Top Banner
Karya Arsitektur Bali lokasi : Desa Tenganan, Karang Asem Bali
37

Karya Arsitektur Bali (desa Tengenan)

Apr 25, 2023

Download

Documents

Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: Karya Arsitektur Bali (desa Tengenan)

Karya Arsitektur Balilokasi : Desa Tenganan, Karang Asem Bali

Page 2: Karya Arsitektur Bali (desa Tengenan)

Mata Kuliah : Fisika BangunanAnggota Kelompok : Vega Adhistiya (1441402012)

Khusnul Chotimah (1441401946) Dwi Agustina (1441401961) Grace.b.Anggraeni (1441401983) Nelkinus Walela (1441402013)

Dosen :

Page 3: Karya Arsitektur Bali (desa Tengenan)

Pembagian Tugas anggota kelompok:

Mahasiswa 1 Khusnul Chotimah : Deskripsi BudayaMahasiswa 2 Nelkinus Walela : Deskripsi Lokasi dan IklimMahasiswa 3 Dwi Agustina : Deskripsi BangunanMahasiswa 4 Vega Adhistiya : Material BangunanMahasiswa 5 Grace.b.Anggraeni : Selubung Bangunan

Page 4: Karya Arsitektur Bali (desa Tengenan)

Deskripsi BudayaKhusnul Chotimah (1441401946)

No. Deskripsi Fasalitias

1. Agama/kepercayaan Masyarakat desa tenganan memiliki kepercayaan yang berbeda dari umumnya masyarakat bali. Masyarakat desa tenganan menganut agama hindu indra. Penganut agama hindu indra tidak membedakan umatnya berdasarkan kasta. Mereka juga menempatkan dewa indra sebagai dewa tertinggi. Masyarakat tenganan percaya bahwa desa yang mereka tempati adalah hadiah dari dewa indra.

2. Ritual (Upacara) - Mamiut adalah ritual yang diadakan disemua pura desa, upacara ini dilakukan selama satu bulan penuh. Dengan rapat / ritual utama dilakukan di pura puseh sembangan dengan diiringi gamelan selonding.

Page 5: Karya Arsitektur Bali (desa Tengenan)

no deskripsi fasilitas- Mati ombo sanghyang adalah

upacara khusus ketika dewa – dewa diletakan dibale agung selama tiga hari. Dilakukan pula npenyembelihan kerbau serta pengumpulan keris. Proses ini diawali dengan iringan gamelan selonding dibale agung. Setelah tiga hari proses selanjutnya adalah pengembalian dewa ke pura raja purana dan pemasangan ayunan kuno dengan diiringi gamelan selonding. Kemudian pengumpulan air suci oleh para gadis untuk mensucikan ayunan kuno.

- Mulan saat acara khusus yang diawali kegiatan para wanita yang memakai pakaian tradisional terbaik, acara dibuka dengan menarikan tarian abwang yang dilakukan dibale agung dan diakhiri oleh gamelan selonding keliling desa.

- Mulan daha merupakan acara khusus hanya untuk para gadis dimana tarian Abwang diadakan di Patemu Kaja (utara), Patemu Tengah dan Kelod (selatan), sedangkan para pemuda bermain gamelan Selonding keliling desa pukul.

- Ngelawad dimana para pemuda desa dari temu Kelod dan Jero Pasek berdoa dan membawa sesaji ke pura Puseh Sembangan, Pura Petung dan Pura Batan Cagi.

Page 6: Karya Arsitektur Bali (desa Tengenan)

no deskripsi fasilitas- Mran desa adalah upacara speesial yang

dilakukan setiap tiga taun sekali, terdiri dari serangkaian prosesi upacara sacral dan suci. Berpusat dibale agung dengan berpakaian adat dan diiringi gamelan selonding.

- Mabwang kala (pembebasan roh jahat) upacara khusus yang di awali tari abwang di depan patemu lalu mengelilingi patemu yang diakhiri dengan melakukan kidung suci bersama – sama.

- Muran teruna (acara khusus untuk pemuda)ritual ini dilakukan hanya tiga taun sekali selama seharian penuh. Acara utama ini adalah memilih gadis sebagai pasangan untuk menghadiri rangkaian upacara.

- Bayi pria upacara kelahirannya dilakukan di Kebun atau di Sawah karena masyarakat mempunyai pandangan bahwa seorang bayi pria kelak setelah dewasa akan menghabiskan waktunya lebih banyak di alam bebas ketika bekerja seperti di Sawah. Sedangkan bayi wanita upacara kelahirannya dilakukan di dapur karena setelah dewasa seorang wanita akan menghabiskan waktunya lebih banyak di dalam rumah seperti memasak, mengurus rumah dan mengurus anak.

Page 7: Karya Arsitektur Bali (desa Tengenan)

no deskripsi fasilitas- Ketika ada seseorang yang meninggal dunia masyarakat

Tenganan hanya menguburkannya atau disebut beya tanem di tempat-tempat yang telah disediakan, tempat penguburan tersebut berada di bawah pohon dan lubang untuk mayat hanya terdiri dari sebelas lubang, sehingga ketika lubang tersebut sudah terisi penuh oleh mayat-mayat kemudian ada yang meninggal dunia lagi maka mayat yang sudah meninggal lama dipindahkan dan lubang tersebut digantikan oleh mayat yang baru dan seterusnya seperti itu. Dalam penguburan seorang mayat tidak mengenakan selembar kainpun.

- Remaja perempuan disebut daha,yang lelaki disebut truna nyoman. Mereka harus tidur di asrama selama melakukan proses ini dan hanya beralas tikar pandan. Pada laki – laki wajib bertapa di pura yang bertempat diatas bukit. Untuk menuju kesana mereka harus berjalan kaki tanpa ada yang mengetahui. Sedangkan yang perempuan menjani proses pensucian dengan cara dilempari kotoran kerbau yang di campur lumpur dan buah nangka setiap tiga harisekali. Proses ini dilakukan berulang – ulang dalam waktu yang berdekatan.

- Mesantal adalah Ritual berkidung atau nyanyian doa pada sore hari yang diselingi lempar kemiiri. Dua buah kemiri digenggam oleh dua gadis yang berbeda, lalu berpurtar selama tiga kali sambil membaca doa dan dilempar kearah paha masing – masing. Mesantal adalah bagian darai ritual wajib pati pugat yang harus dijalani oleh perawan desa tenganan dalam menghadapi masa dewasa. Sementara remaja perempuan berkidung, pada remaja putra berkeliling menyambangi tempat perempuan muda melakukan mesantal. Setelah sebelumnya melakukan ritul membersihkan gamelan. Mereka datang dan mengetuk pintu asrama, masuk, lalu keluar dan berkeliling keasrama putri lainya. Semua dilakukan dengan berpaikan adat.

Page 8: Karya Arsitektur Bali (desa Tengenan)

no deskripsi fasilitas- Makare – kare (perang pandan) Perang pandan

didahului dengan mengelilingi desa sebagai wujud permintaan keselamatan terhadap dewa. Setelah mengelilingi desa dilanjutkan dengan ritual minum tuak bersama. Peserta perang pandang akan menari – nari dengan sesekali menyabetkan pandan ke bagian tubuh lawan dalam satu menit lalu bergantian dg pasangan lain. Perang ini dilakukan oleh peamuda dari dalam serta luar desa. Setelah perang selesai peserta yang terluka akan diolesi oleh ramuan tradisional yang terbuat dari kunyit. Acara selanjutnya adalah sembahyang dipure. Dilanjutkan dengan makan bersama yang menunjukan kebersamaan. Acara tersebut di namakan megibung.

Page 9: Karya Arsitektur Bali (desa Tengenan)

no deskripsi fasilitas

3. Aturan Adat Keseharian kehidupan di desa ini masih diatur oleh hukum adat yang disebut awig-awig. Hukum tersebut ditulis pada abad ke-11 dan diperbaharui pada tahun 1842. Rumah adat Tenganan dibangun dari campuran batu merah, batu sungai, dan tanah. Sementara atapnya terbuat dari tumpukan daun rumbi. Rumah adat yang ada memiliki bentuk dan ukuran yang relatif sama, dengan ciri khas berupa pintu masuk yang lebarnya hanya berukuran satu orang dewasa. Ciri lain adalah bagian atas pintu terlihat menyatu dengan atap rumah. dan mewujudkannya dalam kehidupan sehari-hari. Tri berarti tiga dan Hita Karana berarti penyebab kebahagiaan untuk mencapai keseimbangan dan keharmonisan. Tri Hita Karana terdiri dari Perahyangan (hubungan yang seimbang antara manusia dengan Tuhan), Pawongan (hubungan harmonis antara manusia dengan manusia lainnya), dan Palemahan (hubungan harmonis antara manusia dengan lingkungan alam sekitarnya)

Page 10: Karya Arsitektur Bali (desa Tengenan)

no deskripsi fasilitas- Dilarang memainkan gamelan selonding

selain acara / ritual yang sakral. Serta tak sembarangan orang yang boleh memainkan / memegang alat musik ini. Hanya orang yang sudah di sucikan yang boleh memainkan gamelan selonding.

- Masyarakat adat Desa Tenganan menjalin hubungan perkawinan hanya dengan sesama masyarakat adat desa itu sendiri.

- Larangan bagi pria menikahi wanita luar desa. Lelaki diperbolehkan menikahi wanita luar desa dan boleh menetap di desa tenganan apabila sang wanita mau menganut agama yang sama dengan pria.

- Larangan pernikahan dengan sepupu.- Larangan wanita yang sudah menikah pergi

bekerja diluar desa. Wanita yang sudah menikah hanya boleh bekerja di rumah dan membuat kain gringsing ketika selesai mengerjakan pekerjaan rumah.

- dalam perkawinan mereka tidak diperbolehkan bercerai maupun berpoligami karena hal itu dapat merusak sistem pewarisan.

Page 11: Karya Arsitektur Bali (desa Tengenan)

Deskripsi Lokasi dan IklimNelkinus Walela (1441402013)

Page 12: Karya Arsitektur Bali (desa Tengenan)

INDEK perubahan iklim bali

Page 13: Karya Arsitektur Bali (desa Tengenan)

IKLIM adalah:

Kondisi rata-rata cuaca berdasarkan waktu yang panjang untuk suatu lokasi di bumi atau planet lain,study tentang iklim di pelajari dalam klimatologi.

Iklim di suatu tempat dibumi dipengaruhi oleh letak topografi tempat tersebut,pengaruh posisi relatif matahari terhadap suatu tempat di bumi menimbulkan musim suatu penciri yang membedakan iklim satu dari yang lain,

Perbedaan iklim menghasilkan beberapa sistem klasifikasi iklim klasifikasi iklim terbagi 2 yaitu:

1. menurut letak garis lintang dari ketinggianya di muka bumi.

2. Menurut para ahli

Page 14: Karya Arsitektur Bali (desa Tengenan)

Mekanisme pembentukan iklim

Penyerapan energi surya oleh permukaan bumi mengaktifkan molekul gas atmosfer sehingga terjadilah penbentukan cuaca.

Perubahan sudut datang sinar surya tiap saat dalam sehari dan tiap hari dalam setahun pada tiap titik lokasi di bumi mengakibatkan perubahan jumlah energi surya,akibatnya terjadi perubahan cuaca di urnal (selama 24 jam)dan tiap bulan dalam setahun.

Page 15: Karya Arsitektur Bali (desa Tengenan)

Iklim Kampung Bali adalah diklasifikasikan sebagai tropis. Kampung Bali adalah kota dengan curah hujan yang signifikan. Bahkan di bulan terkering terdapat banyak hujan. Iklim di sini diklasifikasikan sebagai Af berdasarkan sistem Köppen-Geiger. Suhu di sini rata-rata 27.6 °C. Curah hujan tahunan rata-rata adalah 1873 mm.grafik iklim sbb:

Page 16: Karya Arsitektur Bali (desa Tengenan)
Page 17: Karya Arsitektur Bali (desa Tengenan)

Macam dan proses terbentuknya iklim Sbb: Iklim cuaca sinoptik makro;Sirkulasi udara,arus laut,angin musim

Iklim meso;o Penyinaran suryao Intensitas radiasi suryao Suhu udara dan tanah o Kelembapano Presipitasi/curah hujano Evaporasi/transpirasio angin

Iklim makro; Dicirikan oleh interaksi antarah unsur-unsur pada skala meso dengan kondisi sikat fisik

Objel/permukaan

Page 18: Karya Arsitektur Bali (desa Tengenan)

Kenaikan suhu

Kenaikan suhu di tiga stasiun klimatologi Negara, Denpasar dan Ngurah Rai per tahun berturut-turut 0,08 C, 0,02 C dan 0,02 C, sedangkan kecendrungan suhu yang menurun di stasiun Kahang-kahang per tahunnya 00 0 mencapai 0,02 C. Pada Gambar 8 disajikan data suhu rata-rata bulanan selama periode 2004-2008 di empat stasiun klimatologi yang digunakan.

Page 19: Karya Arsitektur Bali (desa Tengenan)

Daerah di Pulau Bali dan sekitarnya termasuk daerah beriklim tropis yang dipengaruhi oleh angin musim yang berganti setiap enam bulan sekali. seperti halnya di daerah lain di Indonesia yang berada di bawah garis khatulistiwa, 

Pulau Bali memiliki dua musim yaitu musim kemarau yang jatuh pada bulan April hingga Oktober dan musim hujan yang berlangsung dari Oktober hingga bulan April. 

Kelembaban Udara di Bali rata-rata mencapai 79% dan temperatur udara bervariasi antara 24,0 º Celcius dan 32,8 º Celcius. Curah hujan yang terjadi di daerah Bali bervariasi antara dari yang terendah 893,4 mm dan yang tertinggi 2.702,6 mm.

Pergantian musim bali

Page 20: Karya Arsitektur Bali (desa Tengenan)
Page 21: Karya Arsitektur Bali (desa Tengenan)

Deskripsi Bangunan: Tatanan massaDwi Agustina (1441401961)

Deskripsi ilustrasiBangunan rumah penduduk berorientasi menghadap ke arah barat atau timur, terpengaruh oleh bentuk tatanan permukiman yang membujur dari arah utara ke selatan. Bentuk rumah ini disesuaikan pula oleh konsepsi utara – selatan gunung- laut, pada perletakan sanggah atau area sembahyang.

keterangan: Banjar Kauh Banjar Tengah Banjar Pande

Page 22: Karya Arsitektur Bali (desa Tengenan)
Page 23: Karya Arsitektur Bali (desa Tengenan)
Page 24: Karya Arsitektur Bali (desa Tengenan)

deskripsi ilustrasia. Di ujung paling atas diletakkan tempat

pemujaan (pure)

b. apangan terbuka, (court yard) digunakan bermain layangan.

a.

b.

Page 25: Karya Arsitektur Bali (desa Tengenan)

deskripsi ilustrasic. Banguan bale , tempat berkumpulnya masyarakat jika kosong di bawah bale di gunakan tempat memelihara hewan.

d. Didekat bale terdapat lumbung besar, tempat menyimpan hasil panen.

c.

d.

Page 26: Karya Arsitektur Bali (desa Tengenan)

Deskripsi ilustrasia. Area sembahyang pada rumah tinggal penduduk terbentuk membujur

arah utara selatan, dengan dua buah altar atau sanggah pada natah bangunan.

b. Sanggah pesimpangan diletakkan di sebelah utara sebagai simbol pemujaan terhadap betara Gunung Agung.

c. Sanggah kelod diletakkan di sebelah selatan sebagai simbol penghormatan terhadap laut.

d. acara tertentu seperti upacara kematian dan kelahiran, kegiatan ritual diadakan dibale meten dengan mengundang tetangga dan penduduk yang lain

a. B.

sanggah persimpangan

c. D.

sanggah kelod bale meten

Page 27: Karya Arsitektur Bali (desa Tengenan)

Pemukiman Tenganan dibagi menjadi tiga Banjar adat, yaitu Banjar Kauh (barat), Banjar Tengah (Tengah), dan Banjar Kangin (Timur). Banjar Kangin disebut juga Banjar Pande.

Banjar Kauh

terletak di sebelah barat, dapat dikatakan sebagai bagian utama dari daerah pemukiman penduduk karena hampir semua bangunan terletak pada bagian ini.

Bangunan-banguan : balai agung (balai suci), balai petemu (balai pertemuan), balai kul kul (menara kentongan), pawon desa (dapu desa), pawon teruna (dapur pemuda), wantilan (gedung pertemuan, balai jineng (lumbung padi), dan bale kencan (tempat bersantai).

Balai Agung: Balai kul kui Balai jineng

Banjar Tengah

Terdiri dari:

Bale Buga merupakan bangunan memanjang yang terdiri atas 3 ruang. Bale buga digunakan sebagai tempat melaksanakan upacara. Pada saat upacara tidak dilaksanakan, bale

buga digunakan sebagai tempat penyimpanan peralatan dan keperluan rumah. Pada keadaan tertentu, bale buga digunakan sebagai tempat tidur orang tua.

Page 28: Karya Arsitektur Bali (desa Tengenan)

Bale meten merupakan bangunan untuk tempat tidur orang tua dan menyimpan barang – barang. Pada rumah tinggal penduduk Desa Tenganan, aktifitas istirahat atau tidur dilakukan tidak hanya pada ruang tidur.

Sanggah Kelod merupakan bangunan sanggah yang terletak diantara bale buga dan bale meten sebagai tempat sesajen yang menghadap ke arah utara

Sanggah Paon/Dapur

Page 29: Karya Arsitektur Bali (desa Tengenan)

Sanggah Pesimpangan merupakan bangunan sanggah yang berjumlah satu sampai tiga buah bangunan yang digunakan sebagai tempat sesajen dan pemujaan. Sanggah persimpangan merupakan tempat sesajen

yang digunakan untuk sembahyang pada betara – betara yakni betara dari Gunung Agung. Bangunan ini ditempatkan di antara bale buga dan bale tengah dengan arah menghadap ke selatan (pada sisi utara tapak).

Bale Tengah merupakan bagian rumah dengan dua buah ruang terbuka dan satu buah serambi. Bagian atas bangunan pada awalnya digunakan sebagai lumbung dan tempat penyimpanan. Dua buah ruang tersebut terdiri atas ruang depan yang digunakan untuk upacara kematian, sedangkan ruang belakang digunakan untuk upacara kelahiran. Pada bangunan rumah Banjar Kauh, bagian bale tengah difungsikan pula sebagai area untuk memajang hasil kerajinan (artshop).

Page 30: Karya Arsitektur Bali (desa Tengenan)

ruang bersama tradisi Bali Aga Awangan ini berundak-undak dengan lapisan batu kali (ciri

kebudayaan megalitik) makin ke Utara makin tinggi. Batas awangan yang satu dengan awangan lainnya yang saling berhadapan adalah sebuah selokan air yang disebut boatan. Sedangkan sebagai batas halaman belakang masing-masing pekarangan rumah tinggal juga berupa selokan air selebar 1 m - 1,5 m yang disebut teba pisan.

Permukiman terletak di sisi Barat Daya wilayah desa, menempati lahan seluas 300x800 meter. Permukiman terdiri dari tiga banjar, leretan yaitu Banjar Kauh di sebelah barat, Banjar Tengah, dan Banjar Kangin atau Pande di sebelah timur.

Page 31: Karya Arsitektur Bali (desa Tengenan)

pintu masuk rumah penduduk itu sempit, hanya berukuran satu orang dewasa, dan bagian atas pintu menyatu dengan atap rumah yang terbuat dari rumbia.

  Tanah di Tenganan sebagian besar (66,4%) adalah tegalan

sekaligus berfungsi sebagai hutan yang belum tersentuh bahan kimia. Selain tegalan dan hutan, Tenganan juga memiliki areal seluas 25,73% lahan persawahan, dan 7,86% untuk pemukiman. Sayangnya dengan lahan seluas itu masyarakat Tenganan bukan petani sebenarnya. Sebagian besar hanya sebagai tuan tanah yang ''menyakapkan''/menyewakan tanahnya kepada para ''penggarap''. Hanya sebagian kecil yang masih pergi ke hutan dan mengambil hasilnya.

Page 32: Karya Arsitektur Bali (desa Tengenan)

Deskripsi Bangunan: Material dan Bentuk BangunanVega Adhistiya (1441402012)

Nama Bentuk Bangunan

Atap Lantai Material

1. Sanggah Persimpangan

2. Sanggah Kelod

3. Bale Meten

4. Bale Agung

5. Bale Kul kul

6. Bale Jineng

7. Bale Buga

8. Bale Tengah

Persegi

Persegi

Persegi

Persegi panjang

Persegi

Persegi

Persegi panjang

Persegi panjang

Pelana

Pelana

Pelana

Pelana

Perisai

Perisai

Pelana

pelana

Persegi

persegi

Persegi

Persegi panjang

Persegi

Persegi

Persegi panjang

Persegi panjang

Atap terbuat dari rumbiaBadan bangunan terbuat dari batu dan kayuKaki bangunan terbuat dari batu yang direkatkan dengan tanah liatAtap terbuat dari rumbiaBadan bangunan terbuat dari batu dan kayuKaki bangunan terbuat dari batu yang direkatkan dengan tanah liatAtap terbuat dari gentengBadan bangunan terbuat dari batu bata dan kayuKaki bangunan terbuat dari batu kali yang direkatkan dengan tanah liatAtap terbuat dari daun kelapaBadan bangunan terbuat dari batu dan kayu nangkaKaki bangunan terbuat dari batuAtap terbuat dari ijukBadan bangunan terbuat dari batu bataKaki bangunan terbuat dari batu bataAtap terbuat dari daun kelapaKolom bangunan terbuat dari kayuKaki bangunan terbuat dari batu kali yang direkatkan dengan tanah liatAtap terbuat dari ijukBadan bangunan terbuat dari kayu dan bambuKaki bangunan terbuat dari batu kali yang direkatkan dengan tanah liatAtap ter buat dari ijukBadan bangunan terbuat dari kayu dan bambuKaki bangunan terbuat dari batu kali yang direkatkan dengan tanah liat

Page 33: Karya Arsitektur Bali (desa Tengenan)

nama Bentuk bangunan

Atap lantai material

9. Bale banjar

10. Bale Kencana

11. Balepetemu

Rangka atap terbuat dari kayu dan bambu, penutup atap terbuat dari daun kelapaKolom bangunan terbuat dari kayuKaki bangunan terbuat dari batu kali yang direkatkan dengan tanah liatAtap terbuat dari ijukBadan bangunan terbuat dari kayu dan bambu

Kaki bangunan terbuat dari batu kali yang direkatkan dengan tanah liatBalai Petemu KajaAtap terbuat dari ijukRangka atap terbuat dari kayu dan bambuKolom badan bangunan terbuat dari kayuKaki bangunan terbuat dari batu bata

Bale Petemu TengahAtap terbuat dari IjukRangka atap terbuat dari kayu dan bambuKolom badan bangunan terbuat dari kayuKaki bangunan terbuat dari batu kaliBale Petemu KelodAtap terbuat dari IjukRangka atap terbuat dari kayu dan bambuKolom badan bangunan terbuat dari kayuKaki bangunan terbuat dari batu kali

Page 34: Karya Arsitektur Bali (desa Tengenan)

Contoh gambar

Page 35: Karya Arsitektur Bali (desa Tengenan)

Deskripsi Bangunan: Selubung Bangunangrace.B.Anggraeni Winanti Bale (1441401983)

Rangka atap Penutup atap

Kolom

Gambar 5 Bale Banjar Tengah

Page 36: Karya Arsitektur Bali (desa Tengenan)

Ciri-ciri umum bukaan bangunan: Luas bukaan dibuat lebar supaya angin masuk

(kondisi lingkungan lembab) dan sinar matahari masuk dari celah bukaan

Penggunaan bahan ijuk dan rumbia sebagai bahan penutup atap memiliki beban yang ringan di atas konstruksi atap.

Penggunaan bahan ini membuat teduhan yang sejuk, serta menyatu dengan alam.

Terdapat pintu dan jendela (celah ventilasi) sebagai bukaan di setiap ruangan

Rumah / bangunan terasa langsung menyatu dengan alam.

rumah tinggal tidak merupakan satu kesatuan dalam satu atap tetapi terbagi dalam beberapa ruang-ruang yang berdiri sendiri dalam pola ruang yang diatur menurut konsep arah angin dan sumbu gunung Agung.

Page 37: Karya Arsitektur Bali (desa Tengenan)

Beberapa contoh bangunan:1. Sanggah Persimpangan dan Kelod

semua bagian terbuka, dengan kolom-kolom penyangga

Efek dari luar, sinar matahari dan angin bisa keluar-masuk secara maksimal

2. Bale Meten

bentuk bukaan, pintu dan jendela persegi panjang

efek luar, menghalangi cahaya dan angina masuk secara langsung

perbandingan 3:1, 3 dinding bangunan, 1 bukaan.

posisi bukaan menghadap ke arah awang (depan)