Karakteristik Pasien Korban Kecelakaan Lalu Lintas yang Dirawat di UGD RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar Periode Juli—Desember 2012 (Dibimbing oleh dr. H. Muh. Ikhsan Madjid, MS. PKK.) Aisyah Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat dan Ilmu Kedokteran Komunitas Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin 2012-2013 ABSTRAK Era globalisasi menuntut masyarakat memiliki mobilitas tinggi sehingga mendorong tingginya kepadatan lalu lintas. Begitupun di Kota Makassar sebagai kawasan sentra perdagangan dan industri, berimplikasi sangat rawan terjadinya kecelakaan lalu lintas. Terdapat faktor-faktor penyebab terjadinya kecelakaan yang sebagian besar dapat dicegah, yakni faktor manusia, kendaraan, lingkungan dan jalan. Tujuan penelitian untuk mengetahui distribusi dari faktor-faktor tersebut, yakni jenis kelamin, umur, jenis kendaraan, peran (posisi) pasien, mekanisme dan waktu kecelakaan. Penelitian ini bersifat deskriptif cross sectional dengan menggunakan teknik consecutive sampling dimana jumlah sampel sebanyak 95 pasien. Hasil penelitian ini menunjukkan pasien korban kecelakaan lalu lintas paling banyak berjenis kelamin laki-laki (64,2%) dan usia dewasa (51,6%) dengan jumlah terbanyak pada kelompok usia 18—20 tahun (17,9%). Jenis kendaraan terbanyak adalah kendaraan bermotor roda 2 (72,6%), sebagai pengemudi (69,5%) dengan mekanisme tabrakan dari arah depan (30,5%) dan waktu terbanyak pada siang hari (61,1%). Perlunya kerjasama oleh pihak pemerintah, produsen sepeda motor, para pakar di bidang transportasi, dan tentunya pengguna jalan untuk menurunkan angka kejadian kecelakaan lalu lintas terutama kelompok usia produktif sebagai tulang punggung ekonomi keluarga dan penerus bangsa. Kata Kunci: Karakteristik, pasien korban kecelakaan lalu lintas PENDAHULUAN Era globalisasi menuntut masyarakat modern untuk mempunyai mobilitas yang tinggi. Mobilitas yang tinggi tersebut 1
21
Embed
Karakteristik Pasien Korban Kecelakaan Lalu Lintas Yang Dirawat Di UGD RSUP Dr
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Karakteristik Pasien Korban Kecelakaan Lalu Lintas yang Dirawat di UGD RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar Periode Juli—Desember 2012
(Dibimbing oleh dr. H. Muh. Ikhsan Madjid, MS. PKK.)
AisyahBagian Ilmu Kesehatan Masyarakat dan Ilmu Kedokteran Komunitas
Fakultas KedokteranUniversitas Hasanuddin
2012-2013
ABSTRAK
Era globalisasi menuntut masyarakat memiliki mobilitas tinggi sehingga mendorong tingginya kepadatan lalu lintas. Begitupun di Kota Makassar sebagai kawasan sentra perdagangan dan industri, berimplikasi sangat rawan terjadinya kecelakaan lalu lintas. Terdapat faktor-faktor penyebab terjadinya kecelakaan yang sebagian besar dapat dicegah, yakni faktor manusia, kendaraan, lingkungan dan jalan.
Tujuan penelitian untuk mengetahui distribusi dari faktor-faktor tersebut, yakni jenis kelamin, umur, jenis kendaraan, peran (posisi) pasien, mekanisme dan waktu kecelakaan. Penelitian ini bersifat deskriptif cross sectional dengan menggunakan teknik consecutive sampling dimana jumlah sampel sebanyak 95 pasien.
Hasil penelitian ini menunjukkan pasien korban kecelakaan lalu lintas paling banyak berjenis kelamin laki-laki (64,2%) dan usia dewasa (51,6%) dengan jumlah terbanyak pada kelompok usia 18—20 tahun (17,9%). Jenis kendaraan terbanyak adalah kendaraan bermotor roda 2 (72,6%), sebagai pengemudi (69,5%) dengan mekanisme tabrakan dari arah depan (30,5%) dan waktu terbanyak pada siang hari (61,1%).
Perlunya kerjasama oleh pihak pemerintah, produsen sepeda motor, para pakar di bidang transportasi, dan tentunya pengguna jalan untuk menurunkan angka kejadian kecelakaan lalu lintas terutama kelompok usia produktif sebagai tulang punggung ekonomi keluarga dan penerus bangsa.
Kata Kunci: Karakteristik, pasien korban kecelakaan lalu lintas
PENDAHULUAN
Era globalisasi menuntut masyarakat
modern untuk mempunyai mobilitas yang tinggi.
Mobilitas yang tinggi tersebut mendorong
terjadi tingginya kepadatan lalu lintas, baik
barang maupun manusia di seluruh dunia.
Melihat perkembangan yang ada dari kepadatan
lalu lintas tersebut, semakin banyak ditemukan
fakta yang menunjukkan bahwa jalan raya justru
menjadi ladang pembunuhan manusia modern.
Kecelakaan lalu lintas merupakan penyebab
terbanyak terjadinya cedera di seluruh dunia.
Cedera sudah menjadi masalah utama kesehatan
masyarakat di seluruh negara dan lebih dari dua
per tiga dialami oleh negara berkembang.
Cedera akibat kecelakaan lalu lintas adalah
penyebab utama kematian dan disabilitas
(ketidakmampuan) secara umum terutama di
negara berkembang. Hal ini membuat
kecelakaan lalu lintas menjadi isu global.1,2,3
Data statistik World Health Organization
(WHO) dan Disability Adjusted Life Years
(DALYs) menunjukkan bahwa kecelakaan lalu
1
lintas pada tahun 1998 menduduki peringkat ke-
9 sebagai penyebab kematian di bawah atau
setara dengan penyakit malaria. Diperkirakan
pada tahun 2020, kecelakaan lalu lintas akan
menjadi penyebab kematian ke-3 tertinggi di
dunia di bawah penyakit jantung koroner dan
depresi berat sedangkan di negara berkembang
menempati urutan ke-2. WHO mencatat bahwa 1
juta orang di seluruh dunia meninggal setiap
tahunnya di jalan raya akibat kecelakaan,
dimana 40% diantaranya berusia 25 tahun.
Sementara itu, jutaan orang lainnya mengalami
luka parah dan cacat fisik akibat kecelakaan.1,2,3
Kinerja keselamatan lalu lintas jalan di
Indonesia dari survei yang dilakukan ADB-
ASEAN berada pada peringkat ke-9 dari 10
negara. Ini menunjukkan bahwa penanganan
masalah keselamatan akibat kecelakaan lalu
lintas jalan di Indonesia berlum banyak
dilakukan. Karena itu, Indonesia harus bekerja
keras dan segera melakukan berbagai program
serta tindakan untuk meningkatkan keselamatan
lalu lintas.4
Di Indonesia, kecelakaan lalu lintas
merupakan salah satu prioritas penanggulangan
penyakit tidak menular berdasarkan Kepmenkes
116/Menkes/SK/VIII/2003. Sebenarnya tata cara
mengenai lalu lintas telah diatur dalam Undang-
Undang No. 14 Tahun 1992 tentang Lalu Lintas
dan Angkutan Jalan, dimana pada padasal 24
ayat 1 disebutkan “untuk keselamatan,
keamanan, ketertiban dan kelancaran lalu lintas
dan angkutan di jalan, setiap orang yang
menggunakan jalan wajib berperilaku tertib
dengan mencegah hal-hal yang dapat
merintangi, membahayakan kebebasan atau
keselamatan lalu lintas,...”.2,4
Sulawesi Selatan sebagai pintu gerbang
Kawasan Timur Indonesia yang juga menjadikan
Makassar sebagai kawasan sentra perdagangan
dan industri, menjadikan tingkat perekonomian
masyarakatnya juga meningkat. Sejalan dengan
hal tersebut lonjakan penduduk pun tak dapat
dielakkan, yang pada akhirnya berimplikasi pada
berbagai masalah kependudukan diantaranya
tingginya kepadatan penduduk serta tingginya
jumlah pengguna jalan raya (pengendara).
Padatnya arus transportasi darat sangat rawan
menyebabkan terjadinya kecelakaan lalu lintas.
Jumlah pelanggaran lalu lintas pada tahun 2009
sebanyak 24.507 kasus. Data yang diperoleh dari
Ditlantas POLDA Sulsel sepanjang tahun 2007
terjadi 572 kasus kecelakaan dengan rincian
korban jiwa yang meninggal 142 orang, luka
berat sebanyak 68 orang, dan luka ringan
sebanyak 613 orang.5,6
Yang dimaksud dengan kecelakaan lalu
lintas berdasarkan ketentuan yang ditetapkan
dalam pasal 93 Peraturan Pemerintah Nomor 43
tahun 1993 ayat 1 adalah:
“Suatu peristiwa dijalan yang tidak
disangka-sangka dan tidak disengaja melibatkan
kendaraan dengan atau tanpa pemakai jalan
lainnya mengakibatkan korban manusia atau
kerugian harta benda”.7,8
Kecelakaan lalu lintas dapat disebabkan
oleh banyak faktor, baik faktor internal maupun
faktor eksternal pengguna kendaraan bermotor.
2
Faktor internal meliputi faktor manusia,
sedangkan faktor eksternal adalah faktor
kendaraan, faktor jalan, dan faktor
lingkungan/cuaca.10
Kecelakaan yang terjadi pada umumnya
tidak hanya disebabkan oleh satu faktor saja,
melainkan hasil interaksi antar faktor lain. Hal-
hal yang tercakup dalam faktor-faktor tersebut
antar lain:7,8
a. Faktor manusia: kondisi fisik (mabuk, lelah,
sakit, jenis kelamin, usia, dsb), kemampuan
mengemudi, penyeberang atau pejalan kaki
yang lengah, mekanisme kecelakaan, dll.
b. Faktor kendaraan: kondisi mesin, rem,
lampu, ban, muatan, dll.
c. Faktor lingkungan jalan: desain jalan
(median, gradien, alinyemen, jenis
permukaan, dsb), kontrol lalu lintas (marka,
rambu, lampu lalu lintas), dll.
d. Faktor cuaca: hujan, kabut, asap, salju, dll.
Banyaknya karakteristik yang berhubungan
dengan kecelakaan lalu lintas dengan terus
bertambahnya jumlah korban KLL sehingga
peneliti ingin mengetahui karakteristik pasien
korban kecelakaaan lalu lintas yang dirawat di
UGD RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo Periode
Juli—Desember 2012. Karakteristik yang diteliti
meliputi jenis kelamin, kelompok umur, jenis
kendaraan, peran (posisi) pasien, mekanisme dan
waktu kecelakaan.
Tujuan umum dari penelitian ini adalah
untuk mengetahui karakteristik pasien korban
kecelakaan lalu lintas. Penelitian yang dilakukan
diharapkan dapat memberikan informasi bagi
bagi setiap kalangan mengenai faktor-faktor
kecelakaan agar ditentukan langkah-langkah
penanggulangan untuk menurunkan jumlah
kecelakaan..
METODE PENELITIAN
Desain Penelitian
Jenis penelitian ini merupakan penelitian
observasional karena melakukan pengamatan
dan analisis terhadap data sekunder melalui
penggunaan rekam medis RSUP Dr. Wahidin
Sudirohusodo sebagai data penelitian. Analisis
dilakukan dengan meneliti karakteristik
kecelakaan lalu lintas yang dirawat di UGD,
baik rawat inap maupun yang bukan. Sedangkan
jika ditinjau dari segi waktu, desain penelitian
ini bersifat deskriptif cross sectional karena
variabel diukur selama periode tertentu.
Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini diadakan di Bagian UGD
Bedah dan Rekam Medik RSUP Dr. Wahidin
Sudirohusodo. Waktu penelitian 17 Desember
2012—23 Februari 2013
Populasi dan Sampel
Populasi penelitian adalah semua penderita
korban KLL yang pernah dirawat di UGD RSUP
Dr. Wahidin Sudirohusodo periode Juli—
Desember 2012. Sampel penelitian adalah
pasien korban KLL pernah yang dirawat di UGD
Bedah terhitung sejak bulan Juli—Desember
2012 dan terdaftar pada buku register dengan
jumlah 95 pasien dengan kriteria sampel pasien
yang tetap hidup setelah pengobatan selesai.
Rumus Slovin:
3 n = N . N.d2 + 1
Diambil dari kepustakaan 11
Petunjuk n= Ukuran sampel
N= Ukuran populasi(1805 pasien)
d = Galat pendugaan (10%)
= 94,75
≈ 95 sampel
Cara Pengambilan Sampel
Teknik pengambilan sampel adalah dengan
menggunakan metode consecutive sampling.
Jenis Data dan Instrumen PenelitianJenis data adalah data sekunder yang
diperoleh dari buku register UGD Bedah dan
bagian rekam medik subjek penelitian dengan
mempergunakan lembar pengisian data.
Pengolahan dan Analisis Data
Pengolahan dilakukan setelah
pencatatan data dari buku register UGD Bedah
dan bagian rekam medik yang dibutuhkan ke
dalam tabel pengisian data dengan menggunakan
program komputer SPSS 17.0 dan Microsoft
Excel untuk memperoleh hasil statistik
deskriptif yang diharapkan. Data yang telah
diolah akan disajikan dalam bentuk table, grafik,
dan naskah untuk menggambarkan karakteristik
pasien.
HASIL PENELITIAN
Tabel 1. Distribusi Pasien Korban Kecelakaan Lalu Lintas Menurut Jenis Kelamin yang Dirawat di UGD RSUP Dr.
Wahidin Sudirohusodo, Periode Juli—Desember 2012
Tabel 2. Distribusi Pasien Korban Kecelakaan Lalu Lintas Menurut Umur yang Dirawat di UGD RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo, Periode Juli—Desember 2012
Tabel 3. Distribusi Rentang Umur pada Kejadian Umur Terbanyak yang Mengalami Kecelakaan Lalulintas dari Pasien yang Dirawat di UGD RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo, Periode Juli—Desember 2012
Tabel 4.Distribusi Pasien Korban Kecelakaan Lalulintas Menurut Kendaraan yang Digunakan Saat Peristiwa Terjadi yang Dirawat di UGD RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo, Periode Juli—Desember 2012
4
n = 1805 . 1805 . 0,12 + 1
Tabel 5. Distribusi Pasien Korban Kecelakaan Lalulintas Menurut Posisi (Peran) Pasien yang Dirawat Di UGD RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo, Periode Juli—Desember 2012
Tabel 6. Distribusi Pasien Korban Kecelakaan Lalulintas Menurut Mekanisme Kecelakaan yang Dirawat di UGD RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo, Periode Juli—Desember 2012
Tabel 7. Distribusi Pasien Korban Kecelakaan Lalulintas Menurut Waktu Terjadinya Kecelakaan yang Dirawat di UGD RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo, Periode Juli—Desember 2012
Tabel 8. Distribusi Jenis Kelamin Menurut Kelompok Usia Pasien Korban Kecelekaan Lalu Lintas yang Dirawat Di UGD RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo, Periode Juli—Desember 2012
5
Tabel 9. Distribusi Jenis Kendaraan yang Digunakan Saat Kecelakaan Menurut Kelompok Usia Pasien Korban Kecelekaan Lalu Lintas yang Dirawat Di UGD RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo, Periode Juli—Desember 2012
Tabel 10. Distribusi Jenis Kendaraan yang Digunakan Saat Kecelakaan Menurut Jenis Kelamin Pasien Korban Kecelekaan Lalu Lintas yang Dirawat Di UGD RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo, Periode Juli—Desember 2012
Tabel 11. Distribusi Peran (Posisi) Pasien Saat Kecelakaan Menurut Kelompok Usia Pasien Korban Kecelekaan Lalu Lintas yang Dirawat Di UGD RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo, Periode Juli—Desember 2012.
Tabel 12. Distribusi Peran (Posisi) Pasien Saat Kecelakaan Menurut Jenis Kelamin Pasien Korban Kecelekaan Lalu Lintas yang Dirawat Di UGD RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo, Periode Juli—Desember 2012.
Tabel 13. Distribusi Waktu Terjadinya Kecelakaan Menurut Kelompok Usia Pasien Korban Kecelekaan Lalu Lintas yang Dirawat Di UGD RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo, Periode Juli—Desember 2012
Tabel 14. Distribusi Waktu Terjadinya Kecelakaan Menurut Jenis Kelamin Pasien Korban Kecelekaan Lalu Lintas yang Dirawat Di UGD RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo, Periode Juli—Desember 2012
6
PEMBAHASAN
Jenis Kelamin
Ditinjau dari jenis kelamin pasien,
didapatkan jumlah pasien korban kecelakaan
lalu lintas lebih banyak terjadi pada laki-laki
(64,2%) dibandingkan pada perempuan (35,8%).
Dan juga, pasien laki-laki mendominasi hampir
semua kelompok usia pasien yang dirawat di
UGD, yakni kelompok anak-anak (4,21%),
remaja (12,63), dewasa (35,79) dan usia tua
(10,53%), kecuali kelompok usia balita (1,05%)
dan manula (0,0%). Selanjutnya pasien laki-laki
mendominasi peran sebagai pengemudi
(52,84%) dimana kelompok jenis kelamin
tersebut juga mendominasi jenis kendaraan
bermotor roda 2 (51,6%), kendaraan bermotor
roda 4 (4,2%), dan tidak berkendara (1,1%).
Kelompok jenis kelamin laki-lakipun juga
mendominasi semua waktu terjadinya
kecelakaan, yakni pagi hari (10,53%), siang hari
(38,95%) dan malam hari (14,74%). Hasil ini
sesuai dengan penelitian Joeharno (2006) di
RSUD Luwuk Kabupaten Banggai Provinsi
Sulawesi Tengah dan Laylia N.A. dan
Susilaningrum D. (2010) dari pengamatan pada
korban kecelakaan lalu lintas di kawasan hukum
Jajaran Polrestabes Surabaya pada tahun 2010
yang menemukan tingginya kejadian kecelakaan
lalu lintas pada laki-laki.3,10 Begitupun hasil
penelitian Metta Kartika (2009) dari data Lakan
Lantas Polres Metro Depok yang didapatkan
kecelakaan paling banyak melibatkan
pengemudi laki-laki dibandingkan perempuan.
Hal ini dikarenakan berdasarkan data
pengendara sepeda motor, pengendara laki-laki
jumlahnya lebih banyak dibandingkan
pengendara motor perempuan dan juga adanya
indikasi bahwa laki-laki cenderung memiliki
perilak ugal-ugalan saat mengemudikan
kendaraan dibandingkan dengan perempuan.
Umur
Dari segi umur, pasien korban kecelakaan
lalu lintas yang paling banyak dirawat di UGD
RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo adalah umur
dewasa (18—40 tahun) sebanyak 51,6%, baik
laki-laki (35,79%) dan perempuan (15,79%)
dengan puncak umur 18—20 tahun (17,9%).
Kemudian selanjutnya yang terbanyak adalah
umur remaja (20,0%) dan usia tua yang tidak
berbeda jauh (18,9%). Berdasarkan peran
(posisi) pasien, kelompok usia dewasa
mendominasi peran sebagai pengemudi
(42,11%), penumpang (4,21%), dan pejalan kaki
(5,26%). Begitupun dengan waktu terjadinya
kecelakaan, kelompok usia dewasa mendominasi
waktu kejadian di pagi (6,32%), siang (27,37),
dan malam hari (16,8%).
Dari tinjauan pustaka, kecelakaan paling
banyak melibatkan pengendara berusia produktif
(15—55 tahun), dimana usia 21—25 tahun
adalah kelompok terbesar penyebab kecelakaan
dibandingkan dengan kelompok usia lainnya,
dan kelompok usia 40 tahun relatif lebih kecil
karena kematangan dan tingkat disiplin yang
lebih baik. Hasil ini sesuai pula dengan
penelitian Agus Aji Samekto (2009)12 dari data
primer di Kota Semarang, dimana korban
kecelakaan terbesar adalah kelompok usia 15,01
7
tahun—21 tahun, kemudian 21,01 tahun—30
tahun yang rata-rata merupakan
pelajar/mahasiswa.4 Penelitian Woro Riyadina,
Suhardi, Meda Permana (2009) dari data
kesehatan masyarakat (Kesmas) dari 33 propinsi
hasil survei Riskesdas tahun 2007 dan
pengamatan di kawasan hukum Jajaran
Polrestabes Surabaya pada tahun 2010 juga
menemukan cedera akibat kecelakaan lalu lintas
mayoritas dialami oleh kelompok umur dewasa
(15-59 tahun) yaitu sebesar 38,8%, begitupun
dengan hasil penelitian Metta Kartika (2009)
dimana kelompok terbanyak adalah usia 22—30
tahun disusul umur 16—21 tahun. Hal ini dapat
dikarenakan kelompok usia tersebut merupakan
kelompok usia produktif yang memiliki
mobilitas tinggi, adapun rentang umur 16—21
tahun dikarenakan mereka merupakan
pengemudi pemula yang masih dalam proses
belajar mengemudi, memiliki tingkat emosi
yang belum stabil serta belum berhati-hati dalam
mengendarai kendaraan. 2,4,10 Adapun menurut
Nazar Moesbar (2007) dari data direktorat lalu
lintas Polda Sumut, diperoleh usia pelaku KLL
umumnya adalah usia remaja dan dewasa yaitu
usia 15—50 tahun yang terbanyak, ini tentu
disebabkan kesibukan atau tingkat mobilitas
golongan usia tersebut di atas tinggi, jumlah
pelaku juga meningkat setiap tahun.13
Menurut Levi dalam Accident Analysis &
Prevention (1990) menyatakan bahwa
pengemudi dengan usia muda akan
meningkatkan resiko untuk mengalami
kecelakaan karena belum dapat mengontrol
emosi dengan baik. Meskipun demikian,
menurutnya usia muda atau tua bukanlah hal
yang terlalu berpengaruh. Hal tersebut terkait
dengan pengalaman dan kemampuan pengemudi
orang yang bersangkutan.4
Selanjutnya urutan kelompok usia ketiga
terakhir yang di rawat adalah kelompok usia
balita dan anak (4,2%) dan jumlah yang paling
sedikit adalah usia manula (1,1%). Hal ini sesuai
dengan penelitian yang dilakukan oleh Metta
Kartika (2009), dimana ditemukan kasus paling
sedikit melibatkan pengendara berumur lebih
dari 60 tahun.4 Namun tidak sesuai dengan
tinjauan pustaka, dimana pada penelitian Savitri
WP dan Indawati R (2012), jumlah korban usia
manula lebih banyak dari usia anak-anak.3
Kendaraan
Ditinjau dari segi kendaraan yang
digunakan saat terjadinya peristiwa kecelakaan,
jumlah terbanyak adalah kendaraan bermotor
roda 2 (71,6%), diikuti oleh tidak berkendara
(18,9%), kemudian kendaraan bermotor roda 4
(7,4%) dan kendaraan tidak bermotor (2,1%).
Adapun berdasarkan kelompok usia, jenis tidak
berkendara didominasi oleh kelompok usia tua
(6,3%), untuk jenis kendaraan tidak bermotor
adalah kelompok usia anak-anak (1,1%), untuk
kendaraan bermotor roda 2 dan roda 4 adalah
kelompok usia dewasa (42,1% dan 4,2%).
Hasil ini sesuai dengan penelitian Firma
Oktaviana (2008) dari data Polda Metro Jaya per
Oktober 2006 dari 4.026 kecelakaan lalu lintas,
81,6% diantaranya dilakukan pengendara motor,
dan juga penelitian Agus Aji Samekto (2009)
8
dimana jumlah korban kecelakaan lalu lintas
terbesar merupakan jumlah korban yang
menggunakan sepeda motor, hal ini sejalan
dengan data lain pada umumnya
pelajar/mahasiswa menggunakan kendaraan
jenis sepeda motor.12,14
Menurut Naza Moesbar (2007) dalam
Pengendara dan Penumpang Sepeda Motor
Terbanyak Mendapat Patah Tulang pada
Kecelakaan Lalu Lintas, dimana menurutnya hal
ini disebabkan sepeda motor dirancang/didesain
kurang mempertimbangkan keselamatan
pengendaranya dan yang dibonceng. Selain itu,
jumlah sepeda motor rata-rata mengalami
kenaikan sekitar 20% per tahun.13
Sesuai pula dengan penelitian Windi Prigita
Savitri dan Rachmah Indawati (2012) di Unit
Laka Lantas Polrestabes Surabaya, kendaraan
bermotor roda 2 adalah kendaraan yang mudah
terganggu keseimbangannya dan tidak
terlindung. Pada umumnya kendaraan bermotor
roda 2 memang paling sering dikendarai oleh
masyarakat meskipun memiliki risiko lebih
tinggi untuk terlibat dalam kecelakaan lalu lintas
daripada kendaraan roda 4.3
Menurut Hisashi Ogawa peneliti WHO
tingginya angka KLL pada pengguna sepeda
motor terutama di negara yang sedang
berkembang disebabkan:13
1. Infrastruktur yang kurang baik
2. Kurangnya disiplin pengguna sepeda motor
dalam berkendaraan, mematuhi peraturan
lalu lintas dan memperhatikan kelayakan atas
kendaraannya (layak jalan)
3. Kurangnya mempergunakan perlengkapan
perlengkapan pengaman diri untuk
kecelakaan/PEE
Menurut WHO tingginya angka kematian
dan kecelakaan akibat pemakaian sepeda motor
terutama di negara Asia sudah merupakan
epidemi kesehatan masyarakat.13
Peran (Posisi) Pasien
Berdasarkan peran (posisi) pasien,
distribusi pasien terbanyak adalah sebagai
penumpang (69,5%), urutan kedua adalah
pejalan kaki (18,9%), dan yang paling sedikit
adalah sebagai penumpang (11,6%).
Hasil tersebut sesuai dengan hasil
penelitian Windi Prigita Savitri dan Rachmah
Indawati (2012) dimana korban kecelakaan lalu
lintas lansia pada tahun 2011 di Kota Surabaya
terbanyak adalah berperan sebagai pengemudi
sebesar 54,2%.3 Begitupun dengan penelitian
Harry Patmadjaja (1997) di jalan Tol PT Jasa
Marga diperoleh faktor utama penyebab
kecelakaan adalah pengemudi. Adapun faktor-
faktor yang mempengaruhi pengemudi adalah
kurang antisipasi, lengah, mengantuk, mabuk,
jarak rapat, ban pecah, selip, rem blong,
kerusakan mesin, kendaraan berhienti dan
adanya penyeberang.15
Mekanisme Kecelakaan
Berdasarkan mekanisme kecelakaan, kasus
terbanyak dari hasil penelitian ini adalah
tabrakan dari arah depan (30,5%) yang tidak
berbeda jauh dengan tabrakan dari arah samping
(27,4%). Hasil ini sesuai dengan pengamatan
9
korban kecelakaan lalu lintas di kawasan hukum
Jajaran Polrestabes Surabaya pada tahun 2010,
dimana sebagian besar korban kecelakaan lalu
lintas tersebut mengalami kecelakaan tabrak
depan, berkebalikan dengan penelitian Windi
Prigita Savitri dan Rachmah Indawati (2012)
dalam Tipe Kecelakaan Lalu Lintas yang Terjadi
di Kota Surabaya 2011 yang terbanyak adalah
tabrak samping, kemudian tabrak depan.10,3
Mekanismenya yakni tabrak samping dan depan
sering terjadi pada persimpangan dan menyalip.
Pada saat di persimpangan pengemudi
cenderung tidak mengalah kepada pengendara
lainnya sehingga ketika kendaraan berlaju sama-
sama kencang maka akan terjadi kecelakaan.
Pada saat menyalip membutuhkan pengambilan
keputusan yang cepat karena kendaran dari arah
sebaliknya akan melaju mengarah kepada
kendaraan yang menyalip.10
Waktu Terjadinya Kecelakaan
Dari data distribusi menurut waktu
terjaidnya kecelakaan, kasus kecelakaan lalu
lintas yang terbanyak dialami pasien yang
dirawat di UGD adalah waktu 13.00—20.59
(61,1%) disusul oleh jam 21.00—05.59 (20,0%)
yang tidak berbeda jauh dengan jam 06.00—
12.59 (18,9%). Hasil ini sesuai dengan
penelitian Metta Kartika (2009), dengan hasil
kecelakaan paling banyak terjadi adalah pada
jam 13.00—16.59, hal ini dikarenakan jam
tersebut volume lalulintas cenderung padat dan
berakhirnya aktivitas pendidikan dan
perkantoran, artinya kecelakaan yang terjadi
pada jam tersebut banyak dialami oleh pelajar
dan dewasa yang sesuai dengan hasil kategori
umur yang dijelaskan di atas, kemudian diikuti
pada jam 21.00—00.59, kejadian tersebut
berhubungan dengan aktivitas perbelanjaan.
Selain itu, faktor ketajaman penglihatan juga
memegang pengaruh yang sangat besar, melihat
jam tersebut cahaya dijalanan sudah mulai gelap,
terutama di jalanan yang tidak memiliki lampu
jalan. Kecelakaan yang banyak terjadi pada jam
05.00—08.59 dan 17.00—20.59 disebabkan jam
tersebut merupakan waktu pergi dan pulang dari
dan ke tempat kerja serta dimulai dan
diakhirinya kegiatan usaha yang juga bersamaan
dengan mobilitas pekerja. Tingkat kecelakaan
pada jam 17.00—20.59 lebih tinggi daripada
jam 05.00—08.59, hal ini dapat dikarenakan jam
tersebut merupakan berakhirnya aktivitas
perkantoran, dimana orang-rang yang bekerja
pulang menuju rumah dalam kondisi fisik yang
letih setelah seharian bekerja. Sedangkan
kecelakaan pada jam 05.00—08.59 disebabkan
karena kecenderungan pengemudi yang ingin
segera sampai ke tempat tujuan untuk segera
memulai aktivitasnya pada hari itu sehingga
memacu kecepatan kendaraannya lebih tinggi.
Sikap buru-buru seperti ini dapat memicu
kecelakaan lalu lintas. Pada jam 01.00—04.59
walaupun merupakan jam istirahat/tidur, namun
waktu tersebut merupakan waktu kembalinya
orang-orang dari kegiatan hiburan maupun kerja
lembur dimana kondisi fisik sudah lelah atau
bisa jadi mereka yang baru saja pulang dari
kegiatan hiburan masih berada dalam pengaruh
10
alkoholsehingga berisiko untuk terjadinya
kecelakaan.4
Walaupun demikian, hasil ini berbeda
dengan hasil penelitian Windi Prigita Savitri dan
Rachmah Indawati (2012) menemukan jumlah
korban kecelakaan lalu lintas terbanyak terjadi
pada waktu 06.00-12.59, dengan rata-rata 12.20
—12.25 yang masih tergolong waktu berangkat
kerja. Berdasarkan hasil penelitian, sebagian
besar waktu kecelakaan terlihat saat pagi hari
dimana orang mulai keluar rumah untuk
melakukan aktivitas atau berangkat bekerja. Dan
waktu siang jumlah kecelakaan lalu lintas lebih
sedikit dibandingkan pagi hari. Sedangkan pada
waktu istirahat di malam hari jumlah kecelakaan
lalu lintas cenderung semakin menurun. Hal ini
karena sebagian besar orang mengakhiri
aktivitasnya pada waktu petang hari.3 Sejalan
dengan penelitian yang dilakukan oleh Suganda
(1986) bahwa waktu kecelakaan lalu lintas
terbanyak adalah pada pukul 07.00-12.00 WIB.
Pada umumnya kecelakaan lalu lintas dapat
terjadi pada waktu istirahat karena pengemudi
mengantuk dan cenderung mengendarai
kendaraannya lebih cepat karena suasana jalan
raya sepi sehingga akibatnya bisa jauh lebih fatal
pada korban lansia apabila terjadi kecelakaan.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
1. Pasien korban kecelakaan lalulintas lebih
banyak ditemukan pada laki-laki daripada
perempuan dengan persentase sebesar
64,2%.
2. Pasien korban kecelakaan lalulintas paling
banyak ditemukan pada kelompok usia
dewasa (18—40 tahun) yaitu sebesar
51,6%, dimana usia < 20 tahun merupakan
kasus terbanyak (17,9%).
3. Pasien korban kecelakaan lalulintas paling
banyak menggunakan kendaraan bermotor
roda 2, yaitu sebesar 72,6%.
4. Pasien korban kecelakaan lalulintas lebih
sering berperan sebagai pengemudi
(69,5%).
5. Pasien korban kecelakaan lalulintas lebih
banyak yang mengalami mekanisme
bertabrakan dari arah yang berlawanan (dari
depan) yaitu sebesar 30,5%.
6. Pasien korban kecelakaan lalulintas paling
banyak mengalami peristiwa kecelakaan
pada siang hari (61,1%).
Saran
Perlunya kerjasama oleh pihak pemerintah,
produsen sepeda motor, para pakar di bidang
transportasi, untuk menurunkan angka kejadian
kecelakaan lalu lintas. Selain itu, sebaiknya para
pengguna jalan semakin memperbaiki tingkah
laku, kesopanan dan memakai perlengkapan
pengaman diri untuk kecelakaan/Personal
Protective Equipment (PEE) terutama dari
golongan remaja dan dewasa. Karena kelompok
usia tersebut adalah harapan atau tulang
11
punggung ekonomi keluarga dan juga
merupakan penerus bangsa.
DAFTAR PUSTAKA
1. Suryo R. Rancangan Buku Visual Panduan Safety Driving yang Sesuai bagi Remaja. Available from digilib.its.ac.id/public.pdf. Last update in 2009. Accesed on January 06, 2013.
2. Riyadina W, Suhardi, Permana M. Pola dan Determinan Sosiodemografi Cedera Akibat Kecelakaan Lalu Lintas di Indonesia. Maj Kedokt Indon, Volum: 59, Nomor: 10, October, 2009. Available from Jurnal.pdii.lipi.go.id/admin/jurnal.pdf. Accesed on January 06, 2013.
3. Savitri WP, Indawati R. Estimasi Resiko pada Lanjut Usia yang Mengalami Kecelakaan Lalu Lintas di Kota Surabaya. Avalaible from Journal.unair.ac.id/filerPDF. Last update on Juny 2012. Accesed on January 06, 2013.
4. Hamid F. Tingkat Pengetahuan Pekerja PT. X yang Mengemudikan Mobil tentang Safety Driving dalam Upaya Mencegah Kecelakaan di Jalan Raya. Available from lontar.ui.ac.id.pdf. Last update in: 2008. Accesed on January 06, 2013.
5. Seksi Integrasi Pengolahan dan Diseminasi Statistik. Jumlah Kecelakaan Lalulintas dan Korban Jiwa, Kerugian Materi Menurut Bulan di Kota Makassar. Dalam: Makassar dalam Angka 2010. Katalog BPS: 1102001.7371. Makssar: Badan Pusat Statistik Kota Makassar; 2010. Hal: 204.
6. Azikin ANT. Kontribusi Lintas Sektor. Dalam: Profil Kesehatan Kota Makassar Tahun 2007. Makassar: Pemerintah Kota Makassar; 2008. Hal. 70.
7. Sadar S. Kecelakaan Lalu Lintas. Available from eprints.undip.ac.id.pdf. Last update in 2007. Accesed on January 06, 2013.
8. Dwiyogo P. Pengidentifikasian Daerah Rawan Kecelakaan (Blackspot). Available from eprints.undip.ac.id.pdf. Last update in 2006. Accesed on January 06, 2013.
9. Dinas Kesehatan Jateng. Profil Kesehatan 2011. Available from www.dinkesjatengprov.go.id.pdf. Last update in 2011. Accesed on January 06, 2013.
10. Afidah LN, Susilaningrum D. Pola Tingkat Keparahan Korban Kecelakaan Lalu Lintas Dengan Menggunakan Regresi Logistik Multinomial (Studi Kasus: Kecelakaan Lalu Lintas di Surabaya). Available from: [email protected]. Last update in 2010. Accesed on Fabruary 10, 2013.
12. Samekto AA. Studi Tentang Karakteristik Korban Kecelakaan Lalu Lintas di Kota Semarang. Available from: isjd.pdii.lipi.go.id/admin/jurnal/72097897. pdf . Last update in 2009. Accesed on February 10, 2013.
13. Moesbar N. Pengendara dan Penumpang Sepeda Motor Terbanyak Mendapat Patah Tulang. Available from: www.usu.ac.id/id.pdf. Last update in 2007. Accesed on February 10, 2013.
14. Oktaviana F. Pola Cedera Kecelakaan Lalu Lintas pada Kendaraan Bermotor Roda 2 Menurut Data Rekam Medis RSUPN Cipto Mangunkusumo Tahun 2003—2007. Available from: www.lontar.ui.ac.id/filecidera-
Pendahuluan.pdf. Last update in 2008. Accesed on February 10, 2013.
15. Patmadjaja H. Mencari Penyebab Kecelakaan di Jalan Tol Surabaya-Gempol dengan Analisa Frekuensi dan Cross Tabulation.Available from www. puslit.petra.ac.id/files/pdf . Last update in 1997. Accesed on February 10, 2013.