Top Banner
Karakteristik Magnetik Sedimen Sungai Citarum, sebagai Studi Awal Kajian Kemagnetan Lingkungan Di Sungai Citarum, Bandung Jawa Barat Sudarningsih *1 , Satria Bijaksana 2 1 Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Lambung Mangkurat Jalan Bigjen Hasan Basri, Banjarmasin, Indonesia 2 Fakultas Teknik Pertambangan dan Perminyakan, Institut Teknologi Bandung Jalan Ganesha 10, Bandung 40132, Indonesia Email: [email protected] Abstrak. Metode kemagnetan dan interpretasinya telah berhasil mendeteksi dan memetakan pencemaran pada beberapa lingkungan yang berbeda, termasuk daerah sungai. Metode ini lebih cepat dan praktis dibandingkan metode kimia yang biasa digunakan untuk pemantauan status pencemaran. Mengetahui hal ini, menarik untuk diteliti apakah sifat kemagnetan pada sedimen sungai Citarum dapat menjadi indikator perkiraan pencemaran logam berat, mengingat Sungai Citarum sebagai pasokan air utama bagi jutaan orang, sudah tercemar berat di beberapa daerah aliran sungai (DAS). Pada studi kali ini, diteliti empat sampel yang diambil pada daerah Sungai Citarum Hulu (sebelum Waduk Saguling) yang dikarakterisasi berdasarkan suseptibilitas dan magnetisasi remanennya. Suseptibilitas diukur dalam fungsi frekuensi dan temperatur. Magnetisasi remanen didapat dari pengukuran Anhysteretic Remanent Magnetization (ARM) dan Isothermal Remanent Magnetization (ARM). Terdapat perbedaan karakter magnetik yang mencolok antara sampel yang diambil pada bagian hulu atas dan hulu bawah. Suseptibilitas memiliki kisaran nilai dari 1127,3 x 10⁻⁸mkg¹ (Balekambang) hingga 432,43 x 10⁻⁸mkg¹ (Nanjung). Intesitas IRM saat saturasi (SIRM) memiliki kisaran nilai dari 0,082478 Am²kg¹ (Balekambang) hingga 0.030644 Am²kg¹ (Nanjung). Nilai suseptibilitas dan intensitas SIRM sampel sedimen hulu atas jauh lebih besar daripada hulu bawah. Hasil pengukuran thermomagnetic bahwa sampel Balekambang memiliki mineral magnetit dengan temperatur Curie sekitar 550 o C, sedangkan hasil thermomagnetic ketiga sampel lainnya tidak dapat memisahkan karakter magnetik sampel dengan baik. Walaupun begitu, kurva saturasi magnetik IRM, yang menunjukan keempat sampel mengalami saturasi magnetik pada pemberian medan 300 mT, mengindikasikan bahwa terdapat mineral magnetit pada keempat sampel. Persentase frekuensi dependen, dengan kisaran nilai 2,49 (Balekambang) hingga 3,91 (Dayeuhkolot), dan hasil kurva peluruhan intensitas ARM menunjukkan spektrum ukuran bulir mineral magnetik bertambah luas dari hulu atas (superparamagnetik berukuran sekitar 30 nm hingga multidomain berukuran 11 μm) ke hulu bawah (superparamagnetik berukuran sekitar 30 nm hingga multidomain berukuran 20 μm). Pada umumnya, nilai parameter magnetik bertambah seiring dengan bertambahnya beban polutan tetapi tidak pada kasus ini. Di daerah antara
8

Karakteristik Magnetik Sedimen Sungai Citarum, sebagai ...eprints.ulm.ac.id/6359/1/12-NING.pdf · sampel mengalami saturasi magnetik pada pemberian medan 300 mT, mengindikasikan bahwa

Sep 20, 2019

Download

Documents

dariahiddleston
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: Karakteristik Magnetik Sedimen Sungai Citarum, sebagai ...eprints.ulm.ac.id/6359/1/12-NING.pdf · sampel mengalami saturasi magnetik pada pemberian medan 300 mT, mengindikasikan bahwa

Karakteristik Magnetik Sedimen Sungai Citarum, sebagai Studi Awal Kajian Kemagnetan Lingkungan Di Sungai Citarum, Bandung Jawa Barat

Sudarningsih*1, Satria Bijaksana2

1Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Lambung Mangkurat Jalan Bigjen Hasan Basri, Banjarmasin, Indonesia 2Fakultas Teknik Pertambangan dan Perminyakan, Institut Teknologi Bandung Jalan Ganesha 10, Bandung 40132, Indonesia

Email: [email protected]

Abstrak. Metode kemagnetan dan interpretasinya telah berhasil mendeteksi dan memetakan pencemaran pada beberapa lingkungan yang berbeda, termasuk daerah sungai. Metode ini lebih cepat dan praktis dibandingkan metode kimia yang biasa digunakan untuk pemantauan status pencemaran. Mengetahui hal ini, menarik untuk diteliti apakah sifat kemagnetan pada sedimen sungai Citarum dapat menjadi indikator perkiraan pencemaran logam berat, mengingat Sungai Citarum sebagai pasokan air utama bagi jutaan orang, sudah tercemar berat di beberapa daerah aliran sungai (DAS). Pada studi kali ini, diteliti empat sampel yang diambil pada daerah Sungai Citarum Hulu (sebelum Waduk Saguling) yang dikarakterisasi berdasarkan suseptibilitas dan magnetisasi remanennya. Suseptibilitas diukur dalam fungsi frekuensi dan temperatur. Magnetisasi remanen didapat dari pengukuran Anhysteretic Remanent Magnetization (ARM) dan Isothermal Remanent Magnetization (ARM). Terdapat perbedaan karakter magnetik yang mencolok antara sampel yang diambil pada bagian hulu atas dan hulu bawah. Suseptibilitas memiliki kisaran nilai dari 1127,3 x 10⁻⁸mᶟ kg⁻¹ (Balekambang) hingga 432,43 x 10⁻⁸mᶟ kg⁻¹ (Nanjung). Intesitas IRM saat saturasi (SIRM) memiliki kisaran nilai dari 0,082478 Am²kg⁻¹ (Balekambang) hingga 0.030644 Am²kg⁻¹ (Nanjung). Nilai suseptibilitas dan intensitas SIRM sampel sedimen hulu atas jauh lebih besar daripada hulu bawah. Hasil pengukuran thermomagnetic bahwa sampel Balekambang memiliki mineral magnetit dengan temperatur Curie sekitar 550oC, sedangkan hasil thermomagnetic ketiga sampel lainnya tidak dapat memisahkan karakter magnetik sampel dengan baik. Walaupun begitu, kurva saturasi magnetik IRM, yang menunjukan keempat sampel mengalami saturasi magnetik pada pemberian medan 300 mT, mengindikasikan bahwa terdapat mineral magnetit pada keempat sampel. Persentase frekuensi dependen, dengan kisaran nilai 2,49 (Balekambang) hingga 3,91 (Dayeuhkolot), dan hasil kurva peluruhan intensitas ARM menunjukkan spektrum ukuran bulir mineral magnetik bertambah luas dari hulu atas (superparamagnetik berukuran sekitar 30 nm hingga multidomain berukuran 11 µm) ke hulu bawah (superparamagnetik berukuran sekitar 30 nm hingga multidomain berukuran 20 µm). Pada umumnya, nilai parameter magnetik bertambah seiring dengan bertambahnya beban polutan tetapi tidak pada kasus ini. Di daerah antara

Page 2: Karakteristik Magnetik Sedimen Sungai Citarum, sebagai ...eprints.ulm.ac.id/6359/1/12-NING.pdf · sampel mengalami saturasi magnetik pada pemberian medan 300 mT, mengindikasikan bahwa

Balekambang dan Dayeuhkolot terjadi penurunan drastis nilai parameter magnetik, yang diduga akibat aktivitas penambangan pasir sekitar Citarum. Di samping itu, pengaruh sedimen dari beragam anak sungai dengan sifat yang berbeda-beda dapat menyebabkan fluktuasi nilai parameter magnetik di sepanjang sungai, sehingga pada penelitian ini, karakter magnetik masih sulit digunakan sebagai indikator proksi pencemaran logam berat. Untuk itu, pada studi lanjutan, ada beberapa hal yang harus dianalisis lebih jauh agar mendapat hasil yang lebih baik.

Kata kunci : magnetik, pencemaran logam berat, Citarum Hulu.

1. Pendahuluan

Pencemaran lingkungan hidup menurut UU Republik Indonesia No 23 tahun 1997

tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup, yang dimaksud dengan pencemaran lingkungan

hidup yaitu; masuknya atau dimasukkannya mahluk hidup, zat, energi dan atau komponen

lain ke dalam lingkungan hidup, oleh kegiatan manusia sehingga kualitasnya turun sampai ke

tingkat tertentu yang menyebabkan lingkungan hidup tidak dapat berfungsi sesuai dengan

peruntukkannya. Sesuatu benda dapat dikatakan pencemar bila kadarnya melebihi batas

normal dan/atau berada pada tempat dan waktu yang tidak tepat. Pencemar dapat berupa

debu, bahan kimia, suara, panas, radiasi, makhluk hidup, zat-zat yang dihasilkan makhluk

hidup dan sebagainya. Dalam laporan ini, pencemaran air akibat logam berat menjadi fokus

yang diteliti.

Studi tentang parameter magnetik dan interpretasinya terhadap pencemaran telah

dilakukan pada beberapa lingkungan yang berbeda, termasuk tanah, sedimen dan vegetasi

sejak 1980-an. Korelasi yang kuat antara parameter magnetik dan logam berat menunjukkan

bahwa penggunaan pengukuran magnetik sebagai pengukuran proksi kandungan logam berat

dapat diterima asalkan suseptibilitas magnetik melebihi nilai tertentu (Bijaksana dan

Huliselan, 2010). Beberapa tahun terakhir, sungai di berbagai negara telah diteliti sifat

kemagnetan sedimennya dan hubungan mereka dengan logam berat untuk menilai beban

polutan yang diterima (Chaparro et al., 2013). Metode ini praktis dan berguna untuk

mendeteksi dan memetakan polusi di dalam dan sekitar yang kota-kota industri modern

(Zhang et al., 2011).

Page 3: Karakteristik Magnetik Sedimen Sungai Citarum, sebagai ...eprints.ulm.ac.id/6359/1/12-NING.pdf · sampel mengalami saturasi magnetik pada pemberian medan 300 mT, mengindikasikan bahwa

2. Metode Penelitian

Dalam penelitian ini, sampel uji merupakan sampel yang diambil di sepanjang Sungai

Citarum pada bulan November 2014 di titik tertentu yaitu ; Balekambang (hulu atas),

Dayeuhkolot, Kopo dan Nanjung (hulu bawah) seperti pada Lampiran B. Kemudian,

pengujian sampel dilakukan di Laboratorium Rock Magnetism, Institut Teknologi Bandung.

Gambar 1. Peta pengambilan sampel di lokasi penelitian

Sampel yang telah diperoleh berupa sedimen dan air yang dimasukkan ke dalam suatu

jirigen. Sampel kemudian dibiarkan mengendap beberapa hari. Setelah itu, dipisahkan antara

sedimen dan air untuk mendapatkan sampel kering.. Sebagian sampel kering dimasukkan di

dalam holder silinder plastik berdiameter 2.54 cm dan tinggi 2.2 cm seperti pada Gambar 2.

Setelah itu, ditimbang massa holder sebagai input pengukuran suseptibilitas berbasis massa.

Pengukuran ini dilakukan menggunakan magnetic susceptibility meter MS2 (Bartington

Instruments Ltd.) yang dihubungkan dengan MS2B dual frequency sensor (0.47 dan 4.7 kHz)

dan didukung software Multisus 2. Sampel yang digunakan adalah sampel yang sebelumnya

G.

Page 4: Karakteristik Magnetik Sedimen Sungai Citarum, sebagai ...eprints.ulm.ac.id/6359/1/12-NING.pdf · sampel mengalami saturasi magnetik pada pemberian medan 300 mT, mengindikasikan bahwa

telah diukur suseptibilitasnya terhadap frekuensi. Alat yang digunakan pada pengukuran ini

adalah alternating field (AF) shielded demagnetizer dan Molspin/Minispin. Sampel

didemagnetisasi dengan medan sebesar 80 mT. Kemudian, sampel diberi medan magnetik

searah 2.5 mT dan medan magnetik bolak-balik 70 mT. Setelah itu, sampel didemagnetisasi

hingga 50 mT dengan interval kenaikan 5 mT. Intensitas diukur pada awal dan setiap

kenaikan demagnetisasi sehingga diperoleh kurva peluruhan ARM.

Sampel uji ditempatkan dalam tabung kaca seperti pada Gambar 2. Sampel dipanaskan

hingga suhu 700oC lalu didinginkan hingga suhu 60oC. Pengukuran ini dilakukan

menggunakan magnetic susceptibility meter MS2 (Bartington Instruments Ltd.) yang

dihubungkan dengan MS2WFP sensor. Pengukuran ini didukung software Geolabsoft.

Sampel yang digunakan adalah sampel yang sebelumnya telah diukur suseptibilitasnya

terhadap frekuensi dan diuji ARM. Alat yang digunakan pada pengukuran ini adalah Molspin/

Minispin dan kumparan elektromagnetik. Sampel diberi medan magnetik yang besarnya

bergantung pada arus listrik. Arus yang diberikan mulai dari 0.49 A sampai 13.13 A. Intensitas

diukur pada awal dan setiap penambahan arus sehingga diperoleh kurva saturasi IRM.

Gambar.2 Sampel dalam holder plastik; (bawah) Sampel dalam holder kaca

Page 5: Karakteristik Magnetik Sedimen Sungai Citarum, sebagai ...eprints.ulm.ac.id/6359/1/12-NING.pdf · sampel mengalami saturasi magnetik pada pemberian medan 300 mT, mengindikasikan bahwa

3. Hasil dan Pembahasan

Nilai χ keempat sampel termasuk tinggi jika dibandingkan dengan sampel sungai di

sungai lainnya, seperti Ponnaiyar di India, dengan kisaran 6.8 - 265 x 10⁻⁸mᶟ kg⁻¹ (Chaparro

et al., 2013) dan Lianshui di China, dengan kisaran 200 – 660 x 10⁻⁸mᶟ kg⁻¹ di daerah yang

tercemar berat (Zhang et al., 2011). Nilai χ sangat tinggi di hulu atas, dimana daerahnya

dianggap belum tercemar, menunjukkan bahwa besar nilai χ lingkungan tersebut sudah tinggi.

Kemudian dilihat dari χFD%nya, jenis bulir keempat sampel adalah campuran bulir

superparamagnetik dan nonsuperparamagnetik.

Table 1. Nilai χLF, χHF , and χFD sampel sedimen sungai Citarum

Gambar 3 menunjukkan kurva thermomagnetic pemanasan dan pendinginan sampel

sedimen SUngai Citarum, yang terlihat berbeda polanya. Hal ini terjadi pada semua sampel.

Pada kurva pemanasan sampel Balekambang, sedikit penurunan terjadi pada suhu sekitar

550oC, yang menunjukkan keberadaan mineral magnetit. Sedangkan, kurva pemanasan ketiga

sampel lainnya, menunjukkan nilai yang relatif konstan.

Gambar 4 menunujukkan kurva peluruhan ARM, yang mana pada gamber tersebut

Sampel Kopo menunjukkan sedikit bump pada medan 20 mT yang tidak terjadi pada sampel

lainnya. Hal ini diduga disebabkan pembacaan Molspin saat medan 20 mT kurang sempurna

sehingga menyebabkan outlier tersebut. Pada keempat sampel, ukuran bulir berkisar antara

11-20 µm dan mengindikasikan bahwa bulir multidomain. Dari hasil suseptibilitas berbasis

Nama SampelχLF χHF

χFD % Jenis Bulir(x 10⁻⁸mᶟ kg⁻¹) (x 10⁻⁸mᶟ kg⁻¹)

Bale Kambang 1127.3 1049.2 2.49Campuran bulir SP dan non SP (kasar)

Dayeuhkolot 473.5 420.4 3.91Campuran bulir SP dan non SP (kasar)

Kopo 466.6 452.7 2.98Campuran bulir SP dan non SP (kasar)

Nanjung 393.2 380.8 3.15Campuran bulir SP dan non SP (kasar)

Page 6: Karakteristik Magnetik Sedimen Sungai Citarum, sebagai ...eprints.ulm.ac.id/6359/1/12-NING.pdf · sampel mengalami saturasi magnetik pada pemberian medan 300 mT, mengindikasikan bahwa

frekuensi, keempat sampel memiliki variasi bulir superparamagnetik (<30 nm) hingga

multidomain (20 µm). Hal ini menunjukkan bahwa keempat sampel memiliki butir halus

hingga kasar. Ukuran bulir mineral bertambah dari daerah hulu atas ke hulu bawah. Ini

menunjukkan bahwa semakin ke arah hulu bawah, variasi butir semakin besar.

�Gambar 4. Kurva peluruhan ARM

Nor

mal

ized

AR

M In

tens

ity

0

0.25

0.5

0.75

1

Applied AF Demagnetizing (mT)0 15 30 45 60

BKDKKPNJ

a

Suse

ptib

ilit

as (

K)

053

105158210

Temperatur (oC)

0 94 188 281 375 469 563 656 750

c

Suse

ptib

ilit

as (

K)0

53105158210

Temperatur (oC)

0 94 188 281 375 469 563 656 750

b

Suse

ptib

ilit

as (

K)

053

105158210

Temperatur (oC)

0 94 188 281 375 469 563 656 750

d

Suse

ptib

ilit

as (

K)

053

105158210

Temperatur (oC)

0 94 188 281 375 469 563 656 750

Gambar 3. Kurva thermomagnetic semua sampel (a. Balekambang; b. Dayeuhkolot; c. Kopo; d. Nanjung)

Page 7: Karakteristik Magnetik Sedimen Sungai Citarum, sebagai ...eprints.ulm.ac.id/6359/1/12-NING.pdf · sampel mengalami saturasi magnetik pada pemberian medan 300 mT, mengindikasikan bahwa

Table 2. Ukuran Bulir dan Domain Berdasarkan Kurva Standar (Dunlop dan Ozdemir, 1997)

MDFARM : Nilai rata-rata median destructive field pada ARM

Gambar 5 menunjukkan kurva saturasi IRM. Nilai saturasi IRM berkisar antara sekitar

300 mT yang menunjukkan adanya mineral magnetit (Butler, 1982). Nilai intensitas IRM saat

tersaturasi (SIRM) dan persentase kandungan magnetit dapat dilihat pada Tabel 3.

Gambar 5 Kurva saturasi IRM (BK : Balekambang, KP : Kopo, DK : Dayeuhkolot, NJ : Nanjung)

Tabel 3. Nilai Intensitas IRM saat Saturasi dan Persentase Mineral Magnetitnya

Nama SampelMDFARM Ukuran Bulir Mineral Magnetik

Domain(mT) (µm)

Balekambang 11.5 11 Multi Domain

Dayeuhkolot 11 13 Multi Domain

Kopo 11 13 Multi Domain

Nanjung 10 20 Multi Domain

Nor

mal

ized

IRM

In

tens

ity

0.00

0.25

0.50

0.75

1.00

Applied Field (mT)

0 250 500 750 1000

BKDKKPNJ

Nama Sampel SIRM Konsentrasi Magnetit

(Am²kg⁻¹) %

Balekambang 0.082478 0.091642

Dayeuhkolot 0.033378 0.037086

Kopo 0.031828 0.035364

Nanjung 0.026725 0.029694

Page 8: Karakteristik Magnetik Sedimen Sungai Citarum, sebagai ...eprints.ulm.ac.id/6359/1/12-NING.pdf · sampel mengalami saturasi magnetik pada pemberian medan 300 mT, mengindikasikan bahwa

Kesimpulan 1. Terdapat penurun nilai suseptibilitas magnetik sampel hulu dan hilir dengan mineral

magnetik dominan adalah magnetit

2. Kegiatan penambangan pasir menyebabkan konsentrasi mineral magnetik bersuseptibilitas

tinggi menurun drastis.

3. Anak-anak sungai Citarum menjadi faktor penyumbang sedimen dengan karakteristik

berbeda dari setiap masing-masingnya sehingga parameter magnetik akumulasi sedimen

berubah di sepanjang sungai.

Daftar Pustaka Bijaksana, S., Huliselan, E.K., 2010, Magnetic properties and heavy metal content of sanitary

leachate sludge in two landfill sites near Bandung, Indonesia. Environmental Earth

Science 60, pp. 409-419.

Buttler, R.F. 2004. Palaeomagnetism : Magnetic Domains to Geologic Terranes. Department

of Chemistry and Physics University of Portland, Oregon.

Citarum Basin Status Map 2011 diambil dari www.citarum.org

Chaparro, A.E.M. (Marcos), Suresh, G., Chaparro, A.E.M. (Mauro), Ramasamy, V., Sinito,

A.M., 2013, Magnetic studies and elemental analysis of river sediments : a case study

from the Ponnaiyar River (Southeastern India). Environ Earth Sci 70 , pp. 201-213

Dunlop, D.J., Özdemir, Ö, 1997, Rock Magnetism: Fundamentals and Frontiers. Cambridge

University Press, Cambridge, UK.

Zhang, C., Qiao, Q., Piper, J.D.A., Huang, B., 2011, Assessment of heavy metal pollution

from a Fe-smelting plant in urban river sediments using environmental magnetic and

geochemical methods. Environmental Pollution 159 (10), pp. 3057-3070