Karakter Burung Kutilang Pycnonotus aurigaster Tubuh berukuran
sedang (20 cm). Topi hitam. Tunggir keputih-putihan. Tungging
kuning jingga. Dagu dan kepala atas hitam. Kerah, tunggir, dada,
dan perut putih. Sayap hitam. Ekor coklat. Iris merah, paruh hitam,
kaki hitam. Hidup dalam kelompok yang aktif dan ribut. Sering
berbaur dengan cucak lain. Makanan:buah kecil, beberapa serangga.
Sarang berbentuk cawan rapi, dari ranting, daun, serat halus. Telur
berwarna kemerah-jambuan, berbintik halus padat warna ungu dan
abu-abu, jumlah 2-3 butir. Berbiak setiap bulan kecuali November.
Habitat Pepohonan terbuka, semak, tepi hutan, vegetasi sekunder,
taman, pedesaan, perkotaan. Tersebar sampai ketinggian 1.500 m dpl.
Penyebaran Cina selatan, Asia tenggara (kecuali Semenanjung
Malaysia), Jawa. Introduksi: Sumatera, Kalimantan, Sulawesi
Selatan. Penyebaran Lokal Dijumpai hampir di semua lokasi. Kebun,
tegalan, daerah sub urban. Pemukiman, daerah urban, Semarang.
Kawasan lahan basah, selain tepi laut. Hutan sekunder, kawasan
Gunung Ungaran
Sepah
Berikut ini adalah deskripsi masing-masing jenis burung sepah 1.
SEPAH PADANG (Pericrocotus divaricatus) (Inggris: Ashy Minivet;
Melayu: Burung Mas Padang) Deskripsi: Burung sepah berukuran besar
(20 cm), berwarna hitam, abu-abu, dan putih khas. Perbedaamaya
dengan burung kapasan yaitu ukuran lebih besar dan tidak ada garis
sayap, dengan Bentet-kedasi yaitu tubuh bagian bawah yang putih dan
tunggir abu-abu. Jantan memiliki topi, setrip mata, dan bulu
terbang hitam, serta bagian atas abu-abu dan bagian bawah putih.
Betina lebih pucat dan lebih abu-abu. Iris coklat, paruh hitam,
kaki hitam.
Suara: Getaran gemerincing yang dikeluarkan sewaktu terbang.
Penyebaran global: Asia timur laut dan Cina timur. Pada musim
dingin, bermigrasi ke selatan sampai Asia tenggara, Filipina, dan
Sunda Besar. Penyebaran lokal dan status: Tercatat di Sumatera dan
Kalimantan bagian utara. Pengunjung tidak tetap di dataran rendah
pesisir, jarang ditemukan pada ketinggian lebih dari 900 m.
Kebiasaan: Memburu serangga pada tajuk pohon. Sewaktu terbang,
kurang terlihat mencolok dibandingkan dengan burung sepah yang
berwarna terang. Membentuk kelompok sampai 15 ekor. 2. SEPAH KECIL
(Pericrocotus cinnamomeus) (Inggris: Small Minivet) Deskripsi:
Berukuran kecil (15 cm), berwarna abu-abu, merah, dan hitam.
Perbedaannya dengan burung sepah lain adalah kepala dan mantel
jantan abu-abu serta tubuh bagian bawah betina keputih-putihan dan
lebih buram. Iris coklat, paruh hitam, kaki hitam. Suara: Bernada
tinggi, berdering tsyi-tsyi-tsyi-tsyi, merupakan panggilan di
antara anggota kelompok. ` Penyebaran global: India, Asia tenggara
(kecuali Semenanjung Malaysia), Kalimantan,jawa, dan Bali.
Penyebaran lokal dan status: Status di Kalimantan tidak diketahui.
Pada akhir abad yang lalu, seekor dikoleksi di Kalimantan selatan,
mungkin merupakan pengembara dari Jawa. Penghuni tetap di Jawa dan
Bali, tersebar luas dan cukup umum terdapat di dataran rendah. Di
Sumatera dan Kalimantan, digantikan keberadaannya oleh Sepah tulin.
Kebiasaan: Lebih menyukai hutan terbuka, hutan mangrove, tanah
pertanian, dan pedesaan. Terbang dalam kelompok kecil yang aktif
dan ribut, mencari makan di puncak pohon-pohon yang tinggi. 3.
SEPAH TULIN (Pericrocotus igneus) (Inggris : Fierv Minivet; Melayu:
Burung Mas Tulin) Deskripsi: Burung sepah berukuran kecil (15 cm),
berwarna merah padam dan hitam. Jantan merah terang dengan kepala,
punggung, sayap, dan tengah ekor hitam mengkilap serta sapuan
jingga pada perut dan sisi ekor. Pada betina, kepala dan punggung
abu-abu, muka dan tubuh bagian bawah kuning, berubah menjadi jingga
pada penutup bawah ekor dan tunggir.
Iris coklat, paruh hitam, kaki hitam. Suara: Meninggi, merdu
swii-iit. Penyebaran global: Palawan, Semenanjung Malaysia,
Sumatera, dan Kalimantan. Penyebaran lokal dan status: Penetap di
Sumatera (termasuk pulau-pulau di sekitarnya) dan Kalimantan.
Ditemukan di hutan mangrove dan hutan-hutan sampai ketinggian 200 m
di Sumatera. Kebiasaan: Seperti burung sepah yang lain. Catatan:
Beberapa pakar burung memperlakukan burung ini sebagai ras dari
Sepah kecil. 4. SEPAH DAGU-KELABU (Pericrocotus solaris) (Inggris:
Grey-chinned Minivet; Melayu: Burung Mas Dagu Abu-abu) Deskripsi:
Burung sepah berukuran sedang (17 cm), berwarna merah atau kuning.
Jantan berwarna merah, perbedaannya dengan burung sepah lain yaitu
tenggorokan dan penutup telinga yang abu-abu gelap suram. Betina
berwarna kuning, ciri utamanya yaitu tidak ada warna kuning pada
dahi, penutup telinga, dan tenggorokan. Iris coklat gelap, paruh
hitam, kaki hitam. Suara: Lembut, sedikit parau tsii-sip.
Penyebaran global: Himalaya, Cina selatan, Asia tenggara,
Semenanjung Malaysia, Sumatera, dan Kalimantan. Penyebaran lokal
dan status: Penghuni tetap yang umum di pegunungan Sumatera dan
Kalimantan bagian utara (dari G. Kinabalu ke selatan sampai Liang
Kubung dan Penrissen), di hutan-hutan pada ketinggian antara
1.200-2.000 m. Kebiasaan: Seperti burung sepah yang lain. 5. SEPAH
GUNUNG (Pericrocotus miniatus) (Inggris: Sunda Minivet) Deskripsi:
Burung sepah berukuran besar (19 cm), berwarna merah dan hitam
dengan ekor panjang. Ciri-ciri betina adalah kombinasi kepala
hitam, ekor sangat panjang, dan tidak ada warna merah pada bulu
sektmder. Betina cukup unik dengan warna bulu hitam dan merah
seperti jantan, warna merah meliputi tenggorokan, dagu, dan dahi,
serta mantel yang kemerahan. Iris coklat, paruh hitam, kaki
hitam.
Suara: Keras bergetar cii-cii-cii atau suara keras
berkepanjangan tsrii-ii. Penyebaran global: Endemik di Sumatera dan
jawa. Penyebaran lokal dan status: Pegunungan di Sumatera (Leuser
dan sepanjang Bukit Barisan sampai Dempu) dan jawa. Umum terdapat
di hutan pegunungan pada ketinggian 1.200-2.400 m. Di Bali tidak
tercatat. Kebiasaan: Hidup dalam kelompok besar sampai berjumlah 30
ekor. Sering mengunjungi puncak-puncak pohon di dalam serta di
dekat hutan primer dan perkebunan pinus, kadangkadang mengunjungi
lahan pertanian. 6. SEPAH HUTAN (Pericrocotus ammeus) (Inggris:
Scarlet Minivet; Melayu: Burung Mas Belukar) Deskripsi: Burung
sepah berukuran besar (19 cm), beraneka warna. Jantan berwarna
hitam biru dengan dada dan perut merah, begini juga tungging, sisi
terluar bulu ekor, dan dua bercak pada sayap. Betina berwarna lebih
abu-abu pada punggung. Warna merah pada jantan diganti dengan warna
kuning pada betina, yang melebar sampai tenggorokan, dagu, penutup
telinga, dan dahi. Iris coklat, paruh hitam, kaki hitam. Suara:
Lembut kru-u-u-ti-tip, ti-tirr atau herr berulang, serta suara
bernada tinggi sigit-sigitsigit. Penyebaran global: India, Cina
selatan, Asia tenggara, Filipina, Semenanjung Malaysia, Sunda
Besar, dan Lombok. Penyebaran lokal dan status: Penghuni tetap di
Sumatera (termasuk pulau-pulau di sekitarnya), Kalimantan
(distribusi terpencar tetapi tercatat di semua daerah), jawa, dan
Bali. Secara lokal umum terdapat di dataran rendah dan perbukitan
sampai ketinggian 1.500 m (di Jawa lebih tinggi lagi). Gereja
Passer montanusKarakter Tubuh berukuran sedang (14 cm). Mahkota
warna coklat berangan. Dagu, tenggorokan, bercak pipi dan setrip
mata warna hitam. Tubuh bagian bawah kuning tua keabu-abuan. Tubuh
bagian atas berbintik coklat dengan tanda hitam dan putih. Remaja:
berwarna lebih pucat dengan tanda khas yang kurang jelas.
Iris coklat, paruh abu-abu, kaki coklat. Hidup berkelompok.
Mencari makan di tanah. Makanan: biji-bijian, buah kecil, serangga.
Sarang berbentuk kubah tidak rapih, dari jalinan rumpur kering,
dilapisi bulu di bagian dalam, pada vegetasi lebat, lubang pohon,
sudut bangunan. Telur berwarna putih, berbintik halus coklat
abu-abu, jumlah 3-6 butir. Berbiak sepanjang tahun. Habitat
Berasosiasi dekat dengan manusia. Lahan pertanian, kebun, tegalan,
sawah, pedesaan, perkotaan. Tersebar sampai ketinggian 1.500 m dpl.
Penyebaran Erasia, India, Cina, Asia tenggara, Semenanjung
Malaysia, Filipina, Australia, Pasifik. Sumatera, Kalimantan, Jawa,
Bali, Sulawesi, Maluku, Papua. Penyebaran Lokal Dijumpai hampir di
semua lokasi. Kawasan lahan basah, sampai dekat pantai. Kebun,
tegalan, daerah suburban. Pemukiman daerah urban, Semarang. Status
Penetap. Jumlah sangat banyak dan frekuensi sangat sering.
Peringkat perjumpaan: (1) sangat mudah.
Wallet Collocalia linchiiKarakter Tubuh berukuran kecil (9 cm).
Warna hitam biru mengkilat. Ekor sedikit bertakik. Dagu abu-abu.
Perut putih mencolok. Walet paling kecil dan paling umum di seluruh
Sunda Besar dan Nusa Tenggara. Menukik untuk minum air di sungai
atau kolam. Jarang sekali bertengger. Tidak menggunakan ekholokasi.
Makanan: serangga kecil. Sarang berbentuk cawan dari lumut, rumput,
atau tumbuhan, pada dekat mulut gua. Telur berbentuk lonjong,
berwarna putih, jumlah 2 butir. Berbiak sepanjang tahun. Habitat
Semua tipe hutan, lahan pertanian, perkotaan. Penyebaran Sumatera
pegunungan tinggi, Jawa, Timor. Penyebaran Lokal Dijumpai di hampir
seluruh lokasi. Status Penetap. Jumlah banyak dan frekuensi sangat
sering.
Perkutut jawa Geopelia striata
Karakter Tubuh berukuran kecil (21 cm). Tubuh ramping, ekor
panjang. Kepala abu-abu, leher dan bagian sisi bergaris halus,
punggung coklat dengan tepi hitam. Bulu sisi terluar ekor kehitaman
dengan ujung putih. Iris dan paruh abu-abu biru, kaki merah jambu
tua. Hidup berpasangan atau kelompok kecil. Makan di permukaan
tanah. Kadang berkumpul untuk minum di sumber air. Makanan:
biji-bijian, serangga. Sarang berbentuk datar tipis dari
ranting-ranting. Telur berwarna putih, jumlah 2 butir. Berbiak
bulan Januari-September. Habitat Hutan terbuka. Penyebaran
Filipina, Semenanjung Malaysia. Sumatera, Jawa, Bali, Lombok.
Introduksi: Asia tenggara dan pulau lain di Indonesia. Tersebar
sampai ketinggian 900 m dpl. Penyebaran Lokal Wanawisata Tinjomoyo,
Gunungpati, Semarang: hutan sekunder. Status Penetap.
Jumlah dan frekuensi sangat jarang. Peringkat perjumpaan: (4)
agak sulit.
Cikrak muda Seicercus grammiceps
Karakter Tubuh berukuran kecil (10 cm). Kepala coklat berangan.
Alis mata gelap. Lingkar mata putih sempit. Tubuh bagian atas
zaitun keabuabuan. Tunggir keputihan (Jawa) atau abu (Sumatera).
Pinggir penutup sayap kuning, membentuk dua garis melintang pada
sayap. Tubuh bagian bawah keputihan. Iris coklat kemerahan, paruh
hitam, kaki jingga. Bergabung dalam kelompok campuran. Berburu
serangga di lapisan bawah hutan.
Makanan: ulat kupu, tempayak, telur serangga, serangga kecil.
Sarang berbentuk bola berongga, dari akar, lumut, tersembunyi pada
lumut epifit atau semak rendah. Telur berwarna putih, jumlah 2-3
butir. Berbiak bulan Januari, Februari, April, Juni-September.
Habitat Hutan lebat, tepi hutan, hutan pegunungan. Tersebar pada
ketinggian 800-2.500 m dpl. Penyebaran Sumatera, Jawa, Bali.
Penyebaran Lokal Hutan primer, kawasan Gunung Ungaran: Gedongsongo,
Ambarawa. Medini, Limbangan, Kendal. Status Penetap. Endemik.
Jumlah sedang dan frekuensi agak sering. Peringkat perjumpaan: (3)
sedang. Cabai jawa Dicaeum trochileum
Karakter Tubuh berukuran sangat kecil (8 cm). Jantan: Kepala,
punggung, tunggir, dada merah padam atau agak kejinggaan. Sayap dan
ujung ekor hitam. Perut putih keabu-abuan. Ada bercak putih pada
lengkung sayap. Betina: Tunggir merah. Tubuh bagian atas lainnya
coklat, tersapu merah pada kepala dan mantel. Tubuh bagian bawah
putih buram. Muda: Tubuh bagian atas coklat kehijauan. Bercak
jingga pada tunggir. Iris coklat, paruh hitam, kaki hitam. Bersifat
aktif terbang hilir mudik dengan cepat. Sering mengunjungi benalu
untuk memakan buahnya yang lengket. Makanan: buah benalu, biji,
serangga kecil. Sarang berbentuk kantung menggantung, dari rumput
dilapisi kapas rumput, pada ujung pohon tinggi. Telur berbintik
tipis, jumlah 2 butir. Berbiak bulan Januari-Oktober, April, Mei.
Habitat Pekarangan, perkotaan, habitat terbuka, pantai, hutan
mangrove.
Penyebaran Sumatera, Kalimantan, Jawa, Bali, Lombok. Penyebaran
Lokal Dijumpai hampir di semua lokasi. Kebun, Tegalan, daerah sub
urban. Pemukiman, daerah urban, Semarang. Tidak dijumpai di kawasan
lahan basah, dekat pantai. Status Penetap. Jumlah sedang dan
frekuensi sering. Peringkat perjumpaan: (1) sangat mudah. Tekukur
biasa Streptopelia chinensis
Karakter Tubuh berukuran sedang (30 cm). Warna coklat
kemerahjambuan. Ekor tampak panjang. Bulu ekor terluar dengan tepi
putih tebal. Bulu sayap lebih gelap dibanding tubuh. Ada
bercak-bercak hitam putih khas pada leher. Iris jingga, paruh
hitam, kaki merah. Hidup dekat dengan manusia. Mencari makan di
permukaan tanah. Sering duduk berpasangan di tempat terbuka. Bila
terganggu terbang rendah di permukaan tanah, dengan kepakan sayap
pelan. Makanan: biji rumput. Sarang sederhana, datar, berupa
ranting tersusun pada semak-semak rendah. Telur berwarna putih
polos, jumlah 2 butir. Berbiak sepanjang waktu.
Habitat Tempat terbuka, lapangan, kebun, tegalan, perkampungan.
Penyebaran Asia tenggara, Sunda Besar. Sumatera, Kalimantan, Jawa,
Bali, Nusa Tenggara. Introduksi: Sulawesi, Maluku. Penyebaran Lokal
Bandara A. Yani, Semarang: kawasan lahan basah. Jrakah, Tugu,
Semarang: kawasan lahan basah. Sungai Banjirkanal Timur, Genuk,
Semarang: kawasan lahan basah. Tambaksari, Sayung, Demak: kawasan
lahan basah. Tembalang, Semarang: kebun, tegalan. Sekaran,
Gunungpati, Semarang: kebun, tegalan. Wanawisata Tinjomoyo,
Gunungpati, Semarang: hutan sekunder. Wanawisata Penggaron,
Ungaran: hutan sekunder. Status Penetap. Jumlah sedang dan
frekuensi sering. Peringkat perjumpaan: (1) sangat mudah. Wallet
sarang putih Collocalia fuciphaga
Karakter Tubuh berukuran agak kecil (12 cm). Tubuh bagian atas
coklat kehitaman. Tunggir coklat atau abu-abu pucat (Jawa), atau
coklat tua (Sumatera, Kalimantan, ras vestita). Ekor sedikit
menggarpu. Tubuh bagian bawah coklat. Iris coklat tua, paruh dan
kaki hitam. Hampir sulit dibedakan dengan W. sarang-hitam, W.
sarang-lumut, dan W. gunung, kecuali dalam sarang. Makanan:
serangga kecil. Sarang berupa air liur pada celah batu karang atau
gua. Telur berwarna putih, jumlah 2 butir. Habitat Umum terdapat di
semua tempat.
Tersebar sampai ketinggian 2.800 m dpl. Penyebaran Cina selatan,
Asia tenggara, Filipina, Sunda Besar. Sumatera, Kalimantan, Jawa,
Bali, Sulawesi, Nusa Tenggara. Penyebaran Lokal Kota lama, daerah
pesisir Semarang (budidaya). Status Penetap. Jumlah dan frekuensi
sedang. Peringkat perjumpaan: (3) sedang.
Srigunting kelabu Dicrurus leucophaeus
Karakter Tubuh berukuran sedang (29 cm). Tubuh warna abu-abu.
Ekor panjang menggarpu dalam. Ras bervariasi dalam kepucatan
warna.
Ras Kalimantan stigmatops mempunyai bercak keputihan di sekitar
mata. Iris merah, paruh hitam abu-abu, kaki hitam. Hidup
berpasangan, hinggap pada cabang terbuka atau tanaman merambat di
tempat terbuka. Menyambar serangga yang lewat. Terbang naik atau
menukik untuk menangkap mangsa yang terbang. Makanan: semut, lebah,
belalang, jengkerik, kumbang. Sarang berbentuk cawan terjalin pada
cabang menggarpu sekitar 10 m dari permukaan tanah. Telur berwarna
keputih-putihan berbintik coklat, jumlah 2-3 butir. Berbiak bulan
Januari-Agustus. Habitat Hutan terbuka, tepi hutan, perbukitan,
gunung. Tersebar pada ketinggian 600-2.500 m dpl. Penyebaran
Afganishtan, Cina, Asia tenggara, Palawan, Sunda Besar. Sumatera,
Kalimantan, Jawa, Bali, Nusa Tenggara. Penyebaran Lokal
Gedongsongo, Ambarawa: hutan pinus, hutan sekunder. Medini,
Limbangan, Kendal: hutan primer. Status Penetap. Jumlah dan
frekuensi sangat jarang. Peringkat perjumpaan: (5) sangat
sulit.
Cipoh kacat Aegithina tiphia
Karakter Tubuh berukuran kecil (14 cm). Berwarna hijau dan
kuning dengan dua garis putih mencolok pada sayap. Tubuh bagian
atas hijau zaitun. Sayap kehitaman. Sisi bulu sayap putih. Lingkar
mata kuning. Tubuh bagian bawah kuning. Ras masing-masing pulau
bervariasi warna hijaunya. Iris putih keabu-abuan, paruh hitam
kebiruan, kaki hitam kebiruan. Hidup sendiri atau berpasangan.
Berlompatan di cabang-cabang pohon kecil. Makanan: ulat kupu,
semut, kumbang, laba-laba, telur serangga, biji-bijian. Sarang
berbentuk cawan rapi, dari tumbuhan halus, diantara dahan pohon
berdaun, biasanya hanya beberapa meter dari tanah.
Telur beranekawarna putih, merah jambu, abu-abu, berbintik atau
berbercak merah, abu-abu, coklat, nila, jumlah 2 butir. Berbiak
bulan Maret-Juni. Habitat Hutan terbuka, hutan sekunder, hutan
mangrove, taman. Tersebar sampai ketinggian 1.000 m dpl. Penyebaran
India, Cina barat daya, Asia tenggara, Semenanjung Malaysia,
Palawan, Sunda Besar. Sumatera, Kalimantan, Jawa, Bali. Penyebaran
Lokal Tembalang Semarang: kebun, tegalan. Semarang: Taman PKK.
Kreo, Gunungpati, Semarang: hutan sekunder. Wanawisata Tinjomoyo,
Gunungpati, Semarang: hutan sekunder. Sekaran, Gunungpati,
Semarang: kebun, tegalan. Wanawisata Penggaron, Ungaran: hutan
sekunder. Semirang, Ungaran: hutan sekunder. Gedongsongo, Ambarawa:
hutan sekunder. Medini, Limbangan, Kendal: hutan sekunder.
Gonoharjo, Limbangan, Kendal: hutan sekunder. Status Penetap.
Jumlah sedang dan frekuensi sangat sering. Peringkat perjumpaan:
(1) sangat mudah. Bondol jawa Lonchura leucogastroides
Karakter Tubuh berukuran agak kecil (11 cm). Berwarna hitam,
coklat, dan putih. Tubuh agak bulat. Tubuh bagian atas coklat tanpa
coretan. Muka dan dada atas hitam. Sisi perut dan tubuh putih. Ekor
bawah coklat tua. Iris coklat, paruh atas gelap, paruh bawah biru,
kaku keabu-abuan. Membentuk kelompok besar saat musim panen padi,
tapi biasanya berpasangan atau dalam kelompok kecil. Mencari makan
di atas tanah atau memetik biji bulir rerumputan. Menghabiskan
banyak waktu dengan bersuara gaduh dan menelisik di pepohon
besar.
Makanan: biji-bijian rumput, padi. Sarang berbentuk bola
berongga longgar, dari potongan rumput dan bahan lain, pada pohon
cukup tinggi. Telur berwarna putih, jumlah 4-5 butir. Berbiak
sepanjang tahun. Habitat Semua lahan pertanian, lahan berumput
alami, pepohonan. Penyebaran Sumatera, Jawa, Bali, Lombok.
Penyebaran Lokal Dijumpai di banyak lokasi. Lahan basah selain tepi
pantai. Kebun, tegalan, daerah suburban. Taman kota. Status
Penetap. Jumlah banyak dan frekuensi banyak. Peringkat perjumpaan:
(1) sangat mudah.
Cica-koreng Jawa Megalurus palustris
Karakter Tubuh berukuran besar (26 cm). Warna coklat. Ada
coretan hitam tebal pada punggung. Alis mata kuning tua. Ekor
sangat memanjang dan menajam. Tubuh bagian atas coklat kemerahan
terang. Coretan hitam pada punggung dan penutup sayap. Tubuh bagian
bawah keputihan. Coretan hitam pada dada. Sisi tubuh dan penutup
ekor tersapu merah karat. Iris coklat, paruh atas hitam, paruh
bawah kemerahjambuan, kaki merah jambu. Hidup sebagian di atas
tanah, berlari di bawah rumpun lebat. Sering bertengger mencolok di
tempat terbuka sambil bernyanyi. Makanan: kumbang, belalang,
serangga. Sarang berbentuk bola, teranyam pada gelagah.
Telur berwarna merah jambu, berbintik halus merah dan ungu,
jumlah 2-3 butir. Berbiak setiap tahun, kecuali bulan November.
Habitat Lapangan rumput terbuka, rumpun gelagah, bambu, semak
sekunder, kebun teh. Tersebar sampai ketinggian 2.000 m dpl.
Penyebaran India, Cina, Filipina, Asia tenggara (kecuali
Semenanjung Malaysia). Kalimantan, Jawa, Bali. Penyebaran Lokal
Medini, Limbangan, Kendal: perkebunan teh. Status Penetap. Jumlah
sedang dan frekuensi sangat sering. Peringkat perjumpaan: (1)
sangat mudah.Cinenen kelabu Orthotomus ruficeps
Karakter Tubuh berukuran kecil (11 cm). Jantan: Mahkota, dagu,
tenggorokan, dan pipi merah karat. Bulu lain abu-abu. Perut putih.
Betina: Kepala tidak semerah jantan. Pipi dan kerongkongan atas
putih. Iris coklat kemerahan, paruh coklat, kaki merah jambu. Aktif
di lantai hutan dan puncak pohon. Makanan: kaba-laba, ulat,
serangga kecil. Sarang berupa kantung yang dijahit dari daun besar
atau beberapa lembar daun kecil, direkatkan dengan jaring
laba-laba. Sarang terbuat dari akar halus, biji kapuk, dihiasi
kantung telur laba-laba dan kepompong kupu. Telur berwarna agak
putih berbintik kemerah-jambuan, jumlah 2-3 butir. Berbiak
sepanjang tahun, kecuali bulan Agustus.
Habitat Hutan terbuka, tepi hutan, hutan mangrove, semak tepi
pantai, kebun, vegetasi sekunder, rumpun bambu. Tersebar sampai
ketinggain 950 m dpl. Penyebaran Palawan, Semenanjung Malaysia,
Sunda Besar. Sumatera, Kalimantan, Jawa. Penyebaran Lokal Jrakah,
Tugu, Semarang: kawasan lahan basah. Wanawisata Tinjomoyo,
Semarang: hutan sekunder. Gua Kreo, Gunungpati, Semarang: hutan
sekunder. Jimbaran, Bawen: hutan sekunder. Medini, Limbangan,
Kendal: hutan primer. Gonoharjo, Limbangan, Kendal: kebun campur.
Wanawisata Penggaron, Ungaran: hutan sekunder. Semirang, Ungaran:
hutan sekunder. Tambaksari, Sayung, Demak: mangrove, kawasan lahan
basah. Status Penetap. Jumlah sedang dan frekuensi agak jarang.
Peringkat perjumpaan: (3) sedang.
Pipit bengala Amandava amandava (Estrildidae) Red Avadavat
Karakter Tubuh ukuran kecil (10 cm). Jantan: Warna merah padam.
Sayap dan ekor kehitaman. Ada bintik-bintik pada sisi tubuh. Sayap
dan tunggir berbintik putih kecil. Betina: Tubuh bagian bawah
kuning tua abu-abu. Mantel coklat. Tunggir merah. Sayap dan ekor
kehitaman. Ada beberapa bintik putih pada sayap. Iris coklat, paruh
merah, kaki merah daging. Terbang cepat dalam kelompok yang tidak
kenal lelah. Makanan: padi, biji rumput. Sarang berbentuk bola
khas, dari rumput, pada vegetasi rendah berpaya atau berumput.
Telur berwarna putih, jumlah 5-6 butir.
Berbiak bulan Mei, Juni, Desember. Habitat Semak, padang rumput,
lahan pertanian, sawah, rumpun gelagah. Tersebar sampai ketinggian
1.500 m dpl. Penyebaran Pakistan, Cina barat daya, Asia tenggara.
Jawa, Bali, Nusa Tenggara. Introduksi: Semenanjung Malaysia,
Sumatera, Kalimantan, Filipina. Penyebaran Lokal Tercatat sekali di
Wanawisata Penggaron, Ungaran. Pedalangan, Banyumanik, Semarang:
persawahan. Status Status menunggu konfirmasi.