Top Banner
Laporan Akhir Kajian Pengembangan Ekonomi Lokal Kota Surakarta 2015 Page i Kajian Pengembangan Ekonomi Lokal Kota Surakarta Tahun 2015 Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Surakarta Tahun 2015
68

Kajian Pengembangan Ekonomi Lokal Kota Surakarta Tahun 2015bapppeda.surakarta.go.id/kip/assets/uploads/bidang/...Pendekatan PEL menjadi bagian dari kebijakan ... perbandingan status

Jul 23, 2019

Download

Documents

trannga
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: Kajian Pengembangan Ekonomi Lokal Kota Surakarta Tahun 2015bapppeda.surakarta.go.id/kip/assets/uploads/bidang/...Pendekatan PEL menjadi bagian dari kebijakan ... perbandingan status

Laporan Akhir Kajian Pengembangan Ekonomi Lokal Kota Surakarta 2015 Page i

Kajian Pengembangan Ekonomi Lokal

Kota Surakarta Tahun 2015

Badan Perencanaan Pembangunan DaerahKota Surakarta

Tahun 2015

Page 2: Kajian Pengembangan Ekonomi Lokal Kota Surakarta Tahun 2015bapppeda.surakarta.go.id/kip/assets/uploads/bidang/...Pendekatan PEL menjadi bagian dari kebijakan ... perbandingan status

Laporan Akhir Kajian Pengembangan Ekonomi Lokal Kota Surakarta 2015 Page ii

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat dan

karunia-Nya sehingga Laporan Kajian Pengembangan Ekonomi Lokal (PEL)

Partisipatif Kota Surakarta Tahun 2015 dapat diselesaikan dengan baik.

Laporan ini merupakan hasil partisipasi stakeholder di bidang ekonomi yang

menjadi salah satu strategi pembangunan ekonomi wilayah yang tercantum dalam

rencana pembangunan nasional dari Bappenas. Strategi ini sangat cocok untuk

mendukung ekonomi wilayah yang mandiri dan berkelanjutan melalui optimalisasi

pemanfaatan sumber daya lokal. Pendekatan PEL menjadi bagian dari kebijakan

ekonomi daerah Kota Surakarta dengan berbasis pada potensi lokal untuk

meningkatkan kesejahteraan masyarakat serta mempercepat pertumbuhan ekonomi

wilayah.

Fokus laporan ini adalah pada proses penilaian/persepsi dari stakeholder

terkait kondisi PEL Kota Surakarta dan menghasilkan beberapa isu penting yang

dapat dijadikan acuan dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah

(RPJMD) Kota Surakarta Tahun 2016-2020.

Kajian PEL dilaksanakan dengan melalui beberapa tahap, antara lain:

mengevaluasi dokumen-dokumen terkait PEL Kota Surakarta yang sudah ada,

pengumpulan pendapat stakeholder melalui kuesioner I dan II dari Bappenas,

pengolahan data melalui RALED, perbandingan status PEL Tahun 2007 dan 2015,

dan analisis program kegiatan PEL yang sudah dilakukan.

Selanjutnya, laporan ini diharapkan dapat memberikan kontribusi positif

yang dapat menjelaskan berbagai permasalahan dan penerapan kebijakan PEL, dan

bermanfaat bagi semua pihak yang membutuhkan, khususnya untuk kepentingan

perencanaan dan evaluasi pembangunan daerah. Laporan ini masih jauh dari

sempurna dan masih banyak kekurangan, namun harapan kami. Selanjutnya dalam

kesempatan ini, kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang

telah membantu penyelesaian laporan ini.

Surakarta Tahun 2015.

Kepala Bappeda Kota Surakarta

Ir. AHYANI, M.A.

Page 3: Kajian Pengembangan Ekonomi Lokal Kota Surakarta Tahun 2015bapppeda.surakarta.go.id/kip/assets/uploads/bidang/...Pendekatan PEL menjadi bagian dari kebijakan ... perbandingan status

Laporan Akhir Kajian Pengembangan Ekonomi Lokal Kota Surakarta 2015 Page iii

Daftar Isi

Kata Pengantar …………………………………………………………………… ii

Daftar Isi .........…………………………………………………………………….iii

Daftar Gambar …………………………………………………………………….vi

Daftar Tabel ……………………………………………………………….............vii

BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................1

I.1 Latar Belakang ................................................................................................. 1

I.2 Maksud dan Tujuan ......................................................................................... 3

I.3 Manfaat ............................................................................................................ 4

I.4. Sasaran ……………………………………………………………………… .4

I.5 Alur Pikir ......................................................................................................... 4

I.6. Keluaran/Output ………………………………………………………………8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA..............................................................................9

II.1 Pengertjan Pengembangan Ekonomi Lokal (PEL) …..…………….............. 9

II.2 Dimensi Pengembangan Ekonomi Lokal (PEL ........................................... 12

BAB III METODOLOGI PELAKSANAAN .......................................................15

III.1 Metode Penelitian ........................................................................................ 15

III.2 Data Primer Dan Data Sekunder ...................................................................16

BAB IV ANALISIS FAKTOR PENGUNGKIT DAN STATUS

PENGEMBANGAN EKONOMI LOKAL (PEL) DI KOTA

SURAKARTA TAHUN 2015 ………………….……………………. 17

IV.1 Dimensi Kelompok Sasaran ....................................................................... 18

IV.2 Dimensi Faktor Lokasi ............................................................................... 20

IV.3 Dimensi Kesinergian dan Fokus Kebijakan ............................................... 23

IV.4 Dimensi Pembangunan Berkelanjutan ....................................................... 26

IV.5 Dimensi Tata Pemerintahan ....................................................................... 29

IV.6 Dimensi Proses Manajemen ....................................................................... 32

IV.7 Status Pengembangan Ekonomi Lokal Kota Surakarta ............................. 34

BAB V ANALISIS PEBANDINGAN PEL 2007 DAN PEL 2015 ….…......... 36

V.1 Dimensi 1 – Kelompok Sasaran .................................................................. 36

V.1.1 Isu 1: Pusat layanan investasi. .................................................................. 36

Page 4: Kajian Pengembangan Ekonomi Lokal Kota Surakarta Tahun 2015bapppeda.surakarta.go.id/kip/assets/uploads/bidang/...Pendekatan PEL menjadi bagian dari kebijakan ... perbandingan status

Laporan Akhir Kajian Pengembangan Ekonomi Lokal Kota Surakarta 2015 Page iv

V.1.2 Isu 2 : Fasilitasi pelatihan kewirausahaan bagi usaha baru …................ 37

V.1.3 Isu 3 : Pendampingan dan monitoring bisnis pelaku usaha dan UKM ...39

V.1.4 Isu4: Kampanye peluang usaha .............................................................. 41

V.1.5 Isu 5 : Dukungan Pemerintah Kota Surakarta terhadap promosi produk

UKM ……………………………………………………….…………... 41

V.2 Dimensi 2 – Faktor Lokasi ....................................................................... 43

V.2.1 Isu 1 : Pelayanan Perijinan Satu Atap .................................................... 44

V.2.2 Isu 2 : Fasilitas Umum dan Sosial .......................................................... 44

V.2.3 Isu 3 : Kualitas Lingkungan ................................................................... 44

V.2.4 Isu 4 : Kualitas Fasilitas Pendidikan ...................................................... 45

V.2.5 Isu 5 : Kualitas Pelayanan Kesehatan .................................................... 45

V.3 Dimensi 3 - Sinergi dan Fokus Kebijakan ................................................ 48

V.3.1 Isu 1 : Kebijakan pembangunan kawasan industri ..................................49

V.3.2 Isu 2 : Kebijakan pengembangan pusat pertumbuhan di pedesaan

(agropolitan) dan perkotaan .. ................................................................ 49

V.4 Dimensi 4 – Pembangunan Berkelanjutan ................................................ 50

V.4.1 Isu 1 : Kontribusi PEL terhadap Peningkatan Kualitas Hidup dan

Kesejahteraan Masyarakat Lokal ..............................................................51

V.4.2 Isu 2 : Pengembangan Industri Pendukung untuk Keberlanjutan Sistem

Industri ………………………………………………………………… 52

V.4.3 Isu 3 : Kebijakan Pemecahan Permasalahan Lingkungan ...................... 52

V.4.4 Isu 4 : Pengelolaan dan Pendaur-ulangan Limbah ................................. 53

V.5 Dimensi 5 – Tata Pemerintahan ................................................................ 54

V.5.1 Isu 1 : Status Asosiasi industri/komoditi/ Forum Bisnis......................... 55

Isu 2 : Reformasi sistem insentif pengembangan SDM aparatur dan

insentif. ................................................................................................... 56

V.5.2 Isu 3 : Restrukturisasi organisasi pemerintah dengan mengadakan

business forum ……………………………………………………,….. 56

V.6 Dimensi 6 – Proses Manajemen ........................................................,....... 56

V.6.1 Isu 1 : Sinkronisasi lintas sektoral dan spasial dalam perencanaan PEL.57

V.6.2 Isu 2 : Penggunaan hasil diagnosis sebagai dasar perencanaan PEL ..... 57

V.6.3 Isu 3 : Frekuensi dilakukan evaluasi mandiri (self-evaluation) PEL ..... 58

Page 5: Kajian Pengembangan Ekonomi Lokal Kota Surakarta Tahun 2015bapppeda.surakarta.go.id/kip/assets/uploads/bidang/...Pendekatan PEL menjadi bagian dari kebijakan ... perbandingan status

Laporan Akhir Kajian Pengembangan Ekonomi Lokal Kota Surakarta 2015 Page v

BAB VI PENUTUP ........................................................................................... 59

VI.1 Kesimpulan .............................................................................................. 59

VI.2 Rekomendasi............................................................................................. 60

Page 6: Kajian Pengembangan Ekonomi Lokal Kota Surakarta Tahun 2015bapppeda.surakarta.go.id/kip/assets/uploads/bidang/...Pendekatan PEL menjadi bagian dari kebijakan ... perbandingan status

Laporan Akhir Kajian Pengembangan Ekonomi Lokal Kota Surakarta 2015 Page vi

Daftar Gambar

Gambar I.1: Alur Pikir Kajian PEL……………………………………………… 5

Gambar 2.1: Heksagonal PEL……………………………………………………12

Gambar 4.1 Indeks Dimensi Kelompok Sasaran di Kota Surakarta………….… 19

Gambar 4.2 Faktor Pengungkit Dimensi PEL Kelompok Sasaran di Kota

Surakarta ……………………………………………….……….….20

Gambar 4.3 Nilai Indeks Dimensi Faktor Lokasi di Kota Surakarta…….………21

Gambar 4.4. Faktor Pengungkit PEL dimensi Faktor Lokasi di kota Surakarta ..23

Gambar 4.5. Indeks Dimensi Kesinergian dan Fokus Kebijakan di Kota

Surakarta …………………………………………………….……24

Gambar 4.6. Faktor Pengungkit Kesinergian dan Fokus Kebijakan di Kota

Surakarta ……………………………………………………….…..26

Gambar 4.7 Nilai indeks dimensi Pembangunan Berkelanjutan di Kota

Surakarta ……………………………………………………….…..27

Gambar 4.8 Faktor Pengungkit Pembangunan Berkelanjutan di Kota Surakarta 29

Gambar 4.9. Nilai indeks dimensi Tata Pemerintahan di Kota Surakarta …….. 30

Gambar 4.10 Faktor Pengungkit dimensi Tata Pemerintahan di Kota Surakarta 31

Gambar 4. 11 Nilai indeks dimensi Proses Manajemen di Kota Surakarta...........32

Gambar 4.12 Faktor Pengungkit dimensi proses manajemen di Kota Surakarta. 33

Gambar 4.13 Status Pengembangan Ekonomi Lokal Kota Surakarta…….…… 34

Page 7: Kajian Pengembangan Ekonomi Lokal Kota Surakarta Tahun 2015bapppeda.surakarta.go.id/kip/assets/uploads/bidang/...Pendekatan PEL menjadi bagian dari kebijakan ... perbandingan status

Laporan Akhir Kajian Pengembangan Ekonomi Lokal Kota Surakarta 2015 Page vii

Daftar Tabel

Tabel 4.1. Status PEL Kota Surakarta ………………………………………… 35

Tabel 5.1 Perbandingan faktor pengungkit kelompok sasaran PEL

2007 dan 2015 ………………………………………………………..36

Tabel 5.2 Perbandingan faktor pengungkit faktor lokasi PEL 2007 dan 2015… 43

Tabel 5.3 Perbandingan fokus dan sinergi kebijakan PEL 2007 dan 2015…….. 48

Tabel 5.4 Perbandingan pembangunan berkelanjutan PEL 2007 dan 2015…… .51

Tabel 5.5 Perbandingan tata pemerintahan PEL 2007 dan 2015………………...55

Tabel 5.6 Perbandingan proses manajemen PEL Tahun 2007 dan 2015…… …57

Page 8: Kajian Pengembangan Ekonomi Lokal Kota Surakarta Tahun 2015bapppeda.surakarta.go.id/kip/assets/uploads/bidang/...Pendekatan PEL menjadi bagian dari kebijakan ... perbandingan status

Laporan Akhir Kajian Pengembangan Ekonomi Lokal Kota Surakarta 2015 Page 1

BAB I

PENDAHULUAN

I.1. Latar Belakang

Pencapaian keunggulan daya saing suatu daerah perlu diupayakan salah

satunya melalui kajian Pengembangan Ekonomi Lokal (PEL). Dari kajian PEL ini

diharapkan daerah mampu mengidentifikasi produk-produk unggulan, kebijakan-

kebijakan yang menunjang untuk menciptakan iklim unggulan dan

teridentifikasinya potensi ekonomi melalui pemetaan wilayah kecamatan yang ada

di daerah. Informasi produk unggulan dan potensi ekonomi antar wilayah suatu

daerah dapat untuk menciptakan sentra-sentra unggulan masing-masing wilayah

atau suatu produk yang akhirnya menjadi produk unggulan. Produk unggulan hanya

dapat dihasilkan oleh perusahaan/industri unggulan yaitu perusahaan/industri yang

mampu mengatasi perubahan dan persaingan pasar, untuk memperbesar pangsa

pasar, skala usaha dan keuntungan. Perusahaan/industri unggulan ini hanya dapat

tercipta pada sentra unggulan yaitu kelompok usaha yang saling terkait yang

menghasilkan produktivitas yang tinggi. Sentra unggulan ini hanya dapat diciptakan

pada daerah unggulan yaitu suatu daerah yang mampu memberikan iklim usaha

yang paling kondusif bagi dunia usaha dan industri.

Pengembangan Ekonomi Lokal didefinisikan sebagai usaha mengoptimalkan

sumber daya lokal dengan melibatkan pemerintah, dunia usaha, masyarakat lokal

dan organisasi masyarakat madani untuk mengembangkan ekonomi pada suatu

wilayah. Tujuan dari pelaksanaan PEL adalah bahwa nantinya daerah memiliki

perencanaan strategi dan agenda program PEL yang terinternalisasi ke dalam

kebijakan dan strategi daerah dan RPJMD. Selain itu tujuan akhirnya adalah bahwa

daerah nantinya dapat mengimplementasikan berbagai program dan kegiatan dalam

rangka Pengembangan Ekonomi Lokal.

PEL merupakan pendekatan yang bersifat holistik dan komprehensif serta

menekankan pada keterkaitan dan sinergi pembangunan yang ada dalam suatu

wilayah tertentu. PEL menyediakan ruang dan membuka kesempatan kepada

Page 9: Kajian Pengembangan Ekonomi Lokal Kota Surakarta Tahun 2015bapppeda.surakarta.go.id/kip/assets/uploads/bidang/...Pendekatan PEL menjadi bagian dari kebijakan ... perbandingan status

Laporan Akhir Kajian Pengembangan Ekonomi Lokal Kota Surakarta 2015 Page 2

seluruh komponen dalam suatu komunitas baik pemerintah, swasta, organisasi non

profit dan masyarakat sipil lokal untuk bekerja sama memperbaiki perekonomian

lokal. Jadi pendekatan Pengembangan Ekonomi Lokal merupakan pendekatan yang

terintegrasi/terpadu yang terdiri dari : 1). Perencanaan (strategi dan program)

Pengembangan Ekonomi Lokal yang terintegrasi ke dalam kebijakan dan strategi

pembangunan daerah yang lebih luas, 2). Keterpaduan dalam stakeholder-multi

stakeholder, 3). Keterpaduan dalam sektor-multi sektor.

PEL diharapkan tidak hanya mampu memecahkan permasalahan ekonomi,

tetapi juga aspek pembangunan lainnya yaitu peningkatan kualitas pembangunan

dan perbaikan pada komunitas lokal dalam bentuk pengurangan tingkat kemiskinan,

peningkatan kemandirian dan pemenuhan kebutuhan dasar manusia serta

peningkatan daya saing daerah Oleh karena itu sangat penting untuk menyusun

rancangan awal strategi dan program PEL sebagai dasar pelaksanaan kegiatan PEL

dalam jangka menengah. Hasil dari kajian PEL ini berupa teridentifikasinya produk-

produk unggulan, berbagai kebijakan yang telah disusun dan dijalankan serta

inventarisasi potensi ekonomi masing-masing wilayah kecamatan di Kota Surakarta.

Landasan hukum pelaksanaan kajian dan pemetaan Pengembangan Ekonomi

Lokal (PEL) adalah:

Sesuai Peraturan Gubernur Jawa Tengah Nomor 47 Tahun 2014 Tentang

Pedoman Umum Forum Economic Development and Employment Promotion pasal

1 ayat 7 menugaskan SKPD Provinsi Jawa Tengah yang memiliki tugas pokok dan

fungsi untuk mendukung pelaksanaan Program Pengembangan Ekonomi Lokal

melalui Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah. Pasal 8 menyebutkan Pengembangan

Ekonomi Lokal yang selanjutnya disingkat PEL adalah forum kemitraan terlembaga

bagi para pelaku ekonomi di daerah yang relevan yang bertujuan untuk mempercepat

pembangunan ekonomi melalui usaha-usaha/kegiatan bersama berbasis potensi lokal.

Undang Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan keuangan

antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah dan Undang-Undang no 9 Tahun

2015 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014

tentang Pemerintahan Daerah dapat ditarik benang merah dari kedua undang-undang

Page 10: Kajian Pengembangan Ekonomi Lokal Kota Surakarta Tahun 2015bapppeda.surakarta.go.id/kip/assets/uploads/bidang/...Pendekatan PEL menjadi bagian dari kebijakan ... perbandingan status

Laporan Akhir Kajian Pengembangan Ekonomi Lokal Kota Surakarta 2015 Page 3

tersebut bahwa urusan pemerintahan di bidang ekonomi (pertanian, perikanan,

perkebunan, kehutanan,pertambangan, industri, pariwisata, dll) “secara nyata ada dan

berpotensi untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat sesuai dengan kondisi,

kekhasan, dan potensi unggulan daerah yang bersangkutan.” Dalam hal ini

Pemerintah Daerah dituntut untuk membuat keputusan lokal dalam mendesain dan

menerapkan strategi (penetapan isu PEL dan rencana aksi) pembangunan ekonomi

lokal (PEL).

PEL merupakan pendekatan yang bersifat holistik dan komprehensif serta

menekankan pada keterkaitan dan sinergi pembangunan yang ada dalam suatu

wilayah tertentu. PEL menyediakan ruang dan membuka kesempatan kepada seluruh

komponen dalam suatu komunitas baik pemerintah, swasta, organisasi non profit dan

masyarakat sipil lokal untuk bekerja sama memperbaiki perekonomian lokal. Jadi

pendekatan Pengembangan Ekonomi Lokal merupakan pendekatan yang

terintegrasi/terpadu yang terdiri dari : 1). Perencanaan (strategi dan program)

Pengembangan Ekonomi Lokal yang terintegrasi ke dalam kebijakan dan strategi

pembangunan daerah yang lebih

luas, 2). Keterpaduan dalam stakeholder-multi stakeholder, 3). Keterpaduan dalam

sektor-multi sektor.

PEL diharapkan tidak hanya mampu memecahkan permasalahan ekonomi,

tetapi juga aspek pembangunan lainnya yaitu peningkatan kualitas pembangunan dan

perbaikan pada komunitas lokal dalam bentuk pengurangan tingkat kemiskinan,

peningkatan kemandirian dan pemenuhan kebutuhan dasar manusia serta

peningkatan daya saing daerah Oleh karena itu sangat penting untuk menyusun

rancangan awal strategi dan program PEL sebagai dasar pelaksanaan kegiatan PEL

dalam jangka menengah. Hasil dari kajian PEL ini berupa teridentifikasinya produk-

produk unggulan, berbagai kebijakan yang telah disusun dan dijalankan serta

inventarisasi potensi ekonomi masing-masing wilayah kecamatan di Kota Surakarta.

I.2. Maksud dan Tujuan

1. Maksud

Maksud dari kegiatan kajian Pengembangan Ekonomi Lokal (PEL)

Page 11: Kajian Pengembangan Ekonomi Lokal Kota Surakarta Tahun 2015bapppeda.surakarta.go.id/kip/assets/uploads/bidang/...Pendekatan PEL menjadi bagian dari kebijakan ... perbandingan status

Laporan Akhir Kajian Pengembangan Ekonomi Lokal Kota Surakarta 2015 Page 4

adalah : Untuk mencari faktor pengungkit baru dalam bidang ekonomi

dengan pemberdayaan ekonomi local.

2. Tujuan

Tujuan dari kegiatan Kajian Pengembangan Ekonomi Lokal adalah :

a. Mengidentifikasi laporan, aktivitas dan kebijakan pemerintah daerah

yang telah dilaksanakan dan dirasakan oleh stakeholder.

b. Mengumpulkan hasil penilaian kinerja Pengembangan Ekonomi Lokal

(PEL) oleh stakeholder dan instansi terkait sebagai masukan penyusunan

kebijakan dan strategi daerah melalui Rencana Pembangunan Jangka

Menengah Daerah (RPJMD).

I.3. Manfaat

1. Sebagai bahan masukan/referensi bagi para pengambil kebijakan di Kota

Surakarta dalam upaya Pengembangan Ekonomi Lokal.

2. Sebagai upaya dalam memfokuskan arah kebijakan dan strategi

Pengembangan Ekonomi Lokal di Kota Surakarta.

3. Sebagai upaya dalam mensinergikan dan mengintegrasikan keseluruhan

program Pengembangan Ekonomi Lokal di Kota Surakarta.

I.4. Sasaran

1. Sebagai dokumen acuan Pemerintah Kota Surakarta dalam Pengembangan

Ekonomi Lokal di Kota Surakarta

2. Sebagai masukan penyusunan RPJMD (Rencana Pembangunan Jangka

Menengah Daerah) Kota Surakarta.

3. Mengidentifikasi potensi masalah, capaian dan tujuan PEL Kota Surakarta.

I.5. Alur Fikir

Adapun alur kerangka berfikir kajian Pengembangan Ekonomi Lokal

Kota Surakarta Tahun 2015 adalah sebagai berikut:

Page 12: Kajian Pengembangan Ekonomi Lokal Kota Surakarta Tahun 2015bapppeda.surakarta.go.id/kip/assets/uploads/bidang/...Pendekatan PEL menjadi bagian dari kebijakan ... perbandingan status

Laporan Akhir Kajian Pengembangan Ekonomi Lokal Kota Surakarta 2015 Page 5

6

Pengembangandan Penguatan

Kemitraan

PengumpulanData

AnalisisData

PemetaanStatus PEL

PenetapanFaktor

PengungkitPEL

IdentifikasiStakeholder

PenyusunanRencana Tindakdan Pembiayaan

PenyusunanRencana Bisnis

PelaksanaanPEL

Monitoring danEvaluasi

TAHAPI

TAHAPII

TAHAPIII

TAHAPIV

TAHAPV

RPJMD

Adopsi dalamDokumen Rencana

Daerah

RKPD

APBD

Gambar I.1: Alur Pikir Kajian PEL

a. Tahap I. Pengembangan dan Penguatan Kemitraan Strategis PEL

Langkah 1 Identifikasi Stakeholder

1) Tujuan:Mengindentifikasi stakeholder kunci yang berperan dalam

mempengaruhi dan yang terkena dampak suatu kebijakan dalam

Pengembangan Ekonomi Lokal

2) Output:Diketahuinya stakeholder kunci dalam Pengembangan

Ekonomi Lokal

3) Caranya: melalui forum KPEL (bila ada) atau Bappeda dan

asosiasi/forum bisnis

Langkah 2 Pembentukan dan Pengembangan Forum Kemitraan PEL

1) Tujuan:Membangun kemitraan strategis antara pemerintah-dunia usaha

pada daerah yang belum membentuk forum kemitraan PEL, dan

Page 13: Kajian Pengembangan Ekonomi Lokal Kota Surakarta Tahun 2015bapppeda.surakarta.go.id/kip/assets/uploads/bidang/...Pendekatan PEL menjadi bagian dari kebijakan ... perbandingan status

Laporan Akhir Kajian Pengembangan Ekonomi Lokal Kota Surakarta 2015 Page 6

memperluas keanggotaan forum kemitraan PEL pada daerah yang

sudah memiliki forum kemitraan PEL

2) Output:Dibentuk dan diperluasnya forum kemitraan PEL

3) Peran forum adalah;

– Membantu pemerintah dalam menyusun rencana dan anggaran yg

berkaitan dengan PEL

– Melakukan monitoring dan evaluasi pelaksanaan Pengembangan

Ekonomi Lokal

– Memberi masukan dan saran kepada pemerintah dalam menyusun

kebijakan PEL

b. Tahap II Kajian Cepat Status PEL

Langkah 3 Pengumpulan Data

1) Tujuan:Mengumpulkan data dasar PEL maupun data yang sesuai dengan

kuesioner

2) Output:Terkumpulnya data dan informasi tentang PEL

3) Caranya : melalui FGD mengisi instrumen tersedia.

Langkah 4 Analisis Data

1) Tujuan:Menganalisis data dengan menggunakan Rapid Assessment

Techniques for Local Economic Development (RALED)

2) Output:Hasil Analisis PEL

Langkah 5 Pemetaan Status PEL

1) Tujuan:Memetakan status PEL pada suatu wilayah ataupun status PEL

suatu komoditi pada suatu wilayah

2) Output:Status PEL suatu wilayah ataupun status PEL suatu komoditi pada

suatu wilayah

3) Hasilnya:

– Peta aspek PEL : < 50% buruk, 50-75% baik, > 75% sangat baik.

– Peta status PEL komoditas/wilayah

Page 14: Kajian Pengembangan Ekonomi Lokal Kota Surakarta Tahun 2015bapppeda.surakarta.go.id/kip/assets/uploads/bidang/...Pendekatan PEL menjadi bagian dari kebijakan ... perbandingan status

Laporan Akhir Kajian Pengembangan Ekonomi Lokal Kota Surakarta 2015 Page 7

Langkah 6 Identifikasi Faktor Pengungkit PEL

1) Tujuan: Mengidentifikasi faktor pengungkit dari setiap aspek/komponen

dari Heksagonal PEL

2) Output: Faktor pengungkit dari setiap aspek/komponen Heksagonal PEL

c. Tahap III Penyusunan Rencana dan Anggaran

Langkah 7 Penyusunan Rencana Tindak dan Pembiayaan PEL

Tujuan: Menyusun rencana tindak PEL dan anggarannya berdasarkan

faktor pengungkit PEL yang dilaksanakan oleh pemerintah daerah dan

melibatkan pemangku kepentingan lainnya secara partisipatif.

Output: Rencana tindak PEL dan anggaran partisipatif terutama faktor

pengungkit menjadi prioritas.

Rencana tindak dimaksud: di sektor pemerintah setiap SKPD menyusun

rencana tindak secara terpadu dengan SKPD lain dengan dikoordinasikan

oleh Bappeda Kota Surakarta.

Langkah 8 Penyusunan Rencana Bisnis

1) Tujuan: Menyusun rencana bisnis berdasarkan faktor pengungkit PEL

yang dilaksanakan oleh dunia usaha dan organisasi masyarakat madani

2) Output: Rencana bisnis PEL

Langkah 9 Integrasi ke dalam Dokumen Perencanaan Daerah

1) Tujuan: Memasukkan rencana tindak dan rencana bisnis ke dalam

dokumen perencanaan daerah baik dalam jangka pendek maupun jangka

menengah

2) Output: Dokumen perencanaan daerah yang telah memuat rencana tindak

dan rencana bisnis PEL.

Page 15: Kajian Pengembangan Ekonomi Lokal Kota Surakarta Tahun 2015bapppeda.surakarta.go.id/kip/assets/uploads/bidang/...Pendekatan PEL menjadi bagian dari kebijakan ... perbandingan status

Laporan Akhir Kajian Pengembangan Ekonomi Lokal Kota Surakarta 2015 Page 8

Langkah 10 Pelaksanaan PEL

1) Tujuan: Melaksanakan rencana tindak dan rencana bisnis PEL yang telah

disusun oleh seluruh pemangku kepentingan kunci sesuai dengan tugas

pokok dan fungsi mereka

2) Output: Kebijakan yang mendukung PEL

d. Tahap V Monitoring dan Evaluasi PEL

Langkah 11 Monitoring dan Evaluasi PEL

1) Tujuan: Melaksanakan monitoring dan evaluasi pelaksanaan PEL secara

partisipatif oleh seluruh pemangku kepentingan kunci

2) Output: Pembangunan ekonomi wilayah yang berkelanjutan

I.6. Keluaran/output

Tersusunnya Dokumen Kajian analisis hasil penilaian Pengembangan

Ekonomi Lokal (PEL) Kota Surakarta Tahun 2015.

Page 16: Kajian Pengembangan Ekonomi Lokal Kota Surakarta Tahun 2015bapppeda.surakarta.go.id/kip/assets/uploads/bidang/...Pendekatan PEL menjadi bagian dari kebijakan ... perbandingan status

Laporan Akhir Kajian Pengembangan Ekonomi Lokal Kota Surakarta 2015 Page 9

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

II.1. Pengertian Pengembangan Ekonomi Lokal (PEL)

a. World Bank:

Pengembangan Ekonomi Lokal (PEL) sebagai proses yang dilakukan secara

bersama oleh pemerintah, usahawan, dan organisasi non pemerintah untuk

menciptakan kondisi yang lebih baik untuk pertumbuhan ekonomi dan

penciptaan lapangan kerja di tingkat lokal.

b. Blakely and Bradshaw:

Pengembangan Ekonomi Lokal (PEL) adalah proses dimana pemerintah lokal

dan organisasi masyarakat terlibat untuk mendorong, merangsang,

memelihara, aktivitas usaha untuk menciptakan lapangan pekerjaan

c. International Labour Organization (ILO):

Pengembangan Ekonomi Lokal (PEL) adalah proses partisipatif yang

mendorong kemitraan antara dunia usaha dan pemerintah dan masyarakat

pada wilayah tertentu, yang memungkinkan kerjasama dalam perancangan

dan pelaksanaan strategi pembangunan secara umum, dengan menggunakan

sumberdaya lokal dan keuntungan kompetitif dalam konteks global, dengan

tujuan akhir menciptakan lapangan pekerjaan yang layak dan merangsang

kegiatan ekonomi.

d. A. H. J. Helming:

Pengembangan Ekonomi Lokal (PEL) adalah suatu proses dimana kemitraan

yang mapan antara pemerintah daerah, kelompok berbasis masyarakat, dan

dunia usaha mengelola sumber daya yang ada untuk menciptakan lapangan

pekerjaan dan merangsang (pertumbuhan) ekonomi pada suatu wilayah

tertentu. Menekankan pada kontrol lokal, dan penggunaan potensi sumber

daya manusia, kelembagaan dan sumber daya fisik.

e. Pengembangan Ekonomi Lokal

Pengembangan Ekonomi Lokal (PEL) didefinisikan sebagai usaha

mengoptimalkan sumber daya lokal dengan melibatkan pemerintah, dunia

Page 17: Kajian Pengembangan Ekonomi Lokal Kota Surakarta Tahun 2015bapppeda.surakarta.go.id/kip/assets/uploads/bidang/...Pendekatan PEL menjadi bagian dari kebijakan ... perbandingan status

Laporan Akhir Kajian Pengembangan Ekonomi Lokal Kota Surakarta 2015 Page 10

usaha, masyarakat lokal dan organisasi masyarakat madani untuk

mengembangkan ekonomi pada suatu wilayah. Tujuan dari pelaksanaan PEL

adalah bahwa nantinya daerah memiliki perencanaan strategi dan agenda

program PEL yang terinternalisasi ke dalam kebijakan dan strategi daerah

dan RPJMD. Selain itu tujuan akhirnya adalah bahwa daerah nantinya dapat

mengimplementasikan berbagai program dan kegiatan dalam rangka

Pengembangan Ekonomi Lokal.

PEL merupakan pendekatan yang bersifat holistik dan komprehensif

serta menekankan pada keterkaitan dan sinergi pembangunan yang ada dalam

suatu wilayah tertentu. PEL menyediakan ruang dan membuka kesempatan

kepada seluruh komponen dalam suatu komunitas baik pemerintah, swasta,

organisasi non profit dan masyarakat sipil lokal untuk bekerja sama

memperbaiki perekonomian lokal. Jadi pendekatan Pengembangan Ekonomi

Lokal merupakan pendekatan yang terintegrasi/terpadu yang terdiri dari : 1).

Perencanaan (strategi dan program) Pengembangan Ekonomi Lokal yang

terintegrasi ke dalam kebijakan dan strategi pembangunan daerah yang lebih

luas, 2). Keterpaduan dalam stakeholder-multi stakeholder, 3). Keterpaduan

dalam sektor-multi sektor.

Dari berbagai definisi di atas maka dapat didefinisikan PEL adalah

usaha mengoptimalkan sumber daya lokal yang melibatkan pemerintah, dunia

usaha, masyarakat lokal dan organisasi masyarakat madani untuk

mengembangkan ekonomi pada suatu wilayah.

Fokus PEL

Definisi PEL tersebut memfokuskan kepada:

1) Peningkatan kandungan lokal;

2) Pelibatan stakeholders secara substansial dalam suatu kemitraan strategis;

3) Peningkatan ketahanan dan kemandirian ekonomi;

4) Pembangunan berkelanjutan;

5) Pemanfaatan hasil pembangunan oleh sebagian besar masyarakat lokal;

6) Pengembangan usaha kecil dan menengah;

Page 18: Kajian Pengembangan Ekonomi Lokal Kota Surakarta Tahun 2015bapppeda.surakarta.go.id/kip/assets/uploads/bidang/...Pendekatan PEL menjadi bagian dari kebijakan ... perbandingan status

Laporan Akhir Kajian Pengembangan Ekonomi Lokal Kota Surakarta 2015 Page 11

7) Pertumbuhan ekonomi yang dicapai secara inklusif;

8) Penguatan kapasitas dan peningkatan kualitas sumber daya manusia;

9) Pengurangan kesenjangan antar golongan masyarakat, antar sektor dan

antar daerah;

10) Pengurangan dampak negatif dari kegiatan ekonomi terhadap lingkungan.

Batasan PEL

Batasan batasan PEL adalah sebagai berikut:

1) Pengertian lokal yang terdapat dalam definisi PEL tidak merujuk pada

batasan wilayah administratif tetapi lebih pada peningkatan kandungan

komponen lokal maupun optimalisasi pemanfaatan sumberdaya lokal.

2) PEL sebagai inisiatif daerah yang dilakukan secara partisipatif.

3) PEL menekankan pada pendekatan pengembangan bisnis, bukan pada

pendekatan bantuan sosial yang bersifat karikatif.

4) PEL bukan merupakan upaya penanggulangan kemiskinan secara

langsung.

5) PEL diarahkan untuk mengisi dan mengoptimalkan kegiatan ekonomi

yang dilakukan berdasarkan pengembangan wilayah, pewilayahan

komoditas,tata ruang, atau regionalisasi ekonomi.

Tujuan dan sasaran PEL

Tujuan dan sasaran meliputi :

1) Terlaksananya upaya percepatan Pengembangan Ekonomi Lokal melalui

pelibatan pemerintah, dunia usaha, masyarakat lokal, dan organisasi

masyarakat madani dalam suatu proses yang partisipatif.

2) Terbangun dan berkembangnya kemitraan dan aliansi strategis dalam

upaya percepatan Pengembangan Ekonomi Lokal diantara stakeholder

secara sinergis.

3) Terbangunnya sarana dan prasarana ekonomi yang mendukung upaya

percepatan Pengembangan Ekonomi Lokal.

4) Terwujudnya pengembangan dan pertumbuhan UKM secara ekonomis dan

berkelanjutan.

5) Terwujudnya peningkatan Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan Produk

Domestik Regional Bruto (PDRB).

Page 19: Kajian Pengembangan Ekonomi Lokal Kota Surakarta Tahun 2015bapppeda.surakarta.go.id/kip/assets/uploads/bidang/...Pendekatan PEL menjadi bagian dari kebijakan ... perbandingan status

Laporan Akhir Kajian Pengembangan Ekonomi Lokal Kota Surakarta 2015 Page 12

6) Terwujudnya peningkatan pendapatan masyarakat, berkurangnya

pengangguran, menurunnya tingkat kemiskinan.

7) Terwujudnya peningkatan pemerataan antar kelompok masyarakat, antar

sektor dan antar wilayah.

8) Terciptanya ketahanan dan kemandirian ekonomi masyarakat lokal.

II.2. Dimensi Pengembangan Ekonomi Lokal (PEL)

Terdapat enam dimensi dalam Pengembangan Ekonomi Lokal, keenam dimensi atau

aspek dalam Hexagonal PEL, yaitu (1) Dimensi Kelompok Sasaran, (2) Dimensi

Faktor Lokasi, (3) Dimensi Kesinergian dan Fokus Kebijakan, (4) Dimensi

Pembangunan Berkelanjutan, (5) Dimensi Tata Pemerintahan, dan (6) Dimensi

Proses Manajemen. Keenam dimensi ini digambarkan pada hegsagonal PEL sebagai

berikut:

14

Heksagonal PEL

FaktorLokasi

ProsesManajemen

TataKepemerintahan

PengembanganEkonomiWilayah

Berkelanjutan

Kesinergian danFokus Kebijakan

KelompokSasaran

PembangunanBerkelanjutan

Gambar 2.1: Heksagonal PEL

Page 20: Kajian Pengembangan Ekonomi Lokal Kota Surakarta Tahun 2015bapppeda.surakarta.go.id/kip/assets/uploads/bidang/...Pendekatan PEL menjadi bagian dari kebijakan ... perbandingan status

Laporan Akhir Kajian Pengembangan Ekonomi Lokal Kota Surakarta 2015 Page 13

a. Kelompok Sasaran

Kelompok sasaran ini terdidi dari:

1) Investor luar: Peraturan ttg kemudahan investasi, informasi prospek bisnis,

kapasitas berusaha dan hukum, keamanan, kampanye, pusat pelayanan

investasi

2) Pelaku Usaha Lokal : Modal, promosi, peningkatan teknologi, manajemen

& kelembagaan

3) Pelaku Usaha Baru: Pelatihan kewirausahaan, pendampingan &

monitoring, insentif, kecepatan ijin

b. Faktor Lokasi

Faktor lokasi meliputi:

1) Faktor lokasi terukur: Akses ke dan dari lokasi, akses ke pelabuhan laut

dan udara, sarana transportasi, infrastruktur komunikasi, infrastruktur

energi, ketersediaan air bersih, tenaga kerja trampil, Jumlah Lembaga

Keuangan lokal,

2) Faktor lokasi tdk terukur untuk dunia usaha: Peluang kerjasama,

Lembaga Penelitian

3) Faktor lokasi tidak terukur individual: Kualitas: pemukiman,

lingkungan, fasilitas pendidikan dan pelatihan, pelayanan kesehatan,

fasilitas sosial & fasilitas umum, etos kerja SDM

c. Keterkaitan dan fokos kebijakan

1) Perluasan Ekonomi: Kebijakan: investasi, promosi, persaingan

usaha, peran Perusahaan Daerah, jaringan usaha, informasi

tenaga kerja, pengembangan keahlian

2) Pemberdayaan Masyarakat. & Pengembangan Komunitas

Kebijakan: Pemberdayaan Masyarakat berbasis kemitraan

swasta, pengurangan kemiskinan

Page 21: Kajian Pengembangan Ekonomi Lokal Kota Surakarta Tahun 2015bapppeda.surakarta.go.id/kip/assets/uploads/bidang/...Pendekatan PEL menjadi bagian dari kebijakan ... perbandingan status

Laporan Akhir Kajian Pengembangan Ekonomi Lokal Kota Surakarta 2015 Page 14

3) Pembangunan Wilayah : Kebijakan: kawasan industri, pusat

pertumbuhan, pengembangan komunitas, kerjasama antar

daerah, tata ruang PEL, jaringan usaha antar sentra, sistem

industri berkelanjutan

d. Pembangunan Berkelanjutan

1) Ekonomi: Pengembangan Industri pendukung, perusahaan dengan Business

Plan, perusahaan dengan inovasi

2) Sosial :Kontribusi terhadap kesejahteraan, PEL & adat/kelembagaan lokal

3) Lingkungan : - Penerapan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan

(AMDAL), daur ulang, kebijakan Konservasi Sumber Daya Alam

e. Tata Pemerintahan

1) Kemitraan Pemerintah & dunia usaha: Kemitraan: infrastrukturdan supra

struktur, promosi & perdagangan, pembiayaan

2) Reformasi Sektor Publik :Reformasi: sistem insentif, restrukturisasi

organisasi pemerintahan, prosedur pelayanan publik

3) Pengembangan Organisasi: asosiasi industri: status, peran, manfaat

f. Proses Manajemen

1) Diagnosa secara partisipatif : Analisis & Pemetaan: potensi ekonomi, daya

saing, kondisi politik lokal, serta identifikasi stakeholder

2) Perencanaan dan Implementasi secara partisipatif: Diagnosis vs

perencanaan, jumlah stakeholder, sinkronisasi (sektoral dan spasial),

implementasi vs perencanaan

3) Monev secara partisipatif : Keterlibatan stakeholder: indikator &

monitoring dan evaluasi (monev), frekuensi: monev & diskusi pemecahan

masalah, hasil monev vs perencanaan yg akan datang

Page 22: Kajian Pengembangan Ekonomi Lokal Kota Surakarta Tahun 2015bapppeda.surakarta.go.id/kip/assets/uploads/bidang/...Pendekatan PEL menjadi bagian dari kebijakan ... perbandingan status

Laporan Akhir Kajian Pengembangan Ekonomi Lokal Kota Surakarta 2015 Page 15

BAB III

METODE PELAKSANAAN

III.1. Metode Penelitian

1. Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan dengan membagikan kuesioner tentang

Penentuan Nilai Indikator Pengembangan Ekonomi Lokal yang diterbitkan

Badan Perencanaan Pembangunan Nasional kepada pemangku kepentingan

yang meliputi instansi terkait, kelompok pelaku usaha dan akademisi.

2. Analisis Data

Melakukan perhitungan NILAI Pengembangan Ekonomi Lokal (PEL) Kota

Surakarta dan mencari faktor pengungkit dengan metode Analisis Rapid

Assessment Techniques for Local Economic Development (RALED).

Dilakukan terhadap keenam dimensi atau aspek dalam Hexagonal PEL, yaitu

(1) Dimensi Kelompok Sasaran, (2) Dimensi Faktor Lokasi, (3) Dimensi

Kesinergian danFokus Kebijakan, (4) Dimensi Pembangunan Berkelanjutan,

(5) Dimensi Tata Pemerintahan, dan (6) Dimensi Proses Manajemen.

3. Melakukan FGD

Dengan data dan faktor pengungkit dilanjutkan dengan analisis Faktor

pengungkit PEL melalui Forum diskusi Kelompok (FGD) melibatkan

pemangku kepentingan terhadap 6 dimensi faktor PEL tersebut

III.2. Data Primer dan Data Sekunder

1. Data primer

Data primer diambil dari para pemangku kepentingan yang terdiri dari

pejabat dinas terkait, para pelaku usaha, akademisi dan kelompok sosial

lainnya dengan menggunakan kuesioner tentang Penentuan Nilai Indikator

Pengembangan Ekonomi Lokal yang diterbitkan Badan Perencanaan

Pembangunan Nsional.

Page 23: Kajian Pengembangan Ekonomi Lokal Kota Surakarta Tahun 2015bapppeda.surakarta.go.id/kip/assets/uploads/bidang/...Pendekatan PEL menjadi bagian dari kebijakan ... perbandingan status

Laporan Akhir Kajian Pengembangan Ekonomi Lokal Kota Surakarta 2015 Page 16

2. Data sekunder

data-data laporan yang terkait PEL termasuk data hasil analisis PEL Tahun

2007

Page 24: Kajian Pengembangan Ekonomi Lokal Kota Surakarta Tahun 2015bapppeda.surakarta.go.id/kip/assets/uploads/bidang/...Pendekatan PEL menjadi bagian dari kebijakan ... perbandingan status

Laporan Akhir Kajian Pengembangan Ekonomi Lokal Kota Surakarta 2015 Page 17

BAB IV

ANALISIS FAKTOR PENGUNGKIT DAN STATUS

PENGEMBANGAN EKONOMI LOKAL (PEL) DI KOTA

SURAKARTA TAHUN 2015

Dalam rancangan pembangunan Bappenas, Pengembangan Ekonomi Lokal

atau yang dikenal PEL merupakan salah satu strategi yang telah diterapkan

diseluruh kabupaten dan kota di Indonesia. PEL merupakan metode perencanaan

pembangunan dengan pendekatan partisipatif seluruh pemangku kepentingan

(stakeholder). Pendekatan ini melibatkan dan pemberdayaan aktor lokal sebagai

subyek sekaligus obyek, sehingga keberhasilan dan keberlanjutan PEL

diharapkan dapat tercapai.

Pada dasarnya upaya pengembangan ekonomi lokal partisipatif sudah

diterapkan di Kota Surakarta. Upaya-upaya telah dilakukan dalam rangka

mendukung PEL Kota Surakarta, antara lain dalam bentuk kajian status dan

faktor pengungkit PEL yang dilakukan dengan model RALED (Rapid Assessment

Techniques for Local Economic Development). Raled menggunakan enam

dimensi atau aspek dalam Hexagonal PEL untuk menganalisis faktor penggerak

dan menentukan status ekonomi suatu daerah atau kota. Dimensi tersebut adalah

(1) Dimensi Kelompok Sasaran, (2) Dimensi Faktor Lokasi, (3) Dimensi

Kesinergian dan Fokus Kebijakan, (4) Dimensi Pembangunan Berkelanjutan, (5)

Dimensi Tata Pemerintahan, dan (6) Dimensi Proses Manajemen

Pada Tahun 2007, Kota Surakarta pernah melakukan kajian status dan faktor

pengungkit PEL. Tetapi dinamika yang terjadi selama implementasi PEL sedikit

banyak telah mengubah status PEL dan permasalahan yang muncul ketika

pelaksanaan pembangunan ekonomi di wilayah Kota Surakarta. Karena itu

muncul kebutuhan kajian penentuan kondisi dan status PEL di Kata Surakarta

saat ini. Hasil kajian ini selanjutnya menjadi alternatif masukan dalam

Page 25: Kajian Pengembangan Ekonomi Lokal Kota Surakarta Tahun 2015bapppeda.surakarta.go.id/kip/assets/uploads/bidang/...Pendekatan PEL menjadi bagian dari kebijakan ... perbandingan status

Laporan Akhir Kajian Pengembangan Ekonomi Lokal Kota Surakarta 2015 Page 18

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kota Surakarta

yang berakhir pada Tahun 2015.

Kajian ini adalah bagian awal yang berisi review hasil pendapat stakeholder

terhadap kondisi PEL Kota Surakarta dan hasil perhitungan Raled berupa status

PEL dan faktor pengungkit dari keenam dimensi PEL.

Selanjutnya hasil kajian berupa status dan faktor pengungkit PEL akan

publikasikan ke stakeholder. Lalu melalui kegiatan Workshop, Focus Group

Discussion (FGD) para Stakeholder secara partisipatif akan menyepakati

permasalahan dan usulan perbaikan berdasarkan informasi dan pengetahuan yang

dimiliki. Rekomendasi yang dihasilkan selanjutnya menjadi alternatif masukan

dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kota

Tahun 2015-2020.

Berikut ini akan diuraikan secara singkat status dan faktor pengungkit dari

masing-masing dimensi Pengembangan Ekonomi Lokal di Kota Surakarta

disajikan sebagai berikut :

IV.I. Dimensi Kelompok Sasaran

Ditinjau dari dimensi kelompok sasaran, nilai indeks Pengembangan

Ekonomi Lokal di Kota Surakarta menunjukkan nilai sebesar 72,59 Hasil ini

jauh lebih baik dari pada hasil kajian Tahun 2007 sebesar 69,64. Hal ini

berarti bahwa dimensi kelompok sasaran dalam program PEL di Kota

Surakarta berada dalam kondisi Cukup Baik dan terjadi peningkatan status

sebesar 2,95 point. Secara skematis nilai kelompok sasaran dapat dilihat pada

gambar berikut 1.1

Ditinjau dari dimensi kelompok sasaran, nilai indeks Pengembangan

Ekonomi Lokal di Kota Surakarta menunjukkan nilai sebesar 72,59 Hasil ini

jauh lebih baik dari pada hasil kajian Tahun 2007 sebesar 69,64. Hal ini

berarti bahwa dimensi kelompok sasaran dalam program PEL di Kota

Surakarta berada dalam kondisi Cukup Baik dan terjadi peningkatan status

Page 26: Kajian Pengembangan Ekonomi Lokal Kota Surakarta Tahun 2015bapppeda.surakarta.go.id/kip/assets/uploads/bidang/...Pendekatan PEL menjadi bagian dari kebijakan ... perbandingan status

Laporan Akhir Kajian Pengembangan Ekonomi Lokal Kota Surakarta 2015 Page 19

sebesar 2,95 point. Secara skematis nilai kelompok sasaran dapat dilihat pada

gambar berikut 4.1

Gambar 4.1 Indeks Dimensi Kelompok Sasaran di Kota Surakarta

Faktor pengungkit (Leverage Factor) utama dari dimensi Kelompok

Sasaran di Kota Surakarta agar kondisinya lebih baik lagi, apabila dilakukan

beberapa program dan kegiatan. Menurut urutan prioritasnya adalah sebagai

berikut : (1) Pusat Layanan Investasi (2) Fasilitasi pelatihan kewirausahaan

bagi usaha baru, (3) Pendampingan dan monitoring bisnis pelaku usaha baru,

(4) Kampanye Peluang Berusaha dan (5) Promosi Produk UKM dari

Pemerintah Kota. Faktor Pengungkit ini selanjutnya dapat dijadikan dasar

untuk menyusun rencana tindak PEL di Kota Surakarta secara rinci dapat

dilihat pada gambar 4.2. berikut ini.

Kelompok Sasaran

72,58908844

DOWN

UP

BADGOOD

-60

-40

-20

0

20

40

60

0 20 40 60 80 100 120

Fisheries Sustainability

Oth

er D

istin

gish

ing

Feat

ures

Real FisheriesReferencesAnchors

Page 27: Kajian Pengembangan Ekonomi Lokal Kota Surakarta Tahun 2015bapppeda.surakarta.go.id/kip/assets/uploads/bidang/...Pendekatan PEL menjadi bagian dari kebijakan ... perbandingan status

Laporan Akhir Kajian Pengembangan Ekonomi Lokal Kota Surakarta 2015 Page 20

Gambar 4.2 Faktor Pengungkit Dimensi PEL Kelompok Sasaran

di Kota Surakarta

Dari gambar di atas juga dapat diketahui bahwa kondisi yang dirasa

oleh stakeholder yang menjadi responden adalah sudah cukup baik dan harus

dipertahankan adalah Peraturan tentang Kemudahan Investasi, dan Insentif

Leverage of Kelompok Sasaran

1,305465695

1,97819518

2,032073925

2,417999317

2,634132394

3,762565668

1,996002195

2,61841584

2,455017138

3,31886285

2,849411077

1,425323496

1,753837601

0 0,5 1 1,5 2 2,5 3 3,5 4

Peraturan tentang Kemudahan Investasi

Informasi Prospek Bisnis

Kepastian Berusaha dan Hukum

Keamanan

Kampanye Peluang Berusaha

Pusat Layanan Investasi

Upaya Fasilitasi Permodalan dari Pemda

Promosi Produk UKM dari Pemda

Upaya Pemda untuk Peningkatan Teknologi,Manajemen dan Kelembagaan Lokal

Fasilitasi Pelatihan Kewirausahaan bagiPelaku Usaha Baru

Pendampingan dan monitoring bisnis pelakuusaha baru

Insentif pemda dalam bentuk pemberian danastimulan, dan keringanan biaya perijinan

Kecepatan pengurusan ijin bagi investasi baruAt

trib

ute

Root Mean Square Change in Ordination when Selected AttributeRemoved (on Sustainability scale 0 to 100)

Page 28: Kajian Pengembangan Ekonomi Lokal Kota Surakarta Tahun 2015bapppeda.surakarta.go.id/kip/assets/uploads/bidang/...Pendekatan PEL menjadi bagian dari kebijakan ... perbandingan status

Laporan Akhir Kajian Pengembangan Ekonomi Lokal Kota Surakarta 2015 Page 21

pemda dalam bentuk pemberian dana stimulan, dan keringanan biaya

perijinan.

IV.2. Dimensi Faktor Lokasi

Hasil analisis RALED terhadap dimensi Faktor Lokasi di Kota

Surakarta menunjukkan nilai sebesar 86,32. Hal ini berarti dimensi Faktor

Lokasi terjadi peningkatan status sebesar 27,20 poin jika dibandingkan

dengan Tahun 2007 sebesar 57,12 poin. Nilai ini menunjukkan

Pengembangan Ekonomi Lokal di Kota Surakarta dalam sangat baik. Secara

Skematis nilai indeks dimensi Faktor Lokasi diperlihatkan pada gambar 4.3

Gambar 4.3 Nilai Indeks Dimensi Faktor Lokasi di Kota Surakarta

Faktor Lokasi

86,31640625

DOWN

UP

BAD GOOD

-60

-40

-20

0

20

40

60

0 20 40 60 80 100 120

Fisheries Sustainability

Oth

er D

istin

gish

ing

Feat

ures

Real FisheriesReferencesAnchors

Page 29: Kajian Pengembangan Ekonomi Lokal Kota Surakarta Tahun 2015bapppeda.surakarta.go.id/kip/assets/uploads/bidang/...Pendekatan PEL menjadi bagian dari kebijakan ... perbandingan status

Laporan Akhir Kajian Pengembangan Ekonomi Lokal Kota Surakarta 2015 Page 22

Faktor Pengungkit ( Laverage Factor) utama dari dimensi Faktor

Lokasi di Kota Surakarta yang diurutkan berdasarkan prioritasnya adalah

sebagai berikut: (1) Tenaga kerja trampil (2) Lembaga penelitian dan (3)

Kualitas pemukiman. Hasil analisis atribut pengungkit dimensi ini disajikan

pada gambar 4.4

Page 30: Kajian Pengembangan Ekonomi Lokal Kota Surakarta Tahun 2015bapppeda.surakarta.go.id/kip/assets/uploads/bidang/...Pendekatan PEL menjadi bagian dari kebijakan ... perbandingan status

Laporan Akhir Kajian Pengembangan Ekonomi Lokal Kota Surakarta 2015 Page 23

Gambar 4.4 Faktor Pengungkit PEL dimensi Faktor Lokasi di

kota Surakarta

Dari gambar di atas, kondisi PEL yang dirasa oleh stakeholder yang

sudah cukup baik dan harus dipertahankan adalah Etos kerja SDM dan

Fasilitas umum dan fasilitas sosial.

Leverage Faktor Lokasi

0,569648748

0,776214585

0,951568615

1,078765845

1,148162861

1,156906148

1,108757008

4,091980064

0,997749329

0,94727327

4,086608948

3,821830713

0,847885136

0,850112906

0,698036195

0,472671509

0,20908356

0 0,5 1 1,5 2 2,5 3 3,5 4 4,5

Akses dari dan ke lokasi

Akses ke Pelabuhan Laut

Akses ke Pelabuhan Udara

Sarana Transportasi

Infrastruktur Komunikasi

Infrastruktur Energi

ketersediaan air bersih

Tenaga kerja trampil

Jumlah Lembaga keuangan lokal

Peluang kerjasama dalam industri sejenismaupun industri hulu-hilir

Lembaga penelitian

Kualitas Pemukiman

Kualitas Lingkungan

Kualitas dari fasilitas pendidikan

Kualitas Pelayanan Kesehatan

Fasilitas umum dan fasilitas sosial

Etos kerja SDM

Attri

bute

Root Mean Square Change in Ordination when Selected AttributeRemoved (on Sustainability scale 0 to 100)

Page 31: Kajian Pengembangan Ekonomi Lokal Kota Surakarta Tahun 2015bapppeda.surakarta.go.id/kip/assets/uploads/bidang/...Pendekatan PEL menjadi bagian dari kebijakan ... perbandingan status

Laporan Akhir Kajian Pengembangan Ekonomi Lokal Kota Surakarta 2015 Page 24

IV.3. Dimensi Kesinergian dan Fokus Kebijakan

Jika hasil analisis RALED terhadap dimensi Kesinergian dan Fakus

Kebijakan pata Tahun 2007 menunjukkan nilai sebesar 51,47 atau dalam

kondisi agak baik (nyaris buruk), maka hasil Tahun 2015 menujukkan

kemajuan yang sangat pesat dengan poin sebesar 72,34 atau terjadi

peningkatan sebesar 20,87 poin. Secara grafis nilai Kesinergian dan Fakus

Kebijakan diperlihatkan pada gambar 4.5

Gambar 4.5 Indeks Dimensi Kesinergian dan Fokus Kebijakan

di Kota Surakarta

Kesinergian dan Fokus Kebijakan

72,34127045

DOWN

UP

BAD GOOD

-60

-40

-20

0

20

40

60

0 20 40 60 80 100 120

Fisheries Sustainability

Oth

er D

istin

gish

ing

Feat

ures

Real FisheriesReferencesAnchors

Page 32: Kajian Pengembangan Ekonomi Lokal Kota Surakarta Tahun 2015bapppeda.surakarta.go.id/kip/assets/uploads/bidang/...Pendekatan PEL menjadi bagian dari kebijakan ... perbandingan status

Laporan Akhir Kajian Pengembangan Ekonomi Lokal Kota Surakarta 2015 Page 25

Faktor pengungkit utama dari dimensi Kesinergian dan Fokus

Kebijakan yang diurutkan berdasarkan urutan prioritasnya adalah sebagai

berikut: (1) Kebijakan Pengembangan keahlian, (2) Kebijakan informasi

bursa tenaga kerja, (3) Kebijakan pembangunan kawasan industri dan (4)

Kebijakan pengembangan pusat pertumbuhan di perdesaan (agropolitan) dan

perkotaan. Hasil analisis atribut pengungkit dimensi ini disajikan pada

gambar 4.6.

Page 33: Kajian Pengembangan Ekonomi Lokal Kota Surakarta Tahun 2015bapppeda.surakarta.go.id/kip/assets/uploads/bidang/...Pendekatan PEL menjadi bagian dari kebijakan ... perbandingan status

Laporan Akhir Kajian Pengembangan Ekonomi Lokal Kota Surakarta 2015 Page 26

Gambar 4.6 Faktor Pengunkit dimensi Kesinergian dan Fokus Kebijakan di

Kota Surakarta

Leverage Kesinergian dan Fokus Kebijakan

0,395256038

1,473808263

1,759933481

1,978790294

2,11215208

2,148521394

2,96569828

3,128601136

2,134147589

2,073814338

2,952758766

2,740608217

1,436820989

2,187919576

0,632759092

1,613105746

0 0,5 1 1,5 2 2,5 3 3,5

Kebijakan peningkatan investasi

Kebijakan promosi daerah

Kebijakan persaingan usaha

Kebijakan pemberdayaan UKM

Kebijakan peningkatan peran PerusahaanDaerah

Kebijakan pengembangan jaringan usahaantar pelaku ekonomi

Kebijakan informasi bursa tenaga kerja

Kebijakan Pengembangan keahlian

Kebijakan pemberdayaan masyarakatberbasis kemitraan dengan dunia usaha

Kebijakan pengurangan kemiskinan secarapartisipatif

Kebijakan pembangunan kawasan industrihinterland/ industri

Kebijakan pengembangan pusat pertumbuhandi perdesaan (agropolitan) dan perkotaan

Kebijakan pengembangan komunitassep:perbaikan lingkungan, perbaikan kampung

Kebijakan kerjasama antar daerah/pemda

Kebijakan tata ruang PEL

Kebijakan pengembangan jaringan usahaantar sentra usaha

Attr

ibut

e

Root Mean Square Change in Ordination when Selected AttributeRemoved (on Sustainability scale 0 to 100)

Page 34: Kajian Pengembangan Ekonomi Lokal Kota Surakarta Tahun 2015bapppeda.surakarta.go.id/kip/assets/uploads/bidang/...Pendekatan PEL menjadi bagian dari kebijakan ... perbandingan status

Laporan Akhir Kajian Pengembangan Ekonomi Lokal Kota Surakarta 2015 Page 27

Kebijakan PEL yang dirasa oleh stakeholder yang sudah cukup baik dan

harus dipertahankan adalah Kebijakan peningkatan investasi dan Kebijakan tata

ruang PEL.

IV.4. Dimensi Pembangunan Berkelanjutan

Hasil analisis dimensi Pembangunan Berkelanjutan dalam

pengembangunan ekonomi lokal di Kota Surakarta Tahun 2015 menunjukkan

nilai 65,16 dan ini berati tidak terjadi perubahan signifikan dari Tahun 2007

sebesar 65,15. Hal ini berarti bahwa dimensi Pembangunan Berkelanjutan di

kota Surakarta berada dalam masih dalam kondisi cukup baik . Secara grafis

nilai indeks dimensi Pembangunan Berkelanjutan dapat dilihat pada gambar

4.7

Gambar 4.7 Nilai indeks dimensi Pembangunan Berkelanjutandi Kota Surakarta

Pembangunan Berkelanjutan

65,1578064

DOWN

UP

BADGOOD

-60

-40

-20

0

20

40

60

0 20 40 60 80 100 120

Fisheries Sustainability

Oth

er D

istin

gish

ing

Feat

ures

Real FisheriesReferencesAnchors

Page 35: Kajian Pengembangan Ekonomi Lokal Kota Surakarta Tahun 2015bapppeda.surakarta.go.id/kip/assets/uploads/bidang/...Pendekatan PEL menjadi bagian dari kebijakan ... perbandingan status

Laporan Akhir Kajian Pengembangan Ekonomi Lokal Kota Surakarta 2015 Page 28

Faktor Pengungkit utama dari dimesi Pembangunan Berkelanjutan

dalam Pengembangan Ekonomi Lokal di Kota Surakarta yang diurutkan

berdasarkan prioritasnya adalah sebagai berikut : (1) Kontribusi PEL terhadap

peningkatan kualitas hidup dan kesejahteraan masyarakat lokal, (2)

Pengembangan industri pendukung untuk keberlanjutan sistem industri, (3)

Kebijakan pemecahan permasalahan lingkungan dan (4) Pengelolaan dan

pendaur ulangan limbah. Hasil analisis atribut pengungkit (lavegare atributes)

untuk dimensi Pembangunan berkelanjutan di Kota Surakarta secara rinci

disajikan pada gambar 4.8

Page 36: Kajian Pengembangan Ekonomi Lokal Kota Surakarta Tahun 2015bapppeda.surakarta.go.id/kip/assets/uploads/bidang/...Pendekatan PEL menjadi bagian dari kebijakan ... perbandingan status

Laporan Akhir Kajian Pengembangan Ekonomi Lokal Kota Surakarta 2015 Page 29

Gambar 4.8 Faktor Pengungkit dimensi PembangunanBerkelanjutan di Kota Surakarta.

IV.5. Dimensi Tata Pemerintahan

Jika pada Tahun 2007, status dimensi tata pemerintahan dalam kajian

PEL di Kota Surakarta memiliki nilai indeks sebesar 56,10, maka pada Tahun

2015 meningkat sebesar 5,14 poin menjadi 61,24 poin. Hasil ini

menunjukkan nilai tata pemerintahan berada dalam kondisi Cukup baik.

Secara grafis nilai indeks Tata Pemerintahan disajikan pada gambar 4.9

Leverage Pembangunan Berkelanjutan

2,559192663

3,038673356

2,330535869

2,959442164

3,775642335

2,838909179

2,973526014

2,973526014

2,828201293

0 0,5 1 1,5 2 2,5 3 3,5 4

Sistem industri yang berkelanjutan

Pengembangan industri pendukung untukkeberlanjutan sistem industri

Jumlah perusahaan yang telah memilikiBusiness plan

Jumlah perusahaan yang melakukan Inovasipengembangan produk dan pasar

Kontribusi PEL terhadap peningkatan kualitashidup dan kesejahteraan masyarakat lokal

PEL mempertimbangkan Keberadaan adat dankelembagaan lokal

Kebijakan pemecahan permasalahanlingkungan

Pengelolaan dan pendaur ulangan limbah

Kebijakan konservasi sumber daya alam dalamPEL

Attri

bute

Root Mean Square Change in Ordination when Selected AttributeRemoved (on Sustainability scale 0 to 100)

Page 37: Kajian Pengembangan Ekonomi Lokal Kota Surakarta Tahun 2015bapppeda.surakarta.go.id/kip/assets/uploads/bidang/...Pendekatan PEL menjadi bagian dari kebijakan ... perbandingan status

Laporan Akhir Kajian Pengembangan Ekonomi Lokal Kota Surakarta 2015 Page 30

Gambar 4.9 Nilai indeks dimensi Tata Pemerintahan

di Kota Surakarta

Faktor Pengungkit (laverage factor) utama dari dimensi Tata

Pemerintahan dalam Pengembangan Ekonomi Lokal di Kota Surakarta yang

diurutkan berdasarkan prioritasnya adalah sebagai berikut : (1) Prosedur

pelayanan administrasi publik (2) Status Asosiasi industri/komoditi/ Forum

Bisnis, (3) Reformasi sistem insentif pengembangan SDM aparatur dan (4)

Restrukturisasi organisasi pemerintah. Surakarta secara rinci disajikan pada

gambar 4.10

Tata Pemerintahan

61,24059677

DOWN

UP

BAD GOOD

-60

-40

-20

0

20

40

60

0 20 40 60 80 100 120

Fisheries Sustainability

Oth

er D

istin

gish

ing

Feat

ures

Real FisheriesReferencesAnchors

Page 38: Kajian Pengembangan Ekonomi Lokal Kota Surakarta Tahun 2015bapppeda.surakarta.go.id/kip/assets/uploads/bidang/...Pendekatan PEL menjadi bagian dari kebijakan ... perbandingan status

Laporan Akhir Kajian Pengembangan Ekonomi Lokal Kota Surakarta 2015 Page 31

Gambar 4.10 Faktor Pengungkit dimensi Tata Pemerintahan

di Kota Surakarta.

Leverage Tata Pemerintahan

1,212200171

2,239299762

2,478656738

3,081653567

2,989971087

3,854446415

3,557601908

1,033683795

0,275634766

0 0,5 1 1,5 2 2,5 3 3,5 4 4,5

Kemitraan di bidang infrastruktur

Kemitraan di bidang promosi danperdagangan

Kemitraan di bidang pembiayaan usaha

Reformasi sistem insentif pengembanganSDM aparatur

Restrukturisasi organisasi pemerintah

Prosedur pelayanan administrasi publik

Status Asosiasi industri/komoditi/ Forum Bisnis

Peran Asosiasi industri/komoditi/ Forumbisnis terhadap perbaikan kebijakan

pemerintah di bidang PEL

Manfaat asosiasi/organisasi bagi anggotanya

Attr

ibut

e

Root Mean Square Change in Ordination when Selected AttributeRemoved (on Sustainability scale 0 to 100)

Page 39: Kajian Pengembangan Ekonomi Lokal Kota Surakarta Tahun 2015bapppeda.surakarta.go.id/kip/assets/uploads/bidang/...Pendekatan PEL menjadi bagian dari kebijakan ... perbandingan status

Laporan Akhir Kajian Pengembangan Ekonomi Lokal Kota Surakarta 2015 Page 32

IV.6. Dimensi Proses Manajemen

Pada Tahun 2007, dimensi Proses Manajemen dalam Pengembangan

Ekonomi Lokal di Kota Surakarta berada pada kondisi buruk dengan skor nilai

indeks sebasar 45,53 atau berada dibawah angka 50. Maka pada Tahun 2015

hasil penilaian dari para stakehoder saat ini terjadi sedikit peningkatan sebesar

7,72 atau pada pososi nilai indeks sebesar 53,25. Hal ini berarti bahwa dimensi

Proses Manajemen terjadi peningkatan status kondisi cukup baik. Secara grafis

nilai indeks Proses Manajemen disajikan pada gambar 6.1

Gambar 4.11 Nilai indeks dimensi Proses Manajemen

di Kota Surakarta

Faktor Pengungkit (laverage factor) utama dari dimensi Proses

Manajemen dalam Pengembangan Ekonomi Lokal di Kota Surakarta yang

diurutkan berdasarkan prioritasnya adalah sebagai berikut : (1) Analisis dan

pemetaan potensi ekonomi, (2) Penggunaan hasil evaluasi dalam perbaikan

Proses Manajemen

53,2518425

DOWN

UP

BADGOOD

-60

-40

-20

0

20

40

60

0 20 40 60 80 100 120

Fisheries Sustainability

Oth

er D

istin

gish

ing

Feat

ures

Real FisheriesReferencesAnchors

Page 40: Kajian Pengembangan Ekonomi Lokal Kota Surakarta Tahun 2015bapppeda.surakarta.go.id/kip/assets/uploads/bidang/...Pendekatan PEL menjadi bagian dari kebijakan ... perbandingan status

Laporan Akhir Kajian Pengembangan Ekonomi Lokal Kota Surakarta 2015 Page 33

perencanaan, (3) frekuensi dilakukannya diskusi bagi proses pemecahanan

masalah dan (4) Penilaian terhadap daya saing wilayah.

Gambar 4.12 Faktor Pengungkit dimensi Proses Manajemen

di Kota Surakarta.

Leverage Proses Manajemen

0,580329892

0,31521988

0,097320557

0,028373718

0,073116302

0,097724914

0,140693668

0,202629089

0,075374603

0,075374603

0,096179961

0,357280724

0,457027435

0 0,1 0,2 0,3 0,4 0,5 0,6 0,7

Analisis dan pemetaan potensi ekonomi

Penilaian terhadap daya saing wilayah

Pemetaan kondisi politik lokal

Identifikasi stakeholder PEL

Penggunaan hasil diagnosis sebagai dasarperencanaan PEL

Jumlah stakeholder yang terlibat dalam prosesperencanaan PEL

Sinkronisasi lintas sektoral dan spasial dalamperencanaan PEL

Kesesuaian implementasi denganperencanaan

Keterlibatan Stakholder dalam prosespenyusunan indikator evaluasi

Keterlibatan stakeholder dalam prosesmonitoring dan evaluasi

Frekuensi dilakukan evaluasi mandiri (selfevaluation)

Frekuensi dilakukan diskusi bagi prosespemecahan permasalahan

Penggunaan hasil evaluasi dalam perbaikanperencanaan

Attri

bute

Root Mean Square Change in Ordination when Selected AttributeRemoved (on Sustainability scale 0 to 100)

Page 41: Kajian Pengembangan Ekonomi Lokal Kota Surakarta Tahun 2015bapppeda.surakarta.go.id/kip/assets/uploads/bidang/...Pendekatan PEL menjadi bagian dari kebijakan ... perbandingan status

Laporan Akhir Kajian Pengembangan Ekonomi Lokal Kota Surakarta 2015 Page 34

Proses manajemen yang dirasa oleh stakeholder yang sudah cukup

baik dan harus dipertahankan adalah Identifikasi stakeholder PEL,

Keterlibatan stakeholder dalam proses monitoring dan evaluasi dan

Keterlibatan Stakeholder dalam proses penyusunan indikator evaluasi

IV.7. Status Pengembangan Ekonomi Lokal Kota Surakarta

Gambar 4.13 Status Pengembangan Ekonomi Lokal Kota Surakarta

Dari hasil analisis RALED yang didukung dengan diagram layang-layang,

dapat disimpulkan bahwa lima dari enam dimensi Pengembangan Ekonomi Lokal

(PEL) di Kota Surakarta berada pada kondisi atau status cukup baik, ada satu

dimensi memiliki nilai diatas 80 dan lima dimensi memiliki nilai atara 50 hingga 80.

Berdasarkan data tersebut maka dalam rangka Pengembangan Ekonomi Lokal di

Kota Surakarta, dimensi Proses manajemen harus mendapatkan perhatian serius.

Status Pengembangan Ekonomi Lokal Kota Surakarta 2015

53,25

61,24

65,16

72,34

86,32

72,59

0

20

40

60

80

100Kelompok Sasaran

Faktor Lokasi

Kesinergian dan FokusKebijakan

Pembangunan Berkelanjutan

Tata Pemerintahan

Proses Manajemen

Page 42: Kajian Pengembangan Ekonomi Lokal Kota Surakarta Tahun 2015bapppeda.surakarta.go.id/kip/assets/uploads/bidang/...Pendekatan PEL menjadi bagian dari kebijakan ... perbandingan status

Laporan Akhir Kajian Pengembangan Ekonomi Lokal Kota Surakarta 2015 Page 35

Sedangkan status PEL Kota Surakarta adalah Cukup baik dengan nilai total

(setelah dikalikan dengan bobot) sebesar 72,34. untuk lebih jelasnya dapat dilihat

pada tabel berikut ini

Tabel 4.1. Status PEL Kota Surakarta

No ASPEK PEL Indek Aspek PEL Bobot Gabungan Jumlah1 Kelompok Sasaran 72,59 0,372 27,042 Faktor Lokasi 86,32 0,262 22,603 Fokus dan Sinergi Kebijakan 72,34 0,046 3,324 Pembangunan Berkelanjutan 65,16 0,169 10,995 Tata Pemerintahan 61,24 0,055 3,346 Proses Manajemen 53,25 0,095 5,06

72,34

Page 43: Kajian Pengembangan Ekonomi Lokal Kota Surakarta Tahun 2015bapppeda.surakarta.go.id/kip/assets/uploads/bidang/...Pendekatan PEL menjadi bagian dari kebijakan ... perbandingan status

Laporan Akhir Kajian Pengembangan Ekonomi Lokal Kota Surakarta 2015 Page 36

BAB V

ANALISIS PERBANDINGAN HASIL PEL 2007 DAN PEL 2015

Berikut ini dijelaskan perbandingan prioritas faktor pengungkit Tahun

2007 dan 2015.

V.1. Dimensi 1 – Kelompok Sasaran

Terdapat kesamaan faktor pengungkit yang ada di Tahun 2007 dan 2015

yakni Pusat layanan investasi, Fasilitasi pelatihan kewirausahaan bagi usaha

baru dan Kampanye peluang usaha. Hal ini menunjukkan bahwa ketiga indikator

tersebut tetap menjadi prioritas pemerintah kota Surakarta untuk meningkatkan

ekonomi lokal.

Tabel 5.1 Perbandingan faktor pengungkit kelompok sasaran PEL

Tahun 2007 dan 2015

Program yang sudah dilakukan untuk menyelesaikan masalah indikator

ini adalah :

2007 20151 Pusat layanan investasi Pusat Layanan Investasi2 Keamanan Fasilitasi pelatihan kewirausahaan

bagi usaha baru3 Promosi produk UKM dari Pemda Pendampingan dan monitoring

bisnis pelaku usaha baru, ProdukUKM dari Pemda

4 Kampanye peluang usaha Kampanye Peluang Berusaha5 Fasilitas pelatihan kewirausahaan

bagi usaha baruPromosi Produk UKM dari Pemda

TahunNo

Page 44: Kajian Pengembangan Ekonomi Lokal Kota Surakarta Tahun 2015bapppeda.surakarta.go.id/kip/assets/uploads/bidang/...Pendekatan PEL menjadi bagian dari kebijakan ... perbandingan status

Laporan Akhir Kajian Pengembangan Ekonomi Lokal Kota Surakarta 2015 Page 37

V.1.1 Isu 1: Pusat layanan investasi.

Pemerintah Kota Surakarta telah menyiapkan Pelayanan Terpadu Satu Pintu

(PTSP) atau one stop service agar pelayanan izin investasi lebih cepat,

sederhana, dan transparan. Hal ini dapat dilakukan dengan penyederhanaan

persayaratan, penyederhanaan prosedur dan sinergi informasi antara badan

maupun dinas di Kota Surakarta maupun dengan pihak Propinsi Jawa Tengah.

Keberaaan PTSP tidak selesai hanya berdirinya kantor layanan, tetapi juga

dibaringi dengan evaluasi apakah betul-betul pelayanan sudah baik, standarnya

yang digunakan terkait dengan biaya, ketepatan waktu itu harus terus

dievaluasi dan hasil evaluasi dijadikan masukan perbaikan pelayanan.

Menurut Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), BPTPM Kota

Surakarta merupakan salah satu pionir pelayanan publik dan diharapkan

BPMPT Kota Surakarta dapat menjadi PTSP percontohan bagi PTSP lain

dalam melakukan berbagai inovasi pelayanan untuk meningkatkan kualitas

pelayanan perizinan dan non perizinannya serta turut memajukan investasi di

Provinsi Jawa Tengah. BPMPT Kota Surakarta sebagai salah satu PTSP yang

merupakan PTSP Kota terbaik peringkat ketiga Tahun 2011 dan peringkat

kedua pada Tahun 2014.

Jika dilihat dari program sudah berjalan dan stakeholder masih menyatakan

isu pusat layanan masih menjadi masalah utama, maka kendala yang dirasakan

adalah masyarakat belum banyak yang menyadari keberdaan dan manfaat dari

pusat layanan investasi ini sehingga kedepan perlu adanya program

sosialisasi atau promosi yang lebih baik .

V.1.2 Isu 2 : Fasilitasi pelatihan kewirausahaan bagi usaha baru

Dinas Sosial Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kota Surakarta melalui APBD

Pemerintah Kota Surakarta menyelenggarakan beberapa pendidikan dan

pelatihan gratis dalam rangka program peningkatan kualitas dan produktivitas

Page 45: Kajian Pengembangan Ekonomi Lokal Kota Surakarta Tahun 2015bapppeda.surakarta.go.id/kip/assets/uploads/bidang/...Pendekatan PEL menjadi bagian dari kebijakan ... perbandingan status

Laporan Akhir Kajian Pengembangan Ekonomi Lokal Kota Surakarta 2015 Page 38

tenaga kerja. Diantaranya pelatihan wira usaha boga bagi para pengusaha

mikro dari beberapa kelurahan.. Setelah pelatihan selesai para peserta juga

mendapatkan bantuan peralatan produksi dari Dinsosnakertrans Kota

Surakarta secara gratis, sebagai motivasi untuk para peserta. Selain itu juga

ada Pelatihan Teknisi komputer, pramuniaga, terapi refleksi dan menjahit

garmen bagi masyarakat yang membutuhkan.

Kegiatan lain yang juga dilakukan adalah meningkatkan pemberdayaan

ekonomi masyarakat melalui Badan Usaha Milik Masyarakat (BUMM).

Karena BUMM ini masih bersifat baru maka lembaga ini membutuhkan

bantuan untuk fasilitasi pendirian, pelatihan ketrampilan dan bantuan

pembiayaan/modal. Pemerintah Kota Surakarta melalui SKPD terkait, telah

menjalankan program peningkatkan ketrampilan masyarakat dalam

pengelolaan BUMM dan Peningkatan Kualitas Kelembagaan UMKM.

Kegiatan yang dilakukan berbentuk Pelatihan ketrampilan tata

kelola/manajemen BUMM, Bantuan permodalan bagi BUMM untuk RT dan

Bantuan permodalan bagi BUMM untuk kluster, sentra KUB dan UMKM. Di

samping pelatihan dan memberikan data awal, BUMM juga mendapat

pengawalan dalam berusaha dengan program Fasilitasi pendampingan

BUMM oleh fasilitator.

Pemerintah Kota Surakarta juga mendorong perkembangan usaha melalui

peningkatan peranan UKM yang kompetitif. Program Pengembangan

Kewirausahaan dan Keunggulan Kompetitif UKM yang dijalankan antara lain

Pelatihan manajemen pengelolaan koperasi/KUD dan Fasilitasi peningkatan

kemitraan usaha bagi UMKMK.

Semenjak Tahun 2010, Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag)

Kota Surakarta telah bekerja sama dengan Pusat pelatihan inkubator bisnis dan

teknologi yang ada di Solo Techno Park (STP), untuk merekrut, memilih,

melatih dan mendampingi para calon kewirausahaan baru. Diklat pendidikan

dan pelatihan program inkubator ini dilakukan selama 6 bulan dengan

Page 46: Kajian Pengembangan Ekonomi Lokal Kota Surakarta Tahun 2015bapppeda.surakarta.go.id/kip/assets/uploads/bidang/...Pendekatan PEL menjadi bagian dari kebijakan ... perbandingan status

Laporan Akhir Kajian Pengembangan Ekonomi Lokal Kota Surakarta 2015 Page 39

mengikuti fase-fase yang telah disusun oleh Tim Solo Techno Park. Fase-fase

ini dimulai dari pengenalan sampai dengan expo. Selanjutnya Tim Solo

Techno Park dan Disperindag Kota Surakarta akan bersama-sama melakukan

pendampingan dan evaluasi selama dua Tahun bagi para peserta.

V.1.3 Isu 3: Pendampingan dan Monitoring Bisnis Pelaku Usaha

Program pendampingan pelaku usaha UKM dan monitoring oleh pemda

bertujuan untuk mengembangkan kemampuan pelaku usaha dan peningkatan

produktivitas tenaga kerja. Berikut ini beberapa data informasi terkait kegiatan

para stakeholder dalam membina UKM:

a. PT Permodalan Nasional Madani (Persero) atau PNM di Surakarta telah

Membina 2.989 usaha mikro kecil menengah atau UMKM di wilayah eks

Karesidenan Surakarta dan Salatiga. Para pelaku UMKM itu tidak hanya

diberi pinjaman modal saja, tapi juga pelatihan dan pendampingan hingga

berhasil.

b. PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (Telkom) mentargetkan menggarap pasar

bisnis sebanyak 500.000 pelaku Usaha Kecil Menengah (UKM)

dalamprogram "Small Medium Enterprise (SME) Indonesia Bangkitkan

Inovasi dan Semangat Wirausaha (Bisa) pada 2014 secara nasional. Telkom

sudah mengalokasikan berbagai macam pelatihan untuk UKM di Surakarta

sesuai dengan kebutuhannya, setelahnya akan dimasukkan ke dalam

Directory Service www.smartbisnis.co.id. Telkom mentargetkan 100 persen

UKM yang ada di Surakarta dapat dimasukkan ke dalam directory service,

dengan harapan akan memudahkan para pelaku bisnis yang sudah go online

untuk menjalankan aktivitas bisnis dan siap untuk bersaing di pasar global.

c. PNM Cabang Surakarta, secara aktif dan konsisten melaksanakan kegiatan

pemberdayaan UMKM di seluruh jaringan Unit Layanan Modal Mikro

(ULaMM), dengan memberikan pembekalan ilmu pemasaran, keterampilan

berusaha, serta sikap optimis dalam membangun bisnis ke depan. Serta PNM

Surakarta selalu menerapkan nilai-nilai modal spiritual kepada debitur dalam

Page 47: Kajian Pengembangan Ekonomi Lokal Kota Surakarta Tahun 2015bapppeda.surakarta.go.id/kip/assets/uploads/bidang/...Pendekatan PEL menjadi bagian dari kebijakan ... perbandingan status

Laporan Akhir Kajian Pengembangan Ekonomi Lokal Kota Surakarta 2015 Page 40

berbisnis agar tetap menjunjung tinggi etika bisnis dan nilai-nilai budi pekerti

yang luhur agar dapat memuaskan dalam pelayanan.

d. Terdapat pelatihan kejuruan/ketrampilan/vocational di bidang packaging dan

handicraft, serta pelatihan di bidang manajerial koperasi simpan pinjam

(KSP).Yang menjadi kendala dalam fasilitasi pelatihan tersebut adalah

banyaknya jumlah UMKM di Surakarta, sehingga pelatihan yang diadakan

belum dapat mencakup seluruh UMKM.

Selain pelatihan, pembinaan juga melalui program penguatan keuangan (akses

permodalan) UMKM melalui:

a. Salah satu upaya penanggulangan kemiskinan yang dilakukan di Kota

Surakarta dengan program secara terpadu lintas sektoral melalui

pemberdayaan dan pengembangan Usaha Mikro Kecil dan Menengah

(UMKM). Konsultan Keuangan Mitra Bank (KKMB) Kota Surakarta

merupakan mediator/fasilitator UMKM yang akan mengakses permodalan ke

Perbankan atau lembaga keuangan lainnya. Pihak bank sentral juga akan

mendorong pendirian perusahaan penjamin kredit daerah (PPKD). Termasuk

bersama Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) memacu ketahanan pangan

untuk komoditas penyumbang inflasi. Program secara terpadu lintas sektoral

melalui pemberdayaan dan pengembangan Usaha Mikro Kecil dan Menengah

(UMKM). Konsultan Keuangan Mitra Bank (KKMB) Kota Surakarta

merupakan mediator/fasilitator UMKM yang akan mengakses permodalan ke

Perbankan atau lembaga keuangan lainnya.

b. Program peningkatan kualitas kelembagaan koperasi. Pemerintah terus

menggalakkan program peningkatan kualitas SDM Koperasi dan pelaku

usaha mikro, kecil dan menengah melalui pelatihan keterampilan teknis,

vokasional serta keterampilan teknis dan manajerial. Terdapat 330 SDM

koperasi dari Surakarta, Sragen dan Karanganyar yang mendapat peningkatan

kapasitas sesuai disiplin ilmu yang menjadi fokus masing-masing peserta.

Page 48: Kajian Pengembangan Ekonomi Lokal Kota Surakarta Tahun 2015bapppeda.surakarta.go.id/kip/assets/uploads/bidang/...Pendekatan PEL menjadi bagian dari kebijakan ... perbandingan status

Laporan Akhir Kajian Pengembangan Ekonomi Lokal Kota Surakarta 2015 Page 41

V.1.4 Isu 4 : Kampanye peluang usaha

Beberapa kegiatan yang dilakukan oleh Pemerintah Kota Surakarta adalah :

a. Business meeting yang dilaksanakan 14 Mei 2014, Pemerintah Kota

Surakarta menawarkan peluang investasi pada pelaku usaha, dituangkan

dalam MoU dengan Pemerintah Kota Batam. Dalam kesempatan itu

Pemerintah Kota Surakarta menyampaikan berbagai potensi sektor jasa dan

perdagangan, termasuk infrastruktur pendukung.

b. Memfasilitasi beberapa peserta untuk mengikuti pameran Inacraft, dalam

rangka memperluas akses pasar pelaku usaha kecil dan menengah dari

dalam dan luar negeri.

c. Program pelatihan dan pendampingan dari pemerintah daerah belum optimal

menghasilkan wirausahawan dengan kompetensi yang baik, untuk itu perlu

pengembangan program lebih lanjut dimasa mendatang.

V.1.5 Isu 5 : Dukungan Pemerintah Kota terhadap promosi produk UKM

Beberapa kegiatan yang telah dilakukan oleh Pemerintah Kota

Surakarta diantaranya:

a. Memfasilitasi beberapa peserta untuk mengikuti pameran Inacraft,

produk yang dipamerkan antara lain: batik, kerajinan tangan, berbagai

produk olahan rempah, kerajinan berbahan baku lilin, furniture/meubel.

b. Menyelenggarakan Pameran Nasional Perdagangan (Trade), Pariwisata

(Tourism) dan Investasi (Investment) The 9th Java Expo 2014 dengan

mengangkat tema “Pakai Produk Dalam Negeri Wujud Kemandirian

Negeri Yang Berdikari”. Pameran ini selain sebagai wahana promosi,

diharapkan juga mampu menumbuhkembangkan sekaligus menggerakkan

sektor industri kreatif, kampanye produk dalam negeri telah

mensukseskan Tahun Kunjungan Wisata Indonesia 2014.The 9th Java

Expo 2014 yang dikonsep dengan menyajikan pameran yang berbasiskan

potensi-potensi produk unggulan daerah dan UKM (Trade, Tourism,

Investment) secara bertahap dan berkelanjutan dikemas menjadi ajang

Page 49: Kajian Pengembangan Ekonomi Lokal Kota Surakarta Tahun 2015bapppeda.surakarta.go.id/kip/assets/uploads/bidang/...Pendekatan PEL menjadi bagian dari kebijakan ... perbandingan status

Laporan Akhir Kajian Pengembangan Ekonomi Lokal Kota Surakarta 2015 Page 42

promosi, kreasi, apresiasi, edukasi dan konservasi yang bisa memberi

nilai lebih secara ekonomi yang mampu bersaing di tingkat regional,

nasional dan internasional.

c. Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi bekerjasama dengan

Pemerintah Kota Surakarta menggelar ‘Expo Disabilitas’ di Graha Wisata

Surakarta. Expo ini menggelar pameran produk pengusaha dengan

disabilitas dan juga talkshow bertema “Pemberdayaan Disabilitas Sektor

Ekonomi melalui Sinergitas Pelaku Bisnis dan Dunia Usaha, Pemerintah

dan Masyarakat". Kota Surakarta merupakan kota yang telah

dideklarasikan sebagai kota ramah disabilitas sehingga dianggap sangat

tepat sebagai lokasi untuk penyelenggaraan kegiatan semacam ini.

d. Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Kota Surakarta

mendelegasikan empat pelaku usaha kecil menengah (UKM) ke dalam

ajang pameran multi produk Trade Expo Indonesia 2014, yang

dilangsungkan pada 8 hingga 12 Oktober 2014. Dari sejumlah produk

yang diusung, produk batik masih menjadi primadona para pengunjung

pameran.

Di Tahun 2007 terdapat satu indikator yang tidak muncul lagi di

Tahun 2015 yakni keamanan. Hal ini menunjukkan bahwa indikator tersebut

sudah tidak lagi menjadi masalah atau menjadi prioritas untuk dilakukan

perbaikan. Adapun program yang sudah dilaksanakan untuk memperbaiki

indikator prioritas tersebut adalah Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP)

Surakarta menambah dua titik pos pengamanan di wilayah Kota Bengawan.

Kedua titik pos tersebut berada di simpang empat Pasar Kembang dan Jl.

Pakubuwono Gladak. Tambahan dua titik pos pengamanan melengkapi 14

titik pos pengamanan reguler di Surakarta yang telah ditentukan Pemerintah

Kota sejak Mei 2014. Polisi dan TNI Surakarta juga menggiatkan patroli kota

dan memperketat pengamanan wilayah untuk mengantisipasi aksi terorisme

dan radikalisme.

Page 50: Kajian Pengembangan Ekonomi Lokal Kota Surakarta Tahun 2015bapppeda.surakarta.go.id/kip/assets/uploads/bidang/...Pendekatan PEL menjadi bagian dari kebijakan ... perbandingan status

Laporan Akhir Kajian Pengembangan Ekonomi Lokal Kota Surakarta 2015 Page 43

Di Tahun 2015, terdapat indikator baru yang menjadi prioritas, yakni

pendampingan dan monitoring bisnis pelaku usaha baru. Salah satu upaya

yang dilakukan di Kota Surakarta dengan program secara terpadu lintas

sektoral melalui pemberdayaan dan pengembangan Usaha Mikro Kecil dan

Menengah (UMKM). Konsultan Keuangan Mitra Bank (KKMB) Kota

Surakarta merupakan mediator/fasilitator UMKM yang akan mengakses

permodalan ke Perbankan atau lembaga keuangan lainnya.

V.2. Dimensi 2- Faktor Lokasi

Di Tahun 2007 terdapat beberapa indikator yang tidak muncul lagi di Tahun

2015 yakni pelayanan perijinan satu atap, fasilitas umum dan sosial, kualitas

lingkungan, kualitas fasilitas pendidikan dan kualitas pelayanan kesehatan. Hal

ini menunjukkan bahwa indikator tersebut sudah tidak lagi menjadi masalah

atau menjadi prioritas untuk dilakukan perbaikan. Perbandingan ini dapat dilihat

pada tabel berikut ini:

Tabel 5.2 Perbandingan faktor pengungkit faktor lokasi PEL

Tahun 2007 dan 2015

Adapun program yang sudah dilaksanakan untuk memperbaiki indikator

prioritas tersebut adalah :

2007 20151 Kualitas pemukiman Tenaga kerja trampil2 Pelayanan perijinan satu atap Lembaga penelitian3 Fasilitas umum dan sosial Kualitas pemukiman4 Kualitas lingkungan5 Kualitas fasilitas pendidikan6 Kualitas pelayanan kesehatan

NoTahun

Page 51: Kajian Pengembangan Ekonomi Lokal Kota Surakarta Tahun 2015bapppeda.surakarta.go.id/kip/assets/uploads/bidang/...Pendekatan PEL menjadi bagian dari kebijakan ... perbandingan status

Laporan Akhir Kajian Pengembangan Ekonomi Lokal Kota Surakarta 2015 Page 44

V.2. 1 Isu 1 : Pelayanan Perijinan Satu Atap

Pelayanan perijinan satu pintu merupakan kebijakan yang dikeluarkan

untuk memperbaiki sistem pelayanan perizinan di Surakarta dengan

mengubah sistem pelayanan perizinan yang awalnya berbentuk satu atap

menjadi satu pintu (One Stop Service) dan memberikan pelimpahan

wewenang secara bertahap kepada Unit Pelaksana Teknis (UPT) (sekarang

menjadi Badan Penanaman Modal dan Perizinan Terpadu (BPMPT)

V.2.2 Isu 2 : Fasilitas Umum dan Sosial

Untuk memberikan pelahyanan umum dan sosial, Pemerintah Kota

Surakarta telah melaksanakan bebearpa ketigatan antara lain:

a. Perbaikan Pasar Klewer yang mengalami kerusakan akibat peristiwa

kebakaran

b. Pembuatan Strategi Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur

Perkotaan (SPPIP) dan Rencana Pembangunan Kawasan Permukiman

Prioritas (RPKPP)

V.2.3 Isu 3 : Kualitas Lingkungan

Kualitas lingkungan ditingkatkan melalui kegiatan antara lain Pengembangan

Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) Semanggi dan Mojosongo. IPAL

Semanggi merupakan bagian dari Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Kota

Surakarta “Tirta Dharma”. Perbedaan dari dua tempat pengolahan ini adalah di

Semanggi pengolahan dengan ruang tertutup sedangkan di Mojosongo

pengolahan dengan ruang terbuka. IPAL Semanggi ini bekerja sama dengan

Selfila dari Spanyol dan Bank Dunia yang dimana selalu diadakan peninjauan

selfila dan Bank dunia untuk perbaikan kinerja IPAL yang ada di Semanggi ini.

Page 52: Kajian Pengembangan Ekonomi Lokal Kota Surakarta Tahun 2015bapppeda.surakarta.go.id/kip/assets/uploads/bidang/...Pendekatan PEL menjadi bagian dari kebijakan ... perbandingan status

Laporan Akhir Kajian Pengembangan Ekonomi Lokal Kota Surakarta 2015 Page 45

V.2.4 Isu 4 : Kualitas Fasilitas Pendidikan

Peningkatan fasilitas dan pelayanan pendidikan, Pemerintah Kota Surakarta

telah melaksanakan beberapa kegiatan antara lain:

a. Kota Surakarta telah memiliki fasilitas sekolah-sekolah dengan kualitas yang

merata. Hasil dari program tersebut adalah tingkat melek huruf hingga

96,87% pada Tahun 2013. Nilai Indeks Pembangunan Masyarakat (IPM)

pada Tahun yang sama juga mengalami peningkatan dan berada di atas rata-

rata Provinsi Jawa Tengah dengan nilai 79,10 (sumber: Badan Pusat Statistik

Nasional, 2013).

b. Misi Pemerintah Kota Surakarta untuk menyediakan fasilitas pengembangan

iptek yang memadai dan representatif bagi masyarakat khususnya generasi

muda. Karena itu Pemerintah Kota Surakarta mendorong peningkatan

peranan Solo Techno Park untuk merintis dan memulai wahana peragaan

yang dapat dijadikan embrio bagi pembangunan dan operasional Solo Science

Center. Rintisan tersebut membuka jalan bagi upaya kerjasama dengan pihak

terkait dan pengakuan terhadap pengelolaan hingga dapat menjadi potensi

pengembangan strategis bagi pembangunan Solo Science Center.

V.2.5 Isu 5 : Kualitas Pelayanan Kesehatan

Peningkatan mutu pelayanan kesehatan masyarakat terus dilakukan melalui

beberapa program sebagai berikut:

a. Program standarisasi pelayanan kesehatan untuk meningkatkan mutu

pelayanan kesehatan, dilakukan melalui sertifikasi ISO Puskesmas, On line

Simkesda, pelayanan dokter spesialis anak, dan pelayanan dokter spesialis

kandungan dan kebidanan. Jumlah Puskesmas di Kota Surakarta sebanyak 27

puskesmas (Puskesmas Rawat Inap dan Puskesmas Pembantu), yang

bersertifikasi ISO 9001:2008 dari 7 (tujuh) menjadi 9 (sembilan) Puskesmas,

yaitu Puskesmas Pajang, Puskesmas Penumping, Puskesmas Jayengan,

Puskesmas Sangkrah, Puskesmas Ngoresan, Puskesmas Sibela, Puskesmas

Nusukan, Puskesmas Manahan, dan Puskesmas Banyuanyar. Sistem

Page 53: Kajian Pengembangan Ekonomi Lokal Kota Surakarta Tahun 2015bapppeda.surakarta.go.id/kip/assets/uploads/bidang/...Pendekatan PEL menjadi bagian dari kebijakan ... perbandingan status

Laporan Akhir Kajian Pengembangan Ekonomi Lokal Kota Surakarta 2015 Page 46

Informasi Kesehatan secara on line merupakan sistem peringatan dini bagi

pengamatan penyakit, sehingga apabila terjadi kejadian luar biasa dapat

segera diatasi.

b. Dalam rangka meningkatkan program pemberdayaan masyarakat di bidang

kesehatan, telah dilakukan pemberian dana stimulan operasional Posyandu

kepada 594 Posyandu Balita dan 324 Posyandu Lansia. Posyandu merupakan

upaya kesehatan bersumberdaya masyarakat sebagai ujung tombak pelayanan

kesehatan masyarakat di tingkat paling dasar.

c. Upaya untuk meningkatkan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) di

tatanan rumah tangga, dan tatanan sekolah terutama terkait dengan perilaku

merokok, telah dilakukan kampanye anti rokok bagi anak sekolah, PKK,

LPMK, pembentukan 92 Kader Anti Asap Rokok (KAAR) dari unsur Karang

Taruna, pendirian Klinik Berhenti Merokok (KBM) di 4 (empat) Puskesmas

yaitu Puskesmas Penumping, Puskesmas Kratonan, Puskesmas

Purwodiningratan, dan Puskesmas Nusukan.

d. Selain itu dalam rangka meningkatkan perilaku pemberian ASI eksklusif

telah dikembangkan Kelompok Pendukung Ibu (KP-Ibu) sebanyak 37

kelompok, yaitu model pembelajaran sebaya dari kelompok ibu hamil, ibu

nifas dan ibu menyusui.

Terdapat kesamaan faktor pengungkit yang ada di Tahun 2007 dan 2015 yakni

Kualitas pemukiman. Hal ini menunjukkan bahwa indikator tersebut tetap menjadi

prioritas Pemerintah Kota Surakarta untuk meningkatkan ekonomi lokal. Program

yang sudah dilakukan untuk menyelesaikan masalah indikator ini adalah relokasi

sebagai upaya untuk menata ruang publik. Lahan yang ada dikembalikan sesuai

fungsinya serta memindahkan hunian dan bangunan liar ke lokasi yang sesuai dengan

peruntukannya. Pemerintah Kota Surakarta melibatkan Badan Pertanahan Nasional

(BPN) untuk proses sertifikasi tanahnya. Proses relokasi dilaksanakan dengan

memberdayakan masyarakat sesuai budaya gotong royong. Lokasi yang sudah

berhasil ditangani dengan baik antara lain bantaran Bengawan Solo dan Kali Pepe,

termasuk PKL Kalianyar di Terminal Tirtonadi.

Pemberdayaan masyarakat dalam relokasi dilaksanakan dengan membentuk

kelompok kerja (Pokja) di tingkat masyarakat. Pokja ini menjadi forum diskusi untuk

Page 54: Kajian Pengembangan Ekonomi Lokal Kota Surakarta Tahun 2015bapppeda.surakarta.go.id/kip/assets/uploads/bidang/...Pendekatan PEL menjadi bagian dari kebijakan ... perbandingan status

Laporan Akhir Kajian Pengembangan Ekonomi Lokal Kota Surakarta 2015 Page 47

menjaring aspirasi masyarakat. Pemerintah Kota Surakarta juga melibatkan civil

society organization (CSO) untuk ikut berperan dalam mensosialisasikan

programprogram pembangunan yang dilaksanakan. Hal ini membuat Kota Solo

mendapat penghargaan sebagai kota terbaik dalam menangani pemukiman untuk

Masyarakat Berpenghasilan Rendah (MBR) di Indonesia. Penghargaan ini membuat

kota Solo masuk dalam National Report Indonesia untuk Habitat III, atas prestasinya

melakukan relokasi yang terkait dengan aspek pertanahan dan perencanaan kota.

Pemerintah Kota Surakarta, Jawa Tengah juga memiliki cara mengatasi

hunian atau pemukiman kumuh di pinggir kali. Salah satunya adalah merelokasi

hunian di pinggir kali kemudian membangun rumah renteng atau rumah bisnis di

sekitar lokasi. Dengan konsep rumah bisnis alias rumah renteng ini, kesejahteraan

warga justru meningkat. Akhirnya aktivitas yang memicu pemukiman kumuh bisa

dicegah karena masyarakat sudah memiliki penghasilan yang lebih baik. Selainn

membangun rumah bisnis, Pemerintah Kota Surakarta memfasilitasi pendirian toilet

umum dan septic tank raksasa yang bersifat untuk bersama. Konsep hunian

mengentaskan kemiskinan dan mengurai kekumuhan ini sudah diterapkan pada

Daerah Aliran Sungai Bengawan Solo sejak Tahun 2008. Tahap awal sudah berjalan

di Kelurahan Stabelan. Untuk program Tahun 2014 ini, Pemerintah Kota Surakarta

membangun rumah bisnis di kawasan Keprabon, bantaran Kali Pepe.

Yang menjadi kendala dalam masalah pemukiman tersebut adalah :

a. Meningkatnya jumlah penduduk dan semakin mahalnya pengembangan kawasan

perumahan dan pemukiman yang layak sehingga sulit menahan laju perluasan

pemukiman dan kawasan kumuh

b. Perencanaan pembangunan dan pemukiman yang belum terselenggara dengan baik

Di Tahun 2015, terdapat indikator baru yang menjadi prioritas, yakni Tenaga

kerja terampil dan lembaga penelitian. Keberadaan Sumber Daya Manusia atau

tenaga kerja industri terampil dan kompeten ikut berperan penting terhadap maju dan

berkembangnya suatu industri. Maksudnya, industri akan bisa tumbuh dan

berkembang serta berdaya saing, apabila didukung ketersediaan tenaga kerja industri

yang terampil dan memiliki kompetensi sesuai kebutuhan industri itu sendiri. Melalui

Page 55: Kajian Pengembangan Ekonomi Lokal Kota Surakarta Tahun 2015bapppeda.surakarta.go.id/kip/assets/uploads/bidang/...Pendekatan PEL menjadi bagian dari kebijakan ... perbandingan status

Laporan Akhir Kajian Pengembangan Ekonomi Lokal Kota Surakarta 2015 Page 48

Solo Techno Park (STP), lembaga pelatihan tenaga kerja terampil di Solo ditargetkan

mampu mencetak sebanyak 3.000 sampai 4.000 orang tenaga kerja siap pakai yang

terampil dan juga terdidik ditiap Tahunnya, ditambah lulusan SMK yang juga siap

kerja. Namun, Industri mebel dan kerajinan di wilayah Eks Karisidenan Surakarta

masih dihadapkan pada sejumlah kendala untuk berkembang, yakni di sisi minimnya

ketersediaan tenaga kerja terampil. Padahal setiap Tahunnya, industri mebel dan

kerajinan selalu mengalami pertumbuhan permintaan, baik di dalam maupun luar

negeri.

V.3. Dimensi 3 - Sinergi dan Fokus Kebijakan

Terdapat kesamaan faktor pengungkit yang di Tahun 2007 dan 2015 yakni

indikator kebijakan pembangunan kawasan industri dan Kebijakan pengembangan

pusat pertumbuhan di perkotaan. Hal ini menunjukkan bahwa kedua indikator

tersebut tetap menjadi prioritas Pemerintah Kota Surakarta untuk meningkatkan

ekonomi lokal. Perbandingan ini dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel 5.3 Perbandingan faktor pengungkit fokus dan sinergi kebijakan PEL

Tahun 2007 dan 2015

Program yang sudah dilakukan untuk menyelesaikan masalah indikator ini

adalah :

2007 20151 Kebijakan pembangunan kawasan

industri hinterland/ industriKebijakan Pengembangan keahlian

2 Kebijakan pengembangan pusatpertumbuhan di perdesaan(agropolitan) dan perkotaan

Kebijakan informasi bursa tenagakerja,

3 Kebijakan pengembangankomunitas sep:perbaikanlingkungan, perbaikan kampung

Kebijakan pembangunan kawasanindustri hinterland/ industri

4 Kebijakan persaingan usaha Kebijakan pengembangan pusatpertumbuhan di perdesaan(agropolitan) dan perkotaan

NoTahun

Page 56: Kajian Pengembangan Ekonomi Lokal Kota Surakarta Tahun 2015bapppeda.surakarta.go.id/kip/assets/uploads/bidang/...Pendekatan PEL menjadi bagian dari kebijakan ... perbandingan status

Laporan Akhir Kajian Pengembangan Ekonomi Lokal Kota Surakarta 2015 Page 49

V.3.1 Isu 1 : Kebijakan pembangunan kawasan industri

Hingga saat ini Kota Surakarta belum memiliki kawasan industri dengan standar

fasilitas industri. Industri yang ada umumnya berbentuk industri kecil dan rumah

tangga yang tersebar di pemukiman penduduk dan kawasan klaster industri.

V.3.2 Isu 2 : Kebijakan pengembangan pusat pertumbuhan di perdesaan

(agropolitan) dan perkotaan

Konsep Pusat Pertumbuhan (Growth Point Concept) terutama yang berasal dari

teori kutub pertumbuhan pertama kali diperkenalkan oleh ekonom Perancis yang

bernama Perroux (1950) dengan teorinya Pole Croisanse atau Pole de

Development. Pemikiran dasar dari teori ini adalah kegiatan ekonomi di dalam

suatu daerah cenderung terpusat pada satu titik lokal (pusat). Kegiatan ekonomi

tersebut akan semakin berkurang pengaruhnya jika semakin menjauh dari pusat

pertumbuhan tersebut. maka dapat dikatakan pusat tersebut sebagai titik

pertumbuhan sedangkan daerah sekitarnya yang masih terpengaruh adalah daerah

pengaruhnya.

Untuk Kota Surakarta, pusat pertumbuhan ekonomi dapat dibagi menjadi

beberapa pusat pertumbuhan:

a. Keberadaan Pasar Klewer dan PGS menjadi pusat penjualan tekstil dan

pakaian jadi yang dapat menarik pelanggan dan distributor dari daerah

laih bahkan tingkat nasional.

b. Pasar tradisional sebagai pelopor akses ekonomi rakyat. Pemerintah Kota

Surakarta telah memperbaiki fasilitas fisik pasar tradisional dan mulai

menata manajemen pengelolaan pasar tradisional. Dengan harapan pasar

ini dapat menjadi pusat-pusat ekonomi dalam skala lokal.

c. Pembangunan klaster industri di beberapa desa mendapat bantuan dari

PNPM Mandiri dan mendapatkan suntikan dana untuk mengembangkan

industrinya.

d. Mulai merintis pembentukan desa wisata.

Page 57: Kajian Pengembangan Ekonomi Lokal Kota Surakarta Tahun 2015bapppeda.surakarta.go.id/kip/assets/uploads/bidang/...Pendekatan PEL menjadi bagian dari kebijakan ... perbandingan status

Laporan Akhir Kajian Pengembangan Ekonomi Lokal Kota Surakarta 2015 Page 50

Yang menjadi kendala dalam kebijakan pembangunan pusat pertumbuhan

tersebut adalah :

a. Terjadinya kebakaran pada Pasar Klewer. Kementerian Perdagangan akan

mengucurkan dana sebesar Rp. 97,2 miliar melalui APBN 2016 untuk

menyelesaikan pembangunan Pasar Klewer Surakarta, Jateng, yang terbakar

tanggal 27 Desember 2014.

b. Rendahnya wisatawan lokal yang datang ke desa wisata

Di Tahun 2007 terdapat beberapa indikator yang tidak muncul lagi di Tahun

2015 yakni kebijakan pengembangan komunitas seperti : perbaikan

lingkungan, perbaikan kampung dan kebijakan persaingan usaha. Hal ini

menunjukkan bahwa indikator tersebut sudah tidak lagi menjadi masalah atau

menjadi prioritas untuk dilakukan perbaikan. Adapun program yang sudah

dilaksanakan untuk memperbaiki indikator prioritas tersebut adalah Di Tahun

2015, terdapat indikator baru yang menjadi prioritas, yakni kebijakan

pengembangan keahlian dan kebijakan informasi bursa tenaga kerja.

V.4. Dimensi 4 – Pembangunan Berkelanjutan

Khusus untuk dimensi pembangunan berkelanjutan faktor pengungkit

pada Tahun 2007 dan 2015 hampir tidak ada perubahan sama sekali baik isu yang

dimunculkan maupun urutan prioritas. Hal ini menandakan program yang

berjalan masih belum efektif untuk menyelesaikan isu-isu yang terkait dengan

pembangunan berkelanjutan. Sehingga kedepanya perlu dilakukan analisis faktor

penghambat, faktor pendukung,dan analisis strategi atau program yang lebih

kreatif sehingga dapat mencapai sasaran. Perbandingan ini dapat dilihat pada

tabel berikut ini:

Page 58: Kajian Pengembangan Ekonomi Lokal Kota Surakarta Tahun 2015bapppeda.surakarta.go.id/kip/assets/uploads/bidang/...Pendekatan PEL menjadi bagian dari kebijakan ... perbandingan status

Laporan Akhir Kajian Pengembangan Ekonomi Lokal Kota Surakarta 2015 Page 51

Tabel 5.4 Perbandingan faktor pengungkit pembangunan berkelanjutan PEL

Tahun 2007 dan 2015

Program yang sudah dilakukan untuk menyelesaikan masalah indikator

ini adalah :

V.4.1 Isu 1 : Kontribusi PEL terhadap Peningkatan Kualitas Hidup dan

Kesejahteraan Masyarakat Lokal

Kualitas hidup individu dapat dinilai dari kondisi fisik (kesehatan),

psikologis (mental), hubungan sosial dan lingkungan. United Nations for

Development Program (UNDP) mengembangkan indeks untuk mengukur

kualitas hidup dan kesejahteraan masyarakat yang dikenal dengan istilah

IPM. (Indeks Pembangunan Masyarakat). IPM adalah indeks komposit dari

variabel angka harapan hidup; angka melek huruf dan rata-rata lama sekolah

serta kemampuan daya beli.

Laporan Pertanggungjawaban Walikota Surakarta Tahun 2013,

mencatat peningkatan IPM Kota Surakarta. Angka harapan hidup Kota

Surakarta mencapai usia 72,35 Tahun, meningkat dari Tahun 2012 sebesar

72,25 Tahun. Angka melek huruf mencapai 96,73% meningkat dari Tahun

sebelumnya sebesar 96,71%. Angka rata-rata lama sekolah mencapai 10,49

Tahun meningkat dari Tahun sebelumnya yang besarnya 10,35 Tahun.

Sedangkan kemampuan daya beli yang digambarkan dengan besarnya

2007 20151 Kontribusi PEL terhadap

peningkatan kualitas hidup dankesejahteraan masyarakat lokal

Kontribusi PEL terhadap peningkatankualitas hidup dan kesejahteraanmasyarakat lokal

2Pengembangan industri pendukunguntuk keberlanjutan sistem industri

Pengembangan industri pendukunguntuk keberlanjutan sistem industri

3 Kebijakan pemecahanpermasalahan lingkungan

Kebijakan pemecahanpermasalahan lingkungan

4 Pengelolaan dan pendaur ulanganlimbah

Pengelolaan dan pendaur ulanganlimbah

NoTahun

Page 59: Kajian Pengembangan Ekonomi Lokal Kota Surakarta Tahun 2015bapppeda.surakarta.go.id/kip/assets/uploads/bidang/...Pendekatan PEL menjadi bagian dari kebijakan ... perbandingan status

Laporan Akhir Kajian Pengembangan Ekonomi Lokal Kota Surakarta 2015 Page 52

pengeluaran perkapita sudah mencapai Rp. 658.920,00, lebih tinggi dari

angka Provinsi Jawa Tengah sebesar Rp. 643.530,00.

Agregat pembangunan manusia tersebut membentuk angka komposit

IPM. Dan kondisi terakhir angka IPM Kota Surakarta Tahun 2013 mencapai

78,60, meningkat dari sebelumnya (2012) sebesar 78,18. IPM Kota Surakarta

selama lima Tahun terakhir menduduki peringkat pertama di Jawa Tengah.

Angka tersebut masuk dalam kategori menengah atas (upper medium).

V.4.2 Isu 2 : Pengembangan Industri Pendukung untuk Keberlanjutan Sistem

Industri

Industri utama Kota Surakarta adalah industri batik dan pakaian jadi.

Pada sektor ini industri pendukung yang perlu diperhatikan adalah industri

tekstil dan industri mesin produksi. Untuk industri tekstil, Kota Surakarta

didukung oleh beberapa industri tekstil besar yang berada di kabupaten lain di

sekitar Kota Surakarta. Permasalahan utama adalah bahan baku kapas yang

hampir 90% lebih adalah impor dari negara lain, sehingga harga tekstil akan

mengalami kenaikan seiring dengan melemahnya mata uang rupiah terhadap

mata uang asing.

V.4.3 Isu 3 : Kebijakan Pemecahan Permasalahan Lingkungan

Ruang terbuka Kota Surakarta semakin terbatas karena banyak

digunakan untuk infrastruktur, bangunan dan fasilitas ekonomi lainnya.

Kondisi ini mengakibatkan air hujan mengalami kesulitan masuk ke tanah

sehingga berdampak pada banjir ketika musim hujan. Dampak lain yang

terjadi adalah terbuangnya air ke sungai yang ada di sekitar Surakarta seBAB

tidak mampu terserap oleh tanah, sehingga debit air yang ada di Surakarta

menurun pada musim kemarau dan banjir di musim hujan. Apabila air hujan

dapat terserap masuk ke dalam tanah maka debit air tanah yang ada di

Surakarta akan meningkat sehingga pada saat musim kemarau tiba Surakarta

tidak akan kekurangan air.

Page 60: Kajian Pengembangan Ekonomi Lokal Kota Surakarta Tahun 2015bapppeda.surakarta.go.id/kip/assets/uploads/bidang/...Pendekatan PEL menjadi bagian dari kebijakan ... perbandingan status

Laporan Akhir Kajian Pengembangan Ekonomi Lokal Kota Surakarta 2015 Page 53

Air dan udara adalah kebutuhan pokok manusia dan saat ini menjadi

masalah di Kota Surakarta. Pencemaran udara dan rendahnya debit air dapat

menjadi ancaman penduduk Kota Surakarta. Menurut Undang Undang

Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang disyaratkan luas Ruang

Terbuka Hijau Kota Surakarta (RTH) minimal sebesar 30 % dari luas wilayah

kawasan perkotaan yang dibagi menjadi RTH publik minimal 20 % dan RTH

privat minimal 10 %. Pada Tahun 2012 Kota Surakarta baru memiliki Ruang

Terbuka Hijau (RTH) publik mencapai 11,9 %. Perlunya partisipasi dan

kesadaran setiap individu masyarakat serta adanya political will dari

Pemerintah Kota Surakarta sangat diperlukan guna mengatasi mencapai

target RTH.

Program lain yang dapat ditempuh untuk memperbaiki lingkungan:

pembatasan pengerasan jalan, pembatasan penggunaan kendaraan bermotor,

pembuatan biopori dan area resapan air.

V.3.4 Isu 4 : Pengelolaan dan Pendaurulangan Limbah

Kota Surakarta telah dibangun tiga IPAL antara lain: di Surakarta

Utara yang berada di wilayah Mojosongo, IPAL Semanggi untuk wilayah

Surakarta Selatan dan IPAL Pucangsawit untuk wilayah Surakarta Tengah.

Sayangnya, pemanfaatan ketiga IPAL tersebut masih sangat rendah.

Masyarakat masih enggan menyalurkan limbah rumah tangganya melalui

pipa ke IPAL.

Minimnya pemanfaatan IPAL karena masih kurangnya sambungan

pipa dari rumah warga ke IPAL. Pada Tahun 2013 baru terdapat 4.800

sambungan pipa rumah tangga. IPAL di Mojosongo yang memiliki kapasitas

50 liter/detik dan mampu menampung 10.000 sambungan. Begitu pula IPAL

di Semanggi yang mampu menampung 13.000 sambungan dan saat ini baru

terdapat 8.000 sambungan pipa rumah tangga.

Untuk IPAL Pucangsawit yang baru saja selesai dibangun, sampai

saat ini belum ada sambungan, padahal IPAL tersebut dirancang mampu

menampung 6.000 sambungan. Untuk lebih memaksimalkan pemanfaatan

Page 61: Kajian Pengembangan Ekonomi Lokal Kota Surakarta Tahun 2015bapppeda.surakarta.go.id/kip/assets/uploads/bidang/...Pendekatan PEL menjadi bagian dari kebijakan ... perbandingan status

Laporan Akhir Kajian Pengembangan Ekonomi Lokal Kota Surakarta 2015 Page 54

IPAL, Pemerintah Kota Surakarta saat ini tengah bekerjasama dengan

Indonesian Urban Water, Sanitation and Hygiene (IUWASH). Kerjasama itu

antara lain dengan melakukan kajian sanitasi dan pengelolaan air bersih.

Yang menjadi kendala dalam kebijakan pembangunan berkelanjutan

tersebut adalah :

a. Mahalnya biaya penyambungan saluran instalasi pengolahan air limbah

(IPAL) komunal yang dikelola Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM)

Surakarta, ditengarai menyeBABkan tingkat pemanfaatan fasilitas tersebut

belum maksimal. .

b. Kesadaran dan Partisipasi yang masih rendah dari masyarakat untuk

melaksanakan penghijauan di lingkungan rumah, pembatasan penggunaan

kendaraan bermotor, dan pembuatan biopori.

V.5. Dimensi 5 – Tata Pemerintahan

Terdapat tiga faktor pengungkit yang sama jika dibandingkan hasil kajian

PEL di Tahun 2007 dan 2015. Ketiga indikator asosiasi tersebut adalah Status

Asosiasi industri/komoditi/ Forum Bisnis, Reformasi sistem insentif

pengembangan SDM aparatur dan Restrukturisasi organisasi pemerintah. Hal ini

menunjukkan bahwa ketiga indikator tersebut tetap menjadi prioritas pemerintah

kota Surakarta untuk meningkatkan ekonomi lokal. Perbandingan ini dapat

dilihat pada tabel berikut ini:

\

Page 62: Kajian Pengembangan Ekonomi Lokal Kota Surakarta Tahun 2015bapppeda.surakarta.go.id/kip/assets/uploads/bidang/...Pendekatan PEL menjadi bagian dari kebijakan ... perbandingan status

Laporan Akhir Kajian Pengembangan Ekonomi Lokal Kota Surakarta 2015 Page 55

Tabel 5.5 Perbandingan faktor pengungkit tata pemerintahan PEL

Tahun 2007 dan 2015

Program yang sudah dilakukan untuk menyelesaikan masalah

indikator ini adalah :

V.5.1 Isu 1 : Status Asosiasi industri/komoditi/ Forum Bisnis

a. Pembentukan Forum Bisnis Surakarta (FBS) yang didalamnya terdapat

unsur-unsur dari Asspro, Kadin, HIPMI serta Junior Chamber Indonesia

(JCI).

b. Lokakarya Ekonomi Kreatif Kota Surakarta; kelembagaan dan iklim usaha

yang mendukung perkembangan ekonomi kreatif; dan temu klaster/sentra

Kota Surakarta.

c. Workshop dan Studi Implementasi Penguatan Regional Management dalam

Pengembangan Ekonomi Lokal Daerah Tertinggal dalam rangka Sinergitas

Program Kerjasama Bilateral KPTD, Bappenas dan GIZ-RED yang

dilaksanakan oleh Badan Kerjasama Antar Daerah (BKAD) Kota Surakarta,

Kab. Boyolali, Sukoharjo, Karanganyar, Wonogir, Sragen dan Klaten.

d. Pembentukan BUMM di sentra limbah koran Kadipiro; workshop

penguatan kelembagaan bidang perdagangan industri, pengembangan

2007 20151 Status Asosiasi industri/komoditi/

Forum BisnisProsedur pelayananadministrasi publik

2 Kemitraan di bidang promosi danperdagangan

Status Asosiasi industri/komoditi/Forum Bisnis,

3 Reformasi sistem insentifpengembangan SDM aparatur

Reformasi sistem insentifpengembangan SDM aparatur

4 Restrukturisasi organisasipemerintah

Restrukturisasi organisasipemerintah

NoTahun

Page 63: Kajian Pengembangan Ekonomi Lokal Kota Surakarta Tahun 2015bapppeda.surakarta.go.id/kip/assets/uploads/bidang/...Pendekatan PEL menjadi bagian dari kebijakan ... perbandingan status

Laporan Akhir Kajian Pengembangan Ekonomi Lokal Kota Surakarta 2015 Page 56

teknologi, dan bidang koperasi UMKM; workshop revitalisasi

Pengembangan Ekonomi Lokal (PEL) Kota Surakarta

V.5.2 Isu 2 : Reformasi sistem insentif pengembangan SDM aparatur dan

insentif

Reformasi sistem insentif telah didorong oleh pemerintah pusat melalui

kementerian dan pemerintah daerah. Tujuan reformasi ini adalah

meningkatkan produktivitas pegawai dan mendorong untuk meningkatkan

kemampuan profesional dalam bekerja. Besaran insentif ini diserahkan

kepada kemampuan masing-masing pemerintah daerah maupun badan

pelayanan publik. Reformasi ini merupakan bentuk pemberian tambahan

penghasilan (tamsil) hari khusus yang diberikan secara terbatas dan dihitung

berdasarkan beban kerja pegawai

V.5.3 Isu 3 : Restrukturisasi organisasi pemerintah dengan mengadakan

bussiness forum

Di Tahun 2007 terdapat satu indikator yang tidak muncul lagi di Tahun 2015

yakni Kemitraan di bidang promosi dan perdagangan. Hal ini menunjukkan

bahwa indikator tersebut sudah tidak lagi menjadi masalah atau menjadi

prioritas untuk dilakukan perbaikan.

Di Tahun 2015, terdapat indikator baru yang menjadi prioritas, yakni

Prosedur pelayanan administrasi publik.

V.6. Dimensi 6 – Proses Manajemen

Di Tahun 2007 terdapat beberapa indikator yang tidak muncul lagi di

Tahun 2015 yakni sinkronisasi lintas sektoral dan spasial dalam perencanaan

PEL, penggunaan hasil diagnosis sebagai dasar perencanaan PEL, dan

frekuensi dilakukan evaluasi mandiri (self evaluation). Hal ini menunjukkan

bahwa ketiga indikator tersebut sudah tidak lagi menjadi masalah atau

Page 64: Kajian Pengembangan Ekonomi Lokal Kota Surakarta Tahun 2015bapppeda.surakarta.go.id/kip/assets/uploads/bidang/...Pendekatan PEL menjadi bagian dari kebijakan ... perbandingan status

Laporan Akhir Kajian Pengembangan Ekonomi Lokal Kota Surakarta 2015 Page 57

menjadi prioritas untuk dilakukan perbaikan. Perbandingan ini dapat dilihat

pada tabel berikut ini:

Tabel 5.6 Perbandingan faktor pengungkit proses manajemen PEL

Tahun 2007 dan 2015

. Adapun program yang sudah dilaksanakan untuk memperbaiki indikator

prioritas tersebut adalah :

V.6.1 Isu 1 : Sinkronisasi lintas sektoral dan spasial dalam perencanaan PEL

a. Menyusun "Blue Print Pengembangan Ekonomi Kreatif Kota

Surakarta".

b. Penguatan kelembagaan FEDEP Kota Surakarta; penguatan

kelembagaan klaster/sentra Kota Surakarta;

c. Pertemuan rutin FEDEP se-Subosukawonosraten, untuk membahas

dan bertukar pengalaman terkait masalah bersama seperti:

pengembangan klaster industri dan pengembangan ekonomi kreatif.

V.6.2 Isu 2 : Penggunaan hasil diagnosis sebagai dasar perencanaan PEL

Pemerintah kota Surakarta selalu menggunakan hasil diagnosis RALED PEL

yang berupa isu strategis atau faktor pengungkit dari ekonomi lokal sebagai

dasar perencanaan kegiatannya. Salah satunya adalah penggunaan hasil PEL

dalam rencana aksi FEDEP yang akan diselenggarakan pada bulan Agustus-

September Tahun 2015.

2007 20151 Sinkronisasi lintas sektoral dan

spasial dalam perencanaan PELAnalisis dan pemetaan potensiekonomi

2 Penggunaan hasil diagnosissebagai dasar perencanaan PEL

Penggunaan hasil evaluasi dalamperbaikan perencanaan

3 Frekuensi dilakukan evaluasimandiri (self evaluation)

frekuensi dilakukannya diskusi bagiproses pemecahanan masalah

4 Penilaian terhadap daya saingwilayah.

NoTahun

Page 65: Kajian Pengembangan Ekonomi Lokal Kota Surakarta Tahun 2015bapppeda.surakarta.go.id/kip/assets/uploads/bidang/...Pendekatan PEL menjadi bagian dari kebijakan ... perbandingan status

Laporan Akhir Kajian Pengembangan Ekonomi Lokal Kota Surakarta 2015 Page 58

V.6.3 Isu 3 : Frekuensi dilakukan evaluasi mandiri (self evaluation)

Ada beberapa cara untuk melakukan evaluasi mandiri. Pertama melalui

tim assessor yang mengumpulkan data/informasi dan bukti (evidence), serta

survei. Bukti dapat berupa dokumen tertulis yang dihasilkan instansi, hasil

wawancara atau diskusi dengan para pelaku usaha dan laporan instansi. Cara

kedua adalah dengan melakukan survei untuk mengumpulkan pendapat

stakeholder dalam rangka memperoleh data berdasarkan opini responden atas

pertanyaan dalam angket/kuesioner yang disampaikan tim PEL.

Pemerintah Kota Surakarta telah dua kali melakukan evaluasi mandiri

PEL dengan metode kuesioner menjaring opini stakeholder. Evaluasi pertama

Tahun 2007 dan kedua pada bulan Mei 2015. Kajian ini merupakan bagian

dari kelanjutan hasil evaluasi mandiri PEL

Di Tahun 2015, terdapat indikator baru yang menjadi prioritas, yakni

analisis dan pemetaan potensi ekonomi, penggunaan hasil evaluasi dalam

perbaikan perencanaan, frekuensi dilakukannya diskusi bagi proses

pemecahanan masalah dan penilaian terhadap daya saing wilayah.

Page 66: Kajian Pengembangan Ekonomi Lokal Kota Surakarta Tahun 2015bapppeda.surakarta.go.id/kip/assets/uploads/bidang/...Pendekatan PEL menjadi bagian dari kebijakan ... perbandingan status

Laporan Akhir Kajian Pengembangan Ekonomi Lokal Kota Surakarta 2015 Page 59

BAB VI

PENUTUP

VI.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil Kajian Pengembangan Ekonomi Lokal (PEL) Partisipatif

Kota Surakarta dapat dirumuskan beberapa isu penting yang harus menjadi perhatian

dalam pembangunan ekonomi Kota Surakarta ke depan, yaitu:

a. Dari hasil analisis RALED dapat disimpulkan bahwa lima dari enam dimensi

Pengembangan Ekonomi Lokal (PEL) di Kota Surakarta berada pada kondisi atau

status cukup baik, dengan nilai total sebesar 72,34.

b. Hasil ini menunjukkan terjadi peningkatan nilai total indeks Pengembangan

Ekonomi Lokal (PEL) dari nilai 59,62 pada Tahun 2007 menjadi 72,34 atau

terjadi peningkatan sebesar 12,72 poin.

c. Faktor pengungkit utama dari dimensi Kelompok Sasaran yang menjadi prioritas

dengan urutan sebagai berikut :

(1) Pusat Layanan Investasi

(2) Fasilitasi pelatihan kewirausahaan bagi wira usaha baru,

(3) Pendampingan dan monitoring bisnis pelaku usaha baru,

(4) Kampanye Peluang Berusaha dan

(5) Promosi Produk UKM dari Pemerintah Kota Surakarta.

d. Faktor Pengungkit utama dari dimensi Faktor Lokasi dengan urutan berdasarkan

prioritasnya:

(1) Tenaga kerja terampil

(2) Lembaga penelitian dan

(3) Kualitas pemukiman.

e. Faktor pengungkit utama dari dimensi Kesinergian dan Fokus Kebijakan yang

menjadi prioritas dengan urutan sebagai berikut:

(1) Kebijakan Pengembangan keahlian,

(2) Kebijakan informasi bursa tenaga kerja,

(3) Kebijakan pembangunan kawasan industri dan

Page 67: Kajian Pengembangan Ekonomi Lokal Kota Surakarta Tahun 2015bapppeda.surakarta.go.id/kip/assets/uploads/bidang/...Pendekatan PEL menjadi bagian dari kebijakan ... perbandingan status

Laporan Akhir Kajian Pengembangan Ekonomi Lokal Kota Surakarta 2015 Page 60

(4) Kebijakan pengembangan pusat pertumbuhan di kelurahan (agropolitan)

f. Faktor Pengungkit utama dari dimensi Pembangunan Berkelanjutan dalam

Pengembangan Ekonomi Lokal yang diurutkan berdasarkan prioritasnya adalah

sebagai berikut :

(1) Kontribusi Pengembangan Ekonomi Lokal (PEL) terhadap peningkatan

kualitas hidup dan kesejahteraan masyarakat lokal,

(2) Pengembangan industri pendukung untuk keberlanjutan sistem industri,

(3) Kebijakan pemecahan permasalahan lingkungan dan

(4) Pengelolaan dan pendaur ulangan limbah.

g. Faktor Pengungkit (leverage factor) utama dari dimensi Tata Pemerintahan yang

menjadi prioritas dengan urutan sebagai berikut :

(1) Prosedur pelayanan administrasi publik

(2) Status Asosiasi industri/komoditi/ Forum Bisnis,

(3) Reformasi sistem insentif pengembangan SDM aparatur dan

(4) Restrukturisasi organisasi pemerintah

h. Faktor Pengungkit utama dari dimensi Proses Manajemen yang menjadi prioritas

dengan urutan sebagai berikut:

(1) Analisis dan pemetaan potensi ekonomi,

(2) Penggunaan hasil evaluasi dalam perbaikan perencanaan,

(3) frekuensi dilakukannya diskusi bagi proses pemecahan masalah dan

(4) Penilaian terhadap daya saing wilayah.

VI.2 Rekomendasi

Untuk mendorong pelaksanaan Pengembangan Ekonomi Lokal maka hasil

kajian status Pengembangan Ekonomi Lokal (PEL) Kota Surakarta dan beberapa

faktor pengungkit diharapkan dapat dijadikan rekomendasi untuk RPJM 2016-2020:

a. Potensi dalam Pengembangan Ekonomi Lokal di Kota Surakarta untuk

mempertahankan keberlanjutan kelompok sasaran dalam prioritas

pembangunan

b. Peningkatan intervensi program untuk peningkatan kualitas PEL yang mengacu

pada lokasi dan aksesibilitas.

Page 68: Kajian Pengembangan Ekonomi Lokal Kota Surakarta Tahun 2015bapppeda.surakarta.go.id/kip/assets/uploads/bidang/...Pendekatan PEL menjadi bagian dari kebijakan ... perbandingan status

Laporan Akhir Kajian Pengembangan Ekonomi Lokal Kota Surakarta 2015 Page 61

c. Strategi dan arah kebijakan dalam Pengembangan Ekonomi Lokal (PEL)

mengutamakan sinergitas dan fokus kebijakan.

d. Peningkatan kapasitas dan keberlanjutan tatakelola pemerintahan dalam PEL.

e. Pengelolaan Pengembangan Ekonomi Lokal (PEL) didasarkan pada analisis

pemetaan, evaluasi dan mendukung daya saing Kota Surakarta.