konsentrasi hambat minimum ( KHM ) pada

konsentrasi 25 mg/ml dan 50 mg/ml terhadap bakteri Klebsiella pneumoniae

dengan diameter 6,00 mm. Kontrol positif menggunakan antibiotik

Chloramphenicol diperoleh zona hambat yang paling besar dibanding konsentrasi

yang lain yaitu 24,00 mm.

Penelitian ini tidak sejalan dengan yang dilakukan (Putra dkk, 2019),

menunjukkan bahwa interaksi ekstrak daun petai cina (Leucaena leucocephala

folium) dan lidah buaya (Aloe vera L.) menghambat pertumbuhan Staphylococus

aureus secara invitro.

Daun lidah buaya mempunyai senyawa aktif berupa senyawa lignin,

saponin, anthraguinone, acemannan, enzim bradykinase, karbiksipeptidase,

glukomannan, mukopoyisakarida, aloctin A, slisilat. Lidah buaya ( Aloe Vera L. )

senyawa Antrakuinon dan kuinon yang dapat menghambat pertumbuhan bakteri

(Idris, 2013).

Klebsiella pneumoniae dapat menghasilkan enzim betalaktamase sehingga

dapat menghidrolisis cincin betalaktam yang terdapat pada antibiotik betalaktam

dan menyebabkan resistensi terhadap antibiotik tersebut. Selain itu, Klebsiella

pneumoniae juga memiliki enzim urease dan enzim sitrat permiase serta enzim

Page 44: KARYA TULIS ILMIAH - repo.upertis.ac.id

44

ESBL (Extended Spektrum Beta Lactamase) sehingga menyebabkan resistensi

terhadap antibiotik penisilin, sefalosporin, dan aztreonam. Kapsul polisakarida

yang mengelilingi bakteri ini melindungi terhadap aksi fagositosis dan

bakterisidal serum dan dapat dianggap sebagai faktor virulensi terpenting dari

Klebsiella pneumoniae (Nimas dkk, 2017).

Klebsiella pneumoniae dapat menyebabkan pneumonia, yang menyerang

jaringan paru-paru (alveoli). Klebsiella pneumoniae yang menyebabkan penyakit

paru-paru memberikan penampakan berupa pembengkakan paru-paru sehingga

lobus kiri dan kanan paru-paru menjadi tidak sama, demam (panas-dingin), batuk-

batuk (bronkhitis), penebalan dinding mukosa dan dahak berdarah. Selain itu,

bakteri ini juga dapat menyebabkan infeksi saluran kemih, dan infeksi

nosokomial. Sejauh ini, cara untuk mencegah penularan penyakit dengan cara

menjaga sanitasi dan pola hidup yang baik, di samping mengonsumsi antibiotik

(Nimas dkk, 2017).

Page 45: KARYA TULIS ILMIAH - repo.upertis.ac.id

BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Adapun kesimpulan dari penelitian yang telah dilakukan yaitu :

1. Daya hambat Klebsiella pneumoniae setelah pemberian ekstrak etanol lidah

buaya pada konsentrasi 25 mg/ml dan 50 mg/ml tidak terbentuk zona hambat,

pada konsentrasi 75 mg/ml menghasilkan zona hambat dengan diameter 7,67

mm. pada konsentrasi 100 mg/ml menghasilkan zona hambat dengan

diameter 8,33 mm, dan pada kontrol positif (+) Clhoramphenicol dengan

diameter 24.00 mm.

2. Ekstrak lidah buaya kurang efektif menghambat pertumbuhan bakteri

Klebsiella pneumonia dengan persentasi tertinggi pada konsentrasi 100

mg/ml dengan diameter 8,33 mm.

5.2 Saran

1. Peneliti selanjutnya disarankan untuk menguji ekstrak etanol lidah buaya

yang telah dikombinasikan dengan salah satu obat antibiotik terhadap

pertumbuhan bakteri Klebsiella pneumoniae

2. Bagi peneliti selanjutnya untuk menguji daya bunuh ekstrak etanol lidah

buaya terhadap pertumbuhan Klebsiella pneumoniae

Page 46: KARYA TULIS ILMIAH - repo.upertis.ac.id

46

DAFTAR PUSTAKA

Agoes, A. 2010. Tanaman Obat Indonesia. Jakarta: Salemba Medika

Arifin, Zainal. 2014. Penelitian Pendidikan: Metode dan Paradigma Baru.

Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Brooks, G.F., Butel, J.S., Ornston, L.N., 2008, Jawetz, Melnick & Adelberg

Mikrobiologi Kedokteran (terj.), Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta :

627-9.

Chen, L., Chavda, K. D., Melano, R. G., Jacobs, M. R., Levi, M. H., Bonomo, R.

A., et al. (2013). Complete sequence of a bla(KPC-2)-harboring IncFII(K1)

plasmid from a Klebsiella pneumoniae sequence type 258 strain.

Antimicrob. Agents Chemother.

Dalimartha, S., 2008. Resep Tumbuhan Obat Untuk Asam Urat, Jakarta: Penebar

Swadaya.

DepKes. (2000). Parameter Standar Umum Ekstrak Tumbuhan Obat.Jakarta:

Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan.

Depkes RI. 2010. Profil Kesehatan Indonesia. Jakarta: Depkes RI.

Dzen, Sjoekoer M., et al. 2003. Bakteriologi Medik. Edisi 1. Malang: Bayu media

Publishing

Entjang, 2003, Mikrobiologi dan Parasitologi Untuk Akademi Keperawatan dan

Sekolah Tenaga Kesehatan, Hal 53, Penerbit PT Citra Aditya Bakti

Bandung.

Furnawanthi, S. P. 2007. Khasiat dan Manfaat Lidah Buaya Si Tanaman Ajaib.

Tangerang: Argomedia Pustaka.

Page 47: KARYA TULIS ILMIAH - repo.upertis.ac.id

Hariana, A. H., 2013. 262 Tumbuhan Obat dan Khasiatnya. Jakarta : Penerbit

Swadaya.

Hawley, L. B. 2003. Intisari Mikrobiologi Dan Penyakit Infeksi. diterjemahkan

oleh Huriawati, H. Jakarta.

Idris, M. (2013). Efektivitas Ekstrak Aloe vera Terhadap Pertumbuhan Bakteri

Streptococcus sanguis.

Irianto, K., 2006, Mikrobiologi Menguak Dunia Mikroorganisme, jilid 1, Yrama

Widya, Bandung.

Jawetz., et al. 2007. Mikrobiologi Kedokteran Jawetz, Melnick, & Adelberg,

Ed.23,Translation of Jawetz, Melnick, and Adelberg’s Medical

Microbiology,

Kumar V, Abbas AK, Aster JC. 2013. Robbins Basic Pathology. Philadelphia,

PA: Saunders.

Nimas Tika Inas Tarina dkk. (2017). Deteksi Bakteri Klebsiella pneumoniae.

Volume 15 No. 2.

Pandey, A. V., Flück, C. E., and Mullis, P. E. (2010). Altered heme catabolism by

heme oxygenase-1 caused by mutations in human NADPH cytochrome

P450 reductase. Biochem. Biophys. Res.

Pratiwi, S.T., 2008. Mikrobiologi farmasi. Erlangga, Jakarta : 150 –171.

Putra R. U dkk, (2019). Interaksi Ekstrak Etanol Daun Petai Cina (Leucaena

leucocephala folium) Dan Lidah Buaya (Aloe vera L.) Menghambat

Pertumbuhan Staphylococus aureus Secara Invitro, Jurnal Kesehatan

Perintis, 186-192.

Radji, M., 2011, Buku Ajar Mikrobiologi Panduan Mahasiswa Farmasi dan

Kedokteran, 107, 118, 201-207, 295, Jakarta, Buku Kedokteran EGC.

Page 48: KARYA TULIS ILMIAH - repo.upertis.ac.id

48

Satya, B. D. (2013). Koleksi Tumbuhan Berkhasiat.Yogyakarta: Rapha Publishing

Setiabudy, Rianto. 2007. Farmakologi dan Terapi Edisi V (cetak ulang dengan

perbaikan). Jakarta: Gaya Baru.

Soemarno. 2000. Isolasi Dan Identifikasi Bacteri Klinik. Akademi Analis

Kesehatan Yogyakarta.

Sujatha G, Kumar GS, Muruganandan J, Prasad TS. Aloe Vera in Dentistry. J Clin

(2014) ;8(10):ZI01-2.Diagnostic Res.

Thiruppathi S., Ramasubramanian V., Sivakumar T., Thirumalai Arasu V.

Antimicrobial activity of Aloe vera (L.) Burm. f. against pathogenic

microorganisms. The Journal of Biosciences Research. 2010;1(4):251–2

Widiyono, 2011. Penyakit Tropis Epidemologi, Pemberantasan, Pencegahan dan

Pemberantasannya. Jakarta : Erlangga

Page 49: KARYA TULIS ILMIAH - repo.upertis.ac.id
Page 50: KARYA TULIS ILMIAH - repo.upertis.ac.id

50

Page 51: KARYA TULIS ILMIAH - repo.upertis.ac.id

LAMPIRAN 2 HASIL UJI ANOVA SPSS

Hasil dengan menggunakan uji one way ANOVA

Descriptives

Daya_Hambat

N Mean

Std.

Deviation Std. Error

95% Confidence Interval

for Mean

Minimum

Maximu

m

Lower

Bound Upper Bound

25 mg/ml 3 6.00 .000 .000 6.00 6.00 6 6

50 mg/ml 3 6.00 .000 .000 6.00 6.00 6 6

75 mg/ml 3 7.67 .577 .333 6.23 9.10 7 8

100 mg/ml 3 8.33 1.528 .882 4.54 12.13 7 10

Total 12 7.00 1.279 .369 6.19 7.81 6 10

ANOVA

Daya_Hambat

Sum of Squares df Mean Square F Sig.

Between Groups 12.667 3 4.222 6.333 .017

Within Groups 5.333 8 .667

Total 18.000 11

Page 52: KARYA TULIS ILMIAH - repo.upertis.ac.id

52

Page 53: KARYA TULIS ILMIAH - repo.upertis.ac.id

LAMPIRAN 4 DOKUMENTASI PENELITIAN

1. Ekstrak Etanol Lidah Buaya

Gambar 1 : Ekstrak etanol lidah buaya

Page 54: KARYA TULIS ILMIAH - repo.upertis.ac.id

54

2. Proses Penelitian

Gambar 2 : Bakteri Klebsiella pneumoniae ATCC

Gambar 3 : Peneliti memberi ekstrak etanol lidah buaya pada kertas cakram

dengan masing-masing konsentrasi 25 mg/ml, 50 mg/ml, 75 mg/ml

dan 100 mg/ml

Page 55: KARYA TULIS ILMIAH - repo.upertis.ac.id

Gambar 4 : Peneliti meletakkan kertas cakram dengan masing-masing

konsentrasi pada MHA yang telah diberi bakteri Klebsiella

pneumoniae dan belum dilakukan inkubasi

Page 56: KARYA TULIS ILMIAH - repo.upertis.ac.id

56

3. Hasil Penelitian

Gambar 5 : Hasil uji daya hambat lidah buaya terhadap bakteri Klebsiella

pneumoniae dengan besaran sampel 4 buah. Setiap besaran sampel

masing-masing dilakukan 3 kali pengulangan. Pada bagian tengah

yaitu kontrol positif (+) Chloramphenicol

Page 57: KARYA TULIS ILMIAH - repo.upertis.ac.id