PENGARUH PERKEMBANGAN INFRASTRUKTUR TERHADAP SEKTOR PARIWISATA
DAN PENGARUH PERKEMBANGAN SEKTOR TERSEBUT TERHADAP PERTUMBUHAN
EKONOMI DI JAWA BARAT
Rizfa Dalianto (2011110044)Naufal Hakim (2011110052)M. Arief Dwi
Utama (2011110053)Rizqianisa Septiani (201110060)
Abstrak
Pariwisata merupakan salah satu sektor yang berpotensi mendukung
pertumbuhan GDP suatu negara. Pertumbuhan sektor pariwisata sangat
bergantung pada kelengkapan infrastruktur yang tersedia. Adanya
pertumbuhan pada sektor pariwisata dapat dilihat melalui kontribusi
sektor perdagangan, hotel, dan restoran terhadap pendapatan serta
dilihat dari jumlah wisatawan yang berkunjung. Jawa Barat merupakan
daerah yang memiliki potensi pariwisata yang beragam, baik wisatsa
alam maupun wisata budaya. Akan tetapi hal tersebut tidak didukung
oleh infrastruktur yang tersedia. Pada paper ini hal tersebut dapat
dilihat berdasarkan adanya ketimpangan pada perkembangan sektor
pariwisata di Jawa Barat bila dibandingkan dengan Bali.
PENDAHULUANIndustri pariwisata beberapa tahun belakangan ini
muncul sebagai salah satu industri jasa yang mendominasi
pertumbuhan ekonomi global. Sektor pariwisata juga mendorong
pertumbuhan lapangan kerja, mendorong pertambahan cadangan devisa
yang pada akhirnya memicu pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan *
ibu minta apa ada data dari penelitian sebelumnya. Menurut Menteri
Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Mari Pangestu, industri pariwisata
merupakan penghasil devisa terbesar kelima di Indonesia setelah
minyak dan gas, minyak sawit, batubara dan karet olahan.
Menurutnya, Industri pariwisata juga dapat menciptakan lapangan
kerja bagi sekitar sembilan juta orang (Antaranews.com 2012).
Selama tahun 2012, penerimaan devisa dari pariwisata naik 6,6
persen menjadi 9,12 miliar dolar AS dari tahun sebelumnya senilai
8,5 miliar dolar AS. Dengan demikian, pengembangan pariwisata telah
menjadi sektor penting bagi kebanyakan negara berkembang
(Samini,et.al , 2012). Jawa Barat, merupakan salah satu provinsi
yang memiliki potensi pariwisata yang cukup banyak, seperti
misalnya wisata alam (pantai, pegunungan), wisata kuliner hingga
wisata budaya. Akan tetapi, dibalik banyaknya tempat pariwisata
yang ada di Jawa Barat, kunjungan wisatawan yang datang ke Jawa
Barat masih sedikit jika dibandingkan dengan daerah lain seperti
Bali.
Infrastruktur merupakan aspek penting dalam proses pembangunan
nasional. Infrastruktur seperti bandara, pelabuhan, akses jalan dan
sebagainya memiliki peran penting terhadap pertumbuhan pariwisata.
Bandara yang menjadi gate of entry paling mudah baik bagi wisatawan
domestik maupun wisatawan asing, menjadi alasan masih rendahnya
kunjungan wisatawan ke beberapa daerah di Indonesia yang salah
satunya adalah Jawa Barat *rancu nih. Bandara Internasional yang
tersedia di Jawa Barat masih kalah saing bila dibandingkan dengan
bandara yang berada di Bali maupun Jakarta. Selain itu, minimnya
infrastruktur yang tersedia dari bandara ke daerah pariwisata yang
dituju seperti misalnya jalan dan sarana transportasi, kemungkinan
menjadi salah satu alasan masih sedikitnya kunjungan wisatawan
asing ke Jawa Barat, jika dilihat dari jumlah entry gate yang ada
di Jawa Barat serta akses yang tersedia dari bandara ke tempat
wisata *terlalu panjang g buat sebuah kalimat??. Diharapkan dengan
adanya infrastruktur yang lebih baik, akan mendorong laju
pertumbuhan wisatawan di Jawa Barat. Meningkatnya pertumbuhan
wisatawan pada akhirnya akan meningkatkan pendapatan negara
sehingga dapat terjadi pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan. Maka
dari itu, kelompok kami ingin menganalisis bagaimana pengaruh
perkembangan infrastruktur terhadap sektor pariwisata dan pengaruh
perkembangan sektor tersebut terhadap pertumbuhan ekonomi.
Perkembangan sektor pariwisata memiliki dampak postif dan dampak
negatif. Dampak postif dari adanya perkembangan pada sektor
pariwisata, pertama adalah bertambahnya cadangan devisa. Dalam
kaitannya dengan hal tersebut terlihat bahwa sasaran utamanya
adalah wisatawan asing. Semakin lama mereka menetap, maka semua
pengeluaran yang mereka lakukan akan menjadi tambahan devisa bagi
negara tersebut. Kedua, terciptanya lapangan kerja baru. Ketiga,
adanya pengembangan usaha dan keterkaitan dengan sektor lain.
Meningkatnya sektor pariwisata yang kemudian membuat munculnya
hotel, penginapan, restoran dan lainnya memiliki pengaruh pada
pengembangan usaha di sektor lain. Misalnya dengan adanya
peningkatan jumlah pengunjung hotel, restoran, dan tempat hiburan,
maka permintaan akan bahan-bahan pokok seperti misalnya sayur dan
beras juga akan meningkat karena permintaan akan makanan maupun
minuman bagi wisatawan naik. Berdasarkan uraian di atas, dapat
dinyatakan bahwa sektor pertanian juga dapat berkembang, karena
adanya peningkatan permintaan dari perkembangan sektor
pariwisata.
TINJAUAN PUSTAKA Pertumbuhan ekonomi dapat dihitung dari tingkat
perubahan Gross Domestic Product (GDP). Komponen untuk menghitung
GDP adalah konsumsi(C), investasi (I), pendapatan/pengeluaran
pemerintah (G), dan ekspor-impor (NX). Hal tersebut dapat pula
dinyatakan dalam rumus GDP = C + I + G+ NX. Perubahan pada GDP di
suatu daerah dipengaruhi oleh adanya perubahan pada satu atau lebih
komponen tersebut. Adanya perubahan pada salah satu komponen juga
dapat mempengaruhi perubahan pada komponen yang lain hal tersebut
dikenal dengan multipllier effect. Perkembangan pada sektor
pariwisata dapat mempengaruhi pendapatan daerah. Berdasarkan uraian
di atas, pengaruh tersebut dapat terjadi seperti contohnya adanya
peningkatan investasi di sektor pariwisata (bertambahnya jumlah
hotel, restoran, dan tempat hiburan) mampu untuk menciptakan
lapangan kerja baru. Semakin bertambahnya lapangan kerja baru mampu
menyerap tenaga kerja yang lebih banyak, sehingga pendapatan
masyarakat pun meningkat. Adanya peningkatan pendapatan membuat
masyarakat meningkatkan pula konsumsinya. Peningkatan pada
komponen-komponen tersebut (I dan C) mengakibatkan peningkatan pada
GDP. Jika GDP terus meningkat dari periode sebelumnya maka dapat
dikatakan adanya pertumbuhan ekonomi. Berdasarkan penelitian yang
sudah pernah dilakukan, dinyatakan bahwa pariwisata adalah salah
satu aktivitas ekonomi yang harus dilihat dari dua sisi yakni sisi
permintaan (demand side) dan sisi penawaran (supply side), lebih
lanjut dikemukakan bahwa keberhasilan dalam pengembangan pariwisata
di suatu daerah sangat bergantung pada kemampuan perencanaan dalam
mengintegrasikan kedua sisi tersebut secara berimbang ke dalam
sebuah rencana pengembangan pariwisata (Gunn, 1988). Pariwisata
dari sisi permintaan dapat dinyatakan sebagai sesuatu yang
diinginkan dan disukai oleh wisatawan. Misalnya dengan adanya
penginapan, tempat hiburan dan transportasi yang memadai serta,
adanya rasa nyaman di daerah pariwisata tersebut. Sedangkan dari
sisi penawaran, pariwisata dapat dinyatakan sebagai segala sesuatu
yang ditawarkan dari tempat wisata tersebut yang dapat membuat
wisatawan tertarik ingin berkunjung. Seperti misalnya adalah
keadaan alam yang indah yang membuat wisatawan ingin berkunjung ke
daerah tersebut. Untuk mencapai keberhasilan target pariwisata
suatu daerah maka diperlukan ada usaha-usaha yang dilakukan dengan
mengatur sistem pariwisata yang memadai berupa promosi dan
pengembangan potensi-potensi pariwisata yang didukung dengan desain
produksi dan kegiatan-kegiatan yang diadakan pemerintah setempat
(Getz, 2008).
Berkembangnya sektor pariwisata dipengaruhi oleh tersedianya
sarana dan prasarana pariwisata. Sarana yang dimaksud adalah
ketersediaan pelayanan bagi wisatawan seperti tersedianya hotel
atau penginapan, transportasi, dan tempat hiburan. Sedangkan yang
dimaksud dengan prasarana adalah ketersediaan fasilitas yang dapat
memudahkan proses perekonomian seperti bandara, terminal, dan
pelabuhan. Tersedianya prasarana yang mempermudah akses wisatawan
akan membuat wisatawan mejadi lebih tertarik untuk berkunjung ke
daerah wisata tersebut.Kajian teori pembangunan menjelaskan bahwa
untuk menciptakan kegiatan ekonomi diperlukan sarana infrastruktur
yang memadai (Hidayatika,2007). Adanya infrastruktur (seperti jalan
raya, jembatan, tol dan lain sebagainya) yang merupakan investasi
bagi pemerintah dapat membantu aktifitas dalam perekonomian.
Seperti contohnya dengan adanya jembatan dan jalan tol yang
memadai, mobilisasai produksi dapat lebih mudah untuk dilakukan,
sehingga kegiatan ekonomi dapat berjalan dengan baik. Oleh karena
itu, dalam mempercepat pertumbuhan ekonomi dan memperkuat landasan
pembangunan ekonomi yang berkelanjutan diperlukan dukungan
penyediaan infrastruktur. Infrastruktur merupakan prasarana publik
primer dalam mendukung kegiatan ekonomi suatu negara. Ketersediaan
infrastruktur sangat menentukan tingkat efisiensi dan efektifitas
kegiatan ekonomi (Dilya et al, 2013). Pembangunan infrastruktur
selalu menjadi faktor kunci dan prioritas dalam upaya kegiatan
pengembangan pariwisata di suatu wilayah. Dengan adanya pembangunan
infrastruktur seperti jalan yang berupa akses menuju tempat
pariwisata memudahkkan orang-orang untuk berkunjung. Jika asumsi
tersebut berjalan dengan baik, maka akan berpengaruh pengembangan
pariwisata di suatu wilayah yang menjadi tempat tujuan
pariwisata.
Terdapat beberapa penelitian yang menyatakan bahwa adanya
pembangunan infrastruktur akan mempengaruhi perkembangan pada
sektor pariwisata. Seperti penelitian yang dilakukan oleh Sudiarta
(2005) di Desa Sarangan Bali, ia menyatakan bahwa akses
transportasi dapat meningkatkan perkembangan wisata serta
peningkatan jumlah wisatawan karena akses menuju wilayah perkotaan
menjadi semakin lancar dan biaya yang ditimbulkan semakin murah.
Dampak positif ini berpengaruh juga terhadap ekonomi masyarakat
dengan munculnya tempat wisata baru yaitu, munculnya kafe-kafe dan
penangkaran dan ternak hewan penyu. Sama halnya dengan penelitian
dari Sudiarta, Bramo (2013) menyatakan bahwa, infrastruktur yang
salah satunya merupakan sarana transportasi merupakan salah satu
bagian yang mempengaruhi jumlah kunjungan wisatawan pada suatu
daerah. Dari penelitian yang ia lakukan di Albania, adanya
pembangunan infrastruktur baru berupa sarana transportasi kereta
api, mampu meningkatkan kujungan wisatawan 26% lebih banyak dari
tahun sebelumnya. Peningkatan pariwisata sangat membantu
peningkatan GDP pada negara berkembang.Selain itu terdapat pula
beberapa penelitian yang menyatakan pekembangan sektor pariwisata
akan berpengaruh terhadap pertumbuhan perekonomian dari negara itu
sendiri. Pada penelliatian Long dan Ekanayake (2012), mereka
menyatakan bahwa peningkatan pariwisata memiliki dampak positif
terhadap pertumbuhan perekonomian dalam negara berkembang.
Pertumbuhan perekonomian yang ditunjukan dengan adanya peningkatan
pada GDP tersebut, disebabkan oleh adanya keuntungan yang di dapat
dari perkembangan sektor pariwisata sehingga, pemerintah negara
berkembang memiliki alasan yang kuat untuk membuat kebijakan
ekonomi guna mempromosikan pariwisata sebagai sumber pertumbuhan
ekonomi.
1
PEMBAHASAN Di Jawa Barat, terdapat banyak potensi tempat wisata,
yang belum banyak dikunjungi oleh wisatawan asing. Kurang lebih
terdapat ratusan tempat wisata mulai dari wisata pantai,
pegunungan, hingga wisata budaya. Banyaknya tempat wisata tersebut,
tidak diimbangi dengan kualitas dari infrastruktur yang memadai
seperti akses jalan, transportasi, hingga entry gate (Bandara,
Pelabuhan, dan Terminal). Jika dibandingkan dengan Bali, akan
terlihat jelas perbedaan yang sangat besar dari sektor
pariwisatanya, jika dibandingkan dengan Jawa Barat. Keberhasilan
pariwisata terlihat dari penerimaan pemerintah dari
sektorpariwisata yang dapat mendorong sektor lainnya untuk
berkembang. Adanya perkembangan pada sektor pariwisata tersebut
dilihat terutama berdasarkan pendapatan dari sektor perdagangan,
hotel dan restoran (dapat dilihat dari gambar 1 dan gambar 2 pada
lampiran). Pada PDRB, tahun 2010, sektor pariwisata yang termasuk
dalam lapangan usaha perdagangan, hotel, dan restoran menyumbang
hampir 30% terhadap PDRB Provinsi Bali. Pada tahun yang sama, di
Jawa Barat, sektor pariwisata menyumbang 22% terhadap PDRB Jawa
Barat. Walaupun tidak terlihat berbeda jauh tapi, jika dibandingkan
dengan jumlah kunjungan wisatawannya, Jawa Barat masih tertinggal
jauh dibandingkan dengan Bali. Perkembangan pada sektor pariwisata
dapat dilihat dari adanya peningkatan pada beberapa sektor usaha
(perdaganagn, hotel, dan restoran) yang kemudian mempengaruhi
penerimaan pemerintah. Perkembangan sektor pariwisata juga dapat
dilihat berdasarkan adanya peningkatan jumlah kedatangan wisatawan
dari periode keperiode. Bila tujuan dari peningkatan sektor
pariwisata adalah untuk meningkatkan cadangan devisa maka jumlah
wisatawan yang dapat diamati adalah jumlah kedatangan wisatawan
mancanegara. Untuk melihat jumlah kedatangan wisatawan mancanegara
dari periode ke periode kita dapat mengamati banyaknya jumlah
wisatawan yang masuk berdasarkan entry gate. Pada tahun 2010,
kunjungan wisatawan asing yang datang ke Jawa Barat adalah sebesar
92.479 orang sementara, pada tahun yang sama kunjungan wisatawan
asing yang berkunjung ke Bali adalah sebesar 2.576.142 orang
(ditampilkan pada gambar 3 dan 4). Rendahnya kunjungan wisatawan di
Jawa Barat tersebut jika di bandingkan dengan Bali kemungkinan
salah satunya disebabkan oleh akses masuk wisatawan asing ke Jawa
Barat yang terbatas. Jawa Barat hanya memiliki akses masuk langsung
bagi wisatawan asing yaitu melalui Bandara Husein Sastranegara di
Bandung sementara, di Bali terdapat Bandara Internasional Ngurah
Rai yang berkapasitas lebih besar sehingga memudahkan akses masuk
wisatawan asing. Dari sisi makro, dampak positif dari pembangunan
infrastruktur dapat meningkatkan Investasi. Infrasturktur merupakan
investasi bagi pemerintah, namun investasi yang dimaksud merupakan
investasi yang dilakukan oleh investor/swasta. Para investor akan
merasa lebih tertarik untuk berinvestasi bila infrastruktur yang
tersedia seperti jalan, tol, dan jembatan cukup memadai.
Meningkatnya investasi membuka lapangan kerja baru sehingga akan
lebih banyak tenaga kerja yang diserap. Banyaknya tenaga kerja yang
diserap membuat pendapatan masyarakat meningkat sehingga konsumsi
masyarakat juga akan meningkat. Pada akhirnya pembangunan
infrastruktur akan mempengaruhi pertumbuhan ekonomi. Dalam
pendekatan makro dapat digambarkan bahwa Y= C+I+G+NX maka, naiknya
Investasi (I) dan Konsumsi (C) memiliki dampak positif terhadap
pendapatan nasional atau yang disebut naiknya variabel (Y). Selain
itu, perkembangan sektor pariwisata juga akan meningkatkan cadangan
devisa. Kaitan hal tersebut terhadap tujuan makro adalah bahwa
wisatawan asing merupakan sumber dari pendapatan devisa, dengan
meningkatkannya cadangan devisa maka membuat surplus neraca
perdagangan yang dapat berakibat kepada nilai mata uang yang
menguat (terapresiasi) dan transaksi luar negeri dapat meningkat.
Pemerintah membuat kebijakan untuk lebih menarik wisatawan asing
dan membuat mereka untuk tinggal lebih lama sehingga devisa dari
negara juga akan bertambah.
TINJAUAN MENURUT KAJIAN :Tumbuhnya sektor pariwisata yang
dipengaruhi oleh adanya pengembangan infrastruktur juga memiliki
dampak dari beberapa bidang kajian. Dari sisi kajian ekonomi
moneter, untuk meningkatkan pendapatan dari sektor pariwisata maka
dibutuhkan pembangunan infrastuktur yang dibiayai oleh pemerintah.
Pembangunan infrastruktur yang di biayai oleh pemerintah biasanya
berasal dari pajak. Tumbuhnya sektor pariwisata mendorong
penerimaan pajak dari sektor pariwisata. Dengan adanya peningkatan
pajak tersebut, penyerapan pendapatan bagi pemerintah dapat
meningkat sehingga, anggaran pembelanjaan pemerintah pun dapat
meningkat. Jika APBN yang dianggarkan pemerintah digunakan untuk
pembangunan infrastruktur, maka pembangunan infratruktur untuk
pariwisata akan meningkat. Infrastruktur yang dibiayai dari APBN
menunjukan bahwa infrastruktur tersebut juga merupakan barang
publik dan infrastruktur tersebut bukan hanya digunakan untuk
sektor pariwisata saja akan tetapi bisa digunakan untuk mendukung
sektor-sektor lainnya (misalnya sektor industri). Dengan
meningkatnya pariwisata maka akan meningkatkan cadangan devisa.
Cadangan devisa yang meningkat akan memungkinkan nilai mata uang
akan terapresiasi sehingga harga barang impor menjadi lebih murah.
Di sisi lain, dengan meningkatkan impor tersebut akan menurunkan
GDP karena tingkat ekspor akan berkurang. Maka dari itu, agar GDP
tetap meningkat dengan meningkatnya cadangan devisa pemerintah
harus dapat memberikan batasan dalam kebijakan melakukan ekspor dan
impor.
Dari sisi kajian ekonomi industri, tumbuhnya sektor pariwisata
memiliki dampak positif terhadap perekonomian. Tumbuhnya sektor
pariwisata akan mendorong berkembangnya industri kecil menengah dan
industri kecil kreatif yang dapat menyerap banyak tenaga kerja
lokal. Seperti data yang didapatkan dari Dewan Kerajinan Nasional
Daerah (Dekranasda) Provinsi Bali pada tahun 2011, terdapat 74.938
industri kecil. Ada 989 serta industri kecil yang mampu menyerap
238.255 orang tenaga kerja. Selain menyerap banyak tenaga kerja,
sektor ini juga memberi andil besar dalam kegiatan ekspor dari bali
sebagaimana terlihat dari realisasi nilai ekspor yang mencapai
26,70 persen dari total nilai ekspor di Bali ke mancanegara. Jika
hal yang sama di terapkan di Provinsi Jawa Barat, dengan asumsi
ceteris paribus, maka angka penggangguran di Jawa Barat diharapkan
dapat berkurang lebih dari 2,41% di tahun selanjutnya. Selain itu,
tumbuhnya industri kecil dan menengah dan industri kreatif baru
akan mendorong berkembangnnya industri yang sudah ada dikarenakan,
adanya peningkatan permintaan input yang dibutuhkan oleh industi
kecil menengah, dan industri kreatif yang baru tumbuh. Adanya
multiplier effect ini akan mendorong terjadinya pertumbuhan ekonomi
di daerah tersebut. Adanya pertumbuhan industri juga akan mendorong
terjadinya diversifikasi sektor pendukung pertumbuhan ekonomi
sehingga sektor pendukung ekonomi tidak hanya terpusat padda sektor
pertanian melainkan juga ke sektor industri.
Dari sisi kajian ekonomi lingkungan, pertumbuhan sektor
pariwisata dibutuhkan pengembangan wilayah yang nyaman dari mulai
sosial, ekonomi, politik, dan budaya. Konsep daerah atau wilayah
didefinisikan sebagai suatu ruang atau wilayah geografis yang
mempunyai batas-batas administratif seperti kabupaten, kota,
distrik (daerah). Infrastruktur yang dibangun juga harus sesuai
pembagian wilayah atas dasar kesamaan unsur-unsur fisik seperti
vegetasi, iklim, ketinggian tanah, deposit tertentu atau didasarkan
pada faktor non fisik seperti tingkat pendapatan masyarakat dan
tingkat pengangguran. Pertimbangan unsur-unsur tersebut bisa
mempermudah akses infrastruktur di Jawa Barat ke tempat-tempat
wisata. Eksternalitas negatifnya jika dilihat dari Jawa Barat
adanya ketidakseimbangan (unbalance growth), yaitu didasarkan pada
analisis perekonomian yang selalu memusat dan menimbulkan
ketidakadilan atau ketidakmerataan. Sepeti halnya para investor
yang hanya melakukan investasi pada wilayah yang terpusat karena
berdasarkan kekuatan pasarnya yang menyebabkan pengembangan
infrastruktur tidak terlalu berkembang. Wisata di Jawa Barat sangat
potensial karena struktur demografis yang dimiliki Jawa Barat cukup
baik, hanya saja peran pemerintah dalam pengembangan infrastruktur
seperti bandara (entry gate) bagi wisatawan asing dan jalan untuk
menuju tempat wisata baik wisata alam, wisata kuliner, wisata
budaya yang membuat wisatawan asing nyaman dan tertarik untuk
datang ke Jawa Barat.
KESIMPULANPerkembangan sektorpariwisata mampu meningkatkan
aktivitas bisnis yang dapat menghasilkan manfaat sosial, budaya,
dan ekonomi bagi suatu negara. Ketika pariwisata direncanakan
dengan baik, mestinya akan dapat memberikan manfaat bagi
masyarakat. peningkatan infrastrukur seperti halnya bandara,
jembatan, jalan dapat dilihat dengan adanya pertumbuhan pada
beberapa sektor. Hal ini dapat dilihat berdasarkan data GDP bahwa
pada daerah bali dan jawa terdapat peningkatan pada setiap sektor
untuk setiap tahunnya. Adanya peningkatan pada sektor pariwisata
sendiri dapat dilihat berdasarkan pertumbuhan dari lapangan usaha
berupa perdagangan, hotel dan restoran. Selain itu, adanya
perkembangan pada sektor pariwisata juga dapat dilihat berdasarkan
jumlah kunjungan wisatawan asing, karena dengan banyakanya
kunjungan wisatawan yang masuk ke suatu daerah hal tersebut
menunjukan bahwa daerah tersebut memiliki daya tarik untuk terus
dikunjungi. Berdasarkan data di daerah bali dan jawa barat jumlah
wisatawan asing yang masuk melalui entry gate yang ada di daerah
tersebut menunjukan adanya kesenjangan. Pengembangan entry gate
salah satunya bandara di Jawa Barat perlu dilakukan untuk
meningkatkan Jumlah kunjungan wisatawan asing ke daerah Jawa Barat.
Hingga saat ini kunjungan wisatawan asing di daerah Bali jauh lebih
besar dibandingkan dengan daerah jawa barat. Hal tersebut
kemungkinan dikarenakan masih terbatasnya infrastruktur di daerah
jawa barat terutama infrastruktur untuk menuju tempat wisata.
Meningkatnya lapangan usaha di jawa barat yang cukup baik
menunjukan Jawa Barat memiliki potensi untuk terus berkembang dalam
sektor pariwisata.
DAFTAR PUSTAKA Budairta, N. (2011). Peranan Transportasi dalam
Pariwisata. Studi Kasus : Pemilihan Daerah Tujuan Wisata
(Dtw/Destinasi) Oleh Wisatawan Di Bali. Jurnal Ilmiah Teknik Sipil
Vol. 15, No. 2, Juli 2011, 195-204.Banyaknya Wisatawan Mancanegara
yang Datang Langsung ke Bali per Bulan Tahun 2008 - 2012. Diunduh
16 Februari 2014, dari Badan Pusat Statistik Web site:
http://bali.bps.go.id/tabel_detail.php?ed=611001&od=11&id=11.Banyaknya
Wisatawan Mancanegara yang Datang ke Jawa Barat per Bulan Tahun
2010-2012. Diunduh 16 Februari 2014, dari Badan Pusat Statistik Web
site: http://jabar.bps.go.id/.Bramo, F. (2013). The Role of railway
infrastructure on the reason development (case Albania). Albanian
Journal Agriculture, Volume 12, Number 2, 2013, 297-300.Dilya,
et.al. (2013). Analisis Pengaruh Peningkatan Pajak, Pembangunan
Infrastruktur dan Hubungan Keduanya Terhadap Kesejahteraan
Masyarakat.Ekanayake, E. M & Long, A. E. (2012). Tourism
Development and Economic Growth in Developing Countries. The
International Journal of Business and Finance Research, Volume 6,
Number 1, 2012, 51-63.Hidayatika, M. D. (2007). Peranan
Infrastruktur Bagi Pertumbuhan Ekonomi Daerah di Pulau Jawa.
Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.
Mulyana, B. (n.d). Pengembangan Kota Bogor sebagai Destinasii
Pariwisata Internasional. retrivied from:
http://ojs.unud.ac.id/index.php/jip/article/download/3785/2781
Samini, et.al. (2012). Torism and Economic Growth in Developing
Countries:P-VAR Approach. Middle-East J. Sci. Res., 10 (1),
28-32.Soebiyantoro, U. (2009). Pengaruh Ketersediaan Sarana
Prasarana, Sarana Transportasi terhadap Kepuasaan Wisatawan. Jurnal
Manajemen Pemasaran, VOL. 4, NO. 1, April 2009: 16-22, 16-22.
LAMPIRANGambar 1
Gambar 2Gambar 2a
Gambar 2b
Gambar 2c
Gambar 3
Gambar 4Banyaknya Wisatawan Mancanegara yang Datang Langsung ke
Bali per Bulan Tahun 2008 - 2012
Number of Foreign Visitors Arriving Directly to Bali by Month,
2008 - 2012
B u l a n M o n t h20082009201020112012
(1)(2)(3)(4)(5)(6)
1.Januari / January 147 799 174 541 179 273 209 093 253 286
2.Pebruari / February 161 776 147 704 191 926 207 195 225
993
3.Maret / March 160 708 168 205 192 579 207 907 230 957
4.April / April 154 911 188 776 184 907 224 704 225 488
5.Mei / May 167 463 190 803 203 388 209 058 220 700
6.Juni / June 178 404 200 566 228 045 245 652 244 080
7.Juli / July 190 854 235 198 254 907 283 524 271 512
8.Agustus / August 195 549 232 255 243 154 258 377 254 079
9.September / September 189 346 218 443 240 947 258 440 257
363
10.Oktober / October 189 234 221 282 229 904 247 565 255 021
11.Nopember / November 173 077 184 803 199 861 221 603 242
781
12.Desember / December 175 963 222 546 227 251 253 591 268
072
Jumlah / Total : 2 085 084 2 385 122 2 576 142 2 826 709 2 949
332
Pertumbuhan Growth Rate (%) 19,40 14,39 8,01 9,73 4,34
Sumber : Badan Pusat Statistik Provinsi Bali
Source : BPS - Statistics of Bali Province