PENGARUH SYEKH ABDUL QODIR AL-JILANI TERHADAP PERKEMBANGAN TAREKAT SUFI KARYA TULIS ILMIAH Diajukan untuk memenuhi persyaratan pegajuan beasiswa Kajian keislaman UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 2018 M Disusun Oleh: Dannu Akbar NIM : 11170600000056 FAKULTAS DIRASAT ISLAMIYAH UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2018 M
58
Embed
KARYA TULIS ILMIAH · 2018. 4. 9. · ii . LEMBAR PERNYATAAN. Demi Allah, saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa karya tulis ilmiah yang berjudul “PENGARUH SYEKH ABDUL QODIR
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
PENGARUH SYEKH ABDUL QODIR AL-JILANI
TERHADAP PERKEMBANGAN TAREKAT SUFI
KARYA TULIS ILMIAH
Diajukan untuk memenuhi persyaratan pegajuan beasiswa
Kajian keislaman UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
2018 M
Disusun Oleh:
Dannu Akbar
NIM : 11170600000056
FAKULTAS DIRASAT ISLAMIYAH UIN
SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
2018 M
ii
LEMBAR PERNYATAAN
Demi Allah, saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa karya tulis
ilmiah yang berjudul “PENGARUH SYEKH ABDUL QODIR AL-JILANI
TERHADAP PERKEMBANGAN TAREKAT SUFI” saya susun sebagai syarat
pengajuan beasiswa kajian keislaman UIN Syarif Hidaytullah Jakarta 2018.
Adapun bagian-bagian tertentu dalam penulisan karya tulis ilmiah yang saya
kutip dari hasil karya orang lain telah dituliskan sumbernya secara jelas sesuai
dengan norma, kaidah dan etika penulisan ilmiah.
Apabila di kemudian hari ditemukan seluruh atau sebagian karya tulis
ilmiah ini bukan hasil karya saya sendiri atau adanya plagiarisme dalam bagian-
bagian tertentu, saya bersedia menerima sanksi sesuai dengan peraturan dan
kebijakan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Ciputat, 05 April 2018 M
Dannu Akbar
3
ABSTRAK
Nama: Dannu Akbar; NIM: : 11170600000056 ; Judul: PENGARUH SYEKH
ABDUL QODIR AL-JILANI TERHADAP PERKEMBANGAN TAREKAT
SUFI
Kata Kunci: Tarekat, Sufi,
Pada abad 20 ini banyak guru ilmu agama mencetuskan metode-metode
yang singkat dan cepat untuk mencapai ketinggian derajat di sisi Allah SWT. Bagi
para salik yang mendalami bidang tasawuf tidak bisa memilih mursyid tanpa
berdasarkan Al-Quran dan Sunnah. Karena karamah seorang waliyullah tingkat Al-
Qutbh saja yang bisa memberikan pengaruh seluas bumi dan 2 alam, yaitu alam
manusia dan jin khususnya dalam bidang syariat, tarekat, hakikat, dan ma‟rifat. Rumusan masalah dari penelitian ini Bagaimana pengertian dari tarekat dan
sufi menurut Syekh Abdul Qodir AL-Jilani? Bagaimana pengaruh Syekh Abdul Qodir AL-Jilani terhadap perkembangan tarekat dan sufi?, sedangkan tujuan peneltian ini adalah untuk memberikan penjelasan tentang memberikan penjelasan secara detail tentang tarekat dan sufi secara umum dan menurut Syekh Abdul Qodir AL-Jilani, memberikan penjelasan tentang pengaruh Syekh Abdul Qodir AL-Jilani terhadap tarekat dan sufi di dunia.
Peneliti mengunakan metode library reasecrh yaitu dengan membaca informasi dan menelah isi tulisan dari jurnal-jurnal, berita-berita, penelitian – penelitian sebelumnya dan berdasarkan Al Qur‟an dan Sunnah dan mengunakan instrument wawancara kepada 3 narasumber yaitu tokoh agama masyarakat, pembimbing KTI, dan Ustadz yang memahami tarekat dan sufi..
Pembahasan hasil penelitian menyatakan bahwa Syekh Abdul Qodir AL- Jilani sangat berpengaruh dalam perkembangan tarekat dan sufi di dunia.
4
ABSTRACT
Author: Dannu Akbar; ID#: : 11170600000056; Title PENGARUH SYEKH
ABDUL QODIR AL-JILANI TERHADAP PERKEMBANGAN TAREKAT
SUFI
Keywords: Sufis,Tarekat
Sheikh Abdul Qadir Al-Gilani is a sufi lagendaris, he wanders from
Baghdad to the ground Jilan country Iraq to demand Islamic science that delivers
him into the world of sufi and be giving examples throughout history of the
scholars in the world.
The formulation of the research problem is who is Sheikh Abdul Qadir Al-
Gilani? What is up with orders and Sufis? How the influence of Sheikh Abdul
Qadir Al-Gilani against sufi orders?, while the goal of peneltian is to provide an
explanation about the life of Sheikh Abdul Qadir Al-Gilani, explaining in detail
about orders and Sufis and sufi orders and relationships, provide an explanation of
the influence of Sheikh Abdul Qadir Al-Gilani sufi orders against the world. Researchers using the methods of the library reasecrh that is by reading the
information and contents of menelah writing from journals, news stories, research – previous research and based on the Qur'an and the Sunnah.
Discussion of the results of the study stated that Sheikh Abdul Qadir Al-
Gilani is very influential in the development of sufi orders and in the field of
social and political sciences.
5
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah Subhânahû wa Ta`âlâ yang telah memberikan
karunia dan rahmat-Nya kepada penulis, hingga penulis dapat menyelesaikan
penyusunan Karya Tulis Ilmiah (KTI) dengan judul “PENGARUH SYEKH ABDUL
QODIR AL-JILANI TERHADAP PERKEMBANGAN TAREKAT SUFI”. Karya
sederhana ini penulis susun dalam rangka memenuhi salah satu syarat kelulusan di
Program Excellent Class Pondok Pesantren Daar el-Qolam, Gintung.
Penulis menyadari, bahwa karya tulis ini tidak dapat diselesaikan tanpa
dukungan dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis berterima kasih
kepada semua pihak yang memberikan kontribusi dan dukungan dalam penyusunan
karya tulis ini. Pada kesempatan ini, penulis menyampaikan terima kasih sebesar-
besarnya dan penghargaan setinggi-tingginya kepada:
1. Al-Ustâdz Drs. K. H. Ahmad Syahiduddin sebagai Pengasuh Pondok
Pesantren Daar el-Qolam yang telah mencurahkan segenap
perhatian dan pemikiran untuk kemajuan pondok dan perkembangan
Umat Islam.
2. Al-Ustâdz Drs. K. H. Odhy Rosihuddin sebagai Pemimpin Pondok
Pesantren Daar el-Qolam 2 yang telah bekerja keras dalam
peningkatan kualitas pendidikan di Pondok Pesantren Daar el-
Qolam.
3. Al-Ustâdz Dr.Cahya Buana, M, Ag sebagai Koordinator Karya Tulis
Ilmiah, yang telah membantu penulis dalam proses penyusunan
karya tulis ini.
4. Al-Ustâdz Dr.Ahmad Usman, MA sebagai Pembimbing yang telah
memberikan bimbingan dan arahan kepada penulis dalam
penyusunan karya tulis ini.
5. Asâtîdz dan ustâdzât yang telah memberikan ilmu dan pendidikan
yang berharga pada penulis.
6. Staf administrasi yang telah membantu penulis dalam
merampungkan karya tulis ini.
7. Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada asâtîdz wali
kelas enam dan segenap santri kelas enam Program Excellent Class
6
yang telah banyak membantu penulis untuk memperoleh data
penelitian dan karya tulis ilmiah ini.
8. Akhirnya, secara khusus lagi, penulis mengucapkan terima kasih dan
penghargaan yang setinggi-tingginya kepada ayahanda dan ibunda,
yang telah tidak henti-hentinya memberikan semangat, doa dan
selalu memotivasi penulis dalam penulisan karya tulis ini.
Tak ada gading yang tak retak. Tak ada yang sempurna di dunia ini.
Demikian pula dengan penulisan karya tulis ilmiah ini. Kritik dan saran sangatlah
penulis harapkan dan dapat disampaikan secara langsung maupun tidak langsung.
Semoga karya tulis ini menjadi tambahan khazanah pengetahuan bagi siapa pun
yang membacanya.
Ciputat, 05 April 2018 M
Dannu Akbar
vii
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................. 1
A. Batasan Masalah ......................................................................... 3
B. Rumusan Masalah....................................................................... 4
C. Tujuan Penelitian ........................................................................ 4
D. Manfaat Penelitian ...................................................................... 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA .................................................................... 6
1. Biografi Syekh Abdul Qadir Al-Jilani .............................. 6
2. Definisi Sufi .................................................................... 17
1) sufi dan tasawuf dikaitkan dengan kata-kata Arab
1. Safa dalam arti suci dan sufi adalah orang yang disucikan. Dan memang,
kaum sufi banyak berusaha menyucikan diri mereka melalui banyak melaksanakan
ibadat, terutama salat dan puasa.
2. Saf (baris). Yang dimaksud saf di sini ialah baris pertama dalam salat di
mesjid. Saf pertama ditempati oleh orang-orang yang cepat datang ke mesjid dan
banyak membaca ayat-ayat al-Qur‟an dan berdzikir sebelum waktu salat datang.
Orang-orang seperti ini adalah yang berusaha membersihkan diri dan dekat dengan
Tuhan.
3. Ahl al-Suffah, yaitu para sahabat yang hijrah bersama Nabi ke Madinah
dengan meninggalkan harta kekayaannya di Mekkah. Di Madinah mereka hidup
sebagai orang miskin, tinggal di Mesjid Nabi dan tidur di atas bangku batu dengan
memakai suffah, (pelana) sebagai bantal. Ahl al-Suffah, sungguhpun tak
mempunyai apa-apa, berhati baik serta mulia dan tidak mementingkan dunia. Inilah
pula sifat-sifat kaum sufi.
4. Sophos (bahasa Yunani yang masuk kedalam filsafat Islam) yang berarti
hikmat, dan kaum sufi pula yang tahu hikmat. Pendapat ini memang banyak yang
menolak, karena kata sophos telah masuk kedalam kata falsafat dalam bahasa Arab,
dan ditulis dengan sin dan bukan dengan shad seperti yang terdapat dalam kata
tasawuf.
5. Suf (kain wol). Dalam sejarah tasawuf, kalau seseorang ingin memasuki
jalan tasawuf, ia meninggalkan pakaian mewah yang biasa dipakainya dan diganti
dengan kain wol kasar yang ditenun secara sederhana dari bulu domba. Pakaian ini
melambangkan kesederhanaan serta kemiskinan dan kejauhan dari dunia.
Diantara semua pendapat itu, pendapat terakhir inilah yang banyak diterima
sebagai asal kata sufi. Jadi, sufi adalah orang yang memakai wol kasar untuk
menjauhkan diri dari dunia materi dan memusatkan perhatian pada alam rohani.
19
Orang yang pertama memakai kata sufi kelihatannya Abu Hasyim al-Kufi di Irak
(w.150 H).
Apabila kita beralih dari masalah kata „tasawuf‟ ke masalah batasannya,
maka kita temukan deretan panjang definisi, hingga menurut satu pendapat
mencapai dua ribu.. Suhrawardi menyatakan, “Pendapat para syaikh mengenai
esensi tasawuf lebih dari seribu pendapat., Ath-Thusi menyebutkan bahwa Ibrahim
bin Maulis Ar-Riqi telah menyampaikan lebih dari seratus jawaban saat ditanya
tentang definisi tasawuf. Al-Qusyairi di dalam Risalahnya yang masyhur
merangkum 50 definisi dari ulama pendahulu.
Sedangkan Nicholson merangkum 78 definisi. Karena itu kalimat tasawuf
telah menjadi istilah yang berkembang seiring perkembangan zaman, dan
terpengaruh oleh berbagai situasi dan kondisi zaman. Kita temukan arti tasawuf di
satu masa berbeda dengan yang ada di masa lain, satu sufi dari sufi lain, hingga dari
satu individu di satu waktu ke waktu lain. Karena setiap orang menyampaikan
menurut perasaan dan citarasa spiritualnya.
Ibnu Khaldun menyatakan, “Banyak sufi berusaha mengungkapkan arti
tasawuf dengan kalimat yang general dengan memberi keterangan maknanya, tetapi
tidak satu pun pendapat yang tepat. Di antara mereka ada yang mengunkapkan
kondisi-kondisi permulaan..ada yang mengungkapkan kondisi-kondisi akhir ada
yang mengungkapkan pertanda saja ada yang mengungkapkan prinsip-prinsip dan
dasar-dasarnya ada yang menyatukan prinsip dan dasarnya. Masing-masing dari
mereka mengungkapkan apa yang ditemukannya dan masing-masing bicara
menurut derajat spiritualnya. Dan masing-masing menyatakan apa yang terjadi
pada dirinya, menurut pencapaiannya dalam bentuk ilmu, atau amal, atau kondisi
spiritual, atau dzauq (cita rasa spiritual), atau selainnya. Seluruhnya adalah tasawuf.
Inilah sebagian definisi yang kami sampaikan sebagai contoh, bukan untuk
pembatasan. Pendapat para ulama tentang sufi sebagaimana berikut:
Dari definisi di atas dapat kita simpulkan bahwa tarekat adalah beramal dengan
syariat Islam secara azimah (memilih yang berat walau ada yang ringan, seperti
rokok ada yang berpendapat haram dan makruh, maka lebih memilih yang haram)
20
dengan mengerjakan semua perintah baik yang wajib atau sunah; meninggalkan
larangan baik yang haram atau makruh bahkan menjauhi hal-hal yang mubah (boleh
secara syariat) yang sia-sia (tidak bernilai manfaat; minimal manfaat duniawiah)
yang semuanya ini dengan bimbingan dari seorang mursyid/guru guna menunjukan
jalan yang aman dan selamat untuk menuju Allah (ma‟rifatullah).
Maka posisi guru di sini adalah seperti seorang guide yang hafal jalan dan
pernah melalui jalan itu sehingga jika kita dibimbingnya akan dipastikan kita tidak
akan tersesat jalan dan sebaliknya jika kita berjalan sendiri dalam sebuah tujuan
yang belum diketahui, maka kemungkinan besar kita akan tersesat apalagi jika kita
tidak membawa peta petunjuk. Namun mursyid dalam tarekat tidak hanya
membimbing secara lahiriah saja, tapi juga secara batiniah bahkan juga berfungsi
sebagai mediasi antara seorang murid/salik dengan Rasulullah SAW dan Allah
SWT.
Dengan bahasa yang lebih mudah, tarekat adalah sebuah kendaraan baik berupa
bis, kapal laut atau pesawat terbang yang disopiri oleh seseorang yang telah punya
izin mengemudi dan berpengalaman untuk membawa kendaraannya dengan
beberapa penumpang di dalamnya untuk mencapai tujuan.
Tarekat dapat dipraktekkan dalam setiap keadaaan dimana manusia
menemukan dirinya, dalam kehidupan tradisional maupun modern. Tarekat adalah
salah satu wujud nyata dari tasawuf. Ia lebih bercorak tuntunan hidup praktis sehari-
hari daripada corak konseptual yang filosofis. Jika salah satu tujuan tasawuf adalah
al-Wushul ila Allah SWT (sampai kepada Allah) dalam arti ma‟rifat, maka tarekat
adalah metode, cara atau jalan yang perlu ditempuh untuk mencapai tujuan tasawuf
tersebut.
Tarekat berarti jalan seorang salik (pengikut tarekat) menuju Tuhan dengan cara
menyucikan diri, atau perjalanan yana ditempuh oleh seseorang untuk mendekatkan
diri sedekat mungkin kepada Tuhan. Orang yang bertarekat harus dibimbing oleh
guru yang disebut mursyid (pembimbing) atau Syaikh. Syaikh atau mursyid inilah
yang bertanggung jawab terhadap murid-muridnya dalam kehidupan lahiriah serta
21
rohaniah dan pergaulan sehari-hari. Bahkan ia menjadi perantara (washilah) antara
murid dan Tuhan dalam beribadah.
Karena itu, seorang Syaikh haruslah sempurna dalam ilmu syariat dan hakekat.
Di samping itu, untuk (dapat) menjadi guru, ustadz atau Syaikh diperlukan syarat-
syarat tertentu yang mencerminkan sikap orang tua yang berpribadi akhlak karimah
dan budipekerti yang luhur.
A) Tasawuf berdiri pada dua dasar:
1) pengalaman batin langsung dalam hubungan antara hamba dan Rabb.
2) kemungkinan unifikasi antara sufi dan Allah. Termasuk dasar pertama
adalah kondisi-kondisi spiritual dan derajat-derajat spiritual. Dan termasuk
yang kedua adalah peneguhan Yang Mutklak, atau Wujud Yang Haq, atau
Maujud Tunggal, yang dalam naungannya mencakup seluruh maujud dan
ada kemungkinan bertaut dengannya, sehingga tidak ada yang eksis selain
Dia.
Jadi, tasawuf adalah tangga naik yang memiliki jenjang-jenjang yang berujung
pada Dzat Yang Tinggi, dan perjalan meningkat dalam titian-titian naiknya hingga
puncak kesatuan dan manunggal.
3. Definisi Tarekat
Kata tarekat di ambil dari bahasa arab, yaitu dari kata benda thoriqoh yang
secara emitologis berarti jalan, metode atau tata cara. Adapun tarekat dalam
termilnologis (pengertian) ulama sufi bernama Syekh Muhammad Amin al-Kurdi
al-Irbili al-Syafi al-Naqsyabandi berkata
“Tarekat adalah beramal dengan syariat dengan mengambil/memilih daripada
yang rukhshoh (ringan); menjauhkan diri dari mengambil pendapat yang mudah
pada amal ibadah yang tidak sebaiknya dipermudah; menjauhkan diri dari semua
larangan syariat lahir dan batin; melaksanakan semua perintah Allah SWT
semampunya; meninggalkan semua larangan-Nya baik yang haram, makruh atau
mubah yang sia-sia; melaksanakan semua ibadah fardlu dan sunah; yang
22
semuamnya ini di bawah arahan, naungan dan bimbingan seorang
guru/syekh/mursyid yang arif yang telah mencapai maqamnya (layak menjadi
seorang Syekh/Mursyid).”
Dari definisi di atas dapat kita simpulkan bahwa tarekat adalah beramal
dengan syariat Islam secara azimah (memilih yang berat walau ada yang ringan,
seperti rokok ada yang berpendapat haram dan makruh, maka lebih memilih yang
haram) dengan mengerjakan semua perintah baik yang wajib atau sunah;
meninggalkan larangan baik yang haram atau makruh bahkan menjauhi hal-hal
yang mubah (boleh secara syariat) yang sia-sia (tidak bernilai manfaat; minimal
manfaat duniawiah) yang semuanya ini dengan bimbingan dari seorang
mursyid/guru guna menunjukan jalan yang aman dan selamat untuk menuju Allah
(ma‟rifatullah).
Maka posisi guru di sini adalah seperti seorang guide yang hafal jalan dan pernah
melalui jalan itu sehingga jika kita dibimbingnya akan dipastikan kita tidak akan
tersesat jalan dan sebaliknya jika kita berjalan sendiri dalam sebuah tujuan yang
belum diketahui, maka kemungkinan besar kita akan tersesat apalagi jika kita tidak
membawa peta petunjuk. Namun mursyid dalam tarekat tidak hanya membimbing
secara lahiriah saja, tapi juga secara batiniah bahkan juga berfungsi sebagai mediasi
antara seorang murid/salik dengan Rasulullah SAW dan Allah SWT.
Dengan bahasa yang lebih mudah, tarekat adalah sebuah kendaraan baik
berupa bis, kapal laut atau pesawat terbang yang disopiri oleh seseorang yang telah
punya izin mengemudi dan berpengalaman untuk membawa kendaraannya dengan
beberapa penumpang di dalamnya untuk mencapai tujuan.
Tarekat dapat dipraktekkan dalam setiap keadaaan di mana manusia
menemukan dirinya, dalam kehidupan tradisional maupun modern. Tarekat adalah
salah satu wujud nyata dari tasawuf. Ia lebih bercorak tuntunan hidup praktis sehari-
hari daripada corak konseptual yang filosofis. Jika salah satu tujuan tasawuf adalah
al-Wushul ila Allah SWT (sampai kepada Allah) dalam arti ma‟rifat, maka tarekat
adalah metode, cara atau jalan yang perlu ditempuh untuk mencapai tujuan tasawuf
tersebut.
23
Tarekat berarti jalan seorang salik (pengikut tarekat) menuju Tuhan dengan
cara menyucikan diri, atau perjalanan yana ditempuh oleh seseorang untuk
mendekatkan diri sedekat mungkin kepada Tuhan. Orang yang bertarekat harus
dibimbing oleh guru yang disebut mursyid (pembimbing) atau Syaikh. Syaikh atau
mursyid inilah yang bertanggung jawab terhadap murid-muridnya dalam kehidupan
lahiriah serta rohaniah dan pergaulan sehari-hari. Bahkan ia menjadi perantara
(washilah) antara murid dan Tuhan dalam beribadah.
Karena itu, seorang Syaikh haruslah sempurna dalam ilmu syariat dan
hakekat. Di samping itu, untuk (dapat) menjadi guru, ustadz atau Syaikh diperlukan
syarat- syarat tertentu yang mencerminkan sikap orang tua yang berpribadi akhlak
karimah dan budi pekerti yang luhur.
A) Tarekat wajib dan tarekat sunat.
1.) Tarekat wajib, yaitu amalan-amalan wajib, baik fardhu ain dan
fardhu kifayah yang wajib dilaksanakan oleh setiap muslim. tarekat wajib yang
utama adalah mengamalkan rukun Islam. Amalan-amalan wajib ini insya Allah
akan membuat pengamalnya menjadi orang bertaqwa yang dipelihara oleh Allah.
Paket tarekat wajib ini sudah ditentukan oleh Allah S.W.T melalui Al-Quran dan
Al-Hadis. Contoh amalan wajib yang utama adalah shalat, puasa, zakat, haji.
Amalan wajib lain antara lain adalah menutup aurat , makan makanan halal dan lain
sebagainya.
2.) Tarekat sunat, yaitu kumpulan amalan-amalan sunat dan mubah
yang diarahkan sesuai dengan 5 syarat ibadah untuk membuat pengamalnya
menjadi orang bertaqwa. Tentu saja orang yang hendak mengamalkan tarekat
sunnah hendaklah sudah mengamalkan tarekat wajib. Jadi tarekat sunnah ini adalah
tambahan amalan-amalan di atas tarekat wajib. Paket tarekat sunat ini disusun oleh
seorang guru mursyid untuk diamalkan oleh murid-murid dan pengikutnya. Isi dari
paket tarekat sunat ini tidak tetap, tergantung keadaan zaman tarekat tersebut dan
juga keadaan sang murid atau pengikut. Hal-hal yang dapat menjadi isi tarekat sunat
ada ribuan jumlahnya, seperti shalat sunat, membaca Al Qur‟an, puasa sunat, wirid,
zikir.
24
B) Sejarah Perkembangan Tarekat
Asal-usul tarekat (al-tariqah) Sufi dapat di urutkan pada abad ke-3 dan 4 H
(abad ke-9 dan 10 M). Pada waktu itu tasawuf telah berkembang pesat di negeri-
negeri seperti Arab, Persia, Afghanistan dan Asia Tengah. Beberapa Sufi terkemuka
memiliki banyak sekali murid dan pengikut.
Pada masa itu ilmu Tasawuf sering pula disamakan dengan ilmu Tarekat
dan teori tentang maqam (peringkat kerohanian) dan hal (jamaknya ahwal, keadaan
rohani). Di antara maqam penting yang ingin dicapai oleh seorang penempuh jalan
tasawuf ialah mahabba atau `isyq (cinta), fana` (hapusnya diri/nafs yang rendah),
baqa` (rasa hidup kekal dalam Yang Satu), ma`rifa (makrifat) dan ittihad (persatuan
mistikal), serta kasyf (tersingkapnya penglihatan hati).
Kehidupan para sufis abad 3-4 H merupakan kritik terhadap kemewahan
hidup para penguasa dan kecenderungan orientasi hidup masyarakat muslim pada
materialisme. Keadaan ini memberikan sumbangsih pada terjadinya degradasi
moral masyarakat. Keadaan politik yang penuh ketegangan juga memberikan peran
bagi pertumbuhan sufisme abad tersebut.
Maraknya praktek sufisme dan tarekat di abad ke 12-13 M juga tidak lepas
dari dinamika sosial-politik dunia Islam.
sebuah persaudaraan sufi lahir karena adanya seorang guru Sufi yang
memiliki banyak murid atau pengikut. Pada abad ke-11 M persaudaraan sufi banyak
tumbuh di negeri-negeri Islam. Mula-mula ia merupakan gerakan lapisan elit
masyarakat Muslim, tetapi lama kelamaan menarik perhatian masyarakat lapisan
bawah. Pada abasd ke-12 M banyak orang Islam memasuki tarekat-tarekat sufi.
Pada waktu itu kegiatan mereka berpusat di kanqah, yaitu sebuah pusat latihan Sufi
yang banyak terdapat di Persia dan wilayah sebelah timur Persia. Kanqah bukan
hanya pusat para Sufi berkumpul, tetapi juga di situlah mereka melakukan latihan
dan kegiatan spiritual, serta pendidikan dan pengajaran formal, termasuk dalam hal
kepemimpinan.Salah satu fungsi penting lain dari kanqah ialah sebagai pusat
kebudayaan dan agama. Sebagai pusat kebudayaan dan agama, lembaga kanqah
25
mendapat subsidi dari pemerintah, bangsawan kaya, saudagar dan
organisasi/perusahaan dagang. Tempat lain berkumpulnya para Sufi ialah zawiyah,
arti harafiahnya sudut. Zawiyah ialah sebuah tempat yang lebih kecil dari kanqah
dan berfungsi sebagai tempat seorang Sufi menyepi. Di Jawa disebut pesujudan, di
Turki disebut tekke (dari kata takiyah, menyepi).Tempat lain lagi berkumpulnya
Sufi ialah ribat. Ribat punya kaitan dengan tempat tinggal perajurit dan komandan
perang, katakanlah sebagai tangsi atau barak militer. Pada masa berkecamuknya
peperangan yang menyebabkan orang mengungsi, dan juga berakibat banyaknya
tentara tidak aktif lagi dalam dinas militer, membuat ribat ditinggalkan tentara dan
dirubah menjadi tempat tinggal para Sufi dan pengungsi yang mengikuti perjalanan
mereka.
C) Hubungan Tarekat dengan Tasawuf
Secara ethimologi, tasawuf berasal dari bahasa Arab yaitu katashuuf yang
berarti bulu. Pada waktu itu para ahli tasawuf memakai pakaian dari bulu domba
sebagai lambang merendahkan diri. Sedangkan secara terminology, para sufi dalam
mendefinisikan tasawwuf itu sendiri sesuai dengan pengalaman batin yang telah
mereka rasakan masing-masing. Dan karena dominannya ungkapan batin ini, maka
menjadi beragamnya definisi yang ada. Sehingga sulit mengemukakan definisi yang
menyeluruh. Dari beberapa definisi para sufi, Noer Iskandar mendefinisikan bahwa
tasawuf adalah kesadaran murni (fitrah) yang mengarahkan jiwa yang benar kepada
amal dalam rangka mendekatkan diri kepada Allah sedekat mungkin.
Sedangkan tarekat sendiri, secara ethimologi berasal dari kata “Thoriqoh” yang
berarti jalan. Dalam artian jalan yang mengacu kepada suatu system latihan meditasi
maupun amalan- amalan yang dihubungkan dengan guru sufi. Istilah ini kemudian
berkembang menjadi organisasi yang tumbuh seputar metode sufi yang khas, atau
institusi yang menaungi paham tasawwuf.
Dari pengertian di atas, tampaklah pertalian yang sedemikian erat antara
tasawwuf dan tarekat, bahwa antara keduanya tampak sulit dibedakan dan tak bisa
dipisahkan antara yang satu dengan yang lain. Tasawwuf adalah sebuah ideology
dari institusi yang menaunginya, yaitu tarekat. Atau dengan kata lain, tarekat
26
merupakan madzhab-madzhab dalam tasawwuf. Dan tarekat merupakan
implementasi dari suatu ajaran tasawwuf yang kemudian berkembang menjadi
sebuah organisasi sufi dalam rangka mengimplementasikan suatu ajaran tasawwuf
secara bersama-sama.
D) Aliran-aliran tarekat di Dunia Islam
1. Tarekat Qadiriyah, (dihubungkan kepada Syekh Abdul Qadir Al-Jailani, yang
wafat di Irak pada 1161 H) yang mempunyai penganut di Irak, Turki,
Turbekistan, Sudan, Cina, India, dan Indonesia.
2. Tarekat Syadziliah, (dihubungkan kepada Syekh Ahmad Asy-Syadzili, , yang
wafat di Mesir pada 1258 M), yang mempunyai pengikut di Mesir, Afrika Utara,
Syiria, dan Negri-negri Arab lainnya. Pokok-pokok ajarannya antara lain :
Bertaqwa kepada Allah ditempat sunyi dan ramai
Mengikuti sunnah dalam segala perkataan dan perbuatan
Berpaling hati dari makhluk waktu berhadapan dari waktu membelakangi
Kembali kepada Allah diwaktu senang dan susah
Tarekat Rifaiyah, (dihubungkan kepada Syekh Ahmad Ar-Rifai, yang wafat
di Mesir pada 1182 M), yang mempunyai pengikut di irak dan di Mesir.
3. Tarekat Naqsabandiyah (dihubungkan kepada Syekh Bahaudin Naqsabandi
yang wafat di Bukhara pada 1389 M), yang mempunyai pengikut di Asia
Tenggara, Turki, India, Cina, dan Indonesia. Ciri-ciri tarekat Naqsabandiah
antara lain :
Berpegang teguh kepada aqidah ahlusunnah
Meningggalkan ruqsah
Memilih hokum-hukum yang azimah
Senantiasa dalam muraqabah
Tetap berhadapan dengan Tuhan
Menghasilkan malakah hudhur (menghadirkan Tuhan dalam hati)
Menyendiri ditengah keramaian serta menghiasi diri dengan hal-hal yang
memberi faedah
27
Berpakaian dengan pakaian mukmin biasa
Zikir tanpa suara
4. Tarekat Syatarriyah, (dihubungkan kepada Syekh Abdullah Asy-Sattari
yang wafat di india pada 1236 M), yang mempunyai pengikut India dan
Indonesia.
5. Tarekat Khalwatiyah (dihubungkan kepada Muhammad Yusuf bin
Abdullah Abu Mahasi Al-Taj Al-Khalwaty Al-Makassary.)
6. Tarekat Sammaniyah (dihubungkan kepada Syekh Muhammad bin Abdul
Karim Al-Madani Al-Syafi‟i Al-Samman )
7. Tarekat Tijaniyah (dihubungkan kepada Syekh Ahmad bin Muhammad Al-
Tinjani)
8. Tarekat Qodiriyah ea Naqsabandiyah (dihubungkan kepada Syekh Ahmad
Khatib bin Al-Ghaffar Sambas)
9. Tarekat Malwawiyah, (dihubungkan kepada Syekh Maulana Jalaludin Rumi
Muhammad bin Husain Al-Khattibi Al-Bakhri ) atau sering disebut dengan
Rumi
E) Pengaruh Tarekat dalam Perkembangan Islam
Dalam perkembangannya tarekat-tarekat itu bukan hanya memusatkan
perhatian pada tasawuf ajaran-ajaran gurunya, tetapi juga mengikuti kegiatan
politik. Tarekat memengaruhi dunia islam mula abad ke-13 kedudukan tarekat saat
itu sama dengan partai politik. Bahkan tentara itu juga menjadi anggota tarekat.
Tarekat keagamaan meluaskan pengaruh dan organisasinya keseluruh
pelosok negeri menguasai masyarakat melalui suatu jenjang yang terancang dengan
baik, dan memberikan otomomi kedaerahan seluas-luasnya. Setiap desa atau
kelompok desa ada wali lokalnya yang didukung dan dimuliakan sepanjang
hidupnya, bahkan dipuja dan diagung-agungkan setelah kematiannya. Akan tetapi
pada saat-saat itu telah terjadi penyelewengan dalam tarekat-tarekat.
Disamping itu tarekat pada umumnya hanya berorientasi akhirat, tidak
mementingkan dunia, tarekat mengandungkan banyak beribadah saja dan jangan
28
mengikuti dunia ini karena anggapan, “dunia ini adalah bangkai maka yang
mengejar dunia ini adalah anjing”. Ajaran ini tampaknya menyelewengkan umat
islam dari jalan yang harus ditempuhnya. Demikian juga sifat tawakal, menunggu
apa saja yang akan datang, qadha dan qadar yang sejalan denga faham Asy‟ariyah.
Tetapi para pembaharu dalam dunia islam melihat bahwa tarekat bukan hanya
mencemarkan paham tauhid, tetapi juga membawa kemunduran bagi umat islam.
Oleh karena itu pada abad ke-19 timbul pemikiran yang sinis terhadap
tarekat. Banyak orang yang menentang dan meninggalkan tarekat ini.
29
KERANGKA BERPIKIR
Penelitain lebih Mengetahui Fokus pada
Biografi Mengetahui Mengetahui
Pengaruh Syekh Syekh Definisi
Definisi Sufi Abdul Qodir Al-
Abdul Qodir Tarekat Jaelani dalam Al-Jaelani bidang politik dan
sosial
30
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat Dan Waktu Penelitian
Adapun tempat penyusunan Karya Tulis Ilmiah (KTI) ini penulis lakukan
ditempat menulis menuntut ilmu yang bertempat di Pondok Pesantren Daar-el
Qolam Gintung, Jayanti, Tanggerang, Banten.
Sedangkan penelitian dilakukan dari tanggal 7 November 2015 s/d 27 oktober
2016 M
B. Jenis Metode Penelitian
Dalam karya tulis ini, penulis menggunakan bidang Library research (kajian
pustaka) yang mana dalam hal ini penulis menggumpulkan beberapa buku yang
sesuai dengan penelitian dan judul Karya Tulis Ilmiah (KTI). Dan tak lupa penulis
untuk menuliskan judul buku tersebut yang di tulis dalam daftar pustaka. Begitu
juga website atau situs internet yang dikunjungi yang kemudian penulis
mengembangkan atau menambahkan pendapat apa yang di dapat dari buku yang di
baca maupun website atau situs internet yang dikunjungi.
C. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang penulis gunakan adalah dengan membaca
semua referensi yang ada dalam berbagai sumber berupa buku cetak, jurnal,
penelitian-penelitian, berita dan website terpercaya, dan juga wawancara.
D. Teknik Analisis Data
Dalam menganalisis data, penulis membaca seluruh referensi terikat mengenai
pengaruh Syekh Abdul Qodir Al-Jilani terhadap tarekat sufi. Maka dalam penelitian
ini , penulis akan mencari tahu pengaruh tarekat sufi yang dipengaruhi Syekh Abdul
Qodir Al-Jilani
31
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Temuan Penelitian
Setelah mengetahui dari berbagai sumber tentang teori-teori yang telah di
paparkan di bab II, peneliti menemukan peranan Syekh Abdul Qodir AL-Jilani
terhadap perkembangan tarekat sufi di dunia dari segi sosial dan politik. Pengaruh
Syekh Abdul Qodir AL-Jilani telah menyebar ke seluruh penjuru dunia umat
muslim dan ini akan dijelaskan peneliti di bab IV
1. Reduksi Data
Dengan berdasarkan temuan penelitian, peneliti mengkususkan
kepada aliran tarekat yang dibentuk oleh Syekh Abdul Qodir Al- Jaelani
yaitu Tarekat Qodiriyah. Peranan beliau dalam masanya telah menyebar
dari tahun 521 H sampai sekarang. pengaruh politik dibuktikan dengan
menyebarnya aliran tarekat beliau dan ajaran beliau kepada semua sufi di
dunia upaya politik ini dilakukan dengan mengadakan majlis majlis ilmu
yang diadakan di madrasahnya. Sedangkan pengaruh sosialnya banyak
orang yang akhirnya taubat dan kembali ke jalan Nya setelah mendengar
perkatan-perkataan beliau yang bersumber dari Al-Qur‟an dan Hadist,
upaya sosial ini dilakukan dengan cara menunjukan karamah-karamah
beliau kepada semua orang yang hadir di depanya atas izin dan perintah Nya
A) Pengaruh Syekh Abdul Qodir AL-Jilani dalam bidang sosial
Tarekat Qodiriyah ini dikenal luwes. Yaitu bila murid sudah
mencapai derajat syeikh, maka murid tidak mempunyai suatu
keharusan untuk terus mengikuti tarekat gurunya. Bahkan dia berhak
melakukan modifikasi tarekat yang lain ke dalam tarekatnya. Hal itu
seperti tampak pada ungkapan Syekh Abdul Qadir Jaelani
sendiri,"Bahwa murid yang sudah mencapai derajat gurunya, maka dia
32
jadi mandiri sebagai syeikh dan Allah-lah yang menjadi walinya untuk
seterusnya."
Diriwayatkan dari Abdullah Al-Jubaí, ia berkata “Syekh
Muhyiddin Abdul Qodir AL-Jilani berkata “Aku berharap berada di
tanah lapang, di mana aku tidak melihat makhluk dan makhluk tidak
juga melihat aku. Allah menghendaki aku agar aku bermanfaat bagi
makhluk. Sudah banyak orang yang masuk islam di hadapanku, lebih
dari 500 orang yahudi dan nasrani, dan juga lebih dari 100.000
perampok dan pembegal yang bertaubat di hadapanku. Ini adalah
kerbehasilan yang besar.” (at-Tadifi, A.H. 963)
B) Pengaruh Syekh Abdul Qodir AL-Jilani dalam bidang politik
Syekh Abdul Qodir AL-Jilani sangat piawai dalam ilmu-ilmu
syariat dan Sunnah dengan dua kekuatan itu kekuasan beliau dalam
dunia sufi ada di bawah genggaman beliau. Derajat sufi yang beliau
duduki sudah sampai Waliyullah Al-Qutub yang mana wali tersebut
hanya muncul 1orang setiap 1 abad atas pilihan Allah SWT.
Para ulama telah sepakat atas keutamaan dan keagungan ilmu
serta kemampuannya, baik yang khusus maupun yang awam. Bahkan,
para ulama telah meriwayatkan bahwa di alangan umat islam,
karamahnya yang hampir mendekati derajat mutawatir.
Telah diriwayatkan dalam kitab manaqibnya dari para pembesar
ulama yang agung dan dipercaya, dari jalur yang berbeda-beda dan
tersiar hingga seantero dunia tahu kabar ini. Pada saat itu Syekh Abdul
Qodir AL-Jilani duduk di atas kursi, dan beliau berkhutbah di hadapan
orang-orang,
“Kedua telapak kaki ku ini berada di atas setiap lutut para wali Allah”
Pada saat itu, hadirin yang hadir dalam pertemuan itu hampir
sebagian besar para Syekh besar yang berada di Irak. Menurut riwayat
yang lain, jumlah mereka sebanyak 55 orang, sedangkan menurut
33
riwayat lain jumlah mereka 20 - 50 orang, diantara merak Syekh Abi
Najib Al-Syahruwardi, Syekh Qudhaib Al-Ban Al-Mushali, Syekh Abu
Suúd bin Abu Bakar Al Atha.
Para ulama juga meriwayatkan, tidak ada satu pun dari wali
Allah di seluruh penjuru bumi yang tidak menjulurkan lututnya
kepadanya, kecuali seorang pria dair Asbihan. Maka dicabutlah gelar
kewaliannya.
Diriwayatkan bahwa Syekh Abu Najib Al-Syahruwardi
menganguk-anggukkan kepalanya hingga hampir saja mencapai tanah.
Ia berkata
“Injakkanlah kaki tuan di kepala saya.”
Ia mengulangi perkataan tersebut sampai 3 kali. Diantara orang-
orang beser dan terkemuka yang menjulurkan lututnya kepada Syekh
bdul Qodir AL-Jilani yaitu Syekh Abu Madin Al-Maghribi, Syekh
Abdurrahim Al-Qinawi, dan Syekh Ahmad bin Abu Husain Al-Rifaí‟i
Mengenai Syekh Al-Rifai‟i, telah diriwayatkan mengenai
perihalnya bahwa pada suatu hri ia duduk di ruwaq, yang terletak di
kawana Ummu Ubaidah. Beliau berkata
“Letakkan telapak kaki tuan di atas kepala ku.”
Lalu beliau lanjutkan
“Sekarang ini, Syekh Abdul Qodir AL-Jilani di Baghdad
berkata “Kedua telapak kaki ku ini berada di atas setiap lutut para wali
Allah”
Adapun Syekh Abu Madin Al-Maghribi, beliau menaggukan
kepalanya disaat berada di tengah-tengah sahabatnya. Lalu seraya berkata
34
“Akulah yang termasuk di antar mereka itu (para wali). Ya
Allah aku minta persaksian-Mu dan persaksian malaikat-Mu. Aku
mendengar dan menaati.”
Lalu para sahabatnya bertanya
“Ada apa gerangan? “
“Saat ini Syekh Abdul Qodir AL-Jilani di Baghdad berkata,
“Kedua telapak kaki ku ini berada di atas setiap lutut para wali
Allah”.
(Wahyudi, 2001)Adapun Syekh Abrurahim Al-Qinawi, beliau
menundukkan kepalanya dan seraya berkata, “Maka benarlah apa
yang dikatakan oleh orang yang jujur dan dapat dipercaya.”
Lalu ada orang yang bertanya “siapakah orang itu?”
“Syekh Abdul Qodir AL-Jilani telah berkata bahwa “Kedua
telapak kaki ku ini berada di atas setiap lutut para wali Allah, maka
seluruh orang yang ada di timur dan barat menghormat kepadanya.”
Lalu Syekh Uday bin Musafir Al-Umawi, ia berkata“Maka
para wali menundukan kepalanya karena perintah tersebut.
Bukankah para malaikat tidak bersujud kepada Adam a.s , kecuali
setelah mendapat perintah dari Allah SWT.”
Beliau juga berkata “Bagus, bagus !. Dialah wali Quthb bumi
ini, 300 orang wali dan 700 makhluk gaib hormat kepadanya, baik
yang duduk ataupun yang berlalu-lalang di angkasa, semuanya
menjulurkan kepalanya dalam satu waktu bersamaaan dengan
ucapan “Kedua telapak kaki ku ini berada di atas setiap lutut para
wali Allah” ini”
35
Syekh Majid dan Syekh Mathar mendengar cerita Syekh
Uday serta membenarkanya.
Syekh Makarim juga berkata“ Aku bersaksi kepada Allah
bahwasanya tidak seorang pun yang telah di berikan Allah derajat
kewealian di muka bbumi ini baik mereka yang masih rendah
ataupun yang sudah tingggi melainkan semua menyaksikan Syekh
Abdul Qodir membawa panji wali Quthb di tangannya. Sedangkan
Mahkota Wali Ghaust tersemat di kepalanya. Mereka juga melihat
selendang yang berfungsi untuk melihat hakikat atas segala
makhluk. Dialah yang diberi manfaat untuk mengangkat wali atau
memecatnya dengan memakai barometer syariat dan hakikat. Pada
saat aku mendengar beliau berkata “Kedua telapak kaki ku ini
berada di atas setiap lutut para wali Allah” mereka semua menunduk
kepalanya dan hati mereka semuanya luluh seketika itu juga, tak
terkecuali 10 wali abdal .
Yaitu Syekh Baqa bin Bathuw, Syekh Abu Sa‟id Al-
Qalyawi, Syekh Ali bin Al-Hiti, Al-Nahr Al-Malaki, Syekh Uday
bin Musafir Al-Umawi, Syekh Musa Al-Zuli, Syekh Ahmad Rifa‟i,
Syekh Abdurrahman Al -Thafasawanji, Syekh Muhammad bin
Ubaid Al-Bashri, Syekh Hayat bin Qais Al-Hurrani, dan Syekh Abul
Madin Al-Maghribi.
Syekh Abu Sa-id Al-Qalyawi berkata “Tidak ragu lagi
bahwa beliaumengatakan hal tersebut semata-mata karena perintah,
dan perintah tersebut merupakan kalimat yang terucap dari seorang
wali Qutb”
Syekh Ali Al-Hiti pada saat beliau berucap “Kedua telapak
kaki ku ini berada di atas setiap lutut para wali Allah”. Serontak
beliau langsung bangkit dari kursinya dan langsung mengapai
telapak kaki Syekh Abdul Qodir AL-Jilani dan meletakkan di atas
36
lehernya hingga beliau masuk di kolong kursi. Para sahabatnya
terheran seraya berkata
“Mengapa engkau lakukan hal semacam itu? “
“Karena Beliau mendapatkan perintah untuk
mengucapkannya, beliau di beri izin untuk memecat wali yang tidak
taat atas perintah itu. Maka aku bersegera untuk menjadi orang
pertama yang menaati perintahnya.”
Syekh Ahmad bin Abu Hasan Al-Rifai‟i ditanya oleh
seorang laki-laki “Apakah Syekh Abdul Qodir AL-Jilani berkata
“Kedua telapak kaki ku ini berada di atas setiap lutut para wali
Allah?”
“Ya benar, beliau mengatakannya karena mendapatkan
perintah untuk mengatakan “Kedua telapak kaki ku ini berada di atas
setiap lutut para wali Allah”, maka seluruh orang di Barat dan Timur
semuanya tunduk kepadanya, kecuali seorang lelaki di negri asing,
maka dicabutlah gelar kewaliannya” jawab Syekh
Syekh Hayat bin Qais Al-Hurrani, ia berkata
“Telah lama kami berada di tengah zaman yang cukup lama,
dibawah perlindungan Syekh Abdul Qodir AL-Jilani dari berbagai
keburukan, aku telah menghabiskan bergelas-gelas dari mata air
kemakrifatannya, jiwa bersih benar-benar memancar darinya. Dari
pancaran nurnya itu muncul seberkas sinar yang menyinari dunia,
kemudian sinar itu diterima oleh orang-orang yang menapak di jalan
Allah dengan berbagai tingkatanya, dan pada saat datang perintah
untuk mengatakan, “Kedua telapak kaki ku ini berada di atas setiap
lutut para wali Allah”. Maka nur di hati mereka kian bertambah, dan
ilmu mereka semakin mendapatkan berkah, serta ahwal mereka
semakin luhur, karena menunduk hormat pada saat itu.
37
Bahkan ada ulama yang meramalkan akan kejadian ini.
Diriwayatkan oleh Syekh Abdullah Al-Juni dia berkata
“Telah diriwayatkan oleh Syekh Imam Abu Ya‟kub Yusuf
bin Ayub Al-Hamdani beliau berkata
“Aku mendengar guru kami Syekh Abu Ahmad bin
Abdullah bin Ali Al-Juni pada tahun 464 H berkata
“Akan lahir di negara asing sana seorang yang sangat agung
karomahnya, diterima seluruh orang, dan beliau akan mengucapkan,
“Kedua telapak kaki ku ini berada di atas setiap lutut para
wali Allah”. Sehingga pada saat itu, para wali benar-benar berada di
bawah telapak kakinya, beliaulah yang terkemuka di zamannya dan
barang siapa yang bertemu denganya niscaya akan mendapatkan
keberuntungan yang besar.”
Diriwayatkan oleh Syekh Tajul Ariffin, Abul Wafa. Pada
saat Syekh Abdul Qodir AL-Jilani yang pada saat itu masih belia
datang menjenguknya dia berkata kepada orang-orang yang berada
di sekelilingnya,
“Berdirilah ! ( untuk menghormat ) kepada wali Allah ini “
Setelah selang beberapa tahun kemudian, Syekh Abdul
Qodir AL-Jilani kembali datang menjengunya. Maka, beliau
mengulang kembali perkataaannya yang dulu pernah diucapkan itu
kepada sahabatnya. Kemudian beliau berkta perihal pemuda itu,
“Akan datang suatu zaman, diman orang-orang awam dan
para pembesar sangat membutuhkannya, aku sendiri seakanakan
melihat ia berkata dihahapan para pembesar Baghdad, dan dia
adalah orang yang benar,
38
“Kedua telapak kaki ku ini berada di atas setiap lutut para
wali Allah”. Pada saat itu para wali menyodorkan lutut mereka,
karena dia adalah pemuka mereka. Barang siapa diantara kalian
zaman tersbut hendaklah berkhidmat kepadanya.”
Diriwayatkan oleh Syekh Uqoil Al-Manbaji ra ia ditanya
oleh seseorang tentang wali qutub
“Siapakah wali Qutub zaman tuan? “
“Pada saat ini, ia sedang bersembunyi di makkah dan tak
seorang pun yang mengetahuinya, kecuali para wali. Sedangkan
penerus nya yang akan datang ,akan muncul di sini (Baghdad, Irak).
Dia adalah seorang yang mulia dan akan berbicara di tengah
penduduk Baghdad, karomahna termasyhur di kalangan orang
banyak, bak mereka wali atupun bukan. Dialah wali Qutub pada
zamannya, dan dia akan berkata “Kedua telapak kaki ku ini berada
di atas setiap lutut para wali Allah”. Maka pada saat itu semua wali
menyodorkan lutunya, andai saja aku ada pada saat itu niscaya aku
akan mejulurkan kepalaku, karena hal itu akan mendatangkan
manfaat bagi orang yang membenarkan karamahnya di antara semua
manusia.”
Syekh Ali bin Wahab Al-Bukhari berkata “Sesungguhnya
Allah SWT akan menyinari semua makhluk dengan kemunculan
seorang pria yang bernama Abdul Qodir. Ia akan muncul di Irak,
pada saat di Baghdad ia berkata “Kedua telapak kaki ku ini berada
di atas setiap lutut para wali Allah”. Dan para wali sezamannya pun
mengakui keutamaan pria ini.”
Syekh Hammad berkata “ Sungguh pada saatnya nanti
kakinya akan berada di atas lutut para wali Allah dan dia akan
diperintahkan untuk mengatakan “Kedua telapak kaki ku ini berada
di atas setiap lutut para wali Allah” dan dia benar-benar akan
39
mengatakannya sedangkan para wali di zamannya akan
merendahkan lutut mereka.”
Syekh Baqa berkata “ketika Syekh Abdul Qodir AL-Jilani
mengucap “Kedua telapak kaki ku ini berada di atas setiap lutut para
wali Allah”
para malaikat menjawab “Engkau benar wahai hamba Allah”
Beliau adalah seorang yang berilmu, beraqidah Ahlu Sunnah,
dan mengikuti jalan Salaf al Shalih. Belaiau dikenal pula banyak
memiliki karamah. Tetapi, banyak (pula) orang yang membuat-buat
kedustaan atas nama beliau. Kedustaan itu baik berupa kisah-kisah,
perkataan-perkataan, ajaran-ajaran, tariqah (tarekat/jalan) yang
berbeda dengan jalan Rasulullah, para sahabatnya, dan lainnya. Di
antaranya dapat diketahui dari pendapat Imam Ibnu Rajab.
Pengaruh Syekh Abdul Qodir Al- Jaelani dalam bidang sosial
Pengaruh Syekh Abdul Qodir Al-
Jaelani dalam bidang politik
Pengaruh Syekh Abdul Qodir Al- Jaelani terhadap perkembangan tarekat dan sufi
2. Penyajian Data
Sesuai dengan apa yang ada di reduksi data, peneliti akan
memberikan data yang sesuai dengan judul peneliti dari berbagai
sumber.
Teknik penelitian yang dilakukan dengan menggunakan
instrument pedoman wawancara berisi beberapa pertanyaan yang harus
di jawab oleh para informan yang berasal dari rumusan masalah
penelitian ini.
40
Berikut ini protocol wawancara yang peneliti gunakan
No Ref Hari Responden Informasi yang dijaring
1 A 7 September 2016 Ust. Aswad Firmansyah
Wawancara sesuai borang
2 B 17 September 2016
Ust. Willy Saefurahman
Wawancara sesuai borang
3 C 26 Oktober 2016 Ust. Yusuf Wawancara sesuai borang Berikut ini adalah borang wawancara
Ref Pertanyaan Jawaban
1 Siapakah Syaikh Abdul Qadir al-Jilani?
2 Bagaimana pengertian dari tarekat dan sufi ?
3 Bagaimana pengaruh syekh abdul qodir AL-Jilani terhadap perkembangan tarekat dan sufi ?
3. Triangulasi
Sesuai dengan reduksi data dan penyajian data maka peneliti akan
menguji kredibilitas data tentang pengaruh Syekh Abdul Qodir AL-Jilani
terhadap terekat sufi dalam bidang sosial dan politik maka pengumpulan dan
pengujian data yang telah diperoleh dapat dilakukan ke pembimbing
penelitian ini, para tokoh-tokoh agama yang bersangkutan dan guru-guru
pelajaran ilmu tauhid.
Triangulasi dengan sumber artinya membandingkan dan mengecek
balik derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui waktu dan
alat yang berbeda dalam penelitian kualitatif (Patton,1987:331). Adapun
untuk mencapai kepercayaan itu, maka ditempuh langkah sebagai berikut :
1. Membandingkan data hasil pengamatan dengan data hasil
wawancara
2. Membandingkan apa yang dikatakan orang di depan umum
dengan apa yang dikatakan secara pribadi.
3. Membandingkan apa yang dikatakan orang-orang tentang situasi
penelitian dengan apa yang dikatakannya sepanjang waktu.
4. Membandingkan keadaan dan perspektif seseorang dengan
berbagai pendapat dan pandangan masyarakat dari berbagai
kelas.
41
5. Membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu dokumen
yang berkaitan.
PEMBIMBING KARYA
TULIS ILMIAH
TOKOH AGAMA YANG MEMAHAMI
BIOGRAFI SYKEH ABDUL QODIR AL-
JAELANI
USTADZ YANG MEMAHAMI
TAREKAT DAN SUFI
Berikut ini hasil wawancara yang di dapat oleh peneliti (disortir berdasarkan
jawaban dari responden):
Ref Jawaban
A1 . Syekh Abdul Qodir AL-Jilani adalah Sulthannul Auliya, rajanya para waliyullah yang mana derajat beliau Waliyullah Al-Quthbi, hanya 1 manusia saja yang dipilih Allah
SWT dalam 1 abad untuk menjadi Waliyullah Al-Quthbi Rabbani Syekh Abdul QOdir
AL-Jilani. Kaki beliau berada diatas pundak setiap waliyullah sedangkan derajat beliau
berada di bawah para nabi-nabi
B1 .Beliau adalah seorang waliyullah dari negri jilan. Yang manaqib-manaqibnya telah
tersebar keseluruh negri islam. Dan diakui kewaliannya karena karamah nya begitu besar
sampai tidak masuk akal bagi orang awam. Kewaliannya ada yang mengingkari dan ada
juga yang membenarkannya.di Indonesia sendiri telah tersebar tarekat qodiriyah wa
naqsabandiyah yang dipopulerkan oleh nahdhotul ulama Indonesia yang secara historis
berjumlah 80 juta orang, begitu juga muhammadiyah 100 juta orang dan persatuan islam
10 juta orang yang berada di Indonesia. Nahdhotul ulama telah menganut tarekat imam
ghazali dan imam ghazali tersebut mneganut tarekat qodiriyah yang bermuara ke syekh
abdul qodir AL-Jilani.
C1 Beliau seorang waliyullah yang lahir pada tahun 470 H yang berasal dari kata عشق lahir pada 1 ramadhan umurnya 91 tahun yang berasal dari kata كمل . beliau meninggal pada
bulan rabiustsani tahu 561 H . Selama bulan Ramadhan beliau tidak mau menyusui ke
ibunya Ummul Khair dari terbit fajar sampai terbenam matahari . yang lahir bersama
beliau ketika itu semuanya bayi laki-laki 1 negara jaelani jumlahnya 1100 bayi dan
semuanya menjadi waliyullah diambil dari kitab tafrihul khotir
A2 Tasawuf itu adalah ilmu tasawuf yang berikatan dengan sufi, sedangkan pengertian kalimat tasawuf itu sendiri adalah jalan menuju ke Allah, menuju ridha Nya. Melalui
beberapa tahap syariat, tarekat, ma‟rifat, hakekat, mahabbah, wihdatul wujud. Dan akan
mengalami 3 tahap takholi, tahali, dan tajali.
42
B2 tarekat itu jalan menuju marifat, berawal dari 3 aspek islam yaitu islam, iman dan ihsan.
Islam identik dengan hukum-hukum ataksjd aqidah, iman identik dengan fiqh sedangkan
ihsan identik dengan tarekat hakikat marifat. Terekat sendiri hadir karena lebih cenderung
eksotaris seperti hal-hal yang berkaitan dengan karamah seorang waliyullah sedangkan
pengertian sufi tersebut orang yang hidup dengan zuhud wara dan zikir selama hidupnya
di dunia ini. Sufi dimuli dengan salik lalul suluk dan terakhir fana &baqa. Dan tingkatan
ini biasa disebut ekstase
C2 Tarekat itu jalan menuju Allah, dan jalan itu tidak hanya 1 tetapi banyak salah satunya tarekat qodiriyah yang didirikan oleh Syekh Abdul Qodir Al-Jilani. Sedangkan sufi itu
perjalanan ulama-ulama yang hidup wara, zuhud
A3 Tarekat Qodiriyah yang dibangun Syekh Adul Qodir Al-Jilani menrupakan tarekat yang melahirakan banyak cabang tarekat lain-lainnya karena keluwesnya. Murid-murid Syekh
Abdul Qodir Al-Jilani telah tersebar ke berbagai benua, seperti benua asia tenggara, timur
B3 Penyebaran tarekat Syekh Abdul Qodir AL-Jilani itu sudah menyebar sampai asia, dan nama beliau pun sudah dikenal oleh kalangan awam maupun khawasul khawas. Dan
penyebarannya itu melalui murid-muridnya beliau yang selalu mendengarkan ceramah
dan petuah-petuah beliau di tempat ribah para sufi di madrasah nizmiyah Baghdad irak,
pengaruh karamahnya biasa langsung diakui bagi yang mengikuti majlisnya langsung
dan melihat langsung keajaiban perkataannya yang langsung terjadi seketika, serta
akhlak mulia yang terpancar sejak muda, dan memiliki pengikut dari kalangan penjahat
yang bertaubat langsung di hadapan nya secara langsung. Sufi yang menggelar halaqah-
halaqahnya juga patut taat terhadap perkataannya karena posisi beliau adalah seorang
mursyid bagi semua sufi di dunia ini. Dan diakui sebagai Waliyullah Al-Qutbh yang
merupakan derajat kewalian yang tertinggi
C3 Pengaruh dari Syekh Abdul Qodir Al-Jilani itu dalam perkembangan sufi dan tarekat terlah terjadi dari awal dibentuknya madrasah ribath nizamiyah di Baghdad irak, awal dari kewalian beliaulah yang membuat para mursyid tarekat di Baghdad mengakui ketinggian derajat beliau, pengaruh yang dipancarkan beliau terlihat begitu jelas ketika beliau merasa tercekik dan tidak bisa bernapas dan mendengar suara bicaralah wahai syekh abdul qodir orang-orang di Baghdad membutuhkan mu. Maka beliau mulai berbicara di depan 70 orang waliyullah. Prisnip yang dianut Syekh Abdul Qodir Al Jilani murid yang telah mencapai suatu maqam tertentu maka ia boleh bebas dari mursyidnya, dan mursyid tetap nya adalah Allah SWT.dan dari inilah cabang-cabang tarekat
qodiriyah menjadi banyak dan menyebar ke seluruh pelosok asia dan timur .
B. Pembahasan Penelitian
Setelah menelaah dari berbagai sumber peneliti mulai menemukan
titik pembahasan penelitian dari judul. Berdasarkan data yang diperoleh
peneliti menemukan bahwa keberadaan Syekh Abdul Qodir AL-Jilani sebagai
ulama sangat berpengaruh terhadap perkembangan komunitas tarekat dan sufi
di dunia dari benua asia afrika dan eropa. Karena kecerdasan beliau dalam
berdakwah yang mempengaruhi komunitas tersebut dalam bidang sosial dan
politik sebagaimana yang telah dipaparkan peneliti di temuan penelitian,
43
reduksi data, penyajian data, dan triangulasi. Perkembangan tarekat di abad
20 ini komunitas terekat di Indonesia khususnya telah tersebar di berbagai
pulau khususnya jawa yaitu tarekat naqsabandiyah dan qodiriyah yang
berpusat di psantren swalaya.
44
BAB V
PENUTUP
A. Simpulan
Berdasarkan pada hasil penelitian yang telah dilakukan tentang Pengaruh
Syekh Abdul Qodir AL-Jilani terhadap Tarekat Sufi dalam bidang sosial dan politik
yang mengacu terhadap rumusan masalah yang telah ditetapkan maka dapat diambil
beberapa kesimpulan berupa:
1) Qadiriyah adalah nama tarekat yang dinisbatkan kepada seorang sufi
besar yang sangat legendaris yaitu Syekh Muhyiddin Abdul Qadir
al- Jailani. Tarekat ini menempati posisi yang amat penting dalam
sejarah spiritualitas islam karena tidak saja sebagai pelopor lahirnya
organisasi tarekat, tetapi juga cikal bakal munculnya berbagai
cabang tarekat di dunia Islam. Kendati struktur organisasinya baru
muncul beberapa dekade setelah kematiannya, semasa hidup sang
syekh telah memberikan pengaruh yang sangat besar pada pemikiran
dan sikap umat islam. Dia dipandang sebagai sosok ideal dalam
keunggulan dan pencerahan spiritual. Namun generasi selanjutnya
mengembangkan sekian banyak legenda yang berkisar pada
aktivitas spiritualnya, sehingga muncul berbagai kisah ajaib tentang
dirinya. Beliau seorang waliyullah dengan gelar Syekh Muhyiddin
Abdul Qodir AL-Jilani Quthb Rabbani Al-Arifi. Tarekat adalah
jalan menuju Allah SWT melalui ini akan lanjut pada tingkat hakikat
lalu marifatullah Sedangkan definisi Sufi adalah ulama yang semasa
hidup di dunia, mereka hidup dengan wara, zuhud dan zikir.
2) Pengaruh Syekh Abdul Qodir AL-Jilani terhadap perkembangan
tarekat dan sufi di dunia dalam bidang sosial dan politik sangatlah
jelas. Bidang sosial dengan kecerdasan dakwah beliau bias membuat
para pendosa taubat dan kembali kepada Allah SWT, sedangkan
bidang politik dengan cara berdakwah beliau dapat menyebar dan
45
berkembang di benua asia khususnya Indonesia.jawa tengah
psantren swalaya.
B. Saran
Berdasarkan simpulan penelitian di atas, penulis mengajukan saran
sehubungan dengan penelitian tentang pengaruh Syekh Abdul Qodir AL-Jilani
terhadap tarekat sufi dalam bidang sosial dan politik pada akhirnya dapat
diaharapkan memberikan pengetahuan kepada seluruh umat islam bahwa sufi itu
adalah ulama yang lebih dekat derajatnya dengan Allah SWT dengan disiplin ilmu
tarekat yang berasal dari Rasulullah SAW :
1. Setelah diketahui bahwa pengaruh Syekh Abdul Qodir AL-
Jilani terhadap tarekat sufi dalam bidang politik dan sosial
maka disarankan kepada seluruh umat muslim di dunia untuk
mendalami agama islam dan terus mendekatkan diri kepada
Allah dengan wasilah ilmu tarekat dan ilmu sufi. Jika sudah
maka akan mendapatkan kebahagian di dunia dan akhirat.
2. Diharapkan dapat dilakukan penelitian lanjutan dengan kajian
yang lebih luas dan komprehensif, dengan menambah variabel
yang secara konseptual dapat berpengaruh terhadap
peningkatan efektivitas pembelajaran siswa pada bidang studi
yang lain, baik melalui penelitian dengan menggunakan
pendekatan kuantitatif dan kualitatif.
46
DAFTAR PUSTAKA
Al-Ghazali, I. (1993). Bahjah Al-Asrar. Lebanon: Dar Al-Khair.
Ali, K. (1990). A Study of Islamic history. Jakarta: Idarat Adabi.
al-Naqsyabandi, S. M.-K.-I.-S. (2010). Tanwirul Qulub. Surabaya: Al-Hidayah.
Arikunto, S. (2002). Prosedur Penelitian. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
at-Tadifi, S. M. (A.H. 963). Qala’id Al-Jawahir. Mesir: Al-Baz Publishing, Inc.
Hasan, H. I. (1989). Islamic of History and Culture from 632 - 1968 M
terjemahan oleh Djahdan Human, Sejarah dan kebudayaan islam,
yogyakarta. Jakarta: Pustaka.
Irawan, P. (2006). Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif untuk Ilmu-Ilmu Sosial.
Jakarta: DIA FISIP UI.
Luqman. (2007, Maret 11). Kaum Sufi. Retrieved from