Top Banner
BAB I PENDAHULUAN A. DASAR PEMIKIRAN Rumah sakit merupakan salah satu jaringan pelayanan kesehatan yang penting, sarat dengan tugas, beban, masalah dan harapan yang digantungkan kepadanya. Perkembangan jumlah rumah sakit di Indonesia, yang diikuti pula dengan perkembangan pola penyakit, perkembangan teknologi kedokteran dan kesehatan serta perkembangan harapan masyarakat terhadap pelayanan rumah sakit sehingga dibutuhkannya suatu sistem yang baik yang dapat mengatur dan mengelola segala sumber rumah sakit dengan sebaik-baiknya (Aditama, 2003). Menurut WHO (World Health Organization), rumah sakit adalah bagian integral dari suatu organisasi sosial dan kesehatan dengan fungsi menyediakan pelayanan paripurna (komprehensif), penyembuhan penyakit (kuratif) dan pencegahan penyakit (preventif) kepada masyarakat. Rumah sakit juga merupakan pusat pelatihan bagi tenaga kesehatan dan pusat penelitian medik. Berdasarkan undang-undang No. 44 Tahun 2009 tentang rumah sakit, yang dimaksudkan dengan rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna dengan menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat. Unit gawat darurat adalah unit pelayanan rumah sakit yang memberikan pelayanan pertama pada pasien dengan ancaman kematian dan kecacatan secara terpadu dengan melibatkan
27

Kajian%gggg20Situasi

Dec 26, 2015

Download

Documents

Resa Ariansyah

JGKJHKJLJHJJHH
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: Kajian%gggg20Situasi

BAB I

PENDAHULUAN

A. DASAR PEMIKIRAN

Rumah sakit merupakan salah satu jaringan pelayanan kesehatan yang penting, sarat

dengan tugas, beban, masalah dan harapan yang digantungkan kepadanya. Perkembangan

jumlah rumah sakit di Indonesia, yang diikuti pula dengan perkembangan pola penyakit,

perkembangan teknologi kedokteran dan kesehatan serta perkembangan harapan

masyarakat terhadap pelayanan rumah sakit sehingga dibutuhkannya suatu sistem yang

baik yang dapat mengatur dan mengelola segala sumber rumah sakit dengan sebaik-

baiknya (Aditama, 2003).

Menurut WHO (World Health Organization), rumah sakit adalah bagian integral dari

suatu organisasi sosial dan kesehatan dengan fungsi menyediakan pelayanan paripurna

(komprehensif), penyembuhan penyakit (kuratif) dan pencegahan penyakit (preventif) kepada

masyarakat. Rumah sakit juga merupakan pusat pelatihan bagi tenaga kesehatan dan pusat

penelitian medik. Berdasarkan undang-undang No. 44 Tahun 2009 tentang rumah sakit, yang

dimaksudkan dengan rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang

menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna dengan menyediakan

pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat.

Unit gawat darurat adalah unit pelayanan rumah sakit yang memberikan pelayanan

pertama pada pasien dengan ancaman kematian dan kecacatan secara terpadu dengan

melibatkan berbagai multidisiplin (DepKes RI, 2005). Jumlah dan kasus pasien yang datang

ke unit gawat darurat tidak dapat diprediksi karena kejadian kegawatan atau bencana dapat

terjadi kapan saja, dimana saja serta menimpa siapa saja. Karena kondisinya yang tidak

terjadwal dan bersifat mendadak serta tuntutan pelayanan yang cepat dan tepat maka

diperlukan triage sebagai langkah awal penanganan pasien di unit gawat darurat dalam

kondisi sehari-hari, kejadian luar biasa maupun bencana.

Triage adalah suatu konsep pengkajian yang cepat dan terfokus dengan suatu cara

yang memungkinkan pemanfaatan sumber daya manusia, peralatan serta fasilitas yang

paling efisien dengan tujuan untuk memilih atau menggolongkan semua pasien yang

memerlukan pertolongan dan menetapkan prioritas penanganannya (Kathleen dkk, 2008).

Triage adalah suatu sistem seleksi dan pemilihan pasien untuk menentukan tingkat

kegawatan dan prioritas penanganan pasien (DepKes RI, 2005). Sistem triage merupakan

salah satu penerapan sistem manajemen risiko di unit gawat darurat sehingga pasien yang

Page 2: Kajian%gggg20Situasi

datang mendapatkan penanganan dengan cepat dan tepat sesuai kebutuhannya dengan

menggunakan sumberdaya yang tersedia. Triage juga membantu mengatur pelayanan sesuai

dengan alur pasien di unit gawat darurat. Penilaian triage merupakan pengkajian awal pasien

unit gawat darurat yang dilakukan oleh perawat.

Kurangnya pemahaman masyarakat mengenai system triage yang dilakukan di UGD

membuat masyarakat beranggapan bahwa perawat pilih kasih dan tidak adil terhadap

pasien yang akan dilakukan tindakan keperawatan misalnya terdapat pasien yang lebih

awal datang ke ruang UGD tidak segera dilakukan tindakan keperawatan daripada pasien

yang datang sesudahnya. Hal ini memunculkan reaksi protes dari pihak keluarga yang

datang lebih awal ke ruang UGD, Padahal pasien yang datang lebih akhir keadaannya

lebih gawat dan membutuhkan tindakan keperawatan yang segera cepat dan tepat. Peran

perawat sebagai health educator sangat penting dalam meningkatkan pengetahuan

masyarakat tentang pelayanan pasien dengan triage di UGD.

Instalasi Gawat Darurat juga merupakan salah satu unit yang dimiliki oleh Rumah

Sakit BLUD Sekarwangi untuk penanganan pasien akut dan gawat darurat selama 24 jam

sehari. Dalam hal untuk meningkatkan kinerja dan daya saing, efisiensi (organisasi,

manajemen dan SDM), RS BLUD Sekarwangi dituntut harus mampu secara cepat dan

tepat mengambil keputusan untuk peningkatan pelayanan kepada masyarakat agar dapat

menjadi organisasi yang responsif, inovatif, efektif, efisien dan menguntungkan.

Dalam hal peningkatan pelayanan kepada masyarakat, RS BLUD Sekarwangi harus

mempunyai Sistem Informasi Manajemen UGD, sehingga informasi-informasi tentang

kuantitas dan kualitas pelayanan, sarana dan prasarana UGD dapat digunakan oleh

manajemen RS BLUD Sekarwangi untuk mengelola pasien lebih efisien dan efektif.

Kegiatan pengelolan pasien dengan menggunakan sarana dan prasarana UGD untuk

meningkatkan kuantitas dan kualitas pelayanan menghasilkan berbagai macam limbah.

Kegiatan rumah sakit menghasilkan berbagai macam limbah yang berupa benda

cair, padat dan gas.Pengelolaan limbah rumah sakit adalah bagian dari kegiatan

penyehatan lingkungan di rumah sakit yang bertujuan untuk melindungi masyarakat dari

bahaya pencemaran lingkungan yang bersumber dari limbah rumah sakit.

Limbah yang dihasilkan rumah sakit dapat membahayakan kesehatan masyarakat,

yaitu limbah berupa virus dan kuman yang berasal dan Laboratorium Virologi dan

Mikrobiologi yang sampai saat ini belum ada alat penangkalnya sehingga sulit untuk

dideteksi. Limbah cair dan Iimbah padat yang berasal dan rumah sakit dapat berfungsi

sebagai media penyebaran gangguan atau penyakit bagi para petugas, penderita maupun

Page 3: Kajian%gggg20Situasi

masyarakat. Gangguan tersebut dapat berupa pencemaran udara, pencemaran air, tanah,

pencemaran makanan dan minuman. Pencemaran tersebut merupakan agen agen

kesehatan lingkungan yang dapat mempunyai dampak besar terhadap manusia (Agustiani

dkk, 1998). Perilaku perawat dalam pengelolaan limbah medis sangat penting untuk

mencegah hal-hal yang telah disebutkan. Perilaku perawat di ruang UGD dari hasil kajian

adalah membuang sampah medis ke tempat yang sama.

Berdasarkan pembahasan tersebut, maka diangkatlah masalah umum yakni peran

perawat sebagai health educator untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang

pelayanan pasien dengan triage di UGD dan perilaku perawat dalam pengelolaan limbah

medis di UGD Rumah Sakit BLUD Sekarwangi.

B. Tujuan

1. Tujuan Umum

Berfungsinya peran perawat sebagai health educator untuk meningkatkan

pengetahuan masyarakat tentang pelayanan triage dan perilaku perawat dalam

pengelolan limbah medis BLUD RS Sekarwangi Kabupaten Sukabumi.

2. Tujuan Khusus

a. Melakukan kajian unit terfokus peran perawat sebagai health educator di Ruang

UGD BLUD RS Sekarwangi Kabupaten Sukabumi

b. Melakukan evaluasi tentang perilaku perawat dalam pengelolaan limbah medis di

Ruang UGD BLUD Sekarwangi Kabupaten Sukabumi

c. Merumuskan masalah sesuai dengan data kajian yang ditemukan

d. Merumuskan planning of action (POA) sesuai dengan masalah yang didapat

e. Melakukan implementasi manajemen sesuai dengan POA yang telah disusun

f. Melakukan evaluasi manajemen peran perawat sebagai health educator untuk

meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang pelayanan triage dan perilaku

perawat dalam pengelolan limbah medis

C. Manfaat

1. Bagi Ruang Unit Gawat Darurat BLUD RS Sekarwangi

Memberikan gambaran tentang peran perawat sebagai health educator tentang

pelayanan triage dan perilaku perawat dalam pengelolaan limbah medis,

mengidentifikasi solusi atas temuan yang ada, sehingga pelayanan keperawatan yang

Page 4: Kajian%gggg20Situasi

optimal, berkualitas, aman dan peningkatan derajat kesehatan yang lebih baik dapat

terwujud.

2. Bagi Kelompok

Aplikasi nyata ilmu manajemen keperawatan dan ilmu keperawatan lainnya yang

telah diterima di bangku kuliah.

Page 5: Kajian%gggg20Situasi

BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Peran Perawat Sebagai Health Educator

Perawat mempunyai peran dan fungsi yang komplek dan komprehensif dalam dunia

kesehatan. Peran dan tingkah laku yang diharapkan dari seorang perawat antara lain

sebagai berikut: Sebagai pelaksana pelayanan perawatan , Pendidik , Pengelola dalam

bidang pelayanan perawatan dan institusi pendidikan keperawatan , Sebagai

evaluator/peneliti. 

a. Pemberi perawatan

Merupakan peran utama perawat yaitu memberikan pelayanan keperawatan

kepada individu, keluarga,kelompok atau masyarakat sesuai dengan  masalah yang

terjadi mulai dari masalah yang bersifat sederhana sampai yang kompleks. Contoh

peran perawat sebagai pemberi perawatan adalah peran ketika perawat memenuhi

kebutuhan dasar seperti memberi makan, membantu pasien melakukan ambulasi dini.

b.  Sebagai Advocat keluarga

Sebagai client advocate, perawat bertanggung jawab untuk membantu klien dan

keluarga dalam menginterpretasikan informasi dari berbagai pemberi pelayanan dan

informasi  yang diperlukan untuk mengambil persetujuan (inform concent) atas

tindakan keperawatan yang diberikan kepadanya. Peran perawat sebagai advocate

keluarga dapat ditunjukkan dengan memberikan penjelasan tentang prosedur operasi

yang akan dilakukan sebelum  pasien melakukan operasi.

c. Pendidik

Perawat bertanggung jawab dalam hal pendidikan dan pengajaran ilmu

keperawatan kepada klien, tenaga keperawatan maupun tenaga kesehatan lainya.

Salah satu aspek yang perlu diperhatikan dalam keperawatan adalah aspek

pendidikan, karena perubahan tingkah laku merupakan salah satu sasaran dari

pelayanan keperawatan. Perawat harus bisa berperan sebagai pendidik bagi individu,

keluarga, kelompok dan masyarakat. Memberi penyuluhan kesehatan tentang

penanganan diare merupakan salah satu contoh peran perawat sebagai pendidik

(health educator).

d. Konseling

Tugas utama perawat adalah mengidentifikasi perubahan pola interaksi klien

terhadap keadaan sehat sakitnya. Adanya perubahan pola interaksi ini merupakan

Page 6: Kajian%gggg20Situasi

dasar dalam perencanaan tindakan keperawatan. Konseling diberikan kepada individu,

keluarga dalam mengintegrasikan pengalaman kesehatan dengan pengalaman masa

lalu. Pemecahan masalah difokuskan pada; masalah keperawatan, mengubah perilaku

hidup sehat (perubahan pola interaksi).

e. Kolaborasi

Dalam hal ini perawat bersama klien, keluarga, team kesehatan lain berupaya

mengidentfikasi pelayanan kesehatan yang diperlukan termasuk tukar pendapat

terhadap pelayanan yang diperlukan klien, pemberian dukungan, paduan keahlian dan

ketrampilan dari berbagai professional pemberi palayanan kesehatan.

f. Peneliti

Seorang perawat diharapkan dapat menjadi pembaharu (innovator) dalam ilmu

keperawatan karena ia memiliki kreativitas, inisiatif, cepat tanggap terhadap

rangsangan dari lingkunganya. Kegiatan ini dapat diperoleh diperoleh melalui

penelitian. Penelitian, pada hakikatnya adalah melakukan evalusai, mengukur

kemampuan, menilai, dan mempertimbangkan sejauh mana efektifitas tindakan yang

telah diberikan.  Dengan hasil penelitian, perawat dapat mengerakkan orang lain

untuk berbuat sesuatu yang berdasarkan kebutuhan, perkembangan dan aspirasi

individu, keluarga, kelompok dan masyarakat. Oleh karena itu perawat dituntut untuk

selalu mengikuti perkembangan memanfaatkan media massa atau media informasi

lain dari berbagai sumber. Selain itu perawat perlu melakukan penelitian dalam

rangka mengembagkan ilmu keperawatan dan meningkatkan praktek profesi

keperawatan.

B. Perilaku Perawat dalam Pengelolaan Sampah (Limbah)

Menurut Skiner dalam Notoatmodjo (2010), perilaku merupakan respon atau reaksi

seseorang terhadap stimulus (rangsangan dari luar). Perilaku manusia adalah suatu fungsi

dari interaksi antara individu dengan lingkungannya. Semua perilaku individu pada

dasarnya dibentuk oleh kepribadian dan pengalamannya (Rivai dan Muyadi, 2009).

Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa perilaku adalah suatu respon yang

ditimbulkan stimulus hasil interaksi individu dengan lingkungannya.

Perilaku perawat dalam pengelolaan sampah adalah suatu respon perawat terhadap

jenis sampah berdasarkan karakteristiknya untuk dibuang ketempt yang benar sesuai

fungsinya.

Page 7: Kajian%gggg20Situasi

Limbah dari sarana kesehatan secara umum dibedakan atas:

1) Limbah rumah tangga atau limbah non medis, yaitu limbah yang tidak kontak dengan

darah atau cairan tubuh lainnya disebut sebagai resiko rendah. Yakni sampah-sampah

yang dihasilkan dari kegiatan ruang tunggu pasien, administrasi.

2) Limbah medis bagian dari sampah rumah sakit yang berasal dari bahan yang

mengalami kontak dengan darah atau cairan tubuh lainnya disebut sebagai limbah

berisiko tinggi. Beberapa limbah medis dapat berupa: limbah klinis, limbah

laboratorium, darah atau cairan tubuh yang lainnya, material yang mengandung darah

seperti perban, kassa dan benda-benda dari kamar bedah, sampah organik, misalnya

potongan tubuh, plasenta, benda-benda tajam bekas pakai misal jarum suntik.

3) Benda tajam pada dasarnya masuk dalah sampah medis. Namun dalam

penempatannya, untuk mengurangi kejadian kecelakaan kerja maka perlu wadah

khusus untuk menampungnya. Contoh dari benda tajam dalam kesehatan antara lain

jarum suntik, needle intra vena, botol obat dari kaca seperti vial dan ampul.

Untuk membedakan ketiga jenis limbah kesehatan, perlu disediakan tempat

pembuangan sementara di ruangan dengan cara :

Pemilahan

Pemilahan dilakukan dengan menyediakan sampah yang sesuai dengan jenis

sampah medis. Wadah-wadah tersebut biasanya menggunakan kantong plastik

berwarna misalnya kuning untuk infeksius hitam untuk non medis atau wadah

yang diberi label yang mudah dibaca.

Penampungan Sementara

Pewadahan sementara sangat diperlukan sebelum sampah dibuang. Syarat

yang harus dipenuhi adalah :

1) Di tempatkan pada daerah yang mudah dijangkau petugas, pasien, dan

pengunjung.

2) Harus tertutup dan kedap air.

3) Hanya bersifat sementara dan tidak boleh lebih dari satu hari.

Pembuangan Benda Tajam

1) Wadah benda tajam merupakan linbah medis yang harus dimasukkan kedalam

kantong sebelum insinerasi.

2) Idealnya semua benda tajam dapat diinsinerasi tetapi bila tidak mungkin dapat

dikubur dan dikapurisasi bersama limbah lain

3) Apapun metode yang dilakukan haruslah tidak memberikan perlukaan

Page 8: Kajian%gggg20Situasi

C. Sistem Triage

1. Pengertian

Triage adalah suatu proses yang mana pasien digolongkan menurut tipe dan

tingkat kegawatan kondisinya.

Triage terdiri dari upaya klasifikasi kasus cedera secara cepat berdasarkan

keparahan cedera mereka dan peluang kelangsungan hidup mereka melalui intervensi

medis yang segera. Sistem triage tersebut harus disesuaikan dengan keahlian

setempat. Prioritas yang lebih tinggi diberikan pada korban yang prognosis jangka

pendek atau jangka panjangnya dapat dipengaruhi secara dramatis oleh perawatan

sederhana yang intensif.

Sistem triase biasanya sering ditemukan pada perawatan gawat darurat di suatu

bencana. Misalnya ada beberapa orang pasien yang harus ditangani oleh perawat

tersebut.dimana setiap pasien dalam kondisi yang berbeda. Jadi perawat harus mampu

menggolongkan pasien tersebut dengan sistem triase. Pasien pertama kondisinya

sudah tidak mungkin untuk diselamatkan lagi ( sudah meninggal), terdapat luka parah

atau kebocoran di kepala, sehingga pasien tersebut digolongkan pada triase lampu

hitam. pasien kedua kondisinya mengalami patah tulang, luka-luka dan memar pada

tubuhnya, sehingga pasien berteriak, mungkin karena kejadian yang membuat pasien

syok, maka pasien diklasifikasikan pada triase lampu hijau, tidak perlu penanganan

cepat. Selanjutnya ditemui pasien dengan kondisi lemah, kritis, nadi lemah, serta

pernafasan yang sesak. Maka pasien ini lah yang sangat membutuhkan pertolongan

pada saat itu, yang tergolong pada triase lampu merah. Karena jika tidak

diselamatkan, nyawa pasien bisa tidak tertolong lagi.

Jadi dapat disimpulkan bahwa sistem triase ini digunakan untuk menentukan

prioritas penanganan kegawat daruratan. Sehingga perawat benar-benar memberikan

pertolongan pada pasien yang sangat membutuhkan, dimana keadaan pasien sangat

mengancam nyawanya, namun dengan penanganan secara cepat dan tepat, dapat

menyelamatkan hidup pasien tersebut. Tidak membuang wakunya untuk pasien yang

memang tidak bisa diselamatkan lagi, dan mengabaikan pasien yang membutuhkan.

Dalam Triage tidak ada standard nasional baku, namun ada 2 sistem yang dikenal,

yaitu:

Page 9: Kajian%gggg20Situasi

a. METTAG (Triage tagging system).

Sistim METTAG merupakan suatu pendekatan untuk memprioritisasikan

tindakan.

1) Prioritas Nol (Hitam) :

- Mati atau jelas cedera fatal.

- Tidak mungkin diresusitasi.

2) Prioritas Pertama (Merah) :

- Cedera berat yang perlukan tindakan dan transport segera.

- Gagal nafas

- Cedera torako-abdominal

- Cedera kepala / maksilo-fasial berat,

- Shok atau perdarahan berat,

- Luka bakar berat.

3) Prioritas Kedua (Kuning) :

Cedera yang dipastikan tidak akan mengalami ancaman jiwa dalam waktu

dekat :

- cedera abdomen tanpa shok,

- cedera dada tanpa gangguan respirasi,

- fraktura mayor tanpa shok,

- cedera kepala / tulang belakang leher,

- luka bakar ringan.

4) Prioritas Ketiga (Hijau) :

Cedera minor yang tidak membutuhkan stabilisasi segera :

- cedera jaringan lunak,

- fraktura dan dislokasi ekstremitas,

- cedera maksilo-fasial tanpa gangguan jalan nafas,

- gawat darurat psikologis.

b. Sistim triase Penuntun Lapangan START (Simple Triage And Rapid

Transportation). Penuntun Lapangan START memungkinkan penolong secara

cepat mengidentifikasikan korban yang dengan risiko besar akan kematian segera

atau apakah tidak memerlukan transport segera. Penuntun Lapangan START

dimulai dengan penilaian pasien 60 detik, meliputi pengamatan terhadap ventilasi,

perfusi, dan status mental. Hal ini untuk memastikan kelompok korban :

1) perlu transport segera / tidak,

Page 10: Kajian%gggg20Situasi

2) tidak mungkin diselamatkan,

3) mati.

BAB III

KAJIAN MANAJEMEN KEPERAWATAN

A. Profil Area

Page 11: Kajian%gggg20Situasi

Berdasarkan hasil observasi dan klarifikasi bersama kepala ruangan pada saat

orientasi ruangan pada tanggal 08 September 2014, Ruang Unit Gawat Darurat

merupakan ruang untuk penanganan pasien akut dan gawat darurat selama 24 jam sehari.

Dimana terdapat 1 ruang triage yang berada paling depan dekat dengan pintu masuk,

ruang resusitasi, ruang tindakan, ruang observasi terbagi menjadi 3 ruangan (2 ruang

observasi dewasa dan 1 ruang observasi anak), 1 ruang isolasi, 1 ruang perawatan wijaya

kusumah, 4 toilet yang masih berfungsi. Ruang perawat berada di tengah ruangan

sehingga memungkinkan untuk memantau tiap ruang observasi. Terdapat instalasi farmasi

dan pendaftaran di dekat pintu masuk.

B. Kajian Situasi

Dari hasil observasi pada tanggal 08 September 2014 sampai dengan tanggal 09

September 2014, didapat daftar masalah yang kelompok temukan, diantaranya:

1. Ruang UGD memiliki ruang isolasi yang merupakan ruangan khusus untuk pasien

yang memiliki penyakit menular. Namun, baik pasien, penunggu, maupun

pengunjung jarang sekali yang menggunakan masker ketika memasuki ruangan ini.

Mengingat, penularan penyakit bisa saja terjadi melalui udara.

2. Belum optimalnya pemeriksaan TTV, sehingga pasien dengan kondisi demam, suhu

nya tidak terpantau secara optimal. Idealnya pemeriksaan TTV terdiri dari

pengukuran tekanan darah, nadi, pernafasan dan suhu.

3. Perilaku perawat dalam pengelolaan sampah medis setelah melakukan tindakan belum

dilakukan secara optimal. Idealnya sampah medis di buang berdasarkan kategorinya,

yaitu limbah benda tajam, limbah infektius, limbah Jaringan Tubuh, limbah

Sitotoksik, limbah farmasi, limbah kimia.

4. Belum optimalnya perana perawat sebagai health educator tentang pelayanan pasien

dengan ” Sistem Triage” di Unit Gawat Darurat, sehingga pasien dan keluarga merasa

tidak puas ketika harus menunggu untuk diperiksa.

5. Tindakan pemasangan DC (Dower Catater) belum dilaksanakan secara optimal sesuai

dengan SOP.

Dari hasil kajian tersebut, setelah didiskusikan dengan Perceptor ruangan dan

pembimbing akademik, maka diambilah masalah tentang peran perawat sebagai

health educator untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang pelayanan

pasien dengan triage di UGD dan perilaku perawat dalam pengelolaan limbah medis

Page 12: Kajian%gggg20Situasi

di UGD Rumah Sakit BLUD Sekarwangi. Berikut data hasil kajian situasi yang

kelompok temukan :

No Kategori Data Kesimpulan Analisis Alternatif Solusi

1 Tanggal kajian situasi :

08 September 2014 – 2

Oktober 2013

Data Objektif :

- Belum adanya informasi

yang optimal mengenai

sosialisasi pelayanan

triage di ruang UGD

Data Subjektif :

- Dari hasil wawancara

dengan keluarga pasien,

pada saat masuk ke

UGD, tidak langsung

diberikan tindakan hanya

anamnesa awal karena

pada saat masuk UGD

ada pasien kecelakaan,

sehingga harus

menunggu.

- Tanda garis warna triage

di lantai belum disadari

fungsinya oleh keluarga

pasien

Peran perawat

sebagai health

educator tentang

pelayanan system

triage belum

optimal

1. Validasi kembali

data hasil kajian situasi

2. Lakukan diskusi

dengan kepala ruangan

tentang system informasi

pelayanan triage.

3. Membuat media

berupa poster mengenai

system pelayanan triage.

4. Lakukan evaluasi

dan dokumentasi pada

setiap implementasi yang

dilakukan

Data hasil evaluasi.

Subjektif : salah satu perawat

menyatakan sudah mengetahui

pentingnya pemilahan sampah

Perilaku perawat

dalam Pengelolaan

limbah medis di

ruangan belum

1. Validasi kembali

data hasil kajian situasi

2. Komunikasikan

dengan kepala ruangan

Page 13: Kajian%gggg20Situasi

berdasarkan jenisnya, namun

karena tidak ada label pemisahan

sampah medis tajam dan non

tajam, perawat membuangnya

asal masuk ke tempat sampah.

Objektif :

Terdapat 1 tempat sampah di

setiap 3 masing-masing troley

tanpa ada label sampah medis

tajam, sampah medis non tajam,

dan sampah non medis.

Perawat membuang sampah

medis dan non medis di satu

tempat sampah yang sama.

optimal dan perawat tentang

pentingnya melakukan

pemilahan sampah

3. Lakukan pelabelan

di setiap tempat sampah

4. Motivasi perawat

ruangan dan ikut

berperan aktif dalam

pemilahan limbah

kesehatan di ruangan

5. Lakukan evaluasi

dan dokumentasi pada

setiap implementasi yang

dilakukan

Page 14: Kajian%gggg20Situasi

Planing Of Action

No Masalah Tujuan Strategi Rencana Tindakan Waktu TempatPenanggung

jawab

1 Pelayanan

Informasi

Triage

belum

optimal

Tujuan jangka

panjang :

Pada tanggal

September 2014

pelayanan

informasi triage

berjalan optimal.

Tujuan jangka

pendek :

Pada tanggal

September 2013

masalah teratasi

sebagian dengan

kriteria :

- Terdapat

poster triage

Koordinasi

Aplikasi dan

sosialisasi

evaluasi dan

dokumentasi

1. Lakukan diskusi

dengan kepala ruangan

tentang Pelayanan

Informasi Triage

2. Buat media sosialisasi

yang mudah terlihat

oleh pasien, penunggu,

dan pengunjung

tentang Informasi

seputar triage

(pemilahan pasien)

misalkan melalui

poster atau gambar-

gambar

3. Lakukan evaluasi dan

dokumentasi pada

setiap implementasi

September

2014

R. Unit

Gawat

Darurat

BLUD

Sekarwangi

Page 15: Kajian%gggg20Situasi

di ruang UGD

untuk

memberitahuk

an pasien

tentang

penanganan

pasien yang

harus

didahulukan.

- Keluarga dan

pasien

menyadari

pasien mana

dulu yang

harus

didahulukan

untuk

diberikan

tindakan

yang dilakukan

2 Pengelolaan

limbah

Tujuan jangka Klarifikasi 1. Validasi kembali

data hasil evaluasi

September R. UGD

BLUD

Page 16: Kajian%gggg20Situasi

kesehatan di

ruangan

belum

optimal

panjang :

Pada tanggal

September 2014

perawat dapat

melakukan

pengelolaan

limbah kesehatan

dengan optimal.

Tujuan jangka

pendek :

ada tanggal

September2014

masalah teratasi

sebagian dengan

kriteria :

- Telah

melakukan

diskusi

dengan

kepala tim

Komunikasi

Aplikasi

Aplikasi

Sosialisasi

yang dilakukan

2. Komunikasikan

dengan kepala

ruangan dan

perawat tentang

pentingnya

melakukan

pemilahan sampah

3. Memberi label

untuk tiap jenis

sampah pada

tempat sampah

4. Berikan mini

poster terntang

pemilahan sampah

yang benar di area

tempat sampah

5. Tekankan kembali

pada perawat

untuk membuang

sampah pada

2014 Sekarwangi

Page 17: Kajian%gggg20Situasi

perawatan

yang

menghasilkan

aktif solusi

- Perbaikan

label sampah

sudah

dilakukan

Kolaborasi

dan

sosialisasi

Evaluasi

tempat yang sesuai

6. Motivasi perawat

ruangan dan ikut

berperan aktif

dalam pemilahan

limbah kesehatan

di ruangan

7. Lakukan evaluasi

dan dokumentasi

pada setiap

implementasi yang

dilakukan