Top Banner
i KARAKTERISTIKA PERTUMBUHAN SETEK TANAMAN PANILI (Vanilla planifolia Andrews ) YANG DIBERIKAN ZAT PENGATUR TUMBUH Oleh : IR. I NYOMAN SUTEDJA. MS. NIP.195511131983031002 PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR 2018
57

KARAKTERISTIKA PERTUMBUHAN SETEK TANAMAN ...

Mar 11, 2023

Download

Documents

Khang Minh
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: KARAKTERISTIKA PERTUMBUHAN SETEK TANAMAN ...

i

KARAKTERISTIKA PERTUMBUHAN SETEK

TANAMAN PANILI (Vanilla planifolia Andrews )

YANG DIBERIKAN ZAT PENGATUR TUMBUH

Oleh :

IR. I NYOMAN SUTEDJA. MS.

NIP.195511131983031002

PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS UDAYANA

DENPASAR

2018

Page 2: KARAKTERISTIKA PERTUMBUHAN SETEK TANAMAN ...

ii

Page 3: KARAKTERISTIKA PERTUMBUHAN SETEK TANAMAN ...

RINGKASAN

Pengembangan tanaman panili (Vanilla planifolia Andrews)

dalam program perluasan dan peremajaan tanaman dibatasai oleh

ketersediaan jumlah bibit panili yang berkualitas baik. Penelitian

dilaksanakan dengan tujuan untuk mendapatkan karakteristika

pertumbuhan setek panili

Penelitian ini dilakukan di Kebun petani Kabupaten Tabanan.

Pada percobaan ini digunakan percobaan tersarang dengan

menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK), yang di ulang

sebanyak tiga kali. Jumlah perlakuan yang diperbandingkanadalah 4

+ 4 + 4 = 12, yaitu tiga jenis zat pengatur tumbuh dan empat taraf

kosentrasi.

Konsentrasi rootone F 590 mg/L, dharmasri 5 EC 0,100 ml/L

dan atonik 0,175 ml/L menyebabkan paling tingginya laju asimilasi

bersih rata-rata (LAB) , kecuali nisbah luas daun rata-rata (NLD) dan

laju tumbuh relative rata-rata (LTR).

Penurunan nilai NLD dan LTR seara perlahan sejalan dengan

penambahan umur bibit panili, oleh karena perlakuan atonik,

dahrmasri 5 EC dan rootone F menyebabkan pertumbuhan setek

panili lebih cepat dan lebih awal, sedangkan media tumbuh terbatas

Page 4: KARAKTERISTIKA PERTUMBUHAN SETEK TANAMAN ...

menyebabkan suplai unsur hara semakin berkurang, maka terjadi

penghambatan pembentukan daun-daun baru dan fotosintat yang

dihasilkan semakin berkurang pula.

Usaha dalam penyediaan bibit dalam menunjang program

perluasan areal dan peremajaan tanaman panili untuk sementara

disarankan mempergunakan zat pengatur tumbuh rootone F 590

mg/L, dharmasri 5 EC 0,10 ml/L dan atonik 0,1750 ml/L.

Untuk memperoleh informasi lebih lengkap, penelitian ini

perlu dilanjutkan terhadap berbagai jenis sumber bahan setek panili,

berbagai taraf dosis pada konsentrasi optimal jenis zat pengatur

tumbuh di atas, dan pemupukan.

Page 5: KARAKTERISTIKA PERTUMBUHAN SETEK TANAMAN ...

i.

DAFTAR ISI

BAB ISI Halaman

JUDUL .................................................................................................... i

RINGKASAN ......................................................................................... ii

DAFTAR ISI ........................................................................................... iii

I. PENDAHULUAN ........................................................................ 1

II. TINJAUAN PUSTAKA ............................................................... 9

2.1. Pembiakan dengan dengan Setek ......................................... 9

2.2. Penggunaan Zat Pengatur Tumbuh Pada Setek.................... 11

2.2.1.Rootone F .................................................................... 11

2..2.2. Dharmasri 5 EC .......................................................... 16

2.2.3. Atonik ......................................................................... 17

2.3. Faktor Lingkungan Pertumbuhan Setek .............................. 19

III. METODE PENELITIAN ............................................................. 23

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN .................................................... 29

V. KESIMPULAN DAN SARAN .................................................... 45

5.1. Kesimpulan ........................................................................ 45

5.2. Saran.................................................................................. 45

DAFTAR PUSTAKA………………………………………………..47

Page 6: KARAKTERISTIKA PERTUMBUHAN SETEK TANAMAN ...

i.

Page 7: KARAKTERISTIKA PERTUMBUHAN SETEK TANAMAN ...

1

I.PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Tanaman panili (Vanilla planifolia Andrews) merupakan salah

satu komoditas ekspor yang bernilai ekonomi yang tinggi. Buah

tanaman vanili digunakan untuk bahan pengharum makanan, gula-

gula, ice cream, minuman dan obat-obatan. Bentuk produk yang

dijual petani pada umumnya berbentuk polong basah, sedangkan

yang dijual oleh eksportir ke pasaran internasional berbentuk polong

kering.

Masyarakat dunia akhir-akhir ini terjadi perubahan dari

mengkonsumsi panili sintetis ke panili alam yang oleh karenanya

peningkatan konsumsi panili alam diperkirakan 2% pertahun.

Produksi panili alam dunia 75% berasal dari Madagaskar, 10%

masing masing dari Indonesia dan Komoro, sedangkan 5% sisanya

dari berbagai Negara produsen lainnya (Sen,1985).Tanaman panili

dapat diperbanyak secara generatif dengan biji dan vegetatif dengan

setek, karena perbanyakan dengan biji memerlukan waktu untuk

berbunga lebih lama, maka perbanyakan panili untuk komersial

dilakukan dengan cara setek. Kebutuhan bibit/setek panili per tahun

Page 8: KARAKTERISTIKA PERTUMBUHAN SETEK TANAMAN ...

2

sekitar 16 juta bibit, sehingga diperlukan kebun induk yang sangat

luas (Sukarman, 2011).

Harahap (1987) menyatakan hanya sejumlah kecil dari sekian

banyak Negara di dunia yang kondisi lahan dan lingkungannya sesuai

bagi pertumbuhan yang baik dan hasil yang memuaskan dari

pertanaman panili. Oleh karena itu kurang pada tempatnya bila hal

ini kita sia-siakan.

Permasalahan yang dihadapi dalam perluasan tanaman panili

di Indonesia adalah terbatasnya ketersediaan bahan setek sebagai

sumber bibit dalam waktu yang cepat menjadi faktor penghambat

dalam perluasan lahan. Keterbatasan tersebut disebabkan karena

perbanyakan tanaman panili pada umumnya masih menggunakan

setek panjang. Rosman dan Tasma (1988) menyatakan, petani

umumnya menanam bibit sepanjang 1 meter yang terdiri dari 8 – 10

buku tanpa melalui pembibitan. Hal ini dianggap kurang ekonomis

dalam penggunaan bahan tanaman terutama untuk daerah

pengembangan dengan bahan tanaman yangterbatas.

Dalam hal ini, penggunaan setek pendek satu buku diharapkan

dapat mengatasi masalah tersebut. Setek pendek 1-3 buku

dapat digunakan untuk perbanyakan tanaman secara vegetative .

Page 9: KARAKTERISTIKA PERTUMBUHAN SETEK TANAMAN ...

3

Setiap buku dari setek panili mempunyai potensi mengeluarkan akar

dan tunas, sehingga dengan potensi tersebut memungkinkan panili

dapat diperbanyak dengan setek satu buku. Namun dalam

penggunaan setek pendek panili masalah yang dihadapi adalah

pertumbuhan bibit akan lebih lambat.

Rochiman dan Haryadi (1973) menyatakan bahan stek pada

awal pertumbuhannya, terutama pada saat pembentukan akar, tidak

memerlukan unsur hara dari dalam tanah, melainkan dari jarimgam-

jaringan bahan setek.

Pada dasaranya perlakuan dengan zat pengatur tumbuh adalah

untuk mempercepat proses fisiologi yang memungkinkan tersedianya

bahan pembentuk akar dengan segera. Faktor dalam yang

berpengaruh adalah tersrdianya senyawa karbohidrat, auksin,

nitrogen, dan kofaktor enzim bagi pertumbuhan perakaran yang

terdapat dalam bahan setek (Pandey dan Pathak, 1978); dalam

Prawoto dan saleh, 1983). Tersedianya semua bahan tersebut

berhubungan dengan panjang segtek, jumlah daun yang terkandung,

dan waktu pengambilan bahan setek. Menurut Rochiman dan

Haryadi (1973) kadar N yang paling tinggi pada setek bagian ujung

(0,45%) dapat menekan akar, disamping konsentrasi gula total

Page 10: KARAKTERISTIKA PERTUMBUHAN SETEK TANAMAN ...

4

sebagai energi siap pakai dalam proses perombakan pada bagain

setek tersebut yang rendah.

Alternatif yang perlu dilakukan untuk mengatasi hal tersebut

salah satunya adalah dengan pemberian zat pengatur tumbuh rootone

F, dharmasri 5 EC, dan Atonik, yang diharapkan akan mampu

meningkatkan kecepatan tumbuh setek pendek panili sehingga

waktu pindah bibit ke lapangan bisa lebih cepat. Keefektipan zat

pengatur tumbuh bergantung pada jenis dan konsentrasinya yang

digunakannya serta jenis tanamannya. Konsentras yang berlebihan

dapat menghambat pertumbuhan akar, tunas, dan proses fisiologi

tanaman, sedangkan kosentrasi yang terlalu rendah tidak efektif.

Pembentukan dan pertumbuhan tunas umumnya akan terjadi

jika akar terbentuk dengan baik (Hartman dan Kester, 1978). Upaya

untuk merangsang inisiasi akar yang lebih cepat pada setek pendek

sangat penting untuk memulai pertumbuhan setek. Terangsangnya

pembentukan akar yang lebih cepat dan seragam akan dapat

meningkatkan serapan unsur hara dan air dari dalam tanah. Periode

kritis penyemaian setek adalah saat setek belum berakar dan

pembentukan tunas tampaknya memerlukan adanya pertumbuhan

aktif dari akar (Leapold dan Kriedeman, 1975).

Page 11: KARAKTERISTIKA PERTUMBUHAN SETEK TANAMAN ...

5

Konsentrasi IBA dan NAA antara 500 ppm sampai 2000 ppm

dapat mempercepat tumbuhnya akar pada setek tanaman nilam

(Selvarajan dan Rao, 1982). Konsentrasi IBA 3000 sampai 6000 ppm

yang diaplikasikan terhadap 60 jenis tanaman hias tropika

menghasilkan perakaran setek yang rata-rata baik (Bose dan Mandol,

1973). Konsentrasi 4000 ppm memberikan hasil terbaik pada setek

kakao (Anwar dan Hutomo, 1980). Dosis rootone F 50mg tiap setek

untuk setek panjang panili menghasilkan bobot kering akar yang

paling tinggi (Sujindro dan Rachmadiono, 1983). Konsentrai rootone

F 590 ppm dapat menghasilkan bobot kering oven total perbibit

paling tinggi dari pertumbuhan setek lada.

Pemberian triakontanol pada sayuran tomat,kubis, terong, dan

petsai dapat meningkatkan hasil dibandimgkan dengan control. Hasil

paling tinggi per hektar yang diperoleh karena perlakuan tersebut

pada tanaman tomat dengan konsentrsai 0,5 mg/L, pada tanaman

terong dan petsai dengan konsentrasi 1,0 mg/L , serta pada tanaman

kubis pada konsentrasi 0,1 mg/L (Ries dan Houtz, 1983).

Hasil penelitian Siswanto dkk (1986) menunjukkan pemberian

dharmasri 5 EC pada tanaman padi gogo dengan konsentrasi 0,100

ml/L, 0,125 ml/L, dan 0,150 ml/L dapat meningkatkan hasil gabah

Page 12: KARAKTERISTIKA PERTUMBUHAN SETEK TANAMAN ...

6

keringmasing-masing sebesar 20,19%, 37,68%, 38,26% disbanding

dengan konrol.

Atonik dengan konsentrasi 500 ppm pada setek kopi robusta

menghasilakn panjang akar, jumlah akar, panjang tunas, bobot kering

akar, persentase setek yang hidup, dan persentase setek yang bertunas

dan berakar, lebih baik daripada pemberian 333 ppm dan 1000 ppm

(Dachmansyah dan Wachjar, 1984). Atonik dengan konsentrasi 175

ppm sangat efektif dalam meningkatkan kadar gula, pati, dan

khlorofil total tanaman stevia (Wargadipura dan Solahudin, 1983).

Berbagai jenis zat pengatur tumbuh tersebut mempunyai bahan

aktif yang berbeda. Zat pengatur tumbuh yang telah banyak

digunakan dalam pembiakan vegetative tanaman , kecuali pada

tanaman panili adalah rootone F, dharmasri 5 EC, dan atonik.

Konsentrasi zat pengatur tumbuh yang diaplikasikan bervariasi,

bergantung pada jenis tanaman dan zat pengatur tumbuhnya. Untuk

itu perlu dicari jenis zat pengatur tumbuh dan konsentrasinya yang

optimal dalam meningkatkan pertumbuhan setek pendek panili. Zat

pengatur tumbuh itu dicari dari dari jenis zat pengatur tumbuh yang

telah sering digunakan pada tanaman lain dengan berbagai taraf

konsentrasi untuk masing-masing jenis zat pengatur tumbuh, yaitu

Page 13: KARAKTERISTIKA PERTUMBUHAN SETEK TANAMAN ...

7

tanpa zat pengatur tumbuh, separoh dari anjuran, sama dengan

anjuran dan satu setengah dari anjuran yang menurut produsennya

telah dipakai pada tanaman lainnya.

1.2 Tujuan Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui

karakteristika pertumbuhan bibit tanaman panili dengan pemberian

zat pengatur tumbuh rootone F, dharmasri 5EC dan atonik yang telah

beredar di pasar dan pada konsentrasi berapa yang optimal dari

masing-masing zat pengatur tumbuh tersebut untuk memberikan nilai

rata-rata LTR, LAB dan NLD yang paling tinggi.

1.3 Rumusan Masalah

Karakteristika pertumbuhan bibit panili nilai LTR, LAB dan

NLD dapat ditingkatkan dengan perlakuan zat pengatur tumbuh

tanaman diharapkan lebih cepat bila zat pengatur tumbuh diberikan

dengan jenis yang tepat dan pada konsentrasi optimal. Oleh karena

itu efektifitasnya masih perlu diteliti . Masalah itu dirumuskan

sebagai berikut : Pada konsenrasi berapakah dari masing-masing zat

pengatur tumbuh atonik, dharmasri 5 EC dan atonik yang optimal

untuk memperoleh nilai LTR, LAB dan NLD yang paling tinggi.

Page 14: KARAKTERISTIKA PERTUMBUHAN SETEK TANAMAN ...

8

1.4 Hipotesis

Hipotesis dirumuskan sebagai berikut : Nilai rata-rata LTR,

LAB dan NLD yang paling tinggi diperoleh pada zat pengatur tumbuh

rootone F konsentrasi 590 mg/L, dharmasri konsentrasi 0,100 ml/L

dan atonik konsentrasi 0,175 ml/L.

Page 15: KARAKTERISTIKA PERTUMBUHAN SETEK TANAMAN ...

9

II. TINJAUANPUSTAKA

2.1 Pembiakan dengan Setek

Pembiakan tanaman dengan setek merupakan cara pembiakan

menggunakan potongan bagian vegetative yang apabila ditempatkan

pada keadaan yang sesuai dapat tumbuh dan berkembang menjadi

individu baru yang serupa dengan induknya. Setek juga dapat

mempersingkat waktu penyediaan bahan tanaman dan waktu masa

tidak produktif. Jenis tanaman yang berbeda mempunyai kemampuan

berakar yang berbeda.

Perbanyakan tanaman dengan cara setek merupakan salah satu

cara pembiakan vegetatif yang sekarang ini sering dilakukan. Setek

merupakan pemisahan atau pemotongan beberapa bagian tanaman

(akar, batang, daun, dan tunas) dengan tujuan agar bagian-bagian itu

membentuk suatu tanaman yang utuh yang memiliki akar, batang,

daun, dan bunga (Wudianti,2004).

Perbanyakan dengan cara setek banyak dipilih orang karena

memiliki banyak keuntungan seperti penggunaan bahan yang hanya

sedikit tetapi dapat menghasilkan bibit dalam jumlah yang banyak

dan dalam waktu yang singkat. Selain itu, perbanyakan dengan

Page 16: KARAKTERISTIKA PERTUMBUHAN SETEK TANAMAN ...

10

setek mempunyai sifat dan mutu yang sama dengan induknya

(ketahanan terhadap serangan hama dan penyakit, rasa buah, warna

dan keindahan bunga, dan sebagainya).

Bahan tanaman yang akan digunakan sebagai bibit, diambil

dari pohon induk terpilih (produksi tinggi dan bebas hama penyakit).

Pada tanaman panili, sulur yang dijadikan setek adalah sulur yang

belum pernah berbunga dan berbuah, sehat dan kuat, serta

mempunyai ruas yang relatif pendek .

Persyaratan bahan setek panili yang baik diambil dari batang

muda, sehat, kuat, dan belum pernah berbunga atau berbuah ,

pucuknya sepanjang 20 cm dihilangkan (Dirdjopranoto, 1970), warna

kehiau-hijauan menandakan mengandung karbohidrat dan nitrogen

yang cukup untuk memproduksi akar dan tunas (Rochiman dan

Haryadi, 1973), mempunyai akar udara baru keluar dari mata pangkal

batang (Direktorat Jendral Perkebunan, 1986), dan daunnya tidak

perlu dibuang kecuali pada batang yang akan ditanam.

Menurut Bowman (1950) pengambilan bahan setek dari

pohon induk dianjurkan pagi hari, agar persediaan nutrisi dan auksin

sedang banyak. Mengambil setek siang hari saat panas sedang terik

harus dihindarkan agar setek tidak cepat layu.Hartman dan Kester

Page 17: KARAKTERISTIKA PERTUMBUHAN SETEK TANAMAN ...

11

(1978) menyatakan untuk tanaman yang mudah dibiakkan secara

vegetative dengan setek , umur bahan setek tidak berpengaruh

terhadap keberhasilan pembentukan akar. Umumnya setek yang

berasal dari bahan tanaman lebih muda lebih mudah membentuk akar

dibandingkan bahan tanaman yang lebih tua karena kegiatan

pembelahan, pemanjangan , dan defrensiasi sel lebih aktif.

2.2 Penggunaan Zat Pengatur Tumbuh

Zat Pengatur tumbuh adalah senyawa organic selain hara yang

memiliki sifat-sifat seperti hormone tanaman yang dala jumlah yang

kecil dapat mendorong atau menghambat atau memodifikasi

pertumbuhan dan perkembangan tanaman (Moore, 1979). Secara

fisiologi zat pengatur tumbuh dapat bertindak sebagao ko-enzim yang

mendukung beberapa enzim dalam tanaman itu sendiri untuk

mengaktifkan plasma sel dengan membentuk semacam jembatan

yang menghubungkan protein enzim dengan plasma sel (Suseno,

1974).

2.2.1 Rootone F

Senyawa yang terkandung dalam rootone F meliputi : 1-

Naftaline asetamida (N-AD), 2 – Methil-1-Naftalen asetamida (Me-

Page 18: KARAKTERISTIKA PERTUMBUHAN SETEK TANAMAN ...

12

NAd), asam 2 2-Metil-1-Naftalen asetat(Me-NAA), asam Indole-3-

asetat (IBA), Thiram dan Talc (Direktorat Perlindungan Tanaman

Pangan, 1987).

Hasil penelitian tentang pengaruh auksin terhadap

perkembangan sel menunjukkan bahwa auksin dapat meningkatkan

tekanan osmotik dan permeabelitas sel terhadap air. Akibatnya

terjadi pengurangan tekanan pada dinding sel, meningkatkan sintesis

protein dan plastisitas serta pengembangan diding sel (Moore, 1979).

Setelah volume sel meningkat dan dicapai keseimbngan baru, didin

sel dijalin kembali di bawah kendali IAA, yaitu melalui peningkatan

aktivitas enzim selulase sintetasa (Goodwin dan Mercer,1983)

Senyawa auksin merangsang biosintesa m-RNA khususnya

dalam sel yang memanjang, yang selanjutnya mempercepat sintesis

baru, enzim pembentuk diding sel akhirnya menyebabkan

pemanjangan sel (Patel et al .,1978) RNA yang terbentuk terlibat

dalam inisiasi primordial akar (Hartman dan Kester, 1978). Auksin

juga dikatakan oleh Audus (1963) merangsang pembentukan,

pemunculan,dan deferensiasi primordial akar dan pengaturan sel-sel

akar.

Page 19: KARAKTERISTIKA PERTUMBUHAN SETEK TANAMAN ...

13

IBA bersifat lebih baik dan efektif karena kandungan kimia

IBA lebih stabil, daya kerjanya lebih lama dan kemungkinan berhasil

lebih besar dalam pembentukan akar. IBA yang diberikan pada setek

akan tetap ada pada tempat pemberian sehingga dapat diharapkan

respon yang baiak terhadap pembentukan akar. NAA mempunyai

sifat memperkecil batas konsentrasi optimal perakaran (Rochiman

dan Haryadi,1973). NAA juga diketahui oleh Audus (1963) bersifat

merangsang pembentukan akardengan stabilitas kimia yang lebih

besar dan mobilitas rendah. Tetapi batas konsentrasi optimalnya

sangat kecil sehingga dapat menimbulkan kerugian besar bila belum

diketahui konsentrasi yang sebenarnya bagi suatu tanaman.

Menrut Audus (1963) IBA atau auksin dapat menyebabakan

pembentukan akar lebih panjang, lebih cepat, dan membentuk system

perakaran yang lebih kompak, kuat, serta menyerabut. IBA juga

dikatakan oleh Patel et al (1978) dapat mempercepat penggunaan

karbohidrat akibat peningkatan kegiatan enzim amylase. Pada

minggu ketiga, setek yang diberi IBA terbukti telah berakar,

sedangkan control masih berkalus.

Zat pengatur tumbuh IBA dan NAA merupakan auksin sintetis

yang efektif sehingga lazim dipergunakan untuk mendorong

Page 20: KARAKTERISTIKA PERTUMBUHAN SETEK TANAMAN ...

14

perakaran setek. Campurab zat pengatur tumbuh IBA dan NAA atau

IAA dengan NAA untuk tujuan tertentu sering digunakan.

Ada tiga cara yang sering digunakan dalam pengaplikasikan

ZPT yaitu : 1.) Commercial Powder Preparation (pasta); 2.) Dilute

Solution Soaking Method (perendaman); 3.) Concentrated Solution

Dip Method (pencelupan cepat). Pada pencelupan cepat konsentrasi

yag digunakan adalah 500-10000 ppm, pangkal batang dicelupkan

dalan larutan ZPT selama lima detik. Cara perendaman menggunakan

konsentrasi 20-200 ppm, pangkal batang direndam dalam larutan

selama 24 jam. Kedua cara ini menggunakan bahan pelarut alkohol.

Bila menggunakan cara serbuk, konsentrasi yang digunakan adalah

200-1000 ppm untuk setek berbatang lunak sedangkan setek

berbatang keras membutuhkan konsentrasi lima kali lebih tinggi

(Weaver, 1972). Metode perendaman adalah metode praktis yang

paling awal ditemukan dan sampai saat ini masih dipandang paling

efektif. Pada setek yang berkayu lembut (sotwood, herbaceus)

jumlah larutan yang diabsorbsi akan tergantung pada jumlah air yang

diabsorbsi, karena itu metode perendaman sangat sesuai digunakan

untuk tanaman herbaceus guna mencegah terjadinya keracunan pada

tanaman (Audus, 1963). Menurut Leopold (1963), biasanya

Page 21: KARAKTERISTIKA PERTUMBUHAN SETEK TANAMAN ...

15

konsentrasi auksin yang digunakan berkisar antara 25-100 ppm,

kemudian Hartmann dan Kester (1978), menambahkan pada

umumnya konsentrasi auksin yang digunakan berkisar antara 20 ppm

untuk spesies yang mudah berakar dan 200 ppm untuk spesies yang

sulit berakar.

Penggunaan metode tepung atau bubuk merupakan metode

yang paling sederhana, tidak memerlukan perendaman dan jumlah

auksin yang diaplikasikan relatif konstan tetapi sifat fisik zat

pembawa (carrier) berpengaruh besar terhadap bahan aktif dan zat

pembawa yang berbeda dapat menyebabakan respon tanamanyang

sangat berbeda walaupun pada konsentrasi yang sama (Audus, 1963).

Disamping itu, hasil yang seragam sulit diperoleh mengingat

adanya keragaman dalam jumlah tepung atau bubuk yang

dilekatkan pada setek (Weaver, 1972). Penggunaan metode celup

cepat memungkinkan aplikasi auksin dalam jumlah yang konstan,

kurang dipengaruhi kondisi lingkungan dan larutan yang sama dapat

digunakan berulang kali, namun karena metode celup cepat

menggunakan konsentrasi tinggi, sehingga apabila konsentrasinya

tidak tepat maka akan menimbulkan penghambatan tunas, daun

menguning dan jatuh ataupun kematian setek (Weaver,1972).

Page 22: KARAKTERISTIKA PERTUMBUHAN SETEK TANAMAN ...

16

2.2.2 Dharmasri 5 EC

Dharmasri 5 EC mengandung bahan aktif triokontanol

(Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan, 1987). Triakontanol

merupakan suatu senyawa alcohol rantai panjang yang jenuh

beratom C 30, dapat memacu kerja enzim yang berhubungan dengan

metabolism karbohidrat. Enzim yang dapat diaktifkan oleh

triakontanol adalah polifenol oksidase, glukonat 6p dehidrogenase,

isositrat dehidrogemnase, starch fosforilase, dan fosfoenol piruvat

karboksilase (Ries dan Houtz, 1983). Penelitian di Bogor

menunjukan hasil yang beragam sekali. Suatu hasil yang sangat

konstan dari pemberian triokaontanol adalah kenaikan kandungan

khlorofil daun (Wattimena, 1990). Triokontanol dikatakan juga oleh

Ries dan Wert (1977) dapat memacu reaksi fiksasi CO2 udara,

meningkatkan luas daun, dan bobot kering tanaman padi.

Satler dan Thiman (1980) menyatakan bahwa alkohol alifatik

dapat mempengaruhi membukanya stomata, meningkatkan jumlah

khlorofil, mengurangi proteolisis, mengurangi laju fotorespirasi, dan

meningkatkan bobot kering. Pembukaan stomata akan dapat

mambantu penundaan senessens.

Menurut Parodi dan Leloir (1979) dalam Menon dan

Page 23: KARAKTERISTIKA PERTUMBUHAN SETEK TANAMAN ...

17

Srivastava (1984) senyawa alcohol rantai panjang dapat memberikan

fasilitas transport gula dari ekstraseluler ke dalam sel. Hustad (dalam

Ries, 1985) menyatakan pemberian triokantanol dapat meningkatkan

laju fotosintesis dan mobilisasi fotosintat pada tanaman padi, laju

fotosintesis tanaman dapat meningkat karena meningkatnya jumlah

ribulose difosfat sebagai akibat perlakuan triokontanol.

Lasniak et al. (1986) menyatakan pemberian triokontanol

dapat meningkatkan aktivitas ATPase pada membrane plasma pada

akar tanaman barley. Menurut Dharma Niaga (1986) pemberian

triokontanol pada tanaman akan mempengaruhi proses fisiologi

tanaman sehingga dapat memperbaiki system perakaran,

meningkatkan penyerapan air dan unsure hara, menambah aktivitas

enzim dan hormone tersedia dalam tanaman, menambah jumlah

khlorofil, meningkatkan nfotosintesis dan sintesis protein.

2.2.3 Atonik

Atonik adalah zat pengatur tumbuh yang terdiri atas senyawa

yang bergugus nitro aromatik. Senyawa yang terkandung dalam atonik

meliputi Natrium-orto-nitrofenol, Natrium-para-nitrofenol, Natrium -

5-nitroguaiakolat, Natrium - 2.4 dinitrofenolat (Direktorat

Perlindungan Tanaman Pangan, 1987).

Page 24: KARAKTERISTIKA PERTUMBUHAN SETEK TANAMAN ...

18

Atonik sebagai salah satu senyawa dengan bahan aktif fenol.

Menurut Kefli dan Kutacek (1973) beberapa dari senyawa fenol

sekarang telah diketahui mempunyai sifat merangsang pertumbuhan ,

tidak ikut bereaksi, dan sebagai penghambat pertumbuhan.

Senyawa fenol dalam tanaman berkaitan dengan aktivitas enzim

IAA oksidase (Leopold dan Kriedemann, 1975; Moore, 1979).

Pengaruh difenol menghambat aktivitas enzim IAA oksidase

sehingga meningkatkan pertumbuha tanaman (Nitisch, 1962 dalam

Leopold dan Kriedmann, 1975).

Menurut Kefeli dan Kadyrov (1971) bentuk para- dan ortho-

difenol memperlihatkan penghambatannya hanya setelah berubah

menjadi para- dan orto-kuinon. Kuinon menekan pertumbuhan bagian

koleoptil dan pemanjangan akar lebih kuat dari pada fenol. Tetapi

penghambatan alami yang lainnya yang tidak berubah menjadi kuinon

tetap tidak jelas. Fenol sebagai penghambat pertumbuhan tanaman

memulai aksinya dalam jaringan setelah terakumulasi dalam jumalh

besar. Asam absisaat akan mengatur proses ini dengan mengaktifkan

biosintesis dari asam fenolat. Perbedaan aktivitas penghambatan

antara ABA dengan senyawa fenol diduga bahwa ABA terutama

menekan sintesis dari enzim, sedangkan senyawa fenol menekan

Page 25: KARAKTERISTIKA PERTUMBUHAN SETEK TANAMAN ...

19

aktivitas dari enzim. Hartman dan Kester (1978) menyatakan

senyawa fenol dengan auksin akan membentuk rhizocaline

Yang merangsang perakaran setek.

Atonik mudah diserap dalam jaringan tanaman, mempercepat

aliran protoplasma di dalam sel, dan merangsang perakaran sehingga

mampu memberikan kekutan seluruh bagi sel tanaman (Ursulum,

1979). Unsur natrium dalam atonik mempunyai peran dalam

katabolisme tanaman. Walaupun belum sepenuhnya diterima sebagai

unsure esensial, natrium dapat menggantikan sebagian peran K atau

bekerjasama dengan unsure K, perannya dalam pembukaan stomata,

pengaturan dalam aktivitasnitrat reduktase, dan memelihara

keseimbangan air (Lehr, 1961).

Atonik pada taraf konsentrasi optimal disemprotkan melaui

daun, proses sintesis protein pada tanaman menjadi meningkat, yang

digunakan sebagai bahan penyusun organ tanaman (Salisbury dan

Ross, 1977).

2.3 Faktor-Faktor Lingkungan Pembibitan

Faktor lingkungan merupakan hal yang mutlak harus

diperhatikan dalam menunjang pertumbuhan dan hasil panili. Curah

Page 26: KARAKTERISTIKA PERTUMBUHAN SETEK TANAMAN ...

20

hujan, suhu udara dan sinar matahari menjadi bagian dari faktor iklim

yang menentukan. Dari sekian factor iklim tersebut untuk daerah

tropika pada daerah yang sudah mengembangkan panili, distribusi

curah hujan dalam setahun merupakan factor paling menentukan

tingkat produksi panili. Ketinggian tempat di Indonesia yang ideal

untuk penanaman panili adalah < 600 m dari permukaan laut. Tingkat

kesesuaian

Pengaruh suhu terhadap panili erat kaitannya dengan

ketersedian air, sinar matahari dan kelembaban. Faktor tersebut dapat

dikelola melalui penataan tanaman pelindung dan irigasi. Rosmeillisa

dkk (1987) menyatakan suhu optimal untuk pertumbuhan panili 25o C,

suhu minimal 9o

C dan suhu maksimal 38o C. Pertumbuhan

merupakan ekspresi dari reaksi enzimatis dalam setek . Agar reaksi

enzimatis berjalan optimal, diperlukan suhu optimal pula, yaitu antara

20o

C sampai 30o C dan suhu optimal untuk translokasi asimilat 25

o C

(Whittle, 1964., dalam Prawoto dan Saleh, 1983). Bowman (1950)

menganjurkan untuk mengatur suhu udara dalam bedeng penyetekan

anatara 20o C sampai 30

o C

Radiasi matahari merupakan sumber energy penting untuk

proses sintesis karbohidrat. Menurut Hurd (1959) intensitas radiasi

Page 27: KARAKTERISTIKA PERTUMBUHAN SETEK TANAMAN ...

21

sebesar 10% selama dua minggu pertam setelah tanam setek,

kemudian ditinggikan menjadi 25% pad minggu berikutnya kan

meningkatkan daya perakaran dan kondisi pertumbuhan setek.

Kartono dan Isdijoso (1973) menyatakan untuk pertumbuhan tanaman

panili, intensitas radiasi yang diperlukan 30% sampai 50%.

Pertumbuhan panili membutuhkan naungan untuk mengurangi

pencahayaan penuh. Cahaya matahari yang terlalu banyak akan

mengakibatkan lilit batang kecil, daun sempit, dan batang relatif

pendek.

Angin dapat mempengaruhi transpirasi. Laju transpirasi

menjadi meningkat sejalan dengan kecepatan angin memindahkan uap

air di sekitar permukaan daun. Angin mudah mengubah kadar C02

tersedia di dekat zone daun (Kozlowski, 1976).

Kelembaban relative udara antara 85% sampai 95% sangat

diperlukan agar daun setek tetap segar, laju transpirasi berlebihan

dihambat, dan suplai air dalam keadaan cukup. Daun setek yang

banyak kehilangan air akan membentuk lapisan absisi pada

tangkainya, kemudian menguning dan akhirnya gugur

(Bowman,1950). Karena tranpirasi yang berlebihan maka absorbsi

CO2 berkurang karena stomata tertutup. Kelembaban relative udara

Page 28: KARAKTERISTIKA PERTUMBUHAN SETEK TANAMAN ...

22

untuk pertumbuhan tanaman panili antara60 sampai 80 % (rosman

dkk., 1986).

Faktor fisik dan kimia tanah yang erat kaitannya dengan daya

tembus dan kemampuan akar menyerap hara. Tanaman panili

membutuhkan tanah yang memiliki sifat fisik yang baik seperti

drainase yang baik, bertekstur yang ringan dan kaya bahan organik .

Oleh karena sistem perakaran panili yang dangkal maka tanah dengan

bahan organic yang tinggi sangat diperlukan dan akan peka terhadap

kemarau panjang. Dirdjoparanoto (1970) mengemukakan tanah yang

ringan , berpori dan gembur ditambah dengan kompos baik sekali

untuk pertumbuhan panili. Kartono dan Isdijoso (1973) juga

mengemukakan tanah yang terbaik untuk pertumbuhan panili adalah

yang berasal dari bahan induk kapur dengan pH 6,0 sampai 7,0.

Page 29: KARAKTERISTIKA PERTUMBUHAN SETEK TANAMAN ...

23

III. METODE PENELITIAN

3.1 Tempat dan Waktu

Percobaan pot ditempatkan di lapangan dilaksanakan di

kebun petani Kabupaten Tabanan selama dua bulan (60 hari), yang

terletak pada ketinggian 600 meter di atas permukaan laut.

3.2 Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan dalam percobaan ini mencakup bahan

setek pendek yang diambil dari tanaman pohon induk yang telah

dipersiapkan agar diperoleh setek yang sehat dan sergam. Zat yang

digunakan adalah Rootone F, dharmasri 5 EC, dan atonik. Untuk

pengendalian penyakit digunakan fungisida Dhitane M-45. Pelarut

zat pengatur tumbuh digunakan aquades dan alcohol . Pupuk yang

digunakan urea dan pupuk Kcl. Sebagai medium tumbuh digunakan

jenis tanah latosol yang ada di kebun petani, yang dicampur dengan

pasir dengan perbandingan 2 : 1. Hasil analisis tanah menunjukkan

bahwa tanah tersebut tanah dengan tekstur lempung berliat.

Alat yang digunakan mencakup kantong pelastik, gembor,

jangka sorong, gunting potong, timbangan, cangkul, ember, ayakan,

bamboo, gunting potong .

Page 30: KARAKTERISTIKA PERTUMBUHAN SETEK TANAMAN ...

24

3.3 Rancangan Percobaan

Percobaan menggunakan percobaan tersarang dengan

menggunakan rancangan acak kelompok (RAK) yang diulang tiga

kali. Jumlah perlakuan yang diperbandingkan adalah 4 + 4 + 4 = 12,

yaitu tiga jenis zat pengatur tumbuh dan empat taraf konsentrasi.

Jenis dan taraf konsentrasi zat pengatur tumbuh yang

dipergunakan adalah : (1) rootone F deangan taraf konsentrasi 0,00

mg/L (bo), 295 mg/L (b1), 590 mg/L (b2) 885 mg/L (b3); (2)

dharmasri 5 EC, dengan taraf konsentrasi 0,00 ml/L (b4), 0,050 ml/L

(b5), 0,100 ml/L (b6), 0,150 ml/L (b7); dan atonik , dengan taraf

konsentrasi 0,00 ml/L (b8), 0,0875 ml/L (b9), 0,175 ml/L (b10)

0,2625 ml/L.

Setiap unit percobaan terdiri atas 2 kantong pelastik. Selama

percobaan berlangsung dilakukan pemeliharaan mengendalikan

gulma dan mencegah serangan dari hama dan penyakit. Denah

percobaan disajikan pada Tabel 1.

Page 31: KARAKTERISTIKA PERTUMBUHAN SETEK TANAMAN ...

25

Tabel 1.

Denah Percobaan

Za b8 Za b9 Zr b0 Zd b4 Za b10 Zr b2

Zdb5 Zr b1 Zd b7 Zr b3 Za b11 Zd b6

Za b11 Zr b3 Za b9 Zr b2 Zd b6 Zd b5

Zd b7 Za b10 Zr bo Za b8 Zd b4 Zr b1

Zr b3 Za b9 Zr b2 Za b10 Za b11 Zr b1

Zd b7 Zd b5 Za b8 Zd b4 Zd b5 Zr b10

Keterangan :

I, II, III = Ulangan

Zr = Zat pengatur tumbuh rootone F

Zd = Zat pengatur tumbuh dharmasri 5 EC

Za = Zat pengatur tumbuh atonik

b = Taraf konsentrasi zat pengatur tumbuh

3.4 Metode Pelaksanaan

Sebelum percobaan dilaksanakan , setek panili dibuat seragam

atas dasar nomor ruas tiga dari pucuk, jumlah 2 ruas, jumlah 3 buku,

jumalah 2 daun dan bobot basah dengan penyimpangan 15 %, yaitu

antara 25,5 g sampai 29,3 g. Dosis per setek pada tiga taraf

konsentrasi dari masing-masing zat pengatur tumbuh diberikan sama,

Page 32: KARAKTERISTIKA PERTUMBUHAN SETEK TANAMAN ...

26

yaitu rootone F =1,3275 mg/setek; dharmasri 5 EC = 0,0002 ml/setek;

dan atonik = 0,0005 ml/setek.

Tiga hari sebelum penanaman setek pada masing-masing

kantong pelastik, dilakukan penyiraman larutan dithane M 45 dengan

konsentrasi 0,02% sebanyak 1,5 L larutan yang berfungsi sebagai

desinfektan.

Setek-setek itu kemudian ditanam dengan posisi tegak pada

kantong pelastikyang berisi mediumtanah kemudian diletakkan pada

unit percobaan yang telah ditentukan.

Pemeliharaan tanaman selama percobaan berlangsung meliputi

penyiraman, penyiangan,pengaturan radiasi matahari,pemupukan, dan

prencegahan serangan hama serta penyakit. Penyiraman dilakukan

setiap hari untuk menjaga medium tumbuh supaya tetap lembab.

Apabila medium tumbuh masih cukup lembab, penyiraman tidak

dilakukan. Penyiangan dilakukan setiap waktu dengan cara mencabut

gulma yang tumbuh disekitar bibit. Pengaturan radiasi matahari

dilakukan dengan memberikan naungan atap pada setiap bedengan.

Pemupukan Kcl diberikan pada saat tanam dan pupuk urea 21 hari

setelah tanam setek. Dosis pupuk yang digunakan untuk setiap

kantong pelastik adalah 1,5 g N berbentuk urea (45 % N) atau 3,33 g

Page 33: KARAKTERISTIKA PERTUMBUHAN SETEK TANAMAN ...

27

urea dan 3 g K20 berbentuk KCl (60 % K20) atau 5 g KCl.

Pencegahan serangan hama dan penyakit dilakukan berupa

penyemprotan dengan basudin 60 EC dan dithane M 45 setiap 2

minggu sekali.

3.5 Metode Pengamatan

Pengamatan karakteristika pertumbuhan dihitung untuk

mengkaji pertumbuhan tanaman yang mencakup laju asimilasi bersih

rat-rata (LAB), laju tumbuh relative rata-rata (LTR) dan nisbah luas

daun rata-rata (NLD). Perhitungan untuk mendapatkan nilai –nilai

LAB, LTR, dan NLD dihampiri melalui fomulasi yang diberikan

Kvet et al. (1971) dan Gardener et al. (1985) sebagai berikut:

(1) Laju asimilasi bersih rata-rata (LAB) menunjukkan laju

akumulasi bahan kering persatuan luas daun untuk periode

tertentu dengan rumus :

____ W2-W1 Ln A2 – Ln A1

LAB = x (mg cm -2

hari -1

)

T2-T1 A2-A1

(2) Laju tumbuh relative rata-rata (LTR) menunjukkan

penambahan bobot kering tanaman persatuan bobot kering

sebelumnya untuk periode tertentu dengan rumus:

Page 34: KARAKTERISTIKA PERTUMBUHAN SETEK TANAMAN ...

28

____ Ln W2 - ln W1

LTR = ( g g-1

).

T2 – T1

(3) Nisabah luas daun rata-rata (NLD) menunjukkan perbandingan

luas daun dengan total bobot kering tanaman dengan rumus:

____ A2/W2 + A1/W1

NLD = (Cm 2 g

-1)

2

Keterangan untuk rumus (1), (2), dan (3):

A1 = luas daun pada waktu T1

A2 = luas daun pada waktu T2

W1 = bobot kering tanaman pada waktu T1

W2 = bobot kering tanaman pada waktu T2.

3.6 Analisis Data.

Karakteristika pertumbuhan seperti LAB, LTR, dan NLD

diregresikan dengan waktu . Bobot kering total tanaman diregresikan

dengan taraf konsentrasi untuk masing-masing konsentrasi pada

setiap jenis zat pengatur tumbuh. Kurva yang diperoleh

diperbandingkan dengan menggunakan uji beda garis (Draper dan

Smith, 1981).

Page 35: KARAKTERISTIKA PERTUMBUHAN SETEK TANAMAN ...

29

IV.HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Karakteristika Pertumbuhan Tanaman

Untuk mengkaji sifat pertumbuhan tanaman, dilakukan analisis

tumbuh dengan menghitung karakteristika pertumbuhan, yaitu laju

tumbuh relative rata-rata, laju asimilasi bersih rata-rata, dan nisbah

luas daun rata-rata.

4.1.1 Laju Tumbuh Relatif Rata-Rata (LTR)

Laju tumbuh relative rata-rata (LTR) pembibitan panili selama

fase pertumbuhan vegetative umur 84 sampai 124 hari setelah tanam

dengan perlakuan zat pengatur tumbuh rootone F, dharmasri 5 EC,

dan atonik untuk masing-masing taraf konsentrasi sama-sama

menunjukkan penurunan. Kurca LTR menurun mengikuti kurva

kuadratik pada empat taraf konsentrasi dari masing-masing jenis zat

pengatur tumbuh tersebut.

Laju tumbuh relatif rata-rata (LTR) yang dirangsang oleh

rootone F dengan berbagai taraf konsentrasi, keempat kurva sejajar

dan berimpit berdasarkan uji beda garis.

Page 36: KARAKTERISTIKA PERTUMBUHAN SETEK TANAMAN ...

30

Tabel 1.

Uji kurva regresi LTR dari rootone F

______________________________________________________

Konsentrasi

(mg/ L) Sejajar Berimpit Kesimpulan

0.00 vs 295 Fh=0.07 ns Fh=0.25 ns Kurva sejajar dan

berimpit .Kedua

kurva sama.

0.00 vs 590 Fh=3.31 ns Fh=3.26* Kurva sejajar dan

Tidak berimpit.

Kedua kurva

Berbeda.

0.00 vs 885 Fh=0.19 ns Fh=0.34 ns Kurva sejajar

dan berimpit.

Kedua kurva sama.

295 vs 590 Fh=1.01 ns Fh=0.67 ns Kurva sejajar dan

berimpit. Kedua

kurva sama.

295 vs 885 Fh=0.75 ns Fh=0.53 ns Kurva sejajar dan

berimpit. Kedua kurva

Sama.

590 vs 885 Fh=1.21 ns Fh=1.09 ns Kurva sejajar dan

Berimpit. Kedua kurva

Sama.

F0.05=3.35 F0.05=3.16

_____________________________________________________

Page 37: KARAKTERISTIKA PERTUMBUHAN SETEK TANAMAN ...

31

Tabel 2.

Uji kurva regresi LTR dari dharmasri 5 EC

______________________________________________________

Konsentrasi

(mg/ L) Sejajar Berimpit Kesimpulan

0.00 vs 0.05 Fh=0.04 ns Fh=0.30 ns Kurva sejajar dan

berimpit .Kedua

kurva sama.

0.00 vs 0.10 Fh=1.84 ns Fh=2.94 ns Kurva sejajar dan

berimpit. Kedua

kurva sama.

0.00 vs 0.15 Fh=0.46 ns Fh=2.72 ns Kurva sejajar

dan berimpit.

Kedua kurva sama.

0.05vs 0.10 Fh=1.66 ns Fh=2.66 ns Kurva sejajar dan

berimpit. Kedua

kurva sama.

0.05 vs 0.15 Fh=1.21 ns Fh=1.65 ns Kurva sejajar dan

berimpit. Kedua kurva

Sama.

0.10vs 0.15 Fh=1.95 ns Fh=1.63 ns Kurva sejajar dan

berimpit. Kedua kurva

Sama.

F0.05=3.35 F0.05=3.16

_____________________________________________________

Page 38: KARAKTERISTIKA PERTUMBUHAN SETEK TANAMAN ...

32

Tabel 3

Uji kurva regresi LTR dari atonik

______________________________________________________

Konsentrasi

(mg/ L) Sejajar Berimpit Kesimpulan

0.00 vs 0.0875 Fh=0.19 ns Fh=0.27 ns Kurva sejajar dan

berimpit .Kedua

kurva sama.

0.00 vs 0.175 Fh=0.24 ns Fh=0.31ns Kurva sejajar dan

berimpit. Kedua

kurva sama.

0.00 vs 2625 Fh=0.73 ns Fh=0.84 ns Kurva sejajar

dan berimpit.

Kedua kurva sama.

0.0875 vs 0.175 Fh=0.40 ns Fh=0.50 ns Kurva sejajar dan

berimpit. Kedua

kurva sama.

0.0875vs 0.2625 Fh=0.03 ns Fh=0.40 ns Kurva sejajar dan

berimpit. Kedua kurva

Sama.

0.175 vs 0.2625 Fh=0.41 ns Fh=0.45 ns Kurva sejajar dan

berimpit. Kedua kurva

Sama.

F0.05=3.35 F0.05=3.16

_____________________________________________________

Nilai LTR rootone F pada bibit panili umur 84 sampai 124 hari

Page 39: KARAKTERISTIKA PERTUMBUHAN SETEK TANAMAN ...

33

setelah tanam, penurunan kelihatan sejak 94 hari setelah tanam dan

nilai antra taraf konsentrasinya sama. Nilai LTR dharmasri 5 EC dan

atonik pada umur 84 sampai 124 hari setelah tanam, penurunan baru

mulai kelihatan setelah umur 104 hari setelah tanam dan nilai antara

taraf konsentrasi dari masing-masing dharmasri 5 Ec dan atonik juga

sama.

Penurunan nilai LTR tersebut secara perlahan-lahan sejalan

dengan penambahan umur tanaman . Hal demikian dapat terjadi

karena zat pengatur tumbuh rootone F, dharmasri 5EC dan atonik

dapat mempercepat pertumbuhan vegetative setek panili. Hal tersebut

sejalan dengan pendapat Salisbury dan Ross (1977) bahwa zat

pengatur tumbuh dapat memperbaiki pertumbuhan tanaman, karena

akan mengaktifkan aliran plasma sel secara biokimia sehingga

mengaktifkan proses metabolism tanaman. Weaver (1972) ; Hartman

dan Kester (1978) juga mengatakan pemberian auksin dapat

mempercepat pemunculan akar, meningkatkan kualitasperakaran dan

menyeragamkan munculnya akar. Triakontanol dapat meningkatkan

aktivitas ATPase pada membrane plasma sel (Lesniak et al. 1988).

Atonik dengan auksin membentuk rhizokalin yang dapat merangsang

perakaran setek (Hartman dan Kester, 1978) . Akar mempunyai peran

Page 40: KARAKTERISTIKA PERTUMBUHAN SETEK TANAMAN ...

34

yang sangat enting dalam pertumbuhan tanaman.Tetapi, media

tumbuh terbatas, sehingga unsure hara yang tersedia pada media

tersebut semakin berkurang sejalan dengan penambahan umur

tanaman, 84 sampai 124 hari setelah tanam. Dengan demikian

fotosintat yang dihasilkan akan semakin berkurang pula, sehingga

pertumbuhan pupus baru akan tertunda, tetapi perkembanga sel untuk

menjadi sel-sel dewasa pada bagian vegetative seperti akar, batang

dan daun terus berlangsung yang mengakibatkan pertambahan

fotosintat yang diakumulasi akan terus meningkat, yang ditunjukakan

oleh bobot kering total tanaman terus meningkat sejalan dengan

penambanahan umur tanaman.

Hal tersebut sejalan dengan pendapat Gardner et al. (1985) yang

menyatakan bahwa pada fase pertumbuhan vegetative, fotosintat

fotosintat ditranslokasikan dari sumber ke limbung vegetative dan

untuk pembentukan akar, batang, dan daun disamping untuk

mengganti sel-sel tanaman yang telah rusak.

4.1.2. Laju Asimilasi Bersih Rata-Rata (LAB).

Laju asimilasi bersih rata-rata (LAB) pembibitan panili selama

fase pertumbuhan vegetative umur 84 sampai 124 hari setelah tanam

denga perlakuan zat pengatur tumbuh rootone F, dharmasri 5 EC dan

Page 41: KARAKTERISTIKA PERTUMBUHAN SETEK TANAMAN ...

35

atonik untuk masing-masing taraf konsrntrasi sama-sama

menunjukkan penurunan.Kurva LAB menurun mengikuti garis

kuadratik pada empat taraf konsentrasi dari masing-masing jenis zat

pengatur tumbuh tersebut.

Nilai LAB rootone F taraf konsentrasi 590 mg/L dan 885 mg/L

selalu lebih tinggi dibandingkan dengan taraf konsentrasi 295 mg/L

dan 0,00 mg/L. Nilai LAB dharmasri 5 EC taraf konsentrasi 0.100

ml/L selalu lebih tinggi dibandingkan dengan taraf konsentrasi 0.150

ml/L, 0.05 ml/L dan 0.00 ml/L. Nilai LAB atonik taraf konsentrasi

0.175 ml/L selalu lebih tinggi di bandingkan dengan taraf konsentrasi

0.265 ml/L, 0.0875 ml/L dan 0.00ml/L.

Penurunan nilai LAB tersebut sejalan dengan penambahan

umur tanaman. Hal demikian terjadio karena pertumbuhan setek panili

dengan pemberian zat pengatur tumbuh rootone F, dharmasri 5 EC

dan atonik berlangsung lebih cepat. Tetapi media tumbuh terbatas,

akhirnya tidak dapat mengimbangi kecepatan pertumbuhan vegetative

tersebut. Faktor media yaitu unsure hara semakin tidak seimbang

dengan factor lainnya seperti radiasi matahari, suhu, air, dan udara

sejalan penambahan umur tanaman. Oleh karena pemupukan

dilakukan hanya sekali pada umur 21 hari setelah tanam dan kantong

Page 42: KARAKTERISTIKA PERTUMBUHAN SETEK TANAMAN ...

36

pelastik sebagai media tumbuh dibikin berlubang.

Tabel 4

Uji kurva regresi LAB dari rootone F

______________________________________________________

Konsentrasi

(mg/ L) Sejajar Berimpit Kesimpulan

0.00 vs 295 Fh=3.35 ns Fh=5.24* Kurva sejajar dan

tidakberimpit .Kedua

kurva berbeda.

0.00 vs 590 Fh=3.07 ns Fh=17.47* Kurva sejajar dan

tidak berimpit.

Kedua kurva

berbeda.

0.00 vs 885 Fh=3.12 ns Fh=9.28* Kurva sejajar

dan tidak berimpit.

Kedua kurva berbeda.

295 vs 590 Fh=0.21 ns Fh=8.13 * Kurva sejajar dan

Tidak berimpit. Kedua

kurva berbeda.

295 vs 885 Fh=0.39 ns Fh=3.27 * Kurva sejajar dan

Tidak berimpit. Kedua

Kurva berbeda.

590 vs 885 Fh=0.09 ns Fh=1.27 ns Kurva sejajar dan

berimpit. Kedua kurva

Sama.

F0.05=3.35 F0.05=3.16

_____________________________________________________

Page 43: KARAKTERISTIKA PERTUMBUHAN SETEK TANAMAN ...

37

Tabel 5.

Uji kurva regresi LAB dari dharmasri 5 EC

______________________________________________________

Konsentrasi

(mg/ L) Sejajar Berimpit Kesimpulan

0.00 vs 0.05 Fh=0.65 ns Fh=0.58 * Kurva sejajar dan

Tidak berimpit .

Kedua kurva berbeda

0.00 vs 0.10 Fh=0.46 ns Fh=13.21* Kurva sejajar dan

tidak berimpit.

Kedua kurva berbeda

0.00 vs 0.15 Fh=1.27 ns Fh=5.55* Kurva sejajar

dan tidak berimpit.

Kedua kurva berbeda

0.05vs 0.10 Fh=1.87ns Fh=9.50 * Kurva sejajar dan

Tidak berimpit. Kedua

kurva berbeda.

0.05 vs 0.15 Fh=0.33 ns Fh=4.23* Kurva sejajar dan

Tidak berimpit. Kedua

Berbeda.

0.10vs 0.15 Fh=3.12 ns Fh=5.65* Kurva sejajar dan

Tidak berimpit. Kedua

berbeda

F0.05=3.35 F0.05=3.16

_____________________________________________________

Page 44: KARAKTERISTIKA PERTUMBUHAN SETEK TANAMAN ...

38

Tabel 6

Uji kurva regresi LAB dari atonik

______________________________________________________

Konsentrasi

(mg/ L) Sejajar Berimpit Kesimpulan

0.00 vs 0.0875 Fh=3.53 ns Fh=2.35 ns Kurva sejajar dan

berimpit .Kedua

kurva sama.

0.00 vs 0.175 Fh=2.08 ns Fh=6.87* Kurva sejajar dan

tidak berimpit.

Kedua kurva

Berbeda.

0.00 vs 2625 Fh=0.37 ns Fh=3.68* Kurva sejajar

dan tidak berimpit.

Kedua kurva berbeda

0.0875 vs 0.175 Fh=0.39ns Fh=4.58* Kurva sejajar dan

Tidak berimpit. Kedua

kurva berbeda.

0.0875vs 0.2625 Fh=0.04 ns Fh=1.23ns Kurva sejajar dan

berimpit. Kedua kurva

Sama.

0.175 vs 0.2625 Fh=1.60 ns Fh=3.85* Kurva sejajar dan tidak

berimpit. Kedua kurva

berbeda.

F0.05=3.35 F0.05=3.16

_____________________________________________________

Thompson dan Troeh (1975) menyatakan bahwa pertumbuhan

tanaman akan lambat apabila kekurangan nitrogen. Kekurangan

nitrogen akan membatasi proses pembentukan proteindan unsure

Page 45: KARAKTERISTIKA PERTUMBUHAN SETEK TANAMAN ...

39

esensial lain untuk pembentukan sel baru. Harkat pertumbuahn

menjadi seimbang bila nitrogen dalam keadaan tersedia. Goeswono

Soepardi (1983) menyatakan bahwa dari tiga unsure yang biasanya

diberikan sebagai pupuk, nitrogen memberikan efek yang yang paling

mencolok dan cepat. Nitrogen terutama menstimulir pertumbuhan di

atas tanah dan memberikan warna hijau pada daun. Hampir pada

semua tanaman nitrogen merupakan pengatur dari penggunaan

kalium, fosfat, dan penyusun lainnya. Cibes et al. (1947) menyatakan

kekurangan unsure N pada pertumbuhan tanaman panili menyebabkan

luas daun kecil, batang kecil, warna daun hijau kekuningan, dan

pertumbuhan pupus lambat.

Nilai LAB pada taraf konsentrasi rootone F 590 mg/L,

dharmasri 5 EC 0.100 ml/L dan atonok 0.175 ml/L selalu lebih tingggi

dari perlakuan taraf konsentrasi lainnya dari masing-masing jenis zat

pengatur tumbuh tersebut. Hal ini dapat dijelaskan berdasarkan

respons tanaman terhadap konsentrasi yang paling mendekati optimal

dari pemberian zat penagtur tumbuh tersebut. Maka dari

nitunpertumbuhan tanaman yang paling baik, sehingga parat

fotosintesis , yaitu daun jumlahnya paling banyak dan memberikan

luas daun paling tinggi, yang ditunjukkan oleh berat daun per bibit

Page 46: KARAKTERISTIKA PERTUMBUHAN SETEK TANAMAN ...

40

paling tinggi. Tetapi belum memberikan efek negative dari penaungan

antra daun bibit tersebut. Oleh karena pertumbuhan panili yang baik

memerlukan naungan.

4.1.3 Nisbah Luas Daun (NLD).

Nisbah luas daun rata-rata (NLD) pembibitan panili selama fase

pertumbuhan vegetative umur 84 sampai 124 hari setelah tanam

dengan perlakuan jenis zat pengatur tumbuh rootone F, dharmasri 5

EC, dan atonik untuk masing0masing taraf konsentrasi sama-sama

menunjukkan penurunan. Kurva NLD menurun mengikuti kurva linier

pada empat taraf konsentrasi dari masing-0masing jenis zat pengatur

tumbuh tersebut.

Nilai NLD rootone F taraf konsentrasi 590 mg/L dan 885 mg/L

selalu lebih rendah dibandingkan dengan konsentrasi 295 mg/L dan

0.00 mg/L. Nilai NLD dharmasri 5 EC taraf konsentrasi 0.10 ml/L

selalu lebih rendah dibandingkan taraf konsentrasi 0.05 ml/L dan 0.00

ml/L. Nilai NLD atonik taraf konsentrasi 0.175 ml/L dan 0.2625 ml/L

dan 0.00 ml/L.

Penurunan nilai NLD secara perelahan-lahan sejalan dengan

penambahan umur tanaman. Hal ini berarti pembentangan luas daun

dengan pertumbuhan tidak berjalan seimbang, oleh karena pemberian

Page 47: KARAKTERISTIKA PERTUMBUHAN SETEK TANAMAN ...

41

zat pengatur tumbuh rootone F, dharmasri 5 EC, dan atonik

menyebabkan pertumbuhan setek panili lebih cepat dan lebih awal,

sedangkan media tumbuh terbatas menyebabkan suplai unsure hara

semakin berkurang, maka terjadi penghambatan pembentukan daun-

saun baru. Fotosintat yang dihasilkan di daun disamping

ditranslokasikan ke bagian bagian tanaman lainnya, juga akan

digunakan untuk pertumbuhan daun untuk menjadi lebih tebal, karena

pada umur 84 sampai 124 hari setelah tanam , bibit panili ukuran

daunnya sebagian besar telah mencapai luas daun maksimal dan pada

daun yang belum mencapai luas daun maksimal,pembentangan

daunya akan terhambat.

Hal tersebut sejalan dengan pendapat Cibes et al,(1947) bahwa

pertumbuhan tanaman panili luas daunnya akan kecil apabila media

tumbuhnya dalam keadaan kekurangan unsure N.Demikian juga

karena tanaman panili yang tergolong beradaptasi dengan naungan,

maka kondisi salah satu factor lingkungan sebagai factor pembatas,

maka perubahan luas daun akan lebih mudah terjadi.

Nilai NLD yang lebih rendah pada taraf konsentrasi yang paling

mendekati optimal dari masing-masing jenis zat pengatur tumbuh

tersebut, disebabkan karena perlakuan itu mampu memberikan

Page 48: KARAKTERISTIKA PERTUMBUHAN SETEK TANAMAN ...

42

pertumbuhan yang lebih cepat, tetapi tidak diimabngai dengan media

tumbuh yang terus optimal.

Tabel 7.

Uji kurva regresi NLD dari rootone F

______________________________________________________

Konsentrasi

(mg/ L) Sejajar Berimpit Kesimpulan

0.00 vs 295 Fh=0.01ns Fh=0.15ns Kurva sejajar dan

berimpit .Kedua

kurva sama.

0.00 vs 590 Fh=0.05ns Fh=98.53* Kurva sejajar dan

tidak berimpit.

Kedua kurva

berbeda.

0.00 vs 885 Fh=2.45 ns Fh=23.76* Kurva sejajar

dan tidak berimpit.

Kedua kurva berbeda.

295 vs 590 Fh=0.59 ns Fh=8.68 * Kurva sejajar dan

Tidak berimpit. Kedua

kurva berbeda.

295 vs 885 Fh=0.56 ns Fh=4.44 * Kurva sejajar dan

Tidak berimpit. Kedua

Kurva berbeda.

590 vs 885 Fh=0.01 ns Fh=1.53 ns Kurva sejajar dan

berimpit. Kedua kurva

Sama.

F0.05=3.35 F0.05=3.16

_____________________________________________________

Page 49: KARAKTERISTIKA PERTUMBUHAN SETEK TANAMAN ...

43

Tabel 8.

Uji kurva regresi NLD dari dharmasri 5 EC

______________________________________________________

Konsentrasi

(mg/ L) Sejajar Berimpit Kesimpulan

0.00 vs 0.05 Fh=3.96 ns Fh=10.97 * Kurva sejajar dan

Tidak berimpit .

Kedua kurva berbeda

0.00 vs 0.10 Fh=2.78 ns Fh=15.81* Kurva sejajar dan

tidak berimpit.

Kedua kurva berbeda

0.00 vs 0.15 Fh=0.20ns Fh=13.86* Kurva sejajar

dan tidak berimpit.

Kedua kurva berbeda

0.05vs 0.10 Fh=2.89ns Fh=6.72 * Kurva sejajar dan

Tidak berimpit. Kedua

kurva berbeda.

0.05 vs 0.15 Fh=0.05 ns Fh=5.92* Kurva sejajar dan

Tidak berimpit. Kedua

Berbeda.

0.10vs 0.15 Fh=5.05 ns Fh=4.55* Kurva sejajar dan

Tidak berimpit. Kedua

berbeda

F0.05=3.35 F0.05=3.16

_____________________________________________________

Page 50: KARAKTERISTIKA PERTUMBUHAN SETEK TANAMAN ...

44

Tabel 9.

Uji kurva regresi NLD dari atonik

______________________________________________________

Konsentrasi

(mg/ L) Sejajar Berimpit Kesimpulan

0.00 vs 0.0875 Fh=0.76 ns Fh=0.71 ns Kurva sejajar dan

berimpit .Kedua

kurva sama.

0.00 vs 0.175 Fh=0.49 ns Fh=23.02* Kurva sejajar dan

tidak berimpit.

Kedua kurva

Berbeda.

0.00 vs 2625 Fh=1.03 ns Fh=22.32* Kurva sejajar

dan tidak berimpit.

Kedua kurva berbeda

0.0875 vs 0.175 Fh=0.02ns Fh=7.01* Kurva sejajar dan

Tidak berimpit. Kedua

kurva berbeda.

0.0875vs 0.2625 Fh=0.01 ns Fh=4.86* Kurva sejajar dan tidak

berimpit. Kedua kurva

berbeda

0.175 vs 0.2625 Fh=0.03 ns Fh=0.42ns Kurva sejajar dan

berimpit. Kedua kurva

sama.

F0.05=3.35 F0.05=3.16

_____________________________________________________

Page 51: KARAKTERISTIKA PERTUMBUHAN SETEK TANAMAN ...

45

V.KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang diuraikan di muka ternyata :

(1). Konsentrasi rootone F 590 mg/L, dharmasri 5 EC 0,100 ml/L dan

atonik 0,175 ml/L menyebabkan laju asimilasi bersih rata-rata

paling tinggi tetapi nisbah luas daun rata-rata (NLD) dan laju

tumbuh relatife rata-rata (LTR) turun.

(2). Penurunan nilai NLD dan LTR seara perlahan sejalan dengan

penambhan umur bibit panili, oleh karena perlakuan atonik,

dahrmasri 5 EC dan rootone F menyebabkan pertumbuhan setek

panili lebih cepat dan lebih awal, sedangkan media tumbuh

terbatas menyebabkan suplai unsur hara semakin berkurang,

maka terjadi penghambatan pembentukan daun-daun baru dan

fotosintat yang dihasilkan semakin berkurang pula.

5.2 Saran

Usaha dalam penyediaan bibit dalam menunjang program

perluasan areal dan peremajaan tanaman panili untuk sementara

disarankan mempergunakan zat pengatur tumbuh rootone F 590

Page 52: KARAKTERISTIKA PERTUMBUHAN SETEK TANAMAN ...

46

mg/L, dharmasri 5 EC 0,10 ml/L dan atonik 0,1750 ml/L.

Untuk memperoleh informasi lebih lengkap, terutama dalam

usaha penyediaan bahan tanaman yang lebih banyak dan bibit yang

lebih baik, penelitian ini perlu dilanjutkan terhadap berbagai jenis

sumber bahan setek panili, berbagai taraf dosis pada konsentrasi

optimal jenis zat pengatur tumbuh di atas, dan pemupukan.

Page 53: KARAKTERISTIKA PERTUMBUHAN SETEK TANAMAN ...

47

DAFTAR PUSTAKA

Anwar,S; T. Hutomo. 1980. Pembiakan vegetative pada tanaman

cokelat (Theobroma cacao L).Bull. Balai Penelitian

Perkebunan Medan 11(1): 39-44.

Audus, L.J. 1963. Plant growth substance. Interscience publ; Inc.

New York. 553 p.

Bowman, G.F. 1950. Propagation of cacao by softwood cutting.

Cacao (Inter-American cacao center) 2 (9):1-6.

Dachmansyah,D dan A.Wachar. 1984. Pengaruh stimulant atonik dan

warna polybag terhadap pertumbuhan setek kopi robusta

(Coffea canepora Pierre ex Frochner) Bull. Agronomi IPB 15

(/2): 71-81.

Direktonat Jenderal Perkebunan. 1986. Pedoman bercocok tanam

panili. Direktorat Jenderal Perkebunan bekerjasama dengan

Balai Penelitian Tanaman Rempah danObat.

Dharma Niaga. 1986. Dharmasri zat pengatur tumbuh tanaman.

Brosur. 2 hal

Dirdjopranoto, S. 1970. Penyakit busuk batang panili dan

pencegahannya. Komisi Teknis Perkebunan II. Paper Sidang :

16-25.

Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan .1987. Pestisida untuk

pertanian dan Kehutanan. 206 hal.

Draper, N. and H. Smith.1981. Applied regression analysis, Second

edition. John Wiley and Sons, Inc. New York, Chichester,

Brisbane, Toronto.709 p.

Gatut Supridjadji, 1985. Pengaruh ZPT Rootone F Terhadap

Pertumbuhan Stek Tanaman Kopi. Fakultas Pertanian IPB,

Bogor.

Page 54: KARAKTERISTIKA PERTUMBUHAN SETEK TANAMAN ...

48

Goodwin ,T.W. and E.I. Mercer. 1983. Introduction to Plant

Biochemestry. Pergamon Press, Ofxford: 677 p.

Gardner,F.P., R.B. Pearce and R.L. Mitchel. 1985. Physiology of

Crop plant,.The Iowa State Uuniversity Press. Ames, Iowa.

Harahap,H. 1987. Potensi Pengembangan Panili di Indonesia.

Seminar Pengembangan PaniliMelalui Pola PIR di Denpasar,

Bali. Paper.14 hal.

Hartman ,H.T., and D.E. Kester. 1978. Plant Propogation: Principel

and Practice. Prentice Hall of India Private, Ltd.New Delhi. 662

p.

Hurd, R.G.1959. Vegetative propagation . Rooting under polythene

sheet. Annual report of WACRI 1957-12958 : 7-53.

Kartono , G., dan S.H.Isdijoso. 1973. Panili. Lembaga Penelitian

Tanaman Industri Cabanag Wilayah II Malang.

Kefeli ,V.I. and C.S.Kadyrov. 1971. Natural growth inhibitor, their

chemical and phyisiological properties. Ann. Rev. Plant.

Physiol.22: 185-196.

Kefeli ,V.I., and M. Kuthacek. 1973. Phenolic substabces and their

possible role and plant growth regulation. Biol. Plant. 12 : 181-

188.

Kozlowski, T.T. 1976. Water deficits and plant growth soil water

measurement. Plant responses and breeding for drought

resistance. Academic Press. New York, saqn Fransisco, London

4,pp 154-191

Kvet, J., J.P.Ondok, J. Necas, and P.G.Jarvis. 1971. Methods of

growth analysis. Plant photosynthetic production: Manual of

Method. Pp 343-380.

Leopold,A.C.and P.E.Kriedmann .1975. Plant Growth and

Page 55: KARAKTERISTIKA PERTUMBUHAN SETEK TANAMAN ...

49

Development.MC Graw Hill, Inc.New York.545 p.

Lasniak, A.P.,A.Hang , and S.K.Ries. 1986. Stimulation of ATPase

activity in barley (Hordium vulgare) toot plasma membrane

after treatment of intact tissues and cell free extracts with

triacontanolo.Physiol.Plant.68: 20-26

Lehr, J.J. 1961. New light in importance of sodium for palnt life..

Agric.Vet.Chem. 2 (4) : 154-156

Manurung S. O., 1987. Status dan Potensi ZPT serta Prospek

Penggunaan Rootone F dalam Perbanyakan Tanaman. Dirjen

Reboisasi dan Rehabilitasi Lahan, Departemen Kehutanan,

Jakarta.

Moore,T.C. 1979. Biochemestry and Physiology of Plant Hormone.

Springer-Verlag. Berlin, Heidelberg, New York. 274 p.

Patel, K.R.; C.K.Shoh, and A.C.Dhar. 1978. Effect of IAA on

endogenous RNA Content and cell elongation. Indian J.Plant

Physiol. 21 (2): 133-141.

Prawoto, A.A; dan M. Saleh.1083. Pengaruh nmadu lebah, IBA dan

bentuk setek terhadap perakaran setek kakao. Menara

Perkebunan 51 (1):7-16.

Ries, S.K; and R. Houtz. 1983. Triacontanol as a plant growth

regulator. Hort. Science 15 (1) : 97-98.

Ries, S.K., and V.Wert. 1977. Growtg responses of rice seedling to

triakontanol in light and dark. Planta 135 : 77-82.

Rochiman, K. Dan S. S. Harjadi. 1973. Pembiakan Vegetatif.

Departemen Agronomi, Fakultas Pertanian Institut Pertanian

Bogor. hal 1 -8.

Rosmeilisa,P..,m J.T.Yuhono dan R. Rosman. 1987. Kemungkinan

pengengbangan tanaman panili di KP Citayam, Bogor Jawa

Barat. Edisi Khusus penelitian Tanaman Rembapah dan Obat

Page 56: KARAKTERISTIKA PERTUMBUHAN SETEK TANAMAN ...

50

3(2): 79-83.

Salisbury, F.B., and C. Ross. 1977. Plant Physiology. Prentice Hall

of India, Private Ltd.New delhi.673 p.

Satler, O.S., and V.Thiman .1980. The influence of aliphatic alcohol

on leaf senescene .J.Plant Physiol.66 :395-399.

Selvarajan ,M., and V.H.M Rao.1982. Studies on rooting of

patchouli cutting under different environments. South Indian

Horticultures (India) 30(70) :107-111.

Suseno,H. 1974. Fisiologi tumbuhan: metabolism dasar dan beberapa

aspeknya. Departemen Botani Fakultas Pertanian IPB. Bogor.

277 hal.

Ursulum, F.T. 1979. Test of growth stimulant (atonik) on the yield

and quality of rice . Rice research Institute. Kala Shahy Kaku,

India. 17 p.

Weaver, R.J. (1972). Planth Growth Substances in Agricultural. Wh.

Freeman and Co. San Francisco.

Wiraatmaja, I Wayan. 1998. Pengaruh Konsentrasi Rootone F

terhadap Pertumbuhan Setek Pangkal Panili (Vanilla planifolia

Andrews) Majalah Ilmiah Fakultas Pertanian Unud. Vol No 32

tahun 1998. Hal 1-6

Zaubin, R. dan P. Wahid.1995 Kesesuaian lingkungan tanaman

panili. Prosiding Temu Tugas Pemantapan Budidaya dan

Pengolahan Panili di Lampung. Bogor. Balai penelitian

Tanaman Rempah dan Obat & Departemen Perdagangan RI.

Page 57: KARAKTERISTIKA PERTUMBUHAN SETEK TANAMAN ...

51