Bab II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Konsep dan definisi konsep Konsep merupakan unsur dasar pembentukan teori dan sebagai landasan bagi peneliti dalam melakukan penelitian. Oleh karena itu konsep perlu dijelaskan terlebih dahulu untuk memberikan makna dan arah yang jelas, agar tidak terjadi penyimpangan dalam pengkajian konsep tersebut. Penggunaan konsep yang baik dan jelas maknanya dapat menghilangkan kesalahpahaman (Ihalauw, 2000:25-27). Adapun konsep-konsep yang dipilih dan didefinisikan untuk membantu pemahaman skripsi ini adalah konsep mekanisme foreign exchange market dan exchange rate. Untuk mempermudah dan membantu pemahaman tentang aturan main foreign exchange market dan konsep dari exchange rate penulis memilih memberikan definisi yang dikemukakan oleh Heinz Riehl and Rita M.Rodriguez, yaitu sebagai berikut : • Foreign exchange market : “The places where one country’s currency can be bought with or sold for another country’s currency”. • Exchange rate : “The amount of one currency that can be bought by or sold for a certain amount of another currency”. 2.2 Kerangka Pemikiran
24
Embed
KAJIAN PUSTAKA - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2012-1-01401-MN Bab2001.pdf2.1.1 Konsep dan definisi konsep Konsep merupakan unsur dasar pembentukan
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Bab II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Kajian Pustaka
2.1.1 Konsep dan definisi konsep
Konsep merupakan unsur dasar pembentukan teori dan sebagai landasan bagi peneliti
dalam melakukan penelitian. Oleh karena itu konsep perlu dijelaskan terlebih dahulu untuk
memberikan makna dan arah yang jelas, agar tidak terjadi penyimpangan dalam pengkajian
konsep tersebut. Penggunaan konsep yang baik dan jelas maknanya dapat menghilangkan
kesalahpahaman (Ihalauw, 2000:25-27). Adapun konsep-konsep yang dipilih dan
didefinisikan untuk membantu pemahaman skripsi ini adalah konsep mekanisme foreign
exchange market dan exchange rate.
Untuk mempermudah dan membantu pemahaman tentang aturan main foreign
exchange market dan konsep dari exchange rate penulis memilih memberikan definisi yang
dikemukakan oleh Heinz Riehl and Rita M.Rodriguez, yaitu sebagai berikut :
• Foreign exchange market : “The places where one country’s currency can be bought
with or sold for another country’s currency”.
• Exchange rate : “The amount of one currency that can be bought by or sold for a
certain amount of another currency”.
2.2 Kerangka Pemikiran
2.2.1 Jenis transaksi di foreign exchange market
Keberagaman partisipan forex market yang berasal dari berbagai negara dengan
berbagai latar belakang kebijakan ekonomi, membutuhkan adanya suatu konsensus yang
disepakati bersama mengenai jenis-jenis transaksi forex, berikut waktu pengiriman (delivery)
transaksi forex. Aturan main tersebut diakui oleh partisipan forex market dan otoritas moneter
seluruh negara.
Menurut Swiss Bank Corporation (1983:44-69), transaksi di forex market terbagi dalam
tiga jenis yaitu : Transaksi Spot , Transaksi Forward dan Transaksi Swap.
• Transaksi Spot
Transaksi spot merupakan transaksi forex dengan waktu penyerahan dilakukan dalam
waktu dua hari kerja setelah kontrak disepakati. Di dalam transaksi Spot ini termasuk
didalamnya :
Transaksi value tod yaitu jual atau beli valuta asing dengan penyerahan “the same
day value “ atau transaksi jual beli valuta asing bersamaan dengan hari kontrak.
Transaksi value tom, yaitu transaksi jual – beli valuta asing dengan penyerahan
(delivery), satu hari kerja setelah kontrak disepakati.
• Bank Indonesia menjelaskan transaksi Spot sebagai berikut :
PBI no 10/37/PBI/2008.
Transaksi valuta asing terhadap rupiah adalah transaksi jual beli valuta asing terhadap
rupiah dalam bentuk transaksi spot, termasuk transaksi yang dilakukan dengan valuta
today dan/atau valuta tomorrow.
Waktu penyerahan transaksi merupakan waktu eksekusi pembayaran transaksi sesuai
yang tercantum dalam kontrak foreign exhange. Di dalam penulisan ini penulis
mengkhususkan hanya pada waktu penyerahan transaksi Spot yaitu penyerahan dalam
waktu dua hari kerja.
Transaksi forex spot di dalam penulisan ini, adalah transaksi forex Spot antar Bank
(Interbank Forex Transaction) di pasar keuangan global. Transaksi forex Spot antar Bank
adalah transaksi jual beli valas antar Bank yang dapat dijelaskan sebagai berikut :
• Transaksi jual beli valas dengan delivery base, contohnya pada tanggal 1 Oktober
2012 hari Senin, Bank BII melakukan transaksi beli Euro 1,000,000 dengan rate
1.2900.
• Pada tanggal 3 Oktober 2012 rekening nostro Bank BII untuk mata uang Euro
bertambah sebesar Euro 1,000,000. Dan pada waktu yang sama rekening nostro Bank
BII untuk mata uang USD berkurang sebesar : 1,000,000 X USD 1.2900 = USD
1,290,000. Di dalam transaksi ini benar – benar terjadi penyerahan dan pembayaran
secara penuh (full amount delivery).
• Bank Indonesia juga mengatur sistem pembayaran secara penuh (full amount
delivery). PBI no 10 /37/PBI/2008 Bab II pasal 4 ayat 1 : Transaksi valuta asing
terhadap rupiah wajib diselesaikan dengan pemindahan dana pokok secara penuh.
2.2.2. Exchange Rate
Aktivitas foreign exchange memerlukan dasar penentuan nilai tukar antara satu mata
uang dengan mata uang yang lain, yang disebut exchange rate. Penetapan exchange rate mata
uang suatu negara harus mempertimbangkan kekuatan perekonomian negara tersebut yang
mencakup beberapa aspek yaitu parity conditions, infrastruktur, spekulasi, investasi, dan
resiko politis.
2.2.3. Sejarah perkembangan Exchange Rate
Mata uang dulunya hanya dikenal sebagai alat tukar dalam perdagangan. Pada
perkembanganya, mata uang juga memiliki fungsi lain yaitu sebagai komoditi yang dapat
diperjual belikan. Fungsi ini berkembang sejak berlangsungnya ekspansi negara-negara Eropa
Barat ke belahan dunia yang lain. Meluasnya pengaruh Eropa Barat membuat mata uang
mereka digunakan oleh koloni-koloninya. Perdagangan yang berkembang pesat
mengakibatkan kebutuhan mata uang asing meningkat pula. Negara yang pertama kali
menetapkan exchange rate bagi mata uangnya adalah inggris. Atas inisiatif Raja George III,
pada tahun 1876 Inggris mematok sebesar 4,2477 Poundsterling (GBP atau STG) per satu ons
emas. Pada tahun 1879 AS menyusul dengan menetapkan US Dollar (USD) sebesar 20,67 per
satu ons emas (Rugman 1985:166).
Eitmen (2001:25-27) menggambarkan sejarah perkembangan exchange rate yang
ditandai oleh lima peristiwa penting yaitu :
• The gold standard (1876-1913)
Pada masa ini tiap negara menetapkan nilai mata uang berdasarkan berat dan harga
emas. Konversi mata uang juga menggunakan standard emas. Kejayaan standard emas
berakhir ketika politik di eropa menghangat menjelang Perang Dunia I. Negara-
negara besar di eropa memperkuat kemampuan militernya dan membiarkan emas
mengalir dengan bebas untuk memenuhi belanja anggaran pertahanan.
• The interwar years (1914-1944)
Menipisnya stok emas negara-negara peserta perang mengakibatkan nilai mata uang
mulai berfluktuasi. Pada akhir Perang Dunia I hingga awal 1920-an mata uang
negara-negara yang kalah perang terutama Deutschemark (DEM) jatuh nilainya. Mata
uang negara-negara yang lemah turut jatuh akibat blokade ekonomi dan hancurnya
jalur-jalur perdagangan. Walaupun GBP dan USD tetap bertahan, itu tidak
berlangsung lama karena “ The Great Depression” segera menghantam perekonomian
dunia. Pada tahun 1934, AS memodifikasi standard emas lewat kebijakan
mendevaluasi USD. Hingga menjelang berakhirnyaPerang Dunia II banyak mata
uang kehilangan konvertibilitasnya terhadap mata uang yang lain. Hanya USD yang
masih diakui sebagai mata uang yang kuat.
• Bretton Woods (1944)
Pada tahun 1944 negara-negara Sekutu bertemu di Bretton Woods, New Hampshire,
AS untuk menyusun sistem moneter international yang baru. Pada pertemuan itu
diputuskan USD sebagai dasar sistem tersebut. Juga diputuskan berdirinya
International Monetary Fund (IMF) dan World Bank. IMF merupakan institusi kunci
bagi sistem baru ini. Salah satu fungsi IMF adalah membantu negara-negara
anggotanya dalam mempertahankan nilai mata uang mereka. Mata uang negara-
negara anggota IMF ditetapkan berdasarkan cadangan emas, namun mata uang
tersebut tidak memiliki konvertabilitas terhadap emas. USD diputuskan tetap
memiliki konvertabilitas terhadap emas.
• Fixed Exchange Rate (1948-1973)
Sistem moneter internasional yang dibentuk di Bretton Woods dengan pengawasan
IMF bekerja dengan baik setelah PD II berakhir. Perdagangan dunia tumbuh pesat.
USD menjadi cadangan utama Bank Sentral dibanyak negara. Namun ternyata hal ini
menjadi bumerang bagi AS. Pada tahun 1970 terjadi defisit anggaran pemerintah AS
yang memerlukan lebih banyak suntikan dana. Di lain pihak permintaan terhadap
USD dari negara lain terus meningkat. Sistem Bretton Woods akhirnya kandas karena
AS terlalu banyak mencetak USD, hal ini ditandai dengan berkurangnya sepertiga dari
total cadangan emas AS hanya dalam waktu tujuh bulan saja. Akhirnya Presiden
Richard Nixon menunda seluruh penjualan dan pembelian emas oleh The Fed (federal
reverse bank / Bank Sentral AS). Shapiro (1998:65-66) menambahkan, krisis USD
tersebut juga disebabkan ekspansi AS ke Vietnam. Pembengkakan pengeluaran
negara bagi belanja persenjataan membuat inisiatif-inisiatif melindungi turunya nilai
USD menjadi tidak dipedulikan.
Namun perkembangan perekonomian dunia yang pesat memunculkan negara-negara
raksasa ekonomi yang baru. Kebijakan AS yang agresif sekaligus protektif membuat
beberapa negara industri maju mulai menolak untuk mematok nilai mata uang mereka
terhadap USD. Mata uang yang kuat selain USD saat itu adalah DEM , JPY, dan
Swiss Franc (CHF). Akhirnya melalui Persetujuan Smithsonia (Desember 1971)
disetujui USD didevaluasi 1/38 nilainya terhadap satu ons emas.
• Ecletic Currency Arrangement (1973-sekarang)
Mulai tahun 1973, fixed exchange rate ditinggalkan dan beralih ke floating exchange
rate. Walau belum semua negara menganut sistem tersebut, exchange rate mulai
sangat fluktuasi dan sulit untuk diprediksi.
Mata uang menjadi sangat sensitif terhadap isu-isu yang berkembang dalam
perekonomian global. Istilah “ floating” (mengambang) bagi negara-negara Asia
Timur dan Asia Tenggara lebih tepat dikatakan “ sinking” (tenggelam). Krisis dimulai
pertengahan tahun 1997, berawal dari perilaku agresif pelaku ekonomi Thailand yang
memburu utang dalam denominasi mata uang asing terutama USD. Perekonomian
Thailand yang sedang berkembang dengan pesat atau “bubbling” akhirnya tidak
sanggup membayar tumpukan utang tersebut. Mata uang Baht menjadi tertekan.
Hilangnya kepercayaan pelaku pasar merembet pula ke negara-negara Asia lainya.
Hingga krisis mereda, hanya Hongkong Dollar yang relatif mampu bertahan. Prestasi
ini tercapai setelah Bank Sentral Hongkong menguras cadangan forex mereka habis-
habisan.
2.2.4. Exchange Rate Regimes
Perbedaan kemampuan perekonomian tiap negara membuat otoritas moneter masing-
masing menganut rezim nilai tukar (exchange rate regimes) yang dirasa mampu melindungi
dan bahkan memperkuat nilai mata uangnya.
IMF (Eitman, 2003:31) menggolongkan rezim yang dianut sebagai berikut :
• Exchange Arrangements with No Seperate Legal Tender
Sistem ini berdasarkan pada suatu persekutuan mata uang (currency union) di antara
beberapa negara. Otoritas moneter persekutuan tersebut menetapkan satu mata uang
tunggal yang disirkulasikan dalam lingkungan negara anggotanya. Nilai tukar mata
uang negara di luar persekutuan ditetapkan dalam jumlah tertentu dan berlaku di tiap-
tiap negara anggota dalam zona mata uang tunggal. Contoh penganut : Zona Euro
(negara-negara anggota Uni Eropa) dan Zona CFA (negara-negara jajahan Perancis
dan Belgia di Afrika).
• Currency Board Arrangements
Sistem ini berdasar pada kebijakan otoritas moneter yang mematok nilai tukar mata
uang domestik terhadap satu mata uang asing disertai pembatasan aktivitas ekonomi
pemerintah agar tetap dapat memenuhi kewajiban obligasi. Contoh penganut : Cina
dan Brunei Darussalam (mematok nilai tukar mata uang asing masing-masing
terhadap USD).
• Conventional Fixed-Pegged Arrangements
Sistem ini berdasarkan pada kebijakan otoritas moneter yang menetapkan nilai tukar
mata uang domestik terhadap satu atau lebih mata uang asing. Fluktuasi
diperbolehkan maksimal satu persen dari nilai tukar yang ditetapkan. Contoh
penganut : Malaysia, Arab Saudi, dan Emirat Arab.
• Pegged Rate within Horizontal Bands
Sistem ini berdasarkan pada kebijakan otoritas moneter yang menetapkan nilai tukar
mata uang domestik terhadap satu atau lebih mata uang asing. Fluktuasi
diperbolehkan hingga sedikit di atas satu persen dari nilai tukar yang ditetapkan.
Contoh penganut : Kroasia, Yunani, Denmark.
• Crawling Pegs
Sistem ini berdasarkan pada kebijakan otoritas moneter yang melakukan penyesuaian
penetapan nilai tukar secara periodik, dalam rentang yang sempit dan telah