-
i
KARAKTER PEMIMPIN DALAM AL-QUR’AN
TELAAH QS YUSUF
dalam Kitab Tafsir Al-Muni>rKarya Wahbah Zuhaili
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Agama (S.Ag.)
Oleh:
Dheni Istiqomahwati
NIM: 53020160029
PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR (IAT)
FAKULTAS USHULUDDIN ADAB DAN HUMANIORA
(FUADAH)
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA
2020
-
ii
-
iii
-
iv
-
v
MOTTO
Salah satu bentuk pengkerdilanterkejam dalam hidup adalah
membiarkan
pikirkan yang cemerlang menjadi budak bagi tubuh yang malas,
yang
mendahulukan istirahat sebelum lelah.
(Buya Hamka)
Jika kamu ingin berhenti, ingatlah kembali mengapa kamu
memulainya. Karena
ketika kamu tetap berjuang dalam lelah dan kecewa, maka saat
itulah kamu
sedang belajar tentang kesungguhan.
(Penulis)
-
vi
PERSEMBAHAN
Atas rahmat dan ridho Allah SWT, kupersembahkan sebuah karya
sederhana ini untuk orang yang penulis sayangi:
1. Kedua orang tuaku bapak Suyanto dan ibu Sri Sumarni yang
tiada henti memberikan do’a, kasih sayang, dan support kepada
penulis.
Hormat dan baktiku kan selalu tertuju untukmu.
2. Almamater kebanggaan, IAIN Salatiga. 3. Kakakku tersayang kak
Nisa dan mas Halim beserta adekku dek Nada
dan Nida
4. Bapak Dr. H. Muh. Irfan Helmy, Lc., M.A. selaku dosen
pembimbing yang dengan sabar dan teliti membimbing dan mengarahkan
penulis.
Terimakasih telah membantu penulis dalam menyelesaikan
skripsi
ini. Semoga ilmu yang bapak berikan berkah dan bermanfaat.
5. Segenap keluarga dan sahabat API Al-Riyadloh Kesongo,
terkhusus mbak-mbak kamar 3 terimakasih karena kalian selalu
memberikan
arti sebuh senyuman, kehangatan dan kebersamaan.
6. Keluarga besar IAT terkhusus angkatan 2016, terimakasih untuk
segala cerita, tawa, dan canda di kampus kebanggaan.
-
vii
ABSTRAK
Skripsi ini merupakan hasil dari kepustakaan dengan
menggunakan
metode deskriptif kualitatif. Karakter Islam biasa disebut
dengan akhlaq. Akhlak
atau karakter seorang pemimpin adalah suatu adab atau kebiasaan
seorang
pemimpin yang dapat dicontoh oleh para pengikutnya dan dapat
membimbing
serta mengarahkan orang yang dipimpinnya. Kepemimpinan itu
berkaitan dengan
pengaruh, pemimpin yang ideal adalah seseorang yang memiliki
hidup
berkarakter yang dapat mendorong orang lain untuk
meneladaninya.
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah pertama,
bagaimanakah
karakter kepemimpinan yang ideal sesuai dengan QS Yūsuf. Kedua,
Bagaimana pengaruh karakter ideal terhadap kepemimpinan dalam QS
Yūsuf? Tujuan penelitian ini adalah pertama, untuk mengetahui
karakter kepemimpinan yang
ideal sesuai dengan QS Yūsuf. Kedua, untuk mengetahui pengaruh
karakter ideal terhadap kepemimpinan dalam QS Yūsuf.
Berdasarkan hasil penelitian pustaka, kriteria pemimpin yang
ideal dalam QS
Yūsuf yaitu: jujur, sabar, cinta tanah air, adil, amanah,
bertanggungjawab, dan berpengetahuan luas. Dengan merujuk pada
karakter pemimpin ideal yang telah
diuraikan, maka akan diketahui bagaimana pengaruh terhadap
rakyat yang
dipimpin. Pengaruh tersebut, antara lain: mempengaruhi perilaku
yang
membangkitkan emosi dan identifikasi yang kuat dari pengikut
terhadap
pemimpin, mampu dengan mudah menggerakkan elemen bawahan
pimpinan
untuk sepenuhnya mengabdi demi kepentingan masyarakat, pemimpin
akan
dinilaimasyarakat mempunyai kemampuan dan faktor penentu yang
luar biasa
sehingga urusan negara akan mudah terselesaikan dengan
berorientasi pada
perubahan yang dinamis.
Kata kunci: karakter, pemimpin dan Al-Qur’an.
-
viii
PEDOMAN TRANSLITERASI
Transliterasi kata-kata Arab yang dipakai dalam penyusunan
Skripsi ini
berpedoman pada Surat Keputusan Bersama Menteri Agama dan
Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor: 158/1987
dan
0543b/U/1987.
A. Konsonan Tunggal
Huruf Arab Nama Huruf Latin Nama
Alif tidak اdilambangkan
tidak dilambangkan
ba’ B be ب
ta’ T te ت
(ṡa ṡ es (dengan titik di atas ث
Jim J je ج
ḥa’ ḥ ha (dengan titik di حbawah(
kha’ Kh ka dan ha خ
-
ix
Dal D de د
(Żal Ż zet (dengan titik di atas ذ
ra’ R er ر
Zal Z zet ز
Sin S es س
Syin Sy es dan ye ش
(ṣad ṣ es (dengan titik di bawah ص
(ḍad ḍ de (dengan titik di bawah ض
(ṭa’ ṭ te (dengan titik di bawah ط
ẓa’ ẓ zet (dengan titik di ظbawah)
(ain ‘ koma terbalik (di atas‘ ع
-
x
Gain G ge غ
fa’ F ef ف
Qaf Q qi ق
Kaf K ka ك
Lam L el ل
Mim M em م
Nun N en ن
Wawu W we و
ha’ H ha ه
̀ Hamzah ء apostrof
ya’ Y ye ي
-
xi
B. Konsonan Rangkap Tunggal karena Syaddah Ditulis Rangkap
Ditulis Muta’addidah متعددة
Ditulis ‘iddah عدة
C. Ta’ Marbuṭah di akhir kata ditulis h a. Bila dimatikan
ditulis h
Ditulis Ḥikmah حكمة
Ditulis Jizyah جزية
(ketentuan ini tidak diperlukan kata-kata Arab yang sudah
terserap ke dalam
bahasa Indonesia, seperti zakat, shalat dan sebagainya, kecuali
bila dikehendaki
lafal aslinya)
b. Bila diikuti kata sandang “al” serta bacaan kedua itu
terpisah, maka ditulis h.
Ditulis Karâmah al-auliyā̀ كرمة االولياء
c. Bila Ta’ Marbuṭah hidup dengan harakat, fatḥah, kasrah, atau
ḍammah ditulis t.
Ditulis Zakat al-fiṭrah زكاة الفطرة
D. Vokal Pendek
___ َ Fatḥah Ditulis A
___ َ Kasrah Ditulis I
-
xii
___ َ Ḍammah Ditulis U
E. Vokal Panjang
Fatḥah bertemu Alif
جاهليةDitulis
Ā
Jahiliyyah
Fatḥah bertemu Alif Layyinah
تنسىDitulis
Ā
Tansa
Kasrah bertemu ya’ mati
كرميDitulis
Ī
Karīm
Ḍammah bertemu wawu mati
فروضDitulis
Ū
Furūḍ
F. Vokal Rangkap
Fatḥah bertemu Ya’ Mati
بينكمDitulis
Ai
Bainakum
-
xiii
Fatḥah bertemu Wawu Mati
قولDitulis
Au
Qaul
G. Vokal pendek yang berurutan dalam satu kata dipisahkan dengan
apostrof
Ditulis A`antum أأنتم
Ditulis U’iddat أعدت
Ditulis La’in syakartum لئن شكرمت
H. Kata sandang alif lam yang diikuti huruf Qamariyyah maupun
Syamsyiyyah ditulis dengan menggunkan “al”
Ditulis Al-Qiyās القياس
Ditulis Al-Samā̀ السماء
Ditulis Al-Syams الشمس
I. Penulisan kata-kata dalam rangkaian kalimat ditulis menurut
bunyi atau pengucapannya
Ditulis Żawi al-furūḍ ذوى الفروض
Ditulis Ahl al-sunnah اهل السنة
-
xiv
KATA PENGANTAR بسماللهالرحمنالرحيم
Alhamdulillah, puji syukur atas rahmat Allah Yang Maha Kuasa.
Atas
berkat rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini
meskipun ada
beberapa hambatan yang dilalui. Shalawat serta salam senantiasa
terlimpahkan
kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW beserta keluarga dan
sahabat,
semoga kita diakui umat beliau. Amin.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini bukanlah sesuatu yang
instan.
Namun merupakan suatu proses yang relatif panjang, menyita
segenap waktu,
tenaga dan pikiran. Tanpa segenap do’a, dukungan serta bimbingan
dari berbagai
pihak mustahil penulis sanggup untuk menyelesaikan skripsi ini.
Meskipun
skripsi ini tidak luput dari kesalahan, semoga karya ini dapat
bermanfaat bagi
para pembaca dan penyusun pribadi. Dengan segala kerendahan
hati, ucapan
terima kasih yang tulus dan rasa hormat yang dalam penulis
sampaikan kepada:
1. Bapak Suyanto dan ibu Sri Sumarni, orang tua tercinta yang
telah memberikan do’a, dukungan serta pengorbanan yang tiada
henti.
Kakak Annisa Sekar Sari, Mas Halim Ali Yuwana, adek Nurul
Nada
Zaimah dan adek Nida Hafidza Firdaus yang selalu memberikan
semangat dan do’a.
2. Rektor Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga Bapak,
Prof. Dr. Zakiyyudin, M.Ag. yang telah memberikan kesempatan pada
penulis
untuk mengikuti pendidikan pada Program Studi Ilmu Al-Qur’an
dan
Tafsir IAIN Salatiga.
3. Dekan Fakultas Ushuluddin, Adab, dan Humaniora (FUADAH),
Bapak Dr. Benny Ridwan, M.Hum.
4. Ketua Program Studi Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir, ibu Tri Wahyu
Hidayati, M.Ag, atas bantuan sejak persiapan sampai dengan
selesainya penelitian ini.
-
xv
5. Bapak Dr. Adang Kuswaya, M.Ag. Pembimbing Akademik yang telah
memberikan dorongan selama studi.
6. Seluruh Dosen Fakultas Fakultas Ushuluddin, Adab, dan
Humaniora IAIN Salatiga, pimpinan dan seluruh karyawan perpustakaan
di
lingkungan IAIN Salatiga.
7. Bapak Dr. MUH. Irfan Helmy, Lc., M.A., selaku Dosen
Pembimbing Skripsi yang selalu memberikan bimbingan dan arahan
dalam
menyusun skripsi.
8. Bapak Kyai Syamsyurro’yi dan Ibu nyai Muslihatun selaku
Pengasuh API Al-Riyadloh Kesongo sekaligus orang tua selama berada
di
Salatiga. Terimakasih atas arahan, nasehat, bimbingan dan ilmu
yang
tidak bisa didapatkan di kampus.
9. Teman-teman santri API Al-Riyadloh Kesongo, terimakasih atas
kebersamaannya di pondok sekaligus memberikan support dalam
mengaji dan menuntut ilmu.
10. Teman-teman seangkatan dan seperjuangan jurusan Ilmu
Al-Qur’an dan Tafsir angkatan 2016 yang mengesankan.
11. Teman-teman KKN seperjuangan, Silvy, Shinta, Siska, Ovy,
Rahma, Pras, Andri dan Afif. Bapak Kadus beserta keluarga besar
Pakis,
Magelang yang selalu bersedia membantu semasa KKN.
Terimakasih
untuk kebersamaan 45 hari. Semoga kekeluargaan yang terjalin
selalu
abadi.
12. Sahabat-sahabati PMII Rayon Sutawijaya Komisariat Joko
Tingkir salatiga, terimakasih atas ilmu dalam menjalankan roda
organisasi
13. Kepada semua pihak yang turut membantu, baik secara langsung
maupun tidak langsung hingga terselesaikannya skripsi ini.
Semoga
Allah membalas dengan kebaikan yang berlipat.
-
xvi
Penulis sudah berusaha semaksimal mungkin mencari yang
terbaik
dalampenulisan ini. Akhirnya, sebagai kajian ilmiah, penulis
sangat
menyadarikemampuan penulis serta mengakui sifat kemanusiaan yang
banyak
kekurangandan kesalahan dan tentunya penulis menyadari
sepenuhnya bahwa
skripsi inimasih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, saran
dan kritik yang
membangunsangat penulis harapkan. Akhirnya semoga skripsi ini
dapat
bermanfaat bagi para pembaca dan semua pihak yang
membutuhkannya.
Salatiga,28Juli2020
Penulis,
Dheni Istiqomahwati
53020160029
-
xvii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
.........................................................
…………………..i
HALAMAN KEASLIAN TULISAN
.............................................................
ii
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING
.............................................. iii
HALAMAN PENGESAHAN KELULUSAN
................................................. iv
HALAMAN MOTTO
..................................................................................
v
HALAMAN PERSEMBAHAN
....................................................................
vi
ABSTRAK..................................................................................................
vii
HALAMAN PEDOMAN TRANSLITERASI
................................................ viii
KATA PENGANTAR
..................................................................................
xiv
DAFTAR ISI
...............................................................................................
xvi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
...............................................................1
B. Rumusan
Masalah...........................................................6
C. Tujuan Penelitian
...........................................................6
D. Manfaat Penelitian
.........................................................7
E. Kajian Pustaka
................................................................9
F. Landasan Teori
...............................................................11
G. Metodologi Penelitian.
..................................................15
BAB II PROFIL WAHBAH ZUHAILI DAN KITAB TAFSIRNYA
A. Profil Wahbah
Zuhaili...................................................17 1.
Riwayat Hidup Wahbah Zuhaili.............................17 2.
Karya-Karya Wahbah Zuhaili................. ...............18
B. Al-Tafsi>r Al-Muni>r Fi> Al-‘Aqi>dah Wa
Al-Shari>‘ah Wa Al-Manhaj 1. Latar Belakang Penulisan
Kitab..............................20 2. Karakteristik Tafsir
al-Munir..................................22 3. Corak
Penafsiran......................................................23
4. Metode Kitab
Tafsir................................................25
-
xviii
BAB III KARAKTER PEMIMPIN TERHADAP QS YUSUF
A. Teori Kebahasaan dalam Mengungkap Makna al-Qur’an ..29 a.
Asbabun Nuzul
..............................................................30 b.
Penamaan QS
Yusuf......................................................33 c.
I’rab................................................................................34
d.
Munasabah.....................................................................35
B. Karakter Pemimpin dalam QS Yusuf Menurut Para
Mufassir...............................................................................37
BAB IV PENAFSIRAN WAHBAH ZUHAILI TERHADAP QS YUSUF
DALAM TAFSIR AL-MUNIR
A. Ibrah Kisah Nabi Yusuf dalam QS
Yusuf.........................45
1. Sabar dalam menghadapi
cobaan................................45
2. Yakin bahwa dibalik musibah yang menimpa, pasti ada
hikmahnya…………………………………...............45
3. Senantiasa bersyukur atas nikmat dari Allah….........46
4. Cobaan diberikan dengan maksud mengangkat derajat
seseorang.....................................................................46
5. Masyarakat Masa Kini Bisa Mengambil Pelajaran Akan Ketahanan
Pangan Dari Kisah Nabi Yusuf................47
6. Bertanggung Jawab Atas Amanah yang Diberikan Kepada
Kita.............................................................................47
B. Penafsiran Wahbah Zuhaili Terhadap QS Yusuf dalam Tafsir
Al-Munir...........................................................................48
a. Penafsiran QS Yusuf Wahbah Zuhaili dalam Kitab
Al-Munir...........................................................................48
b. Karakter Kepemimpinan Ideal dan Pengaruhnya dalam QS
Yusuf.....................................................................54
-
xix
C. Penilaian Terhadap Penafsiran Wahbah Zuhaili Dalam Kitab
Tafsir
Al-Munir.................................................................58
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan
...........................................................................61
B. Saran
.....................................................................................63
DAFTAR PUSTAKA
........................................................................................64
CURICULUM VITAE
.......................................................................................68
-
xx
-
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Nilai edukatif Al-Qur’an ibarat puncak sebuah gunung es yang
terapung.
Sembilan persepuluh dari nilai tersebut terendam di bawah air
sejarah, sedangkan
sepersepuluh darinya tampak di permukaan. Pernyataan tersebut
berlaku pula
pada kisah-kisah dalam al-Qur’an.1
Kisah-kisah yang terdapat dalam al-Qur’an memberikan banyak
sekali ‘ibrah,
selain sebagai pengenalan tokoh kenabian juga sebagai contoh
keteladanan
akhlaqul karimah (budi pekerti luhur) dari para nabi terdahulu.
Keteladanan yang
ditampilkan dari kisah para nabi dalam al-Qur’an diharapkan
mampu memberikan
motivasi bagi umat Islam untuk menjadi pribadi yang baik,
bermoral dan
berkarakter.
Adapun kisah yang terdapat di dalam al-Qur’an antara lain kisah
para nabi,
kisah yang berhubungan dengan peristiwa di masa lalu, dan
kisah-kisah yang
berhubungan dengan peristiwa pada masa Nabi Muhammad SAW.
Diantara
sekian banyak kisah yang terdapat dalam al-Qur’an, dikatakan
bahwa kisah Nabi
Yūsuf AS mendapat julukan ahsanal Qashashi atau the best story
yang artinya kisah terbaik dalam al-Qur’an. Karena didalamnya
banyak mengandung hikmah.
Berbeda dengan kisah-kisah nabi yang lain, kisah Nabi Yūsuf AS
dijelaskan secara terperinci dalam satu surat tersendiri dengan
sejumlah peristiwa yang
terjadi dengan perubahan yang menyertainya.
Hal ini menunjukkan bahwa tujuan menyebutkan kisah ini supaya
menjadi
pelajaran dan nasehat. Kisah Nabi Yūsuf AS identik dengan
nilai-nilai kehidupan manusia dalam mengarungi fase remaja hingga
dewasa. Selain itu juga
1Siti Zulaikhoh, Kisah Nabi Yusuf As (Ibrah Dan Implementasi
Konseptual Dalam
Pendidikan), Tesis (Salatiga: Progam Pascasarjana Jurusan
Pendidikan Islam Institut Agama
Islam Negeri (Iain) Salatiga, 2015), H 1.
-
2
terkandung ajaran bagaimana bersikap saat menjadi orang biasa,
teraniaya,
hingga menjadi pembesar istana.
Yang menarik dari QS Yūsuf ini adalah diantara kisah-kisah para
nabi yang terdapat dalam al Qur’an kisah Nabi Yūsuf AS termasuk
salah satu dari kisah-kisah yang sangat mengagumkan, yang
dijelaskan oleh Allah secara keseluruhan.
Allah menjelaskannya tersendiri dalam surat yang panjang dengan
penjelasan
yang detail dan gamblang. Di dalamnya Allah SWT menjelaskan
kisah Nabi
Yūsuf AS dari awal hingga akhir, dipaparkan juga mengenai
kelembutan hati Nabi Yūsuf AS memaafkan saudara-saudara yang pernah
membuangnya sehingga ia terpisah dengan ayah dan adik kandungnya.
Padahal ketika itu beliau telah
menjadi seorang menteri dan sanggup membalas kejahatan
saudaranya tersebut.
Kemudian Allah juga ceritakan bagaimana sifat amanah yang
dimiliki Nabi
Yūsuf AS ketika menjabat sebagai menteri, beliau sanggup menjaga
amanahnya sehingga mampu melepaskan rakyatnya dari kesulitan pangan
selama 7 tahun
lamanya.2
Oleh karena itu, sangat wajar jika Allah memberikan penilaian
terhadap kisah
Nabi Yūsuf sebagai kisah yang paling baik bagi Nabi Muhammad dan
umatnya.3 Hal ini sebagaimana disebutkan Allah SWT dalam firmannya
QS Yūsuf juz 12 ayat 3, sebagai berikut:
ۡنَتُِمۡنُقَۡبلِٖہُلَِمَنُالُُۡنَۡحنُ
َُعلَۡيَکُاَۡحَسَنُاۡلقََصِصُبَِمۤاُاَۡوَحۡينَۤاُاِلَۡيَکُٰہَذاُاۡلق
ۡرٰاَنُ٭َُۖوُاِۡنُک ٰغفِلِۡينَُنَق صُّ
Artinya : Kami menceritakan kepadamu kisah yang paling baik
dengan mewahyukan al-Quran ini kepadamu, dan sesungguhnya kamu
sebelum (kami mewahyukan) nya adalah Termasuk orang-orang yang
belum mengetahui.
Keteladan kisah Nabi Yūsuf AS melalui wahyu ilahi kepada
Rasulullah Muhammad SAW bukanlah sebuah fiktif belaka atau karangan
cerita yang
dibuat-buat. Mengandung nilai-nilai luhur sesuai dengan fitrah
manusia, untuk
2Ahmad Zulkhoir Lubis, Kepemimpinan Nabi Yusuf Dalam Al Qur’an,
Skripsi (Riau:
Program Studi Jurusan Tafsir Hadis Fakultas Ushuluddin
Universitas Islam Negeri Sultan
Syarif Kasim 2015), H 3. 3Chatirul Faizah, Ajaran Moral Dalam
Kisah Nabi Yusuf A.S., Skripsi (Semarang:
Progam Sarjana S1 Tafsir Hadits Fakultas Ushuluddin Universitas
Islam Negeri Walisongo,
2015). H 4.
-
3
pendidikan mental dan spiritual dalam pembentukan karakter
(character building)
generasi muda yang berkualitas, berkarakter Qurani dan tangguh.
Tak mudah
tumbang hanya karena harta, tahta dan wanita.
Mengimplementasikan akhlak
mulia para Nabi dan Rasul sebagai wujud iman dan takwa kepada
Allah, untuk
sukses kehidupan di dunia dan akhirat.4
Adapun fokus dalam penelitian ini adalah kisah Nabi Yūsuf AS
ketika diangkat menjadi menteri keuangan negara Mesir dengan
mengkaji tentang sisi
karakter kepemimpinan Nabi Yūsuf AS dan bagaimana pengaruhnya
pada saat itu. Karakter Islam biasa disebut dengan akhlaq, yaitu
keadaan yang melekat pada
jiwa manusia yang melahirkan perbuatan dengan mudah tanpa
melalui proses
pemikiran, pertimbangan, atau penelitian. 5 Akhlak atau karakter
seorang
pemimpin adalah suatu adab atau kebiasaan seorang pemimpin yang
dapat
dicontoh oleh para pengikutnya dan dapat membimbing dan
mengarahkan orang
yang dipimpinnya. Kepemimpinan itu berkaitan dengan pengaruh,
pemimpin
yang ideal adalah seseorang yang memiliki hidup dan karakter
yang dapat
mendorong orang lain untuk meneladaninya.
Pesimisme masyarakat terhadap fenomena krisis karakter yang
merambah
pada “penyakit moral” tersebut merupakan keprihatinan masal yang
hanya
mampu dijawab oleh elemen dasar pembangunan suatu bangsa melalui
peran
pemimpin. Walaupun pada tataran realita yang ada menunjukkan
kegagalan
sebuah system kepemimpinan untuk membangun nilai-nilai dasar
bagi karakter
suatu bangsa, namun bukan suatu keterlambatan untuk mengevaluasi
dan
merekonstruksi pendekatan apa yang menjadi prioritas utama dalam
membangun
karakter sebagai fondasi utama dalam kehidupan generasi suatu
bangsa.6
Di Indonesia banyak kasus korupsi yang diduga dilakukan oleh
kepala daerah
masih tergolong tinggi. Setiap tahun KPK menerbitkan laporan
tahunan yang
4 Rita Musdianti, Nilai-Nilai Pendidikan Karakter Dalam Kisah
Nabi Yusu AS, Tesis
Program Pascasarjana Fakultas Ilmu Agama Islam Universitas Islam
Indonesia, Yogyakarta,
2018, H 1. 5Nur Chanifah dan Abu Samsudin, Pendidikan Karakter
Islami: Karakter Ulul Albab
Di Dalam Al-Qur’an, (Banyumas: Pena Persada, 2019), H 48. 6
Fatma Laili Khoirun Nida, Intervensi Teori Perkembangan Moral
Lawrence
Kohlberg Dalam Dinamika Pendidikan Karakter, (Jurnal STAIN
Kudus, Vol. 8, No. 2,
Agustus 2013), H 273.
-
4
terkait dengan kegiatan KPK dalam pemberantasan korupsi. Dari
sejumlah kasus
tersebut, yang menyangkut kasus korupsi kepala daerah terdiri
dari gubernur,
walikota atau bupati dan wakilnya. Bahkan tidak hanya mereka,
kasus-kasus
korupsi juga dilakukan oleh petinggi partai, anggota DPR,
Menteri dan lainnya.
Yang lebih memprihatinkan lagi sesungguhnya kasus korupsi juga
dilakukan oleh
orang-orang yang duduk sebagai pemimpin dalam berbagai lembaga
keagamaan
hingga pemilihan-pemilihan pemimpin tidak lepas dari isu KKN di
lembaga
gereja tersebut.
Tak sedikit dari mereka hanya memanfaatkan jabatan atau
kekuasaan sebagai
pemuas nafsu dan kepentingan pribadi semata, bukan karena mereka
ingin
mengabdi kepada masyarakat. Indonesia banyak mencari pemimpin
yang ideal
dengan berbagai kriteria, contohnya dalam mencari pemimpin untuk
Indonesia,
lebih banyak dicari adalah yang mempunyai elektabilitas yang
tinggi
dibandingkan dengan kredebilitas, maka pencitraan merupakan
modal utama bagi
para calon pemimpin.
Setelah beberapa kasus diatas sesungguhnya dapat dilihat betapa
rusaknya
karakter para pemimpin saat ini, semua lini sudah disusupi
penyakit moral yang
sangat parah. Hampir sulit menemukan pemimpin bangsa yang amanah
dan bisa
dijadikan sebagai panutan maupun teladan. Ini jelas menunjukkan
bahwa negara
dan bangsa kita saat ini berada dalam kemerosotan dan krisis
kepemimpinan.
Maka tulisan ini diharapkan bisa memberikan pemikiran bagaimana
membangun
karakter kepemimpinan sebagai jawaban atas kemerosotan
kepemimpinan saat
ini.
Dalam konteks riset penafsiran yang berbasis kriteria
pemimpin,
kepemimpinan yang ideal dan pengaruh karakter ideal terhadap
kepemimpinan
dengan segala implementasinya menjadi menarik untuk dilakukan
sebuah
penelitian. Dengan tujuan, untuk melihat bagaimana
pemikiran-pemikiran
mufassir tentang kepemimpinan terhadap perkembangan zaman modern
terkait
syarat dan pengaruh yang berbagai macam dalam aspek politik.
Dalam penelitian ini, ayat al-Qur’an dapat dipahami maksud dan
tujuannya
dengan bantuan kontektualisasi di jaman sekarang. Tentunya,
diperlukan analisa
dan pandangan mufassir kontemporer terhadap perkembangan ilmu
pengetahuan.
Selain itu, penulis juga menggunakan kitab tafsir utama yaitu
al-Tafsi>r al-Muni>r
-
5
fi> al-‘Aqi>dah wa al-Shari>‘ah wa al-Manhaj karangan
dari syeh Wahbah Zuhaili untuk mengetahui bagaimana kepemimpinan
Nabi Yūsuf AS dalam al-Qur’an yang terdapat pada QS Yūsuf.
Corak dan warna penulisan kitab tafsir ini menawarkan sebuah
sistem
penulisan yang sangat sederhana dan pola susunan redaksi kalimat
yang mudah
dipahami dengan mempertahankan konsistensi serta pemaparan
masalah yang
sistematis dalam lingkup tema pembahasan yang diurai dengan
kemampuan dan
kapabilitas pengetahuan penulis, yang dimulai dengan menuliskan
ayat ayat
bahasan dengan tema sentral, mengurai ayat dalam bentuk klausa
dan frase yang
dianggap penting pada sub judul i’rāb, balāghah, mufradāt
lugawy, menjelaskan asbāb al-Nuzūl ayat (jika ada riwayat hadis
sahih yang mendukung), tafsir dan bayan dan fiqh alhayat (konsep
hidup) atau hukum.7 Adapun telaah kitab tafsir
ini sebagai media untuk memperkuat hasil penelitian penulis.
Oleh karena itu, penulis berharap dengan adanya penelitian yang
membahas
tentang karakter pemimpin dalam al-Qur’an: Telaah QS Yūsuf ini
mampu mengedukasi masyarakati, sehingga kasus-kasus penyimpangan
dalam
kepemimpinan sedikit demi sedikit bisa berkurang. Merujuk
kembali kepada
kisah Nabi Yūsuf AS dalam al-Qur’an, terdapat beberapa aspek
ekstern yang berperan dalam perjalanan kenabiannya antara lain
adalah kepemimpinanya
dalam menjalankan roda kepemerintahan negara. Beliau merupakan
sosok
pemimpin yang amanah dan mempunyai wawasan yang luas. Penelitian
ini
mencoba membahas lebih jauh tentang kepemimpinan Nabi Yūsuf AS
serta ibrah atau pelajaran yang relevan dalam konteks kekinian dari
kepemimpinan Nabi
Yūsuf AS. Mengingat pentingnya memahami kisah dalam al-Qur’an,
maka penulis memberikan judul penelitian ini, “KARAKTER PEMIMPIN
DALAM
AL-QUR’AN TELAAH QS YUSUF”.
7Muhammad Hasdin Has, Metodologi Tafsir Al-Munir Karya Wahbah
Zuhaily, Jurnal
Al-Munzir Vol. 7, No. 2, November 2014, H 1.
-
6
B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas dan juga
untuk mempermudah penelitian
yang di lakukan penulis, maka dapat di ambil pokok-pokok rumusan
masalah
yang menjadi fokus penelitian antara lain :
1. Bagaimanakah karakter pemimpin yang ideal sesuai dengan QS
Yūsuf ayat?
2. Bagaimana pengaruh karakter ideal terhadap kepemimpinan dalam
QS Yūsuf?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian Adapun tujuan dari penelitian
ini antara lain :
1. Untuk mengetahui karakter pemimpin yang ideal sesuai dengan
QS Yusuf.
2. Untuk mengetahui pengaruh karakter ideal terhadap
kepemimpinan dalam QS Yusuf.
Sesuai dengan tujuan di atas, secara garis besar penulis
mengharapkan
manfaat dari penelitian ini sebagai berikut :
a) Secara teoritik (akademik) :
Penelitian ini diharapkan mampu menambah bahan pustaka yang
berkenaan dengan kajian QS Yūsuf.
Sebagai kontribusi keilmuan keislaman khususnya dalam bidang
penafsiran al-Qur’an agar bisa menjadi pertimbangan ataupun
bahan
dalam proses-proses penafsiran al-Qur’an selanjutnya.
b) Secara praktis :
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan bacaan di
Perpustakaan Fakultas Ushuluddin, Adab dan Humaniora Institut
Agama Islam Negeri Salatiga.
Dengan adanya penelitian ini penulis ingin mengembangkan
kerangka
teoritik kajian kisah Nabi Yūsuf AS dan menunujukkan pesan-pesan
moral yang terkait dengan aspek aspek kekuasaan politik yang
terkandung di dalamnya.
-
7
D. Tinjauan Pustaka Tinjauan pustaka ini pada dasarnya adalah
untuk mendapatkan gambaran
yang jelas tentang hubungan topik yang diteliti dengan
penelitian sejenisnya,
yang pernah dilakukan oleh peneliti sebelumnya. Dalam
penelusuran yang
dilakukan oleh penulis, karya tulis yang meneliti tentang
karakter kepemimpinan
cukup banyak dilakukan, terutama dalam literatur-literatur yang
berbicara
tentang kepemimpinan dalam Islam ataupun pemimpin dalam
Al-Qur’an. Pada
bagian ini, akan dijelaskan beberapa penelitian yang telah
dilakukan oleh peneliti
terdahulu yang spesifik berbicara tentang kepemimpinan. Adapun
karya tulis
yang berupa skripsi ataupun jurnal yang berkaitan dengan judul
penelitian
tersebut yaitu:
Skripsi jurusan IAT IAIN Tulungagung yang berjudul
“Kepemimpinan
Dalam Al-Quran: Kajian Tematik Ayat-Ayat Kepemimpinan” yang
ditulis oleh
Muh. David Fardani tahun 2019. Didalamnya menjelaskan bagaimana
al-Quran
berbicara tentang pemimpin dan bagaimana pemimpin dalam
perspektif al-Quran
diaktulisasaikan dalam kepemimpinan politik di Indonesia. Selain
itu,
didalamnya juga menguraikan ayat-ayat pemimpin dalam perspektif
al-Quran
berdasarkan penafsiran mufassir khususnya dalam tafsir al-Ibriz,
al-Azhar dan al-
Misbah serta pakar keilmuan lain. Persamaan dengan penelitian
yang akan dikaji
penulis adalah sama-sama membahas seputar kepemimpinan
sedangkan
perbedaannya terletak pada kitab dan ayat yang dikaji.
Jurnal yang berjudul “Membangun Karakter Kepemimpinan” ditulis
oleh
Fernando Tambunan yang dipublikasikan oleh Jurnal Teologi
Iluminare, Vol. 1
No. 2 Juni 2014. Tulisan tersebut menggambarkan karakter,
kepemimpinan,
integritas yang dalam lingkup gereja. Dalam tulisan tersebut
menjelaskan bahwa
gereja memiliki tanggungjawab dalam menciptakan pemimpin yang
berkarakter
untuk menjawab kemerosotan dalam kepemimpinan masa kini,
kemerosotan
terjadi disetiap lini, baik dalam kepemimpinan bangsa maupun
kepemimpinan
gereja. Untuk menghasilkan sosok seperti itu diperlukan suatu
pendidikan
karakter yang baik dan benar agar tercipta karakter kepemimpinan
yang
berkualitas. Persamaan dengan penelitian penulis adalah
sama-sama mengangkat
tema kepemimpinan sedangkan perbedaannya penulis menggunakan
kajian kitab
-
8
tafsir dan berbicara kepemimpinan dalam konteks Islam sedangkan
pada jurnal
tersebut tidak.
Skripsi UIN Sunan Kalijaga jurusan Pendidikan Agama Islam yang
berjudul
“Nilai-Nilai Kepemimpinan Islam Dalam Al-Qur’an Dan Relevansinya
Dengan
Kompetensi Kepemimpinan Guru Pendidikan Agama Islam”, ditulis
oleh Abdul
Fariz Azizi tahun 2018. Dalam skripsi tersebut berbicara
mengenai larangan
menjadikan non muslim sebagai pemimpin masyarakat muslim,
kedekatan
pemimpin terhadap masyarakatnya, dan relevansinya dengan
kompetensi
kepemimpinan guru Pendidikan Agama Islam. Skripsi tersebut
mengangkat tema
yang lebih spesifik membahas kepemimpinan di lingkup guru
Pendidikan Agama
Islam, sedangkan penelitian penulis terfokus pada kepemimpinan
nabi Yūsuf.
Skripsi yang berjudul “Tafsir Ayat-Ayat Kepemimpinan Politik
Menurut Al-
Baidawi Dalam Tafsir “Anwar Al-Tanzil Wa Asrar Al-Ta’wil” yang
ditulis oleh Lilis Karina Pinayungan tahun 2017. Didalamnya
menjelaskan penafsiran al-
Baidawi dalam tafsir yang berjudul Anwaru al-Tanzil wa Asraru
al-Ta’wil
terhadap term Khalifah, Uli al-Amri dan imam yang notabenenya
berhubungan
dengan kepemimpinan politik dalam suatu negara. Selain tiga term
tersebut
penelitian ini juga akan membahas ayat-ayat al-Qur’an yang
berkaitan dengan
memilih pemimpin. Skripsi tersebut lebih difokuskan pada
pemikiran Al-Baidawi
dalam dalam tafsir Anwar Al-Tanzil Wa Asrar Al-Ta’wil. Sedangkan
penelitian
penulis memfokuskan pada karakter kepemimpinan yang terkandung
dalam surah
Yusuf pada kitab Al-Munir karangan Wahbah Zuhaili.
Jurnal yang berjudul “Kepemimpinan: Konsep, Teori Dan
Karakternya”
ditulis oleh Fridayana Yudiaatmaja yang dipublikasikan oleh
Jurnal Media
Komunikasi FIS Vol 12, No 2 Agustus 2013. Tulisan tersebut
memaparkan
definisi kepemimpinan, klasifikasi kekuasaan, dan riset yang
bertujuan untuk
melakukan identifikasi terhadap karakter-karakter yang dapat
dikaitkan secara
konsisten dengan kepemimpinan.
Penelitian yang dilakukan penulis yaitu sebagai pelengkap dan
perbandingan
dari penelitian yang sudah ada sebelumnya yang sama membahas
tentang
kepemimpinan, namun dalam objek berbeda dengan penelitian
sebelumnya.
-
9
E. Landasan Teori Kepemimpinan dapat diartikan sebagai kegiatan
untuk mempengaruhi
banyak orang yang diarahkan terhadap pencapaian suatu tujuan.
Sandang P.
Siagian menjelaskan kepemimpinan sebagai kemampuan dan
keterampilan
seseorang yang menduduki jabatan sebagai pemimpin satuan kerja
untuk berfikir
atau bertindak sedemikian rupa sehingga melalui perilaku yang
positif ia
memberikan sumbangsih dalam pencapaian organisasi.
Pemimpin merupakan orang yang mampu menyuruh, menggerakkan,
mempengaruhi, mengajak, memotivasi, membimbing, mengarahkan,
menasehati,
memerintah, melarang dan bahkan menghukum serta membina dengan
maksud
agar manusia sebagai media manajemen mau bekerja dalam rangka
mencapai
tujuan administrasi secara efektif dan efisien yang diridhai
oleh Allah. Hal
tersebut menunjukkan bahwa kepemimpinan sedikitnya mencakup tiga
hal yang
paling berhubungan, yaitu adanya pemimpin dan karakteristiknya,
adanya
pengikut, serta adanya situasi kelompok tempat pemimpin dan
pengikut
berinteraksi.8
Karakter seorang pemimpin dapat dilihat antara lain dari cara
dan
gayanya yang relatif tetap dalam memperlakukan bawahan dan
orang-orang, baik
yang menjadi sahabat maupun lawannya, cara dan gayanya
menyelesaikan
konflik atau masalah hidupnya, dan caranya menyikapi suatu
kemenangan atau
kekalahan dalam sebuah pertandingan, dan langkah-langkahnya
dalam
mengambil keputusan penting dan stategis. Dalam cara dan gaya
yang
ditunjukkan pemimpin secara terus-menerus dalam jangka panjang
akan tampak
sikapnya sebagai pemimpin.
Karakter pemimpin merupakan salah satu faktor yang
menentukan
kesuksesan atau kegagalan seorang pemimpin. Covey menekankan,
bahwa etika
karakter (Character Ethic) sebagai dasar bagi keberhasilan
seseorang seperti:
integritas, kerendahan hati, kesetiaan, keberanian, kerajinan,
kesederhanaan dan
kesopanan. Dalam setiap bukunya dan progam-progam pelatihan
kepemimpinan
(leadership) yang diselenggarakannya, Covey menekankan pada
upaya-upaya
8 Sakdiah, Karakteristik Kepemimpinan Dalam Islam (Kajian
Historis Filosofis )
Sifat-Sifat Rasulullah, Jurnal Al-Bayan / Vol. 22 No. 33 Januari
- Juni 2016, H 32.
-
10
untuk menjadikan kebiasaan-kebiasaan positif sebagai bagian dari
karakter
pemimpin.9
Perspektif karakter dalam konteks kepemimpinan dapat
berimplikasi
pada tiga pemahaman dasar, yaitu: (1) kepribadian pemimpin
(personality of
leader), (2) pendekatan pensifatan (traits approach), dan
pembentukan karakter
(character building). Dari aspek kepribadian, karakter dapat
dipandang sebagai
sifat sesaat yang ditampilkan dalama perilaku kepemimpinan
melalui proses
penyesuaian diri dengan lingkungan sekitar pada saat tertentu.
Misalnya, seorang
pemimpin harus bersukap ramah terhadap mitra kerjanya padahal
sejatinya
pemimpin tersebut memiliki pribadi yang lugas, tidak suka
basa-basi.
Dalam perspektif teori kepemimpinan, pendekatan pensifatan
merupakan
pemahaman awal dan dasar terhadap karakteristik pemimpin yang
ideal dan
efektif. Pendekatan ini rupanya sampai sekarang masih digunakan
sebagai
kriteria pemilihan pemimpin berdasarkan karakteristik eksternal
dan internal.
Misal, syarat pemilihan calon supervisor (penyedia) antara lain:
minimal
pendidikan sarjana, kompeten pada bidang tugas, terampil dalam
berkomunikasi,
jujur dan terbuka.
Yang terakhir point ketiga yaitu pembentukan karakter. Sosok
pemimpin
seyogyanya militan dalam segala dimensi kehidupan. Bahkan
kesuksesan
kepemimpinan tergantung dari kecerdasan ganda (multiple
intelligence) yang
meliputi kecerdasan: intelektual, emosional, motivasional,
sosial, moral dan
spiritual. Manakala segala aspek kecerdasan tersebut dimiliki
dan diterapkan
dalam kepemimpinan hidup sehari-hari. Dengan kata lain, pemimpin
adalah
seorang yang memiliki kecerdasan superior dalam segala aspek
kehidupan
sehingga layak diteladani oleh para pengikutnya.10
Albert Einstein pernah menulis jika kebanyakan orang
mengatakan
intelektualitaslah yang membuat seorang ilmuwan hebat. Mereka
salah, yang
9Agus Wijaya, N. Purnomolastu, A.J. Tjahjoanggoro, Kepemimpinan
Berkarakter,
Sidoarjo: Brilian Internasional, 2015, H 17 10 Agus Wijaya, N.
Purnomolastu, A.J. Tjahjoanggoro, Kepemimpinan Berkarakter:
Untuk Para Pemimpin Dan Calon Pemimpin Masa Depan, Surabaya:
Firstbox Media, 2015,
H 19.
-
11
membuatnya hebat adalah karakter. Hal ini senada dengan ungkapan
Jenderal H.
Norman Schwarzkopf yang pernah mengatakan, “Kepemimpinan adalah
kombinasi yang sangat kuat dari strategi dan karakter. Namun jika
harus memilih
salah satunya, pilihlah karakter.11
Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat memberikan
informasi
kepada masyarakat tentang karakter pemimpin yang ideal dan
bagaimana
pengaruhnya. Salah satu suri tauladan dalam hal kepemimpinan
adalah nabi
Yusuf dan cara kita untuk mempelajarinya adalah dengan cara
mengkaji kitab-
kitab tafsir yang bercorak siyasah. Dalam hal ini pendekatan
karakter kepemimpinan adalah untuk mengungkap bagaimana pemimpin
yang ideal dan
apa pengaruhnya terhadap masyarakat.
Inilah kitab tafsir al-Tafsi>r al-Muni>r fi>
al-‘Aqi>dah wa al-Shari>‘ah wa al-Manhaj yang ditulis oleh
syeh Wahbah Zuhaili dengan pendekatan yang paling menonjol adalah
pendekatan fiqh (hukum Islam). Corak penafsiran kitab tafsir
ini
mengkolaborasikan antara penafsiran bi al-ma’tsur (periwayatan)
dengan bi al-
ra’yi (penalaran dan ijtihad). Hal itu terlihat ketika penulis
mencoba menuangkan
idenya dengan mengomentari riwayat- riwayat yang ia paparkan dan
menggali
hukum yang terkandung di dalamnya.
F. Metode Penelitian Dari asal katanya metode berarti jalan atau
cara. Metode penelitian berarti
cara pengumpulan data dan analisis. Dari analisa data tersebut
kemudian peneliti
akan mendapatkan hasil apakah itu berupa penegasan atas teori
yang pernah ada
atau disebut dengan confirmation atau suatu penemuan baru atau
nama lainnya
discovery.12 Metode penelitian yang digunakan penulis sebagai
berikut :
1. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian
kualitatif. Disebut riset kepustakaan
atau library research karena sumber data penelitiannya
menitikberatkan
kajian literatur terutama pada kitab-kitab tafsir. Metode
penelitian secara
umum yang digunakan adalah deskriptif-analitis. Selain itu,
penulis juga
11 Fernando Tambunan, Membangun Karakter Kepemimpinan, Jurnal
Teologi
Illuminare, Vol. 1 No. 2 Juni 2014, Hal 7. 12 J.R Raco, Metode
Penelitian Kualitatif, (Jakarta: Grasindo, 2010), H 1.
-
12
menekankan pada aspek tafsir maudhu’i dalam penafsiran
al-Qur’an. Dalam
hal ini penulis melakukan penelitian dengan cara mencari dan
meneliti
melalui naskah-naskah, artikel-artikel ataupun sumber-sumber
tertulis
lainnya yang ada hubungannya dengan masalah penelitian, baik
yang
tersimpan di perpustakaan-perpustakaan maupun tempat lainnya.
Kajian
pustaka merupakan variabel yang menentukan cakrawala dari segi
tujuan
dan hasil penelitian dan juga merupakan landasan landasan
teoritis. Riset
kepustakaan atau studi pustaka merupakan serangkaian kegiatan
yang
berkenaan dengan metode pengumpulan data pustaka, membaca
dan
mencatat serta mengolah bahan penelitian.13 Penelitian ini
dilakukan untuk
menelaah tentang karakter pemimpin dalam QS Yūsuf.
2. Sumber Data Dalam mengumpulkan data penelitian studi
kepustakaan ini, maka
sumber yang akan digunakan oleh penulis terbagi menjadi dua
yakni sumber
data primer dan sumber data sekunder. Sumber data primer adalah
rujukan
utama penulis untuk mengambil data penelitian. Sedangkan data
sekunder
adalah data yang membantu penelitian penulis selain dari data
primer.
Sumber data primer yang digunakan dalam penelitian ini
adalah
bersumber dari al-Qur’an, kitab tafsir, buku tentang karakter
kepemimpinan
sebagai bukti bahwa pemimpin yang ideal sangat berpengaruh
dalam
kepemimpinan suatu organisasi atau negara.
Adapun data sekunder yang digunakan dalam penelitian ini
adalah
bersumber dari refrensi-refrensi kajian literatur yang berkaitan
dengan
kepemimpinan baik berupa ensiklopedia al-Qur’an, bahan pustaka,
jurnal,
skripsi, thesis, karya ilmiah, koran, internet, majalah, surat
kabar, dan artikel
yang relevan dengan permasalahan dan pembahasan yang dikaji oleh
penulis
dalam penelitian ini. Di samping itu juga digunakan buku-buku
lainnya
selama masih ada relevansinya dengan penelitian ini.
13Mestika Zed, Metode Penelitian Kepustakaan, (Jakarta: Yayasan
Obar Indonesia,
2008), Hlm 3.
-
13
Kedudukan bahan-bahan pustaka diatas merupakan sumber ide
untuk menggali pemikiran atau gagasan baru.Yang bertujuan
sebagai
bahan dasar untuk melakukan deduksi dari pengetahuan yang telah
ada
dan untuk membangun kerangka teori yang baru serta menemukan
acuan untuk memecahkan suatu permasalahan.
3. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data yang akan
digunakan oleh penulis
dalam penelitian studi kepustakaan ini ialah melalui beberapa
tahap
untuk memperoleh hasil penelitian yang maksima, lantara lain
sebagai
berikut:
a. Mengidentifikasi permasalahan serta mengembangkannya
dalam
bentuk pertanyaan-pertanyaan mendasar terkait dengan masalah
yang
diteliti.
b. Mengumpulkan data atau informasi dari berbagai sumber pustaka
yang kemudian disajikan dengan perspektif baru.14 Adapun sumber
pustaka dan lapangan tersebut bersumber dari al-Qur’an,
kitab-kitab
tafsir, kamus-kamus, dan buku-buku baik berupa media cetak
ataupun
elektronik dengan cara menggunakan search engine untuk
menemukan informasi atau sumber data yang ada di dunia maya
(internet) yang relevan dengan permasalahan dan pembahasan
yang
dikaji oleh penulis dalam penelitian ini.
c. Mengklasifikasikan data yang sudah diperoleh sesuai dengan
jenisnya menjadi data primer dan data sekunder.
d. Menelaah secara kritis dan mendalam terhadap bahan-bahan
pustaka yang relevan. Kemudian mengutip isi bagian-bagian yang
berhubungan dengan permasalahan dan pembahasan penelitian
penulis. Yakni dalam rangka mendukung gagasan atau proposisi
untuk menghasilkan kesimpulan dan saran.
e. Mengevaluasi semua informasi yang telah diperoleh dengan cara
manganalisisnya secara kritis.
Penelitian ini akan berusaha menghimpun dan mempelajari
dokumen-
dokumen penting yang menunjang pelaksanaan penelitian ini.
14Tim Fuadah, Pedoman Penulisan Skripsi, Fakultas Ushuluddin
Adab Dan Humaniora
Institut Agama Islam Negeri Salatiga, 2018. Hal 2.
-
14
4. Teknik Analisa Data Dalam menganalisa data yang telah
berhasil dikumpulkan, setelah
terlebih dahulu diklasifikasikan sesuai dengan permasalahan yang
ada
selanjutnya peneliti melakukan analisis data. Metode analisis
data yang
digunakan penulis dalam penelitian ini adalah metode
deskriptif-analisis
dengan pendekatan tafsir siyasah. Yakni menuturkan,
menggambarkan,
mengklasifikasi, mendeskripsikan kepemimpinan secara obyektif
dari data
yang dikaji. Yaitu dengan melakukan penelitian terhadap
penafsiran surat
Yūsuf dan dari kandungan kitab tafsir al-Muni>r tentang
pemikiran syeh Wahbah Zuhaili terhadap tafsir surat tersebut,
sekaligus
menginterpretasikan dan menganalisis data secara mendalam.
Cara yang ditempuh dalam penelitian ini yaitu dengan cara
menelaah ayat
demi ayat, sesuai dengan susunannya dalam mushaf. Ditulis dengan
uraian
yang mengemukakan arti mufrodat diikuti dengan penjelasannya
secara
umum atau menyeluruh. Setelah itu, dikemukakan juga munâsabah
(korelasi) ayat-ayat, dan menjelaskan hubungan maksud ayat-ayat
tersebut
satu sama lain, membahas asbāb al-Nuzūl (latar belakang turunnya
ayat) jika ada, dan dalil-dalil dari hadits, atau sahabat, atau
para tâbi’in. Dengan metode tematik, penelitian ini akan berusaha
mengumpulkan ayat-ayat Al-
Qur’an tentang kisah Nabi Yūsuf AS ke dalam satu tema, yaitu
kisah Nabi Yūsuf AS, kemudian dipilah-pilah menjadi tema-tema
kecil, selanjutnya dianalisis untuk mengetahui secara kronologis
dan mendalam tentang nilai
pendidikan akhlak yang terkandung di dalamnya.
5. Metode Penyajian Data Dalam menyajikan data, penulis
menggunakan metode deskriptif. Metode
ini dimaksudkan untuk mendeskripsikan secara sistematis dan
akurat suatu
situasi atau area populasi tertentu yang bersifat faktual.
Metode deskriptif
dapat juga diartikan sebagai penelitian yang dimaksudkan untuk
memotret
fenomena individual, situasi, atau kelompok tertentu yang
terjadi tidak lama
ini. Metode deskriptif juga berarti penelitian yang dimaksudkan
untuk
menjelaskan fenomena atau karakteristik individual, situasi,
atau kelompok
-
15
tertentu secara akurat.15 Dengan kata lain, metode ini
menerangkan atau
mejelaskan sebagaimana data yang telah diperoleh yang ada
seperti kutipan
dari hasil wawancara maupun buku-buku yang kemudian disajikan
sesuai
dengan fakta.
G. Sistematika Penulisan Untuk mendapatkan gambaran yang
bersifat utuh, menyeluruh dan juga
mempermudah pembaca dalam menelaah isi kandungan yang ada di
dalamnya
serta adanya keterkaitan antara bab satu dengan bab yang lain,
penulis akan
memaparkan sistematika pembahasan dalam penelitian ini yaitu
sebagai berikut
:
BAB I: pendahuluan yang mencakup kerangka dasar dan keseluruhan
isi
penelitian berupa latar belakang masalah, yang menguraikan
ketertarikan penulis
kepada objek kajian penelitian. Rumusan masalah yang menguraikan
dan
membatasi permasalahan yang dikaji. Tujuan dan manfaat
penelitian, Tinjauan
pustaka, landasan teori, metode penelitian, dan sistematika
pembahasan.
BAB II: menjelaskan secara terperinci mengenai profil Wahbah
Zuhaili dan
kitab tafsirnya. Yang menjadi bahan kajian yaitu, riwayat hidup
beserta karya-
karya Wahbah Zuhaili dan kitab al-Tafsi>r al-Muni>r fi>
al-‘Aqi>dah wa al-Shari>‘ah wa al-Manhaj yang mencakup
tinjauan umum tentang yang melatarbelakangi penulisan kitab, alasan
diberi nama demikian, corak penafsiran, dan metode
dalam kitab tafsirnya serta segala sesuatu yang terkait
dengannya.
BAB III: berisi tentang karakter pemimpin yang sesuai dengan QS
Yūsuf, terdiri dua point. Point pertama yaitu: teori kebahasaan
dalam mengungkap
makna al-qur’an yang berisi asbabun nuzul balaghah, munasabah.
Dan point
kedua berisis karakter pemimpin dalam QS Yūsuf menurut para
mufassir.
BAB IV: membahas karakter pemimpin dalam kitab tafsir
al-Tafsi>r al-Muni>r fi> al-‘Aqi>dah wa al-Shari>‘ah
wa al-Manhaj karya syeh Wahbah Zuh}aili>. Berisi tentang ibrah
kisah nabi Yūsuf beserta analisa penafsiran Wahbah Zuh}aili>
dalam
15 Sudarwan Danim, Riset Keperawatan: Sejarah & Metodologi,
Jakarta: EGC,
2003, H 52.
-
16
tafsir al-Muni>r terhadap kisah Nabi Yūsuf AS. Selain itu,
dibahas juga karakter pemimpin Iieal dan pengaruhnya dalam QS Yūsuf
, serta penilaian terhadap penafsiran syeh Wahbah Zuh}aili>
dalam kitab tafsir al-Muni>r.
BAB V: penutup yang mencakup kesimpulan dari seluruh pembahasan
dalam
penelitian penulis dan saran rekomendasi dari hasil kesimpulan
tersebut yang
diakhiri dengan daftar pustaka.
-
17
BAB II
KITAB TAFSIR AL-MUNIR
A. Biografi Wahbah Zuhaili
1. Riwayat Hidup
Wahbah Zuhaili merupakan ulama kontemporer yang lahir di
Dair
‘Atiyah kecamatan Faiha, Provinsi Damaskus Suriah pada tahun
1932 H.
Nama lengkapnya adalah Wahbah bin Musthafa al-Zuhaili, anak
dari
Musthafa alZuhaili. Ayahnya adalah seorang petani dan pedangang
yang
hafal al-quran serta mencintai assunnah. Sedangkan ibunya
bernama Hajjah
Fatimah binti Musthafa Sa’adah. Wanita shalihah yang mempunyai
sifat
warak dan teguh dalam menjalankan syari’at Islam.16
Perjalanan intelektualnya bermula pada tingkat ibtidaiyah di
tempat
kelahirannya, selanjutnya jenjang tsanawiyah pada tingkat
persiapan
Fakultas Syari'ah di Damaskus selama enam tahun dan mencapai
nilai imtiyaz
sekaligus menjadi yang pertama sebagai pelajar sekolah menengah
atas negeri
pada tahun 1952, bersamaan dengan itu beliau juga memperoleh
pengakuan
pada kelas menengah atas jurusan sastra. Pada tingkat mahasiswa
setelah
mengikuti perkuliahan pada Fakultas Syari'ah di Universitas
al-Azhar, beliau
memperoleh ijazah sarjana pada tahun 1956, di tempat yang sama
juga
menerima ijazah belajar khusus pada Fakultas Bahasa Arab,
sehingga ijazah
internasional yang diterimanya sekaligus dengan ijazah
belajarnya (License;
Lc).17
Pada saat belajar di Universitas a1-Azhar beliau juga
mengikuti
perkuliahan di Universitas Ain al-Syams, Fakultas Hukum hingga
selesai dan
menerima ijazah sarjana dengan peridikat jayyid pada tahun1957.
Dan
16 Abdurrahman Shalih, Hukum Jual Beli Emas Secara Cicil
Perspektif Wahbah
Zuhaili, Skripsi (S1) Program Studi Manajemen Perbankan Syariah
Fakultas Agama Islam
Universitas Muhammadiyah: Jakarta, 2019, H 31. 17Muhammad
Hasdin., Metodologi Tafsir Al-Munir Karya Wahbah Zuhaily,
Jurnal
Al-Munzir Vol. 7, No. 2, (November 2014), H 44.
-
18
memperoleh ijazah sarjana magister kelas diploma institut ilmu
syari'at dari
Fakultas Ilmu Hukum Universitas Kairo pada tahun 1959. Beberapa
aktivitas
dan keterlibatan syeh Wahbah Zuhaili dalam bidang keilmuan,
antara lain:
pernah menjabat selaku Ketua jurusan Fiqh Islam dan Mazhab
Universitas
Damaskus Fakultas Syari'ah, diperbantukan sebagai dosen tamu
pada
Universitas Khortom progam studi Syari'at dan Universitas Islam
Dirman
untuk memberi perkuliahan pada mata kuliah Fiqh dan Ushul Fiqh
kepada
mahasiswa pascasarjana. Dan juga selama dua tahun pada kelas
pascasarjana
Fakultas Hukum di Libya sebagai dosen tamu selama sebulan.18
Wahbah Zuhaili dikenal sebagai seorang ulama di bidang tafsir
dan juga
ahli fiqih. Beliau banyak menghabiskan waktu dengan melakukan
penelitian
untuk mengembangkan ilmu pengetahuan. Beliau adalah ulama yang
hidup di
abad ke 20 yang sejajar dengan tokoh-tokoh lainnya seperti
Thahir Ibnu
Asyur, Said Hawwa, Sayyid Qutb, Muhammad Abu Zahrah, Mahmud
Syaltut
Ali Muhammad al-khafif, Abdul Ghani, Abdul Khaliq dan Muhammad
Salam
Madkur.19
2. Karya-Karya
Kecerdasan syeh Wahbah Zuhaili telah dibuktikan dengan
kesuksesan
akademisnya, hingga banyak lembaga-lembaga pendidikan dan
lembaga
sosial yang dipimpinnya. Selain keterlibatnnya pada sektor
kelembagaan baik
pendidikan maupun sosial beliau juga memiliki perhatian besar
terhadap
berbagai disiplin keilmuan. Hal ini dibuktikan dengan keaktifan
beliau dan
produktif dalam menghasilkan karya- karyanya, meskipun karyanya
banyak
dalam bidang tafsir dan fiqh akan tetapi dalam penyampaiannya
memiliki
relefansi terhadap paradigma masyarakat dan perkembangan sains.
Di sisi
lain, beliau juga aktif dalam menulis artikel dan buku- buku
yang jumlahnya
hingga melebihi 133 buah buku. Bahkan, jika tulisan-tulisan
beliau yang
18Muhammad Hasdin., Metodologi Tafsir Al-Munir Karya Wahbah
Zuhaily, Jurnal
Al-Munzir Vol. 7, No. 2, (November 2014), H 45. 19 Abdurrahman
Shalih, Hukum Jual Beli Emas Secara Cicil Perspektif Wahbah
Zuhaili, Skripsi (S1) Program Studi Manajemen Perbankan Syariah
Fakultas Agama Islam
Universitas Muhammadiyah: Jakarta, 2019, H 31.
-
19
berbentuk risalah dibukukan maka jumlahnya akan melebihi dari
500
makalah.20
Beberapa karyanya dalam bidang tafsir al-Qur'an dan Ulum
al-Qur'an
antara lain:21
a. Tafsir al-Muni>r yang terdiri dari 16 jilid. b. Al-Qiyam
al-Insaniyat fi al-Qur'an al-Karim. c. Al-I’jaz al 'Ilmy fi
al-Qur'an al-Karim. d. Al-Sunnah al-Nabawiyat al-Syarifa. e.
Hakikatuh wa Makanatuh 'inda al-Muslimin. f. Fiqh al-Sunnah
al-Nabawiyat.
Dalam bidang al-Fiqh dan Ushul Fiqh antara lain:22
a. Al-Fiqh al-Islamy wa Adillatuhu 11 Jilid. b. Ushul al-Fiqh
al-Islamy. c. Al-Usas wa al-Mashadir al-Ijtihadiyat al-Musytarikat
bain al-Sunnah
wa al-Syi'at. d. Nuqath alIltiqa'u bain al-Madzahib
al-Islamiyat. e. Al-Mas'uliyat al-Jinaiyat li Maradh al-Jins wa
al-Idz. f. Al-Iman bi al-Qadha' wa al-Qadr. g. Ushul Muqaran
al-Adyan. h. Al-Bid'a al-Munkar.
Hasil karya lain merupakan karangan yang dipublikasikan, yakni:
Takhrij wa Tahkik Ahadits (Tukhfat al-Fuqaha'u li alSamarqandy),
Takhrij wa Tahkik Ahadits wa Atsar (Jami' al-Ulum wa a1-Hukm li Ibn
Rajab al-Hambaly) ma'a al-Ta'liq alaih, al-Qur̀an alKarim, al
Bunyat al-Syar'iyat wa
20 Abdurrahman Shalih, Hukum Jual Beli Emas Secara Cicil
Perspektif Wahbah
Zuhaili, Skripsi (S1) Program Studi Manajemen Perbankan Syariah
Fakultas Agama Islam
Universitas Muhammadiyah: Jakarta, 2019, H 33. 21Muhammad
Hasdin., Metodologi Tafsir Al-Munir Karya Wahbah Zuhaily,
Jurnal
Al-Munzir Vol. 7, No. 2, (November 2014), H 48. 22Muhammad
Hasdin., Metodologi Tafsir Al-Munir Karya Wahbah Zuhaily,
Jurnal
Al-Munzir Vol. 7, No. 2, (November 2014), H 48.
-
20
al-Khashaish al-Hadhariyat, dan alDsara'i fi al-Siyasat
al-Syaiaiyat wa al-Fiqh al-Islamy sebuah risalah magister tahun
1959.23
B. Al-Tafsi>r Al-Muni>r Fi> Al-‘Aqi>dah Wa
Al-Shari>‘ah Wa Al-Manhaj 1. Latar Belakang Penulisan Kitab
Kata al- Muni>r merupakan isim fa’il dari nur (cahaya) yang
berarti menerangi atau yang menyinari. Sesuai namanya, mungkin
Wahbah Zuhaili
bermaksud menamai kitab tafsir ini dengan nama al-Tafsi>r
al-Muni>r fi> al-‘Aqi>dah wa al-Shari>‘ah wa al-Manhaj
karena ia berkeinginan supaya kitab tafsirnya ini, dapat menyinari
orang yang mempelajarinya, dapat menerangi
orang yang membacanya, dan dapat memberikan pencerahan bagi
siapa saja
yang ingin mendapatkan pencerahan dalam memahami makna
kandungan
ayat-ayat al-Quran dalam kitab tafsirnya ini.24
Tafsir al-Muni>r bisa dikategorikan sebagai karya monumental
beliau dalam bidang Tafsir. Tafsir ini ditulis kurang lebih selama
16 tahun (mulai
dari tahun 1975 sampai tahun 1991 M). Tafsir ini menjelaskan
seluruh ayat
al-Qur’an, mulai dari surah al-Fatihah sampai surah al-Nas, yang
terdiri dari
16 jilid, masing-masing jilid memuat 2 juz (bagian) dan
seluruhnya terdiri
dari 32 juz, dan dua juz terakhir berisi al-fihris al-syamil,
semacam indeks yang disusun secara alfabetis. Tebal kitab ini
sebanyak 8000 halaman yang
diterbitkan oleh Dar al-Fikr al-Mu‘asir, Beirut (Libanon), dan
dicetak untuk pertama kali pada tahun 1991.25
Motif utama syeh Wahbah Zuh}aili> dalam menulis karya
monumental ini adalah kekaguman dan kecintaannya terhadap al-Qur’an
itu sendiri. Hal ini ia
tunjukkan terutama pada bagian muqaddimah tafsirnya, dengan
menegaskan
bahwa al-Qur’an sesungguhnya merupakan satu-satunya kitab yang
paling
sempurna yang dapat memberikan inspirasi dalam berbagai hal.
Sebagai
rujukan utama, al-Qur’an tidak pernah kering informasi, baik
dalam bidang
23Muhammad Hasdin., Metodologi Tafsir Al-Munir Karya Wahbah
Zuhaily, Jurnal
Al-Munzir Vol. 7, No. 2, (November 2014), H 48. 24Moh. Assafiqi,
Nilai Kebalaghahan Al-Qur’an, Tesis (Program Studi Ilmu Al-
Quran Dan Tafsir Pasca Sarjana Universitas Islam Negeri Sunan
Ampel Surabaya, 2017), H
43. 25Wahbah bin Mustafa Al-Zuhaili, Al al-Tafsi>r
al-Muni>r fi> al-‘Aqi>dah wa al-Shari>‘ah
wa al-Manhaj, Vol. 1 (Damaskus: Dar al-Fikr al-Ma'asir, 1418
H.), 5.
-
21
ilmu pengetahuan maupun kebudayaan, sehingga syeh Wahbah
Zuh}aili> mengakui bahwa ia banyak menulis tentang al-Qur’an dan
jumlahnya hingga
seratusan. Menurutnya, al-Qur’an memiliki ikatan yang sangat
erat dengan
kebutuhan hidup modern dan tuntutan-tuntutan kebudayaan
serta
pendidikan.26
Tujuan dalam menyusun kitab tafsir ini sebagaimana yang
dikemukakan
oleh syeh Wahbah Zuhaili pada bagian pengantar, yaitu
mempererat
hubungan antara seorang muslim dengan al-Qur’an berdasarkan
ikatan
akademik yang kuat. Karena al-Qur’an merupakan hukum dasar
bagi
kehidupan umat manusia secara umum dan umat Islam secara khusus.
Oleh
karena itu, penulis tafsir ini tidak hanya menerangkan
hukum-hukum fiqih
dalam berbagai permasalahan yang ada, dalam pengertiannya yang
sempit
dan dikenal di kalangan fuqaha, tetapi beliau bermaksud
menjelaskan hukum-
hukum yang diistinbatkan dari ayat-ayat al-Qur’an dengan makna
yang lebih
luas, yang lebih dalam daripada sekedar pemahaman umum, yang
meliputi
akidah dan akhlak, manhaj dan prilaku, konstitusi umum, dan
faedah-faedah
yang diambil dari ayat-ayat al-Qur’an, baik yang eksplisit
maupun yang
implisit, baik dalam struktur sosial untuk setiap komunitas
masyarakat maju
dan berkembang maupun dalam kehidupan pribadi bagi setiap
manusia.27
Kitab ini termasuk ke dalam salah satu kitab tafsir kontemporer
yang
mengkaji berbagai isu penting yang luas, karena dalam
pembahasannya
mencantumkan i’rāb, balāghah, mufradāt lugawy, menjelaskan asbāb
al-Nuzūl serta mencantumkan hukum-hukum fiqh dan kemasyarakatan
yang terkandung di dalamnya. Syeh Wahbah Zuhaili menyatakan bahwa
tafsir al-
Muni>r bukan hanya sekedar kutipan dan kesimpulan dari
beberapa pendapat mufassir terdahulu yang dituangkan dalam kitab
tafsirnya. Melainkan tafsir
al-Muni>r ditulis dengan dasar selektifitas yang lebih
shahih, bermanfaat dan mendekati ruh (intisari) kandungan ayat
al-Qur’an baik dari tafsir klasik,
modern, al-ma’sur maupun tafsir rasional. Kajian tafsir
al-Muni>r juga diupayakan untuk menghindari perbedaan teori atau
pandangan teoritis dan
26Moh. Assafiqi, Nilai Kebalaghahan Al-Qur’an, Tesis (Program
Studi Ilmu Al-
Quran Dan Tafsir Pasca Sarjana Universitas Islam Negeri Sunan
Ampel Surabaya, 2017), H
44. 27 Baihaki, Studi Kitab Tafsir Al-Munir Karya Wahbah
Al-Zuhaili Dan Contoh
Penafsirannya Tentang Pernikahan Beda Agama, Jurnal Analisis,
Volume XVI, Nomor 1, Juni
2016, H 133.
-
22
tidak berfaedah, sebagaimana yang terjadi dalam aliran-aliran
fanatik dalam
bidang Fiqih (perbedaan mazhab), meskipun syeh Wahbah Zuhaili
sendiri
bermazhab Hanafi. Dalam hal ini, Wahbah dalam menafsirkan
ayat-ayat al-
Qur’an yang berkaitan dengan hukum (ayat al-ahkam) tidak
hanya
memaparkan pendapat dari mazhab Hanafi saja, melainkan pendapat
dari
iman-iman atau mazhab-mazhab yang lain.28
Tafsir al-Muni>r merupakan hasil karya Wahbah yang mencoba
mengkomparasikan tafsir klasik dan tafsir kontemporer dalam
mengkaji ayat-
ayat al-Qur’an. Tafsir klasik, menurut Wahbah harus dikemas
dengan gaya
bahasa kontemporer dan metode yang konsisten sesuai ilmu
pengetahuan
modern tanpa ada penyimpangan interpretasi. Hal ini, dikarenakan
banyak
orang yang menyudutkan bahwa tafsir klasik tidak mampu
memberikan solusi
atau jawaban terhadap problematika kontemporer. Sedangkan para
mufassir
kontemporer banyak melakukan penyimpangan interpretasi terhadap
ayat al-
Qur’an dengan dalih pembaharuan atau pengkontekstualan al-Qur’an
dengan
realitas zaman.29
2. Karakteristik Tafsir al-Muni>r Beberapa ciri khas dari
Tafsir al-Munir jika dibandingkan dengan kitab-
kitab tafsir lainnya, antara lain:30
1. Dalam penyampaian dan kajiannya menggunakan langsung pokok
tema bahasan. Selain itu, yang menciri khaskan dari Tafsir
al-Muni>r ini adalah ditulis secara sistematis mulai dari
qirā’ātnya kemudian i’rāb, balāghah, mufradāt lughawiyyahnya, yang
selanjutnya adalah asbāb al-Nuzūl dan Munāsabah ayat.
2. Bagian terakhir isi tafsir adalah mengenai fiqh kehidupan
atau hukum-hukum yang terkandung pada tiap–tiap tema
pembahasan.
Serta memberikan jalan tengah terhadap perdebatan antar
ulama
madzhab yang berkaitan dengan ayat-ayat ahkam, dan
mencantumkan footnote ketika pengambilan sumber dan kutipan.
28Ratna Ulfatul Fuadiyah, Al-Tafsir Al-Munir Fi Al-Aqidah Wa
Al-Syari’ah Wa Al-
Manhaj Karya Wahbah Zuhaili, Skripsi (Jurusan Tafsir Hadis
Fakultas Ushuluddin
Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga, Yogyakarta, 2005), H 4.
29Ibid., 4. 30Wahbah bin Mustafa Al-Zuhaili, Al al-Tafsi>r
al-Muni>r fi> al-‘Aqi>dah wa al-Shari>‘ah
wa al-Manhaj, Vol. 1 (Damaskus: Dar al-Fikr al-Ma'asir, 1418
H.), 5.
-
23
3. Terdapat penjelasan di awal tafsirnya pada jilid 1 beberapa
hal yang perlu diketahui mengenai ulūmul Qur’an, seperti definisi
Al-Quran, cara turunya, kodifikasinya, penulisannya, rasam utsmani,
ahruf sab’ah dan qira’ah sab’ah, ragam mu’jizat yang terkandung di
dalam Al-Quran, bahasa al-Quran dan terjemahnya serta hukumnya,
pembahasan mengenai potongan huruf hijai’ah (ahrūful
muqatta’ah), dan diakhiri dengan pembahasan mengenai ilmu balaghah
dalam al-
Quran.
4. Disebutkan beberapa faedah yang berhubungan dengan pembagian
juz-juz dalam al-Quran beserta surat- suratnya, perintah dan
larangan, kisah-kisah di dalamnya, menyebutkan nasikh dan
mansukh, kemudian menyebutkan makna ta’āwudz dan basmalah
beserta pandangan ulama.
Selain menyusun langkah-langkah tafsir Al-Quran yang sistematis
seperti
gambaran sederhana di atas, Wahbah menyatakan pula bahwa
tafsirnya
banyak merujuk pendapat-pendapat ulama terdahulu dan tertulis
dalam
literartur yang mereka wariskan. Oleh karena itu, syeh Wahbah
Zuh}aili> menyajikan kajian yang komprehensif dan faktual, tidak
jarang ia megadopsi
pemikiran ulama klasik disertai dengan mengutip pemahaman
ulama-ulama
kontemporer. Sehingga tafsir ini dapat mengkolaborasikan
berbagai macam
kajian keislaman dari ranah yang berbeda demi mengembangkan
pemahaman
Islam yang integartif dan menyeluruh.31
3. Corak Penafsiran Dalam kamus bahasa Indonesia, kata corak
mempunyai beberapa makna.
Di antaranya corak mempunyai makna: faham, macam, atau bentuk
tertentu.
Kata corak dalam literatur sejarah tafsir, seringkali digunakan
sebagai
terjemahan dari kata اللون, bahasa Arab yang berarti warna.
Istilah ini pula di
gunakan al-Zahaby dalam kitabnya al-Tafsir Wa al-Mufassirun.
Corak penafsiran yang dimaksud di sini adalah arah penafsiran yang
menjadi
kecenderungan mufassir dalam menafsirkan ayat-ayat al-Qur’an.
Corak dan
kecenderungan atau genre tafsir yang dikenal selama ini, antara
lain : tafsir
bercorak sastra bahasa (tafsir lughawi), tafsir bercorak
filsafat (tafsir falsafi), tafsir bercorak ilmiah (tafsir ilmi),
tafsir bercorak fiqih (tafsir fiqhi), tafsir
31Ibid., 22.
-
24
bercorak tasawuf (tafsir ishari), tafsir bercorak sastra budaya
kemasyarakatan (tafsir adab wa al-Ijtimā’i).32
Syeh Wahbah Zuh}aili> dalam menafsirkan al-Qur’an sangat
dipengaruhi oleh latar belakang keilmuannya, yaitu hukum Islam dan
filsafat hukum,
dalam diskusinya mengenai makna ayat-ayat al-Qur’an. Dengan
melihat dari
manhaj dan metode yang digunakan serta analisa dari penilaian
penulis
lainnya, bisa dikatakan bahwa corak tafsir yang digunakan
beberapa
diantaranya:
1. Adabi (kesastraan), yaitu tafsir yang pembahasannya lebih
menekankan pada aspek-aspek sastra dan budaya. Menurut Al-
Dzahabi, corak tafsir ini menyingkapkan balaghah, keindahan
bahasa
al-Qur’an, dan ketelitian redaksinya menerangkan makna dan
tujuannya.33
2. Al-Ijtimā’i (sosial kemasyarakatan), yaitu suatu corak tafsir
yang yang menjelaskan petunjuk-petunjuk al-Qur’an yang terkait
langsung
dengan kehidupan masyarakat serta usaha-usaha untuk
menanggulangi
masalah-masalah tersebut dengan penjelasan yang indah namun
mudah
dipahami. 34 Menurut Al-Dzahabi, corak tafsir ini mengaitkan
kandungan ayat-ayat al-Qur’an dengan sunnatullah dan aturan
hidup
kemasyarakatan, yang berguna untuk memecahkan problematika
umat
Islam khususnya dan umat manusia pada umumnya.35
3. Fiqhi, yaitu corak tafsir yang pusat perhatiannya difokuskan
pada ilmu fiqih.
Tafsir ini kental dengan adanya nuansa yurisprudensial (fiqh).
Terlihat
dengan adanya penjelasan fiqh kehidupan (fiqh al-hayat) atau
hukum-hukum yang terkandung di dalamnya. Hal ini dapat dilihat
karena memang Wahbah
32Moh. Assafiqi, Nilai Kebalaghahan Al-Qur’an, Tesis (Program
Studi Ilmu Al-
Quran Dan Tafsir Pasca Sarjana Universitas Islam Negeri Sunan
Ampel Surabaya, 2017), H
49. 33 Didi Junaedi, Menafsir Teks, Memahami Konteks: Menelisik
Akar Perbedaan
Penafsiran terhadap al-Qur’an, (Yogyakarta: Deepublish, 2016), H
24. 34Baihaki, Studi Kitab Tafsir Al-Munir Karya Wahbah Al-Zuhaili
Dan Contoh
Penafsirannya Tentang Pernikahan Beda Agama, Jurnal Analisis,
Volume XVI, Nomor 1,
Juni 2016, H 137. 35 Didi Junaedi, Menafsir Teks, Memahami
Konteks: Menelisik Akar Perbedaan
Penafsiran terhadap al-Qur’an, (Yogyakarta: Deepublish, 2016), H
24.
-
25
sendiri sangat terkenal keahliannya dalam bidang fiqh dengan
karya
monumentalnya al-fiqh al-Islami wa Adillatuhu. Beliau juga
berupaya
memberikan penafsiran ayat-ayat al-Qur’an dengan mengaitkan
persoalan-
persoalan hukum Islam. Sehingga, bisa dikatakan corak penafsiran
Tafsir al-
Muni>r adalah keselarasan antara adabi, Ijtimā’i dan nuansa
fiqhnya atau penekanan Ijtimā’i-nya lebih ke nuansa fiqh.36
Bahkan sebagaimana telah disinggung sebelumnya meskipun
bercorak
fiqh dalam pembahasannya akan tetapi penjelasannya menyesuaikan
dengan
perkembangan dan kebutuhan yang terjadi pada masyarakat.
Sehingga, bisa
dikatakan corak penafsiran Tafsir al-Muni>r sebagai corak
yang ideal karena selaras antara ‘adabi, Ijtimā’i, dan
fiqhinya.37
4. Metode Tafsir Menurut ‘Abd al-Hayy al-Farmawi, terdapat empat
metode dalam
menafsirkan al-Qur’an, yaitu; metode tahlili, ijmali, muqaran,
dan maudu’i.
Secara sistematika, sebelum memasuki bahasan ayat, Wahbah
Zuh}aili> pada setiap awal surat selalu mendahulukan penjelasan
tentang keutamaan dan
kandungan surat tersebut, dan sejumlah tema yang terkait
dengannya secara
garis besar.38 Dalam menafsirkan ayat-ayat al-Qur’an yang
tertulis pada kitab
tafsirnya kitab Tafsir al-Muni>r ini menggunakan beberapa
metode, diantaranya:
a) Metode yang digunakan tafsir Al-Munir ditinjau dari segi
kecenderungan para penafsir:
i. Metode tafsir tahlili, yaitu cara menafsirkan ayat-ayat
al-Quran dengan cara meneliti semua aspeknya, dimulai dari
uraian makna kosakata, kalimat, kaitan antar pemisah
(munasabat), sampai sisi-sisi keterkaitan antar pemisah itu
dengan bantuan asbab al-nuzul, serta mengikuti prosedur
susunan tartib mushafi dengan sedikit banyak melakukan
analisis di dalamnya.
36Ibid., 137. 37Nur Chanifah, Pendidikan Karakter Islami:
Karakter Ulul Albab Di Dalam Al-
Qur’an, (Purwokerto: Pena Persada, 2019), H 108. 38Nur Chanifah,
Pendidikan Karakter Islami: Karakter Ulul Albab Di Dalam Al-
Qur’an, (Purwokerto: Pena Persada, 2019), H 106.
-
26
ii. Metode tafsir tematik (maudu’i), yaitu cara menafsirkan
al-Qur’an dengan mengumpulkan atau mengelompokkan ayat-
ayat al-Qur’an yang membicarakan tema yang sama,
kemudian dianalisis.39
Meski terdapat 2 metode, namun metode tahlili lebih dominan,
karena
metode inilah yang hampir semua digunakannya dalam kitab
tafsirnya. Syeh Wahbah Zuh}aili> menuliskan metodenya pada
pengantar tafsir Al-Munīr.
b) Metode yang digunakan tafsir al-Muni>r ditinjau dari segi
penjelasannya:
Metode bayani atau metode deskripsi, yakni penafsiran dengan
cara memberikan keterangan secara deskripsi tanpa
membandingkan
riwayat atau pendapat dan tanpa menilai tarjih antar sumber.
Tafsir
al-Muni>r jika ditinjau dari segi keluasan pembahasan
tafsirannya, maka termasuk jenis itnabi, yaitu penafsiran dengan
cara menafsirkan
ayat-ayat al-Qur’an secara mendetail atau rinci, dengan uraian
yang
panjang lebar sehingga jelas dan banyak disenangi oleh para
pembaca
cendikiawan.40
Disamping itu, syeh Wahbah Zuh}aili> menerangkan ayat-ayat
secara tematis; yaitu menafsirkan ayat-ayat yang berbeda tempat
dalam satu tema, misal jihad, waris, nikah dan lain
sebagainya.
Penjelasan yang terkait dengan kisah-kisah al-Qur’an tak luput
dari
pembahasan, hanya saja syeh Wahbah Zuh}aili> tidak
menyebutkan riwayat yang berkaitan dengan kejelasan kisah kecuali
kisah tersebut
berkaitan dengan hukum agama dan ilmiah, Wahbah pun
memperkut
ayat-ayat dengan hadis-hadis sahih.41
39Baihaki, Studi Kitab Tafsir Al-Munir Karya Wahbah Al-Zuhaili
Dan Contoh
Penafsirannya Tentang Pernikahan Beda Agama, Jurnal Analisis,
Volume XVI, Nomor 1,
Juni 2016, H 135. 40 Baihaki, Studi Kitab Tafsir Al-Munir Karya
Wahbah Al-Zuhaili Dan Contoh
Penafsirannya Tentang Pernikahan Beda Agama, Jurnal Analisis,
Volume XVI, Nomor 1, Juni
2016, H 135. 41Andy Hariyono, Analisis Metode Tafsir Wahbah
Zuhaili Dalam Kitab Al-Munir,
Jurnal Al-Dirayah Vol. 1, No. 1, Mei 2018, H 22.
-
27
Sistematika tafsir ini mengikuti sistematika mushaf dan
dibahas
secara mendalam dan menyeluruh atau dalam bahasa Syekh Wahbah
Zuh}aili> diungkapkan, “bayan madlulat al-ayat bi diqqah wa
syumulah” (penjelasan ayat-ayat secara detail atau teliti dan
mencakup). Metode ini dilakukan dengan melibatkan hampir
seluruh
instrumen tafsir, baik instrumen primer, sekunder maupun
komplementer.42
c) Metode yang digunakan tafsir Al-Munir ditinjau dari segi
pemikirannya:
i. Ma’tsur (periwayatan), yaitu metode yang mengandung sunah dan
pendapat-pendapat generasi klasik yang saleh.
ii. Ma’qul (Rasional), yaitu metode berpegang pada dasar-dasar
yang sudah populer.
Apabila ditinjau dari aspek sumber penafsiran telaah
terhadap
tafsir al-Muni>r menunjukkan bahwa syeh Wahbah Zuh}aili>
mencoba mengkolaborasikan beberapa metode. Ditinjau dari aspek
sumber
penafsiran, terlihat jelas bahwa tafsir ini menggunakan
model
penafsiran yang merupakan perpaduan antara penafsiran bi
al-ma’tsûr (periwayatan) dan bi al-ra’yi (penalaran dan ijtihad).
Penggabungan dua metode ini merupakan hal yang jamak dilakukan di
kalangan
mufasir salaf. Ibn Jarîr al-Thabârî, umpamanya, dalam kitabnya
Jâmi’ al-Bayân fî Tafsîr al-Qur’ân, yang monumental dan dijadikan
sebagai kitab induk bagi Tafsîr bi al-ma’tsûr, mencoba memadukan
kedua metode ini, meskipun dalam bentuk yang sangat
sederhana.43
Hal ini terlihat ketika ia mencoba menuangkan idenya dengan
mengomentari riwayat-riwayat yang ia paparkan dan menggali
hukum yang terkandung di dalamnya. Meskipun, sesungguhnya
masih
terdapat perbedaan antara batasan ma’tsûr dan ra’yi yang sering
kali bercampur satu sama lain atau bahkan saling melengkapi.44
42Moh. Assafiqi, Nilai Kebalaghahan Al-Qur’an, Tesis (Program
Studi Ilmu Al-
Quran Dan Tafsir Pasca Sarjana Universitas Islam Negeri Sunan
Ampel Surabaya, 2017), H
46. 43Ummul Aiman, Metode Penafsiran Wahbah Al-Zuhaylî: Kajian
Al-Tafsîr Al-
Munîr, Jurnal Miqot Vol. Xxxvi No. 1 Januari-Juni 2012, H 10.
44Ibid., 10
-
28
Berbeda dengan apa yang dilakukan al-Thabârî dan mufasir
lainnya, dalam menerapkan tafsir bi al-ma’tsûr syeh Wahbah
Zuh}aili> lebih mementingkan keringkasan, sehingga
riwayat-riwayat yang
dijadikan rujukan dalam konteks ini adalah riwayat yang paling
benar
saja yang dinukil dari kitab-kitab tafsir Klasik, seperti tafsir
karya al-Thabârî, dan al-Qurthubî. Dengan demikian, hampir tidak
dijumpai perdebatan mengenai kualitas sanad antara riwayat-riwayat
yang
beragam dalam menjelaskan makna ayat.45
Di sisi lain, dalam menjelaskan penafsiran ayat, penalaran
dan
ijtihad yang diberikan oleh syeh Wahbah Zuh}aili> terlihat
tidak mendapatkan porsi yang terlalu besar, namun masih menempati
porsi
yang signifikan di bagian lain dalam menjelaskan kandungan
ayat.
Hal ini disebabkan adanya pemisahan antara penafsiran ayat
(al-Tafsîr wa al-bayân), yang merupakan pemahaman lahiriyah ayat,
dengan penjelasan kandungan ayat (al-fiqh al-hayat), yang
merupakan
pemahaman terhadap pesan-pesan al-Qur’an yang berhubungan
dengan isu-isu yang berkembang di dalam masyarakat, baik
dimensi
hukum maupun persoalan lainnya.46
45Ibid., 11 46Ummul Aiman, Metode Penafsiran Wahbah Al-Zuhaylî:
Kajian Al-Tafsîr Al-Munîr,
Jurnal Miqot Vol. Xxxvi No. 1 Januari-Juni 2012, H 11.
-
29
BAB III
KARAKTER PEMIMPIN TERHADAP QS YUSUF
A. Teori Kebahasaan dalam Mengungkap Makna Al-Qur’an
Perkembangan tradisi penafsiran dari masa ke masa menghasilkan
produk
tafsir dengan berbagai pendekatan, metodologi, dan corak tafsir
yang berbeda.
Pada zaman sekarang, perbedaan model penafsiran tersebut
ditandai dengan
rekonstruksi terhadap tradisi penafsiran klasik karena dianggap
tidak lagi relevan
untuk menjawab persoalan kekinian. Syeh Wahbah Zuh}aili>
sebagai salah seorang mufassir kontemporer, menampik hal tersebut
dengan menyuguhkan berbagai
produk tafsirnya tanpa memutus tradisi penafsiran klasik.47
Dalam karya al-Tafsi>r al-Muni>r fi> al-‘Aqi>dah wa
al-Shari>‘ah wa al-Manhaj. Hal ini dikarenakan adanya pandangan
yang menyudutkan tafsir klasik yang
dianggap tidak mampu lagi menawarkan solusi terhadap
problematika umat. Oleh
karena itu, syeh Wahbah Zuh}aili> dalam karyanya ini mencoba
mengkombinasikan keduanya; gaya tafsir klasik yang dikemas dengan
bahasa kontemporer dengan
metode yang konsisten sesuai dengan perkembangan zaman.48
Penafsiran al-Qur’an pada dasarnya dilakukan dengan tujuan untuk
membuka
muatan-muatan nilai yang terkandung di dalamnya. Namun untuk
menggali
muatan-muatan nilai yang terpendam dalam teks-teks al-Qur’an,
tidak semua
orang dapat melakukannya. Karena ada beberapa persyaratan yang
harus dimiliki
oleh seorang mufasir, sebagaimana yang kita ketahui dari
kesepakatan ulama
tafsir dan ‘ulūm al-Qur’ān tentang ketetapan persyaratan yang
wajib dimiliki oleh seorang mufasir. Para mufasir dari kalangan
tradisionalis modern, umumnya
47Mokhamad Sukron, Tafsir Wahbah Al-Z Uhaili Analisis
Pendekatan, Metodologi,
Dan Corak Tafsir Al-Munir Terhadap Ayat Poligami, Tajdid: Jurnal
Pemikiran Keislaman dan
Kemanusiaan Tajdid: Jurnal Pemikiran Keislaman dan Kemanusiaan
Vol. 2 No. 1 April 2018,
261-274, H 261. 48 Baihaki, Studi Kitab Tafsi
-
30
dapat dikatakan sebagai mufasir yang memiliki kompetensi dan
persyaratan
sebagai mufasir.49
Memahami makna suatu kata terutama dalam ayat–ayat al-Qur’an
tidak bisa
terlepas dengan konteks. Konteks yang dimaksud meliputi: (1)
konteks
kebahasaan, (2) konteks emosional, (3) konteks situasi dan
kondisi, dan (4)
konteks sosio-kultural. Setiap kata tidak bisa dipahami sama
karena berbedanya
konteks yang melatarbelakanginya. Dengan demikian, siapa pun
yang ingin
memahami makna–makna yang terdapat dalam al-Qur’an maka dia
harus
memahami teori kontekstual yang menjadi landasan teorinya agar
tidak terjadi
kekeliruan dalam memahami maknanya.50
Untuk menafsirkan al-Qur’an diperlukan adanya teori-teori
penafsiran
diantaranya teori bahasa yang digunakan oleh syeh Wahbah
Zuh}aili> sebagai berikut:
a. Asbāb al-Nuzūl
Asbāb al-nuzūl merupakan salah satu cabang dari Ulumul Qur’an
atau ilmu-ilmu tentang al-Qur’an yang membahas sebab-sebab turunnya
ayat al-
Quran. Karena asbāb al-nuzūl ayat merupakan sesuatu kejadian
yang menjadi latar belakang diturunkan ayat al-Quran. Namun, tidak
semua ayat al-Quran
yang ditemukan riwayat turunnya. Seperti pada QS Yūsuf hanya
ayat 3 yang terdapat asbāb al-nuzūlnya.51
Mempelajari dan mengetahui sebab-sebab turunnya al-Qur’an atau
yang
dikenal dengan asbāb al-nuzūl bagi turunnya al-Qur’an sangat
penting. Terutama dalam memahami ayat-ayat yang menyangkut hukum.
Banyak para
ulama dan tak terkecuali Imam As-Suyuthi serta yang lainnya
telah banyak
49
Solahudin, Pendekatan Tekstual Dan Kontekstual Dalam Penafsiran
Alquran, Al-
Bayan: Jurnal Studi Al-Qur‟an dan Tafsir 1, 2 (Desember 2016), H
115. 50 Rizki Abdurahman, Peran Nazhariyyah Al-Siyaq (Teori
Kontekstual) Dalam
Memahami Makna Al-Quran, Jurnal Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah
Al-Hidayah Kota
Tasikmalaya, H 143. 51 David Fardani, Kepemimpinan Dalam
Al-Quran (Kajian Tematik Ayat-Ayat
Kepemimpinan), Skripsi Program Studi Ilmu Al-Qur’an Dan Tafsir
Fakultas Ushuluddin Adab
Dan Dakwah Institut Agama Islam Negeri Tulungagung 2019, H
60.
-
31
menulis tentang asbabun nuzul. Di samping itu ada sebagian ulama
yang tidak
menganggap pentingnya mengetahui asbāb al-Nuzūl. Namun hal itu
dikomentari oleh Imam Az-Zarkasyi, sebagaimana beliau berkata,
“orang
yang mengatakan bahwa asbāb al-nuzūl itu tidak penting dalam
rangka pemahaman ayat-ayat al-Qur’an adalah merupakan pandangan
yang tidak
benar.”52
Diriwayatkan oleh Al-Hakim dan yang lainnya dari Sa’id bin
Abi
Waqqash tentang firman Allah Ta’ala:
فِلِينَُ ُٱْلَغٰ ُلَِمَن ُِمنُقَْبلِهِۦ ُك نَت َُوإِن ُٱلْق
ْرَءاَن َذا ُهَٰ ُإِلَْيَك ٓ ُأَْوَحْينَا ُبَِمآ ُٱْلقََصصِ
ُأَْحَسَن َُعلَيَْك ُنَق صُّ نَْحن
Terjemah Arti: Kami menceritakan kepadamu kisah yang paling baik
dengan mewahyukan Al Quran ini kepadamu, dan sesungguhnya kamu
sebelum (Kami mewahyukan)nya adalah termasuk orang-orang yang belum
mengetahui.ُ
Bahwasannya Al-Hakim berkata, “al-Qur’an diturunkan kepada nabi
lalu
membacakannya kepada orang-orang, maka mereka berkata,
“wahai
Rasulullah, bagaimana kalau engkau bercerita kepadaku kami?”
Maka
turunlah ayat, “Allah telah menurunkan perkataan yang paling
baik...” Ibnu
Abi Hatim menambahkan bahwa mereka lalu mengatakan, “wahai
Rasulullah, bagaimana kalau engkau beri kami nasihat?”. Maka
Allah
menurunkan ayat. “Belum tibakah waktunya bagi orang-orang yang
beriman,
untuk secara khusyuk mengingat Allah...”
Ibnu Jarir meriwayatkan dari Ibnu Abbas bahwasannya mereka
mengatakan, “wahai Rasulullah, bagaimana jikalau engkau
bercerita kepada
kami?” Maka turunlah firman Allah, “kami menceritakan
kepadamu
(Muhammad) kisah yang paling baik....” Ibnu Mardawaih
meriwayatkan
hadist senada dari Ibnu Mas’ud.53 Maka, berkenaan dengan itu,
turunlah surat
Yusuf.
52 Imam As-Suyuthi, Asbabun Nuzul: Sebab-Sebab Turunnya Ayat
al-Qur’an,
(Jakarta: Pustaka Al-Kausar, 2014), H VII. 53 Imam As-Suyuthi,
Asbabun Nuzul: Sebab-Sebab Turunnya Ayat al-Qur’an,
(Jakarta: Pustaka Al-Kausar, 2014), H 300.
-
32
Surah Yusuf merupakan pelipur bagi Rasulullah saw saat berada
dalam
cobaan diantara kezaliman kaum kafir Quraish ketika beliau
menyerukan
dakwah tauhid seakan-akan Allah ingin menyampaikan pesan
melalui
firmannya kepada beliau bahwa masih ada yang lebih berat
cobaannya, yaitu
cobaan yang menimpa Nabi Yusuf as. Surah Yusuf tergolong surat
tergolong
surah Makkiyah, sebagaimana pendapat yang paling banyak
disepakati, turun
sebelum Rasulullah saw hijrah ke Madinah. Kisah perjalanan Nabi
Yūsuf AS dalam al-Qur’an dan kisah-kisah para nabi lainnya
merupakan pelajaran
penting bagi orang-orang yang mau mentadaburinya dan bukan
sekedar
membacanya sebagai ritual.54
Dalam Surat Yūsuf diterangkan bahwa kisah Nabi Yūsuf AS
merupakan kisah yang baik, dilihat dari beberapa sisi. Pada ayat
kedua dalam surat ini
Allah telah menegaskan bahwa al-Qur’an hanya bisa dipahami orang
yang
memiliki akal dan mau menggunakan akalnya untuk memikirkan
ayat-ayat
Allah. Salah satu fungsi dan kemampuan dari akal adalah
menuturkan cerita.
Allah memberi manusia kemampuan untuk menyusun cerita atau kisah
dan
memberinya dasar-dasar pengetahuan tentang kisah. Dengan
demikian,
manusia bisa menjadikan kisah sebagai salah satu sarana penting
untuk
menyampaikan ilmu pengetahuan, mendidik manusia, dan
mengajarkan
mereka nilai-nilai keutamaan.55
Manusia juga diberi kemampuan mendengarkan, mencermati, dan
menganalisis berbagai peristiwa yang ada dalam kisah atau
cerita, kemudian
menjadikannya sebagai sarana untuk menilai tindakan dan
mengambil
pelajaran yang berharga. Semua keistimewaan itu terkandung dalam
surat
Yūsuf sehingga sangat pantas jika kisah dalam Surat Yūsuf ini
disebut sebagai kisah yang paling baik. Dalam kisah Nabi Yūsuf AS
ini terkandung sejumlah nilai yang menjadi landasan kisah baik dari
sisi tema, rangkaian
peristiwa, berbagai fenomena kejiwaan, kesesuaian gaya bahasa
dengan
54Irja Nasrullah, Menyibak Rahasia Kesuksesan Ala Surah Yusuf,
(Jakarta: Elex
Media Komputindo, 2015), Hlm 123. 55Siti Himatul Anisah,
Nilai-Nilai Pendidikan Akhlak Dalam Al-Qur’an Surat Yusuf
Ayat 8-18, Skripsi (Bidang Studi Pendidikan Agama Islam Fakultas
Tarbiyah Dan Ilmu
Keguruan Institut Agama Islam Negeri Salatiga, 2018 ), H 45.
-
33
kejadian, teknis peralihan dari satu peristiwa menuju peristiwa
lain, maupun
penggunaan diksi dan gaya bahasa yang paling tinggi.56
b. Penamaan QS Yūsuf Dinamakan Surah Yūsuf karena didalam surah
tersebut terdapat kisah
nabiyullah Yūsuf. Diriwayatkan bahwa orang-orang Yahudi pernah
bertanya kepada Rasulullah SAW tentang kisah nabi Yūsuf, kemudian
turunlah surah ini. Imam Hakim dan lainnya meriwayatkan dari Saad
bin Abi Waqqaas,
beliau mengatakan bahwa al-Qur'an diturunkan kepada Rasulullah
SAW lalu
Rasul membacakannya kepada mereka suatu ketika, mendengar hal
tersebut
mereka berkata, “Andai engkau kisahkan kepada kami", maka turun
ayat ُ نَّْحن
َُعلَْيكَُ Yūsuf: 3) dan (al-Kahf: 13). Suatu ketika beliau
membacakan) نَق صُّkepada mereka, kemudian mereka berkata, “Andai
engkau berkata kepada
kami", maka turun ayat ُُْال ُأَْحَسَن َل ُنَزَّ َحِديثَُِّللاَّ
(az-Zumar: 23). Surah ini
diturunkan setelah terjadinya krisis yang sangat dasyat kepada
nabi dan
orang-orang Quraisy di Mekah dan setelah 'āmul hazan (tahun
kesedihan). Karena pada tahun tersebut nabi kehilangan istri
tercinta, Khadijah, dan
pamannya, Abu Thalib, sang penolong baginya.
Dalam kisah ini, kepribadian nabi Yūsuf AS dipaparkan secara
sempurna dan dalam berbagai bidang kehidupannya. Dipaparkan juga
aneka cobaan dan
ujian yang menimpanya serta sikap beliau pada masa itu.
Diriwayatkan asbāb al-Nuzūl surah ini bahwa sebagian orang-orang
kafir Mekah menemui orang