KAPASITAS PENANGKAPAN JARING INSANG DAN KARAKTERISTIK SUMBERDAYA IKAN DI DANAU LAUT TAWAR, PROVINSI ACEH LAPORAN TAHUNAN/AKHIR Husnah, Sonny Koeshenrajana, Hufiadi, Zulkarnain Fahmi, Melfa Marini, Apriadi, Raider Sigit Junianto, Rusmaniar 2013 BALAI PENELITIAN PERIKANAN PERAIRAN UMUM PUSAT PENELITIAN PENGELOLAAN PERIKANAN DAN KONSERVASI SUMBERDAYA IKAN BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KELAUTAN DAN PERIKANAN
74
Embed
KAPASITAS PENANGKAPAN JARING INSANG DAN …bp3upalembang.kkp.go.id/assets/content_upload/files... · 2017-05-24 · Bapak Bupati Kabupaten Aceh Tengah 2. Dinas Peternakan dan Perikanan
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
4.2.4. Parameter kondisi lingkungan sumber daya ikan ..............................................42
KESIMPULAN DAN SARAN
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1. Kerangka pemikiran dan alur pemecahan masalah penelitian. AlurPengelolaan ) ( ) .... ................................................................................3
Gambar 2.2. Peta Bathimetri perairan Danau Laut Tawar, Provinsi Aceh(Dokumentasi : Husnah et all., 2012) .. .........................................................4
Gambar 3.1. Fluktuasi muka air Danau Laut Tawar September 2012-Agustus 2013......... 9
Gambar 3.2. Aktifitas yang terdapat di Danau Laut Tawar ...............................................11
Gambar 4.1. Perahu jaring insang tanpa mesin dan perahu menggunakan mesin ..............13
Gambar 4.2. Trajektori efisiensi perikanan di Danau Laut Tawar ... ................................15
Gambar 4.3. Produksi aktual dan produksi potensial (ton) perikanan di Danau LautTawar tahun 2001-20012 ..............................................................................17
Gambar 4.4. Grafik excess fishing capacity pemanfaatan perikanan di Danau LautTawar, Aceh Tengah 2001-2012 ...................................................................17
Gambar 4.5. Distribusi efisiensi unit jaring depik ............................................................18
Gambar 4.6. Distribusi pemanfaatan variable input (VIU) unit jaring depik .....................19
Gambar 4.7. Distribusi efisiensi unit jaring jaher ............................................................20
Gambar 4.8. Distribusi pemanfaatan variable input (VIU) unit jaring mujaher ................21
Gambar 4.9. Distribusi efisiensi unit jaring kawan .........................................................21
Gambar 4.10. Tingkat pemanfaatan variable input (VIU) unit jaring kawan .....................22
Gambar 4.11. Grafik hubungan panjang berat beberapa jenis ikan dominan Danau LautTawar 2013 ............... ....................................................................................29
Garnbar 4.12. Nisbah kelamin ikan Depik, Relo dan Bontok di Danau Laut Tawar2013 ........................ ....................................................................................30
Garnbar 4.13. TKG beberapa ikan dominan Danau Laut Tawar 2013 ...............................31
Garnbar 4.14. Fekunditas beberapa ikan dominan Danau Laut Tawar 2013 .....................32
Garnbar 4.15. Distribusi diameter Telur 3 jenis ikan dominan Danau Laut Tawar2013 ........................ ....................................................................................33
Gambar 4.16. % Genus Fitoplankton dan Zooplankton pada setiap kelas yang terdapatdi Danau Laut Tawar pada Maret dan Juni 2013 ........ ................................34
Gambar 4.17. Kelimpahan Fitoplankton dan Zooplankton yang terdapat di Danau LautTawar pada Maret dan Juni 2013 ................................................................35
Gambar 4.18. Indeks Keanekaragaman (H’) dan Indeks Dominansi (DI) FitoplanktonDanau Laut Tawar 2013 ..............................................................................36
Gambar 4.19. Indeks Keanekaragaman (H’) dan Indeks Dominansi (DI) ZooplanktonDanau Laut Tawar 2013 ..............................................................................37
Gambar 4.20. Kelimpahan Spesies pada setiap kelas perifiton yang terdapat di DanauLaut Tawar pada Maret dan Juni 2013......................................................... 37
Gambar 4.21. Kelimpahan Perifiton (sel/100 ml) Danau Laut Tawar 2013 ....................... 38
Gambar 4.22. Kelimpahan Perifiton (sel/m2) Danau Laut Tawar 2013 ............................39
Gambar 4.23. Indeks Keanekaragaman (H’) Perifiton Danau Laut Tawar 2013 ...............39
Gambar 4.24. Jumlah genera perifiton pada setiap family Danau Laut Tawar 2013 .........40
Gambar 4.25. Kelimpahan perifiton pada setiap stasiun pengamatan diDanau LautTawar 2013 ... ..............................................................................................40
Gambar 4.26. Kelimpahan genera perifiton pada setiap waktu penelitian di Danau LautTawar 2013 ... ..............................................................................................41
Gambar 4.27. Indek Keanekaragaman (H’) dan Indeks Dominansi (DI) OrganismeBentos Danau Laut Tawar 2013 ..................................................................41
Gambar 4.28. Suhu udara dan air pada Maret, Juni dan Agustus 2013 ..............................42
Gambar 4.29. pH pada Maret, Juni dan Agustus 2013 .......................................................43
Gambar 4.30. COD dan BOD pada Maret Juni dan Agustus 2013 ....................................44
Gambar 4.31. Oksigen Terlarut (DO) Danau Laut Tawar pada Maret Juni dan Agustus2013 ............... .............................................................................................. 44
Gambar 4.32. TN dan TP pada Maret, Juni dan Agustus 2013 .........................................45
Gambar 4.33. Alkalinitas dan Hardnes pada Maret, Juni dan Agustus 2013 ....................46
Gambar 4.34. Kecerahan dan kedalaman pada Maret, Juni dan Agustus 2013 ................. 47
Gambar 4.35. TSS dan TDS pada Maret, Juni dan Agustus 2013 ...................................48
Gambar 4.36. Turbidity dan klorofil pada Maret, Juni dan Agustus 2013 .......................49
Gambar 4.37. DHL dan TOC pada Maret, Juni dan Agustus 2013 ..................................49
Lampiran 2. Jenis-jenis ikan Danau Laut Tawar 2013 .......................................................102
Lampiran 3. Dokumentasi Pemaparan dengan Bupati Aceh Tengah 2013.........................106
Lampiran 4. Beberapa Enomerator Danau Laut Tawar 2013 .............................................107
Lampiran 5. Sampel Hasil Eksperimen, Feeding Habit dan Koleksi Enomerator .............108
Lampiran 6. Beberapa hasil penelitian BP3U 2012-2013 yang telah diinformasikankepada masyarakat .........................................................................................110
1
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Danau Laut Tawar adalah sebuah danau dan kawasan wisata yang terletak di
Dataran Tinggi Gayo, Kabupaten Aceh Tengah, Nanggroe Aceh Darussalam. Secara
geografis danau ini terletak pada 04o 34’43” LU dan 96o55’25” BT. Danau Laut Tawar
mempunyai 42 daerah tangkapan air dengan luas total 14803.22 Ha. Secara administrasi
daerah tangkapan air tersebut berada pada wilayah Kecamatan Lut Tawar, Kebayakan,
Bebesan dan Kecamatan Bintang. Danau ini memiliki arti penting bagi masyarakat
Gayo yaitu sebagai sumber air bersih bagi masyarakat setempat, pertanian, industri dan
perikanan. Dalam kaitannya dengan perikanan, terdapat dua jenis aktifitas perikanan di
danau ini yaitu, perikanan tangkap dan perikanan budidaya.
Perikanan merupakan salah satu sektor yang memanfaatkan sumberdaya
perairan dan ikan. Penurunan kualitas lingkungan perairan Danau Laut Tawar dan
intensitas pemanfaatan sumberdaya ikan yang tinggi akan mempengaruhi sumberdaya
ikan. Beberapa informasi mengindikasikan adanya penurunan sumberdaya perairan dan
ikan di Danau Laut Tawar (BP DAS Krueng Aceh, 2009; Muchlisin, 2009; Serambi
News, 2009).
Hasil desk study Balai Penelitian Perikanan Perairan Umum pada tahun 2012
menunjukkan produksi ikan rata-rata mencapai 525 ton/tahun yang berasal dari alat
tangkap jaring insang tetap (Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Aceh, 2010; Dinas
Kelautan dan Perikanan Kabupaten Aceh Tengah, 2009). Produksi ikan Danau Laut
Tawar dari tahun 2006 hingga 2010 mengalami penurunan sebanyak 13.83 % dari 578
ton/tahun menjadi 498 ton/tahun dengan. Pada tahun 2010, produksi ikan di dominasi
oleh jenis ikan introduksi yaitu ikan nila dan mas dengan persentase 30.14% dan
20.36% dari produksi total sebesar 50.1 ton, sedangkan produksi ikan depik (Rasbora
tawarensis) yang merupakan ikan endemik Danau Laut Tawar hanya 7.35% (Laporan
Tahunan Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Aceh, 2006-2010). Penurunan
populasi ikan depik ini sangat tinggi yang diindikasikan dengan hasil tangkapan per
unit upaya (catch per unit effort/CPUE) pada tahun 1970 sebesar 1.17/kg/m2 jaring
menjadi 0.02 kg/m2 jaring pada tahun 2009 (Muchlisin, 2010).
2
Pengelolaan kapasitas penangkapan merupakan suatu pendekatan pengelolaan
sumberdaya perikanan yang berkaitan dengan pembatasan kapasitas upaya penangkapan
ikan. Variabel yang digunakan dalam kapasitas penangkapan diantaranya adalah ukuran
kapal, ukuran mesin kapal, ukuran jaring, dan teknologi alat bantu penangkapan. Oleh
karena itu, membatasi kapasitas upaya penangkapan dilakukan melalui pembatasan
variabel-variabel tersebut (Nikijuluw, 2002). Selain variabel tersebut, karakteristik
sumberdaya ikan juga diperlukan dalam pengelolaan sumberdaya ikan. Berdasarkan
permasalahan tersebut di atas dan juga permohonan dari Dinas Kelautan dan Perikanan
Provinsi Aceh maka pada tahun 2013 dilakukan penelitian kapasitas penangkapan dan
karakteristik sumberdaya ikan di Danau Laut Tawar, Kabupaten Aceh Tengah, Provinsi
Aceh.
1.2. Tujuan dan Sasaran
Tujuan :
Tujuan ini adalah untuk mendapatkan data dan informasi sebagai berikut :
a. Kapasitas penangkapan jaring insang di Danau Laut Tawar
b. Karakteristik sumberdaya ikan di Danau Laut Tawar
Sasaran :
Sedangkan sasaran yang diinginkan adalah tersedianya data dan informasi dasar
tentang:
a. Kapasitas penangkapan jaring insang di Danau Laut Tawar
b. Karakteristik sumberdaya ikan (hasil tangkapan, jenis dan komposisi ikan, alat
tangkap, daerah penangkapan, panjang dan berat ikan, tingkat kematangan gonad) di
perairan Danau Laut Tawar .
METODOLOGI PENELITIAN
2.1. Kerangka pemikiran dan alur pendekatan pemecahan masalah penelitian
Gambar 2.1. Kerangka pemikiran dan alur pemecahan masalah penelitian . AlurPengelolaan ) ( )
2.2. Waktu Dan Lokasi Penelitian
Penelitian dilakukan dari Januari – Desember 2013 di perairan Danau Laut
Tawar, Provinsi Nangroe Aceh Darussalam (Gambar 2.2). Dua belas (28) stasiun
pengambilan sampel air dan 3 kecamatan pengambilan sampel ikan ditentukan
berdasarkan purpossive random sampling yang didasarkan pada perbedaan
mikrohabitat.
KAPASITASPENANGKAPAN
IKAN
KARAKTERISTIKSUMBERDAYA
IKAN
PEMANFAATAN &PENGELOLAANSUMBERDAYA
IKAN
SUMBERDAYA PERAIRANDAN IKAN DANAU LAUT
TAWAR
PEMANFAATANMULTI SEKTOR
Pertanian,Pertambangan,
Pemukiman, Industri,Perikanan, dll
BENCANA ALAM DANPROSES ALAMIAH
DEGRADASI LINGKUNGAN DANSUMBERDAYA HAYATI PERAIRAN
KRUENG PEUSANGAN
PENGELOLAAN TERPADU/EKOSISTEM, SEKTOR, DISIPLIN
ILMU DAN STAKEHOLDER
Sektor Perikanan
PENELITIAN
2.3. Pendekatan dalam Penelitian
Penelitian akan dilaksanakan dengan pendekatan pengumpulan data primer dan
data sekunder. Data sekunder dikumpulkan melalui penelusuran pustaka, laporan teknis,
dan hasil penelitian yang relevan dari instansi terkait (Dinas Kelautan dan Perikanan,
lembaga penelitian di Provinsi Aceh dan lembaga penelitian lainnya), dengan materi
berasal dari berbagai sumber multi media dan dari lembaga atau instansi terkait. Data
primer dikumpulkan dari tiga kali survey inventarisasi pada 12 stasiun pengamatan di
lapangan.
2.4. Kebutuhan Data
Data Sekunder yang dikumpulkan mencakup:
Karakteristik kegiatan penangkapan ikan ( hasil tangkapan, jenis,dan komposisi ikan)
Jenis data primer yang dikumpulkan mencakup:
1. Kapasitas penagkapanjaring insang tetap
2. Karakteristik sumberdaya ikan (hasil tangkapan, jenis dan komposisi, alat tangkap
dan daerah penangkapan, panjang, berat, TKG).
Gambar 2.2. Peta Bathimetri perairan Danau Laut Tawar, Provinsi Aceh(Dokumentasi : Husnah et all., 2012)
2.5. Teknik Pengumpulan data
2.5.1. Kapasitas Penangkapan jaring insang
2.5.1.1. Sumber Data
Data diperoleh melalui kegiatan penelitian di sentra-sentra pendaratan ikan unit
jaring insang yang beroperasi di Danau Laut Tawar. Data primer dari hasil pengukuran
langsung di lapangan dan hasil wawancara dengan nelayan pelaku penangkapan. Data
sekunder berasal dari data statistik perikanan dan data yang berasal dari pencatatan
enumerator.
2.5.1.2. Analisis Data
a. Pra-Analisis Data
Teknik DEA dalam penelitian ini menggunakan model Bankers, Charnes and
Cooper (BCC), model BCC tersebut mampu menjelaskan efisiensi pada aktivitas
ekonomi yang bersifat variable return to scale, seperti pada prilaku aktivitas perikanan
tangkap yang bersifat decreasing return to scale (Fauzi dan Anna 2005). Sifat
variable return to scale dapat dicermati melalui pola perubahan produksi sebagai akibat
perubahan upaya penangkapan dalam suatu fungsi produksi perikanan lestari.
Data bulanan hasil kegiatan survei penangkapan ikan jaring insang sebagai
output (hasil tangkapan) dan upaya penangkapan ikan dari unit jaring. Dataset kapal
yang berkaitan dengan inputan kapal digunakan sebagai input data. Inputan dibedakan
menjadi 2, yaitu input tetap (fixed input) dan input yang berubah (variable input data).
Sebagai input tetap (fixed input) adalah panjang dan lebar jaring (m) )( ,nfx .
Selanjutnya, faktor lainnya yang bersifat berubah-ubah, seperti:, jumlah pis jaring
)( ,nvx .
Jumlah hasil tangkapan jenis ikan m oleh alat tangkap j (Ujm) ditetapkan sebagai
output data. Mengingat tidak semua hasil tangkapan memberikan kontribusi secara
terus menerus terhadap total hasil tangkapan, maka hanya dipilih beberapa jenis ikan
yang secara relatif terus menerus memberikan kontribusi total hasil tangkapan sebagai
output data.
Untuk mendapatkan gambaran dinamika efisiensi teknis dan kapasitas
penangkapan secara komprehensif, pengkajian akan didekati berdasarkan perhitungan
single output dan multi output.
Nilai efisiensi teknis diperoleh melalui penghitungan dengan teknik DEA.
Analisis efisiensi teknis dilakukan dengan membandingkan nilai efisiensi antar unit alat
tangkap yang dijadikan sebagai DMU (decision making unit). Proses penghitungan
yaitu dengan menentukan nilai konstanta dari output (µ), fixed input (x) dan variable
input pada masing-masing DMU sehingga diperoleh nilai efisiensi penangkapan
berdasarkan tingkat pemanfaatan kapasitas (CU) penangkapan dan tingkat pemanfaatan
kapasitas variabel input (VIU).
b. Analisis Data
Dengan menggunakan metoda pengukuran output-oriented, efisiensi teknis
ditentukan sebagai maksimum penambahan output yang dimungkinkan dengan tanpa
perubahan pada faktor tetap (fixed factors) produksi. Sedangkan, kapasitas
penangkapan didefinisikan sebagai kemampuan industri penangkapan ikan untuk
menghasilkan output potensial.
Dalam kajian ini, efisiensi kapasitas pemanfaatan (capacity utilization) suatu alat
tangkap dianalisis dengan mengunakan data envelopment analysis (DEA), yaitu suatu
pendekatan matematika atau pemrograman linear. Data dianalisa dengan bantuan
software DEAP version 2.1. Pertama, hasil tangkapan kita tentukan sebagai vektor
output, u dan factor inputan sebagai vektor input, x. Sehingga, ada m outputs, n inputs,
dan j industri penangkapan ikan atau pengamatan. Input dibagi menjadi fixed inputs (xf)
dan variable inputs (xv). Kapasitas output dan nilai pemanfaatan sempurna dari input.
Selanjutnya dihitung dengan menggunakan persamaan sebagai berikut (Fare et
al.,1989).
1,,
z
Max (Output)
subject to :
J
jjmjjm uzu
11 , ,,...,2,1 Mm (Fixed input)
J
jjnjnj xxz
1
, fxn
J
jjnjnjnj xxz
1
, vxn (Variable input)
,0jz Jj ,...,2,1
,0jn vxn
dimana zj adalah variable intensitas untuk j tahun pengamatan; 1 nilai efisiensi teknis
atau proporsi dengan mana output dapat ditingkatkan pada kondisi produksi pada
tingkat kapasitas penuh; dan *jn adalah rata-rata pemanfaatan variable input (variable
input utilization rate, VIU), yaitu rasio penggunaan inputan secara optimum xjn terhadap
pemanfaatan inputan dari pengamatan xjn.
Kapasitas output pada efisiensi teknis (technical efficiency capacity
output,TECU) kemudian didefinisikan dengan menggandakan *1 dengan produksi
sesungguhnya. Kapasitas pemanfaatan (CU), berdasarkan pada output pengamatan,
kemudian dihitung dengan persamaan berikut (Fare et al., 1989):
*1
*1
1
u
uTECU
Metoda penghitungan ini kemungkinan besar mengandung bias, karena pembilang
dalam penghitungan CU, output pengamatan, tidak dihasilkan pada tingkat efisiensi
teknis. Untuk mengatasinya, kedua input (baik variable dan fixed) harus dibatasi oleh
kondisi sekarang. Efisiensi teknologi dari output, pada level observasi, kemudian dapat
ditentukan dengan memecahkan persoalan program linear lainnya (Fare et al., 1989):
2,
z
Max
subject to
J
jjmjjm uzu
12 , ,,...,2,1 Mm
J
jjnjnj xxz
1
, ,,...,2,1 Nn
,0jz Jj ,...,2,1
,0jn vxn
Efisiensi teknis kemudian diukur sebagai:
*2
1
TE
Kapasitas pemanfaatan dalam kondisi efisiensi teknis yang tak bias kemudian dihitung
sebagai:
*1
*2
*1
*2
u
uCU
2.5.2. Karakteristik sumberdaya ikan
Untuk mengetahui hasil tangkapan, jumlah dan komposisi jenis ikan serta
sebarannya, contoh ikan didapatkan dari berbagai jenis alat tangkap dari nelayan di
lokasi riset pada saat survey dan dari catatan harian nelayan (enumerator). Jumlah jenis
dan sebaran ikan diketahui dari data jenis-jenis ikan yang dikumpulkan nelayan yang
diletakkan dalam wadah yang telah diberikan pengawet (formalin 10 %). Karakteristik
biologi ikan seperti panjang, berat dan tingkat kematangan gonad diamati pada contoh
ikan pada kondisi segar di lapangan dan awetan di laboratorium.
GAMBARAN UMUM DANAU LAUT TAWAR
3.1. Gambaran Umum Danau Laut Tawar
Danau Laut Tawar adalah sebuah danau dan kawasan wisata yang terletak di
Dataran Tinggi Gayo, Kabupaten Aceh Tengah, Nanggroe Aceh Daroessalam. Secara
geografis danau ini terletak pada 04o 34’43” LU dan 96o55’25” BT. Danau Laut Tawar
mempunyai 42 daerah tangkapan air dengan luas total 14803.22 Ha. Secara administrasi
daerah tangkapan air tersebut berada pada wilayah Kecamatan Lut Tawar, Kebayakan,
Bebesan dan Kecamatan Bintang. Berada pada ketinggian 1,230 meter dpl, dengan
kedalaman maksimum 84.23 meter dengan kedalaman rata-rata sebesar 25.19 meter.
Panjang maksimum danau laut tawar yang memanjang dari arah barat laut–tenggara
sebesar 15.7 km, sedangkan lebar maksimum yang memanjang dari arah timur-barat
tercatat sebesar 4.5 km. Luasan zona littoral yang merupakan area potensial terjadinya
proses fotosintesis dan metabolisme organisme akuatik sebesar 14.28% dari total luasan
area (Husnah at al, 2012).
Fluktuasi Muka Air Danau Laut Tawar
Tingginya kegiatan pembukaan hutan di sekitar Danau Laut Tawar baik untuk
perkebunan maupun penebangan liar menyebabkan pasokan air danau semakin
berkurang terutama pada musim kemarau. Selama sepuluh tahun terakhir diperkirakan
permukaan air danau mengalami penyusustan hingga 1 meter (Muchlisis, 2008) yang
menyebabkan beberapa sungai kecil di sekeliling danau yang biasanya dijadikan tempat
pemijahan (spawning ground) menjadi kering.
Berdasarkan data tinggi muka air di One-one (outlet danau Laut Tawar) tahun
2012-2013, menunjukkan fluktuasi muka air Danau Laut Tawar sekitar 0.82 meter,
dengan muka air tertinggi terukur pada minggu pertama bulan Januari dan terendah
pada minggu keempat September 2012. Pada tingkat fluktuasi muka air ini, maka
terdapat sejumlah massa air yang tersimpan selama periode musim hujan di Danau Laut
Tawar (Gambar 3.1).
Fluktuasi muka air Danau Laut Tawar merupakan refleksi dari curah hujan yang
terjadi di kawasan tersebut, meskipun ketinggian curah hujan tidak selalu sejalan
dengan tinggi muka air danau. Curah hujan yang tinggi pada bulan Februari ternyata
tidak sejalan dengan tinggi muka air danau. Namun jelas bahwa pada saat tinggi muka
air danau maksimum pada April, didukung oleh curah hujan yang tinggi pula. Ada
waktu sela antara curah hujan yang meningkat dengan peningkatan muka air. Hal ini
tampaknya curah hujan pada awal musim hujan masih mengisi air pada lahan
daratannya. Namun pada saat curah hujan rendah di Agustus, ternyata muka air danau
dengan segera menurun.
Gambar 3.1. Fluktuasi muka air Danau Laut Tawar September 2012-Agustus 2013
3.2. Kondisi Danau Laut Tawar
Dari hasil pemantauan terdapat tidak kurang dari 21 sungai sebagai sumber mata
air, dengan kecamatan Kalabintang sebagai sumber air terbanyak yaitu ditemukan tidak
kurang dari enam buah sungai air Danau laut Tawar (Tabel 3.1), dengan lebar,
kedalaman dan kecepatan arus yang sangat bervariasi, dan hanya ditemukan satu buah
outlet pada Danau Laut Tawar. SKondisi tersebut diperkirakan penyebab terjaganya
SeptemberOktober NovemberDesember Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus
Waktu Pengukuran (tgl/bulan)
Ketin
ggia
n ai
r (cm
)
Tabel 3.1. Sungai-sungai yang berfungsi sebagai inlet dan outletnya Danau Laut Tawar2013
No. Lokasi Sungai Kecepatan Arus Lebar Kedalaman
detik m/s m cm
1 Pedemun 5 2,5 2,5 402 Toweran 3 1,5 5 253 Rawe 2 1 2 24 Kalang 3 1,5 1 105 Bale Nosar 4 2 3 106 Nosar Bawah 3 1,5 3 207 Mengaya 4 2 2,5 608 Kala Bintang 8 4 4 1009 Kala Bintang I 15 7,5 6 1200
10 Kala Bintang II 5 2,5 6 6011 Kala Bintang III 21 10,5 3 120012 Kala Bintang IV 7 3,5 2,5 6013 Kala Bintang V 18 9 5 120014 Klitu 44 22 0,5 3015 Ujung Paking 3 1,5 3 4016 Kebayakan 7 3,5 3 4017 Kala Mampak 6 3 1 3018 Outlet19 Dekat Jembatan 5 2,5 40,4 3,820 Tengah 9 4,5 16,8 321 Sebelum PLTA 8 4 53,64 3,4
Akan tetapi semakin tingginya aktivitas yang dilakukan di perairan dan disekitar
DLT sebagai upaya pemanfaatan berbagai sumberdaya yang ada di DLT diperkirakan
akan mengganggu kehidupan organisme perairan DLT, diantaranya sebagai pasokan air
minum bagi masyarakat Takengon, tempat pemeliharaan kembali ikan-ikan yang
tertangkap, daerah pertanian, tempat pemancingan, sebagai jalur transportasi, objek
wisata, daerah penangkapan ikan depik, sebagai daerah budidaya ikan dan yang terakhir
dan dalam tahap pengerjaan adalah akan dimanfaatakannya sebagai sumber pembangkit
listrik (PLTA) di kecamatan Lut Tawar.
Gambar 3.2. Aktifitas yang terdapat di Danau Laut Tawar
Pertanian
Penangkapan
Pemancingan
Jalur Transportasi
Pariwisata
Pemeliharaan hasil Tangkapan
KAPASITAS PENANGKAPAN JARING INSANG DAN KARAKTERISTIK
SUMBERDAYA IKAN
Pada kegiatan penelitian di Danau Laut Tawar 2013 ini selain melakukan
penelitian kapasitas penangkapan jaring insang dan karakteristik sumberdaya ikan juga
dilakukan FGD (Focus Group Discussion), hal tersebut berkaitan dengan hasil
koordinasi dengan Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Aceh Tengah serta
permintaan pemaparan hasil penelitian oleh Bupati Kabupaten Aceh Tengah mengenai
hasil penelitian 2012 dan penelitian 2013. Maka pada Laporan Teknis Kegiatan ini juga
akan dilampirkan Laporan FGD (Lampiran 1).
4.1. Kapasitas Penangkapan
4.1.1. Karakteristik Perikanan
Danau Laut Tawar memiliki area pengelolaan perairan umum yang cukup
potensial. Kegiatan penangkapan ikan dengan alat tangkap di Danau Laut Tawar pada
tahun 2012 tercatat sebanyak 562 unit, terdiri dari 5 jenis alat tangkap. Katagori alat
tangkap yaitu jaring insang tetap, pancing, bubu, perangkap, dan jala tebar. Alat
tangkap yang dominan adalah jaring insang, pancing dan bubu. Dari ketiga alat tangkap
tersebut yang paling dominan adalah jaring insang tercatat 318 unit (Dinas Kelautan dan
Perikanan Provinsi Aceh, 2012). Beberapa jenis jaring insang yang umumnya
dioperasikan nelayan Danau Laut Tawar dengan sebutan alat tangkap sesuai dengan
sasaran atau target tangkapannya, yaitu antaralain: jaring berukuran mata jaring (mesh
size) 5/8 - 3/4 inci dikenal dengan nama “jaring depik”, jaring insang berukuran mata
jaring 1,0 - 1,5 inci dikenal dengan sebutan “jaring kawan”, jaring insang berukuran
mata jaring 2,0 – 3,5 inci dikenal dengan nama “jaring jaher” dan jaring berukuran
mata 4,0 - 4,5 inci dikenal dengan “jaring bawal”. Nelayan jaring insang di Danau
Laut Tawar mengoperasikan alat tangkapnya di sepanjang perairan Danau Laut Tawar,
yaitu umumnya disekitar One-one, Renggali, Mangaya, Pademun, Lelabu, Toweran,
Viviparidae, Bulimidae, Lymnaeidae, Planorbidae dan Corbiculidae (Gambar 4.24).
05
1015202530354045
Chiron
omidae
Tubif ic
idae
Lumbric
ulida
e
Thiarid
ae
Pleuroc
erida
e
Ampulla
riidae
Vivipa
ridae
Bulimida
e
Lymna
eidae
Planorb
idae
Corbicu
lidae
Family
Kelim
paha
n sp
esie
s(%
indi
vidu
)
Maret Juni
Gambar 4.24. Jumlah genera perifiton pada setiap family Danau Laut Tawar 2013
Kelimpahan total macrozoobenthos beragam pada 9 stasiun baik pada Maret
maupun pada Agustus. Kelimpahan tertinggi ditemukan di stasiun Outlet pada Maret
(Gambar 4.25).
0
500
1000
1500
2000
2500
3000
Mengay
a
Out Le
t
Kala Bint
ang
Bewang Klitu
Rawe
One-O
ne
Kebay
akan
Towera
n
Stasiun
Kelim
paha
n (In
d/m
2)
Maret Juni
Gambar 4.25. Kelimpahan perifiton pada setiap stasiun pengamatan diDanau LautTawar 2013
Bila dikaitkan dengan kelimpahan relatif, famili makrozoobenthos yang
mendominasi pada stasiun tersebut adalah Tubificidae yang didominasi oleh genus
Lymnodrilus sp (Gambar 4.26 dan 4.27).
0
200
400
600
800
1000
1200
1400C
hiro
nom
us
Lim
nodr
ilus
Imm
atur
e
Bra
nchi
ura
Aul
odril
us
Lum
bric
ulus
Thia
ra w
inte
ri
Mel
anoi
des
Thia
ra s
cabr
a
Mel
anoi
des
Thia
ra li
neat
a
Bro
tia s
p
Mel
anoi
des
Ple
uroc
era
Pom
acea
Pila
scu
tata
Bel
lam
ya
Bel
lam
ya
Viv
ipar
us
Dig
onio
stom
a
Lym
nea
Hel
icor
bis
corb
icul
a
Ana
ndot
a
Spesies
Kel
impa
han
Indi
vidu
(m
2)
Maret Juni
Gambar 4.26. Kelimpahan genera perifiton pada setiap waktu penelitian di Danau LautTawar 2013
Bentos
0
0,5
1
1,5
2
2,5
3
Out Le
t
One-O
ne
Towera
n
Menga
ya
Bewan
g
Kala Bint
ang
Rawe
Klitu
Kebay
akan
Stasiun
Inde
ks K
eane
kara
gam
an(H
')
00,10,20,30,40,50,60,70,80,91
Inde
ks D
omin
ansi
(DI)
Trip 1 H' Trip 2 H'
Trip 2 DI Trip 1 DI
Gambar 4.27. Indek Keanekaragaman (H’) dan Indeks Dominansi (DI) OrganismeBentos Danau Laut Tawar 2013
4.2.4. Parameter kondisi lingkungan sumber daya ikan
Dalam dunia perikanan parameter kualitas air mempunyai peranan yang sangat
penting, hal ini dikarenakan nilai kualitas aiar dapat menunjukkan apakah air tersebut
layak atau tidak untuk budidaya perikanan. Selain itu, parameter kualitas air juga
mampu mendeteksi tingkat kesuburan perairan. Kualitas fisik kimia dan biologi di suatu
perairan sangat dipengaruhi oleh aktivitas yang memanfaatkan sumberdaya baik di
daratan ataupun di perairan itu sendiri. Pada kegiatan penelitian yang dilakukan pada
2013, pengamatan terhadap parameter perairan dilakukan secara insitu dan exsitu.
Parameter perairan yang diamati secara insitu adalah suhu udara, air, kecerahan,
kecepatan arus, kedalaman, pH, cuaca, oksigen terlarut (DO), alkalinitas dan hardnes.
Exsitu meliputi klorofil, COD, BOD, TP, TN, TDS, TSS, Turbidity dan TOC.
Hasil pengukuran suhu air dan suhu udara, fluktuasi suhu udara pada musim hujan dan
kering mencapai 4 oC, untuk Suhu air secara keseluruhan cenderung lebih stabil
dibandingkan dengan suhu udara antara musim hujan dan kering yaitu pada kisaran 25oC -26 oC. Menurut Buwono (1993), suhu yang ideal untuk kehidupan ikan dan udang
berkisar antara 25-30°C. Fluktuasi suhu air berkaitan erat dengan fluktuasi suhu udara
dan ketinggian muka air (Gambar 4.28). Menurut Nastie et al., (2003) dikawasan
tropika suhu perairan berkisar antara 25 - 33°C cocok untuk kehidupan ikan.
0,0
5,0
10,0
15,0
20,0
25,0
30,0
35,0
40,0
Kebay
akan
Teluk O
ne-on
e
Towera
n
Teluk M
engay
a
Teluk B
ewang
Kala Bint
ang
Lelab
uh/K
litu
Teluk R
awe
Outlet
lut ta
war
Stasiun
Suh
u A
ir (o
c)
0,0
5,0
10,0
15,0
20,0
25,0
30,0
35,0
40,0
Suh
u U
dara
(oC
)
udara Trip 1 udara Trip 2 udara Trip 3
air Trip 1 air Trip 2 air Trip 3
Gambar 4.28. Suhu udara dan air pada Maret, Juni dan Agustus 2013
Keasaman air pada Danau laut Tawar tergolong tinggi dengan nilai aktivitas ion
hidrogen (pH) pada kisaran 7.0-8.0 (Gambar 4.29). Menurut Cheng et al., 2003),
kisaran pH yang baik untuk kehidupan dan pertumbuhan ikan ataupun udang adalah
antara 7 - 8,5.
0123456789
Kebay
akan
Teluk O
ne-one
Towera
n
Teluk M
engay
a
Teluk B
ewan
g
Kala Bintan
g
Lelabu
h/Klitu
Teluk R
awe
Outlet
lut tawar
Stasiun
pH
Maret Juni Agustus
Gambar 4.29. pH pada Maret, Juni dan Agustus 2013
COD adalah jumlah oksigen yang diperlukan agar bahan buangan yang ada
dalam air dapat teroksidasi melalui reaksi kimia baik yang dapat didegradasi secara
biologis maupun yang sukar didegradasi. Perairan dengan nilai COD tinggi tidak
diinginkan bagi kepentingan perikanan dan pertanian. Nilai COD pada perairan yang
tidak tercemar biasanya kurang dari 20 mg/l, sedangkan pada perairan tercemar dapat
lebih dari 200 mg/l (UNESCO,WHO/UNEP, 1992). Kadar COD yang didapatkan
selama penelitian pada Maret dan Juni sebesar 0,25-1 mg/l dan pada Agustus yaitu pada
kisaran 5,49-10,32 mg/l, kondisi tersebut mengindikasikan bahwa Danau Laut Tawar
masih dalam kategori tidak tercemar karena nilai COD kurang dari 20 mg/l.
BOD adalah banyaknya oksigen yang dibutuhkan oleh mikroorganisme dalam
lingkungan air untuk memecah (mendegradasi) bahan buangan organik yang ada dalam
air menjadi karbondioksida dan air. Jumlah mikroorganisme dalam air lingkungan
tergantung pada tingkat kebersihan air. Air yang bersih relatif mengandung
mikroorganisme lebih sedikit dibandingkan yang tercemar. Air yang telah tercemar oleh
bahan buangan yang bersifat antiseptik atau bersifat racun, seperti fenol, kreolin,
detergen, asam cianida, insektisida dan sebagainya, jumlah mikroorganismenya juga
relatif sedikit. Sehingga makin besar kadar BOD nya, maka merupakan indikasi bahwa
perairan tersebut telah tercemar, hasil pengukuran didapatkan pada Maret dan Juni yaitu
kisaran 0,25-4,93 mg/l sedangkan pada Agustus berada pada rentang kisaran yang
sangat luas yaitu 0,78-12,43 mg/l (Gambar 4.30).
0,51,5
2,53,5
4,55,56,5
7,58,59,5
10,511,5
12,513,5
Mengay
a dasa
r
Mengay
a 5 m
Mengay
a 1 m
Klitu/Le
labuh d
asar
Klitu/Le
labuh 1
0 m
Klitu/Le
labuh 1
m
Bewang
dasa
r
Bewang
5 m
Bewang
1 m
Kebay
akan
dasa
r
Kebay
akan
10 m
Kebay
akan
5 m
Kebay
akan
1 m
One-on
e dasar
One-on
e 5 m
One-on
e 1 m
Towera
n dasar
Towera
n 10 m
Towera
n 5 m
Towera
n 1 m
Rawe das
ar
Rawe 5 m
Rawe 1 m
Kala Bintan
g das
ar
Kala Bintan
g 10 m
Kala Bintan
g 1 m
Outlet
Dedese
n Men
dale
Stasiun
BO
D (m
g/l)
-0,5
0,5
1,5
2,5
3,5
4,5
5,5
6,5
7,5
8,5
9,5
10,5
11,5
CO
D (m
g/l)
BOD Trip 1 BOD Trip 2 BOD Trip 3
COD Trip 1 COD Trip 2 COD Trip 3
Gambar 4.30. COD dan BOD Danau Laut Tawar 2013
Kandungan oksigen terlarut yang teramati pada Maret, Juni dan Agustus rata-
rata berada pada kisaran yaitu 5,5-6,7 mg/l (Gambar. 4.31) termasuk konsentrasi yang
baik untuk pertumbuhan biota perairan yaitu antara 5-7 mg/l (Kordi dan Tancung,
2007). Tanpa adanya oksegen terlarut, banyak mikroorganisme dalam air tidak dapat
hidup karena oksigen terlarut digunakan untuk proses degradasi senyawa organik dalam
air. Kelarutan oksigen dalam air tergantung pada temperatur dan tekanan atmosfir. Ikan
dan organisme akuatik lain membutuhkan oksigen terlarut dengan jumlah cukup
banyak, kebutuhan oksigen ini bervariasi antar organisme.
0,00
1,00
2,00
3,00
4,00
5,00
6,00
7,00
8,00
9,00
Kebay
akan
dasa
r
Kebay
akan
10 m
Kebay
akan
1 m
Teluk
One
-one
dasa
r
Teluk
One
-one
5 m
Teluk
One
-one
1 m
Towera
n das
ar
Towera
n 10 m
Towera
n 1 m
Teluk
Men
gaya
dasa
r
Teluk
Men
gaya
5 m
Teluk
Men
gaya
1 m
Teluk
Bew
ang D
asar
Teluk
Bew
ang 5
m
Teluk
Bew
ang 1
m
Kala bi
ntang
dasa
r
Kala bi
ntang
10 m
Kala bi
ntang
1 m
Lelab
uh/K
litu da
sar
Lelab
uh/kl
itu 10
m
Lelab
uh/kl
itu 1
m
Teluk
Raw
e das
ar
Teluk
Raw
e 10 m
Teluk
Raw
e 1 m
Outlet
lut ta
war
Stasiun
DO
(m
g/l
)
Agustus Maret Juni
Gambar 4.31. Oksigen Terlarut Danau Laut Tawar pada Maret Juni dan Agustus 2013
Total nitrogen adalah penjumlah dari nitrogen anorganik berupa N-N03, NN02,
N-NH3 yang bersifat terlarut dalam nitrogen organik yang berupa partikulat, tidak larut
dalam air (Mackereth et al., 1989). Nilai kisaran TN rata-rata antara 0,083-2,798 mg/l.
Wardoyo (1982) dalam Resti (2002) mengatakan bahwa alga khususnya fitoplankton
dapat tumbuh optimal pada kandungan nitrat sebesar 0,09-3,5 mg/l. Pada konsentrasi
dibawah 0,01 mg/l atau diatas 4,5 mg/l nitrat dapat merupakan faktor pembatas.
Ditinjau dari kandungan nitrat Danau Laut Tawar memiliki kesuburan perairan
optimum.
Posfat adalah bentuk fosfor yang dimanfaatkan oleh tumbuhan (Dugan, 1972).
Total fosfat adalah fosfor baik berupa partikulat maupun terlarut, berupa anorganik
maupun organik. Fosfor anorganik contoh ortofosfat dan fosfor organik adalah perairan
yang banyak mengandung bahan organik. Nilai kisaran TP rata-rata antar 0,2-3,4 mg/l.
Menurut Yoshimura dalam Liaw, (1969). Klasifikasi perairan berdasarkan kadar fosfat
total adalah 0 - 0, 02 mg/1 perairan dengan tingkat kesuburan rendah, 0,021-0,05 mg/1
tingkat kesuburan sedang dan 0,051-0,1 tingkat kesuburan tinggi.
0
0,5
1
1,5
2
2,5
3
Men
gaya d
asar
Men
gaya 5
m
Men
gaya 1
m
Klitu/L
elabuh
dasa
r
Klitu/L
elabuh
10 m
Klitu/L
elabuh
1 m
Bewan
g das
ar
Bewan
g 5 m
Bewan
g 1 m
Kebay
akan
das
ar
Kebay
akan
10 m
Kebay
akan
5 m
Kebay
akan
1 m
One-o
ne da
sar
One-o
ne 5
m
One-o
ne 1
m
Tower
an da
sar
Tower
an 10
m
Tower
an 5
m
Tower
an 1
m
Rawe d
asar
Rawe 5
m
Rawe 1
m
Kala B
intan
g das
ar
Kala B
intan
g 10 m
Kala B
intan
g 1 m
Outlet
Dedes
en M
enda
le
Stasiun
TN
(m
g/l)
00,511,522,533,544,555,566,577,58
TP
(m
g/l)
TN trip 1 TN Trip 2 TN trip 3
TP trip 1 TP Trip 2 TP trip 3
Gambar 4.32. TN dan TP pada Maret, Juni dan Agustus 2013
Alkalinitas adalah gambaran kapasitas air untuk menetralkan asam yang dikenal
dengan sebutan acid-neutralizing capacity (ANC) atau kuantitas anion di dalam air yang
dapat menetralkan kation hidrogen. Alkalinitas juga diartikan sebagai kapasitas
penyangga (buffer capacity) terhadap perubahan pH perairan. Nilai alkalinitas yang baik
di perairan berkisar antara 30-500 mg/l CACO3 (Efendi, 2000). Perairan yang nilai
alkalinitasnya lebih kecil dari 40 mg/l disebut sebagai perairan lunak. Nilai alkalinitas
pada musim air besar (Maret) dan air kecil (Agustus) pada kisaran 41-180 mg/l dan
berbanding terbalik dengan masa peralihan dari air besar menuju air kecil (Juni) yaitu
pada kisaran 2-6 mg/l.
0
20
40
60
80
100
120
140
160
180
200
220
Kebay
akan
das
ar
Kebay
akan
10
m
Kebay
akan
1 m
Teluk
One-o
ne d
asar
Teluk
One-o
ne 5
m
Teluk
One-o
ne 1
m
Tower
an d
asar
Tower
an 1
0 m
Tower
an 1
m
Teluk
Men
gaya
das
ar
Teluk
Men
gaya
5 m
Teluk
Men
gaya
1 m
Teluk
Bewan
g Das
ar
Teluk
Bewan
g 5 m
Teluk
Bewan
g 1 m
Kala b
inta
ng d
asar
Kala b
inta
ng 1
0 m
Kala b
inta
ng 1
m
Lelabu
h/K
litu
dasa
r
Lelabu
h/kl
itu 1
0 m
Lelabu
h/kl
itu 1
m
Teluk
Rawe d
asar
Teluk
Rawe 1
0 m
Teluk
Rawe 1
m
Outlet
lut t
awar
Stasiun
Har
dn
es (
mg
/l)
0
20
40
60
80
100
120
140
160
180
200
Alk
alin
itas
(m
g/l
)
Hardness Maret Hardness Juni Hardness Agustus
Alkalinitas Juni Alkalinitas Agustus Alkalinitas Maret
Gambar 4.33. Alkalinitas dan Hardnes Danau laut Tawar 2013
Kesadahan atau Hardnes adalah kandungan mineral tertentu di dalam air,
umumnya yaitu ion kalsium (Ca) dan magnesium (Mg) dalam bentuk garam karbonat.
Air sadah atau sering disebut dengan air keras adalah air yang memiliki kadar mineral
yang tinggi.
Kecerahan air bergantung pada warna dan kekeruhan. Kecerahan adalah ukuran
transparansi perairan, Kecerahan adalah suatu kondisi yang menunjukkan kemampuan
cahaya untuk menembus lapisan air pada kedalaman tertentu. Hasil pengukuran
kecerahan pada Maret, Juni dan Agustus di 9 stasiun kompleks Danau Laut Tawar rata-
rata berkisar 273,33-385,93 cm. Sangat tingginya kecerahan menunjukkan rendahnya
kandungan partikel lumpur di perairan tersebut. Air yang baik untuk kolam ikan
mempunyai kecerahan berkisar antara 40- 80 cm (Wardoyo, et.al., 1995). Kedalaman
adalah suatu keadaan yang menunjukkan tinggi rendahnya air dengan satuan meter (m).
Gambar 4.36. Turbidity dan Klorofil Danau Laut Tawar 2013
Daya Hantar Listrik adalah gambaran numerik dari kemampuan air untuk
meneruskan arus listrik. Semakin banyak garam-garam terlarut yang dapat terionisasi
maka akan semakin tinggi nilai DHLnya. Nilai kisaran DHL selama penelitian masih
masuk pada kategori perairan alami dimana dari hasil pengukuran 28 stasiun Danau
Laut Tawar berkisar 90-214 µS/m (Gambar 4.34). Boyd (1979) mengatakan bahwa nilai
DHL perairan alami sekitar 20 - 1500 µS/em.
0
10
20
30
40
50
60
Menga
ya D
asar
Menga
ya 5
m
Menga
ya 1
m
Klitu (L
elabu
h) Das
ar
Klitu (L
elabu
h) 10
m
Klitu (L
elabu
h) 1 m
Bewan
g Das
ar
Bewan
g 5 m
Bewan
g 1 m
Kebay
akan
Das
ar
Kebay
akan
10 m
Kebay
akan
1 m
One-on
e Das
ar
One-on
e 5 m
One-on
e 1 m
Towera
n Das
ar
Towera
n 10 m
Towera
n 1 m
Rawe D
asar
Rawe 5
m
Rawe 1
m
Kala Bint
ang D
asar
Kala Bint
ang 1
0 m
Kala Bint
ang 1
mOutl
et
Stasiun
TOC
(mg/
l)
0,08
0,085
0,09
0,095
0,1
0,105
DH
L (M
s/cm
)
TOC (mg/L) Juni TOC (mg/L) Agustus DHL (Ms/cm) Juni
Gambar 4.37. DHL dan TOC Danau Laut Tawar 2013
DAFTAR PUSTAKA
Cooper WC, Seiford, LM, Tone, Kaoru. 2004. Data Envelopment Analysis.Massachusets: Kluwer Academic Publisher.
Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Aceh, 2012. Statistik Perairan Umum Aceh.
Fare, R. S., S. Grosskopf, & E. Kokkelenberg. 1989. Measurring Plant CapacityUtilization and Technical Change: A Nonparametric Approach. Int. Econ. Rev.30: 655-666.
Fare R. Grosskopf S and Lovell CAK. 1994. Production Frontiers. CambridgeUniversity Press, Commbridge.
Fauzi, A. & Suzy Anna. 2005. Data Envelopment Analysis (DEA) kapasitasperikanan di periaran pesisir DKI Jakarta. Permodelan Sumber Daya Perikanandan Kelautan: untuk Analisis Kebijakan. Jakarta: P.T. Gramedia PustakanUtama.343 hal.
Metzner R. 2005. Fishing Aspiration & Fishing Capacity Key Management Issues.Paper Presented in Conference on The Governance of High Seas Fisheries and
the Fish Agrement: Moving from words to Action. International Journal Marineand Costal Law 20 (3-4): 469-478.
Muldoon,G.J. 2009, Innovation and capacity in fisheries : value-adding and theemergence of the live reef fish trade as part of the Great Barrier Reef reef-linefishery. Phd thesis, James Cook University, http://eprints.jcu.edu.au
Husnah, zulkarnaen Fahmi, Azwar Said, Melfa Marini, Apriyadi, Raider Sigit Junianto,Rusmaniar, Mersi dan Rosidi; 2012. Potensi Produksi dan KarakteristikSumberdaya Ikan di Kreung Peusangan, Provinsi Aceh. Laporan AkhirTahunan/Akhir. Balai Penelitian Perikanan Perairan Umum. Palembang. 65 hal
Muchlisin Z.A. 2008b. Ikan depik yang terancam punah. Bulletin Leuser,6 (17): 9-12
IUCN. 1990. 1990 IUCN red list of threatened animal. IUCN, Gland and Cambrige.Jutting, B.W.S.S. 1956. Systematic studies on the non marine mollusca of theIndo- Australia Archipelago. Treubia 28 (2): 259-477.63
CBSG. 2003. Conservation Assessment and Management Plan for Sumatran ThreatenedSpecies: Final Report. IUCN SSC Conservation Breeding Specialist Group, AppleValley, MN, USA.
Kartamihardja, E.S., H. Satria and A.S. Sarnita. 1995. Limnologi dan potensi produksiikan danau laut tawar, Aceh Tengah. Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia, 1(3):11-25.
Lampiran 2. Jenis-jenis ikan Danau Laut Tawar 2013Ikan Depik Ikan Kawan
Ikan Relo Ikan Mut
Ikan Palau Ikan Kerling
Ikan Nila Ikan Belut
Ikan Sapu-sapu Pedang Kuning
Ikan Peres
Ikan Gabus Ikan Lokot
Ikan Sepat Ikan Sepat Siam
Ikan Mujaer Ikan Iken
Ikan Bawal Ikan Keperas
Ikan sepat batu/betok
Lobster Kepiting
Kijing udang
Lampiran 3. Dokumentasi Pemaparan dengan Bupati Aceh Tengah 2013
Lampiran4. Beberapa Enomerator Danau Laut Tawar 2013
Lampiran 5. Sampel Hasil Eksperimen, Feeding Habit dan Koleksi Enomerator
Lampiran 6. Beberapa hasil penelitian BP3U 2012-2013 yang telahdiinformasikan kepada masyarakat
Presentasi dan diskusi singkat Tim Peneliti BP3U Palembang dengan Bupati AcehTengah Ir. H. Nasaruddin, MM. (Lintas Gayo | Munawardi)
Takengon | Lintas Gayo – Bupati Aceh Tengah sangat mengapresiasi danmengucapkan terima kasih kepada tim peneliti dari Balai Penelitian PerikananPerairan Umum (BP3U) Palembang Kementerian Kelautan Perikanan RI yangdipimpin Dr. Ir. Husnah, M.Phil yang telah banyak memberikan data-data terbarumengenai Sumber Daya Perikanan perairan Danau Lut Tawar dan SungaiPesangan. Menurut Bupati, Ir. H. Nasaruddin, MM, selama ini pihaknya sangatminim memiliki data, sehingga kebijakan pengelolaan terhadap Danau Lut Tawarhanya dilakukan secara empiris berdasarkan pengalaman bukan berdasarkankajian ilmiah, dan kedepannya kebijakan pengelolaan Danau Lut Tawar akandilakukan dengan mempertimbangkan kajian ataupun rekomendasi ilmiah.
Sementara itu Plt. Kepala Dinas Peternakan dan Perikanan KabupatenAceh Tengah drh. Rahmandi menyatakan bahwa Dinas Peternakan dan PerikananKabupaten Aceh Tengah merupakan perpanjangan tangan pemerintah daerahmendukung penelitian di Danau Lut Tawar. Dirinya sangat senang dengan adanyapenelitian tersebut apalagi dengan beredarnya beberapa isu di kalanganmasyarakat bahwa Danau Lut Tawar telah mengalami kerusakan dan perairannyatercemar terutama disebabkan oleh kegiatan budidaya jaring apung. SementaraKabid. Budidaya Perikanan Iwan Ernis, S.Pi yang didampingi salah seorangstafnya Iwan Hasri, M.Si juga menyampaikan bahwa tahun ini akan diadakankajian terhadap sumberdaya perikanan di Danau Lut Tawar mengenai dayadukung kegiatan budidaya ikan di Danau Lut Tawar dan penetapan zonasipengelolaan dan pemanfaatan kawasan Danau Lut Tawar, sehingga dapatditentukan lokasi dan besaran jumlah unit budidaya jaring apung dan penentuankawasan lindung bagi sumberdaya ikan endemik Depik, Eyas dan Kawan diDanau Lut Tawar. (Munawardi)
- See more at: http://www.lintasgayo.com/35582/bupati-tegaskan-kelola-danau-lut-tawar-mesti-dengan-kajian-ilmiah.html#sthash.WaKqlKhA.dpuf
Kondisi outlet atau saluran keluar Danau Lut Tawar atau hulu Sungai Peusanganserta kawasan Kebayakan.(Lintas Gayo | Muna)
Takengon | Lintas Gayo – Peneliti senior Balai Penelitian Perikanan PerairanUmum (BP3U) Balitbang-KP Kementerian Kelautan dan Perikanan RI Dr.Husnah,M.Phil, menyatakan bahwa Danau Lut Tawar telah tercemar logam berat,walaupun secara keseluruhan perairan Danau Lut Tawar masih tergolong tercemarringan sampai dengan mendekati sedang.
Pernyataan ini disampaikan pada saat mempresentasikan hasilpenelitiannya yang telah dilaksanakan selama dua tahun terakhir di Danau LutTawar dan Sungai Peusangan pada acara pembukaan Focus Group Discussion(FGD) di opsroom Setdakab Aceh Tengah, Senin (27/5/2013). Dikatakan,pengamatan terhadap kandungan logam berat diperairan Danau Lut Tawardilakukan terhadap sedimen substrat dasar perairan Danau Lut Tawar dan SungaiPeusangan.
Keberadaan logam berat Kadmium (Cd) terdapat di stasiun pengamatanKala Bintang, Kebayakan dan Outlet Danau Lut Tawar sementara di stasiunpengamatan sepanjang Sungai Peusangan tidak terdeteksi adanya logam beratkadmium, sementara kandungan logam berat Timah Hitam (Pb) terdeteksi hampirdiseluruh stasiun pengamatan kecuali di lokasi Lelabu yang tidak terdeteksi samasekali.
Kandungan logam berat didalam perairan akan mempengaruhi kandungan logamberat pada ikan, khususnya ikan pemakan substrat dasar perairan atau ikan yangbersifat bentopelagik.
Depik Aman
“Pengamatan terhadap organ daging, insang dan hati ikan Depik tidakmenunjukkan adanya kandungan logam berat artinya Depik aman dari kandunganlogam berat,” ujar Husnah.
Namun, lanjut Husnah, berbeda dengan ikan Nila (Oreochromis niloticus)ternyata pada organ hati ikan Nila mengandung logam berat Kadmium (Cd) danTimah Hitam (Pb) yang sangat tinggi melebihi ambang batas maksimal yangdiperbolehkan oleh badan pangan dunia FAO maupun BPOM RI khususnya ikanNila yang berasal dari lokasi Sungai Peusangan dan Kala Mampak yang telahmencapai 90,0 mg/kg logam Timah Hitam (Pb) dan 5,0 mg/kg logam Kadmium(Cd), sementara kandungan logam berat yang diperbolehkan oleh FoodAgriculture Organization (FAO) maupun Badan Pengawas Obat dan Makanan(BPOM) adalah 0,02 mg/kg berat basah.
Tingginya kandungan logam berat ini diduga berkaitan dengan limbah yangberasal dari kegiatan di wilayah kota Takengon. Selain itu penggunaan pestisidapada kegiatan pertanian dan perkebunan juga berpengaruh terhadap kandunganlogam berat diperairan. Keberadaan logam berat pada bahan konsumsi sangatberbahaya bagi tubuh dan kesehatan manusia karena bersifat racun (toxic) dankarsinogenik atau penyebab atau pemicu segala jenis kanker.
“Untuk itu sementara ini hindari dulu mengkonsumsi organ hati ikan Nila,” saranHusna yang memiliki spesialisasi keilmuan bidang toksikologi perairan ini.(MunaArdi/red.04).
- See more at: http://www.lintasgayo.com/39326/danau-lut-tawar-tercemar-logam-berat.html#sthash.c0uVaG3l.dpuf
3. Kualitas Air Weh Peusangan Diteliti
Peneliti dari BP3U Palembang, Husna (Sebalah kiri) dan Muchlisin ZA, penelitidari Unsyiah (kanan). (Lintas gayo | Khalisuddin)
Takengon | Lintas Gayo - Sejumlah peneliti dari Balai Penelitian PerikananPerairan Umum (BP3U) yang berpusat di Palembang Sumatera Selatan sejakbeberapa hari ini melakukan penelitian di sepanjang sungai Peusangan yangberhulu dari Danau Lut Tawar, melintasi Kabupaten Bener Meriah dan Bireuensebelum bermuara di laut. Kepada Lintas Gayo dijelaskan Husna, ketua timpeneliti tersebut, Selasa (6/3) tujuan penelitian yang mereka lakukan adalah untukmengetahui potensi produksi dan karakteristik sumber daya ikan di sungaiPeusangan dari hulu sampai akhir.
“Hasil penlitian ini berguna untuk rencana pengembangan ekonomi masyarakatdibidang perikanan di tiga kabupaten tersebut,” ujar Husna saat melakukan surveylokasi (stasiun-red) penelitian di kampung Bah Kecamatan Ketol Kabupaten AcehTengah. Dan dalam penelitian ini, lanjut peneliti kelahiran Palembang ini pihakBP3U bekerjasama dengan pemerintah 3 kabupaten, Aceh Tengah, Bener Meriahdan Bireuen serta didukung penuh oleh peneliti dari Universitas Syiah KualaBanda Aceh.
Sementara untuk kabupaten Aceh Tengah, mereka telah menetapkan 4 lokasistasiun penelitian diantaranya di hulu Peusangan tepatnya di Totor Bale, LokopBadak Pegasing, Angkup Silih Nara dan di Kampung Bah Kecamatan Ketol.(Khalisuddin)
See more at: http://www.lintasgayo.com/20570/kualitas-air-weh-peusangan-diteliti.html#sthash.bMSrnLD7.dpuf
4. Ikan Depik Bisa Dibudidayakan
Dr. Husnah, M. Phil
Takengon | Lintas Gayo – Peneliti senior dari Balai Penelitian PerikananPerairan Umum (BP3U) Kementerian Kelautan dan Perikanan Palembang, Dr.Husnah, M.Phil menyatakan ikan Depik (Rasbora tawarensis) bisadibudidayakan.
Pernyataan tersebut disampaikan pada acara Focus Group Discussion(FGD) atau diskusi kelompok terarah yang dilaksanakan sebagai salah satumetode yang digunakan untuk menjaring data pada rangkaian penelitian terhadapsosial ekonomi perikanan di Danau Lut Tawar yang dilaksanakan atas kerjasamaDinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Aceh Tengah dengan BP3UPalembang di ruang Opsroom Setdakab Aceh Tengah, Senin, 27 Mei 2013.
Berdasarkan hasil penelitian Tim BP3U, ikan Depik (Rasbora tawarensis)yang selama ini dianggap sebagian masyarakat sekitar Danau Lut Tawar sebagaiikan keramat atau ikan suci yang tidak dapat dibudidayakan ternyata tidak benar.Dipaparkan Husnah, telur ikan Depik yang diperoleh dari Didisen ternyata dapatmenetas dalam waktu 24 Jam dan setelah menetas dua hari larva ikan depik yangberbentuk seperti kecebong berukuran sangat kecil mulai membutuhkan pakanberupa plankton.
Dr. Husnah menceritakan, banyak sekali telur ikan Depik terdapatdisekitar lokasi didisen yang setiap hari dirusak dengan cara dikayuh oleh nelayandidisen agar dapat hanyut keluar dari didisen sehingga tidak mengotori didisenmereka. Perlakuan seperti ini tentunya dapat merusak telur-telur ikan Depik yangsudah dibuahi itu keluh Husnah menyayangkan hal itu, yang kembalimenerangkan bahwa ribuan bahkan jutaan telur atau larva ikan Depik akan matisia-sia sehingga mengganggu proses reproduksi alami ikan Depik di Danau LutTawar yang tentu saja mempercepat turunya jumlah populasi ikan Depik,
selanjutnya berdampak langsung terhadap semakin menurunnya produksi hasiltangkapan. Sebagai solusi agar nelayan Didisen dapat berkontribusi terhadapupaya pelestarian ikan Depik, Dr. Husnah menyarankan kepada para nelayan agardapat membuatkan saluran khusus di Didisen agar telur-telur ikan Depik dapatmenetas dan larvanya dapat tumbuh kembali menjadi dewasa.
“Saya rasa tidak banyak habis biaya untuk membuat saluran itu jikadibandingkan dengan penghasilan dari menangkap ikan Depik yang mencapaibeberapa kaleng dan bernilai jutaan rupiah tiap bulannya,” himbau Husnah kepadapara nelayan. Dalam paparannya, Dr. Husnah juga menunjukkan videomenetasnya telur ikan Depik menjadi larva anak ikan yang berhasildidokumentasikannya melalui pengamatanya dibawah mikroskop.
Jadikan Ikon Daerah
Dalam kesempatan itu, Dr. Husnah, M.Phil juga mencetuskan jika ikanDepik (Rasbora tawarensis) dan ikan Kawan (Propuntius tawarensis) sangat baiksekali jika dijadikan ikon daerah. Dia mengaku juga telah menyarankan haltersebut kepada Wakil Bupati Aceh Tengah saat mengadakan audiensi dan diskusitentang kegiatan penelitian yang dilaksanakannya bersama tim di Danau LutTawar beberapa waktu lalu.
“Ini merupakan hal yang sangat luar biasa”, ungkap Husnah dengan nadaharu. Kita harus bangga karena Danau Lut Tawar menyimpan sumberdaya ikanyang hanya ada satu-satunya di dunia. Bayangkan jika Depik dan Kawan punahmaka dunia juga akan kehilangan. Timpal Husnah. Kegiatan ini diikuti olehpemangku kepentingan Danau Lut Tawar yang terdiri dari Nelayan, PembudidayaIkan, Pemerhati Danau Lut Tawar, instansi pemerintah dan lain-lain. (MunaArdi/Red.03).
- See more at: http://www.lintasgayo.com/39354/ikan-depik-bisa-dibudidayakan.html#sthash.nC5Hv9dr.dpuf