-
365
Kampanye, Media Sosial dan Toleransi(Studi Kasus Kampanye
Gerakan Sabang Merauke
dalam Membangun Sikap Toleransi Beragama melalui Media
Sosial)
Tri SusantoProdi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik
Universitas Singaperbangsa Karawang
� [email protected]
Pendahuluan Indonesia adalah bangsa yang majemuk baik dari sisi
budaya,
etnis, bahasa dan agama. Dari sisi agama di negara ini hidup
berbagai agama besar di dunia yaitu Islam, Kristen, Katolik, Hindu,
Budha dan Konghucu, selain itu tumbuh dan berkembang pula berbagai
aliran atau kepercayaan lokal yang jumlahnya tidak kalah banyak.
Kemajemukan agama yang terdapat di negara ini menjadi modal
kekayaan budaya dan memberikan keuntungan bagi proses konsolidasi
demokrasi di Indonesia..
Hak beragama (memeluk dan menjalankan ibadah) telah diberikan
penghormatan dan penghargaan oleh negara yang ditujukan dengan
adanya jaminan kebebasan beragama melalui konstitusi RI (UUD 1945)
dan UU No 39 tahun 1999 tentang hak asasi manusia (selanjutnya
disebut UU HAM) beberapa pasal yang dapat dijadikan sebagai
sandaran adalah pasal 28 E ayat (1) dan ayat (2) UUD 1945 Jo Pasal
4 UU HAM mengenai hak beragama sebagai salah satu hak asasi manusia
yang tidak boleh dikurangi dalam keadaan apa pun. Pasal 29 ayat 2
UUD 1945 dan pasal 22 ayat (2) UU HAM yang menentukan bahwa negara
menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk dan memeluk agamanya
masing-masing dan untuk beribadat menurut agama dan kepercayaan
itu.
Namun dalam pelaksanaan hak beragama (memeluk dan menjalankan
ibadah) ternyata tidak sejalan dengan konstitusi. Isu SARA Pilkada
Ibu Kota Jakarta menambah deretan konflik sosial
-
366
Mediamorfosa : Transformasi Media Komunikasi di Indonesia
antar agama demonstrasi besar-besaran pada 14 oktober 2016 lalu
menjadi contoh betapa dampak ucapan Ahok menjadi masalah serius dan
melintasi batas demografi provinsial, hal ini bukan hanya menjadi
urusan Jakarta namun juga diseluruh wilayah Indonesia. Sentimen
melalui media sosial terasa sudah melampaui batas, bahkan perang
status SARA di media sosial menjadi ajang saling menjatuhkan satu
sama lainnya.
Jika merujuk penelitian Setara Institute yang mendaftar sepuluh
kota paling toleran dan sepuluh kota paling intoleran di Indonesia,
kita bisa menyaksikan bahwa persoalan toleransi dan intoleransi
memang ada di mana-mana. Penelitian Setara Institute ini
menggunakan sejumlah variabel, antara lain regulasi pemerintah
daerah terkait dengan kerukunan antar umat beragama, bagaimana
implementasi Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah, dan apakah
ada peraturan daerah yang diskriminatif terhadap kelompok
minoritas. Selain itu, pernyataan dan respons pemerintah atas
peristiwa yang berhubungan dengan kelompok minoritas juga dijadikan
tolok ukur. Kota-kota dalam kategori yang sama dengan Bandung
antara lain Bogor, Bekasi, Banda Aceh, Tangerang, Depok, Serang,
Mataram, Sukabumi, dan Tasikmalaya. Setara Institute juga mencatat
empat puluh empat kasus pelanggaran hak Kebebasan Beragama dan
Berkeyakinan (KBB) di Jawa Barat. Menurut hasil riset Wahid
Institute, sepanjang 2015 terjadi empat puluh enam peristiwa
pelanggaran KBB di provinsi Jawa Barat. Komnas HAM, dalam laporan
mereka tentang kebebasan beragama, menerima 20 pengaduan dari Jawa
Barat yang tertinggi pada 2015.
(https://tirto.id/persoalan-intoleransi-bukan-hanya-di-jakarta-bZHE)
Sebenarnya pelaksanaan toleransi antar umat beragama akan
tercipta jika masyarakat dalam kehidupan sehari-hari memperlihatkan
dan mempertimbangkan sikapnya dengan baik dan bijak kepada orang
lain. Menurut pendapat Walzer (dalam Jurnal Pendidikan
Kewarganegaraan: Volume 5, Nomor 9, Mei 2015) toleransi mampu
membentuk kemungkinan-kemungkinan sikap antara lain :1. Sikap untuk
menerima perbedaan.2. Mengubah penyeragaman menjadi keragaman3.
Mengakui hak orang lain4. Menghargai eksistensi orang lain
-
Tri Susanto, Kampanye, Media Sosial...
367
5. Mendukung secara antusias terhadap perbedaan budaya dan
keragaman ciptaan tuhan Yang Maha Esa.Dalam membangun sikap
toleransi generasi penerus bangsa
sebuah gerakan yang digagas oleh anak muda bernama
SabangMerauke. SabangMerauke adalah program pertukaran pelajar
antar daerah di Indonesia, dengan tujuan membuka cakrawala
anak-anak Indonesia untuk memahami pentingnya pendidikan bagi masa
depan mereka dan menanamkan nilai ke-bhinneka-an, sehingga mereka
dapat memahami, menghargai, serta menerima keanekaragaman yang
dimiliki bangsa Indonesia.
Keunikan program ini Selama masa pertukaran, anak-anak ini akan
tinggal bersama keluarga angkat atau Famili Sabang Merauke (FSM)
yang memiliki nilai-nilai yang luhur dan pencapaian penghidupan
yang baik sehingga bisa menjadi panutan nyata dalam hidupnya.
Selain itu, anak-anak ini juga akan diberikan Kakak Sabang Merauke
(KSM) sebagai mentor selama program ini berlangsung dimana para KSM
adalah mahasiswa di Jakarta yang dapat menjadi contoh teladan dalam
keterbukaan pikiran dan toleransi terhadap perbedaan. Prinsip
Sabang Merauke ialah percaya bahwa pendidikan membuka pintu
pilihan, Percaya bahwa toleransi harus dirasakan dan dialami, dan
sabang merauke percaya bahwa anak-anak Indonesia, berhak untuk
menjadi Indonesia seutuhnya dengan mengalami Indonesia
sebenarnya.
Dalam menjalankan programnya SabangMerauke menggunakan media
sosial sebagai media untuk mensosialisasikan programnya 1.
Sosialisasi seleksi ASM, KSM, dan FSM.2. Penggalangan dukungan3.
Pelaksanaan kegiatan.4. Serta menyampaikan pesan-pesan toleransi
baik berupa artikel,
foto dan video.Penyampaian pesan-pesan toleransi ini dikemas
dengan menarik
sebagai bentuk kampanye dalam meneguhkan toleransi antar umat
beragama terhadap masyarakat luas. Adapun media sosial yang
digunakan adalah Facebook, Twitter, Instagram, Youtube.
Kampanye yang unik menjadi hal yang menarik agar dapat merubah
perilaku publik begitu juga dalam kampanye gerakan sosial
-
368
Mediamorfosa : Transformasi Media Komunikasi di Indonesia
yang diadakan oleh Indonesia mengajar dengan tujuan penggalangan
donatur publik. Kampanye ini juga mengandalkan media sosial dalam
melakukan promosinya baik sebelum kampanye, pada saat kampanye dan
juga pasca kampanye hal ini lah yang membuat menarik dan unik
karena seluruh peserta lari serentak dari berbagai titik di seluruh
Indonesia dan membagikan cerita baik dalam bentuk gambar atau pun
teks melalui media sosial pribadi. Adapun pemanfaatan media sosial
seperti ini memungkinkan seluruh proses penyampaian dan persebaran
pesan dapat menjangkau jumlah audiens yang lebih besar dan tersebar
di berbagai ruang geografis dan waktu yang berbeda-beda. Yang
penting untuk diketahui bahwa media sosial digunakan dalam rangka
pengumpulan dana fundraising, lobbying, volunteering, community
building, dan organizing.
Dengan demikian seperti apa yang dipaparkan pada latar belakang
di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: 1.
Bagaimana proses kampanye Sabang Merauke dalam menyampaikan
pesan-pesan toleransi melalui media sosial ?2. Apakah pemasaran
kampanye Sabang Merauke di media sosial
sudah layak / ideal untuk dilakukan?
Tinjauan Pustaka Konsep Dasar Kampanye
Kampanye sebagai suatu kegiatan komunikasi yang didefinisikan
oleh beberapa ahli sebagai suatu kegiatan penyampaian informasi
yang terencana, bertahap dan terkadang memuncak pada suatu saat
bertujuan mempengaruhi sikap, pendapat dan opini seseorang atau
massa. Kampanye menurut Kotler dan Roberto (dalam Cangara 2014) “
Campaign is an organized effort conducted by one group (the change
agent) which intends to persuade other (the target adopters), to
accept, modify or abandon certain ideas, attitudes, practise and
behavior.” Kampanye ialah sebuah upaya yang di organisasi oleh satu
kelompok (agen perubahan) yang ditujukan untuk memersuasi target
sasaran agar bisa menerima, memodifikasi atau membuang ide , sikap
dan perilaku tertentu.
Kampanye menurut Pfau dan Parrot 1993 ( dalam venus 2004) suatu
proses yang dirancang secara sadar, bertahap dan berkelanjutan
-
Tri Susanto, Kampanye, Media Sosial...
369
yang dilaksanakan pada rentang waktu tertentu dengan tujuan
mempengaruhi khalayak sasaran yang telah ditetapkan (A campaign is
conscious, sustained and indremental process designed to be
implemented over a specified periode of time for purpuse of
influencing a specified audience)
Helbert Siemens menyebutkan campaign is organized of people
throught a series of message. Selanjutnya William Paisley
menyebutkan “Campaign or communication campaign are only means of
influencing public knowledge, attitude, and behavior” (Rich &
Paisley, 1981) Kampanye merupakan upaya yang disengaja yang
bertujuan menginformasikan, mempersuasi atau memotivasi perubahan
perilaku dari khalayak tertentu atau khalayak luas yang bermanfaat
demi keuntungan nonkomersil dari individu dan/atau masyarakat umum.
Pada umumnya kampanye berlangsung dalam jangkaa waktu tertentu
melalui aktivitas komunikasi yang di organisasi dengan melibatkan
media massa (defines campaigns as purposive attempts to inform,
persuade or motivate behavioural changes in a relatively
well-definedand large audience, generally for non-commercial
benefits to the individual and/or society at large. Campaigns
typically take place within a given time period using organized
communication activities involving mass media) (Rice dan Atkin
dalam Liliweri, 2011)
Jadi dari pendapat para ahli diatas peneliti menyimpulkan bahwa
kampanye merupakan tindakan komunikasi yang terorganisasi mengajak
khalayak untuk terlibat dalam suatu kegiatan yang membawa perubahan
dan tidak hanya dilakukan dalam satu tindakan, tetapi kombinasi
dari beberapa tindakan, pelaporan, dan event yang saling berbeda,
pada periode waktu tertentu guna mencapai tujuan tertentu untuk
perubahan di masa mendatang.
Kampanye bersangkut paut dengan perilaku yang dilembagakan.
Perilaku itu cenderung sejalan dengan nilai yang ada. Kampanye
seringkali menyangkut soal pengarahan, pemerkuatan, dan
penggerakaan kecenderungan kearah tujuan yang diperkenalkan secara
sosial.
Model kampanye SabangMerauke mengikuti model kampanye
Ostergaard. Model ini dikembangkan oleh Leon Ostergaard, Seorang
teoritis dan praktisi kampanye kawakan dari Jerman
(Klingermann,
-
370
Mediamorfosa : Transformasi Media Komunikasi di Indonesia
2002). Menurut Ostergaard sebuah rancangan program kampanye
untuk perubahan sosial yang tidak didukung oleh temuan-temuan
ilmiah tidaklah layak untuk dilaksanakan. Alasanya karena program
semacam itu tidak akan menimbulkan efek apapun dalam menanggulangi
masalah sosial yang dihadapi. Karenanya sebuah program kampanye
hendaknya selalu dimulai dari identifikasi masalah secara jernih.
Langkah ini disebut juga tahap prakampanye.
Dalam sebuah kampanye unsur komunikasi merupakan hal yang paling
penting. Menurut Lasswell (dalam Effendy, 2004) bahwa komunikasi
meliputi lima komponen, yaitu;1. Who? (siapa/sumber)
Sumber/komunikator adalah pelaku utama/pihak yang mempunyai
kebutuhan untuk berkomunikasi atau yang memulai suatu
komunikasi,bisa seorang individu, kelompok, organisasi, maupun
suatu negara sebagai komunikator.
2. Says What? (pesan).Apa yang akan disampaikan/dikomunikasikan
kepada penerima (komunikan), dari sumber (komunikator) atau isi
informasi. Merupakan seperangkat symbol verbal/non verbal yang
mewakili perasaan, nilai, gagasan / maksud sumber tadi. Ada 3
komponen pesan yaitu makna, symbol untuk menyampaikan makna, dan
bentuk/organisasi pesan.
3. In Which Channel? (saluran/media).Wahana/alat untuk
menyampaikan pesan dari komunikator(sumber) kepada
komunikan(penerima) baik secara langsung (tatap muka) ,maupun tidak
langsung (melalui media cetak/elektronik dll).
4. To Whom? (untuk
siapa/penerima).Orang/kelompok/organisasi/suatu negara yang
menerima pesan dari sumber. Disebut tujuan (destination) /pendengar
(listener) /khalayak (audience) / komunikan /penafsir/penyandi
balik(decoder).
5. With What Effect? (dampak/efek).Dampak/efek yang terjadi pada
komunikan(penerima) setelah menerima pesan dari sumber,seperti
perubahan sikap,bertambahnya pengetahuan, dll.
-
Tri Susanto, Kampanye, Media Sosial...
371
Sedangkan aspek-aspek penting dalam komunikasi menurut EM
Griffin (2012 :6-7) tentang aspek-aspek penting komunikasi dapat
dilihat dari beberapa konsep yaitu :1. Message (pesan)
Message atau pesan adalah satu aspek inti dalam prosesn
komunikasi menurut Robert T. Craig seorang Profesor Ilmu Komunikasi
dari University of colorado menyebut bahwasannya komunikasi
meliputi berbicara dan menulis, menulis dan membaca, menampilkan
dan menyaksikan, atau secara umum melakukan apapun yang melibatkan
“pesan” dalam berbagai media dan situasi.
2. Creation of Message (Penciptaan pesan) Pada proses ini
seseorang akan melakukan proses menyusun, membentuk, merangkai,
mengadopsi dan memilih pesan mana yang akan dia sampaikan pada
orang lain.
3. Interpretation of message (Interpretasi pesan)Messages do not
interpret themselve. Pesan tidak menginterpretasikan dirinya
sendiri, orang lah yang memberi arti kepadanya.Tujuan komunikasi
dilihat dari berbagai aspek dalam kampanye
dan propaganda, baik untuk keperluan promosi maupun publikasi.
Misalnya, tujuan komunikasi dalam dunia periklanan (advertising
communication) adalah selain memberikan informasi produk yang
dikampanyekan, juga menitikberatkan bujukan (persuasif) dan
menanamkan awareness dalam benak konsumen sebagai upaya memotivasi
pembelian. Pemasaran (marketing) berupaya meluaskan pasaran suatu
produk, sedangkan kampanye PR ( Public relations campaign) dalam
komunikasi bertujuan menciptakan pengetahuan, pengertian,pemahaman
, kesadaran, minat, dan dukungan dari berbagai pihak untuk
memperoleh citra bagi lembaga atau organisasi yand diwalikinya.
Dalam menjalankan sebuah kampanye, tentunya dibutuhkan
sinkronisasi dari berbagai elemen agar tujuan yang diinginkan dapat
tercapai. Untuk itu berkaitan dengan lima kriteria yang menjadi
inti sebuah kampanye sosial. Terdiri dari pelaku kampanye, pesan
kampanye, saluran kampanye, targer kampanye, strategi kampanye.
-
372
Mediamorfosa : Transformasi Media Komunikasi di Indonesia
1. Pelaku kampanye Pelaku kampanye merupakan yang terlibat dalam
mengagas,
merancang mengorganisasikan dan menyampaikan pesan dalam sebuah
kegiatan kampanye dapat disebut pelaku kampanye. Hal ini berarti
kegiatan kampanye tidak dikerjakan oleh pelaku tunggal melainkan
tim kerja (teamwork). Zalmant dkk (dalam Venus, 2004) membagi tim
kerja kampanye dalam dua kelompok, yaitu leaders (pemimpin atau
tokoh) dan supporters (pendukung di tingkat grassroot). Leaders
diantaranya koordinator pelaksana, penyandang dana, petugas
administrasi kampanye, dan pelaksana teknis. Sementara dalam
kelompok suporters diantaranya petugass lapangan atau kader,
penyumbang, dan simpatisan yang meramaikan kampanye.
Untuk menjalankan peran sebagai pelaku kampanye, seseorang
membutuhkan kredibilitas. Kredibilitas seorang pelaku kampanye
bergantung pada siapakan dia, topik atau objek kampanye yang
dibicarakan, bagaimana situasinya, dan siapakan khalayak
sasarannya. Makin tinggi kredibilitas sumber yang mengirimkan
pesan, maka makin besar pula kemampuan sumber mempengaruhi khalayak
Bettinghaus (dalam venus 2004). Oleh karena itu kredibitas sumber
kampanye haruslah diperhitungkan dengan hati-hati agar aktivitas
kampanye tidak berakhir sia-sia. Ada tiga aspek yang mempengaruhi
kredibitas sumber menurut Hovland dan Kelley (dalam Venus 2004)
yaitu : (a). Keterpercayaan (trustworthiness), (b) Keahlian
(expertise) dan (c) daya tarik (attractiveness). Selain itu
terdapat faktor pendukung seperti kedinamisan (dynamism), Kompusur,
Sosiabilitas dan karisma
Faktor keterpercayaan berkaitan dengan penilaian khalayak bahwa
sumber informasi dianggap jujur, adil, tulus, objektif, memiliki
tanggung jawab sosial yang tinggi dan mempunyai integritas pribadi.
Faktor kepercayaan merupakan faktor yang paling penting dalam
kredibilitas sumber. Faktor keahlian, berkaitan dengan penelitian
dimana sumber dianggap berpengeetahuan, cerdas, berpengalaman,
memiliki kewenangan tertentu dan menguasai skill yang bisa
diandalkan. Untuk bisa dikatakan ahli, seseorang tidak perlu
memiliki semua kualitas, satu atau dua sifat saja umumnya sudah
dianggap sudah mencukupi. Dalam konteks kampanye, keahlian sumber
dimata khalayak dapat merentang dari kategori ahli hingga bukan
ahli. Jika
-
Tri Susanto, Kampanye, Media Sosial...
373
khalayak memersepsi komunikator dianggap tidak memiliki
keahlian, maka khalayak akan mengabaikan pesan tersebut.
Faktor pendukung kredibilitas lainnya diantaranya keterbukaan
(extroversion), ketenangan (composure), kemampuan bersosialisasi
(sociability) dan karisma Larson, 1992; Bettinghaus, 1976 (dalam
venus, 2004). Keterbukaan yang sering disebut sebagai dinamisme,
merupakan pertimbangan khalayak dimana sumber dianggap sebagai
seorang yang kuat, berani, aktif, berkuasa, sehat, energik, tegas,
progresif, dan mendukung terhadap perubahan sosialisasi lebih
mengacu pada anggapan khalayak bahwa sember dipandang baik hati,
ramah, dan pandai bergaul. Faktor ketenangan berhubungan dengan
bagaimana khalayak menganggap sumbernya sebagai seseorang yang
percaya diri, pandai mengungkapkan gagasan dengan tenang dan tepat,
dan dapat mengontrol perkataaanya sehingga tidak terbata-bata atau
gagap saat menyampaikan pesan. Disisi lain, aspek compusure yang
tidak direkayasa, alamiah akan berakibat positif bagi pelaku
kampanye.
Faktor pendukung terakhir adalah karisma. Konsep ini seringkali
disamakan dengan kedinamisan, tapi pada umumnya karisma diartikan
sebagai kualitas kepribadian seseorang atau kepemimpinan yang mampu
memikat dan mengikat orang-orang sekitarnya. Karisma mungkin sulit
dipelajari karena hal ini bersifat alamian dan menyatu dengan
kepribadian seseorang.2. Pesan Kampanye
Kampanye pada dasarnya adalah penyampaian pesan-pesan dari
pengiriman kepada khalayak. Pesan-pesan tersebur dapat disampaikan
dalam berbagai bentuk mulai dari poster, spanduk, baliho,pidato,
diskusi, iklan hingga selebaran. Apapun bentuknya, pesan-pesan
selalu menggunakan simbol, baik verbal maupun non verbal, yang
diharapkan dapat memancing respons khalayak. Setidaknya ada dua
aspek penting yang harus diperhatikan yakni isi pesan dan struktur
pesana. Isi pesan
Banyak hal yang terkait dengan isi pesan, mulai dari materi
pendukungnya, visualisasi pesan, isi negatif pesan, pendekatan
emosional pendekatan rasa takut, kreativitas dan humor, serta
pendekatan kelompok rujukan.
-
374
Mediamorfosa : Transformasi Media Komunikasi di Indonesia
Isi pesan kampanye juga harus menyertakan visualisasi dampak
positif atas respon tertentu yang diharapkan muncul dari khalayak
sasaran. Makin nyata visualisasi konsekuensi pesan makin mudah
khalayak mengevaluasi pesan tersebut dan makin cepat mereka
menentukan sikap untuk menerima atau menolak isi pesan. Pelaku
kampanye dapat menentukan pengambaran seperti apa yang akan
mendukung kesuksesan kampanye agar diterima oleh khalayaknya.
Di sisi lain, pelaku kampanye juga harus melihat pesan dari
pendekatan emosional, rasa takut, kreativitas dan humor, serta
pendekatan kelompok rujukan. Melalui pendekatan emosional orang
akan lebih meneria pesan berdasarkan dimensi afektif yang
dimilikinya. Jika seseorang merasa terancam dengan isi pesan maka
ia tidak akan merespon pesan tersebut.
Hal terakhir dalam isi pesan adalah pendekatan kelompok rujukan
khalayaknya.kelompok rujukan adalah sekumpulan orang yang
memberikan inspirasi tertentu pada orang lain dan mereka menjadi
panutan atau model untuk dicontoh. Pesan kampanye akan lebih
efektif bila memperlihatkan orang-orang yang menjadi rujukan bagi
orang lainnya sebagai orang mengadopsi isi pesan kampanye.
Seseorang akan lebih mudah menerima isi pesan jika orang lain yang
menjadi rujukannya juga menerima pesan tersebut.b. Struktur
pesan
Istilah struktur pesan merujuk pada bagaimana pesan merujuk pada
bagaimana unsur-unsur pesan di organisasikan. Secara umum ada tiga
aspek yang terkait langsung dengan pengorganisasian pesan kampanye
yakni sisi pesan (Message sidedness) susunan penyajian (order of
presentation) dan pernyataan kesimpulan (drawing conclusion).
Aspek penting struktur pesan lainya berkaitan dengan pertanyaan
apakah pelaku kampanye perlu menyajikan kesimpulan pesan secara
eksplisit atau membiarkan khalayak menyimpulkan pesan sendiri.
Pelaku kampanye yang cermat dapat menentukan apakah kesimpulan isi
pesan perlu dinyatakan secara eksplisit atau cukup secara implisit
saja dimana khalayak menyimpulkan sendiri apa isi pesan tersebut
secara keseluruhan. Menyajikan kesimpulan menurut stiff 1993 (dalam
venus 2004) harus memperhitungkan karakteristik khalayak yang
meliputi tingkat pendidikan, kepribadian dan tingkat keterlibatan
khalayak dalam kegiatan kampanye yang dilakukan.
-
Tri Susanto, Kampanye, Media Sosial...
375
c. Saluran KampanyeMenurut Kotler dan Roberto (1989) saluran
komunikasi untuk
menyampaikan pesan terbagi dalam tiga bentuk, yaitu komunikasi
massa, komunikasi selektif, dan komunikasi personal. Tapi langkah
pertama yang harus dilakukan adalah dengan membedakan target
sasaran sebagai massa atau individu.jika target sasaran dianggap
sebagai massa, maka komunikasi massa merupakan komunikasi yang
cocok untuk menjangkau kaum ini, yaitu masyarakat luas. Bisa berupa
media seperti Televisi, radio, film, koran, dan lainnya. Sedangkan
komunikasi yang ditujukan untuk individu (selektif dan personal),
selektif digunakan melalui surat dan telemarketing, sementara
komunikasi personal berupa word-of mouth dan one to one (dalam
jangkauan)d. Target kampanye
Target kampanye atau bisajuga disebut dengan khalayak sasaran
adalah sejumlah besar orang berpengetahuan, sikap dan perilakunya
akan diubah melalui kegiatan kampanye McQuail & Windahl ( dalam
venus 2004).
Strategi Komunikasi Hal terpenting dalam sebuah kampanye adalah
bagaimana
strategi disusun dengan perencanaan yang baik untuk mencapai
sukses kampanye. Jika kampanye bertujuan untuk mengubah perilaku
individu dan mengubah kebijakan publik maka menetapkan strategi
dengan tepat. Dapat dikatakan kompleks jika kampanye memiliki suatu
strategi yang tersusun rapi yang diharapkan akan memberikan
kontribusi bagi suatu perubahan. Sebaliknya dikatakan sederhana
jika kampanye hanya berisi semacam rancangan untuk memilih taktik
tertentu untuk berkomunikasi. Sedangkan langkah-langkah yang
strategis menurut Sullivan yaitu (Sullivan, 2003):1. Melakukan
analisis situasi yang terdiri dari pemahaman terhadap
masalah, menentukan khalayak, mengidentifikasi sumber-sumber
komunikasi yang potensial serta mengevaluasi kelebihan dan
kekurangannya.
2. Menentukan segmentasi khalayak. Khalayak di sini berkaitan
dengan khalayak primer, sekunder dan tersier serta pihakpihak yang
mempunyai peran untuk mendorong perubahann perilaku
-
376
Mediamorfosa : Transformasi Media Komunikasi di Indonesia
3. Menentukan tujuan perubahan perilaku yang diharapkan,
bagaimana kebutuhan khalayak bisa dipertemukan dengan pesan yang
ingin disampaikan.
4. Menentukan pesan dan media sesuai dengan khalayak dantujuan
perubahan yang diinginkan.
New MediaMenurut McLuhan, kehadiran New Media dapat membuat
sebuah
proses komunikasi menjadi global, sehingga menyebabkan mengapa
dunia saat ini disebut dengan Global Village.
McLuhan mengatakan bahwa dunia akan menjadi satu desa global
(Global Village) dimana produk produk yang ada akan menjadi cita
rasa semua orang. Global Village menjelaskan bahwa tidak ada lagi
batas waktu dan tempat yang jelas. Informasi dapat berpindah dari
satu tempat ke belahan dunia lain dalam waktu yang sangat singkat
dengan menggunakan teknologi internet. Global Village adalah konsep
mengenai perkembangan teknologi komunikasi di mana dunia
dianalogikan menjadi sebuah desa yang sangat besar (Mc Luhan,
1994)
Sedangkan dalam buku Marketing Management (Kotler & Keller.
2012) tertulis bahwa media sosial untuk para pemakainya merupakan
media untuk membagikan informasi teks, gambar, audio dan video
dengan pemakai lainnya dan dengan perusahaan dan lain sebagainya.
Media sosial memberikan kesempatan bagi para pemakainya untuk
memberikan opini publik dan melakukan aktivitas komunikasi. Media
sosial pun sudah mulai dipakai oleh banyak perusahaan untuk
kegiatan marketing maupun public relations.
Terdapat tiga jenis utama dari media sosial:a) Komunitas online
dan forumb) Bloggers (individual dan networks seperti Sugar dan
Gawker)c) Social Network (seperti Facebook, Twitter,instagram,
Youtube dll)
Metode PenelitianJenis penelitian yang digunakan adalah
penelitian studi kasus (case
study). Menurut K. Yin (2012:1) secara umum penelitian studi
kasus mengacu pada bentuk-bentuk pertanyaan how (bagaimana) atau
why (mengapa). Menurut pendapat K. Yin studi kasus adalah suatu
inkuiri
-
Tri Susanto, Kampanye, Media Sosial...
377
empiris yang :•
Menyelidikifenomenadidalamkontekskehidupannyata,bilamana•
Batas-batas antara fenomena dan konteks tak tampak dan tegas;
dan dimana:• Multisumberbuktidimanfaatkan.
Pelaksanaan penelitian kurang lebih berlangsung selama tiga
bulan, dimana dalam teknik pengumpulan data yang digunakan secara
langsung peneliti akan melakukan indepth interview, observasi dan
pengumpulan dokumen relevan terhadap penelitian.
Untuk Sampling yang digunakan, peneliti menggunakan purposive
samp-ling guna memperoleh kedalaman atas data yang diperoleh. Sifat
sampling berkembang sesuai kebutuhan, dimana informan di pilih
berdasarkan pertimbangan atas dasar ketercukupan informasi yang
dimilikinya. Dalam penelitian ini penulis menggunakan teknik
analisis data milik Miles dan Huberman. Terdapat tiga jalur
analisis data kualitatif yaitu reduksi data, penyajian data, dan
penarikan kesimpulan (Miles dan Huberman, 1992)
PembahasanStrategi Komunikasi Kampanye
Rogers dan Storey (dalam Venus, 2004) mengungkapkan kampanye
sebagai serangkaian tindakan komunikasi yang terencana dengan
tujuan menciptakan efek tertentu pada sejumlah besar khalayak yang
dilakukan secara berlanjutan pada kurun waktu tertentu. Pada
definisi ini maka setiap aktivitas kampanye komunikasi setidaknya
harus mengandung empat hal yakni (1) Tindakan kampanye yang
ditujukan untuk menciptakan efek atau dampak tertentu (2) Jumlah
Khalayak sasaran yang besar (3) Biasanya dipusatkan dalam kurun
waktu tertentu dan (4) melalui serangkaian tindakan komunikasi yang
terorganisasi
Proses komunikasi dalam kampanye pada hakikatnya adalah proses
penyampaian oleh seseorang (komunikator) kepada orang lain
(komunikan). Melalui gambar proses komunikasi sangat terlihat bahwa
suatu komunikasi merupakan suatu proses penyampaian pesan dari
seorang komunikator (encoder) kepada komunikan (decoder). Sebuah
proses komunikasi memuat beberapa komponen serta elemen
-
378
Mediamorfosa : Transformasi Media Komunikasi di Indonesia
yang mempengaruhi kelangsungan serta kelancaran proses yang
berlangsung itu sendiri.1. Komunikator
Komunikator menjadi faktor pendorong dalam mendorong masyarakat
mengambil keputusan melaksanakan kampanye. Komunikator dalam
kampanye ini ialah SabangMerauke (Seribu Anak Bangsa Merantau Untuk
Kembali), sebuah gerakan sosial dalam bentuk program pertukaran
pelajar antar daerah yang menekankan nilai-nilai toleransi,
pendidikan, dan ke-Indonesia-an. Program yang dilakukan sekali
setiap tahun ini mengajak beberapa anak dari berbagai daerah dari
Sabang sampai Merauke untuk meluangkan waktu libur sekolah selama
beberapa minggu untuk tinggal di Jakarta. SabangMerauke memiliki
visi dan misi di tiga bidang yaitu pendidikan, toleransi dan
ke-Indonesiaan.
Pendidikan Toleransi Ke-IndonesiaanVISI Menanamkan pada
anak-anak Indonesia ke-sadaran dan pentingnya Pendidikan
Mendorong anak-anak Indonesia Untuk Meray-akan Pendidikan
Mengajaknya anak-anak Indonesia merasakan Indonesia
Seutuhnya
MISI Menanamkan kesadaran Pentingnya bersekolah dan menjadi
orang yang terdidik
Mendorong Sikapkemandirian dan proac-tivenees untuk mencari
akses dan memanfaat-kan kesempatan untuk mengenyam pendidikan
setinggi-tingginya
Menanamkan Kesada-ran bahwa perbedaan adalah sebuah
kenis-cayaan, bukan sebuah masalah
Mendorong sikap berani untuk menjaga harmoni keberagaman dan
melindungi hak setiap warga negara
Menanamkan kesadaran sebagai bagian integral dari negara
Indonesia
Mendorong sikap positif untuk berkontribusi nyata sekecil apapun
dan dalam bidang apapun demi kemajuan indonesia.
Sumber : SabangMerauke
2. PesanIsi dari pesan yang disampaikan adalah Indonesia
merupakan
negara yang kaya akan keberagaman budaya. Dengan jumlah penduduk
lebih dari 250.000.000 orang yang terdiri atas sekitar 350 etnis
suku dan 483 bahasa serta budaya, maka diperlukan toleransi untuk
menghormati keberagaman tersebut. Bentuk negara Indonesia yang
-
Tri Susanto, Kampanye, Media Sosial...
379
merupakan kepulauan dan luasnya wilayah Indonesia menyebabkan
anak-anak Indonesia sulit bertemu dan mengenal keberagaman yang
dimiliki satu sama lain. Saat ini banyak konflik dapat disebabkan
oleh atau berhubungan dengan perbedaan etnis dan agama. Selain itu,
bentuk geografis negara Indonesia tersebut juga menjadi tantangan
untuk mengatasi kesenjangan hasil pendidikan dan sikap sipil, dari
perbedaan kualitas guru untuk fasilitas pendidikan dan akses ke
pendidikan tinggi dari setiap daerah.
SabangMerauke demikian relevan dan penting karena misi utama
kami adalah untuk mengenalkan nilai keanekaragaman melalui sarana
pendidikan yang inovatif, sehingga kaum muda Indonesia bisa menjadi
berpikiran terbuka, aspiratif, dan menerima keberagaman, maka cocok
untuk membangun masyarakat yang kohesif dan berkontribusi untuk
pembangunan Indonesia.
Gambar 1 : Pesan Toleransi Sabangmerauke (sumber
:sabangmerauke.id)
Pesan berupa artikel, foto dan video
3. SaluranSaluran komunikasi yang digunakan adalah media
sosial,
SabangMerauke mengemas pesan-pesan kampanye dan membagikan nya
melalui media sosial berupa artikel, foto dan video. Adapun media
sosial yang digunakan adalah Facebook.com, Twitter, Instagram, dan
youtube.4. Komunikan
McQuail & Windahl (dalam Venus :2011) Mendefiniskan khalayak
sasaran sebagai sejumlah besar orang yang pengetahuan, sikap dan
perilakunya akan diubah melalui kegiatan kampanye. Besarnya
-
380
Mediamorfosa : Transformasi Media Komunikasi di Indonesia
jumlah khalayak sasaran ini mengindikasikan bahwa mereka
memiliki karakteristik yang beragam. Akibatnya cara mereka
merespons pesan-pesan kampanye juga akan berbeda-beda. Adapun
komunikasi kampanye ini adalah masyarakat yang melek dengan media,
yaitu aktif di media sosial yang dapat menyebarkan pesan-pesan
toleransi.5. Efek
Efek dari kegiatan ini adalah untuk meningkatkan sikap toleransi
antar umat beragama baik untuk peserta ASM,KSM dan FSM maupun
masyarakat luas. Banyaknya masyarakat yang terlibat dalam program
ini mengisyaratkan bahwa masyarat sudah sadar pentingnya toleransi
terlihat dari saat penggalangan dana yang dilakukan melalui
kitabisa.com , respon positif di media sosial baik di
Facebook,twitter, instagram dan youtube.
Media Sosial dalam Kampanye SabangMeraukeMedia Sosial sangat
dibutuhkan dalam publikasi kegiatan sebagai
bentuk kampanya dalam membangun sikap toleransi beragama.
Seluruh kegiatan mulai dari penggalangan dana, seleksi peserta baik
ASM,KSM dan FSM serta seluruh kegiatan yang berlangsung. Adapun
kegiatan yang dilakukan selama program ini antara lain Culture day,
social day, meet up Leader, kunjungan ke perusahaan, kunjungan ke
perguruan tinggi serta kegiatan sehari-hari selama tinggal bersama
keluarga angkat di Jakarta.
Gambar 2 : Pelaku utama kegiatan SabangMerauke Sumber :
www.kitabisa.com/partners/sabangmerauke
-
Tri Susanto, Kampanye, Media Sosial...
381
Adapun skema pelaksanaan kampanye toleransi yang dijalankan
SabangMerauke adalah
Bagan1. kegiatan kampanye media sosial
1. Penggalangan dukungan di bagi menjadi 2 yaitu Volunteer dan
Donasi. Valunteer Tidak hanya terdiri dari Anak SabangMerauke,
Kakak SabangMerauke, dan juga Family SabangMerauke, SabangMerauke
digerakkan oleh para sukarelawan. Ada berbagai bentuk kerelawanan
yang ada di SabangMerauke. Semuanya bersumber pada kapasitas dan
pengetahuan yang dimiliki masing-masing relawan. Seperti, relawan
fotografi, relawan blogger, relawan videografer, relawan konsumsi,
dan lain-lain. Sedangkan donasi sabangmerauke mengajak seluruh
masyarakat untuk dapat berkontribusi dalam pembiayaan kegiatan
SabangMerauke. Ada dua cara untuk dapat berpartisipasi dalam
pembiayaan program SabangMerauke, yaitu: Dukungan Finansial dengan
mengirimkan sejumlah uang pada Rekening SabangMerauke yaitu : Bank
Mandiri KCP Kuningan Jakarta a/n Yayasan Seribu Anak Bangsa 124 000
3322 113. Sabangmerauke juga membutuhkan banyak dukungan logistik
diantaranya: 1. Transportasi2. Tiket Pesawat ASM 3. Penjemputan ASM
dari dan ke Bandara 4. Bus untuk program harian 5.
Konsumsi
-
382
Mediamorfosa : Transformasi Media Komunikasi di Indonesia
6. Malam selamat datang7. Malam perpisahan8. Konsumsi dan Snack
harian9. Akomodasi10. Penginapan untuk masa orientasi (1hari)11.
Penginapan sebelum kepulangan (1hari)12. Kelengkapan ASM13.
Obat-obatan (First Aid)14. Buku Panduan ASM15. SeragamSemua
dukungan sangat berarti bagi kami. Mari menjadi bagian
dari terwujudnya Indonesia yang lebih damai.
Gambar 3 : Penggalangan dana melalui kitabisa.com
Gambar 4 : Publikasi melalui instagram sebagai media kampanye
dengan #dukungtoleransi
-
Tri Susanto, Kampanye, Media Sosial...
383
Strategi Penggalangan donasi yang dilakukan oleh sabang merauke
adalah menjelaskan dana yang dibutuhkan oleh Adik sabang Merauke
untuk berangkat menuju Jakarta adapun total pembiayaan berbeda-beda
tergantung kebutuhan biaya transportasi.
Salah satu contoh penggalangan dana yang ditampilkan di
kitabisa.com
Gabriel E. S. Wio SMPN 02 Lobalain, Rote Ndao, Nusa Tenggara
Timur, Suku/Etnis Rote .Gabriel atau akrab juga disapa Bush berasal
dari Lobalain, Kabupaten Rote Ndao, Nusa Tenggara Timur. Ia
bercita-cita bercita-cita jadi profesor agar bisa menemukan inovasi
baru yang dapat membantu manusia dan makhluk hidup lainnya.Tak
hanya itu, Putra desa Mokdale yang pintar masak ini ternyata
humoris dan suka bercocok tanam. Bush sangat mencintai
lingkungannya. Ia memiliki keinginan untuk membuat desanya sebagai
desa wisata yang dikenal keindahan alam dan budayanya oleh
orang-orang di Indonesia. Bush harus naik mobil sekali dan dua kali
ganti pesawat dari desanya menuju Jakarta. Tentunya seperti ASM
yang lain, ia hanya akan didampingi sampai bandara Eltari lalu
terbang sendirian ke Jakarta. Untuk itu, ia membutuhkan Rp.
9,489,480. Yuk, ikut patungan memberangkatkan calon penemu dari SMP
Negeri 02 Lobalain ini!
2. Kegiatan yang dilakukan peserta SabangMeraukeKegiatan
sabangmerauke yaitu peserta diberikan pelajaran secara
langsung mengenai pendidikan,Toleransi dan Keindonesiaan.
Seluruh kegiatan di share melalui sosial media dengan
#sabangmerauke #SM2017 #KeIndonesiaan #pendidikan #toleransi
#KSM
Gambar 5 : Facebook Sabangmerauke yang share kegiatan sumber :
www.facebook.com/sabangmerauke
-
384
Mediamorfosa : Transformasi Media Komunikasi di Indonesia
Gambar 6 : Media Sosial yang digunakan yaituFacebook,
Twitter,Instagram dan Youtube
SabangMerauke ingin masyarakat juga merasakan bahwa toleransi
antar umat beragama sangat penting dalam menjalani kehidupan
berbangsa dan bertanah air Indonesia salah satu artikel yang
dibagikan melalui media sosial adalah sebagai berikut :
“Cerita ASM (Adik SabangMerauke) Febri (ASM 2015), semenjak awal
Januari 2016 sudah pindah sekolah ke Pekanbaru dan tidak tinggal
bersama orang tua. Febri merasa bersyukur dengan pegalamannya
selama program SM 2015, karena dengan pengalaman tersebut sekarang
Febri bisa jadi lebih mandiri dan bertoleransi dengan teman-teman
yang berbeda agama di sekolah barunya. Selain itu, Febri juga
merasa semakin bangga menjadi anak Indonesia. Febri sempat ikut
membantu mengajar di SD dan menjadi kakak mentor untuk salah satu
anak autis hingga anak tersebut bisa membaca. Febri juga menjadi
penulis cerpen disekolahnya, hasil karyanya dimuat di buku
Celoteh.
-
Tri Susanto, Kampanye, Media Sosial...
385
Cerita KSM (Kakak SabangMerauke) Setelah Kak Rona Cahyantari M
menjadi KSM 2013, Rona melanjutkan kegiatan relawannya dengan
mengikuti program Pencerah Nusantara, untuk meningkatkan layanan
kesehatan masyarakat di daerah terpencil di seluruh Indonesia.
“Keyakinan saya bahwa setiap orang punya peran dalam membangun
Indonesia tumbuh dari SM (SabangMerauke). Jujur melihat SM seperti
melihat sebuah rumah yang isinya orang-orang bersinergi positif,
dan saya terdorong untuk menyebarkan energi yang sama positifnya di
PN (Pencerah Nusantara)”.Cerita FSM (Famili SabangMerauke) Bagi Ibu
Kenny (FSM 2015) menjadi FSM untuk Ansyori di tahun 2015 memberikan
banyak pelajaran baru bagi Ibu Kenny. “Selama ini saya merasa sudah
cukup bertoleransi terhadap orang lain. Ternyata, masih banyak hal
yang perlu saya pelajari untuk menjadi lebih toleran. Dan toleransi
memang harus dirasakan langsung, tidak bisa hanya diajarkan”.
Menurutnya, menjadi FSM memberikan kesempatan besar bagi seluruh
keluarganya untuk mengeksplorasi rasa saling pengertian dan hal-hal
yang tidak disangka-sangka telah mereka miliki sebelumnya, seperti
rasa ingin tahu, rasa ketertarikan untuk berkomunikasi dengan orang
yang baru dikenal, hingga ketertarikan anak-anaknya untuk suka”
Evaluasi KampanyeEvaluasi Pada kampanye SabangMerauke yaitu:
1) Menilai ketepatan strategi yang dipilih yaitu kegiatan yang
dilakukan Sabang Merauke tentang penanaman sikap toleransi antar
umat beragama melalui media sosial merupakan langkah yang tepat
dimana media sosial merupakan media yang lebih cepat menyampaikan
informasi, baik berupa artikel.gambar maupun video. Konten yang
ditampilkan melalui media sosial sabangmerauke sangat menarik mulai
isi program dan pesan yang disampaikan yaitu toleransi tidak bisa
hanya diajarkan, toleransi harus dialami dan dirasakan.
2) Wilayah-wilayah penting yang mempunyai dampak dalam kampanye,
seluruh wilayah di Indonesia maupun luar negara mempunyai dampak
penting dalam berlangsungnya program ini baik memberi donasi maupun
menjadi volunteer program kampanye yang dilakukan melalui media
sosial efektif dalam menyampaikan pesan-pesan toleransi.
3) Perubahan perilaku individu atau kelompok sudah banyak
terlihat dari berbagai inisiatif-inisiatif individu dan kelompok
dengan menjadi sebagai donatur, menanamkan sikap toleransi antar
umat
-
386
Mediamorfosa : Transformasi Media Komunikasi di Indonesia
beragama yang dirasakan oleh Adik sabang merauke yang berasal
dari berbagai daerah dan setelah program selesai mereka akan
menjadi duta toleransi didaerah masing-masing. Selanjutnya kakak
sabang merauke dan Family sabang merauke menjadi pengalaman yang
membangun persaudaraan beda agama, suku, dan ras dalam menjadikan
sikap ke-Indonesiaan seutuhnya. Untuk masyarakat luas dijadikan
contoh bahwa hidup berdampingan berbeda agama, suku dan ras
bukannlah menjadi suatu masalah melainkan menjadi kebersamaan yang
saling melengkapi dan saling menghormati satu sama lain.merupakan
salah satu cara peningkatan
Kesimpulan 1. Keberadaan khalayak yang bersifat heterogen,
dengan memunculkan
komunitas baru yang peduli dengan toleransi di Indonesia .
banyaknya peminat dalam program Sabang Merauke ini menjadi tolak
ukur dalam kegiatan kampanye Sabang Merauke dalam toleransi dan
menciptakan duta toleransi daerah dengan tujuan meningkatkan
pemahaman masyarakat toleransi sangat penting dalam kehidupan
berbangsa dan bertanah air Indonesia .
2. Dari seluruh tahapan (kajian awal, riset/konsultasi,
pengembangan pesan, pelaksanaan dan pemantauan) upaya yang
dilakukan dalam kampanye toleransi telah memenuhui dan menerapkan
keberhasilan kampanye gerakan social dengan Strategi media yang
dikemas menggunakan sejumlah media sosial untuk memastikan
pesan-pesan kunci akan dapat disebarkan secara luas, dikenali,
dipahami dan sedapat mungkin diadaptasi oleh publik yangmenjadi
target kampanye ini.
3. Aktivitas yang ada dalam program toleransi yang dilakukan
oleh ASM,KSM, dan FSM membuktikan bahwa hidup berdampingan berbeda
agama,suku dan ras bukanlah suatu masalah. Hal ini dapat dijadikan
contoh teladan bagi masyarakat luas dalam menjalan kehidupan secara
berdampingan.
4. Penggunaan media sosial sebagai saluran informasi sangat
membantu menghubungkan antara pelosok Indonesia dengan kota-kota
besar lainnya yang melakukan kegiatan kampanye.
5. Peneliti melihat subyek penelitian ini sebagai sebuah kasus
aktual komunikasi untuk gerakan sosial, terutama penggunaan media,
menjadi pembelajaran yang menarik buat pengembangan sebuah Upaya
bagi komunikasi
-
Tri Susanto, Kampanye, Media Sosial...
387
Daftar PustakaArifin, Anwar (2003). Komunikasi Poitik :
Paradigma-Teori-Aplikasi-
Strategi dan Komunikasi Politik Indonesia. Jakarta, PT. Balai
Pustaka
Bungin, Burhan (2010). Analisis Data Penelitian Kualitatif.
Jakarta, PT Raja Grafindo Persada
Cangara, Hafied (2009). Komunikasi Politik: Konsep, Teori, dan
Strategi. Jakarta, PT. Raja Grafindo Persada
Davies, R. (2014). Civil Crowdfunding: Participatory
communities. Entepreneurs and the political economy of place.
Cambridge: Departement of Comparative Media Studies. Massachusetts,
Massachusetts Institute of Technology.
Effendi, Uchjana Onong (2004). Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek
.Bandung, PT Remaja Rosdakarya
JK. Sutopo (1986). Komunikasi Pembangunan dan Komunikasi
Kependudukan. Surakarta, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Sebelas Maret
Liliweri, Alo M. S. (1991). Memahami Peran Komunikasi Massa
Dalam Masyarakat. Bandung, Citra Aditya Bakti
Mardikanto, Totok (2010). Komunikasi Pembangunan. Surakarta, UPT
Penerbitan dan Percetakan UNS
McLuhan, Marshall (1990). Understanding Media: The Extention of
Man. London, Routlege
Miles, Matthew dan Huberman, A. Michael (1992). Analisis Data
Kualitatif: Buku Sumber tentang Metode-metode Baru. Jakarta, UI
Press
Morisan (2013). Teori Komunikasi : Individu Hingga Massa.
Jakarta, Kencana Prenada Media Group
Moleong, Lexy. J. (2011). Metodologi Penelitian Kualitatif.
Bandung, PT. Remaja Rosdikarya
Mulyana, Deddy (2006). Metodologi Penelitian Kualitatif:
Paradigma Baru Ilmu Komunikasi dan Ilmu Sosial Lainnya. Bandung,
Rosdakarya
Newsom, Doug. et.al. (1993). This is PR: The Realities of Public
Relations California, Wadsworth
-
388
Mediamorfosa : Transformasi Media Komunikasi di Indonesia
Nimmo, Dan (2005). Komunikasi Politik. Bandung, PT. Remaja
Rosdakarya Offset
Pfau, Michael dan Parrot, Roxann (1993) Persuasive Communication
Campaign. Massachussets, Allyn dan Bacon
Pawito (2007). Penelitian Komunikasi Kualitatif. Yogyakarta,
LKIS
Stephen W, Littlejohn (2008). Theories Of Human Communication
(Ninth Edition). Belmont, CA , Wadsworth
Yin, Robert K. (2013). Studi Kasus : Desain dan Metode. Jakarta,
PT. Raja Grafindo Persada.
Venus, Antar (2007). Manajemen Kampanye: Panduan Teoritis dalam
mengefektifkan Kampanye Komunikasi. Bandung, PT. Simbiosa Rekatama
Media