Page 1
Prosiding Geotek Expo Puslit Geoteknologi LIPI, Desember 2016
ISBN: 978-979-8636-32-5
231
KARAKTERISTIK ENDAPAN TSUNAMI PURBA DI ACEH SELATAN
Purna Sulastya Putra1, Supartoyo2, dan Nia Kurnia Praja2
-----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
1Pusat Penelitian Geoteknologi, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia
2Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi KESDM
Kompleks LIPI, Jl. Sangkuriang Gd # 70, Bandung 40135
[email protected]
ABSTRAK
Setelah kejadian tsunami 2004, pencarian bukti tsunami purba (paleotsunami) di wilayah
Aceh semakin intensif dilakukan. Data tsunami purba tersebut digunakan untuk
memperpanjang rekaman tsunami hingga di luar rentang sejarah, dan mengetahui waktu
perulangan kejadian tsunami. Selama ini penelitian paleotsunami tersebut masih terfokus
di Aceh bagian utara. Survei paleotsunami ini dilakukan di pantai barat Aceh Selatan. Survei
dilakukan dengan terlebih dahulu menentukan lokasi yang diduga menjadi lokasi terbaik
untuk pengendapan dan pengawetan sedimen tsunami. Lokasi tersebut biasanya berupa
cekungan-cekungan berair, diantaranya berupa rawa, lagun atau sawah. Survei dilakukan
dengan cara melakukan pemboran tangan, pengamatan stratigrafi data bor dan
pengambilan contoh untuk analisa laboratorium (analisa sedimentologi dan
mikropaleontologi). Di Sibeideuh ditemukan satu kandidat paleotsunami yaitu berupa
lapisan pasir sedang hingga kasar di antara lapisan gambut pada kedalaman sekitar 220 cm.
Tebal lapisan pasir tersebut maksimal 10 cm. Di Ladang Tuha ditemukan juga satu kandidat
paleotsunami berupa lapisan pasir sedang hingga halus pada kedalaman sekitar 130 cm
dengan tebal maksimal 6 cm.
Kata kunci : tsunami purba, survei, Sibideuh, Ladang Tuha
ABSTRACT
Paleotsunami survey has been intensively conducted in Aceh region following the 2004
tsunami. In spite of understanding tsunami recurrent interval, this survey aims to extend
paleotsunami record beyond historical time. Previous paleotsunami studies mainly focused
in the northern area of Aceh. This survey was conducted in the western coast of Aceh.
Page 2
Prosiding Geotek Expo Puslit Geoteknologi LIPI, Desember 2016
ISBN: 978-979-8636-32-5
232
Estimated locations were selected based on morphological features. Hand augering survey
was conducted along several longitudinal profiles perpendicular to the coastal line.
Stratigraphic profile of the cores was thoroughly depicted. Samples were taken from the
core for Laboratory works. A-10 cm paleotsunami candidate was found in Sibideuh at 220
cm depth. Other 6 cm paleotsunami candidate was found In Ladang Tuha at 130 cm depth.
Keyword : paleotsunami, survey, Sibideuh, Ladang Tuha
PENDAHULUAN
Rentang rekaman kejadian tsunami di Indonesia pada umumnya masih sangat singkat,
mencapai sekitar 400 tahun yang lalu (Newcomb and McCann, 1987). Setelah kejadian
tsunami tahun 2004, penelitian paleotsunami di Aceh semakin intensif dilakukan, misalnya
Monecke et al. (2008) dan Sieh et al. (2015). Monecke et al. (2008) dalam penelitiannya di
utara Meulaboh berhasil mengidentifikasi dua lapisan paleotsunami. Lapisan pertama
diidentifikasi sebagai endapan yang dihasilkan oleh kejadian tsunami tahun 1907. Lapisan
paleotsunami yang ke dua diendapkan oleh kejadian tsunami pasca tahun 1300 dan
merupakan lapisan yang korelatif dengan yang ditemukan oleh Jankaew et al. (2008) di
Thailand, dan diinterpretasikan tsunaminya dihasilkan oleh gempa yang memiliki
magnitude hampir sama dengan kejadian tahun 2004. Sementara itu Sieh et al. (2015)
dalam penelitiannya di utara Banda Aceh mengidentifikasi bukti tsunami abad ke 14.
Tsunami abad ke 14 tersebut adalah tsunami yang menghancurkan kerajaan Samudera
Pasai.
Penelitian - penelitian tersebut berhasil memperpanjang catatan sejarah kejadian tsunami
di Aceh hingga lebih dari 1000 tahun yang lalu. Namun, penelitian - penelitian tersebut lebih
terfokus di Aceh bagian utara saja. Sejarah tsunami di Aceh bagian selatan masih belum
banyak diungkap jika dibandingkan di Aceh bagian utara. Untuk itulah survei paleotsunami
ini dilakukan di Aceh bagian selatan, tepatnya di dua lokasi di selatan kota Tapak Tuan.
LOKASI PENELITIAN
Lokasi survei terletak di kampung Ladang Tuha dan Sibideuh yang termasuk dalam wilayah
Kabupaten Aceh Selatan (Gambar 1). Kedua lokasi dapat ditempuh dengan mudah dari kota
Tapak Tuan menggunakan kendaraan karena berada di pinggir jalan raya Tapak Tuan -
Sabulusalam yang merupakan jalan utama yang menghubungkan Banda Aceh dan Medan.
Lokasi penelitian berjarak kurang dari 1 km dari garis pantai modern dan terletak di
Page 3
Prosiding Geotek Expo Puslit Geoteknologi LIPI, Desember 2016
ISBN: 978-979-8636-32-5
233
persawahan yang dahulunya merupakan rawa - rawa. Lokasi ini di pilih karena pada
morfologi seperti ini adalah salah satu lokasi yang terbaik dalam survei paleotsunami. Di
dalam rawa, keterdapatan endapan paleotsunami paling mudah dikenali karena endapan
paleotsunami sangat mudah dibedakan dengan endapan rawa. Di dalam endapan rawa pula,
pengawetan lapisan paleotsunami adalah yang terbaik dikarenakan endapan paleotsunami
akan segera terkubur oleh endapan rawa yang halus.
METODE
Kegiatan lapangan yang dilakukan adalah survei pemboran tangan, pengamatan inti bor dan
deskripsi stratigrafi hasil pemboran tangan, serta pengambilan contoh untuk analisis
laboratorium (Gambar 2). Survei pemboran tangan dilakukan di dua lintasan yaitu di Ladang
Tuha dan Sibideuh. Lintasan Ladang Tuha terdiri dari lima inti bor yang digunakan untuk studi
ini, dan lintasan Sibideuh terdiri dari empat inti bor. Masing - masing inti bor dari lintasan
Gambar 1. Lokasi survei di selatan kota Tapak Tuan (tanda bintang merah, dimana LT
adalah Ladang Tuha sedangkan SBD adalah Sibideuh)
Page 4
Prosiding Geotek Expo Puslit Geoteknologi LIPI, Desember 2016
ISBN: 978-979-8636-32-5
234
Ladang Tuha memiliki kedalaman dua (2) meter, sedangkan di lintasan Sibideuh mencapai
kedalaman 2,5 m. Analisis laboratorium yang akan dilakukan meliputi analisis besar butir,
foraminifera, serta analisis hilang dibakar (LoI). Seluruh analisis tersebut akan digunakan
untuk mengidentifikasi lapisan paleotsunami. Analisis penanggalan akan digunakan untuk
mengetahui waktu kejadian tsunami. Dalam tulisan ini, analisis besar butir saja yang akan
dilaporkan karena analisis yang lain masih dalam proses pengerjaan. Analisis besar butir
dilakukan terhadap inti bor SBD 5 dengan menggunakan alat Malvern Mastersizer 2000,
sebuah instrumen difraksi laser yang dapat menganalisis material berukuran 0.02 μm 2000
μm. Parameter besar butir berupa mean, sorting, skewness dan kurtosis di hitung dengan
menggunakan software Gradistat (Blott & Pye, 2001) berdasarkan metode logaritmik Folk dan
Ward (1957).
Gambar 2. Kegiatan survei di lokasi penelitian. a) pemboran tangan di Sibideuh. b)
pemboran tangan di Ladang Tuha. c) deskripsi profil stratigrafi dan
pengambilan conto dari inti bor.
Page 5
Prosiding Geotek Expo Puslit Geoteknologi LIPI, Desember 2016
ISBN: 978-979-8636-32-5
235
HASIL DAN PEMBAHASAN
Profil stratigrafi lintasan Ladang Tuha dan lintasan Sibideuh masing - masing menunjukkan
keterdapatan satu lapisan kandidat paleotsunami (Gambar 3).
Gambar 3. Profil stratigrafi dari lokasi penelitian. Lapisan kandidat pelotsuami adalah
lapisan berwarna kuning dalam profil stratigrafi. a) Di Ladang Tuha
ditemukan lapisan kandidat paleotsunami di kedalaman 125 hingga 163
cm. b) Di Sibideuh ditemukan kandidat paleotsunami di kedalaman 223
hingga 245 cm. c) Foto lapisan pasir kandidat paleotsunami pada inti bor
SBD 8 di kedalaman 140 cm.
Page 6
Prosiding Geotek Expo Puslit Geoteknologi LIPI, Desember 2016
ISBN: 978-979-8636-32-5
236
Profil Stratigrafi Ladang Tuha
Profil stratigrafi Lintasan Ladang Tuha ditampilkan pada Gambar 3a. Profil stratigrafi pada
lokasi ini terdiri dari empat lapisan. Lapisan yang paling atas adalah lempung - lanau
berwarna coklat terang hingga abu-abu kekuningan. Di beberapa bagian dari lapisan ini
kadang dijumpai fragmen - fragmen kerikil batuan beku dan batuan sedimen. Lapisan
lempung - lanau ini bersifat lengket sehingga sangat susah untuk ditembus bor tangan.
Semakin ke bawah di dalam lapisan ini semakin banyak dijumpai material organik
(gambutan). Tebal lapisan lempung - lanau lengket yang diinterpretasikan endapan banjir
ini mencapai 120 cm. Lapisan kedua adalah lapisan gambut berwarna coklat hingga hitam
dan kadang pasiran. Tebal lapisan gambut ini mencapai lebih dari 40 cm di bor LT 3. Di
bawah lapisan gambut adalah lapisan pasir yang merupakan lapisan kandidat paleotsunami.
Lapisan pasir ini berwarna abu - abu terang hingga putih kecoklatan, terpilah buruk dan
memiliki kontak yang tegas dengan lapisan di atas dan di bawahnya. Kedalaman kandidat
paleotsunami ini adalah mulai dari 125 cm hingga 163 cm dengan ketebalan maksimum
mencapai 6 cm. Lapisan terakhir, yaitu lapisan di bawah kandidat paleotsunami adalah
berupa lapisan gambut berwarna coklat terang hingga coklat gelap dan kehitaman. Di LT 1
lapisan gambut yang ditemukan lebih bersifat pasiran jika dibandingkan dengan yang
ditemukan di bor yang lain.
Sibideuh
Urutan stratigrafi pada profil Lintasan Sibideuh serupa dengan yang menyusun profil
Lintasan Ladang Tuha, yaitu terdiri dari empat lapisan. Di Lintasan Sibideuh ini lapisan
lempung - lanau lengket (lapisan paling atas) lebih tebal jika dibandingkan dengan lapisan
serupa di Lintasan Ladang Tuha. Lapisan ini ditemukan hingga kedalaman 225 cm (Gambar
3b). Di bawah lapisan lempung - lanau adalah lapisan gambut berwarna coklat hingga coklat
kehitaman yang banyak mengandung sisa - sisa tumbuhan dan kadang pasiran. Lapisan
kandidat pelotsunami berupa lapisan pasir ditemukan di bawah lapisan gambut coklat pada
kedalaman 223 cm hingga 245 cm dengan ketebalan maksimum mencapai 15 cm. Di bawah
lapisan kandidat paleotsunami adalah lapisan paling bawah yang berupa gambut coklat
gelap yang bayak mengandung sisa - sisa tumbuhan.
Analisis Besar Butir
Hasil analisis besar butir pada inti bor SBD 5 menunjukkan bahwa lapisan kandidat
Page 7
Prosiding Geotek Expo Puslit Geoteknologi LIPI, Desember 2016
ISBN: 978-979-8636-32-5
237
paleotsunami berukuran pasir halus hingga lanau kasar. Hal ini sangat berbeda dengan
lapisan gambut di atas dan di bawahnya yang secara umum berukuran lanau (Tabel 1,
Gambar 4). Lapisan kandidat paleotsunami menunjukkan adanya penghalusan ukuran butir
ke arah atas. Nilai mean grain size (ϕ) lapisan berubah dari 3,88 di bagian paling bawah
menjadi 4,15 pada bagian paling atas lapisan. Pemilahan lapisan kandidat paleotsunami
relatif lebih buruk jika dibandingkan dengan lapisan gambut di atas dan di bawahnya.
Distribusi besar butir lapisan kandidat paleotsunami juga relatif berbeda jika dibandingkan
dengan lapisan di atas dan di bawahnya (Gambar 4). Lapisan kandidat paleotsunami
memiliki distribusi besar butir bimodal dan trimodal, tidak ada yang terdistrbusi unimodal.
Besar butir lapisan gambut (terutama lapisan gambut bawah) terdistribusi secara unimodal
dan bimodal. Untuk lapisan gambut atas, bagian bawahnya memiliki pemilahan yang sangat
buruk (Tabel 1) dan juga distribusi besar butir yang tidak unimodal (Gambar 4). Jika hanya
berdasarkan karakteristik besar butir tersebut, bisa jadi bagian bawah lapisan gambut
masih merupakan bagian lapisan paleotsunami, yaitu bagian atas lapisan paleotsunami.
Bagian atas endapan tsunami biasanya berupa lapisan halus berupa lanau atau lempung
(Putra et al., 2013) yang terendapkan secara suspensi ketika gelombang tsunami mencapai
kondisi tenang sebelum terjadi gelombang balik (backwash). Namun untuk memastikan
bagian bawah lapisan gambut ini merupakan bagian atas lapisan paleotsunami atau bukan
Gambar 4. Distribusi besar butir lapisan kandidat paleotsunami dan lapisan gambut
di atas dan di bawahnya pada inti bor SBD 5.
Page 8
Prosiding Geotek Expo Puslit Geoteknologi LIPI, Desember 2016
ISBN: 978-979-8636-32-5
238
tentunya harus didukung dengan analisis sedimentologi dan mikropaleontologi yang lebih
detil.
Kurtosis lapisan kandidat paleotsunami memiliki nilai lebih kecil dari satu (1 ϕ) yang berarti
tergolong dalam klasifikasi platykurtic. Lapisan gambut di atas dan di bawahnya memiliki
nilai kurtosis yang lebih beragam dan tergolong dalam platykurtic dan leptokurtic. Skewness
lapisan kandidat paleotsunami juga bisa dibedakan dengan lapisan gambut di atas dan di
bawahnya. Lapisan kandidat paleotsunami memiliki nilai skewness Sk > 0 yang berarti
memiliki distribusi partikel berukuran butir halus banyak dibandingkan jika distribusi besar
butirnya simetri (Sk = 0). Lapisan gambut memiliki karakteristik berbeda yaitu memilili nilai
skewness Sk > 0 dan Sk < 0.
Tabel 1. Paramater besar butir lapisan kandidat paleotsunami dan lapisan gambut di atas
dan di bawahnya
Kedalaman Lapisan
Parameter besar butir (φ) Tipe sedimen
cm Mean Sorting Skewness Kurtosis Jenis Pemilahan
215
gambut
6,53 1,69 0,03 1,07 lanau sedang buruk
216 6,40 1,71 0,09 1,01 lanau kasar buruk
217 6,68 1,61 0,12 0,98 lanau sedang buruk
218 5,39 2,19 0,01 0,87 lanau sedang sangat buruk
219 4,59 2,42 0,05 0,74 lanau kasar sangat buruk
220 6,08 2,00 -0,06 1,15 lanau kasar sangat buruk
221 4,76 2,53 0,08 0,77 lanau kasar sangat buruk
222 5,15 2,39 -0,07 0,77 lanau sedang sangat buruk
223 4,33 2,26 0,15 0,80 lanau kasar sangat buruk
224
4,15 2,29 0,15 0,87 pasir halus sangat buruk
225 4,33 2,45 0,02 0,89 lanau kasar sangat buruk
226 4,55 2,23 0,06 0,78 lanau kasar sangat buruk
227 kandidat 4,21 2,20 0,17 0,81 pasir halus sangat buruk
228 paleotsunami 3,68 2,39 0,24 0,82 pasir halus sangat buruk
229
3,95 2,32 0,16 0,88 pasir halus sangat buruk
230 3,08 2,42 0,27 0,87 pasir halus sangat buruk
231 3,79 2,42 0,23 0,85 pasir halus sangat buruk
232 3,87 2,60 0,10 0,87 pasir halus sangat buruk
233 3,88 2,39 0,17 0,95 pasir halus sangat buruk
234 gambut
5,22 1,67 0,03 1,05 lanau kasar buruk
235 6,59 0,31 -0,19 0,80 lanau sedang sangat baik
Page 9
Prosiding Geotek Expo Puslit Geoteknologi LIPI, Desember 2016
ISBN: 978-979-8636-32-5
239
236 5,59 1,66 0,06 0,91 lanau kasar buruk
237 5,93 1,33 0,14 0,94 lanau kasar buruk
Identifikasi Paleotsunami
Besar butir lapisan kandidat paleotsunami inti bor SBD 5 memiliki karakateristik yang sama
dengan karakteristik umum lapisan paleotsunami dan endapan tsunami modern, sehingga
karakteristik besar butir ini dapat digunakan untuk identifikasi paleotsunami. Putra et al.
(2013) mengidentifikasi pemilahan endapan tsunami 2011 di utara Fukushima, Jepang di
dominasi oleh pemilahan yang buruk. Shaw dan Benson (2015) dalam studinya di Tanjung
Yucatan, Karibia menemukan lapisan paleotsunami berupa lapisan pasir yang terpilah buruk.
Struktur penghalusan ke arah atas yang ditemukan dalam lapisan kandidat paleotsunami di
SBD 5 juga merupakan karakteristik umum lapisan paleotsunami (e.g. Putra et al., 2013;
May et al., 2016). Kempf et al. (2015) mengidentifikasi lapisan paleotsunami di Isla de Chiloe,
Chile memiliki distribusi besar butir bimodal sesuai dengan distribusi besar butir di SBD 5
yang didominasi oleh distribusi bimodal dan trimodal. Meskipun di dua lokasi yang berbeda
ditemukan lapisan paleotsunami pada kedalaman yang relatif berbeda, bisa jadi masing -
masing lapisan paleotsunami dihasilkan oleh tsunami yang sama karena yang membedakan
adalah tebal lapisan lanau - lempung lengket (endapan banjir) yang merupakan lapisan
paling atas. Urutan stratigrafi di dua lokasi penelitian relatif sama. Meskipun begitu, korelasi
akan bisa dilakukan jika hasil analisis penanggalan sudah ada. Hasil analisis penanggalan
juga akan digunakan untuk mengkorelasikan paleotsunami yang ditemukan dalam studi ini
dengan yang ditemukan di bagian utara Aceh (Monecke et al., 2008; Sieh et al., 2015).
KESIMPULAN
Survei paleotsunami yang dilakukan di Aceh Selatan berhasil mengidentifikasi satu lapisan
paleotsunami di dua lokasi. Karakteristik besar butir lapisan kandidat paleotsunami sama
dengan karakteristik umum lapisan paleotsunami dan endapan tsunami modern yang
ditemukan, sehingga analisis besar butir yang dilakukan dapat digunakan untuk identifikasi
awal lapisan paleotsunami yang ditemukan di lapangan. Data paleotsunami ini akan sangat
membantu memperpanjang catatan sejarah paleotsunami di Aceh bagian selatan.
Page 10
Prosiding Geotek Expo Puslit Geoteknologi LIPI, Desember 2016
ISBN: 978-979-8636-32-5
240
UCAPAN TERIMAKASIH
Kegiatan survei paleotsunami ini dibiayai dengan DIPA Pusat Vulkanologi dan Mitigasi
Bencana Geologi (PVMBG KESDM). Terima kasih kepada Pak Toni dan Pak Rana, teknisi
PVMBG, yang telah membantu selama kegiatan survei di lapangan.
DAFTAR PUSTAKA
Blott, S. J., Pye, K., 2001. Gradistat: a grain size distribution and statistics package for the
analysis of unconsolidated sediments. Earth Surface Processes and Landforms 26,
1237–1248.
Folk, R. L., Ward, W. C., 1957. Brazos River Bar : a study in the significance of grain size
parameters. Journal of Sedimentary Petrology 27, 3–26.
Jankaew, K., Atwater, B. F., Sawai, Y., Choowong, M., Charoentitirat, T., Martin, M. E.,
Prendergast, A., 2008. Medieval forewarning of the 2004 Indian Ocean tsunami in
Thailand, Nature 455, 1228–1231.
Kempf, P., Moernaut, J., Daele, M. V., Vermassen, F., Vandoorne, W., Pino, M., Urrutia, R.,
Schmidt, S., Garrett, E., De Batist, M., 2015. The sedimentary record of the 1960
tsunami in two coastal lakes on Isla de Chiloe, south central Chile. Sedimentary
Geology 328, 73–86.
May, S. M., Favard, S., Norpoth, M., Pint, A., Brill, D., Engel, M., Scheffers, A., Dierick, M.,
Paris, R., Squire, P., Bruckner, H., 2016. Sedimentary Geology 332, 40–50.
Newcomb, K. R., McCann, W. R., 1987. Seismic history and seismotectonics of the Sunda
Arc. Journal of Geophysical Research 92, 421 – 439.
Monecke, K., Finger, W., Klarer, D., Kongko, W., McAdoo, B. G., Moore, A. L., Sudrajat, S.
U., 2008. A 1,000-year sediment record of tsunami recurrence in northern Sumatra.
Nature 455, 1232–1234.
Putra, P. S., Nishimura, Y., Nakamura, Y., Yulianto, E., 2013. Sources and transportation
modes of the 2011 Tohoku-Oki tsunami deposits on the central east Japan coast.
Sedimentary Geology 294, 282–293.
Shaw, C., Benson, L., 2015. Possible tsunami deposits on the Caribbean Coast of the Yucatan
Peninsula. Journal of Coastal Research 31, 1306–1316.
Sieh, K., Daly, P., McKinnon, E. E., Pilarczyk, J. E., Chiang, H-W, Horton, B., Rubin, C. M.,
Shen, C-C., Ismail, N., Vane, C. H., Feener, R. M., 2015. Penultimate predecessors of
Page 11
Prosiding Geotek Expo Puslit Geoteknologi LIPI, Desember 2016
ISBN: 978-979-8636-32-5
241
the 2004 Indian Ocean tsunami in Aceh, Sumatra: Stratigraphic, archeological, and
historical evidence. Journal of Geophysical Research 120, 308–325.
Page 12
Prosiding Geotek Expo Puslit Geoteknologi LIPI, Desember 2016
ISBN: 978-979-8636-32-5
242