Top Banner
KAJIAN PERTUMBUHAN EKSPLAN PUCUK GAHARU (Gyrinops versteegii (Gilg) Domke) MELALUI TEKNIK EX VITRO CITRA BETRIANINGRUM DEPARTEMEN KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN DAN EKOWISATA FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009
82

KAJIAN PERTUMBUHAN EKSPLAN PUCUK GAHARU …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/11404/E09cbe.pdf · hormon 450 ppm ini dapat mengefisienkan biaya. Key words: Gyrinops versteegii

Jan 31, 2018

Download

Documents

doannhan
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: KAJIAN PERTUMBUHAN EKSPLAN PUCUK GAHARU …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/11404/E09cbe.pdf · hormon 450 ppm ini dapat mengefisienkan biaya. Key words: Gyrinops versteegii

KAJIAN PERTUMBUHAN EKSPLAN PUCUK GAHARU

(Gyrinops versteegii (Gilg) Domke)

MELALUI TEKNIK EX VITRO

CITRA BETRIANINGRUM

DEPARTEMEN

KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN DAN EKOWISATA

FAKULTAS KEHUTANAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2009

Page 2: KAJIAN PERTUMBUHAN EKSPLAN PUCUK GAHARU …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/11404/E09cbe.pdf · hormon 450 ppm ini dapat mengefisienkan biaya. Key words: Gyrinops versteegii

Halaman Persembahan

Tulisan ini Ku dedikasikan untuk kedua orang tua dan kakak ku. Atas Segala Kasih Sayang yang selalu menjadi sumber semangat dan kebanggaan.

Page 3: KAJIAN PERTUMBUHAN EKSPLAN PUCUK GAHARU …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/11404/E09cbe.pdf · hormon 450 ppm ini dapat mengefisienkan biaya. Key words: Gyrinops versteegii

RINGKASAN

CITRA BETRIANINGRUM. E34104031. Kajian Pertumbuhan Eksplan Pucuk

Gaharu (Gyrinops versteegii (Gilg) Domke) Melalui Teknik Ex Vitro. Dibimbing

oleh EDHI SANDRA dan WA ODE HAMSINAH BOLU.

Pada tahun 1985, jumlah ekspor gaharu Indonesia mencapai sekitar 1487 ton,

namun eksploitasi hutan alam tropis dan perburuan gaharu yang tidak terkendali telah

mengakibatkan species-species gaharu menjadi langka. Adapun tujuan penelitian ini

adalah untuk mendapatkan komposisi media yang sesuai untuk pertumbuhan eksplan

dan untuk mendapatkan konsentrasi hormon tumbuh IBA (Indole Butyric Acid) yang

optimal bagi pertumbuhan perakaran eksplan pucuk G.versteegii melalui teknik ex

vitro. Diharapkan dari hasil penelitian ini diperoleh informasi tentang media tumbuh

yang sesuai dan konsentrasi hormon yang terbaik untuk pertumbuhan eksplan pucuk

G.versteegii (Gilg) Domke, sehingga dapat diterapkan guna mendukung pelestarian

plasma nutfah.

Dalam pelaksanaan penelitian, alat yang digunakan box mika, aqua gelas 240

ml, cutter, gunting tanaman, sungkup, paranet, papan iris, steples, speryer, dan kertas

label. Bahan yang digunakan antara lain eksplan pucuk G.versteegii, hormon IBA

(400, 450, 500, 550, 600 ppm), Vitamin B1, bakterisida, fungisida, media (tanah,

pasir, dan kompos), Antracol, zat perekat, CaCo3. Semua eksplan yang sudah

direndam pada larutan (vitamin B1, sterilisasi, dan hormon dengan berbagai

konsentrasi), serta dioles dengan pasta pada bagian pangkal eksplan, langsung

ditanam pada masing-masing media (tanah tunggal, pasir tunggal, dan campuran

tanah-pasir-kompos) yang sudah dimasukkan pada box mika. Selanjutnya box ditutup

rapat dan disteples, kemudian simpan dalam sungkup.

Hasil penelitian yang diperoleh adalah presentase hidup pada perlakuan sebesar

66,67%, sedangkan pada kontrol sebesar 83,33%. Hal ini menunjukkan bahwa

perlakuan dengan hormon berpengaruh pada presentase hidup eksplan. Pertumbuhan

tinggi pada eksplan sangat dipengaruhi oleh jenis media. Sedangkan hormon sangat

berpengaruh terhadap perakaran. Persentase berakar pada perlakuan hormon sebesar

61,78% dan pada kontrol sebsesar 53,33%. Dilihat dari persentase berakar

berdasarkan konsentrasi hormon, yang paling tinggi pada konsentrasi 550 ppm yaitu

14,22%. Namun, tidak jauh berbeda dengan konsentrasi 450 ppm dengan persentase

berakarnya sebesar 13,11%.

Dari hasil sebelumnya dapat disimpulkan bahwa komposisi media yang baik

untuk pertumbuhan eksplan gaharu adalah media tanah dengan persentase hidup

89,33%. Sedangkan hormon yang optimal untuk perakaran eksplan pucuk gaharu

adalah dengan konsentrasi 550 ppm. Namun konsentrasi 450 ppm juga baik untuk

perakaran, walaupun tidak seoptimal konsentrasi 550 ppm. Tetapi konsentarsi

hormon 450 ppm ini dapat mengefisienkan biaya.

Key words: Gyrinops versteegii (Gilg) Domke, Material, Hormone

Page 4: KAJIAN PERTUMBUHAN EKSPLAN PUCUK GAHARU …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/11404/E09cbe.pdf · hormon 450 ppm ini dapat mengefisienkan biaya. Key words: Gyrinops versteegii

SUMMARY

CITRA BETRIANINGRUM

. E34104031. Study of Explan Growth Gaharu

Sprout (Gyrinops versteegii (Gilg) Domke) Trhoug a Technique of Ex Vitro.

Under Supervision EDHI SANDRA and WA ODE HAMSINAH BOLU.

In the year 1985, amount export of the gaharu Indonesia reach about 1487 ton,

but exploit the tropical experienced forest and gaharu hunt which do not in control

have resulted the species-species of gaharu become the rareness. As for this research

target is to get the appropriate material composition for the growth of explan and to

get the hormone concentration grow the IBA (Indole Butyric Acid) optimal for

growth of root the eksplan sprout G. versteegii of through technique of ex vitro.

Assorted of material grow and various concentration of IBA hormone can yield the

growth which different each other, knowable so that composition of material and best

hormone concentration for the growth of explan of gaharu sprout by ex vitro.

Expected from this research result is obtained by information of about material grow

appropriate and best hormone concentration for the growth of explan of sprout

G.Versteegii (Gilg) Domke, applicable to so that utilize to support the continuation of

plasma nutfah.

In research implementation, appliance used : box mica, glass aqua 240 ml,

cutter, cut the crop, mulch, paranet, board slice, steples, speryer, and lable paper.

Substance used by for example explan of sprout Gyrinops versteegii, IBA hormone (

400, 450, 500, 550, 600 ppm), growquick, benstar 50 WP, agrept 20 WP, material

(land, sand, and compost), antracol, agristik, calcium carbonate. All eksplan is soaked

at condensation (vitamin B1, sterilization, and hormone by various concentration),

and also pasta oles of shares of jetty explan, direct planted each material (single land,

single sand, and mixture land-sand-compost) is entered at box mica. Call a meeting to

order and disteples and keep in mulch.

Result of research the obtained percentage live equal treatment to 66,67%,

while at control equal to 83,33%. This matter indicate that living of hormone not have

an in with percentage live explan. High growth explan is also influenced by media

type. While hormone very having an effect on to root. Seen from percentage take root

pursuant to hormone concentration, concentration highest 550 ppm that is 95,52%.

But, not far different from concentration 450 ppm with percentage take root to equal

95,16%. If evaluated from level of fifth concentration hormone, all concentration

represent optimal concentration for the root of gaharu explan

From previous result can be concluded that media composition which good to

growth of gaharu explan is ground land single media with percentage live 89,33%.

While hormone which optimal for the root of gaharu explan with concentration 550

ppm. But concentration 450 ppm also good to root, although not as optimal as

concentration 550 ppm. But 450 ppm hormone concentration this can be efficient

expense.

Key words: Gyrinops versteegii (Gilg) Domke, Material, Hormone

Page 5: KAJIAN PERTUMBUHAN EKSPLAN PUCUK GAHARU …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/11404/E09cbe.pdf · hormon 450 ppm ini dapat mengefisienkan biaya. Key words: Gyrinops versteegii

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Kajian Pertumbuhan

Eksplan Pucuk Gaharu (Gyrinops versteegii (Gilg) Domke) melalui Teknik Ex vitro

adalah benar-benar hasil dari karya saya sendiri dengan bimbingan dosen

pembimbing dan belum pernah digunakan sebagai karya ilmiah pada perguruan tinggi

atau lembaga manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang

diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan

dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Bogor, Januari 2009

Citra Betrianingrum

NRP E34104031

Page 6: KAJIAN PERTUMBUHAN EKSPLAN PUCUK GAHARU …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/11404/E09cbe.pdf · hormon 450 ppm ini dapat mengefisienkan biaya. Key words: Gyrinops versteegii

Judul Penelitian : Kajian Pertumbuhan Eksplan Pucuk Gaharu (Gyrinops versteegii

(Gilg) Domke) Melalui Teknik Ex Vitro

Nama : Citra Betrianingrum

NIM : E34104031

Menyetujui :

Komisi Pembimbing

Ketua,

Ir. Edhi Sandra, M.Si

NIP. 132 055 229

Anggota,

Ir. Wa Ode Hamsinah Bolu, M.Sc

NIP. 680 003 228

Mengetahui :

Dekan Fakultas Kehutanan IPB,

Dr. Ir. Hendrayanto, M.Agr

NIP. 131 578 788

Tanggal Lulus:

Page 7: KAJIAN PERTUMBUHAN EKSPLAN PUCUK GAHARU …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/11404/E09cbe.pdf · hormon 450 ppm ini dapat mengefisienkan biaya. Key words: Gyrinops versteegii

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang telah

melimpahkan rahmat dan hidayat-Nya, sehingga penulisan skripsi dapat

terselesaikan. Penelitian dilaksankan pada bulan Agustus-Oktober 2008, yang

berjudul ”Kajian Pertumbuhan Eksplan Pucuk Gaharu (Gyrinops versteegii (Gilg)

Domke) melalui Teknik Ex vitro.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada bapak, ibu dan kakak tercinta yang

telah memberi doa, dorongan, dan kasih sayangnya. Ungkapan terima kasih juga

disampaikan kepada Bapak Ir. Edhi Sandra, MSi dan Ibu Ir. Wa Ode Hamsinah Bolu,

MSc, yang telah membimbing dan memberi masukan dalam penulisan karya ilmiah

ini. Selain itu, ungkapan penghargaan ditujukan kepada Bapak Drs. Minaldi yang

telah membimbing penulis dalam berbagai kegiatan teknis lapang selama penulis

melaksanakan penelitian, ucapan terimakasih juga disampaikan kepada Bapak Harun

dari Kebun Raya Bogor yang telah membantu dalam penyediaan eksplan dan ucapan

terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam pelaksanaan penelitian

ini.

Bogor, Januari 2009

Penulis,

Page 8: KAJIAN PERTUMBUHAN EKSPLAN PUCUK GAHARU …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/11404/E09cbe.pdf · hormon 450 ppm ini dapat mengefisienkan biaya. Key words: Gyrinops versteegii

RIWAYAT HIDUP

Penulis lahir di Muara Bungo pada tanggal 28 Desember 1986

sebagai anak kedua dari dua bersaudara, dari pasangan Rum

Herayitno (ayah) dan Hj.Elizabet (ibu). Penulis telah lulus dari SMU

N 3 Solok, pada tahun 2004. Dan pada tahun yang sama penulis

diterima di Fakultas Kehutanan, Departemen Konservasi Sumberdaya

Hutan Dan Ekowisata, Institut Pertanian Bogor melalui jalur USMI (Undangan

Seleksi Masuk IPB).

Selama menuntut ilmu di IPB, penulis aktif di dalam organisasi

kemahasiswaan yakni sebagai staf Himakova tahun kepengurusan 2005-2006, dan

penulis bergabung dalam Kelompok Pemerhati Flora (KPF). Penulis menajabat

sebaga sekretaris dalam kegiatan EXPO Himakova yang dilaksanakan pada bulan

Mei 2007. Pada bulan Juli-Agustus 2007 penulis melaksanakan Praktek Pengenalan

Hutan di Baturraden dan Cilacap, serta Praktek Pengelolaan Hutan yang dilaksanakan

di Getas, Jawa Timur. Bulan Februari tahun 2008 penulis melaksanakan Praktek

Kerja Lapang Profesi (PKLP) di Taman Nasional Bukit Barisan Selatan, Lampung

Barat.

Untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan IPB, penulis menyelesaikan

skripsi dengan judul Kajian Pertumbuhan Eksplan Gyrinops versteegii (Gilg) Domke

Melalui Teknik Ex vitro yang dibimbing oleh Ir. Edhi Sandra, M.Si dan Ir. Wa Ode

Hamsinah Bolu, M.Sc.

Page 9: KAJIAN PERTUMBUHAN EKSPLAN PUCUK GAHARU …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/11404/E09cbe.pdf · hormon 450 ppm ini dapat mengefisienkan biaya. Key words: Gyrinops versteegii

UCAPAN TERIMAKASIH

Segala puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rakhmat dan

hidayah-Nya, sehingga karya tulis berupa Skripsi yang berjudul “Kajian Pertumbuhan

Eksplan Pucuk Gaharu (Gyrinops versteegii (Gilg) Domke) melalui Teknik Ex vitro “

ini dapat diselesaikan. Karya tulis ini disusun sebagai salah satu syarat untuk

memperoleh gelar sarjana di Jurusan Konservasi Sumberdaya Hutan & Ekowisata,

Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor

Penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada orang tua tercinta (Rum

Herayitno dan Hj. Elizabet) dan kakak tersayang (Suci Betrianingrum dan Yusra) atas

doa, dukungan dan motivasi dalam penyusunan skripsi. Selain itu, kepada Bapak Ir.

Edhi Sandra, MSi dan Ibu Ir. Wa Ode Hamsinah Bolu, MSc selaku dosen

pembimbing yang telah memberikan bimbingan, motivasi dan arahan sehingga

skripsi ini dapat terselesaikan.

Penelitian Skripsi ini melibatkan banyak pihak, oleh karena itu pada

kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih dan ungkapan rasa hormat kepada:

1. Bapak Dr. Ir. Hendrayanto, M.Agr. selaku Dekan Fakultas Kehutanan Institut

Pertanian Bogor atas segala fasilitas dan kesempatan belajar bagi penulis selama

menempuh studi di Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor.

2. Bapak Prof. Dr. Ir. Sambas Basuni MSc.F. selaku ketua Departemen Program

Studi Konservasi Sumberdaya Hutan & Ekowisata, Fakultas Kehutanan, Institut

Pertanian Bogor yang telah memberikan dorongan dan semangat.

3. Ibu Dr. Lina Karlina, S.Hut, M.ScF dari Departemen Hasil Hutan dan Ibu Dr. Ir.

Noor Farikhah Haneda , M.Sc dari Departemen Silvikultur sebagai dosen penguji

dan telah memberikan masukan untuk perbaikan skripsi penulis.

4. Keluarga Bapak Komarruddin dan Alm Hj. Unay (Teh Opi, Om Muhlis, Kakak

Dikcoy, Teh Dewi) dan khususnya Dede yang telah membantu dalam

penyelesaian skripsi.

Page 10: KAJIAN PERTUMBUHAN EKSPLAN PUCUK GAHARU …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/11404/E09cbe.pdf · hormon 450 ppm ini dapat mengefisienkan biaya. Key words: Gyrinops versteegii

5. Sahabat yang selalu bersama penulis (Rofa, Denny, Heru K,) dan teman-teman

PKLP Taman Nasional Bukit Barisan Selatan (Okta, Ari, Dwi, Aan, Rofa, dan

Nira).

6. Seluruh staf KPAP Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata

khususnya ibu Evan dan ibu Titin.

7. Kepada pihak Biotek, khususnya: Drs. Minaldi, Pak Pramono, Pak Wahyu, Bu

Karianti, Mas Yusuf, Mas Alkindi, Mas Dwi H, Pak Parjo, Mas Firman, Mas

Hilman dan Mas Hendrik.

8. Semua teman-teman KSH 41 atas segala kebersamaan mengejar studi, khususnya:

Hermi, Yandi, Oki, Tice, Ivan, Zulfan, Ucenk, Tikul, Toa. Semoga kita dapat

meraih segala cita-cita dan dapat bertemu lagi disuatu waktu.

9. Semua pihak yang telah membantu terselesaikannya Skripsi ini.

Dengan segala kerendahan hati penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini

masih jauh dari kesempurnaan, baik dari segi materi dan penyajian. Namun penulis

berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pihak-pihak yang membutuhkan.

Bogor, Januari 2009

Citra Betrianingrum

Page 11: KAJIAN PERTUMBUHAN EKSPLAN PUCUK GAHARU …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/11404/E09cbe.pdf · hormon 450 ppm ini dapat mengefisienkan biaya. Key words: Gyrinops versteegii

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR ........................................................................................ i

DAFTAR ISI ..................................................................................................... iv

DAFTAR TABEL ............................................................................................ vi

DAFTAR GAMBAR ........................................................................................ vii

DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................... viii

BAB I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ...................................................................................... 1

1.2 Tujuan .................................................................................................. 3

1.3 Hipotesis ................................................................................................ 3

1.4 Manfaat .................................................................................................. 3

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Gaharu ..................................................................................................... 4

2.1.1 Taksonomi ................................................................................... 4

2.1.2 Morfologi ...................................................................................... 4

2.1.3 Penyebaran dan Habitat Gaharu ..................................................... 5

2.1.4 Pemanfaatan ................................................................................... 5

2.1.5 Status Tumbuhan ............................................................................ 6

2.2 Perbanyakan secara Vegetatif ................................................................. 7

2.2.1 Definisi Stek ................................................................................... 8

2.2.2 Faktor yang Berpengaruh dalam Pertumbuhan Stek ...................... 9

2.3 Zat Pengatur Tumbuh .............................................................................. 13

BAB III. METODE PENELITIAN

3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian .................................................................. 14

3.2 Alat dan Bahan Penelitian ....................................................................... 14

3.3 Prosedur Penelitian.................................................................................. 14

3.3.1 Persiapan ..................................................................................... 14

Page 12: KAJIAN PERTUMBUHAN EKSPLAN PUCUK GAHARU …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/11404/E09cbe.pdf · hormon 450 ppm ini dapat mengefisienkan biaya. Key words: Gyrinops versteegii

3.3.1.1 Pengambilan Eksplan ........................................................... 14

3.3.1.2 Pembuatan Media ................................................................. 15

3.3.1.3 Pembuatan ZPT .................................................................... 15

3.3.2 Penanaman .................................................................................. 15

3.3.2.1 Media .................................................................................... 15

3.3.2.2 Sterilisasi Eksplan ................................................................ 15

3.3.2.3 Penanaman Eksplan.............................................................. 16

3.3.3 Pemeliharaan ............................................................................... 16

3.3.4 Pengamatan dan pengambilan data ............................................. 16

3.3.4.1 Tinggi ................................................................................... 16

3.3.4.2 Persentase hidup eksplan Gyrinops versteegii ..................... 16

3.3.4.3 Jumlah dan panjang akar ...................................................... 17

3.3.4.4 Persentase yang berakar ....................................................... 17

3.3.5 Analisis Data ............................................................................... 17

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Jenis Media Perakaran ............................................................................ 20

4.1.1 Pengaruh Jenis Media Terhadap Persen Esplan Hidup .................. 21

4.1.2 Pengaruh Jenis Media terhadap Pertumbuhan Pucuk Eksplan ...... 29

4.2 Konsentrasi Hormon IBA terhadap Perakaran ....................................... 34

4.2.1 Persentase eksplan yang berakar .................................................... 35

4.2.2 Jumlah akar eksplan Gyrinops versteegii (Gilg) Domke ............... 41

4.2.2.1. Jumlah Akar Primer (JAP) ................................................ 41

4.2.2.2 Panjang Akar Primer (PAP) ............................................. 44

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan .............................................................................................. 48

5.2 Saran ......................................................................................................... 48

DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 49

LAMPIRAN ...................................................................................................... 50

Page 13: KAJIAN PERTUMBUHAN EKSPLAN PUCUK GAHARU …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/11404/E09cbe.pdf · hormon 450 ppm ini dapat mengefisienkan biaya. Key words: Gyrinops versteegii

DAFTAR TABEL

No. Halaman

1. Persentase jumlah eksplan yang hidup pada perlakuan dengan

hormon dan tanpa hormon (kontrol) ....................................................... 21

2. Rekapitulasi kemampuan hidup eksplan G. versteegii selama

10 minggu ................................................................................................... 22

3. Sidik Ragam pengaruh media dan hormon terhadap persentase hidup

eksplan pucuk G.versteegii ......................................................................... 26

4. Uji Duncan (Uji Jarak Nyata Terkecil) jenis media terhadap persentase

hidup stek Estimasi kepadatan populasi orangutan .................................... 26

5. Uji Duncan (Uji Jarak Nyata Terkecil) interaksi jenis media dan hormon

terhadap persentase hidup stek yang memberikan pengaruh terbesar ........ 27

6. Jenis dan kandungan unsur hara dalam kompos ........................................... 31

7. Sidik Ragam pengaruh media dan hormon terhadap pertambahan tinggi

eksplan pucuk G.versteegii .......................................................................... 33

8. Uji Duncan (Uji Jarak Nyata Terkecil) jenis media terhadap pertambahan

tinggi Eksplan ................................................................................................... 34

9. Sidik Ragam pengaruh media dan hormon terhadap persentase berakar

eksplan pucuk Gyrinops versteegii ............................................................... 39

10. Uji Duncan (Uji Jarak Nyata Terkecil) hormon terhadap

persentase berakar eksplan ........................................................................... 39

11. Uji Duncan (Uji Jarak Nyata Terkecil) interaksi jenis media dan hormon

terhadap persentase berakar stek yang memberikan pengaruh terbesar ...... 40

12. Sidik Ragam pengaruh media dan hormon terhadap jumlah akar primer

stek pucuk Gyrinops versteegii .................................................................... 42

Page 14: KAJIAN PERTUMBUHAN EKSPLAN PUCUK GAHARU …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/11404/E09cbe.pdf · hormon 450 ppm ini dapat mengefisienkan biaya. Key words: Gyrinops versteegii

13. Uji Duncan hormon terhadap jumlah akar primer (JAP) eksplan pucuk G.

versteegii .................................................................................................... 43

14. Uji Duncan (Uji Jarak Nyata Terkecil) interaksi jenis media dan hormon

terhadap JAP eksplan yang memberikan pengaruh terbesar ........................ 44

15. Sidik Ragam pengaruh media dan hormon terhadap PAP ........................... 45

16. Uji Duncan jenis media terhadap persentase hidup eksplan ................................ 46

17. Rekapitulasi pengaruh media dan hormon untuk berbagai parameter ......... 47

18. Rekapitulasi sidik ragam pengaruh media dan hormon untuk setiap

parameter yang diamati ................................................................................ 47

Page 15: KAJIAN PERTUMBUHAN EKSPLAN PUCUK GAHARU …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/11404/E09cbe.pdf · hormon 450 ppm ini dapat mengefisienkan biaya. Key words: Gyrinops versteegii

DAFTAR GAMBAR

No. Halaman

1. Gyrinops versteegii (dok. Citra, 2008) . ....................................................... 4

2. Eksplan yang terserang jamur ...................................................................... 22

3. Jumlah eksplan hidup per media tanam ........................................................ 23

4. Kondisi eksplan yang masih segar pada media tanah (a) A1B5 (b) A1B2 .. 24

5. Pucuk yang tumbuh pada media campuran ................................................. 30

6. Rata-rata tinggi eksplan berdasarkan ulangan waktu pengamatan

(a) perlakuan tanah, (b) perlakuan pasir, (c) perlakuan media campuran ....32

7. Persentase berakar ekspal berdasarkan konsentrasi hormon .......................36

8. Persentase eksplan berakar berdasarkan jenis media ...................................37

9. Persentase berakar pada kontrol ..................................................................37

10. Diagram pengaruh jenis media dan hormon terhadap persen eksplan

berakar Gyrinops versteegii .........................................................................38

11. Diagram pengaruh media dan hormon terhadap JAP eksplan pucuk

Gyrinops versteegii .......................................................................................42

12. Diagram pengaruh media dan hormon terhadap PAP eksplan pucuk

Gyrinops versteegii .....................................................................................45

Page 16: KAJIAN PERTUMBUHAN EKSPLAN PUCUK GAHARU …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/11404/E09cbe.pdf · hormon 450 ppm ini dapat mengefisienkan biaya. Key words: Gyrinops versteegii

DAFTAR LAMPIRAN

No. Halaman

1. Jumlah eksplan hidup pada perlakuan ........................................................ 52

2. Jumlah eksplan hidup pada kontrol .............................................................. 52

3. Tinggi eksplan dengan perlakuan hormon ................................................... 53

4. Tinggi eksplan tanpa perlakuan hormon (kontrol) ....................................... 54

5. Jumlah eksplan yang berakar pada perlakuan .............................................. 54

6. Jumlah eksplan yang berakar pada kontrol .................................................. 55

7. Rekapitulasi jumlah akar dan rata-rata panjang akar pada perlakuan

hormon ......................................................................................................... 56

8. Rata-rata jumlah akar pada perlakuan .......................................................... 64

9. Rata-rata jumlah akar pada kontrol .............................................................. 64

10. Rekapitulasi jumleh eksplan yang mengalami rontok daun pada

perlakuan ..................................................................................................... 65

11. Rekapitulasi jumlah eksplan yang mengalami rontok daun pada kontrol ... 65

Page 17: KAJIAN PERTUMBUHAN EKSPLAN PUCUK GAHARU …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/11404/E09cbe.pdf · hormon 450 ppm ini dapat mengefisienkan biaya. Key words: Gyrinops versteegii

BAB I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia adalah produsen gaharu terbesar di dunia dan menjadi tempat tumbuh

endemik beberapa species gaharu komersial (Situmorang dan Yupi, 2006). Pada

tahun 1985, jumlah ekspor gaharu Indonesia mencapai sekitar 1487 ton, namun

eksploitasi hutan alam tropis dan perburuan gaharu yang tidak terkendali telah

mengakibatkan species-species gaharu menjadi langka. Sejak saat itu ekspor gaharu

dibatasi oleh kuota yaitu hanya 250 ton/tahun. Namun sejak tahun 2000, total ekspor

gaharu dari Indonesia terus menurun hingga jauh dibawah ambang kuota CITES.

Semakin sulitnya mendapatkan gaharu di hutan alam telah mengakibatkan semua

pohon gaharu (Aquilaria spp. dan Gyrinops spp., penghasil utama gaharu)

dimasukkan dalam Apendix II pada konvensi CITES tanggal 2-14 Oktober 2004 di

Bangkok. Gaharu mambutuhkan waktu yang cukup lama untuk melakukan

regenerasi. Dilihat perbandingannnya lebih besar permintaan dibandingkan

pertumbuhan gaharu itu sendiri. Karena kekhawatiran akan punahnya species gaharu

di Indonesia, maka sejak tahun 2005 Departemen Kehutanan telah menurunkan kuota

ekspor menjadi hanya 125 ton/tahun.

Gaharu merupakan salah satu jenis flora yang memiliki berbagai manfaat dan

komoditas elit hasil hutan bukan non kayu (HHBK) karena bernilai tinggi dan banyak

diminati oleh masyarakat. Menurut Sumarna (2007), jenis ini banyak diminati karena

mengandung damar wangi berupa oleoresin yang akan mengeluarkan aroma khas bila

dibakar.

Dalam pemenuhan permintaan pasar, semua produksi gaharu masih

mengandalkan dari hutan alam. Jika tidak diatasi pengadaan plasma nutfahnya, maka

akan mengancam kelestarian jenis gaharu itu sendiri. Menurut kebijakan pemerintah

masa lalu, masyarakat diberi kesempatan seluasnya untuk memproduksi gaharu

dengan pengawasan relatif rendah dan nilai jual relatif tinggi. Kegiatan ini dapat

menimbulkan intensitas perburuan gaharu di hutan alam semakin tidak terkendali.

Page 18: KAJIAN PERTUMBUHAN EKSPLAN PUCUK GAHARU …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/11404/E09cbe.pdf · hormon 450 ppm ini dapat mengefisienkan biaya. Key words: Gyrinops versteegii

Kurangnya pengetahuan dalam membedakan pohon berisi dan tidak berisi gubal

gaharu mengakibatkan masyarakat pemungut gaharu menebang pohon secara

spekulatif. Pohon gaharu yang telah ditebang ternyata tidak mengandung gaharu

setelah dikupas dan dicacah, kemudian akan diterlantarkan begitu saja. Jika hal ini

berlangsung secara terus menerus dan tidak adanya upaya pelestarian ataupun

kebijakan tentang pemanenan gaharu, maka populasi gaharu akan semakin terancam

punah.

Untuk mengatasi kelangkaan, dibutuhkan upaya konservasi melalui kegiatan

pemanfaatan secara lestari dan pelestarian jenis beserta ekosistemnya. Alasan lain

untuk dilakukannya upaya konservasi gaharu adalah substansi aromatik yang

terkandung dalam gubal gaharu ini termasuk dalam golongan sesquiterpena.

Substansi ini memiliki struktur kimia yang sangat spesifik, sehingga sampai saat ini

belum dapat dibuat secara sintetis.

Dalam upaya pelestarian plasma nutfah jenis gaharu dilakukan dengan

perbanyakan vegetatif. Perbanyakan gaharu dengan menggunakan cara generatif

masih belum optimal, karena di Indonesia belum tersedia kebun induk pohon

penghasil biji gaharu yang terpelihara dengan baik yang disiapkan oleh pemerintah,

pengusaha, maupun oleh masyarakat. Upaya pelestarian gaharu dapat dilakukan

dengan kegiatan in vitro dan ex vitro. Selain untuk mempertahankan kelestarian

gaharu, konservasi plasma nuftah gaharu baik secara in vitro maupun ex vitro juga

akan memberikan peluang dihasilkannya bibit unggul.

Ex vitro merupakan salah satu kegiatan dalam pelestarian jenis dengan cara

perbanyakkan bibit, melalui kegiatan ini dapat dilakukan upaya peminimalisiran

biaya pembibitan, sehingga biaya yang dibutuhkan untuk pembibitan lebih ringan

dibandingkan dengan kegiatan pembibitan secara in vitro. Namun, dasar dari kegiatan

ini tetap merujuk pada kegiatan in vitro. Regenerasi secara ex-vitro merupakan

kegiatan perbanyakkan secara vegetatif, di mana tunas-tunas yang dihasilkan dari

pohon induk dapat langsung ditanam dalam media tanah dengan aplikasi zat

perangsang tunas dan akar. Dengan metode perbanyakan tunas gaharu secara ex vitro,

Page 19: KAJIAN PERTUMBUHAN EKSPLAN PUCUK GAHARU …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/11404/E09cbe.pdf · hormon 450 ppm ini dapat mengefisienkan biaya. Key words: Gyrinops versteegii

bahan tanam dapat disediakan dalam jumlah banyak dengan waktu yang singkat,

sehingga dapat mendukung pelestarian plasma nutfah gaharu.

Kegiatan ex vitro dipengaruhi oleh berbagai faktor yaitu faktor eksternal dan

faktor internal. Dalam kajian ini akan dititik beratkan pada faktor eksternal yaitu

konsentrasi zat pengatur tumbuh dan media yang digunakan.

1.2 Tujuan

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk:

1. Mendapatkan komposisi media yang sesuai untuk pertumbuhan eksplan pucuk

Gyrinops versteegii melalui teknik ex vitro.

2. Mendapatkan konsentrasi hormon tumbuh IBA (Indole Butyric Acid) yang

optimal bagi pertumbuhan perakaran eksplan pucuk Gyrinops versteegii melalui

teknik ex vitro.

1.3 Hipotesis

Kajian pertumbuhan eksplan pucuk dari jenis Gyrinops versteegii pada berbagai

macam media tumbuh dan berbagai konsentrasi hormon IBA dapat menghasilkan

pertumbuhan yang berbeda-beda.

1.4 Manfaat

Dapat memberikan informasi tentang media tumbuh yang sesuai dan

informasi konsentrasi hormon yang terbaik untuk pertumbuhan eksplan pucuk

Gyrinops versteegii, sehingga dapat diterapkan guna mendukung pelestarian plasma

nutfah.

Page 20: KAJIAN PERTUMBUHAN EKSPLAN PUCUK GAHARU …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/11404/E09cbe.pdf · hormon 450 ppm ini dapat mengefisienkan biaya. Key words: Gyrinops versteegii

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Gaharu

2.1.1 Taksonomi

Menurut Gilg (1932), taksonomi dari jenis gaharu ini adalah:

Kingdom : Plantae

Divisi : Spermatophyta

Sub-Divisi : Angiospermae

Class : Dicotyledone

Sub-Class : Magnoliopsida

Famili : Thymelaeaceae

Genus : Gyrinops

Species :Gyrinops versteegii (Gilg)

Domke

Gambar 1. Gyrinops versteegii (dok. Citra, 2008)

2.1.2 Morfologi

Jenis tumbuhan penghasil gaharu dari famili Thymelaeaceae memiliki ciri dan

sifat morfologis yang relatif sama. Tumbuhan ini biasanya berupa semak belukar atau

pohon kecil, selalu hijau atau berganti daun setiap tahun. Pertulangan daun berbentuk

alternate, oposite dengan ujung daun berbentuk runcing. Tumbuhan ini merupakan

jenis tumbuhan biseksual dan kadang-kadang dioecious. Susunan bunga di tangkai

atau subterminal lebih sering berupa susunan axillary dan kadang-kadang berupa

susunan brachyblasts, sessile atau pedunculate, yang pada dasarnya racemose.

Susunan bunga berupa capitate, spicate, umbelliform, atau fascicled. Bunga pada

umumnya actinomorphic, biseksual atau uniseksual dan kebanyakan dioecious,

bracteate (daun kecil pada bunga yang membentuk suatu involucre atau ebracteate,

sessile atau pedicellate). Kelopak bunga berbentuk pipa, campanulate, atau

infundibuliform. Pada umumnya mahkota bunga tersusun 4, 5 atau 6, kebanyakkan

Page 21: KAJIAN PERTUMBUHAN EKSPLAN PUCUK GAHARU …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/11404/E09cbe.pdf · hormon 450 ppm ini dapat mengefisienkan biaya. Key words: Gyrinops versteegii

berbentuk caducous, namun kadang-kadang circumscissile atau gigih, atau juga

berbentuk seperti cuping yang menutupi. Benang sari berjumlah 2 atau lebih dan

pada umumnya sebanding dengan jumlah kelopak. Kepingan hypognous pada

umumnya mengarah ke dasar indung telur, seperti mengelupas, cup-shaped atau

berbentuk gelang. Indung telur superior terdiri dari 1 atau 2 lokus, sessile atau ovules

solitary pada setiap lokus. Buah kebanyakan berbentuk indehiscent atau gemuk,

sedangkan pada Aquilaria berbentuk suatu loculicidal kapsule. Benih dengan atau

tanpa endosperm, embrio lurus atau langsung.

Phloem berisi serat yang sangat kuat, menjadikan jenis ini sangat baik sebagai

pelapis kertas untuk menghasilkan kertas dengan kualitas terbaik. Kebanyakkan jenis

adalah beracun dan beberapa bersifat medicinally yang dapat digunakan sebagai obat.

2.1.3 Penyebaran dan Habitat

Penyebaran gaharu di Indonesia antara lain terdapat di kawasan hutan

Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, Maluku, Papua, Nusa Tenggara, dan Jawa. Secara

ekologis jenis-jenis gaharu di Indonesia tumbuh pada daerah dengan ketinggian 0 –

2400 mdpl. Umumnya gaharu yang memiliki kualitas sangat baik, tumbuh pada

daerah beriklim panas dengan suhu 28o – 34

o C, kelembaban 60% - 80%, dengan

curah hujan 1000 – 2000 mm/tahun (Sumarna, 2007).

Gaharu dapat tumbuh baik pada kondisi tanah yang beragam. Tumbuhan ini

dapat tumbuh baik pada kondisi tanah dengan struktur dan tekstur yang subur,

sedang, maupun ekstrem. Tumbuhan ini pun dapat dijumpai pada kawasan hutan

rawa, gambut, hutan dataran rendah, atau hutan pegunungan dengan tekstur tanah

berpasir.

2.1.4 Pemanfaatan

Berdasarkan hasil analisis kimia, gaharu memiliki enam komponen utama

berupa furanoid sesquiterpene, di antaranya adalah a-agarofuran, b-agarofuran, dan

agarospirol. Komponen minyak atsiri yang dikeluarkan gaharu berupa

sequiterpenoida, eudesmana, dan velancana.

Page 22: KAJIAN PERTUMBUHAN EKSPLAN PUCUK GAHARU …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/11404/E09cbe.pdf · hormon 450 ppm ini dapat mengefisienkan biaya. Key words: Gyrinops versteegii

Gaharu mengeluarkan aroma keharuman yang khas, dimanfaatkan untuk

bahan baku industri parfum, kosmetika, dupa, dan pengawet berbagai jenis asesoris.

Pemanfaatan gaharu masih dalam bentuk produk bahan baku, yaitu bahan kayu

bulatan, cacahan, bubuk, atau fosil kayu yang sudah terkubur. Seiring dengan

perkembangan ilmu dan teknologi industri, gaharu pun bukan hanya bermanfaat

sebagai bahan industri pengharum, tetapi juga secara klinis dapat dimanfaatkan

sebagai obat.

Dari hasil penelitian yang ada, gaharu dikenal mampu mengobati penyakit

seperti stres, asma, liver, ginjal, radang lambung, radang usus, rhematik, tumor dan

kanker (Anonim, 2003). Beberapa negara seperti Singapura, Cina, Korea, Jepang,

dan Amerika Serikat sudah mengembangkan gaharu tersebut sebagai bahan obat-

obatan, seperti penghilang stres, gangguan ginjal, sakit perut, asma, hepatitis, sirosis,

pembengkakan liver dan limfa, bahan antibiotika untuk TBC, reumatik, kanker,

malairia, serta radang lambung. Di Papua gaharu sudah digunakan secara tradisional

oleh masyarakatnya untuk pengobatan. Daun, kulit batang, dan akar digunakan

sebagai bahan pengobatan malaria. Sementara air sulingan (limbah dari proses

destilasi gaharu untuk menghasilkan minyak atsiri) sangat bermanfaat untuk merawat

wajah dan menghaluskan kulit (Sumarna, 2007).

2.1.5 Status Tumbuhan

Aquilaria dan Gyrinops adalah dua genus dari famili Thymelaeceae yang

dikenal sebagai penghasil gaharu yang tumbuh dan tersebar di Indonesia. Eksploitasi

yang tak terkendali telah mengancam kelestarian kedua kelompok tumbuhan tersebut.

Oleh karena itu, upaya perlindungan telah dilakukan dengan memasukkan A.

malaccensis, jenis penghasil gaharu utama di Indonesia, kedalam daftar Appendix II

CITES (Convention on the International Trade in Endangered Species of Wild Flora

and Fauna) pada bulan November 1994. Selanjutnya, pada Oktober 2004 menyusul

Gyrinops spp, dimasukkan dalam daftar tersebut.

Dalam mengusahakan jenis tumbuhan ini sebagai hasil hutan non-kayu,

Indonesia mempunyai suatu kuota yang diijinkan untuk di ekspor. Pembatasan ini

Page 23: KAJIAN PERTUMBUHAN EKSPLAN PUCUK GAHARU …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/11404/E09cbe.pdf · hormon 450 ppm ini dapat mengefisienkan biaya. Key words: Gyrinops versteegii

sebagai respon terhadap ancaman penebangan secara berlebihan terhadap berbagai

jenis pohon penghasil gaharu. Namun dewasa ini, kemampuan untuk menjangkau

jumlah kuota yang diijinkan semakin menurun akibat kelangkaan gaharu akibat

pemanenan yang berlebihan.

2.2 Perbanyakan secara Vegetatif

Menurut Darmawan dan Baharsjah (1983), pembiakan vegetatif merupakan

perbanyakkan tanaman tanpa melibatkan proses perkawinan dan dapat

mempertahankan sifat-sifat asli induknya. Selanjutnya menurut Sumarna (2007),

perbanyakkan vegetatif merupakan cara perbanyakkan dengan memanfaatkan bagian

dari tanaman induk seperti tunas, cangkok dan stek pucuk.

Harahap (1972) menyatakan bahwa secara garis besar, pembiakan vegetatif

dibagi dua, antara lain:

3. Allelovegetative propagation, merupakan pembiakan vegetatif dari dua jenis

genotif yang berbeda seperti pada sambungan dan okulasi.

4. Autovegetative propagation, merupakan pembiakan genotif yang sama seperti

kegiatan cangkok dan stek.

Kegiatan perbanyakkan secara vegetatif dapat mengantisipasi kendala yang

timbul dari perbanyakkan yang dilakukan secara generatif. Menurut Rochiman dan

Harjadi (1973), banyak tumbuhan tidak memiliki sifat yang sama ataupun

menyerupai sifat induknya apabila dibiakkan dengan biji. Selain itu, alasan lain

dilakukannya perbanyakkan secara vegetatif adalah:

1. Terdapat beberapa jenis tumbuhan yang memiliki biji namun sulit untuk

berkecambah.

2. Tumbuhan yang menghasilkan biji dalam jumlah yang sedikit bahkan tidak

menghasilkan biji.

3. Tumbuhan yang tumbuh dari akar-akar pohon induk, akan lebih rentan terhadap

hama dan penyakit.

4. Beberapa jenis tumbuhan akan tahan terhadap suhu dingin (hard) bila

disambungkan pada batang lain jenis.

Page 24: KAJIAN PERTUMBUHAN EKSPLAN PUCUK GAHARU …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/11404/E09cbe.pdf · hormon 450 ppm ini dapat mengefisienkan biaya. Key words: Gyrinops versteegii

5. Tumbuhan akan memiliki ketahanan yang lebih kuat terhadap hama dan penyakit

bila disambungkan.

6. Pembiakan secara vegetatif untuk jenis-jenis tertentu akan lebih ekonomis.

Perbanyakkan secara vegetatif (asexual propagation) merupakan perbanyakkan

dari bagian-bagian vegetatif tumbuhan. Setiap sel tumbuhan mempunyai informasi

genetik yang berguna untuk membentuk individu tumbuhan yang lengkap.

Perbanyakkan ini dapat terjadi melalui bakal akar dan tunas atau melalui bakal akar,

batang, daun dan tunas atau melalui penyatuan bagian vegetatif seperti pada grafting

dan okulasi (Hartman dan Kester, 1983).

Supriyanto (1997), menyatakan bahwa perbanyakkan vegetatif memiliki

keuntungan-keuntungan, antara lain:

1. Secara genetik, bibit yang dihasilkan memiliki sifat keturunan yang sama dengan

sifat induknya.

2. Tumbuhan yang diperbanyak secara vegetatif lebih cepat berbuah.

3. Tidak tergantung terhadap musim.

4. Dapat diperbanyak dalam jumlah besar.

5. Dapat dikombinasikan dengan jenis tumbuhan yang lain.

2.2.1 Definisi Stek

Perbanyakkan secara vegetatif dapat dilakukan berbagai kegiatan yaitu stek

(cutting), cangkok (layering), penempelan (budding), dan sambungan (grafting)

(Soerianegara dan Djamhuri, 1979). Stek merupakan bagian dari tumbuhan dengan

adanya titik tumbuh, yang dipotong atau pisahkan dari induknya dan kemudian dapat

tumbuh menjadi tanaman baru (Tjitrosoepomo, 2001). Menurut Rochiman dan

Harjadi (1973), penyetekan merupakan suatu perlakukan pemisahan atau pemotongan

beberapa bagian tumbuhan seperti batang, akar, daun dan tunas dengan tujuan agar

bagian-bagian tersebut membentuk akar.

Bahan stek yang digunakan dari bagian pohon yang belum berkayu terlampau

keras. Panjang stek antara 5-10 cm. Bahan stek tersebut sebaiknya diambil dari pohon

induk yang subur, mempunyai pertumbuhan bunga yang baik, dan berdaun lebat.

Page 25: KAJIAN PERTUMBUHAN EKSPLAN PUCUK GAHARU …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/11404/E09cbe.pdf · hormon 450 ppm ini dapat mengefisienkan biaya. Key words: Gyrinops versteegii

Bahan stek dipotong pada bagian dekat daun, karena di lokasi tersebut berkumpul

banyak cadangan makanan. Hal ini memudahkan terbentuknya akar pada bagian

tersebut. Pemotongan bahan stek sebaiknya menggunakan pisau yang tajam (Atjung,

1975).

Berdasarkan bagian tumbuhan yang diambil untuk bahan stek, stek dapat

dibedakan menjadi stek akar, stek batang, stek daun atau stek tunas daun, dan stek

tunas atau stek mata tunas. Stek yang menggunakan batang sebagai bahan stek sangat

menguntungkan karena mempunyai persediaan makanan yang memadai (Wattimena,

1988). Stek yang dilakukan pada bagian atas tumbuhan seperti stek pucuk, stek

batang dan lain-lain, bertujuan untuk mengoptimalkan pembentukan sistem bagian

atas tumbuhan (Rochiman dan Harjadi, 1973; Hartmann dan Kester, 1983).

Adapun keuntungan perbanyakkan vegetatif melalui stek dapat menghasilkan

tumbuhan yang sempurna dengan akar, daun dan batang dalam waktu relatif singkat

serta bersifat serupa dengan induknya (Rochmin dan Harjadi, 1973). Namun

permasalahan yang dihadapi dalam perbanyakan tumbuhan dengan cara stek meliputi

berbagai macam aspek, diantaranya adalah pemilihan bahan stek, pemilihan bibit,

jenis dan konsentrasi hormon yang digunakan untuk memperoleh hasil yang optimal,

serta aplikasinya dalam penanaman di lapangan (Subiakto, 1988).

2.2.2 Faktor yang Berpengaruh dalam Pertumbuhan Stek

Faktor-faktor yang mempengaruhi penyetekan dapat digolongkan menjadi dua

bagian, yaitu faktor dalam dan faktor luar (lingkungan) tanaman (Hartmann dan

Kester, 1983).

Faktor Dalam

a. Jenis tanaman

Beberapa jenis pohon kehutanan dapat dibiakkan dengan metode stek, baik itu

dengan stek akar, stek batang, stek pucuk ataupun stek daun. Namun ada beberapa

pohon tidak bisa dibiakkan dengan metode stek.

Page 26: KAJIAN PERTUMBUHAN EKSPLAN PUCUK GAHARU …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/11404/E09cbe.pdf · hormon 450 ppm ini dapat mengefisienkan biaya. Key words: Gyrinops versteegii

b. Bahan stek

Faktor dari bahan stek meliputi nutrisi yang terkandung didalamnya,

ketersediaan air, kandungan hormon endogen dalam jaringan stek, tipe bahan stek,

bebas dari hama dan penyakit, serta umur pohon induk. Selain itu, kondisi bagian

bahan stek yang akan digunakan untuk penanaman.

Faktor Luar

a. Suhu

Kisaran suhu yang baik untuk pembentukan perakaran adalah 21-270C. Setiap

jenis akan mempunyai suhu yang berbeda-beda dalam kisaran 21-270C untuk

merangsang pembentukan primordia masing-masing jenis. Temperatur media juga

mempunyai pengaruh dalam pembentukan akar. Menurut Rochiman dan Harjadi

(1973), temperatur udara yang optimum untuk pembentukan akar berbeda-beda

menurut jenis tanaman. Tetapi pada kebanyakan tanaman, temperatur udara optimum

adalah 290 C, sedangkan temperatur media perakaran sebaiknya berada pada suhu 24

0

C, karena pada temperatur ini pembelahan sel pada akar akan distimulir. Sedangkan

menurut Smith dan Yasman (1987), suhu dan kelembaban yang baik untuk

mendukung pertumbuhan eksplan dengan baik adalah 25oC – 28

oC dengan

kelembaban diusahakan stabil di atas 90%.

b. Media perakaran

Jenis media yang digunakan untuk media perakaran akan sangat mempengaruhi

kemampuan stek untuk membentuk akar. Media perakaran memiliki fungsi yaitu

untuk menahan bahan stek agar tetap berada pada tempatnya, menyediakan dan

menjaga kelembaban yang dibutuhkan oleh stek dan untuk membiarkan penetrasi

udara ke bagian dasar dari stek (Mahlstede dan Haber, 1957).

Menurut Hartmann dan Kester (1978), kriteria media yang baik adalah sebagai

berikut :

1. Harus cukup kuat dan kompak sebagai pemegang stek atau benih selama

perkecambahan atau pertumbuhan

2. Harus mampu mempertahankan kelembaban

3. Memiliki aerasi dan drainase yang baik

Page 27: KAJIAN PERTUMBUHAN EKSPLAN PUCUK GAHARU …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/11404/E09cbe.pdf · hormon 450 ppm ini dapat mengefisienkan biaya. Key words: Gyrinops versteegii

4. Bebas dari benih tumbuhan liar, nematoda dan berbagai organisme penyebab

penyakit

5. Tidak memiliki salinitas yang tinggi

6. Dapat disterilkan dengan menggunakan panas tanpa menimbulkan efek terhadap

unsur-unsur penting bagi pertumbuhan stek

Media yang sering digunakan untuk stek antara lain dapat terdiri dari campuran

dari tanah, pasir, gambut, sphagnum, vermiculite dan perlite. Perbedaan macam

media terhadap pembentukan akar tidak nyata selama media dapat memenuhi syarat-

syarat pembentukan akar (Rochiman dan Harjadi, 1973).

Menurut Purwowidodo (1998), tanah merupakan tempat tumbuh tanaman dan

penyedia unsur hara. Berhasil tidaknya pertumbuhan tanaman banyak ditentukan oleh

sifat-sifat tanah, karena sifat-sifat tanah menentukan kesesuaian lingkungan akar

tanaman. Tanah lapisan atas banyak mengandung bahan organik yang mempunyai

kemampuan menghisap dan memegang air yang tinggi. Tanah yang beraerasi baik,

presentase pembentukan akar pada stek lebih tinggi dan kualitasnya lebih baik

(Hartmann dan Kester, 1983).

Pasir telah digunakan secara luas sebagai media perakaran stek karena media

ini relatif murah dan mudah tersedia, bersih serta memiliki daya rekat tinggi. Pasir

tidak menyimpan kelembaban sehingga membutuhkan frekuensi penyiraman yang

lebih sering. Penggunaan tunggal tanpa campuran dengan media lain membuatnya

sangat kasar sehingga tidak akan memberikan hasil yang baik. Kekasaran dan sistem

aerasi pasir harus diperhatikan, supaya dapat memberikan hasil yang baik (Yasman

dan Smith, 1988).

c. Kelembaban udara

Kelembaban udara pada bahan stek sebaiknya di atas 90 % terutama sebelum

bahan stek mampu membentuk akar karena kelembaban yang tinggi akan mencegah

stek dari kekeringan dan kematian. Tetapi kelembaban stek dan lingkungan sebaiknya

juga jangan terlalu tinggi, karena apabila media yang digunakan kurang steril,

kelembaban yang terlalu tinggi justru akan memacu perkembangan mikroba

pengganggu yang dapat menyebabkan kegagalan stek.

Page 28: KAJIAN PERTUMBUHAN EKSPLAN PUCUK GAHARU …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/11404/E09cbe.pdf · hormon 450 ppm ini dapat mengefisienkan biaya. Key words: Gyrinops versteegii

Menurut Rochiman dan Harjadi (1973), kelembaban udara termasuk salah satu

faktor penting yang mempengaruhi stek sebelum berakar. Bila kelembaban rendah,

stek akan cepat mati karena kandungan air dalam stek pada umumnya sangat rendah

sehingga stek menjadi kering sebelum membentuk akar.

d. Intensitas Cahaya

Cahaya dibutuhkan tanaman sebagai salah satu komponen dalam proses

fotosintesis, untuk itu intensitas cahaya yang sesuai untuk tanaman akan menentukan

keberhasilan stek. Pengaturan intensitas cahaya dapat dilakukan dengan pengaturan

intensitas naungan.

e. Pemberian Zat Pengatur Tumbuh (ZPT)

Menurut Rochiman dan Harjadi (1973), selain faktor dalam dan faktor luar

(lingkungan), faktor yang mempengaruhi keberhasilan adalah faktor pelaksanaan.

Stek pada umumnya akan berakar bila ditanam pada musim dimana kelembaban

udara cukup tinggi dan pada saat tak terjadi pertumbuhan karena pada masa ini

tanaman banyak mengandung karbohidrat (Djamhuri et al, 1986). Pelaksanaan

penyetekan, mulai dari pemotongan bahan stek, penanaman sampai pemeliharaan

akan mempengaruhi keberhasilan stek. Selain itu dalam penyetekan dibutuhkan

peralatan yang bersih dan steril sehingga memperkecil kemungkinan stek terserang

oleh hama dan penyakit.

Menurut Wudianto (1993), saat pemotongan stek yang baik yaitu pada saat

kelembaban udara tinggi dan tanaman sedang tidak mengalami pertumbuhan. Saat itu

biasanya terjadi pada awal musim hujan. Sedangkan pemotongan stek sebaiknya

dilakukan di dalam air, tujuannya agar jaringan pembuluh pada stek yang baru

dipotong terisi oleh air, dengan demikian akan memudahkan penyerapan zat

makanan. Bila stek dipotong di tempat terbuka, udara tentu saja akan masuk ke dalam

jaringan pembuluh, sehingga penyerapan air dan zat-zat makanan akan dipersulit atau

dihalangi oleh adanya rongga udara tersebut. Menurut Kramer dan Kozlowsky

(1960), ketersediaan air, kandungan bahan makanan, umur pohon induk, jenis

kelamin tanaman, jenis tanaman, bagian tanaman, musim, dan adanya perlakuan ZPT

juga mempengaruhi pertumbuhan stek.

Page 29: KAJIAN PERTUMBUHAN EKSPLAN PUCUK GAHARU …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/11404/E09cbe.pdf · hormon 450 ppm ini dapat mengefisienkan biaya. Key words: Gyrinops versteegii

2.3. Zat Pengatur Tumbuh

Menurut Sinaga (1987), zat pengatur tumbuh tanaman adalah senyawa-senyawa

organik selain nutrisi tumbuhan, yang dalam jumlah sedikit dapat mendukung,

menghambat, serta dapat mempengaruhi setiap proses fisiologis tumbuhan. Hormon

tumbuhan (plant hormone) merupakan zat organik yang dihasilkan oleh tumbuhan

atau buatan (hormon sintetis), yang dalam konsentrasi rendah dapat mengatur proses

fisiologis. Hormon biasanya bergerak dari bagian tanaman yang menghasilkan

menuju kebagian tanaman lainnya (Abidin, 1983).

Pemberian zat pengatur tumbuh ini dimaksudkan untuk merangsang

pembentukan dan pertumbuhan akar dalam stek batang dan stek pucuk. Salah satu zat

pengatur tumbuh yang sering digunakan untuk merangsang pembentukan dan

pertumbuhan akar adalah jenis auksin. Jenis auksin yang sering digunakan untuk

keperluan tersebut adalah IAA (Indole Asetat Acid), IBA (Indole Butyric Acid), dan

NAA (Naftelenasetat). Jenis auksin yang dipergunakan secara luas dan merupakan

bahan terbaik dibandingkan dengan jenis auksin lainnya adalah IBA (Hartmann dan

Ketser, 1983). IAA memiliki kelebihan karena dapat tersebar ke tunas-tunas dan

menghalangi perkembangan serta pertumbuhan tunas-tunas tersebut. Di dalam

praktek pemakaian, IBA dan NAA lebih stabil sifat kimianya dan mobilitasnya di

dalam tanaman rendah. Kelemahan NAA yaitu kisaran konsentrasi yang sempit,

sehingga penggunaanya harus hati-hati agar konsentrasi optimum tidak terlampaui.

IBA bersifat lebih baik dari pada IAA dan NAA, karena kandungan kimianya lebih

stabil, daya kerjanya lebih lama dan relatif lebih lambat ditranslokasikan di dalam

tanaman, sehingga memungkinkan memperoleh respon yang lebih baik terhadap

perakaran stek (Kusumo, 1984).

Penggunaan zat pengatur tumbuh ini efektif pada jumlah tertentu, konsentrasi

yang terlalu tinggi dapat merusak eksplan, dimana pembelahan sel dan kalus akan

berlebihan dan mencegah tumbuhnya tunas dan akar, sedangkan pada konsentrasi

dibawah optimum tidak efektif (Rochiman dan Harjadi, 1973).

Page 30: KAJIAN PERTUMBUHAN EKSPLAN PUCUK GAHARU …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/11404/E09cbe.pdf · hormon 450 ppm ini dapat mengefisienkan biaya. Key words: Gyrinops versteegii

BAB III. METODE PENELITIAN

3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan di Balai Pengkajian Bioteknologi BPPT (Badan

Pengkajian dan Penerapan Teknologi), berlokasi di Kawasan PUSPIPTEK (Pusat

Pengkajian Ilmu Penegtahuan dan Teknologi), Serpong, Tangerang, Provinsi Banten.

Penelitian ini berlangsung pada bulan Agustus sampai Oktober 2008.

3.2 Alat dan Bahan

Alat yang akan digunakan pada penelitian ini adalah:

a. Timbangan

b. Aluminium foil

c. Sendok

d. Pipet

e. Botol berukuran 1 L

f. Magnetic Stirrer

g. Box mika

h. Aqua gelas bekas 240 ml

i. Cutter

j. Gunting tanaman

k. Sungkup

l. Paranet

m. Papan iris

n. Bak plastik

o. Sprayer

p. Steples

q. Kertas label

Untuk bahan, yang digunakan adalah sebagai berikut:

a. Eksplan Gyrinops versteegii

b. Media (tanah, pasir, dan kompos)

c. IBA (indole butyric acid) sintetic

d. Aquadest

e. Bakterisida

f. Fungisida

g. Antracol

h. Vitamin B1

i. Zat perekat

j. Kalsium karbonat

3.3 Prosedur Penelitian

3.3.1 Persiapan

3.3.1.1 Pengambilan eksplan

Eksplan yang akan diambil berasal dari pohon induk koleksi dari Kebun Raya

Bogor. Pucuk yang diambil merupakan dari pucuk stak (pucuk dorman) dengan ciri

batang putih kemerahan sepanjang 15 - 20 cm. Pengambilan eksplan dalam kondisi

Page 31: KAJIAN PERTUMBUHAN EKSPLAN PUCUK GAHARU …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/11404/E09cbe.pdf · hormon 450 ppm ini dapat mengefisienkan biaya. Key words: Gyrinops versteegii

sehat dan berasal dari pohon gaharu yang sehat serta belum diinjeksi patogen untuk

pembentukan gubal dari pohon gaharu tersebut.

3.3.1.2 Pembuatan Media

Media merupakan salah satu faktor eksternal yang mendukung pertumbuhan

eksplan. Pada kajian ini, campuran media yang akan digunakan adalah tanah, pasir

dan kompos.

A1 : Tanah

A2 : Pasir

A3 : Campuran tanah, pasir, dan kompos (1:1:1)

3.3.1.3 Pembuatan ZPT

Zat pengatur tumbuh yang akan digunakan adalah IBA (Indole Butyric Acid)

dengan konsentrasi 400 ppm, 450 ppm, 500 ppm, 550 ppm, dan 600 ppm yang berupa

cairan/larutan. Larutan yang telah dibuat, disimpan di dalam botol dan dibungkus

dengan aluminium foil, simpan di dalam lemari pendingin.

3.3.2 Penanaman

3.3.2.1 Media

Media yang digunakan dalam penanaman eksplan adalah tanah, pasir, dan

kompos. Untuk media pertama menggunakan media tunggal yaitu media tanah.

Wadah yang digunakan untuk penanaman adalah box mika, tanah diisi ke dalam box

mika sebanyak setengah box atau enam kali aqua gelas yang berukuran 240 ml.

Setelah itu, media baik tanah, pasir, dan campuran (tanah + pasir + kompos)

disemprot dengan menggunakan antracol (bakterisida) hingga rata, tidak hanya

dipermukaannya saja, melainkan sampai bagian bawah media. Selanjutnya

mnenyiapkan lubang tanam sebanyak sepuluh lubang tiap boxnya.

3.3.2.2 Sterilisasi Eksplan

Pemotongan eksplan dilakukan sampai 3-4 buku, kemudian daun dipotong dan

disisakan sepanjang ± 1 cm. Bagian pangkal eksplan disayat dengan kedalaman ± 2

mm. Eksplan yang sudah dipotong, kemudian direndam dalam larutan vitamin B1

(Growquick). Setelah itu, eksplan disterilisasi dengan menggunakan bahan sterilan

Page 32: KAJIAN PERTUMBUHAN EKSPLAN PUCUK GAHARU …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/11404/E09cbe.pdf · hormon 450 ppm ini dapat mengefisienkan biaya. Key words: Gyrinops versteegii

anti jamur dan bakteri. Larutan tersebut merupakan campuran dari Benstar, Agristik,

dan Agrept, perendaman eksplan di dalam larutan sterilan dilakukan selama 15 menit.

3.3.2.3 Penanaman

Eksplan yang telah direndam di dalam larutan sterilan ditiriskan/dikering

anginkan. Pilih eksplan dengan kondisi batang eksplan yang baik, direndam dalam

larutan hormon 400 ppm, 450 ppm, 500 ppm, 550 ppm, dan 600 ppm, masing-masing

30 eksplan untuk tiga box mika, dimana masing-masing box ditanam sepuluh

eksplan. Eksplan direndam selama 15 menit. Selama perendaman, siapkan pasta

kalsium karbonat (CaCO3), dan dalam pembuatan pasta tersebut pelarut yang

digunakan masing-masing konsentrasi hormon.

Setelah 15 menit, eksplan ditanam pada media. Sebelum ditanam, bagian

pangkal eksplan diolesi pasta hingga sayatan pada bagian pangkal eksplan tertutup.

Kemudian eksplan ditanam pada lubang tanam yang telah tersedia. Setelah itu

eksplan dan media yang telah ditanam, disiram/disemprot dengan air hingga basah

secara merata. Selanjutnya box mika ditutup dan disteples secara rapat, box tersebut

disimpan di dalam sungkup plastik.

3.3.3 Pemeliharaan

Pemeliharaan yang dilakukan adalah dengan penyiraman pada lantai sungkup

agar tetap lembab. Selain itu, dilakukan penyiangan untuk mengatasi gulma yang

terdapat di dalam sungkup.

3.3.4 Pengamatan dan Pengambilan Data

3.3.4.1 Tinggi

Panjang eksplan awal diukur terlebih dahulu setelah dilakukan penanaman. Hal

ini untuk pengamatan tinggi eksplan setelah ditanam, dan pengukuran dilakukan dua

minggu sekali. Tinggi bahan stek tersebut diukur secara konsisten dari pangkal

hingga ujung batang (pucuk).

Page 33: KAJIAN PERTUMBUHAN EKSPLAN PUCUK GAHARU …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/11404/E09cbe.pdf · hormon 450 ppm ini dapat mengefisienkan biaya. Key words: Gyrinops versteegii

3.3.4.2 Jumlah eksplan yang hidup dan laju kematian

Keberhasilan tumbuh eksplan yang hidup diamati tiap dua minggu. Selain

eksplan yang hidup, jumlah eksplan yang mati ataupun yang mengalami daun rontok

juga diamati. Sehingga hasil akhir akan diperoleh data persentase hidup eksplan.

Setiap minggu terdapat eksplan yang mati, maka dapat dihitung laju kematian

eksplan tiap minggunya dengan rumus:

3.3.4.3 Jumlah dan panjang akar

Parameter lain untuk mengkaji pertumbuhan eksplan adalah jumlah akar yang

keluar dan pengukuran akar dari tiap eksplan. Pengukuran ini dilakukan pada akhir

pengamatan yaitu pada pengamatan ke-5 (minggu ke-10).

3.3.4.4 Persentase eksplan yang berakar

Pengamatan persentase berakar dilakukan pada minggu ke-10 (pengamatan ke-5).

Dari jumlah eksplan yang hidup dapat, namun belum tentu memiliki akar. Maka,

dapat dipersentasekan jumlah eksplan yang berakar dengan rumus:

3.3.5 Analisis Data

Penelitian dengan menggunakan rancangan Percobaan Faktorial 3 x 5 dalam

Rancangan Acak Kelompok. Untuk masing-masing faktor dirinci sebagai berikut :

Faktor A : Jenis media, terdiri dari :

A1 : Media berupa tanah

A2 : Media berupa pasir

A3 : Media berupa campuran tanah, pasir, dan kompos

Page 34: KAJIAN PERTUMBUHAN EKSPLAN PUCUK GAHARU …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/11404/E09cbe.pdf · hormon 450 ppm ini dapat mengefisienkan biaya. Key words: Gyrinops versteegii

Faktor B : Konsentrasi hormon IBA, terdiri dari :

B1 : IBA dengan konsentrasi 400 ppm

B2 : IBA dengan konsentrasi 450 ppm

B3 : IBA dengan konsentrasi 500 ppm

B4 : IBA dengan konsentrasi 550 ppm

B5 : IBA dengan konsentrasi 600 ppm

Jumlah yang digunakan sebanyak 3 kelompok, dengan tiap kelompok terdiri

dari 150 eksplan, serta masing-masing perlakuan terdiri dari 10 eskplan. Dengan

demikian jumlah eksplan yang digunakan sebanyak 450 eksplan. Pembagian

kelompok ini berdasarkan atas jenis media perlakuan.

Menurut Yitnosumarto 1993, kondisi tempat/lokasi dapat dikatakan relatif

sama, namun secara statistik homogenitas sulit dicapai karena tidak ada dua tempat

yang berdekatan sekalipun memiliki persamaan seratus persen untuk berbagai

keadaan baik fisik, kimia maupun kondisi lingkungannya.

Model statistik yang digunakan adalah :

Yij = µ + Rk + Ai + Bj + (AB)ij +Eijk

Keterangan :

i = 1, 2, 3, 4..........

j = 1, 2, 3, 4..........

Yij = Nilai pengamatan perlakuan dari faktor A taraf ke-i dan faktor B taraf ke- j

µ = Nilai rata-rata umum

Rk = Pengaruh perbedaan kelompok

Ai = Pengaruh faktor A taraf ke-i

Bj = Pengaruh faktor B taraf ke-j

(AB)ij = Interaksi antar faktor A taraf ke-i dengan faktor B taraf ke-j

Eijk = Pengaruh acak (galat percobaan)

Hipotesa dalam uji F adalah sebagai berikut :

Ho : Perbedaan jenis media, dan konsentrasi hormon serta kombinasinya tidak

akan berpengaruh terhadap jumlah eksplan hidup, tinggi, jumlah eksplan

berakar, jumlah dan panjang akar primer

H1 : Perbedaan jenis media, dan konsentrasi hormon serta kombinasinya akan

berpengaruh terhadap jumlah eksplan hidup, tinggi, jumlah eksplan berakar,

jumlah dan panjang akar primer

Page 35: KAJIAN PERTUMBUHAN EKSPLAN PUCUK GAHARU …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/11404/E09cbe.pdf · hormon 450 ppm ini dapat mengefisienkan biaya. Key words: Gyrinops versteegii

Pengambilan keputusan dengan uji F adalah :

F hitung > F tabel : Terima H1

F hitung < F tabel : Terima Ho

Uji selanjutnya setelah H1 diterima yaitu dilakukan uji wilayah berganda

Duncan (Gaspersz, 1994). Dengan langkah-langkah sebagai berikut :

1. Menyusun nilai tengah perlakuan dalam urutan menaik

2. Menghitung galat baku dari nilai tengah perlakuan percobaan dengan perlakuan-

perlakuan untuk percobaan dengan perlakuan yang mempunayai ulangan yang

sama : sỸ = (s2/r)

1/2 =(KTG/r)

1/2, dimana s

2 = nilai kuadrat tengah galat dan r

adalah jumlah ulangan

3. Menghitung wilayah nyata terpendek untuk berbagai wilayah/ranges dari nilai

tengah sebagai berikut : Rp = rp sỸ

4. Mengelompokkan nilai tengah perlakuan menurut nyata secara statistik dengan

menggunakan nilai tengah terbesar terhadap wilayah nyata terpendek Rp dari p

terbesar kemudian membandingkan hasil semua nilai tengah perlakuan dengan

nilai tengah perlakuan terbesar.

Page 36: KAJIAN PERTUMBUHAN EKSPLAN PUCUK GAHARU …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/11404/E09cbe.pdf · hormon 450 ppm ini dapat mengefisienkan biaya. Key words: Gyrinops versteegii

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Pengembangan perakaran eksplan gaharu (G.versteegii) didukung oleh faktor

internal dan faktor eksternal dari bahan tanaman. Faktor internal dipengaruhi oleh

sifat genetik tanaman, sedang faktor eksternal adalah pengaruh lingkungan tumbuh.

Bahasan ini menitikberatkan pada faktor eksternal, dalam hal ini komposisi media

dalam pembentukan perakaran pada eksplan pucuk dan hormon IBA (Indole Butyric

Acid) sebagai perangsang akar dengan beragam konsentrasi. Faktor eksternal lainnya,

yakni suhu dan kelembaban, juga berpengaruh dalam pembentukan perakaran.

Faktor-faktor tersebut diharapkan dapat menstimulasi berkembangnya bagian pucuk

dorman, agar tumbuh dan dapat mendukung pertambahan tinggi eksplan.

4.1 Jenis Media Perakaran

Media tanam merupakan suatu media yang digunakan untuk menumbuhkan

eksplan, serta sebagai tempat tumbuh atau berkembanganya akar atau bakal akar.

Media tanam adalah faktor eksternal penting dalam pembentukan perakaran dan

stimulasi berkembangnya pucuk. Akar-akar eksplan yang berkembang akan mengikat

media, sehingga eksplan dapat berdiri kokoh di atas media. Media juga menyediakan

bahan makanan atau unsur hara bagi eksplan tanaman yang akan diserap oleh akar

dan didistribusikan ke seluruh bagian eksplan. Dari bahan makanan tersebut, eksplan

akan tumbuh dan hidup dengan memproduksi bahan makanan sendiri melalui proses

fotosintesis.

Fungsi lain dari media adalah sebagai tempat hidupnya eksplan yang ditanam.

Dalam teknik ex vitro, eksplan pucuk yang digunakan harus dalam keadaan

segar/hidup. Jika eksplan mati, maka perakaran tidak akan tumbuh. Dengan

demikian, eksplan sehat merupakan hal yang sangat penting dan harus diperhatikan

untuk mendukung perakaran. Selain itu, pertumbuhan pucuk eksplan yang awalnya

dalam kondisi dormansi juga dipengaruhi oleh jenis media yang digunakan, yang

mana akan berpengaruh secara langsung terhadap tinggi eksplan. Media yang

Page 37: KAJIAN PERTUMBUHAN EKSPLAN PUCUK GAHARU …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/11404/E09cbe.pdf · hormon 450 ppm ini dapat mengefisienkan biaya. Key words: Gyrinops versteegii

digunakan untuk tempat tumbuh dan berkembangnya akar eksplan adalah masing-

masing media tanah, media pasir, dan media yang terdiri atas campuran tanah, pasir

dan kompos.

4.1.1 Pengaruh jenis media terhadap persentase eksplan yang hidup

Jenis media mempengaruhi persentase jumlah eksplan yang hidup. Pengaruh ini

berbeda antara eksplan yang tanpa diberi hormon dan dengan perlakuan hormon.

Tanpa perlakuan hormon, persentase eksplan hidup pada media tanah dan media pasir

masing-masing sebesar 100%, sedang pada media campuran tanah, pasir dan kompos

sebesar 50% (Tabel 1). Dengan pelakuan hormon, persentase eksplan hidup pada

media tanah dan media pasir menjadi lebih rendah, berturut-turut sebesar 89,33% dan

33,33%. Hanya pada media campuran tanah, pasir dan kompos perlakuan hormon

menunjukkan perbaikan persentase eksplan hidup lebih baik, yakni 77,33%.

Tabel 1. Persentase jumlah eksplan yang hidup tanpa hormon (kontrol) dan dengan

perlakuan hormon berdasarkan jenis media

Media % hidup

Tanpa hormon Dengan Hormon

Tanah 100 89,33

Pasir 100 33,33

Tanah+pasir+kompos 50 77,33

Dari data pada Tabel 1 dapat disimpulkan, bahwa pada media tanah dan media

pasir, perlakuan pemberian hormon pada eksplan tidak berpengaruh terhadap jumlah

eksplan hidup. Hanya pada media campuran tanah, pasir dan kompos pemberian

hormon menunjukkan perbaikan tingkat persentase hidup eksplan.

Page 38: KAJIAN PERTUMBUHAN EKSPLAN PUCUK GAHARU …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/11404/E09cbe.pdf · hormon 450 ppm ini dapat mengefisienkan biaya. Key words: Gyrinops versteegii

Tabel 2. Rekapitulasi jumlah eksplan hidup selama 10 minggu

Minggu ke-

Setelah

Tanam

Jumlah Eksplan

Hidup

Jumlah Eksplan

Mati (Kumulatif)

Persentase

Eksplan Hidup

(%)

2 442 8 98,22

4 367 83 81,56

6 349 101 77,56

8 305 145 67,77

10 300 150 66,67 Keterangan: laju kematian eksplan adalah 15 eksplan per minggu dari 450 eksplan atau sekitar 3,33%

Jumlah kematian eksplan sampai akhir pengamatan adalah 150 eksplan dari 450

eksplan dengan laju kematian sebesar 15 eksplan/minggu atau sekitar 3,33% per

minggu (Tabel 2). Kematian lebih banyak terjadi pada media pasir dan terjadi juga

hampir disetiap perlakuan (Lampiran 1). Kematian diawali dengan membusuknya

bagian tanaman yang terluka oleh pemotongan pada tangkai daun dan kemudian

menyebar ke seluruh bagian tanaman. Selain itu juga diawali dari pangkal eksplan

yang bersentuhan langsung dengan media lalu menyebar ke seluruh bagian tanaman.

Beberapa tanaman yang mati berwarna hitam seperti terbakar dan batang eksplan

bagian luar ditumbuhi jamur.

Gambar 2. Eksplan yang terserang jamur

Pada penjelasan sebelumnya, persentase hidup pada kontrol eksplan lebih besar

dibandingkan dengan perlakuan. Persentase hidup eksplan sangat dipengaruhi oleh

perbedaan jenis media. Dari penelitian ini diketahui bahwa media tanah adalah media

tumbuh yang memberikan hasil persentase hidup eksplan yang terbaik, baik tanpa

Page 39: KAJIAN PERTUMBUHAN EKSPLAN PUCUK GAHARU …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/11404/E09cbe.pdf · hormon 450 ppm ini dapat mengefisienkan biaya. Key words: Gyrinops versteegii

perlakuan hormon (100%) maupun dengan perlakuan hormon (89,33%). Pada

Gambar 3 dapat dilihat jumlah eksplan hidup diberbagai media tanam secara

keseluruhan pada perlakuan hormon. Jumlah eksplan hidup pada media tanah paling

tinggi yaitu 134 eksplan.

Gambar 3. Jumlah eksplan hidup dalam berbagai media tanam perlakuan

Tanah merupakan media yang paling banyak digunakan sebagai media

perakaran karena sudah mengandung butiran-butiran mineral, air, udara serta bahan

organik. Menurut Purwowidodo (1998), tanah merupakan tempat tumbuh tanaman

dan penyedia unsur hara. Berhasil tidaknya pertumbuhan tanaman banyak ditentukan

oleh sifat-sifat tanah, karena sifat-sifat tanah menentukan kesesuaian lingkungan akar

tanaman. Tanah yang digunakan berjenis latosol merah yang kompak, memiliki

tekstur halus dan pH 4,5 (bersifat asam). Tanah latosol memiliki kandungan besi (Fe)

yang sangat tinggi, sehingga tanah ini berwarna merah. Selain itu, tanah latosol ini

masuk ke dalam golongan tanah oxisol yang memiliki penampang tanah berwarna

merah yang sangat dalam.

Tanah latosol merah ini memiliki drainase sedang dan bentuk wilayah yang

berombak dengan punggung-punggung yang cembung dan berbahan induk Tuf

andest. Jenis tanah yang memiliki aerasi dan drainase baik dapat mengatur

kelembaban maupun suhu di dalam box mika pada tahap aklimatisasi/hardening-off.

Selama 77 hari, eksplan yang ditanam dalam media tanah masih segar (Gambar 4).

134

50

116

Jumlah Hidup

Tanah

Pasir

Campuran

Page 40: KAJIAN PERTUMBUHAN EKSPLAN PUCUK GAHARU …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/11404/E09cbe.pdf · hormon 450 ppm ini dapat mengefisienkan biaya. Key words: Gyrinops versteegii

(a) (b)

Gambar 4. Kondisi eksplan yang masih segar pada media tanah (a) A1B5 (b) A1B2

Salah satu syarat media tanam yang baik adalah bersifat remah. Media yang

remah memiliki pori-pori dan tidak padat secara keseluruhan. Hal lain yang dimiliki

oleh sifat remah ini adalah dapat membuang air yang berlebihan. Hal ini dibuktikan

pada media ini memiliki jumlah eksplan hidup yang paling banyak (Gambar 3).

Dalam tahap awal, eksplan yang ditanam pada media ini akan mengalami tahap

adaptasi, yaitu dengan menggugurkan daun pada MST 2.

Pada umumnya tanah mempunyai kandungan bahan organik yang rendah,

sehingga disebut juga dengan tanah mineral atau tanah inorganik (mengandung 1-6 %

bahan organik). Tanah mineral terdiri dari empat penyusun utama yaitu bahan

mineral, bahan organik, air dan udara. Unsur-unsur tersebut saling berhubungan erat.

Jika eksplan yang ditanam pada tanah yang memiliki komposisi unsur-unsur diatas

secara tepat, maka tanaman akan tumbuh dengan baik.

Jumlah eksplan yang paling kecil persentase hidupnya adalah pada jenis media

pasir dengan perlakuan hormon, yakni 33,33%. Kebanyakan eksplan yang mati

karena terjadi pembusukan. Pasir yang digunakan merupakan pasir berlempung,

sehingga air tidak cepat menyebar/mengalir dan terjadi pengendapan pada dasar

wadah penanaman. Hal ini menimbulkan perendaman pada bagian pangkal eksplan

sampai akhirnya membusuk ke seluruh bagian eksplan. Perlu diketahui bahwa

penyiraman dilakukan setiap dua minggu. Ukuran pasir yang terlalu kecil dan

bertekstur halus memungkinkan untuk memperlambat aliran air sehingga terjadi

pengendapan.

Selain itu, perlakuan hormon yang menggunakan metode perendaman dan

pengolesan zat pengatur tumbuh pada pangkal eksplan turut pula mempengaruhi.

Page 41: KAJIAN PERTUMBUHAN EKSPLAN PUCUK GAHARU …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/11404/E09cbe.pdf · hormon 450 ppm ini dapat mengefisienkan biaya. Key words: Gyrinops versteegii

Bagian pangkal yang terendam larutan hormon menjadi pemicu terjadinya

pembusukan eksplan. Pada eksplan tanpa perendaman hormon, persentase eksplan

yang hidup mencapai 100%.

Dibandingkan dengan jenis media tanah, pasir memiliki pori-pori yang lebih

sempit. Jika dibasahi, pasir akan memadat sehingga mempersempit ruang mengalir

air. Selain memiliki kekurangan pada drainase, aerasi media pasir pun kurang baik.

Hal ini juga dikemukakan oleh Sumantri (1995) dalam penelitiannya, bahwa

campuran tanah latosol dan pasir dengan perbandingan 1 : 1 belum mampu

menghasilkan pertumbuhan yang baik bagi eksplan. Diduga karena terjadinya

pemadatan media setelah penyiraman. Menurut Sumantri (1995) pemadatan akan

mengurangi jumlah pori-pori sebagai tempat oksigen dalam media. Kurangnya

kandungan udara di dalam media akan menghambat pergerakan dan penyerapan air

serta unsur hara. Selain itu dapat menahan aktifitas mikroba tanah sehingga proses-

proses biologis yang berhubungan dengan kesuburan tanah akan terhambat. Dilihat

dari hasil penelitian pada minggu ke-2, eksplan pada media pasir sudah banyak yang

mati dan masih mengalami kerontokan daun (Lampiran 10).

Media campuran tanah, pasir dan kompos dengan perlakuan hormon memiliki

persentase hidup 77,33%. Media campuran ini memiliki semua yang dibutuhkan

eksplan untuk melakukan pertumbuhan, baik untuk pertumbuhan akar maupun

pertumbuhan pucuk. Unsur kompos meningkatkan hara mineral di dalam media untuk

pertumbuhan eksplan. Unsur pasir dapat menjamin drainase dan aerasi yang baik,

sedangkan pada unsur tanah memiliki sifat remah, sehingga memiliki pori-pori yang

dapat mengatur air dan udara dalam media.

Tabel 3. Sidik Ragam pengaruh media dan hormon terhadap persentase hidup eksplan

pucuk Gyrinops versteegii

Sumber Db JK KT F-Hit F-Tab

Kelompok 2 344,40 172,2 2,3 3,33

Media 2 1134,09 567,0 7,5 3,33

Hormon 4 131,33 32,8 0,4 2,70

Media+Hormon 7 3810,75 544,4 7,2 2,35

Sisa 29 2205,16 76,0

Total 44 7625,73

Page 42: KAJIAN PERTUMBUHAN EKSPLAN PUCUK GAHARU …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/11404/E09cbe.pdf · hormon 450 ppm ini dapat mengefisienkan biaya. Key words: Gyrinops versteegii

Hasil sidik ragam pada Table 3 menunjukan bahwa jenis media memberikan

pengaruh yang sangat nyata terhada persentase hidup eksplan. Interaksi diantara jenis

media dengan pemberian hormon memberikan pengaruh yang nyata terhadap

persentase hidup eksplan, sedang pemberian hormon semata tidak memberikan

pengaruh yang nyata.

Hasil uji lanjutan melalui Uji Duncan terhadap kedua faktor yang berpengaruh

nyata terhadap tingkat persentase hidup eksplan, yaitu faktor jenis media dan

interaksi diantara jenis media dan konsentrasi hormon yang diberikan pada masing-

masing tanaman, menunjukkan bahwa untuk faktor jenis media berdasarkan uji beda

nyata Duncan adalah sebagai berikut :

Tabel 4. Uji Duncan (Uji Jarak Nyata Terkecil) jenis media terhadap persentase hidup

eksplan

JNT (α, d, v) = JNT (0.05, 2, 29) x (KTG/3)0,5

= 16,77

1A 2A 3A

26,8 10 23,2

P 2 3 4 5

rp 2,897 3,044 3,139 3,207

RP 14,581 15,321 15,799 16,142 Keterangan : A1 = Media Tanah

A2 = Media Pasir

A3 = Media Campuran (Tanah-Pasir-Kompos)

Dengan membandingkan wilayah-wilayah nyata terkecil itu dengan selisih-

selisih rata-rata contoh yang telah diurutkan, kita sampai pada kesimpulan bahwa :

2A 3A 1A

10 23,2 26,8

Dari uji Duncan menunjukan bahwa jarak terkecil untuk beda nyata adalah

16,80 sehingga jika diurutkan persentase hidup eksplan dari yang terkecil sampai

terbesar terlihat perbedaan jarak 16,77, yaitu perlakuan dengan jenis media berupa

pasir 33,33%, campuran antara tanah-pasir-kompos (TPK) dengan persentase hidup

eksplan sebesar 77,33%, dan media berupa tanah dengan persentase hidup eksplan

mencapai 89,33%. Jenis media berupa tanah dan campuran antara tanah-pasir-

Page 43: KAJIAN PERTUMBUHAN EKSPLAN PUCUK GAHARU …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/11404/E09cbe.pdf · hormon 450 ppm ini dapat mengefisienkan biaya. Key words: Gyrinops versteegii

kompos (TPK) berdasarkan nilai sidik ragam dan uji Duncan memberikan hasil yang

tidak berbeda nyata dengan persentase hidup eksplan yang cukup besar. Sedangkan

untuk media berupa pasir menghasilkan persentase hidup yang lebih rendah serta

berbeda nyata terhadap jenis media berupa tanah maupun media campuran (TPK).

Untuk faktor interaksi antara jenis media dan konsentrasi hormon yang

diberikan pada masing-masing tanaman berdasarkan uji beda nyata Duncan adalah

sebagai berikut :

Tabel 5. Uji Duncan (Uji Jarak Nyata Terkecil) interaksi jenis media dan hormon

terhadap persentase hidup eksplan yang memberikan pengaruh terbesar

JNT (α, d, v) = JNT (0.05, 7, 29) x (KTG/8)0,5

= 7,24

41BA 42BA 43BA

28,40 20,20 27,80

P 2 3 4 5

rp 2,897 3,044 3,139 3,207

RP 8,929 9,382 9,675 9,885 Keterangan : A1B4 = Tanah dan hormon dengan konsentrasi 550 ppm

A2B4 = Pasir dan hormon dengan konsentrasi 550 ppm

A3B4 = Tanah-Pasir-Kompos dan hormon dengan konsentrasi 550 ppm

Dengan membandingkan wilayah-wilayah nyata terkecil itu dengan selisih-

selisih rata-rata contoh yang telah diurutkan, kita sampai pada kesimpulan bahwa :

41BA 42BA 43BA 28,40 20,20 27,80

Dari uji Duncan menunjukan bahwa jarak terkecil untuk beda nyata adalah

11,40 sehingga jika diurutkan persentase hidup eksplan terbaik dari yang terkecil

sampai terbesar terlihat perbedaan jarak 7,24 yaitu perlakuan jenis media pasir

dengan pemberian hormon 550 ppm dengan persentase hidup eksplan sebesar

67,33%, perlakuan jenis media yang merupakan campuran antara tanah-pasir-kompos

(TPK) dengan pemberian hormon 550 ppm dengan persentase hidup eksplan sebesar

92,67% perlakuan jenis media tanah dengan pemberian hormon 550 ppm dengan

persentase hidup eksplan sebesar 94,67%. Antara A1B4 dan A3B4 tidak berbeda

nyata, sedangkan perlakuan A2B4 memberikan pengaruh terhadap besarnya

persentase hidup eksplan yang berbeda nyata dengan A1B4 dan A3B4.

Page 44: KAJIAN PERTUMBUHAN EKSPLAN PUCUK GAHARU …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/11404/E09cbe.pdf · hormon 450 ppm ini dapat mengefisienkan biaya. Key words: Gyrinops versteegii

Pada umumnya eksplan yang mati mengalami pembusukan pada pangkal

batang, diawali dengan mengeringnya batang. Beberapa eksplan terserang jamur

berwarna putih dan hitam. Jamur yang menyerang batang terdapat pada tumpuan

daun dari daun yang rontok, meski tidak menyerang media. Pada umumnya, media

yang selalu lembab akan memicu tumbuhnya jamur dan bakteri, sehingga dapat

menyerang eksplan sampai menimbulkan kematian pada eksplan. Hal ini

dikemukakan oleh Juhardi (1995) kelembaban yang terlalu tinggi di dalam bak

penanaman yang menyebabkan banyak eksplan yang busuk.

Eksplan ditanam pada boks mika yang tertutup rapat. Sebelum ditutup media

dan eksplan disiram dengan air secara merata. Di dalam boks yang ditutup akan

terlihat titik-titik air yang menandakan masih adanya persediaan air di dalam boks.

Hal ini sangat dipengaruhi oleh faktor suhu dan kelembaban di dalam boks mika.

Media harus selalu dijaga kelembabannya. Eksplan yang ditanam dalam wadah,

tingkat kelembaban medianya bisa dilihat dari titik-titik air yang menempel pada

plastik atau kaca penutupnya. Tidak adanya air pada tempat itu menandakan bahwa

media telah kering. Cara mengatasinya dengan menyirami media (Wudianto 1993).

Dalam pelaksanaan penelitian, suhu yang diukur adalah suhu luar dan suhu dalam

sungkup. Pengukurun ini dihasilkan bahwa suhu dalam sungkup lebih tinggi

dibandingkan suhu luar.

Dari hasil pengukuran suhu yang diukur mulai pukul 08.00-15.00, kisaran suhu

adalah 27,3 – 37,3oC untuk suhu di dalam sungkup dan 26,4 – 36,9

oC suhu

lingkungan. Suhu tertinggi terjadi pada pukul 14.00 WIB. Kemudian suhu mulai

turun pada pukul 15.00 WIB. Menurut Sumantri (1995), jika kondisi lingkungan

seperti suhu dan kelembaban baik, maka eksplan akan tumbuh dengan baik pada

berbagai jenis media.

Pengukuran kelembaban di dalam sungkup berkisar antara 68-90%. Menurut

Smith dan Yasman (1987), kisaran suhu untuk pertumbuhan eksplan adalah 25-27oC

dengan kelembaban di atas 90%. Namun dengan kisaran suhu 27,3 – 37,3oC ini

eksplan masih segar dan dapat tumbuh dengan baik. Sehingga dapat disimpulkan

Page 45: KAJIAN PERTUMBUHAN EKSPLAN PUCUK GAHARU …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/11404/E09cbe.pdf · hormon 450 ppm ini dapat mengefisienkan biaya. Key words: Gyrinops versteegii

bahwa terjadinya pembusukan pada eksplan di media pasir disebabkan oleh drainase

yang kurang baik.

Dengan kelembaban yang berkisar antara 68-90% dan suhu yang cukup tinggi

untuk eksplan yang belum berakar, tidak dijumpai adanya jamur ataupun bakteri pada

media yang digunakan. Hal ini disebabkan oleh media yang digunakan telah

disterilisasi. Sterilisasi media dilakukan dengan menggunakan autoclave dengan

tekanan mencapai 15 psi (pound square inchi). Kegiatan ini dinamakan juga dengan

teknik steaming yang merupakan memasukkan uap air yang panas ke dalam pori-pori

di dalam media, sehingga uap tersebut memanaskan media beberapa waktu yang

lamanya diperhitungkan dapat mematikan bibit-bibit hama atau penyakit yang ada di

dalam media. Metode ini merupakan yang paling baik dan paling efektif untuk

membunuh patogen-patogen (organisme penyebab penyakit) dalam tanah.

4.1.2 Pengaruh Jenis Media terhadap Pertumbuhan Pucuk Eksplan

Pertumbuhan pucuk merupakan salah satu parameter yang diamati. Media

campuran (tanah, pasir, dan kompos) memberi hasil terbaik, dimana sebagian besar

pucuk eksplan yang sedang dormansi mengalami pertambahan pertumbuhan rata-rata

sebesar 0,9-1,5 cm dan dapat mendukung pertambahan tinggi eksplan. Media pasir

juga pada awalnya menunjukkan pertumbuhan pucuk yang baik, namun akhirnya

mengalami pembusukan dan mati.

Jenis media tanah tunggal tidak menimbulkan pertumbuhan pada pucuk yang

dorman. Sedangkan pada media pasir tunggal, pucuk tumbuh pada MST 4. Namun,

pada MST selanjutnya banyak yang mengalami busuk dan lama kelamaan mati.

Faktor lain yakni bahan eksplan yang digunakan pada media pasir juga sudah tua,

serta berasal dari pohon yang berbeda

Media tanah memiliki kandungan besi yang sangat tinggi sedangkan kandungan

fosfat rendah, dan diikat oleh besi. Unsur fosfat dalam tanah merupakan unsur yang

dapat memacu pertumbuhan pucuk pada eksplan yang sedang dorman. ATP (Adenin

Tripospat) dalam tanaman merupakan energi untuk melakukan pertumbuhan baik

pertumbuhan pucuk maupun akar eksplan. Unsur fosfat merupakan unsur yang

Page 46: KAJIAN PERTUMBUHAN EKSPLAN PUCUK GAHARU …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/11404/E09cbe.pdf · hormon 450 ppm ini dapat mengefisienkan biaya. Key words: Gyrinops versteegii

mendukung ATP dalam eksplan untuk pertumbuhan pucuk. Unsur fosfat yang diikat

oleh besi tanpa ada campuran yang dapat memisahkan fosfat dari unsur besi maka

tidak dapat menstimulasi pertumbuhan pucuk.

Media campuran memiliki kandungan fosfat yang cukup besar, yang disuplai

oleh kompos. Dengan adanya kompos, maka pucuk eksplan yang pada awalnya

dorman tumbuh dengan baik (Gambar 5) dan mendukung pertumbuhan ke atas pada

eksplan. Selain itu kompos pada media campuran mensuplai kalium yang cukup

tinggi. Menurut Hakim (1986), kalium memiliki peran dalam proses metabolisme dan

memiliki pengaruh khusus dalam absorbsi hara, transpirasi, pengaturan hara, kerja

enzim dan berfungsi sebagai translokasi karbohidrat.

Gambar 5. Pucuk yang tumbuh pada media campuran

Menurut Juhardi (1995), proses pertumbuhan tunas dipengaruhi oleh beberapa

faktor diantaranya umur bahan eksplan, ukuran eksplan serta jenis tanaman. Ukuran

eksplan yang ditanam menggunkan rataan jumlah buku daun, yaitu 3-4 buku daun.

Antar buku jaraknya berbeda-beda, sehingga ukuran tinggi eksplan tidak seragam.

Hal ini disebabkan oleh kurangnya ketersediaan pucuk untuk bahan eksplan di Kebun

Raya Bogor, sehingga mengambil eksplan yang berumur lebih tua. Eksplan yang

berumur lebih tua ditanam pada media pasir tunggal.

Media campuran yang terdiri dari tanah, pasir dan kompos dapat memperbaiki

struktur, tekstur maupun kandungan hara yang dibutuhkan oleh eksplan untuk

tumbuh. Kompos merupakan hasil perombakan bahan organik segar dari tanaman

atau daun-daunan, baik yang sengaja dibuat atau dari timbunan sampah organik di

tempat sampah yang sudah berwarna hitam serta tidak dapat dilihat lagi serat aslinya.

Page 47: KAJIAN PERTUMBUHAN EKSPLAN PUCUK GAHARU …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/11404/E09cbe.pdf · hormon 450 ppm ini dapat mengefisienkan biaya. Key words: Gyrinops versteegii

Kompos yang digunakan dalam penelitian ini adalah kompos buatan dan berbahan

dasar daun pisang, kotoran sapi, dengan menggunakan larutan tertentu. Kompos

memiliki kandungan unsur hara yang bervariasi (Tabel 6). Hal ini tergantung dari

jenis-jenis sampah daun-daun yang dikomposkan dan cara penyimpanannya. Adapun

komposisi hara kompos menurut hasil penelitian kebun percobaan muara, Bogor

disajikan pada tabel dibawah ini:

Tabel 6. Jenis dan kandungan unsur hara dalam kompos

Kandungan Kompos Komposisi (%)

Cairan 41,00

Bahan kering 59,00

Karbon (C) 8,20

Hara:

Nitrogen (N) 0,009

Fosfor (P2O5) 0,36

Kalium (K2O) 0,81

C/N 23,00

Pertukaran kation pada tanah merupakan proses yang sangat penting untuk

mendukung tumbuhnya eksplan. Besarnya nilai KTK tanah beragam untuk setiap

jenis tanah tergantung pada tekstur tanah, pH tanah, dan macam koloid tanah (liat

atau humus). Menurut Miller dan Donahue 1990 dari total KTK adanya bahan

organik akan menyumbang sekitar 30-70% dari total KTK tanah. Maka, penurunan

KTK sejalan dengan penurunan bahan organik tanah. Dalam penelitian ini media

campuran menggunakan kompos sebagai bahan organik, sehingga KTK media

meningkat dan dapat membantu menjaga kondisi eksplan serta agar eksplan tetap

segar.

Pucuk yang tumbuh pada eksplan juga tumbuh pada buku daun yang disebut

juga dengan pucuk lateral. Hal ini kemungkinan besar terjadi karena terjadi

penumpukan makanan pada buku daun tersebut. Selain itu, pada buku daun juga

terdapat mata tunas. Jika didukung dengan pemenuhan bahan makanan (karbohidrat)

dan terdapat mata tunas sehingga timbul pucuk baru yang tumbuh pada ketiak daun

tersebut. Namun, tidak semua eksplan yang tumbuh pucuk di ketiak daun. Selain itu,

Page 48: KAJIAN PERTUMBUHAN EKSPLAN PUCUK GAHARU …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/11404/E09cbe.pdf · hormon 450 ppm ini dapat mengefisienkan biaya. Key words: Gyrinops versteegii

juga pada ketiga jenis media terdapat beberapa eksplan yang tumbuh pucuk di ketiak

daun.

Dalam pengamatan tiap dua minggu, tinggi eksplan tidak terlalu nyata

pertumbuhannya, karena tinggi pada bagian pucuk pertumbuhannya tidak merata.

Pada media campuran ini tinggi eksplan terlihat jelas meningkat tiap minggunya. Hal

ini disebabkan oleh adanya campuran kompos sebagai subsidi untuk pertumbuhan ke

atas pada eksplan. Seperti yang telah dijelaskan pada sub bab sebelumnya bahwa

kompos mengandung fosfat dan kalium untuk membantu pertumbuhan. Adapun rata-

rata pertumbuhan tinggi eksplan disajikan pada grafik dibawah ini (Gambar 6).

(a) (b)

(c)

Gambar 6. Rata-rata tinggi eksplan berdasarkan ulangan waktu pengamatan (a) perlakuan

tanah, (b) perlakuan pasir, (c) perlakuan media campuran

Berdasarkan grafik diatas, terlihat bahwa pada perlakuan tanah tidak nyata

pertambahan tingginya. Sedangkan pada perlakuan pasir, tinggi eksplan mulai

meningkat pada pengamatan kedua. Namun pada pengamatan berikutnya eksplan

tidak terlalu signifikan pertumbuhan pucuknya, serta pada pengamatan terakhir pucuk

eksplan banyak yang mengalami pembusukan dan akhirnya mati. Berbeda dengan

Page 49: KAJIAN PERTUMBUHAN EKSPLAN PUCUK GAHARU …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/11404/E09cbe.pdf · hormon 450 ppm ini dapat mengefisienkan biaya. Key words: Gyrinops versteegii

kondisi tinggi eksplan pada perlakuan media campuran. Petumbuhan tingginya terus

meningkat, namun pada pengamatan keempat terjadi penurunan pada A3B4, karena

terdapat beberapa eksplan yang mengalami pucuk yang kering dan rontok, yang

disebabkan oleh curah hujan yang tinggi serta penyiraman yang terlalu banyak. Pada

pengamatan kelima pucuk tersebut mulai tumbuh kembali.

Melalui analisis menggunakan sidik ragam (Tabel 7) pengaruh perlakuan

terhadap pertambahan tinggi eksplan dari mulai penanaman hingga akhir pengamatan

menunjukan bahwa jenis media memberikan pengaruh yang sangat nyata terhadap

pertumbuhan eksplan dalam hal ini penambahan tinggi eksplan. Sedangkan hormon

maupun interaksi antara jenis media dan hormon yang diberikan pada konsentrasi

tertentu pada tanaman tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap pertambahan

tinggi eksplan.

Tabel 7. Sidik Ragam pengaruh media dan hormon terhadap pertambahan tinggi

eksplan pucuk Gyrinops versteegii

Sumber Db JK KT F-Hit F-Tab

Kelompok 2 14,11 7,06 3,63 3,33

Media 2 33,95 16,975 8,72 3,33

Hormon 4 7,14 1,785 0,92 2,70

Media+Hormon 7 11,35 1,621 0,83 2,35

Sisa 29 56,44 1,95

Total 44 122,99

Hasil uji lanjutan melalui Uji Duncan terhadap faktor yang berpengaruh nyata

terhadap pertambahan tinggi eksplan, yaitu faktor jenis media digunakan pada

masing-masing eksplan, menunjukkan bahwa untuk perlakuan berupa penggunaan

jenis-jenis media yang berbeda berdasarkan uji beda nyata Duncan adalah sebagai

berikut :

Page 50: KAJIAN PERTUMBUHAN EKSPLAN PUCUK GAHARU …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/11404/E09cbe.pdf · hormon 450 ppm ini dapat mengefisienkan biaya. Key words: Gyrinops versteegii

Tabel 8. Uji Duncan (Uji Jarak Nyata Terkecil) jenis media terhadap pertambahan

tinggi eksplan

JNT (α, d, v) = JNT (0.05, 2, 29) x (KTG/3)0,5

= 2,68

1A 2A 3A

0,20 0,23 0,30

P 2 3 4 5

rp 2,897 3,044 3,139 3,207

RP 2,336 2,454 2,531 2,586 Keterangan : A1 = Media Tanah

A2 = Media Pasir

A3 = Media Campuran (Tanah-Pasir-Kompos)

Dengan membandingkan wilayah-wilayah nyata terkecil itu dengan selisih-

selisih rata-rata contoh yang telah diurutkan, kita sampai pada kesimpulan bahwa:

3B 5B 2B 4B 1B 10,83 11,37 11,49 11,97 12,84

Dari uji Duncan menunjukan bahwa jarak terkecil untuk beda nyata adalah 0,10

sehingga jika diurutkan pertambahan tinggi pada eksplan dari yang terkecil sampai

terbesar tidak terlihat perbedaan jarak 2,68. Dengan demikian beda nyata yang diuji

pada F-Tabel tidak kuat atau lemah beda nyatanya, dengan jenis media terbaik untuk

pertambahan tinggi tiap minggunya.

4.2 Pengaruh Konsentrasi Hormon IBA terhadap Perakaran G.versteegii

(Gilg) Domke

Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa hormon IBA sangat berpengaruh

terhadap pertumbuhan akar pada eksplan gaharu (G.versteegii). Jika dibandingkan

dengan kontrol, eksplan yang diberi hormon lebih banyak akar yang tumbuh. Akar

eksplan yang tidak diberi hormon tetap tumbuh, namun dari segi kuantitas lebih

rendah dibandingkan dengan eksplan yang diberi perangsang akar.

Konsentrasi hormon IBA berpengaruh nyata terhadap presentase berakar,

jumlah akar dan panjang akar. Dalam penelitian ini digunakan lima macam

konsentrasi hormon IBA. Hal ini dilakukan untuk melihat kisaran konsentrasi yang

optimal untuk merangsang akar.

Page 51: KAJIAN PERTUMBUHAN EKSPLAN PUCUK GAHARU …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/11404/E09cbe.pdf · hormon 450 ppm ini dapat mengefisienkan biaya. Key words: Gyrinops versteegii

4.2.1 Persentase eksplan yang berakar

Dari hasil penelitian, jumlah eksplan yang hidup sebanyak 300 eksplan. Dari

jumlah tersebut, eksplan yang berakar sebanyak 278 eksplan. Dari total eksplan yang

ditanam, memiliki persentase berakar sebesar 61,78% pada perlakuan dengan

hormon. Sedangkan pada perlakuan tanpa hormon sebesar 53,33%, dari 25 eksplan

yang hidup hanya 16 eksplan yang berakar. Dari segi pertumbuhan akar secara

sepintas memang tidak berbeda nyata antara kontrol dengan perlakuan.

Hormon yang digunakan merupakan hormon sintetis (hormon buatan). Menurut

Rohmin dan Harjadi (1973), pembentukan akar terjadi karena adanya pergerakan ke

bawah dari karbohidrat, auksin dan rooting cofactor (zat yang berinteraksi dengan

auksin). Hormon IBA merupakan salah satu hormon pertumbuhan ke bawah yang

akan berinteraksi dengan zat auksin yang sudah terdapat dalam eksplan tersebut.

Dalam penelitian ini metode penggunaan hormon adalah dengan perendaman dan

pengolesan menggunakan pasta. Pasta untuk pengolesan hormon menggunakan bahan

talk kalsium karbonat yang dicampur dengan larutan hormon berdasarkan konsentrasi

masing-masing.

Dilihat dari presentase berakar berdasarkan konsentrasi hormon, yang paling

tinggi pada konsentrasi 550 ppm yaitu 14,22%. Namun, tidak jauh berbeda dengan

konsentrasi 450 ppm dengan presentase berakarnya sebesar 13,11%. Jika ditinjau dari

besarnya konsentrasi kelima hormon, semua konsentrasi merupakan konsentrasi yang

optimal untuk perakaran eksplan gaharu (Gambar 7). Semua konsentrasi hormon

yang digunakan memiliki kemampuan untuk menstimulir akar eksplan. Hal ini

menunjukkan bahwa hormon IBA yang memiliki konsentrasi di atas 400 ppm sudah

merupakan konsentrasi yang baik untuk merangsang perakaran.

Page 52: KAJIAN PERTUMBUHAN EKSPLAN PUCUK GAHARU …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/11404/E09cbe.pdf · hormon 450 ppm ini dapat mengefisienkan biaya. Key words: Gyrinops versteegii

Gambar 7. Presentase berakar eksplan berdasarkan konsentrasi hormon

Jenis media yang digunakan untuk media perakaran akan sangat mempengaruhi

kemampuan eksplan untuk membentuk akar. Berdasarkan dari jenis media perakaran,

persentase berakar yang paling besar adalah pada jenis media tanah tunggal, yakni

sebesar 28,44%. Hal ini disebabkan oleh sifat tanah yang remah serta drainase dan

aerasi yang baik yang mampu menjaga kelembaban. Namun, pada media campuran

persentase berakar lebih rendah karena jumlah eksplan yang hidup juga lebih kecil

dibandingkan dengan media tanah (Gambar 8). Eksplan yang hidup tetapi tidak

berakar masih dalam keadaan segar dan daun masih berwarna hijau, serta batang yang

tidak layu.

Seharusnya pada eksplan timbul kalus untuk munculnya calon akar. Menurut

Hartman dan Kester (1990), proses pembentukan akar dimulai dari pelukaan pada

bagian pangkal dan mengakibatkan sel-sel yang rusak mengalami fungsi

dediferensiasi dengan menggandakan mitosis (perbanyakan sel). Kemudian akan

membentuk sel-sel yang bersifat parenkimatis yang disebut kalus. Kalus yang

terbentuk berinisiasi membentuk primordia akar yang akhirnya membentuk akar baru.

Secara umum, pangkal eksplan yang tidak berakar, tidak satupun yang membentuk

kalus. Hal ini dikarenakan bagian pangkal yang disayat kemudian ditutup dengan

pasta dan pasta tersebut pada media pasir tercuci akibat drainase yang kurang baik

sehingga air menggenang disekitar pangkal eksplan dan menghilangkan pasta untuk

penghilangan bekas luka dan meninggalkan kalus pada eksplan tersebut. Pada

umumnya akar keluar langsung dari bekas sayatan.

0

5

10

15

400 450 500 550 600

Pe

rse

nta

se (

%)

Konsentrasi Hormon (ppm)

Page 53: KAJIAN PERTUMBUHAN EKSPLAN PUCUK GAHARU …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/11404/E09cbe.pdf · hormon 450 ppm ini dapat mengefisienkan biaya. Key words: Gyrinops versteegii

Gambar 8. Presentase eksplan berakar berdasarkan jenis media

Pada kontrol persentase berakar sebesar 53,33%, dengan persentase berakar

paling tinggi adalah pada media tanah yakni sebesar 26,67%. Media pasir tetap

memiliki persentase berakar paling kecil yakni 10 % (Gambar 10). Dilihat dari

Gambar 8 dan Gambar 9, antara jenis media tanah dengan media campuran memang

tidak berbeda nyata dalam hal presentase jumlah akar. Hal ini membuktikan bahwa

media tanah latosol merah yang kompak merupakan media yang terbaik untuk

pertumbuhan akar eksplan.

Gambar 9. Presentase berakar pada kontrol

Pada media pasir, terdapat eksplan yang sudah berakar, namun mengalami

pembusukan dan mati. Hal ini disebabkan sifat pasir yang memiliki drainase yang

kurang baik. Pasir yang digunakan sebagai media merupakan pasir berlempung. Jika

disiram dengan air, maka media akan memadat dan mempersempit pori-pori pasir

tersebut, sehingga akan menghambat pergerakan air. Dapat dilihat pada media pasir,

0

5

10

15

20

25

30

Tanah Pasir Campuran

Pre

sen

tase

(%

)Jenis Media

0

10

20

30

Tanah Pasir Campuran

Pe

rse

nta

sae

(%

)

Jenis Media

Page 54: KAJIAN PERTUMBUHAN EKSPLAN PUCUK GAHARU …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/11404/E09cbe.pdf · hormon 450 ppm ini dapat mengefisienkan biaya. Key words: Gyrinops versteegii

memiliki presentase jumlah eksplan yang berakar paling kecil diantara jenis media

lain. Eksplan yang tidak berakar bagian pangkalnya mengalami pembusukan. Namun

eksplan masih dalam kondisi segar. Setelah beberapa hari dipindahkan ke polybag,

daun menjadi berwarna kuning dan akhirnya rontok. Hal lain yang menyebabkan

presentase berakar pada media pasir kecil juga disebabkan oleh media yang memadat

akan menghambat pertumbuhan akar eksplan yang akan tumbuh. Media perakaran

memiliki fungsi yaitu untuk menahan bahan eksplan agar tetap berada dalam

tempatnya, menyediakan dan menjaga kelembaban yang dibutuhkan oleh eksplan dan

untuk membiarkan penetrasi udara ke bagian dasar dari eksplan (Mahlstede dan

Haber, 1957). Menurut Mahlstede dan Haber (1962) untuk eksplan eksplan yang

mengalami perakaran dibutuhkan kelembaban sebesar 75%.

Untuk perbedaan pengaruh perlakuan terhadap parameter persentase eksplan

berakar G.versteegii berdasarkan jenis media, hormon, serta interaksi diantara

keduanya dapat dilihat pada (Gambar 10).

Gambar 10. Diagram pengaruh jenis media dan hormon terhadap persen

eksplan berakar G.versteegii

Page 55: KAJIAN PERTUMBUHAN EKSPLAN PUCUK GAHARU …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/11404/E09cbe.pdf · hormon 450 ppm ini dapat mengefisienkan biaya. Key words: Gyrinops versteegii

Tabel 9. Sidik Ragam pengaruh media dan hormon terhadap persentase berakar

eksplan pucuk G.versteegii

Sumber Db JK KT F-Hit F-Tab

Kelompok 2 13,01 6,51 0,45 3,33

Media 2 14,4 7,20 0,50 3,33

Hormon 4 283,92 70,98 4,88 2,70

Media+Hormon 7 242,24 34,61 2,38 2,35

Sisa 29 421,43 14,53

Total 44 975

Hasil sidik ragam yang diperlihatkan pada Table 9, menunjukan bahwa zat

pengatur tumbuh memberikan pengaruh yang sangat nyata dan interaksi diantara jenis

media tanam dengan pemberian hormon terntentu memberikan pengaruh nyata

terhadap persentase hidup eksplan. Sedangkan media tidak memberikan pengaruh

yang nyata terhadap persentase hidup eksplan jika tidak dikombinasikan dengan

penambahan zat pengatur tumbuh pada tanaman tersebut. Hal tersebut memberikan

sebuah kesimpulan bahwa hormon dan Interaksi antara jenis media serta hormon

memberikan pengaruh yang positif terhadap persentase hidup dan persentase berakar

eksplan terutama pada konsentrasi dan jenis media berupa tanah dengan konsentrasi

hormon sebanyak 450 ppm dan 550 ppm (Gambar 10).

Hasil uji lanjutan melalui Uji Duncan terhadap kedua faktor yang berpengaruh

nyata terhadap tingkat persentase hidup eksplan, yaitu faktor zat pengatur tumbuh

(zpt) dan interaksi diantara jenis media dan konsentrasi hormon yang diberikan pada

masing-masing eksplan, menunjukkan bahwa untuk faktor hormon berdasarkan uji

beda nyata Duncan adalah sebagai berikut :

Tabel 10 Uji Duncan (Uji Jarak Nyata Terkecil) hormon terhadap persentase berakar

eksplan

JNT (α, d, v) = JNT (0.05, 4, 29) x (KTG/5)0,5

= 4,60

1B 2B 3B 4B 5B

17 20 17 21 17

P 2 3 4 5

rp 2,897 3,044 3,139 3,207

RP 4,939 5,189 5,351 5,467

Page 56: KAJIAN PERTUMBUHAN EKSPLAN PUCUK GAHARU …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/11404/E09cbe.pdf · hormon 450 ppm ini dapat mengefisienkan biaya. Key words: Gyrinops versteegii

Dengan membandingkan wilayah-wilayah nyata terkecil itu dengan selisih-

selisih rata-rata contoh yang telah diurutkan, kita sampai pada kesimpulan bahwa:

1B 3B 5B 2B 4B 17 17 17 20 21

Dari uji Duncan menunjukan bahwa jarak terkecil untuk beda nyata adalah 4,00

sehingga jika diurutkan presentase berakar eksplan dari yang terkecil sampai terbesar

tidak terlihat perbedaan jarak 4,60. Dengan demikian beda nyata yang diuji pada F-

Tabel tidak kuat atau lemah bedanyatanya, namun jika dilihat dari presentase berakar

terbesar hormon dengan konsentrasi 550 yang memberikan presentase berakar

terbesar, yaitu 71,11% sedangkan untuk konsentrasi hormon yang lain yaitu

perlakuan dengan pemberian hormon dengan konsentrasi 400 ppm sebanyak 56,67%,

500 ppm dan 600 ppm sebanyak 57,78% untuk masing-masing konsentrasi, serta

berbeda nyata dengan hormon pada konsentrasi 450 ppm dan 550 ppm. Untuk

konsentrasi 450 ppm persentase berakar eksplan adalah 65,56% serta tidak berbeda

nyata dengan pemberian hormon sebanyak 550 ppm yang memberikan persentase

hidup eksplan terbesar.

Untuk faktor Interaksi antara jenis media dan konsentrasi hormon yang

diberikan pada masing-masing tanaman berdasarkan uji beda nyata Duncan adalah

sebagai berikut :

Tabel 11. Uji Duncan (Uji Jarak Nyata Terkecil) interaksi jenis media dan hormon

terhadap persentase berakar eksplan yang memberikan pengaruh terbesar

JNT (α, d, v) = JNT (0.05, 7, 29) x (KTG/8)0,5

= 3,17

41BA 42BA 43BA

28 10 27

P 2 3 4 5

rp 2,950 3,097 3,190 3,255

RP 3,904 4,102 4,230 4,322 Keterangan : A1B4 = Tanah dan hormon dengan konsentrasi 550 ppm

A2B4 = Pasir dan hormon dengan konsentrasi 550 ppm

A3B4 = Tanah-Pasir-Kompos dan hormon dengan konsentrasi 550 ppm

Page 57: KAJIAN PERTUMBUHAN EKSPLAN PUCUK GAHARU …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/11404/E09cbe.pdf · hormon 450 ppm ini dapat mengefisienkan biaya. Key words: Gyrinops versteegii

Dengan membandingkan wilayah-wilayah nyata terkecil itu dengan selisih-

selisih rata-rata contoh yang telah diurutkan, kita sampai pada kesimpulan bahwa:

42BA 43BA 41BA 10 27 28

Dari uji Duncan menunjukan bahwa jarak terkecil untuk beda nyata adalah

23,00 sehingga jika diurutkan presentase hidup eksplan terbaik dari yang terkecil

sampai terbesar terlihat perbedaan jarak 3,17 yaitu perlakuan jenis media pasir

dengan pemberian hormon 550 ppm dengan persentase berakar eksplan sebesar

33,33%, perlakuan jenis media yang merupakan campuran antara tanah-pasir-kompos

(TPK) dengan pemberian hormon 550 ppm dengan persentase hidup eksplan sebesar

90% perlakuan jenis media tanah dengan pemberian hormon 550 ppm dengan

persentase hidup eksplan sebesar 93,33%. Antara A1B4 dan A3B4 tidak berbeda

nyata, sedangkan perlakuan A2B4 memberikan pengaruh terhadap besarnya

persentase hidup eksplan yang berbeda nyata dengan A1B4 dan A3B4.

4.2.2 Jumlah akar eksplan G. versteegii (Gilg) Domke

Jumlah akar merupakan salah satu parameter kualitas eksplan yang ditanam itu

baik. Akar yang diamati adalah akar yang langsung keluar dari sayatan eksplan,

disebut juga dengan akar primer. Kualitas akar yang dimaksud dalam penelitian ini

terdiri dari Jumlah Akar Primer (JAP) dan Panjang Akar Primer (PAP). Akar

memiliki fungsi untuk dapat memanfaatkan air, udara dan unsur-unsur hara yang ada

di dalam media tersebut supaya pertumbuhan dan produksi tanaman dapat mencapai

tingkat yang optimum. Dalam penelitian ini rata-rata akar eksplan tumbuh setelah 6

minggu setelah tanam

4.2.2.1. Jumlah Akar Primer (JAP)

Berdasarkan hasil penelitian, perlakuan yang paling banyak menghasilkan akar

adalah perlakuan eksplan dengan media campuran antara tanah, pasir dan kompos

yang memiliki rata-rata jumlah akar rata-rata sebanyak 6,5 buah. Berdasarkan

konsentrasi hormon yang digunakan, dosis 400 dan 450 ppm menghasilkan rata-rata

jumlah akar terbanyak, berturut-turut sebanyak 5,1 dan 5,2 buah.

Page 58: KAJIAN PERTUMBUHAN EKSPLAN PUCUK GAHARU …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/11404/E09cbe.pdf · hormon 450 ppm ini dapat mengefisienkan biaya. Key words: Gyrinops versteegii

Gambar 11. Diagram pengaruh media dan hormon terhadap JAP eksplan

pucuk G.versteegii

Gambar 12 memperlihatkan pengaruh perbedaan media dan perbedaan

konsentrasi hormon IBA terhadap parameter jumlah akar primer eksplan pucuk

G.versteegii. Media campuran antara tanah, pasir, dan kompos memberikan JAP

terbanyak dengan rata-rata jumlah akar primer sebanyak 6,7 buah dan media berupa

tanah menghasilkan rata-rata jumlah akar primer terendah sebanyak 4,8 buah.

Perbedaan media dengan campuran hormon tertentu bagi pertumbuhan eksplan

ini memberikan pengaruh sangat nyata untuk parameter JAP (Tabel 8). Pemberian

konsentrasi hormon dan interaksi keduanya menunjukkan pengaruh yang nyata

terhadap jumlah akar primer

Tabel 12. Sidik Ragam pengaruh media dan hormon terhadap jumlah akar primer

eksplan pucuk G.versteegii

Sumber Db JK KT F-Hit F-Tab

Kelompok 2 38,80 19,40 5,54 3,33

Media 2 7,50 3,25 0,93 3,33

Hormon 4 29,75 7,44 2.13 2,70

Media+Hormon 7 135,20 19,31 5,52 2,35

Sisa 29 101,63 3,50

Total 44 312,88

Berdasarkan informasi pada Tabel 12 kita dapat melihat bahwa media

campuran berupa tanah, pasir dan kompos serta pemberian hormon dengan

Page 59: KAJIAN PERTUMBUHAN EKSPLAN PUCUK GAHARU …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/11404/E09cbe.pdf · hormon 450 ppm ini dapat mengefisienkan biaya. Key words: Gyrinops versteegii

konsenterasi 400 dan 450 ppm memberikan JAP tertinggi, dengan masing-masing

JAP yaitu 7,2 dan 6,7 buah. Namun tidak berbeda nyata dengan media tanah dan

campuran hormon 400 dan 550 ppm.

Hasil uji lanjutan melalui Uji Duncan terhadap kedua faktor yang berpengaruh

nyata terhadap tingkat persentase hidup eksplan, yaitu faktor Zat Pengatur tumbuh

(zpt) dan interaksi diantara jenis media dan konsentrasi hormon yang diberikan pada

masing-masing tanaman, menunjukkan bahwa untuk faktor hormon berdasarkan uji

beda nyata Duncan adalah sebagai berikut :

Tabel 13. Uji Duncan hormon terhadap jumlah akar primer (JAP) eksplan pucuk

G.versteegii

JNT (α, d, v) = JNT (0.05, 4, 29) x (KTG/5)0,5

= 2,26

1B 2B 3B 4B 5B

5,1 5,2 4,7 4,9 5,0

P 2 3 4 5

rp 2,897 3,044 3,139 3,207

RP 2,424 2,547 2,626 2,683

Dengan membandingkan wilayah-wilayah nyata terkecil itu dengan selisih-

selisih rata-rata contoh yang telah diurutkan, kita sampai pada kesimpulan bahwa:

3B 4B 5B 1B 2B 4,7 4,9 5,0 5,1 5,2

Dari uji Duncan menunjukan bahwa jarak terkecil untuk beda nyata adalah 0,5

sehingga jika diurutkan jumlah akar primer pada eksplan dari yang terkecil sampai

terbesar tidak terlihat perbedaan jarak 2,26. Dengan demikian beda nyata yang diuji

pada F-Tabel tidak kuat atau lemah beda nyatanya, namun jika dilihat dari jumlah

akar primer terbanyak hormon dengan konsentrasi 450 yang memberikan JAP

terbesar, yaitu 5,2 buah sedangkan untuk konsentrasi hormon yang lain yaitu

perlakuan dengan pemberian hormon dengan konsentrasi 500 ppm sebanyak 4,7

buah, 550 ppm sebanyak 4,9 buah, 600 ppm sebanyak 5 buah, serta tidak berbeda

nyata dengan hormon pada konsentrasi 400 ppm dan 450 ppm.

Page 60: KAJIAN PERTUMBUHAN EKSPLAN PUCUK GAHARU …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/11404/E09cbe.pdf · hormon 450 ppm ini dapat mengefisienkan biaya. Key words: Gyrinops versteegii

Untuk faktor Interaksi antara jenis media dan konsentrasi hormon yang

diberikan pada masing-masing tanaman berdasarkan uji beda nyata Duncan adalah

sebagai berikut :

Tabel 14. Uji Duncan (Uji Jarak Nyata Terkecil) interaksi jenis media dan hormon

terhadap jumlah akar primer (JAP) pada eksplan yang memberikan pengaruh

terbesar

JNT (α, d, v) = JNT (0.05, 7, 29) x (KTG/8)0,5

= 1,55

41BA 32BA 13BA

5,2 5,2 7,6

P 2 3 4 5

rp 2,950 3,097 3,190 3,255

RP 1.916 2.013 2.076 2.121 Keterangan : A1B4 = Tanah dan hormon dengan konsentrasi 550 ppm

A2B3 = Pasir dan hormon dengan konsentrasi 500 ppm

A3B1 = Tanah-Pasir-Kompos dan hormon dengan konsentrasi 400 ppm

Dengan membandingkan wilayah-wilayah nyata terkecil itu dengan selisih-

selisih rata-rata contoh yang telah diurutkan, kita sampai pada kesimpulan bahwa:

41BA 32BA 13BA

5,2 5,2 7,6

Dari uji Duncan menunjukan bahwa jarak terkecil untuk beda nyata adalah 2,4

sehingga jika diurutkan jumlah akar primer terbaik pada eksplan dari yang terkecil

sampai terbesar terlihat perbedaan jarak 1,55 yaitu perlakuan jenis media pasir

dengan pemberian hormon 500 ppm dan perlakuan jenis media tanah dengan

pemberian hormon 550 ppm dengan JAP sebanyak 5,2 buah, perlakuan jenis media

yang merupakan campuran antara tanah-pasir-kompos (TPK) dengan pemberian

hormon 400 ppm dengan JAP sebanyak 5,7 buah. Antara A1B4 dan A2B3 tidak

berbeda nyata, sedangkan perlakuan A3B1 memberikan pengaruh terhadap besarnya

persentase hidup eksplan yang berbeda nyata dengan A1B4 dan A2B3.

4.2.2.2 Panjang Akar Primer (PAP)

Berdasarkan perhitungan terhadap besarnya panjang akar primer (PAP),

diperoleh bahwa media berupa tanah dengan pemberian hormon IBA sebanyak 550

ppm memilki nilai tertinggi untuk panjang akar primer, yaitu dengan PAP 17,06 cm.

Page 61: KAJIAN PERTUMBUHAN EKSPLAN PUCUK GAHARU …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/11404/E09cbe.pdf · hormon 450 ppm ini dapat mengefisienkan biaya. Key words: Gyrinops versteegii

Gambar 12. Diagram pengaruh media dan hormon terhadap PAP eksplan

pucuk G. versteegii.

Gambar 12 memperlihatkan perbedaan pengaruh perlakuan (jenis media dan

konsentrasi hormon) terhadap parameter panjang akar primer dapat dilihat bahwa

media tanah dan pemberian hormon pada konsentrasi 550 ppm merupakan perlakuan

yang memberikan pengaruh yang besar terhadap pertumbuhan panjang akar primer.

Tabel 15. menunjukkan bahwa perlakuan pemberian hormon memberikan

pengaruh sangat nyata bagi parameter panjang akar primer. Sedangkan jenis media

dan interaksi antara media dan hormon tidak memperlihatkan pengaruh yang nyata.

Tabel 15. Sidik Ragam pengaruh media dan hormon terhadap panjang akar primer

(PAP) eksplan pucuk G. versteegii

Sumber Db JK KT F-Hit F-Tab

Kelompok 2 235,04 117,52 7,49 3,33

Media 2 15,81 7,91 0,50 3,33

Hormon 4 423,18 105,80 6,74 2,70

Media+Hormon 7 101,24 14,46 0,92 2,35

Sisa 29 455,03 15,69

Total 44 1230,31

Hasil sidik ragam yang diperlihatkan pada Tabel 15, menunjukan bahwa

perlakuan pemberian hormon memberikan pengaruh yang sangat nyata. Sedangkan

jenis media dan interaksi diantara jenis media dengan perlakuan pemberian hormon

Page 62: KAJIAN PERTUMBUHAN EKSPLAN PUCUK GAHARU …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/11404/E09cbe.pdf · hormon 450 ppm ini dapat mengefisienkan biaya. Key words: Gyrinops versteegii

tertentu tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap panjang akar primer (PAP)

pada eksplan tanaman.

Hasil uji lanjutan melalui Uji Duncan terhadap faktor yang berpengaruh nyata

terhadap ukuran/panjang akar primer, yaitu faktor hormon yang diberikan pada

masing-masing tanaman, menunjukkan bahwa untuk perlakuan berupa pemberian

hormon yang berbeda berdasarkan uji beda nyata Duncan adalah sebagai berikut :

Tabel 16. Uji Duncan (Uji Jarak Nyata Terkecil) jenis media terhadap persentase

hidup eksplan

JNT (α, d, v) = JNT (0.05, 4, 29) x (KTG/5)0,5

= 4,16

1B 2B 3B 4B 5B

12,84 11,49 10,83 11,97 11,37

P 2 3 4 5

rp 2,897 3,044 3,139 3,207

RP 5.132 5.392 5.561 5.681

Dengan membandingkan wilayah-wilayah nyata terkecil itu dengan selisih-

selisih rata-rata contoh yang telah diurutkan, kita sampai pada kesimpulan bahwa:

3B 5B 2B 4B 1B 10,83 11,37 11,49 11,97 12,84

Dari uji Duncan menunjukan bahwa jarak terkecil untuk beda nyata adalah 2,01

sehingga jika diurutkan panjang akar primer (PAP) pada eksplan dari yang terkecil

sampai terbesar tidak terlihat perbedaan jarak 4,16. Dengan demikian beda nyata

yang diuji pada F-Tabel tidak kuat atau lemah bedanyatanya, dengan tingkat

pemberian hormon terbaik yaitu pada konsentrasi 400 dan 550 ppm.

Page 63: KAJIAN PERTUMBUHAN EKSPLAN PUCUK GAHARU …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/11404/E09cbe.pdf · hormon 450 ppm ini dapat mengefisienkan biaya. Key words: Gyrinops versteegii

Tabel 17. Rekapitulasi pengaruh media dan hormon untuk berbagai parameter yang

diukur

Perlakuan % Hidup % Berakar Δ Tinggi

(cm) JAP PAP (cm)

A1B1 A1B2 A1B3 A1B4 A1B5 A2B1 A2B2 A2B3 A2B4 A2B5 A3B1 A3B2 A3B3 A3B4 A3B5

90,00 83,33 86,67 93,33 93,33 26,67 36,67 36,67 40,00 26,67 73,33 86,67 66,67 90,00 70,00

83,33 80,00 80,00 93,33 90,00 16,67 30,00 33,33 33,33 20,00 66,67 86,67 60,00 90,00 63,33

1,6 0,6 0,6 0,8 0.9 1.6 2,0 1,7 2,3 1,5 2,4 2,9 2,6 2,6 0,9

40 37 41 52 49

9 14 13 8 8 48 59 34 58 46

16,29 12,98 14,05 17,06 14,94

5,47 4,82 7,19 4,02 5,34

16,75 16,67 11,25 14,83 13,82

Rata-rata 66,67 61,78 1,67 34,40 11,70 Keterangan: JAP = Jumlah akar primer

PAP = Panjang akar primer

Hasil analisis sidik ragam yang diperlihatkan Tabel 18. menunjukkan bahwa

perbedaan media memberikan pengaruh sangat nyata terhadap persentase hidup dan

pertambahan tinggi pada eksplan. Penggunaan hormon dengan konsentrasi tertentu

memberikan pengaruh terhadap perakaran pada eksplan, baik pada persentase

berakar, jumlah akar primer (JAP), maupun panjang akar primer dari eksplan yang

diberikan perlakuan dengan penambahan hormon pada konsentrasi tertentu. Hormon

IBA pada konsentrasi 450 ppm dan 550 ppm secara umum memberikan pertumbuhan

yang optimal pada perakaran eksplan. Interaksi kedua perlakuan menunjukan

pengaruh namun tidak berbeda nyata terhadap pertambahan tinggi dan besarnya

ukuran panjang akar primer (PAP).

Tabel 18. Rekapitulasi sidik ragam pengaruh media dan hormon untuk setiap

parameter yang diamati

Perlakuan % Hidup % Berakar Δ Tinggi JAP PAP Kelompok tn tn * ** ** Media ** tn ** tn tn Hormon tn ** tn * ** Media + Hormon ** * tn ** tn

Keterangan: * = Nyata pada selang kepercayaan 95%

** = Sangat nyata pada selang kepercayaan 99%

tn = Tidak nyata

Page 64: KAJIAN PERTUMBUHAN EKSPLAN PUCUK GAHARU …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/11404/E09cbe.pdf · hormon 450 ppm ini dapat mengefisienkan biaya. Key words: Gyrinops versteegii

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

1. Berdasarkan hasil penelitian ini, komposisi media yang baik untuk pertumbuhan

gaharu (G.versteegii (Gilg) Domke) yaitu media tanah. Jenis tanah yang digunakan

adalah latosol merah yang kompak. Hal ini dapat dilihat dari persentase hidup

masing-masing media, yakni media tanah tunggal sebesar 89,33%, kemudian jenis

media campuran sebesar 77,33%, dan yang terkecil persentase hidup eksplan

adalah pada jenis media pasir tunggal (33,33%). Selain itu, media tanah tunggal

dan media campuran (tanah-pasir-kompos) memiliki persentase berakar yang baik.

2. Konsentrasi hormon yang efisien dan optimum untuk pertumbuhan akar adalah

pada konsentrasi 550 ppm, tetapi hormon dengan konsentrasi 450 ppm juga baik

walaupun tidak seoptimal 550 ppm. Namun hormon 450 ppm dapat

mengefisienkan biaya.

3. Penggunaan eksplan pucuk yang bersifat dorman lebih baik dibandingkan dengan

pucuk muda, karena pucuk muda lebih cepat layu.

5.2 Saran

1. Perlu penelitian lanjutan untuk aplikasi hasil ex vitro ke lapangan.

2. Sebaiknya dalam penelitian ex vitro juga mengkaji jenis bahan stek pada

G.versteegii (pucuk, batang tengah dan batang bawah). Berdasarkan hasil dari

penelitian prndahuluan, jika eksplan pucuk yang didapatkan tidak dalam keadaan

dorman (pucuk muda), yang sangat rentan terhadap kelayuan dapat diganti pada

batang tengah dan batang bawah.

3. Menggunakan gabungan beberapa jenis hormon auksin untuk merangsang

perakaran.

Page 65: KAJIAN PERTUMBUHAN EKSPLAN PUCUK GAHARU …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/11404/E09cbe.pdf · hormon 450 ppm ini dapat mengefisienkan biaya. Key words: Gyrinops versteegii

DAFTAR PUSTAKA

Abidin Z, 1983. Dasar-dasar Pengetahuan tentang Zat Pengatur Tumbuh. Bandung:

Angkasa.

Anonim. 2003. Gaharu Sembuhkan Banyak Penyakit. http://www.sinarharapan.co.id/

berita/0703/16/ipt04.html. [17 Mei 2008].

Atjung. 1975. Tumbuh-tumbuhan Perhiasan di Pekarangan. Jakarta: N. V. Masa

Baru.

Darmawan J, J Baharsjah. 1983. Dasar-dasar Fisiologi Tanaman. Semarang:

PT.Suryandaru Utama.

Djamhuri E, W Soekotjo, D Nandika dan Y Santosa. 1986. Usaha Penyediaan Bahan

Tanaman Jenis-jenis Dipterocarpaceae Secara Massal dengan Pembiakan

Vegetatif. Proyek Penelitian dan Pengabdian pada Masyarakat. Bogor :

Fakultas Kehutanan IPB.

Gilg. 1932. Gyrinops versteegii. http://zipcodezoo.com/Plants/Gyrinops

versteegii.asp. [17 Juni 2008].

Hakim N, MY Nyakpa, AM Lubis, SG Nugroho, MA Diha, GB. Hong, HH Bailey.

1986. Dasar-dasar Ilmu Tanah. Universitas Lampung. Lampung. Hal. 78-

79.

Harahap, RMS. 1972. Percobaan Orientasi Vegetatif Beberapa Jenis Pohon. Laporan

LPH No. 155. Bogor : Lembaga Penlitian Hutan.

Hartmann HT and DE Kester. 1978. Plant Propagation Principle and Practice.

Fourth edition. New Jersey : Prentice Hall, Inc. Englewood.

________________________. 1983. Plant Propagation Principle and Practice.

Fourth edition. New Jersey : Prentice Hall, Inc. Englewood.

Juhardi D. 1995. Studi Pembiakan Vegetatif Stek Pucuk Shore selenica BI dengan

Menggunkan Zat Pengatur Tumbuh IBA pada Media Campuran Tanah dan

Pasir. Skripsi. Departemen Manajemen Hutan. Fakultas Kehutanan IPB.

Bogor. Tidak Diterbitkan.

Jumin BH. 1992. Ekologi Tanaman. Jakarta: Rajawali Press Jakarta.

Kremer PJ and TT Kozlowski. 1960. Physiologi of Trees. McGraw. London: Hill

Book Company.

Kusumo S. 1984. Zat Pengatur Tumbuh Tanaman. Jakarta: CV. Jayaguna.

Lingga P dan Marsono. 2006. Petunjuk Penggunaan Pupuk. Jakarta: Penebar

Swadaya.

Page 66: KAJIAN PERTUMBUHAN EKSPLAN PUCUK GAHARU …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/11404/E09cbe.pdf · hormon 450 ppm ini dapat mengefisienkan biaya. Key words: Gyrinops versteegii

Mahlstede JP and ES Haber. 1957. Plant Propagation. New York : John Wiley and

Sons, Inc.

______________________. 1962. Plant Propagation. John Wiley & Sons, Inc. New

York.

Miller RH and RL Donahue. 1990. Soils. An Introduction to Soils and Plant Growth.

Sixt Edition. Printice Hall Inc. Englewood Cliffs. NJ.

Situmorang J dan I Yopi. 2006. Pelatihan Nasional Budidaya dan Pengolahan

Gaharu. http://www.bticnet.com/gaharu.htm. [17 Mei 2008].

Purwowidodo. 1998. Metode Selidik Tanah. Surabaya : Usaha Nasional.

Rochiman, K dan SS Harjadi. 1973. Pembiakan Vegetatif. Bogor: Bahan Bacaan

Pengantar Agronomi. Departemen Agronomi, Fakultas Pertanian, IPB.

Sinaga VM. 1987. Pedoman Penggunaan Hormon Tumbuh Akar pada Pembibitan

Beberapa Tanaman Kehutanan. Jakarta: Direktorat Jendral Reboisasi dan

Rehabilitasi Lahan. Departemen Kehutanan.

Soeharto B, Suseno Budidarsono dan Meine van Noordwijk. Ex Ante Impacts Of

Aquilaria spp (Thymelaeacea) Biotechnology. World Agroforestry Centre.

http://worldagroforestry.org/downloads/publications/PDFs/PO07115.PDF.

[17 Mei 2008].OF Aquilaria spp (THYMELAEACEAE) BIOTECHNOLOGY

Soerianegara I dan E Djamhuri. 1979. Pemuliaan Pohon Hutan. Bogor : Departemen

Manajemen Hutan Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor.

Subiakto A. 1988. Teknik Propagasi Vegetatif Diklat Pengatur Persemaian. Jakarta:

Kerjasama Puslitbang Hutan dan Proyek Diklat dalam rangka

PengIndonesia-an Tenaga Kerja Pengusahaan Hutan.

Sumantri IGAK. 1995. Pengaruh Media dan Cara Pemberian Zat Pengatur Tumbuh

IBA terhadap Pertumbuhan Stek Batang Acacia mangium Willd. Skripsi.

Departemen Manajemen Hutan. Fakultas Kehutanan IPB. Bogor. Tidak

Diterbitkan.

Sumarna Y. 2007. Budidaya Gaharu. Seri Agribisnis. Jakarta: Penebar Swadaya.

Supriyanto. 1997. Teknik Tanaman Stek Pucuk : Aspek Fisiologis. Serang: Materi

Pelatihan Stek Pucuk di Perum Perhutani Unit III Jawa Barat. KPH Banten..

Tjitrosoepomo G. 2001. Morfologi Tumbuhan. Cetakan ke-13. Yogyakarta: Gadjah

Mada University Press.

Wattimena GA. 1988. Zat Pengatur Tumbuh. Bogor : Pusat Antar Universitas Institut

Pertanian Bogor.

Wudianto, R. 1993. Membuat Stek, Cangkok, dan Okulasi. Jakarta: Penebar Swadaya.

Yasman I, and WTM Smith. 1987. Pengadaan Bibit Dipterocarpaceae dengan Sistem

Cabutan dan Stek. Simposium Hasil Penelitian. Balai Penelitian dan

Pengembangan Kehutanan Bogor.

Page 67: KAJIAN PERTUMBUHAN EKSPLAN PUCUK GAHARU …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/11404/E09cbe.pdf · hormon 450 ppm ini dapat mengefisienkan biaya. Key words: Gyrinops versteegii

_____________________. 1988. Metode Pembuatan Stek Dipterocarpaceae.

Samarinda: Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan Departemen

Kehutanan.

Yitnosumarto, S. 1993. Percobaan Perancangan, Analisis dan Interpretasinya.

Jakarta: PT. Gramedia Utama.

Page 68: KAJIAN PERTUMBUHAN EKSPLAN PUCUK GAHARU …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/11404/E09cbe.pdf · hormon 450 ppm ini dapat mengefisienkan biaya. Key words: Gyrinops versteegii
Page 69: KAJIAN PERTUMBUHAN EKSPLAN PUCUK GAHARU …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/11404/E09cbe.pdf · hormon 450 ppm ini dapat mengefisienkan biaya. Key words: Gyrinops versteegii

Lampiran 1. Jumlah eksplan hidup pada perlakuan

Perlakuan Jumlah eksplan

Total

Eksplan

Minggu

ke-2

Minggu

ke-4

Minggu

ke-6

Minggu

ke-8

Minggu

ke-10

A1B1 30 30 27 27 27 27

A1B2 30 30 28 27 25 25

A1B3 30 30 26 26 26 26

A1B4 30 30 28 28 28 28

A1B5 30 29 28 28 28 28

A2B1 30 30 22 18 9 8

A2B2 30 30 21 19 11 11

A2B3 30 30 21 19 12 11

A2B4 30 29 25 23 12 12

A2B5 30 28 20 18 11 8

A3B1 30 30 22 22 22 22

A3B2 30 29 26 26 26 26

A3B3 30 27 22 20 20 20

A3B4 30 30 28 27 27 27

A3B5 30 30 23 21 21 21 Keterangan: A1B1 = Media tanah dengan konsentrasi hormon 400 ppm

A1B2 = Media tanah dengan konsentrasi hormon 450 ppm

A1B3 = Media tanah dengan konsentrasi hormon 500 ppm

A1B4 = Media tanah dengan konsentrasi hormon 550 ppm

A1B5 = Media tanah dengan konsentrasi hormon 600 ppm

A2B1 = Media tanah dengan konsentrasi hormon 400 ppm

A2B2 = Media tanah dengan konsentrasi hormon 450 ppm

A2B3 = Media tanah dengan konsentrasi hormon 500 ppm

A2B4 = Media tanah dengan konsentrasi hormon 550 ppm

A2B5 = Media tanah dengan konsentrasi hormon 600 ppm

A3B1 = Media tanah dengan konsentrasi hormon 400 ppm

A3B2 = Media tanah dengan konsentrasi hormon 450 ppm

A3B3 = Media tanah dengan konsentrasi hormon 500 ppm

A3B4 = Media tanah dengan konsentrasi hormon 550 ppm

A3B5 = Media tanah dengan konsentrasi hormon 600 ppm

Lampiran 2. Jumlah eksplan hidup pada kontrol

Perlakuan Jumlah eksplan

Total

eksplan

Minggu

ke-2

Minggu

ke-4

Minggu

ke-6

Minggu

ke-8

Minggu

ke-10

Tanah 10 10 10 10 10 10

Pasir 10 10 10 10 10 10

Campuran 10 9 6 5 5 5

Page 70: KAJIAN PERTUMBUHAN EKSPLAN PUCUK GAHARU …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/11404/E09cbe.pdf · hormon 450 ppm ini dapat mengefisienkan biaya. Key words: Gyrinops versteegii

Lampiran3. Tinggi eksplan dengan perlakuan hormon Perlakuan Tinggi eksplan (cm)

Awal Minggu

ke-2 Minggu

ke-4 Minggu

ke-6 Minggu ke-

8 Minggu ke-

10 A1B1 6.7 6.8 7.5 8.2 8.8 8.7 A1B1 4.6 4.6 5.2 5.5 5.7 5.7 A1B1 7.4 7.6 8.6 9.4 10.2 8.9

µ 6.2 6.3 7.1 7.7 8.2 7.8 A1B2 6.4 6.5 5.9 7.0 6.9 7.1 A1B2 6.7 6.9 6.9 7.6 7.9 7.1 A1B2 5.6 5.7 7.4 6.0 6.0 6.0

µ 6.2 6.3 6.7 6.8 6.9 6.8 A1B3 6.8 7.1 7.2 7.3 7.4 7.3 A1B3 6.3 6.4 6.9 7.0 6.9 6.9 A1B3 5.9 6.0 6.4 6.6 6.0 7.1

µ 6.3 6.5 6.8 7.0 7.0 7.1 A1B4 5.7 5.8 6.1 6.4 6.4 6.5 A1B4 6.0 6.1 7.1 7.0 7.0 7.2 A1B4 5.6 5.7 5.8 5.8 6.7 6.5

µ 5.8 5.9 6.4 6.4 6.6 6.7 A1B5 5.2 5.3 6.1 6.5 6.8 6.5 A1B5 6.3 6.4 7.1 7.2 8.1 8.6 A1B5 5.1 5.1 5.8 6.0 6.3 7.0

µ 5.5 5.6 6.4 6.5 7.0 7.4 A2B1 6.2 6.3 8.5 8.8 9.0 7.7 A2B1 4.8 4.9 7.1 7.0 6.9 6.2 A2B1 5.3 5.4 6.7 7.4 6.1 7.1

µ 5.4 5.5 7.5 7.7 8.0 7.0 A2B2 5.8 6.0 7.9 8.2 8.4 7.5 A2B2 4.9 5.0 6.9 7.2 7.5 7.4 A2B2 4.6 4.7 5.9 5.5 8.0 6.5

µ 5.1 5.2 6.9 7.0 7.4 7.1 A2B3 4.4 4.5 5.1 5.3 5.5 5.7 A2B3 5.1 5.2 7.2 7.5 7.8 7.3 A2B3 5.6 5.6 6.7 7.1 7.4 7.0

µ 5.0 5.1 6.4 6.6 6.9 6.7 A2B4 5.0 5.0 7.0 7.4 7.9 7.8 A2B4 6.5 6.6 9.3 9.4 9.4 8.2 A2B4 4.7 4.7 6.5 6.9 7.4 7.1

µ 5.4 5.4 7.6 7.9 8.2 7.7 A2B5 6.4 4.8 8.7 8.8 8.9 8.2 A2B5 4.7 6.1 7.4 7.5 7.7 7.1 A2B5 6.0 6.6 5.6 5.8 5.9 6.4

µ 5.7 5.8 7.3 7.4 7.5 7.2 A3B1 6.0 7.3 6.2 6.5 6.8 7.1 A3B1 7.1 6.1 7.5 8.6 9.4 10.4 A3B1 7.1 7.3 7.8 8.4 9.2 9.9

µ 6.7 6.9 7.2 7.8 8.5 9.1

Page 71: KAJIAN PERTUMBUHAN EKSPLAN PUCUK GAHARU …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/11404/E09cbe.pdf · hormon 450 ppm ini dapat mengefisienkan biaya. Key words: Gyrinops versteegii

Lanjutan Lampiran 3. Perlakuan Tinggi eksplan (cm)

Awal Minggu

ke-2 Minggu

ke-4 Minggu

ke-6 Minggu

ke-8 Minggu ke-

10 A3B2 6.9 7.1 7.5 8.3 9.1 9.7 A3B2 6.3 6.5 7.1 8.0 8.9 9.6 A3B2 6.3 6.4 6.9 7.6 8.2 9.0

µ 6.5 6.6 7.2 8.0 8.7 9.4 A3B3 6.5 6.6 6.7 7.3 7.8 8.0 A3B3 5.3 5.4 6.1 6.5 6.9 7.8 A3B3 6.0 6.1 6.3 7.6 8.9 9.6

µ 5.9 6.0 6.4 7.1 7.9 8.5 A3B4 7.4 7.7 8.3 9.2 10.1 10.2 A3B4 5.9 5.9 6.3 7.2 8.2 8.1 A3B4 5.9 6.0 6.2 7.0 7.8 8.8

µ 6.4 6.5 6.9 7.8 8.7 9.0 A3B5 5.7 5.9 6.2 9.2 7.1 7.9 A3B5 5.6 5.7 6.0 7.2 6.6 7.3 A3B5 6.1 6.3 6.6 7.0 7.2 7.9

µ 5.8 5.9 6.3 7.8 7.0 7.7

Lampiran 4. Tinggi eksplan tanpa perlakuan hormon (kontrol)

Perlakuan Tinggi eksplan (cm) Awal Minggu

ke-2 Minggu

ke-4 Minggu

ke-6 Minggu

ke-8 Minggu

ke-10 Tanah 5.2 5.2 7.1 6.0 6.1 6.4 Pasir 6.4 6.6 5.8 7.0 7.6 7.8 T+P+K 5.9 6.0 6.3 6.6 6.9 7.7

Lampiran 5. Jumlah eksplan yang berakar pada perlakuan Perlakuan Jumlah yang berakar

A1B1 25 A1B2 24 A1B3 24 A1B4 28 A1B5 27 A2B1 5 A2B2 9 A2B3 10 A2B4 10 A2B5 6 A3B1 20 A3B2 26 A3B3 18 A3B4 27 A3B5 19

Page 72: KAJIAN PERTUMBUHAN EKSPLAN PUCUK GAHARU …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/11404/E09cbe.pdf · hormon 450 ppm ini dapat mengefisienkan biaya. Key words: Gyrinops versteegii

Lampiran 6. Jumlah eksplan yang berakar pada kontrol

Perlakuan Jumlah yang berakar Tanah 8 Pasir 3

Campuran 5

Page 73: KAJIAN PERTUMBUHAN EKSPLAN PUCUK GAHARU …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/11404/E09cbe.pdf · hormon 450 ppm ini dapat mengefisienkan biaya. Key words: Gyrinops versteegii

Lampiran 7. Rekapitulasi jumlah akar dan rata-rata panjang akar pada perlakuan hormon Perlakuan Jumlah

Akar

Rata-rata panjang

akar (cm)

Perlakuan Jumlah

Akar

Rata-rata panjang

akar (cm)

Perlakuan Jumlah

Akar

Rata-rata panjang

akar (cm)

A1B1 5 3,20 A1B1 6 3,88 A1B1 6 5,92

0 0 5 4,00 8 5,54

3 6,10 - - 6 3,77

6 1,00 3 2,67 7 2,16

6 1,35 5 1,72 - -

- - 5 1,80 7 1,59

6 0,97 5 2,86 9 2,82

5 0,70 4 2,90 6 3,08

7 3,69 5 2,86 0 0

7 2,28 7 3,11 2 0,15

Perlakuan Jumlah

Akar

Rata-rata panjang

akar (cm)

Perlakuan Jumlah

Akar

Rata-rata panjang

akar (cm)

Perlakuan Jumlah

Akar

Rata-rata panjang

akar (cm)

A1B2 2 3,90 A1B2 3 1.00 A1B2 3 3.47

- - 9 3.22 5 3.68

4 2,55 7 4.49 3 3.97

2 2,15 - - 5 3.00

7 1,60 - - 7 2.37

- - 2 1.85 4 3.28

2 1,00 4 3.28 7 1.86

0 0 - 6 3.13

3 2,03 6 3.72 6 3.52

4 4,58 6 1.03 3 3.43

Page 74: KAJIAN PERTUMBUHAN EKSPLAN PUCUK GAHARU …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/11404/E09cbe.pdf · hormon 450 ppm ini dapat mengefisienkan biaya. Key words: Gyrinops versteegii

Lanjutan Lampiran 7 Perlakuan Jumlah

Akar

Rata-rata panjang

akar (cm)

Perlakuan Jumlah

Akar

Rata-rata panjang

akar (cm)

Perlakuan Jumlah

Akar

Rata-rata panjang

akar (cm)

A1B3 6 0.78 A1B3 - - A1B3 6 4.17

7 2.10 4 0.50 5 2.66

7 3.30 5 2.84 5 2.28

3 2.97 4 4.15 7 3.21

0 0 - - 7 4.24

5 3.78 5 1.54 5 4.22

4 2.00 3 3.03 5 2.06

3 1.13 0 0 5 3.14

3 4.73 - - 9 3.64

6 2.90 - - 4 2.58

Perlakuan Jumlah

akar

Rata-rata panjang

akar (cm)

Perlakuan Jumlah

akar

Rata-rata panjang

akar (cm)

Perlakuan Jumlah

akar

Rata-rata panjang

akar (cm)

A1B4 6 2.98 A1B4 5 4.02 A1B4 8 2.89

4 3.33 6 5.05 6 5.42

4 4.03 9 3.12 1 1.40

8 1.75 5 2.58 7 1.01

4 3.25 5 2.56 6 4.17

9 1.32 8 2.39 - -

5 6.36 5 2.64 - -

6 4.47 5 2.42 4 3.43

5 3.38 5 1.40 9 2.68

5 3.84 1 1.30 6 2.52

Page 75: KAJIAN PERTUMBUHAN EKSPLAN PUCUK GAHARU …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/11404/E09cbe.pdf · hormon 450 ppm ini dapat mengefisienkan biaya. Key words: Gyrinops versteegii

Lanjutan Lampiran 7 Perlakuan Jumlah

Akar

Rata-rata panjang

akar (cm)

Perlakuan Jumlah

Akar

Rata-rata panjang

akar (cm)

Perlakuan Jumlah

Akar

Rata-rata panjang

akar (cm)

A1B5 4 3.38 A1B5 7 3.00 A1B5 4 4.48

8 2.93 4 3.58 4 2.23

4 4.78 4 2.03 7 2.34

0 0 10 1.76 6 1.62

4 2.33 8 2.64 2 0.85

- - 6 2.25 - -

6 1.85 10 3.20 6 2.85

3 4.33 6 3.97 4 2.95

4 2.48 4 1.33 7 3.99

1 1.40 9 2.63 5 2.78

Perlakuan Jumlah

Akar

Rata-rata panjang

akar (cm)

Perlakuan Jumlah

Akar

Rata-rata panjang

akar (cm)

Perlakuan Jumlah

Akar

Rata-rata panjang

akar (cm)

A2B1 - - A2B1 0 0 A2B1 - -

0 0 - - 3 0.47

- - - - - -

3 0.97 - - - -

- - - - - -

- - 5 2.68 - -

- - 5 1.70 - -

- - - - - -

- - - - 4 0.93

- - - - - -

Page 76: KAJIAN PERTUMBUHAN EKSPLAN PUCUK GAHARU …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/11404/E09cbe.pdf · hormon 450 ppm ini dapat mengefisienkan biaya. Key words: Gyrinops versteegii

Lanjutan Lampiran 7 Perlakuan Jumlah

Akar

Rata-rata panjang

akar (cm)

Perlakuan Jumlah

Akar

Rata-rata panjang

akar (cm)

Perlakuan Jumlah

Akar

Rata-rata panjang

akar (cm)

A2B2 - - A2B2 - - A2B2 - -

- - - - - -

7 0.46 - - - -

5 0.78 - - - -

- - 7 1.01 3 1.83

- - 3 1.20 3 1.23

- - 4 0.78 - -

- - - - - -

7 1.46 - - 2 1.55

- - - - - -

Perlakuan Jumlah

Akar

Rata-rata panjang

akar (cm)

Perlakuan Jumlah

Akar

Rata-rata panjang

akar (cm)

Perlakuan Jumlah

Akar

Rata-rata panjang

akar (cm)

A2B3 - - A2B3 2 1.45 A2B3 - -

- - 3 2.67 6 2.08

- - - - - -

- - - - - -

- - 4 1.13 - -

6 1.38 2 2.55 4 2.43

- - - - - -

0 0 - - - -

5 1.28 5 1.30 - -

2 0.25 - - - -

Page 77: KAJIAN PERTUMBUHAN EKSPLAN PUCUK GAHARU …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/11404/E09cbe.pdf · hormon 450 ppm ini dapat mengefisienkan biaya. Key words: Gyrinops versteegii

Lanjutan Lampiran 7 Perlakuan Jumlah

Akar

Rata-rata panjang

akar (cm)

Perlakuan Jumlah

Akar

Rata-rata panjang

akar (cm)

Perlakuan Jumlah

Akar

Rata-rata panjang

akar (cm)

A2B4 - - A2B4 - - A2B4 - -

- - - - - -

2 0.55 3 0.70 - -

- - - - - -

- - - - - -

1 3.50 4 2.25 1 1.90

- - - - 1 6.90

- - - - 3 0.87

5 1.03 - - 3 0.70

- - - - 2 2.25

Perlakuan Jumlah

Akar

Rata-rata panjang

akar (cm)

Perlakuan Jumlah

Akar

Rata-rata panjang

akar (cm)

Perlakuan Jumlah

Akar

Rata-rata panjang

akar (cm)

A2B5 - - A2B5 - - A2B5 - -

- - - - 5 2.12

- - - - 4 1.90

- - - - 6 2.05

- - - - - -

- - - - - -

- - - - - -

- - 4 1.75 5 0.80

- - - - - -

1 0.40 - - - -

Page 78: KAJIAN PERTUMBUHAN EKSPLAN PUCUK GAHARU …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/11404/E09cbe.pdf · hormon 450 ppm ini dapat mengefisienkan biaya. Key words: Gyrinops versteegii

Lanjutan Lampiran 7 Perlakuan Jumlah

Akar

Rata-rata panjang

akar (cm)

Perlakuan Jumlah

Akar

Rata-rata panjang

akar (cm)

Perlakuan Jumlah

Akar

Rata-rata panjang

akar (cm)

A3B1 9 2.22 A3B1 5 3.96 A3B1 10 2.41

8 2.63 7 3.07 10 2.30

- - - - 2 0.40

- - 7 1.76 - -

- - 12 1.64 8 3.16

- - 8 1.61 - -

- - 4 3.83 9 2.69

7 2.27 - - 6 1.82

3 3.97 5 3.14 5 1.45

8 2.01 11 1.39 - -

Perlakuan Jumlah

Akar

Rata-rata panjang

akar (cm)

Perlakuan Jumlah

Akar

Rata-rata panjang

akar (cm)

Perlakuan Jumlah

Akar

Rata-rata panjang

akar (cm)

A3B2 10 2.39 A3B2 7 2.23 A3B2 7 2.57

2 0.65 8 1.59 12 2.83

8 5.28 7 2.84 8 2.38

6 2.60 6 2.70 6 2.62

7 2.30 - - 6 0.63

5 2.92 - - 10 1.69

- - 5 1.66 8 1.65

- - 8 2.83 2 1.50

8 3.54 2 0.60 8 2.49

5 2.86 7 2.64 8 2.18

Page 79: KAJIAN PERTUMBUHAN EKSPLAN PUCUK GAHARU …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/11404/E09cbe.pdf · hormon 450 ppm ini dapat mengefisienkan biaya. Key words: Gyrinops versteegii

Lanjutan Lampiran 7 Perlakuan Jumlah

Akar

Rata-rata panjang

akar (cm)

Perlakuan Jumlah

Akar

Rata-rata panjang akar

(cm)

Perlakuan Jumlah

Akar

Rata-rata panjang

akar (cm)

A3B3 9 1.33 A3B3 - - A3B3 7 3.26

8 1.73 - - 7 2.27

3 1.67 - - - -

- - 8 2.31 - -

- - - - 8 2.32

3 0.23 - - 5 2.38

- - 5 1.98 5 1.50

2 2.90 4 1.33 7 1.54

- - - - 5 4.54

6 1.97 7 1.41 4 1.20

Perlakuan Jumlah

Akar

Rata-rata panjang

akar (cm)

Perlakuan Jumlah

Akar

Rata-rata panjang

akar (cm)

Perlakuan Jumlah

Akar

Rata-rata panjang

akar (cm)

A3B4 2 3.65 A3B4 9 3.30 A3B4 6 2.90

9 1.33 - - 6 2.32

6 2.18 - - 6 2.80

7 2.33 - - 3 2.63

7 2.39 7 2.67 10 2.25

6 0.40 6 1.87 5 2.08

7 3.16 5 2.90 1 2.70

9 2.73 8 0.58 6 2.28

10 2.38 8 1.79 8 2.80

7 2.70 5 1.32 5 3.56

Page 80: KAJIAN PERTUMBUHAN EKSPLAN PUCUK GAHARU …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/11404/E09cbe.pdf · hormon 450 ppm ini dapat mengefisienkan biaya. Key words: Gyrinops versteegii

Lanjutan Lampiran 7 Perlakuan Jumlah

Akar

Rata-rata panjang

akar (cm)

Perlakuan Jumlah

Akar

Rata-rata panjang

akar (cm)

Perlakuan Jumlah

Akar

Rata-rata panjang

akar (cm)

A3B5 4 3.13 A3B5 6 2.53 A3B5 0 0

6 2.58 6 1.55 - -

- - 9 1.86 0 0

7 1.09 - - - -

11 1.29 8 2.35 10 1.7

7 2.63 6 2.1 - -

5 2.14 - - 4 3.6

11 1.55 10 2.18 10 1.9

- - 6 1.22 - -

9 1.57 - - 2 1.15

Perlakuan Jumlah

Akar

Rata-rata panjang

akar (cm)

Perlakuan Jumlah

Akar

Rata-rata panjang

akar (cm)

Perlakuan Jumlah

Akar

Rata-rata panjang

akar (cm)

Kontrol

Tanah

2 5.1 Kontrol

Pasir

- - Kontrol

T+P+K

- -

1 4.5 - - - -

0 - 0 - - -

1 4.5 - - -

2 6.2 0 - - -

3 4.2 4 2.2 1 2.2

1 1.4 - - 1 3.3

4 2.6 2 5.3 2 2

0 - 0 - 1 2.3

2 3.7 1 7.5 3 1.0

Page 81: KAJIAN PERTUMBUHAN EKSPLAN PUCUK GAHARU …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/11404/E09cbe.pdf · hormon 450 ppm ini dapat mengefisienkan biaya. Key words: Gyrinops versteegii

Lampiran 8. Rata-rata jumlah akar pada perlakuan

Perlakuan Rata-rata

A1B1 4.03

A1B2 3.67

A1B3 4.1

A1B4 5.23

A1B5 4.9

A2B1 0.87

A2B2 1.37

A2B3 1.3

A2B4 0.83

A2B5 0.83

A3B1 4.80

A3B2 5.87

A3B3 3.43

A3B4 5.80

A3B5 4.57

Lampiran 9. Rata-rata jumlah akar pada kontrol

Perlakuan Rata-rata

Tanah 1.6

Pasir 0.7

Campuran 0.8

Page 82: KAJIAN PERTUMBUHAN EKSPLAN PUCUK GAHARU …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/11404/E09cbe.pdf · hormon 450 ppm ini dapat mengefisienkan biaya. Key words: Gyrinops versteegii

Lampiran 10. Rekapitulasi jumlah eksplan yang mengalami daun rontok pada

perlakuan

Perlakuan Jumlah eksplan mengalami daun rontok

Total

Eksplan

Minggu

ke-2

Minggu

ke-4

Minggu

ke-6

Minggu

ke-8

Minggu

ke-10

A1B1 30 14 1 - - 1

A1B2 30 10 2 - - 2

A1B3 30 16 5 - - -

A1B4 30 6 3 1 - -

A1B5 30 10 1 - - -

A2B1 30 22 5 14 9 1

A2B2 30 19 8 2 10 2

A2B3 30 19 5 1 4 1

A2B4 30 14 5 18 11 -

A2B5 30 17 7 8 7 3

A3B1 30 12 4 - - -

A3B2 30 10 3 - - -

A3B3 30 10 4 3 - -

A3B4 30 9 1 1 - -

A3B5 30 8 7 3 - 1

Lampiran 11. Rekapitulasi jumlah eksplan yang mengalami daun rontok pada kontrol

Perlakuan Jumlah eksplan mengalami daun rontok

Total

eksplan

Minggu

ke-2

Minggu

ke-4

Minggu

ke-6

Minggu

ke-8

Minggu

ke-10

Tanah 10 4 - - - -

Pasir 10 3 - - - -

T+P+k 10 5 - - - -