Top Banner
Analisis Indeks Performasi ................ (Achmad Hasan) 29 KARAKTERISTIK INDEKS KINERJA PEMBANGKIT PLTU DI INDUSTRI PENYEDIA ENERGI Characteristics of Steam Power Plant (PLTU) Performance Index in Industrial Energy Provider Achmad Hasan Pusat Teknologi Konversi dan Konservasi Energi Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi e-mail: [email protected] ; [email protected] Abstract PT. PLN as the major power plant operator in Indonesia has to maintain their generating plant quality and productivity. Black-outs that occasionally happen are suspected due limited generating capacity, or outages for repairing. Performance audit helps profiling actual plant performance, as a basis for improvement. In this paper the performance of some Coal Power Plant (CPP) of PT. PLN is analyzed. Performance indices such as Capacity Factor (CF), and Operational Availability Factor (OAF) are used for analysis. Observation on 4 units CPP, benchmarked by NERC standard, shows that all have good CF, except Unit 2 that was under repowering. However, only 2 units of CPP that show acceptable level of OAF, while the other are significantly low. The performance indices analysis showed that there are only 2 units of CPP under observation in normal operation, while other units need attention for plant improvement to bring back the normal power capacity. Key words: PLTU, plant, performance index, NERC Abstrak PT. PLN sebagai operator pembangkit listrik utama di Indonesia, selalu berupaya untuk meningkatkan efisiensi produksi dengan melakukan penurunan biaya operasi tetapi tetap menghasilkan kualitas produksi yang baik. Namun demikian pemadaman yang terjadi di beberapa daerah di Indonesia, diduga terutama disebabkan terbatasnya daya mampu pembangkit dan kerusakan yang terjadi di beberapa pembangkit. Audit kinerja operasional pembangkit listrik dapat memberikan gambaran kondisi yang sebenarnya dari pusat-pusat pembangkit PLN, sebagai dasar dalam menentukan langkah-langkah perbaikan ke depan untuk kepentingan PLN. Makalah ini membahas kinerja beberapa PLTU milik PT. PLN. Dalam analisa kinerja tersebut digunakan beberapa indek antara lain faktor kapasitas (CF), faktor ketersediaan operasi (OAF), pemakain spesifik bahan bakar (SFC), dan melakukan benchmarking terhadap standar North America Electricity Reliability Council (NERC). Observasi dilakukan terhadap 4(empat) unit PLTU untuk menilai indeks kinerjanya. Hasil yang diperoleh menunjukkan hasil yang berbeda antara PLTU yang diobservasi. Untuk CF, hampir seluruh unit PLTU yang diobservasi memiliki CF diatas standar NERC kecuali PLTU-2 yang sedang menjalani shutdown untuk repowering, namun dalam OAF, terdapat dua unit PLTU yang menunjukkan penurunan yang signifikan. Dari analisa yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa dari 4 unit PLTU yang diobservasi, berdasarkan indeks performansinya, 2 unit bekerja normal, dan 2 unit perlu perhatian dalam hal kondisi operasional komponen PLTU tersebut. (North American Electric Reliability Corporation). Kata kunci: PLTU, pembangkit, indeks performansi, NERC 1. PENDAHULUAN Perusahaan Listrik Negara (PLN) sekarang ini telah mengoperasikan beberapa pembangkit dari berbagai jenis energi primer, seperti Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU), Pembangkit Listrik Tenaga Gas (PLTG), Pembangkit Listrik Tenaga Gas Uap (PLTGU), Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA), Pembangkit Listrik Tenaga Diesel (PLTD), dan Pembangkit Listrik Tenaga Panasbumi (PLTP) mulai dari kapasitas daya ukuran kecil sampai ukuran besar yang tersebar di seluruh Indonesia. Pembangkit-pembangkit tersebut ada yang telah beroperasi kurang lebih 25 tahun dan ada juga yang baru beroperasi beberapa tahun terakhir ini. Sebagai operator sebagian pembangkit listrik di Indonesia, PLN selalu berupaya untuk me- lakukan penurunan biaya operasi dengan kualitas produksi yang baik. Selain itu pemadaman yang terjadi di beberapa daerah di Indonesia, diduga karena terbatasnya daya mampu pembangkit dan beberapa pembangkit yang mengalami keru- Diterima: 22 April 2013; Revisi: 3 Mei 2013; Disetujui: 15 Mei 2013
7

KARAKTERISTIK INDEKS KINERJA PEMBANGKIT PLTU DI …

Oct 03, 2021

Download

Documents

dariahiddleston
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: KARAKTERISTIK INDEKS KINERJA PEMBANGKIT PLTU DI …

Analisis Indeks Performasi ................ (Achmad Hasan) 29

KARAKTERISTIK INDEKS KINERJA PEMBANGKIT PLTU DI INDUSTRI PENYEDIA ENERGI

Characteristics of Steam Power Plant (PLTU) Performance Index in Industrial Energy Provider

Achmad HasanPusat Teknologi Konversi dan Konservasi Energi

Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologie-mail: [email protected] ; [email protected]

AbstractPT. PLN as the major power plant operator in Indonesia has to maintain their generating plant quality and productivity. Black-outs that occasionally happen are suspected due limited generating capacity, or outages for repairing. Performance audit helps profiling actual plant performance, as a basis for improvement. In this paper the performance of some Coal Power Plant (CPP) of PT. PLN is analyzed. Performance indices such as Capacity Factor (CF), and Operational Availability Factor (OAF) are used for analysis. Observation on 4 units CPP, benchmarked by NERC standard, shows that all have good CF, except Unit 2 that was under repowering. However, only 2 units of CPP that show acceptable level of OAF, while the other are significantly low. The performance indices analysis showed that there are only 2 units of CPP under observation in normal operation, while other units need attention for plant improvement to bring back the normal power capacity.

Key words: PLTU, plant, performance index, NERC

AbstrakPT. PLN sebagai operator pembangkit listrik utama di Indonesia, selalu berupaya untuk meningkatkan efisiensi produksi dengan melakukan penurunan biaya operasi tetapi tetap menghasilkan kualitas produksi yang baik. Namun demikian pemadaman yang terjadi di beberapa daerah di Indonesia, diduga terutama disebabkan terbatasnya daya mampu pembangkit dan kerusakan yang terjadi di beberapa pembangkit. Audit kinerja operasional pembangkit listrik dapat memberikan gambaran kondisi yang sebenarnya dari pusat-pusat pembangkit PLN, sebagai dasar dalam menentukan langkah-langkah perbaikan ke depan untuk kepentingan PLN. Makalah ini membahas kinerja beberapa PLTU milik PT. PLN. Dalam analisa kinerja tersebut digunakan beberapa indek antara lain faktor kapasitas (CF), faktor ketersediaan operasi (OAF), pemakain spesifik bahan bakar (SFC), dan melakukan benchmarking terhadap standar North America Electricity Reliability Council (NERC). Observasi dilakukan terhadap 4(empat) unit PLTU untuk menilai indeks kinerjanya. Hasil yang diperoleh menunjukkan hasil yang berbeda antara PLTU yang diobservasi. Untuk CF, hampir seluruh unit PLTU yang diobservasi memiliki CF diatas standar NERC kecuali PLTU-2 yang sedang menjalani shutdown untuk repowering, namun dalam OAF, terdapat dua unit PLTU yang menunjukkan penurunan yang signifikan. Dari analisa yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa dari 4 unit PLTU yang diobservasi, berdasarkan indeks performansinya, 2 unit bekerja normal, dan 2 unit perlu perhatian dalam hal kondisi operasional komponen PLTU tersebut. (North American Electric Reliability Corporation).

Kata kunci: PLTU, pembangkit, indeks performansi, NERC

1. PENDAHULUANPerusahaan Listrik Negara (PLN) sekarang ini telah mengoperasikan beberapa pembangkit dari berbagai jenis energi primer, seperti Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU), Pembangkit Listrik Tenaga Gas (PLTG), Pembangkit Listrik Tenaga Gas Uap (PLTGU), Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA), Pembangkit Listrik Tenaga Diesel (PLTD), dan Pembangkit Listrik Tenaga Panasbumi (PLTP) mulai dari kapasitas daya ukuran kecil sampai ukuran besar yang tersebar di seluruh

Indonesia. Pembangkit-pembangkit tersebut ada yang telah beroperasi kurang lebih 25 tahun dan ada juga yang baru beroperasi beberapa tahun terakhir ini.

Sebagai operator sebagian pembangkit listrik di Indonesia, PLN selalu berupaya untuk me-lakukan penurunan biaya operasi dengan kualitas produksi yang baik. Selain itu pemadaman yang terjadi di beberapa daerah di Indonesia, diduga karena terbatasnya daya mampu pembangkit dan beberapa pembangkit yang mengalami keru-

Diterima: 22 April 2013; Revisi: 3 Mei 2013; Disetujui: 15 Mei 2013

Page 2: KARAKTERISTIK INDEKS KINERJA PEMBANGKIT PLTU DI …

30 Jurnal Energi dan Lingkungan Vol. 9, No. 1, Juni 2013 Hlm. 29-36

sakan. Untuk itu audit kinerja operasional beberapa Pusat Pembangkit Listrik PLN yang tersebar di beberapa daerah di Indonesia perlu didukung pelaksanaannya untuk mengetahui kondisi yang sebenarnya dari pusat-pusat pembangkit PLN untuk dapat dijadikan dasar dalam menentukan langkah-langkah perbaikan ke depan untuk kepentingan PLN (PT. PLN, 2010).

Audit kinerja pembangkit yang diharapkan tidak hanya mampu memberikan usulan peningkatan efisiensi operasi, tetapi juga harus mampu memberikan usulan-usulan bagaimana suatu pembangkit dapat beroperasi sesuai dengan waktu yang diharapkan atau lebih lama lagi dengan unjuk kerja (performance) yang tetap baik.

Dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Tahun 2009-2014, Buku I Prioritas Nasional di Bidang Inovasi, BPPT (Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi) ditunjuk dan ditetapkan untuk melakukan Program Pengkajian dan Penerapan Audit Teknologi. Pada tahun 2011 salah satu programnya adalah melakukan Audit Teknologi Sistem Kelistrikan Nasional. Kegiatan ini untuk melakukan pemetaan daya dukung sistem kelistrikan nasional terhadap pertumbuhan beban pada jaringan, advokasi keandalan sistem kelistrikan nasional serta optimalisasi subsidi pemerintah di bidang energi listrik.

2. BAHAN DAN METODE

2.1. BahanBahan yang diperlukan untuk mendukung kegiatan tersebut, terbatas pada bahan bakar, kondisi peralatan pembangkit, operasional dan pe-meliharaan, serta produksi seperti digambarkan dalam diagram alir berikut :

Gambar 1. Diagram alir kegiatan

2.2. Metode2.2.1. Faktor Kapasitas (Capacity Factor = CF)Faktor Kapasitas adalah rasio produksi bruto kWh selama jam pelayanan terhadap kWh bruto yang dapat dibangkitkan bila dibebani sesuai dengan kapasitas terpasang selama jam periode. Keadaan ini mencerminkan kapasitas mesin pembangkit yang dioperasikan selama periode tertentu (Marsudi, D., 2010).

2.2.2. Faktor Ketersediaan Operasi (Operating Availability Factor = OAF)

Faktor Ketersediaan Operasi adalah per-bandingan antara jumlah jam suatu pembangkit dalam keadaan operasi maupun tidak operasi, tetapi siap dioperasikan (jam tersedia) terhadap jumlah jam periode. Keadaan ini mencerminkan berapa lama unit pembangkit beroperasi maupun standby selama periode tertentu (Marsudi, D., 2010).

2.2.3. Pemakaian Bahan Bakar Spesifik (Specific Fuel Consumption = SFC)

Pemakaian Bahan Bakar Spesifik adalah volume bahan bakar yang dikonsumsi untuk memproduksi kWh bruto pada suatu periode tertentu. Keadaan ini menunjukkan tingkat keborosan pemakaian bahan bakar (Marsudi, D., 2010).

2.3. Diagram dan Statistik Operasional2.3.1. Diagram OperasionalSkema diagram pembangkit PLTU seperti ditunjukkan pada Gambar 1 (Borman, G.L., et. al., 1998).

Gambar 2. Skema diagram PLTU

Di dalam ruang bakar (burner), bahan bakar minyak MFO (Marine Fuel Oil) dibakar untuk menghasilkan energi panas. Panas yang dihasilkan tersebut digunakan untuk mema-

Data Sekunder yang diperlukandari Manajemen Perusahaan

Bahan Bakar

- Penggunaan

- Spesifikasi

- Metode Delivery

- Kualitas

- Penerimaan dan

handling

- Pengadaan

untuk feed stock

Kondisi Peralatan

-

Kapasitas terpasang

-

Daya mampu pasok

-

Nilai SFC, Heat Rate

-

Nilai kalori

-

Nilai CF, FOR, EAF, OAF, EFOR, SOF, OF

Operasional &

Pemeliharaan

-

Prosedur & Manual Pabrikan

-

Penggunaan suku cadang

-

SDM (inhouse & outsourcing)

-

Kendala & hambatan

Produksi-

Kualitas (kW,kVar,kWh,V,IPF,f)

-

Fluktuasi beban harian

-

Biaya Pokok Produksi

Apakah data sudah lengkap?

Mereview & Mengecek

Evaluasi

& Kalkulasi

Analisis Keandalan

Pembangkit

Kesimpulan

Selesai

Standar

NERC

CF =

Produksi Bruto (MWh)

Daya Terpasang (MW) x Jam Periode x 100%

OAF =

Jumlah Jam Ketersediaan

Jumlah Jam Periode x 100%

SFC =

Jumlah Pemakaian Bahan Bakar (Ltr)

Jumlah Produksi Bruto (kWh)

Page 3: KARAKTERISTIK INDEKS KINERJA PEMBANGKIT PLTU DI …

naskan air di dalam boiler sehingga air berubah 0menjadi uap dengan temperatur mencapai 510 C

dan tekanan 86 bar. Volume uap ini mencapai 230 3m /jam yang selanjutnya mengalir menuju ke

turbin uap yang mengubah energi kinetik uap menjadi energi mekanik yang menggerakkan putaran poros turbin sebesar 3.000 rpm dan akan memutar generator. Putaran pada generator menghasilkan gelombang elektromagnetik yang mengubah energi mekanik menjadi energi listrik. Tegangan listrik yang dihasilkan dari generator sebesar 11 kV. Untuk mengurangi rugi-rugi (losses) penyaluran melalui kabel, maka tegangan dinaikkan menjadi 150 kV melalui transformator step-up, kemudian energi listrik disalurkan melalui jaringan transmisi ke seluruh sistem kelistrikan Wilayah yang sudah ditetapkan (Schneider, 2007).

2.3.2. Pengolahan AirProses pengolahan air di WTP (Water Treatment Plant) dibagi menjadi 3 tahapan, yaitu proses pengendapan, evaporasi, dan reaksi ion. Air laut dipompakan ke kolam pengendapan (basin) dan dibiarkan selama waktu tinggal yang cukup untuk mengendapkan kandungan lumpur.

Tabel 1. Spesifikasi Teknis Pembangkit PLTU-1 dan PLTU-2

Air yang telah bersih dari lumpur selanjutnya dialirkan ke desalination plant untuk proses evaporasi. Evaporasi memanfaatkan uap panas (steam) dari HRSG (Heat Recovery Steam Generator). Melalui media heat exchanger, steam memanaskan air laut dalam evaporator hingga mencapai temperatur didih, dimana air akan

menguap dan garam tetap tinggal. Air kemudian diembunkan menjadi destilat air dan ditampung ke dalam raw water tank untuk proses selanjutnya. Raw water masih terkandung sejumlah kecil bahan yang bersifat sadah dan korosif. Untuk menghilangkan sifat tersebut, raw water dialirkan ke mixed bed dengan menggunakan resin ion exchanger. Resin kation akan menangkap ion bermuatan positif (Ca+ dan Mg++ yang bersifat korosif) dan resin anion akan menangkap ion bermuatan negatif (SO - dan Cl- yang bersifat 4

korosif). Air murni selanjutnya ditampung ke dalam tangki make-up water untuk digunakan sebagai air penambah di boiler (HRSG) (PT. PLN Belawan, 2008).

Gambar 3. Skema diagram pengolahan air

Tabel 2. Spesifikasi Teknis Pembangkit PLTU-3 dan PLTU-4

PLTU-1 PLTU-2

Kapasitas Terpasang 65 MW 65 MW

Tipe Bahan Bakar MFO MFO

Turbine :

· Tipe Single Cylinder Single Cylinder

· Manufacture ABB Germany ABB Germany

· Rated Speed 3000 rpm 3000 rpm

· Blade Stages 31 31

· Steam Pressure 88 Bar 88 Bar

· Steam Temperature 5100C 5100C

Boiler :

· Tipe Radian, Natural Radian, Natural

· Manufacture Stein Industrie Stein Industrie

· Capacity 260 ton/hr 260 ton/hr

· Steam Pressure 90 Bar 90 Bar

· Steam Temperature 5130C 5130C

Generator :

· Tipe T209-255 T209-255

· Manufacture Alsthom Atlant. Alsthom Atlant.

· Power 81250 kVA 81250 kVA

· Power Factor 0.8 0.8

· Voltage 11 kV 11 kV

· Frequency 50 Hz 50 Hz

Cooling System : Hydrogen Hydrogen

SPESIFIKASI TEKNISJENIS PEMBANGKIT

PLTU-3 PLTU-4

Kapasitas Terpasang 65 MW 65 MW

Tipe Bahan Bakar MFO dan Gas MFO dan Gas

Turbine :

·

Tipe Single Cylinder Single Cylinder

·

Manufacture ABB Swiss ABB Swiss

·

Rated Speed 3000 rpm 3000 rpm

·

Blade Stages 43 43

·

Steam Pressure 86 Bar 86 Bar

·

Steam Temperature 5100C 5100C

Boiler :

· TipeRadian, Natural

Circulation

Radian, Natural

Circulation

·

Manufacture Sulzer Sulzer

·

Capacity 246 ton/hr 246 ton/hr

·

Steam Pressure 89 Bar 89 Bar

·

Steam Temperature 5130C 5130C

Generator :

·

Tipe WX18L-061LLT WX18L-061LLT

·

Manufacture ABB France ABB France

·

Power 81250 kVA 81250 kVA

·

Power Factor 0.8 0.8

·

Voltage 11 kV 11 kV

·

Frequency 50 Hz 50 Hz

Cooling System : Air (udara) Air (udara)

·

Tipe Convection Convection

·

Manufacture Aalborg Denmark Aalborg Denmark

·

Capacity (HP/LP)246 ton/hr/ 39.6

ton/hr

246 ton/hr/ 39.6

ton/hr

·

Steam Pressure

(HP/LP)80 Bar/8.9 Bar 80 Bar/8.9 Bar

·

Steam Temperature

(HP/LP)5200C/2000C 5200C/2000C

SPESIFIKASI TEKNISJENIS PEMBANGKIT

Analisis Indeks Performasi ................ (Achmad Hasan) 31

Page 4: KARAKTERISTIK INDEKS KINERJA PEMBANGKIT PLTU DI …

2.3.3. Statistik OerasionalStatistik operasional untuk pemakaian bahan bakar PLTU (MFO dan Gas) dan PLTGU (HSD dan Gas) serta produksi kWh dari tahun 1999 – 2009, seperti ditunjukkan pada tabel di bawah ini.

Gambar 4. Diagram pemakaian MFO (Jan – Maret 2011)

Gambar 5. Diagram pemakaian gas (MMBTU)

Untuk mengetahui efisiensi termal pembangkit (h Th-P) dalam periode bulanan dari Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU), digunakan suatu metode yang sangat sederhana, sehingga dengan mudah dan cepat diperoleh suatu gambaran sementara dari performance PLTU (Gambar 6).

Dalam hal ini diperlukan data-data test nilai kalor bahan bakar pada kondisi Gross Calorivic Value (GCV) yang digunakan untuk menghitung total konsumsi panas bruto yang diberikan bahan bakar terhadap produksi kWh bruto yang dihasilkan dalam suatu periode tertentu. Per-hitungan indikasi efisiensi termal pembangkit ditentukan oleh harga Heat Rate (HR) Turbin-Generator dan beberapa faktor (Wang, J.R., 1994).

Perhitungan konversi energi diformulasikan sebagai berikut (Sorensen, H.A., 1993) :·Perhitungan total konsumsi panas bruto yang

dihasilkan bahan bakar = Jumlah pemakaian bahan bakar x nilai kalor bahan bakar (GCV)

·Heat Rate Pembangkit (Plant Heat Rate) = total konsumsi panas bruto (kJoule) yang dihasilkan dari pembakaran bahan bakar untuk memproduksi kWh bruto

Gambar 6. Diagram efisiensi thermal PLTU (Januar - Maret 2011)

3. HASIL DAN PEMBAHASANDari hasil pengamatan, identifikasi di lapangan serta evaluasi data-data yang sudah didapat, selanjutnya dilakukan perhitungan spesifik fuel consumption, fluktuasi beban harian, dan indeks kehandalan pembangkit sebagai berikut :

3.1. Perhitungan Specific Fuel Consumption (SFC), Heat Rate, dan Nilai Kalori

SFC untuk pembangkit PLTU dihitung berda-sarkan pada pengamatan produksi kWh dan pemakaian bahan bakarnya. Pengamatan pembebanan pembangkit yang berbeda dilakukan minimal 3 kali dan dalam 3 jam. Pengamatan kWh yang dilakukan seperti terlihat pada tabel berikut.

Tabel 4. SFC, Heat Rate, dan Nilai Kalori Bahan Bakar Pembangkit PLTU

3.2. Fluktuasi Beban Harian PembangkitPengamatan beban harian setiap mesin pembangkit dilakukan setiap 60 menit untuk 3 hari. Data fluktuasi pengamatan beban harian deperti terlihat pada grafik di bawah ini.

PLTU 1 PLTU 2 PLTU 3 PLTU 4

Nilai Kalori Bahan Bakar

(kCal/kWh)9.947,00 10.054,45 10.260,40 10.058,09

SFC (06.00-09.00) 0,37863 0,37516 0,31400 0,30625

SFC (13.00-16.00) 0,38365 0,37269 0,29666 0,30903

SFC (21.00-24.00) 0,38104 0,37176 0,27722 0,28681

SFC Rata-Rata 0,38111 0,37320 0,29596 0,30069

Heat Rate 3.790,86 3.752,36 3.036,69 3.024,41

UraianJenis Pembangkit

32 Jurnal Energi dan Lingkungan Vol. 9, No. 1, Juni 2013 Hlm. 29-36

Page 5: KARAKTERISTIK INDEKS KINERJA PEMBANGKIT PLTU DI …

Gambar 7. Grafik fluktuasi beban harian PLTU-1

Gambar 8. Grafik fluktuasi beban harian PLTU-2

Gambar 9. Grafik fluktuasi beban harian PLTU-3

Gambar10.Grafik fluktuasi beban harian PLTU-4

3.3. Indeks Performansi PembangkitUntuk menganalisis indeks performansi pem-bangkit PLTU, digunakan data tahun 2006-2010 dan selanjutnya dibandingkan dengan data sistem pembangkitan Standard NERC (North American Electric Reliability Corporation) seperti ditunjukkan pada tabel berikut (Billinton, 1990):

Tabel 5. Indeks performansi pembangkit PLTU-1 dan PLTU-2

2006 2007 2008 2009 2010

CF (Capacity

Factor)48,94 61,44 58,94 54,01 35,88 34,58

FOR (Force

Outage Rate)7,74 3,36 5,26 2,25 14,71 10,04

EAF

(Equivalent 49,47 78,06 86,47 88,92 67,20 86,36

OAF

(Operating 79,76 87,68 86,58 89,52 68,04 88,19

EFOR

(Equivalent

Forced Outage

12,14 7,70 6,23 6,68 13,05 11,96

SOF

(Schedulled 13,54 9,27 8,61 8,42 20,23 6,55

OF (Output

Factor)69,25

CF (Capacity

Factor)41,67 54,47 41,46 37,37 14,21 34,58

FOR (Force

Outage Rate)10,60 4,70 22,34 17,49 23,53 10,04

EAF

(Equivalent 42,94 70,92 70,13 77,23 37,32 86,36

OAF

(Operating 79,64 82,49 70,32 78,79 38,48 88,19

EFOR

(Equivalent

Forced Outage

14,54 6,75 25,54 21,93 15,32 11,96

SOF

(Schedulled 10,92 13,44 9,45 4,51 49,68 6,55

OF (Output 69,25

PLTU 2

Standar

d NERC

PLTU 1

Jenis

PembangkitParameter

Realisasi

Analisis Indeks Performasi ................ (Achmad Hasan) 33

Page 6: KARAKTERISTIK INDEKS KINERJA PEMBANGKIT PLTU DI …

Tabel 6. Indeks performansi pembangkit

3.4. Hasil Analisis3.4.1. Produksi bruto kWh listrik cukup besar, karena faktor kapasitas (CF) yang dioperasikan mesin pembangkit melebihi standar NERC. Besarnya OAF dibandingkan standar NERC me-nunjukkan bahwa jumlah jam yang tersedia, baik dalam keadaan operasional maupun tidak operasional cukup baik. Sedangkan pada tahun 2006 dan 2010, EAF cukup rendah di bawah standar NERC. Keadaan ini menunjukkan bahwa adanya gangguan pada peralatan/material mesin pembangkit yang rusak secara mendadak. Kondisi tersebut juga bisa dilihat dari besarnya EFOR yang melebihi standar NERC.

3.4.2. Produksi bruto kWh listrik pada tahun 2006 - 2009 cukup besar, karena faktor kapasitas (CF) yang dioperasikan mesin pembangkit melebihi standar

Analisis Kehandalan Pembangkit PLTU-1

Analisis Kehandalan Pembangkit PLTU-2

NERC. Namun pada tahun 2010 CF lebih rendah dari standar NERC. Keadaan ini menunjukkan bahwa produksi bruto kWh listrik pada tahun 2010 semakin rendah. Bila dilihat EAF pada tahun 2006 dan 2010 cukup rendah dibandingkan standar NERC, hal ini menunjukkan adanya gangguan pada peralatan/material pembangkit yang rusak secara mendadak. Rendahnya CF dan tingginya FOR dan SOF pada tahun 2010 dibandingkan standar NERC menyebabkan menurunnya jumlah jam operasional.

3.4.3. Terlihat bahwa pada tahun 2006 : CF, EAF dan OAF cukup rendah dan SOF sangat tinggi dibandingkan dengan standar NERC. Sedangkan FOR, EFOR dan SOF dari tahun 2008 hingga 2010 cukup rendah dibandingkan dengan standar NERC.

3.4.4. Kondisi PLTU-4 ini hampir sama dengan kondisi PLTU-3 pada pengoperasian tahun 2008, 2009 dan 2010. EAF pada tahun 2006 dan 2007 sangat rendah, dan OAF pada tahun 2008, 2009 dan 2010 cukup besar dibandingkan dengan standar NERC. Sedangkan EAF dan SOF pada tahun 2008 hingga 2010 mulai membaik melebihi standar NERC, dan SOF pada tahun 2006 dan 2007 sangat besar dibandingkan dengan standar NERC.

4. KESIMPULAN

produksi bruto kWh listrik pada tahun 2008 - 2010 yang sangat rendah jika dibandingkan dengan tahun 2006 dan 2007.

DAFTAR PUSTAKA Billinton, 1990. Power System Reliability Evaluation. Gordon &

Breach Science Publisher, New York.

Borman, G.L. and Ragland, K.W., 1998. Combustion Engineering. McGraw-Hill, USA.

Marsudi, D., 2010. Operasi Sistem Tenaga Listrik. Balai Penerbit & Humas ISTN, Jakarta.

NERC Co., Generating Availability Data System, Fossil All Fuel Types 001-009 MW 2005-2009, 28-07-2010.

Analisis Kehandalan Pembangkit PLTU-3

Analisis Kehandalan Pembangkit PLTU-4

Berdasarkan hasil analisis indeks performansi pembangkit dengan dibandingkan dengan standar NERC, dapat disimpulkan bahwa kehandalan pembangkit PLTU-1 dinilai cukup baik karena produksi bruto kWh listrik cukup besar, dengan jumlah jam yang tersedia, baik dalam keadaan beroperasi maupun tidak.

Kehandalan pembangkit PLTU-2 dilihat dari data produksi bruto kWh listrik pada tahun 2006 - 2009 cukup besar. Namun pada tahun 2010 produksi bruto kWh listrik menurun. Sedangkan pada PLTU-3 produksi bruto kWh listrik pada tahun 2006, 2008 sampai 2010 lebih rendah jika dibandingkan dengan tahun 2007. Kehandalan pembangkit PLTU-4 dapat dilihat dari angka

2006 2007 2008 2009 2010

CF (Capacity

Factor)27,86 47,01 62,80 61,11 62,80 34,58

FOR (Force

Outage Rate)5,04 5,13 4,64 2,02 4,64 10,04

EAF

(Equivalent

Availability

Factor)

29,18 55,47 85,89 94,83 85,89 86,36

OAF

(Operating

Availability

Factor)

31,08 57,97 86,55 96,00 86,55 88,19

EFOR

(Equivalent

Forced Outage

Rate)

3,22 3,62 8,10 6,10 8,10 11,96

SOF

(Schedulled

Outage Factor)

67,27 39,32 9,24 2,02 9,24 6,55

OF (Output

Factor)69,25

CF (Capacity

Factor)28,64 3,82 65,65 66,91 65,65 34,58

FOR (Force

Outage Rate)3,69 0,00 1,18 1,92 1,18 10,04

EAF

(Equivalent

Availability

Factor)

29,02 5,99 93,45 92,42 93,45 86,36

OAF

(Operating

Availability

Factor)

34,07 6,11 94,03 94,65 94,03 88,19

EFOR

(Equivalent

Forced Outage

Rate)

2,81 0,00 4,71 5,80 4,71 11,96

SOF

(Schedulled

Outage Factor)

64,63 93,89 4,85 3,43 4,85 6,55

OF (Output

Factor)69,25

PLTU 3

PLTU 4

Jenis

PembangkitParameter

Realisasi Standar

d NERC

34 Jurnal Energi dan Lingkungan Vol. 9, No. 1, Juni 2013 Hlm. 29-36

Page 7: KARAKTERISTIK INDEKS KINERJA PEMBANGKIT PLTU DI …

PT. PLN, 2010. Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik PT. PLN (Persero) 2010-2019. PT. PLN (Persero), Jakarta.

PT. PLN Belawan, 2008, Instruction Manual PLTU. Medan, Sumatera Utara.

Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Tahun 2009-2014. Buku I Prioritas Nasional di Bidang Inovasi. BPPT, Jakarta.

Schneider, 2007. Instruction Manual Steam Power Plant. Louis Mal Maison, France.

Sorensen, H.A., 1993. Energy Conservation System. John Wiley & Sons, Inc., USA.

Wang, J.R., Mc Donald, 1994. Modern Power System Planning. International Edition, McGraw Hill, Singapore.

Analisis Indeks Performasi ................ (Achmad Hasan) 35