1 KAMPANYE KECELAKAAN NOL UNTUK MENINGKATKAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K3) DI STASIUN KERETA API ZERO IN ACCIDENT CAMPAIGN FOR INCREASING SAFETY AND HEALTH ACTIVITY IN RAILWAY STATION Diajukan dalam Rangka Lomba Mahasiswa Berprestasi (MAWAPRES) UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA Bidang IPA Disusun Oleh: GUSTITIA PUTRI PERDANA NIM I0306003 JURUSAN TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2009
32
Embed
KAMPANYE KECELAKAAN NOL UNTUK …iniputri.blog.uns.ac.id/.../2010/05/zero-accident-campaign-for-k3.pdf · Activity ( K3) in railway station by using Zero Accident Campaign. ... Kereta
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
1
KAMPANYE KECELAKAAN NOL UNTUK MENINGKATKAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN
KERJA (K3) DI STASIUN KERETA API ZERO IN ACCIDENT CAMPAIGN FOR INCREASING SAFETY AND HEALTH
ACTIVITY IN RAILWAY STATION
Diajukan dalam Rangka
Lomba Mahasiswa Berprestasi (MAWAPRES)
UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA
Bidang IPA
Disusun Oleh:
GUSTITIA PUTRI PERDANA NIM I0306003
JURUSAN TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA 2009
2
KAMPANYE KECELAKAAN NOL UNTUK
MENINGKATKAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K3) DI STASIUN KERETA API
ZERO IN ACCIDENT CAMPAIGN FOR INCREASING SAFETY AND HEALTH
ACTIVITY IN RAILWAY STATION
Diajukan dalam Rangka
Lomba Mahasiswa Berprestasi (MAWAPRES)
UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA
Bidang IPA
Disusun Oleh:
GUSTITIA PUTRI PERDANA NIM I0306003
Menyetujui, Pembantu Dekan III
Fakultas Teknik
Ir. Agung Kumoro, MT NIP. 131 964 092
Surakarta, 12 Februari 2009 Dosen Pembimbing
Irwan Iftadi, ST. M.Eng
3
KATA PENGANTAR Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT atas rahmat, taufik, dan
hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis dengan judul:
Kampanye Kecelakaan Nol Untuk Meningkatkan Keselamatan Dan
Kesehatan Kerja (K3) Di Stasiun Kereta Api.
Karya Tulis ini disusun sebagai salah satu syarat Lomba Mahasiswa Berprestasi
(MAWAPRES) yang diadakan oleh Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Banyak hambatan dan kesulitan yang menyertai penulis selama penyusunan karya
tulis ini, namun berkat bantuan dari berbagai pihak, akhirnya hambatan tersebut
dapat teratasi. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Irwan Iftadi, ST. M.Eng., selaku dosen pembimbing penyusunan karya
tulis ini.
2. Ir. Agung Kumoro, M.T., selaku Pembantu Dekan III FT UNS.
3. Ayah dan Bunda tercinta yang telah memberikan dukungan moral maupun
materiil demi terselesaikannya karya tulis ini.
4. Pihak lain yang tidak dapat disebutkan satu per satu.
Penulis menyadari masih terdapat kekurangan dalam pembuatan karya tulis ini,
maka dari itu penulis sangat mengharapkan kritik atau saran yang membangun
untuk perbaikan karya tulis selanjutnya. Semoga karya tulis ini bermanfaat para
pembaca.
Surakarta, Februari 2009
Penulis
4
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL................................................................................................ i
HALAMAN PENGESAHAN................................................................................. ii
KATA PENGANTAR ........................................................................................... iii
DAFTAR ISI.......................................................................................................... iv
DAFTAR GAMBAR .............................................................................................. v
ABSTRAK............................................................................................................. vi
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah............................................................................ 1
1.2. Rumusan Masalah ..................................................................................... 4
1.3. Tujuan dan Manfaat .................................................................................. 5
Menghadapi era globalisasi, ketenaga-kerjaan semakin diharapkan konstribusinya dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia yang akan tercermin dengan meningkatnya profesionalisme, kemandirian, etos kerja dan produktivitas kerja. Untuk mendukung itu semua diperlukan tenaga kerja dan lingkungan kerja yang sehat, selamat, nyaman dan menjamin peningkatan produktivitas kerja. Selain itu diperlukan upaya untuk menerapkan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) mengingat semakin meningkatnya jumlah kecelakaan dan gangguan kerja di berbagai area kerja, misalnya yang terjadi di stasiun kereta api. Tujuan penulisan karya tulis ini adalah untuk mengkaji mengenai metode untuk meningkatkan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) di stasiun kerata api dengan menggunakan Kampanye Kecelakaan Nol. Karya tulis ini merupakan sebuah kajian mengenai pelaksanaan Kampanye Kecelakaan Nol untuk meningkatkan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) di stasiun kerata api. Pengkajian dilakukan dari beberapa pustaka acuan. Hasil kajian tersebut diolah untuk kemudian diambil kesimpulan mengenai tingkat kepentingan, keunggulan metode dan potensi keberhasilan penerapan metode tersebut. Hasil dari pengkajian menunjukkan bahwa penerapan metode kampanye kecelakaan nol dapat meminimalisasi kecelakaan kerja akibat kesalahan manusia (human error) yang terjadi di stasiun kereta api. Sehingga dengan berkurangnya kesalahan manusia diharapkan dapat meningkatkan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3). Kata kunci : Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3), Kampanye Kecelakaan Nol,
Stasiun kereta api, kecelakaan kerja
7
ZERO IN ACCIDENT CAMPAIGN FOR INCREASING SAFETY AND
HEALTH ACTIVITY IN RAILWAY STATION
Gustitia Putri Perdana Industrial Engineering-Engineering Faculty
Faces globalization era, contribution of employees is expected in increasing quality of human resource which will be look at the height of professionalism, independence, job ethos and work productivity. To support that is required by healthy labour and work environment, safe, comfortable and guarantees improvement of work productivity. Besides that, its also required effort to apply Safety And Health Activity (K3) remembers that job accident and trouble in various job is growing of amounts, for example happened in railway station. Purpose of this writing is to study about method to increase Safety And Health Activity ( K3) in railway station by using Zero Accident Campaign. This writing is a study about execution of Zero Accident Campaign to increase Safety And Health Activity ( K3) in railway station. The study is carried out by studying several literature. The result of that study is analized and then conclusion about level of importance, excellence of method and potency success of applying of the method. Result from study indicates that applying of zero accident campaign method can minimalized accident of job caused by man mistake (human errors) happened in railway station. So with the lessen of human errors is expected able to increase Safety And Health Activity ( K3). Keyword : Safety And Health Activity ( K3), Zero Accident Campaign, Railway
station, job accident
8
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Menghadapi era globalisasi, ketenaga-kerjaan semakin diharapkan
konstribusinya dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia yang
akan tercermin dengan meningkatnya profesionalisme, kemandirian, etos
kerja dan produktivitas kerja. Untuk mendukung itu semua diperlukan tenaga
kerja dan lingkungan kerja yang sehat, selamat, nyaman dan menjamin
peningkatan produktivitas kerja.
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) adalah kepentingan
pengusaha, pekerja dan pemerintah di seluruh dunia. Menurut perkiraan ILO,
setiap tahun di seluruh dunia 2 juta orang meninggal karena masalah akibat
kerja. Dari jumlah ini, 354.000 orang mengalami kecelakaan fatal.
Disamping itu, setiap tahun ada 270 juta pekerja yang mengalami kecelakaan
akibat kerja dan 160 juta yang terkena penyakit akibat kerja. Biaya yang
harus dikeluarkan untuk bahaya-bahaya akibat kerja ini amat besar. ILO
memperkirakan kerugian yang dialami sebagai akibat kecelakaan-kecelakaan
dan penyakit-penyakit akibat kerja setiap tahun lebih dari US$1.25 triliun
atau sama dengan 4% dari Produk Domestik Bruto (GDP).
Pada dasawarsa 1990-an, Indonesia, melewati suatu periode yang
ditandai dengan pertumbuhan ekonomi yang pesat hingga tahun 1997,
walaupun periode sesudah itu didera oleh krisis keuangan. Selama tahap
pertumbuhan tersebut, ternyata jumlah kecelakaan kerja cenderung
mengalami kenaikan. Tetapi selama resesi, jumlah biaya yang dialokasikan
untuk keselamatan dan kesehatan kerja justru termasuk salah satu yang
mengalami pemangkasan. Sehubungan dengan hal ini, ILO berpendapat
bahwa apapun keadaan yang menimpa suatu negara, keselamatan dan
kesehatan pekerja adalah hak asasi manusia yang mendasar, yang
bagaimanapun juga tetap harus dilindungi, baik sewaktu negara tersebut
9
sedang mengalami pertumbuhan ekonomi maupun ketika sedang dilanda
resesi.
Tingkat kecelakaan-kecelakaan fatal di negara-negara berkembang
empat kali lebih tinggi dibanding negara-negara industri. Kebanyakan
kecelakaan dan penyakit akibat kerja terjadi di bidang pertanian, perikanan,
perkayuan, pertambangan dan konstruksi. Tingkat buta huruf yang tinggi dan
pelatihan yang kurang memadai mengenai metode-metode keselamatan kerja
mengakibatkan tingginya angka kematian yang terjadi karena kebakaran dan
pemakaian zat-zat berbahaya yang mengakibatkan penderitaan dan penyakit
yang tak terungkap termasuk kanker, penyakit jantung dan stroke.
Praktek-praktek ergonomis yang kurang memadai mengakibatkan
gangguan pada otot, yang mempengaruhi kualitas hidup dan produktivitas
pekerja. Selain itu, masalah-masalah sosial kejiwaan ditempat kerja seperti
stres ada hubungannya dengan masalah-masalah kesehatan yang serius,
termasuk penyakit-penyakit jantung, stroke, kanker yang ditimbulkan oleh
masalah hormon, dan sejumlah masalah kesehatan mental.
Pada tahun 2002, Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Jacob
Nuwa Wea menyebutkan bahwa kecelakaan kerja menyebabkan hilangnya
71 juta jam orang kerja, yang seharusnya dapat secara produktif digunakan
untuk bekerja apabila pekerja-pekerja yang bersangkutan tidak mengalami
kecelakaan dan kerugian laba sebesar 340 milyar rupiah.
Bulan Januari 2003 menyebutkan bahwa kecelakaan di tempat kerja
yang tercatat di Indonesia telah meningkat dari 98,902 kasus pada tahun
2000 menjadi 104,774 kasus pada tahun 2001. Dan 11 selama paruh pertama
tahun 2002 saja, telah tercatat 57,972 kecelakaan kerja.Meskipun tingginya
angka kecelakaan kerja ini cukup memprihatinkan, hal ini menyiratkan
adanya perbaikan yang nyata dalam pelaporan dan penyebaran informasi
tentang kecelakaan kerja kepada masyarakat.
Kereta api adalah salah satu jenis transportasi darat yang cukup di
minati masyarakat dengan jumlah penumpang sebanyak 186,469,269 pada
tahun 1999. (http://www.kereta-api.com).
10
Gambar 1.1 Kereta Api
Kehadiran kereta api di Indonesia ditandai dengan pencangkulan
pertama pembangunan jalan KA didesa Kemijen Jum'at tanggal 17 Juni 1864
oleh Gubernur Jenderal Hindia Belanda, Mr.L.A.J Baron Sloet van den
Beele. Pembangunan diprakarsai oleh "Naamlooze Venootschap
Nederlandsch Indische Spoorweg Maatschappij" (NV. NISM) yang dipimpin
oleh Ir.J.P de Bordes dari Kemijen menuju desa Tanggung (26 Km) dengan
lebar sepur 1435 mm. Ruas jalan ini dibuka untuk angkutan umum pada Hari
Sabtu, 10 Agustus 1867.
Walaupun kereta api dikatakan cukup diminati masyarakat, bukan
berarti alasan tersebut dikarenakan oleh rasa aman yang ditimbulkan. Bahkan
kereta api menjadi salah satu penyebab kecelakaan bahkan kematian bagi
masyarakat. Hal ini dilihat dari jumlah angka kecelakaan yang menimpa baik
karyawatan PT. Kereta Api maupun penumpangnya. Data kecelakaan yang
terjadi di pintu lintasan ini mempunyai frekuensi yang sangat tinggi. Dalam
lima tahun terakhir (2003-2007), terjadi 134 kasus tabrakan antara kereta api
dengan kendaraan bermotor lainnya, dan 31 kasus tabrakan kereta api dengan
kereta api. Kecelakaan akibat anjloknya kereta dari relnya mencapai 538
kasus pada periode yang sama, atau rata-rata hampir sembilan kasus setiap
bulan. Rawannya kecelakaan akibat human error dan ketidaklaikan sarana
dan prasarana telah memakan korban jiwa sebanyak 257 orang meninggal
dunia, 478 luka berat, dan 486 luka ringan selama lima tahun terakhir.
11
Sedangkan pada tahun 2008 jumlahnya mengalami penurunan menjadi 7
kasus, diantaranya terdiri atas 3 kasus tabrakan dan 4 kasus anjlok.
Untuk itu pemerintah telah mengaturnya dalam Peraturan Menteri
Tenaga Kerja Nomor: Per05./MEN/1996 tentang berbagai aspek Hiperkes
dan Keselamatan Kerja yang perlu mendapatkan perhatian, perlindungan
tenaga kerja mendapatkan prioritas yang cukup tinggi dalam suatu industri,
khususnya industri yang rawan cedera, pencemaran dan penyakit akibat
kerja.
Selain menerbitkan peraturan dan undang-undang, sebaiknya
pemerintah mengajak masyarakat untuk menerapkan keselamatan dan
kesehatan kerja di area stasiun kereta api dengan berbagai metode yang
menarik, guna meminimalisasi kecelakan dan gangguan-gangguan kerja baik
bagi karyawan maupun pengguna stasiun lainnya.
1.2. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dari karya tulis ini adalah sebagai berikut:
1. Seberapa penting Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) perlu
diterapkan di stasiun kereta api?
2. Apa saja jenis kecelakaan kerja yang perlu diwaspadai sehingga perlu
menerapkan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)?
3. Bagaimana cara menerapkan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) di
stasiun kereta api agar sesuai dengan tujuan yang diharapkan?
1.3. Tujuan Dan Manfaat
Adapun tujuan dan manfaat diadakannya karya tulis ini antara lain adalah;
1. Memberikan informasi mengenai pentingnya penerapan Keselamatan dan
Kesehatan Kerja (K3) di stasiun kereta api .
2. Memberikan informasi mengenai kecelakaan kerja yang sering terjadi di
stasiun kereta api.
3. Memberikan metode kampanye kecelakaan nol untuk meningkatkan
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) di stasiun kereta api.
12
1.4. Batasan Masalah
Dalam mengangkat permasalahan pada karya tulis ini ini terdapat
batasan-batasan terhadap permasalahan yang diuraikan sebagai berikut:
1. Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) diterapkan di stasiun kereta api.
2. Kecelakaan kerja terjadi di area stasiun kereta api.
3. Kecelakaan kerja terjadi pada pekerja di area stasiun kereta api.
13
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)
Keselamatan dan kesehatan kerja (K3) merupakan instrumen yang
memproteksi pekerja, perusahaan, lingkungan hidup, dan ma-syarakat sekitar
dari bahaya akibat kecelakaan kerja. Perlindungan tersebut merupakan hak
asasi yang wajib dipenuhi oleh perusahaan. .( Suma’mur, 1988)
K3 mencegah, mengurangi, bahkan menihilkan risiko kecelakaan kerja
(zero accident). Penerapan konsep ini tidak boleh dianggap sebagai upaya
pencegahan kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja yang menghabiskan
banyak biaya (cost) perusahaan, melainkan harus dianggap sebagai bentuk
investasi jangka panjang yang memberi keuntungan yang berlimpah pada
masa yang akan dating. ( http://www.sinarharapan.co.id)
Sedangkan definisi Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) menurut
falsafah keselamatan kerja dapat diterangnkan sebagai berikut:
” menjamin keadaan, keutuhan dan kesempurnaan baik jasmaniah
maupu rohaniah manusia serta hasil karya dan budayanya, tertuju pada
kesejahteraan masyarakat pada umumnya dan manusia pada khususnya ”
(Dalih, 1982)
Perumusan falsafah ini harus dipakai sebagai dasar dan titik tolak dari
tiap usaha keselamatan kerja karena didalamnya telah tercakup pandangan
serta pemikiran filosofis, sosial-teknis dan sosial ekonomis. Oleh sebab itu
dibuat peraturan–peraturan mengenai berbagai jenis keselamatan kerja
sebagai berikut:
1. Keselamatan kerja dalam industri ( industrial safety)
2. Keselamatan kerja di pertambangan ( mining safety)
3. Keselamatan kerja dalam bangunan ( building and construction
safety)
4. Keselamatan kerja lalu lintas ( traffic safety)
5. Keselamatan kerja penerbangan (flight safety)
14
6. Keselamatan kerja kereta api ( railway safety)
7. Keselamatan kerja di rumah ( home safety)
8. Keselamatan kerja di kantor ( office safety)
Menurut Undang-Undang No.23/ 1992 tentang kesehatan memberikan
ketentuan mengenai kesehatan kerja dalam Pasal 23 yang menyebutkan
bahwa kesehatan kerja dilaksanakan supaya semua pekerja dapat bekerja
dalam kondisi kesehatan yang baik tanpa membahayakan diri mereka sendiri
atau masyarakat, dan supaya mereka dapat mengoptimalkan produktivitas
kerja mereka sesuai dengan program perlindungan tenaga kerja (Departmen
Kesehatan 2002).
Higiene perusahaan dan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) dapat
dikatakan memiliki satu kesatuan pengertian, yang merupakan terjemahan
resmi dari ”Occupational Health” dimana diartikan sebagai lapangan
kesehatan yang mengurusi problematik kesehatan secara menyeluruh
terhadap tenaga kerja.Menyeluruh maksudnya usaha-usaha kuratif, preventif,
penyesuaian faktor menusiawi terhadap pekerjaanya. ( Suma’mur, 1988)
Tujuan utama dari dari Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) adalah
menciptakan tenaga kerja yang sehat dan produktif. Tujuan tersebut dapat
tercapai karena terdapat korelasi antara derajat kesehatan yang tinggi dengan
produktivitas kerja atau perusahaan berdasarkan kenyataan-kenyataan
sebagai berikut ( Suma’mur, 1988) :
1. Untuk efisiensi kerja yang optimal dan sebaik-baiknya pekerjaan
harus dilakukan dengan cara dan dalam lingkungan kerja yang
memenuhi syarat-syarat kesehatan. Lingkungan dan cara yang
dimaksud meliputi diantaranya tekanan panas, penerangan di
tempat kerja, debu di udara ruang kerja, sikap badan, penyerasian
manusia dan mesin, dan pengekonomisan usaha.
2. Biaya dari kecelakaan dan penyakit akibat kerja, serta penyakit
umum yang meningkat jumlahnya oleh karena pengaruh yang
memburukkan keadaan oleh bahaya-bahaya yang ditimbulkan oleh
15
pekerjaan sangat mahal misalnya meliputi pengobatan, perawatan
di rumah sakit, rehabilitasi, absenteisme, kerusakan mesin,
peralatan dan bahan akibat kecelakaan, terganggunya pekerjaan
dan cacat yang menetap.
Untuk mencapai tujuannya Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)
juga harus mempelajari ilmu-ilmu yang berkaitan erat dengannya seperti
ergonomi, psikologi industri, toksiologi industri, dan lain sebagainya.
2.2. Undang-undang Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)
Dibuatkannya Undang-undang Keselamatan dan Kesehatan Kerja
dalam praktik Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) adalah sesuatu yang
sangat penting dan harus. Karena hal ini akan menjamin dilaksanakannya
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) secara baik dan benar. Kemudian
konsep ini berkembang menjadi employers liability yaitu K3 menjadi
tanggung jawab pengusaha, buruh/pekerja, dan masyarakat umum yang
berada di luar lingkungan kerja.
Dalam konteks bangsa Indonesia, kesadaran K3 sebenarnya sudah ada
sejak pemerintahan kolonial Belanda. Misalnya, pada 1908 parlemen
Belanda mendesak Pemerintah Belanda memberlakukan K3 di Hindia
Belanda yang ditandai dengan penerbitan Veiligheids Reglement, Staatsblad
No. 406 Tahun 1910.
Selanjutnya, pemerintah kolonial Belanda menerbitkan beberapa
produk hukum yang memberikan perlindungan bagi keselamatan dan
kesehatan kerja yang diatur secara terpisah berdasarkan masing-masing
sektor ekonomi.
Beberapa diantaranya yang menyangkut sektor perhubungan yang
mengatur lalu lintas perketaapian seperti tertuang dalam Algemene Regelen
Betreffende de Aanleg en de Exploitate van Spoor en Tramwegen Bestmend
voor Algemene Verkeer in Indonesia (Peraturan umum tentang pendirian dan
perusahaan Kereta Api dan Trem untuk lalu lintas umum Indonesia) dan