Top Banner
11 S O SOK KAMIS, 15 DESEMBER 2011 IWAN KURNIAWAN S AAT siang di Jakarta, pertengahan pekan ini, Rachmat Witoelar sibuk berbicara lewat sambungan telepon dengan seseorang. Ia terlihat masih se- gar dan aktif di usia yang telah menginjak kepala tujuh. Di ruangan kantor di Jl Me- dan Merdeka Selatan itu, Rach- mat mengemban tugas negara. Ia mendapat tugas dari peme- rintah sebagai Ketua Harian Dewan Nasional Perubahan Iklim. Tak mengherankan jika ber- bagai isu nasional dan interna- sional tentang perubahan iklim menjadi bagian tak terpisahkan dari aktivitas keseharian- nya. “Saya tak menyalakan lampu di siang hari. Televisi juga kadang-kadang saja. Ini salah satu bentuk untuk mencegah pemanasan glo- bal,” ujarnya santai, membuka pembicaraan dengan Media Indonesia. Keterlibatan Rachmat di tingkat internasional ialah sebagai Utusan Khusus Pre- siden RI untuk Pengendalian Perubahan Iklim. Ia baru saja menghadiri Konferensi Per- ubahan Iklim dari Badan Dunia untuk Perubahan Iklim (COP17 UNFCCC) di Durban, Afrika Selatan, 28 November sampai 11 Desember lalu. Menurutnya, untuk meng- antisipasi pemanasan global, setiap negara harus duduk ber- sama. Berbagai isu harus dikaji sehingga mendapatkan sebuah kesepakatan, terutama yang menunjang kehidupan bumi. “Sekarang ini, ada ketidaknya- manan dari Amerika Serikat tentang Protokol Kyoto I (dan II). Untuk negara berkembang seperti kita, protokol itu sangat penting,” paparnya, serius. Rachmad juga mengaku mi- ris dengan adanya pemberitaan pembantaian orangutan di Pu- lau Kalimantan baru-baru ini. Menurutnya, orang utan sudah seharusnya dilindungi. “Kok masih ada yang meng- anggap orang utan sebagai hama? Ada pula yang ditang- kap sebagai mainan oleh orang- orang serakah. Padahal, orang- utan bagian dari kebinekaan,” tegas Rachmat. Tak hanya itu, maraknya pembalakan hutan secara ile- gal jelas telah mengakibatkan kerusakan lingkungan. Menu- rutnya, pembabat hutan seperti itu harus dihukum tegas, sesuai Undang-undang Nomor 32 Ta- hun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup. “Tidak hanya orang- utan, tetapi juga ada jalak bali yang mulai hilang. Begitu pula, pembalakan liar hanya kepen- tingan segelintir orang.” Budaya menanam Rach mat juga mencerita- kan pertemuannya dengan pakar-pakar lingkungan dunia di Durban. Kesimpulannya, pemanasan global harus men- dapat perhatian serius. “Bila es di Kutub Utara me- leleh, akan menaikkan air. Jadi, pesisir pulau-pulau kita akan hilang kelak,” sambungnya. Sebagai upaya untuk menun- jang kegiatan mencegah pema- nasan global, Dewan Nasional Perubahan Iklim, menurutnya, harus ikut melakukan upaya pencegahan. Salah satu upaya sederhana ialah program sosiali- sasi dan aksi nyata kepada ge- nerasi muda. Ia mencontohkan mendarahdagingkan budaya menanam pohon, tidak mem- buang sampah sembarangan, dan menghemat energi. “Budaya ini harus sudah tertanam dalam perilaku anak- anak di usia dini. Ini sangat penting karena hal-hal kecil bisa berdampak pada hal-hal yang besar,” jelasnya, serius. Di lingkungan perkotaan, misalnya, upaya bisa dilakukan dengan menyediakan energi alternatif, lewat gas dan bioter- mal. “Ini upaya yang perlu di- lakukan sehingga bisa menjaga lingkungan hidup,” katanya. Kegemaran Kini, selain beraktivitas di bidang lingkungan, Rachmat mengaku selalu menyempat- kan diri bermain golf dan bulu tangkis. “Olah raga air seperti menyelam saya juga suka dan masih saya lakukan saat waktu senggang. Jika tak kuat lagi, olahraga golf sebagai pilihan,” ucapnya. Begitu pula dengan ke- gemaran menyantap gado-gado dan keredok. “Saya juga suka pare yang dicampur dengan kecap. Nah, ditambah nasi putih, akan lebih nikmat lagi,” ucap Rachmat. Kegemaran lain, ia mengaku di dunia musik. Rachmat pun mengisahkan di- rinya sempat menjadi seorang musikus. “Semasa remaja, saya senang bermain piano. Saya sempat mengikuti konser saat nge-band. Saya juga kompak dengan Slank dan Iwan Fals,” cetusnya seraya menunjukkan foto personel Slank. Rachmat juga terbilang sosok yang rajin menulis. Ada dua bukunya yang belum lama ini diluncurkan, Soulviews on Climate Change dan Rachmat Wi- toelar on Climate Change dalam side event Konferensi COP17 UNFCCC di Durban. Kedua buku mengupas ten- tang keterlibatan dirinya di berbagai konferensi dunia. Di dalam buku Rachmat Witoelar on Climate Change, ia menun- jukkan sebuah foto yang sangat berkesan. Ihwalnya, saat itu tanpa sengaja, ia bertemu dengan Ba- rack Obama di Sidang G-20 di L’Aquila, Italia, pada 2009. “Waktu itu, saya duduk di belakang papan nama tertulis ‘Indonesia’. Obama berhenti dan menyapa saya,” pung- kasnya. Ia pun bersama Mari E Pangestu (saat itu masih menjabat sebagai menteri per- dagangan dan sebagai utusan) bisa berfoto bersama Obama. (M-1) [email protected] RACHMAT WITOELAR DAN PERUBAHAN IKLIM Kepribadian yang sederhana dan prinsipnya yang tegas membawa Rachmat menjadi ujung tombak Indonesia dalam berbagai negosiasi tentang perubahan iklim di tingkat dunia. s n m m b d t a p b y m d a m l l K b m k t m m s BIODATA Nama lengkap : Rachmat Nadi Witoelar Kartaadipoetra Tempat dan tanggal lahir : Tasikmalaya, Jawa Barat, 2 Juni 1941 Istri : Erna Anastasia Witoelar Anak : Tiga orang Aria Sulhan (lahir 1972) Surya Cipta (1974) Wirya Takwa (1977) Cucu : Tujuh orang Pekerjaan : Ketua Harian Dewan Nasional Perubahan Iklim Utusan Khusus Presiden RI untuk Pengendalian Perubahan Iklim Pendidikan : SMA Kolese Kanisius Jurusan Teknik Arsitektur Institut Teknologi Bandung, Jawa Barat, 1970 Pengalaman kerja : Menteri Lingkungan Hidup RI, 2004-2009 Duta Besar RI untuk Rusia, merangkap Kazakhstan, Turkmenistan, dan Mongolia, 1993-1997 Anggota DPR RI, 1972-1993 Sekjen DPP Golkar, 1988-1993 Kok masih ada yang menganggap orangutan sebagai hama? Ada pula yang ditangkap sebagai mainan oleh orang-orang serakah. Padahal, orangutan bagian dari kebinekaan.” MI/USMAN ISKANDAR
1

KAMIS, 15 DESEMBER 2011 RACHMAT WITOELAR DAN … · ubahan Iklim dari Badan Dunia untuk Perubahan Iklim (COP17 ... 11 Desember lalu. Menurutnya, untuk meng-antisipasi pemanasan global,

Aug 08, 2019

Download

Documents

vubao
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: KAMIS, 15 DESEMBER 2011 RACHMAT WITOELAR DAN … · ubahan Iklim dari Badan Dunia untuk Perubahan Iklim (COP17 ... 11 Desember lalu. Menurutnya, untuk meng-antisipasi pemanasan global,

11SOSOKKAMIS, 15 DESEMBER 2011

IWAN KURNIAWAN

SAAT siang di Jakarta, pertengahan pekan ini, Rachmat Witoelar sibuk berbicara lewat

sambungan telepon dengan seseorang. Ia terlihat masih se-gar dan aktif di usia yang telah menginjak kepala tujuh.

Di ruangan kantor di Jl Me-dan Merdeka Selatan itu, Rach-mat mengemban tugas negara. Ia mendapat tugas dari peme-rintah sebagai Ketua Harian Dewan Nasional Perubahan Iklim.

Tak mengherankan jika ber-bagai isu nasional dan interna-sional tentang perubahan iklim menjadi bagian tak terpisahkan

dari aktivitas keseharian-nya. “Saya tak menyalakan lampu di siang hari. Televisi juga kadang-kadang saja. Ini salah satu bentuk untuk mencegah pemanasan glo-

bal,” ujarnya santai, membuka pembicara an dengan Media Indonesia.

Keterlibatan Rachmat di tingkat internasional ialah sebagai Utusan Khusus Pre-

siden RI untuk Pengendalian Perubahan Iklim. Ia baru saja menghadiri Konferensi Per-ubahan Iklim dari Badan Dunia untuk Per ubahan Iklim (COP17 UNFCCC) di Durban, Afrika Selatan, 28 November sampai 11 Desember lalu.

Menurutnya, untuk meng-antisipasi pemanasan global, setiap negara harus duduk ber-sama. Berbagai isu harus dikaji sehingga mendapatkan sebuah kesepakatan, terutama yang menunjang kehidupan bumi. “Sekarang ini, ada ketidaknya-manan dari Amerika Serikat tentang Protokol Kyoto I (dan II). Untuk negara berkembang seperti kita, protokol itu sangat penting,” paparnya, serius.

Rachmad juga mengaku mi-ris dengan adanya pemberitaan pembantaian orangutan di Pu-lau Kalimantan baru-baru ini.

Menurutnya, orang utan sudah seharusnya dilindungi. “Kok masih ada yang meng-anggap orang utan sebagai hama? Ada pula yang ditang-kap sebagai mainan oleh orang-orang serakah. Padahal, orang-utan bagian dari kebinekaan,”

tegas Rachmat.Tak hanya itu, maraknya

pembalakan hutan secara ile-gal jelas telah mengakibatkan kerusakan lingkungan. Menu-rutnya, pembabat hutan seperti itu harus dihukum tegas, sesuai Undang-undang Nomor 32 Ta-hun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup. “Tidak hanya orang-utan, tetapi juga ada jalak bali yang mulai hilang. Begitu pula, pembalakan liar hanya kepen-tingan segelintir orang.”

Budaya menanamRach mat juga mencerita-

kan pertemuannya dengan pakar-pakar lingkungan dunia di Durban. Kesimpulannya, pemanasan global harus men-dapat perhatian serius.

“Bila es di Kutub Utara me-leleh, akan menaikkan air. Jadi, pesisir pulau-pulau kita akan hilang kelak,” sambungnya.

Sebagai upaya untuk menun-jang kegiatan mencegah pema-nasan global, Dewan Nasional Perubahan Iklim, menurutnya, harus ikut melakukan upaya pencegahan. Salah satu upaya sederhana ialah program sosiali-sasi dan aksi nyata kepada ge-nerasi muda. Ia mencontohkan mendarahdagingkan budaya menanam pohon, tidak mem-buang sampah sembarang an, dan menghemat energi.

“Budaya ini harus sudah tertanam dalam perilaku anak-anak di usia dini. Ini sangat penting karena hal-hal kecil bisa berdampak pada hal-hal yang besar,” jelasnya, serius.

Di lingkungan perkotaan, misalnya, upaya bisa dilakukan dengan menyediakan energi alternatif, lewat gas dan bioter-mal. “Ini upaya yang perlu di-lakukan sehingga bisa menjaga lingkungan hidup,” katanya.

KegemaranKini, selain beraktivitas di

bidang lingkungan, Rachmat mengaku selalu menyempat-kan diri bermain golf dan bulu tangkis. “Olah raga air seperti menyelam saya juga suka dan masih saya lakukan saat waktu senggang. Jika tak kuat lagi,

olahraga golf sebagai pilihan,” ucapnya.

Begitu pula dengan ke-gemaran menyantap gado-gado dan keredok. “Saya juga suka pare yang dicampur dengan kecap. Nah, ditambah nasi putih, akan lebih nikmat lagi,” ucap Rachmat. Kegemaran lain, ia mengaku di dunia musik. Rachmat pun mengisahkan di-rinya sempat menjadi seorang musikus. “Semasa remaja, saya senang bermain piano. Saya sempat mengikuti konser saat nge-band. Saya juga kompak dengan Slank dan Iwan Fals,” cetusnya seraya menunjukkan foto personel Slank.

Rachmat juga terbilang sosok yang rajin menulis. Ada dua bukunya yang belum lama ini diluncurkan, Soulviews on Climate Change dan Rachmat Wi-toelar on Climate Change dalam side event Konferensi COP17 UNFCCC di Durban.

Kedua buku mengupas ten-tang keterlibatan dirinya di berbagai konferensi dunia. Di dalam buku Rachmat Witoelar on Climate Change, ia menun-jukkan sebuah foto yang sangat berkesan.

Ihwalnya, saat itu tanpa sengaja, ia bertemu dengan Ba-rack Obama di Sidang G-20 di L’Aquila, Italia, pada 2009.

“Waktu itu, saya duduk di belakang papan nama tertulis ‘Indonesia’. Obama berhenti dan menyapa saya,” pung-kasnya. Ia pun bersama Mari E Pangestu (saat itu masih menjabat sebagai menteri per-dagangan dan sebagai utusan) bisa berfoto bersama Obama. (M-1)

[email protected]

RACHMAT WITOELAR DAN PERUBAHAN IKLIMKepribadian yang sederhana dan prinsipnya yang tegas membawa Rachmat menjadi ujung tombak Indonesia dalam berbagai negosiasi tentang perubahan iklim di tingkat dunia.

snmmbd

tapby

mdamll

K

bmktmms

BIODATA

Nama lengkap : Rachmat Nadi Witoelar Kartaadipoetra

Tempat dan tanggal lahir : Tasikmalaya, Jawa Barat, 2 Juni 1941

Istri : Erna Anastasia Witoelar

Anak : Tiga orang Aria Sulhan (lahir 1972) Surya Cipta (1974) Wirya Takwa (1977)

Cucu : Tujuh orang

Pekerjaan : Ketua Harian Dewan Nasional Perubahan Iklim Utusan Khusus Presiden RI untuk Pengendalian Perubahan Iklim

Pendidikan : SMA Kolese Kanisius Jurusan Teknik Arsitektur Institut Teknologi Bandung, Jawa Barat, 1970

Pengalaman kerja : Menteri Lingkungan Hidup RI, 2004-2009 Duta Besar RI untuk Rusia, merangkap Kazakhstan, Turkmenistan, dan Mongolia, 1993-1997 Anggota DPR RI, 1972-1993 Sekjen DPP Golkar, 1988-1993

Kok masih ada yang menganggap

orangutan sebagai hama? Ada pula yang ditangkap sebagai mainan oleh orang-orang serakah. Padahal, orangutan bagian dari kebinekaan.”

MI/USMAN ISKANDAR