DOSEN : Ns FITRI NINGSIH, S.Kep TUGAS : KEPERAWATAN GAWAT DARURAT ASKEP PADA KLIEN DENGAN GANGGUAN SISTEM INTEGUMEN “GIGITAN ULAR” OLEH KELOMPOK VI: FITRAWATI WAODE YUL SARTIKA IRWANA PUJI ASTUTI MUH.ASWIN AKADEMI KEPERAWATAN PEMERINTAH KABUPATEN MUNA 2011/2012
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
ASKEP PADA KLIEN DENGAN GANGGUAN SISTEM INTEGUMEN “GIGITAN ULAR”
OLEH
KELOMPOK VI:
FITRAWATIWAODE YUL SARTIKA
IRWANAPUJI ASTUTIMUH.ASWIN
AKADEMI KEPERAWATANPEMERINTAH KABUPATEN MUNA
2011/2012
KATA PENGANTAR
Dengan memanjatkan puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas
berkat dan rahmat-Nya sehingga penyusun dapat menyelesaikan Askep ini tepat
pada waktunya. Askep ini disusun untuk memenuhi tugas dari mata kuliah ‘’
KEPERAWATAN GAWAT DARURAT‘’. Adapun askep ini membahas mengenai
ASKEP PADA KLIEN DENGAN GANGGUAN SISTEM INTEGUMEN “GIGITAN
ULAR”.
Penyusun mengucapkan terima kasih kepada pihak – pihak yang telah
mendukung dan memberikan bimbingan dalam penyusunan askep ini. Penyusun
menyadari bahwa dalam penulisan askep ini masih terdapat banyak kesalahan dan
kekurangan karena faktor batasan pengetahuan penyusun, maka penyusun dengan
senang hati menerima kritikan serta saran – saran yang bersifat membangun demi
kesempurnaan askep ini.
Semoga hasil dari penyusunan askep ini dapat dimanfaatkan bagi generasi
mendatang, khususnya mahasiswa D-III Akademi Keperawatan Pemerintah
Kabupaten Muna.
Akhir kata, melalui kesempatan ini penyusun makalah mengucapkan banyak
terima kasih.
Raha, September 2012
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ……………………………………………………
DAFTAR ISI …………………………………………………………….
BAB I : PENDAHULUAN
A. Latar belakang …………………………………………….............
B. Rumusan Masalah……………………………………....................
C. Tujuan …………………………………………............................
D. Manfaat………………………………………………...................
BAB II : PEMBAHASAN
1. KONSEP PENYAKIT
A. Pengertian ………………………………………………......
B. Etiologi..............................……………………………….....
C. Patofisiologi……………………………………………… ...
D. Manifestasi Klinis……………………………………….......
E. Komplikasi ............................................................................
F. Penyimpangan KDM……………………………….............
G. Pemeriksaan Penunjang..........................................................
H. Terapi .....................................................................................
2. KONSEP ASKEP
A. Pengkajian ……………………………………..………........
B. Diagnosa………………………………………………….....
C. Perencanaan……………………………………………........
D. Implementasi ..........................................................................
E. Evaluasi ..................................................................................
BAB III : PENUTUP
A. Kesimpulan………………………………………………........
B. Saran……………………………………………….…….........
DAFTAR PUSTAKA
BAB IPENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Gigitan ular merupakan suatu keadaan gawat darurat yang apabila tidak segera
ditanganidapat menyebabkan kematian .Banyak kasus gigitan ular yang berakibat fatal telah tercatat di berbagai
wilayah di indonesia dalam beberapa dkd terakhir ini fakta ini mengakibatkan image yang buruk mengenai ular. Banyak yang menganggap bahwa semua ular berbisa, sehingga kebanyakan orang akan takut saat berjumpa dengan ular. Faktanya, hanya ular berbisa dan hanya sebagian dari kelompok ular tersebut yang mematikan bagi manusia.
Oleh karenanya, kami menekankan pentingnya pengenalan jenis-jenis ular baik yang berbisa maupun tidak.
Ada 3 familli ular berbisa, yaitu: elapidae, hidropidae, dan viperidae. Bisa ular dapat menyebabkan perubahan lokal, seperti edema, dan pendarahan, banyak bisa yang menimbulkan perubahan lokal, tetapi tetap di lokasi pada anggota badan yang tergigit, sedangkan beberapa bisa elapidae tidaak terdapat lagi di lokasi gigitan dalam waktu delapan jam.
Untuk sementara waktu bisa akan terakumulasi dengan kadar yang tinggi dalam kelenjar getah bening, jika tidak di lakukan tindakan pertolongan pertama, dalam waktu 2 jam setelah gigitan akan terdeteksi dalam plasma dan urin dengan kadar tinggi` 95% gigitan ular terjadi pada anggota badan, sehingga tindakan pertolongan pertama dapat mudah di lakukan.
B. Rumusan Masalah
1. apakah defenisi dari gigtan ular ?2. bagaimanakah konsep penyakit pada klien dengan gigitan ular ?3. bagaimanakah konsep askep pada klien dengan gigitan ular ?
C. Tujuan
Untuk mengetahui bagaimana proses gigitan ular, serta mengetahui apa yang yang menjadi konsep penyakit yang terjadi pada klien yang terkena gigitan ular, serta dapat mengaplikasakanya dalam bentuk asuhan keperawatan yang di alami klien dengan gigitan ular,
D. Manfaat
Semoga dapat Membantu meningkatkan pengetahuan kami tentang keperawatan gawat darurat, khususnya yang berhubungan dengan proses asuhan keperawatan dalam bentuk KGD yang mengulas tentang gigitan ular. Sehingga kami dapat mengaplikasikanya dalam masyarakat yang berhubungan dengan keperawatan.
BAB IIPEMBAHASAN
ASKEP GADAR DENGAN GANGGUAN SISTEM INTEGUMEN : “GIGITAN ULAR”
A. Konsep Penyakit
1. Pengertian
Gigitan ular merupakan suatu keadaan gawat darurat yang apabila tidak segera
ditanganidapat menyebabkan kematian. Korban gigitan ular adalah pasien yang
digigit ular atau diduga digigit ular
2. Anatomi fisiologi kulit
Kulit adalah suatu organ pembungkus seluruh permukaan luar tubuh,
merupakan organ terberat dan terbesar dari tubuh. Seluruh kulit beratnya sekitar 16 %
berat tubuh, pada orang dewasa sekitar 2,7 – 3,6 kg dan luasnya sekitar 1,5 – 1,9
meter persegi. Tebalnya kulit bervariasi mulai 0,5 mm sampai 6 mm tergantung dari
letak, umur dan jenis kelamin. Kulit tipis terletak pada kelopak mata, penis, labium
minus dan kulit bagian medial lengan atas. Sedangkan kulit tebal terdapat pada
telapak tangan, telapak kaki, punggung, bahu .
Kulit berasal dari dua lapis yang berbeda, lapisan luar adalah epidermis yang
merupakan lapisan epitel berasal dari ectoderm sedangkan lapisan dalam yang berasal
dari mesoderm adalah dermis atau korium yang merupakan suatu lapisan jaringan
dan tekanan darah – jika mungkin. Tetap perhatikan jalan nafas setiap waktu
jika sewaktu-waktu menjadi membutuhkan intubasi.
6) Jika daerah yang tergigit mulai membengkak dan berubah warna, ular yang
mengigit kemungkinan berbisa.
7) Segera dapatkan pertolongan medis. Transportasikan korban secara cepat dan
aman ke fasilitas medis darurat kecuali ular telah pasti diidentifikasi tidak
berbahaya (tidak berbisa). Identifikasi atau upayakan mendeskripsikan jenis
ular, tapi lakukan jika tanpa resiko yang signifikan terhadap adanya gigitan
sekunder atau jatuhnya korban lain. Jika aman, bawa serta ular yang sudah
mati. Hati-hati pada kepalanya saat membawa ular – ular masih dapat
mengigit hingga satu jam setelah mati (dari reflek). [5] Ingat, identifikasi yang
salah bisa fatal. Sebuah gigitan tanpa gejala inisial dapat tetap berbahaya atau
bahkan fatal.
8) Jika berada di wilayah yang terpencil dimana transportasi ke instalasi gawat
darurat akan lama, pasang bidai pada ekstremitas yang tergigit. Jika memasang
bidai, ingat untuk memastikan luka tidak cukup bengkak sehingga
menyebabkan bidai menghambat aliran darah. Periksa untuk memastikan jari
atau ujung jari tetap pink dan hangat, yang berarti ekstrimitas tidak menjadi
kesemutan, dan tidak memperburuk rasa sakit.
9) Jika dipastikan digigit oleh elapid yang berbahaya dan tidak terdapat efek
mayor dari luka lokal, dapat dipasang pembalut dengan teknik imobilisasi
dengan tekanan. Teknik ini terutama digunakan untuk gigitan oleh elapid
Australia atau ular laut. Balutkan perban pada luka gigitan dan terus sampai ke
bagian atas ekstremitas dengan tekanan seperti akan membalut pergelangan
kaki yang terpeleset. Kemudian imobilisasi ekstremitas dengan bidai, dengan
tetap memperhatikan mencegah terhambatnya aliran darah. Teknik ini
membantu mencegah efek sistemik yang mengancam nyawa dari bisa, tapi
juga bisa memperburuk kerusakan lokal pada sisi gigitan jika gejala yang
signifikan terdapat di sana.
7. Komplikasi
Sindrom kompartemen adalah komplikasi tersering dari gigitan ular pit viper.
Komplikasi luka lokal dapat meliputi infeksi dan hilangnya kulit. Komplikasi
kardiovaskuler, komplikasi hematologis, dan kolaps paru dapat terjadi. Jarang terjadi
kematian. Anak-anak mempunyai resiko lebih tinggi untuk terjadinya kematian atau
komplikasi serius karena ukuran tubuh mereka yang lebih kecil. [5] Perpanjangan
blokade neuromuskuler timbul dari envenomasi ular koral.
Komplikasi yang terkait dengan antivenin termasuk reaksi hipersensitivitas tipe
cepat (anafilaksis, tipe I) dan tipe lambat (serum sickness, tipe III). Anafilaksis terjadi
dimediasi oleh immunoglobulin E (IgE), berkaitan dengan degranulasi sel mast yang
dapat berakibat laryngospasme, vasodilatasi, dan kebocoran kapiler. Kematian
umumnya pada korban tanpa intervensi farmakologis. Serum sickness dengan gejala
demam, sakit kepala, bersin, pembengkakan kelenjar lymph, dan penurunan daya
tahan, muncul 1 – 2 minggu setelah pemberian antivenin. Presipitasi dari kompleks
antigen-immunoglobulin G (IgG) pada kulit, sendi, dan ginjal bertanggung jawab atas
timbulnya arthralgia, urtikaria, dan glomerulonephritis (jarang). Biasanya lebih dari 8
vial antivenin harus diberikan pada sindrom ini. Terapi suportif terdiri dari
antihistamin dan steroid.
8. Penyimpangan KDM
9. Pemeriksaan Penunjangpemeriksaan laboratorium dasar, pemeriksaan kimia darah, hitung sel darah
lengkap, penentuan golongan darah dan uji silang, hitung trombosit, urinalisasi,dan penentuan gula darh, BUM dan elektrolit
10. Terapi Dimana proses terapi/pengobatan yaitu : Pemberian antibiotik dan diuretika untuk mempertahankan di uresis Pemberian sedase atau analsesit untuk menghilangkan rasa takut cepat mati/panik Hidrokortison 100 mg/iv Adrenalin 0,2 mg 9untuk anak dosis di kurangi) dan pada penyakit jantung
pemberianya harus hati-hati Pemberian serum anti bisa
B. Konsep Asuhan Keperawatan1. Pengumpulan Dataa. Biodata
Efek lanjutan akan muntah, lambung dan liver (hati) terasa sakit, pinggang terasa
pegal, akibat dari usaha ginjal membersihkan darah, Reaksi emosi yang kuaat,
Penglihatan kembar/kabur, mengantuk, Pingsan, Mual dan atau muntah dan diare,
Rasa sakit atau berat didada dan perut,Tanda-tanda tusukan gigi, gigitan biasanya
pada tungkai/kaki, Sukar bernafas dan berkeringat banyak, Kesulitan menelan serta
kaku di daerah leher dan geraham.
B. Saran
Diharapkan semoga dengan Askep Gangguan Intergumen Pada Klien Dengan
Gigitan Ular ini yang merupakan bagian dari Keperawatan Dawat darurat dapat
bermanfaat bagi kami dan teman-teman dalam melaksanakan asuhan keperawatan,
sehingga perawat mengetahui atau mengerti tentang gangguan yang berhubungan
dengan gangguan intergumen pada klien yang terkena gigtan ular, Dalam rangka
mengatasi masalah resiko pada klien dengan gigitan ular maka tugas perawat yang
utama adalah sering mengobservasi akan kebutuhan klien yang mengalami gigitan
ular.
Serta kami menyadari bahwa Askep yang kami buat ini masih jauh dari
kesempurnaan, sehingga saran dan kritik yang sifatnta membangun sangat kami
butuhkan, baik itu dari teman-teman ataupun para pembaca.
DAFTAR PUSTAKA
Badan pendidikan dan latihan wanadri.2005. teknik dasar hidup di alam bebasSartono, 1999, racun dan keracunan. Jakarta: EGChttp://www.searo.who.int/een/sektion10/ sektion/17.htm